dasar keperawatan

61
I. SISTEM SARAF PERIFER Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Susunan sistem saraf terdiri atas saraf-saraf cranial dan saraf-saraf spinal beserta ganglianya yang menghubungkan otak dan medula spinalis dengan reseptor dan efektor. Pada diseksi saraf cranial dan spinal terlihat sebagai tali yang berwarna putih keabu- abuan. Saraf perifer terbentuk dari berkas-berkas serabut saraf (akson) yang disokong oleh jaringan areolar halus. (Snell, 2006) Secara fungsional sistem saraf perifer dibagi menjadi dua yaitu: A. Saraf aferen (saraf sensorik), menyampaikan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). B. Saraf eferen (saraf motorik), menyampaikan impuls dari sistem saraf pusat ke efektor.

Upload: vicky

Post on 28-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: dasar keperawatan

I. SISTEM SARAF PERIFER

Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Susunan sistem

saraf terdiri atas saraf-saraf cranial dan saraf-saraf spinal beserta ganglianya yang

menghubungkan otak dan medula spinalis dengan reseptor dan efektor. Pada diseksi saraf

cranial dan spinal terlihat sebagai tali yang berwarna putih keabu-abuan. Saraf perifer

terbentuk dari berkas-berkas serabut saraf (akson) yang disokong oleh jaringan areolar halus.

(Snell, 2006)

Secara fungsional sistem saraf perifer dibagi menjadi dua yaitu:

A. Saraf aferen (saraf sensorik), menyampaikan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat

(otak dan sumsum tulang belakang).

B. Saraf eferen (saraf motorik), menyampaikan impuls dari sistem saraf pusat ke efektor.

Page 2: dasar keperawatan

II. ALAT INDRA PADA MANUSIA

A. INDRA PENGLIHATAN (MATA)

1. Anatomi mata

Mata manusia secara keseluruhan berbentuk seperti bola sehingga sering disebut

bola mata. Media penglihatan terdiri dari kornea, aquous humor (terletak antara

kornea dan lensa), lensa dan vitrous humor yang merupakan sebagian dari keseluruhan

bola mata dan terletak di antara lensa dan retina.

a. Sklera (lapisan terluar) agak buram, makin ke depan semakin tembus pandang dan

membentuk kornea

b. Khoroid merupakan lapisan kedua yang banyak mengandung pembuluh darah

kecuali yang bagian depan. Hal ini erat kaitannya dengan fungsi khoroid sebagai

penyedia makanan bagi bagian-bagian lain dari mata. Bagian depan khoroid tepat

dibelakang kornea bagian tengah sedikit terbuka disebut pupil. Sel-sel lapisan

khoroid yang berpigmen disebut iris atau selaput pelangi. Bagian inilah yang

menyebabkan terjadinya perbedaan warna mata, seperti hitam, cokelat, biru, dan

hijau. Ukuran pupil dapat berubah secara refleks yang dikendalikan otot-otot

melingkar dalam iris. Perubahan ini erat kaitannya dengan intensitas cahaya. Bila

cahaya sangat terang, pupil mengecil karena mengalami kontraksi. Bila cahaya

redup, pupil melebar, mengalami delatasi.

c. Retina atau sering juga disebut sebagai selaput jala adalah makanisme persyarafan

utuk penglihatan. Merupakan lapisan yang terdalam, terdapat pembuluh darah

arteri (atau disebut juga sebagai pembuluh nadi fungsinya untuk membawa darah�

dari jantung keseluruh tubuh) dan vena (disebut juga sebagai pembuluh balik �

Page 3: dasar keperawatan

fungsinya untuk membawa darah dari seluruh tubuh ke jantung) yang mengatur

aliran darah pada mata. Pada bagian retina terdapat macula lutea atau fovea nasal

atau fovea centralis atau bintik kuning (bagian dari retina yang paling peka

terhadap cahaya) yang merupakan tempat penerima benda yang dilihat oleh mata,

karena di tempat ini terdapat sel batang (basilus) dan sel kerucut (conus) sebagai

reseptor penglihatan, sementara pada bagian superiornya terdapat bintik buta

(blind spot) yang tidak peka terhadap cahaya. Karena pada bagian ini tidak

terdapat sel batang atau sel kerucut. Sel batang merupakan sel yang dapat melihat

dengan cahaya kecil (remang-remang), atau pada malam hari. Sedangkan sel

kerucut untuk melihat pada siang hari serta warna.

Sel batang dan sel kerucut dipersyarafi oleh syaraf optik. Syaraf optik ini

merupakan syaraf penglihatan dan merupakan syaraf kranial ke II. Selain syaraf

optik, ada beberapa syaraf kranial lainnya yang membantu dalam pengoprasian

dan gerakan bola mata, yaitu: occulomotorik (syaraf kranial III), trockhlearis

(syaraf kranial IV). Ada syaraf trigerminal (syaraf kranial V) yang membantu

persyarafan di sekitar mata sampai pada bagian kepala atas ke belakang.

d. Alis

Merupakan dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis

dikaitkan pada otot-otot sebelah bawahnya. Alis berfungsi untuk melindungi mata

dari sinar matahari.

e. Kelopak mata

Page 4: dasar keperawatan

Merupakan dua lempengan, yaitu lempeng tarsal yang terdiri atas jaringan

fibrus yang sangat padat, serta dilapisi kulit dan dibatasi konjungtiva. Jaringan di

bawah kulit tidak mengandung lemak. Kelopak mata atas lebih besar daripada

kelopak mata bawah, kelopak mata digerakan oleh otot levator palpebrae.

Kelopak-kelopak itu ditutup otot-otot melingkar, yaitu muskulus orbikularis okuli.

Bulu mata dikaitkan pada pinggiran kelopak mata, serta melindungi mata dari

debu dan cahaya.

f. Kornea

Merupakan bagian depan bola mata yang transparan dan bersambung dengan

sklera yang putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan

yaitu, lapisan tepi adalah epitelium berlapis yang bersambung dengan

konjungtiva. Korne berfungsi sebagai jendela bening yang melindungi struktur

halus yang berda di belakangnya, serta membantu memfokuskan bayangan pada

retina. Kornea tidak mengandung pembuluh darah.

g. Bilik Anterior (kamera okuli anterior)

Terletak antara kornea dan iris.

h. Iris

Merupakan tirai berwarna yang terletak di depan lensa yang bersambungan

dengan selaput koroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau oto

polos yaitu, kelompok yang satu mengecilkan ukuran pupil, sementara kelompok

yang lain melebarkan ukuran pupil. Iris berfungsi sebagai tirai yang melindungi

retina, serta mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata.

Page 5: dasar keperawatan

i. Pupil

Bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah yang terdapat di

iris. Pupil berfungsi sebagai tempat cahaya masuk guna mencapai retina.

j. Bilik posterior (kamera okuli posterior)

Terletak di antara iris dan lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior

yang diisi akueus humor.

k. Akueus humor

Cairan berasal dari korpus siliare dan diserap kembali ke dalam aliran darah

pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran

Schlem.

l. Lensa

Sebuah benda transparan bikonveks (cembung depan-belakang) yang terdiri

atas beberapa lapisan yang merupakan organ fokus utama. Lensa terletak persis di

belakang iris. Lensa berfungsi untuk membiaskan berkas-berkas cahaya yang

terpantul dari benda-benda yang dilihat menjadi bayangan yang jelas pada retina.

Membran yang dikenal sebagai ligamentum susupensorium terdapat di depan

maupun di belakang lensa, yang berfungsi mengaitkan lensa pada korpus siliare.

Jika ligamentum suspensorium mengendur, lensa akan mengkerut dan menebal,

sebaliknya jika ligamentum menegang, lensa menjadi gepeng. Dengan

menggunakan otot siliare, permukaan anterior lensa dapat lebih atau agak kurang

dicembungkan, guna memfokuskan benda-benda dekat atau jauh. Hal ini disebut

akomodasi visual.

m. Vitreus humor

Cairan albumen yang berwarna keputih-putihan seperti agar-agar. Vitreus

humor berfungsi memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta

mempertahankan hubungan antara retina dan selaput koroid dan sklerotik

2. Mekanisme melihat

Sebuah cahaya masuk ke mata melalui kornea. Setelah melewati kornea, mata

akan melewati aqueous humour yang berfungsi memberi makan kornea dan lensa.

Dari aqueous humour akan melewati pupil yang lebarnya diatur oleh iris. Setelah itu

dibiaskan oleh lensa. Lalu dari lensa akan diteruskan ke retina. Di retina terbentuk

bayangan yang bersifat nyata, terbalik, diperkecil. Agar mata kita melihatnya tidak

terbalik sel-sel batang dan sel kerucut meneruskan sinyal melalui saraf optik. Lalu,

otak membalikkan bayangan yang terlihat di retina. Obyek terlihat sesuai aslinya.

Page 6: dasar keperawatan

3. Kelainan pada mata

a. Rabun jauh (miopi)

Apabila benda yang dilihat jatuh di depan fovea nasalis. Penyebabnya adalah

lensa mata terlalu cembung dan untuk mengatasi hal ini dapat diperbaiki dengan

menggunakan kacamata lensa cekung (negatif).

b. Rabun dekat (hipermetropi)

Apabila benda yang dilihat jatuh di belakang fovea nasalis. Penyebabnya

adalah lensa mata terlalu pipih dan hal ini dapat diperbaiki dengan menggunakan

kacamata lensa cembung (positif).

c. Buta warna (blind color)

Merupakan kelainan pada mata yang disebabkan karena ketidakmampuan

sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu yang

disebabkan karena faktor genetis. Kelainan genetik ini lebih sering dialami oleh

laki-laki dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan karena kelainan genetik

ini dibawa oleh kromosom X (kromosom pada perempuan XX, kromosom laki-

laki(XY).

Salah satu cara untuk mengetahui apakah orang tersebut menderita buta

warna atau tidak, dapat dilihat dengan uji Stilling Isihara.

Salah satu contoh kartu dalam uji Stilling Isihara

Page 7: dasar keperawatan

d. Rabun senja

Merupakan kelainan mata yang berupa ketidakmampuan mata untuk melihat

di senja hari yang disebabkan karena kekurangan vitamin A. Dan biasanya

bersifat sementara.

e. Mata merah

Terjadi karena mata kemasukan benda asing, sehingga menyebabkan mata

perih dan gatal. Mata merah yang tidak segera diobati akan mengakibatkan

kotoran yang menumpuk di sudut mata. Dalam kondisi yang lebih parah, kelopak

mata akan menjadi bengkak. 

f. Katarak

Biasanya penyakit ini menyerang orang yang sudah lanjut usia. Pada mata

yang katarak tampak diselimuti lapisan putih. Sehingga si penderita kesulitan

untuk melihat. Penderita katarak ini bisa disembuhkan dengan cara operasi

pengangkatan lensa yang buram dan menggantinya dengan lensa buatan.

g. Glukoma

Yakni kelainan pada mata yang dapat dicirikan dengan rusaknya saraf optik.

Dimana fungsinya untuk membawa cahaya dari mata ke otak. Penyebab

kerusakan ini ialah karena kelebihan cairan yang mengisi bola mata.

h. Kebutaan

Merupakan kelainan atau penyakit mata yang menyebabkan mata tidak bisa

melihat sama sekali. Penyebab terjadinya kebutaan salah satunya adalah karena

glukoma dan katarak atau kelainan lain dari fisik manusia itu sendiri.

i. Astigmatisme

Dikenal juga dengan mata silinder. Yaitu gangguan pada mata yang

mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur, tidak jelas dan samar-samar. Silindris

Page 8: dasar keperawatan

ini disebabkan karena kornea mata tidak rata. Penyakit ini dapat diatasi dengan

kacamata silinder.

j. Mata juling

Juling merupakan kelainan mata akibat ketidakserasian atau tidak sinkron-

nya otot-otot mata. Bila penderitanya masih anak-anak, maka juling bisa diatasi

dengan cara operasi.

4. Ketajaman mata

Visus atau ketajaman penglihatan paling baik bila diuji dengan menggunakan

Snellen Chart atau biasa juga disebut Optotype Snellen. Untuk mengetahui visus

adalah dengan menggunakan suatu pecahan matematis yang menyatakan perbandingan

dua jarak, yang merupakan perbandingan ketajaman penglihatan seseorang dengan

ketajaman penglihatan orang normal. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Keterangan,

V = Visus

d = jarak antara optotype dengan subjek yang diperiksa

D = jarak sejauh mana huruf-huruf masih dapat dibaca mata normal

Berikut adalah gambar dari Optotype Snellen

V = d/D

Page 9: dasar keperawatan

B. INDRA PENGHIDU DAN PENGECAP

Penghidu dan pengecap secara umum diklasifikasikan sebagai indra visceral karena

kaitannya yang erat dengan fungsi saluran cerna. Secara fisiologis, keduanya berkaitan

satu sama lain. Aroma berbagai makanan sebagian besar merupakan kombinasi dari indra

penghidu dan pengecap. Dengan demikian, makanan dapat terasa berbeda apabila

seseorang mengalami flu yang menurunkan indra penghidu. Baik reseptor penghidu

maupun pengecapan adalah kemoreseptor yang dirangsang oleh molekul yang larut

dalam mukus di hidung dan dalam saliva di mulut. Namun, kedua indra ini secara

anatomi agak berbeda. Reseptor penghidu merupakan reseptor jauh (teleseptor); jaras

penghidu tidak memiliki pemancar di talamus. Jaras pengecapan berjalan melewati

batang otak ke thalamus dan berproyeksi ke girus postsentralis bersama dengan jaras

untuk sensibilitas raba dan tekanan dari mulut.

1. INDRA PENGHIDU

a. Anatomi hidung

1) Hidung Luar

Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian bagiannya dari atas ke bawah : �

a) Pangkal hidung (bridge)

b) Dorsum nasi

Ada 2 bagian yang membangun dorsum nasi, yaitu :

i. Bagian kaudal dorsum nasi.

Bagian kaudal dorsum nasi merupakan bagian lunak dari

batang hidung yang tersusun oleh kartilago lateralis dan kartilago alaris.

Jaringan ikat yang keras menghubungkan antara kulit dengan

perikondrium pada kartilago alaris.

ii. Bagian kranial dorsum nasi.

Bagian kranial dorsum nasi merupakan bagian keras dari

batang hidung yang tersusun oleh os nasalis kanan & kiri dan prosesus

frontalis ossis maksila.

c) Puncak hidung

d) Ala nasi

e) Kolumela

Page 10: dasar keperawatan

Kedua lubang berbentuk elips disebut nares, dipisahkan satu sama lain

oleh sekat tulang rawan dan kulit yang disebut kolumela.

f) Lubang hidung (nares anterior)

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi

kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan

M. Nasalis pars allaris. Kerja otot otot tersebut menyebabkan nares dapat�

melebar dan menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal

sebagai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi.

Lubang yang terdapat pada bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh :

a) Superior : os frontal, os nasal, os maksila

b) Inferior : kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris

mayor dan kartilago alaris minor

Dengan adanya kartilago tersebut maka nasi eksternus bagian inferior menjadi

fleksibel.

Perdarahan :

a) Nasalis anterior (cabang A. Etmoidalis yang merupakan cabang dari A.

Oftalmika, cabang dari a. Karotis interna).

b) A. Nasalis posterior (cabang A.Sfenopalatinum, cabang dari A.

Maksilaris interna, cabang dari A. Karotis interna)

c) A. Angularis (cabang dari A. Fasialis)

Persarafan :

a) Cabang dari N. Oftalmikus (N. Supratroklearis, N. Infratroklearis)

b) Cabang dari N. Maksilaris (ramus eksternus N. Etmoidalis anterior)

2) Kavum Nasi

Dengan adanya septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua ruangan

yang membentang dari nares sampai koana (apertura posterior). Kavum nasi ini

berhubungan dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan

fossa kranial media. Batas batas kavum nasi :�

Page 11: dasar keperawatan

Posterior : berhubungan dengan nasofaring

Atap : os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale, korpus sfenoidale

dan sebagian os vomer

Lantai : merupakan bagian yang lunak, kedudukannya hampir horisontal,

bentuknya konkaf dan bagian dasar ini lebih lebar daripada bagian atap. Bagian

ini dipisahnkan dengan kavum oris oleh palatum durum.

Medial : septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi dua ruangan (dekstra

dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi oleh kulit,

jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. Bagian dari septum yang terdiri

dari kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa = kolumna =

kolumela.

Lateral : dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, os lakrima, os

etmoid, konka nasalis inferior, palatum dan os sfenoid.

Konka nasalis suprema, superior dan media merupakan tonjolan dari

tulang etmoid. Sedangkan konka nasalis inferior merupakan tulang yang

terpisah. Ruangan di atas dan belakang konka nasalis superior adalah resesus

sfeno-etmoid yang berhubungan dengan sinis sfenoid. Kadang kadang konka �nasalis suprema dan meatus nasi suprema terletak di bagian ini.

Perdarahan :

Arteri yang paling penting pada perdarahan kavum nasi adalah

A.sfenopalatina yang merupakan cabang dari A.maksilaris dan A. Etmoidale

anterior yang merupakan cabang dari A. Oftalmika. Vena tampak sebagai

pleksus yang terletak submukosa yang berjalan bersama sama arteri.�

Persarafan :

a) Anterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari N. Trigeminus

yaitu N. Etmoidalis anterior

b) Posterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari ganglion

pterigopalatinum masuk melalui foramen sfenopalatina kemudian

menjadi N. Palatina mayor menjadi N. Sfenopalatinus.

Page 12: dasar keperawatan

3) Mukosa Hidung

Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan

fungsional dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa

pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya

dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya

terdapat sel sel goblet. Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya�

lebih tebal dan kadang kadang terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa.�

Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena

diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada permukaannya. Palut lendir ini

dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet.

Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang

penting. Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi

akan didorong ke arah nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya

untuk membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing

yang masuk ke dalam rongga hidung. Gangguan pada fungsi silia akan

menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung

tersumbat. Gangguan gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan udara

yang berlebihan, radang, sekret kental dan obat obatan. �

Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan

sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu

dan tidak bersilia (pseudostratified columnar non ciliated epithelium).

Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel

reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan.

b. Fisiologi hidung

1) Sebagai jalan nafas

Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi

konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran

udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk

melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi.

Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke

belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.

Page 13: dasar keperawatan

2) Pengatur kondisi udara (air conditioning)

Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk

mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini

dilakukan dengan cara :

a) Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada

musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini

sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.

b) Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh

darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas,

sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu

udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C.

3) Sebagai penyaring dan pelindung

Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan

bakteri dan dilakukan oleh :

a) Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi

b) Silia

c) Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut

lendir dan partikel partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks�

bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia.

d) Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut

lysozime.

4) Indra penghirup

Hidung juga bekerja sebagai indra penghirup dengan adanya mukosa

olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas

septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut

lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.

5) Resonansi suara

Page 14: dasar keperawatan

Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan

hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar

suara sengau.

6) Proses bicara

Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng)

dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun

untuk aliran udara.

7) Refleks nasal

Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan

saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung

menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu

menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

c. Mekanisme mencium

Ketika ada bau akan masuk ke lubang hidung. Lalu dari lubang hidung masuk

ke epithelium olfaktori. Dari epithelium olfaktori menuju mukosa olfaktori lalu ke

saraf olfaktori. Serabut-serabut olfaktori berfungsi mendeteksi rangsang zat kimia

dalam bentuk gas di udara (kemoreseptor). Setelah itu akan menuju ke thalamus

dan hipotalamus. Lalu dari hipotalamus akan menuju ke otak.

1) Eksitasi pada sel olfaktori

Reseptor penghidu terletak pada superior nostril, yaitu pada septum

superior pada struktur yang disebut membran olfaktori. Bagian dari saraf

penghidu yang berkaitan langsung dengan odoran, molekul penghidu, yaitu

silia dari sel olfaktori. Sebelum dapat menempel dengan silia sel olfaktori,

odoran tersebut harus dapat larut dalam mukus yang melapisi silia tersebut.

Odoran yang hidrofilik dapat larut dalam mukus dan berikatan dengan reseptor

pada silia tersebut, yaitu pada protein reseptor pada membran silia sel olfaktori.

Pengikatan antara reseptor dengan odoran menyebabkan aktivasi dari protein

G, yang kemudian mengaktivasi enzim adenil siklase dan mengaktifkan cAMP.

Pengaktifan cAMP ini membuka kanal Na+ sehingga terjadi influks natrium

dan menyebabkan depolarisasi dari sel olfaktorius. Depolarisasi ini kemudian

Page 15: dasar keperawatan

menyebabkan potensial aksi pada saraf olfaktorius dan ditransmisikan hingga

sampai ke korteks serebri.

Pada keadaan istirahat, resting potential dari sel olfaktori yaitu sebesar -

55mV. Sedangkan, pada keadaan terdepolarisasi, membrane potential sel

olfaktori yaitu sebesar -30mV. Graded potential dari sel olfaktori menyebabkan

potensial aksi pada sel mitral dan tufted yang terdapat pada bulbus

olfaktorius. Pada membran mukus olfaktori, terdapat ujung saraf bebas dari

saraf trigeminus yang menimbulkan sinyal nyeri. Sinyal ini dirangsang oleh

odoran yang bersifat iritan, seperti peppermint, menthol, dan klorin.

Perangsangan ujung saraf bebas ini menyebabkan bersin, lakrimasi, inhibisi

pernapasan, dan refleks respons lain terhadap iritan hidung. Terdapat tiga

syarat dari odoran tersebut supaya dapat merangsang sel olfaktori, yaitu:

a) Bersifat larut dalam udara, sehingga odoran tersebut dapat terhirup

hidung

b) Bersifat larut air/hidrofilik, sehingga odoran tersebut dapat larut dalam

mukus dan berinteraksi dengan silia sel olfaktorius

c) Bersifat larut lemak/lipofilik, sehingga odoran tersebut dapat berikatan

dengan reseptor silia sel oflaktorius

Ambang rangsang dari sel olfaktori berbeda-beda terhadap masing-masing

tipe odoran. Beberapa odoran tersebut yaitu:

Penghidu pada manusia dapat mendeteksi berbagai jenis odoran yang

berbeda, namun sulit untuk dapat membedakan intensitas odoran yang berbeda.

Untuk dapat membedakan intensitas tersebut, perlu terdapat perbedaan

konsentrasi odoran sebesar 30%. Kemampuan penghidu untuk dapat

membedakan berbagai odoran yang berbeda diperankan oleh glomerulus yang

terdapat pada bulbus olfaktorius. Terdapat sekitar 1000 dari protein reseptor

Page 16: dasar keperawatan

untuk odoran yang berbeda, yang masing-masing reseptor tersebut terdapat

pada satu sel olfaktori. Terdapat sekitar 2 juta sel olfaktori yang masing-

masingnya berproyeksi pada dua dari 1800 glomeruli. Hal ini menyebabkan

adanya proyeksi yang berbeda-beda untuk setiap odoran.

d. Kelainan indra penghidu

1) Sinusitis

Merupakan penyakit akibat peradangan yang terjadi pada rongga

antara hidung, mata, dahi dan pipi atau yang disebut dengan rongga sinus.

Sinusitis dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain alergi yang

menimbulkan pilek terus menerus dan virus atau bakteri yang masuk dan

menginfeksi rongga sinus.

Penyakit sinusitis pada hidung paling sering terjadi pada orang yang

memiliki alergi, misalnya alergi terhadap debu, udara dingin atau alergi

terhadap sari bunga. Alergi memicu pilek, batuk atau gatal-gatal pada

penderitanya. Dalam kasus sinusitis, alergi biasanya menimbulkan sumbatan

pada hidung karena produksi ingus yang terus menerus.

Beberapa orang memiliki kebiasaan untuk tidak segera membuang

ingus, melainkan menariknya dalam-dalam agar ingus tidak keluar, tanpa

disadari cara tersebut justru akan membawa ingus dan kotoran atau bakteri di

dalamnya masuk ke dalam rongga sinus dan mengakibatkan peradangan.

Beberapa kegiatan seperti berenang, diving atau tekanan kabin pesawat udara

yang terus menerus juga dapat memicu munculnya sinusitis.

Apabila tidak ditangani, sinusitis bisa saja menjadi parah dan

menyebabkan penyakit sinusitis kronis. Bagaimana mengetahui apakah Anda

menderita sinusitis atau tidak? Kenali beberapa gejala umum munculnya

sinusitis seperti pilek dalam jangka waktu lama, nyeri pada bagian pipi, mata

atau dahi ketika menundukkan kepala dan lain sebagainya.

Pada beberapa orang gejala sinusitis dapat dikenali dari tersumbatnya

hidung secara terus menerus akibat produksi lendir ingus yang berlebihan.

Lendir yang diproduksi bisa saja berwarna bening, atau jika sudah terinfeksi

lender umumnya akan berwarna kuning kehijauan.

Dalam keadaan ini hidung mungkin mengalami gangguan penciuman

atau justru selalu merasa menghirup bau tak sedap saat bernafas. Bau tak

Page 17: dasar keperawatan

sedap itu berasal dari lendir yang terinfeksi. Nafas penderita menjadi bau dan

sulit, kemungkinan mengalami batuk-batuk serta rasa nyeri pada gigi dan lain

sebagainya.

Sinusitis tidak berlangsung begitu saja. Perlu waktu lama agar gejala

sinusitis dapat dikenali. Orang yang menderita sinusitis awalnya tidak akan

menyadari dirinya menderita penyakit tersebut hingga muncul gejala-gejala

yang telah disebutkan di atas. Untuk mengatasi penyakit sinusitis dan

pengobatannya biasanya dilakukan dengan cara operasi pengangkatan lender.

Beberapa orang yang mempercayai pengobatan tradisional memilih cara

gurah yang tradisional untuk mengobati sinusitis. Namun, operasi atau

pengobatan gurah sebenarnya tidak akan terlalu berhasil apabila tidak disertai

dengan penanganan penyebab atau pemicu sinusitis tersebut. Apabila sinusitis

disebabkan oleh alergi, maka pemicu alergi tersebut harus diatasi juga.

2) Deviated Septum

Lubang hidung dipisahkan oleh sebuah sekat yang disebut septum.

Normalnya, sekat ini akanmembagi secara rata besar lubang hidung

seseorang. Tapi pada kasus abnormal, sekat ini membagi secara tidak rata dan

menyebabkan salah satu lubang hidung lebih besar. Pada kasus yang ringan

gejala tidak akan muncul, tapi pada tingkat yang lebih serius, ini dapat

mengganggu pernafasan dan diperlukannya tindakan operasi.

3)  Rhinitis

Pembengkakan dan peradangan pada jaringan lendir inilah yang

disebut rhinitis. Rhinitis yang akut biasa disebabkan oleh virus sedangkan

pada yang ringan, ini bisa terjadi karena alergi. Gejalanya bisa berupa hidung

tersumbat, bersin, demam ringan, mata berair dan batuk. Penggunaan

humidifier bisa meringankan gejala rhinitis ini. Sedangkan pengobatan

lainnya adalah untuk mengatasi peradangan dan pemyumbatan.

4) Anosmia

Anosmia adalah gangguan pada indra penciuman yang mengakibatkan

penderita tidak dapat mencium bau sama sekali. Penyakit ini dapat terjadi

karena beberapa hal, misalnya cedera atau infeksi di dasar kepala, terlalu

banyak merokok, atau tumor otak bagian depan.

5) Hiposmia

Page 18: dasar keperawatan

Hiposmia adalah berkurangnya kemampuan untuk mencium bau.

Berbeda dengan penderita anosmia yang tidak dapat mencium bau sama

sekali, pada hiposmia penderita hanya kehilangan sensitifitas bau tertentu.

6) Angiofibroma Juvenil

Angiofibroma juvenil adalah tumor jinak pada nasofaring yang

mengandung pembuluh darah. Tumor ini sering ditemukan pada anak-anak

laki yang sedang mengalami masa puber.

7) Tumor laring

Tumor laring adalah tumor jinak pada pita suara (laring). Tumor

laring dapat dijumpai pada anak-anak di bawah 7 tahun dan pada dewasa usia

20 40 tahun. Gejala yang paling sering dijumpai adalah suara serak, sesak�

napas, dan batuk.

8) Salesma dan influenza

Influenza merupakan infeksi pada alat pernapasan yang disebabkan

oleh virus. Umumnya dapat menyebabkan batuk, pilek, sakit leher, dan

kadang-kadang panas atau sakit pada persendian.

2. INDRA PENGECAP

Lidah mempunyai hubungan yang sangat erat kaitannya dengan indra pengecap.

Lidah sebagian besar terdiri atas dua kelompok otot. Otot instrinsik lidah melakukan

semua gerakan halus, sementara otot ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian

Page 19: dasar keperawatan

sekitarnya serta melaksanakan gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat

mengunyah dan menelan. Lidah mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-

langit dan gigi, dan akhirnya mendorongnya masuk faring.

Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf

masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-

gigi bawah, sementara dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas

lidah.

Papil pengecap (taste buds), organ indra untuk pengecapan. Tiap-tiap papil

pengecap terbentuk oleh empat jenis sel, yaitu sel basal; sel tipe 1 dan 2, yang

merupakan sel sustentakular; dan sel tipe 3, yang merupakan sel reseptor gustatorik

yang membuat hubungan sinaps ke serabut saraf sensorik. Sel tipe 3 memiliki

mikrovilus yang berproyeksi ke pori pengecap, suatu lubang ke rongga mulut. Tiap-

tiap taste bud dipersarafi oleh sekitar 50 serabut saraf, dan sebaliknya, setiap serabut

saraf menerima masukan dari rata-rata lima papil pengecap. Sel basal berasal dari sel

epitel yang mengelilingi taste bud. Sel-sel ini berdiferensiasi menjadi sel reseptor baru,

dan sel reseptor lama secara terus-menerus diganti dengan waktu paruh sekitar 10 hari.

Apabila saraf sensorik dipotong, papil pengecap yang dipersarafinya akan mengalami

degenerasi dan akhirnya menghilang. Namun, apabila saraf mengalami regenerasi, sel

di sekitarnya akan tersusun membentuk papil pengecap baru, mungkin akibat

semacam efek induktif kimiawi yang berasal dari serabut yang mengalami regenerasi.

Papilla atau tonjolan-tonjolan pada lidah memiliki bentuk-bentuk tertentu, yaitu:

Page 20: dasar keperawatan

a. Tonjolan berbentuk seperti benang-benang halus yang disebut dengan Papilla

filiformis, banyak terdapat dibagian depan lidah.

b. Tonjolan berbentuk seperti kepala jamur yang disebut papilla fungiformis,

banyak terdapat dibagian depan dan sisi lidah.

c. Tonjolan yang berbentuk bulat yang disebut papilla circumvalata, tersusun

seperti huruf V terbalik, banyak terdapat dibagian belakang lidah.

Serabut saraf sensorik dari papil pengecap di dua pertiga anterior lidah

berjalan di dalam cabang korda timpani nervus fasialis, dan serabut dari sepertiga

posterior lidah mencapai batang otak melalui nervus glosofaringeus. Serabut dari

daerah lain selain lidah mencapai batang otak melalui nervus vagus. Di setiap sisi,

serabut pengecap yang mengandung myelin tetapi menghantarkan impuls relative

lambat di ketiga saraf tersebut menyatu di bagian gustatorik nucleus traktus

solitarius di medulla oblongata.

Ada lima pengecapan (rasa) dasar, yaitu manis, asam, pahit, asin, dan umami.

Rasa kelima, umami, baru-baru ini ditambahkan ke empat rasa klasik. Rasa ini dipicu

glutamate dan terutama oleh monosodium glutamate yang banyak digunakan dalam

makanan. Rasa ini seperti manis tetapi berbeda dengan rasa manis yang standar. Rasa

asin dipicu oleh NaCL. Reseptor utamanya adalah ENaC. Rasa asam dipicu oleh

proton. Reseptornya adalah ENaC dan HCN. Rasa umami dipicu oleh pengaktifan

reseptor glutamate metabopotik yang salah satu ujungnya terpotong, mGluR4 di taste

bud, dan agonisnya 5-ribonukleotida seperti IMP dan GMP di dalam makanan. Rasa

pahit ditimbulkan oleh senyawa yang tidak saling berkaitan. Rasa manis bekerja

melalui protein G gustducin.

Page 21: dasar keperawatan

a. Proses Pengecapan

Makanan atau minuman yang telah berupa larutan di dalam mulut akan

merangsang ujung-ujung saraf pengecap. Oleh saraf pengecap, rangsangan rasa ini

diteruskan ke pusat saraf pengecap di otak. Selanjutnya, otak menanggapi

rangsang tersebut sehingga kita dapat merasakan rasa suatu jenis makanan atau

minuman.

b. Kelainan pada indra pengecapan:

1) Ageusia

Ini adalah kondisi langka dimana seseorang sama sekali tidak dapat

mengecap rasa makanan.

2) Hypogeusia

Gangguan yang menyebabkan penderitanya kurang atau tidak mampu

mengecap jenis rasa tertentu seperti rasa manis, asam, pedas, pahit, atau gurih.

3) Dysgeusia

Mulut yang selalu terasa tengik, asin, atau berasa logam mencirikan

kondisi ini. Dalam beberapa kasus, dysgeusia disertai dengan sensasi terbakar

di dalam mulut.

Page 22: dasar keperawatan

4) Sariawan

Sariawan atau oral candidosis terjadi sebab adanya infeksi jamur

candida albicans pada membran berlendir mulut. Sariawan ditandai dengan

munculnya homogen luka berupa kumpulan lapisan berwarna putih pada

dinding mulut dalam disertai radang berwarna merah pada mukosa mulut.

5) Geographic tongue

Merupakan peradangan pada lidah nan biasanya bersifat kronis dan

terjadi jika ada gangguan pada saluran cerna. Penyakit pada lidah ini

dinamakan geographic tounge sebab bercak pada lidah tampak seperti pulau-

pulau. Bagian pulau itu berwarna merah dan lebih licin. Pada kondisi lebih

yang lebih parah, daerah berbentuk pulau akan dikelilingi lapisan tebal

berwarna putih. Penyakit pada lidah ini dapat terjadi dampak alergi.

6) Peradangan pada lidah (Atrophic glossitis)

Atrophic glossitis ialah suatu penyakit pada lidah yang ditandai dengan

kondisi lidah yang kehilangan rasa sebab degenerasi ujung papil (bagian

menonjol pada selaput yang berlendir di bagian atas lidah).

Penderita yang mengalami penyakit pada lidah ini, lidahnya akan

tampak licin dan mengkilat, baik seluruh bagian lidah maupun hanya sebagian.

Penyakit ini sering kali timbul dampak kekurangan zat besi. Oleh sebab itu,

penyakit pada lidah ini banyak ditemukan pada penderita anemia.

7) Fissured tongue

Fissured tongue atau lidah retak-retak merupakan penyakit pada lidah

yang membuat lidah tampak seperti terbelah atau retak-retak. Garis retakan

yang muncul jumlahnya kadang hanya satu dan berada di tengah lidah. Namun

dapat juga bercabang-cabang. Kondisi ini tak terlalu membahayakan, tapi

sewaktu-waktu bisa menimbulkan perih dan nyeri di lidah.

8) Lidah berselaput (Coated tongue)

Penyakit pada lidah ini merupakan kondisi klinis pada dorsum lidah

tampak tertutup oleh suatu lapisan yang umumnya berwarna putih atau

mengikuti rona dari jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi. Selaput

lidah ini dapat terjadi pada orang yang mengalami penyakit kronis dan

sistemik, dehidrasi, dan penyakit infeksi.

C. INDRA PENDENGARAN (PHONORESEPTOR) DAN KESEIMBANGAN

Page 23: dasar keperawatan

Indera pendengar manusia adalah telinga, selain sebagai indera pendengar telinga

berfungsi sebagai alat keseimbangan. Telinga Disyarafi oleh Syaraf Kranial VII

(Oktavus), yang bercabang dua, yaitu:

1. Syaraf Auditoris untuk pendengaran

2. Syaraf Vestibularis untuk keseimbangan

Telinga dapat mendeteksi suara. Suara adalah energi vibrasi atau getaran yang

bergerak di udara, air atau media lain. Suara yang mampu didengar telinga manusia antar

20-20.00 Hertz. Vibrasi berjalan melalui udara sekitar 1,238 km/jam. Manusia

mempunyai kekuatan individu untuk mempersepsi suara. Persepsi terhadap suara keras

tersebut tergantung pada : Amplitudo, frekuensi, kualitas bunyi atau timbre berkaitan erat

dengan kompleksitas vibrasi.

Telinga hanya bertugas mendeteksi suara, sedangkan fungsi pengenalan dan

interpretasi diolah oleh sistem saraf pusat dan di otak. Suara akan memberikan

rangsangan ke telinga, lalu disampaikan ke otak melalui saraf yang menghubungkan dari

telinga ke otak (nervus vestibulokoklearis).

Selain mendeteksi suara, telinga juga berperan dalam keseimbangan dan posisi

tubuh kita. Telinga manusia memiliki dasar yang sama dengan telinga pada hewan

vertebrata, hanya ada perbedaan variasi sesuai fungsi dan spesiesnya. Pada species

vertebrata memiliki satu pasang telinga yang terletak simetris satu sama lainnya dan

terletak pada bagian yang berlawanan di kepala. Posisi ini berfungsi untuk menjaga

keseimbangan dan lokalisasi suara yang ada.

Ilmu kesehatan tentang telinga disebut Otologi. Otologi memelajari penyakit

telinga dengan bedah mikronya, baik untuk menyembuhkan penyakit tersebut,

merehabilitasi telinga maupun untuk tujuan kosmetik. Adapula ilmu yang memelajari

tentang pendengaran (Audiologi) dan keseimbangan (Vestibulologi).

1. Anatomi telinga

a. Telinga bagian luar

Page 24: dasar keperawatan

1) Daun telinga (Pinna auricularis, tunggal = Pinnae auriculares, jamak) tersusun

atas tulang rawan dan jaringan fibrosa, kecuali pada ujung paling bawah yaitu

cuping telinga tersusun dari lemak. Daun telinga berfungsi untuk menangkap

dan mengarahkan gelombang suara ke lorong telinga.

2) Lorong telinga (Eksternal auditory meatus) terdapat saluran yang terdiri dari

susunan tulang dan tulang rawan yang dilapisi dengan kulit tipis. Saluran ini

memiliki banyak kelenjar dan menghasilkan suatu zat yang disebut serumen dan

menjadi kotoran telinga berbentuk seperti lilin. Rambut juga tumbuh dibagian ini

terutama pada bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen.

3) Gendang telinga (Membrane Timpani atau ear drum) ini ada di ujung saluran

telinga. Bertugas meneruskan gelombang suara ke telinga dalam. Jika terjadi

peradangan pada bagian ini, maka akan terjadi penyakit yang disebut Otitis

eksterna.

Suara yang datang sebagai sumber getaran akan diterima oleh gendang telinga,

kemudian diteruskan atau disampaikan ke tulang pendengaran.

b. Telinga bagian tengah

Telinga pada bagian tengah merupakan suatu ruang di dalam tulang pelipis,

yang dilapisi jaringan mukosa.Di telinga bagian tengah ini terdapat tulang

pendengaran dan saluran Eustachius.

Tulang-tulang pendengaran terdiri atas tulang martil (Maleus), tulang landasan

(Inkus) dan tulang sanggurdi (Stapes). Ketiga tulang tersebut membentuk rangkaian

tulang yang melintang pada telinga tengah dan menyatu dengan Membrane timpani.

Page 25: dasar keperawatan

Membrane timpani berfungsi sebagai penerima gelombang suara. Setiap ada

gelombang suara yang memasuki lorong telinga akan mengenai Membrane timpani,

selanjutnya Membrane timpani akan menggelembung ke arah dalam menuju

telingatengah dan akan menyentuh tulang Maleus.

Tulang Maleus akan menggetarkan Tulang Inkus dan selanjutnya Tulang Inkus

akan menggetarkan Tulang Stapes (Sanggurdi atau Garputala). Kemudian, Tulang

Sanggurdi akan meneruskan gelombang suara tersebut ke telinga bagian dalam.

Saluran Eustachius adalah saluran yang berfungsi untuk menghubungkan

telinga tengah dengan faring. Saluran ini menjada keseimbangan tekanan udara

pada telinga luar dengan telinga tengah.

c. Telinga bagian dalam

Telinga bagian dalam berfungsi menerima getaran suara atau bunyi yang

disampaikan oleh telinga bagian tengah. Telinga bagian dalam atau labirin terdiri atas

dua bagian yaitu, labirin tulang dan labirin selaput. Dalam labirin tulang terdapat

serambi atau vestibulum, saluran gelung atau kanalis semisirkularis dan rumah siput

atau koklea.

Di dalam koklea inilah terdapat corti yang merupakan alat pendengaran.

Koklea atau rumah siput merupakan saluran spiral yang menyerupai rumah siput

tempat beradanya corti. Koklea terbagi atas tiga daerah, yaitu:

a. Skala Vestibuli terletak di bagian dorsal,

b. Skala Media terletak di bagian tengah, dan

c. Skala Timpani terletak di bagian ventral.

Page 26: dasar keperawatan

Antara skala satu dengan yang lain dipisahkan oleh labirin selaput (membran).

Labirin ini terdiri atas tiga membran berikut :

1. Membran vestibularis, yang memisahkan skala vestibuli dan skala media.

2. Membran tektorial, yang memisahkan skala media dan skala timpani.

3. Membran basilaris, yang memisahkan skala timpani dan skala vestibuli.

Skala vestibuli dan skala timpani mengandung cairan yang disebut perilimfe.

Sedangkan skala media mengandung cairan endolimfe. Bagian dasar skala vestibuli

berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui suatu jendela berselaput yang disebut

tingkap oval. Sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui

tingkap bundar. Skala media terdapat diantara skala vestibuli dan skala timpani. Skala

media bagian bawah dibatasi oleh membran basilaris. Diatas membran basilaris terdapat

organ korti yang berisi ribuan sel rambut sebagai reseptor yang berfungsi mengubah

getaran suara menjadi impuls.. Reseptor tersebut berhubungan dengan serabut saraf

yang bergabung membentuk saraf pendengar (saraf auditori) dari saraf otak VIII. 

Antara skala satu dengan yang lain dipisahkan oleh labirin selaput (membran).

Labirin ini terdiri atas tiga membran berikut :

a. Membran vestibularis, yang memisahkan skala vestibuli dan skala media.

b. Membran tektorial, yang memisahkan skala media dan skala timpani.

c. Membran basilaris, yang memisahkan skala timpani dan skala vestibuli.

Saluran pada Koklea berisi cairan dan permukaan dalamnya merupakan tempat

bermuaranya ujung saraf yang amat peka terhadap getaran yang ditimbulkan oleh

cairan. Semua ujung saraf membentuk saraf pendengaran yang menghubungkan koklea

dengan otak. Saluran gelung terdiri atas tiga saluran yang saling terkait, saluran ini

berperan untuk menjaga keseimbangan.

2. Indera Keseimbangan

Indera keseimbangan merupakan indera khusus yang terdapat di dalam telinga.

Indera keseimbangan letaknya dekat indera pendengaran, yaitu di bagian belakang

labirin dan terdiri dari urtikulus, sakulus, serta tiga kanalis semi-sirkularis.

Page 27: dasar keperawatan

a. Kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran)

Suatu struktur yang terdiri atas 3 tulang setengah lingkaran, tersusun

menjadi satu kesatuan dengan posisi berlainan, yaitu ada yang horisontal,

vertikal atas dan vertikal belakang. Setiap kanalis berisi endolimfe, dan pada

setiap pangkalnya membesar disebut ampula, dan berisi reseptor keseimbangan

yang disebut cristae ampularis. Pada cristae ampularis terdapat cupulayang

berhubungan langsung dengan sel-sel reseptor keseimbangan. Kelembaman

endolimfe yang terdapat dalam kanalis semisirkularis akan menyebabkan ia

bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah putaran/gerakan sehingga kita

dapat merasakan adanya perubahan posisi tubuh.

b. Sakulus dan utrikulus

Merupakan alat keseimbangan statis (statoreseptor) yaitu berfungsi

memberikan respons terhadap perubahan kedudukan tubuh, misalnya tegak,

miring, dan lain-lainnya. Pada dasar utrikulus terdapat makula (organ otolith).

Kedudukan otolith ini akan berubah bila posisi kepala berubah.

Dalam sakula dan utrikula terdapatsel-sel rambut yang sangat halus.

Pada sakula, sel-sel rambut tersebut tersusun secara vertical, sedangkan

pada utrikula tersusun secara horizontal. Ujung-ujung sel rambut terbenam

pada membrane seperti gel yang terdapa tserbuk (granula) protein-

Page 28: dasar keperawatan

kalsiumkarbonat yang disebut otolith. Fungsi  otolith adalah untuk

meningkatkan sensasi gravitasi dan gerakan sehingga dapat kita rasakan.

Ketika kepala kita bergerak searah garis lurus, sel-sel rambut halus tersebut

juga akan bergerak sesuai arah gerakan gel membran otolith tersebut,

sedangkan gel membran otolith bergerak dipengaruhi oleh gravitasi juga.

Untuk lebih mudah memahaminya, coba bayangkan tanaman air dalam

akuarium yang bergerak-gerak mengikuti arah air yang bergerak. Nah, sel-sel

rambut yang bergerak mengalami proses kimia untuk mengirimkan pesan

keotak. Otak mengolah pesan tersebut kemudian membandingkannya

dengan input dari mata dan reseptor keseimbangan yang

lain. Utrikula mendeteksi adanya percepatan garis lurus yang mendatar, seperti

saat kita berjalan di jalan yang rata, sedangkan sakula mendeteksi adanya

percepatan garis lurus yang tegak, seperti saat kita sedang naik lift.

Page 29: dasar keperawatan

3. Proses Mendengar

Telinga dapat mendengar jika ada gelombang suara, gelombang suara akan

dikumpulkan oleh daun telinga, kemudian disalurkan ke saluran telinga luar.

Gelombang suara akan menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke dalam

telinga tengah melalui tulang-tulang pendengaran. Selanjutnya getaran diteruskan ke

telinga dalam melalui tingkap oval dan menggetarkan cairan perilimfe yang terdapat di

dalam skala vestibuli. Getaran cairan itu akan menggetarkan membran Reissner dan

cairan endolimfe dalam skala media, membran basilaris. Saat membran basilaris

bergetar akan menggerakkan sel-sel rambut dan ketika sel-sel rambut menyentuh

membran tektorial maka terjadi impuls yang akan dikirim ke saraf otak VIII lalu ke

korteks otak bagian pendengaran untuk diinterpretasikan.

D. INDRA PERABA

Page 30: dasar keperawatan

Kulit merupakan organ tubuh yang paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,

membungkus daging dan organ-organ yang ada didalamnya. Luas kulit pada manusia

rata-rata ±2 meter persegi dengan berat 10 kg jika di timbang dengan lemaknya atau 4 kg

jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16% dari berat badan manusia itu sendiri.

Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan tubuh

yang lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan

karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah,

begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam

kulit dan pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor eksternal

maupun internal, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas disekitar kulit,

kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah kulit,

penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan vitamin dan hormon di kulit, perubahan dalam

metabolisme sel kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit.

Sifat-sifat anatomis dan fisiologi kulit di berbagai daerah tubuh berbeda. Sifat sifat

anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali yang berbeda di

masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, kelopak

mata, ketiak dan bagian lainnya yang merupakan pencerminan penyesuaiannya kepada

fungsinya di masing-msing tempat. Kulit di daerah-daerah tersebut berbeda

ketebalannya , keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan berbeda pula

dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada di dlam lapisan kulit. Pada permukaan

kulit terlihat adanya alur-alur halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai

daerah tubuh serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan,

telapak tangan, telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari (dermatoglifi).

Kondisi kulit tidak akan menetap selamanya, sejalan dengan perkembangan usia,

ketika kondisi tubuh menurun, kulit tidak hanya menjadi kering tapi juga kusam dan

berkeriput. Keadaan ini mudah terjadi setelah melewati usia tiga puluhan. Saat itu fungsi

kelenjar minyak mengendur, sehingga kulit terasa lebih kering dibandingkan dengan

sebelumnya. Karena kadar asam amino pembentuk kolagen pun berkurang sehingga

kolagen yang terbentuk bermutu rendah, selain itu kolagen kehilangan kelembaban dan

menjadi kering serta kaku. Akibatnya jaringan penunjang itu tidak mampu menopang

kulit dengan baik. Perubahan susunan molekul kolagen ini merupakan salah satu faktor

utama yang membuat kulit manusia lebih cepat keriput, timbul pigmentasi, kehilangan

kelembaban dan elastisitas.

Page 31: dasar keperawatan

Organon Tactus merupakan alat yang berkaitan dengan indera peraba. Organon

Tactus meliputi kulit dan organ tambahan lainnya. Kulit sebagai indera peraba yang

mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan sakit.

1. Anatomi kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu:

a. Epidermis (kulit ari)

Epidermis yaitu lapisan terluar kulit. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh

darah dan sel saraf. Ketebalan epidermis berbeda-eda pada berbagai bagian tubuh,

yang paling tebal berukuran 1 millimeter pada telapak tangan dan telapak kaki, dan

yang paling tipis berukuran 0,1 millimeter yang terdapat pada kelopak mata, pipi,

dahi, dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada

lapisan dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan

dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler

dermis ke dalam epidermis.

Epidermis tersusun atas empat lapisan sel yaitu:

1) Stratum germinativum(stratum basale)

Merupakan lapiasan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris

sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan

dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis

dibawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis

dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan

metabolisme demoepidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Didalam lapisan

ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi

bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Didalam

Page 32: dasar keperawatan

lapisan ini terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau

melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.

ciri-ciri :

a) Tempat dihasilkannya sel-sel baru

b) Kaya sel-sel yang aktif membelah

2) Stratum spinosum(lapisan bertaju)

Stratum spinosum disebut juga lapisan malphigi yang terdiri atas

sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan

protoplasma yang berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan,

maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang

terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi

beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut

banyak(polygonal), dan makin ke arah permukaan kulit semakin besar

ukurannya. Diantara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna

untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir

melanin. Sel-sel di bagian lapisan taju yang lebih dalam, banyak yang berada

pada salah satu tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai

susunan kimiawi yang khas ; inti-inti sel dalam bagian basal lapisan taju

mengandung kolesterol, asam amino dan glutation.

3) Stratum granulosum(lapisan berbutir)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung

butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut.

Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.

Ciri-ciri :

a) Mengandung keratin yang menyebabkan kulit kering dan keras

b) Bergranula berupa melanin(pigmen warna kulit)

4) Stratum lucidum(lapisan barrier)

Terletak tepat dibawah lapisan korneum, dan dianggap sebagai

penyambung lapisan korneum dengan lapisan granulosum. Lapisan bening

terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis, dan bersifat

translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat

jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari

lapisan lucidum. Keratinisasi adalah proses dimana sel-sel di epidermis

menjadi dewasa.

Page 33: dasar keperawatan

5) Stratum korneum (lapisan tanduk)

Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua

lapisan epidermis lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis

sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak

berwarna, dan sangat sedikit mengandung air.

Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu protein yang

tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan

ini dikenal sebagai lapisan horny, karena terdiri dari milyaran sel pipih yang

mudah terlepas dan digantikan oleh sel baru setiap 4 minggu, karena usia

setiap sel biasanya hanya 28 hari.

Proses pembaharuan lapisan tanduk terus berlangsung, sehingga lapisan

ini memiliki self repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Daya

elastisitas pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk

mencegah terjadinya penguapan air dari lapisan lapisan kulit yang lebih

dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan ini

memiliki daya serap air yang cukup besar.

Ciri-ciri :

a) Kaya pori-pori

b) Banyak ditemukannya sel-sel mati

b. Dermis (kulit janggat)

Kulit janggat atau dermis merupakan tempat ujung saraf perasa, tempat

keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh-

pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor

pili).

Page 34: dasar keperawatan

Kulit janggat atau dermis sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit

janggat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit janggat diperkirakan

antara 1-2 mm.

Penyusun utama dari lapisan dermis adalah jaringan penyokong yang terdiri

dari serat yang berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Lapisan dermis

juga dibentuk oleh matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel.

Sratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis membentuk

kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh

darah yang membawakan makanan dan oksigen, serta berhubungan dengan serabut

saraf.

Disebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak/lipid yang berfungsi sebagai

bantalan untuk melindungi bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik.

Keberadaan ujung saraf perasa dalam kulit janggat, memungkinkan dapat

membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa memiliki

fungsi tertentu, seperti saraf dengan mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan,

panas, dan dingin.

Dipermukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang

disebut acid mantel atau sawar asam dengan Ph 5,5. Acid mantel merupakan

penghalang alami yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur,

bakteri, dan berbagai jasad renik lainnya dipermukaan kulit.

c. Subcutaneous

Didalam lapisan subcutaneous terdapat pembuluh darah, saraf cutaneus dan

jaringan otot adiposa (lemak).

Di dalam kulit terdapat berbagai macam organ yaitu:

a. Rambut, akar rambut tertanam dalam-dalam di lapisan dermis. Tiap helai

rambut terdiri dari akar dan batang yang tumbuh epidermis ke permukaan kulit. Akar

rambut terpancang dalam lubang yang disebut folikel dan mendapat suplai makanan

dari darah melalui bagian kembang yang disebut papila. Ada bagian kulit yang tidak

memiliki rambut yang disebut glabrous.

b. Kelenjar, terdiri dari:

1) Kelenjar keringat

Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet

yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk

Page 35: dasar keperawatan

pori-pori keringat. Kelenjar keringat banyak terdapat dipermukaan telapak

tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur

suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh.

Jenis-jenis kelenjar keringat yaitu :

a) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini meneksresi cairan jernih, yaitu

keringat yang mengandung 95-97% air dan mengandung beberapa mineral,

seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida, dan sampingan dari

metabolisme seluler. Terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan

dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlah kelenjar keringat ini di

seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam

waktu dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat

ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada

permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.

b) Kelenjar keringat apokrin, hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu,

pusar, daerah kelamin, dan daerah sekitar dubur (anogenital). Kelenjar

keringat ini menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-

putihan serta berbau khas pada setiap orang . sel kelenjar ini udah rusak dan

sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan ba. Muaranya berdekatan

dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar

keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan

yang di ekskresikan. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia aki baligh dan

aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.

2) Kelenjar minyak

Terletak pada bagian atas kulit janggat berdekatan dengan kandung rambut.

Kelenjar ini terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara pada

kandung rambut (folike). Folikel rambut meneluarkan lemak yang meminyaki

kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar minyak membentuk sebum atau

urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar minyak

trdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian wajah.

Pada umumnya, satu batang rambut hanya memiliki satu kelenjar minyak yang

bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar minyak

menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kuli kepala.

c. Panca indera, terdiri dari:

Page 36: dasar keperawatan

Inter Epithelia, jaringan-jaringan yang bersama-sama membentuk organ kulit,

termasuk didalmnya jaringan saraf.

Jaringan pengikat, mendukung dan membungkus sel-sel kulit dan

memungkinkan makanan dari darah masuk ke sel. Jaringan pengikat ini juga

menyimpan lemak.

Kulit sebagai indra peraba mempunyai reseptor khusus yaitu:

(1) Tipe reseptor pada kulit, antara lain:

a) Thermoreseptor

Mendeteksi perubahan suhu atau peka terhadap perubahan suhu. Contohnya

adalah Krause (untuk suhu dingin), dan akhiran Ruffini (untuk suhu panas).

b) Mekanoreseptor

Mendeteksi perubahan tekanan, memonitor tegangan pada pembuluh darah,

mendeteksi rasa raba atau sentuhan. Letaknya di kulit, otot rangka, persendian

dan organ visceral. Contoh reseptornya : corpus Meissner (untuk rasa raba

ringan), corpus Merkel dan badan Paccini (untuk sentuhan kasar dan tekanan)

c) Nosiseptor

Mendeteksi rasa nyeri dan merespon tekaan yang dihasilkan oleh adanya

kerusakan jaringan akibat trauma fisik maupun kimia. Contoh reseptornya

berupa akhiran saraf bebas (untuk rasa nyeri) dan corpusculum Golgi (untuk

tekanan).

(2) Nama Reseptor pada kulit:

Merkels Discus� , mendeteksi sentuhan orang lain yang tidak dikenal

Meissners Corpuscle� , mendeteksi sentuhan orang lain yang sudah dikenal

Korpuskulus ini terletak pada papila dermis, khusunya pada ujung jari,

bibir, dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tegak lurus

dengan permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya

sekitar 40 mikron. Pada bagian tengah korpuskulus terdapat setumpuk sel

gepeng yang tersusun transversal.

korpuskulus ruffini, mendeteksi panas

Ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi.

Mempunyai kapsula jaringan ikat ikat tipis yang mengandung ujung akhir

saraf yang mengelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor.

Page 37: dasar keperawatan

Korpuskulus ini terdiri dari serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus

dalam kapsula berlamela. Akhir dari saraf ini tak bermielin.

korpuskulus krause, mendeteksi dingin

Ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia eksterna, pada

dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskulus ini berbentuk bundar

(sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Memiliki sebuah kapsula tebal

yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus ini, serat

bermielin kehilangan mielin dan cabangnya, tetapi tetap diselubungi dengan

sel schwan. Akhir sarafnya menggelembung sebagai gada.

korpuskulus paccini, mendeteksi tekanan

Ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari,

periosteum, mesenterium, tendon, ligamen, dan genetalia eksterna.

Bentuknya bundar atau lonjong, panjangnya 2 mm, dn diameternya 0,5-1

mm. Setiap korpuskulus ini disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar.

Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60

lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun

bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya.

korpuskulus free never ending, mendeteksi rasa sakit

Serat saraf berujung bebas ini serat saraf yang tidak bermielin.

Sistem Anterolateral membawa informasi tentang sentuhan, namun fungsi

utamanya adalah membawa rasa sakit dan temperatur.

2. Fungsi kulit

Kulit memiliki fungsi untuk melindungi bagian tubuh dari berbagai macam

gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah

mekanisme biologi, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus

(keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi dan pengaturan

suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan pigmen melanin untuk

melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet.

3. Mekanisme nyeri pada kulit

Mekanisme nyeri (noxious stimulu) secara sederhana dimulai dari transduksi

stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik

kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak

Page 38: dasar keperawatan

bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls

listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas

nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf  perifer dan disusun saraf pusat.

Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu

(panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.

Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah

berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang

dijalarkan ke system saraf pusat.

Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam:

a. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya

stimulus mekanis terhadap nosiseptor.

b.  Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada system

saraf ( neliola, et at, 2000 )

c.  Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.

4. Mekanisme pengeluaran keringat

Proses pengeluaran keringat diatur oleh hipotalamus (otak). Hipotalamus dapat

menghasilkan enzim bradikinin yang bekerja mempengaruhi kegiatan kelenjar

keringat. Jika hipotalamus mendapat rangsangan, misalnya berupa perubahan

suhu pada pembuluh darah, maka rangsangan tersebut diteruskan oleh saraf

simpatetik ke kelenjar keringat. Selanjutnya kelenjar keringat akan menyerap air

garam dan sedikit urea dari kapiler darah dan kemudian mengirimnya ke

permukaan kulit dalam bentuk keringat.

5. Kelainan pada Kulit

a. Jerawat (akne)

Page 39: dasar keperawatan

Jerawat disebabkan oleh tumbuhnya kotoran atau sel kulit mati yang

mengakibatkan folikel dan pertumbuhan sebum terhambat. Produksi miyak pada

kulit biasanya disalurkan melalui folikel rambut. Kotoran atau sel kulit mati yang

tidak dibersihkan akan menyumbat saluran ini hingga minyak yang keluar akan

menumpuk dan menjadi komedo. Jika terkena bakteri akne, komedo akan menjadi

jerawat.

Jerawat atau akne adalah suatu penyakit radang yang mengenai susunan

pilosebaseus yaitu kelenjar minyak dengan folikel rambutnya. Jerawat sering

dialami oleh anak-anak pada masa pubertas dan dianggap fisiologis karena

perubahan hormonal.

Jerawat timbul di daerah sebore yaitu daerah kulit yang mengandung lebih

banyak kelenjar minyak. Daerah sebore terdapat pada daerah hidung, pipi, dahi,

dan dagu serta di dada dan punggung.

Gejala timbulnya jerawat :

1) Peningkatan produksi sebum

2) Munculnya kondisi abnormal karena bakteri atau jamur sering kali

menimbukan rasa sakit

3) Terjadi penebalan jaringan

4) Peningkatan hormon estrogen.

Tahap-tahap terjadinya jerawat :

1) Pada kulit yang semula dalam kondisi normal, sering kali terjadi

penumpukan kotoran dan sel kulit mati karena kurangnya perawatan dan

pemeliharaan, khususnya kulit yang memiliki tingkat reproduksi minyak yang

tinggi. Akibatnya saluran kandung rambut (folikel) menjadi tersumbat.

2) Sel kulit mati dan kotoran yang menumpuk tersebut kemudian terkena bakeri

acne, maka timbulah jerawat.

Page 40: dasar keperawatan

3) Dalam waktu tertentu, jerawat yang tidak diobati akan mengalami

pembengkakan (membesar dan berwarna kemerahan), disebut dengan papule.

4) Bila peradangan semakin parah, sel darah putih mulai naik ke permukaan kulit

dalam bentuk nanah (pus), jerawat tersebut disebut pastules. Jerawat radang

terjadi akibat folikel yang ada di dalam dermis mengembang karena berisi

lemak yang padat, kemudian pecah, menyebabkan serbuan sel darah putih ke

area folikel sebasea, sehingga terjadilah reaksi radang. Jerawat radang

memiliki ciri berwarna merah, cepat membesar, berisi nanah(pus) dan terasa

nyeri.

5) Bila jerawat mengandung nanah, lemak dan cairan-cairan lain, berarti jerawat

sudah berada pada kondisi terparah, disebut cyst.

Page 41: dasar keperawatan

6) Bila cyst tidak terawat, maka jaringan kolagen akan mengalami kerusakan

sampai pada lapisan dermis sehingga kulit menjadi bopeng (scar).

b. Komedo

Komedo adalah nama ilmiah dari pori-pori yang tersumbat. Komedo

merupakan sumbatan lemak yang asalnya dari produksi lemak tubuh manusia.

Komedo sebagai bentuk permulaan jerawat yang berupa gumpalan sebum yang

tersumbat di dalam saluran pilosebaseus. Sebum adalah salah satu kelenjar minyak

yang di hasilkan kelenjar sebasea. Ketika sel-sel kulit mati dan kelenjar minyak

yang berlebihan pada kulit tidak dibersihkan, maka sel-sel mati meumpuk di kulit,

minyak di permukaan kulit kemudian menutup sel-sel kulit, maka terjadilah

penyumbatan.

c. Siringoma atau siringokistoma

Tumor atau tumbuhan kulit jinak yang terjadi karena pelebaran saluran

kelenjar keringat. Kelainan ini sering dijumpai pada wanita usia dewasa di sekitar

mata yang mungkin meluas di sekitar dahi, pipi, dada, dan perut. Kelainan ini

berupa bintil-bintil kecil dengan diameter 2-3 mm dan mengkilat.

d. Kutil (verucca vulgaris)

Kutil adalah sejenis tumbuhan epidermal yang disebabkan oleh virus dan dapat

menular. Kutil banyak dijumpai pada anak-anak terutama pada jari-jari tangan,

lengan, tungkai dan kaki. Kutil mulai tumbuh kecil dan membesar dalam beberapa

minggu atau bulan. Permukaannnya tidak rata, warnanya coklat, kelabu atau

kehitam-hitaman. Kadangkala kutil tidak tumbuh ke luar permukaan kulit,

melainkan ke dalam.

e. Xanthoma

Page 42: dasar keperawatan

Xanthoma yaitu sejenis penyakit yang ditandai dengan terjadinya lempeng-

lempeng pipih atau benjolan berwarna kuning jingga. Penderita umumnya adalah

wanita yang terjadi karena timbunan sejenis zat lemak dalam sel-sel yang akan

membentuk seperti busa. Benjolan ini biasanya terletak di kelopak mata, tidak

terasa gatal atau sakit, dan bersifat familier (diturunkan) karena berhubungan

dengan kadar kolesterol darah yang tinggi.

f. Keratosis seboroik

Keratosis seboroik berwujud sebagai tumbuhan epidermal jinak yang

disebabkan oleh penebalan lapisan tanduk, bentuknya sebesar kepala jarumpentul

sampai sebesar biji jagung atau lebih besar lagi. Kelainan ini berwarna coklat

sampai hitam, tidak menular, dan hanya timbul sedikit di atas permukaan kulit,

berbentuk pipih dengan permukaan yang licin ataupun kasar. Kelainan ini terjadi

pada usia 30 tahun keatas dan timbul di daerah sebore seperti pada kulit wajah,

kulit kepala, dada, dan punggung.

g. Melasma

Yaitu adanya bercak-bercak berwarna coklat kehitaman (hyperpigmentasi) di

kulit wajah seperti di daerah pipi, dahi, dan bibir atas. Melasma sering timbul

karena kehamilan, pil kontrasepsi, pemakaian kosmetik dan sinar matahari.

h. Lentigo

Sejenis naevus pigmentosus yang terlihat menyerupai ephilides, licin berwarna

coklat tua.

i. Vitiligo

Gangguan pigmentasi pada kulit yang ditandai dengan terjadinya bercak-

bercak putih karena kehilangan melanin. Kelainan ini terjadi secara turun temurun.

Page 43: dasar keperawatan

Bercak ini dapat berukuran besar maupun kecil, dan berbentuk bulat atau tidak

menentu tetapi bila bersatu bisa menjadi lebih besar.

j. Panu

Panu merupakan bentuk lain dari dermatofitosis yaitu bentuk infeksi jamur

dangkal yang disebabkan oleh fungus mallasezia furtur. Penyakit ini tampak

seperti bercak-bercak putih, kecoklat-coklatan atau kehitam-hitaman yang tersebar

diseluruh tubuh.

k. Kurap

Kurap merupakan dermatofitosis yang berupa infeksi kulit berbentuk bulat-

bulat besar dengan diameter 3-4 cm, pinggirnya meninggi, dan berwarna merah,

menimbulkan rasa gatal. Kurap bisa menular dan dapat dialami oleh anak-anak,

remaja, hingga dewasa baik perempuan maupun laki-laki.

l. Tinea pedis

Tinea pedis adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh jamur. Tinea pedis

menyerang bagian kaki terutama pada telapak kaki dan sela-sela jari kaki.

6. Kelainan pada kelenjar keringat

a. Biang keringat (miliaria)

Suatu kelainan kulit yang disebabkan oleh adanya retensi keringat akibat

tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat. Timbulnya biang keringat disebabkan

karena udara panas atau lembab. Penyumbatan pori-pori kelenjar keringat

disebabkan oleh bakteri-bakteri yang menimbulkan peradangan atau

pembengkakan, akibatnya kulit menjadi gatal. Biang keringat terdapat di daerah

dahi, leher, dada, dan punggung.

Page 44: dasar keperawatan

m. Hiperidrosis

Suatu keadaan keringat yang dihasilkan berlebih. Kelebihan keringat dapat

terjadi di seluruh badan atau hanya setempat misalnya di telapak tangan atau kaki.

Hiperdrosis dapat terjadi secara fisiologis, karena suatu penyakit dan faktor psikis.

n. Anidrosis

Suatu keadaan kulit tidak dapat berkeringat, yang disebabkan kelenjar keringat

tidak mampu berfungsi lagi karena suatu penyakit.