cracking bayu
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 Cracking Bayu
1/10
A. PERENGKAHAN MINYAK BUMI( CRACKING)
CRACKING dalam bahasa Indonesia sering juga diterjemahkan sebagai
perengkahan. Secara garis besar reaksi perengkahan adalah reaksi pemutusan ikatan C-C dari
suatu senyawa hidrokarbon. Perengkahan dibagi menjadi dua jenis yaitu perengkahan termal
(Thermal cracking) dan perengakahan katalitik (Catalytic cracking). Perengakahan termal
pemutusan ikatan C-C dapat berlangsung sebagai akibat kenaikan temperatur yang tinggi,
sedangkan pada perengkahan katalitik, reaksi pemutusan C-C berlangsung dengan peran serta
katalis dalam reaksi.
Sejak 1940 cracking adalah proses penting dalam industri minyak bumi. Proses ini
digunakan untuk memproduksi gasolin (fraksi bensin dan kerosin) dari minyak berat atau
crude oil. Proses dapat berlangsung melalui dua mekanisme yaitu mekanisme radikal yang
dilakukan secara termal (dengan temperatur tinggi) atau secara katalitik.
Thermal Cracking
Thermal cracking dilakukan pada temperatur bervariasi dari 455oC hingga 730oC dan
tekanan bervariasi dari tekanan normal hingga 1000 psig. Mekanisme yang terjadi adalah
pemutusan ikatan C-C homolitik. Reaksi bersifat ireversibel endotermis . Thermal cracking
dari molekul parafin umumnya akan menghasilkan rantai dengan ukuran molekul yang lebih
rendah yang umumnya masuk dalam golongan paranin dan olefin.
Sebagai contoh:
R-CH2=CH2-CH2-R R-CH=CH2 ]-CH3-R
MEKANISME:
1. Radikal primer mengalami pemutusan pada posisi karbon b1. (b-fission) membentuk molekul etena.
RCH2CH2 R + CH2=CH2
2. Radikal primer menyerang molekul parafin membentuk molekul stabil parafin yangbaru dan radikal sekunder
RCH2CH2 + R-CH2-CH2-CH2-R R-CH2-CH3+ R-CH2-CH2-CH2-R
3. Dapat terjadi perpindahan posisi hidrogen pada molekul yang sama bila rantaihidrokarbon poanjang dan membentuk rantai paradin memberntuk radikal primer
yang terdiri dari 5 hingga 6 karbon ( C ).
-
7/27/2019 Cracking Bayu
2/10
4. Radikal sekunder dapat mengalami b-fission membentuk radikal primer dan a-olefinR-CH2-CH2-CHR RCH2+ RCH=CH2
Perengkahan termal pada umumnya berlangsung pada kondisi temperatur bervariasi dari
4550C sampai 7300C dan tekanan normal sampai 1000 psig. Pada kondisi reaksi yang sama
akan terjadi pemutusan ikatan C-C (C-C bond scission), dehidrogenasi, isomerisasi dan
polimerisasi. Namun demikian, reaksi yang disebutkan pertama tersebut adalah reaksi yang
utama. Sebagai contoh reaksi:
R-CH2-CH2-CH2-R R-CH2=CH2 + CH3-R
Reaksi pemutusan ikatan C-C dari suatu molekul parafin akan menghasilkan molekul lebih
ringan jenis parafin dan olefin.Olefin juga akan dihasilkan melalui dehidrogenasi reversibel
dari parafin:
R-CH2-CH3 R-CH=CH2 + H2
Reaksi-reaksi tersebut bersifat endotermis.
Olefin yang terbentuk dari kedua reaksi tersebut di atas dapat mengalami reaksi lebih lanjut:
Isomerisasi : CH3-CH3-CH=CH2 CH3-CH=CH-CH3
Dehidrogenasi : CH3-CH3-CH=CH2 CH2=CH2-CH=CH2
Polimerisasi : 2 CH3-CH3-CH=CH2 CH3-C-CH2-C=CH2
Isomerisasi dan dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis sedangkan polmerisasi
merupakan reaksi eksotermis.
Beberapa hal yang dapat terjadi:
1. Pada perengkahan termal, naften dengan cincin aromatik tunggal lebih stabil dibandingkan
parafin dan olefin, meskipun pada temperatur tinggi akan dihasilkan pembukaan cincin.
2. Dehidrogenasi dapat terjadi membentuk cincin aromatik tak jenuh atau senyawa aromatik.
3. Polimerisasi menghasilkan olefin atau senyawa dengan berat molekul sangat tinggi
4. perengkahan lanjutan menghasilkan etena dan propena
Catalytic Cracking
Untuk merngurangi kebutuhan energi yang cukup besar serta menghasilkan produk
dengan selektifitas yang tinggi, digunakan berbagai katalis termasuk dalam proses
perengkahan. Katalis perengkahan dalam industri minyak bumi umumnya merupakan katalis
heterogen atau padatan dengan luas permukaan dan keasaman yang tinggi serta stabilitas
termal yang cukup besar. Luas permukaan katalis yang digunakan dalam proses ini berkisar
-
7/27/2019 Cracking Bayu
3/10
antara 300m2/gram hingga 700 m2/gram. Bahan padatan tersebut antara lain adalah g-
alumina, Aluminium oksida (Al2O3), Silika alumina, zeolit dan clay. Pada produksi gasolin,
dilaporkan penggunaan katalis pada perengkahan minyak bumi menghasilkan angka oktan
yang tinggi. Mekanisme dasarnya adalah pada pembentukan muatan elektrik suatu molekul
yang disebabkan oleh keasaman padatan katalis.
Dilakukan menggunakan katalis dengan luas permukaan spesifik yang tinggi (300
higga 700 m2/g), memiliki sifat asam dan stabil pada temperatur tinggi.
Mekanisme :
1. Catalytic Cracking terjadi melalui pembentukan karbokation dari mokekul yangberlanjut pada penyerangan molkeul yang lain:
Pembentukan karbokation baru dan pemutusan ikatan C-C dari molekul didasarkan pada
kestabilan hiperkonjugasi yang mungkin dalam molekul
Karbokation yang terbentuk bersifat sangat reaktif dan dapat menyerang parafin atau naften
menghasilkan karbokation baru.
RCH2-CH=CH2 + (CH3)3CH -----> (CH3)3C + RCH2-CH2-CH3
Senyawa aromatik tersubtitusi alkil dapat bereaksi dalam beberapa mekanisme , salah satunya
pemutusan rantai
2. Aromatik tersubstitusi alkil dapat menghasilkan karbokation dan senyawa aromatik
3. Perpindahan hidrogen (hidrogen shift) dan perpindahan metil (methyl shift) darikarbokation dapat terjadi membentuk produk isomer.
4. Dapat terjadi siklisasi pada hidrokarbon rantai panjang
-
7/27/2019 Cracking Bayu
4/10
TABEL KARAKTERISTIK PERENGKAHAN KATALITIK
UMPAN ASAL Proses Produk
Gas oil . . . . visbreaker Dekomposisi Gasolin
Gas
Deasphalted Deasphalter Distilat
Residu
Jenis-jenis cracking
A. THERMAL CRAKCING
Thermal Cracking Process ( Proses Perengkahan Termal) Proses perengkahan thermal
(thermal Cracking) adalah suatu proses pemecahan rantai hydrocarbon dari senyawa rantai
panjang menjadi hydrocarbon dengan rantai yang lebih kecil melalui bantuan panas. Suatu
proses perengkahan thermal bertujuan untuk mendapatkan fraksi minyak bumi dengan
boiling range yang lebih rendah dari feed (umpannya). Dalam proses ini dihasilkan: gas,
gasoline (naphtha), gas oil (diesel), residue atau coke. Feednya dapat berupa gas oil atau
residue.
Setelah mengalami pemanasan awal dan ditampung dalam akumulator, proses pemanasan
selanjutnya dilakukan dalam suatu furnace (dapur) sampai mencapai temperatur
rengkahnya. Keluar dari furnace, minyak yang sudah pada suhu rengkah tadi dimasukkan
dalam suatu soaker, yaitu suatu alat berbentuk drum tegak yang berguna untuk
memperpanjang reaksi perengkahan yang terjadi. Selanjutnya hasil perengkahan
dimasukkan kedalam suatu menara / kolom pemisah (fractionator) dimana berikutnya akan
dipisahkan masing-masing fraksi yang dikehendaki. Ada juga bagian yang dikembalikan
lagi untuk direngkah lebih lanjut yang disebut recycle stock. Selain menghasilkan produk
BBM (bahan bakar minyak) dan gas, dalam proses perengkahan thermal juga dihasilkan
cokes. Cokes yang diharapkan hanya terbentuk di dalam chamber (coke drum) dapat pula
terbentuk di dinding tubes heater/furnace dan transfer line (pipa transfer). Cokes tersebut
terbentuk sedikit demi sedikit dan pada akhirnya akan terakumulasi. Jika akumulasi sudah
dianggap mengganggu jalannya operasi, maka unit perengkahan thermal tersebut harusdihentikan untuk proses penghilangan akumulasi cokes atau SAD (Steam Air Decoking).
Untuk memperkirakan apakah akumulasi cokes sudah berlebihan dan mengganggu operasi
atau belum biasanya dilihat dari tanda-tanda sbb :
Penurunan tekanan antara inlet dan outlet furnace sampai tingkat maksimum tertentu.
Tekanan soaker/reaction chamber yang makin tinggi sampai tingkat maksimum tertentu.
Temperatur tube metal (tube skin) makin naik.
-
7/27/2019 Cracking Bayu
5/10
Pembersihan akumulasi cokes tersebut disamping secara proses (SAD), dapat juga
dilakukan secara mekanis menggunakan pompa bertekanan tinggi
(aquadyne/hammelmann). I. UNIT VISBREAKING Adapun alat utama dari unit ini
adalah sebagai berikut : 1. FLASH CHAMBER Fungsi utama flash chamber adalah
memisahkan residue dari recycle untuk menghindari coking dalam heater/furnace. Agar
residue tidak overcracking, maka dapat dilakukan quenching dari inlet flash chamber agar
tempeaturnya menjadi kurang lebih 450 degC saja. Kadang-kadang hal ini dihilangkan
jika sudah dilengkapi dengan sistem washing di top column dari flash chamber, karena
dianggap cukup membantu mendinginkan bottom temperature. Sistem washing ini
mempunyai keuntungan antara lain :
Mencuci atau menahan residue yang akan ikut keatas bersama uap.
Residue tidak terlalu melekat dengan coke terutama sepanjang dinding chamber.
Bahan pencuci biasanya adalah sidecut yang dingin dari fractionator. Untuk mengurangi
residence time dari residue didalam flash chamber, dibuat suatu bentuk leher yang
memanjang pada bagian bottom dengan menjaga level kurang lebih 50%. Typical bottom
temperature didalam first stage flash chamber adalah 425 degC dengan overhead
temperature 390 degC. Sedangkansecond stage flash chamber bottom suhunya 400 degCdan overheadnya 296 degC. 2. REACTION CHAMBER Reaction Chamber membantu
fungsi furnace agar tidak terlalu besar. Dalam reaction chamber proses perengkahan
terjadi tanpa harus menambah panasan. Temperatur keluar furnace kira-kira 480 degC dan
keluar reaction chamber akan turun menjadi kurang lebih 465 degC. Tekanan reaction
chamber dijaga kurang lebih 16.2 kg/cm2g untuk menjaga agar semua material masih
dalam fase liquid hingga pembentukan coke minimum. Reaction chamber juga membantu
berfungsi sebagai surge chamber yang dapat menahan fluktuasi operasi. 3. PROCESS
VARIABLE Seperti dijelaskan didepan bahwa visbreaker ini menghasilkan light dan
haeavy fraction. Yang diutamakan sebenarnya bukan light fractionnya tetapi heavy heavy
fractionnya diinginkan seminimum mungkin tetapi masih memenuhi spec fuel oil.
Variabel-variabel utamanya adalah :
Charge stock properties
Cracking temperature
Residence time
-
7/27/2019 Cracking Bayu
6/10
Secara umum dapat dikatakan bahwa kenaikan baik temperatur maupun residence time
maka visbreaking severity akan naik. Kenaikan dari severity of cracking akan menaikkan
produksi gas dan gasoline dan mengurangi viscosity dari cracked residu. Feed stock
dengan harga K rendah, hasil gas dan gasoline makin rendah, tetapi makin tinggi viscosity
residuenya dan makin tinggi BS&W pada cracking temperature dan residence timetertentu. II. DELAYED COKING Proses delayed coking dikembangkan dalam rangka me-
minimize residue yang dihasilkan dari pengolahan minyak mentah melalui thermal
cracking yang lebih severe. Jadi pada dasarnya proses delayed coking adalah juga proses
thermal cracking yang dilakukan pada temperatur yang relatif sangat tinggi. Sebagai feed
untuk unit ini kebanyakan adalah vacuum residue (short residue) . Pada operasi sebelum
adanya delayed coking unit, operasi thermal cracking dijaga sedemikian rupa sehingga
tidak akan terbentuk coke dalam heater/furnace. Namun dengan berkembangnya teknologi
dan semakin meningkatnya kebutuhan oil product, telah dapat dikembangkan suatu proses
dimana pada pemanasan residue sampai temeperatur yang tinggi didalam heater/furnace
tetapi coke tetap tidak terbentuk didalam heater/furnace tubes. Hal ini dilakukan dengan
memberikan velocity yang tinggi (residence time yang minimum) di dalam heater dan
menambah drum/chamber di outlet heater untuk tempat terjadinya coking, sehinga proses
ini kemudian disebut "Delayed coking". Dari segi reaksi kimiawi sebenarnya tidak
berbeda dengan reaksi didalam proses thermal cracking yang lain, hanya disini sebagai
salah satu produk akhir adalah carbon (coke). Coke dalam kenyataannya masih
mengandung sejumlah volatile matter (VM) atau Hydrocarbon (HC) dengan boiling point
tinggi. Untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan volatile matter didalamnya,
coke dipanasi lebih lanjut sampai 2000 - 2300 degF didalam suatu tanur/kiln yang berputar
(Unit Calciner). Telah banyak kilang-kilang didunia yang memiliki unit delayed cokingbaik dengan tujuan untuk memproduksi calcined coke maupun dalam rangka maximizing
oil products. Produk yang lain seperti unsaturated LPG, naphtha, gas oil kemudian
diproses lebih lanjut untuk mendapatkan produk akhir yang on-spec. Selanjutnya naphtha
diolah lebih lanjut di NHDT (Naphtha Hydrotreater), gas oil di proses di Hydrocracker. 1.
DISKRIPSI PROSES Umpan vacuum residue yang berasal dari bottom vacuum column
pertama-tama dimasukkan kedalam fractionator pada tray ke 2 sampai ke 4 dari bawah.
Tujuannya adalah :
Untuk mendinginkan uap hydrocarbon yang datang dari coke chamber ke fractionator
untuk mencegah terbentuknya coke didalamnya dan sekaligus untuk mengkondensasikan
sebagian heavy oil yang akan di-recycle.
Adanya lighter material didalam vacuum residue feed sudah dapat stripped out.
Untuk preheating feed.
Fresh feed yang telah bercampur dengan heavy oil yang condenser di bottom factionatordipompakan kedalam coker heater yang kemudian masuk kedalam salah satu dari dua
-
7/27/2019 Cracking Bayu
7/10
coke chamber (drum). Untuk mengontrol velocity dan mencegah terbentuknya deposit
coke didalam tube diinjeksikan steam kedalam tube heater. Sejumlah tertentu dari material
yang tidak menguap dalam fluida yang keluar dari heater akan tinggal didalam coke drum
dan oleh karena adanya efek temperatur dan residence time akan menyebabkan
terbentuknya coke. Uap yang keluar dari puncak coke drum akan dialirkan ke bottomfractionator. Dalam uap yang keluar dari coke drum, mengandung steam danhasil cracking
yang terdiri dari gas, naphtha, gas oil. Uap akan mengalir ke top column melalui quench
tray, kemudian produk gas oil akan ditarik dari tray diatas feed tray. Sebagaimana dalam
crude fractionator, dalam delayed coker fractionator juga dilengkapidengan sistem hot dan
cold reflux dengan maksud selain untuk memperbaiki distilasi juga untuk memanfaatkan
panas yang didapat dalam column sehingga dapat digunakan untuk preheating dll.
Akibatnya yang juga merupakan suatu keuntungan, bahwa beban overhead condensor
akan lebih kecil. Untuk menarik naphtha biasa dilakukan pada 8-10 tray diatas gas oil
draw-off. 2. OPERASI PENGAMBILAN COKE. Bila coke drum yang in-service (coking)
telah penuh dengan coke, aliran feed kemudian dipindahkan (switch) ke drum yang telah
kosong dengan mengoperasikan three way valve (switching valve), sementara itu drum
yang telah penuh dengan coke diisolate untuk operasi pengambilan/pembongkaran coke.
Mula-mula dialirkan steam untuk menghilangkan uap hydrocarbons yang masih ada
didalam drum, kemudian didinginkan dengan mengisi air secara pelan-pelan sesuai dengan
cooling rate yang dianjurkan agar tidak mengalami shock cooling. Pelaksanaan
pengambilan/ pembongkaran coke (decoking), dimulai dengan membuka coke chamber,
kemudian dengan mechanical drill atau hydraulic system yang menggunakan air
bertekanan tinggi. Dengan sistem mechanical & water jet sedikit demi sedikit coke yang
mengisi hampir seluruh coke drum akan terpotong masuk kedalam coke pit atau gerobagyang memang telah disediakan untuk selanjutnya diangkut ke storage. 3. SIFAT FISIS
DAN PENGGUNAAN COKE Kebanyakan coke dihasilkan sebagai bahan yang keras,
porous, bentuknya tidak teratur dengan ukuran dari 20 inch sampai kecil seperti debu.
Coke type ini dikenal sebagai sponge coke. Penggunaan dari coke jenis ini adalah untuk :
Pembuatan electrode untuk digunakan dalam electrical furnace dalam pabrik Titanium
oxide, baja.
Pembuatan anode untuk cell electrolytic dipabrik alumina.
Digunakan sebagai sumber carbon didalam pembuatan elemen phosphor, calcium
carbide, silica carbide.
Pembuatan graphite.
Typical analysis dari Petroleum sponge coke adalah sebagai berikut : Wt % Wt % (Dari
Delayed Coker) (Setelah Calcining) Air 24 nil Volatile matter 710 2 - 3 Fixed carbon
8591 95 Kandungan sulfur 0.51.0 12 Kandungan sulfur didalam petroleum coke
-
7/27/2019 Cracking Bayu
8/10
yang dihasilkan adalah bervariasi tergantung pada sulfur yang ada didalam feed stock.
Biasanya antara 0.3- 1.5 wt % tapi kadang-kadang juga bisa mencapai 6%. Selain sponge
coke, dikenal pula jenis coke lain yang disebut needle coke. Needle coke dihasilkan dari
feed stock yang mengandung aromatic yang sangat tinggi. Needle coke ini lebih disenangi
daripada sponge coke untuk digunakan sebagai electrode karena ia mempunyai electricalresistively dan coeficient thermal expansion yang lebih rendah sehingga tidak mudah
berubah bentuk dan tidak boros pemakaiannya. 4. OPERASI DELAYED COKER
Sebagaimana telah disinggung dalam decoking, coke drum diisi dan dikosongkan atas
dasar suatu time cycle tertentu, sedang fraksinator dioperasikan secara kontinyu untuk
memproduksi LPG, coker naphtha dan coker gas oil. Paling sedikit harus ada dua coke
drum, namun ada pula yang lebih seperti di UP II Dumai yang mempunyai empat coke
drum dengan pembagian : dua diisi / in operation (coking) dan dua yang lain dikosongkan
(decoking) Typical waktu pengoperasian dari coke drum adalah sbb : Operasi Waktu (jam)
Pengisian dengan coke 24 Memindah (switch) dan steaming out 03 Pendinginan (cooling
down) 03 Drain 02 Buka tutup dan decoking 05 Tutup kembali dan test 02 Pemasangan
kembali 07 Spare time 02 48 Operating variable dalam delayed coker antara lain adalah :
Temperatur outlet heater
Tekanan fractionating tower
Temperatur uap ex coke drum yang masuk fractionator
Free carbon content dalam feed.
Semakin tinggi temperatur yang keluar heater akan menaikkan proses cracking dan reaksi
coking sehingga akan menaikkan pula jumlah gas dan coker naptha yang dihasilkan dan
sebaliknya produksi coker gas oil yang berkurang. Menaikkan tekanan di fractionator
mempunyai pengaruh yang sama dengan menaikkan temperatur outlet heater, karena
dengan kenaikan tekanan di fractionator akan menambah jumlah vapor yang terkondensasi
termasuk gas oil yang akan dikembalikan sehingga di-recycle bersama feed ke heater.
Temperatur dari uap hydrocarbon ex coke drum yang semakin tinggi akan menaikkan endpoint dari produk coker gas oil sehingga jumlah gas oil yang direcycle menjadi berkurang
akibatnya produksi coke akan berkurang pula. Dalam operasi delayed coker secara umum
dapat dinyatakan bahwa semakin banyak gas oil yang direcycle akan menaikkan cracking
yang selanjutnya akan menghasilkan gas, coker naphtha, dan coke yang lebih banyak dan
menurunnya produksi coker gas oil.
B. CATALYTIC CRACKING
Metode ini menggunakan katalis asam padat dan menggunakan temperatur yang tinggi
untuk menghasilkan proses untuk menguraikan molekul hidrokarbon yang besar menjadi
yang kecil. katalis yang biasa digunakan adalah alumina, silica, zeolit, dan beberapa jenis
lainnya seperti clay. selama proses ini, kereaktifan berkurang, oleh karena itu lebih stabil
-
7/27/2019 Cracking Bayu
9/10
dan kation sementara dapat bertahan lebih lama, lalu terakumulasi pada sisi aktif katalis
yang menyebabkan penumpukan produk karbon yang lebih dikenal dengan kokas.
beberapa tumpukan perlu dipindahkan yang biasanya dilakukan dengan pembakaran yang
bertujuan untuk meregenarasi katalis
Perengkahan adalah reaksi pemecahan senyawa hidrokarbon molekul besar pada
temperatur tinggi menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Hidrokarbon akan
merengkah jika dipanaskan jika temperaturnya melebihi 350-400 oC dengan atau tanpa
bantuan katalis. Parafin adalah hidrokarbon yang paling mudah merengkah, disusul
dengan senyawa-senyawa naftena. Sedangkan senyawa aromatik sangat sukar merengkah.
Proses perengkahan yang terjadi hanya karena pemanasan dinamakan perengkahan termal
(thermal cracking). Sedangkan proses perengkahan yang terjadi dengan bantuan katalis
disebut perengkahan katalitik (catalytic cracking).
Pada tahun 1855, metode perengkahan petroleum ditemukan oleh prof. Benjamin silliman
dari Univesitas Yale. Metode thermal cracking pertama kali ditemukan oleh vladimir
Shukov pada tanggal 27 November 1891. Perengkahan secara katalitik didasarkan pada
proses yang diperkenalkan oleh Alex Golden Oblad sekitar tahun 1936. Pada geologi
minyak bumi dan kimiawi, perengkahan adalah proses dimana molekul organik komplekx
terkonversi menjadi molekul sederhana (contoh : hidrokarbon ringan) dengan cara
pemutusan ikatan rangkap C=C pada awalnya. Laju perengkahan dan produk akhir sangat
dipengaruhi oleh temperatur dan keberadaan katalis. Dalam proses perengkahan
penyulingan minyak digunakan produksi produk ringan ( seperti LPG dan bensin ) dari
fraksi distilasi minyak murni yang lebih berat dan residu seperti gas oil. Perengkahan
katalitik fluida (fluid catalytic cracking, FCC) memproduksi hasil yang tinggi dari bensindan LPG. Sekarang ini thermal cracking banyak digunakan untuk mengupgrade fraksi
yang sangat berat atau untuk memproduksi fraksi berat atau distilasi, bahan bakar dan
kokas petroleum. dua hal yang penting dari thermal cracking dalam hal range produk
diwakili oleh proses temperatur tinggi yang disebut steam cracking atau pirolisis ( 750-900
C, bahkan lebih) yang mena memproduksi etilen berharga dan umpan lainnya untuk
industri petrokimia dan temperatur lunak meperlambat pembuatan kokas. Metode
Catalytoc Cracking ini menggunakan katalis asam padat dan menggunakan temperatur
yang tinggi untuk menghasilkan proses untuk menguraikan molekul hidrokarbon yang
besar menjadi yang kecil. katalis yang biasa digunakan adalah alumina, silica, zeolit, danbeberapa jenis lainnya seperti clay. selama proses ini, kereaktifan berkurang, oleh karena
itu lebih stabil dan kation sementara dapat bertahan lebih lama, lalu terakumulasi pada sisi
aktif katalis yang menyebabkan penumpukan produk karbon yang lebih dikenal dengan
kokas.
C. HYDROCRACKING
hydrocracking adalah suatu katalis yang berjalan karena adanya kenaikan tekanan parsial
hidrogen. produk dari hasil proses ini digunakan adalah uap jenuh hidrokarbon, tergantung
dari kondisi reaksi (suhu, tekanan, aktifitas katalis) produk tersebut dari etana, LPG,
sampai hidrokarbon yang lebih berat yang sebagian besar mengandung isoparafin.
-
7/27/2019 Cracking Bayu
10/10
hydrocracking adalah suatu proses yang berjalan akibat penambahan katalis yang
mempunyai dua fungsi yaitu yang dapat menyusun ulang dan memecah rantai hidrokarbon
sebaik penambahan karbon pada senyawa aromatik dan olefin untuk memproduksi naphta
dan alkana
produk utama dari hydrocracking adalah bahan bakar jet, diesel, bensin, dengan bilanganoktan yang cukup tinggi dan LPG. semua produk ini mempunyai kandungan sulfur dan
kontaminan yang rendah. pada umumnya banyak terdapat di india, karena tingkat
permintaan untuk diesel dan bensin cukup tinggi.