cerita kedayan
TRANSCRIPT
uku Kaum Kedayan
Salam. Bismilah.
Lagu ni dari kecil lagi aku dah biasa nyanyi... entah bila aku belajar dan entah siapa yang ajar tapi aku memang dah sebati dengan lagu ni. sekarang aku pun nyanyi lagu ni dengan anak aku juga sambil dia tunggang lututku macam buat bangkit tubi... adakah ini lagu rakyat? Aku teringin tahu...
Tuk.. Tuk ugai
Tuk ugai ke tai'lan
bahapa ke tai'lan?
meniti tulang daun
menangkap ayam pugung
kan apa ayam pugung?
kan ubat batis dang pingai
kenapa batis dang pingai?
tehantuk bibir pera'u
berapa banyak darahnya?
seipang selautan..
Tiba-tiba saja aku terfikir akan asal usul lagu ni.. adakah lagu ini lagu suku kaum kedayan? jadi aku pun godek info.. akhirnya inilah yang aku dapat :-
Kaum Kedayan
Bangsa Kedayan merupakan salah satu bangsa yang menetap di Miri. Dipercayai berasal dari Brunei dan berhijrah ke Miri. Sebelum penubuhan Malaysia, Miri merupakan sebahagian daripada Brunei. Kebanyakan bangsa Kedayan di daerah Bekenu. Selain itu, bangsa Kedayan juga boleh ditemui di daerah Limbang, Sarawak; Sipitang, Sabah dan Labuan. Bahasa yang digunakan ialah Bahasa Kedayan ("bahasa de facto" Brunei).
Kaum Kedayan di Labuan bukannya orang pantai, dan cenderung menetap di kawasan pedalaman. Rumah-rumah di kampung dibina agak dekat antara satu sama lain, mengikut pola kelompok, dengan taman-taman bercabang seperti jejari ke luar.
sumber : blog informasi untuk semua
Asal-Usul Puak Kedayan Di Brunei
Kedayan merupakan bangsa campuran Orang Jawa dan Masyarakat Melayu Brunei yang mana peristiwa Sultan Brunei Ke 5 iaitu Sultan Bolkiah (1473-1521) yang rajin singgah di tanah nusantara seperti di kepulauan Jawa, Sumatra, Kalimantan dan termasuklah Di tanah Filipina. Dan di tanah Jawa Baginda dapat melihat aktivitas orang Jawa yang rajin bercocok tanam dan berpadi dan mereka ini dikenali dengan jadi bertanam (hasil tangan mereka yang banyak membuahkan hasil), maka baginda segera menawarkan mereka untuk menetap di Brunei. Setelah di Brunei banyak aktiviti pertanian dibuat dengan giat dan banyak hasilnya lalu Baginda memberikan hadiah. Di sinilah bermulanya ikatan pertalian dan persaudaraan orang Jawa melalui perkawinan campur dengan Masyarakat Melayu Brunei sehingga pada masa kini puak kedayan banyak menetap di Daerah Temburong, Tutong, Belait dan Brunei dan Muara (Jerudong). Dan kemudian berpindah-rendah ada yang menetap di Sabah dan di Sarawak.
Pada tahun 144 masihi, Fa Hsien seorang pandita Buddha berbangsa Cina singgah di Java-Dwipa dan tinggal di sana selama lima bulan [perlu diingat bahawa di dalam dunia purba, Borneo adalah dikenali sebagai Jawa Besar dan pulau Jawa sebenar dikenali dengan Jawa Kecil. Juga kemudian dikenali sebagai Varuna Dvipa dan Java Dvipa]. Di antara Raja Kutai hindu yang terkenal ialah Kudungga, Devawarman, Aswawarman dan Mulawarman.
Dimungkinkan bahwa apa yang disebut sebagai Jawa adalah Pulau Borneo atau juga disebut Kalimantan. Jawa disini bukanlah suku Jawa yang dimaksud tetapi dataran yang dinamai oleh orang luar kepada pulau Borneo. Jawa kecil itulah yang kemungkinan besar adalah pulau jawa saat ini.
Jika merujuk kepada kebesaran Kutai sebelum masa kerajaan Kutai berganti menjadi Kutai Kertanegara adalah pertumbumuhan sebuah kerajaan orang asli Borneo yang disebut sebagai kerajaan bangsa Dayak tertua yang juga dimungkinkan peradabannya sebagai tamadun tertua yang berhubungan dengan Altalntis.
Pulau Borneo sangat kaya bahasa. Ada ratusan jenis bahasa di Borneo dan beberapa di antaranya sudah mulai punah. Berdasarkan teori bahasa bahwa dimana kawasan yang terdapat banyak bahasayang beragam adalah dimungkinkan sebagai tanah asal usul bahasa yang digunakan di kawasan nusantara, artinya bahwa Kalimantan atau Borneo tersebut merupakan tanah leluhur masyarakat di pulau nusantara ini.
Jika merujuk ke struktur dan kosa kata bahasa Kandayan yang ada di kawasan Miri, Brunei, Sabah dan sebagian Kalimantan Timur jelas sudah bahwa orang Kandayan bukanlah suku Melayu. Mereka adalah suku asli Borneo yang kini telah banyak memeluk agama ISlam. Perkataan Melayu pada kata Melayu Kandayan merupakan bias dari pengaruh Islam kedalam suku kaum tersebut sehingga penyebutan istilah "Bahasa Melayu Kandayan" menjadi tercipa atau dibuat dalam kerangka politis.
Sesungguhnya suku kaum Kandayan yang ada di Brunei itu sendiri adalah orang Borneo asli yang beragama Islam, namun juga perlu diketahui bahwa suku kaum Kandayan bukan hanya saja ada di kawasan Brunei, Miri, Kuala Belait, Tutong, Temburong, Sabah, Kalimantan Timur, namun penamaan Kandayan juga ada di Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sambas dan Kabupaten Kubu Raya di Kalimantan Barat-Indonesia. Suku kaum Kandayan di Kalbar justeru sebaliknya beragama Kristen baik Katolik ataupun Protestan. Tidak ada perbedaan bahasa yang terlalu signifikan antara Kandayan di Brunei dengan Kandayan di Kalimantan Barat dimana kosa kata bahasa keduanya memiliki pertalian yang sangat erat dan hampir 99% sama. Hanya saja uniknya adalah orang Kandayan di Kalbar mau menyebut diri sebagai orang asli Borneo dengan sebutan Dayak. Dari segi bahasa Kandayan di brunei dengan Kandayan di Kalbar memiliki kesamaan yang sangat tinggi hanya saja Kandayan di Brunei lebih berafiliasi menyebut diri sebagai "Melayu Kandayan".
Hal tersebut dapat dimaklumi oleh karena pengaruh Islam yang begitu besar pada zamannya. Sebelum Islam ada di Borneo bukankah semuanya beragama kepercayaan dan Hindu yang dihelad oleh kerajaan Kutai semasa itu yang artinya adalah tidak ada Islam, tidak ada Kristen dan tidak ada sebutan Melayu atau pun Dayak.
Sebutan kedua nama "Melayu dan Dayak" sendiri adalah nama eksonem atau nama pemberian orang luar kepada suku kaum Borneo itu sendiri, artinya orang Borneo seharusnya tidak dipecahkan oleh dua istilah tersebut sebab semua berasal dari puak yang sama. Perbedaan agama dan sebutan suku yang kemudian melekat justeru menjadikan penduduk Borneo terpecah belah.
Saya nyatakan hal ini sebab ayah saya seorang suku kaum Kandayan di Kalimantan Barat. Ketika saya membaca kamus Kandayan-Banjar-Indonesia terlihat jelas bahwa Suku Kaum Kandayan yang ada di Brunei memiliki kesamaan kosa kata yang sangat tinggi hanya saja keyakinan kedua Kandayan tersebut kini berbeza yang satu Islam dan yang satu lagi Kristian.
Inilah dasar saya mau menulis suntingan artiket tersebut bahwa Dayak Kandayan di KAlimantan Barat memiliki kesamaan yang besar dengan Kandayan di Brunei. Jadi ada benarnya juga bahwa orang Kandayan mungkin dahulu pada suatu masa telah menguasai daratan Borneo jauh lebih dahulu dari suku kaum lainnya sebab terlihat jelas bahwa bahasa Banjar juga memiliki kesamaan yang besar dengan bahasa Kandayan di Kalimantan Barat dan Brunei. Ini berarti jelas bahwa pada suatu masa Kandayan pernah berjaya dimana-mana kawasan di pulau Borneo ini. Dia pernah ada di Banjarmasin Kalimantan Selatan dan di Kalimantan Barat serta di sebagian kawasan Sarawak serta Brunei.
Jika kita hendak menyatukan kembali khasanah suku kaum Kandayan hendaklah tidak memandang kepada kepercayaan masing-masing sebab kepercayaan atau agama boleh kita miliki dan juga boleh kita tinggalkan namun darah suku kaum bangsa Kandayan akan mungkinkah terbuang dari tubuh kita?
Kita semua harus dapat menerima perbezaan itu kini sebab Kandayan boleh saja beragama Islam dan boleh saja beragama Ksristian, tiada yang melarang.Artinya apa? artinya adalah orang Kandayan is Kandayan. Ini sangat penting sebagai kajian bersama siapa sesungguhnya suku kaum Kandayan itu?
Pendapat yang bangsa Kedayan itu berasal dari Jawa dan dibawa ke Brunei oleh Sultan Bolkiah juga tidak dipersetujui oleh sebahagian tokoh Kedayan sendiri. Ini kerana dalam cerita rakyat Sarawak khususnya suku Melanau, bangsa Kedayan itu memang sedia ada di Brunei sebelum kedatangan Alak Betatar lagi pada sekitar 1300an. Menurut kisah itu, bangsa Kedayan itu bukan Melayu dan hanya jadi Melayu apabila kesultanan Brunei wujud. Malah jika diambil kira dalam Syair Awang Semaun, orang Kedayan memang wujud di Berakas Brunei semenjak abad ke 14 lagi. Mereka yang dikatakan menolong angkatan perang Johor mencari puteri Burung Pingai yang dilarikan oleh Awang Semaun untuk dijadikan isteri Alak Betatar.
Malah sebahagian tokoh budayawan Kedayan itu sendiri menolak teori Jawa ini dan mengakui kemungkinan yang Kedayan itu berasal dari Kalimantan atau istilah Jawa itu merujuk kepada wilayah Kalimantan yang menerima pengaruh Jawa Majapahit. Malah ada yang bersetuju dengan teori Kedayan berasal dari Kutai. Menariknya, cerita rakyat Kedayan Laila Menchanai itu mirip kisah Puteri Junjung Buih kisah mitos kerajaan Kutai.
Kamus Bahasa Melayu-Kedayan
kadiaku : saya,aku
kadika'ou: engkau
biskita : anda
bisdurang: mereka
paradian : saudara-mara
nada : tiada
inda : tidak
auwoo : ya
bah : lah,ok (selalu diletakkan di ujung kata untuk melengkapkan kata tersebut)
indung : ibubapa
bedudun : berziarah, bekunjung
coiek : mangkuk,bekas utk makan.
buyuk : tipu, kelentong
palui : bodoh
Disini jelas bahwa Bahasa Kadayan merupakan "Kelainan dari pada bahasa Melayu" artinya bahasa Kadayan memiliki perbedaan dengan bahasa Melayu karena memang jelas bahwa Kadayan bukanlah Melayu. Kadayan sendiri merupakan suku kaum asli pulau Borneo yang telah memilih Islam sebagai pegangan hidup namun sebelum ISlam masuk tentulah Kadayan adalah orang asli Borneo yang disebut sebagai Dayak.
Pengaruh ISlam telah begitu besar memengaruhi kehidupan masyarakat Kadayan sehingga perlahan-lahan ISlam menjadi bagian dari hidup orang Kadayan yang pada akhirnya secara politis dikarenakan telah memeluk Islam disebut sebagai "Melayu Kadayan".
Kesamaan antara Kadayan yang menyebut diri sebagai "Melayu Kadayan" dengan Kadayan yang menyebut diri sebagai "Dayak Kadayan" adalah dari pada bahasanya. Kedua dua belah pihak memiliki bahasa yang serupa. Mungkinlah perlu kajian mendalam dari pada hal ini untuk menjelaskan lebih jauh siapa sebenarnya orang Kadayan tersebut.
Ada istilah yang mengatakan bahwa "Bahasa adalah indentity bangsa", artinya dari bahasalah kita tahu siapa mereka. Hal itu sama dengan perumpamaan buah asam. Untuk mengenal buah asam tentulah kita akan mencium baunya sehingga kita tahu kalau itu adalah buah asam sekalipun bentuk dan rupa buah itu tidaklah selalu sama. Resam asam itu bermacam-macam tetapi memiliki bau yang serupa. Nah seperti itulah kita mengenal siapa orang Kadayan. Untuk mengenal nya tentulah kita lebih dulu harus tahu dari bahasanya dan kosa kata bahasanya. Apabila memiliki kesamaan 80% berarti ia adalah kumpulan resam suku kaum Kandayan sekalipun agama dan sebutan suku kaumnya sudah berbeza.
Sumber: Wikipedia
Di bawah ni pula petikan dari : komuniti kedayan one malaysia
Namun Hose (1912) dalam kajian sejarah suku kaum Kedayan mendapati bahawa suku kaum ini mempunyai pertalian darah dengan pribumi di Kalimantan, oleh itu beliau mencapai keputusan bahawa orang Kedayan berasal dari Kalimantan[3].-
Sejarah kedatangan kaum Kedayan ke Sabah bermula dari Selatan Negeri Sabah apabila kawasan ini menjadi sebahagian daripada pemerintahan kerajaan Brunei ketika itu. Kawasan-kawasan yang terlibat ialah di Kg Malintaman (Merintaman), Kg Ulu Sipitang,, Mesapol, Kg. Banting dan Kg Luagan di Sipitang merupakan antara penempatan kaum Kedayan terbanyak di Sabah. Selain itu kaum ini juga terdapat di Mempakul dan Limadan di Kuala Penyu, Kg.Lingkungan , Kg.Inuman dan Kg.Bukau di Beaufort. Manakala di Papar kaum ini terdapat di Kg.Kelanahan dan Kg Kelatuan.
Dalam tinjauan yang dibuat di Kg Banting Sipitang,mendapati bahawa sesetengah warga tua yang menetap di kampung berkenaan menyatakan cerita lisan yang diwarisi turun-temurun mendapati bahawa kedatangan kaum Kedayan di Sabah bermula di Kampung Banting ini. Ianya bermula apabila berlakunya penghijrahan masyarakat Kedayan dari Brunei Darusalam, dan Limbang Sarawak. Cerita ini didukung oleh cerita lisan yang disebarkan dari mulut ke mulut (oral literature) dan menjadi genre cerita rakyat dan legenda. Begitupun ada juga mengatakan kedatangan kaum ini ke Sabah semasa kegemilangan Kesultanan Brunei telah membawa banyak penduduk dari negara itu untuk menetap di Sipitang terutamanya di Mesapol dan di kawasan persisiran pantai barat di Sabah.
Setakat ini, tidak banyak kajian dilakukan ke atas orang Kedayan baik yang dilakukan oleh sejarawan atau ahli antropologi. Salah seorang pengkaji sejarah dan budaya orang Kedayan ialah Allen Richmond Maxwell JR. Beliau telah melakukan penyelidikan penuh peringkat PhD-nya atas budaya suku Kedayan di Lembah Labu, Brunei Darussalam yang berjudul Urang Darat, An Ethnographic Study of The Kedayan Of Labu Valley, Brunei, Yale University[4]. Di samping itu, Maxwell (1980) juga menghasilkan sebuah tulisan yang berjudul "On the Various Spelling of the Word Kadayan" (Brunei Museum Journal, Vol. 2, 1970), berhubung dengan pelbagai ejaan dan panggilan orang Kedayan. Akibatnya terhasilah bermacam-macam ejaan yang berlainan seperti "Kadaian", "Kadayan", "Kadian", "Kadien", "Kadyan", "Karayan", "Kedyan", "Kedien" dan "Kerayan". Bagaimana pun pada masa kini, hampir semua bahan cetak termasuk Kamus Dewan, Ensiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Melayu menggunakan ejaan "Kedayan". -
ini sumber dari FB: komuniti kedayan one malaysia
*Lidah tuan rumah : Puteri burung Pingai? ha... lagu di atas ada sebut Dang Pingai.. ada relatedkah? lagi satu.. Orang kedayan ada juga yang beragama Kristian? banyak teori yang membingungkan. Suku kaum kedayan kononnya campuran jawa.. kononnya Dayak? mana satu yang betul?
Kg. Limbidan, kuala penyu? adakah sebenarnya kg. Lambidan? itu kampung arwah emak aku.
erita orang Brunei Ambung-ambungan(dongeng)..
Atu ani orang Brunei ani sama Kedayan, Kedayan ani berdagang sayur orang Brunei
ani macam di kampung ia berdagang ke Brunei oh.. orang Kedayan berdagang
di Brunei au berdagang ke Brunei tah inda kira Kadayan Limbang kah Brunei
Kedayan, Kedayan Brunei ia sama tu Brunei anu kedayan darat anu laut Brunei
ia mahu mandi aing orang Brunei yatah bangsa Kedayan Brunei bedagang berkayuh
tiap-tiap kali ia melintas ia oreang -orang atu kakal jua tertangong -tanggong
sembahyang nada tiya kira waktu tu asal tiya inda musim sembahyang kakal
jua sembahyang jua ia inda memepedulilah tiap-tiap kali ia melintas bertahun-tahun
sudah ujung-ujung sudah ia sangat-sangat ia ia berdagang lah jual buah
tampai jual buah macam buah rambutan berkayuh bilang hari tu berjual kalau
jual nada sayur dijualnya gulayankah apa-apa yang ia bilang hari tah mameng
ada buah buah nada buah gulayan sudah atu bilang hari sanggal jua orang
ani melihat ujung-ujung di tegurnya anu ia bekayuh terampir inda jua jauh
sering rumahnya eh….luan ua liau ani nya mun ku mengulak juburnya
bau haringni sudah atu ia di saut oleh orang atu .. eh bila kau berani
cucuktahnya jinya kalau-kalau kau berani cucuk tiya sudah atu baik-baik
tu awalan kitani belawannya o…. siapakah buncitnya kau kah aku juanya
oarng di rumah atu bah ambung jua cakapnya kubata berlawannya siapa buncit
tahinya kau kah akunya naik tah orang atu ikatnaya perahunya anu arah
puhun tangga bahnya ujar anu ni cucuk jubur anu ani bilang cucuk dahulu
bila menunggung atu yang bekayu cucuk tah dahulu cucuknya bikin harum
tah baunya macam mainyak wangi mikin dicucuknya mikin harum dah atu bahadar
pulang ia anu alum tiya mengucuk barulah kan menjama buncit tahi anu ketulahan
luan ambung bah buncit tiya tahi habis-habis cerita lah….
Cerita Rakyat Masyarakat Kadayan
Nuffnang Ads
Wednesday, 4 July 2012
Ditapuk Kalindahau(Disembunyikan hantu)
Ditapuk Kalindahau (Disembunyikan Hantu)
Menurut cerita orang-orang tua, hantu Kalindahau merupakan sejenis hantu yang suka menyembunyikan manusia terutama budak kecil. Diceritakan serba sedikit tentang ciri fizikal hantu ini mempunyai kaki yang kecil, berambut panjang dan mempunyai buah dada yang besar untuk menyembunyikan manusia. Kisahnya bermula apabila seorang budak merajuk kerana ibunya tidak membenarkannya untuk mandi di sungai. Budak tersebut pun berlari ke hutan untuk menunjukkan rasa tidak puas hati terhadap ibunya. Tiba-tiba dia merasakan tidak mahu balik ke rumah dan berhasrat untuk bermalam di hutan itu. Pada keesokan paginya dia mendengar suara orang kampung memanggilnya dan cuba untuk mengesan arah bunyi tersebut. Akhirnya dia ternampak orang kampung sedang mencarinya namun mereka langsung tidak menyedari bahawa budak itu berada di depan matanya. Berkali-kali dia cuba untuk menyahut panggilan orang kampung namun mulutnya seolah-olah terkunci untuk berkata-kata. Dia mula berasa takut apabila teringat pesanan neneknya dahulu tentang disembunyikan hantu Kalindahau. Sepantas kilat dia teringat akan petua neneknya supaya membunyikan kuku sendiri supaya hantu itu takut dan lari. Petua neneknya ternyata berkesan dan akhirnya orang kampung menemuinya lalu membawanya pulang. Kesimpulannya di sini, jangan suka merajuk...hehehehe
Posted by ZULKIPLI PERALI at 07:58 No comments:
Email This
BlogThis!
Share to Twitter
Share to Facebook
Share to Pinterest
Jeritan Timun
Jeritan Timun
Ceritanya bermula apabila si dayang X suka bermain 'anak-anak'....pada zaman dahulu agak sukar kita untuk memperolehi anak patung seperti zaman sekarang..Si Dayang X menjadikan buah timun untuk untuk dijadikan anak patung mainan. Tiap-tiap hari Dayang X bermain dengan anak patungnya dan menganggap anak patung itu seperti anaknya sendiri. ibunya sudah berkali-kali menasihatinya supaya jangan bermain dengan buah timun tersebut. Dayang X tidak mempedulikan kata-kata dan nasihat ibunya. Pada suatu hari Dayang terkejut apabila timun tersebut pandai berkata-kata dan memanggil Dayang X "mak". Dayang X kelihatan terpaku dan menggeletar ketakutan kerana tidak menyangka timun boleh berkata-kata dan memanggilnya "mak". Timun itu pun mengikut ke mana sahaja Dayang X pergi. Dayang X berasa rimas dan mahu melarikan diri daripada timun itu kerana timun tersebut asyik memanggilnya "mak"..Dayang X tidak tahu apa yang perlu dibuat. Setiap kali dia menetak timun itu, saiz timun semakin membesar. Akhirnya Dayang X mendapat satu akal dengan membawanya sungai untuk menaiki sampan. Setibanya di tengah-tengah lautan Dayang X dengan sengaja menjatuhkan gelang tangannya ke laut lalu meminta timun itu untuk mengambilnya. Tanpa membuang masa timun itu pun terjun ke dalam laut untuk mendapatkan gelang 'ibunya' yang jatuh. Apabila Dayang X melihat timun menyelam, dia segera mendayung sampannya meninggalkan 'anaknya' supaya dia dapat melarikan diri. Setelah meninggalkan jauh timun itu, di kejauhan kedengaran bunyi sayup-sayup orang memanggil nama 'mak'. Sehingga sekarang orang kampung yang pernah mengunjungi kawasan laut tersebut adakalanya terdengar suara memanggil 'mak'.
Posted by ZULKIPLI PERALI at 07:34 No comments:
Email This
BlogThis!
Share to Twitter
Share to Facebook
Share to Pinterest
Monday, 2 July 2012
Asal Usul Nama Sungai Mantajau
Asal Usul Nama Sungai Mantajau
Alkisah diceritakan oleh orang-orang dahulu kala tentang kisah tujuh tajau emas yang berada di sungai Mantajau( antara sungai yang terdapat di Kampung Patiambun). Ceritanya bermula apabila seorang wanita sekitar usia 30-an sedang mendayung sampan untuk mengutip takuyung(siput sedut). Beliau pun memasuki sungai Mantajau(sebelum diberi nama) kerana pada kebiasaannya terdapat banyak takuyung di celah-celah akar dan pohon tunjang(bakau). Ternyata memang terdapat banyak takuyung di kawasan sungai itu. Tanpa membuang masa beliau pun mengutip takuyung sebanyak yang mungkin untuk dijadikan lauk tengah hari. Tiba-tiba kedengaran bunyi seperti batu diketuk dan digesel. Hal ini membuatkan beliau berasa hairan dan ingin tahu bunyi yang
didengar itu. Beliau cuba menghampiri bunyi tersebut. Alangkah terperanjatnya wanita itu apabila terlihat tujuh tajau yang penuh berisi emas. Beliau cuba mengambil salah satu tajau yang berisi emas itu dan menyimpan ke dalam perahu. Setelah berjaya mengambilnya, perasaan tamak mula menguasai dirinya untuk mengambil kesemua tajau yang ada. Hasratnya untuk mengambil ketujuh-tujuh tajau berisi emas tidak kesampaian kerana secara tiba-tiba kesemua tajau itu bergerak sendiri dan mulai tenggelam dengan sendirinya satu persatu ke dasar sungai. Beliau pulang dengan perasaan hampa akibat ketamakannya sendiri. Beliau pun menceritakan kejadian tersebut kepada penduduk kampung. Oleh kerana sungai tersebut belum diberi nama, maka orang kampung pun menggelar sungai itu sebagai Sungai Mantajau sempena cerita wanita tersebut.
Glosari:
Takuyung = Siput sedut
Posted by ZULKIPLI PERALI at 11:25 No comments:
Email This
BlogThis!
Share to Twitter
Share to Facebook
Share to Pinterest
Bismillahhirrahmanirrahim....
Assalamualaikum dan Salam sejahtera....
Di dalam blog ini saya akan berkongsi cerita dengan anda semua tentang cerita-cerita rakyat bagi masyarakat Kedayan...Himpunan cerita ini diperolehi melalui datuk saya sendiri iaitu Allahyarham Haji Abdul Rahman Bin Kurus dan nenek saya Hajah Gariah Binti Tuah.... Samaada cerita ini benar atau tidak, tujuan saya menulis hanyalah semata-mata sebagai tatapan dan hiburan kepada kita semua....Terima Kasih kepada yang sudi membaca blog cerita saya ini. Segala yang baik kita jadikan teladan dan yang buruk pula kita jadikan sempadan..
Di kesempatan ini ingin saya memperkenalkan wajah yang berada di dalam gambar ini. Beliau adalah Allahyarham Haji Abdul Rahman Bin Kurus(datuk saya). Mari kita sama-sama sedekahkan AL-
FATIHAH kepada beliau. Semoga roh beliau ditempatkan di kalangan orang-orang yang beriman. Tiada daya dan kesempatan cucumu ini untuk membalas jasamu selamamu hidup. Hanyalah doa yang mampu kukirimkan untukmu. Ingatanku terhadapmu kekal segar, kasihku padamu takkan pudar.
Posted by ZULKIPLI PERALI at 09:44 No comments:
Cerita Rakyat Masyarakat Kadayan
Wednesday, 4 July 2012
Ditapuk Kalindahau(Disembunyikan hantu)
Ditapuk Kalindahau (Disembunyikan Hantu)
Menurut cerita orang-orang tua, hantu Kalindahau merupakan sejenis hantu yang suka menyembunyikan manusia terutama budak kecil. Diceritakan serba sedikit tentang ciri fizikal hantu ini mempunyai kaki yang kecil, berambut panjang dan mempunyai buah dada yang besar untuk menyembunyikan manusia. Kisahnya bermula apabila seorang budak merajuk kerana ibunya tidak membenarkannya untuk mandi di sungai. Budak tersebut pun berlari ke hutan untuk menunjukkan rasa tidak puas hati terhadap ibunya. Tiba-tiba dia merasakan tidak mahu balik ke rumah dan berhasrat untuk bermalam di hutan itu. Pada keesokan paginya dia mendengar suara orang kampung memanggilnya dan cuba untuk mengesan arah bunyi tersebut. Akhirnya dia ternampak orang kampung sedang mencarinya namun mereka langsung tidak menyedari bahawa budak itu berada di depan matanya. Berkali-kali dia cuba untuk menyahut panggilan orang kampung namun mulutnya seolah-olah terkunci untuk berkata-kata. Dia mula berasa takut apabila teringat pesanan neneknya dahulu tentang disembunyikan hantu Kalindahau. Sepantas kilat dia teringat akan petua neneknya supaya membunyikan kuku sendiri supaya hantu itu takut dan lari. Petua neneknya ternyata berkesan dan akhirnya orang kampung menemuinya lalu membawanya pulang. Kesimpulannya di sini, jangan suka merajuk...hehehehe
Posted by ZULKIPLI PERALI at 07:58 No comments:
Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest
Jeritan Timun
Jeritan Timun
Ceritanya bermula apabila si dayang X suka bermain 'anak-anak'....pada zaman dahulu agak sukar kita untuk memperolehi anak patung seperti zaman sekarang..Si Dayang X menjadikan buah timun untuk untuk dijadikan anak patung mainan. Tiap-tiap hari Dayang X bermain dengan anak patungnya dan menganggap anak patung itu seperti anaknya sendiri. ibunya sudah berkali-kali menasihatinya supaya jangan bermain dengan buah timun tersebut. Dayang X tidak mempedulikan kata-kata dan nasihat ibunya. Pada suatu hari Dayang terkejut apabila timun tersebut pandai berkata-kata dan
memanggil Dayang X "mak". Dayang X kelihatan terpaku dan menggeletar ketakutan kerana tidak menyangka timun boleh berkata-kata dan memanggilnya "mak". Timun itu pun mengikut ke mana sahaja Dayang X pergi. Dayang X berasa rimas dan mahu melarikan diri daripada timun itu kerana timun tersebut asyik memanggilnya "mak"..Dayang X tidak tahu apa yang perlu dibuat. Setiap kali dia menetak timun itu, saiz timun semakin membesar. Akhirnya Dayang X mendapat satu akal dengan membawanya sungai untuk menaiki sampan. Setibanya di tengah-tengah lautan Dayang X dengan sengaja menjatuhkan gelang tangannya ke laut lalu meminta timun itu untuk mengambilnya. Tanpa membuang masa timun itu pun terjun ke dalam laut untuk mendapatkan gelang 'ibunya' yang jatuh. Apabila Dayang X melihat timun menyelam, dia segera mendayung sampannya meninggalkan 'anaknya' supaya dia dapat melarikan diri. Setelah meninggalkan jauh timun itu, di kejauhan kedengaran bunyi sayup-sayup orang memanggil nama 'mak'. Sehingga sekarang orang kampung yang pernah mengunjungi kawasan laut tersebut adakalanya terdengar suara memanggil 'mak'.
Posted by ZULKIPLI PERALI at 07:34 No comments:
Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest
Monday, 2 July 2012
Asal Usul Nama Sungai Mantajau
Asal Usul Nama Sungai Mantajau
Alkisah diceritakan oleh orang-orang dahulu kala tentang kisah tujuh tajau emas yang berada di sungai Mantajau( antara sungai yang terdapat di Kampung Patiambun). Ceritanya bermula apabila seorang wanita sekitar usia 30-an sedang mendayung sampan untuk mengutip takuyung(siput sedut). Beliau pun memasuki sungai Mantajau(sebelum diberi nama) kerana pada kebiasaannya terdapat banyak takuyung di celah-celah akar dan pohon tunjang(bakau). Ternyata memang terdapat banyak takuyung di kawasan sungai itu. Tanpa membuang masa beliau pun mengutip takuyung sebanyak yang mungkin untuk dijadikan lauk tengah hari. Tiba-tiba kedengaran bunyi seperti batu diketuk dan digesel. Hal ini membuatkan beliau berasa hairan dan ingin tahu bunyi yang didengar itu. Beliau cuba menghampiri bunyi tersebut. Alangkah terperanjatnya wanita itu apabila terlihat tujuh tajau yang penuh berisi emas. Beliau cuba mengambil salah satu tajau yang berisi emas itu dan menyimpan ke dalam perahu. Setelah berjaya mengambilnya, perasaan tamak mula menguasai dirinya untuk mengambil kesemua tajau yang ada. Hasratnya untuk mengambil ketujuh-tujuh tajau berisi emas tidak kesampaian kerana secara tiba-tiba kesemua tajau itu bergerak sendiri dan mulai tenggelam dengan sendirinya satu persatu ke dasar sungai. Beliau pulang dengan perasaan hampa akibat ketamakannya sendiri. Beliau pun menceritakan kejadian tersebut kepada penduduk kampung. Oleh kerana sungai tersebut belum diberi nama, maka orang kampung pun menggelar sungai itu sebagai Sungai Mantajau sempena cerita wanita tersebut.
Glosari:
Takuyung = Siput sedut
Posted by ZULKIPLI PERALI at 11:25 No comments:
Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest
Bismillahhirrahmanirrahim....
Assalamualaikum dan Salam sejahtera....
Di dalam blog ini saya akan berkongsi cerita dengan anda semua tentang cerita-cerita rakyat bagi masyarakat Kedayan...Himpunan cerita ini diperolehi melalui datuk saya sendiri iaitu Allahyarham Haji Abdul Rahman Bin Kurus dan nenek saya Hajah Gariah Binti Tuah.... Samaada cerita ini benar atau tidak, tujuan saya menulis hanyalah semata-mata sebagai tatapan dan hiburan kepada kita semua....Terima Kasih kepada yang sudi membaca blog cerita saya ini. Segala yang baik kita jadikan teladan dan yang buruk pula kita jadikan sempadan..
Di kesempatan ini ingin saya memperkenalkan wajah yang berada di dalam gambar ini. Beliau adalah Allahyarham Haji Abdul Rahman Bin Kurus(datuk saya). Mari kita sama-sama sedekahkan AL-FATIHAH kepada beliau. Semoga roh beliau ditempatkan di kalangan orang-orang yang beriman. Tiada daya dan kesempatan cucumu ini untuk membalas jasamu selamamu hidup. Hanyalah doa yang mampu kukirimkan untukmu. Ingatanku terhadapmu kekal segar, kasihku padamu takkan pudar.
Posted by ZULKIPLI PERALI at 09:44 No comments:
PENGUMPULAN CERITA LISAN ORANG KEDAYAN DI WILAYAH
PERSEKUTUAN LABUAN DAN LIMBANG, SARAWAK
Low Kok On
Pusat Penyelidikan dan Persidangan
Universiti Malaysia Sabah
ABSTRAK
Sejarah awal kemunculan suku kaum Kedayan di Borneo agak samar-samar sifatnya.
Ensiklopedia Sejarah dan Kebudayaan Melayu (1995 : 1120) umpamanya mencatatkan
bahawa terdapat sumber lisan yang menyatakan orang Kedayan ini berasal dari
Indonesia. Setelah beberapa abad mereka menetap di Brunei, mereka berhijrah ke Sabah
dan Sarawak. Setakat ini, pengkaji yang membuat penyelidikan atas asal usul orang
Kedayan sering mengaitkan tempat nenek moyang suku kaum ini dengan kepulauan
Indonesia, khususnya dari Jawa. Namun Hose (1912) dalam kajian sejarah suku kaum
Kedayan mendapati bahawa suku kaum ini mempunyai pertalian darah dengan pribumi di
Kalimantan, oleh itu beliau mencapai keputusan bahawa orang Kedayan berasal dari
Kalimantan. Untuk mendekati asal usul orang Kedayan ini, dirasakan kajian tradisi lisan
dalam bentuk Sastera Rakyat Bercorak Cerita ini dapat memainkan peranannya yang
tertentu. Dalam kaj ian ini, beberapa warga tua di seluruh Labuan dan Limbang yang
berwibawa untuk menyampaikan cerita secara lisan yang berkaitan dengan asal usul,
legenda dan cerita rakyat telah dikenal pasti. Semasa temu bual di antara pengkaji dan
pemberi maklumat diadakan, cerita yang disampaikan oleh warga tua telah dirakam,
ditranskripsikan dan dibuat analisis ke atasnya berdasarkan teori sastera rakyat.