demensia dengan stadiumnya

13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demensia 1. Pengertian Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari - hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari- hari (Nugroho, 2008). Sementara itu menurut Lumbantobing (1995) demensia adalah himpunan gejala penurunan fungsi intelektual, umumnya ditandai terganggunya minimal tiga fungsi yakni bahasa, memori, visuospasial, dan emosional. 2. Penyebab umum demensia Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar : a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal, Sering pada golongan ini tidak ditemukan atrofia serebri, mungkin kelainan terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada sistem enzim, atau pada metabolisme seperti yang ditemukan pada penyakit alzheimer dan demensia senilis. b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, Penyebab utama dalam golongan ini diantaranya : 1) Penyakit degenerasi spino-serebelar. 2) Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert 3) Khorea Huntington 4) penyakit jacob-creutzfeld dll c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini diantaranya : 1) Penyakit cerebro kardiofaskuler 2) penyakit- penyakit metabolik 3) Gangguan nutrisi 4) Akibat intoksikasi menahun 5) Hidrosefalus komunikans

Upload: nia-prajnya-syailendra

Post on 02-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Demensia Dengan Stadiumnya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demensia

1. Pengertian

Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual

dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari -

hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya

ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari-

hari (Nugroho, 2008). Sementara itu menurut Lumbantobing (1995) demensia adalah

himpunan gejala penurunan fungsi intelektual, umumnya ditandai terganggunya

minimal tiga fungsi yakni bahasa, memori, visuospasial, dan emosional.

2. Penyebab umum demensia

Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan

besar :

a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal, Sering

pada golongan ini tidak ditemukan atrofia serebri, mungkin kelainan terdapat pada

tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada sistem enzim, atau pada

metabolisme seperti yang ditemukan pada penyakit alzheimer dan demensia

senilis.

b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,

Penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :

1) Penyakit degenerasi spino-serebelar.

2) Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert

3) Khorea Huntington

4) penyakit jacob-creutzfeld dll

c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan

ini diantaranya :

1) Penyakit cerebro kardiofaskuler

2) penyakit- penyakit metabolik

3) Gangguan nutrisi

4) Akibat intoksikasi menahun

5) Hidrosefalus komunikans

ACER
Highlight
ACER
Highlight
ACER
Highlight
ACER
Highlight
ACER
Highlight
Page 2: Demensia Dengan Stadiumnya

Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian berat

sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari- hari dan aktivitas sosial. Kemunduran

kognitif pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran memori atau daya ingat

(pelupa). Demensia terutama yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer berkaitan erat

dengan usia lanjut. Penyakit alzheimer ini 60% menyebabkan kepikunan atau

demensia dan diperkirakan akan meningkat terus.

Gejala klasik penyakit demensia alzheimer adalah kehilangan memori (daya

ingat) yang terjadi secara bertahap, termasuk kesulitan menemukan atau menyebutkan

kata yang tepat, tidak mampu mengenali objek, lupa cara menggunakan benda biasa

dan sederhana, seperti pensil, lupa mematikan kompor, menutup jendela atau menutup

pintu, suasana hati dan kepribadian dapat berubah, agitasi, masalah dengan daya

ingat, dan membuat keputusan yang buruk dapat menimbulkan perilaku yang tidak

biasa.

Gejala ini sangat bervariasi dan bersifat individual. Gejala bertahap penyakit

alzheimer dapat terjadi dalam waktu yang berbeda- beda, bisa lebih cepat atau lebih

lambat. Gejala tersebut tidak selalu merupakan penyakit alzheimer, tetapi apabila

gejala tersebut berlangsung semakin sering dan nyata, perlu dipertimbangkan

kemungkinan penyakit alzheimer (Nugroho, 2008).

3. Kriteria derajat demensia

a. Ringan : Walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas

sosial, kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal

cukup dan penilaian umum yang baik.

b. Sedang :Hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat

suportivitas.

c. Berat :Aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak

berkesinambungan, inkoheren

4. Stadium demensia alzheimer

Penyakit demensia alzheimer menurut Nugroho (2008) dapat berlangsung dalam

tiga stadium yaitu stadium awal, stadium menengah, dan stadium lanjut.

Stadium awal atau demensia ringan ditandai dengan gejala yang sering diabaikan

dan disalahartikan sebagai usia lanjut atau sebagai bagian normal dari proses menua.

Umumnya klien menunjukkan gejala kesulitan dalam berbahasa, mengalami

kemunduran daya ingat secara bermakna, disorientasi waktu dan tempat, sering

ACER
Highlight
Page 3: Demensia Dengan Stadiumnya

tersesat ditempat yang biasa dikenal, kesulitan membuat keputusan, kehilangan

inisiatif dan motivasi, dan kehilangan minat dalam hobi dan agitasi.

Stadium menengah atau demensia sedang ditandai dengan proses penyakit

berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata. Pada stadium ini, klien mengalami

kesulitan melakukan aktivitas kehidupan sehari- hari dan menunjukkan gejala sangat

mudah lupa terutama untuk peristiwa yang baru dan nama orang, tidak dapat

mengelola kehidupan sendiri tanpa timbul masalah, sangat bergantung pada orang

lain, semakin sulit berbicara, membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri (ke toilet,

mandi dan berpakaian), dan terjadi perubahan perilaku, serta adanya gangguan

kepribadian.

Stadium lanjut atau demensia berat ditandai dengan ketidakmandirian dan inaktif

total, tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi personal), sukar memahami

dan menilai peristiwa, tidak mampu menemukan jalan di sekitar rumah sendiri,

kesulitan berjalan, mengalami inkontinensia (berkemih atau defekasi), menunjukkan

perilaku tidak wajar dimasyarakat, akhirnya bergantung dikursi roda atau tempat

tidur.

5. Penyebab demensia alzheimer

Penyebab demensia alzheimer masih belum diketahui secara pasti, tetapi ada

beberapa teori menjelaskan kemungkinan adanya faktor genetik, radikal bebas, toksin

amiloid, pengaruh logam alumunium, dan akibat infeksi virus.

Semakin dini penyakit demensia alzheimer dikenali, semakin baik hasil

penanganannya daripada penyakit yang sudah lanjut. Penyakit alzheimer muncul

sebagai gejala perubahan perilaku, kognisi, dan perubahan aktivitas hidup sehari- hari

sehingga anggota keluarga dan orang terdekat yang mengenali perubahan tersebut.

Faktor predisposisi dan resiko dari penyakit ini adalah usia, riwayat penyakit

alzheimer (keturunan), kelamin, pendidikan. Faktor resiko yang kemungkinan juga

berpengaruh ialah adanya keluarga dengan sindrom Down, fertilitas yang kurang,

kandungan alumunium pada air minum, dan defisiensi kalsium.

6. Alat ukur demensia

Untuk mengetahui ada tidaknya demensia pada lansia digunakan tes Mini Mental

state Examination (tes mini mental) untuk mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan

intelektual.

Page 4: Demensia Dengan Stadiumnya

Orientasi Skor1. Sebutkan : tahun berapa sekarang

Musim apa (hujan/kemarau)

Tanggal

Bulan

2. Sebutkan dimana kita sekarang

Negara

Propinsi

Kota

Rumah sakit (paling dekat dengan

rumah)

Bagian rumah (sebutkan)

Registrasi

3. Pemeriksa menyebutkan 3 nama benda dengan

antara 1 detik waktu menyebut nama benda

tersebut (misalnya : buku, mangkok, payung).

Setelah selesai, suruh penderita menyebutnya.

Beri angka 1 tiap jawaban yang betul. Bila salah,

suruh mengulang sampai betul semua.

Perhatian dan Kalkulasi

4. Hitungan kurang 7. Misalnya : 100-7,

pendapatannya dikurangi lagi dengan 7, demikian

seterusnya sampai 5 jawaban. Jadi : ( 100 – 7 =

93 – 7 = 86 – 7 = 79; 72; 65 ). Beri angka 1 bagi

tiap jawaban yang betul. Tes 4 ini dapat diganti

dengan tes mengeja, yaitu mengeja mundur kata :

kartu (utrak ).

Mengingat kembali

5. Tanyakan nama benda yang telah disebutkan

pada pertanyaan nomor 3. beri angka 1 bagi tiap

jawaban yang betul.

Bahasa

6. Anda tunjuk pada pensil dan arloji. Suruh

penderita menyebutkan nama benda yang anda

tunjuk.

7. Suruh penderita mengulangi kalimat berikut :

“tanpa kalau, dan atau tetapi “.

8. Suruh penderita melakukan suruhan 3 tingkat

yaitu: Ambil kertas dengan tanganmu

lipat dua kertas itu

1 1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

13

1

3

5

3

5

2

1

3

Page 5: Demensia Dengan Stadiumnya

B. Lansia

1. Proses menua

a. Pengertian

Menua (menjadi tua atau aging) yaitu suatu proses menghilangnya secara

perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri

dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(Constantinides, 1994).

Proses menua merupakan proses yang terus- menerus (berlanjut) secara

alamiah, Dimulai sejak lahir dan pada umumnya dialami pada semua makhluk

hidup (Nugroho, 2000).

b. Teori proses menua

1. Teori Biologi

a. Teori Genetik

1) Teori genetic dan mutasi (somatic mutative theory)

Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam

tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses

penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram

secara genetic untuk spesies tertentu. Setiap species di dalam inti

selnya memiliki suatu jam genetic atau jam biologis sendiri dan setiap

spesies mempunyai batas usia yang berbeda- beda yang telah diputar

menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia

akan mati.

2) Teori mutasi somatik

Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat

pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses

transkipsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein

atau enzim. Kesalahan ini terjadi terus- menerus sehingga akhirnya

akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker

atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai

ACER
Highlight
Page 6: Demensia Dengan Stadiumnya

contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi

penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana, 1994; Constantinides,

1994 )

b. Teori Non- genetik

1) Teori penurunan system imun (auto-immune theory)

Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan

system imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi merusak

membran sel, akan menyebabkan system imun tidak mengenalinya

sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit

auto- imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989).

2) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)

Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh

karena adanya proses metabolisme atau proses metabolisme di dalam

mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang

tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan

sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang

menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh.

Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya

kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan

seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan,

radiasi, sinar ultra violet yang mrengakibatkan terjadinya perubahan

pigmen dan kolagen pada proses menua.

3) Teori menua akibat metabolisme

Telah dibuktikan dalam berbagai macam percobaan hewan, bahwa

pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan

dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang

menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Bahri dan Alen,

1989); Darmojo, 1999)

4) Teori rantai silang (cross link theory)

Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein,

karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat

kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan

perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya

Page 7: Demensia Dengan Stadiumnya

jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses

menua.

5) Teori fisiologis

Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik, Terdiri atas teori

oksidasi stres dan teori dipakai-aus (wear and tear theory). Disini

terjadi kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai

(regenerasi jaringan dan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan eksternal)

2. Teori Sosiologis

a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

1) Ketentuannya akan mengikatnya pada penurunan jumlah kegiatan

secara langsung, teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang

sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan

social.

2) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap

stabil dari usia pertengahan ke lansia.

3) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut

usia.

b. Kepribadian berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia, Teori

ini merupakan gabungan dari teori diatas, pada teori ini menyatakan bahwa

perubahan yang terjadi pada seorang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe

personality yang dimiliki.

c. Teori pembebasan (disengagement theory)

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran

individu dengan individu lainnya, Teori ini menyatakan bahwa dengan

bertambahnya usia, seseorang secara berangsur- angsur mulai melepaskan

diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya,

keadaan ini menyebabkan interaksi sosial lansia menurun.

2. Lansia

a. Pengertian lansia

Lansia adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas (Depsos, 1999).

Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas

(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999).

Page 8: Demensia Dengan Stadiumnya

b. Penggolongan lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi

4 yaitu usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, lanjut usia (elderly) 60 -74

tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90

tahun.

Menurut dokumen perkembangan lansia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan

oleh Departemen Sosial dalam rangka pencanangan hari lanjut usia nasional

tanggal 29 mei 1966 oleh presiden RI, batas umur lanjut usia adalah 60 tahun atau

lebih (Setiabudhi, 1999).

Dapat disimpulkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah

berumur 60 tahun ke atas.

c. Penyakit umum pada lanjut usia

Menurut The National Old People’s Council di Inggris, penyakit atau gangguan

umum pada lanjut usia ada 12 macam yaitu depresi mental, gangguan

pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkai atau sikap berjalan,

gangguan pada koksa atau sendi panggul, anemia, gangguan penglihatan, ansietas

atau kecemasan, dekompensasi kordis, diabetes melitus, osteomalasia, dan

hipotiroidisme, gangguan defekasi, termasuk demensia.

C. Dukungan Keluarga

1. Pengertian dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan

lingkungan sosialnya tersebut bersifat reprokasitas (timbal balik) (Friedman, 1998).

2. Fungsi dukungan keluarga

Caplan (1976) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki

beberapa fungsi dukungan yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian,

dukungan instrumental, dan dukungan emosional.

Dukungan informasional dalam keluarga memfungsikan keluarga berfungsi

sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia.

Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan

mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan

munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan

Page 9: Demensia Dengan Stadiumnya

aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah

nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

Dukungan penilaian dalam keluarga menjadikan keluarga bertindak sebagai

sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah,

sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan

support, penghargaan, perhatian.

Dukungan instrumental dalam suatu keluarga membuat keluarga dianggap

sebagai sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan

penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita

dari kelelahan.

Dukungan emosional dalam keluarga memiliki fungsi bahwa keluarga sebagai

tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu

penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi

dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,

mendengarkan dan didengarkan.

3. Sumber dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang

oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga

(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial

keluarga internal, seperti dukungan dari suami atau istri atau dukungan dari saudara

kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 1998).

4. Manfaat dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap

siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan

sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan

akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga

(Friedman, 1998).

Wills (1985) dalam Friedman (1998) menyimpulkan bahwa baik efek-efek

penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan)

dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat

dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari

Page 10: Demensia Dengan Stadiumnya

dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi

bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti

berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan

dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi (Ryan dan Austin

dalam Friedman, 1998).

5. Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat dari

hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara

kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang

berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari

keluarga yang besar.

Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga

dipengaruhi oleh usia. Menurut Friedman (1998), ibu yang masih muda cenderung

untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih

egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas

sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan

atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah,

suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam

keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang

tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan

keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.

D. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Demensia pada Lansia

Keluarga terdiri dari orang- orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah

dan ikatan adopsi. Para anggota keluarga biasanya hidup bersama- sama dalam satu

rumah tangga. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam

peran sosial keluarga. Di dalam sebuah keluarga terdiri dari anggota keluarga. Keluarga

inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak- anak mereka, keluarga besar terdiri dari keluarga inti

dan orang- orang yang berhubungan (oleh darah), yang paling lazim menjadi anggota

keluarga yaitu salah satu teman keluarga inti, berikut ini termasuk “sanak keluarga” yaitu

tante, paman, sepupu termasuk juga kakek nenek atau lansia. Kebanyakan dari lansia

senang tinggal di tengah- tengah keluarga. Para lansia masih merasa bahwa kehidupan

mereka sudah lengkap yaitu sebagai seorang kakek dan nenek. Bagi lanjut usia keluarga

Page 11: Demensia Dengan Stadiumnya

merupakan sumber kepuasan. Seorang lansia membutuhkan dukungan penuh dari

anggota keluarganya.

Dukungan keluarga yang diberikan untuk keluarga dengan lansia bermacam-

macam. Dukungan informasional keluarga memfungsikan keluarga sebagai pemberi

nasihat, usulan, saran dan petunjuk serta pemberian informasi. Dukungan penilaian

dalam keluarga menjadikan keluarga sebagai pemberi suport, penghargaan dan perhatian,

dukungan emosional memfungsikan keluarga sebagai tempat yang aman dan nyaman

untuk istirahat, dan dukungan instrumental meletakkan keluarga sebagai sumber

pertolongan praktis dan konkrit.

Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari

lingkungan termasuk keluarga. Keluarga harus senantiasa memberikan suasana aman,

tidak gaduh, dan membiarkan lansia untuk melakukan kegiatan dalam batas kemampuan

dan hobi yang dimilikinya. Keluarga juga harus dapat membangkitkan semangat dan

kreasi keluarga lanjut usia dalam mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa

keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya

termasuk demensia atau pikun. Gejala klasik dari demensia adalah kehilangan memori

atau daya ingat yang terjadi secara bertahap sehingga mengganggu aktivitas kehidupan

sehari- hari. Tingkatan demensia yang biasa terjadi sebagai suatu stadium awal ditandai

dengan gejala disorientasi orang, waktu dan tempat, kehilangan inisiatif dan motivasi.

Stadium menengah atau tingkat demensia sedang ditandai dengan gejala sulit melakukan

aktivitas sehari- hari dan menunjukkan gejala mudah lupa terutama untuk kejadian yang

baru saja terjadi. dan gejala yang paling terlihat untuk penderita demensia atau pikun

adalah ketika ditandai dengan ketidakmandirian dan inaktif total, tidak mengenali lagi

anggota keluarganya, sukar memahami dan menilai peristiwa.

Berbagai hal masih dapat disiasati agar kehidupan lanjut usia dengan demensia

tetap berjalan dengan baik. Dimulai dari keluarga terlebih dahulu. Keluarga diharapkan

selalu aktif dalam memberikan dukungan dan motivasi. Selalu aktif dalam memberikan

perawatan agar lanjut usia dapat tetap melakukan aktivitas sehari- hari secara mandiri

dengan aman. Berusaha untuk tetap tenang dan sabar menghadapi lanjut usia,

mencurahkan kasih sayang dan berusaha memahami apa yang dirasakan lanjut usia.

Dimulai dengan membuat catatan detail aktivitas sehari- hari, meletakkan barang selalu

pada tempatnya, dan memberikan petunjuk penggunaan pada setiap barang. Perlakukan

lanjut usia dengan demensia sebagaimana ketika usia lanjut tidak mengalami masalah

kesehatan. Bantu mereka dalam melakukan aktivitas sehari- hari yang lambat laun akan

Page 12: Demensia Dengan Stadiumnya

mengalami penurunan. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu

lansia tetap memiliki orientasi, Letakkan kalender yang besar, cahaya yang terang, jam

dinding dengan angka- angka yang besar atau radio juga bisa membantu lansia tetap

memiliki orientasi.

E. Kerangka Teori

Skema 2.1Sumber : (Friedman,1998 ; Nugroho, 1998 )

F. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Faktor- faktor yang mempengaruhi demensia :1. Umur2. Genetik atau

keturunan3. Jenis kelamin4. Pendidikan5. Keluarga dengan

sindrom Down6. Fertilitas yang

kurang7. Kandungan

alumunium pada air minum

8. Defisiensi kalsium

Tingkat demensia pada lansia

Dukungan keluarga :1. Dukungan informa-

sional2. Dukungan penilaian3. Dukungan instrument-

al4. Dukungan emosional

Dukungan keluarga1. Dukungan informa-

sional2. Dukungan penilaian3. Dukungan instru-

mental4. Dukungan emosional

Tingkat demensia pada lansia1. Demensia ringan 2. Demensia sedang3. Demensia berat

Page 13: Demensia Dengan Stadiumnya

G. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Variabel independen (bebas)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat demensia pada lansia

H. Hipotesis

Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat demensia pada

lansia di Kelurahan Ngijo Gunungpati Semarang.