deskripsi kemampuan siswa kelas viii smp dalam...
TRANSCRIPT
DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP DALAM MEMECAHKAN
MASALAH PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI
TAKSONOMI SOLO
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Kristen Satya Wacana
Oleh :
Ika Wahyu Astiyana
202013062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP
DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI
ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO
Ika Wahyu Astiyana1, Novisita Ratu
2
Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Aritmatika sosial merupakan salah satu materi di SMP yang berkaitan dengan pemecahan masalah.
Pada kegiatan pembelajaran tersebut, kebanyakan guru selalu memberikan contoh bagaimana
memecahkan suatu masalah, dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berusaha
menemukan sendiri penyelesaiannya, padahal setiap siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah dengan cara yang berbeda-beda. Salah satu cara untuk mendeskripsikan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah yaitu dengan Taksonomi SOLO yang terdiri dari lima level yang
berbeda yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam memecahkan masalah
pada materi aritmatika sosial ditinjau dari Taksonomi SOLO. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga siswa kelas VIII SMP
Negeri 3 Salatiga yang masing-masing dikategorikan berdasarkan kemampuan matematika tinggi,
sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siswa berkemampuan matematika
tinggi, siswa hanya dapat mengerjakan sampai dengan level relasional. Pada siswa berkemampuan
matematika sedang, siswa hanya dapat mengerjakan sampai dengan level multistruktural saja. Dan
pada siswa berkemampuan matematika rendah, jawaban siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan
sehingga siswa berada pada level prastruktural. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka ruang
untuk penelitian selanjutnya tentang pemecahan masalah yang berkaitan dengan perbedaan
kemampuan matematika siswa yang berkaitan dengan Taksonomi SOLO.
Kata Kunci : Kemampuan matematika, pemecahan masalah, aritmatika sosial, taksonomi SOLO.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting
dalam dunia pendidikan. Tujuan utama dalam proses pembelajaran matematika adalah untuk
meningkatkan kemampuan matematis siswa (Suherman, 2008). National Council of Teachers
Mathematics (NCTM, 2000) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus
dimiliki siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan
koneksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan representasi. Kemampuan pemecahan
masalah adalah salah satu kompetensi yang harus dicapai siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran matematika (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Kemampuan memecahkan
masalah matematika akan diperoleh siswa dengan baik apabila dalam pembelajaran terjadi
komunikasi antara guru dan siswa atau antar siswa yang merangsang terciptanya partisipasi
(Winarti, 2011:2). Akan tetapi, guru dalam memberikan contoh bagaimana menyelesaikan
suatu masalah, kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berusaha menemukan
sendiri cara penyelesaiannya, sehingga siswa menjadi kurang kreatif dan akibatnya siswa
hanya mampu menyelesaikan suatu masalah bila telah diberikan contoh oleh guru
(Nurannisa, 2013).
Dalam menyelesaikan masalah matematika dibutuhkan proses berpikir. Menurut
Hudojo (dalam Suparni, 2001:29-30) seseorang dikatakan berpikir apabila orang itu
melakukan kegiatan seperti mengingat, mensimbolkan, memecahkan masalah, dan
menciptakan merupakan suatu proses untuk mencapai pengetahuan yang disebut dengan
kognitif. Pemecahan masalah adalah suatu proses kognitif dalam mencari solusi atau cara
penyelesaian yang tepat untuk mencapai tujuan (Santrock, 2010). Untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh
(Depdiknas, 2006:1). Dalam pembelajaran matematika, salah satu pokok bahasan yang terkait
dengan pemecahan masalah dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah
aritmatika sosial. Materi ini sebenarnya bukan merupakan materi baru bagi siswa SMP,
karena dasar-dasar materi tersebut telah dipelajari di tingkat SD. Aritmatika sosial merupakan
bagian dari matematika yang membahas tentang perhitungan keuangan dalam perdagangan
dan kehidupan sehari-hari beserta aspek-aspeknya. Materi aritmatika sosial lebih menekankan
pada kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika kontektual yang
menggambarkan kehidupan sehari-hari.
Biggs dan Collis (1982) menjelaskan bahwa tiap tahap kognitif terdapat respon yang
sama dan makin meningkat dari yang sederhana sampai yang abstrak. Teori mereka dikenal
dengan Structure of The Observed Learning Outcomes (SOLO) yaitu struktur dari hasil
belajar yang diamati. Taksonomi SOLO digunakan untuk mengklasifikasikan kemampuan
siswa dalam merespon suatu masalah menjadi lima level berbeda yaitu prastruktural,
unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Siswa pada level prastruktural
adalah level dimana siswa hanya memiliki sedikit sekali informasi yang tidak berhubungan
satu dengan yang lainnya dan tidak membentuk satu kesatuan konsep serta tidak memiliki
makna yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Level unistruktural adalah
tingkatan dimana siswa memiliki hubungan yang jelas dan cukup sederhana mengenai
keterkaitan satu konsep dengan konsep yang lainnya akan tetapi inti dari konsep ini belum
seberapa detail dipahami. Level multistruktural siswa sudah memahami beberapa hal atau
komponen dari materi jika melakukan pembelajaran tetapi belum tertata dengan baik dan rapi
sehingga masih terpisah satu dengan yang lainnya dan masih belum bisa terbentuk
pemahaman yang cukup baik. Tahapan ini dapat disimpulkan dengan pemahaman yang siswa
miliki kemampuan untuk merespon dengan baik tetapi respon yang diberikan belum tersusun
dan belum menemui hubungan yang tepat antara satu dengan yang lainnya. Level relasional
siswa dapat menghubungkan antara fakta dengan teori serta tindakan dan tujuan. Tahapan ini
dapat disimpulkan dengan kemampuan siswa untuk membandingkan, membedakan,
menjelaskan hubungan sebab akibat, menggabungkan, mengaplikasikan, dan
menghubungkan. Level abstrak diperluas siswa melakukan penghubungan tidak hanya
konsep yang didapat melainkan hubungan konsep diluar itu. Dapat disimpulkan dalam
tahapan ini siswa sudah menguasai materi dan memahami soal yang di berikan dengan sangat
baik sehingga siswa sudah mampu untuk merealisasikan ke konsep yang sudah ada.
Pada penelitian ini, penyusunan masing-masing level pertanyaan pada setiap soal
menggunakan kriteria soal berdasarkan Taksonomi SOLO yang dikemukakan oleh Collis
adalah sebagai berikut: 1) Pertanyaan Unistruktural adalah pertanyaan yang menggunakan
sebuah informasi yang jelas dan langsung dari soal, 2) Pertanyaan Multistruktural adalah
pertanyaan yang menggunakan dua informasi atau lebih dan terpisah yang termuat dalam
soal, 3) Pertanyaan Relasional adalah pertanyaan yang menggunakan suatu pemahaman
terpadu dari dua informasi atau lebih yang termuat dalam soal, 4) Pertanyaan Abstrak
diperluas adalah pertanyaan yang menggunakan prinsip umum yang abstrak atau hipotesis
yang diturunkan dari informasi dalam soal atau yang disarankan oleh informasi dalam soal.
Menurut Oktarina (2012) model taksonomi ini dipandang sangat menarik untuk
diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah, karena menuntut kemampuan peserta didik
memberikan beberapa alternatif jawaban atau penyelesaian serta mampu mengaitkan
beberapa jawaban atau penyelesaian tersebut. Taksonomi ini memberikan peluang pada
peserta didik untuk selalu berpikir alternatif (kemampuan pada level multistruktural),
membandingkan antara suatu alternatif dengan alternatif yang lain (kemampuan pada level
relasional), serta memberikan peluang pada peserta didik untuk mampu memberikan suatu
yang baru dan berbeda dari biasanya (kemampuan pada level extended abstract). Taksonomi
SOLO diaplikasi secara menarik dalam memberikan beberapa alternatif jawaban atau
penyelesaian yang berkaitan.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk mendeskripsikan
kemampuan siswa kelas VIII SMP di tinjau dari Taksonomi SOLO. Oleh karena itu, peneliti
melakukan penelitian dengan judul “Deskripsi Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Dalam
Memecahkan Masalah Pada Materi Aritmatika Sosial Ditinjau Dari Taksonomi Solo. Tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam memecahkan
masalah pada materi aritmatika sosial ditinjau dari taksonomi solo.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Melalui metode ini,
peneliti menggambarkan dan menganalisis secara detail mengenai pemecahan masalah siswa
dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial dengan perbedaan kemampuan matematika siswa
yang ditinjau dengan Taksonomi SOLO.
Subjek penelitian dalam penelitian ini siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga yang
sebelumnya telah mempelajari materi Aritmatika Sosial. Cara pengambilan subjek dilakukan
dengan memberikan lembar tes matematika tentang Aritmatika Sosial kepada semua siswa
SMP kelas VIII F yang berjumlah 26 siswa. Kemudian dari 26 siswa tadi dipilah kembali
untuk dikategorikan berdasarkan tinggi, sedang, dan rendah dimana pengkategorian tersebut
didasarkan pada hasil UAS dan kemudian dibuat rentang nilai dengan kriteria tinggi (81-
100), sedang (61-80), dan rendah (<60). Peneliti mengambil 3 subjek dimana 1 subjek
kategori tinggi, 1 subjek kategori sedang, dan 1 subjek kategori rendah. Instrumen yang
digunakan yaitu dengan pemberian lembar tes dan pedoman wawancara. Lembar tes sudah di
validasi oleh dosen dan guru mata pelajaran matematika kemudian dilakukan pilot untuk
menguji lembar tes tersebut sebelum soal tersebut digunakan sebagai penelitian. Data
penelitian berupa hasil jawaban tes siswa yang diteliti berdasarkan cara siswa mengerjakan
soal tersebut. Data penelitian yang berupa hasil jawaban siswa tadi dianalisis berdasarkan
level-level pada Taksonomi SOLO. Wawancara dilakukan kepada siswa yang memenuhi
kriteria dalam penelitian ini.
Tabel 1. Indikator Soal Tes Level Soal Tes
Unistruktural Andi membeli 5 lusin buku tulis dengan harga
Rp3.500,00 per buku. Kemudian Andi akan
menjual kembali buku tulis tersebut dan semua
laku terjual seharga Rp270.000,00
a. Berapa harga beli 2 buku tulis?
Multistruktural b. Berapa harga pembelian dari 5 lusin buku
tulis?
Relasional c. Tentukan apakah Andi mengalami untung
atau rugi dan berapa besarnya?
Abstrak di perluas d. Bila Andi menginginkan keuntungan
sebesar 40 %, berapakah keuntungan yang
diperoleh Andi?
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan hasil
pekerjaan siswa untuk memperoleh data yang berasal dari jawaban siswa. Peneliti meneliti
semua jawaban siswa yang merupakan data, kemudian peneliti menggunakan kategori tinggi,
sedang, dan rendah yang diambil dari hasil UAS siswa kemudian meneliti jawaban siswa
yang termasuk dalam kategori tersebut. Dan pada tahap terakhir dari hasil jawaban siswa tadi
dianalisis untuk dikategorikan berdasarkan level-level pada Taksonomi SOLO.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan tes dengan memberikan satu soal uraian yang bertingkat sesuai
dengan tingkatan pada Taksonomi SOLO dan diambil 3 siswa untuk dijadikan subjek dalam
penelitian ini, maka dilakukan analisis dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Nama Subjek Penelitian INISIAL Kategori Nilai UTS
AY Tinggi 91
RN Sedang 74
EK Rendah 55
1. Analisis Jawaban Siswa Kemampuan Tinggi
Subjek AY mengerjakan semua permasalah a sampai d. AY dikatakan sudah paham
tentang penyelesaian soal cerita pada materi aritmatika sosial, pada saat mengerjakan ia bisa
dan menuliskan jawabannya sesuai dengan yang ditanyakan di soal. Hal itu terlihat dari hasil
wawancara penulis dengan AY.
P : “Ayu, kemarin kamu sudah mengerjakan soal ini kan? Tapi sebelum kita
membahas soal ini, miss ika mau tanya dulu sama kamu. Kamu paham tidak
materi aritmatika sosial itu?”
AY : Yaa paham miss kayak jual beli gitu
Selain itu, AY dalam mengerjakan soal runtut dan jelas hal itu terlihat dari jawaban
AY pada saat mengerjakan soal. Selain itu pada saat ditanya AY membaca soal berapa kali,
dia menjawab “1 kali” dan pada saat ditanya sudah paham, ia menjawab “sudah”.
a. Level Unistruktural
Pada permasalahan a, AY diminta untuk menentukan harga beli dalam soal. AY
menuliskan harga beli per buku yaitu RP3.500,00 kemudian dikalikan dengan 2 karena
pertanyaan dalam soal menentukan harga beli 2 buku tulis. Hal itu terlihat dalam jawaban AY
pada saat mengerjakan dan diperjelas dengan hasil wawancara penulis dengan AY.
Gambar 1. Jawaban Subjek AY pada Level Unistruktural
P : Lalu yang soal nomor 1a maksutnya bagaimana?(sambil menunjuk soal 1a)
AY : Menentukan harga beli dua buku tulis miss
P : Apakah Ayu mengetahui informasi langsung dari soal untuk menjawab
nomor 1a?
AY : Tau, kan sudah diketahui ini di dalam soal harga beli buku tulis nya
Rp3.500,00 terus yang ditanya kan harga beli dua buku tulis, jadi kan
Rp3.500,00 dikali 2.
b. Level Multistruktural
Pada permasalahan b, AY paham maksud dari perintah tersebut. hal itu diperjelas
dengan hasil wawancara penulis dengan AY.
Gambar 2. Jawaban Subjek AY pada Level Multistruktural
P : Oke, sekarang yang 1b maksutnya apa?
AY : Berapa harga pembelian 5 lusin buku tulis tersebut
P : Berarti langkah mengerjakannya gimana?
AY : 5 lusin diubah dulu to miss , 1 lusin kan 12 kalau 5 lusin kan jadinya 12
dikali 5 sama dengan 60 buku
P : Setelah mengetahui jumlah per buku terus gimana ?
AY : Kan tadi harga pembelian nya per buku Rp3.500,00 laku dikalikan 60 gitu
P : Informasi apa yang Ayu dapat dari soal untuk menjawab soal ini?
AY : emmmmm(sambil berpikir) Harus tau jumlah 5 lusin itu
berapa terus harga beli per buku Rp3.500,00
Dari hasil petikan wawancara penulis dengan AY terlihat bahwa AY paham maksud
dari apa yang ditanyakan pada permasalahan b dan dia juga dapat menjelaskan alasan kenapa
jawaban dia bisa seperti itu.
c. Level Relasional
Pada permasalahan ke-3 (c), AY diminta untuk menentukan besarnya untung atau rugi
dari soal . AY menuliskan jawabannya dengan runtut dan dia juga dapat menjelaskan hasil
dari pekerjaannya. Hal itu terlihat dari hasil wawancara penulis terhadap AY.
Gambar 3. Jawaban Subjek AY pada Level Relasional
P : Sekarang yang c, kamu carinya gimana?
AY : Menentukan untung atau rugi miss
P : La ini 210.000 dan 270.000 dapat nya dari mana? (sambil menunjuk
jawaban subjek)
AY : 210.000 itu harga beli nya dari jawaban yang b , kalau 270.000 harga jualnya
kan di soal sudah diketahui.
P : Jadi soal c ada kaitannya dengan soal sebelumnya?
AY : Ada miss, kan harga beli berdasarkan jawaban dari soal yang b tadi.
P : “Lalu kenapa Ayu menuliskan Harga jual dikurangi harga beli?”(sambil
menunjuk jawaban subjek)”
AY : Kan harga jual nya lebih besar dari harga beli jadinya untung sebesar
Rp60.000,00
AY menuliskan hasil akhirnya dari permasalahan soal c dengan menjawab untung
sebesar Rp60.000,00.
d. Level Abstrak diperluas
Pada permasalahan d, AY diminta untuk menentukan keinginan besarnya untung 40%
sesuai dengan informasi sebelumnya (hasil jawaban permasalahan c) . Kemudian pada saat
ditanya apakah ada kaitanya permasalahan c dan d, AY menjawab “ada”, dan pada saat
diminta menjelaskan, AY mau menjelaskan alasannya tersebut. Hal ini diperkuat dengan
hasil wawancara penulis dengan AY.
Gambar 4. Jawaban Subjek AY pada Level Abstrak diperluas
P : Yang soal c dan d, apakah ada kaitannya?
AY : Ada, Kalau yang d ditanyakan besarnya untung 40%, terus jawaban c kan
sudah tau harga jual nya Rp270.000,00 . jadi 40% dikalikan Rp270.000,00
miss
P : Berarti berapa hasilnya?
AY : Rp108.000,00
AY dapat menyimpulkan hasil akhir dari pekerjaannya walaupun tidak sesuai dengan
yang diharapkan.
2. Analisis Jawaban Siswa Kemampuan Sedang
Subjek RN mengerjakan semua permasalahan dari soal a sampai d. Subjek RN bisa
dikatakan sedikit paham , hal itu terlihat dalam wawancara berikut ini :
P : Kemarin kan kamu udah mengerjakan ini, sekarang saya ingin tanya , kamu
paham gak materi aritmatika sosial?
RN : Ya paham tapi lupa, hehehe
RN menuliskan jawabannya dengan runtut sesuai dengan maksud dari masing-masing
permasalahan. Hal itu terlihat dari jawaban RN pada saat mengerjakan soal.
a. Level Unistruktural
Pada saat ditanya tentang berapa kali RN membaca soal dia menjawab ”3 kali” dan saat
penulis bertanya tentang maksud dari permasalahan a, dia menjawab dengan benar dan dia
paham maksud dari permasalahan a, hal ini di tunjukan dengan wawancara :
Gambar 5. Jawaban Subjek RN pada Level Unistruktural
RN : Maksudnya yang a kan mencari harga 2 buku tulis saja, kalau yang b disuruh
mencari harga 5 lusin buku
P : Apakah Ninda mengetahui informasi langsung dari soal untuk menjawab
soal ini?
RN : Tau, harga per buku kan Rp3.500,00 terus ditanya nya kan harga 2 buku tulis
jadi ya dikalikan 2 miss
P : Berarti berapa hasilnya?
RN : Rp7.000,00
b. Level Multistruktural
Pada saat penulis menanyakan kepada RN tentang maksud dari permasalahan kedua,
RN dapat menjawab dengan lancar dan dapat menuliskan jawabannya sesuai dengan perintah
yang diberikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dan jawaban RN pada saat
mengerjakan
Gambar 6. Jawaban Subjek RN pada Level Multistruktural
P : Kalau yang 1b kamu paham tidak maksudnya?
RN : Mencari harga pembelian 5 lusin buku tulis miss
P : Langkah kamu mengerjakan bagaimana?
RN : 1 lusin itu kan 12 to miss, la ini yang ditanya kan 5 lusin berarti kan 5
dikalikan dengan 12 sama dengan 60 terus dikalikan Rp3,500,00 hasilnya
Rp210.000,00
P : Informasi apa yang Ninda dapatkan untuk dapat menyelesaikan soal ini?
RN : Mengubah 1 lusin dulu terus dikali 5
Dari wawancara tersebut terlihat bahwa RN paham maksud dari soal yang diberikan dan dia
mampu menerapkan informasi sebelumnya untuk menyelesaikan permasalah b.
c. Level Relasional
Pada permasalahan c, RN diminta untuk mencari besarnya untung atau rugi dari soal.
RN menggunakan cara lain untuk menentukan untung atau rugi. Dalam membaca soal RN
terlihat tidak paham apa maksudnya dan terlihat bingung. Selain itu, dia juga masih belum
yakin dengan apa yang ia tulis. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan RN.
Gambar 7 : Jawaban Subjek RN pada Level Relasional
P : Oke, yang c ini maksutnya bagaimana?
RN : Emmm (sambil berpikir) mencari harga jual dulu ya miss?
P : Gimana caranya? Kok ini bisa menuliskan 270.000 dibagi 60 kenapa ?
(sambil menunjuk jawaban dari subjek)
RN : Kan harga jual nya 270.000 terus dibagi 60 kan beli nya tadi 5 lusin
hasilnya ketemu 4.200 miss
P : Ada tidak kaitannya soal yang c dengan soal yang sebelumnya?
RN : Ada, kan sudah diketahui tadi harga jual Rp270.000,00 terus saya bagi 60
karena belinya 6 lusin
P : Terus untung atau rugi? Berapa besarnya?
RN : Ya untung miss, kan harga jual nya lebih besar dari harga belinya. Jadi 4200
dikurangi dengan 3500 kan jadi untung nya sebesar Rp700,00
d. Level Abstrak diperluas
Pada permasalahan d, RN diminta untuk mencari keinginan besarnya untung 40%. Dia
menuliskan jawabannya dan kurang teliti dalam menghitung dan menyebabkan jawabannya
tidak sesuai dengan yang diharapkan. RN juga tidak yakin dengan jawabannya karena dia
tidak bisa mengerjakan permasalahan sebelumnya (c) Hal itu dibuktikan dengan wawancara
terhadap RN.
Gambar 8. Jawaban Subjek RN pada Level Abstrak diperluas
P : Terus kalau perintah ini kan disuruh cari besarnya untung 40%, kamu carinya
gimana?
RN : (sambil berpikir dan senyum-senyum) sebentar miss saya agak lupa
P : Terus seinget kamu carinya gimana?
RN : Carinya, 40% dikalikan 270.000 karena sudah diketahui di soalnya tadi kan
270.000 to, terus dicoret-coret gini miss(sambil menunjuk jawabannya sendiri)
P : Lalu besarnya keuntungan yang diinginkan Dina berapa?
RN : Ini miss, jadi Dina ingin untung Rp18.000,00
P : Kamu yakin tidak dengan jawaban ini?
RN : Enggak yakin karena cari yang c kayaknya salah dehh miss
P : Ada cara yang lain gak kira-kira?
RN : Gak ada miss
RN kurang teliti dalam membaca soal sehingga menyebabkan dia salah dalam
memahami soal dan kurang tepat dalam menuliskan hasil akhirnya.
3. Analisis Kemampuan Siswa Kategori Rendah
Subjek EK mengerjakan semua permasalahan dari soal a sampai d. Subjek EK masih
dikatakan belum paham , hal itu terlihat dalam wawancara berikut ini :
P : Kemarin kan kamu udah mengerjakan ini, sekarang saya ingin tanya , kamu
paham gak materi aritmatika sosial?
EK : Ya paham tapi lupa, hehehe
EK menuliskan jawabannya dengan runtut namun EK masih bingung dan kurang
paham maksud dari masing-masing permasalahan soal. Hal itu terlihat dari jawaban EK pada
saat mengerjakan soal. Selain itu saat ditanya EK membaca soal berapa kali, dia menjawab
“lebih dari 5 kali”.
a. Level Unistruktural
Pada permasalahan a, EK diminta untuk menentukan harga pembelian 2 buku tulis,
namun EK tidak mengetahui informasi langsung dari soal untuk menentukan jawaban akhir,
sehingga dalam menuliskan jawaban EK belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal itu
diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan EK
Gambar 9. Jawaban Subjek EK pada Level Unistruktural
P : Langkah-langkah untuk mengerjakan soal ini bagaimana?
EK : Kan 1 lusin sama dengan 12 terus dikali 5 sama dengan 60. Terus Rp3.500,00
dikali 60 sama dengan Rp210.000,00 dikurangkan dengan Rp270.000,00 jadi
ketemu 60.000,00 terus dibagi 60 jadinya Rp1000,00
P : Jadi Rp1000,00 itu harga beli per buku?
EK : Bukan miss, kan tadi yang pertama Rp3.500,00 ditambah dengan Rp1000,00
sama dengan Rp4500,00, jadi harga satu buku tulis itu Rp4500,00. Kalau 2
buku jadi Rp4500 dikali 2 sama dengan Rp9.000,00
b. Level Multistruktural
Pada permasalahan b, EK diminta untuk menentukan harga beli buku tulis seluruhnya.
EK menuliskan harga perbuku Rp4500,00 dikalikan dengan 60 sama dengan Rp270.000,00
kemudian EK menuliskan lagi Rp4500,00 dikalikan dengan 12 sama dengan Rp54.000,00
dan kemudian dijumlahkan. Tetapi pada saat ditanya maksud dari permasalahan b, dia
menjawab masih ragu dengan hasil jawabannya. Kemudian pada saat ditanya lagi mengenai
hasil yang dia tulis pada lembar penyelesaiannya (Rp324.000,00), dia menjawab kalau itu
harga pembelian 5 lusin buku tulis. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan
EK.
Gambar 10. Jawaban Subjek EK pada Level Multistruktural
P : Soal 1b maksutnya gimana?
EK : Menentukan harga pembelian 5 lusin buku tulis
P : Lalu langkah-langkah mengerjakannya bagaimana?
EK : 1 lusin kan 12 terus dikali 5 sama dengan 60 dikali dengan harga beli
Rp4500,00 jadi ketemu Rp270.000,00.
P : Soal b ini Eka paham tidak maksudmya bagaimana?
EK : Saya lupa miss
P : Coba diingat-ingat lagi bagaimana penyelesaiannya.
EK : 1 lusin sama dengan 12 dikali Rp4500,00 sama dengan Rp54.000,00 terus
ditambahkan Rp270.000,00 jadi ketemunya harga beli 5 lusin itu
Rp324.000,00
P : Informasi apa yang Eka peroleh untuk dapat menyelesaikan permasalahan ini?
EK : Mengubah 1 lusin sama dengan 12 dulu terus dikali 5.
c. Level Relasional
Pada permasalahan c, EK diminta untuk menentukan untung atau rugi dan berapa
besarnya. EK mengerjakan dengan menuliskan dahulu harga beli dan harga jual kemudian
dikurangkan sehingga mengetahui besarnya kerugian, hal ini diperkuat dengan hasil
wawancara penulis dengan EK.
P : Kalau yang c perintah soalnya bagaimana?
FE : Menentukan untung atau rugi dan berapa besarnya
P : Caranya gimana?
FE : Jadi harga beli nya Rp 324.000,00 dan ini harga jual nya Rp270.000,00 jadi
rugi ini miss
P : Kenapa bisa menyimpulkan kalau itu rugi?
FE : Ya karena harga belinya lebih besar terus harga jual nya sedikit jadikan
mengalami rugi
P : Terus besarnya kerugian yang dialami berapa?
FE : Rp324.000,00 dikurangi Rp270.000,00 hasilnya Rp54.000,00
P : Apakah ada kaitannya dengan soal a dan b tadi?
FE : Ada (sambil berpikir) sudah tau harganya dijawaban b Rp270.000,00
Gambar 11. Jawaban Subjek EK pada Level Relasional
Pada saat mengerjakan, EK tidak begitu yakin dalam menjawab, namun EK bisa
menjelaskan mengapa jawaban nya bisa seperti itu. Hal itu diperkuat dengan hasil jawaban
FE pada saat mengerjakan.
d. Level Abstrak diperluas
Gambar 12. Jawaban Subjek EK pada Level Abstrak diperluas
Pada permasalahan d, EK diminta untuk menentukan besarnya keinginan untung sekian
persen dan permasalahan ini masih ada kaitannya dengan permasalahan sebelumnya tetapi
pada saat ditanya apakah ada hubungannya soal c dan d, EK menjawab “ada” dan pada saat
dikonfirmasi ulang, EK menjawab “tidak yakin”. EK masih sering ragu-ragu dalam
menjawab dan tidak percaya diri dengan jawaban yang dia tuliskan. Hal itu diperkuat dengan
hasil wawancara penulis dengan EK.
P : Sekarang coba liat soal c dan d, apakah ada kaitannya?
EK : Ada
P : Terus kalau perintah ini kan disuruh cari besarnya untung 40%, kamu carinya
gimana
EK : (sambil berpikir) kayaknya ini salah
P : Kenapa bisa bilang ini salah? Coba di ingat-ingat kembali caranya
bagaimana?
EK : Caranya 270.000 dikali 40 terus dibagi 100 kan bisa dicoret-coret miss tingal
2700 dikali 40 sama dengan Rp108.000,00
P : Sudah yakin dengan jawaban ini?
EK : Kayaknya salah ini miss (ragu-ragu dalam menjawab)
4. Analisis Jawaban Siswa Menggunakan Taksonomi SOLO
4.1 Siswa Kategori Tinggi
Berdasarkan pekerjaan subjek diketahui bahwa subjek AY dapat menuliskan semua
jawaban yang ditanyakan dalam soal. AY dapat memenuhi indikator tingkat prastruktural
karena mampu mengerjakan soal yang diberikan dengan tepat. Pada permasalahan a (Level
Unistruktural) sampai d walaupun pada saat diwawancara AY mengaku ada bagian yang
lupa. Tapi kenyataannya dalam hal ini AY dapat menuliskan jawaban dengan benar. Hal itu
dibuktikan dengan jawaban AY pada saat mengerjakan permasalahan a. AY menuliskan
jawabannya sesuai dengan konteks soal yaitu menentukan harga beli 2 buku tulis. Hal ini
berarti AY dapat memenuhi indikator tingkat unistruktural yaitu dapat menggunakan sebuah
informasi yang tersedia dalam soal untuk mendapatkan penyelesaiannya.
Pada permasalahan b (Level Multistruktural), AY diminta untuk menentukan harga
keseluruhan dari pembelian 5 lusin buku tulis dan AY dapat menuliskan hasil jawabannya
dengan tepat dan pada saat wawancara AY juga dapat menjelaskan jawabannya dengan baik.
Sehingga dapat dikatakan AY mencapai tingkat multistruktural karena dapat memenuhi
indikator yang terdapat pada tingkat multistruktural yaitu dia dapat menggunakan lebih dari
satu informasi untuk mendapatkan penyelesaian yaitu dengan cara dia menghitung jumlah
semua buku dan kemudian dikalikan dengan harga per buku.
Pada permasalahan c (Level Relasional), AY diminta untuk menentukan untung atau
rugi dan berapa besarnya dan terbukti AY dapat menentukan keuntungan dan menghitung
besarnya untung tersebut dan AY dapat menjelaskan cara yang dia pakai dan hal ini
diperjelas dengan wawancara terhadap AY, sehingga AY dapat menentukan besarnya untung
atau rugi. Dapat dikatakan AY dapat memenuhi indikator relasional yaitu dapat
menghubungkan berbagai informasi untuk mendapatkan jawaban sehingga dapat menarik
suatu kesimpulan yang relevan. Hal itu terlihat karena dia dapat menghubungkan informasi
awal yang berupa banyaknya jumlah buku per lusin dan harga pembelian semua buku tulis
untuk menentukan jawaban pada permasalahan c yaitu menentukan untung atau rugi dan
menghitung besarnya untung atau rugi. .
Pada permasalahan d (Level Abstrak di Perluas), AY diminta untuk menghitung
besarnya keuntungan yang diketahui dalam soal dan AY tidak dapat menentukan besarnya
keuntungan yang diinginkan karena dia salah dalam perhitungan dan kurang memahami
maksut dari soal. Sehingga didapatkan suatu kesimpulan bahwa AY tidak dapat memenuhi
indikator abstrak di perluas karena subjek tidak dapat menghubungkan konsep diluar itu
sehingga tidak didapat suatu kesimpulan yang tepat.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek berkemampuan matematika tinggi (AY)
dalam memecahkan masalah aritmatika berdasarkan taksomomi solo hanya mampu mencapai
Level unistruktural sampai level relasional.
4.2 Siswa Kategori Sedang
Berdasarkan pekerjaan subjek diketahui bahwa subjek RN dapat menuliskan semua
jawaban yang ditanyakan dalam soal. RN dapat memenuhi indikator tingkat prastruktural
karena mampu mengerjakan soal yang diberikan dengan tepat. Pada permasalahan a (Level
Unistruktural) sampai d walaupun pada saat diwawancara RN mengaku ada bagian yang
lupa. Tapi kenyataannya dalam hal ini RN dapat menuliskan jawaban dan mampu
menjelaskan mengapa jawabannya bisa seperti itu. Hal itu dibuktikan dengan jawaban RN
pada saat mengerjakan permasalahan a. RN menuliskan jawabannya sesuai dengan konteks
soal yaitu menentukan harga beli 2 buku tulis. Hal ini berarti RN dapat memenuhi indikator
tingkat unistruktural yaitu dapat menggunakan sebuah informasi yang tersedia dalam soal
untuk mendapatkan penyelesaiannya.
Pada permasalahan b (Level Multistruktural), RN diminta untuk menentukan harga
keseluruhan dari pembelian 5 lusin buku tulis dan RN dapat menuliskan hasil jawabannya
dengan tepat. Sehingga dapat dikatakan RN mampu mencapai tingkat multistruktural karena
dapat memenuhi indikator yang terdapat pada tingkat multistruktural yaitu dia dapat
menggunakan lebih dari satu informasi untuk mendapatkan penyelesaian yaitu dengan cara
dia menghitung jumlah semua buku dan kemudian dikalikan dengan harga per buku.
Pada permasalahan c (Level Relasional), RN diminta untuk menentukan untung atau
rugi dan berapa besarnya namun pada saat wawancara dengan RN dia merasa tidak yakin
dengan jawabannya dan dia juga bisa menjelaskan mengapa menuliskan jawaban seperti itu.
RN belum mampu menghubungkan pada permasalahan soal sebelumnya dan kurang tepat
menuliskan kesimpulan. Dapat dikatakan RN belum mampu memenuhi indikator relasional
yaitu dapat menghubungkan berbagai informasi untuk mendapatkan jawaban sehingga dapat
menarik suatu kesimpulan yang relevan.
Pada permasalahan d (Level Abstrak Diperluas), RN kurang teliti dalam membaca soal
dan perintah permasalahan d, dimana RN diminta untuk menentukan besarnya keuntungan
yang diinginkan namun RN masih kurang teliti dan kurang cermat dalam perhitungan,
sehingga jawaban RN tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dapat dikatakan RN belum
mampu memenuhi indikator tingkat abstrak di perluas
Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek berkemampuan matematika sedang (RN)
dalam memecahkan masalah aritmatika berdasarkan taksomomi solo hanya mampu mencapai
Level unistruktural sampai level multistruktural.
4.3 Siswa Kategori Rendah
Pada permasalahan a (Level Unistruktural), EK diminta untuk menentukan harga beli 2
buku tulis. EK menuliskan jawabannya namun dia tidak menggunakan informasi langsung
dari soal untuk meperoleh jawaban akhir, sehingga menyebabkan jawabannya EK tidak
sesuai yang diharapkan. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal tingkat
unistruktural yaitu menggunakan sebuah informasi yang tersedia dalam soal untuk
mendapatkan penyelesaian.
Pada permasalahan b (Level Multistruktural), EK diminta menentukan harga
keseluruhan buku tulis. EK tidak dapat menggunakan dua informasi dari soal sehingga
jawaban yang dia tuliskan menjadi kurang tepat. Dapat dikatakan EK belum mampu
memenuhi indikator soal tingkat multistruktural karena belum mampu menggunakan
informasi dalam soal untuk dapat memecahkan masalah.
Pada permasalahan c (Level Relasional), EK diminta menentukan harga keseluruhan
buku tulis. EK menuliskan jawabannya harga beli dan harga jual kemudian menarik
kesimpulan. EK dapat berpikir dengan menggunakan dua penggal informasi atau lebih dari
soal yang diberikan tetapi tidak dapat menghubungkan informasi-informasi tersebut karena
tidak menghitung harga beli dengan benar. Sehingga, kesimpulan yang EK tuliskan belum
sesuai dengan yang diharapkan. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal
tingkat relasional karena belum mampu menghubungkan informasi-informasi dan kesimpulan
tidak relevan.
Pada permasalahan d (Level Abstrak diperluas), EK diminta untuk menghitung
besarnya keuntungan sekian persen. EK tidak dapat menghubungkan informasi-informasi dari
soal dengan benar karena tidak menghitung dulu harga pembelian tetapi langsung dikalikan
dengan harga penjualan, sehingga jawaban yang EK tuliskan belum sesuai dengan yang
diharapkan. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal tingkat abstrak
diperluas karena belum mampu berpikir secara konseptual.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek berkemampuan matematika rendah (EK)
dalam memecahkan masalah aritmatika sosial berdasarkan taksomomi solo tidak ada yang
sesuai dengan indikator soal pada taksonomi solo sehingga subjek hanya berada pada level
prastruktural karena jawaban subjek tidak sesuai dengan yang diharapkan.
PENUTUP
Berdasarkan tujuan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan peneliti mengenai
kemampuan matematika siswa dalam memecahkan masalah di kelas VIII SMP ditinjau dari
taksonomi SOLO, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi
Dari keterpenuhan indikator level kemampuan taksonomi SOLO siswa
berkemampuan matematika tinggi dalam memecahkan masalah aritmatika sosial pada
saat mengerjakan siswa hanya dapat memenuhi indikator level unistruktural, level
multistruktural, dan level relasional, maka dapat disimpulkan bahwa siswa
berkemampuan matematika tinggi mampu mengerjakan sampai dengan level relasional.
2. Siswa Berkemampuan Matematika Sedang
Dari keterpenuhan indikator level kemampuan taksonomi SOLO siswa berkemampuan
matematika sedang dalam memecahkan masalah aritmatika sosial pada saat mengerjakan
siswa hanya dapat memenuhi indikator level unistruktural dan level multistruktural, maka
dapat disimpulkan bahwa siswa berkemampuan matematika sedang hanya mampu
mengerjakan sampai dengan level multistruktural saja.
3. Siswa Berkemampuan Matematika Rendah
Dari keterpenuhan indikator level kemampuan taksonomi SOLO siswa berkemampuan
matematika rendah dalam memecahkan masalah aritmatika sosial pada saat mengerjakan
siswa tidak sesuai dengan indikator soal pada level Taksonomi SOLO sehingga
menyebabkan jawabannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka dapat disimpulkan
bahwa siswa berkemampuan matematika rendah berada pada level prastruktural.
SARAN
Berdasarkan penelitian mengenai deskripsi kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam
memecahkan masalah pada materi aritmatika sosial ditinjau dari Taksonomi SOLO, maka
didapatkan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada peneliti selanjutnya, disarankan jika ada satu atau lebih subjek yang belum
memenuhi tingkatan level berdasarkan Taksonomi SOLO agar bertanya kepada subjek
tersebut agar benar-benar dapat mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa.
2. Kepada guru, disarankan untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa dengan memperbanyak latihan mengerjakan soal-soal pemecahan masalah yang
berhubungan dengan soal uraian sehingga bisa meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa.
3. Kriteria pertanyaan dalam tes pemecahan masalah lebih runtut sesuai dengan tingkat
pertanyaan berdasarkan taksonomi SOLO yaitu unistruktural, multistruktural, relasional,
dan abstrak yang diperluas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: RINEKA CIPTA
Biggs J. And Collis, K.F. 1982. Evaluating the Quality of Learning. The SOLO Taxonomy.
New York:Academic Press.
Biggs, J. 2011. Biggs’Structure of The Observed Learning Outcome (SOLO) Taxonomy.
http://ebookbrowse.com/biggs-solo-pdf-d2294438393 diakses pada tanggal 20 Agustus
2016 pukul 10.00 WIB
Depdiknas.2006. Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia tentang standar
isi dan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
(Permen No.22 tahun 2006). Jakarta : Depdiknas
Fitra Rizki, dkk. (2015). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan
Taksonomi SOLO pada Sub Pokok Bahasan Balok Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 7
Jember. 1(1). 2015: Artikel Ilmiah Mahasiswa. 1-7
Hasanah, 2009 :Taksonomi SOLO, tersedia dalam
https://hasanahworld.wordpress.com/tag/taksonomi-solo/ diakses Rabu, 26 Oktober
2016 Pukul 10.30 WIB
Hattie, J.A.C., & Brown, G.T.L. (2004) : Cognitive processes in asTTle: The SOLO
taxonomy. asTTle Technical Report, University of Auckland/Ministry of Education.
Miles, Matthew B.& A. Michael Huberman, (2009) Analisis Data Kualitatif, Jakarta : UI-
Press
NCTM.2000. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston. VA:
National Council of Teachers of Mathematics
Oktarina Puspita Wardani. (2012). Pengembangan Perangkat Evaluasi Berdasarkan
Taksonomi The Structure Of Observed Learning Outcome (SOLO) Pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Kompetensi Membaca Peserta Didik Kelas X SMA. 1(2),
2012: Universitas Negeri Semarang.
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sugiyono. (2012) : Memahami Penelitian Kualitatif (Cetakan Ketujuh). Bandung : Alfabeta.
Suherman, Erman. (2008) : Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :
JICA.UPI
Suparno, Paul. (2001) : Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Kanisius: Yogyakarta.
Winarti, Titi W. 2011. Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII
Berdasarkan Taksonomi SOLO Dilihat Dari Perbedaan Kemampuan Matematika dan
Perbedaan Gender. 2011 : Surabaya
DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP
DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI
ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO
Ika Wahyu Astiyana1, Novisita Ratu
2
Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Aritmatika sosial merupakan salah satu materi di SMP yang berkaitan dengan pemecahan masalah.
Pada kegiatan pembelajaran tersebut, kebanyakan guru selalu memberikan contoh bagaimana
memecahkan suatu masalah, dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berusaha
menemukan sendiri penyelesaiannya, padahal setiap siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah dengan cara yang berbeda-beda. Salah satu cara untuk mendeskripsikan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah yaitu dengan Taksonomi SOLO yang terdiri dari lima level yang
berbeda yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam memecahkan masalah
pada materi aritmatika sosial ditinjau dari Taksonomi SOLO. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga siswa kelas VIII SMP
Negeri 3 Salatiga yang masing-masing dikategorikan berdasarkan kemampuan matematika tinggi,
sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siswa berkemampuan matematika
tinggi, siswa hanya dapat mengerjakan sampai dengan level relasional. Pada siswa berkemampuan
matematika sedang, siswa hanya dapat mengerjakan sampai dengan level multistruktural saja. Dan
pada siswa berkemampuan matematika rendah, jawaban siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan
sehingga siswa berada pada level prastruktural. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka ruang
untuk penelitian selanjutnya tentang pemecahan masalah yang berkaitan dengan perbedaan
kemampuan matematika siswa yang berkaitan dengan Taksonomi SOLO.
Kata Kunci : Kemampuan matematika, pemecahan masalah, aritmatika sosial, taksonomi SOLO.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting
dalam dunia pendidikan. Tujuan utama dalam proses pembelajaran matematika adalah untuk
meningkatkan kemampuan matematis siswa (Suherman, 2008). National Council of Teachers
Mathematics (NCTM, 2000) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus
dimiliki siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan
koneksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan representasi. Kemampuan pemecahan
masalah adalah salah satu kompetensi yang harus dicapai siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran matematika (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Kemampuan memecahkan
masalah matematika akan diperoleh siswa dengan baik apabila dalam pembelajaran terjadi
komunikasi antara guru dan siswa atau antar siswa yang merangsang terciptanya partisipasi
(Winarti, 2011:2). Akan tetapi, guru dalam memberikan contoh bagaimana menyelesaikan
suatu masalah, kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berusaha menemukan
sendiri cara penyelesaiannya, sehingga siswa menjadi kurang kreatif dan akibatnya siswa
hanya mampu menyelesaikan suatu masalah bila telah diberikan contoh oleh guru
(Nurannisa, 2013).
Dalam menyelesaikan masalah matematika dibutuhkan proses berpikir. Menurut
Hudojo (dalam Suparni, 2001:29-30) seseorang dikatakan berpikir apabila orang itu
melakukan kegiatan seperti mengingat, mensimbolkan, memecahkan masalah, dan
menciptakan merupakan suatu proses untuk mencapai pengetahuan yang disebut dengan
kognitif. Pemecahan masalah adalah suatu proses kognitif dalam mencari solusi atau cara
penyelesaian yang tepat untuk mencapai tujuan (Santrock, 2010). Untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh
(Depdiknas, 2006:1). Dalam pembelajaran matematika, salah satu pokok bahasan yang terkait
dengan pemecahan masalah dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah
aritmatika sosial. Materi ini sebenarnya bukan merupakan materi baru bagi siswa SMP,
karena dasar-dasar materi tersebut telah dipelajari di tingkat SD. Aritmatika sosial merupakan
bagian dari matematika yang membahas tentang perhitungan keuangan dalam perdagangan
dan kehidupan sehari-hari beserta aspek-aspeknya. Materi aritmatika sosial lebih menekankan
pada kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika kontektual yang
menggambarkan kehidupan sehari-hari.
Biggs dan Collis (1982) menjelaskan bahwa tiap tahap kognitif terdapat respon yang
sama dan makin meningkat dari yang sederhana sampai yang abstrak. Teori mereka dikenal
dengan Structure of The Observed Learning Outcomes (SOLO) yaitu struktur dari hasil
belajar yang diamati. Taksonomi SOLO digunakan untuk mengklasifikasikan kemampuan
siswa dalam merespon suatu masalah menjadi lima level berbeda yaitu prastruktural,
unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak diperluas. Siswa pada level prastruktural
adalah level dimana siswa hanya memiliki sedikit sekali informasi yang tidak berhubungan
satu dengan yang lainnya dan tidak membentuk satu kesatuan konsep serta tidak memiliki
makna yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Level unistruktural adalah
tingkatan dimana siswa memiliki hubungan yang jelas dan cukup sederhana mengenai
keterkaitan satu konsep dengan konsep yang lainnya akan tetapi inti dari konsep ini belum
seberapa detail dipahami. Level multistruktural siswa sudah memahami beberapa hal atau
komponen dari materi jika melakukan pembelajaran tetapi belum tertata dengan baik dan rapi
sehingga masih terpisah satu dengan yang lainnya dan masih belum bisa terbentuk
pemahaman yang cukup baik. Tahapan ini dapat disimpulkan dengan pemahaman yang siswa
miliki kemampuan untuk merespon dengan baik tetapi respon yang diberikan belum tersusun
dan belum menemui hubungan yang tepat antara satu dengan yang lainnya. Level relasional
siswa dapat menghubungkan antara fakta dengan teori serta tindakan dan tujuan. Tahapan ini
dapat disimpulkan dengan kemampuan siswa untuk membandingkan, membedakan,
menjelaskan hubungan sebab akibat, menggabungkan, mengaplikasikan, dan
menghubungkan. Level abstrak diperluas siswa melakukan penghubungan tidak hanya
konsep yang didapat melainkan hubungan konsep diluar itu. Dapat disimpulkan dalam
tahapan ini siswa sudah menguasai materi dan memahami soal yang di berikan dengan sangat
baik sehingga siswa sudah mampu untuk merealisasikan ke konsep yang sudah ada.
Pada penelitian ini, penyusunan masing-masing level pertanyaan pada setiap soal
menggunakan kriteria soal berdasarkan Taksonomi SOLO yang dikemukakan oleh Collis
adalah sebagai berikut: 1) Pertanyaan Unistruktural adalah pertanyaan yang menggunakan
sebuah informasi yang jelas dan langsung dari soal, 2) Pertanyaan Multistruktural adalah
pertanyaan yang menggunakan dua informasi atau lebih dan terpisah yang termuat dalam
soal, 3) Pertanyaan Relasional adalah pertanyaan yang menggunakan suatu pemahaman
terpadu dari dua informasi atau lebih yang termuat dalam soal, 4) Pertanyaan Abstrak
diperluas adalah pertanyaan yang menggunakan prinsip umum yang abstrak atau hipotesis
yang diturunkan dari informasi dalam soal atau yang disarankan oleh informasi dalam soal.
Menurut Oktarina (2012) model taksonomi ini dipandang sangat menarik untuk
diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah, karena menuntut kemampuan peserta didik
memberikan beberapa alternatif jawaban atau penyelesaian serta mampu mengaitkan
beberapa jawaban atau penyelesaian tersebut. Taksonomi ini memberikan peluang pada
peserta didik untuk selalu berpikir alternatif (kemampuan pada level multistruktural),
membandingkan antara suatu alternatif dengan alternatif yang lain (kemampuan pada level
relasional), serta memberikan peluang pada peserta didik untuk mampu memberikan suatu
yang baru dan berbeda dari biasanya (kemampuan pada level extended abstract). Taksonomi
SOLO diaplikasi secara menarik dalam memberikan beberapa alternatif jawaban atau
penyelesaian yang berkaitan.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk mendeskripsikan
kemampuan siswa kelas VIII SMP di tinjau dari Taksonomi SOLO. Oleh karena itu, peneliti
melakukan penelitian dengan judul “Deskripsi Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Dalam
Memecahkan Masalah Pada Materi Aritmatika Sosial Ditinjau Dari Taksonomi Solo. Tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam memecahkan
masalah pada materi aritmatika sosial ditinjau dari taksonomi solo.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Melalui metode ini,
peneliti menggambarkan dan menganalisis secara detail mengenai pemecahan masalah siswa
dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial dengan perbedaan kemampuan matematika siswa
yang ditinjau dengan Taksonomi SOLO.
Subjek penelitian dalam penelitian ini siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga yang
sebelumnya telah mempelajari materi Aritmatika Sosial. Cara pengambilan subjek dilakukan
dengan memberikan lembar tes matematika tentang Aritmatika Sosial kepada semua siswa
SMP kelas VIII F yang berjumlah 26 siswa. Kemudian dari 26 siswa tadi dipilah kembali
untuk dikategorikan berdasarkan tinggi, sedang, dan rendah dimana pengkategorian tersebut
didasarkan pada hasil UAS dan kemudian dibuat rentang nilai dengan kriteria tinggi (81-
100), sedang (61-80), dan rendah (<60). Peneliti mengambil 3 subjek dimana 1 subjek
kategori tinggi, 1 subjek kategori sedang, dan 1 subjek kategori rendah. Instrumen yang
digunakan yaitu dengan pemberian lembar tes dan pedoman wawancara. Lembar tes sudah di
validasi oleh dosen dan guru mata pelajaran matematika kemudian dilakukan pilot untuk
menguji lembar tes tersebut sebelum soal tersebut digunakan sebagai penelitian. Data
penelitian berupa hasil jawaban tes siswa yang diteliti berdasarkan cara siswa mengerjakan
soal tersebut. Data penelitian yang berupa hasil jawaban siswa tadi dianalisis berdasarkan
level-level pada Taksonomi SOLO. Wawancara dilakukan kepada siswa yang memenuhi
kriteria dalam penelitian ini.
Tabel 1. Indikator Soal Tes Level Soal Tes
Unistruktural Andi membeli 5 lusin buku tulis dengan harga
Rp3.500,00 per buku. Kemudian Andi akan
menjual kembali buku tulis tersebut dan semua
laku terjual seharga Rp270.000,00
e. Berapa harga beli 2 buku tulis?
Multistruktural f. Berapa harga pembelian dari 5 lusin buku
tulis?
Relasional g. Tentukan apakah Andi mengalami untung
atau rugi dan berapa besarnya?
Abstrak di perluas h. Bila Andi menginginkan keuntungan
sebesar 40 %, berapakah keuntungan yang
diperoleh Andi?
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan hasil
pekerjaan siswa untuk memperoleh data yang berasal dari jawaban siswa. Peneliti meneliti
semua jawaban siswa yang merupakan data, kemudian peneliti menggunakan kategori tinggi,
sedang, dan rendah yang diambil dari hasil UAS siswa kemudian meneliti jawaban siswa
yang termasuk dalam kategori tersebut. Dan pada tahap terakhir dari hasil jawaban siswa tadi
dianalisis untuk dikategorikan berdasarkan level-level pada Taksonomi SOLO.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan tes dengan memberikan satu soal uraian yang bertingkat sesuai
dengan tingkatan pada Taksonomi SOLO dan diambil 3 siswa untuk dijadikan subjek dalam
penelitian ini, maka dilakukan analisis dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Nama Subjek Penelitian INISIAL Kategori Nilai UTS
AY Tinggi 91
RN Sedang 74
EK Rendah 55
5. Analisis Jawaban Siswa Kemampuan Tinggi
Subjek AY mengerjakan semua permasalah a sampai d. AY dikatakan sudah paham
tentang penyelesaian soal cerita pada materi aritmatika sosial, pada saat mengerjakan ia bisa
dan menuliskan jawabannya sesuai dengan yang ditanyakan di soal. Hal itu terlihat dari hasil
wawancara penulis dengan AY.
P : “Ayu, kemarin kamu sudah mengerjakan soal ini kan? Tapi sebelum kita
membahas soal ini, miss ika mau tanya dulu sama kamu. Kamu paham tidak
materi aritmatika sosial itu?”
AY : Yaa paham miss kayak jual beli gitu
Selain itu, AY dalam mengerjakan soal runtut dan jelas hal itu terlihat dari jawaban
AY pada saat mengerjakan soal. Selain itu pada saat ditanya AY membaca soal berapa kali,
dia menjawab “1 kali” dan pada saat ditanya sudah paham, ia menjawab “sudah”.
e. Level Unistruktural
Pada permasalahan a, AY diminta untuk menentukan harga beli dalam soal. AY
menuliskan harga beli per buku yaitu RP3.500,00 kemudian dikalikan dengan 2 karena
pertanyaan dalam soal menentukan harga beli 2 buku tulis. Hal itu terlihat dalam jawaban AY
pada saat mengerjakan dan diperjelas dengan hasil wawancara penulis dengan AY.
Gambar 1. Jawaban Subjek AY pada Level Unistruktural
P : Lalu yang soal nomor 1a maksutnya bagaimana?(sambil menunjuk soal 1a)
AY : Menentukan harga beli dua buku tulis miss
P : Apakah Ayu mengetahui informasi langsung dari soal untuk menjawab
nomor 1a?
AY : Tau, kan sudah diketahui ini di dalam soal harga beli buku tulis nya
Rp3.500,00 terus yang ditanya kan harga beli dua buku tulis, jadi kan
Rp3.500,00 dikali 2.
f. Level Multistruktural
Pada permasalahan b, AY paham maksud dari perintah tersebut. hal itu diperjelas
dengan hasil wawancara penulis dengan AY.
Gambar 2. Jawaban Subjek AY pada Level Multistruktural
P : Oke, sekarang yang 1b maksutnya apa?
AY : Berapa harga pembelian 5 lusin buku tulis tersebut
P : Berarti langkah mengerjakannya gimana?
AY : 5 lusin diubah dulu to miss , 1 lusin kan 12 kalau 5 lusin kan jadinya 12
dikali 5 sama dengan 60 buku
P : Setelah mengetahui jumlah per buku terus gimana ?
AY : Kan tadi harga pembelian nya per buku Rp3.500,00 laku dikalikan 60 gitu
P : Informasi apa yang Ayu dapat dari soal untuk menjawab soal ini?
AY : emmmmm(sambil berpikir) Harus tau jumlah 5 lusin itu
berapa terus harga beli per buku Rp3.500,00
Dari hasil petikan wawancara penulis dengan AY terlihat bahwa AY paham maksud
dari apa yang ditanyakan pada permasalahan b dan dia juga dapat menjelaskan alasan kenapa
jawaban dia bisa seperti itu.
g. Level Relasional
Pada permasalahan ke-3 (c), AY diminta untuk menentukan besarnya untung atau rugi
dari soal . AY menuliskan jawabannya dengan runtut dan dia juga dapat menjelaskan hasil
dari pekerjaannya. Hal itu terlihat dari hasil wawancara penulis terhadap AY.
Gambar 3. Jawaban Subjek AY pada Level Relasional
P : Sekarang yang c, kamu carinya gimana?
AY : Menentukan untung atau rugi miss
P : La ini 210.000 dan 270.000 dapat nya dari mana? (sambil menunjuk
jawaban subjek)
AY : 210.000 itu harga beli nya dari jawaban yang b , kalau 270.000 harga jualnya
kan di soal sudah diketahui.
P : Jadi soal c ada kaitannya dengan soal sebelumnya?
AY : Ada miss, kan harga beli berdasarkan jawaban dari soal yang b tadi.
P : “Lalu kenapa Ayu menuliskan Harga jual dikurangi harga beli?”(sambil
menunjuk jawaban subjek)”
AY : Kan harga jual nya lebih besar dari harga beli jadinya untung sebesar
Rp60.000,00
AY menuliskan hasil akhirnya dari permasalahan soal c dengan menjawab untung
sebesar Rp60.000,00.
h. Level Abstrak diperluas
Pada permasalahan d, AY diminta untuk menentukan keinginan besarnya untung 40%
sesuai dengan informasi sebelumnya (hasil jawaban permasalahan c) . Kemudian pada saat
ditanya apakah ada kaitanya permasalahan c dan d, AY menjawab “ada”, dan pada saat
diminta menjelaskan, AY mau menjelaskan alasannya tersebut. Hal ini diperkuat dengan
hasil wawancara penulis dengan AY.
Gambar 4. Jawaban Subjek AY pada Level Abstrak diperluas
P : Yang soal c dan d, apakah ada kaitannya?
AY : Ada, Kalau yang d ditanyakan besarnya untung 40%, terus jawaban c kan
sudah tau harga jual nya Rp270.000,00 . jadi 40% dikalikan Rp270.000,00
miss
P : Berarti berapa hasilnya?
AY : Rp108.000,00
AY dapat menyimpulkan hasil akhir dari pekerjaannya walaupun tidak sesuai dengan
yang diharapkan.
6. Analisis Jawaban Siswa Kemampuan Sedang
Subjek RN mengerjakan semua permasalahan dari soal a sampai d. Subjek RN bisa
dikatakan sedikit paham , hal itu terlihat dalam wawancara berikut ini :
P : Kemarin kan kamu udah mengerjakan ini, sekarang saya ingin tanya , kamu
paham gak materi aritmatika sosial?
RN : Ya paham tapi lupa, hehehe
RN menuliskan jawabannya dengan runtut sesuai dengan maksud dari masing-masing
permasalahan. Hal itu terlihat dari jawaban RN pada saat mengerjakan soal.
c. Level Unistruktural
Pada saat ditanya tentang berapa kali RN membaca soal dia menjawab ”3 kali” dan saat
penulis bertanya tentang maksud dari permasalahan a, dia menjawab dengan benar dan dia
paham maksud dari permasalahan a, hal ini di tunjukan dengan wawancara :
Gambar 5. Jawaban Subjek RN pada Level Unistruktural
RN : Maksudnya yang a kan mencari harga 2 buku tulis saja, kalau yang b disuruh
mencari harga 5 lusin buku
P : Apakah Ninda mengetahui informasi langsung dari soal untuk menjawab
soal ini?
RN : Tau, harga per buku kan Rp3.500,00 terus ditanya nya kan harga 2 buku tulis
jadi ya dikalikan 2 miss
P : Berarti berapa hasilnya?
RN : Rp7.000,00
d. Level Multistruktural
Pada saat penulis menanyakan kepada RN tentang maksud dari permasalahan kedua,
RN dapat menjawab dengan lancar dan dapat menuliskan jawabannya sesuai dengan perintah
yang diberikan. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dan jawaban RN pada saat
mengerjakan
Gambar 6. Jawaban Subjek RN pada Level Multistruktural
P : Kalau yang 1b kamu paham tidak maksudnya?
RN : Mencari harga pembelian 5 lusin buku tulis miss
P : Langkah kamu mengerjakan bagaimana?
RN : 1 lusin itu kan 12 to miss, la ini yang ditanya kan 5 lusin berarti kan 5
dikalikan dengan 12 sama dengan 60 terus dikalikan Rp3,500,00 hasilnya
Rp210.000,00
P : Informasi apa yang Ninda dapatkan untuk dapat menyelesaikan soal ini?
RN : Mengubah 1 lusin dulu terus dikali 5
Dari wawancara tersebut terlihat bahwa RN paham maksud dari soal yang diberikan dan dia
mampu menerapkan informasi sebelumnya untuk menyelesaikan permasalah b.
e. Level Relasional
Pada permasalahan c, RN diminta untuk mencari besarnya untung atau rugi dari soal.
RN menggunakan cara lain untuk menentukan untung atau rugi. Dalam membaca soal RN
terlihat tidak paham apa maksudnya dan terlihat bingung. Selain itu, dia juga masih belum
yakin dengan apa yang ia tulis. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan RN.
Gambar 7 : Jawaban Subjek RN pada Level Relasional
P : Oke, yang c ini maksutnya bagaimana?
RN : Emmm (sambil berpikir) mencari harga jual dulu ya miss?
P : Gimana caranya? Kok ini bisa menuliskan 270.000 dibagi 60 kenapa ?
(sambil menunjuk jawaban dari subjek)
RN : Kan harga jual nya 270.000 terus dibagi 60 kan beli nya tadi 5 lusin
hasilnya ketemu 4.200 miss
P : Ada tidak kaitannya soal yang c dengan soal yang sebelumnya?
RN : Ada, kan sudah diketahui tadi harga jual Rp270.000,00 terus saya bagi 60
karena belinya 6 lusin
P : Terus untung atau rugi? Berapa besarnya?
RN : Ya untung miss, kan harga jual nya lebih besar dari harga belinya. Jadi 4200
dikurangi dengan 3500 kan jadi untung nya sebesar Rp700,00
f. Level Abstrak diperluas
Pada permasalahan d, RN diminta untuk mencari keinginan besarnya untung 40%. Dia
menuliskan jawabannya dan kurang teliti dalam menghitung dan menyebabkan jawabannya
tidak sesuai dengan yang diharapkan. RN juga tidak yakin dengan jawabannya karena dia
tidak bisa mengerjakan permasalahan sebelumnya (c) Hal itu dibuktikan dengan wawancara
terhadap RN.
Gambar 8. Jawaban Subjek RN pada Level Abstrak diperluas
P : Terus kalau perintah ini kan disuruh cari besarnya untung 40%, kamu carinya
gimana?
RN : (sambil berpikir dan senyum-senyum) sebentar miss saya agak lupa
P : Terus seinget kamu carinya gimana?
RN : Carinya, 40% dikalikan 270.000 karena sudah diketahui di soalnya tadi kan
270.000 to, terus dicoret-coret gini miss(sambil menunjuk jawabannya sendiri)
P : Lalu besarnya keuntungan yang diinginkan Dina berapa?
RN : Ini miss, jadi Dina ingin untung Rp18.000,00
P : Kamu yakin tidak dengan jawaban ini?
RN : Enggak yakin karena cari yang c kayaknya salah dehh miss
P : Ada cara yang lain gak kira-kira?
RN : Gak ada miss
RN kurang teliti dalam membaca soal sehingga menyebabkan dia salah dalam
memahami soal dan kurang tepat dalam menuliskan hasil akhirnya.
7. Analisis Kemampuan Siswa Kategori Rendah
Subjek EK mengerjakan semua permasalahan dari soal a sampai d. Subjek EK masih
dikatakan belum paham , hal itu terlihat dalam wawancara berikut ini :
P : Kemarin kan kamu udah mengerjakan ini, sekarang saya ingin tanya , kamu
paham gak materi aritmatika sosial?
EK : Ya paham tapi lupa, hehehe
EK menuliskan jawabannya dengan runtut namun EK masih bingung dan kurang
paham maksud dari masing-masing permasalahan soal. Hal itu terlihat dari jawaban EK pada
saat mengerjakan soal. Selain itu saat ditanya EK membaca soal berapa kali, dia menjawab
“lebih dari 5 kali”.
e. Level Unistruktural
Pada permasalahan a, EK diminta untuk menentukan harga pembelian 2 buku tulis,
namun EK tidak mengetahui informasi langsung dari soal untuk menentukan jawaban akhir,
sehingga dalam menuliskan jawaban EK belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal itu
diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan EK
Gambar 9. Jawaban Subjek EK pada Level Unistruktural
P : Langkah-langkah untuk mengerjakan soal ini bagaimana?
EK : Kan 1 lusin sama dengan 12 terus dikali 5 sama dengan 60. Terus Rp3.500,00
dikali 60 sama dengan Rp210.000,00 dikurangkan dengan Rp270.000,00 jadi
ketemu 60.000,00 terus dibagi 60 jadinya Rp1000,00
P : Jadi Rp1000,00 itu harga beli per buku?
EK : Bukan miss, kan tadi yang pertama Rp3.500,00 ditambah dengan Rp1000,00
sama dengan Rp4500,00, jadi harga satu buku tulis itu Rp4500,00. Kalau 2
buku jadi Rp4500 dikali 2 sama dengan Rp9.000,00
f. Level Multistruktural
Pada permasalahan b, EK diminta untuk menentukan harga beli buku tulis seluruhnya.
EK menuliskan harga perbuku Rp4500,00 dikalikan dengan 60 sama dengan Rp270.000,00
kemudian EK menuliskan lagi Rp4500,00 dikalikan dengan 12 sama dengan Rp54.000,00
dan kemudian dijumlahkan. Tetapi pada saat ditanya maksud dari permasalahan b, dia
menjawab masih ragu dengan hasil jawabannya. Kemudian pada saat ditanya lagi mengenai
hasil yang dia tulis pada lembar penyelesaiannya (Rp324.000,00), dia menjawab kalau itu
harga pembelian 5 lusin buku tulis. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan
EK.
Gambar 10. Jawaban Subjek EK pada Level Multistruktural
P : Soal 1b maksutnya gimana?
EK : Menentukan harga pembelian 5 lusin buku tulis
P : Lalu langkah-langkah mengerjakannya bagaimana?
EK : 1 lusin kan 12 terus dikali 5 sama dengan 60 dikali dengan harga beli
Rp4500,00 jadi ketemu Rp270.000,00.
P : Soal b ini Eka paham tidak maksudmya bagaimana?
EK : Saya lupa miss
P : Coba diingat-ingat lagi bagaimana penyelesaiannya.
EK : 1 lusin sama dengan 12 dikali Rp4500,00 sama dengan Rp54.000,00 terus
ditambahkan Rp270.000,00 jadi ketemunya harga beli 5 lusin itu
Rp324.000,00
P : Informasi apa yang Eka peroleh untuk dapat menyelesaikan permasalahan ini?
EK : Mengubah 1 lusin sama dengan 12 dulu terus dikali 5.
g. Level Relasional
Pada permasalahan c, EK diminta untuk menentukan untung atau rugi dan berapa
besarnya. EK mengerjakan dengan menuliskan dahulu harga beli dan harga jual kemudian
dikurangkan sehingga mengetahui besarnya kerugian, hal ini diperkuat dengan hasil
wawancara penulis dengan EK.
P : Kalau yang c perintah soalnya bagaimana?
FE : Menentukan untung atau rugi dan berapa besarnya
P : Caranya gimana?
FE : Jadi harga beli nya Rp 324.000,00 dan ini harga jual nya Rp270.000,00 jadi
rugi ini miss
P : Kenapa bisa menyimpulkan kalau itu rugi?
FE : Ya karena harga belinya lebih besar terus harga jual nya sedikit jadikan
mengalami rugi
P : Terus besarnya kerugian yang dialami berapa?
FE : Rp324.000,00 dikurangi Rp270.000,00 hasilnya Rp54.000,00
P : Apakah ada kaitannya dengan soal a dan b tadi?
FE : Ada (sambil berpikir) sudah tau harganya dijawaban b Rp270.000,00
Gambar 11. Jawaban Subjek EK pada Level Relasional
Pada saat mengerjakan, EK tidak begitu yakin dalam menjawab, namun EK bisa
menjelaskan mengapa jawaban nya bisa seperti itu. Hal itu diperkuat dengan hasil jawaban
FE pada saat mengerjakan.
h. Level Abstrak diperluas
Gambar 12. Jawaban Subjek EK pada Level Abstrak diperluas
Pada permasalahan d, EK diminta untuk menentukan besarnya keinginan untung sekian
persen dan permasalahan ini masih ada kaitannya dengan permasalahan sebelumnya tetapi
pada saat ditanya apakah ada hubungannya soal c dan d, EK menjawab “ada” dan pada saat
dikonfirmasi ulang, EK menjawab “tidak yakin”. EK masih sering ragu-ragu dalam
menjawab dan tidak percaya diri dengan jawaban yang dia tuliskan. Hal itu diperkuat dengan
hasil wawancara penulis dengan EK.
P : Sekarang coba liat soal c dan d, apakah ada kaitannya?
EK : Ada
P : Terus kalau perintah ini kan disuruh cari besarnya untung 40%, kamu carinya
gimana
EK : (sambil berpikir) kayaknya ini salah
P : Kenapa bisa bilang ini salah? Coba di ingat-ingat kembali caranya
bagaimana?
EK : Caranya 270.000 dikali 40 terus dibagi 100 kan bisa dicoret-coret miss tingal
2700 dikali 40 sama dengan Rp108.000,00
P : Sudah yakin dengan jawaban ini?
EK : Kayaknya salah ini miss (ragu-ragu dalam menjawab)
8. Analisis Jawaban Siswa Menggunakan Taksonomi SOLO
4.1 Siswa Kategori Tinggi
Berdasarkan pekerjaan subjek diketahui bahwa subjek AY dapat menuliskan semua
jawaban yang ditanyakan dalam soal. AY dapat memenuhi indikator tingkat prastruktural
karena mampu mengerjakan soal yang diberikan dengan tepat. Pada permasalahan a (Level
Unistruktural) sampai d walaupun pada saat diwawancara AY mengaku ada bagian yang
lupa. Tapi kenyataannya dalam hal ini AY dapat menuliskan jawaban dengan benar. Hal itu
dibuktikan dengan jawaban AY pada saat mengerjakan permasalahan a. AY menuliskan
jawabannya sesuai dengan konteks soal yaitu menentukan harga beli 2 buku tulis. Hal ini
berarti AY dapat memenuhi indikator tingkat unistruktural yaitu dapat menggunakan sebuah
informasi yang tersedia dalam soal untuk mendapatkan penyelesaiannya.
Pada permasalahan b (Level Multistruktural), AY diminta untuk menentukan harga
keseluruhan dari pembelian 5 lusin buku tulis dan AY dapat menuliskan hasil jawabannya
dengan tepat dan pada saat wawancara AY juga dapat menjelaskan jawabannya dengan baik.
Sehingga dapat dikatakan AY mencapai tingkat multistruktural karena dapat memenuhi
indikator yang terdapat pada tingkat multistruktural yaitu dia dapat menggunakan lebih dari
satu informasi untuk mendapatkan penyelesaian yaitu dengan cara dia menghitung jumlah
semua buku dan kemudian dikalikan dengan harga per buku.
Pada permasalahan c (Level Relasional), AY diminta untuk menentukan untung atau
rugi dan berapa besarnya dan terbukti AY dapat menentukan keuntungan dan menghitung
besarnya untung tersebut dan AY dapat menjelaskan cara yang dia pakai dan hal ini
diperjelas dengan wawancara terhadap AY, sehingga AY dapat menentukan besarnya untung
atau rugi. Dapat dikatakan AY dapat memenuhi indikator relasional yaitu dapat
menghubungkan berbagai informasi untuk mendapatkan jawaban sehingga dapat menarik
suatu kesimpulan yang relevan. Hal itu terlihat karena dia dapat menghubungkan informasi
awal yang berupa banyaknya jumlah buku per lusin dan harga pembelian semua buku tulis
untuk menentukan jawaban pada permasalahan c yaitu menentukan untung atau rugi dan
menghitung besarnya untung atau rugi. .
Pada permasalahan d (Level Abstrak di Perluas), AY diminta untuk menghitung
besarnya keuntungan yang diketahui dalam soal dan AY tidak dapat menentukan besarnya
keuntungan yang diinginkan karena dia salah dalam perhitungan dan kurang memahami
maksut dari soal. Sehingga didapatkan suatu kesimpulan bahwa AY tidak dapat memenuhi
indikator abstrak di perluas karena subjek tidak dapat menghubungkan konsep diluar itu
sehingga tidak didapat suatu kesimpulan yang tepat.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek berkemampuan matematika tinggi (AY)
dalam memecahkan masalah aritmatika berdasarkan taksomomi solo hanya mampu mencapai
Level unistruktural sampai level relasional.
4.2 Siswa Kategori Sedang
Berdasarkan pekerjaan subjek diketahui bahwa subjek RN dapat menuliskan semua
jawaban yang ditanyakan dalam soal. RN dapat memenuhi indikator tingkat prastruktural
karena mampu mengerjakan soal yang diberikan dengan tepat. Pada permasalahan a (Level
Unistruktural) sampai d walaupun pada saat diwawancara RN mengaku ada bagian yang
lupa. Tapi kenyataannya dalam hal ini RN dapat menuliskan jawaban dan mampu
menjelaskan mengapa jawabannya bisa seperti itu. Hal itu dibuktikan dengan jawaban RN
pada saat mengerjakan permasalahan a. RN menuliskan jawabannya sesuai dengan konteks
soal yaitu menentukan harga beli 2 buku tulis. Hal ini berarti RN dapat memenuhi indikator
tingkat unistruktural yaitu dapat menggunakan sebuah informasi yang tersedia dalam soal
untuk mendapatkan penyelesaiannya.
Pada permasalahan b (Level Multistruktural), RN diminta untuk menentukan harga
keseluruhan dari pembelian 5 lusin buku tulis dan RN dapat menuliskan hasil jawabannya
dengan tepat. Sehingga dapat dikatakan RN mampu mencapai tingkat multistruktural karena
dapat memenuhi indikator yang terdapat pada tingkat multistruktural yaitu dia dapat
menggunakan lebih dari satu informasi untuk mendapatkan penyelesaian yaitu dengan cara
dia menghitung jumlah semua buku dan kemudian dikalikan dengan harga per buku.
Pada permasalahan c (Level Relasional), RN diminta untuk menentukan untung atau
rugi dan berapa besarnya namun pada saat wawancara dengan RN dia merasa tidak yakin
dengan jawabannya dan dia juga bisa menjelaskan mengapa menuliskan jawaban seperti itu.
RN belum mampu menghubungkan pada permasalahan soal sebelumnya dan kurang tepat
menuliskan kesimpulan. Dapat dikatakan RN belum mampu memenuhi indikator relasional
yaitu dapat menghubungkan berbagai informasi untuk mendapatkan jawaban sehingga dapat
menarik suatu kesimpulan yang relevan.
Pada permasalahan d (Level Abstrak Diperluas), RN kurang teliti dalam membaca soal
dan perintah permasalahan d, dimana RN diminta untuk menentukan besarnya keuntungan
yang diinginkan namun RN masih kurang teliti dan kurang cermat dalam perhitungan,
sehingga jawaban RN tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dapat dikatakan RN belum
mampu memenuhi indikator tingkat abstrak di perluas
Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek berkemampuan matematika sedang (RN)
dalam memecahkan masalah aritmatika berdasarkan taksomomi solo hanya mampu mencapai
Level unistruktural sampai level multistruktural.
4.3 Siswa Kategori Rendah
Pada permasalahan a (Level Unistruktural), EK diminta untuk menentukan harga beli 2
buku tulis. EK menuliskan jawabannya namun dia tidak menggunakan informasi langsung
dari soal untuk meperoleh jawaban akhir, sehingga menyebabkan jawabannya EK tidak
sesuai yang diharapkan. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal tingkat
unistruktural yaitu menggunakan sebuah informasi yang tersedia dalam soal untuk
mendapatkan penyelesaian.
Pada permasalahan b (Level Multistruktural), EK diminta menentukan harga
keseluruhan buku tulis. EK tidak dapat menggunakan dua informasi dari soal sehingga
jawaban yang dia tuliskan menjadi kurang tepat. Dapat dikatakan EK belum mampu
memenuhi indikator soal tingkat multistruktural karena belum mampu menggunakan
informasi dalam soal untuk dapat memecahkan masalah.
Pada permasalahan c (Level Relasional), EK diminta menentukan harga keseluruhan
buku tulis. EK menuliskan jawabannya harga beli dan harga jual kemudian menarik
kesimpulan. EK dapat berpikir dengan menggunakan dua penggal informasi atau lebih dari
soal yang diberikan tetapi tidak dapat menghubungkan informasi-informasi tersebut karena
tidak menghitung harga beli dengan benar. Sehingga, kesimpulan yang EK tuliskan belum
sesuai dengan yang diharapkan. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal
tingkat relasional karena belum mampu menghubungkan informasi-informasi dan kesimpulan
tidak relevan.
Pada permasalahan d (Level Abstrak diperluas), EK diminta untuk menghitung
besarnya keuntungan sekian persen. EK tidak dapat menghubungkan informasi-informasi dari
soal dengan benar karena tidak menghitung dulu harga pembelian tetapi langsung dikalikan
dengan harga penjualan, sehingga jawaban yang EK tuliskan belum sesuai dengan yang
diharapkan. Dapat dikatakan EK belum mampu memenuhi indikator soal tingkat abstrak
diperluas karena belum mampu berpikir secara konseptual.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka subjek berkemampuan matematika rendah (EK)
dalam memecahkan masalah aritmatika sosial berdasarkan taksomomi solo tidak ada yang
sesuai dengan indikator soal pada taksonomi solo sehingga subjek hanya berada pada level
prastruktural karena jawaban subjek tidak sesuai dengan yang diharapkan.
PENUTUP
Berdasarkan tujuan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan peneliti mengenai
kemampuan matematika siswa dalam memecahkan masalah di kelas VIII SMP ditinjau dari
taksonomi SOLO, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
4. Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi
Dari keterpenuhan indikator level kemampuan taksonomi SOLO siswa
berkemampuan matematika tinggi dalam memecahkan masalah aritmatika sosial pada
saat mengerjakan siswa hanya dapat memenuhi indikator level unistruktural, level
multistruktural, dan level relasional, maka dapat disimpulkan bahwa siswa
berkemampuan matematika tinggi mampu mengerjakan sampai dengan level relasional.
5. Siswa Berkemampuan Matematika Sedang
Dari keterpenuhan indikator level kemampuan taksonomi SOLO siswa berkemampuan
matematika sedang dalam memecahkan masalah aritmatika sosial pada saat mengerjakan
siswa hanya dapat memenuhi indikator level unistruktural dan level multistruktural, maka
dapat disimpulkan bahwa siswa berkemampuan matematika sedang hanya mampu
mengerjakan sampai dengan level multistruktural saja.
6. Siswa Berkemampuan Matematika Rendah
Dari keterpenuhan indikator level kemampuan taksonomi SOLO siswa berkemampuan
matematika rendah dalam memecahkan masalah aritmatika sosial pada saat mengerjakan
siswa tidak sesuai dengan indikator soal pada level Taksonomi SOLO sehingga
menyebabkan jawabannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka dapat disimpulkan
bahwa siswa berkemampuan matematika rendah berada pada level prastruktural.
SARAN
Berdasarkan penelitian mengenai deskripsi kemampuan siswa kelas VIII SMP dalam
memecahkan masalah pada materi aritmatika sosial ditinjau dari Taksonomi SOLO, maka
didapatkan beberapa saran sebagai berikut:
4. Kepada peneliti selanjutnya, disarankan jika ada satu atau lebih subjek yang belum
memenuhi tingkatan level berdasarkan Taksonomi SOLO agar bertanya kepada subjek
tersebut agar benar-benar dapat mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa.
5. Kepada guru, disarankan untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa dengan memperbanyak latihan mengerjakan soal-soal pemecahan masalah yang
berhubungan dengan soal uraian sehingga bisa meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa.
6. Kriteria pertanyaan dalam tes pemecahan masalah lebih runtut sesuai dengan tingkat
pertanyaan berdasarkan taksonomi SOLO yaitu unistruktural, multistruktural, relasional,
dan abstrak yang diperluas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: RINEKA CIPTA
Biggs J. And Collis, K.F. 1982. Evaluating the Quality of Learning. The SOLO Taxonomy.
New York:Academic Press.
Biggs, J. 2011. Biggs’Structure of The Observed Learning Outcome (SOLO) Taxonomy.
http://ebookbrowse.com/biggs-solo-pdf-d2294438393 diakses pada tanggal 20 Agustus
2016 pukul 10.00 WIB
Depdiknas.2006. Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia tentang standar
isi dan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
(Permen No.22 tahun 2006). Jakarta : Depdiknas
Fitra Rizki, dkk. (2015). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan
Taksonomi SOLO pada Sub Pokok Bahasan Balok Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 7
Jember. 1(1). 2015: Artikel Ilmiah Mahasiswa. 1-7
Hasanah, 2009 :Taksonomi SOLO, tersedia dalam
https://hasanahworld.wordpress.com/tag/taksonomi-solo/ diakses Rabu, 26 Oktober
2016 Pukul 10.30 WIB
Hattie, J.A.C., & Brown, G.T.L. (2004) : Cognitive processes in asTTle: The SOLO
taxonomy. asTTle Technical Report, University of Auckland/Ministry of Education.
Miles, Matthew B.& A. Michael Huberman, (2009) Analisis Data Kualitatif, Jakarta : UI-
Press
NCTM.2000. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston. VA:
National Council of Teachers of Mathematics
Oktarina Puspita Wardani. (2012). Pengembangan Perangkat Evaluasi Berdasarkan
Taksonomi The Structure Of Observed Learning Outcome (SOLO) Pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Kompetensi Membaca Peserta Didik Kelas X SMA. 1(2),
2012: Universitas Negeri Semarang.
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sugiyono. (2012) : Memahami Penelitian Kualitatif (Cetakan Ketujuh). Bandung : Alfabeta.
Suherman, Erman. (2008) : Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :
JICA.UPI
Suparno, Paul. (2001) : Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Kanisius: Yogyakarta.
Winarti, Titi W. 2011. Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII
Berdasarkan Taksonomi SOLO Dilihat Dari Perbedaan Kemampuan Matematika dan
Perbedaan Gender. 2011 : Surabaya