bronkhopneumonia (konsep dasar)
TRANSCRIPT
Seminar Kelompok
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BRONCOPNEUMONI
DI RUANG ANAK AR-RAHIM RSUD HAJI MAKASSAR
Kelompok V
NUR CHAIRUL
MARGARETHA SURYANI
RIBKA SETIAWATI
IRMAWATI HANAFI
SITTI QUDSIYAH
MARLINTIANA BIAN
HERIDIKNAS LENI ALENG
PROGRAM PROFESI NERS STIK FAMIKA
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah
kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang
termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan angka
kematian karena ISPA khususnya pneumonia atau bronkopneumonia, terutama pada
bayi dan anak balita.
Arah kebijaksanaan bid kes. Yg diamanatkan dlm ketetapan MPRRI NO. I V
/MPR/1999 ttng G BHN 1999/2004 salah satunya adl/ meningkatkan mutu SDM &
lingk yg saling mendukung dgn pendekatan paradigma sehat, yg memberikan
prioritas pd upaya peningkatan kes, pencegahan, penyembuhan, pemulihan &
rehabilitasi sejak pembuahan dlm kandungan sampai Usia Lanjut.
Pelaksanaan program P2 ISPA akut adl bgn dr pembangunan kes, &
merupakan upaya yg mendukung peningkatan kualitas SDM srt merupakan bgn dr
upaya pemberantasan & pencegahan penyakit menular.
Terjadinya Pneumonia pd anak sering kali bersamaan dgn terjadinya proses
infeksi akut pd bronkhus yg disebut bronkopneumonia. Dlm pelaksanaan P2 ISPA
semua bntk Pneomonia(baik Pneumonia maupun bronkopneumonia) disebut
“Pneumonia” saja.
Berdasarkan data profil kesehatan Kota Mks utk kasus pneumonia pd thn 2001 =
4.774 kasus, thn 2002 turun (10 %) mejd 4.284 kasus & thn 2003 naik (32 % ) mjd
6.329 kasus,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Bronkhopneumonia atau pneumonia lobularis adalah inflamasi
parenkim paru yang terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang tersumbat
oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus yang berada di dekatnya. Atau radang pada paru-paru yang mengenai
satu atau beberapa lobus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak
infiltrasi.
Inflamasi parenkim paru merupakan hal yang umum selama masa
kanak-kanak tetapi lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-
kanak awal. Secara klinis, dapat terjadi sebagai penyakit primer atau
komplikasi.
B. ETIOLOGI
Penyebab secara umum penyakit brongkhopneumonia adalah :
1. Bakteri
a. Pneumococcus misalnya penyebab utama pneumonia pada anak
disebabkan oleh pneumococcus tipe I4, I, 6 dan 9
b. Streptococcus; merupakan komplikasi penyakit virus lain seperti
morbili, varicella, pertusis dan pneumonia
c. Basil garam positip seperti H. Influenza, tuberculosa
2. Virus
Virus “respiratory sinctial” , virus influenza, virus siomegalik
3. Aspirasi
Makanan misalnya tetanus neonatorum, benda asing, kerosin (minyak
tanah) dan cairan amnion
4. Pneumonia hipostatik
Penyakit ini disebabkan tidur terlentang terlalu lama, miaslnya pada
anak dengan kesadaran menurun
5. Jamur
Candida albicans, histoplasmosis capsulatum, blastomicus,
kalsidomikosis dan actinomicosis
6. Sindrom Loeffer
Pada foto roentgen terdapat infiltrate yang didapat dari satu lobus lain
yang sebenarnya infiltrate eosinofil.
C. KLASIFIKASI
Brongkhopneumonia menurut lokasinya terbagi atas ;
1. Pneumonia lobaris : mencakup satu lebih dari satu lobus
2. Pneumonia brongkhialis : inflamasi yang sebenarnya secret
mukopurulent yang berkonsolidasi dengan lobus yang terdekat
3. Pneumonia intensitas : proses inflamasi terjadi pada dinding alveolar dan
peribrongkhial jaras interlobaris.
D. PATOFISIOLOGI
1. Adanya gangguan pada terminal jalan napas dan alveoli oleh
mikroorganisme pathogen yaitu virus, stafilococcus aurens, hemofilus
influenza dan streptococcus pneumonae bakteri.
2. Terdapat infiltrate yang biasanya mengenai pada multiple lobus,
terjadinya destruksi sel dengan menanggalkan debris seluler kedalam
lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan napas.
E. MANIFESTASI KLINIK
Biasanya gejala penyakt datang mendadak, tetapi kadang-kadang
didahului oleh infeksi traktur respiratorius bagian atas. Pada anak besar bisa
disertai anak menggigil dan pada bayi disertai kejang. Suhu naik cepat sampai
39-40C dan suhu ini biasanya tife febris kontinyu. Nafas menjadi sesak,
disertai nafas cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dan nyeri
pada dada. Anak lebih suka tiduran pada sebelah dada yang terkena. Batuk
mula-mula kering, kemudian menjadi produktif.
Pada pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik tampak gejala khas
tampak setelah 1 – 2 hari. Pada permulaan suara pernafasan melemah
sedangkan pada perkusi tidak jelas ada kelainan. Setelah terjadi kongesti,
ronchi basah akan terdengar yang segera menghilang setelah terjadi
konsolidasi. Kemudian pada perkusi jelas terjadi keredupan dengan suara
pernafasan sub-bronchial sampai bronchial. Pada stadium revolusi ronchi
terdengar lebih jelas. Pada inspeksi dan palpasi tampak pergeseran toraks
yang terkena berkurang. Tanpa pengobatan bisa terjadi penyembuhan dengan
krisis sesudah 5 – 9 hari.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat
ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak –
bercak infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada
pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa
lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi pada satu
atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya
komplikasi seperti pleuritis, abses paru, perikarditis dll.
2. Pemeriksaan laboratorium
Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 –
40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat
dibiakkan dari usapan tenggorokan dan 30% dari darah. Urine biasanya
berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu
yang naik dan sedikit torak hialin.
G. KOMPLIKASI
Dengan penggunaan antibiotika, komplikasi hampir tidak pernah
dijumpai.. Kompli-kasi yang dapat dijumpai ialah :
1. Empiema
2. Otitis media akut
3. Atelektasis
4. Empisema
5. Meningitis
6. Perikarditis ( jarang dijumpai )
H. PENCEGAHAN
1. Penyuluhan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit
pneumonia atau dengan memberikan pengertian jika anak batuk, pilek
disertai demam sudah dua hari dan tidak ada perbaikan agar segera
dibawa ketempat pelaynan kesehatan terdekat
2. Pada bayi dan anak kecil yang keadaan umumnya lemah. Misalnya
semalam dia diare anak sering batuk, janganlah dibawa keluar malam.
I. PENATALAKSANAAN MEDIK
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi pasien perlu
terapi secepatnya :
1. Penicillin 50.000 mg/kg bb/hari
2. Kloramphenicol 50 – 75 mg/kg bb/hari atau berikan antibiotic dengan
spectrum luas
3. Pemberian oksigen dan IVFD, jenis cairan yang digunakan adalah
campuran glukosa 5 % dan NaCl 0,9 % perbandingan 3:1 ditambah
larutan KCl 10 g/500 mg botol infuse
4. Karena sebagian besar pasien jatuh dalam kondisi asidosis metabolic
akibat kurang makan dan hipoksia maka dapat diberikan koreksi sesuai
dengan hasil analisa gas darah arteri.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis: pilek, batuk, demam dan sesak napas
2. Pemeriksan fisik : penapasan cuping hidung, retraksi dinding dada dan
menggunakan otot Bantu pernapasan, demam, terdapat rongkhi
3. Sistem kardiovaskuler dan pernapasan : anak gelisah, dispnu, pernapasan
cepat dan dangkal, dapat timbul cyanosis, batuk, bunyi jantung I dan II
redup bila sarang BP menjadi satu.
4. Gastro intestinal : Diare terjadi kadang-kadang, mual dan muntah, turgor
kulit jelek, bibir kering dan pecah-pecah
5. Muskuloskletal : otot dapat atropi, tonus otot menurun, pergerakan
terbatas,
6. Hematologik : TTV meningkat, keadaan umum gelisah, warnu kulit
pucat
7. Endokrin : TB dan BB seimbang
8. Renal : urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria
ringan karena peningkatan suhu tubuh
B. Diagnosa keperawatan
1. Tidak efektif bersihan jalan nafas, , dapat berhubungan dengan :
inflamasi trakeabranchial, pembentukan edema, peningkatan produksi
sputum, nyeri fleuritik. Penurunan energi, kelemahan.
Tujuan : Menunjukkan prilaku mencapai bersihan jalan nafas,
menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak
ada dispnea.
Tindakan / intervensi :
Mandiri
1) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan
bunyi nafas, misalnya : krekels, mengi.
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan
cairan, bunyi nafas bronchial ( normal pada bronchus ) dapat juga
terjadi pada area konsolidasi. Krekels dan ronchi dan mengi terdengar
pada inspirasi dan / atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan
cairan, secret kental dan spasme jalan nafas / obstruksi.
2) Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan / Bantu pasien
mempelajari melakukan batuk, missal menekan dada dan batuk efektif
sementara posisi duduk tinggi.
Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum
paru-paru/jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan
jalan nafas paten.
3) Pengisapan sesuai indikasi
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara
mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak
efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
4) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml ml/hari ( kecuali kontraindikasi ).
Tawarkan air hangat dari pada dingin.
Rasional : Cairan kususnya yang hangat memobilisasi dan
mengeluarkan sekret.
Kolaborasi
1) Bantu mengawasi efek pengobatan
Rasional : Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret.
2) Berikan obat sesuai indikasi, mukoliti, ekspentoran, bronchodilator &
analgesik
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronchus dengan mobilisasi
sekret. Analgesik untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyaman tapi harus digunakan secara hati-hati karena dapat
menekan pernafasan.
2. Pertukaran gas, kerusakan dapat dihubungkan dengan ; perubahan
membran alveolar – kapiler ( efek inflamasi ), gangguan kapasitas
pembawa oksigen darah.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan
GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distress
pernafasan.
Tindakan / intervensi :
Mandiri :
1) Kaji frekwensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.
Rasional : manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi
derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
2) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya
sianosis perifer ( kuku ) atau sianosis sentral.
Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau espon tubuh
terhadap demam / menggigil.
3) Kaji status mental
Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat
menunjukkan hipoksemia / penurunan oksigenasi serebral.
4) Awasi suhu tubuh sesuai indikasi
Rasional : Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik
dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi selular.
Kolaborasi
5) Berikan terapi oksigen dengan benar.
Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas
60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan
pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
3. Tidak efektif pola napas berhubungan dengan obstruksi bronchial.
Tujuan : Pola napas efektif
Tindakan/Intervensi :
a. Kaji status pernapasan setiap 2 jam.
Rasional : Suara napas, teratur atau tidak teratur, rythim, penggunaan
oto-otot accessory, warna kulit, tanda-tanda vital dan tingkat
kegelisahan.
b. Buat jadwal fisioterapi dada sebelum makan dan
istirahat,
c. Tinggikan posisi kepala di atas tempat tidur (hindari menggunakan
posisi duduk pada bayi karena dapat meningkatkan tekanan
diagfragma.
d. Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi klien.
e. Bila anak toleransi, berikan kebebasan untuk memilih posisi yang
nyaman.
f. Kaji batuk dan kedalaman pernapasan.
g. Berikan oksigen sesuai program dan monitor “pulse oximetry”.
h. Rencanakan dan buat jadwal secara periodic untuk istirahat.
i. Berikan terapi bermain sesuai dengan usia dan kondisi klien (buku-
buku, puzzles, vidio games dan lain-lain).
4. Infeksi, Risiko tinggi terhadap penyebaran, Kemungkinan
berhubungan dengan : ketidakadekuatan pertahanan utama
( penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan )., tidak
adekuatnya pertahanan sekunder, penyakit kronis, malnutrisi.
Tujuan : Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi,
mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan
risiko infeksi.
Tindakan / intervensi :
Mandiri
1) Pantau tanda vital dengan ketat, khusus selama awal terapi.
Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal dapat
terjadi.
2) Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan
perubahan warna, jumlah dan bau sekret.
Rasional : Pengeluaran sputum amat penting, perubahan karakteristik
sputum menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi
sekunder.
3) Tunjukkan / dorong tehnik mencuci tangan yang baik
Rasional : Efektif berarti menurunkan penyebaran / tambahan infeksi
4) Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik
Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
5) Batasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional : menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain.
6) Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual
Rasional : mencegah penyebaran / melindungi pasien dari proses
infeksi lain.
7) Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktifitas sedang.
Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.
Rasional : Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan
tahanan alamiah.
Kolaborasi :
8) Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum /
darah, misalnya penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikain,
sepalosporin & amantadin.
Rasional : untuk membunuh kebanyakan microbial. Komplikasi
antiviral dan antijamur mungkin digunakan bila pneumonia
diakibatkan oleh organisme campuran.
5. Intoleransi aktifitas kemungkinan berhubungan dengan : ktidak
seimbangan anatar suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum,
kelelahan.
Tujuan : Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap
aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnoe,
kelemahan berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal.
Tindakan / intervensi :
Mandiri
1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas.
Rasional : menetapkan kemampuan n/ kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi.
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut
sesuai indikasi .
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat.
3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energi untuk
penyembuhan.
4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan / atau tidur
Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala lebih tinggi.
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan berhubungan dengan ;
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi, anoreksi dan distensi abdomen / gas.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan
mempertahankan/me-ningkatkan Berat badan.
Tindakan / intervensi :
Mandiri
1) indentifikasi factor yang menyebabkan mual / muntah misalnya :
sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnoe berat, nyeri.
Rasional : pilihan intervensi tergantung pada penyebaran masalah
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan
pasien dan dapat menurunkan mual.
3) Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional : menurunkan efek mual yang berhubungan dengan
pengobatan
4) Auskultasi bunyi usus , observasi / palpasi distensi abdomen
Rasional : Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila proses infeksi
berat/memanjang.
5) Berikan makan porsi kecil tapi sering termasuk makanan kering
Rasional : Tindakan ini dapat meningktkan masukan meskipun nafsu
makan mungkin lambat untuk kembali.
6) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional : adanya kondisi kronis seperti PPOM atau keterbatasan
keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan
terhadap infeksi.
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan ;
kemungkinan berhubungan dengan : kurang terpajan, kesalahan
interpretasi.
Tujuan : Menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit, dan
pengobatan, melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi
dalam program pengobatan.
Tindakan / intervensi :
1) Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi
Rasional : Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting
menghu bungkan dengan program pengobatan.
2) Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya
penyembuhan, dan harapan kesembuhan identifikasi perawatan diri
dan kebutuhan / sumber pemeliharaan rumah
Rasional : informasi dapat meningkatkan koping dan menurunkan
ansietas dan masalah berlebihan. Gejala pernafasan mungkin lambat
untuk membaik, dan kelemahan dan kelelahan dapat menetap selama
periode yang panjang.
3) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan / atau verbal
Rasional : Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan
untuk mengasimilasi informasi / mengikuti program medik.
4) Tekankan pentingnya melanjutkan batauk efektif / latihan pernafasan.
Rasional : selama awal 6 – 8 minggui setelah pulang, pasien beresiko
besar untuk kambuh pneumonia.
5) Tekankan pentingnya melanjutkan terapi antibiotik selama periode
yang dianjurkan.
Rasional : Penghentian dini antibiotik dapat mengakibatkan iritasi
mukosa bronchus, dan menghambat makrofag, alveolar,
mempengaruhi pertahanan alami tubuh melawan infeksi.
C. PENYIMPANGAN KDM
Bakteri, virus dan jamur
Invasi ke traktus urinarius
Reaksi inflamasi pada alveolus dan parenkin
Iritasi bronkhus Fibrosis dan penyebaran Mediator radang teraktivasi
Peningkatan sekresi neutrofil & monosit
atelektasisMerangsang glandula brongkhus dan sel
goblet u/ mensekresi mukus
Gangguan difusi O2 dan CO2
Brongkhokonstriksi Pe interleukin I
Pengeluaran hormone prostaglandin
Akumulasi secret dalam jalan napas
Suplai O2 ke jaringan me
Kelemahan
Peningkatan sekresi mukus
Produksi ATP me
KERUSAKAN PERTUKARAN GAS
Peruibahan status kesehatan
BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF
Krisis situasi
Koping tidak Efektif KECEMASAN ORANG TUA
AKTIFITAS INTOLERAN
Stimulasi set point kemoreseptor
Perubahan termoregulator
Suhu tubuh tidak stabil
HIPERTERMI
Evaporasi meningkat
Cairan tubuh berkurang
RISIKO DEFISIT VOLUME CAIRAN
BAB IIILAPORAN KASUS
I. BiodataA. Identitas Klien
1. Nama/Nama Panggilan : An. “R”2. Tempat tanggal lahir/Usia : 6 bulan3. Jenis Kelamin : Laki-laki4. Agama : Islam5. Pendidikan : -6. Alamat : Jl. Muh. Tahir Makassar7. Tanggal Masuk : 4 November 20128. Tanggal Pengkajian : 5 November 20129. Diagnosa Medik : Bronchopneumonia10. Rencana Terapi : -
B. Identitas Orang Tua1. Ayah
a. Nama : Tn. Asharb. Usia : 28 tahunc. Pendidikan : SDd. Pekerjaan : Tanie. Agama : Islamf. Alamat : Jl. Muh. Tahir Makassar
2. Ibua. Nama : Ny. Fatmawatib. Usia : 24 tahunc. Pendidikan : SMP d. Pekerjaan : IRTe. Agama : Islamf. Alamat : Jl. Muh. Tahir Makassar
C. Identitas Saudara KandungKlien anak pertama dan belum memiliki saudara kandung
II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit Demam tinggi sejak tiga hari yang lalu, sesak napas dan batuk lendir.
Demamnya tidak turun, pilek, muntah 1x dan kejang dirumahnya 1x.
Ners ’08 Stik Famika 17
Kerja silia menurun
III.Riwayat KesehatanA. Riwayat Kesehatan Sekarang
Panas tinggi, sesak napas, KU lemah, batuk berlendir. Tanda-tanda vital : TD : 100/70 mmHg, RR : 48x/mnt, N : 128x/menit, S : 38,9ºC.Retraksi dada suprasternal dan interkostal, bibir kering, tidak tampak adanya sianosis
B. Riwayat Kesehatan lalu(Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)1. Pre Natal Care
a. Pemeriksaan kehamilan : Tidak rutin sebab puskesmas jauh.b. Keluhan selam hamil : Tidak ada keluhan perdarahan , PHS,
Infeksi, Ngidam,muntah-muntah dan demam.c. Riwayat : Tidak ada riwayat terkena sinar dan terapi obat.d. Kenaikan berat badan selama hamil : Ibu klien lupa berapa kenaikan berat
badannya saat hamil.e. Imunisasi TT : 2 kali.f. Golongan darah ibu dan Ayah: belum periksa.
2. Natala. Tempat melahirkan : Di Rumahb. lama dan jenis persalinan: Spontan dan tidak ada kesulitan.c. Penolong persalian: Dukund. Cara untuk memudahkan persalian: Tidak ada.e. Komplikasi waktu lahir: Tidak ada.
3. Post Natala. Kondisi Bayi: BB lahir, tidak ditimbang, PB lahir tidak diukur.b. Anak lahir dalam keadaan sehat.
Problem menyusui: ASI kurang , BB stabil.(Untuk Semua Usia)◊ Penyakit yang pernah dialami: Batuk, Demam dan Diare.◊ Klien tidak pernah mengalami kecelakaan.◊ Klien tidak pernah dioperasi dan baru pertama kali ini dirawat di Rumah
Sakit.◊ Klien tidak memiliki alergi terhadap makanan, obat-obatan , zat/substansi
kimia, dan textil.◊ Klien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan bebas tanpa resep dokter.◊ Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya: -
Ners ’08 Stik Famika 18
C. Riwayat Kesehatan Keluarga◊ Tidak ada riwayat penyakit alergi, asma, TBC, hypertensi , penyakit
jantung, stroke, anemia, hemopilia, arthritis, migrain , DM, kanker dan jiwa pada anggota keluarga.
◊ Genogram
Ket.wanita
pria
klien ------- hidup serumah
IV. Riwayat Immunisasi
NOJENIS
IMMUNISASI WAKTU PEMBERIANREAKSI SETELAH
PEMBERIAN
1.BCG
tidak ada
2.DPT (I,II,III)
tidak ada
3.POLIO (I,II,III,IV)
tidak ada
4.CAMPAK
- -
5.HEPATITIS
tidak ada
6.LAIN-LAIN
- -
Ners ’08 Stik Famika 19
V. Riwayat Tumbuh KembangA. Pertubuhan Fisik
1. Berat Badan : 6,8 kg2. Tinggi Badan : 64 cm3. Waktu tumbuh gigi : belum
B. Perkembangan tiap tahapUsia anak saat:1. Berguling : 3 bulan2. Duduk : Belum3. Merangkak : Belum4. Berdiri : Belum5. Berjalan : Belum6. Senyum kepada orang lain pertama kali : Belum7. Bicara pertama kali : Belum8. Berpakaian tanpa bantuan : Belum
VI. Riwayat NutrisiA. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : Sejak lahir sampai usia 1 bulan2. Cara pemberian setiap kali menangis, jadwal tidak tentu3. Lama pemberian : 15 – 20menit
B. Pemberian susu formula1. Alasan pemberian : ASI kurang2. Jumlah pemberian : tidak tentu, sering diberikan saat anak menangis.3. Cara memberikan: Dengan dot.
C. Pemberian makanan tambahana. Pertama kali diberikan usia: Belum.b. Jenis: -
D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini :
No Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian1.
2.
3.
0 – 1 bulan
1 – 6 bulan
Saat ini
ASI
Lactogen 1 Sampai sekarang
Ners ’08 Stik Famika 20
VII. Riwayat Psichososial◊ Klien tinggal di rumah orang tuanya sendiri.◊ Lingkungan berada di: Kota◊ Tidak ada tangga yang bisa berbahaya.◊ Hubungan antar anggota keluarga harmonis, komunikasi terbuka antara
anggota keluarga.◊ Anak diasuh oleh Orang tua dan keluarga
VIII.Riwayat Spiritual◊ Support system dalam keluarga adalah orang tua dan saudara dekat. ◊ Kegiatan keagamaan baik, misalnya shalat 5 waktu sehari.
IX. Reaksi HospitalisasiA. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
◊ Ibu membawa anaknya ke RS untuk mendapatkan pengobatan. ◊ Dokter menceritakan tantang kondisi anak.◊ Perasaan orang tua saat ini: Cemas dan kuatir dengan keadaan anaknya saat
ini.◊ Orang tua selalu berada dekat klien setiap saat.◊ Ayah, Ibu, nenek serta saudara selalu menjaga klien.
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap◊ -
X. Aktivitas Sehari-hari
A. NutrisiKondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan2. Menu makanan3. Frekuensi makan
makan baikbubur nasisetiap saat
Malas makanKadang tidak mau
-
B. CairanKondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman2. Frekuensi minum3. Kebutuhan cairan4. Cara pemenuhan
Susu formulatidak tentu
1500-2000 mlMinum/dot
Minum sedikit, kadang tidak mau.
Minum/dot
Ners ’08 Stik Famika 21
C. Eliminasi (BAB/BAK)Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan2. Frekuensi (waktu)3. Konsistensi4. Kesulitan5. Obat pencahar
menggunakan pampers.2x sehari
Lembek/sedikit encerTidakTidak
menggunakan pampers.2x sehari, kadang 3x
sedikit encer.TidakTidak
D. Istirahat TidurKondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur◊ Siang◊ Malam
2. Pola tidur3. Kebiasaan sebelum tidur4. Kesulitan tidur
Jam tidur tidak tentu. Jam 10.00 atau jam 11.00 atau 19.00. Kadang cepat bangun, 3x sehari.Digendong/ayunanTidak ada kesulitan
jam tidurtidak tentu, lebih banyak rewel/gelisah.
E. Olah ragaKondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olah raga2. Jenis dan frekuensi3. Kondisi setelah olah raga
---
---
F. Personal GygieneKondisi Sebelum Sakit Saat Sakit1. Mandi
◊ Cara ◊ Frekuensi◊ Alat mandi
2. Cuci rambut◊ Frekuensi◊ Cara
3. Gunting kuku◊ Frekuensi◊ Cara
4. Gosok gigi◊ Frekuensi◊ Cara
Dengan menggunakan waskom, sabun mandi, air mandi, handuk. 2x sehari
Setiap kali mandi, dibasahi dengan air, menggunakan shampo bayi.
Bila kuku panjangPakai gunting kuku saat tidur.
Menggunakan washlap dan air hangat, 1x sehari.
Tidak pernah
Tidak pernah, kuku klien tampak panjang dan agak kotor.
Ners ’08 Stik Famika 22
G. Aktivitas /Mobilitas FisikKondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadwal harian3. Penggunaan alat bantu
aktivitas4. Kesulitan pergerakan
tubuh
Bermain/berceloteh dgn orang tua.Tidak terjadwalTidakTidak
Tidak ada/rewelKlien tampak tirah baring
H. RekreasiKondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat Sekolah.
2. Waktu luang3. Perasaan setelah
rekreasi/bermain
---
XI. Pemeriksaan FisikA. Keadaan Umum Klien
LemahH. Tanda-tanda vital
◊ Suhu : 38,9ºC◊ Nadi : 128 x/menit◊ Respirasi : 48 x/menit◊ Tekanan darah : 100/70 mmHg
I. Antropometri◊ Tinggi badan : 64 cm◊ Berat badan : 6,8 kg◊ Lingkar lengan atas : 11 cm◊ Lingkar kepala : 40,5 cm◊ Lingkar dada : 42 cm◊ Lingkar perut : 40 cm
J. Sistem Pernapasan◊ Hidung: Inspeksi, tampak simetris kiri dan kanan, tampak pernapasan
cuping hidung, tampak ada sekret dimulut. Pada auskultasi, terdengar ronkhi basah pada ICS III dekstra.
◊ Leher: tidak ada pembesaran kelenjar dan tidak ada tumor.◊ Dada
▪ Bentuk dada ; Normo chest:▪ Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal : 1 : 1
Ners ’08 Stik Famika 23
▪ Gerakan dada: Simetris kiri dan kanan, tampak retraksi suprasternal, intercostal , Otot bantu pernapasan: pernapasan dada
▪ Suara napas: Vokal fremitus, tidak di ukur, Ronchi: terdengar ronchi basah, tidak terdengar wheezing, stridor dan rales.
◊ tidak ada clubbing finger
K. Sistem Cardio Vaskuler◊ Conjungtiva tampak anemia, bibir tampak pucat, pada palpasi teraba arteri
carotis. Tekanan Vena Jugularis : Tidak ada.◊ Ukuran jantung: Normal, tidak ada pembesaran jantung , Ictus
cordis/apex:pada ICS IV◊ Suara jantung :pada auskultasi, terdengar suara S1 dan S2 normal, tidak
terdengar bising aorta, mur-mur, Gallop.◊ Capillary Refilling Time: 2-3 detik
L. Sistem Pencernaan◊ Sklera: tidak ikterus, Bibir: Kering, tidak tampak adanya labio skisis.◊ Mulut: tidak tampak stomatitis dan palato skizis, Jumlah gigi: belum ada
,Kemampuan menelan: Baik.◊ Gaster: Kembung dan Nyeri, tidak ada. Gerakan peristaltik, ada kesan
normal◊ Abdomen: pada palpasi, tidak teraba adanya pembesaran hati, lien. Faeces:
tampak sedikit encer.◊ Anus: Tidak tampak lecet dan hemoroid:
M. System Indra1. Mata
◊ Tidak tampak adanya edema pada kelopak mata, Bulu mata dan alis ◊ Visus (gunakan snellen card): -◊ Lapang pandang: -
2. Hidung◊ Penciuman: -, tidak tampak adanya trauma, mimisan.◊ Sekret yang menghalangi penciuman : tampak adanya sekret dihidung.
3. Telinga◊ Keadaan daun telinga: , Kanal auditoris: Bersih: , Serumen:◊ Fungsi pendengaran:
N. System Syaraf◊ Fungsi Cerebral
a. Status Mental: -.b. Kesadaran (Eyes: 3, Motorik: 5, Verbal: 3) dengan GCS: 11c. Fungsi cranial
N. I : -
N. II : -
Ners ’08 Stik Famika 24
N. III, IV, VI : Gerakan bola mata : Nistagmus (-) pupil isokor
N. V : Sensorik : tidak dapat dikaji, motorik : tidak dapat dikaji
N. VII : Sensorik : mampu membuka dan menutup mata
N. VIII : Dapat mendengar, keseimbangan sulit dinilai
N. IX : Tidak dapat dinilai
N. X : Gerakan ovula tidak bisa dinilai
N. XI : Sternocleomastoiditis tidak ada, trapesius sulit dinilai
N. XII : Gerakan lidah sulit dinilai
Fungsi motorik : Massa otot : massa otot menurun, tonus otot normal
Fungsi sensorik : Bereaksi terhadap sentuhan dan suhu
Fungsi cerebellum : -
Refleks : Bisep & trisep (tidak dilakukan), babinski (+)
Iritasi meningen : tidak dinilai
O. Sistem Muskulo Skeletal
Kepala : Bentuk kepala normochepal
Vertebrae : Scoliosis (-), lordosis (-)
Pelvis : tidak ada dislokasi caput femoralis
Lutut : Simetris kiri dan kanan, udema (-), gerakan lemah
Kaki : Terpasang infuse pada tangan kiri, bengkak (-)
Tangan : udema (-), gerakan lemah, jari tangan lengkap
P. Sistem Integumen
1. Rambut : warna hitam tidak mudah tercabut
2. Kulit : warna sawo matang, hangat, kelembaban (+), erupsi (-), ruam (-)
3. Kuku : tidak mudah patah, kebersihan baik
Q. Sistem Endokrin
o Kelenjar tyroid : tidak dapat dinilai
o Eksresi urin berlebihan (-), polidipsi (-), polipagi (-)
o Diaforesis (-)
Ners ’08 Stik Famika 25
R. Sistem Perkemihan
o Udema palpebra (-), moon face (-), udema anasarka (-)
o Keadaan kandung kemih ; massa (-)
o Nocturia (-), disuria (-), kencing batu (-)
S. Sistem Reproduksi
- Scrotum sudah turun, tidak ada kelainan.
T. Sistem Imun
Tidak ada riwayat alergi terhadap cuaca, debu dan bulu binatang
XII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan.
A. 0 – 6 Tahun
Dengan menggunakan DDST.
1. Motorik kasar : Berguling
2. Mototik halus : Menelan
3. Bahasa : Menyebut kata “ma...ma....”
4. Personal Sosial : Bila takut menangis, merangkul dan peluk orang tuanya.
XIII.Test Diagnostik
A. Laboratorium tgl. 06-02-2008 Nilai normal Leukosit : 11.900/mm³ (5 – 10 m/m3 ) Hb : 7,2 gr% (12,0 – 16,0) Eritrosit : 3,83 juta/mm³ (4.5 – 5,5 M/mm3 ) Ht : 24,41 gr% (40.0 – 48.0 % ) Trombosit : 467.000 (150-400x10³/mm³)
B. Analisa Gas Darah tgl. 06-02-2008 PH : 7,4 ( 7.35-7.45 ) PCO2 : 43 mmHg (35-45 mmHg) PO2 : 68,6 mmHg (80-100mmHg) BE : 1,9 mmol/ltr ((-7)-(-1)mEq/L) HC02 : 26,8 mmHg (22-26 mmHg)
C. Ro Photo Thorax tgl. 06-02-2008Kesan : - tampak bercak-bercak putih pada kedua lapang paru
- bronchopneumoni
Ners ’08 Stik Famika 26
XIV. Terapi saat ini : Observasi keadaan umum, tanda vital. Infus Destrosa 5% 12 tts/mnt. Ampicillin 120 mg/ IV tiap 6 jam Kloramfenikol 150 mg/IV tiap 6 jam Antipiretik Tempra tiap 4 jam/NGT Diazepam restal 2,5 mg tiap kali kejang Nutrisi/NGT, susu lactogen 1, 2 sendok takaran dalam 140 cc, diberikan
tiap 3 jam dalam sehari atau /24 jam Oksigen 1-2 ltr/mnt.
Ners ’08 Stik Famika 27
BAB IVPEMBAHASAN
Pengkajian yang baik harus mencerminkan kondisi secara keseluruhan
dari klien, temuan-temuan yang normal maupun yang abnormal membantu perawat
dalam membuat perencanaan tindakan keperawatan yang paripurna sehingga
menentukan dan membuat keputusan sebuah asuhan keperawatan yang bertujuan
untuk mengatasi setiap masalah keperawatan maupun masalah kesehatan klien
pada umumnya.
Pada konsep dasar keperawatan terdapat beberapa diagnosa keperawatan
diantaranya :
1.Tidak efektif bersihan jalan nafas, , dapat berhubungan dengan : inflamasi
trakeabranchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum, nyeri
fleuritik. Penurunan energi, kelemahan.
2.Pertukaran gas, kerusakan dapat dihubungkan dengan ; perubahan membran
alveolar – kapiler ( efek inflamasi ), gangguan kapasitas pembawa oksigen darah.
3.Tidak efektif pola napas berhubungan dengan obstruksi bronchial.
4.Infeksi, Risiko tinggi terhadap penyebaran, Kemungkinan berhubungan dengan :
ketidakadekuatan pertahanan utama ( penurunan kerja silia, perlengketan sekret
pernafasan )., tidak adekuatnya pertahanan sekunder, penyakit kronis, malnutrisi.
5.Intoleransi aktifitas kemungkinan berhubungan dengan : ktidak seimbangan
anatar suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum, kelelahan.
6.Nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan berhubungan dengan ; peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksi dan
distensi abdomen / gas
7.Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan ; kemungkinan
berhubungan dengan : kurang terpajan, kesalahan interpretasi
Pada kasus ditemukan empat diagnosa keperawatan berdasarkan data
yang menyimpan dari pengkajian yang dilakukan diantaranya :
Ners ’08 Stik Famika 28
1.Bersihan jalan napas tidak efektif b/d akumulasi sekret pada jalan
napas/ketidakmampuan batuk.
2.Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolar-kapiler (efek
inflamasi)
3.Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipothalamus,
perubahan pada regulasi temperatur.
4.Risiko tinggi terjadi gangguan pemenuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
b/d peningkatan kebutuhan metabolisme, menurunnya kemampuan untuk
minum/makan.
Dari konsep dasar teori dengan kasus terdapat perbedaan jumlah masalah
keperawatan yang muncul hal ini membuktikan keunikan dan perbedaan karakter
setiap individu serta dengan jumlah masalah yang disesuaikan dengan temuan data
saat dilakukan pengkajian.
Ners ’08 Stik Famika 29
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari temuan diagnosa keperawatan pada kasus yang berbeda dari konsep
dapat disebabkan oleh beberapa hal diantarnya :
1. Tingkat masalah kesehatan yang dialami oleh klien
2. Informasi yang kurang/keterbatasan dalam bahasa
3. Klien dan keluarga kurang kooperatif dalam memberikan
informasi
4. Pengambilan data yang tidak lengkap
5. Kualitas SDM perawat yang kurang
6. Sarana yang kurang menunjang
B. Saran
Untuk membuktikan bahwa perawat dapat menunjukkan peran dan
bermitra dengan tim kesehatan dalam menyelesaikan setiap masalah yang
dialami oleh klien, diharapkan setiap perawat mampu menerapkan ilmu dan
keterampilannya secara profesional. Selain itu perawat harus lebih membuka
diri dari informasi yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
Ners ’08 Stik Famika 30
Cecily, L Beth, Linda A Sowden (2002), Buku Saku Keperawatan Pediatric, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Donna L Wong, (2004), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric, Cetakan Pertama Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 3 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Marylin E Doenges . Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Price Silvia A & Wilson Lorraine M. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran, EGC Jakarta.
Ngastiyah (1997), Keperawatan Anak Sakit, Edisi Pertama, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Suryadi SKp, Rita Yuliani SKp (2001), Asuhan Keperawatan Anak Edisi Pertama, PT Fajar Inter Pratama Jakarta
Ners ’08 Stik Famika 31