diare
DESCRIPTION
penyakit diareTRANSCRIPT
Widjaja. Mengatasi diare dan keracunan pada balita. Kawan Pustaka
DIARE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak,
dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah. (1) Hal ini karena
secara fisiologis sistem pencernaan pada balita belum cukup matur (organ-organnya belum matang), sehingga
rentan sekali terkena penyakit saluran pencernaan. Penyakit saluran pencernaan ini dapat disebabkan oleh virus,
bakteri dan amoeba atau parasit melalui makanan yang masuk ke dalam tubuh dan juga mal absorpsi serta alergi
zat makanan tertentu.(2) Gejala penyerta lain dari diare pada anak balita biasanya ditandai dengan anak menjadi
cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun sampai tidak ada nafsu makan. Muntah dapat
timbul sebelum atau sesudah diare karena lambung turut meradang akibat gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit.(1)
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak khususnya terjadi di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyebutkan
angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Jumlah kasus diare
yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. (3) Selama tahun 2005,
Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat mencatat angka penderita diare 168.072 orang. Jumlah kematian akibat
penyakit diare enam orang. Penderita diare di Kabupaten Cirebon dengan jumlah 38.012 orang. (4)
Bahaya utama diare adalah dehidrasi karena tubuh banyak kehilangan air dan garam yang terlarut,
sehingga bisa menyebabkan kematian. Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya
dengan cara mencegah dehidrasi dan rehidrasi intensif. Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang
keluar bersama tinja dan cairan yang memadai melalui oral dan parenteral.(5) Pemerintah Indonesia telah
berusaha meningkatkan program pengawasan diare dengan melakukan berbagai upaya penanggulangan,
diantaranya dengan mengembangkan larutan rehidrasi oral sesuai dengan anjuran WHO yang terdiri dari
elektrolit, glukosa, yang lebih murah dan efektif untuk mengatasi dehidrasi non kholera.(3)
Untuk itu peran ibu menjadi sangat penting karena di dalam merawat anaknya ibu seringkali berperan
sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan anak, yaitu dalam hal memberi makan, memberi
perawatan kesehatan dan penyakit, memberi stimulasi mental. Dengan demikian bila ibu berperilaku baik
mengenai diare, ibu sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan, diharapkan dapat
memberikan pencegahan dan pertolongan pertama pada diare denganbaik.(6)
Hasil Survei Nasional tentang Morbiditas Diare dan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
(2004),diketahui 91,2 % masyarakat mengetahui tentang rehidrasi penderita saat diare, 90 % mengetahui tentang
tanda bahaya diare, sebagian tahu tentang manfaat oralit (94,6 %) akan tetapi sebagian besar (49,3 %) tidak mau
menggunakan oralit sebagai cairan rehidrasi di rumah tangga.(3)
Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Palimanan. UPT Puskesmas Palimanan terletak di Wilayah
Kecamatan Palimanan dan berada di tepi jalan Utama Provinsi Cirebon-Bandung yang berjarak 12 km dari
Kabupaten Cirebon kearah Bandung. Dengan Luas wilayah kerja 12,050 Km2, yang terdiri dari 6,014 Km2
sawah dan 6,036 Km2 tanah. Wilayah kerja Puskesmas Palimanan juga meliputi 7 desa yaitu Desa Gempol,
Pegagan, Lung Benda, Winong, Tegal Karang dan Petapean.
Adapun alasan pemilihan lingkungan ini karena letak geografisnya, daerah ini tidak dekat daerah kota dan
sebagian besar masyarakat disini masih menggunakan air sumur dalam dan untuk minum karena belum
menggunakan air PAM. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada 7 orang ibu yang berada di
kelurahan Pegagan, diketahui bahwa 5 orang ibu tidak mengetahui cara pembuatan oralit maupun larutan gula
garam dan mereka tidak pernah memberikan oralit pada balitanya ketika diare.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa penulis tertarik untuk melakukan
penelitianmenganai “Gambaran pelaksanaan perawatan rehidrasi oral pada balita terkena diare di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Palimanan tahun 2012”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas agar penelitian lebih terfokus maka rumusan masalah pada
penelitian ini dibatasi pada permasalahan tentang bagaimanakah gambaran pelaksanaan perawatan rehidrasi oral
pada balita terkena diare di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Palimanan tahun 2012?.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan perawatan rehidrasi oral pada balita terkena diare di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Palimanan tahun 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik balita terkena diare di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Palimanan.
b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu dalam pelaksanaan perawatan rehidrasi oral pada balita terkena diare yang
berada di rumah.
c. Mengidentifikasi tindakan ibu dalam pelaksanaan perawatan rehidrasi oral pada balita terkena diare yang berada
di rumah.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan praktek keperawatan,
pendidikan keperawatan dan penelitian yang akan datang.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini di harapakan menjadi bahan masukan bagi disiplin ilmu keperawatan dalam
mengembangkan keilmuan khususnya ilmu keperawatan komunitas, keperawatan anak dan keperawatan
keluarga, agar para mahasiswa ilmu keperawatan dapat mengetahui penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita
diare, serta perannya sebagai seorang perawat yaitu memberikan pendidikan kesehatan, mempromosikan dan
pencegahan (preventif) dehidrasi pada anak
b. Praktek Keperawatan
Sebagai sumber informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan atau pendidikan kesehatan
kepada orang tua terutama ibu yang mendampingi anaknya selama anaknya menderita dehidrasi
c. Penelitian Keperawatan
Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar bagi
pengembangan penelitian tentang perilaku ibu dalam penatalaksanaan rehidrasi oral pada balita diare yang
berada di rumah.
1.5 Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :
1. Jenis penelitian : Diskriptif
Subjek penelitian : Seluruh balita yang menderita diare di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Palimanan tahun
2012.
3. Objek penelitian : Kejadian diare
4. Lokasi penelitian : Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Palimanan Waktu
5. Penelitian : Juni 2008
Alasan Penelitian : Masih banyaknya ditemukan balita yang menderita diare di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Palimanan tahun 2011 yaitu .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan pustaka
2.1.1 Diare
2.1.1.1 Defenisi Diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak,
dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah.(1)
Secara epidemiologi diare didefenisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak atau cair tiga kali atau lebih
dalam satu hari. Diare adalah penyebab penting kekurangan gizi, ini disebabkan karena adanya anoreksia pada
penderita diare sehingga anak makan lebih sedikit dari pada biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan
juga berkurang, padahal seharusnya kebutuhan sari makanannya meningkat akibat dari adanya infeksi. Setiap
episode diare menyebabkan kekurangan gizi, sehingga bila episodnya berkepanjangan dampak negatif terhadap
pertumbuhan akan meningkat.(7)
2.1.1.2 Faktor Penyebab Diare
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor antar lain: (1)
a. Faktor Infeksi
Infeksi internal terdiri dari; (1) Infeksi bakteri; Vibrio, E.Coli, salmonella, campylobacter, yersinia,
aeromonas, dan sebagainya. (2) Infeksi virus; Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain. (3) Infeksi paratisit; Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyiuris, Strongyloides);
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia tamblia, Trichomonas hominis) dan jamur (Candida albicans). Infeksi
parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: Otitis media akut, tonsillitis, bronkopneumoni,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa); monosakarida (intoleransi
glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.
Malabsorbsi lemak, dan malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. Diare dapat disebabkan oleh intoksikasi makanan,
makanan pedas, makanan yang mengandung bakteri atau toksin. Alergi terhadap makanan tertentu seperti susu
sapi.
2.1.1.3 Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare akut, dan diare kronis. 1) Diare akut
adalah diare yang terjadi secara mendadak atau sewaktu-waktu, berlangsung kurang dari 14 hari, dengan
pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai lendir dan darah. 2) Diare kronis adalah diare
hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten
atau gangguan metabolisme yang menurun, lama diare kronik lebih dari 30 hari. (8)
2.1.1.4 Akibat Diare
a. Dehidrasi
Pada diare akut dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang
berulang-ulang. Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak dari pada pemasukan air. Derajat dehidrasi
dapat dibagi berdasarkan kehilangan berat badan dan gejala klinis. Berdasarkan kehilangan berat badan, apabila
berat air kurang dari 5 % berat badan, maka dehidrasinya bersifat ringan dan satu – satunya gejala dehidrasi
yang jelas ialah haus. Bila defisit melebihi 5 % berat badan, penderita mungkin akan sangat haus. Hilangnya
cairan dalam rongga ekstrasel mengakibatkan turgor kulit berkurang, ubun-ubun dan mata cekung, serta mukosa
kering. Defisit cairan 5-10 % berat badan mengakibatkan dehidrasi sedang, sedangkan defisit cairan 10 % atau
lebih disebut dehidrasi berat. (7)
Derajat dehidrasi menurut kehilangan berat badan, diklasifikasikan menjadi tiga, dapat dilihat dari tabel
berikut : (8)
Tabel 1. Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan
Derajat dehidrasi Penurunan berat badan
Tidak dehidrasi < 5 %
Dehidrasi ringan sedang 5-10 %
Dehidrasi berat > 10 %
Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinisnya dapat dilihat pada tabel berikut : (8)
Tabel 2. Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis
Penilaian A B C
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum seperti biasa
Haus, ingin minum banyak
Malas minum, tidak bisa minum
Periksa:Turgor kulit
Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ sedang
Bila ada 1 tanda ditambah 1/lebih tanda lain
Dehidrasi berat
Bila ada 1 tanda ditambah 1/lebih tanda lain
Terapi Rencana Rencana Rencana
pengobatan A pengobatan B pengobatanC
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar
b. Gangguan keseimbangan asam-basa
Gangguan keseimbangan asam basa yang biasa terjadi adalah metabolik asidosis. Metabolik asidosis ini
terjadi karena kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja, terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia
jaringan, produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal,
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler. (8)
c. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak
yang sebelumnya sudah menderita kekurangan kalori protein (KKP). Gejala hipoglikemia akan muncul jika
kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg % pada bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemia
tersebut dapat berupa : lemas, apatis , tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma. (8)
d. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat
badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan karena makanan sering dihentikan oleh orang tua.
Walaupun susu diteruskan, sering diberikan pengenceran. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna
dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. (9)
e. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau shock hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang
dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun
dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal. (9)
2.1.1.5 Penatalaksanaan
Tujuan dalam mengelola dehidrasi yang disebabkan diare adalah untuk mengoreksi kekurangan cairan dan
elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) dan kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti
(terapi rumatan). Kehilangan cairan dapat diganti baik secara oral maupun intravena. (7)
a. Cairan rehidrasi oral
Prinsip yang mendasari URO (upaya rehidrasi oral) telah diterapkan untuk pengembangan campuran
glukosa dan elektrolit yang seimbang untuk digunakan dalam pengobatan dan pencegahan dehidrasi,
kekurangan kalium, dan kekurangan basa yang terjadi karena diare. Untuk memenuhi dua tujuan terakhir,
kalium dan garam sitrat (bikarbonat) dimasukkan sebagai tambahan terhadap natrium klorida. Campuran garam
dan glukosa ini dinamakan oral rehydration salt (ORS) atau disebut cairan rehidrasi oral (oralit). Bila oralit
dicampurkan dalam air, campuran ini disebut larutan oralit. Oralit memiliki kandungan 3,5 gram/L NaCL, 2,5
gram/L Na bikarbonat, 1,5 gramKCL dan 20 gram glukosa. Cairan rehidrasi oral (ORS) tersebut dinamakan
cairan rehidrasi oral formula lengkap, disamping itu terdapat formula tidak lengkap atau formula sederhana atau
sering disebut cairan rumah tangga yang hanya mengandung 2 komponen yaitu NaCL dan glukosa atau
penggantinya misalnya sukrosa dan merupakan larutan gula garam (LGG). (7)
b. Cairan rumah tangga (CRT)
Meskipun komposisinya tidak setepat larutan oralit untuk mengobati dehidrasi, cairan lain seperti larutan
sup, larutan garam – air kelapa, air tajin, minuman yoghurt, mungkin lebih praktis dan hampir efektif sebagai
upaya rehidrasi oral untuk mencegah dehidrasi. Cairan rumah tangga ini harus segera diberikan kepada anak
pada saat mulai diare, dengan tujuan memberi lebih banyak cairan dari biasannya. Pemberian makanan juga
harus diteruskan.(7)Berikut ini beberapa cairan rumah tangga yang dapat menggantikan oralit :
1) Campurkan 1 gelas (200 ml) air putih, 1 sendok teh besar gula (gula pasir atau gula merah), dan 1 ujung pisau
garam dapur.
2) Campurkan 1 gelas (200 ml) air tajin, 1 sendok teh besar gula (gula pasir atau gula merah), dan satu ujung pisau
garam dapur.
3) Campurkan 1 gelas (200 ml) air kelapa dan 1 sendok teh besar gula.
Cairan yang berasal dari makanan paling efektif untuk terapi di rumah jika mengandung beberapa garam,
dan kandungan natrium harus sekitar 50 mmol/l. Konsentrasi ini didapat melalui pengenceran 3 gram garam
dapur ke dalam 1 liter air. Bila yang diberikan hanya cairan bebas garam, bila memungkinkan diberikan pula
makanan yang mengandung garam. Namun begitu kombinasi ini kurang efektif dalam pencegahan diare berat.
Bayi yang diare harus selalu diteruskan pemberian ASInya. Pemberian ASI pada saat diare merupakan sumber
penting air dan nutrisi, sedangkan garam dapat menurunkan volume tinja dan lamanya sakit.
c. Cara pembuatan dan pemberian oralit
Gunakan gelas, cangkir, atau botol yang bersih. Gunakanlah air minum baik air putih atau air teh atau
susus yang telah dimasak. Kemudian masukkan 1 bungkus oralit , (kecil , kemasan untuk 200 cc) ke dalam 1
gelas (200cc) yang telah berisis air minum tadidan aduk hingga larut betul. Pada prinsipnya berikan sebanyak
anak mau minum. Mula – mula berikan sedikit demi sedikit agar anak jangan muntah. Bila anak muntah, tunggu
dengan pemberian oralit selama 5-10 menit untuk kemudian di berikan lagisedikit demi sedikit. Dalam 2 jam
pertama berikan oralit sebanyak mungkin misalnya 2 gelas. Sebaiknya penderita secepatnya di bawa ke
puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk di nilai derajat rehidrasinya oleh petugas kesehatan. Bila tanda-tanda
dehidrasi sudah berkurang pemberian cairan dapat dikurangi, misalnya 1 gelas tiap 2 atau 3 jam, sampai diare
berhenti. Sebagai pedoman berikan 50 cc per kg berat badan sehari pada dehidrasi ringan dan 100 cc per kg
berat badan sehari pada dehidrasi sedangatau dapat pula setiap kali anak di bawah umur 6 tahun dan 2 gelas
oralit untuk anak besar. (7)
2.1.1.6 Rencana Pengobatan
Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi menjadi tiga, antara lain : (8)
a. Rencana pengobatan diare di rumah
Digunakan untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi diare di rumah, memberikan terapi
awal bila anak terkena diare lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair (sup, air
tajin), air matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam tabel berikut : (7)
Tabel 3. Kebutuhan oralit per kelompok umur
UmurJumlah oralit yang diberikan tiap BAB
Jumlah oralit yang disediakan di rumah
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)
b. Rencana pengobatan diare dengan derajat dehidrasi ringan dan sedang
Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan sedang, dengan cara ; dalam 3 jam
pertama, berikan 75 ml/KgBB. Berat badan anak tidak diketahui, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel
berikut: (7)
Tabel 4. Jumlah oralit yang diberikan pada 3 jam pertama
Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun
Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml
Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu untuk meneruskan ASI. Bayi
kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan juga 100-200 ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai
kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A, B atau C untuk melanjutkan
pengobatan.
c. Rencana pengobatan diare dengan derajat dehidrasi berat
Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi berat. Pertama-tama berikan cairan intravena,
nilai setelah 3 jam. Jika keadaan anak sudah cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam berikutnya nilai
ulang anak dan pilihlah rencana pengobatan yang sesuai.
2.1.1.7 Diit Pada Balita Diare
Agar pemberian diit pada anak dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya, serta memperhatikan faktor
yang mempengaruhi keadaan gizi anak, maka diperlukan persyaratan diit sebagai berikut: (10)
a. Pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi atau keadaan telah memungkingkan, sedapat-dapatnya
dilakukan dalam 24 jam pertama. Pemberian makanan secara dini penting untuk mengurangi sekecil mungkin
perubahan keseimbangan protein-kalori.
b. Makanan cukup energi dan protein. Bila terjadi gizi kurang dapat diberikan diit energi lebih tinggi 25% dari
kebutuhan normalnya dan tinggi protein.
c. Pemberian ASI diutamakan pada bayi. Pada anak yang mendapat susu formula dapat diberikan selang-seling
dengan oralit sehingga terjadi pengenceran laktosa di dalam perut
d. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan menurut berat badan dan umur
e. Pemberian vitamindan mineral dalam jumlah cukup
f. Makanan yang tidak merangsang (bumbu tajam dan tidak menimbulkan gas dan rendah serat)
g. Makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna ke bentuk yang sesuai umur dan keadaan
penyakit
h. Makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering
i. Khusus untukk penderita diare karena malabsorpsi diberiakn makanan sesuai dengan penyebabnya
j. Parenteral nutrisi dapat dimulai apabila ternyata dalam 5 hari atau 7 hari masukan nutrisi tidak optimal
Tabel 5. Jenis makanan saat balita diare
Bahan makanan Yang dapat diberikan Yang dilarang
Bahan makanan pokok dan selingan
Bahan lauk hewani
Bahan lauk nabati
Sayuran dan buah-buahan
Susu dan hasil olahannya
Minyak dan lemak
Bumbu
Buat beras mnejadibubur nasi atau bubur saring
Buat tepung-tepungan menjadi bubur atau puding
Rebus kentang, lalu haluskan
Rebus mie dan makaroni
Biskuit dan roti tawar tanpa lemak
Telur direbus atau masak ceplok, atau dadar
Nasi goreng, mie/pasta goreng, beras ketan, jagung ubi, singkong dan talas
Semua yang menghasilkan tekstur keras dann dimasak dengan bumbu tajam
Semua yang berlemak tinggi
Semua jenis kacang- kacangan dalam bentuk utuh lalu haluskan
Cincang daging rendah lemak dan ayam
Rebus ikan tanpa tulang
Rebus atau tim tahu
Rebus atau kukus tempe
Sari sayuran (air kaldu)
Tim, lalu haluskan wortel, labu siam, dan labu kunig sari buah yang manis, kukus pisang lalu haluskan
Tergantung jenis diare:
- pada intoleransi laktosa, berikan susus rendah laktosa
- pada malabsorbsi lemak, berikan susu skim (tanpa lemak)
Berikan terbatas atau MCT (medium chain trigliserida)
Sayuran dan buah segar
Sayuran dan buah yang berserat tinggi,dan menimbulkan gas, seperti kacang panjang, kol, lobak, kangkung, durian, mangga, dan nangka
Berbagai lemak yang sulit dicerna
Semua bumbu yang
Minuman Teh, sirup, dan sari buah merangsang, seperti lada, cabai dan cuka
Minuman yang mengandung soda dan alkohol
2.1.2 PERILAKU
2.1.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku
manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk
memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Terdapat berbagai macam kebutuhan diantaranya kebutuhan
dasar dan kebutuhan tambahan.(11)
Perilaku kesehatan adalah tindakan seseoranng yang mengerti status kesehatan mereka, mempertahankan
setatus kesehatan mereka secara optimal, mencegah sakit dan luka dan mencapai kemampuan fisik dan mental
secara maksimal.(11) Tindakan seperti diet, latihan, perhatian terhadap gejala sakit, mengikuti nasehat pengobatan
dan mencegah terjadinya resiko terhadap kesehatan. Perilaku kesehatan adalah suatu aktivitas yang dilakukan
oleh individu yang meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap
asimtomatik (Klas & Cobb, 1996 dalam Niven, 2000).(11)
Dari batasan tersebut, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi : (11)
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)
Merupakan perilaku atau usaha seseorang untuk memlihara atau menjaga kesehatan untuk tidak sakit dan usaha
untuk penyembuhan bila sakit.
b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan
Merupakan upaya atau tindakam seseorang pada saat menderita penyakit, dimulai dari mengobati sendiri sampai
mencari pengobatan ke luar negeri.
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun social budaya,sehingga lingkungan tersebut
tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain bagaimana seseorang mengelola lingkungan dan
memanfaatkan lingkungan dengan baik sangat diperlukan, agar tidak mengganggu kesehatannya sendiri,
keluarga, dan masyarakat.
Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2003) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini,
yaitu : (11)
a. Perilaku hidup sehat
Merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan atau
meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup makan dengan menu seimbang dengan kualitas makanan
dan kualitas makanan terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh, olah raga teratur dengan kualitas (gerakan) dan
frekuensi yang tetap, yang tergantung dari usia dan status kesehatan individu, tidak merokok dan minum –
minuman keras serta memakai narkoba, istirahat cukup dan mampu untuk mengendalikan stress serta gaya
hidup yang positif bagi kesehatan
b. Perilaku sakit
Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsi terhadap sakit, pengetahuan
tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit. Perilaku sakit merupakan aktifitas apapun yang
dilakukan individu yang merasa sakit, untuk mendefenisikan keadaan kesehatannya dan menemukan
pengobatan yang tepat.
c. Perilaku peran sakit
Mencakup hak dan kewajiban pasien sendiri maupun keluarganya, perilaku ini meliputi tindakan memperoleh
kesembuhan, mengenal dan mengetahui hak untuk memperolah perawatan dan pelayanan kesehatan dan
kewajiban untuk mengobati penyakitnya dan mencegah penularan penyakitnya pada orang lain.
2.1.2.2 Domain Perilaku
Bloom (1976), dalam Not, mengatakan baoatmodjo (2003) bahwa aspek perilaku yang dikembangkan
dalam proses pendidikan meliputi tiga ranah yaitu : ranah Kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan
ranah Psikomotor (keterampilan). (11)
Perilaku manusia terbagi kedalam 3 domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam
perkembangannya, teori Bloom dimodifikasi untuk mengukur hasil pendidikan kesehatan, yakni :(11)
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang, pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu: Tahu
(know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), sintesis ( syntesis) dan evaluasi
(evaluation).
1) Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasii atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum
– hokum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkanmateri suatu objek ke dalam komponen –
komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis), sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemmpuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek.(10) Komponen pokok dari sikap adalah kepercayaan terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau
evaluasi terhadap suatu objek, dan kecendrungan untuk bertindak.
Tingkatan dari pembentukan sikap, yakni :
1) Menerima (receiving), dimana bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding), dimana individu memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indiasi dari sikap.
3) Menghargai (valuing), dimana individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan atau
masalah.
4) Bertanggungjawab (responsible), dimana individu bertanggungjawab terhadap terhadap segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko.
c. Praktek atau Tindakan (practice)
Menurut Notoadmodjo, (2003) untuk mewujudkan suatu sikap menjadi tindakan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tingkatan dari praktek atau tindakan, yaitu :
1) Persepsi (perseption), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil
adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2) Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah indikator praktik tingkat kedua.
3) Mekanisme (mecanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
4) Adopsi (adoption), adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan
itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2.1.3 PENATALAKSANAAN REHIDRASI ORAL PADA BALITA DIARE
Pengobatan diare di rumah yang efektif hanya dapat diberikan oleh ibu. Ibulah yang harus menyiapkan
cairan rehidrasi oral dan memberikannya dengan benar, memberikan makanan yang disiapkan dengan benar dan
memutuskan kapan harus di bawa ke tempat pengobatan. Ibu dapat melakukan tugas ini dengan benar bila dia
jelas mengetahui kebutuhan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Keterlambatan untuk
mendapatkan pertolongan memegang peranan dalam terjadinya kematian akibat diare tersebut, seringkali ibu
yang membawa anaknya dalam kedaaan dehidrasi berat dan disertai penurunan kesadaran atau faktor lainnya
seperti kejang, sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Padahal dengan terapi awal yang tepat, diare akan
mudah disembuhkan. Maka dari itu kesempatan terbaik bagi ibu untuk belajar tentang pengobatan diare di
rumah adalah ketika dia membawa anaknya ke tempat pengobatan karena anaknya diare. Sayangnya,
kesempatan ini sering hilang karena dokter atau petugas kesehatan tidak berkomunikasi dengan baik terhadap
ibu- ibu, akibatnya ibu-ibu sering pulang ke rumah tanpa mengerti bagaimana meneruskan pengobatan anaknya
dengan efektif.(7) Sebaiknya dokter atau petugas kesehatan memberikan informasi tentang cara penanganan
diare, yaitu pertama langkah yangtepat yang harus dilakukan adal memberikan cairan secukupnya. Ibu – ibu
yang balitanya diare sebaiknya memberikan ASI jika anaknya masih menyusui, selain itu anak diberi minum
kuah sayur atau sup, oralit, LGG (larutan gula garam) dan sebagainya. Jika anak bisa memngkonsumsi
makanan, ibu hendaknya memberi makanan harian yang di haluskan. Pengetahuan dan kesadaran orang tua
terhadap masalah kesehatan anak balitanya tentu sangat penting agar anak yang sedang mengalami diare tidak
jatuh pada kondisi yang lebih buruk. (7)
2.2 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian latar belakang dan tujuan penelitian di atas, maka agar penelitian lebih terfokus
kerangka pemikiran pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian ini
adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif.(12)
3.2 Populasi dan sample penelitian
3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.(13) Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu dari anak balita yang menderita diare diPuskesmas Klangenan pada bulan Juni
berjumlah 83 orang.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sample
random sampling yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk diseleksi sebagai sample.(12) Untuk menentukan besarnya sample digunakan
rumus :
Keterangan :n : Jumlah sampelN : Jumlah populasi
d : Tingkat signifikansi 10 % (0,1) (13)
Besarnya sampel berdasarkan hasil perhitungan adalah :
dibulatkan 45 ibu.
27
Jadi banyaknya sampel adalah 45 ibu.
3.3 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan 2 cara yaitu:
1) Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung saat berlangsungnya penelitian dengan
menggunakan kuesioner.
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh dari laporan dan catatan resmi yang ada, literatur, perpustakaan
yang relevan dan sumber-sumber lain yang mendukung.
3.4.3. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner yang diartikan
sebagai daftar pertanyaan yang tersususun dengan baik, tugas responden tinggal memberikan
jawaban atau dengan memberikan tanda atau pilihan tertentu.(12)
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas
3.4.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya setiap butir soal yang ada
pada instrument penelitian. Uji item pada masing-masing pernyataan dilakukan dengan
menggunakan Uji product Moment (Arikunto, 2002) dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan:
r = Korelasi antara variabel X dengan Y
X = Skor tiap item
Y = Skor total
n = Banyaknya subjek (13)
3.4.2 Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas bertujuan untuk menguji sejauh mana kehandalan kuesioner yang akan
digunakan pada penelitian. Uji kuesioner dilakukan dengan uji Alpha Cronbach (Arikunto,
2002) dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :α = reliabilitas instrument
k = jumlah item dalam instrument∑Si
2 = Varians responden untuk item ke-1∑St
2 = Jumlah varians (13)
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan
data atau kesimpulan fakta yang dikumpulkan secara langsung saat penelitian. Data sekunder
merupakan data laporan resmi yang ada di rumah sakit, literatur yang relevan dan sumber lain
yang mendukung. Adapun metode pengumpulan data yang akan peneliti lakukan adalah :
3.5.1 Setelah memperoleh surat ijin penelitian dari Program Studi DIII Keperawatan dari STIKes
Cirebon, peneliti meminta ijin untuk melakukan penelitian diPuskesmas Palimanan
Kabupaten Cirebon.
3.5.2 Peneliti melakukan pengkajian data pendahuluan di lokasi penelitian untuk mengumpulkan
data awal yang diperlukan dalam penelitian.
3.5.3 Peneliti membagikan kuesioner kepada ibu klien sebagai responden dan menjelaskan tujuan
serta manfaat penelitian. Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden yang
bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan peneliti menjamin kerahasiaan responden.
3.5.4 Peneliti memberikan kuesioner, menjelaskan cara pengisian. menginformasikan agar diteliti
secara lengkap dan akan mengambil pada hari yang telah ditentukan.
3.5.5 Peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi dan memeriksa kelengkapannya.
3.6 Metode Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1 Cara Pengolahan Data
1) Pengolahan (Editing)
Kuesioner yang sudah diisi oleh responden terlebih dahulu dilakukan editing untuk
mengecek kebenaran data berdasarkan pada pengisian kuesioner. Pada tahap editing ini
peneliti melakukan pengecekan kelengkapan data yang ada terutama dalam kelengkapan data
kuesioner.
2) Pengkodean (Coding)
Coding merupakan suatu metode untuk mengkonversikan data yang dikumpulkan
selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis terhadap pertanyaan
dan jawaban yang diajukan.
3) Entry Data
Memasukan data yang telah dilakukan coding dengan menggunakan program SPSS.
4) Tabulasi (Tabulating)
Sebelum data diklasifiksikan, data dikelompokkan terlebih dahulu guna kepentingan
penelitian ini, selanjutnya data ditabulasikan sehingga diperoleh frekuensi dari masing–
masing kelompok pertanyaan dari setiap alternatif jawaban yang tersedia.
3.6.2 Analisis Data
Analisa univariat yaitu suatu teknik analisa yang digunakan
untuk menggambarkan distribusi frekuensi suatu data penelitian.(13) Analisa univariat pada
penelitian ini menggunakan skala proseentase dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :P = Prosentasef = Frekuensi jawabanN = Jumlah responden(13)
3.7 Prosedur penelitian
3.7.1 Tahap Persiapan
1. Memilih lahan penelitian
2. Melakukan studi pendahuluan
3. Melakukan studi kepustakaan
4. Menyusun proposal penelitian
5. Seminar proposal
3.7.2 Tahap pelaksanaan
1. Ijin Penelitian
2. Mendapatkan informed concent dari responden
3. Melakukan pengumpulan data
4. Melakukan pengolahan dan analisa data
3.7.3 Tahap Akhir
1. Menyusun hasil laporan penelitian
2. Pertanggungjawaban hasil penelitian
3. Revisi dan penggandaan hasil penelitian
3.8 Etika Penelitian
Masalah etika dalam penelitian keparawatan merupakan masalah yang sangat penting,
karena akan berhubungan dengan manusia secara langsung. Etika yang perlu dan harus
diperhatikan :
3.8.1 Informed Consent (lembar persetujuan)
Cara persetujuan antara peneliti dengan responden dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan. Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian agar subyek mengerti
maksud dan tujuan penelitian.
3.8.2 Anonumity (tanpa nama)
Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak memberikan
nama responden pada lembar kuesioner dan hanya menandakan kode.
3.8.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh penelti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
3.9 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Palimanan Kabupaten Pada bulan Juli
sampai Agustus 2012.
Daftar Pustaka
1. Ngastiyah, (2007). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
2. Nursalam, et el. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba.
3. Depkes RI. (2005). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004.
4. Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2010.
5. Harianto, (2012). Dibuka pada http://jurnal.farmasi.ui.ac.id. Diakses pada 11 Juli 2012.
6. Hartaniyah (2004). Dibuka pada website http://digiblib.ui.ac.id. Diakses pada 11 Juli 2012.
7. Depkes RI. (2004). Buku Ajar Diare. Jakarta. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman.
8. Suharyono, (2008). Diare Akut Klinik dan Laboratorium. Jakarta: Rineka Cipta.
9. Suriadi & Yuliani R, (2006). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
10. Uripi, Vera. (2004). Menu Sehat untuk Balita. Jakarta: Puspa Suara.
11. Notoatmodjo, S (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
12. Notoatmodjo, 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
13. Arikunto, S, (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Yogyakarta: Rineka Citra.
14. Singgih S. (2010). Panduan lengkap penggunaan SPSS. Jakarta : Elexmedia.
L A M P I R A N
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Cirebon, ... Juli 2011.
KepadaYth. Sdr. Penelitidi Tempat.
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:N a m a : ………………………………..
Umur : …… tahun
Alamat : …………………………………………………………………………..
Selaku responden penelitian yang dilakukan oleh CICIH ROHYANI dengan judul“Gambaran Pelaksanaan Perawatan Rehidrasi Oral Pada Balita Terkena Diare di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Palimanan tahun 2012".
Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa saya telah mendapatkan penjelasan mengenai maksud dan tujuan pengumpulan data yang dilakukan Sdr. Peneliti. Secara sukarela saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.
Saya yang menyatakan
…………………………
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PELAKSANAAN PERAWATAN REHIDRASI ORAL PADA BALITA TERKENA DIARE DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS
PALIMANAN TAHUN 2012
A. Data RespondenBerilah tanda pada kotak di bawah ini
I. Data Responden : Kode Responden 1. Umur : ....................................................... 2. Alamat : .......................................................
3. Pendidikan : tidak sekolah SD SMP SMA
Perguruan Tinggi 4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga PNS Pedagang Petani
Wiraswasta 5. Pernah mendapatkan informasi tentang perawatan balita diare: Pernah Tidak pernah 6. Mendapatkan informasi tentang Asi Ekslusi:
Bidan / Dokter Tv Buku / Majalah Teman
B. Kuesioner Pengetahuan Tentang DiarePetunjuk pengisian:Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda check list () pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban anda.
No PERNYATAAN Benar Salah
1. Bila anak diare maka saya segera memberikan oralit/ larutan gula garam
2. Air tajin dan air kelapa dapat diberikan pada balita diare
3. Air gula garam tidak dapat menggantikan cairan oralit yang dapat mencegah dehidrasi
4. Bubur atau campuran tepung lainnya, dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, atau ikan dapat diberikan pada balita diare
5. Bila anak saya diare maka saya akan puasakan anak saya
6. Dengan meminum oralit anak saya terhindar dari dehidrasi
7. Bila anak saya diare saya akan tetap memberikan susu formula
8. Sup sayur dan rebusan tahu atau kentang dapat mencegah dehidrasi
9. Memberikan minuman lebih banyak dari biasanya pada anak diare adalah suatu pencegahan dehidrasi
10. Diare yang tidak diobati tidak bisa mengakibatkan gizi buruk
C. Kuesioner Tindakan Perawatan DiarePetunjuk pengisian:Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda check list () pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban anda.
NO PERNYATAAN Ya Tidak
1. Saya segera memberi anak saya minum yang banyak dari biasanya bila mengalami diare
2. Saya tidak akan memberikan ASI pada saat anak saya diare
3. Bila anak saya muntah pada saat meminum larutan oralit maka saya memberikan sedikit-sedikit tapi sering
4. Dalam 2 jam pertama sebaiknya anak di berikan oralit sebanyak mungkin misalnya 2 gelas
5. Saya dapat memberikan makanan seperti beras menjadi bubur nasi, rebus kentang atau wortel yang dihaluskan
6. Bila oralit tidak ada maka saya tidak bisa memberikan larutan gula garam
7. Untuk membuat cairan oralit saya memasukkan 1 bungkus oralit kedalam gelas dicampur air putih sebanyak 200 cc
8. Bila anak saya umurnya > 2 tahun maka saya memberikan oralit 1-2 sendok setiap 1 menit agar anak tidak muntah
9. Saya akan memberikan makanan yang sudah dimasak lebih dari 24 jam untuk anak saya
10. Bila diare anak saya tidak membaik dalam 3 hari dan tanda dehidrasi bertambah berat maka saya akan membawanya ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat