cost efektif alat medis

4
Zulfikar Husni Faruq Pascasarjana Teknologi Biomedis Universitas Indonesia Peralatan medis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit. Pemeliharaan peralatan medis umumnya dilakukan oleh departemen clinical engineering, namun dalam pemeliharaannya masih belum efektif terutama mengenai biaya pemeliharaan dan perbaikan sehingga banyak penelitian yang dilakukan untuk bisa menekan biaya pemeliharaan dan perbaikan alat medis. banyak penelitian telah dilakukan untuk bisa menekan biaya terutama dibidang peralatan medis. Activity based Costing merupakan suatu system akutansi yang berfokus pada aktivitas aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Intinya bagaimana mengalokasikan anggaran sebagai komponen harga pokok produksi kepada produk dengan adil dan tepat berdasarkan aktuvitasnya. Dalam penganggaran biaya umumnya biaya yang sering saat ini (tradisional) dasar aktivitasnya dipakai biasanya berkaitan dengan volume (volume related activty base) seperti ekuivalen unit, jam kerja langsung atau jam mesin langsung sehingga produk yang membuat biaya sedangkan ABC memakai pemicu biaya dasar unit maupun non unit, yang jumlah pemicu biayanya lebih besar ketimbang jumlah pemicu pada sistim tradisional, sehingga meningkatkan akurasi biaya penentuan pokok produk. Dalam persyaratan penggunaan activity based Costing pada umumnya digunakan suatu perusahaan/ jasa yang padat modal (banyak menggunakan mesin). Menilik dari itu rumah sakit merupakan suatu jasa yang menggunakan alat dalam melaksanakan aktivitasnya. Namun penggunaan activity based Costing bukannya tanpa celah, menurut dorota kuchta dan sabina zabek dalam jurnal activity based Costing for health care institutions memaparkan bahwa masalah yang dihadapi menngunakan model activity based Costing adalah ketika mendefinisikan kelompok biaya, contoh kelompok pasien, saat proyek sedang berlangsung dan unit organisasi. 6 Walau begitu activity based Costing merupakan salah satu manajemen keuangan yang terbaik di bidang pelayanan kesehatan. Di beberapa rumah sakit diindonesia saat ini sudah mulai menerapkan metode activity based costing yang dapat dibuktikan dengan maraknya penelitian di perguruan mengenai hal tersebut. Penelitian yang dilakukan belum banyak menyentuh mengenai manajemen teknologi yang seharusnya dibawah naungan departemen clinical engineering/ biomedical engineering. Di seluruh rumah sakit di luar negeri departemen ini sudah sangat mapan di bandingkan dengan indonesia. Hanya beberapa rumah sakit saja yang terhadap manajemen teknologi. Akibatnya adalah biaya yang masih cukup besar dalam pelayanan kesahatan. Pengetahuan dan budaya merupakan salah satu kendala mengapa saat

Upload: zulfikar-husni-faruq

Post on 23-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

efektifitas fasilitas medis

TRANSCRIPT

Page 1: Cost Efektif Alat Medis

Zulfikar Husni Faruq

Pascasarjana Teknologi BiomedisUniversitas Indonesia

Peralatan medis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit. Pemeliharaan peralatan medis umumnya dilakukan oleh departemen clinical engineering, namun dalam pemeliharaannya masih belum efektif terutama mengenai biaya pemeliharaan dan perbaikan sehingga banyak penelitian yang dilakukan untuk bisa menekan biaya pemeliharaan dan perbaikan alat medis. banyak penelitian telah dilakukan untuk bisa menekan biaya terutama dibidang peralatan medis.

Activity based Costing merupakan suatu system akutansi yang berfokus pada aktivitas aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Intinya bagaimana mengalokasikan anggaran sebagai komponen harga pokok produksi kepada produk dengan adil dan tepat berdasarkan aktuvitasnya. Dalam penganggaran biaya umumnya biaya yang sering saat ini (tradisional) dasar aktivitasnya dipakai biasanya berkaitan dengan volume (volume related activty base) seperti ekuivalen unit, jam kerja langsung atau jam mesin langsung sehingga produk yang membuat biaya sedangkan ABC memakai pemicu biaya dasar unit maupun non unit, yang jumlah pemicu biayanya lebih besar ketimbang jumlah pemicu pada sistim tradisional, sehingga meningkatkan akurasi biaya penentuan pokok produk.

Dalam persyaratan penggunaan activity based Costing pada umumnya digunakan suatu perusahaan/ jasa yang padat modal (banyak menggunakan mesin). Menilik dari itu rumah sakit merupakan suatu jasa yang menggunakan alat dalam melaksanakan aktivitasnya. Namun penggunaan activity based Costing bukannya tanpa celah, menurut dorota kuchta dan sabina zabek dalam jurnal activity based Costing for health care institutions memaparkan bahwa masalah yang dihadapi menngunakan model activity based Costing adalah ketika mendefinisikan kelompok biaya, contoh kelompok pasien, saat proyek sedang berlangsung dan unit organisasi.6 Walau begitu activity based Costing merupakan salah satu manajemen keuangan yang terbaik di bidang pelayanan kesehatan.

Di beberapa rumah sakit diindonesia saat ini sudah mulai menerapkan metode activity based costing yang dapat dibuktikan dengan maraknya penelitian di perguruan mengenai hal tersebut. Penelitian yang dilakukan belum banyak menyentuh mengenai manajemen teknologi yang seharusnya dibawah naungan departemen clinical engineering/ biomedical engineering. Di seluruh rumah sakit di luar negeri departemen ini sudah sangat mapan di bandingkan dengan indonesia. Hanya beberapa rumah sakit saja yang terhadap manajemen teknologi. Akibatnya adalah biaya yang masih cukup besar dalam pelayanan kesahatan. Pengetahuan dan budaya merupakan salah satu kendala mengapa saat ini masih belum berdirinya departemen ini. Departemen clinical engneering atau sering disebut juga biomedical engneering merupakan departemen (pada beberapa negara) memiliki memegang pengelolaan keuangan dengan baik sehingga biaya pelayanan dapat ditekan. Hal tersebut dikemukakan oleh P.K lynch dalam mengelola anggaran yang kaitannya dengan fasilitas ada 2 cara yaitu: 1) Model pendistribusian : semua biaya dibayar oleh departemen yang menggunakan jasanya; 2) model terpusat : yaitu semua biaya anggaran pemeliharaan peralatan medis dikelola dengan cara tunggal yang dikendalikan oleh Biomedical engineering termasuk biaya kegiatan rumah tangga, biaya eksternal, kontrak dan operasi yang berkitan dengan departemen biomedical engineering.

Keuntungan sistim terpusat adalah:

1. manajer biomedis atau direktur adalah seseorang menejemen profesional pelayanan yang tugasnya adalah melakukan pelatihan dan kehidupan profesional telah dihabiskan dalam pemeliharaan , perbaikan , dan mendukungan peralatan perawatan pasien. Seorang menejer operasi yang fokus pada perawatan pasien, tidak pada pembiayaan peralatan dan hasil, seseorang yang tidak optimal untuk memenejemen pembiayaan peralatan

2. pusat anggaran memungkinkan keputusan harus dibuat lintas departemen. Karena peralatan type yang sama seringkali dimiliki dan digunakan oleh banyak departemen yang berbeda dalam satu rumah sakit.

Page 2: Cost Efektif Alat Medis

3. vendor luar selalu akan digunakan sampai batas tertentu. Vendor harus di monitor dan menambah pekerjaannya untuk selalu mencatatan peralatan kedokteran secara komperhensip, pemenuhan dan kerjasama dari vendor luar tidak dapat diteruskan kecuali seseorang bertanggungjawab untuk membayar perbaikan.

4. Jika anggaran dana berada di departemen klinis maka anggaran tak akan terawasi ketat dan teliti. Manajer departemen klinis tidak dapat fokus dengan aktifitas pemeliharaan, tetapi manajer biomedical engineering yang harus memegang anggaran dan merencanakan perbedaan anggaran agar dapat lebih efektif mengelola pusat pembiayaan tunggal dari pada mencoba mengelola biaya 30 atau 40 laporan yang tersebar di berbagai tempat.

5. Jika rumah sakit mempertimbangkan lebih murah (dan sering lebih efektif) pilihan layanan dari pembuatan peralatan, kontrol dan pengawasan harus diberikan kepada departemen biomedis.

6. setiap departemen biomedis memelihara persediaan peralatan medis yang lengkap dan terbarukan sesuai dengan Joint Commission.1

Selain itu juga terdapat penelitian terkait clinical engineering yang menggunakan metode activity based Costing yang merupakan sistem yang mengidentifikasi kegiatan yang dilakukan, jejak biaya pada saat kegiatan dan menggunakan driver biaya untuk melacak biaya kegiatan ke layanan. Driver biaya merupakan faktor biaya mempengaruhi dan mencerminkan konsumsi kegiatan. Informasi yang diberikan oleh ABC tujuan untuk mengevaluasi perubahan dalam kegiatan yang dapat menghasilkan perbaikan pada proses. Langkah pertama mewakili identifikasi biaya pusat. Pusat biaya adalah satuan akumulasi biaya. Pusat biaya layanan adalah sektor yang terlibat dalam pemeliharaan Proses seperti Supplies, Customer Care center dan clinical engineering. Pusat biaya dukungan adalah sektor yang mendukung pusat-pusat biaya jasa seperti Arah, Layanan Pelengkap, Human Resources, sKontrak dan Teknologi Spesifikasi, dan Informasi dan Komputasi. Tahap kedua mewakili identifikasi unsur biaya operasional biaya gaji , depresiasi dan beban umum. Tahap ketiga mewakili alokasi operasional biaya untuk lima pusat biaya dukungan dan tiga pusat biaya jasa. Tahap keempat mewakili identifikasi prosedur yang dilakukan dalam proses peralatan medis pemeliharaan. Tahap kelima mewakili alokasi biaya dari pusat biaya pelayanan kepada perintah layanan. Mengingat bahwa urutan pelayanan dipandang sebagai urutan transisi, penambahan biaya transisi menghasilkan biaya urutan layanan. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah Penelitian ini menggambarkan kemungkinan penerapan metodologi ABC untuk menghitung biaya peralatan medis layanan pemeliharaan.1

Pada oranga yang sama mereka kembali meneliti mengenai “cost Management of medical equipment maintenance” melakukan penelitian untuk mengevaluasi biaya pemeliharaan peralatan medis yang dapat memperkirakan bagaimana kegiatan dapat mempengaruhi profitabilitas dengan cara menggabungkan Activity Based Costing (ABC) dengan sistem menejemen microprocess-based custommade. Penggabungan cara tersebut dapat di manfaatkan oleh manajemen untuk menafsirkan strategi yang mungkin untuk mengatur harga yang kompetitif untuk pelayanan yang spesifik.3

Pada studi kasus disajikan untuk menunjukkan bagaimana program Condition Based Maintenance (CBM) juga dapat mengefisiensi biaya dengan memanfaatkan data lapangan dan data penggunaan, untuk meminimalkan pemeliharaan yang tidak perlu, dan untuk mengurangi biaya layanan. CBM menggunakan analisis data kondisi sistem untuk memungkinkan perencanaan dan penjadwalan kegiatan maintenance atau perbaikan sebelum kegagalan fungsional.

Keuntungan preventive maintenance tradisional dengan CBM adalah Pertama, CBM menggunakan sejarah data seperti kinerja pelayanan peralatan dan teknik non intrusive seperti Diagnostik On-Board (OBD) untuk memprediksi kapan dan di mana kesalahan akan terjadi sebelum kegagalan. Hal ini membuat CBM pada proses akan proaktif memberitahu. Kedua, CBM mendeteksi secara akurat keadaan sistem saat ini dan memprediksi kemampuan sistem akan bertahan tanpa kegagalan. kemampuan ini memungkinkan untuk dilakukan prevenive maintenance sehingga menghindari Preventive maintenance yang tidak perlu yang dijadwalkan dengan Interval waktu sewenang-wenang. Terakhir, preventive maintenance dapat dioptimalkan dengan waktu dan mengirimkan sejak kondisi saat ini dengan cara dimonitor dan diberikan batasan kinerja optimal dalam bentuk waktu.

Page 3: Cost Efektif Alat Medis

An alisis data lapangan dilakukan untuk memperoleh Distribusi sistim Weibull, subsistem dan subassemblies. Sebuah model diusulkan untuk menetapkan kriteria CBM. Parameter yang optimal seperti tingkat kepercayaan dan keakuratan alat dan jumlah kegagalan selama melakukan layanan diperoleh dengan memaksimalkan pemanfaatan biaya CBM dibandingkan dengan data layanan lapangan dari hasil pelaksanaan. CBM dalam medicine dispensing products menunjukkan keuntungan biaya yang besar dalam studi kasus. Total 36,2% dari biaya jasa yang diperoleh dimana produk dipasang di delapan dengan pemanfaatan pemeliharaan proaktif dan penghapusan alat berdasarkan waktu preventive maintenance.4

Mengelola peralatan medis juga bisa mengurangi pemeliharaan peralatan kesehatan yang berdampak juga pada biaya perwatan kesehatan, pada penelitian ini menggunakan sekema alternatif yaitu OEM (original Equipment Manufacture) kontrak layanan untuk peralatan medis kesehatan dengan mengkombinasikan teknisi pendukung dari pabrik dan teknisi pemeliharaan sendiri. Pada jurnal ini menunjukkan organisasi Efisien dan efektif dapat mengurangi tingginya biaya pemeliharaan peralatan medis sekaligus meningkatkan kehandalan dan kualitas. Campuran yang tepat dari kegiatan sendiri dan kontrak layanan OEM berhasil sangat baik menggabungkan staf klinis dan efektivitas biaya ketujuan yang sama dari mulai peralatan medis yang tepat standar keselamatannya, kualitas dan kinerja. Bermitra menjadi sebuah metode inovatif untuk mencapai prestasi yang luar biasa, membangun tujuan bersama dan mengukuran keberhasilan, menciptakan terbuka komunikasi.5

Referance:

1. P.K Lynch, “Managing the costs of Medical Equipment Maintenance : what is the best?” Biomedical Instrumentation & Technology, golden nuggets, jurnal ProQuest di unduh november 2013

2. L.S. Rocha dan J.W.M. Bassani, “Activity-based costing for clinical engineering,” Department of Biomedical Engineering, Center for Biomedical Engineering, Universidade Estadual de Campinas, Campinas, Brazil, jurnal IEEE di unduh november 2013

3. L.S. Rocha dan J.W.M. Bassani, “Cost Management of Medical Equipment Maintenance,” Department of Biomedical Engineering, Center for Biomedical Engineering, Universidade Estadual de Campinas, Campinas, Brazil jurnal IEEE di unduh november 2013

4. Qian Zhang,” Case Study of Cost Benefits of Condition Based Maintenance Used in Medical Devices” Carefusion Inc, jurnal IEEE diunduh november 2013

5. De Vivo dan P. Derrico, “Evaluating alternative service contracts for medical equipment” Clinical Engineering Department, IRCCS Casa Sollievo della Sofferenza, S. Giovanni Rotondo (FG), Italy Maquet Italia S.p.A.

6. D. Kuchta dan S. Zabek, “activity based costing for healthcare institution” 8th international confrance on enterprise system,

accounting and logistic, thasson islan, greece. 2011