definisi lansia

21
1. DEFINISI LANSIA Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentangkehidupan. Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba

Upload: hanry-jp

Post on 21-Jan-2016

211 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Definisi Lansia

1. DEFINISI LANSIA

Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses

kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap

ini individu mengalami banyak  perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya

kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan

penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai

memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta

kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum

lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial,

serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut

kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono,

2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari

rentangkehidupan.

Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,

yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,

ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan

melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan

fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia

yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase

hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).

Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU no 4 tahun 1965 adalah seseorang yang

mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya

sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000) sedangkan menuru UU

no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah

mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus

diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri

dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).

Lansia (lanjut usia) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas

(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).

Page 2: Definisi Lansia

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan

batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek

sosial (BKKBN 1998).

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses

penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu

semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini

disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem

organ.

Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada

sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi

memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan

masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.

Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di

negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini

dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap

pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi

di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus

dihormati oleh warga muda (Suara Pembaharuan 14 Maret 1997).

Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara

terusmenerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan mengakibatkan perubahan

anatomis,fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan

kemampuantubuh secara keseluruhan.Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran

biologis yang terlihat sebagaigejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit menjadi

mengendur, timbul keriput, rambutmenjadi beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan

penglihatan berkurang, mudah lelah,gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta

terjadi penimbunan lemak terutama di perutdan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi

adalah kemampuan-kemampuan kognitif sepertisuka lupa, kemunduran orientasi terhadap

waktu, ruang, tempat serta tidak mudah menerimaide baru.

Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai

usiatersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik

yang bersifat promotif maupun yang preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas

sertamenjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia

Page 3: Definisi Lansia

2. ISU-ISU STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Strategi promosi kesehatan menurut WHO ( internasional adalah )

1) Advokasi; pendekatan terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam

rangka mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik. Advokasi yang berhasil akan

menentukan keberhasilan kegiatan promosi kesehatan pada langkah selanjutnya

sehingga keberlangsungan program dapat lebih tejamin.

2) Mediasi. kegiatan promosi kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus

melibatkan lintas sector dan lintas program. Mediasi berarti menjembatani

“pertemuan” diantara beberapa sector yang terkait . Karenanya masalah kesehatan

tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga

perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Sebagai contoh, kegiatan promosi

kesehatan terkait kebersihan lingkungan harus melibatkan unsure kimpraswil dan

pihak lain yang terkait sampah.

3)     Memampukan masyarakat (enable),  adalah kegiatan pemberian pengetahuan dan

keterampilan kepada masyarakat agar mereka mampu menjaga dan memelihara serta

meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Kemandirian masyarakat dalam menjaga

dan meningkatkan kesehatanya merupakan tujuan dari kegiatan promosi kesehatan.

3. KEGIATAN UNTUK PROMOSI KEGIATAN

Kesehatan memerlukan prasyarat-prasyarat yang terdiri dari berbagai sumber daya

dan kondisi dasar, meliputi perdamaian (peace), perlindungan (shelter), pendidikan

(education), makanan (food), pendapatan (income), ekosistem yang stabil (a stable eco-

system), sumber daya yang berkesinambungan (a sustainable resources), serta kesetaraan

dan keadilan sosial (social justice and equity) (WHO, 1986). Upaya-upaya peningkatan

promosi kesehatan harus memerhatikan semua prasyarat tersebut.

WHO, lewat Konferensi Internasional Pertama tentang Promosi Kesehatan di Ottawa

pada tahun 1986, telah merumuskan sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap

negara untuk menyelenggarakan promosi kesehatan. Berikut akan disediakan terjemahan

dari Piagam Ottawa pada bagian yang diberi subjudul Health Promotion Action Means.

Menurut Piagam Ottawa, kegiatan-kegiatan promosi kesehatan berarti:

1. Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (build healthy public policy).

Promosi kesehatan lebih daripada sekadar perawatan kesehatan. Promosi

kesehatan menempatkan kesehatan pada agenda dari pembuat kebijakan di semua

Page 4: Definisi Lansia

sektor pada semua level, mengarahkan mereka supaya sadar akan konsekuensi

kesehatan dari keputusan mereka dan agar mereka menerima tanggung jawab mereka

atas kesehatan.

Kebijakan promosi kesehatan mengombinasikan pendekatan yang berbeda

namun dapat saling mengisi termasuk legislasi, perhitungan fiskal, perpajakan, dan

perubahan organisasi. Ini adalah kegiatan yang terkoordinasi yang membawa kepada

kesehatan, pendapatan, dan kebijakan sosial yang menghasilkan kesamaan yang lebih

besar. Kegiatan terpadu memberikan kontribusi untuk memastikan barang dan jasa

yang lebih aman dan lebih sehat, pelayanan jasa publik yang lebih sehat dan lebih

bersih, dan lingkungan yang lebih menyenangkan.

Kebijakan promosi kesehatan memerlukan identifikasi hambatan untuk

diadopsi pada kebijakan publik di luar sektor kesehatan, serta cara menghilangkannya.

Hal ini dimaksudkan agar dapat membuat pilihan yang lebih sehat dan lebih mudah

untuk pembuat keputusan.

2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive environments)

Masyarakat kita kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak dapat

dipisahkan dari tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan

lingkungannya menjadikan basis untuk sebuah pendekatan sosio-ekologis bagi

kesehatan. Prinsip panduan keseluruhan bagi dunia, bangsa, kawasan, dan komunitas

yang serupa, adalah kebutuhan untuk memberi semangat pemeliharaan yang timbal-

balik,untuk memelihara satu sama lain, komunitas, dan lingkungan alam kita.

Konservasi sumber daya alam di seluruh dunia harus ditekankan sebagai tanggung

jawab global. Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan waktu luang memiliki dampak

yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu luang harus menjadi sumber

kesehatan untuk manusia. Cara masyarakat mengatur kerja harus dapat membantu

menciptakan masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup

dan kondisi kerja yang aman, yang menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan.

Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah

pesat.Terutama di daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi

sangat esensial dan harus diikuti dengan kegiatan untuk memastikan keuntungan yang

positif bagi kesehatan masyarakat. Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun

Page 5: Definisi Lansia

serta konservasi dari sumber daya alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa

saja.

3. Memperkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community actions)

Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan

efisien dalam mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi dan

melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini

adalah memberdayakan komunitas,kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan

nasib mereka.

Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya manusia dan

material dalam komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial,

dan untuk mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik

dalam masalah kesehatan. Hal ini memerlukan akses yang penuh serta terus menerus

akan informasi, memelajari kesempatan untuk kesehatan, sebagaimana penggalangan

dukungan.

4. Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills)

Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial melalui

penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup.

Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk

melatih dalam mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat

pilihan yang kondusif bagi kesehatan.

Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan dalam

menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk menangani penyakit

dan kecelakaan sangatlah penting. Hal ini harus difasilitasi dalam sekolah, rumah,

tempat kerja, dan semua lingkungan komunitas.

5. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)

Tanggung jawab untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan dibagi di

antara individu, kelompok komunitas, profesional kesehatan, institusi pelayanan

kesehatan, dan pemerintah.

Mereka harus bekerja sama melalui suatu sistem perawatan kesehatan yang

berkontribusi untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak

meningkat pada arah promosi kesehatan, di samping tanggung jawabnya dalam

Page 6: Definisi Lansia

menyediakan pelayanan klinis dan pengobatan. Pelayanan kesehatan harus memegang

mandat yang meluas yang merupakan hal sensitif dan ia juga harus menghormati

kebutuhan kultural. Mandat ini harus mendukung kebutuhan individu dan komunitas

untuk kehidupan yang lebih sehat, dan membuka saluran antara sektor kesehatan dan

komponen sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan fisik yang lebih luas.

Reorientasi pelayanan kesehatan juga memerlukan perhatian yang kuat untuk

penelitian kesehatan sebagaimana perubahan pada pelatihan dan pendidikan

profesional. Hal ini harus membawa kepada perubahan sikap dan pengorganisasian

pelayanan kesehatan dengan memfokuskan ulang kepada kebutuhan total dari

individu sebagai manusia seutuhnya.

6. Bergerak ke masa depan (moving into the future)

Kesehatan diciptakan dan dijalani oleh manusia di antara pengaturan dari

kehidupan mereka sehari-hari di mana mereka belajar, bekerja, bermain, dan

mencintai. Kesehatan diciptakan dengan memelihara satu sama lain dengan

kemampuan untuk membuat keputusan dan membuat kontrol terhadap kondisi

kehidupan seseorang, dan dengan memastikan bahwa masyarakat yag didiami

seseorang menciptakan kondisi yang memungkinkan pencapaian kesehatan oleh

semua anggotanya.

Merawat, kebersamaan, dan ekologi adalah isu-isu yang penting dalam

mengembangkan strategi untuk promosi kesehatan. Untuk itu, semua yang terlibat

harus menjadikan setiap fase perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan

promosi kesehatan serta kesetaraan antara pria dan wanita sebagai acuan utama.

Dari enam hal di atas, setidaknya dapat disimpulkan dua kata kunci kegiatan

promosi kesehatan, yakni advokasi (advocacy) dan pemberdayaan (empowerment).

1) Advokasi

Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-

orang di bidang kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk

pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat

kebijakan, bagaimana orang-orang yang bergerak di bidang kesehatan bisa

memengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memerhatikan

kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan memengaruhi para pembuat

kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan

dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi

Page 7: Definisi Lansia

perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007). Advokasi bergerak

secara top-down (dari atas ke bawah). Melalui advokasi, promosi kesehatan masuk

ke wilayah politik.

2) Pemberdayaan

Di samping advokasi kesehatan, strategi lain dari promosi kesehatan adalah

pemberdayaan masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kesehatan. Pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas).

Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu program.

Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat maka suatu program

kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi

perubahan perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat

bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita (Kapalawi,

2007). Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan

aktif atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Sebagai unsur dasar dalam

pemberdayaan, partisipasi masyarakat harus ditumbuhkan. Pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan pada dasarnya tidak berbeda dengan

pemberdayaan masyarakat dalam bidang-bidang lainnya.

4. KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, Lansia

adalah orang yang telah berusia 60 tahun ke atas.[1] Sebagai wujud dari penghargaan

terhadap orang lanjut usia, pemerintah membentuk Komnas Lansia (Komisi Nasional

Perlindungan Penduduk Lanjut Usia), dan merancang Rencana Aksi Nasional Lanjut Usia

di bawah koordinasi kantor.

Kesejahteraan sosial mewajibkan pemerintah atau masyarakat harus memberikan

kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan dan

menikmati taraf hidup yang wajar.

Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan Lanjut

Usia, antara lain sebagai berikut :

1. Permasalahan umum

1) Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan.

Page 8: Definisi Lansia

2) Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang berusia

lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung terjadi

perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada

bentuk keluarga kecil.

3) Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan yang lebih

bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan

untung rugi, lugas dan efisien, yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan

lanjut usia.

4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia dan

masih terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lanjut usia dengan

berbagai bidang pelayanan pembinaan kesejahteraan lanjut usia.

5) Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan lanjut usia

2. Permasalahan Khusus

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai permasalahan khusus

yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia adalah sebagai berikut:

1) Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,

mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan penuaan peran

sosialnya dan dapat menjadikan mereka lebih tergantung kepada pihak lain.

2) Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan kegiatan Lanjut

Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis mereka

yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungan sekitarnya.

3) Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja muda

dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan mereka tidak

dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa menganggur.

4) Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan bantuan

dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai penghasilan cukup.

5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat

individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan dihormati serta mereka

tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa menjadi terlantar.

6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak lingkungan, polusi

dan urbanisasiyang dapat mengganggu kesehatan fisik lanjut usia.

Page 9: Definisi Lansia

5. DUKUNGAN TERHADAP ORANG YANG TERLIBAT MERAWAT LANSIA

1) Dukungan Keluarga

Studi-studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptualisasikan dukungan

sosial sebagai koping keluarga (Friedman, 1985: Stez et al, 1986 dalam Friedman,

1998). Dukungan sosial keluarga merupakan bantuan penting guna membantu keluarga

yang sedang mengalami kondisi tertentu yang berkaitan dengan masalah yang akan

muncul dalam keluarga. Dukungan sosial keluarga sebagai suatu proses hubungan

antara keluarga dan lingkungan sosialnya (Friedman, Bowden & Jones, 2003).

Dukungan keluarga dalam kapasitas perkembangan keluarga adalah bertujuan untuk

mengatur dan mengatasi adanya periode krisis dan adanya kondisi stres kronik dalam

keluarga (Kaakinen et al., 2010). Selanjutnya Kaakinen menyatakan bahwa kondisi

ini dapat berkontribusi dan mempengaruhi kesejahteraan anggota keluarga. Hasil

penelitian MaZumdar (2004) pada lansia yang tinggal dengan anak-anaknya

menyatakan bahwa 71,5% lansia dengan kondisi kesehatan yang baik. Peningkatan

kesehatan dan kesejahteraan lansia yang tinggal dengan keluarga dipengaruhi

dukungan yang kuat dari keluarga. Dukungan keluarga merupakan sebuah proses

yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan akan berbeda dalam

tahap-tahap siklus kehidupan manusia. Dalam setiap tahap siklus kehidupan,

dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi denga berbagai hal dan

akibatnya adalah meningkatnya kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, Bowden

& Jones, 2003). Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan keluarga yang adekuat

terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari

penyakit, dan untuk kalangan kaum tua atau lansia dapat meningkatkan fungsi

kognitif, fungsi fisik dan menunjang kesehatan emosi (Ryan & Austin, 1989 dalam

Friedman, Bowden & Jones, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Lam dan Boey

(2004) menyatakan bahwa 24,7% lansia mengalami gangguan kesehatan mental dan

29,7% mengalami depresi. Kondisi yang dialami oleh lansia berhubungan dengan

kondisi lansia meliputi lingkungan tempat tinggal lansia, ketersediaan pemberi

bantuan atau pemberi pelayanan pada lansia dan kurangnya dukungan keluarga pada

lansia.

Menurut Caplan (1976 dalam Friedman, Bowden & Jones, 2003) bahwa

keluarga memiliki fungsi pendukung. Fungsi dukungan tersebut meliputi dukungan

informasional dimana keluarga berfungsi sebagai pencari dan dan menyampaikan

informasi, dukungan emosional dimana keluarga berfungsi membantu dalam

Page 10: Definisi Lansia

penguasaan emosional, dukungan kongkrit yang berupa dukungan langsung termasuk

bantuan finansial, dukungan untuk perawatan anak, perawatan fisik lansia, berbelanja

dan melakukan tugas rumah tangga dan dukungan penghargaan dimana keluarga

memberikan umpan balik pada anggota keluarga. Dukungan keluarga sebagai suatu

proses hubungan antara keluarga dan lingkungan sosial (Kaakinen et al., 2010).

2) Dukungan sosial

Didefinisikan sebagai pertukaran informasi pada tingkat interpersonal yang

memberikan dukungan emosional, dukungan harga diri, dukungan jaringan, dukungan

penilaian dan dukungan atruistic. Dukungan sosial yang dievaluasi oleh individu dan

manfaat supportif saat dievaluasi oleh individu atau keluarga (Friedman, Bowden &

Jones, 2003).

Secara umum dapat diterima bahwa orang yang hidup dalam lingkungan yang

bersifat supportif, kondisinya jauh lebih baik daripada yang tidak memiliki keuntungan

ini. Secara lebih spesifik dinyatakan bahwa dukungan sosial dianggap dapat

melemahkan kesehatan mental individu dan keluarga (Friedman, 1998).

Page 11: Definisi Lansia

DAFTAR PUSTAKA

Iqi, Iqbal. 2008. Promosi Kesehatan, dalam http://iqbal-iqi.blogspot.com, diakses tanggal 15

Oktober 2008

Kapalawi, Irwandi. 2007. Tantangan Bidang Promosi Kesehatan Dewasa Ini, dalam

Irwandykapalawi.wordpress.com, diakses tanggal 25 September 2008

Tawi, Mirzal. 2008. Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan, diambil dari

http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/pemberdayaan-masyarakat-dalam-

promkes, diakses tanggal 15 Oktober 2008

Taylor, Shelley E. 2003. Health Psychology, 5th edition, New York: McGraw Hill.

WHO. 1986. The Ottawa Charter for Health Promotion, Geneva: WHO, dari

http://www.who.int/health promotion/conferences/previous/ottawa/en/, diakses

tanggal 25 September 2008.

WHO. 1998. Health Promotion Glossary, Geneva: WHO

Page 12: Definisi Lansia

MAKALAH

ISU-ISU STRATEGI DAN KEGIATAN UNTUK PROMOSI KESEHATAN

&

KESEJAHTERAAN LANSIA SERTA DUKUNGAN TERHADAP ORANG

YANG TERLIBAT MERAWAT LANSIA

Dalam Melengkapi Tugas Komunitas II

Dosen : Adianto W.Sandy. S.Kep

Di Susun Oleh :

1. FEBNI CHRISTARINA2011.C.03A.0169

2. OGA TANGKAS LASSA2011.C.03A.0190

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

2013

Page 13: Definisi Lansia

MAKALAH

ISU-ISU STRATEGI DAN KEGIATAN UNTUK PROMOSI KESEHATAN

&

KESEJAHTERAAN LANSIA SERTA DUKUNGAN TERHADAP ORANG

YANG TERLIBAT MERAWAT LANSIA

Dalam Melengkapi Tugas Komunitas II

Dosen : Adianto W.Sandy. S.Kep

Di Susun Oleh :

1. MARIA LAETARE2011.C.03A.0183

2. MEILA2011.C.03A.0185

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

2013