bumerang revolusi hijau - majalah agrica 2014

68
REVOLUSI HIJAU REVOLUSI HIJAU REVOLUSI HIJAU BUMERANG BUMERANG BUMERANG EDISI XXVI/ TAHUN XXVIII/ 2014 EDISI XXVI/ TAHUN XXVIII/ 2014 EDISI XXVI/ TAHUN XXVIII/ 2014 LEMBAGA PERS MAHASISWA AGRICA LEMBAGA PERS MAHASISWA AGRICA LEMBAGA PERS MAHASISWA AGRICA WAWANCARA khusus : Sutrisno Iwantono President Asian Farmers Group for Cooperation (Nh 4 ) 2 S 04 Sp36 Kcl k2 s o 4

Upload: lpm-agrica

Post on 23-Jul-2016

267 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Wawancara khusus dengan Sutrisno Iwantono. Ia merupakan President Asian Farmers Group for Cooperation.

TRANSCRIPT

Page 1: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

REVOLUSI HIJAU REVOLUSI HIJAU REVOLUSI HIJAU BUMERANGBUMERANGBUMERANG

EDISI XXVI/ TAHUN XXVIII/ 2014EDISI XXVI/ TAHUN XXVIII/ 2014EDISI XXVI/ TAHUN XXVIII/ 2014LEMBAGA PERS MAHASISWA AGRICALEMBAGA PERS MAHASISWA AGRICALEMBAGA PERS MAHASISWA AGRICA

WAWANCARA khusus : Sutrisno Iwantono President Asian Farmers Group for Cooperation

(Nh4)2 S04

Sp36

Kcl

k2so4

Page 2: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Bidang kajian Program Studi meliputi:-Produksi Tanaman-Manajemen dan Teknologi Agroindustri

Program pembelajaran setara 36 sks yang ditempuh selama 4 semester

Page 3: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

MEDIA INTELEKTUAL PERTANIAN

Pelindung :Dekan Fakultas Pertanian Unsoed

Penasehat :Pembantu Dekan III Fakultas Pertanian

UnsoedPenanggung Jawab :

Presiden BEM Fakultas Pertanian Unsoed

Pembina :Ir. Syaeful Anwar, M.Si

Pemimpin Umum :Aulia Intan Pratiwi

SEKRETARIS UMUM :Mardi RahmatBENDAHARA :

Christy Novie , Fika Puspita

Pemimpin Redaksi :Subhekti Hikmanto

Redaktur Pelaksana :Bagus Argha Mulia

Desain Grafis & Fotografi : Arif R, Grady, Novan, Vikri, Elin

Perusahaan :Vani, Dumaris, Januarso, Ayu

Editor :Adhit, Aliyah, Argha, Aziz, Bhekti, Isti, Lani,

Siwi,

Reporter :Adhit, Ayu,Benyamin, Ella, Firman, Grady,

Hanfah, Ivo, Januarso, Kiki, Laras, Margareta, Nisa, Nofi, Novan, Putri,

Sangsang, Selpi, Syarif, Vani.

Alamat Kantor Redaksi: Lembaga Pers Mahasiswa AgricaKomplek UKM Jl. Dr. Soeparno PO. BOX 125 Karangwangkal, Purwokerto 53123 e-mail : [email protected] web : www.persma-agrica.com

WE ARE AGRICA

Diterbitkan oleh :Lembaga Pers Mahasiswa Agrica Fakultas PertanianUniversitas Jenderal Soedirman

SQUAD

WE ARE AGRICAWE ARE AGRICA

WE ARE AGRICAWE ARE AGRICA

WE ARE AGRICA

BILA ....MULUTMU

DIBUNGKAM TAJAMKAN

PENAMU

Page 4: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 20144

5 Salam Redaksi 6 Surat Pembaca 7 Editorial10 Judul Majalah

Laporan UtamaPotensi di Balik UpayaKonservasi Lahan Kritis di BanyumasMeyoal Lahan PertanianAbadi

11

14

17 Terapkan Sistem IrigasiDemi Selamatkan Air

20 Lahan yang Tak LagiBerkualitas

Laporan KhususBertahan di AtasLahan Sengketa

23

Wawancara KhususSutrisno Iwantono26 Intervensi

Pemerintah PrioritaskanKedaulatan Tanah Rakyat

Foto Esai31 Menggali Asa Logam Mulia

Teknologi36 Pil KB Pembasmi TIkus

OpiniAli Zum MasharRevitalisasi Lahan PertanianMelalui Revolusi Teknologi Mikroba

38

Henry SaragihPembaruan Agraria Untuk Kedaulatan PanganFuad HasanBerlindung di Bawah Naungan UUPerlindungan Petani

43

45

Info Pangan48 Seputar Gula Semut

Banyumas

Teropong BanyumasDurian Kromo AndalanBanyumas

50

Menyelamatkan Koperasidari Keterpurukan

52

Esai54 Lahan Pertanian “Kritis”

CerpenLahan KembarSarjana Pertanian

56

59Resensi

Nggk Sekolah TinggiTapi Kaya Selangit

Bilik Sastra61 Puisi

Info GrafikGunung Slamet

Komoditas Unggulan Banyumas

Majalah Agricadari Tahun ke Tahun

64 62

66

DAFTAR ISI

Page 5: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

S egala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada

kita. Shalawat serta salam kita junjungkan kepada nabi Muhammad saw. Terkadang untuk mencapai tujuan, bak melewati labirin, ada saja jalan-jalan yang tak terduga dan tak semulus yang kita kira seperti layaknya jalan tol. Namun, dengan segala kecerdasan, keyakinan dan kesabaran pada akhirnya mencapai tujuan jua. Begitu pun pembuatan produk ini, Majalah AGRICA Edisi XXVI/Tahun XXVIII/2014 dengan tema Revitalisasi Lahan Pertanian pada akhirnya bisa terbit dan dipersembahkan untuk para pembaca setia Agrica.

Kenaikan harga pangan dunia saat ini, khususnya pada komoditas beras dengan berbagai penyebabnya haruslah mendapatkan perhatian serius dari pemerintah Indonesia. Dalam hal ini perhatian itu bisa diwujudkan dengan mengubah kebijakan pemerintah yang selama ini dinilai kurang berpihak pada sektor ini khususnya sektor pertanian. Salah satu konkretnya adalah dengan mengeluarkan kebijakan terhadap perlindungan lahan pertanian terhadap alih

fungsi lahan. Tidak hanya hal di atas tetapi juga permasalahan degradasi unsur hara serta kasus-kasus sengketa lahan pertanian yang dewasa ini sangat merisaukan. sedangkan lahan merupakan salah satu faktor produksi utama sektor pertanian.

Bermula pra Ramadan hingga pasca syawal majalah ini digarap, membutuhan keteguhan komitmen. Terima kasih untuk kawan-kawan reporter, editor, layouter, periklanan, fotografer LPM Agrica dan kawan-kawan karibku –mampu menangani di saat-saat perjalanan yang tak terduga datang- telah mantap meluangkan waktu, pemikiran, dan tenaga sampai terbitnya majalah ini.

Tim majalah ini telah berusaha semaksimal mungkin untuk menghadirkan warna berbeda pada majalah tahunan ini. Selain itu kami telah membuktikan untuk terus konsisten menjaga eksistensi dalam menerbitkan produk Agrica ini. Namun, seperti kata pepatah tidak ada gading yang tak retak, kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan hal-hal yang kurang berkenan. Oleh karena itu kami berharap kritik dan saran dari para pembaca semata-mata untuk kebaikan produk kita selanjutnya.

Selamat Membaca.Wa ssa laamu 'a la ikum war rahmat u l lah i

Wabarakatuh.

alam Redaksi

Assalaamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

SSS

Salam Persma !!!

5BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 6: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Afendi SeptiantoAfendi SeptiantoAfendi Septianto

URAT PEMBACASSS

Agroteknologi 2011

Perjalanan panjang tersebut akan selalau terkobar dan menyala dengan adanya peran jurnalistik untuk menyoroti,menggugah dan menginspirasi. Agrica sebagai Lembaga Pers Mahasiswa Fakultas Pertanian UNSOED sudah menjalankan hal tersebut dengan baik melalui berbagai media. Semangat selalu kawan-kawan untuk menembus kabut yang menyelimuti kebenaran sehingga menghasilkan ekstrasi informasi menginspirasi. Maju terus Persma !! Salam Persma !!

Dinamisasi kampus hijau UNSOED, cukup menarik disimak dan berlangsung dengan tanpa ujung sebagai bukti mahasiswa tetap berdiri untuk berkarya ataupun berupaya eksis.

Nungki Suryo NugrohoAgribisnis 2012

Berawal dari 'kata' pula, seorang yang keras bisa lunak hatinya. Sebaliknya orang baik-baik bisa berubah menjadi orang yang rusak karena mendengar, mencerna atau membaca tulisan yang merusak hati dan pikiran. Membaca untaian reportase dan analisis yang disajikan secara apik oleh AGRICA ke dalam bentuk ulasan yang lugas penuh optimisme seakan mengulang kembali romansa pergerakan mahasiswa tahun 98 yang aktif dan kritis. Meski masih terlampau jauh membandingkan dengan gelora dan gairah perlawanan angkatan terdahulu kita, namun sedikit banyak mengingatkan kita akan sebuah frasa, “Ketika otak diracuni untuk berfikir, mulut dibungkam untuk bicara, tangan dibelenggu untuk bergerak, hati dibunuh untuk berasa, biarkan pena menari-nari menggoreskan nyanyian-nyanyian perlawanan.” AGRICA mampu menjadikan 'kata' laksana pedang, ia lincah menggunakannya karena terbiasa, runcingnya ujungnya karena terasah, tajamnya ayunan di setiap sisi karena ilmu dan hidupnya jiwa.Wassalamu'alaykum Wr. Wb.

Assalamu'alaikum Wr. Wb.Berawal dari 'kata', peristiwa besar bisa terjadi.

Aldino NoormaresAgribisnis 2012

Kita dengar dari cerita sejarah yang dianggap memiliki peran yang sangat penting di tengah kehidupan masyarakat, hal tersebut menimbulkan pertanyaan bagi mereka yang mengemban peran sebagai mahasiswa. Pertanyaan tentang peran dan fungsi mereka yang mengemban sebuah tanggung jawab besar yang seharusnya disadari oleh seorang mahasiswa, tak sekadar kritis namun harus solutif dan melakukan pergerakan. Saya ucapkan selamat atas terbitnya majalah AGRICA, ini adalah sebuah media yang sangat diharapkan oleh mahasiswa sebagai bentuk pergerakan ditengah era mahasiswa yang dianggap semakin skeptis. Mudah-mudahan dengan adanya majalah ini mahasiswa semakin tergerak untuk lebih peka dan peduli terhadap sebuah

perubahan, yaitu perubahan yang membangun. Semoga era kemajuan teknologi gadget yang semakin melesat tidak menidur lelapkan pergerakan mahasiswa, tidak membisukan suara lantang mahasiswa dan tidak membuat mahasiswa tuli akan informasi serta tidak membuat mahasiswa menutup mata akan masalah. Terus berkarya AGRICA. Dasari atas fakta dan realita tentang kebenaran. Hidup Mahasiswa!

Salam sejahtera. Mahasiswa, Julukan tersebut memiliki makna yang besar dan sangat familiar.

6 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 7: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Reflektif, tapi tak mengada-ada. Sistem yang

holistik dan terintegrasi, yaitu pertanian, kian

j a u h d a r i k e n y a m a n a n , k e a m a n a n ,

kesejahteraan. Dulu, di tahun 1984-1989, negara

kita hebat akan pertanian, konsisten dalam

menanam, menghasilkan produktivitas tinggi,

hingga dapat berbangga, karena mampu

swasembada. Sistem pertanian monokultur,

sistem yang diterapkan pada saat itu. Di

dalamnya, penggunaan lahan tak sehat,

berakibat pada menurunnya kualitas lahan, dan

tercemarnya lingkungan pertanian. Hingga

kini, belum permasalahan ini terselesaikan,

sederet persoalan dihasilkan bagi pertanian

Indonesia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat,

alih fungsi lahan tak terbendung, sedangkan

kebutuhan produksi padi dalam 10 tahun

terakhir kian meningkat. Di tahun 2002, 51.40

juta ton, kemudian meningkat di tahun 2012

menjadi 68.74 juta ton. Data ini diperkuat

Kementerian Pertanian, setiap tahunnya alih

fungsi lahan pertanian mencapai 100.000 hektar

per tahun, sedangkan kemampuan pemerintah

mencetak sawah (membuka lahan baru) hanya

40.000 hektar per tahun. Selain itu, Kebutuhan

produksi padi nasional yang meningkat, tak

bisa dipenuhi. Di tahun 2008, 288.000 ton padi

diimpor, tahun 2012 tembus mencapai 1.928 juta

ton, dan di tahun 2013, 473.000 ton. Sungguh

ironi, untuk negeri adhesif oleh label agraris.

Di Jawa Timur, area pertanian yang

luasnya satu juta hektar, mengalami

penyusutan setiap tahunnya 1.000 hektar. Di

Jawa Tengah, alih fungsi lahan mencapai 350-

400 hektar per tahun. Data BPS Jawa Tengah,

Kekuasaan Rakyat, Dorong Kedaulatan Atas Lahan PertanianGemah ripah loh jinawi, negeri dengan kekayaan alam yang berlimpah. Sering kita dengar dan coba memahami kalimat itu sejak lama. Bermaksud mengenalkan tanah Indonesia yang sebenarnya kepada penerus bangsa. Ya, tanah kita memang subur, tapi, siapa berani jamin petani kita makmur?

Editorialditorialditorial

Agc/ Arif r

7BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 8: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, jumlah

lahan pertanian di 35 kabupaten dan kota di

Jawa Tengah telah mengalami penyusutan

6.484 hektar, dari sebelumnya 998.008 hektar,

saat ini tersisa 991.524 hektar.

Belum lagi persoalan akan kepemilikan

lahan oleh petani. Saat ini, dengan penduduk

sekitar 253 juta jiwa, Indonesia memiliki luas

lahan pertanian 8.1 juta hektar. Sedangkan

Thailand, yang jumlah penduduknya hanya

seperempat dari Indonesia, memiliki luas

sawah 9 juta hektar. Di Thailand, petani

mendapatkan jatah lahan 3.5 hektar atau

sekitar 35 ribu meter persegi per keluarga,

sedangkan di Indonesia, hanya mendapatkan

kekuasaan lahan 0.3 hektar atau sekitar 3 ribu

meter persegi per keluarga. Ini ironis, jika

petani yang membuat padi, tetapi juga

menerima raskin (beras untuk rakyat miskin).

Sisa lahan untuk area pertanian saat ini,

coba dimaksimalkan oleh elemen yang

bersangkutan. Birokrasi pemerintah,

membuat program pertanian berkelanjutan,

namun berjalan lambat. Pembagian jatah air

melalui saluran irigasi, belum semua merata.

Ada ketidakjelasan dari birokrasi. Padahal,

Hal ini termaktub di Peraturan Kementerian

Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/ 2011,

tentang Pedoman Penetapan Garis Sempadan

Jaringan Irigasi, di pasal 17 ayat 1, “Dinas,

Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah

Sungai, Badan Usaha atau Badan Sosial

menyelenggarakan pemetaan batas

kepemilikan tanah sepanjang saluran irigasi

yang menjadi wewenang dan tanggung

jawabnya”.

UU Nomor 5/1960 tentang peraturan

dasar pokok-pokok agraria, telah disepakati

waktu itu. Di dalamnya, membahas akan

s t ruktur kepemil ikan, penguasaan,

pemanfaatan, dan penggunaan tanah serta

kekayaan alam. Ini semua dikemas menjadi

reforma agraria. Hal ini penting, agar tidak

terjadi upaya memarjinalkan petani. Jika kita

sensitif akan persoalan agraria, berdasarkan

data Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA),

sepanjang 10 tahun (2004-2014), periode

kepemimpinan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono, terjadi 1.391 konflik agraria di

Indonesia, dengan areal seluas 5.711.396

hektar. Terdapat lebih 926.700 keluarga

menghadapi ket idakadi lan agrar ia .

Berdasarkan sektor, konflik agraria di

perkebunan 536 kasus, infrastruktur 515,

kehutanan 140, tambang 90, pertanian 23, dan

pesisir-kelautan enam kasus. Yang hangat

terjadi, seperti di Rembang Jawa Tengah,

Karawang Jawa Barat, dan Banyumas Jawa

Tengah. Di Banyumas, konflik agraria belum

menemui t i t ik terang. Petani desa

Darmakradenan, terus menagih janji Bupati,

yang akan menengahi konflik antara petani

dengan perusahaan setempat, hingga

memfasilitasi warga Darmakradenan

berangkat ke BPN pusat di Jakarta.

Di era demokrasi saat ini, ditambah

hadirnya pemimpin nasional baru, selalu

membawa harapan baru. Komitmen untuk

menyelesaikan konflik agraria, semakin

membumi. Gerakan rakyat penuntut reforma

agraria, terus bermunculan. Serikat petani,

aliansi masyarakat adat, komunitas buruh,

dan jaringan nelayan, jadi basis rakyat untuk

terus serukan reforma agraria. Belum lagi,

semakin mengorbitnya berbagai riset, kajian

akan keagrariaan dari kalangan akademisi di

berbagai perguruan tinggi dan lembaga

strategis lain, menyiratkan pesan nyata,

pemimpin baru di Indonesia, prioritaskan

reforma agraria.

Upaya mengembalikan ke fungsi aslinya,

digadang-gadangkan, agar lahan pertanian

tetap hidup, dan kita mampu berdikari

(berdiri di atas kaki sendiri). Revitalisasi

lahan pertanian harus menjadi prioritas

bangsa, reforma agraria sangat relevan dan

penting dijalankan. Perwujudan kemandirian

bangsa harus tetap ada, ingat, kita sudah

pernah berprestasi akan swasembada, tapi

yang tersulit, mempertahankan. (Pemred)

8

Editorialditorialditorial

Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 9: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Luasan produksi

pangan stagnan.

Lahan pertanian kian

timpang akibat industri

pabrikan.

Redistribusi lahan

bagi petani penggarap

mutlak dilaksanakan.

9BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 10: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

MAJALAH AGRICA

EDISI XXVI/TAHUN XXVIII/2014

BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 11: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Potensi di Balik Upaya Konservasi Lahan Kritis di BanyumasTerletak di kaki Gunung Slamet, Kabupaten Banyumas diberkahi 'gemah ripah loh jinawi' atau kekayaan alam berlimpah. Lahan di kaki gunung merupakan lahan pertanian yang subur. Kurang lebih 50 persen wilayah Banyumas berkontur pegunungan. Di sisi lain, kontur tersebut memiliki konsekuensi. Beberapa wilayah memiliki tingkat curah hujan relatif tinggi dan kemiringan lereng yang tergolong sebagai lahan kritis.

LAPORAN UTAMA

11BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 12: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

ahan kritis adalah L keadaan lahan yang terbuka akibat adanya e r o s i b e r a t d a n

menyebabkan produktivitas lahan menurun. Namun, lahan kritis bukan berarti sudah tidak produktif. Kegiatan pertanian tanaman tahunan masih dapat di lakukan di lahan kr i t i s . Penanaman pada lahan kritis termasuk mengusahakan tanah tertutup oleh tanaman atau upaya vegetasi. Langkah ini dapat menjadi peluang dengan memilih jenis tanaman yang cocok dan memiliki nilai ekonomis.

Menurut Ir. Begananda, M.S., dosen program studi Ilmu Tanah, Fakultas Per tanian Unsoed, lahan kritis terbagi menjadi beberapa kriteria, salah satunya kriteria teknis. “Secara teknis, lahan kritis terjadi karena lereng lahan sudah kritis dan memiliki curah hujan yang tinggi, sehingga menyebabkan erosi,” jelasnya(14/7).

Data lahan kritis tahun 2013 yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Serayu Opak Progo menunjukkan di Kabupaten Banyumas terdapat lahan kritis seluas 4.207 hektar. Kepala Dinas Pertanian Banyumas, Ir. Tjutjun S u n a r t i R o c h i d i e , M . S i . , menuturkan, lahan kritis di Banyumas t e r s eba r d i 27 kecamatan dengan tingkatan kritis berbeda. “Penyumbang lahan kritis terbesar Kecamatan Lumbir, K e c a m a t a n G u m e l a r d a n Kecamatan Karanglewas,” ujarnya (18/7).

Lahan kritis tersebut disebabkan faktor kemiringan lereng. Lahan menjadi rawan erosi akibatnya lapisan atas tanah mudah hi lang. Tanah pun kehilangan kemampuan menahan air atau fungsi hidrologi. Lahan kritis tersebut terdiri dari kawasan budidaya, kawasan lindung di luar hutan, hutan lindung, hutan produksi maupun hutan produksi

terbatas. Lahan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu lahan budidaya. Namun, seluas 31,03 persen lahan pada kawasan budidaya dinyatakan berpotensi kritis. Upaya penanganan lahan kritis terus dilakukan, salah satunya konservasi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyumas, tahun 2009 hingga 2011 luas lahan kritis yang telah dikonservasi meningkat secara signifikan. Di tahun 2011, 7.653 hektar lahan kritis telah direhabilitasi.

Saat ini , konser vas i dilakukan dengan pembuatan Kebun Bibit Rakyat (KBR). Sejak 2010 sampai 2013 jumlah KBR terus bertambah. KBR dibuat untuk merehabilitasi lahan. Setiap unit KBR mampu merehabilitasi 100 hektar lahan. Tjutjun Sunarti m e n g a t a k a n , K a b u p a t e n Banyumas pada tahun ini fokus membuat 25 unit KBR. “Setiap KBR mendapat bantuan lima

2009

2013

2010

2011

2012

13.547

10.122

7.770

7.270

78

4.178

7.653

500

500

Luas lahan kritisyang direhabilitasi (ha)

Luas lahankritis (ha)

17.697

Sumber : BPS Kabupaten Banyumas 2013

LAPORAN UTAMA

12

Data lahan kritis yang direhabilitasi

Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 13: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

puluh juta rupiah. Ini bantuan dari Kementerian Pertanian yang diharapkan bisa merehabilitasi lahan kritis seluas 2500 hektar,” tambahnya.

D e s a Ta m a n S a r i , K e c a m a t a n K a r a n g l e w a s , merupakan salah satu titik pembuatan KBR. “Tahun 2012 mengajukan itu (KBR) dan sudah dapat,” tutur M. Akias, Kasi Pembangunan Desa Taman Sari Kecamatan Karang Lewas,” (21/8). Di desa, lahan kritis dimanfaatkan petani untuk menanam berbagai macam tanaman baik semusim maupun tahunan. “Lahan kritis ditanami macam-macam atau belum diseragamkan, penanaman juga

belum diberi interval (jarak) sehingga pemanfaatannya masih belum optimal,” ungkap Akias. Apresiasi akan diberikan oleh Dinas Per tanian j ika masyarakat melakukan konservasi sesuai aturan. “Mereka sudah menghargai lingkungannya, dinas akan memfasilitas pengadaan bibit tanaman bagi masyarakat yang i n g i n m e m i l i k i t a n a m a n budidaya,“ terang Yusuf Khanafi, S.P, staf Kehutanan Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas (18/7). Upaya konservasi juga dilakukan dengan mengadakan lomba penghijauan setiap tahun bagi kelompok masyarakat pegiat k o n s e r v a s i . H a r a p a n n y a ,

masyarakat terpacu untuk lebih giat memperhatikan lingkungan. “Kelompok–kelompok masyarakat akan mendapatkan dukungan lebih dari pemerintah. Misalnya, kelompok yang sukses konservasi di bidang kehutanan dapat didukung tidak hanya untuk upaya konservasi di bidang tersebut melainkan bidang lainnya,” tambah Yusuf. Se la in i tu , diharapkan kelompok yang menang dapat menularkan ke masyarakat yang lainnya. Upaya konservasi lahan kritis pun dapat menjadi peluang jika dilakukan dengan benar.

Setiap KBR mendapat bantuan lima puluh juta rupiah. Ini bantuan dari Kementerian Pertanian yang diharapkan bisa merehabilitasi lahan kritis seluas 2500 hektar.

2010

2011

2012

2013

2014

27

25

38

52

25

Tahun Jumlah Kebun Bibit Rakyat (unit)

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas, 2014

“Ir. Tjutjun Sunarti Rochidie, M.Si.,Kepala Dinas Pertanian Banyumas

Reporter : Sangsang Tri Raharjo Nisa Lutfiana

Fotografer : Arif Romdoni

LAPORAN UTAMA

13BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 14: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Alih fungsi lahan masih menjadi dilema permasalahan kependudukan. Peningkatan jumlah penduduk menuntut bahan pangan, tempat tinggal, fasilitas sosial, budaya dan kesehatan yang layak dalam jumlah besar untuk pemenuhan kebutuhan. Sering kali dalam pembangunan fasilitas-fasilitas tersebut mengalih fungsikan lahan pertanian yang subur dan produktif.

Seperti yang terjadi di daerah Lumbir, Kabupaten Banyumas. Beberapa meter persegi lahan pertanian teralih fungsikan menjadi Stasiun Pengisian Bahan Bakar

Umum (SPBU). Data yang diperoleh Agrica dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyumas terkait lahan sawah di wilayah tersebut menunjukkan penurunan dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2010 luas lahan pertanian menunjukkan 32.307 ha dan menurun menjadi 32.292 ha di tahun 2012.

Menanggapi permasalahan alih fungsi lahan, pemerintah pusat telah mencanangkan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) yang ditetapkan sejak 2009 dalam UU No. 41 tahun 2009. LP2B bertujuan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tidak di alihfungsikan ke pembangunan non pertanian secara berkelanjutan. Selain itu, LP2B

dirancang untuk menjamin kesejahteraan petani, ketersediaan pangan secara berkelanjutan, dan keseimbangan ekologi bila berjalan secara beriringan. Lahan yang akan ditetapkan menjadi LP2B meliputi

Menyoal Menyoal Menyoal

LAPORAN UTAMA

Lahan Pertanian Lahan Pertanian Lahan Pertanian AbadiAbadiAbadi

LP2B

PROPO

SAL

PERUMAHAN MALL

PROPOSAL

14

Agc/ Romdoni

Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 15: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

kawasan per tanian pangan berkelanjutan, lahan pertanian pangan berkelanjutan, dan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan.

B a d a n p e r e n c a n a a n pembangunan daerah (Bappeda) melalui Penyusunan Dokumen Inventarisasi LP2B dan Rencana Pengembangan Infrastruktur Irigasi tahun 2012, hingga saat ini, Pemerintah Daerah Banyumas telah melakukan inventarisasi lahan sawah pada 27 kecamatan di Kabupaten Banyumas yang akan ditetapkan sebagai LP2B dan cadangannya. Daerah yang sudah d i i n v e n t a r i s a s i m e l i p u t i Kecamatan Lumbir, Wangon, Jatilawang, Rawalo, Kemranjen, Kebasen, Sumpiuh, Tambak, Somagede, Kalibagor, Banyumas, Patikraja, Purwojati, Baturraden, Cilongok, Gumelar, Karanglewas, Kedung Banteng, Kembaran, Purwokerto Barat, Purwokerto Selatan, Purwokerto Timur, Purwokerto Utara, Sokaraja, S u m b a n g , Pe k u n c e n , d a n Ajibarang.

LP2B mas ih menjad i rencana yang terkesan lambat realisasinya lantaran wacana tersebut mencuat pada 2009 lalu dan dikumandangkan lagi dalam Peraturan daerah (Perda) No. 10 tahun 2011 tentang Rencana Tata R u a n g W i l a y a h ( RT RW ) Kabupaten Banyumas. Namun, hingga saat ini Pemda baru mencapai tahap inventarisasi. “LP2B belum menjadi Perda karena butuh proses yang panjang dan kami telah mencapai tahap inventarisasi lahan di Kabupaten Banyumas,” kata Barkah, ST., staff bidang fungsional umum Bappeda Kabupaten Banyumas (16/7).

Program LP2B ini terfokus pada lahan sawah, menurut Arif Sukmo Buwono, ST., MT., selaku Kepala bidang PBUS Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas, lahan pertanian yang dilindungi b e r u p a s a w a h m e r u p a k a n penjabaran dari undang-undang yang diturunkan sampai ke gubernur dan kabupaten untuk dibuat undang-undang. Meskipun ada pendapat lain, seperti yang diungkapkan Joko Purwanto, ST. MT., selaku Kepala Sub Bidang SDA dan Lingkungan Hidup Bappeda, “Kami memprioritaskan l ahan sawah, t e tap i t idak melupakan lahan pertanian lain

Mengantisipasi alih fungsi lahan, kita dapat menerapkan tindakan insentif dan disinsentif , hal ini cenderung menuntut petani untuk memper-tahankan ladang,”

KresnawanKepala Bidang Irigasi

Pengairandan Bina Marga

LAPORAN UTAMA

15BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 16: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

seperti, perkebunan, karena lahan pertanian tidak terbatas pada sawah,” ujarnya (27/8). Ia juga menambahkan, parameter dalam pengutamaan lahan diukur melalui luas lahan pertanian, grade 1 dengan ukuran lebih dari 20 ha, grade 2 pada 5-20 ha, dan grade 3 kurang dar i 5 ha. “Kami memprioritaskan lahan pertanian yang memiliki luas lebih dari 20 ha karena memiliki investasi lebih seperti irigasi dan agar lebih efisien,” kata Joko.

Tidak eksisnya LP2B, membuat dinas belum bisa mencegah alih fungsi pada lahan potensial. Tindak lanjut LP2B

untuk tingkat yang lebih spesifik seperti dusun dan kecamatan hingga saat ini belum jelas sampai mana koordinasinya. Banyak daerah seper t i kecamatan K a r a n g l e w a s d a n D u s u n Rempoah belum mendapatkan informasi terkait LP2B dan koordinasi inventarisasi ke masing-masing daerah. “LP2B itu apa? Kami, dari pihak kecamatan t i d a k t a h u d a n b e l u m berkoordinasi dengan pusat terkait hal tersebut,” kata Cucun Ismudianto, SP., Koordinator BP3K Kecamatan Karanglewas ( 2 / 9 ) . H a l s e n a d a j u g a disampaikan Suyitno, Kadus II Dusun Rempoah, “Kalau disini

belum ada pember itahuan tentang LP2B dan koordinasi inventarisasi tentang itu,” katanya (28/8).

Sebelum LP2B terbentuk, RTRW membagi wilayah yang akan dijadikan wilayah pertanian. Namun, RTRW yang ditetapkan tidak bisa menyelamatkan lahan sawah yang subur dan produktif, khususnya lahan yang berada di wilayah peruntukkan pemukiman atau zona kuning seper t i Purwokerto. “Lahan pertanian yang berada di zona kuning (zona pemukiman) dalam RTRW dapat dialih fungsikan menjadi lahan non pertanian,” kata Barkah.

Demi mengantisipasi hal tersebut, dinas pertanian, dinas pengairan dan dinas terkait lainnya memiliki upaya-upaya untuk meminimalisir terjadinya alih fungsi yang lebih luas. Hal yang dilakukan oleh dinas melalui perlakuan teknis dan tindakan insentif maupun disinsentif. “Mengantisipasi alih fungsi lahan, kita dapat menerapkan tindakan insentif dan disinsentif. Hal ini cenderung menuntut petani untuk mempertahankan ladang,” kata Kresnawan, Kepala Bidang Irigasi Pengairan dan Bina Marga (21/8). Tindakan insentif berupa kemudahan dalam ir igas i , pemberian keringanan biaya pajak negara, pemberian bantuan seperti pupuk, benih ataupun alat pertanian. Sedangkan tindakan disinsentif berupa menaikkan tingkat kesulitan dalam perizinan.

Reporter : Nofi Rahayu, Januarso

LAPORAN UTAMA

Alih fungsi lahan yang terjadi di daerahDesa Tambaksogra Kecamatan Sumbang. Alih fungsi lahanyang terjadi disana antara lain lahan pertanian produktifberubah menjadi perumahan dan pertokoan.

16

Doc. AgricaDoc. AgricaDoc. Agrica

Fotografer : Arif Romdoni

Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 17: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

rigasi atau pengairan sangat penting I kontribusinya sebagai faktor produksi. Di Banyumas, saluran irigasi sudah ada pada zaman kolonial Belanda. Tahun 1906,

dibuat saluran irigasi Karanganjing di Purwokerto. Saluran irigasi dibuat dengan desain khusus untuk mengairi tanaman tebu. Jauh sebelum itu, di tahun 1884, saluran irigasi modern pertama dibangun di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, dengan nama

LAPORAN UTAMA

Terapkan Sistem Irigasi Demi Selamatkan AirAir merupakan sumber kehidupan di semua sektor, utamanya bidang pertanian. Sebagai komponen utama pertumbuhan tanaman, keberadaannya menjadi hal yang vital bagi kelangsungan dunia pertanian. Masalah pada bangunan irigasi apalagi ancaman kekeringan di mata petani merupakan malapetaka.

Bangunan irigasi yang kering pada musim kemaraudi desa Jompo Kulon Kecamatan Sokarja Kabupaten Banyumas.Keadaan terakhir bangunan irigasi tersebut dijebol sisinya oleh wargaakibat musim kemarau yang berkepanjangan.

17BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 18: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Singamerta. Kini, keduanya hanya tinggal nama, karena bangunan dan manfaatnya sudah tidak dirasa.

Hingga saat ini, persoalan saluran irigasi tak pernah habis. Pasokan air yang minim ketika masuk musim kemarau sudah tak asing lagi bagi petani, seperti penuturan Mardiman, petani desa Jompo Ku lon , Kec amatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, “Kalau kemarau kering banget, kalau kemarau biasanya nganggur,” tuturnya (13/8).

D e s a J o m p o K u l o n merupakan salah satu desa di Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas yang mendapat suplai air dari sungai Klepar. Air dari sungai Klepar berasal dari limpasan atau buangan yang berasal dari daerah Purbalingga. S u n g a i i n i m e m i l i k i d u a bendungan, yaitu bendungan Tepi Barak dan bendungan Blater. Keberadaan sungai ini sangat vital untuk mengairi daerah perbatasan Purbalingga dan Banyumas.

Berdasarkan kewenangan d a n t a n g g u n g j a w a b n y a pengelolaan saluran air dibagi m e n j ad i e m p a t , m e l i p u t i : pemerintah pusat, pemerintah p r o v i n s i , p e m e r i n t a h kabupaten/kota dan pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain. Sungai klepar termasuk

dalam kategori aliran lintas kabupaten/kota sehingga secara hukum wewenang dan tanggung jawab dipegang oleh pemerintah provinsi. Hal ini sesuai dengan u n d a n g - u n d a n g R e p u b l i k Indonesia Nomor 7 tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air pasal 15 huruf f, “Mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada w i l a y a h s u n g a i l i n t a s kabupaten/kota”.

Hal ini diamini oleh Pujiyanto(52), petugas bagian lapang koordinator perwakilan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Serayu Citanduy, “Kalau di jompo itu bendung milik masyarakat. Itu memang bukan bendung teknis, dulu dibuat masyarakat. Setelah itu diserahkan ke kabupaten, kabupaten yang kelola, sehubungan sekarang sudah ada aturan untuk lintas kabupaten itu masuk provinsi, sekarang baru masuk provinsi,” Ungkapnya (18/8).

Saluran air yang dikelola oleh pemerintah meliputi saluran air primer, sekunder dan tersier. Untuk areal pertanian, sumber air yang diperbolehkan adalah saluran air tersier. “Petani kan tidak boleh mengambil air dari saluran primer, sekunder, harusnya dari saluran tersier,” ungkap Begananda, dosen

Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Unsoed (20/8). Hal ini sesuai dengan undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air Pasal 41 ayat 3, “Pengembangan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air.”

Menurut Iwan Supriyanto (32), kepala desa Jompo Kulon, bendungan Tepi Barak mengairi hampir 3 desa, Karangso, Jompo, dan Banjarsari. “Dam itu kita buat sudah sangat lumayan fungsi, bagus,” tuturnya (22/8).

Permasalahan irigasi

Mardiman menjelaskan,

Kalau kemarau kering banget, kalau kemarau biasanya nganggur.

“Mardiman

Petani desa Jompo KulonKecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas

LAPORAN UTAMA

Sawah di daerah Jompo Kulonyang kering menyebabkan produktifitas padi menurun

18 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 19: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

permasalahan irigasi di Jompo Kulon sudah sejak lama terjadi. Salah satunya adalah perebutan air. Letak saluran antar sawah dengan bendungan atau dam sekitar 2 km, sehingga debit air yang sampai di desa Jompo Kulon sangat sedikit, “Karena di daerah atas banyak yang membutuhkan air, sampai sini (red: Jompo Kulon) tinggal sedikit,” tuturnya.

Permasa lahan muncul ketika terjadi pembangunan bendungan yang tak jauh dari bendungan Tepi Barak, “Jaraknya mungkin sekitar 150 meteran, sehingga dam (bendungan) kita tidak punya debit air yang cukup,” ungkapnya. Iwan mengeluhkan letak dam (bendungan) yang terlalu dekat, “Sepengetahuan saya, dam itu tidak boleh berdekatan, apalagi jarak yang sangat dekat. Itu kan dam kita punya, tetapi dibuat dam berikutnya,” ungkapnya.

K e t u a G a b u n g a n Kelompok Tani (Gapoktan) desa Jompo Kulon, Arie Sartono, mengungkapkan kekecewaannya kepada dinas terkait. Dirinya meminta agar ada klarifikasi pembuatan bendungan Blater, “Kendala-kendala yang ada mestinya dinas yang berbicara. Mestinya dinas perairan di

kabupaten, karena ini adalah daerah perbatasan,” ungkapnya (22/8). Menurutnya, ada kesalahan teori dalam pembuatan dam Blater yang letaknya sekitar 150 meter tak jauh dari dam Tepi Barak. ”Mestinya dinas purbalingga tahu persis disitu ada dam, kan dam ada teorinya,” ungkapnya.

Begananda menjelaskan, secara teoritis dalam membuat saluran irigasi harus berdasarkan kebutuhan air untuk tanaman, u t a m a n y a t a n a m a n p a d i . “Kebutuhan air untuk tanaman padi bisa didekati dari luas area. Sehingga mau di bendung berapapun jumlahnya kalo airnya banyak sedangkan luasannya sempit ya bisa saja,” ungkapnya. Menurutnya, saluran irigasi yang bagus memiliki pintu sebagai pengatur debit aliran, “Setiap irigasi yang bagus ada pintunya untuk pengukur debit aliran,” ujarnya.

Mengatasi kekeringan

Saat musim kemarau, menurut Begananda, solusi yang bisa ditawarkan yaitu dengan mengubah pola tanam, “Pada kondisi air yang kurang tidak harus semua menanam padi, bisa

palawija, sehingga airnya cukup,” u j a rnya . Untuk mengata s i kekurangan air tersebut juga diamini oleh Ir. Sukadi, Kepala S e k s i O p e r a s i o n a l d a n Pemeliharaan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Serayu Citanduy (BPSDA) (55), “Harapan ke depan disesuaikan dengan pola tanam dan areal tanam disesuaikan dengan ke t e r s ed i a an a i r, ” ungkapnya (18/8).

Pujiyanto menuturkan b a h w a p i h a k d e s a d a p a t mengajukan permohonan bantuan pompa ke BPSDA yang sudah d ike tahui dar i kabupaten , kemudian pihaknya (BPSDA) akan meninjau sejauh mana kelayakan bantuan tersebut. “Pihak desa mengajukan proposal kesini, diketahui dari kabupaten juga kesini. Dari pihak sini meninjau layak atau tidak,” tuturnya. Selain ke BPSDA, desa juga dapat mengajukan bantuan ke dinas pertanian, ”Ke dinas pertanian juga bisa, tergantung P3Anya (Perkumpulan Petani Pemakai Air) sana,” jelasnya.

Reporter : Ahmad Syarif Ella Auliya Nurul Baity

Fotografer : Grady Grifandi Delevi

LAPORAN UTAMA

INFORMASI PEMASANGAN IKLAN:085799212282/ [email protected]

PERSMA-AGRICA.COM MAJALAH AGRICA @GROMEDIA FAPERTA NEWS MEDIA PARTNER

MELIHAT SISI LAIN BERBEDA

media

agrica

Page 20: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Indonesia dikenal akan kekayaan alam yang berlimpah. Tak terkecuali di sektor pertanian. Kesuburan tanah mutlak diperlukan bagi lahan pertanian. Peranannya sebagai penggerak produktivitas dalam usaha pertanian. Makin subur suatu lahan, tingkat produktivitas pertanian yang dihasilkan akan semakin besar. Sebaliknya, kondisi lahan dengan kualitas kritis menyebabkan produktivitas dalam sistem pertanian kian menjadi kronis.

Lahan yang Tak Lagi Berkualitas

K abupaten Banyumas termasuk salah satu daerah yang memiliki produksi padi tinggi di Jawa Tengah. Tahun 2011, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat,

produktivitas padi di Kabupaten Banyumas sebesar 56.21 kuintal/Ha dengan rata-rata Jawa Tengah 55.04 kuintal/Ha. Namun, di empat kecamatan di Kabupaten Banyumas, yakni Kecamatan Jatilawang, Purwokerto Utara, dan Sumbang, terjadi penurunan produktivitas pertanian.

Penurunan produktivitas pertanian ini berkaitan erat dengan faktor pendukungnya, seperti musim tanam, bibit, pupuk, dan pengelolaan lahan. Faktor pendukung seperti pengelolaan lahan yang salah akan berakibat menurunnya kualitas lahan. Darsito (50), petani Desa Banteran, Kecamatan

“““ Peningkatan produktivitas terlihat jika menggunakan pupuk anorganik, namun lamakelamaan tidak akan meningkat secara signifikan bahkanmenurun.

Dwi HartonoStaff Bidang Hortikultura dan

Pangan Dinas Pertanian

LAPORAN UTAMA

20 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 21: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Sumbang, mengungkapkan, lahan sekarang lebih sulit diolah. Alhasil produksi padinya kemarin hanya berisar 5 kuintal di lahan seluas 0.2 Ha. “Kemarin gak hasil, biasanya sampai 8 kuintal ada,” paparnya (17/9).

Perubahan pola tanam pertanian dinilai sebagai salah satu penyebab menurunnya kualitas lahan. Rohmat, Koordinator Penyuluh Tanaman Pangan dan Holtikultura, mengatakan, di Jatilawang, pola tanam sudah menggunakan mesin traktor, “Contoh yang dapat kita lihat secara real, daerah Jatilawang dulu menggunakan kerbau untuk membajak lalu digaruk sedangkan sekarang pakai traktor,” ujarnya (16/8). Menurut Rohmat, jika penggunaan traktor tidak tepat, dapat menyebabkan tanah m e n g a l a m i p e n u r u n a n

p r o d u k t i v i t a s . “ C a r a - c a r a pengolahan tanah dengan mesin kan memang lebih cepat tapi menimbulkan efek-efek negatif seperti pengerasan tanah,” tambah Rohmat.

Agus Maryanto, SP., selaku Kasi Pangan & Hortikultura Dinas Pertanian, menjelaskan, pemakaian traktor memang memiliki kelemahan. “Ada unsur traktor berat jadi tanah menjadi padat,” ungkapnya (17/9). Namun, Agus tidak memungkiri adanya traktor membantu menanggulangi masalah tenaga kerja yang langka. “Dengan traktor bisa menggarap 5 Ha/hari dibandingkan dengan menggunakan sapi yang hanya mampu 0.5 Ha/hari,” jelas Agus.

Selain perubahan pola pertanian, pemakaian pupuk kimia anorganik yang tidak bijak juga dapat berpengaruh terhadap

penurunan kual i tas lahan. Menurut Dwi Hartono, Staff Bidang Hortikultura dan Pangan Dinas Pertanian, penggunaan pupuk kimia anorganik akan meningkatkan produktivitas. “Peningkatan produktivitas terlihat jika menggunakan pupuk anorganik, namun lama kelamaan tidak akan meningkat secara signifikan bahkan menurun,” ungkapnya (19/8). Berbeda yang disampaikan Darsito, menurutnya, produktivitas turun dari segi pupuk yang kualitasnya menurun. “Sekarang pupuknya beda,” singkatnya (17/9). Namun Darsito tidak memungkiri ketiadaan irigasi turut mempengaruhi hasil panennya.

F a k t a d i l a p a n g a n menunjukkan sampai saat ini petani masih enggan merubah kebiasaan penggunaan pupuk kimia anorganik ke pupuk organik. Menurut Dwi Hartono, penggunaan pupuk organik baru d i l ak s anakan d i bebe r apa kelompok petani saja. “Kalau di Banyumas itu jarang hanya beberapa kelompok,” jelasnya (19/8). Hal ini diperparah dengan banyaknya peredaran pupuk anorganik bersubsidi daripada pupuk organik. Sampai Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) tahun ini keluar, pemerintah mencantumkan lima macam pupuk bersubsidi yang salah satunya pupuk organik,yakni Petro Organik. Namun, tetap saja kebutuhan petani akan pupuk kimia anorganik masih dipenuhi, seperti subsidi pada pupuk Urea, ZA, SP-36, dan NPK. Pemerintah beralasan masih melihat ke stabilitas pangan di masyarakat dan belum berani untuk merubah

LAPORAN UTAMA

Dampak�dari�penggunaan�pupuk�dan�pestisida�kimia�berlebih�menyebabkan�kondisi�lahan�di�daerah�Gunung�Tugel�menurun�,�diantaranya�tekstur�tanah�yang�mengeras�menjadi�bongkahan�tanah�sehingga�tidak�dapat�ditanami�tanaman.�

21BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 22: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

ini secara drastis, ”Jangankan dicabut, dikurangi saja petani bakal rame (red; bergejolak),” tambah Rohmat. Perbaikan Lahan

Ketergantungan petani akan penggunaan pupuk kimia anorganik masih menjadi momok t e r s e n d i r i b a g i p e r t a n i a n Indonesia . Berbagai upaya dilakukan pemerintah mengenai hal ini. “Pemerintah sudah mengupayakan seperti program S LP T T ( S e k o l a h L a p a n g Pengelolaan Tanaman Terpadu) yaitu penggunaan pupuk kimia

anorganik di dampingi dengan organik, ” ungkap Rohmat. Program SLPTT yang telah dicanangkan pemerintah sejak 2 0 0 8 m e m u a t p e r a t u r a n pemupukan yang dijelaskan secara rinci berdasarkan Permentan No. 40/OT.140/4/2007 mengenai k i sa r an dos i s pemupukan . “Pemupukan berimbang dilakukan sesuai lokasi yang spesifik, jadi nantinya sesuai kebutuhan tanaman,” ujar Agus.

Selain program SLPTT yang ditawarkan pemerintah melalui dinas, Bapeluh sudah

menerapkan cara sederhana untuk memperbaiki kualitas lahan. Pe r b a i k a n k u a l i t a s l a h a n diwujudkan dengan pengembalian biomassa seperti jerami sisa panen ke lahan. Rohmat menjelaskan, “Jerami cenderung jarang kembali ke lahan, sekarang banyak digunakan untuk pakan ternak dan pabrik jamur,” pungkasnya.

2012 2013

5,94

5,17

Padi

2012 2013

24,8024,42

Ketela Pohon

12,9%

Produktivitas

1,5%

Produktivitas

2012 2013

2,09

1,15

Kedelai

45,2%

Produktivitas

PENURUNAN KUALITAS LAHAN DI KAB. BANYUMAS DITINJAU DARI PRODUKTIVITAS TANAMAN PER-HEKTAR

Pada 2013 luasan lahan padi sawah adalah 64.812 Ha atau meningkat 3135 Ha dari tahun sebelumnya, akan tetapi produksi padi malahan menurun 31.194 Ton. Hal ini disebabkan adanya penurunan kualitas lahan ditinjau dari produktivitas lahan per hektar yang menurun 12,9 persen.

Pada 2013 luasan lahan padi sawah adalah 3.206 Ha atau berkurang 1.499 Ha dari tahun sebelumnya, Penurunan luasan lahan ini menurunkan produksi ketela pohon sebesr 38.373 Ton dari 116.676 ton pada tahun sebelumnya. Disamping itu, segi produktivitas perhektar pun berkurang 1,5 persen.

Pada 2013 luasan lahan kedelai adalah 739 Ha atau menurun tajam 1.963 Ha dari tahun sebelumnya, Hal ini sudah jelas menurunkan produksi kedelai dari 5.643 ton pada tahun 2012 menjadi 850 ton pada 2013. Selain dari luasan lahannya yang berkurang produktivitasnya pun menurun tajam 45,2 persen.

Sumber: Litbang Agrica Sumber: Litbang Agrica diolah dari Banyumas Dalam Angka 2014diolah dari Banyumas Dalam Angka 2014Sumber: Litbang Agrica diolah dari Banyumas Dalam Angka 2014

(Ton/Ha)(Ton/Ha)(Ton/Ha) (Ton/Ha)(Ton/Ha)(Ton/Ha)(Ton/Ha)(Ton/Ha)(Ton/Ha)

Reporter : Ahtitya Abdul A.A

Rizki Evrianti

22 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 23: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Humas Badan Pertanahan Nasional (BPN) RI, Bambang C. Himawan menyatakan, “Kasusnya semakin rumit,” ungkapnya (20/8).

Permintaan warga agar pemilikan lahan dialihkan kepada desa untuk meningkatkan kesejahteraan warga belum menemukan kata sepakat. Terlebih pasca putusan peradilan dari Pengadilan Tinggi Semarang pada 2005 yang memenangkan PT. RSA 4. Petani pun geram karena putusan peradilan tersebut menegaskan PT. RSA

Lahan SengketaBertahan di AtasBertahan di AtasBertahan di Atas

Masih lekat dalam ingatan lima tahun silam, kasus Mbok Minah, seorang buruh tani yang dituduh mencuri tiga buah kakao di Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas. Nenek 55 tahun tersebut tidak sengaja mengambil tiga buah kakao yang jatuh dari pohon milik perusahaan tempatnya bekerja untuk ditanam di rumah. Lima tahun berlalu, gesekan antara petani dengan perusahaan di Desa Darmakradenan masih kerap terjadi. Sengketa lahan antara PT. Rumpun Sari Antan (RSA) 4 dengan petani setempat belum berujung. 600 kepala keluarga (KK) petani penggarap masih menggantungkan hidup dari lahan sengketa tersebut.

Harus ada urutan dan regulasi yang jelas, tidak bisa dengan mudah

menuntut sementara masa kontrak perusahaan baru habis tahun 2018.

Bambang C. Himawan Humas Badan Pertanahan Nasional (BPN) RI

LAPORAN KHUSUS

23BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 24: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

4 tetap memegang Hak Guna Usaha (HGU) hingga 2018 mendatang.

PT. RSA 4 merupakan perusahaan bentukan Yayasan Rumpun Diponegoro (YARDIP) dengan induk KODAM IV Diponegoro yang bekerjasama dengan PT. Astra Agro Niaga. Sesuai SK MNA/BPN tanggal 20 April 1994 PT. RSA diberikan Hak Guna Usaha (HGU) seluas 227.65 Ha. Perusahaan diberi wewenang untuk mengusahakan lahan dengan ditanami kakao selama 25 tahun.

Perusahaan dengan warga berpedoman pada ketentuan yang berbeda. Bambang C. menyatakan, “ T a n a h y a n g a d a d i Darmakradenan adalah tanah milik negara. Sekarang HGUnya dipegang oleh PT RSA,” jelasnya. Ia menambahkan, perusahaan berpedoman pada ketentuan Hak Guna Usaha (HGU), sedangkan masyarakat tetap pada prinsipnya bahwa tanah yang diusahakan PT.. RSA merupakan tanah warisan nenek moyang. Perbedaan

pedoman tersebut mendasari sengketa hingga tidak kunjung menemukan titik temu.

Penggunaan lahan di desa tersebut dari total 227.65 hektar, seluas 117.65 hektar digunakan

oleh perusahaan. Selebihnya se luas 110 hektar

dipinjamkan kepada w a r g a

Darmakradenan dengan pajak

ditanggung

perusahaan tanpa biaya sewa. Lahan yang diberikan PT. RSA kepada warga dirasa tidak cukup karena masih ada petani yang belum menggarap lahan. Warga pun menuntut sisa lahan 117.65 Ha yang masih dikuasai oleh PT. RSA.

Hingga kini, upaya untuk menjadikan status kepemilikan tanah menjadi hak milik warga terus dilakukan. Tujuannya hanya satu, semua petani di wilayah

Harjono Kepala Desa Darmakradenan

LAPORAN KHUSUS

Aksi masa yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat Banyumas ketika memperingati hari buruh 1 Mei 2014,di depan kantor DPRD. Aksi ini menuntut bupati Banyumas, Achmad Husein mencabut HGU (Hak Guna Usaha) PT. Rumpun Sari Antan di desa Darmakradenan.

Page 25: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

tersebut harus mempunyai lahan. Upaya warga melalui negosiasi, un juk r a sa h ingga p rose s persidangan. Hari Buruh 1 Mei 2014 lalu, petani dan buruh tani yang tergabung dalam Serikat Tani Amanat Penderitaan Rakyat (STAN AMPERA) melakukan aksi longmarch menemui Bupati Banyumas. Mereka menuntut agar kontrak lahan perkebunan PT. RSA 4 di Desa Darmakradenan yang akan berakhir pada 2018 tidak diperpanjang. Petani juga menuntut pemerintah untuk mencabut Hak Guna Usaha (HGU) milik PT. Rumpun Sari Antan (RSA) di desa mereka.

M e n u r u t B a m b a n g , t u n t u t a n w a r g a u n t u k menjadikan tanah HGU PT. RSA menjadi hak milik dengan dasar tanah nenek moyang tidak kuat. “Harus ada urutan dan regulasi yang jelas, tidak bisa dengan mudah menuntut sementara masa kontrak perusahaan baru habis tahun 2018,” ujarnya. Lemahnya bukti membuat upaya mela lu i peradilan pun surut.

Berbagai upaya tidak kunjung membuahkan hasil. Hal tersebut memicu warga mengambil langkah radikal. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Desa Darmakradenan, Har jono, “Pohon-pohon ditebang. Tidak hanya itu, terjadi banyak pencurian kakao,” ungkapnya. Hal senada diungkapkan oleh Bambang, “Kini sebagian besar tanah sudah dikuasai oleh warga. Warga mulai mengkapling-kapling tanah sesukanya,” ungkapnya(18/8).

Darsum, Wakil Ketua STAN AMPERA menyatakan, “Lahan perusahaan ditanami pohon jati dan karet, padahal dalam kontrak perjanjian hanya ditanami kakao,” ujarnya (17/8). Ketika dimintai konfirmasi, perwakilan perusahaan tidak bersedia ditemui. Keterangan pun diperoleh dari bagian keamanan PT. RSA, Amor, menuturkan alasan penanaman jati dan karet adalah untuk konservasi lahan. “Pohon jati dan karet digunakan sebagai upaya konservasi lahan, mengingat lahan disini adalah lahan miring,” tuturnya (17/8).

Kondisi tanah keras dengan

lahan miring dialami petani. Perjanjian pun dibuat, yaitu tidak diperbolehkan lahan ditanami tanaman keras. Namun, hal ini dihiraukan, warga tetap menanam tanaman keras, seperti sengon dan jati. Karsudi, seorang petani anggota STAN AMP ERA menuturkan , “Lahan yang diberikan keras dan sulit dijangkau serta jauh dari pemukiman, harus naik ke atas dulu,” tuturnya (17/8). Kondisi ini tidak hanya dialami oleh Karsudi, hampir sebagian besar penggarap lahan yang ditemui mengeluhkan hal yang sama. Mereka mengaku himpitan e k on om i m e m a k s a p e t a n i menggarap lahan dengan ditanami tanaman selain kakao.

Kini petani setempat hanya dapat menunggu habisnya Hak Guna Usaha (HGU) a tau dikabulkannya permintaan warga oleh pemerintah agar HGU dari PT. RSA dicabut. Kondisi PT. RSA pun menunjukkan pertanda kurang baik. Hal tersebut d i u n g k a p k a n B a m b a n g . “Perusahaan tampaknya mau collapse, karena sudah rugi banyak,” ungkapnya. Hal senada pun dituturkan Harjono, “Sertifikat HGU kini menjadi jaminan hutang di bank. Sekarang PT. RSA sudah menjadi pihak ketiga,” tuturnya.

Berakhirnya HGU pada 2018 nanti, tidak langsung membuat petani memiliki lahan perusahaan tersebut. Petani masih dapat berharap agar kontrak lahan oleh PT. RSA tidak diperpanjang dan mewujudkan angan bertani di lahan sendiri.

LAPORAN KHUSUS

Reporter : Vani Ayu LestariBenyamin Y.M

25BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 26: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Petani dan lahan pertanian, dua hal yang saling terkait. Di tengah upaya meningkatkan produksi, lahan pertanian justru menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas. Nasib petani pun minim advokasi. Bagaimana Ketua Harian HKTI Ir.- Sutrisno Iwantono, MA, Ph.D., menyikapi tren penurunan lahan dan pengaruhnya bagi petani?

am 10 pagi itu (6/9) Agrica sudah berada di Jlobi Hotel Santika TMII, Jakarta Timur. Kami langsung diarahkan menuju kediaman Visiting

Professor Nihon University Japan tahun 2005 tersebut. Saat ini beliau aktif sebagai President Asian Farmers Group for Cooperation (AFGC) periode 2012-2013.

Beberapa penghargaan yang beliau terima antara

lain Ryobitein International Award, untuk karya penelitian yang paling bagus dan menonjol; Jonta Club International award, untuk karya penelitian yang paling menonjol (1989); dan Okayama, Industrial Management Association, untuk karya penelitian yang paling menonjol.Berikut wawancara Agrica dengan Sutrisno Iwantono.

Bapak sebagai ketua advokasi petani asia, kebanyakan petani berada di permasalahan seperti apa?

Advokasi itu membela kepentingan petani. Yang paling utama adalah memastikan kebijakan pemerintah itu memang tidak merugikan petani. Dirugikan misalnya masalah pupuk, masalah impor, itu harus kita advokasi. Juga soal pihak-pihak yang merugikan petani seperti sengketa lahan.

Setiap tahun luas lahan pertanian kian menurun. Menurut bapak, sebagai tokoh di

Intervensi Pemerintah Prioritaskan Kedaulatan Tanah Rakyat

WAWANCARA KHUSUSSutrisno Iwantono

26 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 27: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

dunia pertanian, apa yang membuat hal ini terus terjadi?

Berkembangnya sektor industri dan memerlukan lahan baru. Terutama di Jawa. Tumbuhnya pabrik di sekitar wilayah urban s epe r t i J aka r t a , S urabaya , Bandung. Disana menumpuk industri, karena infrastruktur yang memadai.

Selain dari sektor industri, penyebabnya apa lagi?

Irigasi. Banyak irigasi-irigasi yang rusak. Akibatnya banyak lahan pertanian tidak berfungsi. Sekarang lahan irigasi sekitar ±7.2 Juta Ha. Tapi 50 persennya rusak, berarti 3.6 Juta Ha areal irigasi yang tidak berfungsi. Seringkali koordinasi perbaikan irigasi ini tidak bagus. Perbaikan irigasi ini sebenarnya bukan bagian Dinas Pertanian, itu wilayahnya Dinas Pekerjaan Umum. Kadang-kadang koordinasi ini yang tidak berjalan sehingga mengejar areal baru itu sulit.

UU No. 7 tahun 2004 membahas Sumberdaya Air. Di pasal 15 menyebutkan wewenang sumberdaya air. Seringkali irigasi kecil namun berada di dua kota, jadi wewenang provinsi, ataupun malah lempar tanggung jawab u n t u k p e n g e l o l a a n n y a . Menurut bapak memperbaiki koordinasi ini seperti apa?

Ya, memang kepemimpinan provinsi diperlukan untuk bisa mengkoordinir dua wilayah. Sayangnya kadang-kadang UU O t o n o m i D a e r a h i n i menyebabkan bupati tidak tunduk

sepenuhnya pada gubernur.

Irigasi sangat penting kontribusinya sebagai faktor produksi. Kerusakan akan menghambat proses tanaman tumbuh. Jika hal ini terjadi apa yang bisa dilakukan dari l ingkup terkeci l h ingga terbesar?

Memperbaiki irigasi itu sendiri, m e m p e r b a i k i d a r i p r i m e r sekunder, hingga tersier. Diadakan anggaran untuk itu. Tidak bisa ditawar itu. Polanya adalah koordinasi Departemen Pertanian dengan PU, Kementerian Keungan dan DPR harus nyambung. N a m u n k a d a n g - k a d a n g (Departemen) Pertanian tidak mau berjuang karena anggarannya ada di PU, padahal berguna untuk meningkatkan produksi.

Bentuk koordinasi seperti apa?

Presiden buat saja instruksi ke beberapa menteri dalam tempo

dua tahun harus selesai irigasi sekian, misalnya.

Presiden tandatangani UU No. 19 tahun 2013 tentang Perlindungan Petani. Salah s a t u t u j u a n n y a u n t u k meningkatkan produksi . Namun pada faktanya sering terjadi lahan yang dialih f u n g s i k a n , b a h k a n d i sengketakan. Menurut bapak, fokus pemer intah pada meningkatkan produksi atau menyelamatkan lahan?

Kedaulatan pangan lebih penting. Sumber pangan harus dari dalam negeri. Kenapa harus dari dalam negeri? kita tidak boleh tergantung pada negara lain. Kalau kita bicara harus dalam negeri, maka fokus dalam negeri, produksi pun dalam negeri. Sengketa dll pada akhirnya harus bermuara pada melindungi produksi dalam negeri, memastikan kita bisa makan oleh kita sendiri bukan negara lain. Sehingga, secara filosofis kepentingan produksi

WAWANCARA KHUSUSSutrisno Iwantono

27BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 28: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

dalam negeri untuk mencapai kedaulatan pangan itu adalah lebih p e n t i n g , y a n g l a i n n y a menyesuaikan, tentu di dalam koridor hukum yang sesuai.

Kalau kedaulatan penting maka kita harus produksi sendiri. Ketika media untuk m e n a n a m i t u t e r n y a t a semakin menurun. Sudah menyempit lalu disengketakan dengan pihak perusahaan. Tanggapan bapak?Sengketa ada penyelesaian secara hukum, meskipun akan berbeda dengan tujuan filosofis produksi. Tapi penyelesaian hukum harus ada orientasi ketika selesai, produksi harus tidak terganggu.

Apa yang salah dengan p e n g e l o l a a n l a h a n d i Indonesia?

Pengelolaan lahan dalam konteks kesehatan tanah. Sehat disini berarti teksturnya harus baik, harus cukup resapan air ke dalam, unsur haranya harus cukup. Itu yang seringkali pemerintah kita terlalu memforsir pupuk kimia, makanya sekarang tanahnya jadi jelek, tanah jadi keras dsb.

UU No. 19 tahun 2013 berbicara subsidi pupuk, dan hal-hal yang menjamin petani disubsidikan. Tapi nyatanya, pupuk tersebut berakibat pada kualitas lahan yang semakin rusak. Tanggapan bapak?

Pengertian pupuk tidak harus kimia, bisa organik. Di Negara lain ada undang-undang sekian hektar harus dibuat pupuk kompos sendir i. Sekarang harusnya pemerintah mengajarkan kepada

masyarakat pola pertanian yang ramah lingkungan. Di eropa bertani ada tiga komponen, yaitu tanaman pangan, peternakan, sapi, dan sedikit masalah kebun dan hutan, komposisinya selalu begitu. Per tan ian untuk makanan m a n u s i a , p e t e r n a k a n menghasilkan selain manusia selain daging nanti kotoran untuk organik. Dan perkebunan untuk menampung air untuk tanaman, ini membentuk ekosistem yang terpelihara.

Pemerintah menggulirkan program SLPTT sejak 2008. Disitu sudah dimasukkan unsur pemupukan memakai pupuk organik meskipun belum semua, tetapi petani masih suka memakai pupuk kimia. Seefektif apa program ini dalam kaitannya dengan kesuburan lahan?

Petani kan pemikirannya belum terlalu jauh, jangka pendek. A r t i n y a d i a i n g i n c e p a t mengha s i l k an . D i a sudah mengerti soal hitung-hitungan tanah dsb. Itu tugas dar i pemerintah untuk pelan-pelan merubah pola pikir.

Pemerintah bergerak lebih di ranah regulasi. Dengan peraturan dan UU yang telah a d a , e f e k t i f k a h p e r a n pemerintah?

Pemerintah bukan hanya regulasi, namun juga intervensi. Artinya regulasi peraturan tapi tidak cukup dengan peraturan. Jika perlu pemberdayaan ya harus d i b e r d a y a k a n . R e g u l a s i menciptakan iklim dimana orang mengerjakan pekerjaan dengan rambu-rambu. Tapi pemerintah

tidak cukup disitu, tapi juga harus m e l a k u k a n e m p o w e r i n g , memberdayakan. Dis i tu lah anggaran efektif digunakan, orang yang tidak mampu menjadi mampu, orang yang t idak mengerti pembukuan diajari pembukuan.

Contoh pemberdayaan?Teknologi. Teknologi tidak bisa

digeneralisasi, tiap-tiap daerah punya karakter berbeda, kearifan lokal. Kebutuhan di pangalengan beda dengan karawang, harus lokal spesifik. Karena itu pusat-pusat research & development dibangun di daerah tersebut. Pemerintah pusat hanya menyediakan basic riset, d a s a r . U n t u k p e n e l i t i a n terapan/implementasi disediakan oleh pemerintah daerah. Kalo tidak begitu kan nanti one size not f it for all, satu ukuran tidak cocok untuk semua orang.

Di Jawa Tengah, khususnya Purwokerto, mempunyai lahan subur. Ketika melihat di p e r e n c a n a a n d a e r a h , Puwokerto ini masuk wilayah kuning, pemukiman. Berarti ketika di wilayah itu di alih f u n g s i k a n m e n j a d i pemukiman boleh-boleh saja? Menurut bapak?

K a l a u d i b u k a u n t u k pemukiman maka harus diganti dengan lahan 2x luasnya ditempat lain. Dengan demikian lahan pertanian tidak akan berkurang. Peraturannya kan ada soal itu.

Meskipun itu lahan yang tidak subur?

B i a s a n y a j i k a k a s u s n y a Perhutani maka itu harus di dalam aliran sungai. Ada air subur kan.

WAWANCARA KHUSUSSutrisno Iwantono

28 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 29: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Kenyataannya wilayah kuning y a n g s u b u r d i j a d i k a n pemukiman, lalu cari ganti untuk sawah di lahan marj inal . Tanggapan bapak?

Seharusnya lahan subur jangan j a d i k a n p e mu k i m a n , k a r e n a pemukiman tidak perlu lahan subur. Pemerintah daerahnya gak bener kalo gitu, kan?

Adanya lahan abadi itu penting tidak?

Jumlahnya yang penting. Luasnya itu yang harus abadi, tidak boleh berkurang.

Negara kita terkenal dengan negara agraris, lama memakai UUPA sejak 1960. Namun petani semakin termarjinalkan. Lantas apakah UU No. 19 tahun 2013 merupakan solusi terbaik?

Esensi perlindungan itu bukan hanya soal lahan, melainkan petani bisa hidup dari kegiatan usaha taninya. Sekarang kita melihat implementasinya. Dalam beberapa kasus kan masih belum bisa d i l a k s a n a k a n d e n g a n b a i k . P e r l i n d u n g a n p e t a n i j u g a menyangkut membanjirnya produk impor. Kita produksi tapi kalau banjir barang impor ya mati petaninya. Pengertian perlindungan berarti juga melindungi supaya petani bisa hidup layak dari hasil poduksinya. Ketika ada barang impor maka harga barang jatuh. Maka dari itu impor harus dibatasi.

Beberapa kasus sengketa lahan kerap terjadi. Ketika kasus ini dimajukan ke meja hijau

seberapa kuat posisi petani untuk menang di pengadilan?

Kalau bicara di hukum itu memang semua pembuktian secara hukum. Hakim menengakkan kead i l an berdasarkan alat bukti yang ada. Petani kemungkinan besar t idak bisa menyediakan alat bukti lalu kalah. Hakim tidak akan berpikir mengenai p ro d u k s i , k e d a u l a t a n p a n g a n , lingkungan, hama, mereka bersih tentang hukum.

Jika semua kasus seperti itu, maka petani akan selamanya kalah dong?

Ya pastinya begitu.

Tindakan pemerintah sendiri?

P e m e r i n t a h m e m b a n t u memformalkan kepemilikan tanahnya. Mereka harus bantu dulu beli dari mana, berapa saksinya, lalu dibikinkan suratnya. Kan kalau sudah masuk meja hijau gak sempet buat. Kalau ada sengketa, harus ada bukti formal. Kalau tidak ada pasti kalah di pengadilan. Karena pengadi l an i tu se l a lu mengetengahkan alat bukti formal, kesaksian kalah sama yang tertulis.

Sejauh ini pemerintah sudah memfasilitasi sertifikat tanah, kepemilikan, dll?

Ada PRONAS, tapi lajunya lambat sekali. Kalau mau memperbaiki sengketa lahan, catatan utama: bantulah masyarakat tani untuk memperoleh legalitas kepemilikan lewat lahannya. Karena kalau tidak dibantu pajaknya saja berlipat-lipat.

Sejauh aduan yang bapak terima d a r i p a r a p e t a n i , k i n e r j a

Pemerintah bukan hanya regulasi, namun juga intervensi. Regulasi menciptakan iklim dimana orang mengerjakan pekerjaan dengan rambu-rambu.

“““

WAWANCARA KHUSUSSutrisno Iwantono

Page 30: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

pemerintah memuaskankah?Kurang, kinerjanya masih dibawah. Berbagai kasus

seperti impor daging kemarin membuktikan mereka mengedepankan kepentingan partai.

Permasalahan pertama yang harus diatasi dalam permasalahan petani?

Yang paling penting memastikan petani bisa hidup dari usahataninya, maka penghasilannya harus layak. Artinya biaya produksi harus tertutupi dari hasil panen. Supaya begitu, hanya ada dua pendekatan, harga naik dengan cost tertentu atau harga tertentu

dan cost diturunkan.

Kira-kira dalam waktu dekat ini pemerintah bisa mewujudkan itu?

Tidak tau lah bagaimana pemerintahan yang sekarang, karena mereka berhadapan dengan kekuatan besar, yakni pengembang dan modal yang besar.

WAWANCARA KHUSUSSutrisno Iwantono

Nama : Ir. Sutrisno Iwantono, MA, Ph.DTempat/Tanggal lahir : Malang, 5 Mei 1958

BIODATA

Riwayat Jabatan -Anggota MPR 1999-2000-President Asian Farmers Group for

Cooperation (AFGC) ( 2000)-Board of Director, International

Cooperatives Alliance (ICA) Asia Pacific (2002-2004)

-President Asian Farmers Group for Cooperation (AFGC) (2012-2013)

-Komisaris, Detik.Com, portal berita online sampai sekarang

-Dosen Universitas Indonesia

Latar Belakang Pendidikan

-Tingkat Strata I (S1), (Insinyur Pertanian)Institute Pertaian Bogor tahun 1977-1981,

Jurusan Sosial Ekonomi -Tingkat Strata II (S2) (Master Ekonomi Pertanian)

Okayama University Japan, Tahun 1986–1988, Lulus dengan predikat Cumlaude

-Tingkat Strata II (S3) (Ph.d Ekonomi)Okayama University Japan, Graduate School of Natural Science and Technology, Tahun 1988-1991, Jurusan Ekonomi Politik. Lulus dengan predikat Cumlaude

Reporter : Adhitya A. AziesAnisa Margareta

Fotografer : Arif Romdoni

Page 31: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

oto EsaiFFF

Foto : Arif Romdoni, Grady Griffandi, Vikri Ichwan PriatnaTeks : Vikri Ichwan Priatna

Menggali Asa Logam Mulia

31

Page 32: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

oto EsaiFFF

Gumelar dikenal sebagai daerah yang lahannya kritis, walaupun demikian memiliki kandungan emas yang tinggi. Tak heran jika wilayah itu menjadi magnet bagi para penambang tradisional. Sebelum wabah emas merebak, para penambang asli gumelar adalah petani singkong, kakao dan tanaman lainnya sesuai dengan lahan mereka yang kering.

Sedari pagi, areal pertambangan itu mulai didatangi warga yang hendak mencari nafkah.

Page 33: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Dengan menggali terowongan, mereka mulai merobos kerasnya bebatuan untuk menemukan sebongkah harapan berupa logam mulia.

Proses penambangan emas tradisional ini dimulai ketika para penambang mulai memasuki terowongan sedalam 10-40 meter, diisi 2-5 penambang yang bekerja mencari gurat emas dan memecahkan batuan tersebut.

Bahan tambang yang mengandung emas itu diangkut ke atas menggunakan timba dari kayu yang dikerek oleh dua anggota kelompok dari lubang galian.

Ketika para kaum pria bekerja dalam terowongan, di permukaan para penambang wanita kembali menghancurkan bahan tambang itu sehalus mungkin dengan alat yang seadanya.

Page 34: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

35

Setelah bahan tersebut telah benar-benar halus dan memenuhi kuota, mulailah ke proses berikutnya yaitu pemisahan logam emas dari material tambang lainnya. kegiatan ini menggunakan alat mekanis yang prinsip kerjanya memutarkan semua barang tambang dan air serta ditambah merkuri sebagai bahan perekat emas. Proses ini memakan waktu sekitar 4-5 jam sehingga diperoleh logam mulia emas yang merekat pada merkuri.

Aktivitas tambang emas rakyat telah menimbulkan berbagai aspek terhadap sosial ekonomi masyarakat, positifnya telah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di kawasan itu.

Mereka menyadari bahwa aktivitas tersebut penuh dengan risiko sakit hingga kematian akibat terpapar merkuri dan limbah hasil pengolahan emas dan perak. Namun, demi bertahan hidup, risiko itu mereka hiraukan.

Page 35: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Selamat dan Sukses Selamat dan Sukses Selamat dan Sukses atas diwisudanya:atas diwisudanya:atas diwisudanya:

Standy Christianto, S.P.Standy Christianto, S.P.

Munirah Dinayati, S.TP. Munirah Dinayati, S.TP.

Gilang Septian, S.P. Gilang Septian, S.P.

Fitri Apriyanti, S.TP. Fitri Apriyanti, S.TP.

Kurnia Wardhani, S.TP . Kurnia Wardhani, S.TP .

Ahmed Alaudin Al Fajri, S.P.Ahmed Alaudin Al Fajri, S.P.

Fuad hasan, S.P. Fuad hasan, S.P.

Wibowo Wahyu Santoso, S.P. Wibowo Wahyu Santoso, S.P.

Dian Hendar Pratiwi, S.TP. Dian Hendar Pratiwi, S.TP.

Wulandhari Fitri Astuti, S.P. Wulandhari Fitri Astuti, S.P.

Muhamad Noprizal, S.P. Muhamad Noprizal, S.P.

Arintyas Septaputri, S.P. Arintyas Septaputri, S.P.

Dwi Jayanti Diyana, S.P . Dwi Jayanti Diyana, S.P .

Wahyu Febri, S.TP. Wahyu Febri, S.TP.

Fida Ersaputri, S.P . Fida Ersaputri, S.P .

Alvin Chrisanty, S.T . Alvin Chrisanty, S.T .

Irawati Ayu W., S.P . Irawati Ayu W., S.P .

Aprilia Firianti, S.TP . Aprilia Firianti, S.TP .

Lani Pujiastuti, S.P. Lani Pujiastuti, S.P.

Widya Aristyarini, S.P . Widya Aristyarini, S.P .

Nurul Fitriani, S.P. Nurul Fitriani, S.P.

Rizky Yulia Dwi Utami, S.TP. Rizky Yulia Dwi Utami, S.TP.

Pia Perdana, A.Md. Pia Perdana, A.Md.

Aliyah Rizky, A.Md . Aliyah Rizky, A.Md .

Rangga Haryo Permadi, A.Md. Rangga Haryo Permadi, A.Md.

Standy Christianto, S.P.

Munirah Dinayati, S.TP.

Gilang Septian, S.P.

Fitri Apriyanti, S.TP.

Kurnia Wardhani, S.TP .

Ahmed Alaudin Al Fajri, S.P.

Fuad hasan, S.P.

Wibowo Wahyu Santoso, S.P.

Dian Hendar Pratiwi, S.TP.

Wulandhari Fitri Astuti, S.P.

Muhamad Noprizal, S.P.

Arintyas Septaputri, S.P.

Dwi Jayanti Diyana, S.P .

Wahyu Febri, S.TP.

Fida Ersaputri, S.P .

Alvin Chrisanty, S.T .

Irawati Ayu W., S.P .

Aprilia Firianti, S.TP .

Lani Pujiastuti, S.P.

Widya Aristyarini, S.P .

Nurul Fitriani, S.P.

Rizky Yulia Dwi Utami, S.TP.

Pia Perdana, A.Md.

Aliyah Rizky, A.Md .

Rangga Haryo Permadi, A.Md.

(Pemimpin Redaksi 2011/2012)(Pemimpin Redaksi 2011/2012)

(Sekretaris Umum 2010/2011)(Sekretaris Umum 2010/2011)

(Kadiv Difonis 2011/2012)(Kadiv Difonis 2011/2012)

(Sekretaris Umum 2011/2012)(Sekretaris Umum 2011/2012)

(Kadiv Perusahaan 2011/2012)(Kadiv Perusahaan 2011/2012)

(Kadiv Difonis 2010/2011)(Kadiv Difonis 2010/2011)

(Kadiv Humas 2012/2013)(Kadiv Humas 2012/2013)

(Pemimpin Umum 2012/2013)(Pemimpin Umum 2012/2013)

(Pemimpin Redaksi 2012/2013)(Pemimpin Redaksi 2012/2013)

(Bendahara 2011/2012)(Bendahara 2011/2012)

(Sekretaris Umum 2012/2013)(Sekretaris Umum 2012/2013)

(Bendahara 2012/2013)(Bendahara 2012/2013)

(Staff Litbang 2012/2013)(Staff Litbang 2012/2013)

(Kadiv perusahaan 2012/2013)(Kadiv perusahaan 2012/2013)

(Staff Litbang 2011/2012)(Staff Litbang 2011/2012)

(Staff Difonis 2010/2011)(Staff Difonis 2010/2011)

(Reporter 2010/2011)(Reporter 2010/2011)

(Kadiv Litbang 2013/2014)(Kadiv Litbang 2013/2014)

(Redpel @gromedia 2012/2013)(Redpel @gromedia 2012/2013)

(Staff Humas 2012/2013)(Staff Humas 2012/2013)

(Kesekretariatan 2012/2013)(Kesekretariatan 2012/2013)

(Reporter 2012/2013)(Reporter 2012/2013)

(Staff Difonis 2013/2014)(Staff Difonis 2013/2014)

(Pemimpin Redaksi 2013/2014)(Pemimpin Redaksi 2013/2014)

(Staff Litbang 2013/2014)(Staff Litbang 2013/2014)

(Pemimpin Redaksi 2011/2012)

(Sekretaris Umum 2010/2011)

(Kadiv Difonis 2011/2012)

(Sekretaris Umum 2011/2012)

(Kadiv Perusahaan 2011/2012)

(Kadiv Difonis 2010/2011)

(Kadiv Humas 2012/2013)

(Pemimpin Umum 2012/2013)

(Pemimpin Redaksi 2012/2013)

(Bendahara 2011/2012)

(Sekretaris Umum 2012/2013)

(Bendahara 2012/2013)

(Staff Litbang 2012/2013)

(Kadiv perusahaan 2012/2013)

(Staff Litbang 2011/2012)

(Staff Difonis 2010/2011)

(Reporter 2010/2011)

(Kadiv Litbang 2013/2014)

(Redpel @gromedia 2012/2013)

(Staff Humas 2012/2013)

(Kesekretariatan 2012/2013)

(Reporter 2012/2013)

(Staff Difonis 2013/2014)

(Pemimpin Redaksi 2013/2014)

(Staff Litbang 2013/2014)

Keluarga LPM AgricaKeluarga LPM AgricaKeluarga LPM Agrica

Page 36: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

T ingginya populasi tikus dipengaruhi oleh matang seksual cepat (antara dua sampai

tiga bulan), masa bunting singkat (antara 21-23 hari), birahi kembali setelah melahirkan (24-48 jam). Jumlahnya yang tidak terkendali, ser ingkal i membuat angka produktivitas padi menurun. Berbagai upaya telah banyak dilakukan petani mulai dari cara tradisional gerebek tikus sampai pada penggunaan pestisida nabati hingga kimia sintentik.

Inovasi–inovasi dalam penanganan tikus terus dihadirkan. Inovasi terbaru diterapkan di Desa G r e n g g r e n g , K e c a m a t a n K a r a n g a n y a r K a b u p a t e n Kebumen, yaitu menggunakan pil KB tikus. Desa Grenggeng dipilih karena mengalami dampak parah saat serangan tikus terjadi.

Bahan-bahan yang mudah

diperoleh di sekitar membuat proses pembuatan pil KB tikus dinilai efektif, murah dan ramah lingkungan. Bahan utamanya berasal dari gadung, bahan lain seperti ikan digunakan sebagai bahan perangsang. “Gadung diambil di lahan, ikan kami peroleh di pasar, yang sudah jelek juga tidak apa,” papar Andi, Bendahara Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Ketanda (15/8). Selain ikan, komposisi pil KB juga terdiri dari tepung ikan dan kemiri.

“ Tepung ikan dan kemir i digunakan sebagai perangsang daya penciumannya (tikus),” ungkap Ir. Purnomo Singgih, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan KTNA (18/8).

Selama ini, gadung dikenal hanya sebagai bahan makanan, n a m u n t e r n y a t a d a p a t dimanfaatkan dalam pembuatan pil KB. Kandungan asam sianida (HCN) merupakan bahan aktif da lam pengendal ian t ikus . “Gadung berkosentrasi rendah memberikan efek subletal yang menyebabkan kemampuan makan berkurang dan menurunnya metabolisme tikus, sedangkan yang berkonsentrasi tinggi bisa sampai kematian,“ ujar Dr. Ir. R o s t a m a n M . S i , D o s e n Agroteknologi Fakultas Pertanian Unsoed (18/8). Ir. Purnomo menambahkan, “Selain bersifat memandulkan, gadung juga dapat membuat tikus mati,” tambahnya. M. Daldiri, Ketua Gapoktan

Hasilnya bagus menggunakan

pil daripada pestisida

Pembasmi TikusPil KB

Tikus dikenal sebagai hewan mamalia musuh utama petani. Hewan yang dapat melahirkan sepanjang tahun (polietrus) ini, kerap kali petani dibuat tunggang langgang karena populasi yang sulit ditekan serta merusak lahan pertanian. Kemampuan bereproduksinya yang sangat tinggi yakni berkisar tiga sampai 16 ekor dari satu induk tikus, membuat dalam setahun jumlahnya mencapai 2480 ekor.

DaldiriKetua Gapoktan

Ketanda, Kebumen

TeknologiTeknologiTeknologi

36 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 37: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Ketanda menjelaskan, “Gadung ada dua jenis, bentuk bulat bersifat memandulkan sementara, bentuk lonjong untuk pil KB jangka panjang (selamanya),“ jelasnya.

Cara pembuatan pil mudah, yaitu dengan menghaluskan ikan kering dan kemiri masing-masing seperempat kg, dedek satu kg, dan terasi secukupnya. Selanjutnya tambah dengan parutan gadung satu kg serta air panas kemudian diaduk rata. Adonan yang telah selesai, dicetak menggunakan pipa yang dipotong ukuran 1-2 cm dan dijemur. Dalam kondisi tertutup rapat, pil mampu bertahan hingga satu tahun dalam toples.

Pemberian pil KB dengan meletakan di atas merang satu sampai dua biji pallet dan letakan lagi merang di atasnya. Pemberian dilakukan sebelum malai padi keluar, apabila setelah malai keluar maka tikus akan memakan malai tersebut. “Kapan aja boleh, pada prinsipnya saat belum ada makanan di sawah,” ungkap Siti

Sutati S.PkP, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) UPT Dinas Per tan ian dan Pete rnakan Kecamatan Karanganyar (18/8).

Inovasi pil KB tikus dinilai warga lebih efektif dibanding pestisida lainnya serta ramah lingkungan. “Hasilnya bagus menggunakan pi l dar ipada pestisida,“ ujar M. Daldiri. H a s i l n y a , p r o d u k s i p a d i men ingka t . “S ebe lum ada pengendalian tikus t ingkat produktivitasnya 50 persen, setelah ada pengendalian menjadi 70 persen,” ungkap Ir. Purnomo. Ia mengaku puas dengan hadirnya pil KB tikus. “Hasilnya memuaskan kok, sudah bisa dilihat di lapangan. Daerah yang biasanya habis t e r s e r a n g t i k u s s e k a r a n g berkurang,” tuturnya. Siti Sutati menambahkan, “Dulu 100 ubin menghasilkan tujuh sampai delapan Kuintal, saat ini kami mampu mencapai di atas sepuluh Kuintal,” tambah Siti.

Dampak jangka panjang

akibat pemakaian pil, tak menjadi masalah. “Tidak ada dampak jangka panjang. Tidak semua tikus makan, bisa saja saat tikus lain datang makanannya sudah habis,” papar Purnomo. Selain itu, pemantauan juga tetap dilakukan oleh penyuluh.Permintaan akan pil KB tikus banyak, namun saat ini tidak dijual d i p a s a r a n . “ K a m i t i d a k memproduksi untuk dijual, kami ingin para petani dapat mandiri membuat sendiri. Jika mau mari kita belajar bersama,” ajak Ir. Purnomo. Sosialisasi sudah dilakukan di beberapa daerah, namun pada akhirnya semua tergantung pada petani. Penerapan pil KB di Banyumas urung dilakukan. Petani masih memilih menggunakan pestisida kimia yang mudah ditemukan di pasar.

2

3 4

Siapkan umbi gadung 1 kg yang telah di parut

Siapkan ikan

kering dan kemiri

masing-masing

seperempat

kg lalu haluskan

1

Siapkan dedek 1kg,

dan terasi secukupnya,

tambahkan dengan

parutan gadung, ikan

serta air panas

kemudian diaduk rata.

Adonan yang

telah selesai,

dicetak

menggunakan pipa

yang dipotong

ukuran 1-2 cm dan

dijemur.

Prosespembuatan bubur pil KB tikus.

Reporter : Selpi Yupitasari Putri Kurnia O

37BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 38: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

REVITALISASI LAHAN PERTANIAN MELALUI REVOLUSI TEKNOLOGI MIKROBA

Kemandirian pangan akhir-akhir ini menjadi isu yang sangat mewarnai berbagai media karena akan menjadi prioritas era pemerintahan presiden baru 2014-2019.

oleh: Ali Zum MasharBIODATANama : Ali Zum Mashar

Tempat, tanggal lahir : Demak, 19 Mei 1972

Kondisi pertanian akhir-akhir ini semakin memprihatinkan dengan semakin meningkatnya pangan impor yang mencapai puluhan trilliun rupiah, seperti kedelai, gula, gandum, jagung, buah-buahan bahkan beras dan produk hortikultura.

- S-3 Institut Pertanian Bogor,

2009

- S-2 Institut Pertanian Bogor,

2004

- S-2 International College,

2002

- S-1 Pertanian Jurusan

Teknologi Pertanian,

Universitas Jenderal Soedirman

(Unsoed) Purwokerto, 1997

Pendidikan :

- Peneliti Kemenakertrans, 2003-

sekarang.

- Tenaga ahli dalam pembangunan

kawasan pertanian terpadudi

beberapa provinsi di Indonesia

seperti Jambi dan Sumsel.

- Ketua Pengembangan Pusdiklat

Koperasi Kemenkop dan UKM.

- Visiting professor Arab.

Development Instute, 2009-

sekarang.

- dan dari Menristek, Kementrian

Ristek dan BPPT RI 2004

Pekerjaan:

Opini

K emandirian pangan akhir-akhir ini menjadi isu yang sangat mewarnai berbagai m e d i a k a r e n a a k a n

menjadi prioritas era pemerintahan presiden baru 2014-2019. Ketahanan pangan kita yang berbasis pada “pangan impor” telah mengusik harga diri bangsa yang sejatinya memiliki sumber daya lebih dari cukup untuk mandiri pangan dan menyejahterakan petani bangsa. Kondisi pertanian a k h i r - a k h i r i n i s e m a k i n memprihatinkan dengan semakin

meningkatnya pangan impor yang mencapai puluhan trilliun rupiah, seperti kedelai, gula, gandum, jagung, buah-buahan bahkan beras dan produk hortikultura. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan nurani bangsa yang sejak tahun 1963 presiden Soekarno telah berpidato tentang trisakti untuk mengingatkan agar bangsa Indonesia mandiri ekonomi dan menempatkan mandiri pangan sebagai hidup mati suatu bangsa. Di Era orde baru presiden Soeharto upaya sistematis dengan program Bimas, Insus dan Supra Insusnya swasembada telah terwujud pada tahun 1984. Di tahun i tu , Indones ia mampu s w a s e m b ad a b e r a s , s e h i n g g a swasembada bukanlah mimpi yang kosong.

Pada tahun 2015, penduduk Indonesia yang semula 250.4 juta jiwa

Page 39: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Prestasi

1. Anugerah MAI Awards I

2013

2. Penerima Anugerah

Kekayaan Intelektual Luar

Biasa 2009 Bidang Teknologi

Pangan dalam Kompetesi

Diknas/Dikti, Deptan, Ristek,

HaKI Depkum dan HAM,

Departemen Perdagangan

3. Penerima Adipura Anugerah

Kalyanakretya Utama

Bidang Pertanian dan

Agroindustri Ristek dari

Presiden RI 2004

4. Penerima penghargaan

sebagai ilmuwan, peneliti

terunggul, teruji, dan

terterapkan di bidang

pertanian dan agroindustri

dan dari Menristek,

Kementrian4 Ristek dan

BPPT RI 2004

akan meningkat menjadi 270.1 juta jiwa di tahun 2025, dan jika luas sawah saat ini sekitar 8 juta hektar maka jika alih fungsi lahan tidak dapat dihambat, bisa jadi lahan sawah kurang dari 7 juta ha di tahun 2025. Sungguh, ini berbanding terbalik dengan k e b u t u h a n p e r t u m b u h a n penduduk. Jika dibandingkan dengan negara Thailand yang berpenduduk 65 juta jiwa saja memiliki luas sawah 10 juta hektar, maka rasio aman penduduknya dalam hal ketersediaan pangan perkapita penduduk Thailand 6 kali lipat lebih tinggi dari penduduk Indonesia. Dengan lahan yang ada saat ini, rata-rata produktivitas padi 5.1 ton/ha agar memiliki rasio ketersediaan pangan yang sebanding dengan negara Thailand. Mampukah produktivitas padi kita menjadi 27.5 ton/ha?

Akar dari permasalahan ketidak kemandirian pangan kita adalah laju alih fungsi lahan pertanian ke lahan non pertanian yang sangat tinggi dengan laju sekitar ± 110.000 ha/tahun (data BPS tahun 1998-2002), bahkan menurut sensus pertanian 2003 yang diolah Sutomo (2004), pengurangan luas sawah rata-rata 141.3 ribu ha pertahun, sedangkan pencetakan sawah baru setiap tahunnya kurang dari 40 ribu ha. Meskipun telah ada UU 41/2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan peraturan pemer intah p e n d u k u n g n y a , n a m u n , implementasi dari semua itu belumlah berjalan baik. Oleh karena itu, solusi untuk mengatasi kekurangan pangan yang makin besar hanya dapat diatasi dengan dua cara yang dijalankan secara

bersinergi dalam merevitalisasi pe r tan ian saa t in i , ya i tu , m e l a k u k a n p e r c e p a t a n penambahan luas/pembukaan lahan (eks tens i f ikas i ) dan menggenjot produktivitas lahan dengan terobosan revolus i teknologi (intensifikasi).

Ekstensifikasi lahan pertanian

Pengalaman masa lalu untuk mengantisipasi kebutuhan pangan bangsa yang akan terus meningkat tahun 1996 dibuka pencanangan lahan pertanian sawah dalam satu hamparan sejuta hektar di Kalimantan Tengah dengan pola transmigrasi pangan. Sekitar 40.000 ha lahan telah dibuka dan ditempati transmigran sebanyak 14.400 KK tidak lama kemudian pemerintahan orde baru jatuh, dan

pada tahun 2001 proyek tersebut dihentikan dan terbengkelai yang sekarang malah beralih fungsi menjadi kebun Sawit sehingga sia-sialah infrastruktur yang dibangun u n t u k m e m p e r t a h a n k a n swasembada beras. Membuka sawah baru untuk ditanami pangan, di samping memerlukan biaya yang besar juga bukanlah hal y a n g i n s t a n u n t u k d a p a t berproduksi, mengingat belum stabilnya agroekosistem dan kesetimbangan hara serta PH tanah yang rendah ha r us dikondisikan dan dikelola dengan t e k n o l o g i y a n g t e p a t . Infrastruktur seperti irigasi dan akses jalan serta teknologi untuk remediasi yang mempercepat kesuburan lahan bukaan baru menjadi kendala utama. Pada pembukaan lahan baru, penerapan teknologi hayati penyubur yang t e p a t u n t u k m e l a k u k a n bioremediasi dapat mempercepat pengaturan kesetimbangan hara, menetralkan pH yang asam dan membangun mikroekosistem yang m e n g u n t u n g k a n d a n m e ny u b u rk a n t a n a h y a n g berkelanjutan.

Pembukaan lahan baru yang salah justru menjadikan tanah menjad i r usak keh i l angan kesuburan organik, tercucinya mineral hara dan munculnya k e r a c u n a n t a n a h . J i k a pembukaan lahan diiringi dengan kesiapan teknologi yang tepat maka masih ada peluang puluhan juta hektar lahan di luar jawa untuk menjadi lahan pertanian produktif sebagai solusi jangka panjang diantaranya 9,5 juta ha lahan pasang surut, 27 juta ha lahan bergambut, dan 10 juta ha lahan kering lahan tidur. Dengan d e m i k i a n , p e n y e d i a a n

Opini

BUMERANG REVOLUSI HIJAU 39

Page 40: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

infrastruktur, mekanisasi dan teknologi budidaya yang berbasis pada manajemen kesetimbangan unsur hara untuk kesuburan lahan secara hayati dan varietas yang adaptif adalah kunci keberhasilan program ekstensifikasi.

Intensifikasi dengan revolusi teknologi produktivitas

Swasembada pangan yang mengharapkan keterbatasan luas lahan pertanian khususnya sawah yang terus menurun akibat alih fungsi, terasa sulit jika tidak ada t r o b o s a n t e k n o l o g i y a n g revolusioner yang diterapkan di dalam kebijakan pemerintah yang konsisten dalam menggenjot produksi pangan. Produktivitas rata-rata nasional seperti padi yaitu 5.5 ton/ha, kedelai 1.3 ton/ha dan jagung 4.8 ton/ha, serta komoditas lainnya ternyata masih mampu dilipatgandakan sampai 3 kali lipat hanya dengan melakukan rekayasa terhadap kesuburan lahan dan pemenuhan syarat kembang tumbuh tanaman. Seperti penerapan mikroba Google teknologi Bioperforasi yang diaplikasikan, diantaranya pada tanaman padi IR-64 yang dalam deskripsinya hanya 5 ton/ha mampu menghasilkan 16 ton/ha, beberapa jenis padi rakitan baru mampu lebih dari 19 ton/ha, juga pada kedelai seperti varietas Slamet yang dalam deskripsinya berpotensi 2.26 ton/ha mampu menghasilkan 5.2 ton/ha. Bahkan jagung, kentang dan jenis-jenis varietas unggul pangan nasional lain juga berpeluang meningkat 2 – 3 kali lipat adalah kenyataan.

Revolusi hijau di masa lalu untuk menggenjot produksi dengan berbagai cara teknologi

p e m u p u k a n k i m i a s e r t a menerapkan tanaman GMO telah mampu menggenjot produksi, namun, saat ini telah berdampak negatif secara luas. Saat ini, dirasakan seperti tanah menjadi mati, sakit dan kelelahan akibat habisnya unsur organik tanah dan penumpukan residu k i m i a y a n g m e m a t i k a n mikroekosistem kesuburan lahan. Bahkan, banyak pangan yang dibudidayakan dengan cara kimia dan transgenetik (GMO) hasilnya mengganggu kesehatan pada yang mengkonsumsinya.

Revolusi hijau di Indonesia telah mengakibatkan sekitar 90% tanah sawah di pulau jawa kehilangan bahan organik d e n g a n k a n d u n g a n C -Organiknya kurang dari 1%, sedangkan sawah yang sehat memiliki kandungan C organik > 3%), sehingga produktivitasnya mengalami penurunan/leveling off meskipun pemupukan kimia digenjot berapapun banyaknya produks i t anaman ju s t r u menurun. Demikian juga lahan-lahan bukaan baru dari hutan saja setelah 3 tahun penanaman sawit kehabisan hara organiknya sehingga untuk penanaman pasca replanting agar berproduksi memerlukan pemupukan kimia 3 kali lipat sehingga mahal biaya produksi dan tanah makin keras.

Kunci untuk menggenjot produksi tanaman agar mampu berproduksi yang berlipat ganda adalah menghidupkan kembali tanah, dan yang terpenting untuk menghidupkan tanah adalah membangun ketersediaan nutrisi tanah yaitu hara organik dan ketersediaan mikrobiota selektif penyubur di dalamnya satu paket. Jika kesuburan organik tanah

Opini

Teknologi yang revolusioner dalam produksi pangan dan tanaman bukanlah teknologi GMO atau teknologi pemupukan kimia dan hormon sistesis pemacu pertumbuhan tanaman, tetapi teknologi mengendalikan dan mempekerjakan jasad renik (mikroba) untuk melakukan rekayasa kesuburan tanah dan tanaman.

40 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 41: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

terpenuhi dan bahkan kandungan C organik meningkat 4% - 6%, maka peningkatan produksi 2 – 3 kali lipat tidaklah sulit dicapai. Banyak asumsi yang memandang adanya bahan organik dari sisa panen, seperti jerami yang rata-rata tersedia 10 ton/ha (setara dengan 150 kg urea, 50 kg SP-36, dan 250 k g KC l ) j i k a d i p e r c e p a t penguraiannya melalui pemberian pupuk hayati pengurai cepat (super degradator) akan baik bagi tanaman adalah pemahaman yang salah. Salah memilih pupuk hayati ini justru berbahaya karena pengurai kuat jika distimulasi p e r t u m b u h a n n y a d e n g a n pemupukan urea justru menjadi rakus dan mempercepat habisnya bahan organik tanah, kemudian jika terjadi peledakan populasi mikroba pengurai tersebut setelah habis bahan organiknya dan mencapai fase quorosencing justru bakteri akan menghasilkan racun antibiotik yang saling membunuh sehingga bakteri penyubur lain ikut musnah, maka justru membuat t a n a h m e n j a d i k e r a s d a n m a t i . A k i b a t n y a , b u k a n pen ingkatan produks i dan menjadikan tanah kaya bahan organik tetapi justru yang terjadi adalah sebaliknya tanah rusak dan peningkatan produksi yang tidak sustainable.

Sekarang ini telah ditemukan metode baru yang efektif untuk menghidupkan tanah dengan menyemaikan pupuk hayati yang berisikan mikroba google sebagai penyubur yang bekerja secara simbiosis, berasosiasi dan soliter menghasilkan biomassa dan bahan organik mikro dengan cara fiksasi, mencari dan menyerap unsur hara serta mengakumulasi secara biosintesis menjadi bahan organik

yang disimpan dalam tanah. Cara in i d ikena l dengan p r o s e s biofabrikasi hara yang mampu meningkatkan kandungan unsur C organik tanah mencapai 6% meskipun adanya penambahan bahan organik sisa tanaman/hewan juga ikut berperan besar dalam peningkatan kandungan bahan organik tanah. Bahan organik tanah ini adalah makanan terpenting untuk mahluk-mahluk mini baik flora dan fauna yang h i d u p b e r s i n e r g i d a l a m mikroekosistem yang kondusif untuk tumbuh kembang tanaman b e r p r o d u k s i m a k s i m a l . Merevitalisasi tanah pertanian yang telah mati, sakit dan kelelahan bahkan pada tanah beracun dalam reklamasi tanah b e k a s t a m b a n g , m e t o d e penggunaan agensia hayat i penyubur selektif ini berlaku positif untuk memperbaiki tanah yang bermanfaat untuk keperluan budidaya tanaman apa saja. Tanah yang hidup dan sehat (subur) menjamin ketersediaan unsur hara lengkap, ideal dan seimbang, sirkulasi udara dan kemampuan menyimpan air bagi kelangsungan mikroekosistem di dalamnya.

Pada kenyataannya rekayasa kesuburan tanah seperti ini berdampak positif pada produksi tanaman bahkan bisa lebih tinggi dari produksi tanaman rekayasa g e n e t i k G M O d a n l e b i h berkelanjutan untuk menjaga produksi yang tinggi. Jadi, teknologi yang revolusioner dalam produksi pangan dan tanaman bukanlah teknologi GMO atau teknologi pemupukan kimia dan h o r m o n s i s t e s i s p e m a c u pertumbuhan tanaman, tetapi teknologi mengendalikan dan mempekerjakan jasad renik

(mikroba) untuk melakukan rekayasa kesuburan tanah dan tanaman. Dengan teknologi ini keamanan pangan yang sehat t e r j amin , kesuburan l ahan terpelihara, produktivitas tinggi tercapai dan berkelanjutan, keragaman biodiversity tanah yang positif sebagai indikator ramah lingkungan, kualitas air tanah dan permukaan terjaga dengan baik sebagai sumber kehidupan. Aplikasi teknologi ini tentu akan lebih baik dan besar manfaatnya j i k a d i p e r m u d a h d e n g a n menerapkan mekanisasi dan memilih rakitan varietas unggul yang berdaya hasil, daya adaptasi dan berdaya guna tinggi.

Implikasi untuk Swasembada panganDengan strategi mensinergikan dua langkah merevitalisasi lahan pertanian yang ada di atas dan keseriusan komitmen pemerintah untuk mandiri pangan melalui gerakan penerapan teknologi produktivitas pada intensifikasi dan extensifikasi lahan pertanian, maka impor pangan di atas tidak diperlukan lagi karena sejatinya dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, kecuali gandum dan susu . Dengan menerapkan teknologi yang meningkatkan produksi 1.5 – 2 kali lipat maka untuk surplus padi cukup menerapkan 20 % lahan padi yang ada, pada produksi kedelai yang impornya 70% dengan produksi dalam negeri saat ini sekitar setengah juta ton, maka hanya per lu setengah juta hektar penambahan lahan untuk tanam kedelai, dan setengah juta hektar untuk komoditas pangan lain seperti jagung, kacang tanah dan singkong maka swasembada

Opini

BUMERANG REVOLUSI HIJAU 41

Page 42: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

pangan terwujud. Harapan kita t e n t u l e b i h d a r i s e k e d a r swasembada, jika potensi lahan p e r t a n i a n y a n g b e l u m d i manfaatkan dapat dikelola dengan tekno log i yang tepa t dan mengingat teknologi revolusioner produktivitas lahan yang mampu meningkatkan produktivitas

berkelanjutan yang menarik untuk b e r k e m b a n g n y a i n d u s t r i pengolahan dan prosessing pangan di pedesaan sebagai sentra-sentra produksi pertanian maka tidak mustahil pertanian Indonesia akan menjadi pemasok pangan dunia yang sehat. Sektor pertanian ini jika dan jika diprioritaskan dalam

pembangunan akan menjadi solusi u n t u k m e n i n g k a t k a n kesejahteraan petani, penyedia lapangan kerja yang besar, dan solusi nyata untuk mengentaskan k e m i s k i n a n y a n g b a n y a k terkonsentrasi di pedesaan yang berbasis pertanian.

( FE; @J@R@DGFIRG8E>8ERJ88KR@E@R; 8G8KRB@K8RC@? 8KRG8; 8RK89<CR; @ bawah ini : + F + 8D8R( FDF; @K8J ( <9LKL? 8ERfR1 8? LE

ÖR � <I8JR ÖSâ juta ton

ÜR ( <; <C8@R 2,1 juta ton

3 Jagung 1,5 juta ton

4 Gandum 5 juta ton

5 Kacang Tanah 800 ribu ton

6 Kacang Hijau 300 ribu ton

7 Gaplek 900 ribu ton

8 Sapi 600 ribu ekor

9 Susu 964 ribu ton (70 %)

Opini

Menyajikan berita-berita

terhangatkampus Faperta

Unsoed

42 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 43: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

PEMBARUAN AGRARIAPEMBARUAN AGRARIAPEMBARUAN AGRARIAUNTUK KEDAULATAN UNTUK KEDAULATAN UNTUK KEDAULATAN

PANGANPANGANPANGANBIODATA:Nama : Henry Saragih tempat tanggal lahir :Petumbukan, Sumatera Utara pada 11 April 1964

Pendidikan:- Sekolah Dasar 1970-1976, Sukaluwe,

Deli Serdang

- SMP 1977 – 1980, Bangun Purba, Deli

Serdang, Sumatera Utara

- SMA 1980 – 1982, Brastagi, Karo,

Sumatera Utara

- SMA 1982 – 1983, Lubuk Pakam

- Jurusan Administrasi Negara, FISIP,

Universitas Sumatera Utara lulus pada

tahun 1988.

- Penghargaan Institut for Global Justice

Award (2006), atas jasanya dalam

memimpin organisasi tani untuk

melawan neoliberalisme dan rejim

perdagangan bebas.

- 50 Orang yang bisa menyelamatkan bumi

oleh Guardian (2008)

Penghargaan:

- Koordinator Umum La Via Campesina

2004 – sekarang

- Ketua Umum Serikat Petani Indonesia

2007-Sekarang

jabatan:

Oleh: Henry Saragih

P ada hari itu ditetapkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar pokok-pokok Agraria (dikenal dengan

UUPA 1960) yang mengatur hak-hak dan kewajiban kaum tani, mengatur hak atas tanah, hak atas sumber-sumber agraria untuk dikelola dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran petani dan bangsa.Saat ini 54 tahun sudah Hari Tani Nasional, di tengah situasi pertanian dan kehidupan di perdesaan yang tidak mengalami kemajuan berarti. Kemiskinan, kelaparan, konflik agraria, serta infrastruktur yang tidak memadai merupakan hal lazim dialami sampai kini.

Pada 24 September tiap tahunnya diperingati dengan sukacita oleh kaum tani Indo-nesia. Inilah harinya petani Indonesia.

Opini

43BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 44: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Bahkan jumlah rumah tangga petani kecil menghilang lebih dari lima juta KK selama 10 tahun terakhir ini.

Petani Indonesia tetap mengharapkan hidup yang lebih baik dan sejahtera. Karena ini secara riil telah tersedia dalam politik agraria UUPA 1960 yang berakar pada kesadaran atas realitas sosio-politik dan sosio-ekonomi rakyat yang sangat tegas ingin menjebol ketidakadilan struktural dalam rangka menyiapkan prakondisi sosial.

Inilah dasar untuk membangun kehidupan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Keberanian dan keberpihakan pemerintah adalah kuncinya. Untuk mengatasi kemiskinan, ketimpangan agraria, dan konflik agraria, pemerintah SBY sebenarnya berjanji mendistribusikan tanah-tanah kepada para petani melalui Program Pembaruan Agraria nasional (PPAN). Janji tersebut disampaikan saat peresmian program strategis pertanahan yang digagas Badan Pertanahan Nasional (BPN) di kawasan Berikat Nusantara, Cilincing, Jakarta Utara, Januari 2010. Untuk kedua kalinya janji tersebut disampaikan pada bulan September 2010 di Istana melalui Staf Khusus Presiden (SKP) Bidang Pangan dan Energi dan SKP bidang Otonomi dan Pembangunan Daerah. Untuk ketiga kalinya janji diungkapkan pada Oktober dalam peringatan Hari Tani Nasional ke-50 di Istana Bogor. Alih-alih menjalankan janji-janji tersebut, pemerintah justru mengeluarkan kebijakan negara melalui berbagai undang-undang ber ikut turunannya yang menyimpang dari UUD 1945 Pasal 33 dan UUPA 5 Tahun 1960.

Sebagai contohnya adalah Undang-Undang No 7/2004 tentang Sumber Daya Air yang

mengakibatkan privatisasi sumber air, Undang-Undang No 18/2004 tentang Perkebunan yang mengakibatkan ratusan petani dikriminalkan, Perpres 36/2005 dan Undang-Undang No. 25/2007 tentang Penanaman Modal. Terakhir adalah kebijakan korporatisasi pertanian dan pangan (food estate), yang intinya adalah memberikan ruang dan otoritas besar bagi korporasi besar untuk menguasai lahan pertanian dan produksinya.

Dengan situasi tersebut, demi menata ketimpangan dan ketidakadilan struktur agraria yang terjadi, sangat mendesak bagi Indonesia untuk melaksanakan Pembaruan Agraria yang sejati. Ini adalah suatu upaya korektif untuk menata ulang struktur agraria yang timpang, yang memungkinkan eksploitasi manusia atas manusia, menuju tatanan baru dengan struktur yang bersendikan pada keadilan agraria.

Keadilan agraria yang dimaksud adalah suatu keadaan yang menjamin tidak adanya konsentrasi dalam penguasaan dan pemanfaatan agraria pada segelintir orang. Kemudian hal ini didukung kebijakan harga pembelian hasil produksi pertanian, tata niaga yang berpihak pada produsen kecil, dan mekanisme keuangan bagi petani. Di samping itu, pembangunan infrastruktur yang mempercepat pembangunan perdesaan dan mendukung pertanian rakyat akan diprioritaskan.

Di pemerintahan Indonesia yang baru terpilih ini, para petani banyak menggantungkan harapannya kepada Jokowi-JK yang dalam nawacitanya berjanji akan menyejahterakan petani dan menegakkan kedaulatan pangan. Kita tunggu saja realisasinya.

Dengan situasi tersebut, demi menata ketimpangan dan ketidakadilan struktur agraria yang terjadi, sangat mendesak bagi Indonesia untuk melaksanakan Pembaruan Agraria yang sejati.

Opini

44 44 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 45: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Perlindungan PetaniPerlindungan PetaniPerlindungan Petani

Berlindung Berlindung Berlindung

Opini

Oleh: Fuad Hasan

di Bawah Naungan UU di Bawah Naungan UU di Bawah Naungan UU

Majunya suatu negara selalu (umumnya) didahului atau disertai dengan perombakan struktur agrarianya yang berat sebelah, dalam arti adanya segolongan manusia menguasai atau memiliki tanah disatu pihak,

pa yang terjadi jika A seorang petani yang sudah mempunyai modal untuk bertani, bibit unggul

untuk ditanam, pengalaman yang mumpuni dalam berusahatani, namun ada satu hal yang tidak mereka miliki, yaitu tanah untuk menanam. Begitulah potret petani Indonesia selama bertahun-tahun menjadi petani penggarap (peasant), menggarap tanah milik tuan-tuan tanah, yang tidak punya akses atau hak atas tanah.

Sejak Republik Indonesia berdiri founding fathers sudah memikirkan agar kekayaan alam bisa digunakan untuk kemakmuran rakyat. Cita-cita ini termaktub dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 “Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-

besar kemakmuran rakyat”. Lebih lanjut khususnya mengenai tanah tertuang dalam UU Pokok-pokok Agraria (UUPA) tahun 1960. Meski, dalam kenyataannya UUPA belum pernah dilaksanakan hingga sekarang.

Angin segar pun berhembus ketika U U P e r l i n d u n g a n P e t a n i d i t anda t angan i o l eh Pre s iden pertengahan 2013 lalu. Jika dilihat dari namanya sa ja , harapan petani membumbung tinggi. Banyak sekali petani yang akan terlindungi dengan hadirnya undang-undang ini, dengan tujuan mulia untuk meningkatkan kesejahteraan petani, melindungi petani dari praktik ekonomi biaya tinggi, gagal p a n e n , f l u k t u a s i h a r g a s e r t a menyediakan sarana prasana dan memberikan kepastian usahatani. Banyaknya tujuan yang digapai dari

BIODATA:Nama : Fuad Hasantempat tanggal lahir :Pekalongan, 24 Oktober 1991

Anggota Luar Biasa Agrica 2009

Alumnus Fakultas Pertanian

Universitas Jenderal Soedirman

2009

Dan adanya segolongan besar manusia yang hidup dari bercocok tanam, tetapi tidak mempunyai tanah atau hanya mempunyai tanah sempit (Iman Soetikno) .1

1 Guru besar Ilmu Tanah pada Fakultas Pertanian UGM.

45

Riwayat Organisasi

-2010> Staff Humas Agrica

-2011> Redpel Majalah Agrica

-2012> Kadiv Humas Agrica

-2013> Menkominfo BEM Faperta

BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 46: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

undang-undang ini, menjadikan sebuah ironi. Sebuah pertanyaan besar m u n c u l , m e n g a p a t i d a k mengagendakan hak atas tanah sebagai salah satu tujuan dari undang-undang ini?

Bagian kelima dari undang-undang ini menuturkan konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian. Pasal 59 menyebutkan “Kemudahan bagi Petani untuk memperoleh lahan Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) huruf a diberikan dalam bentuk hak sewa, izin pengusahaan, izin pengelolaan, atau izin pemanfaatan”. Petani, yang tidak dilindungi hak atas tanah, diijinkan untuk menyewa lahan dari negara untuk bercocoktanam. Bukankah sistem ini sama saja dengan feodalisme, dimana petani menyewa lahan kepada para tuan-tuan tanah. Ironisnya, pemerintah membuka kran sebesar-besarnya dalam industri kelapa sawit.

Mengutip pernyataan mantan

Badan Kepala Pertanahan Nasional (BPN) 2010 – 2011 yaitu Joyo Winoto, bahwa 0,2 persen warga Indonesia menguasai 56 persen tanah yang ada di Indonesia. Rata-rata penguasaan lahan petani di pedesaan kini di bawah 0,25 hektar. Bandingkan dengan industri sawit yang dikuasai asing, antara lain Guthrie Malaysia 167.908 hektar, Wilmar International Group Singapura 85.000 hektar, Hindoli Cargill Amerika 63.455 hektar, Kuala Lumpur Kepong Bhd Malaysia 45.714 hektar, SIPEF Group Belgia 30.952 hektar, serta Golden Hope Group Malaysia 12.810 hektar (Hadi, Syamsul, dkk, 2012: 47-48) .

Hak atas tanah lebih penting untuk diutamakan karena tanah adalah salah satu unsur pokok dalam usahatani. UU Perlindungan Petani f o k u s p a d a c a k u p a n t e k n i s permasalahan petani seperti praktik ekonomi biaya tinggi, fluktuasi harga dan gagal panen. Perlindungan yang

tertera dalam Undang-Undang No.19 Tahun 2013 memandang petani untuk meningkatkan hasil produksi. Dampaknya, ketika produktivitas meningkat akan ada pertumbuhan ekonomi untuk negeri. Tengok saja asuransi pertanian nampaknya masih menjadi janji manis pemerintah dalam u n d a n g - u n d a n g i n i y a n g kenyataannya tidak pernah terealisasi hingga kini.

Seyogyanya UU Perlindungan Petani melindungi petani dari hal-hal yang sangat mendasar karena masih banyak tanah terlantar negara untuk dibagikan kepada para petani penggarap daripada menyewa kepada tuan tanah. Melaksanakan reforma agraria bukan sesuatu yang tabu, P e r a n c i s s u d a h m e m u l a i menghapuskan sistem feodalisme, sejak Revolusi Perancis (1789) tanah dibagikan kepada petani dan petani penggarap dibebaskan. Inggris mengenalnya “Enclosure Movement”, Enclosure movement adalah suatu proses pengkaplingan tanah-tanah pertanian dan padang pengembalaan yang semula merupakan tanah yang dapat disewakan oleh umum, menjadi tanah-tanah individu. Bukankah itu sesuatu yang layak untuk ditiru?

Perlunya desakan political will dari pemerintah untuk melaksanakan cita-cita reforma agraria sejak dulu. Mengajukan uji materi terkait pasal 59, sebagai bentuk feodalisme baru, yang memberatkan petani penggarap menjadi jurus jitu untuk mencari keadilan di Mahkamah Konstitusi . Melihat dari tujuan UU Perlindungan Petani rupanya pemerintah masih suka mengejar angka-angka statistik lewat pertumbuhan ekonomi untuk menarik investor asing masuk dan menanamkan modalnya di negeri ini dibandingkan pemerataan ekonomi dan kata “sejahtera” bagi rakyatnya. Ilustrator: Novan

Opini

2

Bentuk Kementerian Agraria oleh Budiman Sudjatmiko. (Kompas cetak 24 April 2013)

2

46 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 47: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

klik

www.persma-agrica.com

Page 48: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

ata Kementerian DP e r t a n i a n , kebutuhan gu la nasional pada tahun

2014 mencapai 5.700 juta ton. Kebutuhan gula yang tiap tahun m e n i n g k a t m e n d o r o n g pemerintah untuk impor, baik bahan baku maupun dalam bentuk jadi seperti gula pasir.

T i n g g i n y a t i n g k a t ketergantungan masyarakat terhadap gula pasir membuat pemerintah melakukan alternatif melalui diversifikasi gula pasir.

S a l a h s a t u y a n g d a p a t menggantikan gula pasir dengan mensubstitusi sumber gula alami lainnya seperti gula semut. Gula semut atau dikenal dengan brown sugar sebenarnya sudah lama ada di Indonesia dalam bentuk gula jawa serbuk. Menurut Ir. Mustaufik, MP., Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Unsoed, Kabupaten Banyumas termasuk sentra gula jawa terbesar di Indonesia, ”Di dunia ini yang paling tinggi produksi gula kelapanya adalah Indonesia,

khususnya Banyumas,” ujarnya (18/8). Data yang diperoleh dari D i n a s P e r i n d u s t r i a n , Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop), terdapat empat daerah dengan perkembangan yang pesat seperti Cilongok, A j i b a r a n g , Wa n g o n , d a n Somagede.

Proses pembuatan gula s e m u t d i m u l a i d e n g a n pengambilan nira oleh penderes, perebusan nira, setelah nira mengental dilanjutkan dengan pendinginan dan pengkristalan.

Nira diperoleh dari tanda bunga kelapa atau palmae. Semula nira digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gula jawa. Awal tahun 2008 inovasi baru muncul di Cilongok, nira yang semula dibentuk gula cetak atau dikenal gula jawa kini dibuat dalam bentuk kristal halus. Kemudian mashur disebut gula semut atau gula kristal. Gula semut saat ini mampu menembus pasar ekspor, mirisnya gula semut belum gencar terdengar dipasar lokal.

Seputar Gula SemutBanyumas

Info PanganInfo Pangan

48 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 49: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Mustaufik menjelaskan, terdapat dua teknik yang dapat dipilih dalam proses pembuatan gula semut. Proses secara langsung yakni bahan dasar nira yang diolah langsung menjadi gula semut tanpa melalui pencetakan menjadi gula jawa, sedangkan proses tidak langsung dengan repro (yaitu gula cetak yang dicairkan lagi dengan memanaskan pada tungku) mengubah gula cetak yang diproses ulang lalu dikristalkan. Kedua teknik tersebut jelas memiliki perbedaan, baik dari segi kualitas maupun dari harganya. “Gula semut dari nira termasuk kualitas satu yang diminta untuk pasar ekspor, sedangkan repro termasuk kualitas dua untuk memenuhi permintaan dalam negeri,” ujarnya (19/8).

Ada beberapa bahan yang d i t a m b a h k a n p ad a p ro s e s pembuatan gula semut. Suhadi, petani penderes, Desa Pengraji, K e c a m a t a n C i l o n g o k , menjelaskan, nira yang telah

disadap dimasukkan ke dalam bambu yang sebelumnya diberi laruh. Laruh merupakan campuran cangkang manggis dengan kapur. “Penambahan cangkang manggis dan kapur pada bambu berfungsi memperlambat proses fermentasi nira,” ujarnya (14/8). Penambahan minyak sayur dapat dilakukan ket ika nira mendidih dan mengeluarkan buih. Minyak sayur berfungsi menurunkan tegangan permukaan dari buih dan busa yang berasal dari protein. Proses pengkristalan kemudian dilakukan dengan menghaluskan nira menggunakan batok kelapa, kemudian diayak dengan saringan yang terbuat dari kayu. “Setelah proses pengayakan dilakukan proses pengeringan dengan memanfaatkan cahaya matahari,” tambah Suhadi (14/8).

Tidak hanya memiliki daya s impan t ingg i , kadar abu (kebersihan sisa-sisa) yang rendah k a r e n a t e l a h m e n g a l a m i pengayakan dalam pembuatannya,

gula semut juga memiliki kelebihan mengandung Indeks Glikemik yang lebih rendah. I n d e k s G l i k e m i k ( G I ) me r upakan angka y ang m e n u n j u k k a n p o t e n s i peningkatan gula darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan. Mustaufik m e n j e l a s k a n , j i k a dibandingkan dengan gula pasir, gula semut memiliki GI lebih rendah yakni pada angka 35 dan gula pasir pada angka 75. “Batas indeks glikemik sehat maksimal yaitu 40. Nah (IG) pada gula semut 35 dan g u l a p a s i r 7 5 , a p a b i l a mengkonsumsi makanan dengan GI lebih dari 40 maka akan menyebabkan gula darah

naik sehingga tidak aman untuk penderita diabetes atau obesitas,” papar Mustaufik.

B e b e r a p a p e n e l i t i a n dilakukan guna memperbaiki mutu dan varian rasa gula semut. Seperti penelitian yang dilakukan oleh lulusan Ilmu dan Teknologi Pangan Unsoed 2014, Muhamad I q b a l S . T P . , d e n g a n menambahkan ekstrak rempah seperti jahe, temulawak, dan kunyit pada gula semut. “Penambahan e k s t r a k d i p i l i h u n t u k meningkatkan nilai fungsional sebagai antioksidan,” terang Iqbal ( 1 6 / 8 ) . H a s i l p e n e l i t i a n menunjukan gula semut dari ekstrak kunyit lebih diminati, karena rasanya lebih manis.

D a t a D i n a s Disper indagkop Kabupaten Banyumas, Produksi gula semut di Banyumas mencapai 206.026 ton per hari, atau 600 ton per bulannya dipasarkan ke luar negeri (ekspor). Singapura, Korea, Belanda, Kanada, Amerika Serikat, dan Arab Saudi merupakan negara tu juan ekspor gu la semut Banyumas. Hal berbeda nampak pada pasar lokal, gula semut yang digembar-gemborkan mampu menembus pasar ekspor malah surut dipasar lokal. Kurangnya sosialisasi kerap menjadi dalih m i n i m n y a p e n g e t a h u a n masyarakat terkait manfaat penggunaan gula semut. Mindset yang telah lama terbentuk pada masyarakat pun kerap jadi alasan. “Pola pikir masyarakat yang masih beranggapan kalau bukan gula pasir ya bukan gula,” terang Mustaufik (19/8).

“Batas indeks glikemik sehat maksimal yaitu 40.

Nah (IG) pada gula semut 35 dan gula pasir 75,

apabila mengkonsumsi makanan dengan GI lebih

dari 40 maka akan menyebabkan gula darah naik sehingga tidak aman

untuk penderita

diabetes atau

obesitas”

Ir. Mustaufik, MP.Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Pertanian Unsoed

Reporter : Hanifah MuryaniAnisa Margareta

Info PanganInfo Pangan

49BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 50: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

K e c a m a t a n K e m r a n j e n , Banyumas, dikenal sebagai penghasil

durian terbesar. Jenis andalannya adalah Durian Kromo Banyumas atau yang lebih dikenal dengan Montong Orange. Durian asli Banyumas tidak kalah saing d e n g a n d u r i a n M o n t o n g Thailand, karena berkualitas.

Durian Kromo terletak di Desa Karangsalam, salah satu desa penghasil durian di Kecamatan Kemranjen. Durian ini sudah dibudidayakan sejak puluhan tahun lalu. Pohon induk durian pertama kali ditemukan oleh bapak Kromo. Saat ini, pohon induk tersebut menjadi Pohon Induk Tunggal (PIT) yang sudah berusia tiga puluh tahun. PIT ini akan dibuat duplikatnya setelah dirilisnya nama durian Kromo

Banyumas sebagai varietas unggul baru.

Suatu komoditas dapat dikategorikan endemik dan berhak didaftarkan sebagai varietas unggul baru jika memiliki perbedaan dengan komoditas lain. Hal ini diungkapkan Sugiarti S.P., K a s i H o r t i k u l t u r a D i n a s Pertanian Kabupaten Banyumas, “Dengan dua atau tiga perbedaan saja dapat diindikasikan suatu komodi tas yang berbeda , ” ungkapnya (15/8). Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Jarot Santoso, S.P., M.Sc., dari Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) yang mengindikasikan terdapat dua belas karakter p e r b e d a a n d u r i a n K rom o Banyumas dengan du r i an Montong Thailand. Upaya pengabsahan durian ini telah di laksanakan oleh Pemkab

Banyumas untuk men jaga eksistensi durian tersebut Selain . i t u , b e r i t a r e s m i P V T (Perlindungan Varietas Tanaman) juga diluncurkan pada 19 Agustus 2013 lalu, memuat pendaftaran durian Kromo dengan nomor 51/PVL/2013, “Sesuai prosedur, kita sudah mendaftarkan melalui instansi atas nama Bupati Banyumas dan sudah keluar tanda daftarnya,” ungkap Sugiarti.

Durian Kromo Andalan Banyumas

Teropong Banyumas

Durian (Durio zibentinus), sudah menjadi primadona berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Coraknya yang khas dan tidak dimiliki oleh produk hortikultura lainnya menjadikan buah ini dikembangkan secara luas menjadi komoditas unggulan di Indonesia.

50 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 51: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Daya tarik durian Kromo Banyumas menjadi incaran di berbagai lokasi hingga di luar wilayah Banyumas seperti Jakarta, Bandung dan sekitarnya. Menurut Nasipan, Petugas Penyuluh Lapang (PPL) Kecamatan Kemranjen, pemasaran durian ini memang cukup luas, “Pasar buah sudah cukup bagus karena pedagang dari Jakarta sudah banyak yang datang kesini sejak lima tahun yang lalu,” terangnya

(18/8). Bahkan, saat panen raya, durian selalu habis diburu oleh tengkulak, pedagang dan pecinta durian, “Kita tidak pernah punya kendala pemasaran durian,” tegas Her i , pe tan i dur i an desa Karangsalam (18/8). Nasipan menambahkan, penangkar durian Kromo di Kemranjen sudah melebihi kuota, “Saat ini bibit durian di Kemranjen sudah over quote,” ungkapnya. Harga durian di pasaran pun stabil pada kisaran harga 20-25 ribu rupiah per kilo, “Durian tidak pernah mengalami p e n u r u n a n h a r g a , k a re n a kebutuhan lebih besar daripada produk yang ada,” tambah Nasipan. Selain itu, durian ini lebih tahan terhadap penyakit kanker batang dibanding dengan durian montong Thailand, “Kalau montong Thailand daya tahan terhadap penyakit kurang, tapi kalau durian Kromo Banyumas lebih tahan terhadap kanker batang,” tambah Sugiarti.

S e l a i n d i D e s a Karangsalam, durian Kromo d a p a t d i j u m p a i d i D e s a Alasmalang dan Pageralan. Dua desa ini adalah penghasil bibit durian. Cara pembibitan relatif mudah, sehingga masyarakat sekitar desa beramai-ramai melakukan pembibitan dan mengalihfungsikan lahan sawah

menjadi lahan pembibitan durian.Salah satu cara menjaga

eksistensi durian Kromo dengan metode okulasi atau lebih dikenal dengan sambung pucuk. Sambung pucuk mer upakan metode perbanyakan yang dilakukan dengan cara menyambungkan batang bawah yang memiliki perakaran kuat dengan batang atas yang memiliki kualitas unggul, “Kalau dis ini (Kemranjen)

menggunakan sambung pucuk,” tutur Sugiarti. Di Kemranjen, metode ini mulai dilakukan pada tahun 2000, “Pada tahun 1985-1986 pengembangan b ib i t dilakukan dengan cara sambung susu namun tidak memenuhi kebutuhan pasar, akhirnya di tahun 2000 dikembangkan metode sambung pucuk melalui berbagai pelatihan,” jelasnya. Sakhidin mengungkapkan, keunggulan metode ini bisa menghasilkan sifat yang diinginkan, “Okulasi bisa menghasilkan varietas baru yang sama dengan induknya sesuai dengan yang d iha rapkan , ” terangnya.Adanya varietas unggul ini diharapkan mengurangi impor buah durian, “Durian Kromo merupakan salah satu solusi mengurangi impor,” ujar Nasipan. Sakhid in pun menegaskan perlunya peran kaum akademisi untuk menjaga eksistensi durian ini, “Intinya kalau diminta penyuluhan dan pembinaan, pihak universitas pasti siap,” pungkasnya.

Teropong Banyumas

Reporter : Ridha FirmansyahDiah Larasati

Durian Durian Durian tidak tidak tidak pernah pernah pernah mengalami penurunan mengalami penurunan mengalami penurunan harga, karena kebutuhan harga, karena kebutuhan harga, karena kebutuhan lebih besar daripada lebih besar daripada lebih besar daripada produk produk produk yang yang yang ada.ada.ada.

NasipanPetugas Penyuluh Lapang

Kecamatan Kemranjen

Petani�durian�kemranjen�yang�sedang�menanam�bibit�durian�kromo�di�lubang�tanam�yang�sudah�disediakan.

BUMERANG REVOLUSI HIJAU 51

Page 52: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

enurut data dari Kementerian Koperasi dan MUKM (Kemenkop dan UKM) Juni 2014, terdapat 3500 unit KUD dengan status tidak

aktif dari total 207.630 unit KUD yang tersebar di seluruh Indonesia. Meski begitu, tak sedikit KUD yang menyandang status aktif semu, artinya KUD tidak menjalankan fungsinya secara benar sebagai salah satu pilar perekonomian bangsa, alias sebatas papan nama. Di wilayah Banyumas, terdapat 25 unit KUD dengan status aktif dan kini 24 unit, dimana beberapa diantara KUD yang masih bertahan tidak pernah lagi melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT), rapat wajib bagi setiap koperasi aktif.

dari Keterpurukan

Teropong Banyumas

Menyelamatkan Koperasi

Koperasi Unit Desa (KUD) sebagai tonggak kegiatan ekonomi pedesaan yang diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat, akhir – akhir ini mengalami stagnasi dalam perkembangannya. Berbagai kendala terus dihadapi, baik yang sifatnya internal maupun eksternal. Tercatat dalam sejarah, sukses Indonesia dalam swasembada pangan tahun 1985/1986 tak terlepas dari peran KUD.

52 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 53: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Seperti yang dituturkan Teguh Budi, SE. M.Si., Kepala Bidang Koperasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Banyumas , “ Te r ba t a snya moda l merupakan hambatan utama dalam berkembangnya KUD,” ujarnya (18/8). Hal yang sama diungkapkan Sucirah, S.P., Bendahara KUD Bahtera, Kecamatan Baturraden, “Banyak koperasi sekarang yang hidup segan mati tak mau, salah satunya karena modal tidak ada,” ungkapnya (15/8).

Teguh budi mengatakan, hal ini diperparah pemerintah tidak lagi memberi suntikan dana melainkan hanya bantuan berupa alat seperti kendaraan. “Soalnya kalau diberi uang habis, katanya untuk perkuatan modal tetapi malah mondar- mandir,” jelasnya. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah minimnya SDM untuk regenerasi kepengurusan, “Mau mulai lagi dari mana, semua sudah sulit. Mau mulai dari pengurus, sudah tua-tua. Kalau pengurusnya sudah sepuh malah masih bagus,” katanya.

Ia sangat menyayangkan kondisi yang terjadi di KUD Banyumas saat ini. Menurutnya, sedikit banyak hal dipengaruhi tingkat keseriusan pengurus, “Banyak pengurus yang menjadikan KUD hanyalah sebagai usaha sampingan. Padahal jika dikelola dengan serius, KUD d a p a t m e m b a n t u k e h i d u p a n perekonomian, bukan hanya dirinya melainkan banyak orang termasuk anggota,” tambahnya.

Konsistensi KUDNamun, di tengah carut marut

kehidupan koperasi, tak sedikit KUD yang masih dapat berjalan, bahkan berkembang cukup pesat. Sebut saja KUD Anggayuh Rakyat Indonesia Sejahtera (KUD ARIS) yang berdiri pada Juli 1974, merupakan KUD yang memiliki segudang prestasi. Seperti tahun September 1980, KUD yang beralamatkan di desa Kejawar, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas,

ditetapkan sebagai KUD model wilayah Jawa Tengah. Tidak hanya itu, kesempatan bekerjasama dengan Asosiasi Penyalur Gula, Terigu dan BULOG (APEGTI – BULOG) Jawa Tengah, hingga diusulkan menjadi KUD teladan nasional tahun 2006.

Menurut Norah Diyatmoko, S.IP., Sekretaris KUD ARIS, kunci dari keberhasilan KUD ARIS karena kuatnya komitmen yang dipegang oleh segala pihak yang berhubungan langsung dengan KUD ini, baik itu pengawas, pengurus hingga anggota. “Kejujuran dalam kepengurusan merupakan modal awal yang harus dimiliki oleh setiap KUD untuk dapat tetap bertahan karena hal ini sangat memudahkan tertutama dalam transparansi keuangan,” ujar Norah (15/8).

Konsistensi KUD ARIS menjadi hal yang reflektif bagi KUD lainnya, bahwa KUD tetap dapat tumbuh dan bertahan, jika manajemen pengelolaannya terstruktur. “Pemerintah hanya dapat memberi bantuan bagi KUD yang serius dan dianggap layak untuk menerima bantuan,” tutupnya.

Teropong Banyumas

Banyak pengurus yang menjadikan

KUD hanyalah sebagai usaha sampingan. Padahal jika dikelola dengan serius, KUD dapat membantu kehidupan perekonomian, bukan hanya dirinya melainkan banyak orang termasuk anggota

Teguh Budi, SE. M.Si.,Kepala Bidang Disperindagkop

Kabupaten Banyumas

Kondisi�Unit�Usaha�Koperasi�Unit�Desa�(KUD)�ARIS,�Kecamatan�Banyumas,�Kabupaten�Banyumas.KUD�ARIS�merupakan�salah�satu�KUD�terbaik�di�Indonesia.�

53

Reporter : Dwi Ayu MeinitaIvo Alnora H.

BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 54: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

esai

Lahan Pertanian “Kritis”Lahan Pertanian “Kritis”Lahan Pertanian “Kritis”

P ertanian sendiri tidak hanya terpaku dalam proses budidaya saja, t e t a p i d a l a m perkembangannya

bisa dijadikan suatu bisnis yang menjanjikan. Apalagi tanah di Indonesia yang subur didukung pula dengan alat-alat pertanian yang semakin modern dan juga sumber daya manuasia yang berkualitas. Namun, apa yang terjadi? Pemerintah seakan t i d a k s e r i u s d a l a m m e n g e m b a n g k a n s e k t o r pertanian ini. Data dari Kementerian Pertanian pun m e n u n j u k k a n a d a n y a pengurangan lahan pertanian 8900 hektar di Jawa Tengah pada tahun 2011. Belum lagi sertifikasi lahan petani yang ditargetkan di tahun yang sama hanya terealisasi 19.953 dari 25.000 lahan yang ditargetkan (data : Badan Pertanahan Nas iona l ) . L ahan- l ahan pertanian di Indonesia pun kini

mulai berkurang bahkan secara signifikan terlihat, baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Degradasi Lahan

Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan sifat kimia, fis ika, dan biologi yang dimilikinya. Pada tahun enam puluhan, terjadi revolusi di bidang pertanian yang dikenal dengan revolusi hijau. Revolusi ini berhasil mengubah pola p e r t a n i a n d u n i a s e c a r a s ignifikan, yaitu dengan dikenalkannya penggunaan agrokimia, baik berupa pupuk kimia maupun obat-obatan (insektisida). Semenjak itu, kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan petani acapkali justru mengurangi kesuburan lahan pertanian itu sendiri. Mengapa demikian? Kondisi lahan pertanian di Indonesia semakin miskin unsur hara

karena perilaku petani kita yang l e b i h m e n g e d e p a n k a n penggunaan pupuk kimia dibandingkan pupuk organik. Hal tersebut mengakibatkan d a m p a k n e g a t i f u n t u k l ingkungan dan kondis i pertanian itu sendiri. Belum lagi penggunaan berbagai macam pestisida yang melebihi dosis dan dilakukan secara terus menerus menambah akumulasi zat kimia di dalam tanah secara signifikan. Tanah menjadi semakin tidak subur dan tercemar serta tidak produktif lagi untuk kegiatan pertanian.

Berbagai penyuluhan mengenai dampak kegiatan pertanian yang justru merusak lingkungan pun sudah marak dilakukan. Tetapi pertanian b e r k e l a n j u t a n y a n g dicanangkan tetap tidak dapat t e r e a l i s a s i k a n . A l a s a n sederhana, petani kita butuh hasil yang cepat, tak mau berubah untuk hal yang belum pasti. Mereka tak ingin janji-janji para penyuluh atau dari kaum akademisi yang belum t e n t u d a p a t m e m e n u h i kebutuhan yang semakin menghimpit.Alih Fungsi Lahan

Kini lahan pertanian di

oleh: Laeli Istiqomah*oleh: Laeli Istiqomah*oleh: Laeli Istiqomah*

Pertanian dalam pengertian luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan mahkluk hidup untuk kepentingan manusia. Di Indonesia, pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dan mampu menampung tenaga kerja yang sangat banyak. Hingga saat ini pun pertanian Indonesia masih tetap bertahan dengan segala kelebihan dan kekurangannya di tengah deru jaman yang kian menggilas.

Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 201454

Page 55: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Indonesia juga perlahan-lahan berubah menjadi pemukiman penduduk. Seperti sebuah bisnis p e r u m a h a n d e n g a n menawarkan suasana yang asri dan sejuk juga jauh dari hiruk pikuk suasana perkotaan. Tidak hanya perumahan tapi juga villa atau bahkan penginapan.

Cakupan alih fungsi lahan pertanian menjadi bangunan tidak hanya terjadi di daerah perkotaan atau daerah maju, tetapi juga pedesaan pun tak luput dari kegiatan ini. Saya yang berada di pedesaan pun melihat dengan sangat jelas alih fungsi lahan besar-besaran yang s a m a s e k a l i t i d a k m e m p e r h a t i k a n a s p e k lingkungan.

Di desa saya yang belum cukup padat, terdapat sebuah proyek perumahan yang cukup b e s a r . P r o y e k t e r s e b u t menggunakan lahan pertanian yang cukup luas, padahal masih banyak tanah-tanah kosong yang memang diperuntukkan sebagai pemukiman. Dari segi penduduk yang belum cukup padat , saya k i r a adanya perumahan belum cukup dibutuhkan untuk daerah tersebut. Saya sendiri heran bagaimana pihak proyek m e n d a p a t k a n i z i n d a r i pemerintah. Padahal untuk m e m b a n g u n s e b u a h perumahan, terdapat berbagai kriteria seperti tanah yang dikelola menjadi perumahan merupakan tanah yang tidak melanggar Rencana Tata Ruang Kota untuk mendapatkan izin Dinas Pekerjaan Umum serta B a d a n P e r e n c a n a a n Pembangunan Daerah. Kalau memang dalam Rencana Tata

Ruang Kota tanah tersebut untuk pemukiman, t idak bisakah rencana tata ruang kota itu diubah? Mengingat tanah yang digunakan merupakan tanah yang potensial dan subur untuk pertanian.

Pe t a n i s e n d i r i j u g a tampaknya tidak bisa berbuat banyak. Lahan yang mereka miliki rata-rata sangat sempit, kurang dari setengah hektar. Berbagai kebutuhan yang terus menghimpit dan penghasilan yang tidak seberapa dari

kegiatan pertanian yang mereka lakukan memaksa mereka menjual tanah pertanian kepada pemegang proyek dan beralih p r o f e s i m e n j a d i b u r u h , pedagang, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Buruh tani yang biasa bekerja di lahan tersebut juga kehilangan mata pencaharian akibat pemilik tanah juga menjual tanahnya kepada pemilik proyek. Entah berapa banyak dampak lainnya yang turut mengikuti akibat alih fungsi lahan ini.

Lalu kemana petani akan menanam? Dari mana kita akan makan? Bagaimana dengan k e t a h a n a n p a n g a n y a n g dicanangkan? Lahan pertanian yang digunakan berpuluh-puluh tahun sudah tidak bisa lagi

menghasilkan produk pertanian. Lahan pertanian yang subur kini dijadikan pemukiman. Peran p e m e r i n t a h l a g i - l a g i dipertanyakan. Bagaimana cara untuk melindungi berbagai aset potensial yang menyangkut kebutuhan utama masyarakat?

Berbagai pertimbangan harusnya di lakukan oleh pemerintah dalam meloloskan berbagai pengalihfungsian lahan pertanian ke lahan nonpertanian. Misalnya saja analisis mengenai potensi kehilangan hasil pangan dan nilai resiko akibat konversi, serta dampak pada penurunan penyerapan tenaga ker ja p e r t a n i a n s e b a g a i m a n a tercantum dalam Peraturan M e n t e r i Pe r t a n i a n N o. 81/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Alih Fungsi Lahan P e r t a n i a n P a n g a n Berkelanjutan.

Peraturan yang telah dibuat s e h a r u s ny a t i d a k h a ny a dikibarkan layaknya bendera yang hanya dapat dipandang da r i s i s i bawah . Ket ika mendongak ke arahnya dan berharap, hanya terik panas m a t a h a r i y a n g d i d a p a t . Peraturan harusnya dibuat seteguh tiang yang menjadi pegangan atas teriknya panas matahari dan peluh keringat y a n g b e r c u c u r a n d e m i mempertahankan lahan yang kian “kritis” ditengah deru tangan-tangan rakus di negeri ini.

*) Mahasiswa Agribisnis 2013Anggota LPM Agrica 2013

esai

55BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 56: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

cerpen

“Gimana Ihsan, Ahsan pengumumannya?”

aku dan Ihsan berebut memamerkan kertas

kelulusan itu.

Syukurlah kalian lulus, jadi kan kalian

masuk Fakultas Pertanian?

“Jadi buk, cita-cita aku banget tuh,”. sambil

mengunyah es balok, nada Ihsan terobsesi.

Fakultas Pertanian memang incaran kami

dari dulu, karena memang selanjutnya kami

yang akan melanjutkan lahan 5 hektar itu,

yaa.. ini tradisi turun-temurun keluarga.

Dan belakangan ini banyak kejanggalan

pada hasil pertanian kami. Mungkin itu juga

yang membuatku dan Ihsan ingin memeluk

segudang ilmu tentang pertanian.

***

Tiga tahun berlalu terasa cepat, masalah

pertanian juga sudah dilalui bapak dan

selalu menyiratkan tanda tanya, hari itu

bapak meninggalkan senyumnya pada

kami, Aku juga tidak menyangka hari itu

bendera kuning berpendar di halaman

rumah, banyak isak tangis menemani

perjalanan bapak hingga tanah merah

jasadnya dikebumikan.

Beberapa hari kemudian duka mulai

mereda, namun aku masih bisa menatap

dalam mata ibuku itu, dia masih bersedih

Lahan Kembar Sarjana Pertanian

“Bruk..brukk...” parkir sepeda sembarangan.sudah tidak terpikir lagi siapa duluan yang tadi sampai rumah. Ihsan langsung menuju dapur, dengan keringatnya yang bercucuran mencari minum.

Oleh: Fika Puspita*

Lagi, aku banting sepedaku di halaman rumah.

56 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 57: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

cerpen

dengan kepergian

suaminya. Dengan

langkahnya perlahan ia

menghampiri kami.

“Nak, pertanian ini

sekarang milik kalian,

bapak dan ibu pernah

setuju kalau kalian dapat

sama rata,” ibu serius

sekali saat itu sambil

memperlihatkan surat-

surat tanah.

“tok, tok, tok,” panggil pak

Kliwon.

Masih pagi sekali rumah

kami kedatangan tamu,

sambil terbata-bata Pak

Kliwon yang sudah bekerja

selama 30 tahun itu

menceritakan yang terjadi

pada ibuku,

“Be-begini bu, sawah di se-

sebelah tim-ur sana

terserang……..”

***

Tak mau

mendengar cerita

pak kliwon, aku

bergegas

mengambil

sepedaku

menyusuri sawah,

sambil mengayuh

aku terus

memikirkan cara,

merealisasikan

ilmu yang baru

kudapat di bangku

kuliah, aku ingin

perkara ini

berhenti, itu kata

benakku.

Khayalanku itu

terputus, aku

tersontak dan

menghentikan

kayuhan sepedaku

yang tua ini. Tepat

di bawah pepohonan

mangga, aku melihat dua

orang menyihir sawahku.

“Oh jadi mereka,”

geramku kesal…

Ya, mereka yang membuat

padiku rusak, membuat

sayur yang siap panen

menjadi senescence,

membuat pohon karet satu

persatu tumbang,

merontokkan pucuk-pucuk

daun teh, membuat para

pekerjaku sakit,

meluncurkan hama,

gulma, dan jamur, belum

lagi cuaca yang buruk

tidak seperti biasanya,

permintaan industri

menurun, kerjasama yang

pasang surut, dan baru-

baru ini saingan bisnis

pasar tradisional yang

mengusik.

***

Seketika aku ingat satu

tahun sebelum bapak

meninggal memang ada

sekelompok orang berdasi,

berjas rapi, berpakaian

serba hitam ditambah topi

dan kacamata yang necis,

mengaku dari

pemerintahan yang ingin

mengalihfungsikan lahan

kami menjadi bangunan

supermall and market center,

Tapi bapak langsung

menolak dan setelah itu

memang teror lahan kami

dimulai.

Siapa sangka, gerombolan

manusia hitam itu datang

lagi, tak berbasa-basi, Pak

Dion, begitu kami harus

memanggilnya,

menyerahkan map

merah dan cek uang

pada kami. Laki-laki

yang duduk sendiri

ditemani lima

bodyguard

dibelakangnya itu

bertujuan sama,

membuat bangunan

supermall and market

center, dan lagi kami

menjawab tidak.

Aku terlalu pusing

saat itu, belum lagi

menyaksikan

penyihir gila di

sawah tadi yang

terus menerror.

“Ahsaaaaaan............

, terus apa gunanya

kuliah pertanian

tapi tidak bisa

mendapatkan

Terlepas perdebatan di rumah, esoknya kami pun di wisuda, dan S.P. mengikuti nama belakang kami.

57BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 58: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

solusi?,” lagi-lagi aku bicara

pada diri sendiri.

tiba-tiba Ihsan mengeluarkan

ide yang tak bagus. “Mereka

menawar mahal sekali,

bagaimana jika aku telpon

Pak Dion itu?,”

“San, jangan main-main!, ini

sawah warisan buat kita,”

aku mulai khawatir karena

kembaranku itu selalu

berpikir sempit.

“Ya gampang, toh sawah ini

kan sudah ada atas namaku

dan namamu, jadi kalau

kamu gak mau jual kamu

bisa terusin bertani san,”

cetus Ihsan sambil menutup

jendela.

“Coba Ahsan kamu dewasa

dikit, lagian kan kita juga

untung ada yang mau beli

sawah semahal itu. Tolong

hargain aku yang lahir

duluan, harusnya kamu

sopan,” Ihsan mulai nada

tinggi.

***

Tepat di hari itu pula kak

Ihsan, begitu sekarang aku

menyebutnya, ia benar-benar

menjual sawahnya untuk

Pak Dion, gerombolan hitam

itu sudah tau kalau warisan

bapak terbagi menjadi dua

dan menjadikan kak Ihsan

sebagai sasaran empuk

bisnisnya.

Memang Terror sawahku

akhirnya berhenti, mulai dari

situ juga hidup kak Ihsan

serba mewah, aku sangat

menyayangkan sawah turun-

temurun yang diperjuangkan

bapak, lalu gelar Kak Ihsan

sebagai sarjana pertanian,

bak dibiarkan ditiup angin

begitu saja.

Di halaman rumah aku

melihat ibu mengantar kak

Ihsan yang hendak hijrah ke

rumah baru, sekilas memang

ibu bahagia karena anaknya

sukses menjadi pebisnis, tapi

aku mengerti di balik raut

wajah ceria itu ada rasa

kecewa, dan mungkin rasa

malu ketika lahan warisan

dari nenek moyang tinggalah

sebagian.

***

Gaya hidup berubah dan

pudarlah kebutuhan primer

rakyat desa yang semula ada

singkong rebus, jagung

bakar, nasi pecel, lalapan

dan jajanan tiwul. Aku sibuk

memikirkan cara

mempertahankannya.

Tapi tahukah lambatlaun

Supermall and market center

dan lahanku menjadi

simbiosis parasitisme. Bukan

daun yang menguning lagi,

bukan hama yang

berselancar lagi, bukan ulah

penyihir lagi, tapi dampak

dari supermall tepat di

sebelahku berakibat irigasi

tercemar super dahsyat.

Bagaimana Masalah irigasi

lahanku? gaya hidup pangan

warga desa? arus produksi

dan keuangan?. Seperti

terlarut memikirkan hari

esok, dahiku mengkerut dan

aku terlelap..

tiba-tiba kakek tua

mengagetkanku “Bacalah

buku ini nak,” diberikannya

aku beberapa buku usang

yang disulap dari tangan

keriputnya.

Manajemen Sistem irigasi,

Irigasi dan Drainase,

Rekayasa Pangan

Tradisioanal, Tataniaga

Pertanian.

***

merancang strategi dan

mengaplikasikan semua

ilmu dari bangku delapan

semester, serta buku sulap

dari kakek tua yang

semenjak itu tak pernah

terlihat lagi. setelah

bekerjasama dengan teman

temanku, tak ada lagi

masalah irigasi, tak ada lagi

pangan yang dianggap kuno

karena berhasil direkayasa,

tak ada lagi yang tak tertarik

dengan pemasaranku, kini

banyak sayap-sayap industri

dan pemerintah bekerja

denganku, melakukan

penelitian di sawahku, dan

ini tak lain aku

persembahkan untuk

perjuanganmu. Almarhum

bapak Alwi.

*) Mahasiswi Ilmu Teknologi

Pangan 2012

Anggota LPM Agrica 2012

cerpen

Tak menempuh waktu lama Supermall and market center akhirnya menjadi gempar saat itu.

Akhirnya semua kupindai ke otakku kurang dari seminggu.

Aku mulai menganalisis masalah pertanianku,

58 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 59: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Penulis : John Afifi

Penerbit : Flashbooks

Cetakan dan Terbit : Cetakan

Pertama , Agustus 2014

Tebal : 172 HalamanISBN : 978-602-

7968-88-2

RESENSI

NGGAK SEKOLAH TINGGI NGGAK SEKOLAH TINGGI NGGAK SEKOLAH TINGGI TAPI KAYA SELANGIT!TAPI KAYA SELANGIT!TAPI KAYA SELANGIT!

Kepada sahabat yang tidak letih menggapai impian, kepada para sahabat yang berusaha keras setiap hari..

egitulah penggalan kalimat dari halaman persembahan. Halaman pembuka pada buku ini, halaman yang memotivasi kita untuk mulai membacanya. Manusia harus mau berjuang keras jika ingin menyambung hidup. Bahkan perjuangan manusia harus lebih

keras daripada ayam ras. Sebab manusia punya akal dan pikiran.

Kaya, kata ini yang selalu didambakan oleh setiap orang. Kaya, setiap orang pasti ingin kaya untuk hidup yang lebih baik, lebih indah, lebih mudah dan lebih bahagia. Lebih dari itu semua mereka dapat lebih banyak, menyekolahkan anaknya sampai sekolah di luar negeri,

memenuhi keinginan keluarga, memenuhi keinginan kekasih tercinta, membeli rumah, mobil apapun yang diinginkannya.

Kaya, berkaitan erat dengan kesuksesan, dimana seorang itu sukses pasti dia kaya. Banyak orang beranggapan, kesuksesan ditentukan oleh pendidikan. Semakin tinggi jenjang studi yang di tempuh maka peluang untuk suskes kian terbuka lebar. Seolah-olah tidak ada ruang bagi orang yang kurang beruntung dalam hal pendidikan untuk mencapai kesuksesan, khususnya dalam meraih kekayaan dan harta berlimpah.

Namun, fakta berkata lain. banyak orang yang berpendidikan biasa saja bahkan tidak lulus jenjang tertentu kini telah memiliki harta yang seakan tiada habisnya. Mereka yang dulu kepayahan, kini telah memiliki kekayaan berlipat-lipat mengalahkan orang-orang dengan gelar akademik tinggi.

John Afifi penulis buku ini merupakan

oleh: Aldian Hidayanto*

59BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 60: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

RESENSI

Mewacanakan Kampus Mengampuskan WacanaMewacanakan Kampus Mengampuskan WacanaMewacanakan Kampus Mengampuskan Wacana

Opini

seorang penulis sekaligus pakar motivasi dan bisnis. Buku yang ditulisnya sebagian besar adalah buku motivasi dan bisnis. Buku-buku yang ditulis oleh John Afifi diantaranya Pakai Otak Kananmu, Dijamin Kaya (2011), Hypnoselling: Menarik Pelanggan dan Membuat Uang Mengerjar Kamu (2011), Tanda-Tanda Orang Berbakat Kaya (2013), dan sebagainya. Kali ini John Afifi menulis Buku “Nggak Sekolah Tinggi Tapi Kaya Selangit! ”. Buku ini cukup berbeda denga buku-buku yang lain, yang mengisahkan tentang cara untuk kaya, tetapi kali ini John afifi mencoba mengisahkan tentang biografi orang-orang yang tidak mengeyam bangku pendidikan tinggi tetapi dapat menjadi kaya.

Ketika melihat sampulnya mungkin terlihat membingungkan karena hanya ada sepasang kaki orang dan uang yang berjatuhan yang membuat pembaca semakin penasaran dengan isi didalam buku ini. Ketika kita memasuki buku ini , kita disugguhkan dengan halaman yang berwarna-warni, yang membuat mata tidak cepat lelah dan bosan dalam membacanya (eye cacthing), hampir disetiap lembar memiliki warna yang berbeda. Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti membuat orang awam pun mengerti maksud dari buku ini.

Walaupun buku ini dapat dikatakan ringkas, tetapi memiliki kehebatan dibandingkan dengan

buku-buku biografi lainnya yaitu walaupun biografi setiap orang hanya sekitar 5 sampai 10 halaman tapi dapat dibilang buku cukup lengkap dalam menceritakan biografi seseorang dari sejak kecil hingga menjadi sukses tertuang dalam buku ini. Buku ini cocok untuk siapa pun karena pemilihan kata yang digunakan pun ringkas, padat, tidak terlalu sulit untuk dipahami siapapun.

Dalam buku ini, dapat dipelajari pendidikan bukanlah jalan satu-satunya untuk menjadi kaya ataupun sukses, tetapi ada jalan lain yaitu dengan NIAT, USAHA, KERJA KERAS, DAN MELIHAT KESEMPATAN YANG ADA merupakan sebuah kunci untuk menggapai kekayaan dan kesuksesan.

Sesuai dengan kalimat pertama pada buku ini yang ditujukan kepada sahabat yang tidak letih menggapai impian, kepada para sahabat yang berusaha keras setiap hari. Penulis buku ini , John Afifi berusaha untuk memotivasi para pembaca untuk tetap berusaha, berjuang semaksimal, tidak pernah letih demi tercapainya impian, kekayaan atau kesuksesan.

*)Mahasiswa Agroteknologi 2013Anggota LPM Agrica 2013

60 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 61: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

bilik sastra

eringat masa itu TMasa dimana kita tidak mengertiMasa dimana kita hanya bisa mengikuti Tapi sekarang...

Bukalah mata kecil ituLihat betapa diperlukannya kitaMasa datang bangsa ini ada ditangan kitaKarena kita yang sedang meminum air ilmu pengetahuan itu

Janganlah kita hanya menjadi pengikutSerta penikmat penderitaan kaum jelataTapi perjuangkanlah eksistensi mereka

“KITA”Karya: Dumaris Priskila Purba

Merekalah yang membutuhkan uluran tangan kita

Apapun Ras dan golongan kitaDarimanapun suku dan bangsa kitaJikalau kita berdiri di tanah kitaSeharusnya kitalah yang memberdayakannya

Negeri kita ini sangatlah bervariasiTapi jangan jadikan ajang saling mendiskriminasiNegeri kita ini kaya akan suku bangsaTapi jangan jadikan ajang berebut kuasa semata

Apalah arti kekayaan bangsa iniJikalau pribumi tak dapat menikmatiApalah arti membangun negeri iniJikalau kita hanya dikebiri tanpa mampu berdikari

asi terhidang di meja makan Kita santap

Nsetiap hari

Beraneka ragam hasil bumi dari manakah

datangnya mereka?

Dari sawah dan ladang disana

Petanilah penanamnya, panas terik tak mengapa

Begitu banyak yang kau korbankan

Mulai dari waktumu, tenagamu, dan keuanganmu

Jasamu sungguh besar

Menyediakan beras untuk masyarakat

Kau tak kenal rintangan

Tak peduli terik matahari membakar kulitmu

Demi sebutir beras untuk mencukupi kebutuhan

hidup

Semua kau lakukan demi masyarakat

Tak banyak manusia yang menyadari bahwa

jasamu sungguh besar

Mereka hanya tau beras yang sudah siap dijadikan

nasi

Tak tau bagaimana cara pembuatannya yang

cukup rumit

Kau tak pernah lelah membajak sawah

menggunakan kerbau

Berkeliling- keliling demi sesuap nasi

Keluarga di rumah sudah menanti datangnya

makanan

Jika petani yang sudah lanjut usia

Yang hampir tutup usia

Siapa yang akan menggantikannya

Apakah pemuda zaman sekarang siap

menggantikannya?

Nasibmu sudah tak jelas lagi

Terima kasih bapak tani

Terima kasih bu tani

Tugasmu sungguh mulia

Pengorbanan PetaniPengorbanan PetaniPengorbanan PetaniKarya : Hardianto Panji

61BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 62: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

GUNUNG SLAMET

BREBES

TEGAL

PEMALANG

BANYUMAS

PURBA-

LINGGA

Kembali terjadi letusan, mengeluarkan abu dan lava

Letusan yang memuntahkan abu vulkanik, Semburan lava tahun 1973.

Data & Fakta Gunung Slamet

bentukanbentukanbentukanterbentuk akibat

konsekuensi aktivitas subduksi di selatan Pulau

Jawa dimana lempeng Indo-Australia menyusup ke

utara ke bawah lempeng Eurasia.

aktivitasaktivitasaktivitaserupsi Gn. Slamet secara umum terjadi dalam 2 periode: 1) Slamet Tua (barat)

dan 2) Slamet Muda (timur). Slamet Tua memiliki aktivitas cenderung lebih

eksplosif (pyroclastic flow) dari

Slamet Muda (lava flow). Terdapat

sekitar 35 scoria cone di tubuh Slamet Muda yg terbentuk akibat aktivitas

letusan basaltic Slamet Muda.

Slamet merupakan gunung api tipe Strato,

dengan ketinggian puncak 3.432 m di atas permukaan laut (dpl).

Nama Kawah : K1, K2, K3, dan K4 (kawah yang

aktif hingga Kini).

TIPETIPETIPETerletak di sebelah Utara

Kabupaten Banyumas, yang berbatasan dengan Kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, dan

Purbalingga Provinsi Jawa Tengah. menempati posisi yang strategis

tingginya pertumbuhan penduduk, padatnya populasi,

sumber mata air, tata ruang, DAN obyek pariwisata

WILAYAHWILAYAHWILAYAH

objek wisataobjek wisataobjek wisata

brebesbrebesbrebes

tegaltegaltegal

pemalangpemalangpemalang

purbalinggapurbalinggapurbalingga

banyumasbanyumasbanyumas

-Agrowisata Kaligua-Gua jepang

-Objek wisata Baturraden-Pancuran (pitu & telu)-Curug (gede, belo, bayam, Pengantin, ceheng)-Telaga sunyi-Candi damar payung-Kolam tandu PLTA Ketengger

-Agrowisata strawbery-Goa lawa

-Curug cipendok Moga-Curug si bedil

-Taman wisata guci-Obkjek wisata Gunung putri

INFOGRAFIK

Page 63: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Sumber: Litbang Agrica di olah dari BPBD BANYUMAS & berbagai sumberinfografik: Mardi rahmat

1772

1825 - 1890

1934 - 1940

1943 – 1952

1953 - 1988

1989 - 2007

2009

2014

Terjadi peningkatan kegiatan aktivitas Gunung Slamet.Pada tahun 2007 menghembuskan asap solfatara (asap yang mengandung gas atau partikel belerang, biasanya dalam bentuk gas belerang dioksida/SO ).2Status Siaga Terjadi

letusan yang mengeluarkan abu dan semburan lava Beberapa kali terjadi gempa vulkanik.

Gunung Slamet pada Maret kembali aktif dengan mengeluarkan abu dan lava. Pada Kamis (11/9) antara pukul 12.00-18.00 WIB, aktivitas gunung Slamet kembali meningkat. Gunung Slamet mengeluarkan 38 kali letusan yang mengarah ke barat dan barat daya. Letusan ini disertai dengan lava pijar serta abu tebal. Akibat letusan sempat membuat wilayah Purwokerto dan sekitarnya mengalami hujan pasir.

Peningkatan Kegiatan aktivitas Gunung Slamet.

Terjadi letusan Untuk pertama kali, keluaran dari hasil letusan berupa abu dan lava.

Meletus, hasil letusan mengeluarkan abu dan lava

Tahun letusan

INFOGRAFIK

BUMERANG REVOLUSI HIJAU 63

Page 64: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

MAJALAH dari Tahun ke Tahun

TERDISKREDITKANProblema Permodalan Petani

2010

Menurut Mosher (1996), lembaga kredit

pertanian adalah salah satu faktor pelancar

pembanguna pertanian. ”Terdiskreditkan: Problema Permodalan Petani” diangkat sebagai Judul Majalah Agrica Tahun 2010 sebagi upaya membantu petani untuk dapat mengakses modal dana dalam keberlangsungan garapan petani. Dalam konteks Banyumas yang bertumpu pada seKtor pertanian memerlukan pembangunan di seKtor ini, kredit perbankan dari bank umum untuk seKtor pertanian di Banyumas terus menurun. Jika terpaku terhadap visible dan bankable, yang menjadi syarat utama untuk mengajukan kredit, kebanyakan usaha pertanian jauh dari bankable , karena terbnetur oleh agunan. Namun sektor pertanianmerupakan usaha yang visible dan menguntungkan. Sehingga harus melakukan pendekatan yang lebih intensif terhadap petani. Oleh Karena itu bank pertanian harus sesuai karakter petani daerah. Selain itu pada edisi kali terdapat wawancara khusus bersama Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, M.Si., Sosiolog Pedesaan Banyumas. Dan bagi Imam SantosoThe Real of Development adalah pengembangan kultur Sendiri.

2011

MELIRIKARGOINDUSTRI

"Melirik Agroindustri" merupakan judul Majalah Agrica Edisi XXIII. Edisi ini berisi tentang bagaimana tantangan Kabupaten Banyumas sebagai kawasan produksi pertanian yang mulai digempur dengan bermunculan pasar modern. Adanya upaya Pemkab Banyumas yang merintis program OVOP (one Village one product) guna menambah nilai ekonomi dari komoditas pertanian di Banyumas, tetapi Pemkab Banyumas masih belum mampu memberi lapangan pekerjaan pada sektor pertanian secara optimal. Tokoh Nasional pun ikut berbicara dalam garapan majalah tahun 2011, Wakil Menteri Pertanian Tahun 2010-2011, Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, M.S., memberikan tanggapannya terkait Tenaga Banyak, Lapangan Kerja Sedikit.

64 Agrica / Edisi XXVI / Tahun XXVIII / 2014

Page 65: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Salah satu faktor produksi pertanian ialah modal. Tak dipungkiri keuangan menjadi faktor pendorong keberlangsungan produksi pertanian. Lembaga permodalan pertanian pun mengalami perubahan orientasi yang seharusnya dapat diakses dengan mudah bagi para petani justru memiliki banyak hambatan ditingkat petani penggarap. Tidak berlebihan jika pepatah 'sudah jatuh tertimpa tangga pula' melekat pada petani garapan sempit. Tidak hanya aksesibilitas petani terhadap permodalan yang sulit, tetapi juga aksesibilitas pemasaran pasca panen yang tak mampu dijangkau petani, terkecuali tengkulak yang terkadang mencekik. Masih adanya para penyuluh petani yang setia, memberi harapan bagi kondisi pertanian yang lebih baik. Tidak luput juga wawancara khusus bersama pengamat ekonomi pertanian nasional, Prof. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc. yang memberi pandangan bahwa Lebih dari Formalitas, Lembaga Pertanian Butuh Inovasi saat ditemui di Jakarta, Agustus 2012.

2012 2013

DISORIENTASILEMBAGA PERTANIAN

SARA BARASAWASEMBADA

MAJALAH dari Tahun ke Tahun

Tahu dan tempe, dua produk olahan dari kedelai yang sudah pasti dikenal masyarakat. Kedelai, bahan pokok pembuatan tahu tempe sempat langka dalam peredaran pasar dan menyebabkan harganya melambung tinggi. Produsen tahu tempe menjerit, mereka mogok. Bahkan beberapa pengrajin terpaksa berhenti produksi sesaat akibat mahal dan langkanya pasokan. Banyumas, kota mendoan pun mulai berinisiasi untuk menggalakan program swasembada kedelai 2013 dan akan diikuti secara nasional pada tahun 2014. Tidak hanya kedelai, tetapi juga beras yang keberadaannya mulai dikhawatirkan bernasib sama dengan kedelai, langka di pasaran. Pemkab Banyumas kemudian menerapkan program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal. Ada juga mengenai permasalahan distribusi pupuk bersubsidi yang tidak tepat sasaran sedangkan petani sangat membutuhkannya. Majalah Agrica Edisi XXV memberikan ruang pemikiran bagi Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec, Mantan Menteri Pertanian 2000-2004, mengenai Kekuatan Rakyat, Capai Swasembada

65BUMERANG REVOLUSI HIJAU

Page 66: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

SumbangPekuncen

PurwokertoUtara

Gumelar

Wangon

22,956 ton

4,079 Ha

85,973 ton

1,256 Ha

233 ton

211 Ha

20,784 ton

854 Ha

462 ton

166 Ha

Daerah Penghasil Komoditas Unggulan di Kabupaten Banyumas (Tahun 2014)

Luas lahan (ha)

Jumlah komoditas (ton)

Kedelai

padi sawah

kacang tanah

jagung

singkong

KABUPATENBANYUMAS

KETERANGAN

INFOGRAFIK

SUMBER : LITBANG AGRICA, DIOLAH DARI BADAN PUSAT STATISTIK BANYUMAS 2014infografik: arif romdoni

Page 67: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014

Merdeka 8Merdeka 8Merdeka 8Kopi & Cafe

Jalan HR Bunyamin no 40 Purwokerto.No hp : 082225190200 twitter : merdeka8_PWT

e d k r ae 8M

Merdeka 8Merdeka 8Merdeka 8Kopi & Cafe

Kementerian Pendidikandan KebudayaanDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Page 68: Bumerang Revolusi Hijau - Majalah Agrica 2014