cerita pendek akibat kurang perhatian

11
(YOHANES HENDY WIJAYA) 24 / X 2 Akibat Kurang Perhatian Tito Asmaradahana, pelajar Universitas Gadjah Mada, anak buangan dari pasangan Endah Sastro dan Ismaryanto. Tito memiliki wajah yang begitu menarik, hal ini tentu menjadi nilai lebih baginya. Apalagi, ia dikenal sebagai anak yang supel dan mudah bergaul. Tito kini menghadapkan wajah ke langit. Tiba – tiba saja air matanya menetes membayangkan apa yang terjadi dua puluh tahun yang lalu . . . Beberapa saat lamanya Tito tertegun, menatap jalanan yang lengang. Pak Ismaryanto menghampiri Tito yang berada di taman rumah sakit. “Tok.. tok.. tok..” Derap langkahnya bisa didengar semakin lama semakin jelas. “Tito, masuklah! Sedang apa kau di sana?” Saat sang ayah sudah berada cukup dekat dengannya, Tito memeluknya. “Cup.. cup.. cup.. Tito anak bapak yang cakep dhewe kenapa menangis? Loh, kok badanmu bergetar hebat? Kamu sakit, ya, le?” tanyanya lembut. Dengan mata yang masih berkaca – kaca, Tito berkata, “Aku.. Aku.. melihat ibu bersimbah darah. Aku melihat ibu meninggal dunia, Pak.” “Tidak akan terjadi demikian, nak. Yang kau katakan dan yang kamu lihat tadi tidak benar. Ibumu akan melahirkan adikmu. Sudah, jangan menangis lagi. Sekarang bersihkan wajahmu, nanti bagusmu ilang. Ibumu akan segera kembali bersama kita lagi.” Pak Ismaryanto segera berlalu meninggalkan Tito. Tito masih terdiam. Sesekali terdengar suara sesenggukan kesulitan bernapas.

Upload: yohaneshendyw

Post on 09-Feb-2017

64 views

Category:

Education


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cerita Pendek Akibat kurang perhatian

(YOHANES HENDY WIJAYA)24 / X 2

Akibat Kurang Perhatian

Tito Asmaradahana, pelajar Universitas Gadjah Mada, anak buangan dari pasangan Endah Sastro dan Ismaryanto. Tito memiliki wajah yang begitu menarik, hal ini tentu menjadi nilai lebih baginya. Apalagi, ia dikenal sebagai anak yang supel dan mudah bergaul.

Tito kini menghadapkan wajah ke langit. Tiba – tiba saja air matanya menetes membayangkan apa yang terjadi dua puluh tahun yang lalu . . .

Beberapa saat lamanya Tito tertegun, menatap jalanan yang lengang.Pak Ismaryanto menghampiri Tito yang berada di taman rumah sakit. “Tok.. tok.. tok..” Derap langkahnya bisa didengar semakin lama

semakin jelas. “Tito, masuklah! Sedang apa kau di sana?” Saat sang ayah sudah berada cukup dekat dengannya, Tito

memeluknya. “Cup.. cup.. cup.. Tito anak bapak yang cakep dhewe kenapa menangis? Loh, kok badanmu bergetar hebat? Kamu sakit, ya, le?” tanyanya lembut.

Dengan mata yang masih berkaca – kaca, Tito berkata, “Aku.. Aku.. melihat ibu bersimbah darah. Aku melihat ibu meninggal dunia, Pak.”

“Tidak akan terjadi demikian, nak. Yang kau katakan dan yang kamu lihat tadi tidak benar. Ibumu akan melahirkan adikmu. Sudah, jangan menangis lagi. Sekarang bersihkan wajahmu, nanti bagusmu ilang. Ibumu akan segera kembali bersama kita lagi.” Pak Ismaryanto segera berlalu meninggalkan Tito.

Tito masih terdiam. Sesekali terdengar suara sesenggukan kesulitan bernapas.

Kemilau cahaya matahari pagi perlahan menyelinap masuk melalui celah – celah ventilasi. Pagi yang dinantikan telah datang. Tiba – tiba telephone genggam Pak Ismaryanto berdering. Beberapa saat setelah itu, dari ruangan samping, terdengar Pak Ismaryanto berteriak keras sambil tertawa, membuat beberapa pengunjung dan pasien rumah sakit terkejut.

“YEAH.. SELAMAT DATANG ANAKKU.”Pak Ismaryanto masih di ruang bersalin menemani sang istri. Ia sedang

duduk di depan meja sambil menggendong bayi, anak keduanya. Ia

Page 2: Cerita Pendek Akibat kurang perhatian

menengok jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul delapan lebih seperempat.

Pak Ismaryanto dan Bu Endah dianugerahi bayi mungil perempuan cantik yang diberi nama Nesther. Bu Endah segera disibukkan dengan tugas sebagai ibu rumah tangga yang sehari – hari dibantu oleh seorang pembantu perempuan dan suster yang bekerja bergantian.

Waktu terus berjalan. Kehidupan keluarga kecil Pak Ismaryanto, Bu Endah, Tito, dan Nesther pun berjalan dengan indah. Sesibuk apapun, Pak Ismaryanto akan pulang sebelum jam Sembilan malam dengan alasan, “Bapak tidak ingin kehilangan kesempatan mengamati perkembangan Nesther setiap harinya.” Nesther pun tumbuh sehat dan menjadi darling baby.

~ ~ ~Segala sesuatunya berjalan normal selama beberapa tahun. Hanya

satu yang mengganjal, merasa tidak lagi diperhatikan. Tito mengangguk, menatap sejenak pada adiknya, seolah berkata, aku memang pantas dibuang.

Tito memutuskan tinggal bersama sang kakek, Pak Dahana. Ia meyakinkan semua kebutuhannya untuk menginap telah lengkap. Selanjutnya tinggal menelpon sang kakek agar segera menjemputnya. Tergesa – gesa ia menekan tombol ponsel lalu menghubungi sebuah nomor yang tertera di kontak nomor.

Tinggal di sebuah rumah lama yang sudah sedikit rusak. Halamannya tidak terawat, rumput liar tumbuh dengan subur. Maklumlah, Pak Dahana merupakan seorang duda., ditinggal sang istri lebih dari dua dasawarsa. Rumah dengan cat kuning gading dan atap berwarna coklat tua itu masih terlihat cukup kokoh. Kedatangan Tito di rumah sang kakek ini untuk mendapatkan ketenangan.

Sejenak Tito meninggalkan segala kenangan yang menyedihkan itu. Namun, hari ini perasaan Tito sungguh berbeda, meski pikirannya terus melamunkan orang tuanya, ia sama sekali tidak merasakan kesedihan yang biasanya selalu datang mengusik pikirannya.

~~~Pak Ismaryanto tampak kebingungan mencari jejak Tito. Entah

mengapa, sampai saat ini Tito belum kembali. Ke mana perginya? Semua keluarga dan kerabat panic, kecuali Pak Dahana, yang memilih merahasiakan keberadaan Tito.

Page 3: Cerita Pendek Akibat kurang perhatian

Tuuuuut… tuuuuut… Terdengar nada sambung. Tuuuut.. tuuuut… Tidak ada jawaban. Tuuuuut… tuuuut… Tetap tidak ada jawaban. Semua temannya sudah dihubungi, namun tidak ada satupun yang mengetahui keberadaan Tito.

Sampai akhirnya, bapak dan ibunya mendatangi kediaman Pak Dahana untuk membujuk dan menjeput Tito untuk kembali pulang ke rumah. Tetapi, ekspetasi berbeda dengan realita. Tak disangka, Tito enggan untuk kembali ke rumah.

“Setiap hari ayah dan ibu sibuk memanjakan Nesther, bahkan selalu bertengkar dan kurang memperhatikan Tito. Tak hanya Nesther, aku juga butuh kasih sayang dan perhatian dari orangtua. Tito sangat iri dengan Nesther yang selalu di sayang. Hampir setiap hari ayah dan ibu bertengkar, tetapi Tito bisa maklumi karena pertengkaran ini hanya pertengkaran biasa. Kenapa ayah dan ibu tidak memikirkan perasaan Tito? Kenapa?” protesnya dengan terbata – bata dibalik pintu kamar yang tertutup rapat. Pelupuk matanya mulai tergenangi air mata.

Kedua orangtua Tito pun tidak berkata apa-apa lagi. Mereka tampak cuek dan tidak mempedulikan anaknya lagi dan kembali pulang tanpa mengeluarkan lagi sepatah katapun untuk sekedar berpamitan.

~~~Waktu telah menunjukan pukul setengah lima sore. Ketika sedang

diadakan kerja bakti, Tito kembali berulah untuk melampiaskan kekesalannya. Jari – jari tangan jahilnya tersangkut lubang di sebuah kursi kayu tua. Bu Westri, coordinator sekaligus penanggungjawab kegiatan tampak tegang dan panik.

“Dasar, bocah tengil! Bisa – bisanya, drijine mlebu ning bolongan kursi. Yen wis ngene, terus aku kudu kepiye?”

“Lha, tadi itu sebenarnya nggak sengaja, Buk.Tahu – tahu, langsung kesangkut.”

“Bocah kok senengane ngeles! Kudune aku bisa pulang lebih cepat, langsung leyeh – leyeh di depan rumah karo teleponan sama mas pacar.” Bu Westri menggerutu.

Beberapa teman tampak berusaha membantu, tapi hasilnya nihil. Sampai akhirnya, Jay, teman akrab Tito yang juga masih saudara tampak membawa sebuah gelas berisi minyak kelapa jelantah.

“Wis, wis. Yang lain minggir dulu. Ini, aku mendapat wangsit yen minyak kelapa ini bisa membantu.” Mulut Jay terlihat berkomat – kamit lalu mengoleskan minyak di jari Tito.

Page 4: Cerita Pendek Akibat kurang perhatian

“Lah, kok baunya amis?”“So pasti, itukan minyak bekas goreng ikan Bu Erna pagi tadi.” Jay

tertawa jahat. Bu Erna merupakan koki di sekolahnya .“Hm, coba deh, tanganmu diputar – putar. Salah satu, tolong

ambilkan air es di dapur.” Jay dengan ilmu sok tahunya memulai eksperimennya.

“Nah, sekarang, tuang air esnya dibagian jari yang terjepit.”“Bukan malah ujung tangannya yang disiram?.” Bu Pawes tampak

bingung, antara ingin mengiyakan atau menyanggah ide konyol Jay.“Hm, ya enggak, Bu! Kan pembuluh darah bagian ujung jari sudah

terhimpit, darahnya tidak mengalir, kalau disiram es, bisa – bisa jarinya beku.”

Setengah jam berlalu. Salah satu teman yang mulai bosan menunggu nyeletuk. “Mana? Katanya bisa lepas?”

“Ini karena sesajennya kurang, coba belikan sate ayam sepuluh tusuk dan lontongnya sekalian.” Kata Jay sambil memicingkan mata, memberikan kesan horror.

“Huuu.. Kuwi namanya penipuan. Wis, wis., mending dirusak kursinya, pakai tatah.” kali ini ganti Anwar, anak tukang kayu yang memberikan ide.

Sore semakin gelap, matahari kembali ke pembaringannya, seakan enggan menunggu jari Tito terlepas dari kursi tua. Mereka, termasuk Jay, memutuskan untuk pulang meninggalkan Tito yang dibantu penjaga sekolah sedang berusaha mengeluarkan jarinya yang terjepit kursi.

Berbagai pelampiasan ke hal negative tito lakukan, sehingga ia mulai terjerumus dalam kehidupan yang memiliki pergaulan kurang baik. Setiap hari ia pergi berdiskotik bersama teman-temannya. Begitulah kehidupannya saat ini. Sangat menyedihkan, karena ia merusak dirinya sendiri tanpa sadar. Tito sama sekali sudah menutup pintu hatinya, acuh, dan terus terjerembab dalam dunianya.

~ ~ ~Angin malam berembus dengan sangat pelan. Sepoi – sepoi desiran

angin itu terdengar merdu menentramkan hati para pendengarnya. Sebagaimana layaknya manusia, dimanapun di dunia, ada saja

percobaan yang harus dihadapi. Bulan Desember merupakan bulan di mana sering hujan lebat disertai angin kencang, tetapi tak jarang panas terik di siang hari.

Page 5: Cerita Pendek Akibat kurang perhatian

Seperti biasanya, setelah bergaul dengan teman - teman yang berfaham pergaulan bebas, ia pulang, tetapi tidak langsung ke rumahnya. Tito akan memarkirkan mobil BMWnya di jalan persis belokan menuju rumahnya.

Dengan tenang, ia duduk di balik kemudi. Sebelum memasuki area parkir perumahan, Tito segera mengambil keputusan untuk memarkir mobilnya di bagian belakang, di dekat warung kopi. Ia berjalan agak lambat sambil memalingkan wajahnya kearah kanan dan kiri. Belum sempat memasuki area parkiran, hujan deras mulai turun. Tito yang tak siap menghindar langsung basah kuyup karena kaca mobilnya tak dapat dengan mudah ditutup. Terdengar umpatan dari mulutnya dan . . .

Bruuuuuuuukkkkkk!!! Tito tertabrak truk gandeng yang melaju sangat kencang dari arah berlawanan. Orang – orang disekitar tempat kejadian perkara pun panic. Tak sampai hitungan menit, tampak beberapa polisi dan petugas rumah sakit sigap akan keadaan tersebut.

Ponsel Pak Ismaryanto tiba – tiba berbunyi di tengah malam itu. Pak Ismaryanto terbangun, kantuknya pun lenyap seketika begitu mendengar ringtone. Ia segera beranjak dari kasur untuk mencari – cari ponselnya yang lupa diletakkan di mana. Lihat kanan, lihat kiri, sambil menungu ponselnya berbunyi lagi.

Segera diraihnya benda itu ketika ditemukan tergelak pasrah di atas kulkas kamarnya.

“Hallo. . . Ya, hallo.” Tampak obrolan serius samar – samar terdengar. Bu Endah diam

sejenak sembari menatapnya tanpa ekspresi. Deg! Detik – detik waktu seolah berhenti berdetak. Beku.Sambungan terputus, hanya menyisakan suara tut, tut, tut, tut.

Pelan mulut histeris Bu Endah menyebut nama anaknya itu. “Tito…” Mendadak terdengar suara tangisan memecah heningnya malam. Nesther yang terbangun dari mimpinya diam – diam mengintip di jendela, menguping pembicaraan.

“Ah sudahlah! Tidak baik kalau kita mendahului kehendak sang Pencipta. Mudah – mudahan semuanya akan baik – baik saja.” Kali ini Pak Ismaryanto terlihat menjawab dengan serius, tersenyum manis sambil terus memandang mata indah istrinya.

“Bener?”

Page 6: Cerita Pendek Akibat kurang perhatian

“Bener?”“Sungguh?”“Bener dan sunguh?”Pria itu mengangguk pelan dan mengulas senyum. Pelan namun

mengandung ketegasan seorang lelaki.Entah kenapa lalu lintas malam itu sungguh amburadul. Macetnya luar

biasa. Betul – betul terhenti total. Mereka celingak – celinguk, pandangannya menyapu sekitarnya. Begitu Pak Dahana melihat Pak Ismaryanto dan istrinya datang dengan berwajah kusut, ia segera menenangkannya.

“Nggak apa – apa. Ora usah wedi. Biar dirawat saja. Serahkan semua kepada Gusti melalu perantaraan dokter yang telah berusaha maksimal.”

Dokter memberitahukan kepada keluarga agar mempersiapkan diri dari segala kemungkinan yang akan terjadi karena kondisi Tito sangat kritis, badannya lemah, dan sangat pucat.

Beberapa jam kemudian setelah Tito kembali sadar . . .

Bu Endah semakin sesenggukan, lalu menatap Tito yang sedari tadi hanya diam diatas tempat tidur bergaya country di kamar yang hanya ada satu meja kecil dengan satu kursi berlengan dengan warna biru langit. “Tito,” panggilnya pelan. “Aku minta maaf banget sama kamu.”

Tito dingin saja menanggapinya lalu mencoba tersenyum, meskipun kecut. “Makasih, Bu.”

“Sudahlah, le. Di dunia ini tidak ada hitam, tidak ada putih semua masih sama – sama belajar, masih ada salahnya, dan itu adalah hal wajar, karena mereka pun manusia. Masa remaja itu penuh warna – warni, masih banya cita – cita dan keinginan yang harus dicapai, saying banget kalau harus diakhiri. Sungguh, sayang banget.” Pak Dahana memberi nasihat sembari memecah keheningan. Tampak air mata mulai menggenangi pelupuk mata Tito.

“Sekarang, ibu pulang dulu ke rumah untuk mengambil baju – baju ganti. Kamu tunggu sebentar di sini ya.” Pinta Bu Endah yang segera dijawab dengan anggukan kepala Tito.

Tito tersadar dari lamunan panjangnya. ~~~ SELESAI ~~~

Page 7: Cerita Pendek Akibat kurang perhatian

YOHANES HENDY WIJAYA24 / X 2

UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK CERPEN

1. Unsure Instrinsik

Tema : kurang perhatian

Latar :

Latar tempat

1. Taman rumah sakit

2. Ruang bersalin

3. Ruang di samping taman

4. Rumah Pak Dahana

5. Kamar Tito

6. Lingkungan sekolah

7. Jalan sekitar rumah

8. Kamar tidur Pak Ismaryanto

9. Jalanan macet

10. Kamar rawat

Latar waktu

1. Pagi hari

2. Sore hari

3. Malam hari

4. Ketika hujan

Latar suasana

1. Bahagia

2. Haru

3. Sedih

4. Panic / tegang

Alur : alur campuran

Penokohan :

Page 8: Cerita Pendek Akibat kurang perhatian

1. Tito Asmaradahana ~> polos, lugu, mudah terpengaruh, mudah bergaul, supel, dan senang melawan

2. Pak Ismaryanto ~> peduli, acuh, tidak peka, bijak, pilih kasih, membeda – bedakan, pengertian, dan pelupa

3. Bu Endah ~> peduli, acuh, tidak peka, bijak, pilih kasih, membeda – bedakan, pengertian, dan pelupa

4. Jay ~> cerdik dan sok tahu

5. Pak Dahana ~> bijaksana, pengertian, dan tenang

6. Bu Westi ~> sok tahu dan pemarah

7. Teman – teman Tito ~> ringan tangan dan pantang menyerah

8. Penjaga sekolah ~> ringan tangan

9. Anwar ~> cerdik

10. Polisi dan ~> sigap dan cekatan

Petugas rumah sakit

Sudut pandang : orang ketiga serba tahu

Amanat :

1. Orangtua perlu memikirkan perasaan anak, supaya anak tidak mengekspresikannya / melampiaskan perasaan ke tingkah laku yang aneh. \

2. jangan pilih kasih pada anak, karena akan berpotensi memicu kecemburuan antaranak.

3. orangtua perlu memberikan perhatian yang cukup, anak tidak mencari perhatian dengan cara – cara menyimpang.

Gaya bahasa : sehari – hari

2. Unsure Ekstrinsik

1. Nilai Moral ~> Pak Ismaryanto bertanggung jawab dengan mecari keberadaan Tito.

“ . . . Pak Ismaryanto tampak kebingungan mencari jejak Tito. Entah mengapa, sampai saat ini Tito belum kembali. Ke mana perginya? Semua keluarga dan kerabat panic, kecuali Pak Dahana, yang memilih merahasiakan keberadaan Tito. ”

Page 9: Cerita Pendek Akibat kurang perhatian

2. Nilai Sosial ~> Teman – teman membantu Tito yang kesusahan.

“ . . . Beberapa teman tampak berusaha membantu, tapi hasilnya nihil. . . “

3. Nilai Religi ~> Menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan.“. . . Serahkan semua kepada Gusti melalu perantaraan dokter yang telah berusaha maksimal . . .”