cholangitis a
DESCRIPTION
njTRANSCRIPT
CHOLANGITIS
I. PENGERTIAN
Kolangitis akut adalah infeksi bakterial yang akut dari saluran empedu yang
tersumbat baik secara parsiil atau total akibat antara lain: batu koledokus, askaris,
karsinoma caput pankreas kolangio-karsinoma atau struktur saluran empedu.
II. ETIOLOGI
Banyak faktor yang dapat menyebabkan obstruksi dari sistem bilier seperti;
o Kelainan anatomi atau benda asing dalam saluran empedu.
o Penyebab kedua kolangitis akut adalah obstruksi maligna dari saluran empedu oleh
karsinoma pankreas, karsinoma papila Vateri, metastasis dari tumor peri pankreas,
metastasis porta hepatis.
III. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinik pada pasien kolangitis
akut didapatkan:
- Ikterus dan disertai demam,
kadang-kadang menggigil
- Fungsi hati menunjukkan
tanda-tanda obstruksi yakni
peningkatan yang menyolok
dari GGT atau fosfatase alkali.
SGOT/SGPT dapat
meningkat.
- Nyeri perut.
- Trias yang klasik dari Charcot yakni demam, nyeri abdomen kuadran atas
dan ikterus
IV. PATOFISIOLOGI
Adanya hambatan dari aliran cairan empedu akan menimbulkan stasis cairan
empedu, kolonisasi bakteri dan pertumbuhan kuman yang berlebihan. Kuman-kuman ini
berasal dari flora duodenum yang masuk melalui sfingter Oddi, dapat juga dari
penyebaran limfogen dari kandung empedu yang meradang akut, penyebaran ke hati
akibat sepsis atau melalui sirkulasi portal dari bakteri usus. Karena tekanan yang tinggi
dari saluran empedu yang tersumbat, kuman akan kembali (refluks) ke dalam saluran
limfe dan aliran darah dan mengakibatkan sepsis. Bakteribili (adanya bakteri disaluran
empedu) didapatkan pada 20% pasien dengan kandung empedu normal. Walaupun
demikian infeksi terjadi pada pasien-pasien dengan striktur pasca bedah atau pada
anastomasi koledokoenterik. Lebih dari 80% pasien dengan batu koledokus terinfeksi,
sedangkan infeksi lebih jarang pada keganasan. Kegagalan aliran yang bebas
merupakan hal yang amat penting pada patogenesis kolangitis akut. Mikroorganisme
yang menyebabkan infeksi pada kolangitis akut yang sering dijumpai berturut-turut
adalah kumankuman aeroba gram (-) enterik E. Coli, Klebsiella, kemudian Streptococcus
faecalis dan akhirnya bakteri anaerob seperti Bacteroides fragilis dan Clostridia. Pula
kuman-kuman Proteus, Pseudomonas dan Enterobacter enterococci tidak jarang
ditemukan. Bacteribili tidak akan menimbulkan kolangitis kecuali bila terdapat kegagalan
aliran bilier yang akan memudahkan terjadinya proliferasi kuman pada saluran empedu
yang mengalami stagnasi, dan atau tekanan dalam saluran empedu di dalam hati
meningkat sedemikian rupa sehingga menyebabkan refluks kuman ke dalam darah dan
saluran getah bening. Kombinasi dari stagnasi dan peningkatan tekanan tersebut akan
menimbulkan keadaan yang serius pada kolangitis supuratif.
Beberapa dari efek serius kolangitis dapat disebabkan oleh endotoksemia yang
dihasilkan oleh produk pemecahan bahteri gram negatif. Endotoksin diserap di usus
lebih mudah bila terdapat obstruksi bilier, karena ketiadaan garam empedu yang
biasanya mengkhelasi endotoksin sehingga mencegah penyerapannya. Selanjutnya
kegagalan garam empedu mencapai intestin dapat menyebabkan perubahan flora usus.
Selain itu fungsi sel-sel Kupfer yang jelek dapat menghambat kemampuan hati untuk
mengekstraksi endotoksin dari darah portal. Bilamana kolangitis tidak diobati, dapat
timbul bakteremia sistemik pada sepertiga kasus dan pada kasus-kasus yang lanjut,
dapat timbul abses hati.
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaaan laboratorium ditemukan adanya :
- Lekositosis pada sebagian besar pasien. Hitung sel darah putih biasanya
melebihi 13.000.
- Bilirubin : Total, Direct, Indirect
- SGOT/SGPT
2. Radiologis
Beberapa pemeriksaan radiologis pasien dengan kolangitis adalah:
a. Foto polos abdomen
b. Ultrasonografi
Gambar. 2 Menunjukkan ultrasonografi dari duktus intrahepatik yang
mengalami dilatasi
c. CT-Scan
d. ERCP
Gambar. 4 Menunjukkan endoscope
Cholangiopancreotography
(ERCP) dimana menunjukkan duktus biliaris yang berdilatasi
pada bagian tengah dan distal (dengan gambaran feeling defect)
e. Skintigrafi
f. Kolesistografi oral
g. Kolangiografi
VI. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari penyakit kolangitis terutama yang derajat tinggi
(kolangitis supuratif) adalah sebagai berikut:
A. Abses hati piogenik
B. Bakteremia , sepsis bakteri gram negatif
C. Peritonitis sistem bilier
D. Kerusakan duktus empedu
E. Perdarahan
F. Kolangitis asendens dan infeksi lain
VII. PENATALAKSANAAN
Konservatif:
a. IVFD (Intravenous Fluid Drip)
b. Antibiotik : kombinasi aminoglikosida dan penicillin telah dianjurkan.
Penambahan metronidazole atau clindamycin memberikan perlindungan
antibakterial terhadap anaerob bakteroides fragilis, jadi melengkapi
perlindungan antibiotik. Satu faktor yang seringkali dipertimbangkan dalam
pemilihan antibiotik untuk terapi kolangitis adalah konsentrasi obat yang
terdapat dalam empedu. Secara teoritis antibiotik saluran biliaris yang ideal
harus merupakan antibiotik yang bukan saja mencakup organisme yang
ditemukan dengan infeksi saluran biliaris, tetapi juga yang dieksresikan
dalam konsentrasi tinggi ke dalam cairan empedu.
c. Penanggulangan sfingterotomi endoskopik
d. Lisis batu
e. PTBD ( Percutaneous Transhepatik Biliar Drainage)
Pembedahan:
A. Kolesistektomi Terbuka
Kolesistektomi membutuhkan anestesi umum kemudian dilakukan irisan pada
bagian anterior dinding abdomen dengan panjang irisan 12 – 20 cm.
Tekhnik operasi untuk kolesistektomi terbuka
Insisi digaris tengah, paramedian kanan, transversal dan insisi subkostal dapat
dilakukan, tergantung pada pilihan ahli bedah. Kriteria penting adalah pemaparan yang
adekuat untuk diseksi serta eksplorasi. Pilihannya adalah insisi subkostal kanan
(Kocher) sebagai salah satu insisi yang paling serba guna dalam diseksi kandung
empedu dan saluran empedu.(3,12)
Gambar insisi untuk pembedahan sistem bilier
Jika anatomi porta tidak dikaburkan oleh peradangan yang parah, maka
pilihannya adalah memulai diseksi pada porta. Dengan traksi pada kandung empedu
menggunakan klem yang dipasang di fundus dan kantung Hartman, peritoneum yang
menutupi segitiga Calot diinsisi dan disisihkan dengan diseksi tumpul. Arteri sistikus
diidentifikasi, diligasi ganda atau diklem ganda, dan lalu dipotong, meninggalkan
puntung sekurangnya 1sampai 2 mm.3
Gambar langkah-langkah teknik kolesistektomi
B. Kolangiografi operatif
Kolangiografi dilakukan dengan menggunakan salah satu dari sekian
banyak kanula kolangiografik yang dapat digunakan (Berci, Lehman, Colangiocath, dll).
C. Laparoskopi Kolesistektomi
Kolesistektomi laparoskopi adalah cara yang invasif untuk mengangkat batu
empedu dengan menggunakan teknik laparoskopi.
Gambar 5 Lokasi kanula untuk kolesistektomi
laparoskopi.
Gambar 6. Lokasi kanula
dan susunan awal untuk
kolesistektomi laparoskopi
Gambar 7 . Kolesistektomi
Laparoskopik
Keterangan gambar :
Tempat trokar
Fundus ditahan/dipegang dan cephalad diretraksi untuk mengekspos/mengenai
kandung empedu proksimal dan ligamentum hepotoduadenale. Selain itu bagian
posterolateral infundibulum di retraksi untuk dapat mengenai segitiga Calot
Segi tiga Calot dibuka dan leher kandungan empedu dan bagian duktus sistikus
di diseksi. Klip dipindahkan pada hubungan antara duktus sistikus dengan
kandungan empedu
Pembukaan kecil dibuat didalam duktus sistikus dan kateter kolangiogram di
insersi
Duktus sistikus dan arteri sistikus dibagi
Gambar intraoperatif yang menunjukkan bagian lateral infundibulum kandungan
empedu, nampak segitiga Calot yang sudah didiseksi begitu juga dengan arteri
sistikus
D. Eksplorasi koledokus; laparoskopi eksplorasi duktus empedu
Gambar 8 laparoskopi eksplorasi duktus empedu. Laparoskopi eksplorasi
koledokus.
E. LAPAROTOMI EKSPLORASI
a. Pengertian Laparatomi Eksplorasi
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen,
bedah laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah
abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan.
F. ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Preoperatif
Analisa Data
DS: - Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya
- Keluarga pasien cemas dengan hasil operasi
DO: - Pasien tampak gelisah dan cemas di ruangan pre operasi
- Pasien bertanya-tanya mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan
- Pasien bertanya mengenai hasil operasi serupa yang dilakukan padaorang lain
sebelumnya
Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan tidak adanya pengalaman bedah dan
kurang pengetahuan mengenai tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan
Tujuan : Pasien dapat mengontrol kecemasannya dengan kriteria hasil :
- Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
- Memahami tindakan pembedahan yang akan dilakukan dan harapan dari hasil
pascaoperasi
Implementasi Keperawatan
Aktifitas keperawatan pada pasien preoperatif adalah pengurangan
kecemasan(Anxiety Reduction) dengan tindakan utama adalah memberikan
pendidikan kesehatan, yang terdiri atas 2 dimensi yaitu gunakan pendekatan yang
menenangkan dan dorong untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
Intervensi keperawatan yang dilakukan selama preoperatif yaitu :
a) Jelaskan semua prosedur dan apa yang akan dirasakan selama
tindakan pembedahan
R : Kecemasan pasien akan berkurang karena lebih memahami tindakanoperasi
yang akan dilakukan
b) Psikososial suport untuk menghilangkan kecemasan
R : Pasien tidak akan merasa sendirian karena merasa banyak orang yangakan
mendukung kesembuhannya temasuk dari para tenaga kesehatan
c) Memahami aturan yang dianut pasien dan dukungan orang sekitarnya
R : Beberapa kepercayaan pasien akan mempengaruhi persepsi pasienmisalnya
pasien ingin selalu berada di dekat keluarganya sebelum mulaioperasi untuk
memberikan perasaan nyaman dan penguatan bagi pasien
d) Mengajarkan latihan keterampilan untuk mengurangi kecemasan
seperti pergerakan latihan nafas
R : Latihan napas dalam akan lebih membantu pasien untuk rileks
Evaluasi Tindakan Keperawatan
S : - Pasien mengatakan lebih tenang setelah mengetahui prosedur
tindakan pembedahan yang akan dilakukan
- Keluarga pasien memahami mengenai harapan pembedahan
O : - Raut wajah pasien nampak lebih tenang
- Keluarga pasien memberi supporting system untuk menguatkan pasien
- Pasien mengatur pernapasan untuk mengurangi kecemasannya
A : Kecemasan teratasi
P : - Mengingatkan keluarga untuk terus memberi semangat pasien
- Anjurkan pasien untuk bertanya jika ada hal yang membuatnya cemas dan khawatir
terkait dengan tindakan pembedahan
- Anjurkan pasien untuk melatih pernapasannya untuk membantunya tetap rileks
b.
Persiapan pasien
Catat waktu, tempat dan serah terima petugas ruangan
Informed consent telah ditandatangani, gelang identitas terpasang ditangan
kiri, pasien dipuasakan dan terpasang infus di lengan kanandengan cairan
NaCl 0,9%. Baju pasien diganti dengan baju operasi dan lepaskan semua benda yang
dipakai oleh Pasien, seperti perhiasan, kosmetik, gigi palsu, dll. Setelah itu, Pasien
diambulasi ke ruang premedikasi
Asuhan Keperawatan Intraoperatif
1) Risiko Infeksi
Analisa Data
Faktor-faktor resiko infeksi :a) Prosedur Infasif b) Kerusakan jaringan dan peningkatan
paparan lingkungan c) Peningkatan paparan lingkungan patogen
Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama intraoperatif pasientidak
mengalami infeksi dengan kriteria hasil pasien bebas dari tanda dangejala infeksi
Implementasi Keperawatan
a) Uji kesterilan semua peralatan.
R : Benda-benda yang dipaket mungkin tampak steril. Meskipun demikian, setiap
benda harus secara teliti diperiksa kesterilannya, adanya kerusakan pada
pemaketan, efek lingkungan pada paket dan
teknik pengiriman. Sterilisasi paket, tanggal kadaluarsa, nomor seri harus
didokumentasikan jika perlu.
b) Pertahankan teknik aseptif
R : Alat yang steril adalah alat yang haru digunakan dalam tindakan operasi yang
merupakan tidakan sangat infasif. Jika alat diyakini telah terkontaminasi maka alat
harus segera diganti dengan baru sehingga meminimalkan kemungkinan
terjadinya paparan dengan agen patogen.
c) Cuci tangan setiap sebelum melakukan tindakan operatif
R : Tangan merupakan media yang paling mudah untuk memudahkan terjadinya
penularan patogen sehingga ke sterilan tangan yang akan menyentuh alat-alat
steril juga harus dipastikan ke-strerilannya sebelum menyentuh alat, bahan dan
instrumen bedah
d) Identifikasi gangguan pada teknik aseptik dan atasi dengan segera pada waktu
terjadi.
R : Kontaminasi dengan lingkungan/kontak personal akan menyebabkan daerah
yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi.
e) Sediakan pembalut yang steril.
R : Mencegah kontaminasi lingkungan pada luka yang baru.
f) Lakukan irigasi luka yang banyak, misalnya normal salin atau antiseptik.
R : Dapat digunakan dalam intraoperasi untuk mengurangi jumlah bakteri pada
lokasi dan pembersihan luka debris.
Evaluasi Tindakan Keperawatan
S : Tidak Ada (Pasien tidak sadar karena pengaruh
anastesi)O : - Pasien tidak menunjukkan mengalami tanda-tanda infeksi
- Hingga operasi selesai instrumen yang digunakan tetap dipertahankan steril sampai
luka operasi telah dibalut dengan baik
- Luka operasi pasien telah dan daerah sekitar operasi telah diberi antiseptik dan
normalsalin untuk mencegah infeksi dan membersihkan area operasi.
- Luka yang telah dibersihkan dibalut dengan teknik steril untuk mencegah paparan
lingkungan patogen
A : Risiko Infeksi teratasi
P : - Pantau kemungkinan terjadinya tanda-tanda infeksi
- Pastikan balutan luka tetap bersih dan menutupi dengan baik jahitan luka operasi
2) Risiko I n j u r y
Analisa Data
Faktor-faktor resiko injury
a) Prosedur Invasif
b) Pelaksanaan Ambulasic Keamanan tempat tidur
Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama intraoperatif pasien tidak
mengalami injury dengan kriteria hasil pasien bebas dari cedera
Implementasi Keperawatan
a) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
R : Peralatan dan lingkungan yang diganakan untuk operasi harus dicek
kelayakannya misalnya memastikan tegangan volt yang digunakan pada Electro
Surgical Unit (ESU)
b) Identifikasikan kebutuhan keamanan pasien
R : Kondisi secara umum dan keasadaran pasien harus selalu
dipantau baik sebelum operasi maupun setelah operasi terhadap pemberian
anastesi. Pasien yang kurang tingkat kesadarannya maka kemungkinan
mengalami cedera lebih tinggi.
c) Memberikan transportasi dan ambulasi yang aman dan nyaman bagi pasien
R : Proses pemindahan akan memungkinkan terjadinya cedera sehingga selalu
memasangkan siderail selama proses pemindahan dan mendahulukan kaki untuk
digerakkan sehingga pasien lebih nyaman.
d) Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
R : Mulai dari persiapan anastesi hingga berakhirnya operasi
maka pasien akan berada di tempat tidur sehingga tempat tidur yang nyamandan
bersih harus selalu diperhatikan misalnya memberikan bantalan kepala yang
lembut pada pasien.
Asuhan Keperawatan Post-operatif
Nyeri Akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
Analisa Data
DS: - Pasien mengeluh merasa nyeri pada perutnya
DO:- Pasien nampak berhati-hati menjaga lukanya
- Pasien nampak hanya terfokus pada diri sendiri dengan hanya memperhatikan nyerinya
- Pasien nampak gelisah
Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama post-operatif pasien tidak
mengalami nyeri dengan kriteria hasil :
- Pasien mampu mengontrol nyeri
- Pasien mengatakan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
seperti distraksi (tidak berfokus pada nyeri)
- Pasien mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Implementasi Keperawatan
a) Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
R : Untuk mengetahui tingkat dan lokasi nyeri yang dirasakan oleh pasien
b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
R : Rasa nyeri akan sangat nampak dari ekspresi wajah pasien
c) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan
R : Perubahan suhu tubuh ikut dipengaruhi juga oleh suhu ruangan. Ruangan yang
terlalu dingin akan mengakibatkan pasien mengalami hipotermia. Hal ini
menandakan menurunnya asupan oksigen yang selanjutnya akan mengakibatkan
menurunnya metabolisme tubuh.
d) Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam atau relaksasi distraksi
R : Napas dalam akan meningkatkan asupan oksigen ke dalam tubuh sedangkan
relaksasi distraksi mengganggu stimulus nyeri dengan mengurangi rasa nyeri.
Distraksi paling baik digunakan untuk periode pendek pada nyeri ringan sampai
sedang.
e) Tingkatkan istirahat
R : Istirahat menurunkan pengeluaran energi. Vasokontriksi perifer terjadi pada nyeri
hebat dan menyebabkan pasien merasa dingin.
f) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
R : Tanda-tanda vital menunjukkan keadaan umum pasien yang sebagai indikasi
umum dari kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Evaluasi Tindakan Keperawatan
S : - Pasien merasa nyeri agak berkurang
O : - Wajah pasien tidak terlalu gelisah
- Pasien nampak menjaga lokasi lukanya
- Pasien tidak lagi hanya berorientasi pada diri sendiri
A : Nyeri akut mulai teratasi
P : - Kaji nyeri yang dirasakan pasien-
Anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam dan relaksasi distraksi
- Monitor Tanda-tanda vital
PENGKAJIAN
a. Identitas
Cholangitis cukup jarang terjadi. Biasanya terjadi bersamaan dengan penyakit
lain yang menimbulkan obstruksi bilier dan bactibilia (misal: setelah prosedur ERCP, 1-
3% pasien mengalami cholangitis).
b. Keluhan Utama
Pada penderita kolangitis, klien mengeluh nyeri perut kanan atas, nyeri tidak
menjalar/menetap, nyeri pada saat menarik nafas dan nyeri seperti ditusuk – tusuk.
c. Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat medis pasien mungkin dapat membantu. Contohnya riwayat dari
keadaan-keadaan berikut dapat meningkatkan resiko cholangitis:
Batu kandung empedu atau batu saluran empedu
Pasca cholecystectomy
Manipulasi endoscopik atau ERCP, cholangiogram
Riwayat cholangitis sebelumnya
Riwayat HIV atau AIDS: cholangitis yang berhubungan dengan AIDS memiliki
ciri edema bilier ekstrahepatik, ulserasi, dan obstruksi bilier. Etiologinya masih belum
jelas namun dapat berhubungan dengan cytomegalovirus atau infeksi Cryptosporidium.
Penanganannya akan dijelaskan di bawah, dekompresi biasanya tidak diperlukan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Banyak pasien yang datang dengan ascending cholangitis tidak memiliki gejala-
gejala klasik tersebut. Sebagian besar pasien mengeluhkan nyeri pada abdomen
kuadran lateral atas; namun sebagian pasien (misal: pasien lansia) terlalu sakit untuk
melokalisasi sumber infeksi.
Gejala-gejala lain yang dapat terjadi meliputi: Jaundice, demam, menggigil dan
kekakuan (rigors), nyeri abdomen, pruritus, tinja yang acholis atau hypocholis, dan
malaise.
Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji apakah klien mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes
mellitus, hipertensi, anemia sel sabit.
d. Pemeriksaan body system
i. System Pernapasan
Inspeksi : Dada tampak simetris, pernapasan dangkal, klien tampak gelisah.
Palpasi : Vocal vremitus teraba merata.
Perkusi : Sonor.
Auskultasi : Tidak terdapat suara nafas tambahan (ronchii, wheezing)
ii. System Kardiovaskuler
Terdapat takikardi dan diaforesis.
iii. Sistem Neurology
Tidak terdapat gangguan pada system neurology.
iv. System Pencernaan
Inspeksi : tampak ada distensi abdomen diperut kanan atas, klien mengeluh
mual dan muntah.
Auskultasi : peristaltic ( 5 – 12 x/mnt) flatulensi.
Perkusi : adanya pembengkakan di abdomen atas/quadran kanan atas,
nyeri tekan epigastrum.
Palpasi : hypertympani.
v. System Eliminasi
Warna urine lebih pekat dan warna feses seperti tanah liat.
vi. System integument
Terdapat icterik/jaundice dengan kulit berkeringat dan gatal.
vii. System muskuluskeletal
Terdapat kelemahan otot karena gangguan produksi ATP.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
2. gangguan pemenuham nutrisi berhubungan dengan mual muntah
3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan dengan
muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, gangguan proses pembekuan
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosa, pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi
3. INTERVENSI
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
tujuan : nyeri berkurang setrelah dilakukan tindakan keperwatan 1 x 24 jam.
kriteria hasil : keadaan umum normal
klien mengatakan nyerinya berkurang
wajah tampak rileks tidak lagi menyeringai keskitan.
Skala nyeri ( 1 – 3 )
Ttv dalam batas normal
Intervensi :
1. observasi dan catat lokasi, beratnya ( skala 0 – 10 ) dan karakter nyeri
( menetap, hilang timbul/kolik )
R/ membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang
kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi, dan keefektifan intervensi.
2. tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.
R/ tirah baring pada posisi fowler rendah meurunkan tekanan intra abdomen.
3. dorong menggunakan tehnik relaksasi, contoh bimbingan imajinasi,
visualisasi, latihan nafas dalam.berikan aktivitas senggang.
R/meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian dapat meningkatkan
koping.
4. berikan obat sesuai indikasi :
· antikolinergik, contoh atrophin propantelin(probantine)
R/menghilangkan reflek spasme/kontraksi otot halus dan membantu dalam
manajemen nyeri.
· Sedative, contoh fenobarbitol.
R/ meningkatkan istirahat dan merilekskan otot halus, menhilangkan nyeri.
b. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : Pemenuhan nutrisi adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam
Kriteria hasil :
- Klien menyebutkan penyebab mual/muntah
- Klien mengatakan mual/muntah berkurang
- Klien menunjukkan kemajuan mencapai berat badan ideal
- TTV dalam batas normal :
T : 110/60-130/90 mmHg n : 60-100 x/menit
S : 39-372 0C RR : 16-20 x/menit
BB : (TB-100) – 10% (TB-100)
Intervensi :
1. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang penyebab mual /
muntah serta tindakan yang akan dilakukan
R/ meningkatkan pengetahuan klien tentang penyebab masalah serta
mendorong klien agar lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Kaji distensi abdomen
R./ tanda nonverbal ketidaknyamanan b/d gangguan pencernaan
3. Hitung pemasukan kalori
R/ mengidentifikasi kekurangan / kelebihan kebutuhan nutrisi
3. Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan
berbau
R/ untuk meningkatkan nafsu makan / menurunkan mual
4. Berikan kebersihan oral sebelum makan
R/ mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
5. Tawarkan minuman seduhan saat makan, bila toleran
R/ dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas
6. Sajikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
R/ menurunkan frekuensi mual
7. Kolaborasi dengan ahli gizi / diet tentang pemberian diet rendah lemak
R/ pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandung empedu dan
nyeri sehubungan dengan tidak semua lemak dicerna dan berguna dalam mencegah
kekambuhan
8. Kolaborasi dengan tim dokter tentang pemberian garam empedu ( Biliron :
Zanchol, decholin) sesuai indikasi
c. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan
dengan muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, gangguan proses pembekuan
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat
Kriteria hasil :
- Turgor kulit yang baik
- Membran mukosa lembab
- Pengisian kapiler baik
- Urine cukup
- TTV stabil
- Tidak ada muntah
Rencana intervensi :
1. Pertahankan intakke dan output cairan
R/ mempertahankan volume sirkulasi
2. Awasi tanda rangsangan muntah
R/ muntah berkepanjangan, aspirasi gaster dan pembatasan pemasukan oral
menimbulkan degfisit natrium, kalium dan klorida
3. Anjurkan cukup minum (1 botol aqua 1500 ml/hr)
R/ mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh
4. Kolaborasi :
- Pemberian antiemetik
- Pemberian cairan IV
- Pemasangan NGT
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosa, pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi
Tujuan : menyatakan pemahaman klien
Kriteria hasil : Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam
pengobatan
Rencana intervensi :
1. Kaji informasi yang pernah didapat
R/ mengkaji tingkat pemahaman klien
2. Beri penjelasn tentang penyakit, prognosa, dan tindakan diagnostik
R/ memungkinkan terjadinya partisipasi aktif
3. Beritahukan diit yang tepat, teknik relaksasi, untuk persiapan operasi
4. Anjurkan teknik istirahat yang harus dilaporkan tentang penyakitnya
5. Anjurkan untuk menghindari makanan atau minuman tinggi lemak
R/ mencegah / membatasi terulangnya serangan kandung empedu
6. Diskusikan program penurunan berat badan
R/ kegemukan adalah faktor resiko terjadinya cholangitis
7. Kaji ulang program obat, kemungkinan efek samping
R/ batu empedu sering berulang, perlu terapi jangka panjang
DAFTAR PUSTAKA
FC Brunicardi, DK Andersen et al., 2007. Schwartz Principle’s of Surgery, 8th Ed. Mc Graww
Hill Companies.
CM Townsend, RD Beauchamp et al., 2004. Sabiston Textbook of Surgery, Biological basis
of modern surgical practice, 17th Ed, Elsevier-Saunders
CT Albanese, JT Anderson et al., 2006. Current surgery diagnosis and treatment. Mc Graww
Hill Companies.