perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penerapan model ...... · sma al islam 1 surakarta tahun...
TRANSCRIPT
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPS 2
SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
WINDA AYU CAHYA FITRIANI
K1208052
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPS 2
SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
WINDA AYU CAHYA FITRIANI
K1208052
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPS 2
SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
WINDA AYU CAHYA FITRIANI
K1208052
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Winda Ayu Cahya Fitriani
NIM : K1208052
Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA AL ISLAM 1
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Winda Ayu Cahya Fitriani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPS 2
SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
WINDA AYU CAHYA FITRIANI
K1208052
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Kebahagiaan hidup yang sebenarnya adalah hidup dengan rendah hati
(W.M Thancheray)
Kemajuan merupakan kata yang merdu. Tetapi perubahanlah penggeraknya dan
perubahan mempunyai banyak musuh (Robert F. Kennedy)
Ikhlas dan syukur, awal dari kesuksesan
(penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Bapak Ibuku yang tercinta, terima kasih atas kasih sayang, dukungan,
semangat serta selalu mengiringi setiap langkahku dengan doa
Kedua adikku tersayang divya dan udin, kalian adalah mutiara hatiku
The Special One, yang akan menjadi The Special One.
Teman- teman Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2008.
Five Bamboo, I love you all
Almamater tercinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Winda Ayu Cahya Fitriani. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANASSURE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULISNASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA AL ISLAM 1SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Fakultas Keguruan danIlmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas prosespembelajaran dan kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas XI IPS 2SMA Al Islam 1 Surakarta dengan menerapkan model pembelajaran ASSURE.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitiandilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan,pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswakelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta yang berjumlah 39 siswa. Sumber databerasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi,wawancara, angket dan tes. Validitas data menggunakan triangulasi sumber datadan triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik analisis kritiskomparatif. Prosedur penelitian menggunakan model Lewin yang salingberkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan modelpembelajaran ASSURE dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dankemampuan menulis naskah drama siswa dari pratindakan ke siklus I dan darisiklus I ke siklus II. Berdasarkan analisis peneliti proses pembelajaran menulisnaskah drama pada siklus I mencapai 59%. Pada siklus II, keaktifan siswameningkat menjadi 81%, artinya jumlah siswa yang aktif bertambah 9 siswa. Iniberarti pada siklus II proses pembelajaran naik 22% dari siklus I.
Berdasarkan analisis terhadap pekerjaan siswa, diketahui bahwa siswayang sudah tuntas di atas batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 14siswa (36%). Peningkatan terjadi pada siklus I. Kualitas proses pembelajaran dankemampuan menulis naskah drama siswa meningkat walaupun belum optimal.Hal ini dapat dilihat dari hasil siswa dalam menulis naskah drama yangdinyatakan tuntas sebanyak 25 siswa (64%). Peningkatan terjadi lagi pada siklusII. Siswa dapat menulis naskah drama dengan baik dan dinyatakan tuntassebanyak 33 siswa (85%). Pelaksanaan siklus II menyebabkan kualitas prosespembelajaran dan kemampuan menulis naskah drama belajar siswa meningkatsehingga bisa mendukung suatu pembelajaran yang berkualitas.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran ASSUREmeningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis naskahdrama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta.
Kata Kunci: model ASSURE, kualitas proses, menulis, naskah drama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA AL ISLAM 1
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Swandono, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik.
5. Dr. Andayani, M.Pd., selaku pembimbing I.
6. Atikah Anindyarini, S.S, M.Hum., selaku pembimbing II.
7. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
8. Drs. H. Abdul Halim, Kepala SMA Al Islam 1 Surakarta.
9. Drs. Joko Sarwono, M.Pd., Guru Bahasa Indonesia SMA Al Islam 1
Surakarta.
10. Siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
11. Serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini yang
tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca.
Surakarta, Juni 2012
Winda Ayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ......................................................................................................... i
PERNYATAAN .......................................................................................... ii
PENGAJUAN ............................................................................................. iii
PERSETUJUAN ......................................................................................... iv
PENGESAHAN .......................................................................................... v
MOTTO vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK . viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN . xvi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 7
A. Tinjauan Teori dan Penelitian yang Relevan .............................. 7
1. Hakikat Menulis Kreatif ....................................................... 7
a. Pengertian Menulis ......................................................... 7
b. Tujuan Menulis ............................................................... 8
c. Manfaat Menulis ............................................................. 9
d. Kreativitas ....................................................................... 11
e. Menulis Kreatif ............................................................... 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2. Menulis Kreatif Naskah Drama ............................................ 14
a. Pengertian Drama ............................................................ 14
b. Jenis-jenis Drama ............................................................ 15
c. Naskah Drama ................................................................. 16
d. Menulis Naskah Drama .................................................. 23
3. Model Pembelajaran ASSURE .............................................. 25
a. Definisi ASSURE ............................................................ 25
b. Teori Pembelajaran yang Berhubungan
dengan ASSURE ............................................................. 27
c. Kelebihan dan Kekurangan Model ASSURE ................ 28
4. Penerapan Model Pembelajaran ASSURE
dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama ....................... 29
5. Penelitian yang Relevan ........................................................ 31
B. Kerangka Berpikir ... 31
C. Hipotesis Tindakan...................................................................... 35
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................... 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 36
B. Subjek Penelitian ........................................................................ 38
C. Data dan Sumber Data Penelitian ............................................... 38
D. Pengumpulan Data ...................................................................... 38
E. Uji Validitas Data ... 40
F. Analisis Data ... 41
G. Prosedur Penelitian . 41
H. Indikator Keberhasilan Tindakan 47
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ............................. 49
A. Deskripsi Pratindakan ................................................................. 49
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ......................................... 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus .. 76
D. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 79
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 97
A. Simpulan ...................................................................................... 97
B. Implikasi ...................................................................................... 100
C. Saran ............................................................................................ 101
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 102
LAMPIRAN ................................................................................................ 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir ................................................................................................ 34
2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ........................................................................ 42
3. Grafik Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2
SMA Al Islam 1 Surakarta Sebelum Menggunakan Model ASSURE ................. 52
4. Grafik Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa ................................. 63
5. Grafik Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2
SMA Al Islam 1 Surakarta dengan Menggunakan
Model ASSURE pada Siklus II ........................................................................... 74
6. Grafik Rekapitulasi Persentase Peningkatan Proses Pembelajaran
Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta ........ 83
7. Rekapitulasi Peningkatan Persentase Kemampuan Menulis Naskah Drama
Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta ............................................... 86
8. Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama ...................................... 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sintak Model Pembelajaran ASSURE ................................................................. 27
2. Sintak Desain ASSURE dalam Menulis Naskah Drama ...................................... 30
3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ..................................................... 37
4. Rincian Indikator Keberhasilan Proses Pembelajaran ......................................... 48
5. Rincian Indikator Kemampuan Menulis Naskah Drama .................................... 48
6. Tabel Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis
Naskah Drama Siswa XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta
Sebelum Menggunakan Model ASSURE ............................................................. 53
7. Tabel Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis
Naskah Drama Siswa XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta
dengan Menggunakan Model ASSURE pada Siklus I ......................................... 64
8. Tabel Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis
Naskah Drama Siswa XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta
dengan Menggunakan Model ASSURE pada Siklus II ........................................ 75
9. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I dan II .......................... 78
10. Rekapitulasi Nilai Menulis Naskah Drama......................................................... 88
11. Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama..................................... 93
12. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................................. 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kriteria Penilaian Penulisan Naskah Drama .. 106
2. Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama Sebelum Menggunakan
Model ASSURE (Pratindakan) ... 108
3. Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama pada Siklus I ... 111
4. Hasil Pembelajaran Menulis Naskah Drama pada Siklus II .. 114
5. Rekapitulasi Nilai Menulis Naskah Drama ... 117
6. Pedoman Penilaian Proses Pembelajaran .. 119
7. Penilaian Proses Pembelajaran pada Siklus I ............................................. 121
8. Penilaian Proses Pembelajaran pada Siklus II 124
9. Rekapitulasi Penilaian Proses Pembelajaran .. 127
10. Silabus ... 128
11. RPP Siklus I .. 129
12. RPP Siklus II . 142
13. Angket Pratindakan ... 155
14. Presentasi Angket Pratindakan . 156
15. Angket Pascatindakan ... 157
16. Presentasi Angket Pascatindakan .. 158
17. Wawancara Guru Sebelum Tindakan 159
18. Wawancara Guru Setelah Tindakan .. 162
19. Wawancara Siswa Sebelum Tindakan ... 164
20. Wawancara Siswa Setelah Tindakan .. 166
21. Catatan Lapangan Prasiklus ... 168
22. Catatan Lapangan Siklus I Pertemuan Pertama . 171
23. Catatan Lapangan Siklus I Pertemuan Kedua 173
24. Catatan Lapangan Siklus II Pertemuan Pertama 175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
25. Catatan Lapangan Siklus II Pertemuan Kedua .. 177
26. Dokumentasi ... 179
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak terlepas dari adanya empat
kemampuan berbahasa, yaitu: menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.
Keempat aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap potensi kemampuan
berbahasa dalam kehidupan siswa di bidang pendidikan. Menulis merupakan salah
satu aspek keterampilan berbahasa yang memiliki peranan penting, karena melalui
kegiatan menulis seseorang dapat memberitahukan, meyakinkan, menghibur,
bahkan mengekspresikan perasaan dan emosi. Kemampuan menulis sangat
diperlukan agar seseorang dapat mengungkapkan ide dan hasil pemikirannya pada
orang lain melalui sebuah tulisan.
Menulis termasuk dalam kegiatan aktif produktif, sehingga mulai dari
jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, siswa dibiasakan untuk
menghasilkan sebuah tulisan. Dalam kegiatan menulis ini, seorang siswa harus
terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Dari pernyataan
itu, dapat diketahui bahwa menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang
melibatkan berbagai keterampilan. Hal tersebut dapat dikatakan demikian karena
menulis memerlukan keterampilan yang memerlukan latihan-latihan yang
berkelanjutan dan terus menerus.
Terdapat beberapa macam menulis dalam bidang pendidikan, salah
satunya adalah menulis kreatif. Menulis kreatif merupakan teknik penulisan
sejumlah apresiasi sastra, diantaranya penulisan cerpen, puisi, dan drama. Sastra
dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya menjadi bagian dari materi
kebahasaan, hanya beberapa sekolah yang membedakan pelajaran bahasa dengan
pelajaran sastra (menyendirikannya).
Salah satu jenis sastra yang diajarkan di sekolah, khususnya Sekolah
Menengah Atas (SMA) adalah drama. Pada kelas XI SMA Standar Kompetensi
(SK) tentang drama tersedia dalam porsi yang cukup karena terdapat dua SK,
yaitu: (1) mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk pementasan drama; dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
(2) menulis naskah drama. Dari kedua SK tersebut, SK menulis naskah drama
memiliki tingkat kesulitan yang lebih bila dibandingkan dengan SK
mengungkapkan wacana sastra dalam bentuk pementasan drama. Dalam SK ini
kompetensi dasar yang seharusnya dicapai ada dua, yaitu: (1) mendeskripsikan
perilaku manusia melalui dialog naskah drama; dan (2) menarasikan pengalaman
manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama. Berdasarkan
Kompetensi Dasar tersebut, pembelajaran menulis naskah drama seharusnya bisa
dilaksanakan dengan keadaan yang menyenangkan karena inspirasi yang
digunakan siswa adalah hal-hal yang dekat dengan siswa yaitu pengalaman.
Pembelajaran menulis naskah drama bisa menjadi pembelajaran yang
menyenangkan apabila guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif
dan kreatif, sehingga asumsi-asumsi siswa terhadap kebosanan menulis naskah
drama bisa ditepis. Melalui latihan menulis naskah drama secara bertahap,
diharapkan dapat membangun keterampilan menulis siswa agar lebih meningkat
lagi. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan menulis naskah
drama siswa masih rendah bila dibandingkan dengan kegiatan berbahasa lainnya.
Padahal secara umum tujuan pembelajaran menulis adalah siswa mampu
mengomunikasikan ide atau gagasan secara tertulis sebagai kegiatan
mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide, imaji, aspirasi, dan
lain-lain (Mujiyanto: 2000).
Namun kenyataan yang ada, tujuan menulis tersebut belum mampu dicapai
dalam pembelajaran menulis naskah drama khususnya di kelas XI IPS 2 SMA Al
Islam 1 Surakarta. Berdasarkan hasil wawancara pada 4 Januari 2012 yang
dilakukan peneliti dengan Bapak Joko Sarwono, selaku guru Bahasa Indonesia di
kelas XI, beliau menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran menulis naskah
drama yang terjadi di kelas XI IPS 2 kurang berjalan dengan baik selama ini.
Rendahnya kemampuan menulis naskah drama siswa dikarenakan mereka
kesulitan menemukan ide. Mereka kurang termotivasi mengikuti pembelajaran
karena selama ini pembelajaran berjalan secara monoton tanpa ada variasi
tertentu. Di samping itu, penyebab rendahnya kemampuan menulis naskah drama
adalah kurangnya penguasaan kosakata pada siswa itu sendiri. Padahal kita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mengetahui bahwa untuk menulis naskah drama diperlukan penguasaan kosa kata
yang memadai. Kurangnya latihan dalam menulis naskah drama juga merupakan
salah satu penyebab rendahnya minat menulis dalam diri siswa. Dengan
kurangnya latihan menulis, maka siswa akan kesulitan pula dalam mengolah kosa
kata yang akan ditulis. Selain itu, untuk memperkaya kosa kata siswa harus
terbiasa membaca dengan rajin.
Berdasarkan observasi awal, wawancara, dan angket siswa, dapat
disimpulkan bahwa beberapa siswa kurang tertarik dengan pembelajaran menulis
naskah drama. Beberapa hal yang menyebabkan mereka kurang tertarik adalah
kesulitan yang mereka hadapi saat menulis naskah drama seperti kurangnya ide,
kosa kata, dan imajinasi dalam menulis. Masalah tersebut diperkuat dengan bukti
nilai kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1
Surakarta yang belum 100% mencapai ketuntasan.
Dari hasil penilaian menulis naskah drama pada observasi awal diketahui
bahwa hanya 14 siswa (35%) dari total 39 siswa yang sudah lulus sesuai dengan
KKM yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu
sebesar 74. Ini berarti masih 25 siswa (65%) yang mendapatkan nilai di bawah
74.
Sebenarnya penyebab rendahnya kemampuan menulis naskah drama yang
mendasar adalah sistem pembelajaran guru yang masih bersifat konvensional.
Dalam pandangan siswa, pengajaran menulis selama ini hanya berisi penjelasan
teori menulis saja sehingga mereka kurang termotivasi untuk menulis. Biasanya
dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis, guru terlalu
tergantung pada buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar mengajar. Selain
itu, sebagian besar siswa masih belum terbiasa untuk memanfaatkan media tulis
sebagai ruang untuk mengungkapkan ide dan gagasan mereka. Ini dapat dilihat
dari kebiasaan mereka yang sering kali melihat awang-awang dalam waktu cukup
lama untuk menemukan ide atau gagasan yang nanti akan mereka tuangkan dalam
tulisan mereka.
Terkait dengan permasalahan di atas, peneliti memberikan alternatif atas
pembelajaran menulis naskah drama selama ini. Permasalahan itu dapat diatasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dengan penggunaan model pembelajaran ASSURE (Analyze, State, Select, Utilize.
Requires, Evaluate and Revise). Dari berbagai macam model pembelajaran yang
ada, model ASSURE merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien,
khususnya pada kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi sebagai
salah satu medianya. Akan tetapi model ASSURE merupakan model yang paling
praktis dari segi penerapannya, sehingga sesuai untuk diaplikasikan pada
pembelajaran tingkat pendidikan dasar atau Sekolah Menengah Atas (Pribadi,
2011).
Model pembelajaran ASSURE diharapkan dapat menunjang keterampilan
menulis siswa agar dapat menarik antusiasme, minat, keinginan, bahkan motivasi
siswa dalam kegiatan menulis. Penerapan model ASSURE dalam proses kegiatan
belajar-mengajar, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menulis naskah
drama siswa. Sehingga siswa pun terpacu untuk mengikuti pembelajaran Bahasa
Indonesia, khususnya pada proses kegiatan belajar menulis naskah drama.
Ketika menggunakan model pembelajaran ASSURE guru tidak hanya
dituntut untuk mengajar, menyampaikan materi, dan memberi komando pada
siswa untuk bergerak akan tetapi unsur perencanaan, pengemasan, penyajian,
penyesuaian dan partisipasi siswa menjadi hal utama yang harus ditekankan oleh
guru. Guru harus merencanakan, mendesain, mengemas dan menyajikan
pembelajaran semenarik mungkin dengan menyesuaikan pada keadaan siswa
(faktor usia, minat), kebutuhan (kompetensi), keadaan sekolah (prasarana dan
sarana yang dimiliki), dan materi. Pemahaman dan pengetahuan siswa tentang
materi yang dipelajari juga menjadi unsur yang tidak boleh diabaikan dalam
pelaksanaan pembelajaran ini karena salah satu teori penguat dari desain sistem
pembelajaran ini adalah teori kognitif yang menjelaskan bahwa perolehan
pengetahuan merupakan salah satu aspek yang harus terpenuhi dalam
pembelajaran.
Dengan demikian penelitian ini diformulasikan dalam sebuah judul
Penerapan Model Pembelajaran ASSURE untuk Meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah penerapan model pembelajaran ASSURE dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al
Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012?
2. Apakah penerapan model pembelajaran ASSURE dapat meningkatkan
kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1
Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan:
1. kualitas proses pembelajaran menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA
Al Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012 dengan model pembelajaran
ASSURE; dan
2. kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1
Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012 dengan model pembelajaran ASSURE.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan
dan khasanah keilmuan tentang pembelajaran bahasa, terutama pembelajaran
menulis naskah drama dengan model pembelajaran ASSURE.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
1) Menawarkan inovasi dalam model pembelajaran menulis naskah drama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2) Mengatasi permasalan yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis
naskah drama.
3) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga
dapat menarik perhatian siswa.
b. Bagi siswa
1) Memudahkan siswa dalam berlatih dan belajar menulis, khususnya
menulis naskah drama dengan model pembelajaran ASSURE.
2) Memberikan motivasi yang positif pada diri siswa selama proses
pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis, sehingga siswa aktif
dalam mengikuti pembelajaran.
3) Meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
c. Bagi peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan tentang pembelajaran menulis,
khususnya menulis naskah drama.
d. Bagi sekolah
Mendorong guru lain untuk menerapkan pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa dengan menggunakan model pembelajaran
ASSURE.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan
1. Hakikat Menulis Kreatif
a. Pengertian Menulis
Menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan
tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam
suatu tulisan. Kegiatan menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
seluruh proses belajar mengajar. Mawardi (2009) menyatakan, Menulis
merupakan kegiatan intelektual sekaligus aktivitas fisik yang lumayan menguras
tenaga dan pikiran (hlm.13).
Menulis adalah adalah proses pembelajaran aktif yang dijadikan kunci
untuk meningkatkan komunikasi (baik tertulis maupun lisan) dan berpikir,
menulis adalah proses sosial dalam bentuk formal maupun informal, dan menulis
adalah kegiatan utama (walaupun tidak eksklusif ) dalam kegiatan sosial (David,
2009).
Jauhari (2007) berpendapat, Menulis merupakan aktivitas menuangkan
gagasan yang diwujudkan dengan lambang-lambang fonem (hlm. 17). Tarigan
menyimpulkan, Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain (2008: 3). Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif
dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Nurudin (2010) menyatakan, Menulis adalah segenap rangkaian kegiatan
seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui
bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami (hlm. 4). Tulisan adalah
sesuatu yang dihasilkan oleh seseorang akibat kegiatan proses kreatif
penulisannya.
Selanjutnya Mujiyanto (2000) menyatakan, Menulis adalah menyusun
buah pikiran dan perasaan atau data informasi yang diperoleh menurut organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
penulisan sistematis, sehingga tema karangan yang disampaikan sudah dipahami
pembaca (hlm. 63).
Kemampuan menulis merupakan kemampuan untuk menuangkan ide atau
gagasan melalui lambang grafik yang teratur sehingga dapat dipahami orang lain
yang membacanya. Kemampuan menulis termasuk dalam empat aspek berbahasa
yang harus dikuasai siswa. Untuk memperoleh kemampuan menulis yang baik,
perlu keseimbangan isi, organisasi tulisan, tujuan, kosa kata, ejaan, dan berbagai
hal pendukung lainnya. Beberapa hal tersebut tidak hanya berlaku untuk jenis
tulisan nonsastra tetapi juga berlaku untuk tulisan sastra tidak terkecuali naskah
drama.
Akhadiah berpendapat, Menulis adalah suatu proses, yaitu proses
penulisan (1996: 2-5). Sebagai proses, menulis terdiri dari serangkaian aktivitas
yang terjadi dan melibatkan beberapa fase. Fase menulis dibagi menjadi fase
prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan
pascapenulisan (telah dan revisi atau penyempurna tulisan).
Fase-fase penulisan di atas hendaknya dipahami sebagai langkah penulisan
yang secara kaku dengan batas yang jelas. Urutan dan batas antar frase itu sangat
luwes bahkan dapat tumpang tindih, maksudnya sewaktu menulis sangat mungkin
melakukan aktivitas yang terdapat pada setiap fase selama bersama.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah
kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung untuk menyampaikan pesan dengan
menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan ini terdiri atas rangkaian huruf
yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan
pungtuasi. Kegiatan menulis ini bersifat produktif dan ekspresif.
b. Tujuan Menulis
Hartig (dalam Tarigan, 1993) menyatakan, Tujuan penulisan suatu tulisan
adalah sebagai berikut: 1) tujuan penugasan, 2) tujuan altruristik, 3) tujuan
persuasif, 4) tujuan informasional, 5) tujuan pernyataan diri, 6) tujuan kreatif, dan
7) tujuan pemecahan masalah (hlm. 23-24).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1) Tujuan Penugasan
Tujuan ini tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu
hanya karena ditugasi.
2) Tujuan Altruristik
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan
kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami,
menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca
lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Tujuan altruristik
adalah kunci keterbatasan sesuatu tulisan.
3) Tujuan Persuasif
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembacanya akan kebenaran
gagasan yang diucapkan.
4) Tujuan Informasional
Tulisan yang bertujuan memberi informasi kepada pembaca.
5) Tujuan Pernyataan Diri
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang penulis
kepada para pembaca.
6) Tujuan Kreatif
Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
7) Tujuan Pemecahan Masalah
Tulisan yang bertujuan memecahkan masalah yang dihadapi.
c. Manfaat Menulis
Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi
tidak langsung. Menulis sangat penting dalam bidang pendidikan karena
memudahkan para siswa untuk berpikir secara kritis.
Pada hakikatnya kemampuan menulis sangat bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari, terutama sebagai alat komunikasi. Seseorang menyampaikan gagasan,
pendapat, dan pesan melalui tulisan dimaksudkan untuk dapat berkomunikasi
dengan pembaca. Selain itu, kemampuan menulis juga memiliki peranan penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dan strategis bagi perkembangan belajar siswa, karena siswa akan mendapatkan
berbagai keuntungan. Keuntungan yang diperoleh siswa antara lain: 1) dapat
mengungkapkan dan mengkomunikasikan gagasan melalui tulisan, 2) dapat
berlatih mencari dan menemukan gagasan, 3) dapat mengungkapkan kembali
pengalaman dan pengetahuan yang telah diperolehnya ke dalam tulisan, 4) dapat
merangkaikan gagasan sehingga membentuk satu kesatuan pikiran, 5) penulis
terdorong untuk terus belajar demi kesempurnaan tulisannya, 6) dengan kegiatan
menulis yang terencana, penulis membiasakan berpikir dan berbahasa secara
teratur, 7) penulis dapat mengungkapkan gagasannya sesuai dengan tujuan yang
diinginkan, dan 8) penulis dapat mengungkapkan gagasan sesuai dengan
kebutuhan serta bermanfaat bagi pembaca (Sugiran, 2008).
Menulis merupakan aktivitas yang memang komplek. Dari kegiatan
menulis, kita dapat memperoleh banyak hal yang baik. Percy (dalam Nurudin)
mengemukakan beberapa kemanfaatan menulis antara lain : 1) sarana untuk
mengungkapkan diri, 2) sarana untuk pemahaman, 3) membantu mengembangkan
kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri, 4) meningkatkan kesadaran
dan penyerapan terhadap lingkungan, 5) keterlibatan secara bersemangat dan
bukannya penerimaan yang pasrah, dan 6) mengembangkan suatu pemahaman
dan kemampuan menggunakan bahasa (2010).
Akhadiah mengungkapkan manfaat dari menulis yaitu: 1) mengenali
kemampuan dan potensi diri, 2) mengembangkan berbagai gagasan, 3) menyerap,
mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis, 4)
mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara
tersurat, 5) meninjau serta menilai gagasan secara lebih objektif, 6) memecahkan
permasalahan dalam konteks yang lebih konkret, 7) belajar secara aktif, dan 8)
membiasakan berpikir serta berbahasa secara tertib (1998).
Senada dengan pendapat di atas, Slamet menjelaskan manfaat yang
diperoleh seseorang dari kegiatan menulis. Manfaat tersebut antara lain: 1)
meningkatkan kecerdasan; 2) mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas; 3)
menumbuhkan keberanian; dan 4) mendorong kemauan dan kemampuan
mengumpulkan informasi (2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
d. Kreativitas
Kata kreativitas (creativity) bermakna mempunyai sifat kreatif (creative)
yang berasal dari kata to create (mencipta). Berdasarkan etimologi, kreativitas
berarti kemampuan menciptakan sesuatu (ide, cara, produk) yang baru. Jadi,
konotasi kreativitas berhubungan dengan sesuatu yang baru yang sifatnya original.
Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan
perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi
manusia. Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi
kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi dan dibina melalui pendidikan yang tepat.
Menurut Dahlan (1994), Kreativitas merupakan kemampuan untuk
berkreasi dan daya mencipta (hlm. 37). Menurut Munandar (1985), Kreativitas
adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi
atau unsur-unsur yang ada (hlm. 24). Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal
yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah
ada sebelumnya. Guilford (dalam Munandar) menyatakan kreativitas merupakan
kemampuan berpikir divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam
alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya (2009).
Kajian kreativitas merupakan kajian yang kompleks sehingga bisa
menimbulkan berbagai pandangan-pendapat, tergantung dari sisi mana mereka
membahasnya dan teori yang menjadi acuannya. Kemampuan kreativitas menurut
Munandar berkenaan dengan tiga hal, yaitu mengkombinasi, memecahkan
masalah, dan operasional. Kemampuan mengkombinasi berdasarkan data atau
unsur-unsur yang ada, kemampuan memecahkan masalah berdasarkan informasi
yang ada, menemukan keragaman solusi dengan penekanan pada aspek kualitas
dan efektivitas, kemampuan operasional berdasarkan pada aspek kelancaran,
keluwesan, orisinalitas.
Guilford (dalam Munandar) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas antara
lain:
1) Kelancaran berpikir, yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang
keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir,
yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2) Keluwesan berpikir, yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide,
jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat
suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau
arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam
pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes
dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir
lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.
3) Elaborasi, yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan
menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau
situasi sehingga menjadi lebih menarik.
4) Originalitas, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau
kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli (2009).
e. Menulis Kreatif
Menulis kreatif merupakan suatu kegiatan mewujudkan apa yang ada di
otak sebagai suatu langkah awal yang ditulis oleh tangan kita. Menulis kreatif
merupakan bagaimana cara seseorang melihat peluang yang terdapat di dalam
suatu pola pikir sehingga mampu membuat sebuah kerangka tulisan. Tulisan yang
memiliki daya tarik tersendiri dan bahasa yang digunakan dalam penulisan adalah
bahasa yang mudah dibaca dan dipahami, sehingga tidak membuat para pembaca
menjadi jenuh terhadap tulisan yang dibuat. Hal ini didukung oleh pengertian
menulis kreatif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 yang menyatakan
bahwa menulis kreatif merupakan kegiatan melahirkan pikiran atau perasaan
dengan tulisan yang memiliki daya cipta.
Pengertian kemampuan menulis kreatif merujuk pada pendapat Greene dan
Pretty yang mendefinisikan kegiatan menulis kreatif sebagai suatu kegiatan
mengarang yang sifatnya personal dan tidak selamanya mempunyai kegunaan
praktis. Suatu karangan kreatif dicirikan dengan adanya tiga sifat yaitu asli,
langsung, dan imajinatif (Aziz: 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Pranoto memaparkan bahwa dalam menulis kreatif terdapat dua jenis
tulisan, yaitu nonfiksi dan fiksi. Menulis kreatif nonfiksi dapat dibedakan
menjadi: 1) otobiografi, 2) biografi, 3) esai, 4) memoar, 5) artikel, 6) program TV,
dan 7) jurnalistik sastrawi. Sedangkan menulis kreatif fiksi terdiri atas: 1) puisi, 2)
cerpen, 3) novel, 4) naskah drama, 5) epik, 6) dongeng, 7) lirik lagu, dan 8)
skenario film (2011).
Menulis kreatif nonfiksi disebut juga sebagai naratif nonfiksi, bahan
tulisan murni dari data atau fakta yang akurat. Sedangkan menulis kreatif fiksi,
bahan tulisan murni dari imajinasi, dapat juga berasal dari perpaduan antara fakta
dan imajinasi (fakta yang difiksikan).
Selain itu, oleh berbagai pihak menulis kreatif tidak hanya dipandang
sebagai aktivitas menulis, tetapi juga sebagai langkah-langkah konkret dari the art
of healing for mental sickness (seni penyembuhan sakit mental) atau terapi jiwa.
Dengan kata lain, aktivitas menulis kreatif juga bermanfaat untuk kesehatan
mental atau jiwa kita (Markberry dalam Pranoto, 2011).
Osborn (dalam Muzaffar, 2011) menyatakan Kegiatan menulis kreatif
merupakan kegiatan yang tidaklah mudah (asal-asalan) tetapi merupakan kegiatan
yang bermakna karena membutuhkan penguasaan keterampilan berbahasa dan
keharusan memerhatikan penggunaan ejaan, organisasi ide, konstruksi paragraf,
kohesi, pungtuasi, kata rujukan, dan klausa (hlm. 72).
Unsur penting dalam menulis kreatif adalah seorang pribadi kreatif.
Karena hasil yang diciptakan dari menulis kreatif bukan merupakan tulisan biasa.
Tulisan kreatif adalah tulisan yang bisa menciptakan daya imajinasi, inspirasi, dan
daya kritis bagi pembaca (Pranoto, 2011). Selain itu dalam diri pribadi kreatif
dibutuhkan adanya kemauan dan ide, Dengan adanya kemauan dan ide untuk
menulis, akan tercipta sebuah tulisan dan keinginan menulis yang diwujudkan
menjadi tindakan menulis.
Jabrohim (2001) berpendapat bahwa, Ciri-ciri yang melekat pada pribadi
kreatif menunjukkan sastra sebagai salah satu wilayah pilihan, memang
memberikan peluang bagi orang yang terlibat di dalamnya untuk menjadi
kreatif, baik yang apresiatif maupun ekspresif (hlm. 75).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas dalam
menulis kreatif merupakan perilaku seseorang untuk menciptakan sesuatu yang
baru atau lain dari umum, merupakan bentuk berfikir yang cenderung rumit dan
menentang pemikiran umum, merupakan hasil kerja yang cenderung kebaruan dan
dalam pekerjaan menulis kreatif ini sebagai sarana utamanya yaitu mengandalkan
otak.
2. Menulis Kreatif Naskah Drama
a. Pengertian Drama
Perkataan drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti:
berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan, atau
beraksi. Menurut Waluyo (2006), Drama merupakan tiruan kehidupan manusia
yang diproyeksikan di atas pentas (hlm.1). Rahmanto (1988) menjelaskan bahwa
Drama adalah bentuk sastra yang dapat merangsang gairah dan mengasyikkan
para pemain dan penonton sehingga sangat digemari masyarakat (hlm. 89).
Drama sering disebut sandiwara atau teater. Wiyanto berpendapat,
Sandiwara atau drama berarti ajaran yang disampaikan secara rahasia karena
mengandung pesan/ajaran (terutama ajaran moral) bagi penontonnya (2002: 2).
Verhagen (dalam Tarigan, 1993) mengemukakan bahwa, Drama adalah kesenian
melukis sifat dan sikap manusia dengan gerak (hlm. 70). Rendra (2007)
mengatakan, Drama atau sandiwara adalah seni yang mengungkapkan pikiran
atau perasaan orang dengan mempergunakan laku jasmani, dan ucapan kata-kata
(dialog) (hlm. 103).
Sebagai sebuah genre sastra, drama memungkinkan ditulis dalam bahasa
yang memikat dan mengesankan. Drama dapat ditulis oleh pengarangnya dengan
mempergunakan bahasa sebagaimana sebuah sajak. Penuh irama dan kaya akan
bunyi yang indah, namun sekaligus menggambarkan watak-watak manusia secara
tajam, serta penampilan peristiwa yang penuh kesuspenan. Satu hal yang menjadi
ciri drama adalah bahwa semua kemungkinan itu harus disampaikan dalam bentuk
dialog-dialog dari para tokoh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Jika disimpulkan, pengertian drama adalah suatu genre sastra yang ditulis
dalam bentuk dialog-dialog penuh pesan moral dengan tujuan untuk dipentaskan
sebagai suatu seni pertunjukan. Dalam dialog bisa terlihat tokoh, perwatakan,
latar, alur cerita, amanat, maupun keterangan lakuan atau tindakan.
b. Jenis-Jenis Drama
Wiyanto membagi jenis drama sebagai berikut : 1) tragedi, 2) komedi, 3)
tragedi-komedi, 4) melodrama, dan 5) farce (2002).
1) Tragedi
Semi menyatakan, Drama tragedi merupakan drama yang diwarnai
dengan kesedihan, setidaknya terjadi suatu kematian, ia berhubungan dengan
tindakan atau pemikiran yang serius dan dengan persona manusia yang
menarik perhatian (1993: 168). Drama tragedi harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a) drama tragedi bercerita tentang suatu hal yang serius
b) tokoh utama merupakan orang penting atau pahlawan yang herois
c) insiden yang terjadi tampak wajar
d) rasa kasihan, sedih atau takut merupakan emosi-emosi yang utama dalam
drama tragedi
2) Komedi
Drama komedi merupakan drama yang diwarnai kegembiraan. Terdapat
beberapa ciri drama komedi, diantaranya sebagai berikut :
a) drama komedi bercerita tentang hal yang ringan
b) semua yang terjadi muncul dari tokoh dan bukan dari situasi
c) kejadian-kejadian yang terdapat di dalam drama komedi merupakan
kejadian-kejadian yang mungkin dan seakan-akan terjadi
d) Dapat menghadirkan kelucuan
3) Tragedi-Komedi
Drama tragedi komedi adalah perpaduan antara drama tragedi dan
komedi. Isi lakonnya penuh kesedihan, tetapi juga mengandung hal-hal yang
menggembirakan dan menggelikan hati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4) Melodrama
Melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dengan iringan
melodi/musik. Asal-usul melodrama sebenarnya adalah opera. Ciri-ciri utama
melodrama antara lain :
a) bercerita tentang hal yang serius, namun tidak seotentik drama tragedi
b) terjadi perubahan pada sikap tokohnya
c) rasa kasihan hanya bersifat sentimental
d) tokoh protagonis biasanya menang di akhir cerita
5) Farce (lelucon)
Farce adalah drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya
dagelan. Ciri-ciri drama farce diantaranya sebagai berikut:
a) Kejadian-kejadian dan tokoh-tokohnya mungkin terjadi dan ada, tetapi
tidaklah begitu besar kemungkinan itu
b) menimbulkan kelucuan seenaknya, yang tidak teratur dan tidak menentu
c) bersifat episodik, hanya memerlukan kredibilitas keyakinan sementara
terhadap aspek-aspeknya
d) segala sesuatu yang terjadi muncul dari situasi, bukan dari tokoh
c. Naskah Drama
Sebagai sebuah karya sastra, drama mempunyai karakteristik khusus, yaitu
berdimensi sastra pada satu sisi dan berdimensi seni pertunjukan pada sisi yang
lain. Sebuah drama diciptakan selain bertujuan untuk menghibur juga memberikan
kegunaan kepada pembaca (jika drama tersebut ditulis) dan kepada penonton (jika
drama tersebut dipentaskan). Damono (dalam Dewojati, 2010) mengemukakan
bahwa, Drama mempunyai 3 unsur yang sangat penting, yakni unsur teks drama,
unsur pementasan, dan unsur penonton (hlm. 2).
Selama ini, hiruk-pikuk pembicaraan tentang drama lebih banyak terfokus
pada pementasan atau pertunjukannya. Kritik drama rata-rata hanya berhenti pada
pemaknaan terhadap nilai estetika drama ketika diatas panggung. Dengan
demikian, keberhasilan drama seolah-olah hanya dimiliki oleh aktor, sutradara,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dan peata pentas sebagai eksekutornya. Padahal, selain akting (action) nyawa
drama juga terdapat pada teks drama atau naskah dramanya.
Naskah drama merupakan salah satu komponen penting dalam sebuah
pertunjukan drama. Wiyanto (2002) mendefinisikan, Naskah drama sebagai
karangan yang berisi cerita atau lakon. Naskah drama disebut juga sastra lakon.
Sebagai salah satu genre sastra, naskah drama dibangun oleh struktur fisik
(kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna) (hlm. 31). Dasar naskah
drama adalah konflik manusia yang digali dari kehidupan. Konflik manusia
terbangun oleh pertentangan antara tokoh-tokohnya. Dalam pertikaian muncullah
dramatic action yang menjadi suatu daya pikat suatu naskah drama.
Perkembangan dramatic action dari awal sampai akhir merupakan tulang
punggung pembangun cerita.
Untuk memahami naskah drama secara lengkap, maka unsur-unsur drama
harus dijalin agar membentuk kesatuan dan saling terikat satu sama lain. Waluyo
menjelaskan bahwa drama terbentuk atas unsur-unsur sebagai berikut : 1) plot
atau kerangka cerita, 2) penokohan dan perwatakan, 3) dialog, 4)
setting/landasan/tempat kejadian, 5) tema atau nada dasar cerita, 6) pesan atau
amanat, dan 7) petunjuk teknis atau teks samping (2006).
1) Plot atau Kerangka Cerita
Plot adalah jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang
merupakan jalinan peristiwa yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh
yang berlawanan. Kernodle (dalam Dewojati) menjelaskan di dalam drama,
yang dimaksudkan plot adalah pengaturan insiden yang berlangsung di dalam
panggung (2010). Pertikaian ini terjadi karena adanya kontradiksi dari pelaku.
Selain itu, pengertian plot dapat juga berarti ringkasan kisah sebuah lakon.
Plot berbeda dari cerita karena caranya menyajikan hubungan urutan cerita
dan peristiwa. Secara umum, plot terdiri atas beberapa tahapan berikut ini.
a) Pelukisan Awal
Tahap ini merupakan tahap pengenalan tokoh-tokoh drama. Tahap
ini berisi pelukisan awal dan pengenalan tokoh dan situasi latar cerita.
Tahap pelukisan awal merupakan tahap pembukaan cerita dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
pemberian informasi awal yang berguna untuk landasan cerita yang akan
dikisahkan. Pada tahap ini pembaca atau penonton mulai mendapat
gambaran tentang tokoh, situasi atau latar cerita, dan peristiwa drama
b) Pertikaian Awal
Tahapan pemunculan konflik yang merupakan kelanjutan dari
tahap pelukisan awal. Pada tahap ini masalah-masalah atau peristiwa-
peristiwa yang menyulut konflik mulai dimunculkan. Jadi, tahap ini
merupakan tahap awal munculnya konflik. Selanjutnya, konflik awal
tersebut dikembangkan menjadi konflik-konflik yang lebih besar dalam
tahap berikutnya.
c) Titik Puncak (Klimaks)
Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin
berkembang. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita
semakin mencekam dan menegangkan. Konflik itu akan terus meningkat
sampai mencapai klimaks atau titik puncak kegawatan dalam cerita.
Klimaks dalam drama akan dialami oleh tokoh utama yang berperan
sebagai pelaku dan atau penderita terjadinya konflik tersebut.
d) Peleraian atau Antiklimaks
Dalam tahap ini konflik mulai mereda dan ketegangan mulai
menurun. Tokoh-tokoh yang memanaskan situasi atau meruncingkan
cerita dalam drama sudah mulai menuju pada penyelesaian konflik.
Tokoh-tokoh yang saling bertentangan telah menyadari kesalahan dan
mulai menemukan penyelesaian.
e) Penyelesaian atau Akhir Cerita
Konflik yang telah mencapai klimaks dan sudah mulai menurun
diberi penyelesaian. Ketegangan antartokoh cerita dikendorkan. Konflik
dan ketegangan sudah diberi jalan keluar penyelesaiannya dan cerita
diakhiri.
2) Penokohan dan Perwatakan
Waluyo (2006) mengatakan, Penokohan erat hubungannya dengan
perwatakan. Susunan tokoh (drama personae) adalah daftar tokoh-tokoh yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
berperan dalam drama itu (hlm. 14). Dalam sebuah cerita, penulis lakon
sudah menggambarkan secara langsung perwatakan tokoh-tokohnya.
Watak tokoh itu akan menjadi nyata terbaca dalam dialog dan cacatan
samping. Berdasarkan pengembangan wataknya terdapat tokoh statis dan
tokoh berkembang. Tokoh statis adalah pelaku dalam sastra drama yang
dalam keseluruhan drama tersebut sedikit sekali atau bahkan sama sekali
tidak berubah. Tokoh berkembang adalah pelaku drama yang dalam
keseluruhan drama tersebut mengalami perubahan atau perkembangan.
Penciptaan citra tokoh atau penokohan dalam drama dilakukan dengan
berbagai cara. Pengarang mungkin secara langsung mengungkapkan
gambaran tentang tokoh, mungkin pula melalui percakapan tokoh,
penggambaran keadaan tokoh, tingkah laku tokoh atau percakapan tokoh
lainnya tentang diri si tokoh.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap drama harus ada
tokoh, dan setiap tokoh memiliki watak yang berbeda. Tokoh-tokoh tersebut
terdiri dari tokoh protagonis atau tokoh utama yang merupakan tokoh sentral
dari cerita, tokoh antagonis atau tokoh penentang dari tokoh utama, dan tokoh
tritagonis sebagai tokoh penengah.
Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi, yaitu: 1)
dimensi fisik, 2) dimensi psikis, dan 3) dimensi sosial. Penggambaran watak
tokoh itu berdasarkan keadaan fisik (fisiologis), kondisi kejiwaan
(psikologis), dan kondisi sosial (sosiologis). Keadan fisik tokoh, misalnya:
umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmani, ciri khas yang menonjol,
bentuk tubuh, dan roman muka. Aspek psikis tokoh meliputi watak, minat,
kegemaran, temperamen, ambisi, dan keadaan emosi. Selanjutnya, keadaan
sosiologis antara lain: jabatan, pekerjaan, suku, ras, agama, status sosial,
keadaan ekonomi, dan tingkat pendidikan. Dalam drama, keadaan fisik,
psikis, dan sosiologis tersebut dapat digunakan untuk mengenali watak
seorang tokoh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3) Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Hamzah berpendapat bahwa, Kata
merupakan alat komunikasi yang paling penting antara orang dengan
sesamanya (1985: 116). Ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk
cakapan atau dialog. Dalam menyusun dialog penulis harus benar-benar
memerhatikan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Ragam
bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang
komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis karena drama potret kenyataan.
Drama adalah kenyataan yang diangkat ke atas pentas. Nuansa dialog
mungkin tidak lengkap dan akan dilengkapi dengan gerakan, musik, ekspresi
wajah, dan sebagainya.
Drama menurut pengertian secara umum telah diniatkan dari awal oleh
penulisnya sebagai karya sastra yang sesungguhnya untuk dipentaskan atau
dipertunjukkan, maka yang disebut cakapan atau dialog tidak lain adalah
suatu sarana yang telah disediakan oleh penulisnya agar cerita atau kisah yang
ditampilkan itu nantinya berujud suatu percakapan yang diujarkan oleh para
pemain, sehingga pendengar atau penonton dapat mengikuti cerita melalui
apa yang mereka dengar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dialog merupakan ciri khas
yang membedakan bentuk karya sastra drama dengan karya yang lain yakni
puisi dan prosa. Untuk itu dialog yang digunakan dalam drama harus jelas,
sehingga cerita yang disampaikan melalui naskah drama dapat terekam oleh
pembaca dan bila dipentaskan dapat diterima oleh penonton.
4) Setting/Landasan/Tempat Kejadian
Wiyanto menyatakan, Setting atau tempat kejadian peristiwa sering
juga disebut latar. Setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu
adegan (2002: 28). Setting meliputi 3 dimensi, yaitu tempat, ruang, dan
waktu. Setting tempat tidak berdiri sendiri, berhubungan dengan ruang dan
waktu. Misalnya tempatnya di Jawa atau luar Jawa, desa atau kota, tahun
berapa, dan sebagainya. Hal itu perlu diketahui karena berhubungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kostum, tata pentas, make up, dan perlengkapan lain bila drama itu
dipentaskan.
Setting waktu dapat berarti apakah lakon itu terjadi pada siang hari, sore
hari, atau malam hari. Sedangkan ruang dapat berarti luar rumah, dalam
rumah, dalam gedung, dan sebagainya. Jika dalam drama belum ada atau
belum terdapat keterangan tentang setting, maka kewajiban sutradara untuk
menafsirkan setting drama tersebut.
Dalam pementasan drama, latar tidak dikemukakan dengan deskripsi
kata-kata, tetapi dengan penampilan yang didukung oleh seni dekorasi, seni
lukis, seni patung, tata cahaya, tata bunyi, dan sebagainya.
Berkenaan dengan latar ini terdapat istilah anakronisme. Maknanya
mengarah pada penempatan tokoh, peristiwa, cakapan, kostum, dan
sebagainya yang tidak sesuai berdasarkan waktu dalam drama. Misalnya,
Raja majapahit mengenakan arloji. Kadang-kadang hal ini perlu dilakukan
untuk menimbulkan kelucuan. Untuk drama realistis dan bersungguh-
sungguh, anakronisme dapat menimbulkan kesan negatif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setting/landasan/tempat
kejadian yakni keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana yang terdapat
dalam karya sastra drama.
5) Tema atau Nada Dasar Cerita
Dalam sebuah naskah drama tentu terdapat pikiran pokok yang hendak
diutarakan sang pengarang. Pikiran pokok ini dalam dunia karang-mengarang
disebut tema. Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari
suatu karya sastra. Tema merupakan gagasan sentral dalam sebuah drama.
Tema merupakan bagian penting dari sebuah drama (Hamzah, 1985).
Sementara itu, Dewojati (2010) menjelaskan, Tema secara umum
dapat disebut sebagai gagasan sentral, dasar cerita yang juga mencakup
permasalahan dalam cerita, yaitu sesuatu yang akan diungkapkan untuk
memberikan arah dan tujuan cerita dalam karya sastra, termasuk didalamnya
adalah teks drama (hlm. 171).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Tema menjadi dasar pengembangan drama, sehingga ia pun bersifat
menjiwai seluruh bagian drama itu. Tema dalam sebuah drama mungkin
dinyatakan secara eksplisit, mungkin secara simbolik namun lebih sering
disampaikan secara implisit atau tersirat.
Pengarang mengangkat permasalahan hidup menjadi tema atau subtema
karyanya. Hal itu dilakukan sesuai dengan pengalaman, pengamatan, dan
hubungannya dengan lingkungannya. Pemilihan tema itu dilakukan
pengarang secara subjektif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan
dasar, ide, atau pikiran utama yang menjiwai atau mendasari karya sastra
drama. Tema yang diambil pengarang biasanya menyangkut permasalahan
hidup baik pengalaman, pengamatan, maupun hubungannya dengan
lingkungan.
6) Pesan atau Amanat
Karya sastra yang di dalamnya mengandung tema sesungguhnya
merupakan suatu penafsiran atau pemikiran tentang kehidupan. Permasalahan
yang terkandung di dalam tema atau topik cerita ada kalanya diselesaikan
secara positif (happy ending), ada kalanya secara negatif.
Dari sebuah karya sastra ada kalanya dapat diangkat suatu ajaran moral
atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang, itulah yang disebut
amanat. Jika permasalahan yang diajukan dalam cerita juga diberi jalan
keluarnya oleh pengarang, maka jalan keluar itulah yang disebut amanat.
Amanat terdapat pada sebuah karya sastra dapat disampaikan secara eksplisit
maupun implisit.
7) Petunjuk Teknis atau Teks Samping
Dalam naskah drama diperlukan petunjuk teknis atau yang sering
disebut teks samping. Teks samping berisi petunjuk teknis tentang tokoh dan
tindakannya, waktu, suasana pentas, suara, musik, keluar masuknya aktor,
deskripsi tempat. Teks samping biasanya ditulis berbeda dengan teks dialog,
misalnya: ditulis miring, ditulis dalam kurung, dicetak tebal, atau ditulis
dalam huruf kapital.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
d. Menulis Naskah Drama
Prinsip yang melandasi perumusan kaidah-kaidah bentuk drama adalah
prinsip mimesis (peniruan). Prinsip yang telah dianut sejak zaman aristoteles itu
menghendaki adanya realisme dalam drama. Selain itu, keterbatasan waktu
pementasan mengharuskan adanya kepadatan semua unsur bentuk. Naskah drama
yang berisi dialog merupakan hal penting yang tidak bisa dipisahkan dari drama
itu sendiri. Seperti yang diungkapkan Hasanudin (dalam Dewojati, 2010) bahwa
Drama sebagai suatu genre sastra ditulis dalam bentuk dialog-dialog dengan
tujuan untuk dipentaskan sebagai seni pertunjukan. Maksudnya, dialog di dalam
drama merupakan situasi bahasa utama (hlm. 7).
Menulis drama tidak bisa dipisahkan dari bentuk dasarnya dan juga
bahasa. Bentuk dasar yang dimaksud adalah keharusan adanya unsur pembentuk
drama seperti alur, penokohan, dan latar ruang maupun latar waktu. Bahasa dalam
drama diuraikan dalam bentuk dialog-dialog yang membentuk rangkaian cerita
dan kesatuan yang utuh.
Drama yang masih berlandaskan pada konvensi, unit-unit dialog
diucapkan oleh masing-masing tokoh secara bergiliran, bergantian, dan tertib.
Dialog merupakan unsur yang sangat penting di dalam sebuah karya drama.
Dialog menempatkan dirinya sebagai unsur utama dalam drama.
Dialog dalam naskah drama mempunyai beberapa fungsi, antara lain :
1) dialog berfungsi sebagai wadah bagi pengarang untuk menyampaikan
informasi, menjelaskan fakta atau ide-ide utama
2) untuk mengetahui alur. Alur merupakan rentetan peristiwa yang satu dengan
peristiwa yang lain dalam hubungan sebab-akibat. Untuk mengetahui satuan-
satuan peristiwa yang terjalin dan terangkai, penikmat drama harus
menelusurinya melalui dialog. Sesuatu yang terjadi atau kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi, serta sesuatu yang sedang berlangsung dapat
diketahui melalui dialog.
3) dialog memberikan kejelasan watak dan perasaan tokoh atau pelaku. Kalimat
atau kata-kata yang diucapkan oleh para tokoh akan memberikan gambaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
tentang watak, sifat, dan perasaan. Seseorang berwatak bengis, lembut,
penyabar, dan sebagainya dapat diketahui melalui dialog.
4) menciptakan serta melukiskan suasana. Naskah drama memiliki unsur tradisi
yang telah lebih dahulu mendasari penulisan drama Indonesia. Unsur
permainan bahasa atau penggunaan bahasa yang padat sebagai ciri puisi
sering ditemukan dalam banyak dialog drama Indonesia.
Dalam penulisan naskah drama, perlu diperhatikan hal-hal yang menjadi
karakteristik drama. Pengungkapan tokoh, penyampaian gagasan dengan alur
yang logis, dan panggambaran setting yang jelas akan menciptakan naskah benar-
benar hidup. Penulis harus bisa mengolah suatu konflik menjadi permainan yang
menarik, dengan mengekspresikannya melalui jalinan peristiwa dan susunan kata
yang mewakili gerak.
Naskah drama dapat diberi sebuah batasan sebagai salah satu karya sastra
yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan
mempunyai kemungkinan untuk dipentaskan. Naskah drama ditulis dengan dasar
untuk dipentaskan bukan untuk dibaca.
Di sekolah drama digunakan untuk memudahkan kehidupan siswa melalui
cerita yang dipentaskan. Rendahnya minat menulis naskah drama dalam diri siswa
disebabkan guru menggunakan metode pengajaran yang monoton. Selain itu,
dalam drama siswa tidak dilatih untuk mengembangkan ide-ide dan gagasan
kedalam bentuk tulisan sehingga kemampuan anak untuk menulis naskah drama
menjadi lemah dan menyebabkan rendahnya tingkat belajar menulis naskah drama
(Milawati, 2011).
Pembelajaran menulis naskah drama dalam penelitian ini adalah untuk
melatih keterampilan siswa dalam menulis naskah drama dengan baik dan benar,
serta sesuai dengan kaidah penulisan drama. Pembelajaran menulis naskah drama
tidak akan maksimal tanpa terlebih dahulu dilakukan latihan. Latihan menulis
naskah drama dilakukan secara bertahap agar siswa mampu menulis naskah drama
dengan benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3. Model Pembelajaran ASSURE
a. Definisi ASSURE
Model pembelajaran ASSURE ini sudah dicetuskan oleh Heinnich, dkk
sejak tahun 1980 dan terus dikembangkan oleh Smaldino, dkk hingga sekarang
(Prawiradilaga, 2008). Model ASSURE mempunyai tujuan yang sama dengan
desain pembelajaran lain yaitu menciptakan dan mengembangkan aktivitas
pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Model ASSURE merupakan
model yang cocok diterapkan di semua jenjang pendidikan dan semua mata
pelajaran khususnya kegiatan pembelajaran yang menggunakan media teknologi.
Model ASSURE difokuskan pada perencanaan pembelajaran untuk digunakan
dalam situasi pembelajaran kelas secara aktual.
Dalam perkembangannya model ASSURE didasari pada pemikiran
pembelajaran Gagne (1985) tentang peristiwa pembelajaran Event of Instruction
yaitu pembelajaran yang efektif harus dimulai dari upaya yang dapat memicu dan
memotivasi seseorang untuk belajar. Hal tersebut erat kaitannya dengan proses
pembelajaran yang sistematik, penilaian proses dan hasil, pemberian umpan balik
(feedback) tentang aktivitas pembelajaran. Guru perlu melakukan analisis
karakteristik siswa, materi, dan lingkungan agar perencanaan pembelajaran dapat
diimplementasikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berikut penjelasan
dan deskripsi model ASSURE (Analyze, State, Select, Utilize, Require, Evaluate)
(Pribadi: 2009).
1) Analyze Learner
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi
karakteristik siswa yang akan melakukan aktivitas pembelajaran. Pemahaman
yang baik mengenai karakteristik siswa sangat membantu dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran. Identifikasi ini meliputi faktor usia, latar
belakang, dan kemampuan siswa.
2) State Objective
Langkah selanjutnya yaitu menetapkan spesifikasi tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diambil dengan mengacu pada
materi yang ada dikurikulum dengan pengembangan oleh guru yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
bersangkutan. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan atau pernyataan yang
mendeskripsikan tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang perlu
diperoleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran.
3) Select Methods, Media, and Materials
Memilih metode, media dan materi pembelajaran merupakan tiga
komponen penting yang perlu dilakukan oleh guru untuk membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dinashkan. Pemilihan metode,
media, dan bahan ajar yang tepat dapat membantu mengoptimalkan
pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa. Hal
terpenting dalam langkah ini adalah memanfaatkan dan memodifikasi sebaik
mungkin media, metode dan bahan ajar yang ada agar pembelajaran menarik
dan optimal.
4) Utilize Materials
Maksud dari langkah keempat ini adalah menggunakan metode, media
dan materi yang telah dipilih dengan sebaik-baiknya. Sebelum menggunakan
tiga hal tersebut guru harus menganalisa apakah metode, media dan bahan ajar
yang dimaksud sesuai dan efektif bagi kelangsungan pembelajaran. Selain itu
Utilize juga dipahami memanfaatkan prasarana dan sarana yang ada serta
memodifikasinya agar dapat menunjang jalannya pembelajaran.
5) Require Learner Participation
Hal terpenting dalam pembelajaran adalah partisipasi aktif siswa.
Mental siswa harus terlibat aktif dengan materi dan substansi yang sedang
dipelajari. Siswa yang terlibat aktif akan lebih mudah memelajari materi.
Setelah siswa aktif guru juga perlu memberikan umpan balik (feed back)
sehingga dapat memotivasi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang lebih
baik.
6) Evaluate and Revise
Setelah mendesain aktivitas pembelajaran, maka perlu dilakukan
evaluasi. Tahap evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran dan
hasil belajar siswa. Proses evaluasi perlu dilakukan terhadap semua komponen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
pembelajaran agar dapat diperoleh gambaran lengkap tentang kualitas sebuah
program pembelajaran.
Enam langkah tersebut merupakan arahan untuk mencapai tujuan-
tujuan instruksional yang efektif, efisien dan menarik. Guru harus
melaksanakan fase-fase yang ada dalam prinsip-prinsip ASSURE dan siswa
pun harus aktif dalam pembelajaran. Adapun resume fase pembelajaran
ASSURE sebagaimana pada tabel:
Tabel 1: Sintak Model pembelajaran ASSURE
(diadaptasi dari Pribadi, 2009: 112)
Fase Kegiatan Guru
Analyze Guru menganalisis karakteristik siswa
State Object Guru menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai
Select Guru memilih bahan ajar, metode, dan media
pembelajaran yang sesuai
Utilize Guru menggunakan/memanfaatkan media dan bahan
ajar
Requires Guru melibatkan siswa agar aktif berpartisipasi dalam
pembelajaran
Evaluate and
Revise
Guru mengevaluasi dan merivisi program pembelajaran
dan kemampuan siswa agar lebih baik
b. Teori Pembelajaran yang Berhubungan dengan ASSURE
Dilihat dari perkembangan generasi pembelajaran, ASSURE merupakan
model desain pembelajaran generasi konstruktivistik yang dilatari oleh beberapa
teori , yaitu teori sistem, teori komunikasi, teori belajar, dan teori pembelajaran.
Adapun penjelasan mengenai teori-teori tersebut adalah: (a) Teori sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
memandang bahwa pembelajaran merupakan suatu komponen-komponen yang
berhubungan menjadi suatu sistem untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Output dari sebuah komponen merupakan input bagi komponen komponen yang
lain, (b) Teori komunikasi merupakan suatu aspek yang difungsikan dalam desain
sistem pembelajaran untuk mendiskripsikan tentang cara pesan dan informasi
yang dikomunikasikan dari seseorang yang berperan sebagai sumber atau
fasilitator kepada pembelajar, (c) Teori belajar dan pembelajaran merupakan
prinsip-prinsip yang menjelaskan tentang bagaimana individu belajar serta
memeroleh pengetahuan dan keterampilan yang baru serta bagaimana designer
atau perancang memahami dan memanfaatkan prinsip-prinsip tersebut agar dapat
merancang pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik (Pribadi, 2009).
c. Kelebihan dan Kekurangan Model ASSURE
Model ASSURE memiliki beberapa kelebihan walaupun masih memiliki
beberapa kekurangan, secara umum keunggulan model ASSURE adalah : 1)
komponen model ASSURE lebih banyak dibandingkan dengan model materi ajar.
Komponen tersebut diantaranya analisis, rumusan, tujuan, strategi, sistem
penyampaian, penilaian proses dan penilaian kemampuan belajar, 2) sering
diadakan pengulangan kegiatan dengan tujuan Evaluate and Review, selain itu
model ini mengedepankan peserta didik ditinjau dari proses belajar, tipe belajar,
dan kemampuan peserta didik, 3) model ASSURE mengutamakan partisipasi
peserta didik dalam poin Require Learner Participation, sehingga diadakan
pengelompokan-pengelompokan kecil seperti pengelompokan peserta didik
menjadi belajar mandiri dan belajar kelompok, serta penugasan yang bertujuan
untuk memicu keaktifan peserta didik, 4) pada poin Select methods, Media and
Materials serta Utilize Media and Materials membuat guru atau pendidik aktif
untuk menemukan dan memanfaatkan, bahan dan media yang tepat dan
memanfaatkan secara optimal media yang telah ada, 5) model ASSURE
merupakan model pembelajaran sederhana yang dapat diterapkan sendiri oleh
guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Adapun kekurangan Model ASSURE diantaranya, 1) tidak mencakup suatu
mata pelajaran tertentu, 2) Walau komponen relatif banyak, namun tidak semua
komponen desain pembelajaran termasuk di dalamnya.
4. Penerapan Model Pembelajaran ASSURE
dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa model pembelajaran
ASSURE terdiri dari enam tahapan yang kemudian disatukan. ASSURE itu sendiri
merupakan singkatan dari Analyze, State, Select, Utilize, Requires, Evaluate and
Revise. Dalam pelaksanaannya, keenam tahapan belajar ini juga harus ada dalam
pembelajaran terutama pembelajaran menulis naskah drama. Pada umumnya
pembelajaran menulis naskah drama berjalan seperti biasa seperti pembelajaran
pada materi lain. Guru datang, memberikan penjelasan teori, kemudian siswa
diberi waktu untuk menulis sebuah drama. Dengan model pembelajaran ASSURE,
kegiatan belajar mengajar seperti itu bisa diubah menjadi lebih menarik dan aktif
karena sarana prasarana yang ada di lingkungan sekolah sudah mendukung dalam
pembelajaran.
Sebagai model pembelajaran yang berbasis desain sistem pembelajaran,
model ASSURE dalam pelaksanaan pembelajarannya membutuhkan persiapan dan
rancangan yang sistematis. Guru harus melakukan langkah-langkah pokok
sebagaimana tersebut dalam penjelasan ASSURE yaitu menganalisis karakteristik
siswa, menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, memilih bahan ajar,
metode, dan media pembelajaran yang sesuai, menggunakan/memanfaatkan media
dan bahan ajar, melibatkan siswa agar aktif berpartisipasi dalam pembelajaran,
serta mengevaluasi dan merivisi program pembelajaran dan kemampuan siswa
agar lebih baik.
Pada pokok bahasan menulis naskah drama di kelas XI ini ASSURE
merupakan model yang memanfaatkan teknologi media video (gambar bergerak).
Teknologi video dapat memberi keuntungan optimal jika dimanfaatkan sesuai
dengan potensi yang ada. Siswa dapat belajar melalui unsur suara (audio) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
gambar (visual) secara simultan. Media ini dimanfaatkan untuk menyampaikan
informasi dan pengetahuan yang realistik dan konkrit (Pribadi, 2009). Video yang
dimaksud adalah video drama komedi Extravaganza yang ditayangkan di salah
satu stasiun televisi dan telah disesuaikan dengan materi drama oleh peneliti
dengan prinsip ASSURE.
Berikut Sintak, Sintesis Desain ASSURE untuk Menulis Naskah Drama
Kelas XI SMA:
Tabel 2: Sintak desain ASSURE dalam menulis naskah drama
(Pribadi, 2011)
Fase Kegiatan Guru
A: menganalisis karakteristiksiswa
Guru menganalisis karakteristik siswa yangberhubungan dengan kemampuan menulissiswa
S: menetapkan tujuanpembelajaran
Guru menetapkan tujuan pembelajaran yangingin dicapai dalam materi menulis naskahdrama
S: memilih bahan ajar, metode,dan media pembelajaran
Guru memilih bahan ajar (materi menulisnaskah drama), memilih metode (dalampembelajaran ini menggunakan inquiri), danmedia pembelajaran (video drama komediExtravaganza pada siklus 1 dan siklus 2)
U:menggunakan/memanfaatkanmedia
Guru memanfaatkan media video danmenggunakan bahan ajar dari beberapareferensi
R: melibatkan siswa agarberpartisipasi aktif
Guru melibatkan siswa dalam pembelajaran(dengan memperlihatkan berbagai macamcontoh video drama komedi Extravaganza)
E: mengevaluasi dan merivisikemampuan siswa
Guru mengevaluasi kemampuan menulisnaskah drama yang telah dipelajari siswa dariprogram pembelajaran dan merivisi programagar kemampuan siswa lebih meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
5. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan rancangan penelitian ini adalah penelitian
dari Suyanti yang berjudul Pembelajaran Menulis Naskah Drama di Sekolah
Menengah Pertama (Studi Kasus di Kelas IX SMP Negeri 1 Sukoharjo).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran menulis naskah
drama yang meliputi pemilihan materi dan penggunaan media pembelajaran di
SMPN 1 Sukoharjo sudah mengarah pada pembelajaran yang diamanatkan dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi walaupun belum sepenuhnya.
Penelitian yang relevan berikutnya adalah penelitian Eksperimen Kuasi
dari Fatkhul Imron yang berjudul Efek Aplikasi Desain Pembelajaran ASSURE
terhadap Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas IV
SD Al Islam 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2011. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah terdapat peningkatan kualitas kemampuan lompat jauh gaya jongkok,
baik proses maupun hasil dengan mengaplikasikan desain pembelajaran ASSURE.
Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian Eksperimen dari
Asep Rakhmat Mulyadi yang berjudul Keefektifan Media Film Ekranisasi
Dengan Menggunakan Teknik 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dalam
Pembelajaran Menulis Naskah Drama. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
metode pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media film
ekranisasi dan teknik 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) lebih efektif
dibandingkan dengan pembelajaran menulis naskah drama seperti yang diajarkan
Guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Ciwaringin.
B. Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis yang dimiliki siswa di kelas XI IPS 2 SMA Al
Islam 1 Surakarta ternyata belum sesuai dengan yang diharapkan. Kenyataan ini
dapat dilihat dari kemampuan menulis naskah drama siswa masih rendah bila
dibandingkan dengan kegiatan berbahasa lainnya, sehingga nilai yang mereka
peroleh jauh dari maksimal. Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang telah dilakukan belum berhasil. Kekurangberhasilan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
disebabkan oleh sistem pembelajaran yang masih berpusat pada guru, sehingga
siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas. Selain itu,
teknik pengajaran atau model pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat
konvensional.
Beberapa permasalahan yang membuat pembelajaran menulis naskah
drama tidak sesuai dengan yang diharapkan di kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1
Surakarta adalah sebagai berikut : 1) siswa kurang tertarik dengan kegiatan
menulis naskah drama, 2) siswa tidak bisa mengembangkan imajinasi sehingga
kosa kata yang dibutuhkan dalam menulis naskah drama kurang, dan 3) guru
kesulitan untuk memotivasi dan mengajak siswa aktif dalam pembelajaran.
Penyebab timbulnya masalah ada dua, yaitu guru belum menemukan cara yang
tepat dalam pembelajaran menulis naskah drama dan guru belum menggunakan
media bantu lain untuk mempermudah siswa dalam menulis naskah drama. Dari
beberapa permasalahan yang terjadi di atas jelas bahwa kualitas proses dan hasil
pembelajaran menulis naskah drama di kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta
belum berhasil.
Berdasarkan kenyataan tersebut, diperlukan solusi agar pembelajaran
menulis naskah drama dapat berhasil baik dari segi proses maupun hasil. Ini
berarti pembelajaran harus menjadi lebih menyenangkan sehingga siswa antusias
dan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Selain itu, dalam kegiatan menulis
naskah drama harus diupayakan agar keterbatasan ide siswa dapat teratasi,
sehingga siswa dapat mengembangkan ide dan menemukan kosa kata yang tepat
untuk menghasilkan sebuah naskah drama yang bagus dan bernilai tinggi. Oleh
karena itu, salah satu cara untuk mengurangi permasalahan yang dialami oleh
guru bahasa Indonesia beserta siswa adalah dengan menggunakan model ASSURE
sehingga kualitas proses dan hasil kegiatan belajar mengajar pada materi menulis
kreatif naskah drama dapat meningkat.
ASSURE itu sendiri merupakan singkatan dari Analyze, State, Select,
Utilize, Requires, Evaluate. Sebagai model pembelajaran yang berbasis desain
sistem pembelajaran, model ASSURE membutuhkan persiapan dan rancangan
yang sistematis. Guru harus melakukan langkah-langkah pokok sebagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
tersebut dalam penjelasan ASSURE yaitu: 1) Analyze (menganalisis karakteristik
siswa), 2) State (menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai), 3) Select
(memilih bahan ajar, metode, dan media pembelajaran yang sesuai), 4) Utilize
(menggunakan/memanfaatkan media dan bahan ajar), 5) Requires (melibatkan
siswa agar aktif berpartisipasi dalam pembelajaran), dan 6) Evaluate
(mengevaluasi dan merivisi program pembelajaran dan kemampuan siswa agar
lebih baik).
Pembelajaran menggunakan model ASSURE bisa diarahkan menjadi
pembelajaran yang menyenangkan karena tidak selalu berkutat dengan teori yang
kadang membuat siswa menjadi bosan. Selain itu, pembelajaran naskah drama
yang awalnya biasa bisa dibuat menjadi luar biasa sehingga siswa tertarik untuk
mempelajari naskah drama yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap
kemampuan menulis siswa.
Dengan demikian dapat diduga bahwa penggunaan model pembelajaran
ASSURE dapat membantu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
menulis naskah drama. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat
dengan jelas pada gambar 1 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Kondisi selama tindakan1. Siswa tertarik pada pembelajaran menulis naskah drama.2. Siswa tidak merasa kesulitan menemukan ide3. Siswa tidak kekurangan kosa kata.4. Imajinasi siswa tidak terbatas.5. Kemampuan menulis naskah drama siswa meningkat.
Pembelajaran Menulis Naskah Dramadi Kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta
Pembelajaran Menulis Naskah Drama dengan Model
Pembelajaran ASSURE (Analyze, State, Select, Utilize,
Require, Evaluate and Revise)
Kondisi awal sebelum tindakan1. Siswa kurang tertarik pada pembelajaran menulis naskah
drama.2. Siswa kesulitan menemukan ide dalam menulis naskah
drama3. Siswa kekurangan kosa kata dalam menulis naskah drama.4. Siswa kurang imajinasi karena keterbatasan pandangan.5. Kemampuan menulis naskah drama siswa rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
C. Hipotesis Tindakan
Dengan penerapan model pembelajaran ASSURE dapat meningkatkan:
1. kualitas proses siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1 Surakarta dalam
pembelajaran menulis naskah drama; dan
2. kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 SMA Al Islam 1
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan di SMA Al Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/
2012 yang beralamatkan di Jalan Honggowongso 94 Surakarta. Sekolah ini
dipimpin oleh Bapak Abdul Halim SMA Al Islam 1 Surakarta memiliki 25 ruang
kelas (ruang kelas X, 9 lokasi; ruang kelas XI, 8 lokasi; ruang kelas XII, 8 lokasi).
Secara khusus penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS 2.
Alasan pemilihan sekolah dan kelas XI IPS 2 sebagai tempat penelitian
karena: (1) kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 2 di sekolah
tersebut tergolong masih rendah (ditandai nilai rata-rata kelas di bawah KKM 74
yaitu 65); (2) sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian
sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang; dan (3)
peneliti sudah memiliki hubungan yang cukup baik dengan pihak sekolah.
Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, dimulai pada bulan Januari
sampai Juni 2012. Penelitian dimulai dengan tahap p