perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengaruh model .../pengaruh... · di wilayah gugus gajah...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD
DI WILAYAH GUGUS GAJAH MADA KECAMATAN LAWEYAN
KOTA SURAKARTA TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh:
THERESIA DIAN ANGGRAENI
K7108240
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD
DI WILAYAH GUGUS GAJAH MADA KECAMATAN LAWEYAN
KOTA SURAKARTA TAHUN 2012
Oleh:
THERESIA DIAN ANGGRAENI
K7108240
Skripsi
ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Selasa
Tanggal : 24 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang anda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd 1 ......................
Sekretaris : Drs. Chumdari, M.Pd 2......................
Anggota I : Dr. H. Suwarto Wa, M.Pd 3......................
Anggota II : Dr. Riyadi, M.Si 4......................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n. Dekan,
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. H. Sajidan, M.Si.
NIP. 19660415 190103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.
Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar
menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan…
(1 Kor 13 : 4-8)
Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita.
Kesalahan kecil bisa mengakibatkan kesalahan yang lebih besar.
Bersamaan dengan kesalahan itu, persoalannya bisa menjadi besar pula.
Maka kesalahan kecil pun harus segera dibetulkan.
The grand essentials of happiness are ; something to do, something to love and something to hope
for.
(Allan K. Chalmers)
Mathematics is the language with which God has written the universe.
(Galileo Galilei)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan atas rahmat, kasih dan karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Dengan rasa
syukur skripsi ini penulis persembahkan untuk :
Bapak dan Ibu tercinta
(F.X. Suyatno dan Ch. Sugiarti)
Terima kasih atas kasih sayang dan doa dalam setiap langkahku, serta tetesan
keringat perjuangan membesarkan, mendidik dengan penuh kesabaran dan cinta
tanpa mengenal lelah. Semoga ini menjadi awal bagiku dapat membahagiakan bapak
dan ibu.
Kakak-Kakak dan Keponakan-Keponakan Kecilku
(Mbak Atik, Mbak Lies, Mbak Sisca, Mas Budi, Adit, Aiz, Nugie, Rina, Chika)
Terima kasih atas semua kasih sayang, motivasi dan penghiburan yang kalian
berikan kepadaku.
Teman Terdekatku
(Vina dan Susi)
Terima kasih karena telah memotivasi dan bersedia mendengar setiap keluh kesahku.
Almamater
Tempat dimana mengajariku belajar, berkenalan dengan teman-teman, berjuang
bersama-sama mencari ilmu untuk bekal di masa depan. Khususnya kepada teman-
teman S1F08. Terima kasih selama ini telah menorehkan banyak memori yang
sungguh berkesan dalam. Kekonyolan-kekonyolan yang tidak akan terlupakan.
Semoga pertemanan kita tidak akan pernah putus walau dimakan waktu dan usia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Theresia Dian A. PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NHT
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SD
DI WILAYAH GUGUS GAJAH MADA KECAMATAN LAWEYAN KOTA
SURAKARTA TAHUN 2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret. Juli 2012
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran
yang dapat memberikan hasil belajar matematika siswa yang lebih baik antara model
pembelajaran kooperatif tipe NHT atau model pembelajaran konvensional
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu (Quasi
experimental research). Rancangan penelitian yaitu Randomized Control Only
Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD di wilayah
Gugus Gajah Mada Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Sampel pada penelitian ini
berjumlah 123 siswa, 40 siswa sebagai kelompok uji coba instrumen, 36 siswa
sebagai kelompok eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT dan 47 siswa sebagai kelompok kontrol yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional. Teknik pengampilan sampel dilakukan secara cluster
random sampling. Data dikumpulkan dengan metode tes dan dokumentasi.
Dokumentasi digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Tes digunakan
untuk menilai hasil belajar matematika siswa. Uji normalitas menggunakan metode
Lilliefors, uji homogenitas menggunakan metode Bartlett, uji keseimbangan dan uji
hipotesis dengan uji t.
Berdasarkan analisis pengujian hipotesis diperoleh skor 𝑡hitung >
𝑡tabel (0,025;81) (2.651545 > 1.98969), sehingga H0 ditolak. Hal ini berarti ada
perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dan model pembelajaran konvensional.
Simpulan penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dibanding
menggunakan model pembelajaran konvensional.
Kata Kunci : Model Kooperatif Tipe NHT, Hasil Belajar Matematika, Bilangan
Romawi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Theresia Dian A. THE EFFECT OF COOPERATIVE LEARNING MODEL
TYPE NHT TO THE RESULT OF STUDENT MATHEMATICS LEARNING
AT FOURTH CLASS OF ELEMENTARY STATE SCHOOL OF THE
CONSTRUCTION REGION GAJAH MADA SUB-DISTRIC LAWEYAN
SURAKARTA IN 2012. Skripsi. Faculty of Teacher Training and Education
Sebelas Maret University Surakarta. 2012.
The purpose of this study was to determine the learning model that can
provide a better result of mathematics learning between cooperative learning model
type NHT and conventional learning.
The research use Quasi experimental research methods. The design of the
study is Randomized Control Only Design. The populations in this study were all
fourth grader students of Elementary State School of the construction region Gajah
Mada Laweyan Surakarta. Samples in this study amounted to 123 students, 40
students as a group of trial test instrument, 36 students as the experimental group
who were taught by cooperative learning model type NHT and 47 students as a
control group who were taught by conventional learning. Sampling conduced in
cluster random sampling. Data collected by the method of testing and
documentation. Documentation used to determine the ability of students beginning.
Test used to students learning results of mathematics. Normality test using Lilliefors
method, homogeneity test using Bartlett method, equilibrium test and hypothesis test
using t test.
Based on the anlysis of hypotheses testing obtained score 𝑡hitung >
𝑡tabel (0,025;81) (2.651545 > 1.98969), so that H0 rejected. Therefore, there are
differences in learning outcomes of students taught by cooperative learning model
type NHT and conventional learning.
The conclusion of this study is students learning results of mathematics using
cooperative learning model type NHT is better than the conventional learning.
Keywords: Cooperative Learning Model Type NHT, Mathematics
Achievement, Roman Numeral.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil
Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas IV SD di Wilayah Gugus Gajah Mada
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun 2012.” Skripsi ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi
ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang sangat tulus kepada semua pihak, khususnya kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memotivasi dalam penyelesaian
skripsi ini.
4. Dr. H. Suwarto Wa, M.Pd, selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi demi kelancaran terselesainya skripsi ini.
5. Dr. Riyadi, M.Si, selaku dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan
mengarahkan dengan sabar demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Sugito, S.Ag, selaku Kepala Gugus Gajah Mada sekaligus Kepala SD N
Karangasem IV yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan
penelitian di SD tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7. Siti Rakhmiyati, S.Pd selaku Kepala SD Negeri Soropadan yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SD tersebut.
8. Drs. Heru Prasetyo selaku Kepala SD Negeri Karangasem I yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SD tersebut.
9. Rodiana Wifia Sari, S.Pd selaku wali kelas IV SD Negeri Soropadan yang telah
membantu dalam setiap kegiatan penelitian yang penulis lakukan.
10. Wulan Kusumaningtyas, S.Pd selaku wali kelas IV SD Negeri Karangasem I
yang telah membantu kegiatan penelitian penulis.
11. Bapak dan Ibu di rumah yang senantiasa memberikan doa serta dukungan.
12. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan semangat selama
pembuatan skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan
bagi para pembaca.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................. 5
D. Rumusan Masalah ................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori .......................................................................... 8
1. Hakikat Hasil Belajar Matematika .................................. 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT) ................................................... 11
3. Hakikat Model Pembelajaran Konvensional .................. 24
B. Penelitian yang Relevan ........................................................ 25
C. Kerangka Berpikir ................................................................. 29
D. Hipotesis ............................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 32
1. Tempat Penelitian ........................................................... 32
2. Waktu Penelitian ............................................................. 32
B. Rancangan Penelitian ............................................................ 33
C. Populasi dan Sampel ............................................................. 33
1. Populasi Penelitian .......................................................... 33
2. Sampel Penelitian ............................................................ 34
D. Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 34
E. Pengumpulan Data ................................................................ 35
1. Variabel Penelitian .......................................................... 35
2. Metode Pengumpulan Data ............................................. 35
F. Validasi Instrumen Penelitian ............................................... 37
1. Validitas .......................................................................... 37
2. Reliabilitas ...................................................................... 38
3. Analisis Butir Soal .......................................................... 38
G. Analisis Data ......................................................................... 40
1. Uji Prasyarat .................................................................... 40
2. Uji Keseimbangan ........................................................... 42
3. Uji Hipotesis ................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ....................................................................... 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Profil SD ......................................................................... 46
2. Uji Instrumen Hasil Belajar ............................................ 46
3. Sajian Data Penelitian ..................................................... 48
B. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal .................................. 52
1. Uji Normalitas Data Kemampuan Awal ......................... 52
2. Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal...................... 52
3. Uji Keseimbangan ........................................................... 53
C. Pengujian Hipotesis .............................................................. 54
1. Uji Normalitas Data Hasil Belajar .................................. 54
2. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar ............................... 54
3. Uji Hipotesis (t-test) ........................................................ 55
D. Pembahasan .......................................................................... 55
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................. 58
A. Simpulan ............................................................................... 58
B. Implikasi ............................................................................... 58
C. Saran ..................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 60
LAMPIRAN .................................................................................................. 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir ....................................................................... 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Rincian Waktu Kegiatan Penelitian ..................................................... 32
3.2 Rancangan Penelitian Randomized Control Only Design.................... 33
4.1 Klasifikasi Daya Beda Instrumen Hasil Belajar .................................. 47
4.2 Klasifikasi Uji Taraf Kesukaran Instrumen Hasil Belajar ................... 48
4.3 Data Kemampuan Awal Kelompok Eksperimen ................................. 49
4.4 Data Kemampuan Awal Kelompok Kontrol ........................................ 50
4.5 Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen .......................................... 51
4.6 Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol ................................................. 51
4.7 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal ..................................... 52
4.8 Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal ................................. 53
4.9 Hasil Uji Keseimbangan ...................................................................... 53
4.10 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar .............................................. 54
4.11 Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar .......................................... 55
4.12 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-Kisi Soal Post Test .......................................................................... 64
2. Soal Post Test .......................................................................................... 65
3. Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian Post Test .................................... 68
4. Data Nilai Kemampuan Awal Siswa ...................................................... 69
5. Data Nilai Post Test Siswa ...................................................................... 73
6. Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Post Test ............................................. 76
7. Analisis Butir Soal Post Test .................................................................. 79
8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Post Test .............................................. 83
9. Hasil Uji Daya Beda Instrumen Post Test .............................................. 85
10. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Post Test.................................. 86
11. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ................................................ 87
12. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal ............................................. 90
13. Hasil Uji Keseimbangan Kemampuan Awal .......................................... 94
14. Hasil Uji Normalitas Post Test................................................................ 97
15. Hasil Uji Homogenitas Post Test ............................................................ 100
16. Hasil Uji Hipotesis Post Test .................................................................. 104
17. Silabus ..................................................................................................... 107
18. RPP Kelompok Kontrol .......................................................................... 108
19. RPP Kelompok Eksperimen ................................................................... 118
20. Lembar Kerja Siswa dan Kriteria Penilaian ............................................ 130
21. Foto Pelaksanaan Penelitian.................................................................... 136
22. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi ............ 139
23. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi .............................................. 140
24. Surat Permohonan Ijin Research / Try Out ............................................. 141
25. Surat Keterangan Penelitian dari SD ...................................................... 142
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan maju
mundurnya suatu bangsa, maka untuk menghasilkan sumber daya manusia sebagai
subyek dalam pembangunan yang baik, diperlukan modal dari hasil pendidikan itu
sendiri. Sekolah adalah suatu wadah yang tepat untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan dalam upayanya mewujudkan tujuan pendidikan sebagai salah satu
tujuan nasional, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan
yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga yang demokratis dan bertanggung jawab. (Depdiknas, 2004)
Dunia pendidikan terus berubah. Kompetensi yang dibutuhkan oleh
masyarakat terus-menertus berubah apalagi dalam era globalisasi seperti sekarang
ini. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga
pendidikan haruslah memenuhi standar. Sekarang ini, standar dan kompetensi dalam
pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan
kompetensi pendidikan yang diukur oleh standar kompetensi tertentu. Sehingga
memungkinkan terjadinya kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.
Siswa Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaimana agar mencapai
standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan
dapat digunakan. Tidak peduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih
spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpenting adalah memenuhi nilai di atas
standar saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti
kehilangan makna saja karena terlalu menuntut standar kompetensi. Hal itu jelas
salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Matematika merupakan ilmu dasar yang berkembang sangat pesat baik
materi maupun kegunaannya. Mata pelajaran ini berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan menggunakan
ketajaman penalaran untuk dapat menyelesaikan persoalan sehari-hari.
Menurut Aisyah (2007: 1), tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah,
khusus di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan
penalaran dan pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,
(3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4)
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika dapat melatih siswa berpikir kritis dan bertindak
atas dasar pemikiran yang logis dalam kehidupan sehari-hari. Matematika memang
merupakan salah satu bidang ilmu yang perlu dipacu, sebab merupakan dasar dari
ilmu pengetahuan yang lain, khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Namun kenyataannya pembelajaran matematika di sekolah seringkali
membuat siswa merasa kesulitan. Matematika itu sulit. Kesan itu beredar di antara
sebagian besar siswa dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, bahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mahasiswa pun memiliki kesan yang serupa. Kesan ini membuat banyak siswa tidak
menyukai pelajaran matematika.
Selain itu, matematika yang demikian penting tersebut dipandang sebagai
mata pelajaran yang cukup sulit. Hal itu disebabkan karena sedikit banyak guru
mendominasi dalam proses pembelajaran matematika, siswa hanya memperhatikan
apa yang dijelaskan oleh guru tanpa interaksi secara aktif dari siswa. Pada saat proses
pembelajaran siswa pasif dalam menghadapi mata pelajaran matematika, siswa
hanya sebagai menjadi pendengar dan penerima informasi dari guru. Hal ini
mengakibatkan sebagian siswa kurang menguasai pada beberapa materi yang telah
diterangkan oleh guru dan menganggap pelajaran matematika adalah salah satu mata
pelajaran yang paling sulit dipahami oleh sebagian siswa.
Bilangan Romawi merupakan salah satu materi pembelajaran matematika di
Sekolah Dasar yang penting untuk dikuasai siswa. Bilangan Romawi seringkali
muncul dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam pembelajaran di sekolah maupun
dalam kehidupan di masyarakat. Bilangan Romawi ini juga akan terus muncul di
berbagai mata pelajaran di senua jenjang pendidikan maupun dalam kehidupan
masyarakat. Sehingga apabila siswa tidak menguasai materi bilangan romawi, maka
ia akan kesulitan mengetahui dan memahami suatu urutan tertentu. Oleh karena itu
siswa diharapkan dapat menguasai materi ini dengan baik untuk dapat mengetahui
dan mengerti penulisan lambang bilangan romawi di berbagai aspek kehidupan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah
dengan perbaikan proses belajar mengajar. Pembelajaran yang ideal sebaiknya tidak
terus menerus berpusat pada guru (Teacher Centered) tetapi berdasarkan CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif), yaitu siswa ikut ambil bagian secara aktif dalam
pembelajaran. Berbagai model dan metode tentang proses belajar mengajar di
sekolah telah bermunculan dan berkembang seiring dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Guru diharapkan mampu menguasai berbagai model dan metode
pembelajaran karena suatu model dan metode tertentu belum tentu cocok digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk setiap pokok bahasan yang berbeda. Model pembelajaran yang baik digunakan
sekarang ini adalah model pembelajaran aktif. Menurut Hisyam Zaini, dkk (2008:
xiv) pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik
untuk belajar secara aktif. Belajar aktif sangat diperlukan siswa untuk mendapatkan
hasil belajar yang maksimum. Pembelajaran aktif juga dapat mengurangi adanya
verbalisme dalam pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran yang aktif
dalam pembelajaran matematika adalah Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran ini merupakan salah satu
teknik pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa secara aktif mengikuti
pembelajaran. Model pembelajaran ini melibatkan banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi suatu materi pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
membuat siswa mau tidak mau harus ikut berpikir mengenai suatu masalah. Dalam
pembelajaran ini siswa dibuat berkelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok
diberi penomoran yang berbeda, untuk kemudian nomor yang sama pada semua
kelompok akan berlomba-lomba menjawab atau menyelesaikan masalah atau
pertanyaan untuk diselesaikan.
Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) penting
dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas untuk membuat semua siswa ikut serta
secara langsung dalam pembelajaran. Pembelajaran ini dilaksanakan dengan proses
yang diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira. Model ini akan
menghidupkan kelas karena prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan
gembira yang memotivasi siswa menyelesaikan suatu masalah yang ada dengan
benar dan tepat, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi.
Berdasarkan paparan di atas penelitian ini mengambil judul “Pengaruh
Model Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar Matematika Tentang Bilangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Romawi Bagi Siswa Kelas IV SD Di Wilayah Gugus Gajah Mada Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta Tahun 2012.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Mata pelajaran matematika pada umumnya dianggap sebagai mata pelajaran yang
sulit bagi siswa.
2. Mata pelajaran matematika sering tidak disukai dan dihindari oleh siswa.
3. Sebagian besar guru masih mendominasi dalam pembelajaran.
4. Siswa pasif dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran matematika. Hal ini
berakibat pada hasil belajar siswa yang menjadi kurang maksimal.
5. Masalah model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran yang
kurang bervariasi. Khususnya belum digunakannya model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah maka pembatasan
masalah di dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang bervariasi.
Khususnya belum digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT).
2. Siswa tidak termotivasi dalam mengikuti pembelajaran matematika, siswa
bersikap pasif dan merasa jenuh. Sehingga berakibat pada hasil belajar siswa
yang menjadi kurang maksimal.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah, maka masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian ini dirumuskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
agar tujuan penelitian jelas dan terarah yaitu, “manakah yang memberikan hasil
belajar matematika lebih baik antara penggunan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together dengan model pembelajaran konvensional pada kelas IV
SD se-gugus Gajah Mada Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun 2012?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan arah dari suatu kegiatan, maka harus ditentukan terlebih
dahulu agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan terarah. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil
belajar siswa pada siswa kelas IV se-gugus Gajah Mada Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta tahun 2012.
F. Manfaat Penelitian
Temuan penelitian ini akan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis
khususnya bagi para pengajar atau guru dan masyarakat luas pada umumnya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap teori
pembelajaran yang berkenaan dengan hasil belajar matematika dan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
b. Hasil penelitian ini akan memperkaya ilmu pendidikan dan mendorong
peneliti lain untuk melaksanakan penelitian sejenis yang lebih luas pada
masa-masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk guru dalam
memilih model pembelajaran yang aktif dan sesuai untuk siswa dalam
meningkatkan hasilbelajar matematika.
b. Bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Bagi penulis dapat memberikan masukan, guna menambah pengetahuan dan
sebagai acuan bagi penelitian lebih lanjut, yang ada hubungannya dengan
masalah eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Hasil Belajar Matematika
a. Hakikat Matematika
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengemukakan bahwa matematika
adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Menurut Permana dalam tim carapedia.com (2011) matematika
adalah ilmu dasar yang dapat digunakan sebagai alat bantu memecahkan
masalah dalam berbagai bidang ilmu, seperti: ekonomi, akuntansi, astronomi,
geografi, dan antropologi.
Menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa
simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah kemampuan
untuk memudahkan berpikir (Abdurrahman, 2003: 252). Demikian pula
Leaner mengemukakan bahwa Matematika di samping sebagai bahasa
simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia
memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan
kuantitas (Abdurrahman, 2003: 252).
Kline mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa
simbolis dan cirri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi
juga tidak melupakan cara bernalar induktif (Abdurrahman, 2003: 252).
Sedangkan Paling mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk
menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara
menggunakan informasi menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan
ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan
menggunakan hubungan hubungan (Abdurrahman, 2003: 252).
Berdasarkan pendapat Paling tersebut dapat disimpulkan bahwa
untuk menemukan jawaban atas tiap masalah yang dihadapinya, manusia
akan menggunakan (1) informasi yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi; (2) pengetahuan tentang bilangan, bentuk, dan ukuran; (3)
kemampuan untuk menghitung; dan (4) kemampuan untuk menghitung; dan
kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan.
Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan di berbagai
tingkat pendidikan, mulai dari PAUD hingga SMA bahkan hingga di
perguruan tinggi. Ada berbagai alasan tentang perlunya siswa maupun
mahasiswa belajar matematika. Cornelius mengemukakan lima alasan
perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana yang
berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah
kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan
generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, (5)
sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
(Abdurrahman, 2003: 253)
Dari beberapa pendapat tentang matematika yang telah dikemukakan
di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bahasa
simbolis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan, yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas serta memudahkan
manusia dalam berpikir untuk memecahkan masalah sehari-hari.
b. Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.
(Purwanto, 2010: 38). Menurut Travers mengemukakan bahwa belajar adalah
proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku (Suprijono, 2010: 2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan Morgan berpendapat, “Learning is any relatively permanent
change in behavior that is result of past experience”, yang berarti belajar
adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari
pengalaman (Suprijono, 2010: 3).
Menurut Sudjana (2006: 28), belajar dalah proses melihat,
mengamati sesuatu. Apabila kita berbicara tentang belajar maka kita
berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu perubahan atau penyesuaian tingkah laku yang bersifat
permanen sebagai hasil dari pengalaman.
c. Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. (Suprijono, 2010: 5).
Soedijarto mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang
dicapai oleh mahasiswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai
dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan (Purwanto, 2010: 46).
Sedangkan Winkel mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya (Purwanto, 2010: 45). Aspek perubahan itu mengacu kepada
taksonomi pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow
mencakup aspek kognitif, afektif dan psikimotorik.
Dalam ranah kognitif, hasil belajar tersusun atas enam tingkatan: (1)
pengetahuan (knowledge), (2) pemahaman (comprehention), (3) penerapan
(aplication), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis), (6) evaluasi
(evaluation).
Dalam ranah afektif terdiri atas lima tingkatan, yaitu: (1) penerimaan
(receiving), (2) merespon jawaban (responding), (3) penilaian (valuing), (4)
pengorganisasian (organizing), (5) karakterisasai nilai (characterization).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam ranah psikomotorik ada enam tingkatan: (1) gerakan refleks
(keterampilan pada gerakan yang tidak sadar, (2) keterampilan pada gerakan-
gerakan dasar, (3) kemampuan perseptual. Kombinasi dari kemampuan
kognitif dan gerakan, (4) kemampuan fisik meliputi ketahanan, kekuatan,
kelenturan, dsb, (5) gerakan terlatih, (6) nondiscoursive communication
meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan hasil
belajar adalah perubahan perilaku yang mengarah dari ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam kurun waktu
tertentu.
Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah belajar
matematika yang mengacu pada kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik.
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT)
a. Hakikat Model Pembelajaran
Menurut Milss, model adalah bentuk representasi akurat sebagai
proses aktual yang memungkinkan sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu (Suprijono 2008: 45).
Menurut Agus Suprijono (2008: 46), model pembelajaran ialah pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
maupun tutorial. Menurut Trianto (2007: 5), model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas.
Menurut Arends, menyatakan bahwa: “The term teaching model
refers to particular approach to instrution that includes its goals, syntax,
environment, and management system” (Trianto, 2007: 5). Dari pendapat
Arends tersebut, dapat diartikan bahwa model pengajaran mengarah pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya,
lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah suatu perncanaan yang sistematis yang berguna sebagai pedoman
dalam melaksanakan proses belajar mengajar untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran dan memberikan pengalaman belajar kepada siswa.
b. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivisme adalah
kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka
saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam
kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang
kompleks.
Menurut Joan Ballatine dan Patricia McCourt Larres (2007: 128)
....Individual accountability is attained when the instructor includes a
mechanism in the cooperative learning structure for holding group
members accountable for mastering the material and completing the
group task. This can be achieved by conducting individual test or
requiring students to indicate that they have contributed to a group
assignment by signing the group work....
Dari definisi yang ditulis Joan dan Patricia, yaitu ”...Setiap anak
memiliki tanggung jawab untuk mendengarkan guru ketika guru menjelaskan
mekanisme pembelajaran kooperatif agar menguasai materi dan dapat
menyelesaikan tugas. Hal ini dapat dicapai dengan tes secara individu atau
menuntut siswa menunjukkan peran serta mereka dalam tugas
kelompok......”.
Diharapkan dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif,
siswa dapat belajar secara berkelompok supaya menguasai materi dan
mendapatkan hasil belajar yang bagus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi
heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling
membantu.
Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam
kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik
didalam kelompoknya, seperti bekerja sama dengan baik didalam
kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan
kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar
terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang beri pertanyaan
atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi.
Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum
menguasai materi pelajaran. (Trianto, 2007: 41)
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara lebih umum pembelajaran
kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan
tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan
inforamasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan
masalah yang dimaksud (Suprijono. 2009: 54).
Sugiyanto (2009: 40) berpendapat pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang
sillih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang
dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
Berdasarkan definisi–definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil yang heterogen, untuk bekerja sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memecahkan masalah – masalah yang kompleks dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan bersama.
c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran
kooperatif itu adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka,
akuntabilitas individual, dan keterampilan untuk menjalin hubungan antar
pribadi atau ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Sugiyanto,
2009: 40).
1) Saling Ketergantungan Positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Saling
ketergantungan dapat dicapai melalui: a) saling ketergantungan mencapai
tujuan, b) saling ketergantungan menyelesaikan tugas, c) saling
ketergantungan bahan atau sumber, d) saling ketergantungan peran, e)
saling ketergantungan hadiah.
2) Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya
dilakukan dengan guru, melainkan jua dengan teman sebaya atau teman
di kelasnya. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa
lebih mudah belajar dari sesamanya.
3) Akuntabilitas Individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Nilai kelompok didasarkan
atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota
kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan yang didasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini
dimaksud denagan akuntabilitas individual.
4) Ketrampilan Menjalin hubungan antar Pribadi
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap
teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri,
dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar
pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara
sengaja diajarkan siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi
akan memperoleh teguran guru juga dari sesama siswa.
Sedangkan Arends (Trianto, 2007: 47) menyatakan bahwa pelajaran
yang mengunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri antara lain: (1)
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajar; (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah; (3) Bila memungkinkan, anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam; dan (4)
Penghargaan lebih berorientasi kepada kelopok dari individu.
Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
pembelajaran kooperatif pada intinya adalah adanya pembagian kelompok
kecil yang heterogen, kelompok tersebut saling bekerja sama secara aktif
untuk menuntaskan materi belajar, dan pemberian nilai atau penghargaan
lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Menurut Trianto (2007: 48) terdapat enam langkah utama atau
tahapan ada enam fase pembelajaran kooperatif. Fase pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
1. Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2. Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajiak informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan ajaran.
3. Fase 3
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi
secara efisien.
4. Fase 4
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
5. Fase 5
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang meteri yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6. Fase 6
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupupun hasil
belajar individu dan kelompok.
e. Keuntungan dan Kekurangan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sugiyanto (2009: 43) ada 11 keuntungan menggunakan
pembelajaran kooperatif diantaranya: (1) meningkatkan kepekaan dan
kesetiakawanan sosial; (2) memungkinkan para siswa saling belajar mengenai
sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan; (3)
memudahkan siswa untuk melakukan penyesuaian sosial; (4) memungkinkan
terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen; (5)
menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri; (6) membangun
persahabatan; (7) berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk
memelihara hubungan saling membutuhkan dan dapat diajarakan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dipraktekkan. (8) meningkatkan saling percaya kepada sesama manusia; (9)
meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai
perspektif; (10) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasakan lebih baik; dan (11) meningkatkan kegemaran berteman tanpa
memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamoin, normal atau cacat, etnis,
kelas sosial, dan agama.
Menurut Sanjaya (2008: 249) yang dikutip oleh Sumarmo (2011)
dalam keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif,
keunggulannya adalah, (1) siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru,
akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, (2)
dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan, (3)
dapat membantu anak untuk merespon orang lain, (4) dapat memberdayakan
siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar, (5) Dapat meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan social, (6) dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima
umpan balik, (7) dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata, (8) dapat
meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
Sedangkan kelemahannya adalah, (1) dengan leluasanya pembelajaran
maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang
dipelajari tidak akan tercapai, (2) penilaian kelompok dapat membutakan
penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya, dan
(3) mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang
panjang.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran
kooperatif mempunyai lebih banyak kelebihan daripada kekurangannya.
Sehingga, pembelajaran dengan menggunakan kooperatif tentu
menguntungkan bagi para pengajar atau guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT)
NHT (Numbered Heads Together) pertama kali dikembangkan oleh
Spenser Kagen utuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut. Menurut Trianto (2007: 62), Numbered Heads
Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.
Menurut Huda (2011: 130), NHT merupakan varian diskusi
kelompok. Teknis pelaksanaanya hampir sama diskusi kelompok. Pertama-
tama, guru meminta siswa untuk duduk berkelompok-kelompok. Masing-
masing anggota diberi nomor. Setelah selesai, guru memanggil nomor yang
dimiliki masing-masing anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya. Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang akan
berpresentasi selanjutnya. Begitu terus selanjutnya hingga semua noomr
terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan memastikan semua siswa benar-
benar terlibat dalam diskusi tersebut.
Menurut Maheady Michielli-Pendl, Harper dan Mallete dalam Susan
Bawn (2007: 44), “Numbered Heads with incentive was more effective in
raising academic achievement than Numbered Heads without incentives and
both methods were more advantengous for learning than tradisional
methods”. Pendapat tersebut mempunyai arti yaitu kepala bernomor dengan
doronganlebih efektif dalam meningkatkan prestasi akademik daripada
kepala bernomor tanpa dorongan. Dan kedua metode iti lebih menguntungkan
untuk pembelajaran dibandingkan dengan metode tradisional. Dapat ditarik
kesimpulan, bahwa model pembelajaran NHT ini lebih efektif dibandingkan
metode tradisional dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam Numbered Heads Together, guru membagi kelas menjadi
kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya memperhatikan jumlah konsep
yang akan dipelajari. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terdiri dari
40 siswa dan terbagi menjadi 5 kelompok berdasrkan jumlah konsep yang
dipelajari, maka tiap kelompok terdiri dari 8 orang. Tiap-tiap orang dalam
tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-8. Setelah kelopok terbentuk guru
mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab tiap-tiap kelompok.
Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok mengemukakan
jawabannya. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepala
“Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan guru.
Langkah berikutnya guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor
yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi
jawaban atas pertanyaan yang diberi dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga
semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok
mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan
jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam,
sehingga peserta didik dapat menentukan jawaban pertanyaan itu sebagai
pengetahuan yang utuh. (Suprijono, 2009: 92)
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa NHT
(Numbered Heads Together) adalah sebuah model pembelajaran kooperatif
dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap anggota
kelompok diberi nomor dari nomor kecil sampai dengan nomor besar yang
diharapkan setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk menelaah
materi yang disajikan.
g. Kelebihan dan Kekurangan Numbered Heads Together (NHT)
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) ini memiliki banyak kelebihan dan beberapa kekurangan. Menurut
Hamdani (2010: 90) menyatakan NHT memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya antara lain: (1) Setiap siswa menjadi siap semua, (2) siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan (3) siswa yang
pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Sedangkan kelemahan
NHT, kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru dan
tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Menurut Ali (2010) kelebihan NHT (Numbered Heads Together)
antara lain: (1) Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, (2) Mampu
memperdalam pemehaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, (3)
Mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan
siswa, (4) Mengembangkan rasa ingin tahu siswa, (5) Meningkatkan rasa
percaya diri siswa, mengembangkan rasa saling memiliki, (6) Serta
mengembangkan ketrampilan untuk masa depan.
Dalam artikel Cooperatif Learning | Model Pembelajaran
Cooperatif Learning Tipe NHT | Kelebihan dan Kelemahan NHT (2011),
terdapat 4 kelebihan model pembelajaran tipe NHT yaitu:
1) Setiap siswa menjadi siap semua.
2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
4) Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
Sedangkan Hamsa (2009) mengemukakan kelemahan NHT yaitu:
1) Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena
membutuhkan waktu yang lama,
2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru,
3) Kemungkinan nomor dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
Dari beberapa uraian diatas, dapat diketahui bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together memiliki lebih
banyak kelebihan dari pada kelemahan. Kelemahan dan kelebihan metode
tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh guru dalam pemilihan
metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kreativitas pemilihan metode dapat menjadi dasar tercapainya tujuan
pembelajaran berkualitas tinggi.
h. Tujuan Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Menurut Ibrahim dalam Santosa (2011), mengemukakan tiga tujuan
yang hendak dicapai dalam pemebelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:
1) Hasil belajar akademik stuktural
Hasil belajar ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik.
2) Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai latar belakang. Tipe pembelajaran ini memberi peluang bagi
siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan
saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan saling menghargai satu
sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat,
bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
i. Manfaat Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Ada beberapa manfaat model pembelajaran NHT terhadap siswa
hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Laudgren, manfaat NHT sebagai
berikut: (1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (2) memperbaiki kehadiran,
(3) penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, (4) perilaku
mengganggu menjadi lebih kecil, (5) konflik antara pribadi berkurang, (6)
pemahaman yang lebih mendalam, (7) meningkatkan kebaikan budi,
kepekaan dan toleransi, dan (8) hasil belajar menjadi lebih tinggi (Herdian,
2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
j. Langkah-Langkah Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Trianto (2007: 62) mengemukakan, dalam mengajukan pertanyaan
kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks
NHT:
1) Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok maksimal terdiri
dari 5 orang setiap kelompok, dan kepada setiap anggota kelompok diberi
nomor antara 1 sampai 5
2) Fase 2: mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat
tanya. Misalnya “Berapakah jumlah gigi orang dewasa?” Atau berbentuk
arahan, misalnya “pastikan setiap orang mengetahui 5 buah ibu kota
propinsi yang terletak di pulau Sumatra.”
3) Fase 3: Berpikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4) Fase 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai pada setiap kelompok, mengacungkan tangannya dan mencoba
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep
Kagen. Ibrahim dalam Herdian (2009) mengemukakan tiga langkah
pembelajaran NHT yaitu:
1) Pembentukan kelompok;
2) Diskusi masalah;
3) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam
langkah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2) Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa
kelompok yang heterogen dan masing-masing beranggotakan 3-5 orang
siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan
nama kelompok yang berbeda. Selain itu, dalam pembentukan kelompok
digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan
masing-masing kelompok.
3) Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku
paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan
LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
4) Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa
sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa
berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap
orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS
atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat
bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
5) Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban kepada siswa di kelas.
6) Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
3. Hakikat Pembelajaran Konvensional
Menurut Hamdani (2011: 166), ciri-ciri pembelajaran konvensional
antara lain, (1) memfokuskan pada prestasi individu, (2) setiap siswa aka salaing
berkompetisi, (3) penghargaan berupa prestasi individu, (4) dalam proses
pembelajaran hanya sedikit terjadi proses diskusi antar siswa, (5) tanggung jawab
yang ada berupa tanggung jawab individu, (6) kemampuan social diabaikan, (7)
Tidak ada proses untuk meningkatkan kulalitas kerja, dan (8) pembentukan
kelompok tidak diperhatikan, yang ada berupa kelompok besar atau kelas. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang
memfokuskan pada pencapaian hasil belajar individu siswa dan dalam proses
pembelajaran hanya sedikit terjadi proses diskusi antar siswa.
Dalam repository.upi.edu pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran yang biasa dilakukan guru misalnya mengutamakan hafalan
daripada pengertian, mengutamakan hasil daripada keterampilan proses.
Pembelajaran konvensional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu,
misalnya lebih menekankan hapalan daripada pemahaman, pembelajaran yang
mementingkan hasil daripada keterampilan proses, atau pembelajaran yang
berpusat pada guru atau teacher centered. Pada pembelajaran konvensional,
metode yang paling banyak ditemukan adalah metode ceramah. Sehingga banyak
yang mengartikan bahwa metode konvensional hampir sama dengan metode
ceramah.
Pada pembelajaran konvensional guru berbicara pada awal
pembelajaran, menerangkan materi kemudian memberikan contoh soal pada
waktu yang diperlukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru bisa melalui
ceramah, tanya jawab maupun latihan soal yang bertujuan agar siswa
memperoleh hasil dari pembelajaran yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah pembelajaran
konvensional yang menekankan pada latihan soal atau drilling soal kepada siswa
secara individu, sehingga tidak memungkinkan adanya siswa yang bergantung
pada siswa lain seperti pada pembelajaran dengan model berkelompok.
Langkah-langkah pembelajaran keonvensional dalam pembelajaran
matematika adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
a) Melakukan apersepsi
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
c) Memberikan motivasi untuk menarik perhatian siswa.
2) Kegiatan Inti
a) Guru menyampaikan materi pembelajaran.
b) Guru memberikan latihan soal.
c) Guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang materi yang belum
dipahami.
3) Kegiatan Akhir
a) Melakukan penilaian.
b) Memberikan tindak lanjut berupa PR.
Pembelajaran konvensional ini tentu berbeda dengan pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT), terutama pada kegiatan inti. Dalam
pembelajaran konvensional setelah penyampaian materi oleh guru, siswa
diberikan latihan soal secara individu. Kemudian dievaluasi bersama-sama.
Sedangkan pada pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) setelah
penyampaian materi guru memberikan latihan soal secara berkelompok.
Kemudian evaluasi dilakukan tetapi yang bertugas menjawab pertanyaan adalah
masing-masing anggota kelompok yang mempunyai nomor yang sama seperti
yang disebutkan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang akan dilakukan mengacu pada penelitian-penelitian
terdahulu yang relevan, yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-
peneliti sebelumnya.
1. Nur Hidayah
Penelitian berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Matemetika
melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads
Together) Kelas III SD N Klumprit 03 Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran
2009/2010”.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan: (1) Prestasi
belajar matematika pada materi keliling persegi dan persegi panjang
meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
baik dilihat dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Hal ini
dilihat dari nilai rata-rata kelas yang sisebutkan telah terjadi peningkatan
yaitu pada tes awal sebesar 58,5; siklus I 71,5; dan pada siklus II naik
menjadi 79,8. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 67) pada tes awal
35%, tes sikllus I 75% dan pada siklus II 95% siswa. Dari aspek afektif
terliahat adanya peningkatan yang sebelumnya pada pra tindakan mayoritas
siswa termasuk ke dalam kriteria rendah yaitu 65%, lalu pada siklus II
didominasi kriteria yang sangat tinggi yaitu 70%. Sama halnya dengan
kriteria psikomotorik yang mengalami peningkatan, yaitu pada pra tindakan
didominasi kriteria sedang sebanyak 40%, siklus I 70% termasuk kriteria
tinggi dan 80% termasuk kriteria sangat tinggi pada siklus II.
Penelitian yang saya laksanakan mempunyai persamaan dan
perbedaan dengan penelitian Nur Hidayah. Persamaan tersebut terletak pada
salah satu variabel penelitiannya, yaitu model pembelajaran kooperatif NHT.
Sedangkan perbedaannya terletak pada metode penelitiannnya, subjek
penelitian dan variabel terikatnya. Dalam penelitian Nur Hidayah metode
penelitiannnya adalah Penelitian Tindakan Kelas, subjek penelitiannya adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa kelas III SD N Klumprit 03, dan variabel terikatnya adalah prestasi
belajar matematika.
2. Anik Nur Khayati
Penelitian berjudul.” Eksperimentasi Pembelajaran Matematika
dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht (Numbered Heads
Together) Pada Materi Luas Dan Volume Bangun Ruang Ditinjau Dari Gaya
Belajar Matematika siswa Kelas X SMA Batik 1 Surakarta”
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Pengambilan
sampel dilakukan secara sampling random kluster. Uji coba instrumen
dilaksanakan di MAN 1 Surakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah metode dokumentasi yang berupa data nilai ujian semester gasal mata
pelajaran matematika metode angket untuk data gaya belajar, metode tes
untuk data prestasi belajar matematika siswa pada materi luas dan volume
bangun ruang.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) Penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)
menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik daripada
penggunaan model pembelajaran konvensional pada materi luas dan volume
bangun ruang pada siswa kelas X semester genap SMA Batik 1 Surakarta
Tahun Ajaran 2008/2009 (Fa 22,26120 < 3.984 = Ftabel pada taraf signifikansi
5%). (2) tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang
mempunyai gaya belajar matematika tipe auditorial gaya belajar matematika
tipe visual dan gaya belajar matematika tipe kinestetik pada materi luas dan
volume bangun ruang siswa kelas X semester genap SMA Batik 1 Surakarta
Tahun Ajaran 2008/2009 (Fb 1,0527 < 3.134 = Ftabel pada taraf signifikansi
5%). (3) model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads
Together) menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik
daripada model pembelajaran konvensional untuk setiap tipe gaya belajar
matematika siswa pada materi luas dan volume bangun ruang siswa kelas X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
semester genap SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 (Fab 0.3703
< 3.134 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%)
Penelitian yang saya laksanakan mempunyai persamaan dan
perbedaan dengan penelitian Kristinawati. Persamaan tersebut terletak pada
salah satu variabel penelitiannya, yaitu model pembelajaran kooperatif NHT.
Sedangkan perbedaanya terletak pada subjek penelitian dan variabel
terikatnya. Dalam penelitian subjek penelitiannya adalah siswa kelas X SMA
Batik 1 Surakarta, dan variabel terikatnya adalah Gaya Belajar Matematika
3. Wahyu Sri Handayani.
Penelitiannya berjudul, “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada
Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat dengan Menggunakan Media Manik-
Manik Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Babarsari, Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012.”
Hasil penelitian ini adalah (1) adanya peningkatan rata-rata nilai
kelas yang diperoleh siswa dari sebelumnya pada sebelum tindakan 59,43;
kemudian pada siklus I menjadi 68,29; naik menjadi 75,71 pada siklus II, (2)
adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan
hanya 40%; pada tes siklus I menjadi 63%; kemudian pada siklus II menjadi
91%. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media manik-manik dapat meningkatkan hasil belajar
matematika pada operasi penjumlahan bilangan bulat pada siswa kelas IV SD
Negeri Babarsari tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini mempunyai persamaan pada variabel y, yaitu
mengenai hasli belajar matematika di kelas IV. Hal tersebut menunjukkan
bahwa memang di kelas IV SD pernah terjadi pemasalahan dalam hasil
belajar matematika.
Sehubungan dengan ketiga hasil penelitian tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Numberes Heads Together) dalam pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hasil pembelajaran. Dan hasil belajar matematika pernah mengalami
permasalahan di kelas IV. Dengan demikian ada keterkaitan dalam penelitian
yang dilakukan dengan penelitian tersebut, sehingga penelitian tersebut dijadikan
sebagai acuan oleh peneliti dalam mengadakan penelitian ini.
C. Kerangka Berpikir
Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu mengenai Bilangan
Romawi pada pembelajaran Matematika di kelas IV. Dalam prakteknya seringkali
pembelajaran matematika hanya bersifat monoton dengan dominansi guru dalam
pembelajaran. Siswa yang sudah menganggap bahwa matematika sebagai mata
pelajaran yang sulit, menjadi semakin tidak menyukai pembelajaran matematika. Hal
ini tentu akan berakibat buruk dalam hasil dari pembelajaran matematika yang
nantinya akan bermuara pada mutu pendidikan nasional.
Pembelajaran yang aktif sangat diperlukan dalam pembelajaran di sekolah,
khususnya pada mata pelajaran matematika dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan. Penelitian ini akan menerapkan model pembelajaran yang dapat
mengatasi masalah dalam pembelajaran matematika tersebut salah satunya dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
dan model pembelajaran konvensional yang menekankan latihan soal atau model
drilling.
Model pembelajaran NHT merupakan salah satu teknik pembelajaran
kooperatif yang melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi suatu materi
pelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa dibuat berkelompok. Masing-masing siswa
dalam kelompok diberi penomoran yang berbeda, untuk kemudian nomor yang sama
pada semua kelompok akan berlomba-lomba menjawab atau menyelesaikan masalah
atau pertanyaan untuk diselesaikan. Sedangkan pembelajaran konvensional secara
umum yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh
guru yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembelajaran konvensional ini mempunyai karakteristik yang menekankan pada
penyelesaian tugas siswa dan interaksi yang lebih dominan antara guru dengan siswa,
daripada antara siswa dengan siswa seperti pada pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Pada penerapan model pembelajaran konvensional dalam penelitian ini,
pembelajaran ditekankan pada latihan soal secara mandiri untuk kemudian siswa
diminta maju menuliskan hasil pekerjaannya di depan kelas.
Seperti telah diterangkan di atas, pembelajaran dengan menggunakan model
NHT dapat dengan mudah menarik perhatian siswa untuk fokus pada mata pelajaran
yang sedang berlangsung dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
Model pembelajaran NHT ini membuat siswa lebih termotivasi untuk lebih belajar
lagi bersama teman sekelompoknya agar dapat menjawab semua pertanyaan yang
diajukan oleh guru dengan cepat dan tepat. Hal ini tentu dapat memberikan dampak
yang sangat baik pada hasil pembelajaran siswa.
Pada kelompok eksperimen dalam pembelajaran matematika kelas IV
menerapkan model pembelajaran NHT, sedangkan pada kelompok kontrol
pembelajaran matematika menerapkan model pembelajaran konvensional. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui manakah model pembelajaran yang lebih dapat
berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat
dilihat pada kerangka berpikir gambar 2.1 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dibandingkan dan dianalisis mana yang lebih baik
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Menurut Arikunto (2010: 110), hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.
Berdasarkan dari kajian teori, kerangka berpikir maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah: “Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik daripada yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional.”
Kelompok Eksperimen
Numbered Heads Together
Post test
Kelompok Kontrol
Pembelajaran Konvensional
Post test
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD se-gugus Gajah Mada di Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV semester II
tahun pelajaran 2011/1012. Alasan pemilihan SD se-gugus Gajah Mada di
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta sebagai tempat penelitian karena data yang
diperlukan untuk penelitian tersedia dan adanya keterbukaan dari pihak tempat
penelitian dalam memberikan informasi yang membantu pelaksanaan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama 6 bulan yaitu dari akhir bulan Januari
2012 sampai dengan bulan Juli 2012 yang dimulai dengan pengajuan judul
sampai dengan sidang skripsi. Adapun rinciannya terdapat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Rincian Waktu Kegiatan Penelitian
No
Kegiatan
Waktu Penelitian
Februari Maret April Mei Juni Juli
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Penyusunan
proposal
3 Pengajuan surat ijin
penelitian
4 Pelaksanaan
penelitian
5 Pengumpulan dan
analisis data
6 Penyusunan
Laporan
7 Ujian Skripsi dan
Revisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Rancangan Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang akan dipelajari, maka penelitian ini
menggunakan metode eksperimen semu (Quasi exsperimental research) karena
peneliti tidak dapat mengontrol semua variabel. Tujuan penelitian eksperimen adalah
untuk mencari hubungan sebab akibat dengan memberi perlakuan-perlakuan tertentu
pada dua kelompok eksperimen.
Kedua kelompok baik kontrol maupun eksperimen dikelompokkan
berdasarkan tingkat motivasi belajar setelah itu diberi perlakuan berupa strategi
pembelajaran yang berbeda. Rancangan penelitian Randomized Control Only Design
ini dapat digambarkan pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2. Rancangan Penelitian Randomized Control Only Design
Group Treatment Post Test
Eksperimen Group (R) X T2
Control Group (R) - T2
Keterangan:
X : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu dengan
penggunaan strategi pembelajaran pengguanaan media pembelajaran
T2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
(R) : Random assigment (pemilihan kelompok secara random)
Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) sedangkan pada
kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV semester 2 SD
se-gugus Gajah Mada di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun pelajaran
2011/2012 yang terdiri dari 6 SD yaitu, SD Negeri Karangasem I, SD Negeri
Karangasem II, SD Negeri Karangasem III, SD Negeri Karangasem IV, SD
Negeri Soropadan, dan SD Muhammadiyah 16.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2008: 81). Dari populasi akan diambil sebagian anggota
untuk dijadikan sampel. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai sampel
adalah sebagian siswa kelas IV SD se-gugus Gajah Mada di Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta, diambil tiga SD sebagai kelas kontrol, kelas eksperimen dan
kelas uji coba.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
cluster random sampling. Cluster random sampling adalah cara pengambilan sampel
dimana sampel dipilih dalam kelompok-kelompok tertentu secara random (Sugiyono,
2008: 83). Langkah-langkah dalam pengambilan sampel yaitu diantaranya:
a. Menentukan populasi mana yang akan digunakan sebagai penelitian. Dalam
penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh siswa SD se-gugus Gajah
Mada Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
b. Menetukan tiga sekolah yang akan digunakan sebagai kelompok kontrol,
kelompok eksperimen, dan kelompok uji coba.
c. Melakukan pengundian secara acak sebanyak tiga kali, sehingga ditemukan tiga
SD yang akan dijadikan sebagai kelompok kontrol, kelompok eksperimen, dan
kelompok uji coba.
d. Dari tiga SD tersebut peneliti dapat menentukan SD mana sebagai kelompok
kontrol, kelompok eksperimen dan kelompok uji coba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasilnya kelompok eksperimen yaitu siswa kelas IV SD Negeri Soropadan
yang berjumlah 36 siswa, kelompok kontrol yaitu siswa kelas IV SD Negeri
Karangasem I yang berjumlah siswa 47 siswa, dan kelompok uji coba instrumen
yaitu siswa kelas IV SD Negeri Karangasem IV yang berjumlah 40 siswa.
E. Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:
38)
a. Variabel Bebas
Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
terikat (dependent variable). Dengan kata lain, variabel bebas merupakan
variabel yang dipilih oleh peneliti untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel
dependen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
b. Variabel Terikat
Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dengan
kata lain, variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh variabel yang lain,
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika materi bilangan Romawi.
2. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengambilan data yaitu:
a. Teknik Tes
Tes sebagai instrumen pengumpulan data adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok (Riduwan, 2004: 105). Bentuk tes yang dikembangkan dalam
penelitian ini berupa tes obyektif. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa. Adapun tes akan dilaksanakan sebanyak satu
kali yaitu Post test. Post test adalah tes yang diberikan setelah siswa
mendapat perlakuan dari peneliti. Post test dilakuan sesudah mempelajari
materi Bilangan Romawi. Post test ini diberikan kepada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen yang kemudian hasilnya akan dianalisis untuk
menjawab permasalahan penelitian sedangkan untuk menguji keseimbangan
siswa menggunakan hasil ujian akhir semester ganjil matematika kemarin.
Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen post test:
1) Menentukan materi yang akan dibuat soal.
2) Menentukan bentuk soal yang akan dibuat yaitu pilihan ganda.
3) Membuat kisi-kisi soal.
4) Menyusun soal tes beserta kuncinya.
5) Menelaah soal sebelum dicetak.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes hasil belajar dengan
jenis tertulis dan bentuk tes pilihan ganda sebagai dasar pertimbangan untuk
menghindari subjektivitas penilaian. Jawaban yang benar mendapat nilai 1
dan jawaban yang salah mendapat nilai 0.
b. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data berupa
catatan-catatan dan menelaah dokumen sekolah yang berkaitan dengan objek
penelitian. Data yang dikumpulkan dengan teknik ini adalah data nilai Ujian
Semester Ganjil kelas IV tahun pelajaran 2011/2012 mata pelajaran
matematika sebagai data awal yang digunakan untuk uji keseimbangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Validasi Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes untuk
memperoleh data tentang hasil belajar Matematika. Instrumen yang akan dibuat
terlebih dahulu dibuat kisi-kisi yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk tes.
Instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data harus diujicobakan terlebih
dahulu pada sampel dari mana populasi diambil. Uji coba instrumen penelitian
dilaksanakan di SD Negeri Karangasem IV pada siswa kelas IV tahun pelajaran
2011/2012. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang
digunakan valid, reliabel, mengetahui tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal.
Instrument tes diuji validitas dan reliabilitasnya untuk mengetahui tingkat kualitas
soal. Kelayakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diuji sebagai berikut:
1. Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan
validitas konstruksi. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat
dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi terdapat
variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir pertanyaan
yang dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen maka pengujian
validitas dapat dilakukan dengan mudah (Sugiyono, 2008: 129).
Pengujian validitas instrumen test pada penelitian ini menggunakan
pendapat dari ahli (experts judgment). Para ahli diminta pendapatnya mengenai
instrumen yang telah disusun itu. (Sugiyono, 2008: 125). Langkah-langkah
pengujian instrumen dengan experts judgment adalah sebagai berikut:
1. Menyusun instrument tes sesuai dengan materi dan kisi-kisi yang digunakan.
2. Membuat tabel penilaian untuk pendapat para ahli.
3. Menyerahkan instrument tes pada para ahli.
4. Meminta penilaian para ahli pada instrument tes yang telah dibuat oleh
peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penelitian ini butir instrumen dikatakan valid menurut validitas
isi jika validator setuju dengan semua kriteria yang ditentukan sehingga butir
telah sesuai dengan semua kriteria yang ditentukan. Kriteria yang dimaksud
meliputi: kesesuaian butir soal dengan materi, kesesuaian butir soal dengan kisi-
kisi, soal tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar, kalimat soal mudah
dipahami, dan item soal tidak menimbulkan interpretasi ganda.
2. Reliabilitas
Reliabel artinya dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf
reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap
apabila diteskan berulang-ulang. Reliabilitas instrumen tes hasil belajar menurut
Riduwan (2004: 119) dapat diukur menggunakan rumus Kuder Richardson (KR-
20) sebagai berikut:
2
2
111 S
pqS
k
kr
Keterangan:
r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan
k : Banyaknya item
S : Standar deviasi dari tes
p : Proporsi siswa yang menjawab item dengan benar
q : Proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (1 – p)
∑pq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q
Pada penelitian ini instrumen tes dikatakan reliabel jika r11 > 0,7.
3. Analisis Butir soal
a. Uji Taraf Kesukaran Soal
Butir soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran
yang memadai artinya tidak mudah dan tidak terlalu sukar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan
rumus:
I = B
N
Keterangan:
I : indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B : banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N : jumlah seluruh peserta tes
Kriteria indeks kesulitan soal tersebut adalah sebagai berikut:
0 – 0, 30 : soal kategori sukar
0,31 – 0,70 : soal kategori sedang
0,71 – 1,00 : soal kategori mudah
(Nana Sudjana, 2010: 137)
Dalam penelitian ini tingkat kesukaran yang digunakan adalah 0,31 - 0,7.
b. Daya Pembeda Soal
Soal yang baik memiliki kemampuan untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Perbedaan jawaban benar dari siswa yang
berkemampuan rendah dengan siswa berkemampuan tinggi disebut Indeks
Diskriminasi (ID). ID diperoleh dengan rumus (Arikunto, 2010: 213-214)
sebagai berikut:
ID = 𝐵𝐴
𝐽𝐴 −
𝐵𝐵
𝐽𝐵
Keterangan:
J : Jumlah peserta tes
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi pengujian daya pembeda adalah sebagai berikut:
0,40 atau lebih : Baik sekali
0,30 - 0,39 : Baik
0,20 - 0,29 : Cukup baik
Kurang dari 0,20 : Jelek
Klasifikasi daya beda yang digunakan pada penelitian ini adalah D ≥ 0,3.
G. Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis perbedaan
dua perlakuan dengan langkah-langkah yaitu uji kesimbangan, uji prasyarat, dan uji
homogenitas. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Lilliefors. Uji ini
digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak.
Rumus uji normalitas menurut Budiyono (2004: 170-171) adalah sebagai
berikut:
1) Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Statistik Uji
L = Maks 𝐹(𝑧i) − S (𝑧i)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dimana zi = 𝑋𝑖− 𝑋
𝑠
Keterangan:
𝐹 𝑧𝑖 = P 𝑍 ≤ 𝑧𝑖 ; Z ~ 𝑁 0,1 ;
𝑆 𝑧𝑖 = proporsi cacah Z ≤ 𝑧𝑖 terhadap seluruh 𝑧𝑖
3) Taraf Signifikansi (α) = 0,05
4) Daerah Kritik (DK) = 𝐿 𝐿 > 𝐿∝;𝑛 dengan n adalah ukuran sampel.
5) Keputusan Uji
𝐻0 ditolak jika 𝐿𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 terletak di daerah kritik.
6) Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika 𝐻0
diterima.
b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika 𝐻0
ditolak.
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini
digunakan metode Bartlett dengan uji Chi Kuadrat dengan prosedur sebagai
berikut:
1) Hipotesis
H0: 𝜎12 = 𝜎2
2 (variansi populasi homogen)
H1 : 𝜎12 𝜎2
2 (variansi populasi tidak homogen)
2) Taraf signifikansi (∝ = 0,05)
3) Statistik Uji
χ2 = ln 10 B − ni − 1 log si2
dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
s2 = ni−1 si
2
ni−1 dan B = log s2 ni − 1
Keterangan:
𝑠2 = variansi gabungan
𝑛𝑖 = banyaknya anggota sampel ke-i
𝑠𝑖2 = variansi sampel ke-i
4) Daerah Kritik (DK) = χ2 χ2 > χ 1−∝ k−1 2
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika χ2 ∈ DK , dan
H0 diterima jika χ2 ∉ DK
6) Kesimpulan
a) Populasi-populasi homogen jika H0 diterima
b) Populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak
(Sudjana, 2005: 263)
2. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kelas (kelas
eksperimen dan kelas kontrol) dalam keadaan seimbang atau tidak, sebelum kelas
eksperimen mendapat perlakuan. Statistik uji yang digunakan adalah uji-t.
adapun data yang digunakan berasal dari data dokumen nilai belajar matematika
antara siswa dalam kelas-kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian.
Langkah-langkah uji keseimbangan adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0: μ1= μ2 (kedua populasi memiliki kemampuan awal sama)
H1: μ1 ≠ μ2 (kedua populasi memiliki kemampuan awal berbeda)
b. Taraf signifikansi: ∝ = 0,05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Statistik Uji
t = X 1− X 2
S 1
n 1+
1
n 2
dengan:
s : standar deviasi
s2 = n1− 1 s1
2+ n2− 1 s22
n1+ n2− 2
Keterangan:
X 1: rata-rata kelompok eksperimen
X 2: rata-rata kelompok kontrol
s1: simpangan baku kelompok eksperimen
s2: simpangan baku kelompok kontrol
n1: jumlah sampel kelompok eksperimen
n2: jumlah sampel kelompok kontrol
d. Daerah Kritik (DK) = t t < −tα
2; n1+ n2− 2 atau t > tα
2; n1+ n2− 2
e. Keputusan Uji
H0 ditolak jika t ∈ DK , dan
H0 diterima jika t ∉ DK
f. Kesimpulan
1) Kedua populasi memiliki kemampuan awal sama jika H0 diterima.
2) Kedua populasi memiliki kemampuan awal berbeda jika H0 ditolak.
(Sudjana, 2005: 239)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Uji Hipotesis
Setelah data terkumpul, baik data sebelum diadakan perlakuan maupun
data setelah diadakan perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran diuji
prasyaratnya maka kedua data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis
statistik t-test sebagai berikut:
a. Hipotesis:
H0 : μ1 = μ2 (hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together tidak berbeda
dengan yang diajar dengan model pembelajaran konvensional)
H1 : μ1 ≠ μ2 (hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together berbeda dengan
yang diajar dengan model pembelajaran konvensional)
b. Taraf signifikansi (∝ = 0,05)
c. Statistik Uji
t = 𝑋 1− 𝑋 2
𝑆 1
𝑛1+
1
𝑛2
dengan:
s : standar deviasi
𝑠2 = 𝑛1− 1 𝑠1
2+ 𝑛2− 1 𝑠22
𝑛1+ 𝑛2− 2
Keterangan:
𝑋 1: rata-rata kelompok eksperimen
𝑋 2: rata-rata kelompok kontrol
𝑠1: simpangan baku kelompok eksperimen
𝑠2: simpangan baku kelompok kontrol
n1: jumlah sampel kelompok eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
n2: jumlah sampel kelompok kontrol
d. Daerah Kritik (DK) = t t < −tα
2;n1+ n2− 2 atau t > tα
2;n1+ n2− 2
e. Keputusan Uji
H0 ditolak jika t ∈ DK , dan
H0 diterima jika t ∉ DK
f. Kesimpulan
1) Hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT tidak berbeda dari yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional jika H0 diterima.
2) Hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT berbeda dari yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional jika H0 ditolak.
(Sudjana, 2005: 239)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Profil SD
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 SD, yaitu untuk kelompok
try out, kelompok eksperimen dan kelompok control. Untuk kelompok try out
adalah SD Negeri Karangasem IV, kelompok eksperimen adalah SD Negeri
Soropadan, dan kelompok kontrol adalah SD Negeri Karangasem I.
SD Negeri Karangasem IV sebagai kelompok try out ini terletak di Jalan
Srikaya I RT 03 / IX Kecamatan Laweyan, Surakarta yang dipimpin oleh Sugito,
S.Ag. Peneliti mengambil 1 kelas untuk kelompok try out pada kelas IV dengan
jumlah siswa sebanyak 40 anak.
Untuk kelompok eksperimen adalah SD Negeri Soropadan. Sekolah ini
beralamat di Jalan Srikoyo 8 Kelurahan Karangsem, Kecamatan Laweyan,
Surakarta yang dipimpin oleh Siti Rakhmiyati, S. Pd. Peneliti mengambil 1 kelas
untuk kelompok eksperimen pada kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 36
anak.
Sedangkan untuk kelompok kontrol adalah SD Negeri Karangasem I.
Sekolah ini berada di RT 01 RW IV Kelurahan Karangsem, Kecamatan
Laweyan, Surakarta yang dipimpin oleh Drs. Heru Prasetyo. Peneliti mengambil
1 kelas untuk kelompok eksperimen pada kelas IV dengan jumlah siswa
sebanyak 47 anak.
2. Uji Instrumen Hasil Belajar
a. Uji Validitas Isi
Uji validitas pada penelitian ini diuji dengan uji validitas isi.
Validitas isi digunakan untuk menguji validitas isi instrument hasil belajar.
Validitas isi ini dilakukan oleh 3 ahli. Pengujian dilakukan oleh 1 guru senior
di SD Negeri Soropadan yaitu Sugiyanto, S.Pd, 1 guru di SD Negeri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Karangasem I yaitu Wulan Kusumaningtyas, S.Pd dan 1 dosen senior PGSD
UNS, yaitu Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd. Berdasarkan hasil uji validitas isi post
test hasil belajar siswa, dari jumlah 25 soal dinyatakan semua soal valid.
Hasil uji validitas isi post test dapat dilihat pada lampiran 6.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui keandalan atau
kestabilan instrument. Hasil uji reliabilitas instrumen hasil belajar terdapat
pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrument hasil belajar
diketahui r11 sebesar 0,898083. Pada penelitian ini instrumen tes dikatakan
reliabel jika r11 di atas 0,7, maka instrumen post test hasil belajar dinyatakan
reliabel.
c. Uji Daya Beda
Berdasarkan data pada uji daya beda yang terdapat pada Lampiran 9,
hasil uji daya beda selanjutnya diklasifikasi menjadi 4 yaitu baik sekali, baik,
cukup dan jelek. Berikut klasifikasi uji daya beda instrument hasil belajar
bilangan romawi terdapat pada Tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 Klasifikasi Daya Beda Instrumen Hasil Belajar
No. Klasifikasi Daya Beda Frekuensi Presentase
1. 0,40 atau lebih = Baik sekali 16 64 %
2. 0,30 - 0,39 = Baik 5 20 %
3. 0,20 - 0,29 = Cukup baik 0 0 %
4. Kurang dari 0,20 = Jelek 4 16 %
Jumlah 25 100%
Berdasarkan hasil uji daya pembeda butir diketahui daya beda butir
dengan klasifikasi baik sekali sebanyak 16 soal atau 64 %, klasifikasi baik
sebanyak 5 soal atau 20 %, klasifikasi kurang sebanyak 4 soal atau 16 %.
Hasil uji ini menunjukkan istrumen hasil belajar memiliki daya pembeda
butir baik sekali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Uji Taraf Kesukaran
Berdasarkan data pada uji taraf kesukaran yang terdapat pada
Lampiran 10, hasil uji taraf kesukaran selanjutnya diklasifikasi menjadi 3
yaitu sukar, sedang dan mudah. Berdasarkan klasifikasi data diperoleh hasil
uji taraf kesukaran terdapat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Klasifikasi Uji Taraf Kesukaran Instrumen Hasil Belajar
No Klasifikasi Kesukaran Frekuensi Presentase
1. Sukar 1 4%
2. Sedang 21 84%
3. Mudah 3 12%
Jumlah 25 100%
Berdasarkan hasil uji taraf kesukaran diketahui butir soal dengan
klasifikasi sukar sebanyak 1 atau 4%. klasifikasi sedang sebanyak 21 atau
84%, dan klasifikasi mudah sebanyak 3 atau 12%.
Berdasarkan uji validitas, reliabilitas, uji daya beda dan taraf
kesukaran, soal yang dipakai adalah 20 soal yang telah mewakili indikator
pembelajaran dalam penelitian ini sekaligus untuk memudahkan perhitungan
Soal yang tidak dipakai adalah 5 soal, yaitu nomor 2, 3, 10, 17 dan 24.
3. Sajian Data Penelitian
a. Data Try Out
Instrumen try out diberikan kepada kelompok sampel try out yang
mengambil sampel siswa SD Negeri Karangasem IV. Pelaksanaan
penyebaran soal try out dilaksanakan pada tanggal 26 April 2012. Data
analisis hasil try out hasil belajar terdapat pada Lampiran 7.
b. Data Kemampuan Awal (Nilai Hasil Ujian Matematika Semester Ganjil)
Pengumpulan data kemampuan awal siswa menggunakan nilai hasil
ujian matematika pada semester ganjil. Berikut sajian data kemampuan awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dari hasil ujian matematika semester ganjil dari kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
1) Data Kelompok Eksperimen
Hasil kemampuan awal kelompok eksperimen dapat
dideskripsikan pada Tabel 4.3 di bawah:
Tabel 4.3 Data Kemampuan Awal Kelompok Eksperimen
No. Data Kemampuan Awal Siswa Nilai Data
1. Jumlah Sampel 36
2. Nilai Mean 72,36111
3. Nilai Median 72,5
4. Nilai Modus 65
5. Nilai Maksimum 90
6. Nilai Minimum 50
7. Varians 114,9802
8. Simpangan Baku 10,72288
Berdasarkan data yang diperoleh, nilai terendah matematika
siswa adalah 50 sedangkan nilai tertinggi adalah 90. Nilai modus
kelompok eksperimen yaitu 65 dan nilai mediannya adalah 72,5. Dari
hasil keseluruhan data kemampuan awal diperoleh rata-rata nilai
kemampuan awal siswa kelompok eksperimen sebesar 72,36111.
Data lengkap nilai kemampuan awal kelompok eksperimen
terdapat pada Lampiran 4.
2) Data Kelompok Kontrol
Hasil kemampuan awal kelompok kontrol dapat dideskripsikan
pada Tabel 4.4 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.4 Data Kemampuan Awal Kelompok Kontrol
No. Data Kemampuan Awal Siswa Nilai Data
1. Jumlah Sampel 47
2. Nilai Mean 74,38298
3. Nilai Median 75
4. Nilai Modus 65
5. Nilai Maksimum 90
6. Nilai Minimum 62
7. Varians 74,76318
8. Simpangan Baku 8,646571
Berdasarkan data, nilai terendah matematika siswa adalah 62
sedangkan nilai tertinggi adalah 90. Nilai modus kelompok kontrol yaitu
65 dan nilai mediannya adalah 75. Dari hasil keseluruhan data
kemampuan awal diperoleh rata-rata nilai kemampuan awal siswa
kelompok kontrol sebesar 74,38298. Data nilai kemampuan awal
kelompok kontrol terdapat pada Lampiran 4.
3) Data Hasil Belajar (Hasil Belajar Siswa Sesudah Perlakuan)
Sebelum Post Test, peneliti memberikan tindakan pembelajaran
kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tindakan yang
diberikan adalah pembelajaran dengan model kooperatif tipe Numbered
Heads Together pada kelompok eksperimen dan pembelajaran
konvensional pada kelompok kontrol.
Setelah pemberian tindakan pembelajaran pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol selesai, maka langkah selanjutnya
adalah pengumpulan data nilai siswa pada materi Bilangan Romawi atau
Post Test. Pengumpulan data nilai hasil belajar siswa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan dilaksanakan pada
tanggal 1 Mei 2012. Berikut sajian hasil belajar dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Data Kelompok Eksperimen
Hasil belajar kelompok eksperimen dapat dideskripsikan pada
Tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen.
No. Data Hasil Belajar Siswa Nilai Data
1. Jumlah Sampel 36
2. Nilai Mean 87,08333
3. Nilai Median 90
4. Nilai Modus 95
5. Nilai Maksimum 100
6. Nilai Minimum 60
7. Varians 120,5357
8. Simpangan Baku 10,97888
Berdasarkan data, nilai terendah matematika siswa adalah 60,
sedangkan nilai tertinggi adalah 100. Nilai modus kelompok
eksperimen adalah 95 dan nilai mediannya adalah 90. Dari hasil
keseluruhan data hasil belajar diperoleh rata-rata nilai kemampuan
awal siswa kelompok eksperimen sebesar 87,08333. Data nilai hasil
belajar kelompok eksperimen terdapat pada Lampiran 5.
b) Data Kelompok Kontrol
Hasil belajar kelompok kontrol dapat dideskripsikan pada
Tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.6 Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol.
No. Data Hasil Belajar Siswa Nilai Data
1. Jumlah Sampel 47
2. Nilai Mean 80,53191
3. Nilai Median 80
4. Nilai Modus 75
5. Nilai Maksimum 100
6. Nilai Minimum 60
7. Varians 127,4283
8. Simpangan Baku 11,28841
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan data, nilai terendah matematika siswa adalah 60,
sedangkan nilai tertinggi adalah 100. Nilai modus kelompok kontrol
yaitu 75 dan nilai mediannya yaitu 80. Dari hasil keseluruhan data
kemampuan awal diperoleh rata-rata nilai hasil belajar siswa
kelompok eksperimen sebesar 80,532. Data nilai hasil belajar
kelompok eksperimen terdapat pada Lampiran 5.
B. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal
1. Uji Normalitas Data Kemampuan Awal
Uji persyaratan eksperimen salah satunya menggunakan uji normalitas
yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode
Lilliefors dengan taraf signifikansi 0,05. Dari metode tersebut diperoleh statistik
uji seperti yang dideskripsikan pada Tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal dengan menggunakan
Metode Liliefors
Kelompok Lmaks Ltabel Keputusan
Uji Kesimpulan
Eksperimen 0,116011 0,147667 H0 diterima berdistribusi normal
Kontrol 0,121449 0,129236 H0 diterima berdistribusi normal
Berdasarkan uji normalitas kedua kelompok (sampel), diketahui untuk
kelompok eksperimen Lhitung > Ltabel (0,116011 > 0,147667) dan untuk kelompok
kontrol Lhitung > Ltabel (0,121449 > 0,129236), maka Ho diterima yang berarti
kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal
Uji homogenitas untuk mengetahui apakah sampel mempunyai variansi
yang sama atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas menggunakan
metode Barlett dengan realistik uji Chi Kuadrat dengan taraf signifikan yang
digunakan adalah 0,05 diperoleh hasil uji homogenitas yang terlihat pada Tabel
4.8 sebagai berikut ini:
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal dengan menggunakan
Metode Barlett dengan realistik uji Chi Kuadrat.
Kelompok 𝝌2hitung 𝝌2
tabel Keputusan
Uji Kesimpulan
Eksperimen
dan Kontrol 1.863262 3.84146 Ho diterima Homogen
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas terlihat bahwa harga 𝝌2hitung bukan
merupakan anggota daerah kritik, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel
berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan homogenitas kemampuan awal
siswa dapat dilihat pada Lampiran 12.
3. Uji Keseimbangan
Uji persyaratan eksperimen menggunakan uji keseimbangan. Uji
keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian yang
dikenai tindakan mempunyai kemampuan matematika yang sama. Data untuk uji
keseimbangan ini diambil dari nilai ujian matematika semester ganjil kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.9 Hasil Uji Keseimbangan menggunakan Statistik uji t-test.
Kelompok thitung ttabel Keputusan
Uji Kesimpulan
Eksperimen dan
Kontrol -0,95102 1,98969 Ho diterima Seimbang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan uji keseimbangan dengan menggunakan uji t diketahui
bahwa nilai thitung bukan anggota daerah kritik, sehingga H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan
awal yang sama atau seimbang. Perhitungan hasil uji keseimbangan dapat dilihat
pada Lampiran 13.
C. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan terhadap data hasil belajar kelompok kontrol dan
eksperimen.
1. Uji Normalitas Data Hasil Belajar
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui suatu sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Berikut hsil uji normalitas data
dari hasil belajar sengan menggunakan metode Lilliefors pada Tabel 4.10 di
bawah ini:
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar
No. Kelompok Lhitung Ltabel Keterangan
1. Eksperimen 0,119 0,147667 H0 diterima
2. Kontrol 0,100396 0,129236 H0 diterima
Berdasarkan uji normalitas kedua kelompok (sampel) diketahui bahwa
Lhitung bukan anggota daerah kritik. Jadi H0 diterima, sehingga kedua kelompok
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji
normalitas hasil belajar tersebut secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran
14.
2. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi
penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Berikut hasil uji
homogenitas data hasil belajar dengan menggunakan uji Barlett pada Tabel 4.11
di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar
Kelompok 𝝌2hitung
𝝌2tabel Keterangan
Kelompok kontrol dan
eksperimen 0,03065 3,84146 H0 diterima
Berdasarkan uji homogenitas data hasil belajar, diketahui bahwa 𝝌2hitung
bukan merupakan anggota daerah kritik, maka H0 diterima, yang berarti bahwa
kedua kelompok sampel dinyatakan homogen. Perhitungan hasil uji homogenitas
terdapat pada Lampiran 15.
3. Uji Hipotesis (t-test)
Uji hipotesis t-test dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
dari kelompok eksperimen dan kontrol setelah perlakuan. Berikut hasil uji
hipotesis dengan t-test terdapat pada Tabel 4.12 di bawah ini :
Tabel 4.12 Hasil Uji Hipotesis
Kelompok thitung ttabel Keterangan
Kelompok kontrol dan
eksperimen 2,651545 1,98969 H0 ditolak
Pada hasil uji thitung di atas, nilai thitung adalah 2,651545 dengan ttabel
adalah 1,98969, maka thitung merupakan anggota dari daerah kritik, sehingga H0
ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan hasil belajar kelompok eksperimen yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan kelompok kontrol
yang menerapkan model pembelajaran knvensional. Perhitungan uji t-test secara
lebih terperinci dapat dilihat pada Lampiran 16.
D. Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian dan dilakukan uji hipotesis, hasil menunjukkan
skor dari thitung 2,651545 atau thitung > ttabel (2,651545 > 1,98969) sehingga H0
ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan nilai yang signifikan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis
diperoleh rata-rata nilai hasil belajar siswa kelompok eksperimen yaitu 87,08333
lebih besar dari rata-rata nilai hasil belajar kelompok kontrol yaitu 80,53191. Hal ini
berarti hasil belajar matematika tentang bilangan romawi siswa yang diajar dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan
dengan hasil belajar matematika tentang bilangan romawi siswa yang menerapkan
model pembelajaran konvensional. Hal ini terjadi dikarenakan model kooperatif tipe
NHT memiliki kelebihan untuk membuat siswa lebih termotivasi semangat
belajarnya dengan model pembelajarannya yang seperti perlombaan daripada model
pembelajaran konvensional yang masih bersifat monoton.
Pada kelompok eksperimen (SD Negeri Karangasem I) diterapkan
pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT dan pada kelompok kontrol (SD
Negeri Soropadan) diterapkan pembelajaran dengan model konvensional, hasil post
test setelah perlakuan (treatment) nilai hasil belajar matematika siswa kelompok
eksperimen dan nilai hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol dinyatakan
berbeda. Hasil dari post test ini juga menunjukkan bahwa hasil belajar siswa-siswa
yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik
dibandingkan dengan siswa-siswa yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional.
Pada pembelajaran konvensional, siswa dalam pembelajaran hanya duduk,
diam, menerima apa yang telah dijelaskan oleh guru dan mengerjakan latihan soal.
Pembelajaran konvensional memiliki sifat pembelajaran yang monoton seperti ini
sudah sering dialami siswa. Pembelajaran ini juga terus menerus hanya
mengandalkan interaksi antara guru dan siswa saja. Hal ini membuta siswa merasa
jenuh untuk menerima pembelajaran matematika. Akibatnya semangat dan motivasi
siswa dalam pembelajaran pun tidak maksimal. Berbeda halnya dengan model
pembelajaran NHT. Model pembelajaran ini baru pertama kali dirasakan oleh siswa
sehingga cukup menarik perhatian siswa. Model pembelajaran NHT memiliki sifat
yang seperti perlombaan sehingga siswa lebih termotivasi semangat belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain itu, dengan pembagian kelompoknya yang bernomor, masing-masing siswa
merasa memiliki tanggung jawab atas pemahaman materi yang dimilikinya supaya
nantinya dapat menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga ia akan termotivasi
untuk terus belajar. Disamping itu, siswa yang sudah pandai juga mempunyai
motivasi dan tanggung jawab untuk mengajari siswa yang kurang pandai dalam
upayanya untuk membuat kelompoknya selalu mendapatkan poin sebanyak-
banyaknya. Pada akhirnya setiap siswa termotivasi untuk terus belajar sehingga hasil
belajar mereka meningkat.
Hasil pembahasan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anik
Nur Khayati yang berjudul. ”Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Pada Materi
Luas Dan Volume Bangun Ruang Ditinjau Dari Gaya Belajar Matematika siswa
Kelas X SMA Batik 1 Surakarta” dan Nur Hidayah yang berjudul “Peningkatan
Prestasi Belajar Matemetika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Numbered Heads Together) Kelas III SD N Klumprit 03 Kabupaten Sukoharjo
Tahun Ajaran 2009/2010”. Hal ini terjadi karena penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat menjadikan pembelajaran matematika menjadi lebih
bermakna sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika materi
bilangan Romawi dengan menggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran
konvensional pada siswa kelas IV SD se-Gugus Gajah Mada, Kecamatan Laweyan,
Kota Surakarta tahun 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil uji hipotesis, diketahui 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 2,651545 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
sebesar 1,98969 yang menunjukkan bahwa H0 ditolak. Hal ini berarti kedua
kelompok memiliki perbedaan hasil belajar. Berdasarkan hasil analisis diperoleh
rata-rata nilai hasil belajar siswa kelompok eksperimen yaitu 87,08333 lebih besar
dari rata-rata nilai hasil belajar kelompok kontrol yaitu 80,53191. Data tersebut
menunjukkan nilai rata-rata kelompok ekperimen setelah penerapan model
pembelajaran Numbered Heads Together lebih baik daripada hasil belajar kelompok
kontrol.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan dari
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih
baik terhadap hasil belajar matematika tentang bilangan romawi pada siswa kelas IV
di wilayah Gugus Gajah Mada Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tahun 2012.
B. Implikasi
Implikasi dalam pendidikan yang dimaksudkan disini adalah nilai-nilai
positif yang terkandung dalam masalah yang diteliti serta berhubungan dengan
pendidikan. Sesuai dengan masalah yang diteliti dan hipotwsa yang telah diajukan
dalam penelitian telah terbukti kebenarannya, maka dapat dipaparkan implikasi
penelitian sebagai berikut:
1. Dapat memberikan suatu gambaran atau semacam petunjuk bagi guru untuk
menerapkan model pembelajaran yang sesuai tepat dapat memotivasi siswa
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu dengan menerapkan
model kooperatif tipe NHT dalam mengajar matematika materi bilangan romawi
pada kelas IV siswa Sekolah Dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Dapat memberikan satu gambaran bagi para guru untuk memilih dan menerapkan
model pembelajaran yang sesuai dengan jenis materi yang disampaikan dan baik
yang bertujuan membantu siswa memperdalam materi matematika sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disampaikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Bagi Guru
a. Hendaknya guru dalam memberikan materi pembelajaran menerapkan
model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk memperdalam
materi khususnya model kooperatif tipe NHT dengan mempertimbangkan
kesesuaian antara materi dan model pembelajaran yang diterapkan.
b. Hendaknya guru dalam memberikan materi pembelajaran menggunakan
variasi model pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh.
c. Hendaknya dalam proses pembelajaran guru lebih banyak melibatkan siswa
buakan menguasai atau mendominasi proses pembelajaran..
2. Bagi Siswa
a. Setiap siswa hendaknya menjalin hubungan baik dengan temannya, agar
saat berdiskusi kelompok bisa bekerja sama dengan baik.
b. Hendaknya siswa lebih aktif bertanya kepada guru dan dapat
mengungkapkan ide kreatif maupun pengalaman mereka saat berdiskusi
kelompok.
3. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah mendorong para guru untuk menggunakan model
pembelajaran yang bervariasi khususnya model pembelajaran kooperatif tipe
NHT serta memberikan kemudahan sarana dan prasarana yang dibutuhkan guru
dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran yang lebih baik.