depresi pada kehamilan edit fix

15
Jurnal Reading Depressed mood in pregnancy: Prevalence and correlates in two Cape Town peri-urban settlements Oleh : Yanti Manoy 130 141 01 0344 Masa KKM : 13 Oktober-9 November 2014 Supervisor Pembimbing : DR. Dr. Theresia M. D Kaunang Sp.KJ KAR (K) BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: yanti-manoy

Post on 08-Sep-2015

224 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

aa

TRANSCRIPT

Jurnal Reading

Depressed mood in pregnancy: Prevalence andcorrelates in two Cape Town peri-urbansettlements

Oleh :Yanti Manoy130 141 01 0344Masa KKM : 13 Oktober-9 November 2014

Supervisor Pembimbing :DR. Dr. Theresia M. D Kaunang Sp.KJ KAR (K)

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SAM RATULANGIMANADO2014

Depresi pada kehamilan : Prevalensi dankorelasi dalam dua pemukiman di pinggiran kota Cape Town.Latar Belakang: kecacatan yang berhubungan dengan depresi dan dampaknya terhadap kesehatan ibu dan anak memiliki implikasi yang penting bagi kebijakan kesehatan masyarakat. Meskipun depresi lazim terjadi paska-kelahiran, tidak ada prevalensi data tentang depresi pra-kelahiran di Afrika Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan korelasi-korelasi dari perasaan depresi pada kehamilan di pemukiman pinggiran kota Cape Town.

Metode: Laporan studi ini berdasarkan data yang dikumpulkan dari Philani Mentor Mothers Project (PMMP), sebuah proyek ujicoba berbasis komunitas masyarakat yang diambil secara acak namun terkontrol di pinggiran Cape Town, Afrika Selatan. Proyek ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keluarga untuk mencegah dan menangani penyakit yang berhubungan dengan HIV, TB, penggunaan alkohol dan kekurangan gizi pada ibu hamil dan janin mereka. Sebanyak 1062 peserta wanita hamil dari Khayelitsha dan Mfuleni, Cape Town. Alat ukur termasuk Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS), turunan AUDIT-C, indeks dukungan sosial berkaitan dengan pasangan dan orang tua, dan pertanyaan mengenai faktor sosiodemografi, kekerasan pada pasangan, dan kehamilan saat ini. Data dianalisis dengan menggunakan analisis dua-variabel diikuti oleh regresi logistik.

Hasil: Perasaan depresi dalam kehamilan dialami oleh 39% ibu. Perkiraan terkuat dari munculnya perasaan tertekan adalah kurangnya dukungan pasangan, kekerasan pada pasangan, memiliki pendapatan di bawah R2000 per bulan (R2000 kurang lebih setara dengan Rp. 2.000.000), dan usia muda. Kesimpulan: Tingginya prevalensi perasaan depresi pada kehamilan memerlukan evaluasi dan intervensi dini dalam pelayanan kesehatan dasar dan pengaturan pra-kelahiran untuk depresi. Efektivitas dan skalabilitas dari intervensi berbasis komunitas untuk ibu yang depresi harus dikembangkan untuk wanita hamil di pemukiman pinggiran kota.Kata Kunci: Depresi; Kehamilan; PrevalensiLatar BelakangDepresi adalah penyebab utama kecacatan di seluruh dunia.Meskipun depresi sudah umum diketahui mempunyai prevalensi yang tinggi dan korelasi dengan kemiskinan, data untuk negara yang penduduknya berpenghasilan rendah dan menengah (LAMI) sangat terbatas. Kesehatan mental diabaikan dalam kebijakan nasional di banyak negara LAMI, dan juga dari makna pentingnya kesehatan masyarakat akibat dari dampak antargenerasi pada bayi dan anak-anak sebagai akibat dari dampaknya terhadap beban penyakit dan kesehatan anak. Terlepas dari faktor pendapatan, depresi paska-kelahiran mempengaruhi buruknya perkembangan anak dan hubungan ibu-bayi. Dalam negara-negara LAMI, hal ini juga terkait dengan pertumbuhan anak-anak miskin; perkembangan mental yang rendah; resiko yang lebih tinggi pada bayi yang diare; depresi paska-melahirkan berhubungan dengan disabilitas pada ibu, yang mempengaruhi kapasitas ibu dalam memberikan perawatan untuk bayi mereka. Dalam negara-negara LAMI, di mana keadaan seperti kepadatan penduduk, ketidak-cukupan pangan dan sanitasi yang buruk merupakan hal yang umum, perawatan yang kurang optimal dari ibu memiliki efek yang merugikan bagi kesehatan anaknya.

Meskipun depresi pada kehamilan kurang terdokumentasi dibandingkan postpartum depresi, depresi pada kehamilan juga berhubungan dengan kehamilan yang tidak diinginkan. Depresi membuat ibu hamil memberikan perawatan prenatal yang tidak memadai, mengkonsumsi alcohol dan perkembangan berat badan yang buruk pada kehamilan: masing-masing dari faktor di atas akan mempengaruhi secara buruk janin yang belum lahir. Depresi pada kehamilan pada umumnya dikaitkan dengan kelahiran prematur spontan; pertumbuhan janin lambat; dengan perilaku depresi pada bayi; dan dengan peningkatan kejadian depresi pada bayi ketika mereka semakin besar.

Penelitian-penelitian yang lain tidak menemukan hubungan antara depresi selama kehamilan dan hasil obstetri yang merugikan, sementara tinjauan terbaru menunjukkan bahwa ibu yang depresi selama kehamilan beresiko melahirkan prematur dan melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah. Depresi selama kehamilan juga merupakan penyebab kuat postnatal depresi, dengan perempuan yang mengalami depresi selama kehamilan berisiko tinggi mengalami depresi selama periode postpartum. Penelitian dari Ethiopia telah menemukan Gangguan Mental Umum (CMD) pada kehamilan, yang ditandai dengan depresi, cemas, panik dan gejala non-mental, untuk dihubungkan dengan partus lama (lebih dari 24 jam), permualaan periode menyusui ASI yang tertunda, dan diare. Meskipun tingkat prevalensi untuk depresi postpartum di Afrika Selatan tinggi (34,7%), tidak ada data prevalensi pada depresi pra-kelahiran. Deteksi depresi pra-kelahiran adalah penting dalam kaitan bahwa itu adalah penyebab depresi paska-kelahiran dan bahwa hal itu dapat diobati dengan biaya yang efektif. Penelitian sekarang ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi perasaan depresi pada kehamilan di pemukiman pinggiran kota Cape Town, dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang tekait pada komunitas ini.

MetodeSampelLaporan studi ini berdasarkan data yang dikumpulkan dari Philani Mentor Mothers Project (PMMP), sebuah proyek uji coba berbasis komunitas masyarakat yang diambil secara acak namun terkontrol di pinggiran Cape Town, Afrika Selatan. Semua ibu hamil di 24 lingkungan masyarakat didekati untuk berpartisipasi dalam penelitian longitudinal tentang kesehatan keluarga. Jika tidak ada yang ditemukan di rumah selama kunjungan rekrutmen awal, perekrut akan terus untuk mengunjungi rumah tersebut sampai seseorang hadir untuk memastikan bahwa tidak ada ibu hamil yang terlewatkan. Penelitian ini menggunakan data dari 1062 peserta ibu hamil. Sampel dihasilkan oleh perekrut yang pergi dari pintu ke pintu di setiap lingkungan, memperkenalkan penelitian untuk semua rumah tangga, dan bertanya tentang kehamilan. Ketika seorang wanita hamil di atas usia 18 tahun ditemukan, ia diundang untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

InstrumenPerasaan tertekan ditentukan dengan instrument skrining yang umum dipakai, Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). EPDS telah divalidasi untuk digunakan dalam kehamilan baik di Negara-negara maju maupun di negara-negara LAMI. Skala terdiri dari 10 item berkaitan dengan karakteristik mood umum dari depresi yang dialami dalam sepekan terakhir. Dibutuhkan sekitar lima menit untuk menjalankan instrumen, dan setiap item dinilai dengan angka 0-3, sehingga skor total antara 0 dan 30, di mana skor yang lebih tinggi menunjukkan keadaan depresi yang lebih buruk. Penelitian telah mendukung validitas konstruk sebuah versi bahasa isiXhosa dari EPDS untuk digunakan di Afrika Selatan. The EPDS memiliki juga menunjukkan reliabilitas internal yang memuaskan sebuah cronbach koefisien alpha 0,89. Di Afrika Selatan, ada dua studi validasi EPDS dalam sampel komunitas. Yang pertama menemukan ambang optimal dari 11/12, atau 12 keatas, bagi ibu pada periode postnatal. Yang kedua (naskah dalam persiapan) menemukan bahwa ambang batas 13/14, atau 14 keatas, adalah optimal untuk mengklasifikasikan 'kemungkinan' kasus depresi. Penelitian ini menggunakan batas ini sebagai dasar untuk interpretasi.

Variabel sosio-demografi yang dikumpulkan termasuk usia ibu, pendapatan rumah tangga, paritas, pendidikan, status pernikahan, kekerasan dalam rumah tangga yang dialami pada tahun lalu (termasuk jenis kekerasan - mendorong / mendorong / saling dorang, ditampar / dipukul, penggunaan senjata), jika bayi itu direncanakan, dukungan dana dari ayah sang bayi, merokok selama kehamilan, dan dukungan social yang dirasakan (berkaitan dengan pasangan, serta ibu dan ayah dari sang ibu). Pertanyaan dukungan sosial berasal dari metode yang digunakan oleh Cooper et al. (1999). Penggunaan alkohol dinilai menggunakan Derived Alcohol Use Disorder Identification Test dari National Epidemiologic Survey on Alcohol and Related Conditions (Turunan AUDIT-C). Turunan AUDIT-C adalah kuesioner tiga-item berdasarkan 10-Item AUDIT yang original, yang telah digunakan secara luas untuk menilai penggunaan alkohol pada laki-laki dan perempuan di Cape Town, Afrika Selatan. Turunan AUDITC sangat berkorelasi dengan AUDIT yang original tetapi ada modifikasi pada tiga pertanyaan yang semata-mata berdasarkan pada item yang mencerminkan konsumsi alkohol. Alat ini dikembangkan untuk memenuhi tantangan singkatnya dan mudahnya pengurusan administrasi di klinik yang sibuk. Ketiga pertanyaan meliputi: (1) jumlah hari di mana alcohol dikonsumsi; (2) berapa gelas yang dihabiskan per hari; dan (3) apakah 5 gelas minuman keras atau lebih dihabiskan pada pesta minuman keras dalam satu hari. Pada penelitian ini, pertanyaan nomor 3 dimodifikasi menjadi apakah 4 gelas minuman keras atau lebih dihabiskan pada pesta minuman keras dalam satu hari. Pengakuan dari penggunaan alkohol pasca konsepsi mengklasifikasikan ibu sebagai peminum minuman keras selama kehamilan.ProsedurSemua wanita hamil diatas usia 18 dikumpulkan dari rumah mereka dan dibawa ke pusat penelitian yang terletak di Khayelitsha, Cape Town. Setelah diberi informasi singkat dan mendapatkan persetujuan mereka, peserta diwawancarai menggunakan kuesioner terstruktur yang sudah diprogram ke dalam ponsel. Pengumpul data, yang adalah wanita fasih berbahasa baik isiXhosa dan Inggris, membaca pertanyaan dari ponsel dan kemudian menjawab melalui ponsel. Penggunaan teknologi mobile dalam pengumpulan data memungkinkan logika sederhana dan berbagai validasi dapat dijalankan ketika pertanyaan ditanyakan, yang memberikan kontribusi untuk peningkatan kualitas data. Kerahasiaan juga dapat dimaksimalkan oleh teknologi mobile sebagai data yang dienkripsi, dan upload ke database pusat yang dilindungi oleh firewall segera sesudah penerimaan jaringan teridentifikasi. Sesudah data di-upload, maka secara otomatis dihapus dari ponsel. Setelah setiap wawancara, peserta diberi voucher makanan dengan nilai R80 (setara Rp. 80.000) sebagai insentif partisipasi, dan kemudian diantar pulang ke rumah masing-masing. Wawancara berlangsung rata-rata satu jam. Protokol untuk Penelitian ini telah disetujui oleh Etika Penelitian Kesehatan Komite Stellenbosch University (N08-08-218), dan Institutional Review Board di University of California di Los Angeles (G07-02-033).

Analisis statistikAnalisis data dilakukan dengan menggunakan versi perangkat lunak SAS 9.2 (SAS Institute Inc, Cary, NC, USA). Pertama-tama data deskriptif pada semua sampel diperiksa. Ibu hamil itu kemudian diklasifikasikan memiliki depresi atau tidak, jika mendapat skor yang lebih besar dari atau sama dengan 14 di EPDS. Perbandingan dua variabel kelompok dilakukan menggunakan analisis Chi-square untuk variabel kategori, dan Wilcoxon-Mann-Whitney tes untuk variabel kontinu karena ini tidak terdistribusi normal. Regresi logistik kemudian dilakukan termasuk variabel yang memiliki signifikan (p