cracking bayu

Upload: nova-rachmadona

Post on 14-Apr-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Cracking Bayu

    1/10

    A. PERENGKAHAN MINYAK BUMI( CRACKING)

    CRACKING dalam bahasa Indonesia sering juga diterjemahkan sebagai

    perengkahan. Secara garis besar reaksi perengkahan adalah reaksi pemutusan ikatan C-C dari

    suatu senyawa hidrokarbon. Perengkahan dibagi menjadi dua jenis yaitu perengkahan termal

    (Thermal cracking) dan perengakahan katalitik (Catalytic cracking). Perengakahan termal

    pemutusan ikatan C-C dapat berlangsung sebagai akibat kenaikan temperatur yang tinggi,

    sedangkan pada perengkahan katalitik, reaksi pemutusan C-C berlangsung dengan peran serta

    katalis dalam reaksi.

    Sejak 1940 cracking adalah proses penting dalam industri minyak bumi. Proses ini

    digunakan untuk memproduksi gasolin (fraksi bensin dan kerosin) dari minyak berat atau

    crude oil. Proses dapat berlangsung melalui dua mekanisme yaitu mekanisme radikal yang

    dilakukan secara termal (dengan temperatur tinggi) atau secara katalitik.

    Thermal Cracking

    Thermal cracking dilakukan pada temperatur bervariasi dari 455oC hingga 730oC dan

    tekanan bervariasi dari tekanan normal hingga 1000 psig. Mekanisme yang terjadi adalah

    pemutusan ikatan C-C homolitik. Reaksi bersifat ireversibel endotermis . Thermal cracking

    dari molekul parafin umumnya akan menghasilkan rantai dengan ukuran molekul yang lebih

    rendah yang umumnya masuk dalam golongan paranin dan olefin.

    Sebagai contoh:

    R-CH2=CH2-CH2-R R-CH=CH2 ]-CH3-R

    MEKANISME:

    1. Radikal primer mengalami pemutusan pada posisi karbon b1. (b-fission) membentuk molekul etena.

    RCH2CH2 R + CH2=CH2

    2. Radikal primer menyerang molekul parafin membentuk molekul stabil parafin yangbaru dan radikal sekunder

    RCH2CH2 + R-CH2-CH2-CH2-R R-CH2-CH3+ R-CH2-CH2-CH2-R

    3. Dapat terjadi perpindahan posisi hidrogen pada molekul yang sama bila rantaihidrokarbon poanjang dan membentuk rantai paradin memberntuk radikal primer

    yang terdiri dari 5 hingga 6 karbon ( C ).

  • 7/27/2019 Cracking Bayu

    2/10

    4. Radikal sekunder dapat mengalami b-fission membentuk radikal primer dan a-olefinR-CH2-CH2-CHR RCH2+ RCH=CH2

    Perengkahan termal pada umumnya berlangsung pada kondisi temperatur bervariasi dari

    4550C sampai 7300C dan tekanan normal sampai 1000 psig. Pada kondisi reaksi yang sama

    akan terjadi pemutusan ikatan C-C (C-C bond scission), dehidrogenasi, isomerisasi dan

    polimerisasi. Namun demikian, reaksi yang disebutkan pertama tersebut adalah reaksi yang

    utama. Sebagai contoh reaksi:

    R-CH2-CH2-CH2-R R-CH2=CH2 + CH3-R

    Reaksi pemutusan ikatan C-C dari suatu molekul parafin akan menghasilkan molekul lebih

    ringan jenis parafin dan olefin.Olefin juga akan dihasilkan melalui dehidrogenasi reversibel

    dari parafin:

    R-CH2-CH3 R-CH=CH2 + H2

    Reaksi-reaksi tersebut bersifat endotermis.

    Olefin yang terbentuk dari kedua reaksi tersebut di atas dapat mengalami reaksi lebih lanjut:

    Isomerisasi : CH3-CH3-CH=CH2 CH3-CH=CH-CH3

    Dehidrogenasi : CH3-CH3-CH=CH2 CH2=CH2-CH=CH2

    Polimerisasi : 2 CH3-CH3-CH=CH2 CH3-C-CH2-C=CH2

    Isomerisasi dan dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis sedangkan polmerisasi

    merupakan reaksi eksotermis.

    Beberapa hal yang dapat terjadi:

    1. Pada perengkahan termal, naften dengan cincin aromatik tunggal lebih stabil dibandingkan

    parafin dan olefin, meskipun pada temperatur tinggi akan dihasilkan pembukaan cincin.

    2. Dehidrogenasi dapat terjadi membentuk cincin aromatik tak jenuh atau senyawa aromatik.

    3. Polimerisasi menghasilkan olefin atau senyawa dengan berat molekul sangat tinggi

    4. perengkahan lanjutan menghasilkan etena dan propena

    Catalytic Cracking

    Untuk merngurangi kebutuhan energi yang cukup besar serta menghasilkan produk

    dengan selektifitas yang tinggi, digunakan berbagai katalis termasuk dalam proses

    perengkahan. Katalis perengkahan dalam industri minyak bumi umumnya merupakan katalis

    heterogen atau padatan dengan luas permukaan dan keasaman yang tinggi serta stabilitas

    termal yang cukup besar. Luas permukaan katalis yang digunakan dalam proses ini berkisar

  • 7/27/2019 Cracking Bayu

    3/10

    antara 300m2/gram hingga 700 m2/gram. Bahan padatan tersebut antara lain adalah g-

    alumina, Aluminium oksida (Al2O3), Silika alumina, zeolit dan clay. Pada produksi gasolin,

    dilaporkan penggunaan katalis pada perengkahan minyak bumi menghasilkan angka oktan

    yang tinggi. Mekanisme dasarnya adalah pada pembentukan muatan elektrik suatu molekul

    yang disebabkan oleh keasaman padatan katalis.

    Dilakukan menggunakan katalis dengan luas permukaan spesifik yang tinggi (300

    higga 700 m2/g), memiliki sifat asam dan stabil pada temperatur tinggi.

    Mekanisme :

    1. Catalytic Cracking terjadi melalui pembentukan karbokation dari mokekul yangberlanjut pada penyerangan molkeul yang lain:

    Pembentukan karbokation baru dan pemutusan ikatan C-C dari molekul didasarkan pada

    kestabilan hiperkonjugasi yang mungkin dalam molekul

    Karbokation yang terbentuk bersifat sangat reaktif dan dapat menyerang parafin atau naften

    menghasilkan karbokation baru.

    RCH2-CH=CH2 + (CH3)3CH -----> (CH3)3C + RCH2-CH2-CH3

    Senyawa aromatik tersubtitusi alkil dapat bereaksi dalam beberapa mekanisme , salah satunya

    pemutusan rantai

    2. Aromatik tersubstitusi alkil dapat menghasilkan karbokation dan senyawa aromatik

    3. Perpindahan hidrogen (hidrogen shift) dan perpindahan metil (methyl shift) darikarbokation dapat terjadi membentuk produk isomer.

    4. Dapat terjadi siklisasi pada hidrokarbon rantai panjang

  • 7/27/2019 Cracking Bayu

    4/10

    TABEL KARAKTERISTIK PERENGKAHAN KATALITIK

    UMPAN ASAL Proses Produk

    Gas oil . . . . visbreaker Dekomposisi Gasolin

    Gas

    Deasphalted Deasphalter Distilat

    Residu

    Jenis-jenis cracking

    A. THERMAL CRAKCING

    Thermal Cracking Process ( Proses Perengkahan Termal) Proses perengkahan thermal

    (thermal Cracking) adalah suatu proses pemecahan rantai hydrocarbon dari senyawa rantai

    panjang menjadi hydrocarbon dengan rantai yang lebih kecil melalui bantuan panas. Suatu

    proses perengkahan thermal bertujuan untuk mendapatkan fraksi minyak bumi dengan

    boiling range yang lebih rendah dari feed (umpannya). Dalam proses ini dihasilkan: gas,

    gasoline (naphtha), gas oil (diesel), residue atau coke. Feednya dapat berupa gas oil atau

    residue.

    Setelah mengalami pemanasan awal dan ditampung dalam akumulator, proses pemanasan

    selanjutnya dilakukan dalam suatu furnace (dapur) sampai mencapai temperatur

    rengkahnya. Keluar dari furnace, minyak yang sudah pada suhu rengkah tadi dimasukkan

    dalam suatu soaker, yaitu suatu alat berbentuk drum tegak yang berguna untuk

    memperpanjang reaksi perengkahan yang terjadi. Selanjutnya hasil perengkahan

    dimasukkan kedalam suatu menara / kolom pemisah (fractionator) dimana berikutnya akan

    dipisahkan masing-masing fraksi yang dikehendaki. Ada juga bagian yang dikembalikan

    lagi untuk direngkah lebih lanjut yang disebut recycle stock. Selain menghasilkan produk

    BBM (bahan bakar minyak) dan gas, dalam proses perengkahan thermal juga dihasilkan

    cokes. Cokes yang diharapkan hanya terbentuk di dalam chamber (coke drum) dapat pula

    terbentuk di dinding tubes heater/furnace dan transfer line (pipa transfer). Cokes tersebut

    terbentuk sedikit demi sedikit dan pada akhirnya akan terakumulasi. Jika akumulasi sudah

    dianggap mengganggu jalannya operasi, maka unit perengkahan thermal tersebut harusdihentikan untuk proses penghilangan akumulasi cokes atau SAD (Steam Air Decoking).

    Untuk memperkirakan apakah akumulasi cokes sudah berlebihan dan mengganggu operasi

    atau belum biasanya dilihat dari tanda-tanda sbb :

    Penurunan tekanan antara inlet dan outlet furnace sampai tingkat maksimum tertentu.

    Tekanan soaker/reaction chamber yang makin tinggi sampai tingkat maksimum tertentu.

    Temperatur tube metal (tube skin) makin naik.

  • 7/27/2019 Cracking Bayu

    5/10

    Pembersihan akumulasi cokes tersebut disamping secara proses (SAD), dapat juga

    dilakukan secara mekanis menggunakan pompa bertekanan tinggi

    (aquadyne/hammelmann). I. UNIT VISBREAKING Adapun alat utama dari unit ini

    adalah sebagai berikut : 1. FLASH CHAMBER Fungsi utama flash chamber adalah

    memisahkan residue dari recycle untuk menghindari coking dalam heater/furnace. Agar

    residue tidak overcracking, maka dapat dilakukan quenching dari inlet flash chamber agar

    tempeaturnya menjadi kurang lebih 450 degC saja. Kadang-kadang hal ini dihilangkan

    jika sudah dilengkapi dengan sistem washing di top column dari flash chamber, karena

    dianggap cukup membantu mendinginkan bottom temperature. Sistem washing ini

    mempunyai keuntungan antara lain :

    Mencuci atau menahan residue yang akan ikut keatas bersama uap.

    Residue tidak terlalu melekat dengan coke terutama sepanjang dinding chamber.

    Bahan pencuci biasanya adalah sidecut yang dingin dari fractionator. Untuk mengurangi

    residence time dari residue didalam flash chamber, dibuat suatu bentuk leher yang

    memanjang pada bagian bottom dengan menjaga level kurang lebih 50%. Typical bottom

    temperature didalam first stage flash chamber adalah 425 degC dengan overhead

    temperature 390 degC. Sedangkansecond stage flash chamber bottom suhunya 400 degCdan overheadnya 296 degC. 2. REACTION CHAMBER Reaction Chamber membantu

    fungsi furnace agar tidak terlalu besar. Dalam reaction chamber proses perengkahan

    terjadi tanpa harus menambah panasan. Temperatur keluar furnace kira-kira 480 degC dan

    keluar reaction chamber akan turun menjadi kurang lebih 465 degC. Tekanan reaction

    chamber dijaga kurang lebih 16.2 kg/cm2g untuk menjaga agar semua material masih

    dalam fase liquid hingga pembentukan coke minimum. Reaction chamber juga membantu

    berfungsi sebagai surge chamber yang dapat menahan fluktuasi operasi. 3. PROCESS

    VARIABLE Seperti dijelaskan didepan bahwa visbreaker ini menghasilkan light dan

    haeavy fraction. Yang diutamakan sebenarnya bukan light fractionnya tetapi heavy heavy

    fractionnya diinginkan seminimum mungkin tetapi masih memenuhi spec fuel oil.

    Variabel-variabel utamanya adalah :

    Charge stock properties

    Cracking temperature

    Residence time

  • 7/27/2019 Cracking Bayu

    6/10

    Secara umum dapat dikatakan bahwa kenaikan baik temperatur maupun residence time

    maka visbreaking severity akan naik. Kenaikan dari severity of cracking akan menaikkan

    produksi gas dan gasoline dan mengurangi viscosity dari cracked residu. Feed stock

    dengan harga K rendah, hasil gas dan gasoline makin rendah, tetapi makin tinggi viscosity

    residuenya dan makin tinggi BS&W pada cracking temperature dan residence timetertentu. II. DELAYED COKING Proses delayed coking dikembangkan dalam rangka me-

    minimize residue yang dihasilkan dari pengolahan minyak mentah melalui thermal

    cracking yang lebih severe. Jadi pada dasarnya proses delayed coking adalah juga proses

    thermal cracking yang dilakukan pada temperatur yang relatif sangat tinggi. Sebagai feed

    untuk unit ini kebanyakan adalah vacuum residue (short residue) . Pada operasi sebelum

    adanya delayed coking unit, operasi thermal cracking dijaga sedemikian rupa sehingga

    tidak akan terbentuk coke dalam heater/furnace. Namun dengan berkembangnya teknologi

    dan semakin meningkatnya kebutuhan oil product, telah dapat dikembangkan suatu proses

    dimana pada pemanasan residue sampai temeperatur yang tinggi didalam heater/furnace

    tetapi coke tetap tidak terbentuk didalam heater/furnace tubes. Hal ini dilakukan dengan

    memberikan velocity yang tinggi (residence time yang minimum) di dalam heater dan

    menambah drum/chamber di outlet heater untuk tempat terjadinya coking, sehinga proses

    ini kemudian disebut "Delayed coking". Dari segi reaksi kimiawi sebenarnya tidak

    berbeda dengan reaksi didalam proses thermal cracking yang lain, hanya disini sebagai

    salah satu produk akhir adalah carbon (coke). Coke dalam kenyataannya masih

    mengandung sejumlah volatile matter (VM) atau Hydrocarbon (HC) dengan boiling point

    tinggi. Untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan volatile matter didalamnya,

    coke dipanasi lebih lanjut sampai 2000 - 2300 degF didalam suatu tanur/kiln yang berputar

    (Unit Calciner). Telah banyak kilang-kilang didunia yang memiliki unit delayed cokingbaik dengan tujuan untuk memproduksi calcined coke maupun dalam rangka maximizing

    oil products. Produk yang lain seperti unsaturated LPG, naphtha, gas oil kemudian

    diproses lebih lanjut untuk mendapatkan produk akhir yang on-spec. Selanjutnya naphtha

    diolah lebih lanjut di NHDT (Naphtha Hydrotreater), gas oil di proses di Hydrocracker. 1.

    DISKRIPSI PROSES Umpan vacuum residue yang berasal dari bottom vacuum column

    pertama-tama dimasukkan kedalam fractionator pada tray ke 2 sampai ke 4 dari bawah.

    Tujuannya adalah :

    Untuk mendinginkan uap hydrocarbon yang datang dari coke chamber ke fractionator

    untuk mencegah terbentuknya coke didalamnya dan sekaligus untuk mengkondensasikan

    sebagian heavy oil yang akan di-recycle.

    Adanya lighter material didalam vacuum residue feed sudah dapat stripped out.

    Untuk preheating feed.

    Fresh feed yang telah bercampur dengan heavy oil yang condenser di bottom factionatordipompakan kedalam coker heater yang kemudian masuk kedalam salah satu dari dua

  • 7/27/2019 Cracking Bayu

    7/10

    coke chamber (drum). Untuk mengontrol velocity dan mencegah terbentuknya deposit

    coke didalam tube diinjeksikan steam kedalam tube heater. Sejumlah tertentu dari material

    yang tidak menguap dalam fluida yang keluar dari heater akan tinggal didalam coke drum

    dan oleh karena adanya efek temperatur dan residence time akan menyebabkan

    terbentuknya coke. Uap yang keluar dari puncak coke drum akan dialirkan ke bottomfractionator. Dalam uap yang keluar dari coke drum, mengandung steam danhasil cracking

    yang terdiri dari gas, naphtha, gas oil. Uap akan mengalir ke top column melalui quench

    tray, kemudian produk gas oil akan ditarik dari tray diatas feed tray. Sebagaimana dalam

    crude fractionator, dalam delayed coker fractionator juga dilengkapidengan sistem hot dan

    cold reflux dengan maksud selain untuk memperbaiki distilasi juga untuk memanfaatkan

    panas yang didapat dalam column sehingga dapat digunakan untuk preheating dll.

    Akibatnya yang juga merupakan suatu keuntungan, bahwa beban overhead condensor

    akan lebih kecil. Untuk menarik naphtha biasa dilakukan pada 8-10 tray diatas gas oil

    draw-off. 2. OPERASI PENGAMBILAN COKE. Bila coke drum yang in-service (coking)

    telah penuh dengan coke, aliran feed kemudian dipindahkan (switch) ke drum yang telah

    kosong dengan mengoperasikan three way valve (switching valve), sementara itu drum

    yang telah penuh dengan coke diisolate untuk operasi pengambilan/pembongkaran coke.

    Mula-mula dialirkan steam untuk menghilangkan uap hydrocarbons yang masih ada

    didalam drum, kemudian didinginkan dengan mengisi air secara pelan-pelan sesuai dengan

    cooling rate yang dianjurkan agar tidak mengalami shock cooling. Pelaksanaan

    pengambilan/ pembongkaran coke (decoking), dimulai dengan membuka coke chamber,

    kemudian dengan mechanical drill atau hydraulic system yang menggunakan air

    bertekanan tinggi. Dengan sistem mechanical & water jet sedikit demi sedikit coke yang

    mengisi hampir seluruh coke drum akan terpotong masuk kedalam coke pit atau gerobagyang memang telah disediakan untuk selanjutnya diangkut ke storage. 3. SIFAT FISIS

    DAN PENGGUNAAN COKE Kebanyakan coke dihasilkan sebagai bahan yang keras,

    porous, bentuknya tidak teratur dengan ukuran dari 20 inch sampai kecil seperti debu.

    Coke type ini dikenal sebagai sponge coke. Penggunaan dari coke jenis ini adalah untuk :

    Pembuatan electrode untuk digunakan dalam electrical furnace dalam pabrik Titanium

    oxide, baja.

    Pembuatan anode untuk cell electrolytic dipabrik alumina.

    Digunakan sebagai sumber carbon didalam pembuatan elemen phosphor, calcium

    carbide, silica carbide.

    Pembuatan graphite.

    Typical analysis dari Petroleum sponge coke adalah sebagai berikut : Wt % Wt % (Dari

    Delayed Coker) (Setelah Calcining) Air 24 nil Volatile matter 710 2 - 3 Fixed carbon

    8591 95 Kandungan sulfur 0.51.0 12 Kandungan sulfur didalam petroleum coke

  • 7/27/2019 Cracking Bayu

    8/10

    yang dihasilkan adalah bervariasi tergantung pada sulfur yang ada didalam feed stock.

    Biasanya antara 0.3- 1.5 wt % tapi kadang-kadang juga bisa mencapai 6%. Selain sponge

    coke, dikenal pula jenis coke lain yang disebut needle coke. Needle coke dihasilkan dari

    feed stock yang mengandung aromatic yang sangat tinggi. Needle coke ini lebih disenangi

    daripada sponge coke untuk digunakan sebagai electrode karena ia mempunyai electricalresistively dan coeficient thermal expansion yang lebih rendah sehingga tidak mudah

    berubah bentuk dan tidak boros pemakaiannya. 4. OPERASI DELAYED COKER

    Sebagaimana telah disinggung dalam decoking, coke drum diisi dan dikosongkan atas

    dasar suatu time cycle tertentu, sedang fraksinator dioperasikan secara kontinyu untuk

    memproduksi LPG, coker naphtha dan coker gas oil. Paling sedikit harus ada dua coke

    drum, namun ada pula yang lebih seperti di UP II Dumai yang mempunyai empat coke

    drum dengan pembagian : dua diisi / in operation (coking) dan dua yang lain dikosongkan

    (decoking) Typical waktu pengoperasian dari coke drum adalah sbb : Operasi Waktu (jam)

    Pengisian dengan coke 24 Memindah (switch) dan steaming out 03 Pendinginan (cooling

    down) 03 Drain 02 Buka tutup dan decoking 05 Tutup kembali dan test 02 Pemasangan

    kembali 07 Spare time 02 48 Operating variable dalam delayed coker antara lain adalah :

    Temperatur outlet heater

    Tekanan fractionating tower

    Temperatur uap ex coke drum yang masuk fractionator

    Free carbon content dalam feed.

    Semakin tinggi temperatur yang keluar heater akan menaikkan proses cracking dan reaksi

    coking sehingga akan menaikkan pula jumlah gas dan coker naptha yang dihasilkan dan

    sebaliknya produksi coker gas oil yang berkurang. Menaikkan tekanan di fractionator

    mempunyai pengaruh yang sama dengan menaikkan temperatur outlet heater, karena

    dengan kenaikan tekanan di fractionator akan menambah jumlah vapor yang terkondensasi

    termasuk gas oil yang akan dikembalikan sehingga di-recycle bersama feed ke heater.

    Temperatur dari uap hydrocarbon ex coke drum yang semakin tinggi akan menaikkan endpoint dari produk coker gas oil sehingga jumlah gas oil yang direcycle menjadi berkurang

    akibatnya produksi coke akan berkurang pula. Dalam operasi delayed coker secara umum

    dapat dinyatakan bahwa semakin banyak gas oil yang direcycle akan menaikkan cracking

    yang selanjutnya akan menghasilkan gas, coker naphtha, dan coke yang lebih banyak dan

    menurunnya produksi coker gas oil.

    B. CATALYTIC CRACKING

    Metode ini menggunakan katalis asam padat dan menggunakan temperatur yang tinggi

    untuk menghasilkan proses untuk menguraikan molekul hidrokarbon yang besar menjadi

    yang kecil. katalis yang biasa digunakan adalah alumina, silica, zeolit, dan beberapa jenis

    lainnya seperti clay. selama proses ini, kereaktifan berkurang, oleh karena itu lebih stabil

  • 7/27/2019 Cracking Bayu

    9/10

    dan kation sementara dapat bertahan lebih lama, lalu terakumulasi pada sisi aktif katalis

    yang menyebabkan penumpukan produk karbon yang lebih dikenal dengan kokas.

    beberapa tumpukan perlu dipindahkan yang biasanya dilakukan dengan pembakaran yang

    bertujuan untuk meregenarasi katalis

    Perengkahan adalah reaksi pemecahan senyawa hidrokarbon molekul besar pada

    temperatur tinggi menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Hidrokarbon akan

    merengkah jika dipanaskan jika temperaturnya melebihi 350-400 oC dengan atau tanpa

    bantuan katalis. Parafin adalah hidrokarbon yang paling mudah merengkah, disusul

    dengan senyawa-senyawa naftena. Sedangkan senyawa aromatik sangat sukar merengkah.

    Proses perengkahan yang terjadi hanya karena pemanasan dinamakan perengkahan termal

    (thermal cracking). Sedangkan proses perengkahan yang terjadi dengan bantuan katalis

    disebut perengkahan katalitik (catalytic cracking).

    Pada tahun 1855, metode perengkahan petroleum ditemukan oleh prof. Benjamin silliman

    dari Univesitas Yale. Metode thermal cracking pertama kali ditemukan oleh vladimir

    Shukov pada tanggal 27 November 1891. Perengkahan secara katalitik didasarkan pada

    proses yang diperkenalkan oleh Alex Golden Oblad sekitar tahun 1936. Pada geologi

    minyak bumi dan kimiawi, perengkahan adalah proses dimana molekul organik komplekx

    terkonversi menjadi molekul sederhana (contoh : hidrokarbon ringan) dengan cara

    pemutusan ikatan rangkap C=C pada awalnya. Laju perengkahan dan produk akhir sangat

    dipengaruhi oleh temperatur dan keberadaan katalis. Dalam proses perengkahan

    penyulingan minyak digunakan produksi produk ringan ( seperti LPG dan bensin ) dari

    fraksi distilasi minyak murni yang lebih berat dan residu seperti gas oil. Perengkahan

    katalitik fluida (fluid catalytic cracking, FCC) memproduksi hasil yang tinggi dari bensindan LPG. Sekarang ini thermal cracking banyak digunakan untuk mengupgrade fraksi

    yang sangat berat atau untuk memproduksi fraksi berat atau distilasi, bahan bakar dan

    kokas petroleum. dua hal yang penting dari thermal cracking dalam hal range produk

    diwakili oleh proses temperatur tinggi yang disebut steam cracking atau pirolisis ( 750-900

    C, bahkan lebih) yang mena memproduksi etilen berharga dan umpan lainnya untuk

    industri petrokimia dan temperatur lunak meperlambat pembuatan kokas. Metode

    Catalytoc Cracking ini menggunakan katalis asam padat dan menggunakan temperatur

    yang tinggi untuk menghasilkan proses untuk menguraikan molekul hidrokarbon yang

    besar menjadi yang kecil. katalis yang biasa digunakan adalah alumina, silica, zeolit, danbeberapa jenis lainnya seperti clay. selama proses ini, kereaktifan berkurang, oleh karena

    itu lebih stabil dan kation sementara dapat bertahan lebih lama, lalu terakumulasi pada sisi

    aktif katalis yang menyebabkan penumpukan produk karbon yang lebih dikenal dengan

    kokas.

    C. HYDROCRACKING

    hydrocracking adalah suatu katalis yang berjalan karena adanya kenaikan tekanan parsial

    hidrogen. produk dari hasil proses ini digunakan adalah uap jenuh hidrokarbon, tergantung

    dari kondisi reaksi (suhu, tekanan, aktifitas katalis) produk tersebut dari etana, LPG,

    sampai hidrokarbon yang lebih berat yang sebagian besar mengandung isoparafin.

  • 7/27/2019 Cracking Bayu

    10/10

    hydrocracking adalah suatu proses yang berjalan akibat penambahan katalis yang

    mempunyai dua fungsi yaitu yang dapat menyusun ulang dan memecah rantai hidrokarbon

    sebaik penambahan karbon pada senyawa aromatik dan olefin untuk memproduksi naphta

    dan alkana

    produk utama dari hydrocracking adalah bahan bakar jet, diesel, bensin, dengan bilanganoktan yang cukup tinggi dan LPG. semua produk ini mempunyai kandungan sulfur dan

    kontaminan yang rendah. pada umumnya banyak terdapat di india, karena tingkat

    permintaan untuk diesel dan bensin cukup tinggi.