d ctor share1$ho2s$.pdfseluruh anggota doctorshare. perjuangan mewujudkan rumah sakit apung (rsa)...

29
d sharing accessible health and care SHARE c t o r EDISI KETIGA NOV 2014 l

Upload: phungnguyet

Post on 08-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

d sharing accessible health and care

SHAREc t o r

EDISI KETIGA NOV 2014l

NOW AVAILABLE!

CRP-1700/ETH/I-14 ED: JAN-15

Plus Antibacterial Sutureskill bacteria and inhibit bacterialcolonization of the suture1-3

AKL 21603804638 AKL 21603808011 (Europe), AKL 21603703857 (US)AKL 21603808275 (Europe), AKL 21603806968 (US)

"Before"Prior to incubation

"After"Zone of inhibition

at 24 hrs

Kaus RSA Rp. 200.000Kaus Logo Rp. 150.000Topi Hitam Rp.50.000Topi Putih Rp.50.000

LANGKAH PEMBELIAN ---------------------

1. Pilih produk-produk yang akan dibeli2. Konfirmasi pembelian ke email

[email protected] dengan format:

SUBJECT Email: Pembelian Merchandise doctorSHARE (Nama)

Nama Lengkap Nomor TeleponEmail Alamat Lengkap

Produk yang dibeli

3. Tunggu balasan email dari doctorSHARE yang berisi total harga, ongkos kirim & cara pembayaran.

d o c t o r S H A R E m e r c h a n d i s e

Seluruh hasi l penjualan merchandise ini digunakan

bagi donasi kegiatan-kegiatan pelayanan medis doctorSHARE

Payung Lipat Rp. 85.000Pin Rp. 25.000Luggage Tag Rp. 75.000Tumbler Rp. 65.000

Tanpa terasa, doctorSHARE (Yayasan Dokter Peduli) memasuki usianya yang genap lima tahun, usia yang relatif baru bagi sebuah organisasi.

Namun dalam usia “balita”, doctorSHARE telah melakukan pelayanan medis yang inovatif dalam menawarkan terobosan-terobosan baru di bidang kesehatan tanah air dan pengembangan masyarakat marginal di pedalaman yang kesulitan akses.

Berawal dari pengobatan umum di berbagai kawasan tanah air (termasuk saat bencana), doctorSHARE kemudian mengembangkan program berkelanjutan yang pertama yaitu Panti Rawat Gizi di Pulau Kei, Maluku Tenggara. Panti Rawat Gizi menunjukkan hasil positif bagi anak-anak penderita malnutrisi. Pelayanan medis di pulau ini pula yang melahirkan gagasan pendirian Rumah Sakit Apung.

Gagasan hanya menjadi angan jika tak ditindaklanjuti iman dan kerja keras dari seluruh anggota doctorSHARE. Perjuangan mewujudkan Rumah Sakit Apung (RSA) menjadi sebuah kisah tersendiri yang pada akhirnya menyedot perhatian media massa untuk mempublikasikannya. Pelayaran perdana RSA pada Maret 2013 hingga sepanjang tahun 2014, dilakukan dengan ketulusan hati tanpa kenal lelah.

Tak terhitung berapa banyak masyarakat pedalaman yang dilayani. Dalam hal ini, visi doctorSHARE lebih dari sekadar menolong masyarakat untuk sembuh tapi juga mendukung mereka kembali mandiri dalam kehidupannya. Siapapun akan sepakat bahwa mewujudkan sebuah mimpi besar dalam

waktu singkat jelas bukan perkara mudah.

Untuk mendukung visi edukasi kesehatan, doctorSHARE juga telah menjalin kerjasama dengan Care Channels Indonesia (CCI) dalam bentuk penyuluhan kesehatan sekaligus pemeriksaan kesehatan di komunitas Semper, Jakarta, selain secara aktif berkampanye melalui media sosial.

Perjalanan doctorSHARE selama lima tahun terangkum dalam infografik menarik dalam buletin ini. Buletin edisi ini juga menampilkan tulisan pengalaman langsung dari beberapa relawan dan salah seorang Anak Buah Kapal RSA dr. Lie Dharmawan. Tulisan mereka kiranya dapat menjadi contoh apa yang dirasakan para relawan saat berada di lapangan, secara teknis maupun nilai-nilai persaudaraan.

Buletin kali ini pun mendeskripsikan pelayanan medis yang telah dilakukan doctorSHARE di Rutan Pondok Bambu, juga perjalanan Rumah Sakit Apung (RSA) di Kabupaten Raja Ampat dan Kabupaten Tambrauw, Papua Barat serta Kepulauan Kei, Maluku Tenggara.

Di Papua Barat, doctorSHARE melangsungkan pelayanan medis dalam tiga kloter berurutan di Pulau Misool - Kabupaten Raja Ampat, Pulau Batanta dan Pulau Salawati - Kabupaten Raja Ampat dan Kabupaten Tambrauw. Gambaran mengenai Raja Ampat yang identik dengan turismenya yang eksotik mungkin akan sedikit berubah setelah membaca beberapa tulisan dari rekan-rekan relawan doctorSHARE.

Pelayanan medis di Kepulauan Kei, tempat lahirnya inspirasi Rumah Sakit Apung, juga tidak kalah menarik. Tim berlayar dari satu pulau ke pulau lainnya dalam kondisi ombak yang

lumayan kencang. Meski demikian, pelayanan medis berlangsung lancar dengan sambutan antusiasme masyarakat yang luar biasa. Tidak hanya pelayanan medis, tim doctorSHARE juga melangsungkan penyuluhan, survei gizi, dan pembagian sandal jepit serta pakaian layak pakai yang merupakan hasil sumbangan para donatur.

Derasnya atensi publik pun menyebabkan doctorSHARE kebanjiran undangan untuk menjadi pembicara dalam aneka seminar, forum, hingga kebaktian berskala besar. doctorSHARE antara lain mendapat undangan hadir dalam seminar di Pondok Pesantren Jombang, Jawa Timur; Malam Penyegaran Rohani di Bandung; hingga undangan dalam Pertemuan Puncak Reformasi Birokrasi Nasional (RB Summit) beberapa bulan silam di ibukota. Atensi ini makin mengokohkan partisipasi doctorSHARE dalam membangun dunia kesehatan tanah air yang tentu bukan merupakan pekerjaan ringan.

Pada akhirnya, doctorSHARE j u g a meletakkan p e r h a t i a n pada hal

penting lainnya yaitu lingkungan hidup. Bagaimanapun, lingkungan hidup memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kesehatan masyarakat. Apa saja yang doctorSHARE telah lakukan dalam hal pelestarian lingkungan dapat dibaca pada artikel yang ditulis oleh dr. Sianly.

Dalam buletin ini, kita juga dapat menyimak janji-janji yang pernah terucap oleh Jokowi – Jusuf Kalla dan tim suksesnya di bidang kesehatan. Kita tentu berharap janji-janji ini benar-benar terwujud nyata dalam pemerintahan baru. Dunia kesehatan Indonesia membutuhkan perhatian yang sangat serius karena kesehatan adalah hak dasar setiap warga negara yang dijamin dalam Undang-Undang. Pengalaman lapangan memperlihatkan banyaknya pekerjaan rumah yang menanti untuk kita lakukan bersama.

Terima kasih atas dukungan Anda selama ini yang sangat besar artinya bagi perjalanan doctorSHARE, bagi saudara-saudara kita di pelosok yang membutuhkan pelayanan medis.

Dirgahayu ke-5, doctorSHARE!Mari kita bersama wujudkan mimpi menuju Indonesia Sehat.

6 7

Menebar Kasih Mengarungi Nusantara

editorial

catatan

Bagi sebuah organisasi, usia lima tahun bukanlah sebuah umur yang tua. Dalam peribahasa, usia tersebut bak

“umur setahun jagung” yang berarti masih muda belia, masih harus banyak belajar, dan harus lebih berbenah diri mengembangkan program.

Singkatnya, doctorSHARE harus dapat introspeksi diri, menilai program-program yang telah dilakukan, berinovasi tentang hal-hal baru yang dapat dilakukan sesuai dengan visi dan misi organisasi.

Hidup berorganisasi bukan hal yang mudah. Ketika organisasi masih kecil, persoalan yang dihadapi masih sedikit. Semuanya berjalan baik. Seiring waktu, kesuksesan organisasi mulai tampak yang ditandai makin banyaknya program. Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas makin meningkat, yang pada hakikatnya menuntut kerja keras dan disiplin dari para aktivis doctorSHARE dalam sebuah tatanan organisasi yang modern. Kita buktikan semua ini dengan kesadaran dan tekad bahwa kita tergabung dalam doctorSHARE karena kesamaan visi dan misi.

Untuk mencapai visi dan “target”, terkadang kita lupa dan “mencambuk diri” bekerja keras dan lebih keras lagi sehingga mengorbankan hal-hal mendasar yang juga perlu diperhatikan seperti waktu istirahat yang cukup (maaf dengan tulus kepada kalian yang sering “dicambuk”).

Namun kenyataannya, masih banyak yang harus dilakukan sehingga kita harus tetap menjalankan prinsip kita yaitu kerjakan hari ini apa yang dapat dilakukan besok. Kita harus mengejar ketertinggalan-ketertinggalan kita, mereka yang sakit tak mungkin menunggu.

doctorSHARE merupakan sebuah organisasi yang masih kecil, tapi harus mampu menghasilkan karya-karya yang bermutu bagi masyarakat banyak. Ini harus terimplementasi dalam program-program kita ke depan dengan inovasi yang tak putus-putus menjaga eksistensi doctorSHARE ke depan, sebagai sebuah organisasi yang dibutuhkan.

Implikasinya, kita sadar bahwa sebagai penggerak roda organisasi, kita harus lebih dewasa dalam bersikap, berpikir dan berkarya. Ini tercermin dari tekad untuk mendahulukan organisasi yang dibutuhkan oleh banyak orang (Lisa Suroso, co-founder doctorSHARE – red.). Dalam konteks ini, diperlukan diskusi-diskusi yang melibatkan beberapa orang sekaligus. Jarak adalah sesuatu yang tak terelakkan ketika doctorSHARE semakin besar dan mengglobal. Melalui teknologi, jarak bukanlah faktor determinan yang menghalangi kita berdiskusi secara real time.

Kepentingan pribadi, ego sektoral, dan “harga diri” individu disampingkan dalam diskusi-diskusi “hangat” dan “hidup” demi tercapainya cita-cita bersama. Proses pembelajaran dan pendewasaan ini akan terus kita lanjutkan. Sejarah merupakan pelajaran penting bagi kita untuk menentukkan arah perjalanan kita ke depan.

Marilah kita menoleh sejenak ke belakang tentang apa yang telah kita capai.

Peribahasa Jerman yang mengatakan bahwa segala awal itu sulit, adalah benar. Tapi bagi doctorSHARE, kesulitan merupakan sebuah tantangan yang harus dapat diatasi. Dalam berbagai kesempatan, kita telah mempublikasikan program-program yang sudah dikerjakan seperti Therapeutic Feeding Centre (TFC)

dr. Lie A. Dharmawan, Ph.D, FICS, Sp.B, Sp.BTKVFounder of doctorSHARE

8 9

di Kei, kehadiran di berbagai bencana alam, dan pelayanan medis dengan Rumah Sakit Apung (RSA).

Tak satu pun program yang kita lakukan mudah tapi kita telah melakukannya dengan baik. Ini tercatat dari apresiasi-apresiasi berbagai pihak yang memberikan aneka penghargaan seperti penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) tahun 2010 sebagai organisasi yang memberi pelayanan medis gratis terbanyak kepada pasien dalam suatu waktu, penghargaan Kick Andy Heroes 2014, dan undangan untuk berbicara pada Pertemuan Puncak Reformasi Birokrasi Nasional pada 9 September 2014, serta ungkapan terima kasih yang tulus dari pasien-pasien yang kita tolong. Ini semua adalah ekspresi apresiasi terhadap kinerja doctorSHARE.Kepuasaan mereka yang kita layani adalah tolak ukur keberhasilan kita.

Kepercayaan masyarakat terhadap kinerja doctorSHARE semakin tebal yang terungkap dari kesediaan-kesediaan untuk berdamai bagi doctorSHARE. doctorSHARE bahkan mendapat donasi sebuah kapal yang bakal difungsikan sebagai RSA kedua. Mendapat kepercayaan itu sulit, tapi menjaga kepercayaan jauh lebih sulit. Ke depan, kita akan tetap berinovasi memberi pelayanan terbaik yang dapat kita lakukan.

Sebagai sebuah organisasi nirlaba yang memposisikan diri membantu pemerintah menyejahterakan rakyat, kami membuat sebuah proyek percontohan di Kei Besar, Maluku Tenggara.

Dalam rangka merealisisasikan program Indonesia Sehat 2010 yang tidak tercapai dan mengusahakan agar sasaran yang ingin dicapai dalam MDGs 2015 mendekati hasil yang diinginkan, kami

“Melalui doctorSHARE kami berharap dapat membangun

manusia-manusia menjadi lebih efektif serta keluar dari

keterperangkapannya”

mengembangkan program percontohan di Pulau Kei

Besar sebagai berikut:

Kebun fitofarmaka (kebun tanaman berkhasiat obat) guna membantu masyarakat setempat memperoleh obat bagi penyakit degenaratif yang butuh pengobatan berkelanjutan seperti penyakit darah tinggi, gula darah, dan lain-lain.

Untuk menanggulangi masalah kurang bahkan buruk gizi pada balita, kami akan membangun sebuah TFC permanen. TFC yang ada sekarang masih menumpang di berbagai tempat. Kami juga akan menggalakkan Community Feeding Centre (CFC) yang akan membimbing ibu rumah tangga dalam hal perbaikan gizi.

Dalam rangka menurunkan angka kematian Ibu melahirkan, kami akan merangkul dan membimbing bidan-bidan lokal dan dukun beranak (mama biang) dengan menyediakan partus kit (alat dasar pertolongan persalinan) sesuai standar internasional.

Membuat sebuah klinik. Klinik ini akan terhubung dengan RSA.

M e n g e m b a n g k a n telemedicine yang m e n g h u b u n g k a n masyarakat daerah pedalaman dengan para dokter spesialis di Jakarta.

RSA terbukti bermanfaat bagi pelayanan kesehatan di daerah terpencil sehingga kami bermaksud menambah jumlah armada RSA.

Jika melakukan kilas balik sejak awal berdirinya doctorSHARE, proyek yang tampaknya tak mungkin (sebagian orang mengatakannya “gila”), kini telah menjadi kenyataan seperti lahirnya TFC (Therapeutic Feeding Centre) di Kei, CFC (Community Feeding Centre) di Semper, dan tahap-tahap awal pembuatan RSA.

Kami paham keraguan masyarakat. Proyek-proyek yang kami kembangkan secara substansial sulit dilakukan dan dari segi materi (pendanaan), kami bukanlah orang-orang yang berkelimpahan harta.

Namun kasih yang ada di lubuk hati, memampukan kami mengerti perasaan dan penderitaan mereka yang masih hidup pra-sejahtera dan menjadikan kami rela berbagi dengan mereka.

Lima tahun doctorSHARE, tetaplah jaya dan perkasa senantiasa. Tebarkan kasih dalam berkarya g

catatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

10 11

dr. Luyanti, MARSGeneral Secretary of doctorSHARE

Salam sejahtera rekan-rekan doctorSHARE. doctorSHARE lahir lima tahun lalu yaitu pada 19 November 2009 di tempat yang sama dengan penyelenggaraan

Malam Dana doctorSHARE 2014: Integrity Convention Centre (ICC), Mega Glodok Kemayoran, Jakarta Pusat.

Tanpa berpikir panjang, saya yang saat itu masih bekerja sebagai dokter – Pekerja Tidak Tetap (PTT) di Pulau Kei Besar, Maluku Tenggara memutuskan mengambil cuti khusus. Cuti ini sengaja saya ambil untuk menghadiri acara Malam Dana doctorSHARE 2009, sekaligus memperkenalkan program-program awal doctorSHARE termasuk Program Panti Rawat Gizi Pulau Kei.

Saat itu, doctorSHARE masih sebuah organisasi nirlaba “kecil” dan belum dikenal banyak orang. Begitu pun kami anggotanya yang sebagian besar masih berstatus mahasiswa kedokteran.

Seiring waktu, kami mulai mematangkan organisasi termasuk anggota-anggota di dalamnya dan mematangkan visi yang dikandung sejak awal.

Proses ini membawa kami makin mengenal dan mencintai bangsa ini. Proses ini membawa kami menjadi saluran bagi rekan rekan yang memiliki hati yang sama dengan kami, menguatkan hati kami, dan mendorong kepercayaan bahwa kami tidak sendiri.

Perjalanan yang kami lalui sungguh tidak mudah dan penuh tantangan namun ini membuat kami semakin mencintai visi doctorSHARE yang berjalan melalui program programnya seperti Rumah Sakit Apung, Panti Rawat Gizi, penyuluhan kesehatan, dan sebagainya.

Ke depan, doctorSHARE akan terus mengembangkan program sehingga memiliki dampak yang lebih besar bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat di pulau-pulau terpencil tanah air.

Terima kasih atas kerja keras dan kepercayaan seluruh rekan-rekan doctorSHARE selama lima tahun ini. Kami terus membutuhkan dukungan dan kerjasama semua pihak untuk bersama-sama membangun doctorSHARE, membangun Indonesia tercinta.

Indonesia is in my heart! g

Ke depan, doctorSHARE

akan terus mengembangkan program sehingga memiliki dampak

yang lebih besar bagi masyarakat

12 13

K ala kita mengakhiri hari ini, 362 balita di Indonesia telah meninggal dunia. Juga kemarin, juga esok, setiap hari. Sebanyak 130.500

balita Indonesia meninggal setiap tahunnya.*

Sebagian besar mereka meninggal sebelum ulang tahun kelima karena penyakit “sederhana” yang sesungguhnya mudah diobati dan bahkan dicegah, yaitu diare dan pneumonia (radang paru-paru). Sebagian besar mereka lahir di keluarga pra-sejahtera, tidak cukup nutrisi, atau jauh dari fasilitas kesehatan.

Kondisi ini adalah hal awam yang bisa kita saksikan dari kehidupan masyarakat pra-sejahtera. Mari kita renungkan lebih dalam, mengapa mereka rentan penyakit, dan ketika jatuh sakit mudah meninggal dunia? Dan bila kita melihat lebih dekat lagi, mengapa mereka menjadi miskin, hidup miskin dan tinggal dalam kemiskinan? Jawabannya sering kali terletak dalam akar masalah sosial yang lebih besar.

Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang muncul saat organisasi

doctorSHARE didirikan. Setelah aktif sejak 2003 dalam memberikan pelayanan medis kepada masyarakat pra-sejahtera, kami menyadari bahwa ada hal-hal lain yang menyebabkan masyarakat miskin menjadi sakit, jauh sebelum mereka membutuhkan obat, dokter, atau tindakan operasi.

Pengaruh kemiskinan dapat begitu kuat dan mencengkeram kondisi kesehatan anak dan keluarganya dalam berbagai level. Jarang kemiskinan berdiri sendiri, banyak lapisan tersembunyi lainnya: upah di bawah standar, tidak ada akses lahan, pendidikan rendah, pengangguran, diskriminasi, lingkungan kumuh, terlalu banyak anak, kurang nutrisi, eksploitasi, dan lain-lain. Semua ini mempengaruhi kondisi fisik dan mental yang mengunci seseorang kepada ketidakberdayaan dan pusaran kemiskinan.

Keadilan sosial adalah faktor kunci dari kesehatan holistik seseorang. Ketika seseorang mempunyai akses kepada pendidikan, ekonomi, kebebasan beribadah, hunian yang bersih dan layak, air bersih, sumber nutrisi, kesetaraan gender, dan upah yang adil, niscaya ia akan dengan sendirinya

menjadi sehat dan tidak mudah sakit. Namun diskriminasi, ketidakadilan dan ketimpangan sosial, menciptakan kondisi di mana masyarakat menjadi miskin, dan akibatnya rentan penyakit.

Sangatlah penting bagi kita memahami hubungan antara kondisi sosial dan penyakit yang menjangkit sebuah komunitas. Penyakit-penyakit yang mereka alami bukan sekadar hanya penyakit fisik, tapi penyakit sosial yang berakar dari ketidakadilan yang berbuah kemiskinan. Karena penyebabnya adalah masalah sosial, pemecahannya pun harus memakai pendekatan yang mengarah kepada akar masalah utamanya.

Cara paling efektif untuk menghasilkan perubahan mendasar dalam status derajat kesehatan sebuah komunitas adalah dengan meningkatkan kondisi kehidupan sosialnya. Dalam wajah kemiskinan, obat dan layanan medis menjadi pintu pertama yang membuka kesempatan pemulihan kesehatan, namun dibutuhkan perubahan sosial-ekonomi, dan politik yang mendukung kehidupan sosial yang baik. Dengan membuka akses komunitas tempat mereka tinggal kepada air bersih, imunisasi, sanitasi, dukungan untuk memberikan ASI, rumah layak, pengetahuan nutrisi dan akses kesehatan dasar; penyakit-penyakit seperti demam, malnutrisi, radang paru-paru, radang perut, dan penyakit infeksi lainnya akan mudah ditangani dan tidak akan mengancam nyawa mereka.

Sepanjang lima tahun ini, setelah doctorSHARE diresmikan pada 2009, kami banyak memfokuskan diri untuk meraih masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil. Kami menemukan fakta-fakta bahwa syarat mendasar komunitas yang sehat adalah:

Adanya fasilitas kesehatan bagi ibu dan anak (reproduksi, paska-melahirkan, dan klinik balita).Akses pendidikan bagi semua, terutama perempuan.Distribusi & ketersediaan obat yang merata.

Imunisasi.Adanya pengendalian penyakit menular.Adanya akses mendapatkan nutrisi (termasuk ASI dan swasembada pangan).Ketersediaan sanitasi dan air bersih.

Syarat-syarat di atas harus didukung oleh beberapa prinsip yang mendukung komunitas untuk mampu hidup sehat:

Adanya political will dan good governance yang menunjang pemerataan distribusi sumber daya di seluruh negri dengan kebijakan yang pro-rakyat miskin.Adanya keterlibatan komunitas dalam menyadari dan memecahkan masalah kesehatan di wilayah masing-masing yang harus dimulai sejak awal proyek kesehatan dicanangkan.Adanya koordinasi yang baik dari berbagai departemen baik pemerintah pusat, daerah, dan kelompok masyarakat.

Pemikiran-pemikiran di atas makin menguatkan tekad doctorSHARE untuk mengisi relung-relung kosong dunia kesehatan di Indonesia, terutama bagi masyarakat miskin yang hidup di pelosok dan jauh dari fasilitas kesehatan. Saat masyarakat pra-sejahtera mendapatkan kembali kesehatannya, mereka mempunyai modal mendasar untuk keluar dari siklus kemiskinannya.

Program-program doctorSHARE ke depan akan melibatkan masyarakat dan sumber daya lokal lebih banyak lagi. Selain terus memberikan pelayanan medis langsung melalui Rumah Sakit Apung, Panti Rawat Gizi, dan teknologi telemedecine, dengan bekerja sama dengan pemerintah kami menginvestasikan diri untuk melatih tenaga kesehatan lokal dan membudidayakan tanaman obat dan sumber makanan lokal agar keluarga-keluarga mendapat akses nutrisi yang cukup. Inilah strategi kami untuk pemulihan kesehatan masyarakat yang berkelanjutan g

catatan Lisa Suroso, SECo-founder of doctorSHARE

1.

2.

3.

4.5.6.

7.

1.

2.

3.

* World Bank. Indonesia’s under-five mortality rate 2013: 29/1000 live birth.

TSEPANJANG LIMA TAHUN doctorSHARE

MENDAPAT KEPERCAYAAN DARI MASYARAKAT UNTUK TERUS

MENGEMBANGKAN PROGRAM-PROGRAM DALAM MENUNTASKAN MASALAHKESEHATAN MASYARAKAT PRA-

SEJAHTERA DI INDONESIA

SEPANJANG LIMA TAHUN doctorSHARE MENDAPAT KEPERCAYAAN DARI MASYARAKAT UNTUK TERUS

MENGEMBANGKAN PROGRAM-PROGRAM DALAM MENUNTASKAN MASALAHKESEHATAN MASYARAKAT PRA-

SEJAHTERA DI INDONESIA

Menebar Kasih Arungi Nusantara

2003-2009

BEKERJASAMA DENGAN BERBAGAI ORGANISASI MEMBERIKAN BANTUAN:

Penanganan Bencana AlamBakti SosialOperasi MinorOperasi Mayor

a

aaa

2009

2010

2011

2012

2013 2014

21 NOVEMBER 2009

PERTEMUAN TIM doctorSHAREDENGAN ANAK PENDERITAUSUS TERJEPIT INSPIRASIRUMAH SAKIT APUNG (RSA)

MARET 2009

PENDIRIAN PANTI RAWAT GIZI DI PULAU KEI MALUKU TENGGARA

doctorSHARE RESMI BERBADAN HUKUM

09 SEPTEMBER 2009

ULANG TAHUNPERTAMA doctorSHARE

VISIRUMAH SAKIT APUNG

DITERIMADR. LIE DHARMAWAN

JULI 2010PROYEK PENDAMPINGANMASYARAKAT DIMULAIDI SEMPER, JAKARTAUTARA

Bekerja sama dengan Care Chanels IndonesiaCommunity Feeding CenterLayanan MedisPenyuluhan Kesehatan

a

a

aa

16 MARET 2013PELAYARAN PERDANA RSAKE PULAU SERIBU, JAKARTA

06 JUNI 2013PERESMIAN RUMAH SAKIT APUNG

APRIL-JUNI 2013TRILOGI PELAYARAN RSA DI INDONESIA BARAT & TENGAH2-4 APRIL BELITUNG TIMUR12-14 APRIL KETAPANG, KALIMANTAN BARAT11-13 JUNI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT17-19 JUNI BANGKA TENGAH

PANTI RAWAT GIZI KEDUA BERDIRI DI KEI KECIL, MALUKU TENGGARA

APRIL 2011

PENGHARGAAN MUSEUM REKORINDONESIA DITERIMA DENGAN KATEGORI

“PENGOBATAN GRATIS TERBANYAK DALAM SATU HARI: 12.580 PASIEN

15 OKTOBER 2011

SEPTEMBER 2013PELAYARAN PERDANA RSA DI INDONESIA TIMUR4-5 SEPTEMBER SERANGAN, BALI12 SEPTEMBER PULAU KOMODO25-29 SEPTEMBER PULAU KEI, MALUKU TENGGARA

NOVEMBER 2013PELAYANAN MEDIS PERTAMA DI NEGARA TETANGGAUNTUK BENCANA TOPAN HAIYAN PHILIPINA

JUNI - AGUSTUS 2014

Proyek perpaduan sistem RSA dan pelayanan medis sistem “blusukan’ dengan

sekoci klinik diterapkan di Kepulauan Raja Ampat & Kab. Tambrauw-Papua & Kei, Maluku Tenggara

VISI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUIPENGUATAN SUMBER DAYA MANUSIA & SUMBER DAYA ALAM LOKAL DIRINTIS

doctorSHARE JERMAN DIRINTIS

RUMAH SAKIT APUNG PERTAMA DIBANGUN

PERINTISAN PROYEK PENDAMPINGANMASYARAKAT DI INDONESIA TIMUR DIMULAI

RUMAH SAKIT APUNG KEDUA DIRINTIS

KEGIATAN RUTIN2009-2014

697 RS. APUNGd r. L I E

DHARMAWAN

40.028pengobatanU M U M

O P E R A S IMAYOR MINOR

155PEMULIHANnutrisi ANAK

13.984P E M U L I H A N

B E N C A N Ak o r b a n

2.288p e n y u l u h a nKESEHATAN

331USG &

OBGYN

136O P E R A S IK ATA R A K

VISI RUMAH SAKIT APUNG

DITINDAKLANJUTI

+

+

+ +

+

VISI TELEMEDICINE DIRINTIS

2014

SEPTEMBER2014KLINIK doctorSHARE BERDIRI

+

aLima Tahun doctorSHARE

PENDIRI doctorSHARE dr. LIE DHARMAWAN MENERIMA PENGHARGAAN KICK ANDY HEROES, LENCANA KESRA UTAMA DARI

MENKOKESRA & NOMINATOR SCTV AWARD

RELAWAN INTERNASIONAL BERGABUNG & TERLIBAT DALAM KEGIATAN doctorSHARE

doctorSHARE dalam Angka

RUMAH SAKIT APUNG2013-2014

147313

7.312 1.048

331 USG Ibu Hamil

Bedah Mayor

Bedah Minor

Pengobatan Umum

PenyuluhanKesehatan

Sejauh Mana Donasi Anda Tersalurkan?*

100.161 30.541p e n g o b a t a n

756

615RS. APUNGd r. L I E DHARMAWAN

U M U M

P E M U L I H A N

B E N C A N A

O P E R A S IMAYOR MINOR

k o r b a n

P E M U L I H A Nnutrisi ANAK

6.765b a n t u a nKEMANUSIAAN

m e n j a n g k a uPULAU2 KECIL

*2003 - Sept 2014

P A S I E N

2.288p e n y u l u h a nK E S E H ATA N

136O P E R A S IK A T A R A K

Lokasi Pelayanan Medis(2003-2014)

&82%

18%

program LAPANGAN PELAYANAN MEDIS

biaya MANAJEMENUMUM & LAINNYA

Respon Bencana Alam Pengobatan Umum & Operasi

Penuntasan Malnutrisi

Kampanye Kesehatan & Pendampingan Medis

Pelayanan Medis denganRumah Sakit Apung

doctorSHARE (Yayasan Dokter Peduli) diresmikan pada 2009, namun telah berkiprah dalam bantuan kemanusiaan dan penanganan kesehatan sejak 2003 bekerjasama dengan berbagai organisasi. Paska-2009,

setelah melakukan evaluasi dan restrukturisasi, doctorSHARE diresmikan dengan berbadan hukum. Program-program doctorSHARE pun diperluas dari sekadar bakti sosial jangka pendek menjadi pelayanan

medis yang lebih holistik dan berkelanjutan.

doctorSHARE menjaga kepercayaan masyarakat melalui program yang dapat dipertanggungjawabkan dan terukur. Laporan keuangan doctorSHARE diaudit oleh kantor akuntan independen dengan hasil wajar sesuai Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

17

27%PENGOBATAN UMUM,

OPERASI MINOR & MAYOR

11%PENUNTASANMALNUTRISI

& PANTI RAWAT GIZI

31%LAYANAN MEDIS

RUMAH SAKIT APUNG

31%RESPON BENCANA ALAM & KONFLIK SOSIAL

5%PENDAMPINGANMASYARAKAT & KAMPANYEMEDIS

fokus2009-2014

Rencana Pengembangan Program

PENDAMPINGAN MASYARAKAT

Mengadopsi Desa Tertinggal dan Menerapkan Sistem Rumah Sakit Bergerak

Pelatihan Bersalin Bidan & Dukun Tradisional

Pelatihan Kader Gizi Lokal

Pemanfaatan dan Pengolahan Sumber Makanan Lokal

Pemanfaatan Fitofarmaka

Therapeutic & Community Feeding Center

LAYANAN MEDIS

Rumah Sakit ApungKlinik

Teknologi TelemedicineBantuan KemanusiaanPengobatan & Operasi

2015 - 20182013

16

18 19

Bahenol & Si GantengMelirik Rumah Sakit Apung doctorSHARE

Profil “Bahenol”, si Rumah Sakit Apung Pertama

Nama Kapal Pemilik Panjang Kapal Lebar Kapal Draft Kapal Tonase Kotor (GT) Tonase Bersih (NT) Tahun Pembangunan Penggerak Utama Mesin Induk

Tanda Selar

KLM RSA dr. Lie DharmawanYayasan Dokter Peduli23,13 Meter6,82 Meter4,40 Meter173 GT52 NT2008MotorMITSUBISHI 8DC11340 PKGT.173 No.6786 / Bc

Bahan Utama Kapal Jumlah Baling-Baling

Kecepatan Kapal Maksimum Normal Ekonomis

Kapasitas TangkiTangki utama Tangki cadangan

Bahan BakarJenis kapal

KayuSatu

10 Knots8 Knots6 Knots

5.000 Liter2.200 LiterSolar/HSDPinisi

aaa

aa

DoctorSHARE kembali mendapatkan kepercayaan masyarakat. Sekelompok donatur yang peduli terhadap kesehatan masyarakat terpencil Indonesia menyumbangkan sebuah kapal yang dulunya adalah kapal pesiar. Saat ini, sedang dilakukan perombakan total untuk menjadikan kapal ini sebagai Rumah Sakit Apung kedua.

Bila RSA pertama dijuluki “Bahenol” karena bentuknya yang bulat montok, kali ini, relawan doctorSHARE menjuluki RSA kedua dengan panggilan mesra “Si Ganteng” . Baik Bahenol dan Si Ganteng akan mengarungi samudera untuk melayani masyarakat yang hidup jauh dari fasilitas kesehatan.

RontgenEKG (elektrokardiogram) USG (ultrasonografi)Laboratorium

Fasilitas aaaa

Fasilitas BedahRuang ResusitasiRuang Dokter

aaa

Bahenol Si Ganteng

Perombakan RSA Kedua doctorSHARE “Si Ganteng”

20 21

dr. Lie DharmawanTerima Lencana Bakti Kesra Utama

Apa Kata Mereka Tentang doctorSHARE

Muhammad As’adKetua Lembaga Sosial Pesantren

Tebu Ireng (LSPT), Jawa Timur

Tidak semua daerah memiliki kesempatan menikmati pelayanan medis. Kalaupun memiliki pelayanan medis, tidak semua rumah sakit mau memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada pasien miskin.

Saya mengenal dr. Lie Dharmawan saat menonton sebuah acara di televisi swasta. Saya pun mengundang beliau tampil sebagai pembicara tunggal di seminar kesehatan untuk memberi inspirasi bagi dokter-dokter di Jombang, Jawa Timur.

Lembaga Sosial Pesantren Tebu Ireng memiliki concern yang sama tetapi tidak punya kemampuan medis. Untuk itu, doctorSHARE dapat mengembangkan jaringan dengan berbagai lembaga di daerah sehingga dapat saling berbagi informasi jika ada kasus medis di daerah. Tenaga-tenaga medis di Jakarta maupun di daerah yang memiliki concern seperti dr. Lie pun terakses oleh pasien.

Harapan saya pada ulang tahun doctorSHARE ke-5 adalah agar terus membantu anak bangsa yang tidak punya biaya serta memperluas jaringan dengan teman-teman daerah yang punya niat dan perjuangan yang sama. Masyarakat daerah sangat memerlukan pelayanan kesehatan berupa penyuluhan, pemeriksaan kesehatan, bedah minor, dan bedah mayor.

Drs. Hasanuddin, SH, MHWakil Kepala Kepolisian Daerah

Kalimantan Barat

doctorSHARE luar biasa! Dedikasi, pengorbanan, dan semangatnya luar biasa untuk masyarakat, khususnya bagi masyarakat tidak mampu.Selamat ulang tahun ke-5, doctorSHARE.Tambah maju, tambah semangat, tambah berdedikasi, dan tambah sukses!

Ir. Billy GumuljaPenatua Indonesian Christian

Church-Kanada

Saya mengucapkan selamat berulang tahun yang ke 5 kepada doctorSHARE. Muda di dalam usia, namun jelas apa yang dilakukan selama ini adalah tanpa pamrih mewujudkan suatu mimpi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk menolong rakyat Indonesia yang terpencil dan membutuhkan pertolongan kesehatan. Saya sungguh kagum melihat darma bakti doctorSHARE. Dirgahayu doctorSHARE dan lanjutkan pelayanan yang mulia ini.

Senin, 6 Oktober 2014, dr. Lie D h a r m a w a n menerima Anugerah

Lencana Bakti Kesra Utama yang diberikan secara langsung oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Dr. H.R. Agung Laksono di Gedung Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemko Kesra) lantai 7, Jalan Medan Merdeka Barat No. 3 Jakarta Pusat.

Anugerah Lencana Bakti Kesra Utama merupakan yang pertama kalinya diselenggarakan oleh Kemko Kesra. Penghargaan ini ditujukan sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan peran para tokoh perorangan maupun lembaga yang menunjukkan komitmen kesetiaan, keteladanan, prestasi, serta kepedulian yang tinggi dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan program-program pemerintah.

Penerima Lencana Bakti Kesra Utama ini adalah 12 kementerian/lembaga pemerintah dan swasta serta 18 tokoh perseorangan yang telah memberikan dukungan bagi keberhasilan pembangunan bidang kesejahteraan rakyat.

“Kami memilih dr. Lie sebagai penerima Lencana Bakti Kesra Utama karena menilai doctorSHARE

telah melakukan kegiatannya tanpa pamrih. Kegiatan yang dijalankan doctorSHARE sejalan dengan program pemerintah terutama dalam penanggulangan masalah di bidang kesehatan,” ungkap Agung Laksono.

Agung Laksono menambahkan bahwa selain sisi kesehatan, kegiatan doctorSHARE melakukan pelayanan medis ke daerah-daerah pun mendorong penanggulangan kemiskinan serta memajukan pendidikan dan kesehatan. Kepedulian semacam ini diharapkan dapat menjadi panutan bagi masyarakat Indonesia.

“Penghargaan ini hendaknya dimaknai sebagai apresiasi masyarakat terhadap apa yang dilakukan doctorSHARE. Kami mengucapkan terima kasih kepada masyarakat atas apresiasi mendalam yang diberikan. Ini adalah momentum yang menjadi cambuk bagi program-program kami selanjutnya,” papar pendiri doctorSHARE sekaligus penerima Lencana Bakti Kesra Utama, dr. Lie Dharmawang

22 23

Pdt. Ramon Pramudya

Gembala Sidang Gereja Christ The Church, Jakarta

Saya mengenal dr. Lie sebagai pribadi yang mau menyerahkan hidupnya untuk kesejahteraan masyarakat. Beliau tulus dalam mengoptimalkan potensi hidupnya menjadi berkat. Selamat ulang tahun ke-5, doctorSHARE.

Bhiksu Sakya SugataMudita Center

Dokter adalah mereka pengabdi masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan, sosial dan kemanusiaan. Mereka mengabdikan hidupnya sebagai pelayan manusia yang memberikan harapan bagi kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kepedulian dan hati yang mulia ini memberikan cahaya terang bagi mereka yang sakit. Tangan-tangan yang penuh kasih memberi semangat dan motivasi bagi para pasien untuk menjalani kembali kehidupannya. Rangkulan para dokter ini memberi kehangatan bagi para orang tua dan mereka yang membutuhkan kesejukan. Ini adalah obat paling sempurna.

Pengabdian dan perjuangan sebagai juru selamat dan bodhisattva dunia inilah yang dikerjakan oleh para dokter manusia ini, yang bekerja tanpa pamrih dengan jiwa yang besar. Mereka jualah yang memberi cahaya kemanusiaan bagi dunia ini.

Semoga semua program yang begitu mulia bagi perbaikan gizi, pelayanan medis bagi korban bencana alam, penyuluhan kesehatan, dan rumah sakit apungnya dapat menjangkau seluruh kawasan yang membutuhkan. DIRGAHAYU ke-5 untuk doctorSHARE.

AKBP dr. Freddy Worang J.Kepala Bidang Kedokteran dan

Kesehatan Kepolisian Daerah JambiMaju terus doctorSHARE! Lanjutkan pengabdian bagi nusa dan bangsa terutama dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi mereka yang betul-betul memerlukan.Salam kompak selalu dari Jambi.

Maya Septha - AktrisSelflessly wonderful. Amazing caring. Bring hope and blessings to many.

Ratna ListyPenyanyi, Aktris, dan Presenter TV

Selamat ulang tahun yang ke-5 doctorSHARE. Semoga Tuhan selalu memberi kesehatan, kelancaran, dan kemudahan untuk para dokter berhati mulia ini agar makin banyak jiwa terselamatkan. Teruslah menebar energi positif bagi alam semesta. Hidup doctorSHARE!!!

Anugerah Perkasawartawan Bisnis Indonesia

doctorSHARE telah menunjukkan tak hanya melakukan pengobatan, tapi keberpihakannya terhadap kelompok terpinggirkan.

Suriani PinemMahasiswi Public Health Bremen

University, JermandoctorSHARE adalah organisasi yang perduli terhadap rakyat di pulau terpencil yang tidak punya biaya dan akses terhadap perobatan dan kesehatan. WHO menyatakan bahwa kesehatan adalah hak azasi seluruh umat manusia. Sila kelima Pancasila juga berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Menurut saya, doctorSHARE berhasil menerapkan kedua dasar yang berbasis internasional maupun nasional tersebut.

Ezra Ricardo SadrachMahasiswa Magister

Bremerhaven University, JermandoctorSHARE itu punya tujuan yang mulia. Penolong orang yang membutuhkan disaat susah. Untuk orang kecil mungkin doctorSHARE sangat berharga karena doctorSHARE seperti lilin di tengah kegelepan. Teruskan apa yang ada dan kembangin lagi apa yang ada. Smoga di hari depan doctorSHARE bisa jadi lebih besar dan menolong orang lebih banyak lagi.

Romo Hans RettobParoki Wilayah Kerja Langgur,

Maluku Tenggara

Atas nama masyarakat di wilayah Indonesia Timur, khususnya Maluku Tenggara, saya mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian dan kepedulian doctorSHARE dalam pelayanan medis bagi masyarakat yang sangat membutuhkan. Kami berharap pelayanan doctorSHARE dari hari ke hari, waktu ke waktu, makin diberkati dan makin membawa sukacita serta kegembiraan bagi orang-orang kecil yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan.Doa saya menyertai doctorSHARE. Sukses dan Dirgahayu doctorSHARE ke-5

Phoebebus LibertusMahasiswa Osnabruck University,

Jerman(Dari terjemahan bahasa Jerman) Menurut saya, doctorSHARE memiliki visi yang besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi lebih dari itu yaitu kemiskinan/kebutuhan penduduk yang sangat besar. Saya sangat terkesan dengan komitment dan antusiasme para pelayan doctorSHARE juga bagaimana rasa terimakasih dari orang-orang yang dilayani. Pendapat saya, ketika manusia itu sehat, ia akan lebih baik, baik secara finansial dan dari kehidupan. Karena itu kesehatan (yang sayangnya begitu mahal) adalah dasar dari segala sesuatu, dan karena itu membuat sebuah organisasi seperti doctorSHARE begitu penting.

24 25

Perjuangan Tanpa Kenal LelahSusanty Paath

Tahun 2009 adalah pertama kalinya saya bertemu dr. Lie A. Dharmawan dan mengenal doctorSHARE. Saat itu juga kami langsung sependapat

bahwa beliau adalah seseorang yang selalu berjuang untuk kepentingan orang-orang yang terpinggirkan.

Terbentuklah kesepakatan kerjasama antara Yayasan Jembatan Kasih (Care Channels Indonesia) dengan doctorSHARE yang dimulai tahun 2010 dengan program:

Pengobatan gratis di daerah-daerah kumuh.

Feeding program atau pemberian makanan bergizi kepada murid sekolah di Kampung Sawah, Semper, Jakarta Utara; kelompok bimbingan belajar (bimbel) anak-anak jalanan di Cempaka Mas, Jakarta Pusat; dan murid-murid sekolah di bawah jalan tol di Kali Jodoh, Jelambar, Jakarta Barat.

Penyuluhan kesehatan setiap dua bulan kepada anak dan ibu dari anak-anak yang mengikuti feeding program.

Semua dokter muda yang bergabung dalam doctorSHARE memiliki semangat dan dedikasi tinggi yang sama dengan pemimpinnya yaitu selalu siap melayani dimanapun.

Sejak 2009 sampai sekarang, setiap kali bertemu dan berbicara dengan dr. Lie, saya selalu termotivasi untuk terus melayani tanpa kenal lelah. Inilah gambaran seorang dr. Lie A. Dharmawan yang selalu melayani dengan sepenuh hati.

Rumah Sakit Apung (RSA) bukanlah pencapaian doctorSHARE terakhir. Akan ada hal yang lebih besar dan baru yang akan disumbangkan kepada bangsa dan negara Indonesia tercinta ini agar semua rakyat bisa hidup sehat dan sejahtera.

Dirgahayu doctorSHARE, Tuhan memberkati g Susanty Paath adalah Sekretaris Yayasan Jembatan Kasih/Care Channels Indonesia.

a

a

a

Edward Bona Sinambela, B.AHochschule Bremen, Jerman

Pertama kali mendengar tentang doctorSHARE dari dr. Luyanti, hati saya langsung tertegun dan terharu. Ternyata masih ada organisasi pelayanan dengan teman-teman yang masih mau memberi ilmu, waktu, dan segala yang dipunyai untuk membantu serta mengabdi pada saudara-saudara kita di kota terpencil yang membutuhkan bantuan, khususnya di bidang kesehatan. Sejak itu, saya terus mengikuti perkembangan dan pelayanan doctorSHARE setiap mereka melakukan kegiatan sosial di pulau-pulau atau daerah terpencil. Saya berharap doctorSHARE berjalan sampai kapan pun sehingga banyak saudara yang bisa kita bantu karena tidak semua orang khususnya di pulau-pulau terpencil dapat merasakan fasilitas yang kita nikmati. Mereka bahkan tidak bisa membayar fasilitas tersebut. Biarlah Tuhan yang selalu memberikan semangat dan motivasi dan selalu menyertai tim doctorSHARE dalam semua pelayanan!!

Go doctorSHARE! We are behind you all!

Victor Yap - Biomedical Engineer St. Michaels Hospital Toronto, Kanada

Selamat ulang tahun yang ke-5, doctorSHARE. doctorSHARE adalah salah satu organisasi dengan tujuan sangat mulia dan berdedikasi pada misi yang sangat luar biasa untuk menolong orang sakit. Saya ucapkan salut dan selamat kepada dr. Lie Dharmawan dan teman-teman yang terlibat dalam semua kegiatan doctorSHARE. Saya merasa senang dan bangga mendapatkan kesempatan untuk bertemu secara pribadi dengan dr. Lie Dharmawan dan teman-teman saat berkunjung ke Toronto, Kanada.

dr. med. Hendra Libertus, SpUDokter Spesialis Urologi di Leer, Jerman

Saya senang sekali melihat kegiatan dari dokter-dokter muda yang mau sisihkan waktu untuk membantu rakyat tidak mampu. Meskipun dalam waktu singkat banyak rakyat dapat diobati. Selama keadaan ekonomi Indonesia belum maju dan banyak rakyat tinggal di pedalaman tanpa ada bantuan kesehatan, doctorSHARE pasti dibutuhkan masyarakat. Perhatikan juga kesehatan anak-anak dari masyarakat.

Saya rasa, kalau anggota doctorSHARE selalu rukun layaknya keluarga akrab masa depan tidak kita ragukan.Adakan banyak kegiatan untuk supaya pengalaman makin banyak. Saya mau membantu dalam hal sonografi.

dr. med. Kiky Sulistyo, SpoGDormagen, Jerman

Menurut saya mengenai rencana doctorSHARE ke depanIde yang baik tentang peningkatan pengetahuan SDM, contoh dengan pengetahuan dan dapat menggunakan USGDapat diadakan screening breast cancer di Jakarta atau di klinik.RSA yang baru dapat lebih baik setelah mendapat pengalaman di kapal pertama sehingga dapat lebih optimal.

Saya ingin membantu dengan ide dan konsep ini.Selamat berlayar dan salam saya untuk semua anggota tim doctorSHARE di Indonesia.

a

a

a

26 27

S aya ingat ketika pertama kali bertemu dengan dr. Lie Dharmawan di ruang praktiknya saat mengantar teman untuk berobat. Sebenarnya, nama dr. Lie Dharmawan sudah tidak

asing lagi di telinga. Hari itu juga saya beranikan diri menyapa beliau dan mendengarkan cerita-cerita yang membuat banyak orang terinpirasi.

Selang beberapa waktu, saya mendapat info mengenai rapat doctorSHARE yang membahas rencana pelayanan medis di kawasan kumuh di Jakarta Utara, yang juga baru terkena bencana kebakaran. Tanpa mengambil banyak pertimbangan (dan kebetulan bertepatan dengan waktu luang), saya pun memutuskan mengikuti pelayanan medis di daerah tersebut.

Setelah rapat selesai, dr. Lie juga membagikan ide dan visinya mengenai doctorSHARE yang saat itu mungkin baru berusia dua tahun. Wah, saya sungguh terkesima mendengarkan beliau. Hampir setiap kalimatnya berisi ide brilian, harapan, target yang jelas, langkah-langkah iman, dan ketulusan.

Selama hidup, saya baru sedikit bertemu dengan orang yang begitu berkomitmen terhadap panggilannya. dr. Lie adalah salah satunya. Beliau bukan hanya seorang dokter yang hebat, tapi juga seorang manusia rendah hati yang sangat mencintai Penciptanya dan juga sesamanya manusia.

Pertemuan pertama begitu berkesan dan makin lama makin menginspirasi saya. Saya semakin sering mengikuti kegiatan doctorSHARE di berbagai daerah di Jakarta. Setelah lahirnya RSA dr. Lie Dharmawan, saya pun sering bergabung dalam pelayanan medis di berbagai pulau di Indonesia, antara lain di Ketapang (Kalimantan Barat), Bali, Lombok, Pulau Komodo, Pulau Kei

(Maluku Tenggara), Malili (Sulawesi Selatan), dan Papua Barat. Selain itu, juga pelayanan medis terhadap korban bencana erupsi gunung Kelud di Jawa Timur serta bencana topan Haiyan di Filipina.

Pertemuan demi pertemuan, tempat demi tempat, memiliki cerita yang berbeda dan memberi saya pengalaman tak terlupakan. Melihat dengan mata kepala saya sendiri betapa terpuruknya kondisi bangsa yang saya cintai ini, khususnya dari sisi kesehatan.

Di kota besar, saya dapat menikmati gemerlap lampu, tempat tidur yang nyaman, fasilitas kesehatan yang mewah dan bersaing ketat. Di Indonesia bagian lain, masih ada seorang ibu yang menangis karena tidak ada obat ataupun tenaga medis yang memadai untuk menolong anaknya yang sekarat.

Ternyata ada seorang muda yang harus menunggu uang terkumpul untuk menyewa perahu kecil untuk mengantarkan neneknya berobat ke pulau yang lebih besar. Ternyata banyak anak yang masih kekurangan gizi. Ternyata banyak pulau kecil yang tidak memiliki obat, apalagi dokter. Ternyata banyak penyakit yang dianggap ringan di kota besar, namun mematikan di daerah-daerah terpencil karena hampir tidak ada obat.

Persahabatan yang terjalin dalam keluarga besar doctorSHARE pun sangat berarti dan berharga bagi saya. Di sini, saya bertemu sahabat-sahabat yang tidak sempurna, dari beragam latar belakang, yang dengan tulus saling melengkapi dan mau memberikan yang terbaik untuk menolong sesama.

Tidak hanya itu, saya ingat dr. Lie sering mengutip perkataan Abraham Lincoln, “Jangan tanya apa yang bisa negara berikan untukmu

Kisah Relawan doctorSHARESebuah Perjalanan Inspiratif

dr. Peggy Loman

tapi bertanyalah apa yang bisa kamu berikan untuk negaramu.”

Saya tidak punya banyak uang untuk bisa melunasi hutang negara. Saya juga tidak punya keahlian hukum untuk memberantas korupsi (seandainya bisa, saya mau).

“Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang ada padaku kuberikan untukmu.” Dengan segala keterbatasan saya sebagai seorang dokter, saya ingin bisa berguna bagi bangsa, bagi sesama, bagi negara saya tercinta, Indonesia g

dr. Peggy Loman adalah anggota doctorSHARE (2012 – sekarang)

S ungguh bahagia, mungkin kalimat yang tepat mewakili perasaan saat ini karena dapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan doctorSHARE. Tidak

terasa, sudah delapan bulan sejak pertama kali saya mengikuti pelayanan medis bersama doctorSHARE. Dalam hitungan waktu, saya mendapatkan banyak hal baik dalam pengalaman medis maupun sosial.

Saya mengunjungi tempat-tempat yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan bahwa suatu hari saya akan berada di sana, seperti desa-desa terpencil dan sangat terpencil yang hanya dapat dijangkau dengan transportasi laut karena belum tersedianya jalan beraspal.

Tidak hanya itu, ada juga desa-desa yang listriknya hanya menyala untuk beberapa jam, desa-desa yang sulit mendapat air bersih, dan desa-desa yang tidak memiliki MCK. Semua ini menjadikan saya pribadi yang lebih bersyukur dan menghargai apapun yang saya miliki saat ini.

Selama mengikuti pelayanan medis, ada beberapa pasien yang sangat membuat simpati karena mereka harus rela menahan rasa sakit yang diderita akibat fasililtas kesehatan serta transportasi yang kurang memadai. Tidak semua penduduk desa memiliki boat atau kapal kayu pribadi.

Mereka harus menyewa boat apabila ingin berobat di desa tetangga karena fasilitas kesehatan hanya dapat dijangkau oleh transportasi laut. Selain itu, ketidaktersediaan biaya dan sulitnya persediaan bahan bakar membuat mereka akhirnya memilih pasrah terhadap penyakit yang diderita.

Untuk ke kota atau kabupaten, mereka harus naik kapal besar yang berlayar seminggu sekali dengan catatan apapun kendala yang dihadapi, mereka harus tinggal di kota selama seminggu mengingat kapal yang akan membawa mereka kembali ke desa hanya berlayar seminggu sekali.

Selain itu, mereka harus mencari tempat tinggal

Kisah Relawan doctorSHAREKenangan Tak Terlupakan

dr. Cherie, S.Kom

28 29

selama berobat di kota serta mengatasi kendala biaya. Hal ini membuat mereka lebih memilih menahan rasa sakit. Mendengar cerita mereka, saya sedih dan merasa tidak berdaya.

Di samping pengobatan umum, saya juga memberikan penyuluhan kesehatan kepada warga semua kalangan baik usia muda atau tua yang topiknya disesuaikan dengan pendengar. Biasanya untuk kalangan usia produktif sampai tua, kami memberikan penyuluhan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam Rumah Tangga. Pada anak-anak sekolah, penyuluhan yang diberikan adalah mengenai cara mencuci tangan, menggosok gigi, hingga pentingnya menggunakan alas kaki saat keluar rumah. Harapannya, penyuluhan tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terasa manfaatnya.

Saya pun sangat menyukai anak-anak. Saat mendapat kesempatan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan untuk menilai status gizi anak-anak di desa setempat, saya senang.

Ada beberapa pertanyaan yang harus saya tanyakan kepada para ibu untuk melengkapi kuisioner survei gizi. Namun, ada pertanyaan yang ternyata belum dipahami para ibu seperti arti ASI eksklusif serta saat yang tepat untuk memberikan Makanan Pendamping (MP) ASI pada bayi mereka. Pemberian MP ASI yang terlalu cepat dari usia yang seharusnya akan mempengaruhi kerja usus serta status gizi bayi. Melalui pendekatan secara personal saat survei, kami memberi pengetahuan pada para ibu mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif dan kapan waktu yang tepat untuk pemberian MP ASI.

Selain ketakutan ibu akan kebutuhan bayi yang tidak tercukupi dengan hanya pemberian ASI, faktor kebiasaan atau adat juga memegang peran. Hal ini diketahui saat pengambilan sampel survei gizi dimana hampir setiap

jawaban dari masing-masing ibu cenderung sama satu dengan yang lainnya. Di beberapa desa, bayi berusia tiga bulan sudah diberikan bubur SUN dan pisang.

Pemberian MP ASI yang tidak sesuai dengan usia dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan beberapa penelitian mengaitkannya dengan status gizi. Pendekatan secara personal terhadap para ibu diharapkan dapat mengubah pola kebiasaan tersebut.

Dari seluruh pelayanan medis yang saya ikuti, pelayanan medis ke Pulau Kei, Maluku Tenggara, merupakan yang paling berkesan karena hampir sebulan lamanya saya dan teman-teman melaksanakan pelayanan medis dari satu desa ke desa lainnya dengan menggunakan sekoci ataupun boat dari warga setempat yang dipersiapkan untuk menjemput kami di sela-sela ombak yang besar.

Ketiadaan dermaga untuk bersandarnya kapal serta kondisi pasang surut menyebabkan kami harus lempar jangkar di tengah laut. Selama hampir sebulan tinggal di kapal, suka dan duka kami lalui bersama mulai dari membeli bahan makanan di kota untuk cadangan makanan selama berlayar, memasak, mencuci baju serta mempersiapkan segala keperluan pelayanan medis di dalam kapal. Semua ini akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan bagi saya.

Penduduk setempat juga sangat ramah serta antusias menyambut kedatangan kami dan ini dirasakan di setiap desa yang kami kunjungi. Walaupun berada jauh dari kota, rasa nyaman itu tetap ada. Ini mengingatkan saya dengan kutipan dari Maya Angelou: “People will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel” g

dr. Cherie adalah anggota doctorSHARE (Maret 2014 – sekarang)

Saya adalah anak ketiga dari lima bersaudara yang lahir di Lhokseumawe, Aceh pada 28 Agustus 1988. Ketika sekolah, boleh dibilang saya tidak punya cita-cita. Saya hanya

ingin jadi orang biasa. Tidak ada impian yang besar selain hidup sederhana menjadi karyawan di sebuah perusahaan Aceh saja. Saat bersekolah di SMK, saya pernah berhenti sampai tiga tahun karena tidak punya biaya.

Hidup kami sekeluarga terbentur biaya yang selalu pas-pasan. Selain itu, saya juga harus berhadapan dengan masalah di dalam keluarga. Ketika duduk di bangku SMP, konflik yang terjadi

di Aceh sedang memuncak. Kedua orang tua saya berpisah hingga pada suatu hari terjadilah tsunami Aceh. Orang tua dan adik paling bungsu hilang diterjang tsunami.

Saya mencari orang tua yang hilang sampai dua tahun dengan berlayar. Saya akhirnya memutuskan pulang kampung untuk kembali sekolah. Saya mengambil jurusan perikanan bagian kapal penangkapan tapi sempat gagal setahun. Saya tidak naik kelas karena jarang masuk sekolah.

Sambil sekolah, saya menjadi nelayan dengan perahu kecil untuk mencari ikan selain harus

Bukan ABK BiasaAnak Buah Kapal (ABK) RSA dr. Lie Dharmawan memegang peran yang tidak kalah penting dengan para relawan doctorSHARE. Di tangan merekalah RSA dapat berlayar mengarungi samudera. Di tangan mereka pula RSA yang terbuat dari kayu ulin ini dapat sandar ataupun melempar jangkar dengan aman dari pulau ke pulau. Tapi ada yang istimewa.

Berbeda dengan ABK pada umumnya yang hanya tahu urusan kemudi, ABK RSA dr. Lie Dharmawan sekaligus menjadi relawan yang terlibat langsung dalam pelayanan medis doctorSHARE seperti membantu memapah pasien pasca operasi, mobilisasi obat dan alat kesehatan, mengarahkan antrian pasien, bahkan membantu di bagian pendaftaran. Latar belakang mereka pun sangat inspiratif. Simak penuturan salah seorang ABK RSA dr. Lie Dharmawan pada tulisan di bawah ini.

M. Zubir – Jurumudi RSA dr. Lie Dharmawan (2013 – sekarang)

30 31

S elasa, 3 Juni 2014, doctorSHARE melangsungkan pelayanan medis di Rumah Tahanan (Rutan) Pondok Bambu Kelas IIA, Jakarta Timur. Dalam pelayanan medis

yang berlangsung pk 08.00 hingga pk 12.30 WIB ini, tim doctorSHARE menerjunkan 10 dokter, bekerjasama dengan 3 dokter dan 6 perawat Rutan Pondok Bambu. Jenis pelayanan medis yang dilakukan meliputi pengobatan umum yang diikuti oleh 452 warga binaan dengan penyakit terbanyak meliputi ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), dermatitis (penyakit kulit), dyspepsia (gangguan pencernaan), myalgia (nyeri otot), dan cephalgia (nyeri kepala). Pelayanan medis di rumah tahanan merupakan kali pertama bagi doctorSHARE. “Ketika kami datang, warga binaan Rutan Pondok Bambu terlihat sangat antusias. Kami harap ke depan, pelayanan medis di lokasi-lokasi baru yang membutuhkan seperti rumah tahanan dapat berlanjut dengan program-program baru,” papar koordinator pelayanan medis doctorSHARE untuk Rutan Pondok Bambu, dr. Stefan Andhika g

Pelayanan MedisdoctorSHARE

di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur

mengurus adik-adik di kampung. Karena mencari pekerjaan di laut ternyata sulit, saya pun mencari pekerjaan di darat dan diterima sebagai kuli bongkar muat barang. Lama kelamaan, saya diajar menyetir mobil dan akhirnya menjadi sopir.

Singkat cerita, saya akhirnya menjadi ABK di beberapa kapal hingga akhirnya berkenalan dengan RSA dr. Lie Dharmawan pertama kalinya saat kapal ini akan berlayar ke Belitung Timur (tahun 2013 pada Trilogi Pelayaran Perdana RSA – red.)

Saya tahu bahwa RSA dr. Lie Dharmawan adalah kapal rumah sakit pertama yang berkeliling Indonesia memberikan pelayanan medis. Saya tertarik menjadi bagian dari RSA bukan hanya untuk mencari pengalaman tapi juga untuk menolong banyak orang di pelosok negeri ini. Lama-kelamaan, bekerja di RSA membawa kesan yang sangat dalam bagi saya. Ada banyak cerita menarik mulai dari mengarungi ombak besar manakala cuaca tidak baik hingga cerita tentang orang-orang yang memang sangat membutuhkan bantuan medis terutama mereka yang ada di Indonesia Timur. Pelayanan medis ke Pulau Kei, Maluku Tenggara rasanya menjadi salah satu perjalanan yang paling berkesan bagi saya. Saya melihat sendiri bagaimana mereka memang perlu uluran tangan kita g

Pelayanan Medis RSA dr. Lie Dharmawandi Misool Selatan, Papua Barat (25-28 Juni 2014)

D octorSHARE melaksanakan pelayanan medis dengan menggunakan Rumah Sakit Apung (RSA) dr. Lie Dharmawan berlokasi di Misool Selatan,

Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat pada 25 – 28 Juni 2014. Pelayanan medis di Misool Selatan ini merupakan rangkaian pertama dari tiga rangkaian pelayanan medis doctorSHARE di Papua Barat.

Bertajuk “Melangkah Bersama Wujudkan Indonesia Timur Sehat”, doctorSHARE memberi berbagai jenis layanan mulai dari bedah mayor, bedah minor, pemeriksaan kandungan (USG/Ultrasonografi) pengobatan umum, pendampingan kesehatan, serta pendataan gizi.

25 Juni 2014, doctorSHARE melangsungkan bedah mayor (5 pasien), bedah minor (17 pasien), dan pemeriksaan kandungan (42 pasien) di RSA yang tengah sandar di Pelabuhan Distrik 35, Misool Selatan, Raja Ampat, Papua Barat.

26 Juni 2014, doctorSHARE memberi pelayanan di

Kampung Yellu, Misool Selatan, Raja Ampat berupa pengobatan umum (177 pasien), pendampingan kesehatan bertopik Tuberkulosis dan HIV/AIDS (diikuti sekitar 100 peserta), pendataan gizi (17 anak), dan pemeriksaan kandungan (30 pasien).

27 Juni 2014, doctorSHARE melayani pengobatan umum (62 pasien), pemeriksaan kandungan (18 pasien), bedah mayor (3 pasien), dan bedah minor (9 pasien) di Distrik 35, Misool Selatan, Raja Ampat.

28 Juni 2014, doctorSHARE melangsungkan pelayanan medis di Kampung Fafanlap dalam bentuk pengobatan umum (200 pasien), pemeriksaan kandungan (18 pasien), pendataan gizi (12 anak), dan pendampingan kesehatan bertema Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang diikuti oleh lebih dari 50 peserta.

Total pasien dalam rangkaian pelayanan medis di Misool Selatan, Raja Ampat ini adalah 108 pasien pemeriksaan kandungan, 26 pasien bedah minor, 8 pasien bedah mayor, 439 pasien pengobatan umum, serta pendataan gizi terhadap 29 anak dan pendampingan kesehatan bagi sekitar 150 warga. Dalam pelayanan medis ini, doctorSHARE menerjunkan dua dokter spesialis, seorang penata

anestesi, seorang perawat bedah, sebelas dokter umum, dan tujuh tenaga non medis.g

Ketika saya mendapat ajakan melakukan pelayanan medis di Raja Ampat, sontak saya kaget. Dalam benak saya, Raja Ampat adalah tempat yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal yang terkenal indah alamnya. Tidak pernah terbayang sebelumnya seperti apa Papua itu. Inilah pertama kalinya saya menginjakkan kaki ke Papua.

Saya pun mengerti mengapa pelayanan medis harus dilakukan di Papua. Banyak pulau yang tergabung dalam wilayah Raja Ampat yang kehidupan sosial ekonominya tidak persis seperti pikiran kebanyakan orang yaitu bahwa Raja Ampat adalah pulau yang setiap sudutnya indah. Pulau yang saya kunjungi adalah lain Pulau Batanta dan Pulau Salawati, Papua Barat. Kedua pulau ini bukanlah tempat yang populer dikunjungi wisatawan. Kehidupan ekonomi masyarakat di kedua pulau ini sangat bervariasi, namun yang saya rasakan adalah masih kurangnya wawasan mereka mengenai berbagai hal tentang kesehatan. Sarana dan tenaga kesehatan di setiap pulau di wilayah Raja Ampat tidaklah sama. Ada yang sudah lengkap, ada yang masih kurang.

Pelayanan medis yang hanya dilakukan satu kali tidak akan membantu mereka dalam jangka panjang. Oleh karena itu, ada baiknya jika diadakan kegiatan yang dapat mengajarkan mereka untuk menangani beberapa penyakit kronis misal dengan membudidayakan tanaman untuk beberapa penyakit tertentu.

Selain itu, alangkah baiknya jika kegiatan sosial yang dilakukan juga dapat melibatkan beberapa bidang spesialisasi lain seperti spesialisasi mata dan gigi, juga menambah beberapa jenis obat yang mungkin akan diperlukan selain yang sudah disiapkan.Banyak pengalaman yang saya dapat selama mengikuti pelayanan medis bersama doctorSHARE berjalan di Papua Barat. Inilah kali pertama saya melakukan kegiatan sosial di luar Pulau Jawa. Yang lebih mengesankan adalah beberapa kegiatan medis dilakukan di dalam RSA. Kami tidur di kapal yang sedang terombang-ambing oleh gelombang air laut.Ini merupakan pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan. Terima kasih sudah mengajak saya terlibat langsung dalam pelayanan medis di Papua Barat. Semoga saya dapat kembali bergabung dalam kegiatan pelayanan medis doctorSHARE lainnya di lain waktu.

Goresan Relawandr. Erinna Tjahjono

32 33

Pelayanan Medis RSA dr. Lie Dharmawandi Batanta dan Salawati, Papua Barat (4-8 Juli 2014)

P ada 4 – 8 Juli 2014, doctorSHARE melangsungkan pelayanan medis bagian kedua dalam rangkaian pelayanan medis doctorSHARE di Provinsi Papua Barat setelah

pelayanan medis bagian pertama yang berlangsung di Misool Selatan, Kabupaten Raja Ampat, pada 25 – 28 Juni 2014. Pelayanan medis bagian kedua ini berlangsung di dua pulau yaitu Pulau Batanta dan Pulau Salawati, Kabupaten Raja Ampat dengan tajuk “Melangkah Bersama Wujudkan Indonesia Timur Sehat”. doctorSHARE melangsungkan pelayanan medis dalam bentuk bedah minor, pengobatan umum, penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kandungan dengan USG (ultrasonografi), pendataan gizi balita dan anak, juga melakukan kegiatan interaktif mengumpulkan sampah kertas dan plastik. 4 Juli 2014, layanan medis doctorSHARE dilakukan di Kampung

Yenanas, Batanta Selatan sementara 5 – 6 Juli 2014 pelayanan berlangsung di Kampung Amdui, Batanta Selatan. 7 – 8 Juli 2014, doctorSHARE memberi pelayanan medis di Kampung Samate, Salawati Utara. Kegiatan pelayanan medis di Kampung Samate juga diikuti oleh warga dari kampung-kampung sekitar.

Total pasien dalam rangkaian pelayanan medis di Pulau Batanta dan Pulau Salawati, Kabupaten Raja Ampat ini diikuti oleh 521 pasien dengan penyakit terbanyak antara lain adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), myalgia (nyeri otot), dan gastritis (nyeri lambung). Selain itu juga terdapat 16 pasien bedah minor, dan 52 pasien pemeriksaan kandungan. Dalam pelayanan medis ini, doctorSHARE menerjunkan dua dokter spesialis (bedah serta kandungan dan kehamilan), seorang perawat bedah, empat dokter umum, dan seorang sukarelawan non medis. Setelah Pulau Batanta dan Pulau Salawati, tim berencana akan bertolak dengan RSA dr. Lie

Dharmawan untuk memberikan pelayanan medis di Kabupaten

Tambrauw, Papua Barat g

Terima kasih untuk kesempatan bergabung dengan doctorSHARE. Luar biasa. Rumah Sakit Apung (RSA) mampu menggapai daerah pedalaman dan memberikan bantuan medis dan edukasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Raja Ampat merupakan kabupaten yang terdiri dari banyak pulau. Masyarakatnya ramah, pemandangan lautnya luar biasa indah dan bersih namun belum memiliki infrastruktur yang baik. Listrik hanya tersedia menjelang malam sampai subuh. Fasilitas air bersih tidak memadai, juga tidak ada tenaga dokter.

Hari pertama, kami tiba di Pulau Batanta. Balai pengobatan penuh dengan pasien anak dan dewasa namun tidak terdapat kasus bedah sehingga program selesai lebih awal dan dapat melanjutkan pengobatan di daerah lain. Keesokan harinya, kami mengadakan pengobatan di Amdui, Batanta Selatan. Selain pengobatan, terdapat beberapa kasus bedah minor seperti lipoma, ulkus, dan karbunkel. Tim juga mengadakan edukasi tentang kebiasaan hidup sehat dan persalinan yang baik.

Hari ketiga, kami berlayar ke Salawati, pulau yang telah mengalami beberapa kali pemekaran. Balai tempat berkumpul warga terletak di seberang Puskesmas dan dihadiri warga-warga dari beberapa kampung. Selain kasus bedah mengambil sediaan biopsi, kami juga diberi kesempatan menangani persalinan untuk pertama kalinya dalam perjalanan doctorSHARE. Persalinan berlangsung normal dibantu oleh dr. Danny, SpOG beserta tim setempat. Pengobatan di Salawati berlangsung dua hari.

Keesokan harinya, kami diberi waktu untuk berlayar mengarungi pulau-pulau sekitar yang sudah lama mengundang rasa ingin tahu. Kami mengucapkan selamat tinggal pada penduduk Pulau Salawati yang sangat bersahabat. Pengalaman ini merupakan bagian yang tidak akan terlupakan dari hidup seorang dokter. Anak Buah Kapal (ABK) juga dengan cepat menjadi sahabat. Semuanya ditangani dengan profesional. Segala yang direncanakan berjalan dengan lancar dan tepat waktu.

Let’s go international, doctorSHARE!

Goresan Relawandr. Andreas Laurencius

34 35

Pelayanan Medis RSA dr. Lie Dharmawandi Kabupaten Tambrauw, Papua Barat

(13-17 Juli 2014)

P ada 13 – 17 Juli 2014, doctorSHARE melalui misi Rumah Sakit Apung (RSA) dr. Lie Dharmawan telah melaksanakan pelayanan medis bagian terakhir di Provinsi Papua

Barat, tepatnya di Kabupaten Tambrauw dengan tema “Melangkah Bersama Wujudkan Indonesia Timur Sehat”. Pelayanan medis dalam bentuk bedah mayor, bedah minor, pengobatan umum, pendataan gizi, dan p e n d a m p i n g a n kesehatan ini menerjunkan tiga dokter spesialis (bedah, anestesi, kehamilan dan kandungan), enam dokter umum, tiga perawat, dan dua relawan non medis.

13 Juli 2014, tim melakukan pemeriksaan sebelum operasi yang bertempat di Gedung Rawat Nginap Puskesmas Sausapor. 14 Juli 2014, tim melakukan bedah mayor dan bedah minor di RSA dr. Lie Dharmawan yang sandar di Pelabuhan Saonek, Kabupaten Tambrauw yang berlanjut keesokan harinya. Selain bedah mayor dan bedah minor, pada 15 Juli 2014 tim juga memberikan pelayanan medis berupa pemeriksaan kehamilan dan kandungan serta visit pasien paska operasi yang berlokasi di Gedung Rawat Nginap Puskesmas Sausapor.

16 Juli 2014, tim menggelar pendampingan/penyuluhan kesehatan mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat serta pemberian bingkisan bagi para siswa SMP Sausapor. Tim juga melangsungkan pengobatan umum dan pendataan gizi yang berlokasi di Pelabuhan Saonek, Kabupaten Tambrauw.

17 Juli 2014, tim kembali melakukan kunjungan bagi para pasien paska operasi di Gedung Rawat Nginap Puskesmas Sausapor.

Total pasien dalam rangkaian pelayanan medis 13 – 17 Juli 2014 di Kabupaten Tambrauw adalah 18 pasien bedah minor, 12 pasien bedah mayor dengan mayoritas kasus adalah hernia scrotalis, 23 pasien pemeriksaan kehamilan dan kandungan, 383 pasien pengobatan umum, serta pendampingan/

penyuluhan kesehatan yang diikuti oleh hampir 100 siswa SMP Sausapor. Selain itu, tim juga melakukan pendataan gizi terhadap 50 balita. Mayoritas kasus dalam pengobatan umum yaitu ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), orteo arthritis (radang sendi), hipertensi (darah

tinggi), dan dispepsia (kumpulan gejala yang menimbulkan rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan). Kehadiran tim d o c t o r S H A R E disambut hangat oleh

Bupati Tambrauw, Bpk. Gabriel Asem, S.E., M.Si. beserta jajarannya yang menyempatkan diri datang berkunjung ke RSA dr. Lie Dharmawan. Pelayanan medis ini merupakan bagian ketiga dari rangkaian pelayanan medis doctorSHARE di Papua Barat. Pelayanan medis rangkaian pertama berlangsung di Misool Selatan, Kabupaten Raja Ampat pada 25-28 Juni 2014 sedangkan pelayanan medis rangkaian kedua berlangsung di Pulau Batanta dan Pulau Salawati, Kabupaten Raja Ampat pada 4-8 Juli 2014. Rangkaian pelayanan medis di Papua Barat yang berlangsung sejak 24 Juni hingga 17 Juli 2014 ini sejalan dengan visi doctorSHARE yaitu membantu warga Papua Barat yang terperangkap dalam kesulitan agar mereka mampu bangkit dan kembali aktif dalam kehidupan bermasyarat g

Pelayanan Medis RSA dr. Lie Dharmawandi Pulau Kei, Maluku Tenggara (31 Juli – 25 Agustus 2014)

P ada 31 Juli – 25 Agustus 2014, doctorSHARE kembali mengembangkan layar di tempat lahirnya inspirasi Rumah Sakit Apung yaitu Pulau Kei,

Kabupaten Maluku Tenggara. Pelayanan medis yang berlangsung selama kurang lebih satu bulan ini mengambil tema “Melayani Dengan Semangat Cinta Kasih dan Persaudaraan Menuju Indonesia Timur Sehat”. Pelayanan medis dengan Rumah Sakit Apung (RSA) dr. Lie Dharmawan di Pulau Kei dilakukan dalam bentuk pengobatan umum, bedah mayor, bedah minor, pendataan gizi, pendampingan/penyuluhan kesehatan, serta penyaluran pakaian bekas layak pakai, makanan, dan sandal jepit dari para donatur. Pelayanan medis doctorSHARE dilakukan di Pulau Kei Kecil serta Pulau Kei Besar yang terbagi menjadi dua kloter. Kloter pertama pelayanan medis berlangsung 31 Juli –

11 Agustus 2014 berlangsung di Pelabuhan Savsiw, Langgur, Kei Kecil serta Pelabuhan Elat, Kei Besar dengan menerjunkan seorang dokter spesialis bedah, sembilan dokter umum, seorang penata anestesi, dan seorang perawat. Jumlah pasien pengobatan umum kloter pertama mencapai 252 pasien, bedah minor 56 kasus, bedah mayor 38 kasus, serta pendampingan kesehatan mengenai Diare Pada Anak serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang diikuti oleh sekitar 200 siswa SD.

Pelayanan medis kloter kedua yang berlangsung 12 – 25 Agustus 2014 seluruhnya dilakukan di Kepulauan Kei Besar dengan cara melempar jangkar di tengah laut dan kemudian

mendatangi desa demi desa dengan menggunakan sekoci RSA dan perahu mesin warga. Kedalaman pesisir yang dangkal tidak memungkinkan RSA dr. Lie Dharmawan merapat. Tim sempat

36 37

terkendala tingginya ombak. Namun demikian, tim mampu berlayar dengan selamat dan pelayanan medis tetap berlangsung baik dan lancar. Desa-desa di Kepulauan Kei Besar yang didatangi tim kloter kedua adalah Uwat, Mun Ohoi Ir, Ad Weraur, Ngurwul, Mun Tadiun, Werfar, Laar, Ohoi Waf, Hoor Islam, dan Hoor Kristen. Mayoritas warga di desa-desa ini bekerja sebagai tukang kebun yang berpenghasilan minim. Hasil kebun berupa ubi kayu seperti “embal” yang menjadi makanan pokok pun lebih banyak digunakan untuk konsumsi sendiri. Dalam hal kesehatan, warga di beberapa desa ini pun begitu kesulitan berobat karena ketiadaan petugas kesehatan lokal, juga minimnya fasilitas pendukung dan ketersediaan obat-obatan. Antusiasme warga pun begitu tinggi menyambut kehadiran tim. Sesampainya tim di bibir pantai, warga bergegas menghampiri sekoci dan membantu membawakan logistik. Kepala desa yang sebelumnya sudah mengetahui kabar kedatangan tim melalui radio komunikasi, telah memberitahu warga dan mempersiapkan lokasi pengobatan umum sehingga pelaksanaan pelayanan medis berlangsung efektif. Pelayanan medis kloter kedua menerjunkan tujuh dokter umum dan seorang sukarelawan non medis. Pelayanan medis mencakup pengobatan umum terhadap 939 pasien dan 10 kasus bedah minor,

juga penyuluhan kesehatan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang diikuti oleh lebih dari 100 siswa Sekolah Dasar dan para orang tua di berbagai lokasi. Tim doctorSHARE juga melakukan kunjungan paska operasi dan home visit atau mendatangi pasien secara langsung ke rumahnya. Kunjungan “blusukan” ini memperlihatkan banyaknya pasien yang hanya mampu terbaring lemah karena penyakitnya. Tim menemukan cukup banyak warga yang berada dalam kondisi semacam ini, terutama di kalangan orang tua. Dari keseluruhan pelayanan medis di Pulau Kei dalam dua kloter, tim doctorSHARE menyimpulkan penyakit terbanyak yang menyerang warga adalah myalgia (nyeri otot), ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), dan hipertensi (darah tinggi), dan wabah diare pada para balita dan anak di Desa Ad-Weraur. Dari pengamatan lapangan, penyakit-penyakit ini terutama timbul perilaku hidup yang tidak bersih dan tidak sehat, serta kebiasaan makanan dan pengaruh gaya hidup yang keliru. Di samping itu, doctorSHARE juga melangsungkan survei gizi pada anak-anak yang berusia kurang dari lima tahun. Pengetahuan orang tua terhadap pentingnya ASI eksklusif sangat berpengaruh terhadap status gizi anak. Para orantg tua dari 74 anak yang kami survei gizinya, tidak tahu apa arti ASI eksklusif dan manfaatnya. Sebagian besar anak yang kami survei masuk kategori gizi kurang. Status

kesehatan mereka pun tidak begitu baik karena minimnya pengetahuan ibu tentang makanan bergizi sehingga daya tahan (kekebalan) tubuh anak rendah. 9 Agustus 2014, doctorSHARE juga sempat mengadakan pemeriksaan kesehatan (medical check up) terhadap para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kepulauan Kei. Pada 17 Agustus 2014, tim doctorSHARE pun turut merayakan kemeriahan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-69 bersama anak-anak di Desa Mun Tadiun. Perayaan Hari Ulang Tahun Indonesia ini antara lain dilakukan tim dengan mengadakan

aneka perlombaan seperti balap kelereng, memasukkan paku ke dalam botol, menyampaikan pesan berantai, dan sebagainya yang diikuti gembira oleh anak-anak dengan pesan bahwa mereka adalah bagian dari Indonesia yang tidak terlupakan. doctorSHARE berharap keseluruhan rangkaian pelayanan medis di Pulau Kei ini tidak hanya menjadi rutinitas pelayanan medis setiap tahunnya tapi juga mampu melengkapi kebutuhan tenaga medis yang selama ini terbatas, dan yang terpenting adalah menyebarkan harapan dan semangat kehidupan bagi warga yang selama ini hidup di daerah terpencil.g

Pelayanan medis bersama doctorSHARE di Pulau Kei, Maluku Tenggara dengan RSA sangatlah menyenangkan dan tidak terlupakan. Saya belajar banyak dan

dapat melatih berbagai ilmu terutama ilmu bedah. Ilmu bedah adalah ilmu yang sebenarnya harus dikuasai oleh dokter umum.

Pengalaman selama saya menjadi dokter – Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Halmahera Utara, Kecamatan Loloda Utara, jelas berbeda jika dibandingkan dengan pengalaman melakukan pelayanan medis bersama doctorSHARE di Pulau Kei. Sebagai dokter PTT, saya bekerja di darat. Bersama doctorSHARE, saya melakukannya di RSA dimana kita harus terbiasa memberi tindakan di dalam kapal yang tidak stabil karena goncangan ombak yang tidak menentu.

Saat mengikuti pelayanan medis di Pulau Kei bersama doctorSHARE, saya terenyuh karena ternyata sangat banyak masyarakat di kawasan tersebut yang tidak tersentuh medis, terutama untuk kasus-kasus bedah. Dengan RSA, kita dapat berbagi melayani orang-orang yang tidak terjangkau oleh tangan medis, khususnya bagi mereka yang berasal dari kalangan bawah.

Pengalaman yang juga tidak saya lupakan adalah saat harus tidur “ngampar” di kapal. Saat tidur, kita dapat merasakan gelombang laut atau ombak yang mungkin dapat mengakibatkan mabuk laut bagi mereka yang tidak terbiasa.

Goresan Relawandr. Adi Surya Dinata

38 39

Harga Sebuah Nyawadr. Paulus Lukman

Setelah sekian minggu mencari posisi sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk membantu daerah yang membutuhkan dokter, tiba-tiba ada kabar dari

daerah Halmahera Utara. Daerah tersebut rupanya sangat membutuhkan dokter. Lokasi tepatnya adalah di Pulau Dama, Kecamatan Loloda Kepulauan. Dengan hati gembira saya mulai mencari peta daerah tersebut melalui internet.

Ternyata, informasi yang saya peroleh minim sekali. Informasi yang minim tidak membuat keputusan saya berubah. Saat itu juga saya segera mendaftarkan diri menjadi dokter PTT di daerah tersebut. Pada waktu yang telah ditentukan, saya berangkat dari Jakarta dan transit di Bandara Sam Ratulangi, Sulawesi Utara, Manado.

Sesampainya di daerah Kao, saya melanjutkan perjalanan ke Tobelo dengan mobil selama empat jam. Selama perjalanan yang memakan waktu cukup lama tersebut, saya mencoba berinteraksi dengan sopir untuk mengetahui informasi soal tempat yang akan saya datangi. Rupanya, Dama merupakan daerah terpencil di Halmahera Utara. Dama juga merupakan nama desa, bukan pulau.

Sopir yang membawa saya ke tempat tujuan bercerita bahwa Dama adalah “tempat buangan” bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang senang bermalas-malasan. Kalimat yang dilontarkan oleh sang sopir ini mengesankan saya. Sesampainya di Tobelo, saya melanjutkan perjalanan dengan kapal penumpang. Kapal ini hanya memiliki dua jadwal keberangkatan dalam seminggu yaitu Senin dan Jumat.

Di Dama, listrik hanya tersedia pukul 18.00 sampai 00.00 WIT. Dama juga jauh dari

pemancar sinyal. Akibatnya, sulit bagi kita untuk menggunakan layanan telepon genggam apalagi internet. Namun tak perlu khawatir saat bicara soal air. Dama masih asri. Mata airnya jauh dari lokasi pembuangan limbah pabrik sehingga sama sekali tidak tercemar.

Wilayah kerja saya terdiri dari 10 desa. Sesampainya di Dama, saya sudah harus melayani pasien laki-laki berusia 26 tahun dengan luka bakar derajat dua. Pasien menolak dirujuk karena persoalan biaya.

“Tidak dirujuk, Pak?” tanya saya pada Kepala Puskesmas.

“Pasien menolak dirujuk, Dok. Masalah biaya.”

Butuh waktu dua hari untuk memberikan pengertian pada orang tuanya sebelum akhirnya mereka setuju merujuk anaknya. Sayangnya, kondisinya sudah tidak sebaik dua hari lalu. Infeksi sudah menyebar. Selang satu minggu setelah dirujuk, saya mendapat kabar bahwa pasien meninggal dunia karena ternyata dia tidak dibawa ke Rumah Sakit di kota melainkan pulang ke desanya.

Tak lama kemudian, saya diminta pergi ke Desa Salube, desa tetangga yang tidak begitu jauh. Seorang anak perempuan berumur satu tahun demam tinggi hingga kejang (demam kompleks). Anak tersebut sudah dibawa ke dukun kampung dua hari sebelumnya.

Saya tidak dapat berbuat banyak. Obat anti kejang tidak tersedia di Puskesmas karena sedang menunggu re-stock. Saya mencoba memberikan masukkan agar pasien dirujuk namun keluarga ingin bermusyawarah dahulu. Keesokan harinya, seorang mantri mengetuk pintu rumah untuk meminta surat

rujukan. Saya kaget bukan kepalang karena yang meminta rujuk bukanlah anak yang kejang namun ibu hamil yang mengalami komplikasi. Saat bertanya mengenai anak tersebut, saya mendapat jawaban yang lebih mengagetkan. “Anak itu sudah dipasrahkan oleh keluarganya, Dok.”

Dua bulan berlalu. Saya mendapatkan pasien laki-laki 30 tahun dengan penyakit ludwig angina (nyeri ulu hati) akibat cabut gigi yang tidak steril. Antibiotik di Puskesmas tidak cukup kuat untuk mengobati pasien ini. Saya anjurkan untuk dirujuk namun keluarga menolak dan tetap ingin dirawat di rumah. Kondisi pasien memburuk hingga akhirnya keluarga setuju merujuk pasien.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, saya berpikir mereka pasti kesulitan biaya. Saya putuskan untuk membantu biaya perjalanan pasien ini. Meski demikian, keluarga masih perlu bermusyawarah. Seiring berjalannya waktu, keluarga sepertinya tidak memikirkan kondisi pasien yang terus memburuk.

Saya terus bertanya dalam hati, apakah harga sebuah nyawa begitu rendah di daerah sangat terpencil ini hingga begitu mudah dipasrahkan? Sedemikian sulitkah untuk diperjuangkan?

J a w a b a n sederhana yang saya pikirkan terletak pada kapal penumpang yang keberangkatannya hanya terjadwal dua minggu sekali dengan waktu tempuh delapan jam. Sungguh sulit merujuk pasien-pasien darurat yang butuh bantuan secepatnya. Apabila harus dirujuk segera, paling tidak perlu dana sekitar dua juta rupiah untuk Bahan Bakar Minyak (BBM), belum termasuk biaya rumah sakit, biaya hidup di kota bagi keluarga yang menemani, dan biaya lain-lain. Begitu takutnya dengan perkiraan jumlah biaya yang membayang di depan mata, mereka cenderung “memasrahkan” anggota keluarga mereka.

Kondisi ini tidak saja terjadi di daerah tempat saya PTT. Saya sangat yakin ada banyak daerah memerlukan layanan kesehatan yang memadai. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan daerah-daerah yang sulit dijangkau, tak hanya dari segi kesehatan namun juga dari segi kehidupan lainnya g

dr. Paulus Lukman adalah anggota doctorSHARE, dokter PTT di Halmahera Utara periode 2011 – 2013

40 41

doctorSHARE Dalam Rapat ReformasiBirokrasi Nasional

dr. Sianly

Pemerintah Indonesia masih berupaya menjalankan reformasi birokrasi secara sistemik, dengan target meliputi level struktur hingga

mindset dan kultur birokrasi. Berbagai strategi digunakan untuk mendorong kualitas kinerja birokrasi dan pelayanan publik. Dalam upaya inilah pada 9 – 10 September 2014, Kemitraan melalui program Reform the Reformers Continuation (RtR-C) menyelenggarakan Pertemuan Puncak Reformasi Birokrasi Nasional (RB Summit) di JS Luwansa Hotel, Jl. HR. Rasuna Said Kav. C-22, Jakarta.

Pelayanan kesehatan merupakan bagian dari pelayanan dasar yang menjadi hak warga negara yang dalam kenyataan di lapangan masih harus menghadapi berbagai permasalahan. Oleh karenanya, bidang kesehatan merupakan salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan ini.

Beberapa masalah dalam bidang kesehatan diantaranya adalah ketimpangan layanan kesehatan, rendahnya upaya promosi

kesehatan dan pencegahan penyakit, rendahnya kesadaran akan kondisi kesehatan lingkungan, masalah pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan, mahalnya harga obat, terbatasnya tenaga kesehatan, sulitnya akses dari wilayah tempat tinggal menuju lokasi yang memiliki tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan, serta hal-hal yang tidak lepas dari pengaruh faktor ekonomi, sosial, serta pendidikan.

Pendiri doctorSHARE selaku penggagas berdirinya Rumah Sakit Apung (RSA) yaitu dr. Lie Dharmawan turut diundang untuk memberikan opininya. Selama ini, doctorSHARE telah melakukan pelayanan medis mengelilingi Indonesia, memberikan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat di daerah periferi yang membutuhkan dalam bentuk pengobatan umum, bedah mayor dan bedah minor, pemeriksaan USG, dan edukasi kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

Karena pemberitahuan mengenai acara ini bersifat mendadak, dr. Lie berhalangan

datang sehingga Wakil Sekretaris Jenderal doctorSHARE hadir sebagai perwakilan untuk berbagi pengalaman tentang hal-hal yang telah dilakukan doctorSHARE bagi masyarakat Indonesia: bagaimana sejarah hadirnya RSA, apa saja tantangan yang dihadapi, dan bagaimana upaya doctorSHARE mengatasi tantangan tersebut.

Reformasi birokrasi berkaitan dengan ribuan proses tumpang tindih (overlapping) antar fungsi. Sangat perlu untuk menata ulang proses birokrasi amat memerlukan penataan ulang di tiap lapisannya mulai dari lapisan terendah hingga tertinggi. Birokrasi baru yang tereformasi tidak dapat terbentuk serta-merta, sekali jadi, atau seketika. Perlu jaringan kerja yang solid antar bagian serta kemauan belajar antar semua pihak penggerak perubahan. Selain itu juga perlu kesediaan bertukar pengalaman dan pengetahuan dan umpan balik melalui komunikasi dialogis berkelanjutan.

Agar menjadi gerakan nasional, reformasi birokrasi membutuhkan keikutsertaan,

d u ku n ga n dan pengawasan publik. Tekad reformasi birokrasi pemerintahan baru hanya mungkin dijalankan jika presiden terpilih mempunyai informasi yang memadai tentang masalah-masalah kunci dan bagaimana sebenarnya keadaan nyata di lapangan yang tidak sebatas data laporan.

Mari tanyakan pada diri sendiri: tempat dan keadaan seperti apa yang kita nginkan di masa depan dan apa yang dapat kita lakukan untuk mewujudkannya. Marilah memulai langkah dari hal sederhana yang dapat kita terapkan pada diri sendiri.

What is it? Let’s ask and listen to our heart, believe that inside everyone of us, we know the answers g

dr. Sianly adalah Wakil Sekretaris Jenderal doctorSHARE.

42 43

Mari Peduli Lingkungandr. Sianly

Lingkungan saat ini terasa begitu panas. Keseimbangan alam terganggu, musim berubah, dan berbagai bencana pun terjadi. Tingkat kerusakan lingkungan

menjadi salah satu faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya resiko bencana di suatu kawasan. Bukan semata fenomena alam, manusia turut memiliki andil dalam berbagai bencana alam seperti tanah longsor, banjir, kebakaran hutan. Penyebabnya adalah penebangan liar, kebiasaan membuang sampah sembarangan, dan pemakaian air terus-menerus tanpa melestarikan siklus air itu sendiri.

Tanpa kita sadari, setiap harinya kita menggunakan Air Conditioner, minum air dari botol kemasan yang setelah itu dibuang, membuang kertas dan kardus yang kemudian rusak tercampur sampah organik, membeli makanan dengan berbagai kemasan yang setelah itu langsung dibuang, dan menggunakan kantung plastik saat berbelanja yang setelah itu dibuang. Jumlah sampah di bumi ini pun bertambah.

Faktor kesehatan dipengaruhi keadaan lingkungan. Lingkungan yang bersih mampu menghadirkan suasana nyaman, sejuk, dan damai. Lingkungan yang kumuh ibarat lingkaran setan yang menimbulkan rasa sesak, tidak nyaman, dan kuman. Kuman masuk ke air yang digunakan untuk masak, minum, mandi, dan mencuci pakaian. Kuman juga masuk ke dalam saluran pernafasan hingga menimbulkan gangguan pencernaan, gangguan proses tumbuh kembang anak, dan gangguan psikologis.

Apa yang dapat kita lakukan untuk meringankan masalah ini?Kita memang tidak dapat sama sekali tidak menghasilkan sampah. NAMUN, kita dapat secara sadar tidak menambah atau mengurangi jumlah sampah.

Konsep 5R: Re-Think, Reduce, Re-Use, Repair, Recycle

Re-Think. Berpikir ulang sebelum membeli atau melakukan sesuatu.

Reduce. Mengurangi jumlah sampah.

Re-Use. Menggunakan kembali barang yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya serta mengurangi penggunaan bahan sekali pakai.

Repair. Melakukan pemeliharaan, perawatan, dan perbaikan sehingga memperpanjang masa penggunaan barang dan tidak menambah produksi limbah.

Recycle. Mengolah kembali atau daur ulang, yaitu kegiatan yang memanfaatkan barang bekas dengan cara mengolah materinya untuk digunakan lebih lanjut.

Apa yang sudah doctorSHARE coba lakukan sebagai wujud menyayangi lingkungan?

Kegiatan operasi mayor dan minor yang doctorSHARE lakukan di atas Rumah Sakit Apung meninggalkan sisa limbah paska operasi yang tidak sedkit. Kami sama sekali tidak membuang limbah tersebut di lokasi pengobatan, namun membawa kembali ke Jakarta. Limbah pasca operasi harus dibuang untuk di buang di tempat aman dan khusus, tidak dapat sembarang dilenyapkan apalagi dialirkan ke laut lepas. Prinsip ini kami jalankan sunguh-sungguh. Saat melaksanakan kegiatan pelayanan medis di Desa Amdui, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, kami memotivasi anak-anak untuk membersihkan sampah di dalam rumah, pekarangan, dan kemudian bergotong-royong membersihkan pantai.

Upaya ini dilanjutkan dengan edukasi kesehatan bertema PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dengan memeragakan

enam langkah mencuci tangan, kemudian mencuci tangan bersama dengan sabun. Kuis bertema kesehatan pun digelar dan diakhiri dengan memberikan makanan sehat berupa susu kacang hijau yang dimasak oleh ibu-ibu anggota kader kesehatan.

Dalam rangka kegiatan pelayanan medis di Indonesia Timur, kami juga menyiapkan banyak air minum kemasan botol 1,5 liter untuk kebutuhan minum tim selama kegiatan. Kami sadar hal ini akan menambah sampah berupa limbah botol plastik. Hal terakhir yang dapat kami lakukan adalah recycle (daur ulang) dengan mengumpulkan botol plastik yang telah kosong untuk disalurkan kepada depo daur ulang bersama kertas dan kardus.

Salah seorang tim kami, dr. Agus Harianto, SpB mengajarkan warga cara membuat keramba ikan dari botol plastik kosong yang telah kami kumpulkan, batang bambu, serta jaring dan tali pengikat. Keramba adalah alat sederhana yang digunakan untuk budidaya ikan. Meskipun dari botol plastik, keramba

ini dapat digunakan masyarakat sehingga bermanfaat ganda.

Beberapa kelebihan penggunaan keramba adalah ikan lebih terlindung dari serangan hama, kondisi perkembangan dan kesehatan ikan terpantau lebih baik. Dengan keramba, perawatan ikan juga lebih sederhana. Cukup memberi makan ikan setiap hari, pasokan oksigen memadai karena terjadi pergantian air setiap saat. Sisa makanan dan kotoran ikan langsung terbuang. Ikan yang dihasilkan tidak berbau lumpur dan dagingnya lebih kenyal karena pergerakan yang cukup.

Jadi, kegiatan pelestarian lingkungan dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari hal paling kecil. Mari merenung sejenak dan tanyakan pada diri masing-masing apakah kita bersedia melakukan hal sederhana untuk bumi tempat kita lahir, tumbuh, dan berkembang? g

dr. Sianly adalah Wakil Sekretaris Jenderal doctorSHARE

44 45

Setelah resmi terpilih menjadi presiden Republik Indonesia, pemerintahan baru Jokowi – Kalla memiliki segudang pekerjaan rumah yang harus dikerjakan,

termasuk di bidang kesehatan.

Saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, perhatian Jokowi terhadap bidang kesehatan sudah terlihat melalui berbagai kebijakannya seperti Kartu Jakarta

Sehat (KJS).

Lalu apa saja janji-janji Jokowi dan tim suksesnya dalam bidang kesehatan bagi pemerintahan mendatang?

Menengok Janji Jokowi-JKdi Bidang Kesehatan

47

Di bidang kesehatan, pemerintah di bawah kepemimpinan Jokowi-JK akan memberikan pelayanan kesehatan gratis baik rawat jalan hingga rawat inap dengan menggunakan Kartu Indonesia Sehat. Sekitar 6.000 puskesmas dengan fasilitas rawat inap serta air bersih untuk seluruh rakyat.

Jokowi – Bandung, Jawa Barat, Kamis (3/7/2014)http://bisnis.liputan6.com/read/2072282/jokowi-janji-cetak-10-juta-lapangan-kerja-jika-jadi-presiden

Dalam Kartu Indonesia Sehat (KIS) akan ada dokter keliling. Dokter yang nantinya akan datang. Setiap warga yang memiliki KIS juga akan mendapatkan pelayanan

kesehatan sampai di tingkat desa dengan memanfaatkan Posyandu. Akan ada 55.000 rumah sehat di seluruh Indonesia.

Melalui KIS, pemerintahan yang dipimpin Jokowi berencana memberikan program perbaikan gizi. untuk 28 juta penduduk Indonesia. Bagian dari program ini adalah

penyediaan susu dan suplemen, makanan tambahan bagi ibu hamil.Tim sukses Jokowi-Jusuf Kalla, Wijayanto Samirin

http://nasional.kompas.com/read/2014/06/19/0824440/Apa.Beda.BPJS.Kesehatan.dengan.Kartu.Sehat.ala.Jokowi.

Pemerintah akan menanggung biaya kesehatan warga miskin. Bagi warga

yang berpenghasilan mencukupi, akan ada penetapan tarif yang dibayar perusahaan layaknya mekanisme BPJS Kesehatan yang

sekarang berjalan.Tim Sukses Jokowi-Jusuf Kalla, Fery Mursidan Baldan

http://nasional.kompas.com/read/2014/06/19/0824440/Apa.Beda.BPJS.Kesehatan.dengan.Kartu.Sehat.ala.Jokowi

Dalam program Jokowi-JK itu jelas bahwa anggaran kesehatan

akan dipertajam menjadi 5%, untuk menyokong peningkatan penerima bantuan iuran BPJS, peningkatan

kapasitas dan kualitas 6.000 puskesmas sebagai ujung tombak BPJS, serta 50.000 rumah sehat.

Tim Ekonomi Jokowi-JK, Dolfi OFPhttp://www.antarajatim.com/lihat/berita/134505/jokowi-jk-

janji-tingkatkan-anggaran-kesehatan-5-persen

“Keterangan foto: Kehadiran Jokowi dalam kegiatan pengobatan doctorSHARE di Semper, Jakarta Utara, 2014.

B agi sebagian besar kita, lambung mungkin masih menjadi sebuah misteri yang belum tersibak. Tapi sebuah penelitian baru mengungkap

sesuatu yang mengejutkan. Ternyata, pencernaan merupakan salah satu organ yang mengontrol suasana hati dan nafsu makan kita.

Tidak banyak dari kita memiliki kesempatan untuk melihat bagaimana proses pencernaan di dalam tubuh. Baru-baru ini, saya menonton gambaran langsung proses pencernaan di lambung bersama pengunjung Museum Science di London. Bubur yang saya makan saat sarapan bergerak, hancur terkena asam lambung, dan kemudian didorong ke usus kecil dalam bentuk bubur kental (chyme).

Saya menelan miniatur kamera dalam bentuk pil yang kemudian berada seharian dalam sistem pencernaan saya. Kamera ini memproyeksikan gambar dalam layar raksasa. Pemberhentian pertama kamera ini adalah di lambung. Proses kerja lambung berada di bawah kontrol otak kecil.

Hal yang mengejutkan, ternyata terdapat 100 juta sel dalam usus, sama banyaknya dengan jumlah yang terdapat di otak kucing.

Otak kecil memang tidak terlalu berperan dalam berpikir, tetapi sangat berperan dalam proses pencernaan makanan sehari-hari, mengaduk makanan, kontraksi dan penyerapan, membantu menghancurkan makanan, dan mengekstraksi nutrisi dan vitamin yang kita butuhkan.

Semua jaringan saraf yang terdapat dalam sistem pencernaan terhubung dengan otak melalui nervus vagus yang sering

mempengaruhi keadaan emosional kita. Otak di perut Anda dapat berbincang-bincang dengan otak di dalam kepala Anda. Ketika sedang gugup atau ketakutan, darah akan beralih dari lambung menuju otot-otot dan inilah cara lambung memprotes.

Hormon KelaparanUntuk mengakomodasi makanan besar, lambung harus memperbesar ukurannya dari hanya sebesar kepalan tangan menjadi ukuran berkapasitas dua liter. Peningkatannya sekitar 40 kali lipat.

Dahulu kita berpikir bahwa terdapat reseptor pada lambung yang akan memberitahu otak ketika lambung penuh dan sudah waktunya berhenti makan. Tapi sinyal rasa lapar yang dihasilkan lambung Anda jauh lebih canggih!

Pemahaman tentang hal ini telah membantu para dokter mengobati seorang ayah dari empat anak, Bob Lakhanpal. Selama ini, Bob hampir tidak pernah merasakan kenyang, seberapa banyakpun dia makan. Enam tahun lalu saat berumur 28 tahun, ia mengalami serangan jantung. Untuk membantu mengurangi berat badannya, dilakukan operasi by-pass lambung.

Mungkin Anda berpikir bahwa mengurangi ukuran lambung dapat mengatasi masalah Bob karena semakin kecil lambung, semakin sedikit ia makan. Pemikiran modern juga menganggap bahwa pembedahan akan menghasilkan perubahan pada proses hormonal (zat kimia yang mempengaruhi rasa lapar dan kenyang) yang kemudian akan menurunkan berat badan seseorang.

Operasi by-pass pada lambung Bob dilakukan dengan mengisolasi bagian lambung yang menghasilkan ghrelin, sebuah hormon yang

Lambung Adalah Otak Kedua KitaOleh Michael Mosley (BBC)

Diterjemahkan oleh dr. Riny S. Bachtiar, MARS

48 49

sangat berperan dalam menciptakan rasa lapar. Harapannya, produksi ghrelin dapat menurun secara permanen. Bagian lambung yang telah menyusut dihubungkan dengan bagian bawah usus kecil (ileum) yang menghasilkan hormon pencernaan pencipta rasa kenyang atau hormon PYY.

Ketika kita makan, butuh waktu sekitar 20 menit agar makanan dapat melewati lambung dan masuk ke ileum (bagian usus) sehingga hormon yang mengaktifkan rasa kenyang bereaksi dan mengirimkan pesan ke otak bahwa “saya kenyang”. Itu sebabnya kita disarankan makan pelan-pelan: agar lambung mendapat kesempatan untuk mengirim pesan kepada otak sebelum kita makan secara berlebihan.

Karena letak ileum kini dekat dengan lambungnya, Bob mendapat pesan lebih cepat.

“Akhir-akhir ini saya hanya makan dalam jumlah kecil dan merasa kenyang. Keluarga saya

senang, saya senang, dan tidak sabar untuk menurunkan berat badan saya lebih lagi,” tutur Bob.

By-pass lambung umumnya hanya dilakukan pada kasus-kasus ekstrim namun kini banyak dikembangkan produksi obat yang meniru cara kerja hormon PYY.

Kita sering berpikir bahwa kita dapat mengatur otak sesuai keinginan. Tapi operasi ini mejelaskan bahwa usus kita sangat dipengaruhi oleh perilaku kita.

Anda merasa ingin berbaring saat makan besar karena sepertiga pasokan darah sedang dialihkan ke usus untuk melakukan perkerjaan vitalnya. Itu sebabnya sangat baik untuk tidak melakukan sesuatu yang terlalu berat sampai tubuh selesai mencerna g

dr. Riny S. Bachtiar, MARS adalah Koordinator Divisi Telemedecine doctorSHARE

dr. Michael Mosley dengan kamera dalam pil yang ia telan untuk mempelajari apa yang terjadi di dalam lambung manusia. Kredit foto: PBS/BBC

50 51

flash newsSeminar Presentasi doctorSHARE di

Bremen University-Jerman

Pada tanggal 25 Juni 2014, dua rekan dr. Luyanti Tshia, Sekretaris Jenderal doctorSHARE, Suriani Pinem dan Marisa Weiß, mempresentasikan mengenai doctorSHARE Indonesia dihadapan dosen dan teman-temannya dalam Seminar Public Health. Keduanya adalah mahasiswi Public Health Bremen University.

Seminar yang berlangsung selama dua jam ini diawali dengan memperlihatkan keindahan alam Indonesia dengan banyaknya pulau-pulau. Para peserta kemudian diajak membayangkan kondisi geografis di Indonesia dan apa jalan keluar dalam memberikan pelayanan kesehatan yang merata.

Ketika program Rumah Sakit Apung dipresentasikan, semua peserta mengapresiasi ide ini. Pada sesi diskusi mereka pun mengajukan pertanyaan tentang bagaimana program ini berjalan dan apa yang menjadi kesulitan dan apa yang bisa dilakukan seorang mahasiswa non-medis ketika ikut melayani pada program ini.

RSA atau floating hospital memang ide yang luar biasa yang menarik bagi para peserta seminar. Beberapa mahasiswa lalu mendaftarkan diri untuk bisa praktikum di program Rumah Sakit Apung ini g

Pembentukan doctorSHARE di Jerman

Saat ini, tiga anggota doctorSHARE asal Indonesia sedang berada di Jerman untuk menempuh studi lanjutan di bidang kedokteran. Mereka adalah Sekretaris Jenderal doctorSHARE, dr. Luyanti Tshia, dr. Deli Susanti, dan dr. Oei Anastasia Winarto.

di Jerman sendiri, beberapa orang tergabung dalam keanggotaan doctorSHARE. Jerman merupakan negara tempat dr. Lie Dharmawan menimba ilmu untuk menjadi dokter spesialis bedah thorak-jantung-pembuluh darah.

Banyak dari anggota ini, juga beberapa orang Indonesia yang tinggal di Jerman telah mengetahui keberadaan doctorSHARE. Mereka memberikan dukungan donasi, juga keahlian untuk turut serta dalam kegiatan doctorSHARE di Indonesia.

Sebagai negara maju, Jerman mempunyai hukum tersendiri untuk pemberian donasi yang terkait dengan laporan pajak. Singkatnya, untuk memfasilitasi rekan-rekan doctorSHARE di Jerman yang hendak memberikan donasi, harus dibentuk sebuah badan hukum resmi di bawah hukum pemerintah Jerman. Karena itulah doctorSHARE Jerman dirintis pendiriannya.

Beberapa rencana kegiatan doctorSHARE Jerman antara lain mencari dan menerima donasi, serta sebagai konduktor untuk relawan international mengikuti kegiatan pelayanan medis doctorSHARE di Indonesia g

Relawan InternasionalBergabung dengan doctorSHARE

doctorSHARE melebarkan sayap untuk menerima relawan-relawan internasional yang mempunyai hati untuk membantu masyarakat Indonesia.

Pada pelayanan medis di pulau Komodo 2013, dua pemuda dari Jerman ikut bersama tim doctorSHARE untuk melayani masyarakat di Nusa Tenggara Timur.

Mereka membuat presentasi dalam bentuk gambar serta video yang bisa dilihat di website dengan alamat:

http://www.firstgrade-studios.de/cuga-dreht-social-feature-in-indonesien/

Pada pelayanan medis di Lombok 2014, lima relawan dari Jerman yang terdiri dari tiga dokter, seorang pengusaha dan dua pelajar juga mengikuti pelayanan medis doctorSHARE dengan Rumah Sakit Apung.

Mereka terkesan dengan pengalaman menolong masyarakat di pelosok Nusantara dan menyatakan minat untuk kembali memberikan waktu dan keahliannya bagi Indonesia g

dr. Lie Dharmawan Berbagi Kisah dengan Jemaat ICCC-Toronto

Pada 23 September 2014, kedua pendiri doctorSHARE, yaitu dr. Lie Dharmawan dan Lisa Suroso mendapatkan kesempatan untuk beramah-tamah dengan orang-orang asal Indonesia di Toronto yang berjemaat di Indonesian Christian Church Canada (ICCC).

Dalam rangkaian perjalannya ke Amerika Utara, dr. Lie hadir didampingi keluarga, untuk memperkenalkan visi dan misi doctorSHARE baik di Amerika maupun

Kanada.

Hadir dalam pertemuan Penatua ICCC, Billy Gumulja dan Dhanny Hariman, sejumlah jemaat, serta Biomedical Engineer dari St. Michaels Hospital, Toronto, Victor Yap, yang kebetulan juga berasal dari Indonesia.

Dalam pertemuan singkat tersebut disampaikan visi misi doctorSHARE, sejarah pendirian Rumah sakit Apung, serta program doctorSHARE baik yang sedang berjalan maupun yang direncanakan untuk tahun-tahun mendatang.

Kisah-kisah dr. Lie dan program doctorSHARE memberikan inspirasi dan memotivasi untuk terus berbagi dengan orang-orang yang membutuhkan g

Ilmu kesehatan masyarakat adalah bidang studi yang amat penting namun seringkali tidak terdata rapi dalam berbagai literatur yang dapat dipelajari. Prof. Adik

Wibowo yang merupakan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Unpad) angkatan 1965, tergerak dengan kebutuhan ini.

Beliau mengajak 45 mahasiswa bimbingannya di Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyusun sebuah buku yang memberi pengenalan soal kesehatan masyarakat. Lahirlah buku Kesehatan Masyarakat di Indonesia: Konsep, Aplikasi dan Tantangan yang boleh terbilang lengkap membahas isu-isu dasar dan kontemporer terkait kesehatan masyarakat di Indonesia.

Terdiri dari 13 bab, buku ini membahas mengenai disiplin ilmu kesehatan masyarakat, faktor penentu kesehatan dan penyakit, kebijakan kesehatan masyarakat, HAM dan kesehatan masyarakat, sistem informasi dan inteligensia kesehatan, pendekatan epidemiologi, biostatistik, dan

ilmu sosial dalam kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan kerja, masalah kesehatan utama, pencegahan dan kontrol bahaya kesehatan publik, intervensi pada kelompok khusus, serta fungsi-fungsi kesehatan masyarakat.

Selain memenuhi kebutuhan literatur, buku ini juga diharapkan dapat mengubah mindset bahwa mengobati penyakit lebih baik daripada menjaga kesehatan. Mengupas aneka persoalan kesehatan di tanah air, buku ini pun merangsang masyarakat khususnya insan medis untuk mencoba berkreasi guna mengatasi solusi berbagai permasalahan kesehatan di lingkungan.

Menariknya, 45 mahasiswa penulis buku ini berasal dari berbagai profesi dan posisi dengan pengalaman di bidang kesehatan masyarakat. Salah seorang di antaranya adalah dr. Antonny Halim Gunawan, anggota doctorSHARE (Yayasan Dokter Peduli). Saat ini. dr. Antonny menjabat sebagai dokter ICU (Intensive Care Unit) di RS dr. Oen Solo Baru dan tengah menempuh pendidikan tingkat pascasarjana di Universitas Indonesia jurusan Manajemen Administrasi Rumah Sakit (MARS) g

Judul Buku

PenulisTebal HalamanCetakanPenerbit

Kesehatan Masyarakat di Indonesia: Konsep, Aplikasi dan TantanganAdik Wibowo & Timv + 516 halamanI, September 2014PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

:

::::

Menelaah Kesehatan Masyarakatdi Indonesia

Bedah Buku

Seminar Jombang: “Tanggung Jawab Insan Medis Terhadap

Kesehatan Masyarakat“

1 Juni 2014, pendiri doctorSHARE dr. Lie Dharmawan, mendapat kesempatan berbagi inspirasi mengenai doctorSHARE dan Rumah Sakit Apung bersama masyarakat Jombang, Pondok Pesantren Tebu Ireng, dan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Jombang dan Jawa Timur.

Dalam kesempatan tersebut, dr. Lie hadir sebagai pembicara tunggal dalam seminar bertema “Tanggung Jawab Insan Medis Terhadap Kesehatan Masyarakat“ yang diikuti oleh kurang lebih 200 peserta dari berbagai pihak mulai dari dosen, mahasiswa, dokter, hingga para tokoh masyarakat. Seminar berlangsung atraktif yang diselingi dengan sesi tanya jawab.

Acara ini dibuka oleh kata sambutan dari Ketua Dewan Pembina Majelis Pemusyawaratan Pesantren Seluruh Indonesia sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Tebu Ireng, Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Dalam kata sambutannya, Gus Sholah menyambut baik dr. Lie sebagai tokoh inspiratif yang nilai-nilainya perlu diikuti oleh masyarakat Jombang, khususnya para insan medis.

Usai seminar, tim doctorSHARE juga berkesempatan mengunjungi langsung Pondok Pesantren Tebu Ireng sekaligus berziarah ke makam tokoh negara, Abdurahman Wahid (Gus Dur) g

dr. Lie Dharmawan Beri Kesaksian Di Malam Penyegaran Rohani

Di hadapan sekitar 3.000 tamu undangan, dr. Lie Dharmawan memberi kesaksian dalam acara Malam Penyegaran Rohani (MPR) yang digelar Senin, 1 September 2014 di Bandung Convention Centre, Jalan Soekarno-Hatta, Bandung, Jawa Barat.

Dalam acara ini, dr. Lie menceritakan pengalaman batinnya saat mendapat panggilan untuk melayani mereka yang membutuhkan, khususnya melalui Rumah Sakit Apung (RSA).

Romo Contansius Eka Wahyu OSC menjelaskan bahwa pihaknya mengundang dr. Lie karena menilai beliau sebagai sosok yang meringankan penderitaan orang lain dan ingin agar setiap orang merasakan

tangan dan kaki Tuhan.

“Saya mengenal doctorSHARE lewat acara Kick Andy di Metro TV, lalu saya melihat kembali kegiatan doctorSHARE di YouTube untuk memperdalam. Ternyata dr. Lie Dharmawan mempunyai pengalaman batin yang menarik. Dalam keterpurukannya, beliau jutru peka pada penderitaan orang lain,” papar Romo Contansius Eka Wahyu OSC g

52 53

d sharing accessible health and care

SHAREc t o r doctorSHARE menyediakan akses bantuan medis secara holistik, independen dan imparsial untuk orang-orang yang paling membutuhkan, yaitu mereka yang dianggap miskin dan tidak mampu tapi tidak mempunyai kartu miskin karena masalah administrasi kependudukan, sehingga berimbas kepada tidak dimilikinya Asuransi (Jaminan) Kesehatan Masyarakat dan tidak memperoleh akses kesehatan gratis yang disediakan pemerintah; mereka yang secara sosial dikecualikan dari layanan kesehatan dan dikucilkan dalam masyarakat, mereka yang terjebak dalam bencana alam, epidemi dan kekurangan gizi.

Individu-individu yang tergabung dalam doctorSHARE bekerjasama, membagikan talenta dan kecakapan maing-masing tanpa memandang batasan-batasan suku, agama, etnis, ras dan antar golongan untuk mewujudkan visi dan misi doctorSHARE sesuai dengan prinsip kemanusiaan dan etika pelayanan medis. Banyak di antara mereka yang telah berpengalaman di medan krisis Indonesia sejak tahun 1998 akibat ketidakstabilan politik, ekonomi dan sosial, serta terpaan bencana alam yang melanda Indonesia.

Saat ini doctorSHARE didukung oleh ahli bedah, dokter, perawat, dan profesional seperti jurnalis, administrator, fotografer, desainer, ahli teknologi informasi, wiraswasta, pekerja sosial profesional, dan sejumlah donatur individual. Kami membuka diri bagi mereka yang tergerak untuk membagikan kecakapan profesionalisme mereka untuk mendukung visi dan misi doctorSHARE memulihkan masyarakat di bidang kesehatan.

PENDIRIdr. Lie A. Dharmawan, PhD, FICS, SpB, SpBTKV

Lisa Suroso, S.E.

SEKRETARIS JENDERALdr. Luyanti, MARS

WAKIL SEKRETARIS JENDERALdr. Sianly

dr. Marselina Mieke Yashika Iskandar

SEKRETARISLucy Tawara

BENDAHARAElisabet Wati Reyaan

KOORDINATOR PROYEKTFC PULAU KEI

dr. Angelina Vanessadr. Karnel Singh

KOORDINATOR PROYEKCCI SEMPER DAN CEMPAKA MAS

dr. Fidella

KOORDINATOR CONTIGENCYdr. Christ Hally Santoso

KOORDINATOR KLINIKdr. Hendra Chayadi

KOORDINATOR PELAYANAN MEDISdr. Paulus Lukman

KOORDINATOR TELEMEDECINEdr. Riny S. Bachtiar, MARS

MANAGER FUNDRAISINGSirikit Senjaya, S.Sn

KOORDINATOR MEDIASylvie Tanaga, S.IPdr. Peggy Loman

KOORDINATOR SUMBER DAYA MANUSIASusanto

MANAJER TEKNIS KAPAL RSA dr. LIE DHARMAWANdr. Christ Hally

MEDIA BERBAGI doctorSHAREPemimpin Redaksi: Sylvie Tanaga, S.IP

Editor: dr. Peggy Loman, Kris ForenIlustrasi Cover: Stephen Surya, S.Sn

Desain Grafis: Lisa SurosoFotografi: doctorSHARE (Sylvie Tanaga,

dr. Peggy Loman, Eric Satyadi)Copyright 2014 doctorSHARE

All rights reserved.c

prinsipMenyelamatkan nyawa dan meringankan penderitaan orang yang terjebak dalam krisis, sehingga mereka bisa memulihkan kemampuan untuk membangun kembali kehidupan bermasyarakat.

Penyediaan perawatan medis dan akses pelayanan kesehatan untuk orang yang terjebak dalam krisis, seperti orang-orang yang tidak memiliki akses layanan kesehatan, orang-orang yang menghadapi diskriminasi atau kelalaian dari sistem kesehatan lokal, kelompok marginal dalam masyarakat, mereka yang terjebak dalam bencana alam, epidemi, dan kekurangan gizi.

Integritas, saling berbagi, cinta kasih, saling mempercayai dan menghormati.

Kekuatan tim berada pada rasa tanggung jawab yang tinggi, kemampuan beradaptasi, dan sifat inklusif

Non Profit Voluntary ServicesKegiatan tidak dimaksudkan untuk mencari atau

mengumpulkan keuntungan

Humanitiy ActsBekerja didasarkan pada prinsip kemanusiaan

dan etika medis. Yayasan Dokter Peduli (doctorSHARE) berkomitmen untuk membawa

kualitas perawatan kesehatan untuk orang yang berada dalam krisis tanpa memandang ras, etnis,

suku, agama, antar golongan atau afiliasi politik

Bearing Witness and Speak OutMenjadi saksi atas kejadian kekerasan,

kerusuhan, bencana alam, dan konflik. Berbicara kepada publik dalam upaya untuk memunculkan krisis-krisis kesehatan yang terlupakan atau tidak

disadari publik, menarik perhatian publik untuk kejadian kekerasan yang terjadi di luar jalur, dan

mengkritisi kelemahan sistem bantuan, serta menantang pengalihan bantuan kemanusiaan

yang dilakukan berdasarkan politik kepentingan.

SharingPercaya bahwa setiap individu mempunyai

talenta, kecakapan dan kekuatan masing-masing yang bila dengan tujuan mulia disalurkan,

dibagikan, dan dikolaborasikan akan banyak membantu masalah-masalah sosial terutama

yang berkaitan dengan masalah kesehatan

IndependentBeroperasi secara mandiri dan bebas dari setiap

kepentingan kelompok, golongan, politik, militer, bisnis, dan agama.

ImparsialNetral, tidak berpihak pada salah satu pihak yang

terlibat dalam konflik, memberikan perawatan secara independen untuk meningkatkan akses

bagi korban konflik seperti yang disyaratkan oleh hukum kemanusiaan internasional.

1Pengobatan cuma-cuma

2Rumah Sakit Apung

3Bantuan kemanusiaan untuk bencana

4 Panti Rawat Gizi

5Klinik

6Telemedicine

7Pendampingan Kesehatan

8Kampanye Medis

visi

misi

program

nilai

3

profil

Mega Glodok KemayoranKantor Toko Blok B No. 10-11Jl. Angkasa Kav. B-6Kemayoran Jakarta Pusat 10160Telp. +6221 6586 [email protected]

OCBC NISP 545.80000.8108BCA no. 198.550.7777a/n Yayasan Dokter Peduli

DoctorSHARE

@doctorSHARE

doctorSHARE