cssd
TRANSCRIPT
A. Central Sterile Supply Department (CSSD).
Central Sterilezed Supply Department adalah departemen dalam rumah sakit yang
menyediakan bahan/ sediaan dan alat-alat steril secara profesional kepada semua
departemen terspesialisasi. Departemen ini khusus melayani ruang perawatan, klinik,
laboratorium khusus seperti cardiac catherization laboratory (laboratorium katerisasi
jantung) dan ruang operasi. Instalasi pusat sterilisasi juga merupakan unit pelayanan
non structural yang berfungsi memberikan pelayanan sterilisasi yang sesuai dengan
standar/ pedoman dan memenuhi kebutuhan barang steril di rumah sakit (Depkes,
2009).
1. Tujuan pelayanan CSSD adalah:
a. Menyediakan kebutuhan rumah sakit, sediaan atau peralatan kamar operasi dan
unit yang membutuhkan peralatan steril.
b. Menyelengarakan proses dekontaminasi dan sterilisasi peralatan di rumah sakit
dan menjamin bahwa seluruh alat atau barang dengan tingkat sterilisasi yang
sama sesuai standar yang telah ditetapkan.
c. Menyelenggarakan standarisasi dalam proses dekontaminasi, pengemasan atau
pengepakan sampai dengan sterilisasi.
d. Memelihara dan melakukan inventarisasi persediaan peralatan yang ada serta
peralatan di unit kerja CSSD secara akurat.
e. Memelihara efektivitas secara akurat terhadap berbagai proses pembersihan,
desinfeksi dan sterilisasi.
f. Memberikan kontribusi dalam mengembangkan pelayanan mutu di rumah sakit
yang terkait dengan pengendalian infeksi.
2. Ruangan pusat sterilisasi dibagi atas 5 ruangan yaitu:
a. Ruang dekontaminasi
Tempat terjadinya proses penerimaan barang atau alat-alat kotor,
dekontaminasi atau pembersihan. Dekontaminasi adalah proses untuk
mengurangi jumlah pencemaran mikroorganisme atau substansi lain yang
berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut.
b. Ruang pengemasan alat
Tempat dilakukannya pengemasan alat dan dilakukan pengecekan alat untuk
lebih mengetahui kelengkapan serta kondisi alat tersebut.
c. Ruang proses linen
Tempat dilakukannya pemeriksaan linen, yang dikemas untuk persiapan
sterilisasi.
d. Ruang sterilisasi
Tempat dilakukannya proses sterilisasi alat atau bahan dengan menggunakan
autoklaf, oven dan sinar UV.
e. Ruang penyimpanan sterilisasi
Tempat penyimpanan semua alat atau bahan yang telah melalui proses
sterilisasi untuk kemudian siap didistribusikan ke ruangan yang memerlukan.
3. Jenis-jenis indikator yang digunakan pada proses sterilisasi di ruang CSSD yaitu:
a. Indikator biologi, berupa bakteri Bacillus sterothermophyllus, proses kerjanya
indikator tersebut dimasukkan ke dalam autoclave, dipanaskan sesuai pada
waktu melakukan sterilisasi, setelah itu di lihat adanya perubahan warna, jika
bakteri dan media berwarna hitam, maka bakteri tersebut mati artinya alat
sudah disterikan dengan baik.
b. Indikator kimia yang berbentuk selotif bergaris, terdiri dari indikator internal
dan indikator eksternal. Indikator internal digunakan untuk mengevaluasi
produk yang telah disterilkan, tetapi belum masuk ke tahap pengemasan,
perubahan warna yang terjadi pada indikator ini adalah dari warna coklat
menjadi hitam, sedangkan indikator eksternal untuk produk yang telah
dikemas, perubahan warna yang terjadi adalah dari putih menjadi coklat.
c. Indikator fisika/ mekanik berupa tombol dan monitor yang berada pada alat
sterilisasi.
4. Sterilisasi
Sterilisasi yaitu suatu proses membunuh segala bentuk kehidupan
mikroorganisme yang ada dalam sample/ contoh, alat-alat atau lingkungan
tertentu. Teknik sterilisasi antara lain dapat dilakukan dengan cara fisik, yang
diantaranya meliputi metode pemanasan dengan uap air dengan pengaruh tekanan
dan metode pemanasan secara kering.
a. Metode pemanasan dengan uap air dan pengaruh tekanan
Benda yang akan disterilkan diletakkan di atas lempengan saringan dan
tidak langsung mengenai air di bawahnya. Pemanasan dilakukan hingga air
mendidih (diperkirakan pada suhu 100°C), pada tekanan 15 lb temperatur
mencapai 121°C. Organisme yang tidak berspora dapat dimatikan dalam
tempo 10 menit saja. Banyak jenis spora hanya dapat mati dengan pemanasan
100°C selama 30 menit tetapi ada beberapa jenis spora dapat bertahan pada
temperatur ini selama beberapa jam. Spora-spora yang dapat bertahan selama
10 jam pada temperatur 100°C dapat dimatikan hanya dalam waktu 30 menit
apabila air yang mendidih ini ditambah dengan natrium carbonat (Na2 CO3).
b. Metode pemanasan secara kering
Metode pemanasan kering dilakukan pada temperatur antara 160°C
hingga 180°C. Pada temperatur ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel
hidup dan jaringan. Hal ini disebabkan terjadinya auto oksidasi sehingga
bakteri patogen dapat terbakar. Pada sistem pemanasan kering terdapat udara
yang merupakan penghantar panas yang buruk sehingga sterilisasi melalui
pemanasan kering memerlukan waktu cukup lama, rata-rata waktu yang
diperlukan 45 menit. Pada temperatur 160°C memerlukan waktu 1 jam,
sedangkan pada temperatur 180°C memerlukan waktu 30 menit.