dampak kecelakaan reaktor fukushima terhadap...

12
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional ISSN 1979-1208 289 DAMPAK KECELAKAAN REAKTOR FUKUSHIMA TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN PLTN DI INDONESIA Rr. Arum Puni Rijanti S., Sahala M Lumbanraja Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Jl. Abdul Rohim Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710 Telp./Faks. (021)5204243, Email: [email protected] ABSTRAK DAMPAK KECELAKAAN REAKTOR FUKUSHIMA TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN PLTN DI INDONESIA. Untuk mengatasi kelangkaan energi di masa mendatang, Indonesia sedang mempersiapkan sumber energi baru dan terbarukan yaitu energi nuklir. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2006 tentang Bauran Energi Nasional dimana pasokan energi dari PLTN minimal 2% dari kebutuhan energi nasional pada tahun 2025. Saat ini pemerintah sedang mempersiapkan infrastruktur dasar pembangunan PLTN dan studi kelayakan pembangunannya di Bangka Belitung. Persitiwa gempa bumi dan diikuti tsunami hingga setinggi sepuluh meter yang meluluhlantakkan daerah prefektur Fukshima dan daerah sekitarnya, termasuk mengakibatkan sistem keselamatan PLTN Fukushima Daichi gagal berfungsi. Kegagalan sistem ini menyebabkan ledakan di gedung reaktor dan diikuti kebocoran radionuklida Iodium dan Cesium ke lingkungan. Kecelakaan PLTN ini menjadi berita yang sangat menakutkan bagi masyarakat. Hal ini berdampak sangat besar terhadap penerimaan masyarakat terhadap rencana pembangunan PLTN di Indonesia. Makalah ini bertujuan untuk mengkaji dampak kecelakaan reaktor Fukushima Daiichi terhadap rencana pembangunan PLTN di Indonesia. Pengalaman kecelakaan reaktor nuklir Fukushima Daiichi ini sangatlah berarti bagi Indonesia karena negara Jepang dapat bangkit dari bencana dengan suatu komitmen yang tinggi untuk dapat mengatasi kekurangan energi di negaranya, dan bertanggungjawab penuh untuk setiap kegagalan, mulai dari minta maaf secara terbuka, hingga mengundurkan diri demi kesejahteraan rakyatnya. Kata kunci: Rencana Pembangunan PLTN dan Penerimaan Masyarakat ABSTRACT REACTOR ACCIDENT IMPACT ON DEVELOPMENT PLAN FUKUSHIMA NUCLEAR POWER PLANT IN INDONESIA. To overcome the energy shortage in the future, Indonesia is preparing new and renewable sources of energy that is nuclear energy. Based on Government Regulation No. 2 Year 2006 on National Energy Mix of energy supply from nuclear plants where at least 2% of national energy needs by 2025. The government is currently preparing for the construction of nuclear power and basic infrastructure development feasibility studies in the Pacific Islands. Celebration of the earthquake and tsunami followed up to as high as ten meters that devastated the region Fukushima prefecture and surrounding areas, including nuclear power plant safety systems resulting in Fukushima Daiichi failed to function. Failure of this system led to an explosion in the reactor building and followed by leakage of Iodine and Cesium radio nuclides into the environment. Nuclear power plant accident has become very scary news for the community. This had a profound effect on public acceptance of nuclear power development plan in Indonesia. This paper aims to examine the impact of the planned reactor accident Fukushima Daiichi nuclear power plant in Indonesia. The experience Fukushima Daiichi nuclear reactor accident is very meaningful for Japan to Indonesia because Japan from the disaster with a high commitment in order to overcome the energy shortage in his country, and are fully responsible for every failure, ranging from publicly apologize, from which he resigned for the welfare people. Keywords: Plan Development and Public Acceptance of Nuclear Power Plant

Upload: dangdien

Post on 03-Apr-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 289

DAMPAK KECELAKAAN REAKTOR FUKUSHIMA TERHADAP

RENCANA PEMBANGUNAN PLTN DI INDONESIA

Rr. Arum Puni Rijanti S., Sahala M Lumbanraja

Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN

Jl. Abdul Rohim Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710

Telp./Faks. (021)5204243, Email: [email protected]

ABSTRAK DAMPAK KECELAKAAN REAKTOR FUKUSHIMA TERHADAP RENCANA

PEMBANGUNAN PLTN DI INDONESIA. Untuk mengatasi kelangkaan energi di masa

mendatang, Indonesia sedang mempersiapkan sumber energi baru dan terbarukan yaitu energi nuklir.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2006 tentang Bauran Energi Nasional dimana

pasokan energi dari PLTN minimal 2% dari kebutuhan energi nasional pada tahun 2025. Saat ini

pemerintah sedang mempersiapkan infrastruktur dasar pembangunan PLTN dan studi kelayakan

pembangunannya di Bangka Belitung. Persitiwa gempa bumi dan diikuti tsunami hingga setinggi

sepuluh meter yang meluluhlantakkan daerah prefektur Fukshima dan daerah sekitarnya, termasuk

mengakibatkan sistem keselamatan PLTN Fukushima Daichi gagal berfungsi. Kegagalan sistem ini

menyebabkan ledakan di gedung reaktor dan diikuti kebocoran radionuklida Iodium dan Cesium ke

lingkungan. Kecelakaan PLTN ini menjadi berita yang sangat menakutkan bagi masyarakat. Hal ini

berdampak sangat besar terhadap penerimaan masyarakat terhadap rencana pembangunan PLTN di

Indonesia. Makalah ini bertujuan untuk mengkaji dampak kecelakaan reaktor Fukushima Daiichi

terhadap rencana pembangunan PLTN di Indonesia. Pengalaman kecelakaan reaktor nuklir

Fukushima Daiichi ini sangatlah berarti bagi Indonesia karena negara Jepang dapat bangkit dari

bencana dengan suatu komitmen yang tinggi untuk dapat mengatasi kekurangan energi di

negaranya, dan bertanggungjawab penuh untuk setiap kegagalan, mulai dari minta maaf secara

terbuka, hingga mengundurkan diri demi kesejahteraan rakyatnya.

Kata kunci: Rencana Pembangunan PLTN dan Penerimaan Masyarakat

ABSTRACT REACTOR ACCIDENT IMPACT ON DEVELOPMENT PLAN FUKUSHIMA NUCLEAR

POWER PLANT IN INDONESIA. To overcome the energy shortage in the future, Indonesia is

preparing new and renewable sources of energy that is nuclear energy. Based on Government

Regulation No. 2 Year 2006 on National Energy Mix of energy supply from nuclear plants where at

least 2% of national energy needs by 2025. The government is currently preparing for the

construction of nuclear power and basic infrastructure development feasibility studies in the Pacific

Islands. Celebration of the earthquake and tsunami followed up to as high as ten meters that

devastated the region Fukushima prefecture and surrounding areas, including nuclear power plant

safety systems resulting in Fukushima Daiichi failed to function. Failure of this system led to an

explosion in the reactor building and followed by leakage of Iodine and Cesium radio nuclides into the

environment. Nuclear power plant accident has become very scary news for the community. This had

a profound effect on public acceptance of nuclear power development plan in Indonesia. This paper

aims to examine the impact of the planned reactor accident Fukushima Daiichi nuclear power plant in

Indonesia. The experience Fukushima Daiichi nuclear reactor accident is very meaningful for Japan to

Indonesia because Japan from the disaster with a high commitment in order to overcome the energy

shortage in his country, and are fully responsible for every failure, ranging from publicly apologize,

from which he resigned for the welfare people.

Keywords: Plan Development and Public Acceptance of Nuclear Power Plant

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 290

1. PENDAHULUAN Penduduk dan pertumbuhan pendapatan adalah dua kekuatan pendorong yang

paling kuat di balik permintaan energi. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah

237.556.363 orang, dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 % per tahun dan pertumbuhan

ekonomi sebesar 6,1%. Sedangkan Pertumbuhan ekonomi di Bangka Belitung tahun 2010

berada pada kisaran 4,53 ± 1% meningkat tajam bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang

berkisar 1,34 ± 1 %.

Kebutuhan energi final (akhir) akan meningkat dengan pertumbuhan 3,4% per tahun

dan mencapai jumlah sekitar 8146 peta joules (PJ) pada tahun 2025. Jumlah ini sekitar 2 kali

lipat dibandingkan dengan kebutuhan energi final di awal studi tahun 2000. Pertumbuhan

jenis energi yang paling besar adalah pertumbuhan kapasitas pembangkitan energi listrik

yang mencapai lebih dari 3 kali lipat dari kondisi semula, yaitu dari 29 GWe di tahun 2000

menjadi sekitar 100 GWe di tahun 2025. Dari jumlah kapasitas pembangkitan ini, sekitar 75%

akan dibutuhkan pada jaringan listrik Jawa-Madura-Bali (Jamali). Dari berbagai jenis energi

yang tersedia untuk pembangkitan listrik dan dilihat dari sisi ketersediaan dan

keekonomiannya, maka gas akan mendominasi penyediaan energi untuk pembangkitan

energi listrik sekitar 40% untuk wilayah Jamali. Batubara akan muncul sebagai pensuplai

kedua setelah gas, yaitu sekitar 30% untuk wilayah Jamali. Sisanya sekitar 30% akan

disuplai oleh jenis energi yang lain, yaitu hidro, mikrohidro, geothermal dan energi baru

dan terbarukan lainnya. Diharapkan energi nuklir dapat menyumbang sekitar 2% pada

tahun 2025. Energi alternatif yang menjanjikan dan bersih lingkungan dalam skala besar

hanya PLTN. Bila mengandalkan energi baru lainnya seperti panas bumi, energi surya dan

mikro hidro masih kurang. Biaya dan keekonomian energi terbarukan sangat mahal dan

hanya bisa dikembangkan dalam skala kecil. Biaya listrik panel surya bisa mencapai 30 sen

dollar AS per kWh, batubara 4 sen dollar AS sedangkan nuklir 6-7 sen dollar AS.

Penggunaan energi fosil secara terus menerus dalam jumlah besar bukan hanya

menimbulkan masalah pada efek lingkungan, akan tetapi juga karena sumber energi fosil

terbatas ketersediannya.

Persiapan pembangunan PLTN perlu dipersiapkan secara matang. Persiapan yang

sangat mendesak adalah persiapan infrastruktur, terdiri dari 19 yaitu: National Position,

Nuclear Safety, Management, Funding and Financing, Legislative Framework, Safeguards,

Regulatory Framework, Radiation Protection, Electrical Grid, Human Resources Development,

Stakeholder Involvement, Site and Supporting Facilities, Environment Protection, Emergency

Planning, Security and Physical Protection, Nuclear Fuel Cycle, Radioactive Waste, Industrial

Involvement, Procurement. Persiapan infrastruktur ini masih dalam progres studi yang akan

diselesaikan rencananya sampai tahun 2015 dengan bantuan IAEA sebagai tenaga reviewer.

Seperti diketahui rencana pembangunan PLTN di Pulau Bangka hingga kini belum

juga dapat dipastikan. Namun, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah

mengusulkan pinjam pakai hutan lindung 850 hektar di Kabupaten Bangka Barat.

Rencana pembangunan PLTN ini penuh dengan berbagai tantangan untuk proses

penerapannya, banyak LSM yang melakukan demostrasi untuk menolak kehadiran PLTN.

Hal ini lebih diperburuk lagi dengan adanya bencana yang terjadi pada tanggal 11 Maret

2011 yaitu gempa bumi dengan skala 9 skala richter dan tsunami setinggi hingga 10 meter

yang meluluhlantakkan PLTN Jepang di daerah prefektur Fukushima dan daerah

sekitarnya. Perkiraan kerugian mencapai 309 miliar dollar AS, yang termasuk

mengakibatkan sistem keselamatan PLTN Fukushima Daiichi gagal berfungsi. Kegagalan

sistem ini menyebabkan ledakan di gedung reaktor dan diikuti kebocoran radionuklida

Iodium dan Cesium ke lingkungan. Kejadian kerusakan pada reaktor Fukushima ini

sebaiknya dijadikan suatu pembelajaran bagi bangsa Indonesia. Pemerintah Jepang cepat

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 291

melakukan evakuasi bagi penduduk sehingga tidak banyak memakan korban dan selalu

melakukan pengukuran jumlah paparan radiasi yang berada di lingkungan, melakukan

pengetesan air, tanah, makanan dan minuman yang ada di sekitar wilayah Fukushima.

Pemerintah Jepang berusaha bersama dengan berbagai instansi terkait saling bahu

membahu dalam menyelesaikan masalah ini. Walaupun Jepang sedang mengalami

musibah, pemerintah masih dapat mempertahankan tingkat perekonomian di negaranya

terbukti dengan adanya komitmen kerjasama bilateral antara Jepang dan Indonesia masih

tetap dilaksanakan. Jepang hampir tidak memiliki sumber energi dari fosil. Sehingga

alternetif terbaik adalah pemanfaatan PLTN. PLTN pertama dibangun tahun 1966 dengan

nama Tokai-1, jenis reaktor pendingin gas. PLTN pertama tersebut sudah didekomisioning.

Sedangkan PLTN ke-2 adalah Tokai-2 dan beberapa unit PLTN di Fukushima dengan tipe

PLTN yang sama, yaitu BWR mark-1. PLTN di Jepang memiliki kontribusi sebesar 48,6GW.

2 REAKTOR FIKUSHIMA DAICHI[4],[5] 2.1. Kecelakaan Reaktor Fukushima Daichi

Reaktor Fukushima Daiichi menggunakan BWR generasi pertama (Mark I) yang

mulai beroperasi tahun 1970-an. Generasi awal PLTN umumnya memiliki umur operasi

sekitar 30 tahun. Setelah habis masa operasinya, PLTN harus dimatikan reaktornya secara

permanen. Teknologi sistem keselamatan PLTN ini masih mengandalkan sistem aktif yang

membutuhkan catu daya listrik dan struktur konstruksi sistem keselamatan penurun

tekanan pengungkung yang mempunyai ruang dan bejana pengungkung reaktor agak kecil.

Oleh karena itu PLTN lama ini mengalami kegagalan sistem pendinginan pasca pemadaman

karena kehilangan catu daya listrik cadangan dari genset diesel.

Gambar 1 Tampang Lintang Potongan Struktur Konstruksi

PLTN Fukushima Daiichi Unit 1

Kegagalan sistem pendinginan panas peluruhan akan membahayakan reaktor, karena

temperatur dan tekanan reaktor serta ruang pengungkung akan meningkat. Untuk itu

dilakukan usaha pendinginan dengan memasukkan air laut dengan bantuan alat pemadam

kebakaran ke dalam bejana reaktor melalui jalur injeksi asam borat. Rupanya upaya ini tidak

memadai, sehingga terjadi penguapan berlebihan dalam teras reaktor, dan volume

pendingin berkurang karena telah berubah menjadi uap. Akibatnya permukaan pendingin

teras turun dan terdapat bagian bahan bakar yang tak tercelup air. Peningkatan temperatur

teras reaktor terus berlanjut sehingga mencapai temperatur oksidasi bahan struktur teras

yang terbuat dari zirkaloy, stainless steel serta bahan lainnya, serta tersedianya cukup uap

air yang akan meningkatkan produksi gas hidrogen. Uap air dan gas hidrogen yang

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 292

terbentuk akan melipatgandakan tekanan dalam bejana reaktor dan bejana pengungkung.

Untuk menghidari tekanan berlebihan maka dilakukan “venting” (membuang uap dan gas

yang berlebihan keluar dari bejana pengungkung primer reaktor). Proses venting ini sedikit

banyak akan meningkatkan pembebasan radioaktivitas ke lingkungan. Proses “venting”

inilah yang menimbulkan ledakan pada PLTN Fukushima Daiichi unit 1 dan unit 3. Proses

venting ini akan membebaskan sebagian zat radioaktif yang tercampur dalam uap dan gas

hidrogen dalam kuantitas yang masih dapat dikendalikan. Risiko ini jauh lebih ringan

daripada membiarkan tekanan dalam pengungkung primer bertambah terus sehingga

integritas pengungkung utama terancam. Dari monitor radioaktif, peningkatan dosis

lingkungan paska venting terlihat jelas, bahkan radioaktivitas meningkat sampai kira-kira

seribu kali dari kondisi normal. Bahkan uap dan gas hidrogen yang dibuang dari ruang

pengungkung reaktor ini bergerak ke ruang gedung reaktor (pengungkung sekunder) dan

bertemu dengan oksigen, hasilnya adalah terjadinya ledakan yang cukup besar. Akibat

ledakan ini struktur atap gedung reaktor PLTN Fukushima Daiichi unit 1 terlepas seperti

ditunjukkan pada Gambar 2. Ledakan menghancurkan struktur konstruksi atap gedung

reaktor yang menjadi rumah untuk perangkat crane.

Gambar 2 Kondisi Bangunan Reaktor Setelah Ledakkan 12-3-2011 Pukul 15:36.

2.2. Kronologi terjadinya Kecelakaan Pada Reaktor Unit 1, 2, 3 dan 4[4],[5]

Pada PLTN-1, terjadi gempa pada tanggal 11 Maret. Pada tanggal 12 Maret, jam 01:20,

tekanan dalam teras dan suppression pool sangat tinggi. jam 14:30 dilakukan PCV venting.

Jam 15:36 terjadi ledakan Hidrogen pada bagian atas gedung utama PLTN-1. Kemudian

setelah tekanan cukup, jam 20:20 injeksi air laut dilakukan. Pada tanggal yang sama, HPIP

berhasil dijalankan pada PLTN no.2 dan 3 menggunakan daya baterai. Pada hari

berikutnya, tanggal 13 Maret, jam 05.10 terjadi kegagalan sistem pendingin teras darurat

(ECCS) karena daya baterai habis sedangkan listrik dari luar masih belum terkoneksi.

Sehingga kejadian pada PLTN no.3 mirip dengan yang terjadi pada PLTN no.1. Pada saat

yang sama, sistem pendingin darurat PLTN no.2 masih berjalan. Kemudian PLTN-2

terpaksa diventing pada jam 09:20 dan air laut diinjeksi pada jam 13:12. Namun besoknya

tanggal 14 Maret jam 11:01 terjadi ledakan pada PLTN no.3.

Pada tanggal 14 Maret, setelah terjadi ledakan pada PLTN no.3 pada jam 11.01, PLTN

no.2 mengalami insiden yang sama, yaitu kegagalan pompa injeksi bertekanan tinggi (HPIP)

pada jam 13:25. Kemudian dilakukan injeksi air laut pada jam 17:17. Ledakan hidrogren

terjadi pada PLTN no.2 pada hari berikutnya tanggal 14 Maret jam 06:10.

Pengamatan video yang dibuat tanggal 27 Maret menunjukkan secara visual

kerusakan PLTN no.1 dan bagian atas gedung masih utuh sehingga kondisi reaktor

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 293

diprediksi masih aman. Video tersebut diperlihakan kepada peserta diskusi secara

gamblang namun belum bisa ditemukan di web. Pada PLTN no.2 terlihat lobang 1 panel

pada gedung lantai 3 dan asap putih keluar dari lubang tersebut. Secara keseluruhan,

gedung PLTN no.2 masih baik. Sedangkan gedung PLTN no.3 mengalami kerusakan berat.

Pengamatan visual ini memastikan bahwa bentuk persegi kolam penyimpanan bahan bakar

bekas pada lantai 3 masih utuh. Asap putih yang keluar dari tengah gedung kemungkinan

disebabkan oleh kondensasi dari air yang disemprotkan oleh pemadam kebakaran dari luar

gedung. Pada PLTN no.4, ledakan Hidrogren menyebabkan atap runtuh ke bawah.

Runtuhan atap ini membentuk persegi-empat sebagai gambaran bahwa wadah bahan bakar

bekas masih utuh. Tutup containment berwarna kuning terlihat miring karena pada saat

terjadi ledakan, teras PLTN no.4 sedang dilakukan perawatan dan tutup Containment

memang sedang terbuka. Sedangkan bahan bakar dalam teras sudah dipindahkan semua ke

kolam penyimpanan bahan bakar bekas. Prioritas tindakan keselamatan reaktor perlu

dilakukan terhadap PLTN no.3 dan no.4 karena pengamatan visual menunjukkan bahwa

kedua PLTN ini mengalami kerusakan gedung yang sangat parah dan kedua PLTN ini

memiliki bahan bakar bekas yang ditampung dalam kolam penyimpanan bahan bakar

dalam jumlah sama besarnya.

Gambar 3 Kondisi PLTN Fukushima unit 1-4

Kondisi krisis ini akan memerlukan waktu yang panjang karena proses pendinginan

masih dilakukan dari luar. Tindakan keselamatan akan menuju ke blokade radiasi dan

penghentian kebocoran dari gedung PLTN (baik dari teras reaktor maupun dari kolam

penyimpanan bahan bakar bekas). Selanjutnya tindakan juga perlu dilakukan untuk

membuat sistem pendinginan tertutup, baik dengan mengaktifkan sistem pendingin yang

sudah dimiliki maupun membuat pendingin darurat tambahan. Setelah sistem pendingin

tertutup, tindakan perbaikan atau hal lain terkait prosedur keselamatan mungkin memakan

waktu sampai 10 tahun.

International Atomic Energy Agency (IAEA) menjelaskan bahwa Nuclear and

Industrial Safety Agency (NISA) telah menyampaikan provesi International Nuclear and

Radiological Event Scale (INES) mencapai level 7 untuk kecelakaan di reaktor Fukushima

Daiichi. Ini tingkat provesi baru yang mempertimbangkan kecelakaan seperti yang terjadi

pada Unit 1, 2, dan 3 sebagai kejadian tunggal pada INES dan total estimasi yang

digunakan sebagai justifikasi di atmosfir. Sebelumnya, kecelakaan pada unir 1, 2 dan 3

berada pada level 5 menurut INES.

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 294

Dampak radiasi menimbulkan ketakutan publik dan banyak beredar rumor yang

menakutkan. Radiasi tertinggi yang tercatat di kota Fukushima adalah hampir 20 mikro-

Sievert, kemudian menurun secara drastis dan sedang menuju ke kondisi normal.

Jumlah pelepasan zat radioaktif Iodium 131 dan Cesium 134 akibat kecelakaan di

reaktor Fukushima Daiichi berdasarkan perhitungan dari Fukushima Daiichi Nuclear Power

System (NPS) dan Nuclear and Industry Safety Agency (NISA) serta Nuclear Safety

Commission of Japan (NSC).

Tabel 1 Konversi Ekuivalen Nilai Pengaruh Radiasi 131 Iodium Menurut NISA dan NSC [5]

Asumsi jumlah pelepasan radioaktif

dari NPS Fukushima Daiichi

(Referensi)

Jumlah pelepasan dari

kecelakaan Chernobyl

Estimasi NISA Diberitakan oleh

NSC

131I.... (a) 1.3 x 1017 Bq 1.5 x 1017 Bq 1.8 x 1018 Bq

137Cs 6.1 x 1015 Bq 1.2 x 1016 Bq 8.5 x 1016 Bq

Konversi nilai

ke 131I .... (b)

2.4 x 1017 Bq 4.8 x 1017 Bq 3.4 x 1018 Bq

(a) + (b) 3.7 x 1017 Bq 6.3 x 1017 Bq 5.2 x 1018 Bq

2.3. Masyarakat Kepulauan Bangka-Belitung Setelah Tragedi Fukushima Daiichi[6],[7]

Sejumlah perwakilan kelompok masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

mengadu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Pengaduan terkait

intimidasi kepada warga yang menolak pembangunan PLTN di Provinsi itu. Intimidasi

dilakukan terhadap beberapa penggiat Laskar Beton. Kekecewaan masyarakat bertambah

dengan adanya memanipulasi pendapat warga (khususnya nelayan) tentang kehadiran

PLTN. Penolakan PLTN juga terjadi di Lapangan Merdeka Pangkal Pinang, Kepulauan

Bangka Belitung sejumlah organisasi massa bergabung menggalang tanda-tangan

penolakan. Mereka menamakan dirinya lascar Bangka Belitung Tolak Nuklir (Beton). Dari

salah satu pendemo tercetus sebuah kalimat yang menyatakan,”Siapa yang bisa menjamin

kami di Bangka ini tidak mengalami nasib seperti orang Jepang Sekarang”.

3. PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN DI BANGKA-BELITUNG 3.1. Pre Feasibility Study (Pre FS)[1]

Pre feasibility studi dilakukan oleh BATAN yang merupakan studi awal sebelum

dilaksanakannya studi kelayakan pembangunan PLTN. Pada studi ini masih merupakan

penjelasan data awal mulai perencanaan energi, pemilihan lokasi (tapak), pemilihan

teknologi reaktor nuklir, partisipasi industri lokal, lingkungan dan aplikasi pada non

elektrik (bila dikopling pada teknologi desalinasi).

Perencanaan energi yang dilakukan yaitu merencanakan energi listrik di masa

mendatang dengan memberikan solusi pembangkit listrik berkapasitas besar yang mampu

memasok kekurangan energi. Memasukkan data ekonomi suatu pembangkit energi nuklir

dengan pembangkit energi fosil lainnya yang menggunakan program WASP sehingga

terlihat tahun berapa PLTN akan muncul pertama di Indonesia. Munculnya PLTN dapat

menghasilkan energi yang bersih ke lingkungan sehingga perlu memasukkan data

eksternalitas untuk melihat keluaran emisi CO2 dan SO2 dengan menggunakan program

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 295

MESSAGE. Studi yang dilakukan membandingkan reaktor berkapasitas besar (High

Temperature Gas Reactor (HTGR)) dengan reaktor kecil-menengah (Small Medium Reactor

(SMR)). Dari kedua reaktor tersebut nantinya akan dilihat dengan teknologi reaktor mana

yang paling ekonomis untuk dibangun.

Pemilihan tapak dalam studi Pre FS ini dilakukan pada Kepulauan Bangka Belitung.

Ada dua buah calon tapak di daerah Bangka yaitu Bangka Selatan (Desa Sebagin) dan

Bangka Barat (Muntok). Luas wilayah Provinsi Bangka belitung adalah 81,725.14 km2.

Kegiatan penentuan tapak PLTN Bangka Belitung (Babel) Propinsi telah dilakukan pada

tahun 2010 dalam langkah pra-survei untuk mendapatkan daerah calon tapak yang baik.

Tujuan dari kegiatan situs PLTN pra-survei di Provinsi Bangka Belitung adalah untuk

mengumpulkan data sekunder terbatas dalam skala regional yang mencakup 14 aspek dan

analisis. Analisis dilakukan berdasarkan kriteria yang dikembangkan dari IAEA, peraturan

internasional, praktik terbaik, peraturan nasional dan lokal, untuk mendapatkan daerah

calon tapak yang baik. Kegiatan Pra Survei mencakup beberapa aspek yaitu aspek

keselamatan yang terkait (topografi, geologi, ahli geoteknik dan ahli geofisika, seismologi,

vulkanologi, hidrologi dan hidrogeologi, oseanografi, meteorologi, kejadian yang

disebabkan manusia, demografi, pertimbangan lainnya) dan aspek non-keamanan terkait

(ketersediaan infrastruktur , tanah & air penggunaan dan perencanaan pembangunan tata

ruang, ekologi, ekonomi, sosial dan budaya.

Pemilihan teknologi reaktor nuklir, melakukan studi pada teknologi nuklir berdaya

besar (HTGR) dengan teknologi berdaya kecil-sedang (Small Medium Reactor (SMR)).

Reaktor ukuran besar tenaga nuklir didefinisikan sebagai reaktor yang menghasilkan

keluaran daya listrik dengan ukuran lebih dari 700 MWe. Jenis PLTN besar yang sedang

dilakukan studi antara lain VVER-1000, OPR-1000, AP1000, MHI-PWR 3 Loops MHI-PWR 4

Loops. Sedangkan reaktor ukuran kecil didefinisikan sebagai reaktor yang mampu

menghasilkan output listrik sebesar 300 MWe, sedangkan reaktor daya sedang berkisar 300-

700 MWe. Untuk reaktor berukuran kecil yang tersedia di pasaran hingga tahun 2020 antara

lain KLT-40, SMART, Nu Skala, CAREM. Studi pemilihan teknologi reaktor nuklir ini adalah

untuk menentukan teknologi reaktor yang sesuai dengan kondisi di Indonesia tentunya

dengan teknologi keselamatan yang lebih baik dan harganya terjangkau.

Partisipasi industri local bertujuan mengetahui kemampuan industri nasional sebelum

dibangunnya PLTN untuk dapat memasok komponen lokal. Berdasarkan rangkuman

beberapa kerjasama studi diperoleh kemampuan partisipasi industri lokal sebesar 25-30%.

Studi lingkungan berkaitan dengan mempelajari berbagai kehidupan makhluk hidup

di sekitar calon tapak sebelum pembangunan PLTN dan mempelajari pengelolaan limbah

dari bahan bakar bekas. Tujuan dari pengelolaan limbah radioaktif adalah untuk menangani

limbah radioaktif dengan cara yang melindungi kesehatan manusia dan lingkungan

sekarang dan di masa depan tanpa memaksakan beban yang tidak semestinya pada generasi

masa depan

Limbah radioaktif diklasifikasikan menjadi limbah radioaktif tingkat rendah, limbah

radioaktif tingkat menengah dan limbah radioaktif tingkat tinggi. Pengelolaan limbah

radioaktif harus dilakukan oleh Badan Pelaksana (BATAN). Mungkin perusahaan dengan

atau menunjuk Badan Usaha Milik Negara, koperasi, dan / atau perusahaan swasta dalam

mengelola limbah radioaktif wajib mengumpulkan, memisahkan, atau memperlakukan dan

menyimpan sementara limbah tersebut sebelum diserahkan kepada Badan Pelaksana

(BATAN). Sedangkan penghasil limbah radioaktif tingkat tinggi wajib menyimpan

sementara limbah tersebut selama periode yang tidak kurang dari masa hidup reaktor

nuklir. Mengacu pada UU No. 10/1997 dan Peraturan Pemerintah No 27/2002, BATAN

memiliki kemampuan yang cukup untuk mengelola limbah radioaktif tingkat rendah dan

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 296

menengah dan telah mendapat izin operasi untuk mengelola dan untuk menyimpannya.

Telah tersedia dokumen Laporan Analisis Keselamatan Pengelolaan Limbah Radioaktif.

Aplikasi non elektrik, melakukan studi teknologi desalinasi yang dapat dikopling

pada PLTN sehingga selain dapat menghasilkan listrik, juga dapat menghasilkan air bersih.

3.2. Infrastruktur[2],[3]

Ada 19 infrastruktur yang harus dipersiapkan untuk mendukung rencana

pembangunan PLTN pertama di Indonesia, akan tetapi yang akan dibahas dalam studi ini

hanya 5 permasalahan yaitu: listrik, pelabuhan laut, telekomunikasi, industri dan SDM.

Selama masa konstruksi PLTN, PT PLN akan memasok listrik dengan kapasitas 2 x 25

MWe. Proyek ini akan berlokasi di Air Anyir, kecamatan Merawang, Bangka berdasarkan

Surat Keputusan Bupati Bangka No.188.45/288/II/2007 tentang kekuatan izin lokasi pabrik

konstruksi. Pembangkit listrik ini dijadwalkan akan beroperasi pada 2012. Alternatif lain

untuk menyediakan listrik adalah dengan menyewa generator melalui PT PLN. Saat ini,

sistem terintegrasi jaringan listrik ada di Jawa-Bali-Madura dan Sumatera. Sistem Jawa-Bali-

Madura saling berhubungan dengan 500 kV dan 150 kV, sedangkan Sumatera berkaitan

dengan 275 kV dan 150 kV. Ada rencana di tempat untuk interkoneksi sistem ini grid dua

dengan kabel bawah laut pada akhir 2016.

Pelabuhan laut Pangkal Balam di Pangkalpinang akan menjadi pelabuhan paling

strategis dibandingkan dengan pelabuhan laut lainnya di Pulau Bangka. Akan tetapi yang

menjadi perhatian khusus adalah kedalaman air laut sangat dangkal sehingga membuat

kapal-kapal besar mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan bongkar muat, terutama

selama musim kemarau ketika tingkat air laut turun. Selama kondisi ini kapal-kapal harus

menunggu hingga kadar air sudah kembali normal yang membuat kegiatan bongkar muat

ditunda sampai tingkat tertentu air yang dicapai. Pemerintah daerah Bangka-Belitung

provinsi telah merencanakan untuk mengeruk pelabuhan untuk memungkinkan kapal besar

yang akan bersandar di sana.

Sistem telekomunikasi kabel sudah ada dengan menggunakan Telkom. Sedangkan

sistemTelekomunikasi Seluler oleh Telkomsel, Indosat, Excelcomindo, Hutchison, Sinar Mas

Telecom, Sampoerna Telekomunikasi, Bakrie Telecom, Mobile-8, dan Natrindo Telepon

Seluler. Ada tiga saham pasar (3) besar: Telkomsel (55,6%), Indosat (24,8%) dan

Excelcomindo (14,8%).

Pada tahun 2007, industri di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didominasi oleh

kelompok industri kimia dan bahan bangunan dengan total unit 1.187 didistribusikan di

seluruh kabupaten dan sebagian besar berada di Kabupaten Bangka Tengah dengan jumlah

339 unit. Karyawan di sektor industri mencapai 19.462 orang, dimana 7.375 satunya adalah

bekerja dalam kelompok industri mesin logam dan elektronik. Industri Kerajinan di provinsi

Bangka-Belitung Kepulauan tumbuh sebagai hasil industri pengolahan agro-industri,

perikanan, hortikultura dan makanan laut.

Indonesia sudah mempunyai kompetensi yang cukup memadai untuk mendidik dan

mencetak SDM dibidang nuklir non daya melalui perguruan tinggi dan lembaga riset yang

ada. Cetak biru atau blueprint ini disusun sebagai panduan untuk perencanaan dan strategi

pengembangan kompetensi sumber daya manusia yang mandiri di Bidang PLTN. SDM

perlu melakukan analisis keselamatan antara lain: Prinsip sistem kerja PLTN, Memahami

fenomena/prinsip secara ilmiah fokus analisis serta penggunaan dan logika pemodelan

dalam perangkat lunak. Rencana pengembangan SDM di Indonesia seperti terlihat pada

Gambar 4 yang menjelaskan mulai dari perekrutan pegawai dengan mempertimbangkan

kualitas pendidikan, pengalaman dan pelatihan. Tingkat pendidikan terbagi menjadi 3 yaitu

ahli, teknisi dan tukang yang kesemuanya memerlukan pengetahuan dasar mengenai

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 297

pengoperasian PLTN. Pelatihan akan dibagi menjadi 2 yaitu pelatihan khusus

ketenagalistrikan akan dibantu oleh pihak PLN sedangkan pelatihan khusus

ketenaganukliran akan dibantu oleh pihak BATAN.

Gambar 4. Alur Pikir Pengembangan SDM PLTN

4 PEMBAHASAN 4.1. Dampak Reaktor Fukushima Daiichi bagi Jepang[8],[9]

Kekhawatiran masyarakat Jepang pasca ledakan di reaktor unit 1 disusul kebakaran

di reaktor unit 2, 3 dan 4. Sebagian warga asing bergegas mengungsikan warganya dari

Jepang. Sejumlah orang kaya menyewa pesawat sendiri. Pemerintah Jepang selalu

memantau kandungan radiasi di wilayah mereka, dari udara, tanah hingga produk

pertanian. Sementara untuk kawasan 20-30 km dari reaktor nuklir, data terus diperbaharui

setiap 10 menit.

Pada 21 Maret 2011, Pemerintah jepang menyatakan produk sayuran dan susu di

empat prefektur: Ibaraki, Tochig, Gunma dan Fukushima tercemar iodium-131 dan cesium

134 sehingga dilarang dipasarkan. Sehari kemudian mereka juga mengumumkan terjadi

pencemaran radiasi terhadap air laut di sekitar Fukushima Daiichi. Pada 23 Maret 2011,

pemerintah Jepang mengumumkan air ledeng mereka tercemar iodium-131 dan tidak aman

dikonsumsi dalam jangka waktu lama. Pemerintah Jepang sangat melindungi warganya hal

ini terbukti dengan dipasangnya alat deteksi di setiap prefektur. Lebih penting lagi

pemerintah Jepang dituntut lebih transparan memaparkan situasi terbaru dan ancamannya

bagi masyarakat.

D ampak terhadap produksi sekitar 3 persen lebih dari produk domestic bruto (PDB).

Pemulihan ekonomi Jepang didorong oleh pemerintah untuk merekonstruksi infrastruktur

yang rusak.

Dampak terhadap sektor keuangan, pemerintah Jepang mengatasinya dengan cara

memaksa industri asuransi dan perusahaan-perusahaan di Jepang untuk menarik uangnya

kembali ke Jepang untuk pembiayaan rekonstruksi. Menstabilkan nilai uang yen.

Dampak bagi perekonomian regional, khususnya Indonesia. Untuk jalur

perdagangan, penurunan produksi di Jepang dalam jangka waktu 1-3 bulan akan

mengganggu ekspor negara di Asia, termasuk Indonesia. Jepang merupakan negara tujuan

ekspor terbesar untuk Indonesia (16 persen). Selain itu Jepang juga merupakan pusat rantai

produksi regional di Asia.

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 298

4.2. Dampak Reaktor Fukushima Daiichi bagi Negara Tetangga[8],[9],[10]

Pasca ledakan reaktor nuklir Fukushima tampaknya sesuatu yang sensitif. Bagi

Indonesia, rencana pembangunan energi nuklir bukan hanya sensitivitas, tetapi juga

konsistensi kebijakan pengembangan nuklir sebagai energy baru. Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

menyebutkan, pemanfatan energi nuklir melalui PLTN harus terwujud tahun 2015-2019.

Tetapi, hingga kini tanda-tanda Pemerintah membangun PLTN belum ada. Pemerintah

belum menunjuk lembaga yang menjadi pemilik PLTN. Kecelakaan PLTN Fukushima

Daiichi terjadi saat nuklir disebut memasuki masa kebangkitan pada satu decade terakhir

karena tingginya kebutuhan energi, ancaman pemanasan global, perubahan iklim dan

upaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Menurut data Assosiasi Nuklir Dunia, prosentase listrik yang dibangkitkan tenaga

nuklir terhadap total daya listrik dunia memang menurun, dari 17 persen pada era 1980an

menjadi 14 persen pada tahun 2009. Tetapi total jumlah daya yang dibangkitkan naik seiring

dengan meningkatnya konsumsi di dunia. Pada tahun 2009 tercatat 443 reaktor diseluruh

dunia menghasilkan 2.560 terawatt-jam atau 2.560 milliar kilowatt-jam (kWh).

Kecelakaan nuklir di Fukushima mengubah semuanya. Keraguan pada keamanan

dan keselamatan energi nuklir sangat dipengaruhi oleh situasi politik, seperti di Jerman.

Perubahan kebijakan energi akan mempengaruhi Uni Eropa yang memiliki total anggotanya

143 reaktor nuklir. Austria negara non nuklir mendesak Uni Eropa (UE) untuk menguji

keamanan dan keselamatan PLTN. UE mengadakan pertemuan pengawas keselamatan

nuklir negara anggotanya untuk mengetahui kesiapan Eropa menghadapi situasi darurat.

Swiss yang menjadwalkan membangun tiga reaktor membekukan rencana tersebut

hingga standar keselamatan ditinjau ulang. Italia yang mengimpor 86 persen kebutuhan

listrik akan berfikir ulang untuk memperkenalkan energi nuklir.

Inggris, Bulgaria, dan Finlandia juga meminta sistem keamanan ditinjau ulang.

Kelompok oposisi di Turki dan Swedia meminta pemerintahnya membatalkan rencana

pengembangan energi nuklir. Swedia memiliki 10 reaktor yang dapat menyumbang 34,7

persen kebutuhan listrik di negaranya, sedangkan Turki berencana membangun empat

reaktor dengan total daya 4.800 Megawatt (MW). Perancis berniat mempertahankan energi

nuklir dan mengandalkan reaktor air tekan generasi ketiga yang sistem keselamatannya

lebih baik.

Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab tetap berkomitmen menggunakan energy

nuklir. Amerika mengandalkan teknologi yang menempatkan kolam pendingin di atas

reaktor. Jika tejadi peristiwa seperti di Fukushima, air pendingin tetap mengalir

memanfaatkan gravitasi.

Rusia, China, India dan Polandia tetap meneruskan kebijakan energy nuklir mereka.

China paling ekspansif dengan pembangunan 27 reaktor nuklir baru, menambah 13 reaktor

yang sudah beroperasi. China merencanakan akan membangun 50 reaktor baru untuk

menambah daya listrik dari nuklir hingga 70-80 gigawatt listrik (GWe) pada tahun 2020 dan

60 reaktor lagi untuk mencapai 200 GWe tahun 2030.

India di urutan berikutnya, dengan lima reaktor dalam konstruksi dan rencana

pembangunan 18 reaktor lain, untuk melengkapi 20 reaktor yang sudah beroperasi.

4.3. Hasil Analisis Dampak Kecelakaan Fukushima Daiichi Terhadap

Perkembangan Rencana Pembangunan PLTN di Indonesia

Indonesia perlu belajar kembali cara menangani kecelakaan di PLTN melalui kejadian

yang terjadi di Jepang yaitu Reaktor Fukushima Daiichi. Perkembangan penerapan energi

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 299

nuklir dikalangan para pengambil keputusan masa belum ada kejelasan. Hal ini sangat

berkaitan erat dengan perkembangan politik yang sedang terjadi di Indonesia.

Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan/pembelajaran seperti beberapa hal berikut

ini yaitu:

a. Belajar dari pengalaman Jepang, persoalan bukan pada teknologi saja melainkan pada

kesiapan Pemerintah dan masyarakat dalam mengawasi pembangunan dan

pengoperasiannya.

b. Pentingnya pelaporan data keselamatan dan inspeksi terutama dari pihak operator

PLTN secara cepat dan akurat.

c. Pemilihan tapak yang strategis, sehingga terhindar dari bahaya gempa bumi dan

tsunami.

d. Perlunya persetujuan masyarakat tempat PLTN akan dibangun.

e. Masyarakat perlu mengetahui dengan baik dan benar dampak serta manfaar energi

nuklir dan kesiapannya sebagai bagian dari prinsip kehati-hatian.

f. Harus memilih teknologi reaktor generasi terbaru, yaitu generasi keempat atau ketiga

plus yang mengadopsi sirkulasi alami.

g. Pentingnya pembelajaran dalam perubahan sikap seperti: displin, kerjakeras dan

bertanggung jawab.

h. Kesiapan otoritas bagi pembangunan PLTN seperti badan pengawas, BATAN serta

badan pengguna listrik yakni PLN.

i. Mempertimbangkan biaya reaktor nuklir jika memasukkan tambahan sistem

keselamatan setelah dampak dari reaktor di Jepang.

j. Nuklir masih dihandalkan banyak negara sebagai sumber energi walaupun adanya

kecelakaan reaktor di Jepang.

k. Pemerintah Indonesia harus melindungi warganya apabila terjadi kecelakaan.

l. Dibutuhkan komitmen, kesigapan dan kredibilitas yang tinggi bagi negara yang akan

membangun.

5 KESIMPULAN Pengalaman merupakan guru yang berharga. Oleh karena itu masyarakat Indonesia

hendaknya belajar dari pengalaman Jepang yaitu cara menangani bencana yang melanda di

negeri tersebut dan berusaha untuk bangkit dari keterpurukan dengan suatu komitmen

yang tinggi untuk mengatasi krisis energi di masa akan datang melalui penggunaan energi

nuklir (PLTN) serta bergotong-royong dari berbagai badan/institusi untuk saling membantu

mengatasi suatu masalah. Kesuksesan bangsa Jepang dibutuhkan suatu tanggungjawab

penuh untuk setiap kegagalan, mulai dari minta maaf secara terbuka, hingga

mengundurkan diri demi kesejahteraaan rakyatnya.

Kembali kami ingatkan, pertimbangan penggunaan energi nuklir untuk mengatasi

kelangkaan energi dimasa mendatang sangatlah perlu mengingat hasil keluaran PLTN tidak

berdampak pada pencemaran udara, perubahan iklim dan pemanasan global. Lain halnya

dengan akibat penggunaan energi fosil yang terus-menerus dapat menyebabkan minimnya

cadangan sumber energi untuk penggunaan dimasa yang akan datang, serta menimbulkan

dampak pencemaran udara sehingga saat ini perubahan iklim sulit diprediksi dan akan

merusak ekosistim makhluk hidup lainnya. Bila mengandalkan energi baru lainnya seperti

panas bumi, energi surya dan mikro hidro masih kurang. Biaya dan keekonomian energi

terbarukan sangat mahal dan hanya bisa dikembangkan dalam skala kecil.

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011 Pusat Pengembangan Energi Nuklir

Badan Tenaga Nuklir Nasional

ISSN 1979-1208 300

DAFTAR PUSTAKA [1] BATAN, “Supporting Pre Feasibility Study on Introduction of SMR for Cogeneration

in Bangka Belitung”, 4 November 2010.

[2] BATAN,”Evaluation of the status of Indonesia Infrastructure Development”,

Desember 2010.

[3] BATAN, “Draft Blue Print Pengembangan SDM Pengoperasian dan Pemeliharaan

Bidang PLTN”, Tahun 2012-2020.

[4] http://www.batan.go.id/ptrkn/.

[5] http://www.iaea.org/newscenter/news/2011/Fukushima120411.html.

[6] NURKHOLIS,”Proyek PLTN, Warga Babel Mengadu ke Komnas HAM”, Kompas,

Rabu 23 Maret 2011.

[7] EDWARD, ”Warga Tolak Rencana PLTN”, Kompas, Senin 21 Maret 2011.

[8] AHMAD ARIF, “Dari Fukushima ke Muria”, Kompas, 25 Maret 2011.

[9] MUHAMMAD CHATIB BASRI,”Dampak Ekonomi Tsunami”, Kompas, Senin, 21

Maret

2011.

[10] J. WASKITA UTAMA,”Keselamatan Tetap Yang Utama”, Kompas, Jumat, 25 Maret

2011.