deteksi kusta subklinis pada narakontak · pdf filei tesis deteksi kusta subklinis pada...

27
i TESIS DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK SERUMAH PENDERITA KUSTA MULTIBASILER DI OE-CUSSE TIMOR LESTE DULCE MADALENA DA COSTA ALBERTO NIM 1114088106 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017

Upload: lemien

Post on 06-Feb-2018

263 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

i

TESIS

DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK

SERUMAH PENDERITA KUSTA MULTIBASILER

DI OE-CUSSE TIMOR LESTE

DULCE MADALENA DA COSTA ALBERTO

NIM 1114088106

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2017

Page 2: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

ii

TESIS

DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK

SERUMAH PENDERITA KUSTA MULTIBASILER

DI OE-CUSSE TIMOR LESTE

Tesis ini untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

DULCE MADALENA DA COSTA ALBERTO

NIM 1114088106

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2017

Page 3: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

iii

Page 4: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

iv

Tesis Ini Telah Diuji Pada

Tanggal 17 Mei 2017

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

Nomor : 38.5/UN14.2.2/PD/2017

Tanggal 09 Mei 2017

Ketua : Dr. dr. Luh Made Mas Rusyati, Sp.KK, FINSDV

Sekretaris : Dr. dr. Made Wardhana, Sp.KK(K), FINSDV

Anggota :

1. Prof. dr. Made Swastika Adiguna, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV

2. Dr.dr. A. A. G. P. Wiraguna, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV

3. Dr. dr. I. G. A. A. Praharsini, Sp.KK, FINSDV

Page 5: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

v

Page 6: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama - tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan

Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya maka tesis ini dengan judul “Deteksi Kusta

Subklinis Pada Narakontak Serumah Penderita Kusta MB di Oe-cusse Timor Leste”

dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapakan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Dr. dr. Luh Made Mas Rusyati, SpKK, FINSDV, sebagai

pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat,

bimbingan dan saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih sebesar-

besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. dr. Made Wardhana, SpKK (K),

FINSDV, sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada

penulis.

Terima kasih penulis kepada Pemerintah Timor Leste melalui Kementerian

Kesehatan Timor Leste, yang telah memberikan kesempatan dan dukungan finansial

kepada penulis untuk menempuh pendidikan di PPDS I Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, SpPD-KEMD dan Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Putu Astawa, SpOT(K), M.Kes, yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan Program

magister Pascasarjana dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I di Universitas

Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program

Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) dan

Page 7: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

vii

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik, Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinathi, M.Sc,

SpGK, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk menjadi mahasiswa

Program Pascasarjan Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Direktur

RSUP Sanglah Denpasar, dr. I Wayan Sudana, M.Kes, Kepala Bagian/SMF Ilmu

Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof. dr.

Made Swastika Adiguna, SpKK(K), FINSDV, FAADV dan Ketua Program Studi

Pendidikan Dokter Spesialis I (PPDS I) Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana, Dr. dr. Made wardhana, SpKK(K), FINSDV atas

kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk melanjutkan pendidikan di Bagian/SMF

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP

Sanglah Denpasar.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada penguji

karya akhir ini, yaitu Prof. dr. Made Swastika Adiguna, SpKK(K), FINSDV, FAADV,

Dr. dr. A A G P Wiraguna, SpKK(K), FINSDV, FAADV, Dr. dr. I Gusti Ayu Agung

Praharsini, SpKK, FINSDV, yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan dan

koreksi sehingga karya akhir ini dapat terwujud.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Presidente Autoridade

Regioa Administrativo Especial Oe-cusse Ambeno (RAEOA) Timor Leste,

Sr. Dr. Mari Alkatiri dan Secretaria Saúde RAEOA, Timor Leste, Sra Lucia Taeki,

SKM, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian

di Oe-Cusse. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Laboratorium Rumah Sakit

Referal Oe-cusse Timor Leste, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

Page 8: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

viii

dalam menggunakan prasarana dan sarana laboratorium untuk kelancaran penelitian

ini. Tidak lupa pula penulis mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya untuk pembimbing akademis penulis, dr. I Gusti Ngurah

Darmaputra, SpKK dan semua kepala Divisi dan Staf Bagian/SMF Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah

Denpasar, atas segala bimbingan dan dorongan yang diberikan selama penulis

menempuh pendidikan, juga untuk semua dosen Pascasarjana Program Magister Ilmu

Biomedik, atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis sehingga membantu

menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada dr. I Wayan

Gede Artawan Eka Putra, M.Epid, atas bimbingannya berkaitan dengan analisis

statistika dalam penelitian ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan sejawat PPDS I

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin atas pengertian, bantuan dan kerjasama yang baik

selama masa pendidikan ini. Begitu pula untuk seluruh tenaga paramedis dan non

medis poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP sanglah yang telah membantu dan

memberikan dukungan berupa suasana kerja yang baik sehingga memungkinkan

penulis menyelesaikan pendidikan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua Joao Alberto da Costa Hanjam (Alm) dan Filomena Pereira yang telah

membesarkan, memberikan kasih sayang yang tulus serta adik-adikku yang tercinta

Jacinta Martins Alberto dan suami Apolionario Maia Araujo, drh. Tito Alberto,

Albertina Alberto, Telly Alberto beserta keluarga yang selalu memberi semangat

kepada penulis hingga pendidikan ini dapat diselesaikan. Akhirnya penulis sampaikan

Page 9: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

ix

terima kasih yang tak terhingga kepada suami tercinta

dr. Joao Pedro da Costa Xavier, SpB, serta ananda tercinta Stella Natacha Joena Xavier

dan Joao Alberto Junior Joena Xavier atas segala pengertian, kesabaran dan

pengorbanannya selama ini serta semangat yang tiada hentinya selama penulis

menjalani program pendidikan ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan

kepada keluarga, sahabat serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu

persatu yang telah membantu dan memberika dorongan semangat kepada penulis

sampai tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

Semoga karya akhir ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak dan

segala kritik serta saran diharapkan untuk perbaikannya. Semoga Tuhan Yang maha

Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu

pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Denpasar, 17 Mei 2017

Penulis

Page 10: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

x

ABSTRAK

DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK SERUMAH

PENDERITA KUSTA MULTIBASILER DI OE-CUSSE TIMOR LESTE

Kusta adalah penyakit infeksi kronis disebabkan Mycobacterium leprae (M. leprae)

yang terutama menyerang kulit, saraf tepi dan organ tubuh lainnya seperti sistem

retikuloendotelial, saluran pernafasan bagian atas, mukosa hidung, saluran

pencernaan, testis, mata dan tulang. Penyakit ini berhubungan dengan deformitas dan

kecacatan. Narakontak serumah dengan kusta MB mempunyai peluang 5-10 kali lebih

besar dibandingkan populasi umum dan infeksi kusta subklinis juga dapat menjadi

sumber penularan. Kusta subklinis dapat berkembang menjadi kusta. Pada penderita

kusta subklinis terdapat kenaikan titer IgM terhadap Phenolic glycolipid-1 (PGL-1).

Pada sebagian besar kusta multibasiler menunjukkan titer antibodi PGL-1 yang

meningkat. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi

kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di Oe-cusse

Timor Leste

Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif analitik dengan rancangan

potong lintang. Jumlah subjek pada penelitian ini yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi adalah 100 orang. Pada subjek dilakukan pengambilan darah vena sebagai

bahan pemeriksaan serologi dengan uji Mycobacterium leprae (ML) dipstick untuk

mendeteksi anti PGL-1.

Pada penelitian ini berdasarkan uji statistik didapatkan OR yaitu 3,4 pada 95 %

CI 1,144 – 9,875 dan nilai p = < 0,028 menunjukkan bahwa jenis kelamin laki – laki

mempunyai peluang 1,6 kali lebih besar tertular kusta subklinis dibandingkan

perempuan dan nilai p menunjukkan hubungan yang bermakna antara jenis kelamin

laki-laki dengan prevalensi kusta subklinis. Penelitian ini juga berdasarkan uji statistik

didapatkan OR yaitu 11,1 pada 95 % CI 3,725 – 32,896 dan nilai p = < 0,001

menunjukkan bahwa narakontak serumah yang tinggal bersama dengan penderita

kusta dalam satu rumah dengan jumlah anggota ≥ 7 orang mempunyai peluang 4,3 kali

lebih besar menderita kusta subklinis dibandingkan dengan jumlah anggota ≤ 7 orang

dan menunjukkan hubungan bermakna antara jumlah anggota ≥ 7 orangdengan

prevalensi kusta subklinis.

Simpulan penelitian ini adalah jenis kelamin laki – laki mempunyai peluang

lebih besar tertular atau menderita kusta subklinis dibandingkan perempuan dan

narakontak serumah yang tinggal bersama dengan penderita kusta dalam satu rumah

dengan jumlah anggota ≥ 7 orang mempunyai peluang lebih besar menderita kusta

subklinis dibandingkan dengan jumlah anggota < 7 orang.

Kata kunci : kusta multibasiler, narakontak, anti PGL-1

Page 11: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xi

ABSTRACT

DETECTION OF SUBCLINICAL LEPROSY ON HOUSEHOLD CONTACT

WITH MULTIBACILLARY LEPROSY PATIENTS

IN OE-CUSSE TIMOR LESTE

Leprosy is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium leprae (M. leprea),

primarily affects the skin, peripheral nerves and other organs such as

reticuloendothelial system, upper respiratory tract, nasal mucosa, gastrointestinal

tract, teste, eyes, and bones. The disease is associated with derformity and disability.

Household contact is the group of people who are in contact with multibacillary (MB)

leprosy had a 5-10 times higher transmission risk compared with general population

and subclinical leprosy can also be a source of transmission. Subclinical leprosy can

develop leprosy. In subclinical leprosy patients showed increased of IgM PGL-1

titers. In the majority of multibacillary leprosy patients showed increased PGL-1

antibody titers. The aim of this study is to detection subclinical leprosy on household

contact with multibacillary leprosy patients in Oe-cusse Timor Leste.

This study is analytical descriptive cross-sectional design. The number of

household contact subject that qualify inclusion and exclusion criteria were 100

people. In the subjects, blood sample was taken as serological examination with

Mycobacterium leprae (ML) dipstick test for detection of anti PGL-1.

Based on the statistical analysis in this study, the odds ratio (OR) is 3.4 with

95% CI 1.144 – 9.875 and p value = < 0.028. This means that male has 3.4 fold higher

probability to be infected with subclinical leprosy compared to female, and the p value

shows the marked correlation between the male sex and subclinical leprosy

prevalence. It is also noted in this study’s statistical analysis that the OR value is 11.1

with 95% CI 3.725 – 32.896 and p value = < 0.001. This means that household

contacts with ≥ 7 persons has 4.3 fold higher probability to suffer from subclinical

leprosy compared with household contacts with ≤ 7 persons and the p value also

shows a significant correlation between household contacts with > 7 persons and

subclinical leprosy prevalence.

Conclusion of this study are male sex has a higher probability to be infected or

suffer from subclinical leprosy compared to female and leprosy patient’s household

contacts with the number of ≥ 7 persons have the higher chance to suffer from

subclinical leprosy compared with household contacts with < 7 persons.

Keywords : multibacillary leprosy, household, anti PGL-1

Page 12: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM …………………………………………………………….. i

HALAMAN PENGESAHAN………………. …………………………………. ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ..………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………… 7

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………...... 7

1.3.1 Tujuan Umum ……………………………………... 7

1.3.2 Tujuan Khusus …………………………………….. 7

1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………..….. 7

1.4.1 Manfaat teoritis…..…………………………..…….. 7

1.4.2 Manfaat praktis ………………………………...….. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………………………………………….……. 8

2.1 Kusta………………….......................................................... 8

2.1.1 Definisi……..………………………….................. 8

2.1.2

2.1.3

Etiologi …………………………………………...

Mikrobiologi Mycobacterium Leprae......…...........

8

9

2.2

2.1.4

2.1.5

Penularan Mycobacterium leprae …………………..

Patogenesis ……………………………………….

Kusta Subklinis …………………………………...

16

17

18

Page 13: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xiii

2.2.1

2.2.2

2.2.3

Istilah dan definisi kusta subklinis ……………….

Infeksi kusta subklinis ……………………………

Epidemiologi ……………………………………..

18

19

20

2.3 Diagnosis Penyakit Kusta…………………………………… 24

2.3.1 Diagnosis berdasarkan klinis, bakteriologis dan

histopatologis……………………………………...

24

2.3.1.1 Diagnosis klinis……………………...... 24

2.3.1.2 Diagnosis berdasarkan penemuan

bakteriologis …………………………..

27

2.3.1.3 Diagnosis histopatologis……………… 31

2.3.2

2.3.3

Diagnosis Serologis…………………....................

Diagnosis Molekuler……………………………...

32

36

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN ............... 38

3.1 Kerangka Berpikir …………………………………………. 38

3.2 Kerangka Konsep ……………………..……………………. 39

BAB IV METODE PENELITIAN .....……………………………………….. 40

4.1 Rancangan Penelitian ……………………………………..... 40

4.2

4.3

Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………....

Penentuan Sumber Data …………………………………….

4.3.1 Populasi target …………......................................

4.3.2 Populasi terjangkau ……….…………………….

40

41

41

41

4.3.3 Sampel Penelitian ……………………………….

4.3.4 Besar sampel dan pengambilan sampel…………

41

42

Page 14: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xiv

4.4

4.5

Variabel Penelitian …………………………………...…….

Bahan Penelitian ……………………………………………

43

44

4.6 Instrumen Penelitian ……………………………………….. 44

4.6.1 Alat-alat ...………….………………………….…........ 44

4.7

4.6.2 Reagen ………………………………………………...

Prosedur Penelitian …………………………………………

45

45

4.7.1 Pengambilan Data ……………………………………. 46

4.7.1.1 Pengambilan spesimen ……………...........................

4.7.1.2 Pemeriksaan serologi dengan metode Uji ML dipstic

46

46

4.8

4.9

4.10

4.11

Pengolahan Limbah Medis Penelitian ………………………

Alur Penelitian………………………………………………

Analisis Data………………………………………………...

Etika Penelitian ……………………………………………..

48

49

50

50

BAB V HASIL PENELITIAN ………………………………………………… 52

BAB VI PEMBAHASAN ……………………………………………………… 60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………... 75

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 76

Page 15: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema struktur M. leprae …..……………………………………………… 15

Gambar 2.2 Skema perkembangan penyakit setelah terinfeksi M. leprae ………………. 20

Gambar 2.3 Spektrum MH menurut Ridley-Jopling …………………………………….. 25

Gambar 2.6 Uji ML dipstick ……………………………………………………………. 36

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian ……………………………………………….. 39

Gambar 4.1 Rancangan penelitian ……………………………………………………… 40

Gambar 4.2 Alur penelitian ……………………………………………………………… 49

Page 16: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Berbagai antigen Mycobacterium leprae …..……………………………....... 16

Tabel 2.2 Prevalansi kusta subklinis di beberapa wilayah ………………………… …… 23

Tabel 2.3 Karakteristik klasifikasi kusta Ridley dan Jopling ……………………....... 25

Tabel 2.4 Klasifikasi WHO …………………………………………………………… 27

Tabel 2.5 Contoh perhitungan IB dan IM …………………………………………… 30

Tabel 5.1 Karakteristik narakontak Penelitian ………………………………………. 52

Tabel 5.2 Prevalensi hasil pemeriksaan serologi dengan uji ML dipstick positif pada

narakontak penderita kusta MB di Regional Oe-cusse Timor Teste ……. 55

Tabel 5.3 Hasil Analisis Bivariabel ………………………………………………….. 56

Tabel 5.4 Hasil analisis multivariabel faktor yang berhubungan dengan hasil serologi

positif (uji ML dipstick) ……………………………………….. ……………. 58

Page 17: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xvii

DAFTAR SINGKATAN

ANCD : Annual new case detection rate

APC : Antigen presenting cell

BB : Mid-borderline

BCG : Bacille Calmette Guerin

BL : Borderline lepromatous

BT : Borderline tuberculoid

BTA : Bakteri tahan asam

CI : Confidence interval

C+G : Cytosine dan guanine

CLTRI : Central Leprosy Teaching and Research Institute

Depkes : Departemen Kesehatan

DNA : Deoxyribunucleic acid

ELISA : Enzyme-linked immunosorbent assay

ENL : Eritema nodosum leprosum

HCL : Hydrochloride

HLA : Human leukocyte antigen

IB : Indeks bakteri

IgM : Immunoglobulin M

IgG : Immunoglobulin G

IM : Indeks morfologis

IRT : Ibu rumah tangga

KD : Kilodalton

Page 18: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xviii

LAM : Lipoarabinomannan

LAM-B : Lipoarabinomannan-B

LFT : Lateral flow test

LL : Lepromatous lepromatous

MB : Multibasiler

MCH : Major histocompatibility complex

MDT : Multidrug therapy

MH : Morbus Hansen

ML dipstick : Mycobacterium leprae dipstick

M. leprae : Mycobacterium leprae

MLPA : Mycobacterium leprae particle agglutination

NT-P-BSA : Natural trisacharida phenyl propionate bovin serum albumin ()

0C : Derajat selsius

OR : Odds ratio

P : nilai p

PB : Pausibasiler

PCR : Polymerase chain reaction

PGL-1 : Phenol glycolipid-1

PDIM : Phthiocerol moiety dari M. leprae phthioceroldimycocerosate

PT : Perguruan tinggi

RAEOA : Regioa Administrativo Especial Oe-cusse Ambeno

RDTL : Republica Democratica de Timor Leste

rRNA : ribosom-Ribonucleic Acid

Page 19: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xix

SD : Sekolah dasar

SIS : Sistem imun seluler

SLTA : Sekolah lanjutan tingkat atas

SLTP : Sekolah lanjutan tingkat pertama

SPSS : Statistical package for social sciens

SSS : Shit skin smear

TT : Tuberkuloid tuberuloid

µl : Mikro liter

WHO : World health organization

% : Persen

Page 20: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Keterangan kelaikan etik ………………………………………………… 87

Lampiran 2 Surat ijin penelitian ……………………………………………………… 88

Lampiran 3 Penjelasan dan persetujuan penelitian …………………………………… 89

Lampiran 4 Persetujuan ikut serta dalam penelitian ………………………………….. 91

Lampiran 5 Kuisioner penelitian ……………………………………………………… 92

Lampiran 6 Data subjek penelitian ……………………………………………………. 94

Lampiran 7 Karakteristik subjek penelitian …………………………………………… 99

Lampiran 8 Hasil analisa bivariabel …………………………………………………… 102

Lampiran 9 Hasil analisa multivariabel ………………………………………………… 110

Lampiran 10 Foto hasil uji ML dipstick …………………………………………………. 115

Page 21: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xxi

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Kusta atau Morbus Hansen (MH) merupakan salah satu penyakit menular yang dapat

menimbulkan masalah kompleks. Masalah yang selalu dihadapi penderita bukan hanya dari segi

medis melainkan juga masalah secara psikososial. Penyakit ini masih dianggap sebagai penyakit

menular yang tidak bisa diobati, penyakit keturunan atau kutukan dan menimbulkan kecacatan

apabila tidak tertanggani dengan baik.

Kusta adalah penyakit infeksi kronis disebabkan Mycobacterium leprae(M. leprae)

menyerang saraf perifer dan kulit.Penyakit ini berhubungan dengan deformitas dan kecacatan

sehingga menyebabkan stigma sosial serta diskriminasi terhadap pasien dan keluarga(Lee

dkk.,2012; Kumar dkk., 2010; Rafferty dkk, 2005).

Kusta sangat bervariasi secara klinis dari tipe tuberculoid tuberculoid (TT), borderline

tuberculoid (BT), mid-borderline (BB), borderline lepromatous (BL) dan lepromatous

lepromatous (LL) dan setiap tipe dapat menyerupai penyakit lain atau disebut great imitator

sehingga dalam meneggakkan diagnosis seringkali di kelirukan terutama kusta tipe multibasiler

(MB) yang masih belum terjadi gangguan sensibilitas sehingga didiagnosis dengan penyakit lain

seperti kutaneus sarkoidosis, granuloma anular, leishmaniasis dan kutaneus tuberkulosis (Kumar

dkk., 2010; Hargrave, 2010).

Data World Health Organization(WHO) mengenai epidemiologi penyakit kusta

menunjukkan adanya penurunan prevalensi kusta secara global yang signifikan setelah

pengenalan MDT. Kasus kusta pada pertengahan tahun 1980 didapatkan sejumlah lebih dari lima

1

Page 22: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xxii

juta kasus, kemudian mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2015 menjadi kurang

dari 200.000 kasus, tetapi kasus baru, kasus relaps, komplikasi berupa reaksi kusta, serta

kecacatan masih terus muncul walaupun dalam skala kecil (Infodatin, 2015; WHO 2015).

Untuk tujuan pengobatan multidrug therapy (MDT) WHO membagi kusta menjadi tipe

multibasiler (MB) dan pausibasiler (PB) yang sudah digunakan secara luas terutama di wilayah

yang minim fasilitas. Dengan pemberian rejimen MDT telah terjadi penurunan prevalensi

penyakit kusta secara global akan tetapi di beberapa wilayah masih dilaporkan kasus – kasus

baru terutama di Asia Tenggara. Jumlah kasus kusta baru di dunia pada tahun 2011 sebanyak

192.246 kasus, dari jumlah tersebut paling banyak terdapat di wilayah Asia Tenggara sebanyak

160.132 diikuti Amerika sebanyak 36.832 kasus, Afrika sebanyak 12.673 kasus dan sisanya

berada di regional lain di dunia. Data WHO tahun 2012 menunjukkan Indonesia berada di

peringkat ketiga kasus kusta terbanyak setelah India dan Brazil (WHO, 2012).Selain itu,

berdasarkan data WHO tahun 2013, Indonesia masih menempati peringkat ketiga jumlah kasus

baru terbanyak setelah India dan Brasil yaitu sebesar 16.856 (WHO, 2013).

Prevalensi kusta di Indonesia pada tahun 2012 adalah sebesar 22.390 atau sekitar 12,3%

dari keseluruhan kasus di dunia. Beberapa wilayah di Indonesia dengan jumlah penderita kusta

yang masih tinggi antara lain Jawa Timur, Papua, Sulawesi Selatan dan Maluku (WHO,

2012).Berdasarkan jumlah kasus baru kusta dan new case detection rate (NCDR) per 100.000

penduduk per provinsi tahun 2011 – 2013 , dilaporkan hampir seluruh provinsi di bagian timur

Indonesia merupakan daerah dengan beban kusta tinggi. Kasus baru kusta tahun 2013 dilaporkan

tertinggi di Papua 1.180 kasus, Papua Barat 733 kasus, Maluku 518 kasus dan Nusa Tenggara

Timur 159 kasus (Infodatin, 2015).

2

Page 23: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xxiii

Di Indonesia dilaporkan kasus kusta baru tipe multi basiler (MB) tertinggi di Asia

Tenggara sejumlah 14.213 kusta tipe MB dari kasus dari total 17.025 kasus kusta baru di

Indonesia atau sekitar 83,4% (WHO, 2015). Jumlah kasus baru tertinggi di Indonesia didapatkan

di Propinsi Jawa Timur yaitu sejumlah 4132 kasus (Infodatin, 2015).

Di Timor Leste yang merupakan wilayah terdekat dengan Indonesia kusta juga masih

menjadi masalah.Pada tahun 2011 jumlah kasus baru sebanyak 83 kasus dan jumlah kasus kusta

awal tahun 2012 sebanyak 72 kasus. Laporan data kasus tersebut sering tidak menunjukkan

angka yang sesungguhnya pada masyarakat dapat lebih banyak dari angka tersebut sehingga

penyakit kusta ini di kenal sebagai fenomena gunung es, oleh karena pasien – pasien yang

berobat di pusat pelayanan kesehatan sering sudah mengalami fase lanjut sedangkan kasus yang

ada di masyarakat merupakan kasus kusta yang tidak terdeteksi (Kemenkes, 2012; WHO,

2011).Dilaporkan kasus baru kusta di Regioa Administrativo Especial Oe-cusseAmbeno

(RAEOA) tahun 2016 sebanyak 13 kasus terdiri dari kusta MB sebanyak 9 kasus dan kusta PB

sebanyak 4 kasus. Kasus kusta baru tahun 2015 dilaporkan sebanyak 41 kasus terdiri dari kusta

MB 29 kasus dan kusta PB 12 kasus (Anonim, 2016).

Listiawan (2012) mengemukakan bahwa 88% masyarakat tidak mengetahui bagaimana

cara penularan kusta dan 56% masyarakat masih beranggapan bahwa kusta merupakan penyakit

keturunan. Keterbatasan dalam penyampaian informasi tentang kusta menyebabkan kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta. Pengetahuan masyarakat yang kurang ini

menyebabkan kasus kusta terus meningkat.

Manifestasi klinis penyakit kusta dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah

genetik, daya tahan tubuhpejamu, pengetahuan dan kesadaran penderita, cepat-

lambatnyaseseorang untuk mencari pengobatan, jarak dan ketersediaan aksespelayanan

3

Page 24: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xxiv

kesehatan dan kepatuhan minum obat MDT. Faktor penyebab yang paling utama adalah daya

tahantubuh pejamu atau keadaan respon imun seluler seseorang. Bila responimun selulernya

baik, maka seseorang yang terinfeksi bakteri M. leprae hanya akan bermanifestasi sebagai kusta

tipe PB atau bahkan dapat sembuh sendiri. Namun, bila respon imun selulernya buruk, maka

akan bermanifestasi sebagai kusta tipe MB (Saragih, 2014).

Daya tular merupakan peluang seorang penderita untuk menimbulkan infeksi subklinis

pada narakontaknya. Sedangkan infeksi subklinis sendiri merupakan keadaan dimana kuman M.

lepraemasuk ke dalam tubuh seseorang yang ditunjukkan dengan seropositif namun tidak

menunjukkanmanifestasi klinis kusta (Wardhana dkk., 2016; Smith dkk., 2004).

Narakontak serumah merupakan kelompok orang dengan risiko penularan tertinggi

terutama pada orang yang kontak dengan kusta tipe multibasiler mempunyai peluang 5-10 kali

lebih besar dibandingkan populasi umumdan infeksi kusta subklinis juga dapat menjadi sumber

penularan (Bakker dkk., 2004; Izumi, 2005).Walaupun perjalanan infeksi kusta belumdiketahui

seluruhnya namun penularan melalui inhalasi paling mungkin oleh karena jumlah basil yang

dikeluarkan lewat sekret hidung terutama tipe lepromatosa jumlahnya sangat besar (Izumi, 2005;

Pattyn dkk., 1993).

Deteksi kusta berdasarkan prinsip yang digunakan sejak beberapa abad yang lalu, yaitu

pemeriksaan klinis, adanya basil tahan asam (BTA) pada apusan sayatan kulit dan pemeriksaan

histopatologis yang sifatnya subjektif. Pemeriksaan lain seperti biakan inokulasi pada binatang

sampai saat ini belum memuaskan (Amirudin dkk., 2003).

Meskipun M. leprae tidak dapat di kultur secara in-vitrotetapi mempunyai antigen yang

spesifik yang terdiri dari komposisi kimia berupa phenolic glycolipid-I (PGL-I ), yang telah

dikembangkan sebagai tes serologis untuk kusta (Wardhana dkk., 2016). Pemeriksaan yang

4

Page 25: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xxv

sudah diketahui untuk pemeriksaan serologis seperti metode Enzyme-linked immunosorbent

assay (ELISA), metode ini memerlukan sarana laboratorium yang lengkap dan waktu yang

panjang. Telah dikembangkan suatu tes untuk memeriksa IgM anti PGL-1 yang disebut dengan

Lateral Flow Test yang dalam penggunaannya sangat sederhana, cepat dan dapat dipakai untuk

identifikasi orang yang kontak dengan penderita kusta dan mempunyai risiko tinggi menderita

kusta dimasa yang akan datang(Buchanan, 1994; Rees dan Young, 1994).

Uji Mycobacterium leprae (ML) dipstick merupakan salah satu metode lainnya yang

dapat digunakan untuk memeriksa IgM anti PGL-1. Uji ML dipstick dapat digunakan untuk

mendeteksi kusta subklinis.Uji ini mudah dikerjakan, tidak memerlukan berbagai peralatan dan

keterampilan khusus. Uji ML dipstick ini stabil dan tidak membutuhkan alat pendingin (Agusni

dan Menaldi, 2003a; Burher-Sekula dkk., 2000; Buhrer-Sekula dkk., 1998).

Selain pemeriksaan serologis telah berkembang pula pemeriksaan biomolekuler yakni

pemeriksaan polymerase chainreaction (PCR). Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun

1985, teknologi PCR telah menghasilkan terobosan besar dalam penelitian dan pengembangan

ilmu kedokteran untuk memahami berbagai patogenesis dan diagnosis penyakit. Tehnik ini

sangat sensitif dan spesifik dalam mendeteksi DNA M.leprae sehingga memungkinkan untuk

digunakan sebagai alat diagnosis dan penelusuran transmisi infeksi M. leprae. Beberapa

penelitian telah melaporkan keberhasilannya dalam menggunakan tehnik PCR untuk mendeteksi

M. leprae secara spesifik dan sensitif pada sampel jaringan. Polymerase chain reaction

mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang hampir sempurna dalam mendeteksi DNA M.

Leprae. Pemeriksaan polymerase chain reaction tidak dapat menunjukkan kuman M. leprae

masih hidup dan dilakukan oleh tenaga yang profesional (Van-Beers dkk., 1994;

Wichitwechkarn dkk., 1996; Hatta, 1999; Kwenang dan Hatta, 1999).

5

Page 26: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xxvi

Cara pemeriksaan yang telah dijelaskan tersebut dimungkinkan dapat dilakukan

pemeriksaan lebih dini sehingga dengan demikian dapat mendiagnosis kusta subklinis, namun

uji ML dipstick lebih mudah dikerjakan tanpa adanya tenaga profesional. Dengan hasil yang

diperoleh selanjutnya dapat mempertimbangkan pemberian pengobatan lebih awal yang pada

akhirnya dapat mencegah munculnya manifestasi klinis serta membantu program World Health

Organisation (WHO) dalam menurunkan kasus kusta (Smith dkk., 2000).

1.2. Rumusan Masalah

Berapakah keluarga kontak serumah kusta multibasiler yang menderita kusta subklinis dengan

menunjukkan hasil positif uji ML dipstick ?

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mendeteksi adanya anti PGL-1 pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di

Regional Oe-cusse Timor Leste.

1.3.2 Tujuan khusus

Untuk mengetahui serologis narakontak serumah kusta multibasiler dengan uji ML

dipstick.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat teoritis

Untuk mendapatkan data kusta subklinis pada keluarga kontak serumah yang selanjutnya

dapat digunakan sebagai data dasar penelitian selanjutnya.

6

Page 27: DETEKSI KUSTA SUBKLINIS PADA NARAKONTAK · PDF filei tesis deteksi kusta subklinis pada narakontak serumah penderita kusta multibasiler di oe-cusse timor leste dulce madalena da costa

xxvii

1.4.2. Manfaat praktis

Dengan mengetahui adanya kusta subklinis pada keluarga kontak serumah selanjutnya

dapat melakukan intervensi lebih awal sehingga dapat mencegah munculnya manifestasi klinik

dan pada akhirnya dapat membantu menurunkan kasus kusta di Regional Oe-cusse Timor Leste.

7