buletin iatmi & barrels maret-april 2014
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Buletin IATMI & Barrels Maret-April 2014
1/12
Volume 2 - Maret/April 2014
IATMI Volume 2 - Maret/April 2014 | 1
POTENSI GAS METANA BATUBARA
TERUS DIKEMBANGKAN
Kegiatan pengembangan gas metana
batubara atau yang lebih dikenal
dengan sebutan CBM (coalbed
methane) walau tak banyak terdengar,
ternyata berjalan cukup lancar. Setidaknya
demikian yang bisa disimpulkan dari
kegiatan The 5 th International Indonesia
CBM Conference and Exhibition 2014 yang
berlangsung akhir Maret lalu di JakartaConvention Center, Jakarta.
Mengambil tema “Indonesia CBM Potential
to Reality – Challenges to Overcome” ,
kegiatan yang sudah menjadi acara tetap
IATMI setiap dua tahun itu dibuka dengan
Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo.
Faktor Keekonomian
Dalam pengantarnya, Ketua Steering
Committee yang juga adalah Ketua UmumIATMI Bambang Ismanto mengungkap
optimismenya bahwa Indonesia
mempunyai potensi CBM yang signifikan.
Menunjuk beberapa milestones di bidang
produksi CBM, ia berharap konferensi ini
akan member manfaat kepada pemerintah
dan dunia industri.
Konferensi IndoCBM kali merupakan
kegiatan serupa keenam kali yang
diselenggarakan IATMI. Prakarsa IATMI
untuk mengembangkan sumber energialternatif yang relatif baru ini diawali pada
IndoCBM 2006. Ketika itu pengembangan
CBM baru sebatas cita-cita.
Hal. 3 : GALERIGALERI FOTO INDOCBM
Hal. 4 : ARTIKELPENGEMBANGAN GMB DAN
INOVASI TEKNOLOGI DALAM .....
Hal. 6 : ARTIKELBERDAYAKAN ABG !
Hal. 7 : WORKSHOPWORKSHOP PENGEBORAN DI
BANDUNG
DARI KONFERENSI INDOCBM 2014 :
bersambung ke hal. 2 ...
-
8/17/2019 Buletin IATMI & Barrels Maret-April 2014
2/12
2 | IATMI Volume 2 - Maret/April 2014
Berkat pelaksanaan konferensi
internasional itu, Pemerintah mulai
member perhatian yang diikuti pula oleh
dunia industri, khususnya migas. Setelah
itu, berturut IATMI menyelenggarakan
konferensi pada tahun 2008, 2010, 2012
dan kini 2014. Dalam perkembangannya,
pemanfaatanunconventional hydrocarbon
ini menunjukkan kemajuan yang cukup
berarti. Bermula dengan perhatian
Pemerintah membuat kebijakan dan
regulasi dalam menarik minat perusahaan
migas untuk mengelola lapangan CBM.
Kini Indonesia telah memasuki era
baru dengan kesiapan para operator
memproduski CBM dari lapangan-
lapangan yang tersebar di Sumatera dan
Kalimantan.
Selama kegiatan dua hari yang didahului
oleh Business Forum, mendengarkan
beberapa keynote speeches , diskusi
panel dan sesi teknikal yang membahas
operasi CBM dari berbagai sisi. Beberapa
topik dalam keynote adalah Progress in
Indonesia CBM Exploration to Production,
CBM Appraisal Development in Complex
Environment, sementara panel diskusi:
Commercial Challenges in Unconventional
Development, Acceleration Permits and
... sambungan dari hal. 1
Sebuah tonggak sejarah dalam
pemanfaatkan produksi gas metana
batubara (CBM) di Indonesia terjadi
pada 30 April 2013. Saat itu diresmikan
penggunaan CBM untuk jaringan listrik.
Pasokan pertama CBM produksi dari
Lapangan Multi Wells Pilot #3 oleh
operator Vico dialirkan masuk ke dalam
jaringan Perusahaan Listrik Negara (PLN)
di Mutiara, Kutai Kartanegara. Dengan
demikian untuk pertama kali pula listrik
bersumber CBM dapat dinikmati oleh
masyarakat.
Selama ini Vico yang mengoperasikan
Lapangan CBM Sanga-Sanga dalam
kegiatan artificial lift menggunakan tipe
Linear Rod Pump . Dengan hydraulic rig ,
menurut Wiarto Putro dari Vico Indonesia,bisa menghemat waktu dalam rig moving
dua hari lebih cepat dibandingkan dengan
penggunaan rig konvensional yang
CBM UNTUK MASYARAKAT
Land Acquisition for CBM Development
dan sesi teknikal membahas CBM
Technology Operational Challlenges,
CBM Fit for Purpose Drilling Completion
Technology, A New Design of Low-cost
and High-local content CBM Drilling Rig
dan Updated CBM Projects & Technology
Showcase.
Sementara kegiatan-kegiatan itu
berlangsung dalam ruang tertutup, di
lobi berlangsung pula pameran yang
diikuti oleh perusahaan-perusahaan
KKKS dan penyedia jasa. Terkait denga
apa yang dipamerkan di dalam gedung,
di halaman JCC tegak berdiri sebuah
prototype rig CBM yang dikembangkan
oleh Lemigas sebagai gabungan antara
rig migas dan rig tambang denganspesifikasi kemampuan setara dengan
rig migas berkapasitas 440 HP. Selain
Lemigas, perusahaan Hunan Yuzhong
Geology juga mengincar kesempatan
untuk menjual rig seperti dikatakan Hu
Xiang Lhu, salah satu representatif yang
hadir selama IndoCBM ini. Pada awal acara
di hari pertama Wamen Susilo Siswotomo
berkenan menyerahkan sertifikat SPE
kepada peserta-peserta yang lulus
kegiatan bersama SPE - IATMI itu.***
dikenal sebelumnya.
Menurut Heribertus Joko dari Lemigas,
kendala utama pengembangan kegiatan
CBM adalah pada faktor keekonomian.
Oleh karena itu menurut dia Lemigas
membuat studi drilling rig yang cocok.
Terutama karena posisi kandungan yang
terletak di tengah resevoar batubara.
Dalam jangka panjang, menurut ZikriNasser, ahli teknik perminyakan lainnya
dari Vico, biaya penggunaan rig berukuran
besar bisa dihemat.***
...bisa menghemat waktudalam rig moving dua harilebih cepat dibandingkandengan penggunaan rig
konvensional yang dikenal
sebelumnya...
-
8/17/2019 Buletin IATMI & Barrels Maret-April 2014
3/12
IATMI Volume 2 - Maret/April 2014 | 3
G ALERI FOTO INDOCBM 2014
-
8/17/2019 Buletin IATMI & Barrels Maret-April 2014
4/12
4 | IATMI Volume 2 - Maret/April 2014
Coal bed methane (CBM) atau yang juga dikenal sebagai
gas metana batubara (GMB) adalah gas metana yang
diproduksi dan kemudian tersimpan dalam lapisan
batubara di bawah permukaan. Meskipun umumnya terakumulasi
dalam kuantitas yang relatif kecil dalam satu reservoar batubara
dan membutuhkan penanganan yang berbeda jika dibandingkandengan reservoar gas konvensional, banyak negara sudah
memanfaatkannya. Amerika, Rusia, Cina, dan Australia telah
banyak mengembangkannya yang umumnya digunakan bahan
bakar instalasi pembangkit listrik.
GMB adalah salah satu sumber energi yang secara potensial
tersedia dalam jumlah besar di Indonesia. Beberapa sumber
mengemukakan bahwa Indonesia memiliki sumber daya
(speculative resource) GMB mencapai 450 trillon cubic feet (TCF)
yang sebagian besar terpusat di Sumatera (Sumatera Tengah dan
Selatan) dan Kalimantan (Kalimantan Timur dan Cekungan
Barito). Dapat dikatakan seluruh potensi tersebut belum
dimanfaatkan.
Murah
Pemanfaatan GMB di Indonesia baru dimulai oleh pilot proyek
lapangan Rambutan. Setelah membangun kapasitas laboratorium
dan uji lapangannya Lemigas sebagai lembaga penelitian yang
berada dalam naungan Badan Penelitian dan Pengembangan -
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memulai pemboran
lima sumur pada pilot proyek di lapangan Rambutan – Sumatera
Selatan. Dengan bekerja sama dengan Medco Energi gas mulai
terproduksi pada tahun 2008 setelah melalui proses dewatering .
Gas metana yang terproduksi dipakai untuk pembangkit listrik
lapangan dengan kapasitas 12 KVA.
Pengembangan pilot proyek GMB ini diharapkan akan menjadi
sumber pembelajaran bagi pengembangan GMB di Indonesia.
Dari pilot proyek ini juga telah diperoleh pengalaman tentang
berbagai aspek teknis dan non-teknis yang dihadapi, mulai
kendala-kendala yang dihadapi dalam pemboran, pengambilan
perconto , komplesi, operasional pompa, sampai beratnya
kondisi medan. Dari pengalaman tersebut, dan sejalan
dengan misi Pemerintah yang mensinyalir akan semakin
perlunya untuk meningkatkan aspek keekonomian di sektor
industri GMB maka Lemigas mendesain rig pemboran khususGMB yang murah dan memiliki tingkat kandungan dalam negeri
yang memadai.
PENGEMBANGAN GMB DAN INOVASITEKNOLOGI DALAM RANGKA DIVERSIFIKASI
SUMBER ENERGI NASIONALOleh: Bambang Widarsono
Peneliti LEMIGAS & Ketua Dewan Pakar Teknikal IATMI
Rancang Bangun dan Pengembangan Rig GMB Murah dengan
Kandungan Lokal Tinggi
Pada tahun 2013 SKK MIGAS mencanangkan bahwa tahun
tersebut adalah “Tahun Pemboran” dimana tidak kurang dari
412 sumur GMB akan dibor hingga tahun 2015. Ketersediaanrig pemboran yang ada di Indonesia belum bisa mencukupi
untuk menjawab program tersebut. Rig migas yang tersedia pun
akan memerlukan pembiayaan yang tinggi jika dipakai untuk
pemboran GMB. Berawal dari fakta tersebut maka Badan Litbang
ESDM melalui Lemigas berprakarsa agar industri manufaktur di
Indonesia dapat membuat rig GMB yang ekonomis dan dengan
kandungan lokal yang terus meningkat. Dengan desain rig
yang dibuat LEMIGAS ini diharapkan biaya pemboran menjadi
dapat ditekan sehingga meningkatkan aspek keekonomian
dari pengusahaan GMB. Disamping itu industri manufaktur rig
nasional juga bisa lebih dinamis dan bersaing dengan produk
asing.
Desain rig GMB ini adalah merupakan kombinasi antara rig migas
konvensional dan rig tambang, dengan spesifikasi kemampuan
setara dengan rig migas berkapasitas 440 HP. Untuk prototipe
ini tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) telah mencapai lebih
dari 40 persen yang meliputi sasis, kabin, roda (unit carrier ),
beberapa komponen mesin, sistem hidrolik, menara (mast) ,
dan sistem elektrik. Unit pembawa rig (carrier) GMB didesain
agar sesuai dengan kondisi lebar jalan pada umumnya di
Indonesia, dan dilengkapi dengan sistem penggerak beroda 8
x 8 yang cocok untuk dioperasikan pada medan yang berat dan
berlumpur.
Rig bergerak yang diproduksi oleh Lemigas dengan bekerjasama
dengan perusahaan manufaktur nasional bersertifikat API ini
memiliki kapasitas mesin 440 HP yang dapat digunakan untuk
pemboran sedalam 1000 – 1500 meter. Proses manufaktur
dilakukan di workshop Dawuan – Cikampek. Desain yang
didesain khusus untuk pemboran GMB ini dilengkapi dengan
sistem transmisi, menara, top driving power head , sasis heavy
duty untuk pergerakan medan berat, sistem feeding , sistem
transmisi hidrolik, console pengoperasian, dan sistem listrik
untuk mendukung operasi.
Singkat, Cepat dan Ringkas
Dengan menggunakan rig yang didesain sesuai dengan
-
8/17/2019 Buletin IATMI & Barrels Maret-April 2014
5/12
IATMI Volume 2 - Maret/April 2014 | 5
kebutuhan pemboran GMB tetapi memenuhi kualifikasi
keselamatan/keamanan rig standar minyak dan gas bumi, serta
memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang cukup
(untuk prototipe ini sekitar 40 persen, dan akan ditingkatkan)
maka biaya pemboran dapat ditekan. Dengan waktu mobilisasi
yang singkat, proses rig up and down yang cepat, dan jumlah
awak yang sedikit saja maka proses pemboran dapat berlangsung
cepat dan ringkas. Perhitungan secara umum memperkirakan
bahwa biaya pemboran (termasuk logging , pemasangan
casing , dan cementing ) dapat ditekan hingga menjadi hanya 60
persen dari biaya pemboran dengan menggunakan rig migas
konvensional maupun rig GMB impor. Mengingat jumlah sumur
GMB yang diperlukan pada setiap lapangan berjumlah besar
maka penekanan biaya sebesar itu akan sangat berpengaruh
terhadap tingkat keekonomian suatu lapangan GMB. Dengandemikian maka dengan menggunakan rig GMB dalam negeri ini
dalam jumlah yang memadai maka diharapkan sektor industri
GMB nasional akan menjadi lebih berkembang.***
-
8/17/2019 Buletin IATMI & Barrels Maret-April 2014
6/12
6 | IATMI Volume 2 - Maret/April 2014
Pesawat Garuda yang saya tumpangi dari Jakarta di bulan Januari
2014 mendarat mulus pagi hari di Seoul Incheon Airport. Hhhhmm…
pagi yang cerah. Setelah terbang ke Busan selama 45 menit. Saya,
dijemput seorang engineer bangsa Korea di bandara Busan membawa
saya ke Lotte Hotel di pusat kota. Saya diundang Pemerintah Korea melalui
KyungNam University untuk memberikan presentasi di suatu workshop
bertajuk “Deep Offshore” . Oleh-oleh dari Busan yang ingin saya bagi dalam
tulisan ini adalah bagaimana bangsa lain yang maju (kasus Korea Selatan
dan China yang kini juga disebut Tiongkok) sangat menjunjung tinggi
dan menerapkan apa yang kita kenal sebagai ABG’s partnership dengan
sukses. Ooops , ABG di sini bukan Anak Baru Gede, tapi… Academia -
Business – Government . Sukses Korea Selatan ini bukan merupakan
hasil sesaat, melainkan “a long voyage” mereka, sejak mengembangkan
perusaaan baja POSCO serta lingkungan akademis di Korea. Atau kalau di
China, barangkali buah positif dari reformasi (termasuk pemberantasan
korupsi) yang mereka lakukan beberapa waktu sebelumnya.
Manajemen dan Profesional
Prestasi Korea Selatan melalui perusahaan seperti Hyundai, Dae-Woo atau
Samsung Heavy Industries cukup membanggakan. Kita jadi gregetan,
terasa sekali kalau kita jauh ketinggalan. Ya, Korea Selatan termasuk
pemasok fasilitas produksi migas di luar negaranya. Misalnya, Floating
Production Storage & Offloading (FPSO ) untuk proyek laut-dalam TOTALdi Girassol, Angola - Afrika Barat, dibuat di Ulsan Korea dan diangkut
(towing) selama tiga bulan ke Angola. Workshop “Deep Offshore” itu
berlangsung tiga hari termasuk plant visit . Betapa civitas academica
Program Studi Naval Architecture KyungNam University di bawah supervisi
Prof. Kim, maupun engineers dari Samsung Heavy Industries sangat
antusias membimbing dan memfasilitasi sesuai dengan pakem akademis
ke managemen dan professional Usaha Kecil dan Menengah (UKM atau
Small and Medium Enterprises - SME ) termasuk perusahaan besar di
sektor perkapalan (baca: Samsung Heavy Industries).
Workshop ini disponsori Pemerintah Korea, juga penginapan dan
transportasi untuk para pengajar. Pemerintah Korea bahkan menaja UKM
untuk mengikuti exhibitions di luar Korea. Engineer yang menjemput saya
di bandara Busan itu bahkan pernah ikut Pameran Industri di Kemayoran,
Jakarta. Di kelas ada sekitar 40 peserta terdiri dari manajemen dan
profesional dari UKM bersama dengan perusahaan besar Samsung
Heavy Industries. Kepada mereka diberi arahan terkait “Deep Offshore
Technology” (Teknologi Laut-Dalam) oleh tiga dosen terdiri dari orang Korea
bergelar PhD yang bekerja di (dan jadi warga negara) Kanada, orang Korea
(juga bergelar PhD) bekerja di Amerika dan saya sendiri. Ada UKM yang
didorong membuat riset instrumentasi di subsea , ada juga riset tentang
pipeline protective coating dengan neoprene sebagai bahan dasarnya
dan segera akan dipasarkan. Topik eksplorasi dan eksplotasi laut-dalam
yang dibahas di bengkel kerja itu sangat visioner mulai dari SURF (Subsea
Umbilical Riser and Flowlines) sampai ke Arctic Technology (Exploration &
Production Adventure di Kutub Utara). Mereka minta saya untuk berbagi
tentang “Subsea Corrosion Mitigation” yang saya tahu, hasil “intensive selflearning” selama tiga tahun terakhir termasuk perkembangan dan deep
offshore market di Asia Selatan. Contoh lain yang ingin saya sampaikan di
sini ketika saya memberikan “short lecture” di hadapan belasan PhD yang
BERDAYAKAN ABG !Oleh: Deden Supriyatman
Anggota IATMI #2118, SPE #3116988, NACE #135080
bergabung di Corrosion Protection Group - USTB (University of Science &
Technology Beijing) July 2013. Mereka “curious” atas “corrosion cases” di
Indonesia. Juga saya kagum karena peralatan uji korosinya lengkap dan
canggih di kampus mereka yang didanai negara (Tiongkok) dan tentunya
dengan bantuan industri (termasuk projects assignments industry ke
USTB dari Petrochina, CNOOC). Tak heran hasil riset yang dituangkan
dalam belasan kertas kerja dengan patronage Prof Lu setiap tahunnya
mereka presentasikan di ajang bergengsi NACE (National Association of
Corrosion Engineers) International di AS.
Mencari Titik Temu
Bagaimana di negara kita, Indonesia? Rekan saya M. Yusran, di milis
Senyum ITB menulis: “Kelemahan utama kita adalah dalam membangun
sistem. Kemudian juga menjahit antar sistem dalam satu kesatuan
tujuan. Baru kemudian bermitra lintas sistem, bersinergi dan bersimbiosis
mutualisme. Mesti ada niat yang tulus untuk longterm partnership ”. Tapi
sayang, baru membangun sistem yang controllable kita sudah macet
duluan. Kekalahan kita dengan Malaysia dan Singapura adalah dalam
hal “system development” . Manusianya sepertinya lebih unggul dari segi
potensi serta kepandaian individualnya. Seorang profesor di ITB bergumam
pesimistis, ”Ah…. Pak Deden… saat ini siapa sih yang memiliki perhatian
terhadap hal tersebut?” Seorang mahasiswa saya, Aziz, ragu apakah bisa
kemitraan ABG ini diimplementasikan di Indonesia. Aziz berpendapatbahwa yang harus ditingkatkan terkait ABG partnership adalah kesadaran
masing-masing individu tentang pentingnya semangat kompetisi (bukan
kompetisi antar sesama melainkan untuk unggul dari bangsa lain) serta
mereka harus sadar bahwa kepentingan bangsa di atas kepentingan
individu. Dapat juga dilakukan duduk bersama antara ABG agar mereka
bisa berdiskusi dan mencari titik temu yang saling menguntungkan.
Pelajaran apa yang dapat dipetik dari semua ini ?
1. Yang jelas bangsa ini jangan hanya jadi penonton kita harus bangkit,
dan jangan hanya jadi pemakai teknologi! Kita harus berperan aktif!.
Pendidikan dan riset menjadi salah satu ujung tombak!.
2. Perlu ada blue print untuk kemitraan yang kuat di antara Academia,
Business, Government ini. Tentunya harus ada “policy” yang jelas dari
Pemerintah. Riset - riset di ITB, UI, UGM ITS, perguruan tinggi lain dan
institusi penelitian kalau toh sudah ada kerjasama dengan industri, perlu
diperkuat dan diperluas, dengan dukungan penuh pemerintah.
3. Khusus untuk “teknologi laut-dalam”, terus terang saya agak ragu.
Apakah riset bertajuk ini sudah serius digarap, walaupun riset Met-ocean
sebagai bagian dari deep-offshore technology , dulu saya dengar sudah
ada di bawah supervisi alm. Prof. Hang Tuah (Teknik Kelautan ITB).
Prof Pudjo Sukarno dan Dr Darmadi (Teknik Perminyakan ITB) dalam
“Research Consortium of Optimization of Pipeline Network (OPPINET)”
sudah memulai melakukan penelitian terkait “temperature profiles”
untuk keperluan teknologi eksplorasi dan eksploitasi di laut-dalam, yang
merupakan harapan masa depan industri migas.
4. Barangkali menjadi challenge dan agenda ke depan Menteri
Koordinator Perekonomian (yang sekarang dijabat anggota kehormatanIATMI), bersama dengan Mendikbud, Menperin, forum rektor, dan asosiasi
profesi seperti IATMI, SPE, IAGI, HAGI untuk memperkuat kemitraan ABG
di negeri yang sangat kita cintai ini.***
-
8/17/2019 Buletin IATMI & Barrels Maret-April 2014
7/12
IATMI Volume 2 - Maret/April 2014 | 7
WORKSHOP PENGEBORAN
DI BANDUNG
Enam puluh orang peserta dari
berbagai lembaga dan instansi
di lingkungan migas hadir dalam
workshop selama dua hari di Bandung
pada 24-25 April 2014. Mereka mengikuti
Workshop Pedoman Teknis Perencanaan
Drilling Sumur Migas di Indonesia yang
diselenggarakan oleh IATMI di Hotel
Trans Luxury, Bandung.
Acara dibuka oleh Ketua Umum
IATMI Bambang Ismanto, dilanjutkan
sambutan Kadiv SKK Migas Gunawan S,
di moderatori oleh M. Tavip (SKK Migas),
Hendrazid (IATMI), Jufrihadi (IATMI).
Dua orang pembica menjadi fasilitator,
Dr. Bonar Tua Halomoan Marbun dari
ITB mengulas berbagai aspek pedoman
dalam bidang pemboran. Pada hari
kedua Rahmat Basuki dari ENI Indonesiaberbagai pengetahuan: Pedoman Teknis
Perencanaan Drilling Sumur Migas di
Indonesia (Deepwater - Subsea Well
System).
Berbagai topik dibahas antara lain
Casing Design, Casing Inventory dan Kick
Tolerance. Hal ini menjadi pengetahuan
baru bagi sebagian peserta. Misalnya
dalam Desain Casing tidak hanya sebatas
dari sudut pandang drilling engineering
tetapi juga ada aspek-aspek dari
bidang reservoir seperti keekonomian,
produksi, formation pressure, fracture
gradient & pressure dan EOR yang dapat
berpengaruh. Demikian pula dalam
Kick Tolerance yaitu maksimum gas
atau influx yang dapat ditoleransi tanpa
terjadinya formation breakdown. Selain
itu juga Annulus Pressure Build-Up (APB),
Casing Wear dan Well Barriers. Pembicara
praktisi dari salah satu perusahaan KKKS
juga membagi pengalamannya dalam
mengatasi APB tekanan yang muncul
akibat hubungan antara casing padaannulus akibat sumur yang sudah lama
berada dalam kondisi produksi. Dalam
hal ini para peserta banyak mendapat
petunjuk praktis APB.***
IATMI SIAPKAN
CALON
PENSIUNAN
Banyak orang merasa gamang memasuki
masa pensiun. Terutama bila pada saat
terakhir orang itu menduduki posisi
bagus, jabatan tinggi, kewenangan luas dan,
tentunya gaji memadai. Masa purna bhakti yang
ada di depan mata seolah hantu yang kalau bisa
dihindari. Namun seberapa giatnya seseorang
yang bekerja dan mengabdikan waktu, pikiran
dan tenaganya pada sebuah lembaga, cepat
atau lambat pasti akan memasuki masa
pensiun. Umumnya masa peralihan ke “dunia”
baru itu harus dijalani pada saat mereka berada
pada puncak kematangan psikologis serta kaya
akan pengalaman. Kebanyakan mereka tidak
siap mental untuk memasuki masa ini sehingga
menimbulkan masalah.
Untuk mengantisipasi perasaan-perasaan
serupa, yang sebenarnya wajar, pada calon-
calon pensiunan, IATMI bekerjasama dengan
berbagai pihak, merencanakan pelatihan
khusus, “Entrepreneurship Workshop for Pre-
Retirement” yang waktunya akan ditentukan
kemudian.
Menata Hidup Sehat
Workshop akan membahas bagaimana
mengubah sikap mental dengan menawarkan
satu alternatif sebagai wirausaha. Dan juga
membahas bagaimana mengelola dana sesuai
dengan kemampuan agar peserta mampu
menjadi wirausaha profesional.
Bengkel kerja ini dirancang dalam bentuk
interaktif melalui ceramah, diskusi, simulasi
dan pelatihan dengan kasus. Para fasilitator
sengaja dipilih mereka yang punya kompetensi
di bidangnya, termasuk psikolog, dokter ahli
kesehatan manula serta pra praktisi.
Kegiatan selama lima hari itu juga akan
diisi dengan pencerahan tentang sikap
mental menghadapi perubahan, bagaimana
menata hidup sehat di masa pensiun serta
mendengarkan cerita sukses pengusaha
yang berhasil. Selain itu peserta akan dibawa
mengunjungi tempat-tempat usaha seperti
bengkel kendaraan, café dan restoran, tempat
usaha makanan dan suvenir serta juga lokasi-
lokasi peternakan, perikanan, perkebunan
dan-lain-lain. Pelatihan juga diselingi dengan
konsultasi personal kewirausahaan serta
praktek budidaya tanaman dan pembuatan
pupuk.***
-
8/17/2019 Buletin IATMI & Barrels Maret-April 2014
8/12
Penasehat :
Bambang IsmantoPenanggung Jawab :
Judha SumariantoWakil Penanggung Jawab :
Ratnayu Sitaresmi Tim Redaksi :
Renville AlmatsierAndry Halim
Tauk FathaddinBoni Swadesi
Redaktur Pelaksana :
Renville AlmatsierLayout & Foto :
Alief SyahruAbdul MananAlamat Redaksi :
Patra Office Tower, 1st Floor, Suite 1-C Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 32-34
Jakarta Selatan 12950
Telp/Fax :021-5203057Email :
8 | IATMI Volume 2 - Maret/April 2014
Bulan Maret dan April lalu
merupakan bulan yang sepi
dari kegiatan. Kecuali penyelenggaraan Konferensi
IndoCBM 2014, tampaknya seluruh lapisan masyarakat,termasuk warga IATMI, terbawa sibuk dengan persiapan
dan pelaksanan Pemilihan Umum Calon Anggota
Legislatif yang gaungnya masih terus terasa hingga
saat ini. Kurangnya aktivitas itu berdampak pada kerja
kami mempersiapkan bulletin ini. Kami mohon maaf
kepada para pembaca sekalian bila nomor ini hadir
agak terlambat dari biasanya. Kegiatan Konferensi
IndoCBM itu kami laporkan dengan ilustrasi dalam
Galeri Foto dan kolom khusus mengenai perkembangan
teknologi menara bor yang ditulis oleh rekan Bambang
Widarsono. Selain itu ada tulisan oleh-oleh dari
rekan Deden Supriatman mengenai workshop
yang dihadirinya. Tulisan-tulisan seperti inilah yang
sebenarnya kami harapkan dari para anggota IATMI.
Dengan menorehkan pengalaman, Anda bisa berbagi
pengetahuan atau menyampaikan ide atau usul kepada
sesama rekan IATMI. Karena ide sekecil apa pun, bila
mendapat tambahan masukan, bisa berkembang
menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita semua.
Akhirnya, selamat beraktivitas kepada semua pembaca
dan anggota IATMI. Redaksi
Dari Redaksi
Redaksi
SPE - IATMI Petroleum Engineering Certication
09 – 13 June 20 14, Venue : Bandung
Wireline Logging Tools & Applications
16 – 18 June 20 14, Venue : Bandung
Wireline Logging for Non Engineer
18 – 20 June 20 14, Venue : Bandung
Reliability Of Core Analysis & PVT Data
23 – 26 June 2014, Venue : Yogyakarta
Contact Person : Abdul Manan (0813 162 544 74)
Jadwal Pelatihan IATMI
• Telah meninggal dunia rekan Sunoto
Murbini (No. Anggota 01323) karena
sakit pada hari Sabtu, 3 Mei 2014, jam
05.25 WIB di RS Pertamina Pusat, Jakarta.
Jenazahnya dikebumikan di Bojonegoro
pada tanggal 4 Mei 2014. Almarhum
adalah pendiri LSATMI dan pernah
menjabat pelaksana harian IATMI tahun
2008-2009.
Semoga arwahnya diterima disisi-Nya
dan diampuni segala dosa-dosanya. Serta
untuk keluarga yang ditinggalkannya,diberikan ketabahan. Aamiin.***
Alm. Sunoto Murbini.
BERITA DUKA
-
8/17/2019 Buletin IATMI & Barrels Maret-April 2014
9/12
-
8/17/2019 Buletin IATMI & Barrels Maret-April 2014
10/12
-
8/17/2019 Buletin IATMI & Barrels Maret-April 2014
11/12
-
8/17/2019 Buletin IATMI & Barrels Maret-April 2014
12/12