dasar teori leukoma

28
KELAINAN KORNEA 1. Erosi : Lepasnya epitel tanpa / belum ada infeksi 2. Infiltrat : Sebukan sel radang a. Superfisial : Disertai kerusakan epitel à tes Flouresin (+) tes positif b. Profunda : Didaerah stroma à tes Fl (-) Warna putih abu-abu, bentuk bervariasi, batas tidak tegas, disertai tanda radang 3. Edem : Kornea tampak suram Penyebab : - Radang / Infeksi - Kerusakan Endotel - Tekanan bola mata tinggi. 4. Sikatriks : Jaringan parut Putih, batas tegas, radang (-). Fluoresin tes (-) Ketebalan: Nebula, makula, leukoma (paling tebal). KERATITIS Definisi Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrat sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh, biasanya diklasifikasikan dalam lapisan yang terkena seperti keratitis superficial, intertitisial dan profunda. Faktor Resiko Keratitis Perawatan lensa kontak yang buruk; penggunaan lensa kontak yang berlebihan Herpes genital atau infeksi virus lain Imunodefisiensi Higienis buruk

Upload: aditya-alfarizi

Post on 15-Dec-2014

996 views

Category:

Documents


75 download

DESCRIPTION

sc

TRANSCRIPT

Page 1: Dasar Teori Leukoma

KELAINAN KORNEA

1. Erosi : Lepasnya epitel tanpa / belum ada infeksi

2. Infiltrat : Sebukan sel radang

a. Superfisial : Disertai kerusakan epitel à tes Flouresin (+) tes positif

b. Profunda : Didaerah stroma à tes Fl (-) Warna putih abu-abu, bentuk bervariasi,

batas tidak tegas, disertai tanda radang

3. Edem : Kornea tampak suram

Penyebab : - Radang / Infeksi

- Kerusakan Endotel

- Tekanan bola mata tinggi.

4. Sikatriks : Jaringan parut Putih, batas tegas, radang (-). Fluoresin tes (-) Ketebalan:

Nebula, makula, leukoma (paling tebal).

KERATITIS

Definisi

Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrat sel radang pada kornea yang

akan mengakibatkan kornea menjadi keruh, biasanya diklasifikasikan dalam lapisan yang

terkena seperti keratitis superficial, intertitisial dan profunda.

Faktor Resiko Keratitis

• Perawatan lensa kontak yang buruk; penggunaan lensa kontak yang berlebihan

• Herpes genital atau infeksi virus lain

• Imunodefisiensi

• Higienis buruk

• Nutrisi kurang baik (kekurangan vitamin A)

• Defisiensi air mata

• Trikiasis

• Infeksi

Klasifikasi

Berdasarkan Lokasi:

1. Keratitis Superficial, dapat dibagi menjadi:

A. Keratitis epitelial, tes fluoresin (+), misalnya:

i. Keratitis pungtata superfisial pada moluskum kontagiosum, konjungtivitis kataral,

morbili, verucca vulgaris

Page 2: Dasar Teori Leukoma

Keratitis Pungtata Superfisialis adalah suatu keadaan dimana sel-sel pada

permukaan kornea mati. Mata biasanya terasa nyeri, berair, merah, peka terhadap

cahaya (fotofobia) dan penglihatan menjadi sedikit kabur. Keratitis ini dapat

bersifat ulseratif atau non ulseratif.

ii. Keratitis herpetika

a. Herpes simpleks

Dibedakan menjadi infeksi primer dan infeksi kekambuhan.

Infeksi primer: yaitu infeksi pada seseorang yang tidak mempunyai antibodi

terhadap herpes simplek. Terdapat pada usia 6 bulan sampai 6 tahun. Dapat

terjadi tanpa gejala klinik atau dengan gejala klinik yang ringan. Dapat pula

berupa erupsi kulit atau anogenital, kelainan di kedua mata. Kelainan primer di

mata dapat berupa:

Vesikel di kelopak mata atau matgo palpebra

Konjungtivitis folikularis

Keratitis pungtata superfisialis yang dapat berkembang menjadi liniaris,

fasikularis dan dendritikus.

Terdapat pembesaran dari kelenjar preaurikuler.

Infeksi Kekambuhan

Merupakan infeksi pada seseorang yang telah mempunyai antibodi

terhadap herpes simpleks dan dicetuskan oleh berbagai trigger. Kelainannya di

mata berupa kelainan epitel dan stroma. Di samping kelainan lain seperti pada

keratitis pada umumnya, sensibilitas kornea pada keratitis herpes simpleks

juga menurun. Yang paling karakteristik adalah bentuk dendrit. Dapat terjadi

pada wanita maupun pria. Dari usapan ulkus, virus herpes simpleks dapat

dibiak dalam membran khorioalantoin dari embrio ayam yang sedang tumbuh.

Yang termasuk dalam keratitis superfisial ulseratif adalah keratitis pungtata

superfisial, liniaris, filamentosa, dendritika, dan geografika.

Page 3: Dasar Teori Leukoma

b. Herpes zoster

Bila telah terdapat vesikel di ujung hidung, berarti N. Nasosiliaris

terkena, maka biasanya timbul kelainan di kornea, di mana sensibilitasnya

menurun tetapi penderita menderita sakit. Keadaan ini disebut anestesia

dolorosa. Pada kornea tampak infiltrat yang bulat, letak subepitel, disertai

injeksi perikornea. Infiltrat ini dapat mengalami ulserasi yang sukar sembuh.

Kadang-kadang infiltrat ini dapat bersatu membentuk keratitis disiformis.

Kadang juga tampak edema kornea disertai lipatan-lipatan dari membran

Descement.

B. Keratitis subepitelial, tes fluoresin (-), misalnya:

i. Keratitis numularis dari Dimmer

Keratitis ini diduga oleh virus. Klinis tanda-tanda radang tidak jelas, di kornea

terdapat infiltrat bulat-bulat subepitelial, dimana di tengahnya lebih jernih, disebut

halo. Keratitis ini bila sembuh akan meninggalkan sikatrik yang ringan.

ii. Keratitis disiformis dari Westhoff

Keratitis ini awalnya banyak ditemukan pada petani di pulau Jawa.

Penyebabnya adalah virus yang berasal dari sayuran dan binatang. Di kornea

tampak infiltrat bulat-bulat, yang ditengahnya lebih padat daripada di pinggir.

Umumnya menyerang usia 15-30 tahun.

C. Keratitis stromal, tes fluresin (+), misalnya:

i. Keratitis neuroparalitik

ii. Keratitis et lagoftalmus

Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada ektropion

palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma dimana mata tidak terdapat

reflek mengedip. Umumnya bagian yang terkena adalah kornea bagian bawah.

2. Keratitis profunda, tes fluoresin (-), misalnya:

A. Keratitis interstisial

B. Keratitis sklerotikans

C. Keratitis disiformis

Klasifikasi lain:

Keratokonjungtivis Flikten

Page 4: Dasar Teori Leukoma

Terutama didapatkan pada anak-anak dengan kebersihan yang buruk. Biasanya

didapatkan pembesaran kelenjar leher dan tonsil. Di kornea, flikten merupakan benjolan

dengan diameter 1-3 mm berwarna abu-abu dan menonjol di atas permukaan kornea.

Keratokonjungtivis Sika

Terjadi akibat kekeringan pada bagian permukaan kornea dan konjungtiva.

Kekeringan ini dapat disebabkan kurangnya komponen lemak, kurangnya air mata,

kurangnya komponen musin, penguapan berlebihan dll. Penderita akan mengeluh mata

gatal, fotofobia, berpasir, dll.

Keratitis Rosasea

Keratitis yang didapat pada orang yang menderita acne rosasea, yaitu penyakit

dengan kemerahan di kulit, disertai akne di atasnya.

Keratitis filamentosa

Keratitis yang disertai adanya filamen mukoid dan deskuamasi sel epitel pada

permukaan kornea. Penyebabnya tidak diketahui. Dapat disertai penyakit lain seperti

keratokonjungtivitis sika, sarkoidosis, trakoma, pemfigoid okular, pemakaian lensa

kontak, edema kornea, keratokonjungtivitis limbik superior (SLK), diabetes melitus,

trauma dasar otak, keratitis neutrofik, dan pemakaian antihistamin.

Kelainan ini ditemukan pada gejala sindrom mata kering (dry eye syndrome),

diabetes melitus, pascabedah katarak, dan keracunan kornea oleh obat tertentu.

Filamen terdiri atas sel dan sisa mukoid, dengan dasar bentuk segitiga yang

menarik epitel. Epitel yang terdapat pada filamen terdapat defek epitel disertai kekeruhan

epitel berwarna abu-abu. Gejalanya berupa rasa kelilipan, sakit, silau, blefarospasme, dan

epifora. Dapat berjalan akut maupun menahun. Mata merah dan terdapat defek epitel

kornea.

Pengobatan dilakukan dengan larutan hipertonik NaCl 5%, air mata hipertonik.

Mengangkat filamen dan bila mungkin memasang lensa kontak lembek.

PATOFISIOLOGI

Kornea disarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus

dan saraf nasosiliar. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem

pompa endotel terganggu sehingga terjadi dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea.

Karena kornea avaskular, maka pertahanan sewaktu peradangan tak dapat segera datang.

Maka badan kornea, sel-sel yang terdapat di dalam stroma segera bekerja sebagai makrofag

baru kemudian disusul oleh pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai

Page 5: Dasar Teori Leukoma

injeksi perikorneal. Sesudahnya baru terjadi infiltrat, yang tampak sebagi bercak berwarna

kelabu, keruh, dan permukaan yang licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbul

ulkus kornea yang dapat menyebar ke permukaan dalam stroma.

Pada peradangan yang hebat, toksin dari kornea dapat menyebar ke iris dan badan

siliar dengan melalui membran descement dan endotel kornea. Dengan demikian iris dan

badan siliar meradang dan timbulah kekeruhan di cairan COA, disusul dnegan terbentuknya

hipopion. Bila peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai membran descement dapat

timbul tonjolan membran descement yang disebut mata lalat atau descementocele.

Pada peradangan yang terdapat di permukaan penyembuhan dapat berlangsung tanpa

pembentukan jaringan parut. Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir dengan

terbentuknya jaringan parut yang dapat berupa nebula, makula, atau leukoma. Bila ulkusnya

lebih mendalam lagi dapat timbul perforasi yang dapat mengakibatkan endophtalmitis,

panophtalmitis, dan berakhir dengan ptisis bulbi.

Gejala Dan Tanda

Manifestasi yang menyertai pada penderita keratitis adalah :

Inflamasi bola mata yang jelas

Terasa ada benda asing di mata

Cairan mukopurulen dengan kelopak mata saling melekat satu sama lain

Rasa silau di mata dikarenakan pembuluh darah iris dilatasi, kontraksi iris yang

meradang –> menutupi pandangan sehingga berpendar jika kena cahaya

Blefarospasme –> Karena rasa sakit yg diperhebat oleh gesekan palpebra superior

Epifora –> rangsang nyeri sehingga reflek air mata meningkat.

Kabur : karena kornea berfungsi sebagai jendela mata bila infiltrat di sentral

ULKUS KORNEA

Definisi

Hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.Terbentuknya

ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh

sel epitel baru dan sel radang.

Ulkus kornea dibedakan dalam bentuk :

1. Ulkus kornea sentral

2. Ulkus kornea perifer

Page 6: Dasar Teori Leukoma

Etiologi

Faktor-faktor pencetus terjadinya ulkus kornea:

1.      Adanya kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan adanya insufisiensi sistem lakrimal,

sumbatan saluran lakrimal.

2.      Faktor eksternal; luka pada kornea (erosio kornea) karena trauma, penggunaan lensa

kontak, luka bakar pada daerah muka.

3.      Kelainan-kelainan kornea yang di sebabkan oleh: edema kornea kronik, exposure

keratitis (lagoftalmus, anastesi umum, koma, dan kelainan palpebra seperti

koloboma).4

4.      Kelainan-kelainan sistemik: malnutrisi, alkoholisme, sindroma Steven Johnson,

sindroma defisiensi imun.

5.      Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun misalnya kortikosteroid IDU

(Idoryuridine), anastetik lokal dan golongan imunosupresif lainnya.

Etiologi atau penyebab ulkus kornea adalah;

1.       Bakteri. Bakteri yang sering mengakibatkan ulkus kornea adalah streptokokkus α-

hemolitik, stafilokokkus aureus, moraxella likuefasiens, pseudomonas aeruginosa,

nocardia asteroids, alcaligenes sp., streptokokkus anaerobic, streptokokkus β-

hemolitik, enterobakter hafnia, proteus sp., stafilokokkus epidermidis, dan moraxella

sp.

2.      Virus

3.      Jamur

4.      Reaksi hipersensitivitas.

Gejala Klinis

Gejala subjektif :

a.Rasa sakit pada mata

b.Mata merah

c.Sensasi benda asing

Page 7: Dasar Teori Leukoma

d.Silau

e.Air mata banyak keluar

f.Penglihatan menurun

Gejala objektif :

a. Opasitas kornea berwarna putih

b. Hipopion bisa ada atau tidak

c. Konjunctiva merah

Klasifikasi berdasarkan letak

Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:

1. Ulkus kornea sentral

a. Ulkus kornea bakterialis

b. Ulkus kornea fungi

c. Ulkus kornea virus

d. Ulkus kornea acanthamoeba

2. Ulkus kornea perifer

a. Ulkus marginal

b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

c. Ulkus cincin (ring ulcer)

Klasifikasi berdasarkan derajat

Page 8: Dasar Teori Leukoma

Perjalanan Penyakit

Ulkus kornea dapat meluas ke dua arah, yaitu melebar dan mendalam. Ulkus kecil dan

superfisial lebih cepat sembuh dan konea dapat menjadi jernih kembali.Tetapi bila ulkus

turut menghancurkan membran yang baru sehingga menimbulkan sikatrik. Pada kasus

yang berat dapat menimbulkan hipopion. Hipopion adalah pus yang terkumpul dalam

kamera okuli anterior. Hipopion dapat terjadi pada ulkus yang mengalami perforasi

maupun yang tidak mengalami perforasi.

Sikartik yang terjadi setelah ulkus kornea sembuh dapat tipis atau tebal. Sikatrik yang

tipis sekali yang hanya dapat dilihat dengan slit lamp disebut nebula. Sedangkan sikatrik

yang agak tebal dan dapat kita lihat menggunakan senter disebut makula. Sikatrik yang

tebal sekali disebut leukoma. Nebula yang difuse, yang terdapat pada daerah pupil lebih

mengganggu daripada leukoma yang kecil yang tidak menutupi daerah pupil. Hal ini

disebabkan karena leukoma menghambat semua cahaya yang masuk, sedangkan nebula

membias secara ireguler, sehingga cahaya yang jatuh di retina juga terpencar dan

gambaran akan menjadi kabur sekali.

Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis

dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting

Page 9: Dasar Teori Leukoma

pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi,

adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus

herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat

topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri,

fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat

penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :

Ketajaman penglihatan

Tes refraksi

Tes air mata

Pemeriksaan slit-lamp

Keratometri (pengukuran kornea)

Respon reflek pupil

Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

Goresan ulkus untuk analisa atau kultur

Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah

1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya

2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang

3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan

mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih

4. Berikan analgetik jika nyeri

b. Penatalaksanaan medis

1. Pengobatan konstitusi

Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang

kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang

bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang

mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang

disebabkan kuman yang virulen, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, dapat

diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang disuntikkan intravena dan

hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan

Page 10: Dasar Teori Leukoma

sampai melebihi 39,5°C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya

antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.

2. Pengobatan lokal

Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea

sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis,

dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok,

gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.

Infeksi pada mata harus diberikan :

Sulfas atropine sebagai salap atau larutan,

Skopolamin sebagai midriatika.

Analgetik.

Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau

tetrakain tetapi jangan sering-sering.

Antibiotik

Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum

luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan

ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat

penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.

Anti jamur

Anti Viral

Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :

1. Kauterisasi

a) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni

trikloralasetat

b) Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore.

Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan

pada pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan.

2. Pengerokan epitel yang sakit

Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan

perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak

Page 11: Dasar Teori Leukoma

mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap

konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik

menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk

mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan

kembali.

Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati

seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi

leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.

Gambar 7.Ulkus kornea perforasi, jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat pada

kornea ditepi perforasi.

3. Keratoplasti

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil.

Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea

yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :

1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita

2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

Gambar 14. Keratoplasti

Page 12: Dasar Teori Leukoma

KOMPLIKASI 7

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat

Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis

Prolaps iris

Sikatrik kornea

Katarak

Glaukoma sekunder

PROGNOSIS

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya

mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi

yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena

jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya

mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.

Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal

ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka

dapat menimbulkan resistensi.

Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan

pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi

sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah

dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode

yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan

fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.

SIKATRIK KORNEA

Sikatriks, jaringan parut pada kornea yang mengakibatkan permukaan kornea irreguler

sehingga memberikan uji plasido positif, dan mungkin terdapat dalam beberapa bentuk, yaitu:

a. Nebula, kabut halus pada kornea yang sukar terlihat

b. Makula, kekeruhan kornea yang berbatas tegas

c. Leukoma, kekeruhan berwarna putih padat

Page 13: Dasar Teori Leukoma

d. Leukoma adherens, kekeruhan atau sikatriks kornea dengan menempelnya iris di

dataran belakang

e. Keratik presipitat, endapan sel radang didataran belakang atau endotel kornea

Sikatrik kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari kabur sampai

dengan kebutaan. Sikatrik kornea dapat bentuk ringan (nebula), sedang (makula) dan berat

(leukoma). Gangguan kornea merupakan penyebab kebutaan kedua didunia setelah katarak.

Sikatrik kornea lebih sering disebabkan oleh komplikasi dari infeksi seperti keratitis ataupun

ulkus kornea yang tidak tertangani dengan baik. Belum ada data yang akurat mengenai

prevalensi sikatrik kornea di Indonesia

LEUKOMA KORNEA

jaringan parut dengan munculnya vaskularisasi kornea, timbul sebagai akhir dari

keratitis dan ulkus kornea. Tergantung dari lokasi dan dalamnya perkembangan stroma,

menyebabkan timbulnya leukoma kornea yang secara jelas terlihat signifikan memerlukan

bedah kornea untuk rehabilitasi visual,

Pada kasus perforasi kornea dengan prolaps iris bisa terjadi koplikasi berupa sinekia

anterior jika tidak segera mendapatkan tindakan, yang lama kelamaan jaringan yang

mengalami perforasi akan menjadi sikatriks biasa disebut leukoma adherens dan jika

penempelan iris ke kornea tidak merata maka akan terjadi kelainan bentuk pupil.

Page 14: Dasar Teori Leukoma

Nebula kornea

Tanda : Kekeruhan tipis pada kornea

Batas kabur

Tanda radang negatif

Leukoma kornea

Tanda :

Kekeruhan dengan

- Batas tegas

- Mata tenang

Pemeriksaan yang dilakukan pada kornea

Uji flouresin

Uji fistel

Uji sensibilitas kornea (untuk fungsi trigeminus kornea)

Papan plasido (untuk melihat kelengkungan kornea)

KATARAK

1. Definisi

Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan

bening menjadi keruh.Katarak berasal dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air

Page 15: Dasar Teori Leukoma

terjun. Asalkata ini mungkin sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu

seperti tertutupoleh air terjun di depan matanya akibat. Seorang dengan katarak akan

melihat benda seperti ditutupi kabut. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada

lensa yang terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa,

atau keduanya.

2. Klasifikasi Katarak

Berdasarkan waktu perkembangannya katarak diklasifikasikan menjadi

katarak kongenital, katarak juvenil dan katarak senilis.

1. Katarak kongenital dapat berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal

dimana kelainan utama terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa

yang sudah didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang

sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa

2. Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah

lahir.Kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat

lensa.Biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai

soft cataract. Katarak juvenil biasanya merupakan bagian dari satu sediaan

penyakit keturunan lain.

3. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Telah diketahui

bahwa katarak senilis berhubungan dengan bertambahnya usia dan berkaitan

dengan proses penuaan lensa.

Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagi menjadi stadium insipien, stadium

imatur,stadium matur, dan stadium hipermatur.

1. Stadium insipien. Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan

gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-

bercak seperti baji (jari-jari roda),terutama mengenai korteks anterior, sedangkan

aksis relatif masih jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila

pupil dilebarkan.

2. Stadium imatur. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan

terutama terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau

tidak ada kekeruhan di lensa, maka inar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada

yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar

oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada

pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan

Page 16: Dasar Teori Leukoma

cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,akibat bayangan iris

pada lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+)

3. Stadium matur . Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya,

sehingga semua sinar yangmelalui pupil dipantulkan kembali di permukaan

anterior lensa. Tak ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang

seperti mutiara. Shadow test membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat

harus diperiksa lebih lanjut dengan midriatika,oleh karena pada katarak polaris

anterior juga terdapat shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil.

Dengan melebarkan pupil, akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada

daerah pupil saja. Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur,

dengankoreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat

lebih buruk lagi1/300 atau satu per tak hingga, hanya ada persepsi cahaya,

walaupun lensanya belumkeruh seluruhnya. Keadaan ini disebut vera matur.

4. Stadium hipermatur. Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah

mencair, sehingga nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah.

Melalui pupil, pada daerah yang keruh,  nukleus ini terbayang sebagai setengah

lingkaran di bagian bawah, dengan warna yang lain daripada bagian yang

diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadikerusakan kapsul lensa,

yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan

lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan ini

disebut katarak Morgagni. 

Selain itu terdapat jenis katarak lain :

Katarak rubella :

Ditularkan melalui Rubella pada ibu hamil

Katarak Brunesen

Katarak yang berwarna coklat sampai hitam, terutama pada nucleus lensa

Dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi.

Katarak Komplikata :

Katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi.

Mempunyai tanda khusus yaitu selamanya dimulai di korteks atau dibawah kapsul

menuju ke korteks atau dibawah kapsul menuju sentral

Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular ayng sewaktu-waktu menjadi

katarak lamelar.

Page 17: Dasar Teori Leukoma

Katarak Diabetik :

Akibat adanya penyakit Diabetes Mellitus.

Meningkatkan insidens maturasi katarak >>

Pada lensa terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih

dengan pengobatan.

Katarak Sekunder

Adanya cincin Soemmering (akibat kapsul pesterior yang pecah) dan

Mutiara Elsching (epitel subkapsular yang berproliferasi)

Katarak Traumatika

Dapat terjadi akibat trauma mekanik, agen-agen fisik (radiasi, aruslistrik, panas dan

dingin)

(Ilyas, 2009)

3.PATOFISIOLOGI

Lensa mengandung tiga komponen anatomis yaitu :

Nukleus à zone sentral

Korteks à perifer

Kapsul anterior dan posterior

Sebagian besar katarak terjadi karena suatu perubahan fisik dan perubahan kimia

pada protein lensa mata yang mengakibatkan lensa mata menjadi keruh.Perubahan

fisik (perubahan pada serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari badan

silier ke sekitar lensa) menyebabkan hilangnya transparansi lensa.

Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi progresif

sehingga nukleus menjadi kuning atau kecokelatan juga terjadi penurunan konsentrasi

glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium serta peningkatan

hidrasi lensa. Perubahan ini dapat terjadi karena meningkatnya usia sehingga terjadi

penurunan enzim yang menyebabkan proses degenerasi pada lensa.

4.GEJALA DAN TANDA

1. Pengurangan ketajaman penglihatan secara bertahap

2. Pandangan seperti ada kabut atau air terjun

3. Silau, sehingga penglihatan di malam hari lebih nyaman dibandingkan siang

hari

4. Miopia

Page 18: Dasar Teori Leukoma

5. Kesulitan membaca bila tidak cukup cahaya

6. Sering berganti kacamata

5.DIAGNOSIS

ANAMNESIS :

Penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap (gejala utama katarak)

Mata tidak merasa sakit, gatal , atau merah

Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti :

1. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film

2. Perubahan daya lihat warna

3. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat

menyilaukan mata

4. Lampu dan matahari sangat mengganggu

5. Sering meminta resep ganti kacamata

6. Penglihatan ganda (diplopia)

PEMERIKSAAN FISIK MATA

1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan

2. Melihat lensa dengan penlight dan loop

Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai

kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh

(iris shadow).Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur,

sedangkan bayangan dekat dan kecil dengan pupil terjadi katarak matur.

3. Slit lamp

4. Pemeriksaan opthalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi)

(Wijana, 1983)

6.PENATALAKSANAAN

a. Bisa diberikan obat-obatan Medikamentosa untuk menghambat perkembangan

katarak menjadi matur lebih cepat, dan pemberian vitamin

b. Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa

dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan

korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada

pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,

implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata

Page 19: Dasar Teori Leukoma

dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata

mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi,

untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps

badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadi

katarak sekunder.

Tindakan ekstraksi katarak ekstrakapsuler yang terencana dilakukan apabila:

1. Kita ragu apakah nukleus lentis sudah terbentuk atau belum.

2. Kita mengira badan kaca mencair, misalnya pada miopia tinggi, setelah

menderita uveitis.

3. Telah terjadi perlengketan luas antara iris dan lensa.

4. Pada operasi mata yang lainnya, telah terjadi ablasi atau prolaps badan kaca.

5. Setelah operasi mata yang lainnya, timbul penempelan badan kaca pada

kornea yang menyebabkan distrofi kornea.

6. Terkandung maksud untuk memasang lensa intraokuler buatan.

c. Operasi katarak intrakapsular atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)

Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.Dapat dilakukan

pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi da mudah diputus. Pada tindakan

ini tidak akan terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2009).

7. KOMPLIKASI

- Ruptur kapsul posterior

- Glaukoma

- Uveitis

- Endoftalmitis

- Perdarahan suprakoroidal

- Prolap iris

8.PROGNOSIS

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan

tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis, karena adanya ambliopia dan

kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina.Prognosis untuk perbaikan

ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital

unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif

lambat. Prognosis penglihatan pasien dikatakan baik apabila:

Fungsi media refrakta baik

Page 20: Dasar Teori Leukoma

Dilakukan dengan melihat kejernihan serta keadaan media refrakta mulai

dari kornea, iris, pupil dan lensa melalui lampu sentolop maupun slit lamp.

Fungsi makula atau retina baik

Dilakukan dengan pemeriksaan retpersepsi warna, dengan cara

menyorotkan cahaya merah dan hijau di depan mata yang kemudian

dengan sentolop cahaya diarahkan ke mata.

Fungsi N. Opticus (N.II) baik

Fungsi serebral baik