case report uci

19
ABSTRACT Objective : To Determine variant therapy withdrawal symptoms of opioid abusers. Study design: Case Report. Method : In-Depth interview with doctor, staff, resident in Therapy and Rehabilitation Services Unit of Badan Narkotika Nasional Lido, West Java and study literature. Discussion : Classification of Narcotics based on rule . The meaning of opioid, variant of opioid and how to use it. Therapy and Rehabilitation services programs for drug abusers. How to diagnose (anamnesis , physical examination, laboratory examination, etc ) the withdrawal symptoms. Signs, criteria and symptoms withdrawal effect of opioid abusers. The variant of therapy withdrawal symptoms . The defference between detoxification therapy and subtitution therapy. The purpose of therapy providing. The drugs that used to therapy withdrawal symptoms . Conclussion : Opioid has the highest potention to make an addiction. Cessation of drug addiction suddenly can cause withdrawal symptoms are associated with psychological distress and physical distress severe enough. Actually, withdrawal is a natural detoxification to stop using these ilegal drugs. Based on interviews in Therapy and Rehabilitation Services Unit BNN Lido, West Java, a therapy used to reduce withdrawal symptoms is non specific therapy (therapy symptomatic) using drugs to reduce patient complaints, not a subtitution therapy. For further therapy, the social rehabilitation therapy based Therapeutic Community (TC), spiritual guidance, and increased self capacity. Individual factors, environment especially family plays a role in healing opioid abusers. Medical factors, facilities and programs in the treatment and rehabilitation be success factor for the patients to recovering from drug addiction. Key Word : Therapy Withdrawal Symptoms Opioid Latar Belakang Zat psikoaktif, kini sering disebut dengan NAPZA yaitu singkatan dari narkotik, psikotropik dan zat adiktif lain. Sebutan yang mirip dimasyarakat adalah “narkoba”, yang merupakan akronim dari narkotik, psikotropika dan bahan bahan (atau obat-obatan, zat adiktif lain) berbahaya. NAPZA ada yang semata-mata berasal dari tumbuhan (natural,alami) seperti : ganja, ada yang sintetis (“shabu”) dan ada pula yang semi sintetis (“putauw”). Jenis-jenis napza yang banyak diindonesia yaitu alkohol, opioid, ganja, kokain ,amfetamin, dan benzodiazepin. 1

Upload: marsha

Post on 22-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

vh

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Uci

ABSTRACT

Objective : To Determine variant therapy withdrawal symptoms of opioid abusers.Study design: Case Report.Method : In-Depth interview with doctor, staff, resident in Therapy and Rehabilitation Services Unit of Badan Narkotika Nasional Lido, West Java and study literature.Discussion : Classification of Narcotics based on rule . The meaning of opioid, variant of opioid and how to use it. Therapy and Rehabilitation services programs for drug abusers. How to diagnose (anamnesis , physical examination, laboratory examination, etc ) the withdrawal symptoms. Signs, criteria and symptoms withdrawal effect of opioid abusers. The variant of therapy withdrawal symptoms . The defference between detoxification therapy and subtitution therapy. The purpose of therapy providing. The drugs that used to therapy withdrawal symptoms . Conclussion : Opioid has the highest potention to make an addiction. Cessation of drug addiction suddenly can cause withdrawal symptoms are associated with psychological distress and physical distress severe enough. Actually, withdrawal is a natural detoxification to stop using these ilegal drugs. Based on interviews in Therapy and Rehabilitation Services Unit BNN Lido, West Java, a therapy used to reduce withdrawal symptoms is non specific therapy (therapy symptomatic) using drugs to reduce patient complaints, not a subtitution therapy. For further therapy, the social rehabilitation therapy based Therapeutic Community (TC), spiritual guidance, and increased self capacity. Individual factors, environment especially family plays a role in healing opioid abusers. Medical factors, facilities and programs in the treatment and rehabilitation be success factor for the patients to recovering from drug addiction.Key Word : Therapy Withdrawal Symptoms Opioid

Latar Belakang

Zat psikoaktif, kini sering disebut dengan NAPZA yaitu singkatan dari narkotik, psikotropik

dan zat adiktif lain. Sebutan yang mirip dimasyarakat adalah “narkoba”, yang merupakan akronim

dari narkotik, psikotropika dan bahan bahan (atau obat-obatan, zat adiktif lain) berbahaya. NAPZA

ada yang semata-mata berasal dari tumbuhan (natural,alami) seperti : ganja, ada yang sintetis

(“shabu”) dan ada pula yang semi sintetis (“putauw”). Jenis-jenis napza yang banyak diindonesia

yaitu alkohol, opioid, ganja, kokain ,amfetamin, dan benzodiazepin.

Opioid merupakan salah satu golongan NAPZA yang sangat kuat potensi

ketergantungannya, sehingga disebut dengan julukan “horror drug”. Heroin didapatkan dari

pengeringan ampas bunga opium (Papaverum somniferum) yang mempunyai kandungan morfin

dan kodein yang merupakan penghilang rasa nyeri yang efektif. Heroin merupakan 3.6-diacetyl

ester dari morphine (oleh karena itu disebut juga diasetilmorphine). Yang termasuk golongan opioid

adalah morfin, petidin, heroin, metadon, kodein. Golongan opioid yang paling sering disalah

gunakan adalah heroin.

Heroin di Indonesia sering disebut putauw. (atau pete, hero, atau petewe). Heroin

merupakan opioid semi sintetik yang berasal dari morfin. Heroin populer karena awitan cepat,

euforia kuat, dengan penggunaan ‘dragon’ atau dibakar dapat terjadi rush (atau badai) dan

penggunaan secara intravena merupakan pilihan utama adiksi.1 Menurut sumber dari Direktorat

Tindak Pidana Narkoba, Maret 2012 di Indonesia jumlah kasus penyalahgunaan NAPZA tahun

1

Page 2: Case Report Uci

2009 adalah 30.656 orang dengan pengguna heroin sebanyak 797 orang, tahun 2010 adalah 26.461

orang dengan pengguna heroin 652 orang , tahun 2011 sejumlah 29.526 orang dengan pengguna

heroin sebanyak 597 orang .2 Berdasarkan wawancara di Unit Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi di

BNN Lido, Jawa Barat dan studi literatur , karena golongan opioid menimbulkan efek

ketergantungan dan dapat menimbulkan gejala putus zat/ withdrawal symptoms. Sehingga

pembuatan case report ini akan ditujukan untuk membahas mengenai terapi gejala putus obat/

withdrawal symptoms pada pasien ketergantungan opioid.

PRESENTASI KASUS

Tn. JR berusia 28 tahun adalah salah satu resident di UPT Rehabilitasi dan Terapi Badan

Narkotika Nasional( UPT T & R BNN ). Bekerja sebagai Event organizer dan photographer.

Pendidikan terakhir S1, berstatus menikah dan memilik seorang anak. Latar belakang JR menjadi

ketergantungan obat-obatan karena pengaruh lingkungan pergaulan dan pemikirannya yang salah

karena ia mencoba-coba menggunakan narkoba dan kemudian menjadi ketergantungan. JR pertama

kali mengenal NAPZA tahun 1996, dan mencoba-coba menggunakan obat-obatan terlarang saat ia

masih SMP pada tahun 1997 yang berjenis opioid ,ia biasa menyebutnya dengan putaw dengan cara

dibakar yang dibeli secara bersamaan dengan temannya. Pertama kali mencoba opioid ia merasa

tidak enak dan mual namun karena penasaran ia mencoba yg kedua,ketiga dan seterusnya barulah ia

merasa efek yang diinginkan , ia merasa nyaman, rileks ,dan tenang . Jika ia tidak menggunakan

obat itu ia merasa badannya sakit, meriang, flu atau biasa disebut sakau sehingga membutuhkan

obat ini dan harus menggunakan rutin setiap harinya. Tahun 1998 mulai mencoba opioid

menggunakan suntikan lalu selanjutnya menggunakan opioid dengan cara disuntik terus menerus

karena merasa lebih nyaman. JR mengakui pernah menggunakan psikotropika jenis lain yaitu

amfetamin . Namun JR merasa lebih nyaman menggunakan opioid dan menggunakan opioid

disuntik secara rutin setiap harinya. Ia memperoleh uang untuk obat-obatan dengan berbagai cara

seperti meminta uang dari keluarga, mencuri, dan menggunakan uangnya sendiri. Namun walaupun

ia adalah seorang pengguna obat-obatan terlarang tapi ia tetap berniat untuk menyelesaikan

sekolahnya hingga lulus S1 dan ia dapat menyelesaikan pendidikannya tersebut meskipun ia sempat

tidak naik kelas, sering bolos,dan pindah sekolah tetapi saat kuliah ia bisa menyelesaikan kuliahnya

tepat waktu sekitar 4 tahun.

2

Page 3: Case Report Uci

JR mengaku pernah ditangkap polisi sebanyak 3 kali dan menjalani rehabilitasi sebanyak 3

kali. Yang pertama tahun 1999 tetapi tidak menjalani complete program. Tahun 2005 ia kembali

masuk rehabilitasi tetapi sebelum selesai tahap rehabilitasinya ia kabur. Saat masuk pusat

rehabilatasi yang pertama dan kedua ia mengaku bukan karena keinginan dirinya tetapi dipaksa

keluarga dll dan ia merasa tidak membutuhkan rehabilitasi karena masih bisa menangani dirinya

sendiri. Dan pada januari 2012 ia kembali masuk rehabilitasi atas keinginannya sendiri karena

merasa sudah lelah dan ingin berubah menjadi lebih baik, serta karena ia sudah memiliki anak. JR

menikah tahun 2009 dan sudah memiliki seorang anak berusia 1 tahun 3 bulan. Istrinya juga

merupakan pengguna zat psikoaktif namun tidak addict dan masih bisa menahan untuk tidak

menggunakan. Meskipun ia menggunakan opioid secara disuntik namun ia tetap peduli terhadap

kesehatannya sehingga ia tidak pernah berganti-ganti jarum suntik dengan teman-temannya dan

rutin memeriksa kesehatannya termasuk melakukan pemeriksaan HIV/AIDS selama 6 bulan sekali

dan hasilnya negatif.

Januari 2012 JR pertama kali datang ke pusat rehabilitasi ini pihak BNN langsung

memberikan serangkaian dan pemeriksaan lebih lanjut dari tes urine, pemeriksaan darah lengkap,

EEG, EKG, USG, Brain Mapping dll. Dari serangkaian pemeriksaan didapat positif dalam dirinya

terdapat zat-zat psikoaktif tetapi tidak ditemukan penyakit lainnya termasuk pemeriksaan

HIV/AIDS nya negatif. Tahap ini disebut screening dan intake. Setelah itu ia mendapatkan

berbagai terapi medis, terapi sosial dll. Ia mendapat terapi obat pengurang rasa sakit pasca berhenti

menggunakan opioid atau disebut sakau yang ia rasakan selama 4 hari dan 1-2 hari berikutnya

sudah mulai berkurang, tahap ini biasanya disebut detoksifikasi serta terapi stabilisasi pasca putus

zat yang disebut entry unit dan konseling untuk lebih memperbaiki pemikiran dan pemahaman yang

salah dalam dirinya. Pelayanan rehabilitasi di UPT T&R BNN ini gratis. Ia mengaku masih

merasakan sugesti untuk menggunakan narkoba lagi namun kali ini ia sudah benar-benar berniat

berhenti menggunakan obat-obatan terlarang, sehingga apabila ada sugesti untuk menggunakan

narkoba lagi ia berusaha mencari kesibukan lain agar melupakan itu . Sejak januari sampai sekarang

sudah masuk tahap re-entry dan akan keluar pusat rehabilitasi sekitar bulan desember.

DISKUSI

Berdasarkan UU RI No 35 / 2009 Tentang Narkotika pasal 6 ayat (1),

penggolongan narkotika terdiri dari 3 golongan, yaitu:

1. Narkotika Golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan

untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan.

Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja

3

Page 4: Case Report Uci

2. Narkotika Golongan II

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat

digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan .Contoh : morfin,petidin

3. Narkotika Golongan III

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

ketergantungan. Contoh : kodein. 3

OPIOID

Opioida dibagi dalam tiga golongan besar yaitu :

- Opioida alamiah (opiat): morfin, opium, kodein

- Opioida semi sintetik : heroin/putauw, hidromorfin

- Opioida sintetik : meperidin, propoksipen, metadon nama populernya nya putauw, ptw, black

heroin, brown sugar

Heroin (INN: diacetylmorphine, BAN: diamorphine) adalah semi sintetik opioid yang di

sintesa dari morphin yang merupakan derivat dari opium. Pada kadar yang lebih rendah dikenal

dengan sebutan putaw. Heroin didapatkan dari pengeringan ampas bunga opium (Papaverum

somniferum) yang mempunyai kandungan morfin dan kodein yang merupakan penghilang rasa

nyeri yang efektif. Heroin merupakan 3.6-diacetyl ester dari morphine (oleh karena itu disebut juga

diasetilmorphine). Nama lain dari heroin: smack, junk, china ehirte, chiva, black tar, speed balling,

dope, brown, dog,negra, nod, white hores, stuff. 5

Gambar 1 Bunga Opium.4

Heroin merupakan narkoba yang sangat sering menimbulkan efek ketergantungan. Heroin

ini bentuknya berupa serbuk putih dengan rasa pahit. Dalam pasaran banyak beredar warnanya

putih, coklat atau dadu. Penggunaannya dengan injeksi atau dihirup atau per oral. Heroin

mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin.

Jenis heroin yang sering diperdagangkan :

4

Page 5: Case Report Uci

1. Bubuk putih

a. Diperjualbelikan dalam kantung-kantung yang telah dikemas secara khusus dengan

ukuran 3x1,5 cm, berisi 100 mg bubuk dengan kadar heroin berkisar antara 1-10%.

b. Pada saat ini kadar heroin dalam bubuk cenderung meningkat, rata-rata berkisar

35%.

c. Biasanya bubuk tersebut dicampur dengan gula, susu bubuk atau kanji. Banyak

diperjualbelikan di daerah Asia.

2. Bubuk coklat

a. Bentuk, kemasan dan kadar heroin mirip dengan bubuk putih, hanya warnanya

yang coklat.

b. Banyak didapatkan di daerah Mexico.

3. Black Tar

a. Banyak diperjualbelikan di USA.

b. Warna hitam disebabkan oleh metode prosesing.

c. Bentuknya kecil-kecil seperti kacang dan lengket.

d. Kadar heroin didalamnya berkisar 20-80%.

e. Pemakaian biasanya dilarutkan dengan sedikit air kemudian dihangatkan diatas api.

Setelah dilarutkan dapat dimasukkan ke dalam alat suntik.

Cara Penggunaan

1. Injeksi

Injeksi secara intravena, subkutan atau intra muskular Injeksi lebih praktis dan efisien untuk

heroin kadar rendah. Injeksi secara intravena dapat menimbulkan efek eforia dalam 7-8

detik,sedangkan secara intra muskuler efeknya lebih lambat yaitu 5-8 menit. Injeksi dapat

menyebabkan septikemi dan infeksi lain , dapat menyebabkan hepatitis atau HIV , injeksi

nerulang dapat merusak vena, menyebabkan trombosis dan abses .

2. Dihirup

Bubuk heroin ditaruh di aluminium foil dan dipanaskan diatas api, kemudian asapnya dihirup

melalui hidung. Efek puncak dengan penggunaan secara dihirup/dihisap biasanya dirasakan

dalam 10-15 menit

3. Dihisap melalui pipa atau sebagai lintingan rokok

Penggunaan heroin dengan kadar tinggi biasanya dengan cara dihirup atau dihisap. Penggunaan

heroin secara dihisap atau dihirup (chasing the dragon) saat ini meningkat untuk menghindarkan

efek yang terjadi akibat penyuntikan. Penggunaan secara dihisap lebih aman dibandingkan

dihirup, oleh karena masuk ke dalam tubuh secara bertahap sehingga lebih mudah dikontrol.5

5

Page 6: Case Report Uci

Gambar 2 Heroin/Putaw.6

DIAGNOSA

Diagnosa diperlukan untuk menentukan terapi, diagnosa berdasarkan:

1. Anamnesa

a. Auto anamnesa (pengakuan jujur dari pasien)

b. Alo anamnesa (dari keluarga yang dapat dipercaya)

2. Pemeriksaan fisik

Keadaan putus zat Opioid

A. Kriteria umum untuk keadaan putus zat harus ditemukan (dengan catatan bahwa satu

keadaan putus opioid dapat juga didorong oleh pemberian antagonis opioid setelah

penggunaan opioid yang singkat).

B. Sedikitnya ditemukan tiga tanda berikut:

1. Keinginan kuat untuk mendapatkan opioid (craving)

2. Rinorre atau bersin

3. Lakrimasi

4. Nyeri atau kram otot

5. Kram perut

6. Mual atau muntah

7. Diarre

8. Dilatasi pupil

9. Piloereksi atau kedinginan yang berulang

10. Takikardi atau hipertensi

6

Page 7: Case Report Uci

11. Menguap

12. Tidur tidak tenang (gelisah). 7

3. Ditemukannya benda-benda yang berhubungan dengan penggunaan obat seperti jarum suntik,

pipa, aluminium foil, bubuk opioid dan lain-lain disekitar penderita .

4. Pemeriksaan laboratorium

a) Urine (drug screening)

I. Untuk mengetahui zat yang dipakai oleh penderita. Urine harus diperoleh tidak lebih

dari 24 jam setelah pemakaian zat terakhir.

II. Metode pemeriksaan antara lain dengan cara paper chromatography, Thin Layer

Chromatography, Enzym Immunoassay.

b) Rambut

I. Dengan metode Liquid chromatography menggunakan ultraviolet dapat dideterminasi

adanya opiat pada rambut pecandu heroin (opioid).

II. Seseorang dikatakan pecandu heroin, bila pada rambutnya ditemukan kandungan 10 ng

heroin/mg rambut.5

Alur Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi :

1. Screening & Intake, meliputi:

a) Pendaftaran

b) Tes urin atau rambut

c) Anamnesa dan pemeriksaan fisik

d) Penjelasan tentang program dan peraturan yang berlaku

e) Pengisian formulir administrasi dan penandatanganan lembar persetujuan (informed

consent)

2. Detoksifikasi

a) Penanganan detoksifikasi / putus obat zat dengan terapi simptomatik

b) Rangkaian intervensi untuk penatalaksanaan kondisi akut intoksikasi ataupun putus zat

diikuti dengan pembersihan zat dari tubuh.

7

Page 8: Case Report Uci

3. Entry unit

a) Fase stabilisasi pasca putus zat

b) Pelayanan psikoterapi

c) Pelayanan fisioterapi

d) Pelayanan spesialis

e) Pelayanan psikiatrik

f) Konsultasi psikologi

4. Primary

a) Therapeutic Community program

b) Younger, middle / older member

c) Pelayanan oleh psikologi, psikiatri, dan pekerja sosial

5. Re – entry

a) Therapeutic Community Programme

b) Masih didampingi oleh counselor addict, psikolog

c) Rawat lanjut penyakit komplikasi

d) Terapi vocasional / keterampilan (lanjutan)

e) Resosialisasi / live in work out kembali bersosialisasi dengan masyarakat luas di luar

komunitas residensial yang dipersiapkan melalui program pola hidup sehat dan produktif

berbasis konservasi alam (hutan dan laut)

6. After care

a. After care program. Di luar UPT T&R BNN.7

Terapi Withdrawal Opioid

Withdrawal opioid tidak mengancam jiwa, tetapi berhubungan dengan gangguan psikologis dan

distress fisik yang cukup berat. Kebanyakan pasien dengan gejala putus obat yang ringan hanya

membutuhkan lingkungan yang mendukung mereka tanpa memerlukan obat.

Fase terapi ini memiliki berbagai variasi:

a. Rawat inap dan rawat jalan

b. Intensive out-patient treatment, terapi residensi,home based detoxification program

8

Page 9: Case Report Uci

c. Cold turkey, Terapi simptomatik

Terapi non spesifik (simptomatik):

1. Gangguan tidur (insomnia) dapat diberikan hipnotik sedatif (yang memberi efek sedatif,

misalnya : klozapine ) dapat dikombinasikan dengan obat-obat lain

2. Nyeri dapat diberikan analgetik (Tramadol, Asam Mefenamat, Parasetamol)

3. Mual dan muntah dapat diberikan golongan metoklopamide

4. Kolik dapat diberikan antispasmolitika (Papaverin)

5. Gelisah dapat diberikan antiansietas (alprazolam, diazepam )

6. Rhinorrhea dapat diberikan golongan fenilpropanolamin

d. Rapid detoxification , Ultra Rapid Detoxification

Terapi alternatif lain yang disarankan adalah rapid detoxification yang mempersingkat waktu

terapi deteksifikasi dan memudahkan pasien untuk segera masuk dalam terapi opiat antagonis.

Jenis teknik rapid deteksifikasi antara lain klonidin naltrexon.1

e. Detoksifikasi

Berdasarkan lamanya proses berlangsung, terapi detoksifikasi dibagi atas:1. Detoksifikasi jangka panjang (3-4 minggu) seperti dengan menggunakan metadon.2. Detoksifikasi jangka sedang (3-5 hari) : naltrekson, mida-zolam, klonidin.3. Detoksifikasi cepat (6 jam sampai 2 hari) rapid detoxification

Detoksifikasi dengan menggunakan obat-obatan :

1. Kodein dan ibuprofen ( analgetika ).

2. Klontrex (klonidin dan naltrekson).

Klonidin mengurangi gejala-gejala putus opioida. Karena terbatasnya substitusi opioida lain

di Indonesia, beberapa dokter telah menggunakan kombinasi klonidin, kodein dan papaverin

untuk terapi detoksifikasi. Klonidin digunakan dalam kombinasi untuk mengurangi gejala

putus opioida ringan seperti: menguap, keringat dingin, air mata danlainnya.. Namun karena

klonidin sendiri tidak dapat memperpendek masa detoksifikasi, maka diperlukan kombinasi

dengan naltrekson. Naltrekson adalah suatu senyawa antagonis opioida. Cara tersebut

dikenal dengan nama Clontrex Method yang dapat dilakukan untuk pasien berobat jalan

maupun pasien rawat inap.

3. Buprenorfin.1

Buprenorphine dosis rendah (1,5-5 mg sublingual setiap 2-3 x seminggu) dilaporkan

lebih efektif dan efek withdrawal lebih ringan dibandingkan metadone.5

4. Metadon.1

9

Page 10: Case Report Uci

Metadon merupakan drug of choice dalam terapi detoksifikasi adiksi opioid. Namun bila

dosis metadon diturunkan, kemungkinan relaps sering terjadi. Kendala lain adalah

membutuhkan waktu lama dalam terapi detoksifikasi, dan bila menggunakan opioid

antagonis maka harus menunggu gejala abstinensia selama 5-7 hari.5 Dosis metadon yang

dianjurkan untuk terapi detoksifikasi heroin (morfin) adalah 2-3 x 5-10 mg perhari peroral.

Setelah 2-3 hari stabil dosis mulai ditappering off dalam 1-3 minggu.8

Terapi subtitusi / rumatan

a. Agonis : metadon

b. Partial agonis : buprenorfin

c. Antagonis : naltrekson

Terapi rumatan / subtitusi ketergantungan opioid bertujuan untuk :

1. Mencegah atau mengurangi terjadinya craving terhadap opioid ilegal.

2. Mencegah relaps untuk menggunakan kembali opioid

3. Restrukturisasi kepribadian

4. Memperbaiki fungsi fisiologi organ yang telah rusak akibat penggunaan opioid.

Obat-obat yang digunakan :

i. Metadon (Methadone Maintenance Treatment Program)

Metadon merupakan drug of choice untuk pasien ketergantungan opioid. Metadon efektif

secara oral , berpengaruh dalam 24 jam, sehingga pasien harus meminumnya setiap hari.

Untuk terapi maintenance, dosis metadon dapat ditingkatkan (biasanya 40-100 mg/hari).

Untuk menjaga pasien tetap menyenangkan dan diturunkan secara perlahan-lahan. Namun

bila dosis metadon diturunkan, kemungkinan relaps sering terjadi. Kelemahan terapi ini

memerlukan datang ke fasilitas kesehatan sehari sekali, terjadinya overdosis,

ketergantungan sampai menaikkan dosis metadon dan kemungkinan terjadinya peredaran

ilegal metadon.

Metadon dan Levo alfa acetyl;methadol (LAAM), salah satu derivat metadon dengan

durasi yang cukup panjang (72 jam ), potensi abuse dan withdrawal berkurang. Merupakan

standar terapi rumatan adiksi opioid. Metadon diberikan setiap hari, sedangkan LAAM

hanya 3 kali seminggu. Karena adanya laporan cardiac arrest LAAM ditarik dari

peredaran.

ii. Buprenorfin ( Buprenophine- Partial Agonist)

10

Page 11: Case Report Uci

Buprenorfin mengurangi efek agonis opioid dan mengurangi potensi menekan sentra

pernafasan., gejala withdrawal lebih mudah dikendalikan. Buprenorfin memiliki sifat

farmakologis yang unik dan ditoleransi dengan baik untuk mengatasi ketergantungan.

Buprenorfin dapat diberikan 2 atau 3 kali seminggu karena masa aksinya yang panjang,

pemberian buprenorfin sublingual. Karena ada kemungkinan untuk disalahgunakan

kombinasi formula buprenorfin dan nalokson juga telah digunakan untuk terapi

ketergantungan opioid. Sampai saat ini, buprenorfin adalah obat satu-satunya yang paling

bermakna untuk addiksi heroin di Indonesia.1 Buprenorphine dapat pula digunakan sebagai

terapi rumatan dengan dosis antara 2 mg-20 mg/hari.8

iii. Naltrekson- Opiate Antagonist Maintenance Treatment Program

Naltrekson dapat memblok/menghambat pengaruh fisiologi dan subyektif dari pemberian

opioida berikutnya. Naltreksone diberikan setiap hari 50-100 mg peroral untuk 2 – 3 kali

seminggu. Pemberian naltreksone disarankan sekurang-kurangnya selama satu tahun.

Angka dropout dengan menggunakan naltrekson cukup tinggi , khususnya kalu terapi

tergantung hanya pemberian naltrekson tanpa relapse prevention therapy or training.

Naltreksone digunakan untuk adiksi opioid yang mempunyai motivasi tinggi untuk

berhenti, dukungan keluarga yang kuat serta sedang meniti jenjang karir dalam pekerjaan

yang legitimate. Tetapi naltrekson sudah tidak lagi tersedia di Indonesia karen industri

farmasi yang mendapat izin edar naltrekson enggan meneruskan usahanya( dianggap non-

profitable) 1

Hukum Penyalahgunaan zat psikoaktif menurut Islam

خمرحرام كل مسكر خمر و كل

“Segala yang memabukkan adalah khomar, dan segala bentuk khomar hukumnya haram” (HR. Abdullah Ibnu Umar).

Dalam hadits lain dijelaskan ;إجتنبوا الخمر فإنھ أم الخبائث“jauhilah minuman keras/narkoba, karena ia awal dari kejahatan” (HR. Al-Hakim).

Hukum penyalahgunaan narkotika diqiyaskan pada hukum mengkonsumsi khomar yang disebutkan didalam al-Qur`an. Hukum khamar di dasarkan pada beberapa petunjuk dalil naqliy, salah satunya adalah firman Allah:

11

Page 12: Case Report Uci

“Sesungguhnya (meminum) khomar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji, dan termasuk perbuatan syaithon, maka jauhilah agar kamu mendapat keberuntungan” (Q.S. Al-Maidah :90).9

Kesimpulan dan Saran

1. Opioid mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Penghentian obat yang tiba-tiba dapat menimbulkan gejala putus zat (withdrawal symptoms) berhubungan dengan gangguan psikologis dan distress fisik yang cukup berat.

2. Berdasarkan wawancara di Unit Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi, terapi yang dipakai untuk mengurangi gejala putus zat adalah terapi non spesifik (simptomatik) menggunakan obat – obat penawar untuk mengurangi keluhan pasien, bukan pengganti / substitusi.

3. Terapi selanjutnya dengan rehabilitasi sosial yang berbasis Therapeutic Community (TC), bimbingan kerohanian , serta peningkatan kemampuan.

4. Diperlukan motivasi yang kuat dari diri sendiri, dan lingkungan khususnya keluarga yang mendukung untuk melewati fase/gejala withdrawal karena sesungguhnya merupakan detoksifikasi alami untuk berhenti menggunakan obat-obatan terlarang tersebut.

5. Selain itu juga faktor tenaga medis, fasilitas dan program di tempat terapi dan rehabilitasi juga menjadi salah satu faktor dari keberhasilan pasien untuk sembuh dari ketergantungan Narkoba.

Acknowledgement

Pada bagian ini penulis berterimakasih kepada UPT Terapi Dan Rehabilitasi BNN Lido,Jawa Barat

yang telah memberikan kesempatan untuk berkunjung dan mengumpulkan data informasi dari staf

maupun residen untuk kelancaran case report ini. Dan terima kasih kepada DR. drh. Hj. Titiek

Djannatun selaku koordinator penyusun Blok Elektif, dr. Hj. RW. Susilowati, M.Kes selaku

koordinator pelaksana Blok Elektif, dr. Nasrudin Noor, SpKJ selaku dosen pengampu bidang

kepeminatan Ketergantungan Obat/Drug Abuse. Serta kepada dr. H. M. Syamsir, MS, PA sebagai

pembimbing kelompok 4 yang telah memberikan bimbingannya, serta teman-teman kelompok 4

drug abuse dan rekan-rekan calon sejawat Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi yang telah

membantu dalam pengerjaan laporan kasus ini.

DAFTAR PUSTAKA

12

Page 13: Case Report Uci

1. Elvira,SD & Hadisukanto.G. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p.138-165

2. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. Data Tindak Pidana Narkoba. Available at : http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/post/2012/05/31/20120531153207-10234.pdf

(last update 2012, March)3. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia . Available at www.bnn.go.id (last update 2012,

November )4. The Opium Poppy (Papaver somniferum) Images Of This Fascinating Plant. Available at :

http://waynesword.palomar.edu/opium.htm 5. Japardi, S, 2002, Efek Neurologis Pada Penggunaan Heroin (Putauw),USU. available at:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1979/1/bedah-iskandar%20japardi9.pdf (viewed 2012, November 24 )

6. Heroinhealthperiod. How is heroin used?.Available at: http://heroinhealthperiod2.edublogs.org/(last update 2011, April 18)

7. Kaplan & Saddock.1997. Chapter 12: Synopsis of Psychiatry. 8th edition vol: 2 .Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. pp. 375, 378,386, 390

8. Way WL. 1998. Opioid analgosics and antagonists in Basic and clinical pharmacology. Katzung BG (ed). 7th ed. Stamfort: Appleton, 1998 (31): 496-514

9. Qardhawi, Yusuf Dr. Narkoba Menurut Islam. Hukum Mukhadirat (Narkotika) . Available at: http://www.docstoc.com/docs/62295069/NARKOBA-MENURUT-HUKUM-ISLAMdocx (last update 2008, October 27)

13