cbd 2 neonatus
TRANSCRIPT
CBD II
NEONATUS PRETERM DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH, ASFIKSIA BERAT DAN NEONATAL INFEKSI
Pembimbing:
dr. Hartono, Sp.A
dr. Slamet Widi, Sp.A
dr. Z. Hidajati, Sp.A
dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A
Disusun Oleh :
Afifatul Hakimah (01.209.5822)
Yuny Windasarie (01.209.6053)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
1
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : By. Ny. R
Umur : 1 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Semarang Utara
Nama ayah : Tn. D
Umur : 22 tahun
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMK
Nama ibu : Ny. R
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMU
Bangsal : Peristi
No CM : 26.91.57
Masuk RS : 21 Oktober 2013
B. DATA DASAR
1. Anamnesis (Alloanamnesis)
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien pada tanggal 22 Januari 2013 pukul
13.30 WIB di ruang Dewi Kunthi dan dengan perawat Perinatologi pada tanggal
yang sama pukul 14.30 serta didukung catatan medis.
Keluhan utama : Bayi tidak menangis segera setelah lahir
2
Keluhan tambahan : Berat badan lahir rendah dan lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu G2P1A0, usia 23 tahun, hamil 35 minggu, HPHT 4 Maret 2013, riwayat
haid teratur, siklus 28 hari, lama haid 7 hari per siklus. Ibu rutin memeriksakan
kehamilannya dan sudah mendapat suntikan TT 2x. Selama hamil ibu merasa
mual kadang disertai muntah. Ibu tidak mempunyai penyakit darah tinggi selama
kehamilan. Selama masa kehamilan ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan apapun,
riwayat trauma sebelum dan selama kehamilan disangkal, riwayat dipijat
disangkal, riwayat kencing manis disangkal, riwayat penyakit darah tinggi
sebelum kehamilan disangkal, riwayat mengkonsumsi jamu-jamuan disangkal.
Riwayat perdarahan disangkal. Pola makan sebelum dan selama hamil mengalami
perubahan, yang biasanya 3 kali sehari menjadi 2 kali sehari dan terkadang tidak
habis.
1 hari SMRS malam hari ibu mengeluh perut mulas , kencang-kencang sering,
dan belum keluar lendir darah dari jalan lahir. Belum keluar cairan ngepyok.
Keesokan harinya suami pasien membawa istrinya ke UGD RSUD Semarang.
Kemudian di UGD dilakukan pemeriksaan vt pembukaan lengkap, KK (+), his
adekuat, DJJ 11-12-12, letak kepala, punggung kanan, presentasi kaki, turun di H
III. Kemudian ibu dipimpin mengejan. Pukul 11.00 bayi belum juga lahir dan DJJ
15-16-15, kemudian dilakukan SC cito a/i fetal distress.
Lahir bayi jenis kelamin laki-laki lahir secara SC tanggal 21/10/2013 pukul
11.47 WIB dengan BBL: 2000 gram, PB: 46 cm, LK: 31 cm, LD: 28 cm, air
ketuban jernih dan tidak berbau busuk.
Saat lahir, bayi tidak menangis, tonus otot tidak ada, pernafasan tidak teratur,
HR> 100, dengan warna badan biru dan wajah biru.
5 menit setelah diresusitasi bayi menangis merintih, tonus otot lemah,
pernafasan tidak teratur, HR> 100, dengan warna badan dan wajah masih biru.
10 menit setelah diresusitasi, bayi menangis merintih, ekstremitas fleksi
sedikit dan tonus otot lemah, pernafasan tidak teratur, HR>100, dengan warna
merah jambu dengan ujung ekstrimitas sedikit biru wajah mulai kemerahan.
Apgar score didapatkan 3-4-6. Bayi kemudian dirawat dan di observasi di
Perinatologi.
3
Setelah masuk perinatologi
Tanggal Keterangan TTV
21 Oktober 2013
Pukul : 12.00
Usia : 0 hari
Berat : 2000 gram
Kebutuhan cairan
: 160cc
Keadaan bayi :
Gerakan bayi kurang aktif
Menangis keras (-)
Minum kuat (-)
Ikterik (-)
Terapi :
Letakan dalam inkubator
O2 headbox 6L/menit
Pasang infus umbilical D10% 7
tpm mikro
Injeksi Vit K1 1x1 mg IM (di
bidan)
Injeksi Ampisulbactam 2x150mg
iv
Injeksi Ca Glukonas 2 x 1cc ad
aqua iv pelan
Injeksi dopamin 3Meq/kgBB/
menit
Tunda diet 24 jam
Program :
Darah Rutin
Gula Darah Sewaktu 2 jam post
infus D10%
Elektrolit
HR : 168x/menit
RR : 68x /menit
T : 39,1°C
N : 1/t cukup
22 Oktober 2013
Usia: 1 hari
Berat: 2000 gram
Cairan 180cc/hari
Keadaan bayi :
Gerakan bayi kurang aktif
Menangis keras (-)
Minum kuat (-)
Ikterik (-)
Terapi :
Infus D10% 7 tpm mikro
HR: 168x /menit
RR: 48 x/menit
T: 35,5°C
N: i/t cukup
4
Injeksi Ampisulbactam 2x250mg
iv
Injeksi Ca Glukonas 2 x 1cc ad
aqua iv pelan
Program :
Coba diet ASI (OGT) → cek
residu,
jika residu coklat tunda diet,
cek residu ulang
jika bening diet bertahap,
mulai 2-3 cc dahulu
Riwayat Penyakit Ibu dan Ayah
Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, hipeertensi, asma, penyakit
jantung, penyakit ginjal, alergi, anemia, serta kelainan darah sebelum
hamil disangkal.
Riwayat ibu keputihan berbau busuk atau menderita penyakit menular
seksual selama masa kehamilan atau saat proses kehamilan seperti
gonorea, klamidia, trikomonasis, kandidiasis disangkal.
Riwayat ayah menderita penyakit menular seksual sebelum dan selama
istrinya hamil disangkal.
Riwayat ibu mengidap batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu, mendapat
pengobatan paru selama 6 bulan dan membuat kencing berwarna merah
disangkal.
Riwayat ibu demam tinggi selama proses kehamilan disangkal.
Riwayat ibu merokok disangkal.
Riwayat ayah merokok (+)
Riwayat Pemeriksaan Prenatal
Ibu rutin memeriksakan kehamilannya sebulan 1x dan mendapat suntikan
tetanus toxoid sebanyak 2 kali selama masa kehamilannya. Riwayat trauma
sebelum kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal, riwayat penyakit darah
tinggi dan kencing manis disangkal, riwayat minum jamu-jamu disangkal oleh
ibu.
5
Kesan : Pemeliharaan prenatal baik.
Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Anak pertama bayi jenis kelamin laki-laki, lahir secara SC, bayi meninggal
saat usia 7 bulan karena keracunan makanan.
Anak kedua bayi jenis kelamin laki-laki dari ibu G2P1A0 hamil 35 minggu ,
lahir secara SC a/i fetal distress.
Saat lahir bayi tidak langsung menangis, pernapasan tidak teratur, warna kulit
wajah dan badan biru, tonus otot lemah. Berat badan lahir 2000 gram panjang
badan : 46 cm, lingkar kepala: 31 cm, lingkar dada: 28 cm APGAR score 3 – 4 –
6.
Kesan : Neonates preterm, berat badan lahir rendah-sesuai masa kehamilan,
asfiksia berat, lahir secara SC.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan:
Berat badan lahir : 2000 gram
Panjang badan lahir : 46 cm.
Lingkar kepala : 31 cm
Lingkar dada : 28 cm
Perkembangan: belum dapat dinilai dan dievaluasi
Riwayat Makan dan Minum Anak
- Pada hari ke 0 perawatan diet ditunda karena riwayat asfiksia berat.
- Pada hari ke 1 perawatan mulai diberi diet (ASI) melalui Orogastrictube (OGT).
Riwayat Imunisasi
BCG : -
Polio : -
Hep B : -
Kesan : Imunisasi dasar belum dilakukan
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu pasien belum menggunakan KB.
6
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah bekerja karyawan swasta dengan penghasilan per bulan ±1juta, ibu bekerja
sebagai karyawan swasta dengan penghasilan per bulan ±1juta. Biaya pengobatan
menggunakan jampersal.
Kesan : Sosial ekonomi kurang.
Data Obstetri
Anak
keTahun
Jenis persalinan,
penolong, usia kehamilan
Jenis kelamin,
BBL, PBL
Keadaan anak
sekarang
1 2011 SC, dokter, 37mingguLaki-laki, 3000gr,
45 cm
Meninggal usia 6
bulan (keracunan)
2 2013SC, dokter, 35 minggu,
fetal distressLaki-laki, 2000gr,
N. Preterm, BBLR,
Asfiksi Berat
Data Keluarga
Ayah Ibu
Perkawinan ke- I I
Umur Menikah 20 tahun 21 tahun
Pendidikan terakhir SLTA SLTA
Agama Islam Islam
Kesehatan Sehat Sehat
Data Perumahan
Kepemilikan rumah : Rumah sendiri
Keadaan rumah : Dinding rumah terbuat dari tembok, 2 kamar tidur, 1
kamar mandi di dalam rumah.
7
Sumber air bersih : Sumber air minum dari sumur, limbah buangan
dialirkan saluran atau selokan yang ada di belakang rumah.
Keadaan lingkungan : Antar rumah berdekatan, tidak terlalu padat.
2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2013
Bayi laki-laki usia 1 hari, berat badan 2000 gram, panjang badan 46 cm
Kesan umum : Compos mentis, tampak lemah, bayi berat lahir rendah sesuai
masa kehamilan, tampak tidak aktif, nafas spontan, menangis tidak kuat, minum
kuat (-), ikterik (-)
Tanda vital : TD : Pemeriksaan tidak dilakukan
HR : 160 x/menit
RR : 48 x/menit
t : 35,6°C (axilla)
Status internus:
Kepala
Normocephalus , lingkar kepala 31 cm, ubun-ubun besar masih terbuka,
tidak tegang, tidak menonjol, caput succedaneum (-), cephal hematom (-),
rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak
ada kelainan
Mata
Pupil bulat, isokhor, refleks cahaya (+/+) normal, kornea jernih, sclera
ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-).
Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), septum deviasi (-).
Telinga
Normotia, discharge (-/-), kembali setelah dilipat.
Mulut
Sianosis (-), trismus (-), stomatitis (-), labioschizis (-), palatoschizis (-)
Thorax
Paru
o Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris pada keadaan
inspirasi dan ekspirasi. Retraksi epigastrium(-).
8
o Palpasi : Stem fremitus tidak dilakukan, areola mammae teraba,
papilla mammae (+/+).
o Perkusi : Tidak dilakukan.
o Auskultasi : Suara dasar vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-),
suara nafas tambahan (-/-).
Jantung
o Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi : Ictus cordis tidak melebar
o Perkusi : Batas jantung sulit dinilai
o Auskultasi : Bunyi jantung I/II regular, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
o Inspeksi : Datar
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
o Palpasi : Supel, hepar, dan lien tidak teraba membesar
o Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen
Tulang belakang
Tidak ada spina bifida, tidak ada meningocele
Genitalia dan anorektal
Jenis kelamin laki-laki, kedua testis telah mengisi scrotum, rugae scrotum
telah terbentuk sedikit
Anus (+) dalam batas normal.
Kulit
Lanugo (+), sianotik (-), pucat (-), ikterik (-), sklerema (-)
Ekstremitas
Superior Inferior
Deformitas -/- -/-
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Ikterik -/- -/-
CRT <2” <2”
9
Tonus Normotonus Normotonus
Refleks Primitif:
o Refleks Hisap : (+)
o Refleks Rooting : (+)
o Rfleks Moro : (+)
o Refleks Palmar Grasp : (+)
o Refleks Plantar Grasp : (+)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan 21 Oktober 2013 (16.00) 21 Oktober 2013 (20.13)
Hematologi
Hemoglobin(g/dl)
(14-18)18,1
Hematokrit(%)
(42-52)52,9%
Leukosit(/ul)
(4.800-10.800)21.500
Trombosit(/ul)
(150.000-400.000)200.000
Kimia Darah
GDS(mg/dl)
(70-140)
32 mg/dL70 mg/dL
Elektrolit
Natrium 135,0 -
10
(134-147)
Kalium
(3,5-5,2)4,10 -
Kalsium
(1,12-1,32)1,28 -
4. Pemeriksaan Khusus
1. BALLARD SCORE
Maturitas Score Maturitas Fisik Score
11
Neuromuskuler
Sikap tubuh 2 Kulit 2
Jendela siku-siku 2 Lanugo 2
Rekoil lengan 2 Lipatan telapak kaki 2
Sudut popliteal 3 Payudara 3
Tanda selempang 2 Bentuk telinga 3
Tumit ke kuping 3 Genitalia (laki-laki) 3
Total 14 Total 15
New Ballard Score: maturitas neuromuscular + maturitas fisik = 14 + 15 = 29
Kesan : Kehamilan preterm 35 minggu.
2. KURVA LUBCHENCO
BBL 2000 gram
Usia Kehamilan 35 minggu
Kesan : Neonatus preterm – Sesuai Masa Kehamilan
12
3. APGAR SCORE
Kelahiran spontan ditolong oleh bidan, apgar score : 3-4-6
Kesan : Asfiksia Berat
4. BELL SQUASH SCORE
1. Partus tindakan ( Vacum , Sungsang)
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Hasil: 3 Observasi Neonatal Infeksi
5. GUPTE SCORE
Prematuritas 3
Cairan amnion berbau busuk 2
Ibu demam 2
Asfiksia 2
Partus lama 1
Vagina tidak bersih 2
KPD 1
Hasil: 5 Neonatal Infeksi
C. RESUME
Telah lahir bayi jenis kelamin laki-laki dari seorang ibu G2P1A0 usia 23
tahun, usia kehamilan 35 minggu, lahir secara SC ditolong oleh dokter pada tanggal
21/10/2013 pukul 11.47wib dengan BBL: 2000 gram, PB: 46 cm, LK: 31 cm, LD: 34
13
cm, caput succadaneum (-) , cephal hematoma (-) , air ketuban jernih dan tidak berbau
busuk. Saat lahir bayi tidak menangis, pernapasan tidak teratur , warna kulit kepala
dan badan merah jambu, tetapi ekstremitas biru, tonus otot lemah. APGAR Score 3 –
4– 6.
Dari pemeriksaan fisik tanggal 22 Oktober 2013 didapatkan:
Bayi laki-laki usia 1 hari, berat badan 2000 gram, panjang badan 46 cm
Kesan umum : Compos mentis, tampak lemah, bayi berat lahir rendah, tidak
sesuai masa kehamilan, ditemukan tanda-tanda neonatus aterm, tampak tidak
aktif, nafas spontan, menangis tidak kuat, minum kuat (-), ikterik (-)
Tanda vital : TD : Pemeriksaan tidak dilakukan
HR : 160 x/menit
RR : 46 x/menit
t : 35,6°C (axilla)
Status internus:
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal.
Telinga : Dalam batas normal.
Mulut : Dalam batas normal
Thorax : Pergerakan dada simetris, retraksi epigastrium (-).
Paru : Dalam batas normal
Jantung : Dalam batas normal.
Abdomen : Dalam batas normal.
T. blkng : Dalam batas normal.
Genitalia : Laki-laki dalam batas normal.
Anorektal : Dalam batas normal.
Kulit : Lanugo (+), sianotik (-), pucat (-), ikterik (-), sklerema (-).
Ekstremitas
Superior Inferior
Deformitas -/- -/-
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
14
Ikterik -/- -/-
CRT <2” <2”
Tonus Normotonus Normotonus
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin : Leukositosis
GDS : Hipoglikemia
Pemeriksaan Khusus
Ballard Score : Kelahiran preterm 35 minggu
Kurva Lubchenco : Sesuai masa kehamilan
APGAR score : Asfiksia berat
Bell Squash score : Observasi neonatal infeksi
Gupte score : neonatal infeksi
Kesan : Neonatus preterm, lahir secara sc, ditolong oleh dokter, berat bayi sesuai
masa kehamilan, asfiksia berat, observasi neonatal infeksi.
D. DIAGNOSA BANDING
a. Neonatus Aterm
i. Sesuai masa kehamilan (SMK)
ii. Kecil masa kehamilan (KMK)
iii. Besar masa kehamilan (BMK)
b. BBLR
i. Prematuritas murni
ii. Dismaturitas
c. Asfiksia Berat
i. Faktor Janin (letak sungsang ,bayi besar, gemeli, BBLR, fetal distress)
ii. Faktor ibu (hipertensi, perdarahan, CPD, SC berulang, partus lama,
kelahiran dengan ekstraksi forceps atau vakum)
iii. Faktor Placenta (solusio placenta, placenta previa, lilitan tali pusat)
d. Observasi Infeksi Neonatal
Berdasarkan Etiologi :
15
i. Infeksi antenatal
1. Penyakit ibu (TORCH, TBC, Hepatitis B, Infeksi virus,
Trikomoniasis, Candidiasis vaginalis, gonorrhea, non
gonococcal servitis, sifilis, komdiloma akuminata, ulkus molle,
limfogranuloma inguinal)
2. Ketuban
ii. Infeksi durante natal
1. Infeksi ascenden
2. Infeksi lintas amnion
3. Infeksi lintas jalan lahir
iii. Infeksi postnatal
1. Perawatan tali pusat tidak adekuat
2. Nosokomial (alat dan sarana yang tidak steril)
3. Partus tindakan
4. Penolong persalinan
Berdasarkan Waktu :
iv. Early onset (< 72 jam)
1. Ketuban pecah dini
2. Infeksi pada ibu (TORCH, TBC, Infeksi virus, trikomoniasis,
kandidiasis vaginalis, gonorrhea, non gonococcal servitis,
sifilis, kondiloma akuminata, ulkus molle, limfogranuloma
inguinal)
v. Late onset (> 72 jam)
1. Perawatan tali pusat
2. Infeksi Nosokomial
E. DIAGNOSA SEMENTARA
a. Neonatus preterm
b. Berat badan lahir rendah, sesuai untuk masa kehamilan(KMK)
c. Asfiksia berat
d. Neonatal infeksi
F. TERAPI
a. Non Medikamentosa :
16
- Jaga jalan nafas
- Jaga kehangatan
- Rawat tali pusat bayi
- Bed side monitor
b. Medikamentosa:
- O2 Nasal 1L/m
- Infus D10% 6 tpm mikro
- Injeksi ampisulbaktam 2x150mg
- Injeksi Ca Glukonas 2 x 1cc ad aqua iv pelan
c. Program
i. Kebutuhan cairan hari ke-1 2 x 80 = 160 cc/hari
ii. Dextrose 10% 6 tpm mikro memberikan 144 cc/hari
iii. Sisa kebutuhan cairan per hari (160-144) = 16 cc
iv. Pemberian ASI 16 cc dibagi 8 kali pemberian
G. PROGNOSIS
a. Ad vitam : ad bonam
b. Ad functionam : ad bonam
c. Ad sanationam : ad bonam
H. USUL
a. Pemeriksaan darah rutin ulang (3 hari setelah antibiotik)
b. Pemeriksaan elektrolit ulang (atas indikasi)
c. Pemeriksaan GDS ulang
d. Pemantauan tumbuh kembang
e. Naikkan diet bertahap
f. Imunisasi dasar tepat waktu
I. NASEHAT
a. Jaga kehangatan bayi
b. Rawat tali pusat
17
c. Pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan, berikan 2-3 jam sekali. ASI harus
diteruskan dan diberikan sesering mungkin.
d. Ibu harus selalu membersihkan puting susu sebelum maupun sesudah
menyusui. Jika ibu menggunakan botol susu, pastikan botol susu dalam
keadaan bersih dan harus selalu dicuci serta direbus sebelum digunakan.
e. Untuk ibu pelajari cara menyusui yg benar. Kebanyakan bayi cenderung
menghisap udara yang berlebihan sewaktu menyusui. Karena itu setelah
menyusui sendawakan bayi dengan cara melektakkan bayi tegak lurus di
pundak dan tepuk punggungnya perlahan-lahan sampai ia mengeluarkan
udara.
f. Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat pelayanan
kesehatan terdekat untuk memantau tumbuh kembang bayi serta pemberian
imunisasi dasar.
g. Cepat temui dokter bila bayi mengalami:
i. Masalah bernafas
ii. Merintih
iii. Tampak sianotik (kebiruan)
iv. Suhu tubuh >38°C
v. Tersedak atau mengeluarkan ASI dari hidung saat menyusui
vi. Muntah atau BAB berlebihan (>3x/hari)
vii. Mengeluarkan darah saat BAB dan BAK
viii. Kejang
18
TINJAUAN PUSTAKA
USIA GESTASI DAN BERAT BADAN LAHIR
PENDAHULUAN
Hubungan berat badan lahir dengan usia gestasi merupakan salah satu indikator
kesehatan bayi baru lahir yang mencerminkan pertumbuhan intrauterin yang dapat
mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas selanjutnya. Berawal dari fakta klinis
bahwa bayi dengan masalah berat badan lahir dan atau usia gestasi memiliki masalah klinis
yang serupa,yaitu gangguan perkembangan fisik , gangguan perkembangan mental dan
kelainan kongenital maka American Academy of Pediatrics, Comitee on Fetus and Newborn
menyarankan agar semua bayi baru lahir diklasifikasikan menurut berat badan lahir
berdasarkan usia gestasi.
Tidak semua bayi baru lahir yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram
lahir kurang bulan dan tidak semua bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram
adalah aterm. Hal ini ddokumentasikan oleh penelitian Guenwald (1960) yang menunjukan
bahwa sepertiga bayi baru lahir dengan berat badan rendah sebenarnya adalah aterm. Oleh
sebab itu diperlukan tinjauan lebih lanjut mengenai berat badan lahir dan usia gestasi.1,2
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Berat Badan Lahir
Berat bayi yang ditimbang dalam waktu 24 jam setelah lahir di fasilitas kesehatan
(Rumah Sakit , Puskesmas dan Polindes) yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Dokter ,
Bidan dan Perawat)
Klasifikasi :
1. Bayi Badan Lahir Rendah
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram
2. Bayi Badan Lahir Cukup / Normal
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 2500 – 4000 gram
3. Bayi Badan Lahir Lebih
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram
Usia Gestasi
19
Masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari
pertama haid terakhir
Klasifikasi :
1. Bayi Kurang Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari)
2. Bayi Cukup Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 – 42 minggu (259 – 293 hari)
3. Bayi Lebih Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (> 293 hari)
Dari hubungan antara usia gestasi dengan berat badan lahir, bayi dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan
Bayi dilahirkan dengan berat lahir < 10 persentil menurut grafik Lubchenco
2. Bayi Besar Untuk Masa Kehamilan
Bayi dilahirkan dengan berat lahir > 10 persentil menurut grafik Lubchenco
Dengan perngertian seperti yang telah diterangkan diatas bayi BBLR dapat di bagi menjadi 2
golongan yaitu:
1. Prematuritas murni
Masa Gestasinya < 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi itu atau biasanya disebut Bayi Kurang Bulang –Sesuai Masa Kehamilan
(BKB-SMS)
2. Dismaturitas
Bayi lahir pada masa gestasi itu, dan mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine
dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.1,4
PATOFISIOLOGI BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Terdapat banyak penyebab bayi berat lahir rendah tetapi yang paling utama adalah
gangguan pertubuhan intrauterine (Intrauterine Growth Retardation). Gangguan
pertumbuhan tiap bayi berbeda, ditentukan oleh onset terjadinya. Pada IUGR di awal
kehamilan disebut juga gangguan pertumbuhan simetris sedangkan pada akhir kehamilan
20
disebut juga gangguan pertumbuhan asimetris, dimana organ-organ besar seperti otak ,
jantung dan tulang rangka hanya sedikit terpengaruh secara klinis.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam IUGR :
1. Plasenta
Pada pertumbuhan intrauterine normal, pertambahan berat plasenta sejalan
dengan pertambahan berat janin, sehingga berat lahir memiliki hubungan berarti
dengan berat plasenta. Aliran darah ke uterus, juga transfer oksigen dan nutrisi
plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit vascular yang diderita ibu. Disfungsi
plasenta dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin.25 – 30% kasus gangguan
pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah uteroplasenta pada
kehamilan dengan komplikasi penyakit vascular ibu.
Keadaan klinis yang melibatkan aliran darah plasenta yang buruk meliputi
kehamilan ganda , penyalahgunaan obat , penyakit vaskular , penyakit ginjal ,
penyakit infeksi (TORCH) , insersi plasenta umbilicus yang abnormal dan tumor
vaskular.
2. Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin,
yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat selama kehamilan. Ibu dengan
berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada
yang dilahirkan dengan berat normal atau berlebihan. Selama embriogenesis status
nutrisi ibu memiliki efek terhadap pertumbuhan janin.
3. Infeksi
Infeksi tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin. Bayi yang
menderita infeksi rubella congenital dan sitomegalovirus umumnya menimbulkan
gangguan pertumbuhan janin.
4. Faktor Genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi
genetic ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecenderungan untuk
berulangkali melahirkan memiliki kemungkinan tinggi untuk melahirkan bayi berat
lahir kurang.1,3
MASALAH BAYI BERAT LAHIR RENDAH DAN BAYI KURANG BULAN
1. Ketidakstabilan Suhu
21
- Peningkatan hilangnya panas
- Kurangnya lemak subkutan
- Rasio luas permukaan terhadap berat badan
- Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadahi dan
ketidakmampuan untuk menggigil
2. Kesulitan Pernafasan
- Defisiensi surfaktan yang mengarah ke PMH (Penyakit Membran Hyalin)
- Resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya reflex batuk , menghisap dan
menelan
- Thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi lemah
- Pernafasan yang periodic dan apnea
3. Kelainan Gastrointestinal dan Nutrisi
- Refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu
- Motilitas usus yang menurun
- Pengosongan lambung tertunda
- Pencernaan dan absorbs vitamin yang larut dalam lemak berkurang
- Defisiensi enzim lactase
- Menurunnya cadangan kalsium , fosfor , protein dan zat besi dalam tubuh
- Meningkatnya resiko EKN (Enterokolitis Nekrotikans)
4. Imaturitas Hati
- Konjugasi dan ekskresi billirubin yang terganggu
- Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K
5. Imaturitas Ginjal
- Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar
- Akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolic
- Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia atau hipernatremia ,
hiperkalemia atau glikosuria ginjal
6. Imaturitas Imunologis
- Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ke tiga
- Fagositosis terganggu
- Penurunan faktor komplemen
7. Kelainan Neurologis
- Refleks isap dan telan imatur
- Penurunan motilitas usus
22
- Apnea dan bradikardia berulang
- Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
- Pengaturan perfusi serebral yang buruk
- Hypoxic Ischemic Enchepalopathy (HIE)
- Retinopati prematuritas
- Kejang
- Hipotonia
8. Kelainan Kardiovaskular
- Patent Ductus Arteriosus (PDA) merupakan hal yang umum ditemui pada bayi
BKB
- Hipotensi atau hipertensi
9. Kelainan Hematologis
- Anemia
- Hiperbilirubinemia
- Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
- Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
10. Kelainan Metabolisme
- Hipokalsemia
- Hipoglikemia atau hiperglikemia. 1,2,4,5
PENILAIAN USIA GESTASI
1. Penilaian Usia Gestasi Antenatal
Cara yang paling sederhana adalah dengan menentukan Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT) dan kejadian-kejadian penting misalnya gerakan janin , munculnya
denyut jantung janin dan tinggi fundus. Cara ini biasanya tidak jelas dan kejadian-
kejadian selama kehamilan biasanya tidak spesifik atau tidak tercatat bila pasien tidak
menjani perawatan antenatal (ANC).
Selain itu pengukuran tinggi fundus uteri dan pemeriksaan ultrasonografi
(USG) juga dapat memperikirakan umur kehamilan. 1,4
2. Penilaian Usia Gestasti Postnatal
Tiga teknik pasca persalinan yang paling sering digunakan adalah :
1. Penilaian ciri fisik luar
Farr et al dan Usher et al mengidentifikasi ciri-ciri fisik luar bayi baru lahir
yang progresif dengan pola teratur selama kehamilan. Parameter ini berupa
23
berbagai macam cirri fisik dan meliputi elemen-elemen seperti perubahan lipa
telapak kaki dan perubahan bentuk serta kekakuan daun telinga.4,5
Tanda
Luar
0 1 2 3 4
Edema
Edema
tangan dan
kaki ;
Pitting
edema
pada tibia
Pitting
edema pada
tibia
Tidak ada
edema
Tekstur
Kulit
Sangat
tipis
Tipis dan
halus
Halus ;
ketebalan
sedang ,
ruam dan
pengelupasan
superfisial
Sedikit
menebal ;
pecah-
pecah dan
ruam
superficial
Tebal dan
seperti
perkamen
; pecah –
pecah dan
ruam
dalam
Warna
Kulit
Merah tua
Merah
muda
menyeluruh
Merah muda
pucat pada
tubuh
bervariasi
Pucat ;
hanya
merah
muda pada
telinga ,
bibir ,
telapak
tangan atau
kaki
Opasitas
Kulit
Sejumlah
besar vena
dan venula
terlihat
jelas,
Vena-vena
dan
cabangnya
terlihat
Beberapa
vena besar
nampak jelas
pada
Beberapa
vena besar
tampak
tidak jelas
pada
Tidak
tampak
pembuluh
–
24
terutama
abdomen
abdomen abdomen pembuluh
darah
Lanugo Tidak ada
lanugo
Banyak
sekali
panjang dan
tebal di
seluruh
punggung
Penipisan
rambut
terutama
bagian
bawah
punggung
Sedikit
lanugo dan
daerah
tanpa
rambut
Paling
tidak
separuh
punggung
tanpa
lanugo
Lipatan
Telapak
Kaki
Tidak ada
lipatan
kulit
Garis-garis
merah tipis
pada
setengah
bagian
anterior
kaki
Garis-garis
merah jelas
pada lebih
dari setengah
bagian
anterior
identasi pada
kurang dari
sepertiga
bagian
anterior
Identasi
lebih dari
sepertiga
bagian
anterior
Identasi
nyata dan
dalam
lebih dari
sepertiga
bagian
anterior
Bentuk
Putting
Puting
susu
hamper
tidak
nampak ;
tidak ada
areola
Puting susu
tampak
jelas ;
areola halus
(diameter <
0,75 cm)
Areola
berbintik ,
pinggiran tdk
terangkat ,
diameter <
0,75 cm
Areola
berbintik ,
pinggiran
terangkat ,
diameter >
0,75 cm
Ukuran
Payudara
Jaringan
payudara
tidak
teraba
Jaringan
payudara
pada satu
atau kedua
sisi,
diameter <
0,5 cm
Jaringan
payudara
pada satu
atau kedua
sisi
berukuran
0,5 – 1 cm
Jaringan
payudara
pada satu
atau kedua
sisi
berukuran
> 1 cm
25
Bentuk
Telinga
Pinna
datar dan
tidak
berbentuk
, putaran
pinggir
sedikit/
tidak ada
Bagian
pinna
memutar
Putaran
sebagian
pinna bagian
atas
Putaran
penuh
seluruh
bagian atas
pinna
Kekakuan
Telinga
Pinna
lunak ,
dapat
dilipat
dengan
mudah
(tidak ada
recoil)
Pinna lunak
, dapat
dilipat ,
dengan
mudah ,
recoil
lambat
Pada pinggir
pinna
terdapat
kartilago tapi
di beberapa
tempat
lunak ,
segera terjadi
recoil
Pinna keras
,
berkartilag
o hingga ke
pinggir ,
recoil cepat
Genitalia
Pria
Dalam
skrotum
tidak
terdapat
testis
Paling tidak
ada satu
testis yang
terletak
tinggi di
dalam
skrotum
Paling tidak
ada satu
testis yang
berada di
bawah
Genitalia
Wanita
Labia
mayora
terpisah
jauh , labio
minora
menutup
keluar
Labio
mayora
hampir
menutupi
labia
minora
Labio
mayora
menutupi
labio minora
secara penuh
1. Evaluasi neurologis
26
Tidak seperti penilaian umur kehamilan berdasarkan criteria fisik yang dapat
dilakukan segera setelah lahir, pemerksaan neurologis harus dilakukan saat bayi
berada dalam keadaan tenang dan beristirahat. Dilema penilaian neurologis adalah
ketidakpraktisan penilaian dan dalam beberapa keadaan seperti asfiksia , depresi
atau infeksi dapat menyebabkan defisit neurologis, sehingga dapat terjadi bias
penilaian. Hal menyebabkan beberapa peniliti lebih mempercayai criteria fisik
daripada criteria neurologis dalam menilai usia gestasi. 1,4
2. Sistem nilai yang menggabungkan ciri fisik luar dan evaluasi neurologis
Dubowitz dan rekan menemukan sistem penilaian yang menggabungkan
temua neurologis (Amiel Tison) dengan ciri-ciri fisik yang digambarkan farr. 1,4
PENILAIAN PERTUMBUHAN INTRAUTERIN
27
Menurut Kurva Lubchenco
Nilai standard yang digunakan disusun untuk berat , panjang dan lingkar kepala lahir
terhadap umur kehamilan. 1,2
28
ASFIKSIA DAN RESUSITASI
PENDAHULUAN
Asfiksia pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian
bayi baru lahir setiap tahun. Data mengungkapkan bahwa kira-kira 10% BBL membutuhkan
bantuan untuk mulai bernapas dari bantuan ringan (langkah awal dan stimulasi untuk
bernapas) hingga resusitasi lanjut yang ekstensif. Dari jumlah tersebut kira-kira hanya 1%
saja yang membutuhkan resusitasi ekstensif. Antara 1% sanoau 10% bayi baru lahir di rumah
sakit membutuhkan bantuan ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan intubasi dan
kompresi dada.
Kebutuhan resusitasi dapat diantisipasi pada sejumlah besar bayi baru lahir.
Walaupun demikian, kadang-kadang kebutuhan resusitasi tidak dapat diduga. Oleh karena itu
tempat dan peralatan untuk melakukan resustasi harus memadahi dan petugas yang sudah
dilatih dan terampil harus tersedia setiap saat di semua tempat kelahiran bayi.3,5
DEFINISI
Resusitasi adalah prosedur yang diaplikasikan pada BBL ang tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Asfiksia ditandai dengan
keadaaan hipoksemia , hiperkarbia dan asidosis. Menurut APP dan ACOG (2004), berikut
karakteristik asfiksia :
1. Asidemia metabolic atau campuran (metabolic dan respiratorik) yang jelas, yaitu pH <
7 , pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilical
2. Nilai apgar 0 – 7 pada menit ke 1
3. Manifestasi nerologi pada periode BBL segera, termasuk kejang , hipotonia , koma
atau ensefalopati hipoksik iskemik
4. Terjadi disfungsi sistem multiorgan segera pada periode bayi baru lahir.3
FAKTOR RISIKO
29
1. Faktor Risiko Antepartum
- Diabetes pada ibu
- Hipertensi pada kehamilan
- Hipertensi kronik
- Anemia janin atau isoimunisasi
- Riwayat kematian janin atau neonatus
- Perdarahan pada trimester dua dan tiga
- Infeksi ibu
- Ibu dengan penyakit jantung , ginjal , paru , tiroid atau kelainan nerologi
- Polihidroamnion
- Oligohidroamnion
- Ketuban pecah dini
- Hidrops fetalis
- Kehamilan lewat waktu
- Kehamilan ganda
- Berat janin tidak sesuai masa kehamilan
- Terapi obat seperti magnesium karbonat , beta blocker
- Ibu pengguna obat bius
- Malformasi atau anomaly janin
- Tanpa pemeriksaan antenatal
- Usia < 16 tahun atau > 35 tahun
2. Faktor Risiko Intrapartum
- Seksio sesaria darurat
- Kelahira dengan ekstraksi forsep atau vakum
- Letak sungsang atau persentasi abnormal
- Kelahiran kurang bulan
- Partus presipitatus
- Korioamnionitis
- Ketuban pecah lama (< 18 jam sebelum persalinan)
- Partus lama (> 24 jam)
- Kala dua lama (> 2 jam)
- Makrosomia
- Bradikardia janin persisten
30
- Frekuensi jantung janin yang tidak beraturan
- Penggunaan anestesi umum
- Hiperstimulus uterus
- Penggunaan obat narkotika pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinan
- Air ketuban bercampur mekonium
- Prolaps tali pusat
- Solisio plasenta
- Plasenta previa
- Perdarahan intrapartum. 3,5
PENILAIAN
Penilaian
Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian dengan APGAR
Score. 6
31
Pembacaan APGAR Score :
1. Apgar score dinilai 3x pada menit ke 1 – 5 – 10
2. Menit pertama digunakan untuk menentukan diagnosis (sehat / asfiksia)
a. Nilai APGAR 8 – 10 : Vigorous baby
b. Nilai APGAR 7 : Asfiksia ringan
c. Nilai APGAR 4 – 6 : Asfiksia sedang
d. Nilai APGAR 0 – 3 : Asfiksia berat
3. Menit ke-5 dan 10 digunakan untuk menentukan prognosis perkebangan bayi baru
lahir.5,6
32
NEONATAL INFEKSI
DEFINISI
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir dibagi dua yaitu early infection
(diperoleh dari ibu saat masih berada di dalam kandungan) dan late infection (infeksi
yg diperoleh dari lingkungan luar). 3
PATOFISIOLOGI
Infeksi pada neonates dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:
1. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulai ibu ke plasenta. Selanjutnya infeksi
melalui sirkulasi umbilicus dan masuk ke janin. Yang dapat masuk melalui cara
ini antara lain:
a. Virus: rubella, poliomyelitis, coxakie, variola, varicella, CMV.
b. Spirochaeta: treponema palidum
c. Bakteri: E.Coli dan listeria monocytogenes
2. Infeksi intranatal
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah
ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban dengan
lahirnya bayi lebih dari 12 jam) memilik peranan penting terhadap timbulnya
plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walau ketuban masih utuh,
misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi
janin terjadi melalui inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia
congenital selain itu infeksi dapat sebabkan septisemia.infeksi intranatal dapat
juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya
blenorea dan “oral trush”.
3. Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
33
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi
silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini
penting karena mortalitas pascanatal ini sangat tinggi.3,9
DIAGNOSIS
Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan
dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti, dan
dengan pemeriksaan fisik serta laboratorium.
Diagnosis dini dapat ditegakkan bila kita cukup waspada terhadap kelainan
tingkah laku neonatus. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam
pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit maupun kelainan congenital
tertentu, namun tiba-tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya selalu diingat bahwa
kelainan tersebut disebabkan infeksi.
Menegakkan kemungkinan infeksi bayi baru lahir sangat penting, terutama
pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan
angka kematian yang tinggi. Di samping itu, gejala klinis infeksi yang perlu mendapat
perhatian yaitu 3,9:
Bayi malas minum
Bayi tertidur
Tampak gelisah
Pernafasan cepat
Berat badan turun drastis
Terjadi muntah dan diare
Panas badan dengan pola bervariasi
Aktivitas bayi menurun
Pada pemeriksaan dapat ditemui: bayi berwarna kuning, pembesaran
hepar, purpura, dan kejang-kejang
Terjadi edema
Sklerema
Ada 2 skoring yang digunakan untuk menemukan diagnosis neonatal infeksi yaitu
“Bell Squash Score” dan “Gupte Score”: 9,10
34
Bell Squash Score:
1. Partus tindakan
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Hasil: < 4 Observasi NI; > 4 NI
Gupte Score:
Prematuritas 3
Cairan amnion berbau busuk 2
Ibu demam 2
Asfiksia 2
Partus lama 1
Vagina tidak bersih 2
KPD 1
Hasil: 3-5 screening NI; > 5 NI
KLASIFIKASI
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan
besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan.
Infeksi berat (major infection): sepsis neonatal, meningitis, pneumonia,
diare epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus neonatorum.
Infeksi ringan (minor infection): infeksi pada kulit, oftalmia neonatorum,
infeksi umbilicus, moniliasis.
35
1. Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan sebelumnya
seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatuss dengan gejala-gejala sistemik.
Faktor resiko:
o Persalinan lama
o Persalinan dengan tindakan
o Infeksi / febris pada ibu
o Air ketuban bau, keruh
o KPD > 12 jam
o Prematuritas & BBLR
o Fetal distress
Tanda & gejala:
o Refleks hisap lemah
o Bayi tampak sakit, tidak aktif, tampak lemah
o Hipotermia atau hipertermia
o Merintih
o Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus
Prinsip pengobatan:
o Penggunaan antibiotika
o Pemeriksaan laboratorium urin
o Biakan darah dan uji resistensi
2. Meningitis pada Neonatus
Tanda dan gejala:
o Sering didahului atau bersamaan dengan sepsis
o Kejang
o UUB menonjol
o Kaku kuduk
Pengobatan:
o Gunakan antibiotic yang mampu menembus sawar darah otak diberikan
minimal 3 minggu
o Pungsi lumbal
36
3. Sindrom Aspirasi Mekonium
SAM terjadi di intrauterin akibat inhalasi mekonium dan sering sebabkan kematian
terutama pada bayi BBLR karena refleks menelan dan batuk yang belum sempurna
Gejala:
o Pada waktu lahir ditemukan meconium staining
o Letargia
o Malas minum
o Apneu neonatal
o Dicurigai bila ketuban keruh atau bau
o Rhonki (+)
Pengobatan:
o Laringoskop direct segera setelah lahir bila terdapat meconium staining dan
lakukan suction bila terdapat mekonium pada jalan nafas
o Bila setelah suction rhonki tetap ada, pasang ET
o Bila setelah suction rhonki hilang, lakukan resusitasi
o Terapi antibiotika
o Cek darah rutin, BGA, GDS, foto baby gram
4. Tetanus Neonatorum
Etiologi:
o Perwatan tali pusat yang tidak steril
o Pembantu persalinan yang tidak steril
Gejala:
o Bayi yang semula dapat menyusu menjadi kesulitan karena kejang otot rahang
dan faring
o Mulut mencucu seperti ikan (trismus)
o Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan epistotonus
o Tangan mengepal (boxer hand)
o Kejang
o Kadang disertai sesak dan wajah bayi membiru
Tindakan:
37
o Berikan antikonvulsan dan bawa ke RS
o Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia
o Pasang IV line dan OGT
o Pemberian ATS 3000-6000 unit IM
o Penisilin prokain G 200000 unit / KgBB / 24 jam IV selama 10 hari
o Rawat tali pusat
o Observasi dilakukan dengan mengurangi sekecil mungkin terjadinya
rangsangan
5. Oftalmia neonatorum
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae saat bayi
melewati jalan lahir
Dibagi menjadi 3 stadium:
o Stadium infiltratif
Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme, bisa
terdapat pseudomembran.
o Stadium supuratif
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat sekret bercampur
darah, yang khas sekret akan muncrat dengan mendadak saat palpebra dibuka.
o Stadium konvalesen
Berlangsung 2-3 minggu. Sekret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu hebat
lagi.
Penatalaksanaan:
o Bayi harus diisolasi
o Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis setiap 15 menit disusul
dengan pemberian salep mata penisilin, salep mata diberikan setiap jam
selama 3 hari
o Penisilin prokain 50000 unit/KgBB IM. 3
PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan infeksi antara lain:
Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir
Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol
Gunakan teknik aseptic
38
Berhati-hati dengan instrument tajam dan bersihkan atau desinfeksi instrument dan
peralatan
Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin
Pisahkan bayi infeksius untuk mencegah infeksi nosokomial.3,9
DAFTAR PUSTAKA
1. Markum, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Buku 3. FKUI, Jakarta.
2. Stell BJ. The-High Risk Infant. Nelson Textbook of Pediatrics 19th edition. Dalam
Kliegman RM, editor. Philadelphia, USA: Saunders 2011.
3. IDAI. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010
4. S a i f u d d i n , A B , A d r i a n z , G . M a s a l a h B a y i B a r u L a h i r . D a l a m : B u k u
A c u a n Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1.
Jakarta :yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2000;376-8.
5. Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4.
London:Arnold, 2002; 62-88.
6. Aurora S, Snyder EY. Perinatal asphyxia. Dalam : Cloherty JP, Stark AR, eds.
Manualof neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004;
536-54.
7. Handoko, I.S. 2003. Hiperbilirubinemia. Klinikku.
8. Prawirohartono EP, Sunarto (ed), Ikterus dalam Pedoman Tata Laksana
Medik Anak RSUP.Dr. Sardjito, Edisi 2, Cetakan 2, Medika FK UGM, Yogyakarta
2000, hal 37-43.
9. Ann L, Ted R. Neonatal Sepsis.2011.Avalaible
at http://emedicine.medscape.com/article/964312 accessed at Oktober 10th, 2011
10. Aminullah A. Masalah Terkini Sepsis Neonatorum. Dalam : Update in Neonatal
Infection. Pendidikan Berkelanjutan IKA XL VIII.Jakarta 2005:1-13
39