perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peningkatan .../peningkatan...perpustakaan.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN PENGENALAN BERHITUNG MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW PADA ANAK
KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 56 BARON
TAHUN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
WAHYU PRIYANTI
X8110053
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Agustus 2012
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENINGKATAN PENGENALAN BERHITUNG MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW PADA ANAK
KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 56 BARON
TAHUN 2011/2012
Oleh :
WAHYU PRIYANTI
X8110053
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini, Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Agustus 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Wahyu Priyanti. X8110053. PENINGKATAN PENGENALAN BERHITUNG
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE
JIGSAW PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 56 BARON
TAHUN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta. 2012.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan pengenalan berhitung melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif metode jigsaw pada anak kelompok B di TK Aisyiyah 56 Baron tahun
Pelajaran 2011/ 2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek
penelitian ini adalah anak kelompok B di TK Aisyiyah 56 Baron tahun pelajaran
2011/2012 yang terdiri dari 22 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus, pada setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Di dalam pelaksanaan masing-masing siklus terdapat dua
pertemuan. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi data dan tiangulasi metode.
Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan nilai tuntas pada kondisi awal yaitu
diperoleh 4 anak, dengan ketuntasan klasikal 18,18%. Pada siklus I menunjukkan
anak yang mendapat nilai tuntas mencapai 15 dan ketuntasan klasikal meningkat
menjadi 68,18%. Pada siklus II nilai tuntas diperoleh 20 anak dan ketuntasan
klasikal meningkat menjadi 90,91%.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif
metode jigsaw dapat meningkatkan pengenalan berhitung pada anak kelompok B
di TK Aisyiyah 56 Baron tahun pelajaran 2011/ 2012.
Kata kunci: pengenalan berhitung, model pembelajaran kooperatif metode
jigsaw
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Wahyu Priyanti. X8110042. IMPROVED RECOGNITION THROUGH
NUMERACY LEARNING MODEL IN CHILDREN JIGSAW
COOPERATIVE METHODS IN GROUP B AISYIYAH 56 BARON
KINDERGARTEN SCHOOL YEAR 2011/2012. Research Paper,Faculty of
Teacher Training and Education Sebelas Maret University of Surakarta. 2012.
The research objective of this class action is to enhance the ability of the
introduction of numeracy through the application of the model jigsaw method of
cooperative learning in kindergarten children in group B Aisyiyah 56 Baron
kindergarten school lesson in 2011/2012.
This research is a classroom action research consisting of two cycles, each
of which containing planning, acting, observing, and reflecting stages. On the
implementing of each cycle consist of two meetings. The subject of the research is
the student group B Aisyiyah 56 Baron kindergarten school in 2011/2012
academic year consist of 22 students. Techniques of data collection using
interviews, observation, and documentation. The validity of the data using
triangulation of data and methods tiangulasi. Techniques of data analysis using
interactive analysis model.
The result of research shows the value that is completed on the initial
conditions obtained 4 students or percentage of completeness of 18,18% and the
increase in the value of cycle I reached 15 students or percentage completeness of
68,81% and finished at the cycle II values obtained by 20 students or
completeness percentage of 90,91%.
The conclusions of this study is the application of the jigsaw model of
cooperative learning methods can enhance the introduction of numeracy in
children in group B Aisyiyah 56 Baron kindergarten school year 2011/2012
Keywords: introduction to counting, jigsaw model of cooperative learning
methods
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
“Ojo cedhak gebo gupak” (Pepatah Jawa)
“Pendidikan merupakan perlengkapan terbaik untuk hari tua” (Aristoteles)
“Karena tidak ada yang lebih mudah dibandingkan dengan berpikir, jadi tidak
ada yang lebih sulit dibandingkan dengan berpikir baik” (Thomas Traherne)
“Jangan pernah merasa sakit karena keinginan yang belum tercapai, pasti Allah
mempunyai rencana yang lebih baik” (Penulis)
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukurku kepada Allah SWT, kupersembahkan karya sederhana ini
kepada :
Bapak dan Ibu
Pengorbanan dan kasih sayang bapak ibu yang begitu besar, perhatian dan do‟a
yang tiada terputus memberikan semangat unukku agar selalu berpacu meraih
asa
Keluarga Besarku
Motivasi dan semangat yang selalu kalian sisipkan dalam sayap-sayap rapuhku
membuatku semakin kuat untuk terus berjuang.
Keluarga besar PG PAUD FKIP UNS
Almamaterku yang kubanggakan, Universitas Sebelas Maret
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “PENINGKATAN PENGENALAN BERHITUNG
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE
JIGSAW PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 56 BARON
TAHUN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini (PG-PAUD), Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Jurusan
Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Dra. Lies Lestari, M.Pd. selaku pembimbing I, yang selalu memberikan
motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Samidi, M.Pd. selaku pembimbing II, yang selalu memberikan motivasi,
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dra. Hj. Siti Aisah, M.Si selaku Kepala Sekolah di TK Aisyiyah 56 Baron
yang telah memberikan ijin penelitian.
7. Sutinah selaku Guru Kelas kelompok B2 TK Aisyiyah 56 Baron memberikan
bimbingan serta bantuan demi kelancaran pelaksanaan penelitian ini.
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Anak kelompok B2 TK Aisyiyah 56 Baron yang telah bersedia untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
9. Guru-guru dan karyawan TK Aisyiyah 56 Baron.
10. Berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Agustus 2012
Penulis
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR GRAFIK.......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………….. 6
A. Kajian Pustaka………………………………………………. . 6
1. Tinjauan Tentang Pengenalan Berhitung........................... 6
a. Pengertian Pengenalan Berhitung................................... 6
b. Pengertian Matematika................................................... 7
c. Tujuan Pengenalan Berhitung........................................ 8
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
d. Permainan Berhitung di Jalur Matematika.................... . 8
e. Media dalam Pembelajaran Pengenalan Berhitung........ 10
2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif........... 11
a. Pengertian Model Pembelajaran.................................... . 11
b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif................... 12
c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif.................................. 13
d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif.. 14
e. Macam Metode dalam Pembelajaran Kooperatif.......... . 16
f. Pengertian Metode Jigsaw.............................................. 18
h. Keunggulan Metode Jigsaw........................................... 19
i. Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Metode
Jigsaw.......................... ....................................................... 20
3. Hasil Penelitian yang Relevan............................................ 21
B. Kerangka Berfikir……………………………………………. 23
C. Hipotesis Tindakan…………………………………………... 25
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 26
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 26
B. SubjekPenelitian ...................................................................... 26
C. Data dan Sumber Data……………………………………….. 27
D. Pengumpulan Data…………………………………………… 27
E. Uji Validitas Data…………………………………………… 29
F. Analisis Data…………………………………………………. 29
G. Indikator Kinerja Penelitian…………………………………. 31
H. Prosedur Penelitian………………………………………….. 33
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN................................ 37
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 37
1. Deskripsi Lokasi Penelitian................................................ 37
2. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Kondisi Awal.................. 38
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus...................................... 40
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
1. Tindakan Siklus I............................ ................................... 40
2. Tindakan Siklus II............................................................. . 50
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus............................... 58
D. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................... 61
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 64
A. Simpulan .................................................................................. 64
B. Implikasi ................................................................................... 64
C. Saran ........................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68
LAMPIRAN ..................................................................................................... 70
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Bagan Kerangka Berfikir............................................................................ . 23
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Jadwal Penelitian ......................................................................................... 25
2 Data Nilai Berhitung Siswa Kelompok B2 TK Aisyiyah 56 Baron Pada
Kondisi Awal................................................................................................ 36
3 Data Nilai Berhitung Siswa Kelompok B2 TK Aisyiyah 56 Baron Pada
Siklus I Pertemuan I..................................................................................... 41
4 Data Nilai Berhitung Siswa Kelompok B2 TK Aisyiyah 56 Baron Pada
Siklus I Pertemuan II.................................................................................... 44
5 Data Nilai Berhitung Siswa Kelompok B2 TK Aisyiyah 56 Baron Pada
Siklus II Pertemuan I.................................................................................... 50
6 Data Nilai Berhitung Siswa Kelompok B2 TK Aisyiyah 56 Baron Pada
Siklus II Pertemuan II................................................................................... 53
7 Lembar Hasil Observasi............................................................................... 56
8 Rata-rata Nilai Berhitung Pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II........ 59
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik
1 Nilai Pembelajaran Berhitung Kelompok B2 TK Aisyiyah Baron Pada
Kondisi Awal................................................................................................... 36
2 Nilai Pembelajaran Berhitung Kelompok B2 TK Aisyiyah Baron Pada
Siklus 1 Pertemuan Pertama............................................................................ 41
3 Nilai Pembelajaran Berhitung Kelompok B2 TK Aisyiyah Baron Pada
Siklus 1 Pertemuan ke dua............................................................................... 44
4 Nilai Pembelajaran Berhitung Kelompok B2 TK Aisyiyah Baron Pada
Siklus 2 Pertemuan Pertama............................................................................ 51
5 Nilai Pembelajaran Berhitung Kelompok B2 TK Aisyiyah Baron Pada
Siklus 2 Pertemuan ke dua............................................................................... 54
6 Peningkatan Prosentase Berhitung Kelompok B2 TK Aisyiyah Baron Pada
Kondisi Awal, Siklus 1, dan Siklus 2.............................................................. 59
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Tabel Jadwal Penelitian ............................................................................... 68
2 Struktur Kurikulum ...................................................................................... 69
3 Wawancara Untuk Guru Sebelum Pembelajaran Kooperatif Metode
Jigsaw........................................................................................................... 80
4 RKH Siklus I Pertemuan Pertama................................................................ 82
5 Skenario Pembelajaran Siklus I Pertemuan Pertama................................... 85
6 Lembar Kerja Anak Siklus I Pertemuan Pertama........................................ 90
7 Unjuk Kerja Siklus I Pertemuan Pertama.................................................... 95
8 Nilai Rata-rata Hasil Pembelajaran Siklus I Pertemuan Pertama................ 101
9 Lembar Penilaian RKH Siklus I Pertemuan Pertama.................................. 103
10 Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan Pertama.................. 104
11 RKH Siklus I Pertemuan Kedua.................................................................. 107
12 Skenario Pembelajaran Siklus I Pertemuan Kedua................................... ... 110
13 Lembar Kerja Anak Siklus I Pertemuan Kedua........................................ ... 114
14 Unjuk Kerja Siklus I Pertemuan Kedua.................................................... ... 118
15 Nilai Rata-rata Hasil Pembelajaran Siklus I Pertemuan Kedua................... 124
16 Lembar Penilaian RKH Siklus I Pertemuan Kedua............................. ........ 126
17 Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan Kedua.................... 127
18 RKH Siklus II Pertemuan Pertama............................................................... 130
19 Skenario Pembelajaran Siklus II Pertemuan Pertama................................... 132
20 Lembar Kerja Anak Siklus II Pertemuan Pertama........................................136
21 Unjuk Kerja Siklus II Pertemuan Pertama.................................................... 142
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
22 Nilai Rata-rata Hasil Pembelajaran Siklus II Pertemuan Pertama................ 148
23 Lembar Penilaian RKH Siklus II Pertemuan Pertama............................. .... 150
24 Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan Pertama................. 151
25 RKH Siklus II Pertemuan Kedua.................................................................. 154
26 Skenario Pembelajaran Siklus II Pertemuan Kedua................................... . 157
27 Lembar Kerja Anak Siklus II Pertemuan Kedua........................................ . 161
28 Unjuk Kerja Siklus II Pertemuan Kedua...................................................... 166
29 Nilai Rata-rata Hasil Pembelajaran Siklus II Pertemuan Kedua................ . 172
30 Lembar Penilaian RKH Siklus II Pertemuan Kedua............................. ....... 174
31 Lembar Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan Kedua .................. 175
32 Wawancara Untuk Guru Setelah Diterapkan Pembelajaran Kooperatif
Metode Jigsaw.............................................................................................. 178
33 Foto Kegiatan Siklus I.................................................................................. 180
34 Foto Kegiatan Siklus II................................................................................. 181
35 Perijinan Penelitian
xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak dini usia yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan
kehidupan tahap selanjutnya. Dalam mengajar, guru dituntut untuk selalu kreatif
dan inovatif. Di antaranya dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi
anak untuk berfikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.
Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan anak mampu untuk
mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya, salah satunya adalah
pengenalan dalam berhitung. Pengenalan berhitung pada anak usia dini terjadi
secara alami seperti pada saat anak bermain. Mereka menemukan, menguji, serta
menerapkan konsep berhitung secara alami hampir setiap hari melalui kegiatan
yang mereka lakukan. Ciri-ciri yang menandai bahwa anak sudah mulai
menyenangi permainan berhitung antara lain: secara spontan telah menunjukan
ketertarikan pada aktivitas permainan berhitung, anak mulai menyebut urutan
bilangan tanpa pemahaman, anak mulai menghitung benda-benda yang ada di
sekitarnya secara spontan, anak mulai membanding bandingkan benda-benda dan
peristiwa yang ada di sekitarnya, dan mulai menjumlah-jumlahkan atau
mengurangi angka dan benda-benda yang ada di sekitarnya tanpa disengaja.
Kemampuan yang diharapkan dalam permainan berhitung di PAUD dapat
dilaksanakan melalui penguasaan konsep, transisi dan lambang yang terdapat di
semua jalur metematika, yang meliputi pola, klasifikasi bilangan, ukuran,
geometri, estimasi, dan statistika. Di antaranya dengan bermain dengan bilangan.
Anak diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan
lambang sesuai dengan jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang dan
dapat mencocokan sesuai dengan lambang bilangan.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pembelajaran berhitung yang kurang menarik dan menyenangkan biasanya
dapat membuat anak-anak tidak senang dan cepat bosan, dan menyebabkan
anggapan bahwa belajar berhitung itu susah dan membosankan, diantaranya
adalah siswa di TK Aisyiyah 56 Baron khususnya Kelompok B2. Hasil
pengamatan dari peneliti, jumlah siswa dalam kelompok B2 adalah 22 anak dan 5
di antaranya sangat suka berhitung. Sedangkan sisanya tidak suka. Dibuktikan
dengan ketika guru menjelaskan pelajaran yang berhubungan dengan berhitung,
banyak siswa yang mengatakan susah, ada juga siswa yang menangis karena tidak
bisa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Dengan kondisi tersebut, peneliti ingin merubah anggapan anak-anak
bahwa belajar berhitung itu susah dan membosankan menjadi belajar berhitung itu
sangat mudah dan menyenangkan. Di antaranya menggunakan pembelajaran
inovavif yaitu pembelajaran kooperatif metode jigsaw.
Menurut Isjoni (2011:14) pembelajaran kooperatif adalah salah satu
bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktifitis. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan
tugas kelompoknya, setiap siswaanggota kelompok harus saling bekerja sama
saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok
belum menguasai pelajaran.
Sementara itu, Roger, dkk dalam Miftahul Huda (2011:29) menyatakan
pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang
diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
perubahan informasi sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang
didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri
dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas belajar dengan model kooperatif
dapat diterapkan untuk memotifasi siswa berani mengemukakan pendapatnya,
menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat. Selain itu dalam
belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal atau pemecahan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena
siswa dapat bekerja sama dan saling tolong-menolong mengatasi tugas yang
dihadapinya.
Salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif adalah metode jigsaw.
Metode jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson
dan teman-temannya di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin
dan teman-temannya di Universitas John Hopkins dalam Mohammad Jauhar
(2011:62). Dalam metode jigsaw, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang didalamnya ada yang disebut sebagai
kelompok ahli dan kelompok asal.
Kelompok ahli merupakan perkumpulan siswa yang memiliki bagian
informasi yang sama, apabila dalam kelompok ahli sudah selesai berdiskusi
mereka akan kembali ke kelompoknya semula yang disebut sebagai kelompok
asal, dan masing-masing dari mereka mulai menjelaskan bagian informasi tersebut
kepada teman-teman satu kelompoknya.
Dengan adanya kelompok ahli dan kelompok asal ini, anak dituntut untuk
dapat mempelajari informasi dengan sebaik-baiknya dan disampaikan kepada
teman-temannya. Anak yang kesulitan dalam berhitung akan merasa bertanggung
jawab terhadap informasi tersebut dengan cara mengerjakan sebaik mungkin.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada kelompoknya yang lain sehingga siswa
saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerjasama secara kooperatif
untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif metode jigsaw ini penulis mengharapkan seluruh siswa dapat belajar
berhitung dengan menyenangkan, sehingga menumbuhkan rasa senang dan
menganggap bahwa belajar berhitung itu sangatlah mudah dan menyenangkan.
Bertolak dari uraian di atas, maka timbul dorongan untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
metode jigsaw dan penulis memilih judul ” Peningkatan Pengenalan Berhitung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Pada Anak Kelompok B
TK Aisyiyah 56 Baron Tahun 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
Apakah model pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat meningkatkan
pengenalan berhitung anak kelompok B di Tk Aisyiyah 56 Baron tahun
2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk meningkatkan pengenalan berhitung melalui model pembelajaran
kooperatif metode jigsaw, pada anak usia dini di TK Aisyiyah Baron khususnya
pada kelompok B2 Tahun 2012.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis.
Hasil dari penelitian dengan judul ”Peningkatan Pengenalan Berhitung
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw pada Anak Kelompok
B di TK Aisyiyah Baron Tahun 2011/2012” ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian yang sejenis.
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi Anak.
1). Melalui model pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat
meningkatkan pemahaman bagi siswa bahwa sebenarnya belajar
berhitung sangatlah menyenangkan.
2). Melalui metode jigsaw yang menyenangkan dapat meningkatkan
semangat pada anak untuk belajar berhitung.
b. Bagi Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
1). Melalui model pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat
memberikan informasi bagi guru untuk menentukan model
pembelajaran yang tepat demi meningkatkan hasil belajar berhitung
pada anak.
2). Melalui model pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat digunakan
sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
1). Melalui model pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat di
gunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
berhitung.
2). Melalui model pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat di
gunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui penerapan
pembelajaran kooperatif.
3). Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif dalam lingkungan sekolah
khususnya di TK Aisyiyah 56 Baron.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pengenalan Berhitung
a. Pengertian Pengenalan Berhitung
Pengenalan berhitung pada anak Taman Kanak-kanak dapat di artikan
memperkenalkan kegiatan menghitung dengan menggunakan benda-benda.
Kegiatan pengenalan berhitung secara sederhana terjadi dalam kehidupan anak
sehari-hari, seperti pada saat orang tua menghitung jumlah wortel yang akan
dimasak. Anak-anak di Taman Kanak-kanak juga melakukan kegiatan
bermain berhitung, seperti saat mereka mendiskusikan cangkir siapa yang
lebih besar atau ember mana yang dapat memuat pasir banyak.
Pembelajaran berhitung di Taman Kanak-kanak sama seperti
pembelajaran matematika, hanya lebih sederhana. Maka dari itu dapat
dikatakan berhitung sama dengan matematika. Berhitung adalah salah satu
ilmu yang berkaitan dengan usaha-usaha melatih kecerdasan dan keterampilan
siswa khususnya dalam menyelesaikan soal-soal yang memerlukan
perhitungan. Berhitung atau dapat disebut sebagai matematika sangat penting
dalam kehidupan kita. Pengenalan berhitung atau matematika sebaiknya
dilakukan melalui benda-benda konkret dan pembiasaan penggunaan
berhitung atau matematika agar anak dapat memahaminya, seperti menghitung
menurut Piaget dalam Slamet Suyanto (2005:56).
Menurut Nur Adika (2012) Berhitung adalah salah satu materi
pendidikan yang dianjurkan untuk diberikan kepada anak semenjak dini. Hal
ini penting untuk bisa menunjang kemajuan pendidikan dan keberhasilan di
masa depan.
Pendapat lain menurut Sinaga dalam Mulyono (2003:15) berhitung
adalah sebagai cabang matematika yang berkenaan dengan sifat-sifat dan
hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama
menyangkut penjumlahan, perkalian, pengurangan, dan pembagian.
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Berhitung adalah ilmu yang harus dikuasai oleh manusia, karena dalam
setiap hidupnya manusia tidak lepas dari kegiatan menghitung. Berhitung
adalah sebuah disiplin ilmu yang unik kerena memadukan penalaran objektif,
ilmu pengetahuan dengan logika bersifat abstrak (Anonim: 2011).
Dari beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa berhitung
adalah salah satu ilmu yang berkaitan dengan usaha-usaha melatih kecerdasan
dan keterampilan siswa, berhubungan dengan bilangan nyata seperti
penjumlahan, perkalian, pengurangan dan pembagian yang diberikan kepada
anak sejak usia dini
b. Pengertian Matematika
Pembelajaran berhitung di Taman Kanak-kanak sama seperti
pembelajaran matematika, hanya lebih sederhana. Maka dari itu dapat
dikatakan berhitung sama dengan matematika Matematika dapat menjadi
beberapa arti, seperti yang di kemukakan oleh Sujono (1988:4) adalah:
1). Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan
terorganisasi secara sistematik. 2). Matematika adalah bagian
pengetahuan manusia tentang bilangan dan kalkulasi. 3). Matematika
membantu orang dalam menginterpretasikan secara tepat berbagai
ide dan kesimpulan. 4). Matematika adalah ilmu pengetahuan tentang
penalaran yang logik dan masalah-masalah tentang ruang dan
bentuk. 5). Matematika berkenaan dengan fakta-fakta kuantitatif dan
masalah-masalah tentang ruang dan bentuk. 6). Matematika adalah
ilmu pengetahuan tentang kuantitas dan ruang.
Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar
bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian
persoalan mengenai bilangan (pusat pembinaan dan pengembangan bahasa).
Di katakan pula bahwa matematika adalah bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin di sampaikan, dalam Milafaila
(2011).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah sesuatu yang berkaitan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang
tersusun secara hirarkis melalui penalaran yang bersifat deduktif, sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
matematika di PAUD adalah kegiatan belajar tentang konsep matematika
melalui aktifitas bermain dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat ilmiah.
Dari beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa berhitung
adalah salah satu ilmu yang berkaitan dengan usaha untuk melatih kecerdasan
dan keterampilan siswa khususnya dalam menyelesaikan soal-soal yang
memerlukan perhitungan. Pengenalan berhitung pada anak usia dini bertujuan
agar anak dapat mengetahui dasar-dasar berhitung dalam suasana yang
menarik, aman, nyaman dan menyenangkan, sehingga diharapkan nantinya
anak akan memiliki kesiapan dalam mengikuti pembelajaran berhitung yang
sesungguhnya di Sekolah Dasar.
c. Tujuan Pengenalan Berhitung pada Anak Usia Dini
Pengenalan berhitung pada anak usia dini sangat penting, ada beberapa
tujuan dalam pengenalan berhitung untuk anak usia dini, diantaranya
(Anonim, 2012):
1) Tujuan Umum
Agar anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung/
matematika, sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap
mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan
selanjutnya yang lebih komplek.
2) Tujuan Khusus
a) Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan
terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angaka
yang terdapat di sekitar anak. b) Dapat menyesuaikan dan
melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang dalam
kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung. c) Memiliki
ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi. d)
Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat
memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa terjadi di
sekitarnya. e) Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan
sesuatu secara spontan.
d. Permainan Berhitung di Jalur Matematika
Kemampuan yang diharapkan dalam permainan berhitung di PAUD
dapat dilaksanakan melalui penguasaan konsep, transisi dan lambang yang
terdapat di semua jalur metematika, yang meliputi pola, klasifikasi bilangan,
ukuran, geometri, estimasi, dan statistika (Anonim: 2012):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1) Bermain pola : dalam bermain pola anak diharapkan dapat mengenal dan
menyusun pola-pola yang terdapat disekitarnya secara berurutan, setelah
melihat dua sampai tiga pola yang ditujukan oleh guru anak mampu
membuat urutan pola sendiri sesuai dengan kreativitasnya. Pelaksanaan
bermain pola di kelompok A dan B dimulai dengan menggunakan pola
yang mudah/sederhana untuk selanjutnya pola menjadi yang kompleks.
2) Bermain Klasifikasi : dalam bermain klasifikasi anak diharapkan dapat
mengelompokkan atau memilih benda berdasarkan jenis, fungsi, warna,
bentuk pasangannya sesuai dengan yang dicontohkan dan tugas yang
diberikan oleh guru. Misalnya: anak disuruh untuk mengelompokkan bola
yang berwarna merah, anak disuruh mengelompokkan benda yang
berbentuk segitiga, anak disuruh menghubungkan pasangan dari benda
misal baju dengan celana.
3) Bermain Bilangan : dalam bermain bilangan anak diharapkan mampu
mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan lambang sesuai
dengan jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang dan dapat
mencocokkan sesuai dengan lambang bilangan. Misalnya menghubungkan
jumlah gambar di sebelah kiri dengan angka yang melambangkannya di
sebelah kanan.
4) Bermain Ukuran : dalam bermain ukuran anak diharapkan dapat mengenal
konsep ukuran standard yang bersifat informal atau alamiah, seperti
panjang, besar, tinggi, dan isi melalui alat ukur alamiah, antara lain
jengkal, jari, langkah, tali, tongkat, lidi, dan lain-lain. Misalnya: dengan
bertanya siapa yang lebih tinggi? Ani atau Ridwan?, penggaris yang paling
panjang.
5) Bermain Geometri : dalam bermain geometri anak diharapkan dapat
mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda, berdasarkan bentuk
geometri dengan cara mengamati benda-bendayang ada disekitar anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
misalnya lingkaran, segitiga, bujur sangkar, segi empat, segi lima, segi
enam, setengah lingkaran, bulat telur (oval).
6) Bermain Estimasi (Memperkirakan) : dalam bermain estimasi anak
diharapkan dapat memiliki kemampuan memperkirakan (estimasi) sesuatu
misalnya perkiraan terhadap waktu, luas jumlah ataupun ruang. Selain itu
anak terlatih untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yan akan
dihadapi. Perkiraan waktu misalnya: berapa hari biji tumbuh? Berapa lama
kita makan? Berapa lama anak dapat memantulkan bola? Berapa ketukan
gambarnya selesai? Perkiraan luas, misalnya: berapa keping untuk
menutupi meja? Perkiraan jumlah, misalnya: berapa jumlah ikan yang ada
dalam aquarium? Perkiraan ruang, misalnya: berapa anak bergandengan
untuk dapat mengelilingi kelas ini?
7) Bermain Statistika: dalam bermain statistika anak diharapkan dapat
memiliki kemampuan untuk memahami perbedaan-perbedaan dalam
jumlah dan perbandingan dari hasil pengamatan terhadap suatu objek
(dalam bentuk visual). Misalnya memberi tanda lebih sedikit dan lebih
banyak pada dua kumpulan benda.
Dari beberapa macam permainan yang ada di jalur matematika seperti
yang di kemukakan di atas, penulis memilih bermain dengan bilangan.
Bermain bilangan lebih dipilih oleh penulis karena paling cocok di terapkan
dalam pembelajaran di kelompok B2 TK Aisyiyah 56 Baron.
e. Media dalam Pembelajaran Pengenalan Berhitung
Media yang dapat digunakan untuk pembelajaran pengenalan
berhitung anak usia dini ada bermacam-macam. Berikut ini macam-macam
media yang dapat digunakan dalam pembelajaran pengenalan berhitung untuk
anak usia dini (Anonim: 2012):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1) Media visual. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat oleh
siswa ketika belajar berhitung. Yang termasuk dalam media ini, misalnya
gambar, kartu angka, flashcard, benda tiga dimensi (dadu angka, balok,
menara angka, pohon hitung), model realia/ benda nyata, dll.
2) Media audio. Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam
bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema. Misalnya: radio,
kaset lagu anak-anak, dll.
3) Media audio visual. Media audio visual adalah alat-alat yang ”audible”
artinya dapat didengar dan yang ”visible” artinya dapat dilihat oleh siswa
dalam pembelajaran berhitung. Misalnya pembelajaran dengan
multimedia, televisi, CD Pembelajaran berhitung, dll.
4) Lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar dapat dimanfaatkan untuk
pengenalan matematika anak usia dini, bahkan dengan pemanfaatan
lingkungan sekitar ini akan lebih mendorong anak untuk memahami
konsep matematika secara alamiah. Contoh kegiatannya antara lain
pembelajaran diluar kelas, eksperimen, eksplorasi, dll.
Media yang dipilih oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian adalah
media visual. Media seperti ini langsung dapat membantu anak untuk lebih
cepat mengerti apa yang harus mereka kerjakan, dan mengerti apa yang di
maksudkan oleh guru, misalnya media gambar, benda nyata, lembar kerja
anak, dll.
2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat
penyederhanaan untuk dapat ditiru ( jika perlu ). Aubrey Fisher (2012)
mengatakan bahwa model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih
bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau komponen yang penting dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
fenomena yang dijadikan model. Model dapat dikatakan sebagai gambaran
informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori.
Menurut para ahli ada beberapa pengertian tentang model
pembelajaran diantaranya Joko Nurkamto, dkk (2011:46) mengungkapkan
bahwa model pembelajaran adalah pola interaksi antara siswa, guru, dan
materi pembelajaran yang mencakup strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Dari segi struktur pembelajaran, model pembelajaran
menduduki posisi paling puncak. Mohammad Jauhar (2011:46) menyebutkan
bahwa model pembelajaran adalah pola interaksi yang menekankan pada
penguasaan konsep dan/atau perilaku dengan mengutamakan pendekatan
deduktif.
Selanjutnya Winataputra dalam Hadi Mulyono (2010:1) menjelaskan
bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktifitas pembelajaran.
Pendapat lain adalah Isjoni (2011:7) menjelaskan bahwa secara harfiah
model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk
meningkatkan motivsi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berfikir
kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang
lebih optimal.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu rancangan atau prosedur yang sistematis yang
dapat digunakan sebagai panduan dalam merencanakan pembelajaran dengan
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham konstruktivitis. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pembelajaran, dalam Mohammad Jauhar
(2011:52).
Pendapat lain adalah Slavin dalam Isjoni (2011:15) mengatakan
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
“ Coperative learning is the name given to a method of instraction ,
which includes over 80 strategies, in which student work together in
small teams toward a common goal” (Amalya Nattiv, 1994: 267)
Amalya Nattiv mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
metode pengajaran yang termasuk dalam 80 strategi, yang melibatkan siswa
untuk belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai
tujuan umum.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas belajar dengan model
kooperatif dapat diterapkan untuk memotifasi siswa berani mengemukakan
pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
dilakukan secara berkelompok dengan memperhatikan keberagaman anggota
kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dalam memecahkan masalah
melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mempelajari sesuatu pada waktu yang bersamaan dan ia
menjadi narasumber bagi siswa yang lain.
c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Ada beberapa ciri dari
pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah pendapat dari Isjoni (2011:27)
yaitu:
“1) Setiap anggota kelompok memiliki peran.2). Terjadi hubungan
interaksi langsung diantara siswa. 3). Setiap anggota kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman
sekelompoknya. 4). Guru membantu mengembangkan keterampilan-
keterampilan interpersonal kelompok. 5). Guru hanya berinteraksi
dengan kelompok saat diperlukan.”
Pendapat lain adalah Lie dalam Hadi Mulyono (2010:96) menyebutkan
ciri-ciri pembelajaran kooperatif diantaranya:
“1). Saling ketergantungan positif. 2). Interaksi tatap muka. 3).
Akuntabilitas individual, dan 4). Keterampilan untuk menjalin
hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang sengaja
diajarkan.”
Menurut Thomson dalam Mohammad Jauhar (2011:53) dalam
pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok
yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen.
Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa,
jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima
perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Dari beberapa uraian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah terdiri dari beberapa kelompok,
seluruh anggota kelompok bertanggung jawab atas kelompoknya, saling
bekerja sama antar anggota kelompok meskipun berbeda latar belakang, dan
guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan saja.
d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif selain memiliki ciri yang berbeda, juga
memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Ada beberapa keunggulan
yang dapat diperoleh dari pembelajaran kooperatif menurut Jarolimek dan
Parker dalam Isjoni (2011:36) mengatakan bahwa:
“1) Saling ketergantungan yang positif, 2) Adanya pengakuan dalam
merespon perbedaan individu. 3). Siswa dilibatkan dalam perencanaan
dan pengelolaan kelas. 4) Suasana kelas yang rileks dan
menyenangkan. 5) Terjadinya hubungan yang hangat dan bersahabat
antara siswa dengan guru. 6) Memiliki banyak kesempatan untuk
mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Muhammad Fais Dzaki (2011) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif memiliki kelebihan sebagai berikut:
1) Meningkatkan harga diri tiap individu
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.
3) Konflik antar pribadi berkurang
4) Sikap apatis berkurang
5) Pemahaman yang lebih mendalam
6) Retensi atau penyimpanan lebih lama
7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
8) Model pembelajaran kooperatif dapat mencegah keagresivan
dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu
tanpa mengorbankan aspek kognitif.
9) Meningkatkan kemajuan belajar(pencapaian akademik)
10) Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif
11) Menambah motivasi dan percaya diri
12) Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-
teman sekelasnya.
13) Mudah diterapkan dan tidak mahal
Dari dua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa keunggulan
dari pembelajaran kooperatif di antaranya adalah adanya rasa saling
ketergantungan positif tiap individu, penerimaan terhadap perbedaan individu
yang lebih besar, suasana kelas menjadi lebih tenang dan dapat mencegah
keagresivan anak, meningkatkan motivasi pada anak, serta mempererat
hubungan antara guru dengan anak dan anak dengan anak.
Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu
faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam,
yaitu: 1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping
itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu. 2) Agar proses
pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas,
alat, dan biaya yang cukup memadai. 3) Selama kegiatan diskusi kelompok
berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas
meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. 4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang.
Muhammad Fais Dzaki (2011) menjelaskan bahwa kelemahan model
pembelajaran kooperatif yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.Kondisi
seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau
pembelajaran dilakuakan di luar kelas seperti di laboratorium
matematika, aula atau di tempat yang terbuka.
2) Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan
yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa
yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang
mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa
yang lebih pandai.
3) Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya
karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus
menyesuaikan diri dengan kelompok.
4) Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau
secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan
tersebut
Kesimpulan yang dapat di ambil dari dua pendapat di atas tentang
kelemahan pembelajaran kooperatif diantaranya lebih banyak memerlukan
tenaga dan waktu, kecenderungan permasalahan lebih meluas sehingga tidak
sesuai dengan waktu yang telah di tentukan, siswa yang pintar merasa harus
bekerja melebihi siswa yang lain, banyak siswa yang takut pekerjaan tidak
akan terbagi rata dan adil.
e. Macam-macam Metode dalam Pembelajaran Kooperatif
Metode dalam pembelajaran kooperatif ada beberapa macam, di
antaranya adalah pendapat dari Isjoni (2011:74) yaitu metode STAD (Student
Achievement Division), metode GI (Group Investigation), metode struktural,
metode TGT (Teams Games Tournaments), Rotating Trio Exchange, Group
Resume, dan metode jigsaw.
1) Metode STAD (Student Achievement Division).
Metode ini dikembangkan oleh Slavin, dan merupakan salah satu tipe
kooperatif yang menekankan pada adanya aktifitas dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
2) Metode GI (Group Investigation).
Metode ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks
karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi. Model
ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri.
3) Metode Struktural.
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kgan,dkk. Metode struktural
menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Berbagai struktur tersebut
dikembangkan dengan maksud menjadi laternatif dari berbagai struktur
kelas yang lebih tradisional, seperti pengajuan pertanyaan oleh guru
kepada seluruh siswa dalam kelas dan para siswa memberikan jawaban
setelah lebih dahulu mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru.
4) Metode TGT (Teams Games Tournaments).
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6
orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku/ras yang
berbeda. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap
kelompok, dam tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan
anggota kelompoknya.
5) Metode Rotating Trio Exchange.
Pada model ini kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari
3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok
lainnya di kiri dan di kanannya, berikan pada setiap trio tersebut
pertanyaan yang sama untuk di diskusikan dengan cara berotasi.
6) Metode Group Resume
Model ini akan menjadi interaksi antar siswa lebih baik, kelas dibagi
menjadi kelompok-kelompok, setiap kelokpok terdiri dari 3-6 orang siswa.
Biarkan kelompok-kelompok tersebut membuat kesimpulan yang
didalamnya terdapat data-data, kemudian setiap kelompok diminta untuk
mempresentasikan kesimpulan kelompok mereka.
7) Metode Jigsaw.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Metode jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Dari metode-metode diatas, peneliti menggunakan metode jigsaw,
karena dianggap dapat meningkatkan tanggung jawab, kreatifitas dan
menyenangkan untuk pembelajaran anak usia dini.
f. Pengertian Metode Jigsaw
Metode jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Selaras dengan pendapat
Aronson dalam Isjoni (2011:79), tehnik belajar kooperatif jenis jigsaw lebih
menyangkut kerjasama dan saling ketergantungan antara siswa.
Dalam metode jigsaw versi Aronson, kelas dibagi menjadi suatu
kelompok kecil yang heterogen yang diberi nama tim jigsaw dan materi dibagi
sebanyak kelompok menurut anggota timnya. Kemudian siswa dipisahkan
menjadi kelompok ahli atau rekan yang terdiri dari seluruh siswa di kelas yang
mempunyai bagian informasi yang sama.
Metode jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level. Metode ini
dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, dan
berbicara. Dapat pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran seperti ilmu
pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa.
Menurut Fadly (2010:21) dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa
inggris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah
Fuzzel, yaitu sebuah teka-teki yang menyusun potongan gambar.
Pembelajaran metode jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah
gergaji (jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara
bekerjasama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Metode jigsaw adalah sebuah model pembelajaran kooperatif yang
menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil,
seperti yang diungkapka Lie dalam Fadly (2010:22), bahwa pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kooperatif metode jigsaw ini merupakan model pembelajaran dengan cara
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan
enam orang secara heterogen dan siswa bekerjasama saling ketergantungan
positif dan bertanggung jawab secara mandiri, ada kelompok ahli dan asal.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
jigsaw adalah pembelajaran kooperatif yang didalamnya terdapat beberapa
siswa yang belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan saling
bekerjasama untuk bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi yang
dipelajari serta menyampaikan materi tersebut kepada kelompok lain agar
dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.
g. Keunggulan Metode Jigsaw
Peneliti menggunakan metode jigsaw dalam penelitian karena menurut
penulis banyak sekali keunggulan dari metode jigsaw. Keunggulan dari
metode jigsaw diantaranya adalah menurut Ibrahim dalam Anwarholil (2007)
metode jigsaw dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan
yang lebih baik antar siswa dan dapat mengembangkan kemampuan akademis
siswa. Sedangkan Ratumanan mengemukakan bahwa interaksi yang terjadi
dalam belajar kooperatif dapat mengacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Pendapat lain menurut Kardi dan Nur dalam Anwarholil (2007)
berpendapat bahwa belajar metode jigsaw sangat efektif untuk memperbaiki
hubungan antar suku dan etnis dalam kelas multi budaya dan memperbaiki
hubungan antar siswa normal dan penyandang cacat.
Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan
pembelajaran kooperatif metode jigsaw antara lain guru berperan sebagai
pendamping, penolong, dan mengarahkan siswa dalam mempelajari materi
pada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi pada teman-temannya,
pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat,
dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
h. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw
Guru menggunakan metode jigsaw untuk mengajarkan tentang
berhitung kepada siswa harus melalui beberapa langkah. Langkah-langkah
yang harus dilakukan seorang guru TK dalam menerapkan pembelajaran
metode jigsaw menurut Hadi Mulyono (2010:102) sebagai berikut:
“1) Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompok
terdiri dari 3-4 siswa dengan karakteristik yang heterogen. 2) Bahan
akademik (Lembar Kerja Siswa/soal) disajikan kepada siswa dan
setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari
lembar kerja/ soal tersebut. 3) Para anggota dari beberapa kelompok
yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari satu soal
yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu
mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut
kelompok pakar (expert group). 4) Selanjutnya para siswa yang berada
dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams)
untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari
dalam kelompok pakar. 5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi
dalam “home teams”, para siswa dievaluasi secara individual mengenai
bahan yang telah dipelajari. 6) Individu atau tim yang memperoleh
skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.”
The Jigsaw method is a widely used cooperative learning technique
that is so named because each student in a Jigsaw group has to
become an expert on a part of a larger academic „puzzle‟. Each
student teaches the other group members their part of the academic
„puzzle‟ – so that everyone in the group learns all component parts.
Each student is in a position to bring to their group unique knowledge
that is not readily available and allows group members to treat each
other as resources (Aronson & Patnoe dalam Prof. Cheng-Chih Wu
,1997)
Aronson & Patnoe dalam Cheng-Chih Wu (1997) menyatakan bahwa
metode jigsaw termasuk dalam teknik pembelajaran kooperatif karena setiap
siswa dalam kelompok jigsaw menjadi ahli pada bagian materi yang lebih
luas. Setiap siswa mengajarkan bagian materinya itu kepada anggota
kelompok yang lain maka setiap orang dalam kelompok dapat belajar semua
bagian materi. Setiap siswa di dalam kelompoknya membawakan pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dari kelompok ahli kepada kelompoknya semula yang belum mendapat materi
tersebut.
Dari dua pendapat di atas dapat di simpulkan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif metode jigsaw diantaranya siswa di bagi menjadi 3
kelompok (kelompok asal), dari kelompok asal siswa dibagi lagi yang disebut
sebagai kelompok ahli, siswa dalam kelompok ahli menerima lembar kerja
dari guru untuk disampaikan kepada teman dalam kelompok asal yang
sebelumnya telah di jelaskan oleh guru, setelah mendapat lembar kerja siswa
kembali ke kelompok asal untuk dikerjakan secara berkelompok, setelah
selesai lembar kerja di kumpulkan, untuk anggota kelompok yang paling benar
akan mendapat penghargaan dari guru.
Penerapan metode jigsaw dalam pembelajaran pengenalan berhitung
pada Anak Usia Dini antara lain sebagai berikut:
1) Membentuk kelompok asal sebanyak 3 kelompok.
2) Setiap anggota dalam kelompok asal di beri tanda huruf A, B, C.
3) Selanjutnya guru memberikan apersepsi tentang kegiatan yang akan
dilakukan kepada siswa.
4) Setelah selesai memberikan apersepsi kepada siswa, guru kemudian
mengatur siswa yang mendapat huruf A berkumpul di meja yang ada huruf
A nya, yang mendapat huruf B berkumpul di meja yang ada huruf B nya,
yang mendapat huruf C berkumpul di meja yang ada huruf C nya, di sebut
kelompok ahli.
5) Kemudian guru menerangkan kegiatan yang akan di lakukan pada masing-
masing kelompok, yaitu kelompok A, B, C.
6) Apabila guru telah selesai, siswa kembali lagi dalam kelompok asal dan
menjelaskan kepada teman satu kelompoknya tentang tugas yang telah di
terima dalam kelompok ahli.
7) Setelah selesai, tugas dikumpulkan. Bagi kelompok yang paling benar
dalam mengerjakan tugas yang diberikan akan di berikan penghargaan.
3. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
a. Nur Arina Milati. 2010. Dalam Skripsi berjudul “Upaya Peningkatan
Kemampuan Berhitung Melalui Bermain Tata Angka di BA Aisyiyah Jetis
II Sukoharjo 2010”. Dalam penelitiannya dalam membilang/ menyebut
urutan bilangan 1-10 pra siklus prosentase keberhasilan anak hanya 5 %,
siklus I meningkat menjadi 25 %, siklus II meningkat menjadi 45%, dan
yang terakhir siklus III meningkatsebanyak 85%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berhitung anak mengalami peningkatan
dengan metode permainan tata angka.
b. Umi Relawati Sunoto. 2011. Dalam skripsi berjudul “Upaya Peningkatan
Kemampuan Berhitung Melalui Permainan Tebak Angka BA Aisyiyah
Dukuh Sukoharjo”. Pra siklus prosentase keberhasilan anak hanya 7 %,
siklus I meningkat menjadi 40 %, siklus II meningkat menjadi 67%, dan
yang terakhir siklus III meningkatsebanyak 80%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berhitung anak mengalami peningkatan
dengan metode permainan tebak angka.
c. Ariyani Ambarwati. 2008. Dalam skripsi berjudul “Peningkatan Pemahaman
Konsep Sifat-sifat Bangun Ruang Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Malangjiwan Tahun Ajaran
2009/2012. Pra siklus prosentase keberhasilan anak hanya 7 %, siklus I
meningkat menjadi 40 %, siklus II meningkat menjadi 67%, dan yang
terakhir siklus III meningkatsebanyak 80%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemahaman konsep sifat-sifat bangun ruang anak
mengalami peningkatan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Dari hasil beberapa penelitian yang relevan tersebut diatas dapat di
simpulkan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif metode jigsaw, dapat
meningkatkan kemampuan berhitung pada anak. Hal ini dapat dibuktikan dalam
penelitian yang telah di laksanakan oleh penulis yang berjudul Peningkatan
Pengenalan Berhitung Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw
Pada Anak Kelompok B di TK Aisyiyah 56 Baron Tahun 2011/2012. Penelitian
tersebut membuktikan bahwa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
metode jigsaw pengenalan berhitung pada anak meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan diatas maka dapat disusun
suatu kerangka pemikiran. Kegiatan belajar mengajar dalam mencapai suatu
tujuan pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam memahami materi
tertentu. Pemilihan suatu pembelajaran yang digunakan oleh guru cukup besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan guru dalam mengajar. Oleh karena itu guru
harus mengetahui pembelajaran yang sesuai dengan mareti yang dipelajari.
Pada kondisi awal pembelajaran sebelum dilaksanakan pembelajaran
kooperatif metode jigsaw, guru yang masih menggunakan pembelajaran yang
monoton siswa lebih cepat bosan dan informasi yang disampaikan sulit diserap
oleh siswa serta tidak merangsang kreatifitas dan partisipasi siswa, guru lebih
menekankan pada terselesainya materi pelajaran daripada tingkat kemampuan
siswa dalam memahami materi, komunikasi pembelajaran hanya satu arah
sehingga kurang adanya timbal balik antara guru dengan siswa untuk aktif dan
kreatif dalam menyerap dan mempertajam gagasannya, siswa masih merasa malu
untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum mereka pahami sehingga
membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran, siswa menganggap bahwa
pengenalan berhitung merupakan pelajaran yang sulit sehingga mereka enggan
mempelajarinya.
Jigsaw merupakan teknik pembelajaran yang memungkinkan guru
memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa dalam
mengaktifkan skemata agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa juga
dapat bergotong-royong satu sama lain dan mempunyai banyak kesempatan dalam
memperoleh informasi dan meningkatkan kemampuannya dalam berkomunikasi.
Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat mengacu terbentuknya
ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Pada kondisi akhir pembelajaran, partisipasi, kerja sama, tanggungjawab,
dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran dapat meningkat sehingga pembelajaran
dapat lebih bermakna dan pada akhirnya minat anak pada pembelajaran berhitung
meningkat. Secara lebih jelasnya, ditunjukkan pada gambar 1 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir
Kondisi
Awal
Pembelajaran yang
disampaikan oleh
guru masih
monoton, guru
tidak
memperhatikan
anak, dan selalu
berdiri di depan
kelas
Peningkatan
pengenalan
berhitung pada anak
masih rendah
Tindakan
yang harus
dilakukan
peneliti
Guru menerapkan
pembelajaran
kooperatif metode
jigsaw pada
kegiatan
pengenalan
berhitung.
Siklus I
Dalam siklus I
terdiri dari tahap
perencanaan,
pelaksanaan,
observasi dan
refleksi, diharapkan
keberhasilan anak
dalam pengenalan
berhitung sebanyak
70% dari jumlah
siswa.
Siklus II
Dalam siklus II
terdiri dari tahap
perencanaan,
pelaksanaan,
observasi dan
refleksi, diharapkan
keberhasilan anak
dalam pengenalan
berhitung
meningkat sebanyak
90% dari jumlah
siswa.
Kondisi
akhir
Setelah diterapkan
metode jigsaw pada
pembelajaran
berhitung,
kemampuan anak
dalam berhitung
meningkat.
Diharapkan pada kondisi
akhir, pengenalan
berhitung pada anak
meningkat. Serta
tanggung jawab,
kreatifitas, dan kerja sama
anak juga meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dari kerangka berfikir tersebut di atas, dapat diketahui bahwa sebelum
mengunakan model kooperatif tipe jigsaw hasil pembelajaran khususnya
pengenalan berhitung masih rendah. Kemudian setelah menggunakan jigsaw ada
peningkatan tentang pengenalan berhitung yang cukup berarti. Penelitian ini
direncanakan dalam dua siklus dan akan diakhiri sampai diperoleh hasil yang
mencapai 80% dari semua siswa kelompok B2 di Tk Aisyiyah 56 Baron.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:
“Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat
meningkatkan pengenalan berhitung pada anak kelompok B2 di TK Aisyiyah 56
Baron Tahun 2011/2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Aisyiyah 56 Baron Panularan,
Laweyan, Surakarta, dengan alasan:
a. Peneliti mengajar di TK Aisyiyah 56 Baron sehingga memudahkan dalam
penelitian baik waktu maupun biaya.
b. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw belum pernah diteliti di TK Aisyiyah
56 Baron.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012 selama lima bulan, yaitu dimulai pada bulan Februari 2012 dan
berakhir sampai bulan Juni 2012. Jenis kegiatan yang dilaksanakan diantaranya
yaitu penyusunan dan pengajuan proposal, mengurus ijin penelitian,
pelaksanaan penelitian siklus I, pelaksanaan penelitian siklus II (apabila dalam
siklus II belum mencapai hasil yang diharapkan maka akan di lanjutkan pada
siklus berikutnya), analisis data, penyusunan laporan, dan ujian skripsi. Tabel 1
jadwal penelitian dapat dilihat dalam lampiran 1.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak-anak kelompok B2 di TK Aisyiyah 56
Baron, Panularan, Laweyan, Surakarta yang berjumlah 22 anak, dimana siswa
laki-laki berjumlah 12 anak dan yang perempuan berjumlah 10 anak. Pada
dasarnya mereka dari latar belakang yang berbeda-beda tetapi sebagian besar dari
mereka adalah anak dari golongan menengah kebawah yaitu ekonomi yang
rendah.
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
C. Data dan Sumber Data
Smber data dalam penelitian adalah subjek dimana data dapat diperoleh.
Apabila peneliti menggunakan wawancara dalam pengumpulan datanya, maka
sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila
peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda,
gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka
dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data dalam Suharsimi Arikunto
(2006:129).
Setiap penelitian memerlukan data karena data merupakan sumber
informasi yang memberikan gambaran utama tentang ada tidaknya masalah yang
akan diteliti menurut Afifudin dan Beni Ahmad (2009:117). Berdasarkan
penjelasan tersebut maka dalam melakukan penelitian, peneliti dalam mengambil
sumber data memilih menggunakan teknik wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
D. Pengumpulan Data
Data dalam penelitian tindakan kelas ini berfungsi sebagai landasan
refleksi. Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian adalah:
1. Wawancara
Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang,
misalnya dalam memperoleh data tentang latar belakang siswa, pendidikan,
orangtua, perhatian, dan sikap terhadap sesuatu. Dalam hal wawancara ini
sumber utama yang diwawancarai adalah guru kelompok B2 pada TK
Aisyiyah Baron. Peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas pada
kelompok B2 pada TK Aisyiyah Baron karena yang paling mengerti dan
memahami siswa pada kelompok B2 adalah guru kelasnya. Wawancara
dilakukan peneliti untuk mengetahui bagaimana biasanya jalannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pembelajaran berlangsung di kelompok B2, dan untuk mengetahui seberapa
besar minat siswa terhadap pembelajaran berhitung
Menurut Afifuddin dan Beni Ahmad (2009:131) wawancara adalah
metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang
yang menjadi informan atau responden. Caranya adalah dengan bercakap-
cakap secara tatap muka. Wawancara dapat dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara atau dengan tanya jawab secara langsung.
2. Observasi
Disamping wawancara, data dalam penelitian kualitatif dapat
dikumpulkan melalui observasi. Menurut Nawawi dan Martini dalam
Afifuddin dan Beni Ahmad (2009:134) observasi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu
gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.
Tujuan observasi dalam penelitian di TK Aisyiyah Baron ini adalah
untuk mengetahui kondisi anak dan kelas yang dijadikan objek penelitian, dan
aktivitas-aktivitas apa saja yang berlangsung. Dalam hal ini guru kelas
berperan sebagai observer. Yang diobservasi antara lain siswa, guru yang
mengajar, di kelompok B2 TK Aisyiyah Baron.
3. Studi Dokumentasi/ Metode Library Research
Teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi
melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Teknik ini merupakan teknik
pengumpulan data yang berasal dari sumber nonmanusia. Dokumen berguna
karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok
penelitian.
Salah satu bahan dokumenter adalah foto. Foto bermanfaat sebagai
sumber informasi karena mampu membekukan dan menggambarkan peristiwa
yang terjadi. Dokumen-dokumen yang dikumpulkan akan membantu peneliti
dalam memahami fenomena yang terjadi dilokasi penelitian dan membantu
dalam membuat interpretasi data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
E. Uji Validitas Data
Untuk menjamin validitas data yang akan dikumpulkan dalam penelitian
ini agar dapat dijadikan dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan, teknik yang
digunakan untuk memeriksa validitas data adalah dengan triangulasi. Menurut
Afifuddin dan Beni Ahmad (2009:143) triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut
Patton, ada empat macam triangulasi diantaranya sebagai berikut:
1. Triangulasi Data.
Dalam triangulasi data, peneliti menggunakan berbagai sumber data,
seperti dokumen yang berisi tentang perkembangan siswa di kelompok B2,
arsip tentang kegiatan pembelajaran di kelompok B2, hasil wawancara dengan
guru kelompok B2, hasil observasi dan juga dengan mewancarai guru yang
lain seperti guru pembantu yang dianggap memiliki sudut pandang yang
berbeda dalam kelompok B2 di TK Aisyiyah Baron.
2. Triangulasi Metode.
Dalam triangulasi metode, peneliti menggunakan berbagai metode
untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang
dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan.
F. Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses dalam menentukan pilihan, membuang,
mengeliminasi, memilah, serta menggolongkan data sesuai dengan yang
diharapkan. Data yang diperoleh dari penelitian di lapangan dianalisis dan diolah
secara kualitatif. Menurut Mattew B. Miles dalam Retno (2010:47) berpendapat
bahwa proses analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
beriringan yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
interaktif yang meliputi tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
1. Reduksi Data.
Dalam penelitian, data yang di peroleh cukup banyak, sehingga perlu
di catat secara teliti dan terperinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, jumlah
data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu, peneliti harus
segera melakukan analisis data melalui reduksi data. Data yang telah di
peroleh peneliti selama melakukan penelitian kemudian di rangkum menjadi
satu dan dipilih hal-hal yang pokok. Setelah data di rangkum kemudian data
tersebut di fokuskan pada hal-hal yang paling penting sehingga dapat di tarik
suatu kesimpulan. Dengan demikian,data yang telah di reduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian Data.
Setelah data di reduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang telah tersusun dan
memberikan kemungkinan adanya penarikan suatu kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Melalui penyajian data tersebut, data diorganisasikan
secara sistematis dalam pola hubungan sehingga mudah dipahami. Data dapat
berbentuk tabel dan grafik, dengan bentuk seperti itu peneliti akan lebih
mudah untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja
selanjutnya.
3. Penarikan Kesimpulan.
Setelah melakukan penyajian data, peneliti dapat merencanakan kerja
selanjutnya dengan melakukan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan
merupakan suatu proses peninjauan kembali pada benar tidaknya data yang
diperoleh dalam pelaksanaan penelitian. Hasil dari data-data yang didapat dari
laporan penelitian kemudian disaring dan diteliti kembali, sehingga dapat
disimpulkan apakah data-data tersebut benar ada dan sesuai atau tidak.
Biasanya dalam penarikan kesimpulan dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
G. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan keefektifan penelitian. Harapan
peneliti indikator kerja bisa mencapai 100% dan minimal 90% dari jumlah siswa
berhasil dalam meningkatkan kemampuan berhitungnya.
Aspek yang Diukur
Persentase
Siswa yang
Ditargetkan
Cara Mengukur
Membilang gambar
Melukis dengan berbagai
media.
Bercerita tentang gambar
yang disediakan.
Membuat urutan bilangan
90%
90%
90%
90%
Diukur dari hasil pekerjaan
siswa dalam mengerjakan
lembar kerja dihitung dari
jumlah siswa yang dapat
menjawab dengan benar
minimal 80% dari soal.
Diukur dari hasil pekerjaan
siswa dalam mengerjakan
lembar kerja dihitung dari
jumlah siswa yang dapat
menjawab dengan benar
minimal 80% dari soal.
Diamati saat siswa bercerita
tentang gambar di depan kelas,
dan dihitung dari jumlah siswa
yang dapat bercerita dengan
benar sesuai gambar.
Diukur dari hasil pekerjaan
siswa dalam mengerjakan
lembar kerja dihitung dari
jumlah siswa yang dapat
menjawab dengan benar
minimal 80% dari soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Menciptakan 3 bentuk dari
kepingan geometri.
Mencocok bentuk
Membedakan dan membuat
2 kumpulan banda lebih
banyak dan lebih sedikit
Permainan warna dengan
berbagai media.
Menghubungkan dan
menyebutkan tulisan
sederhana dengan simbol
yang melambangkannya.
Menyebutkan hasil
penambahan dan
pengurangan dengan benda
90%
90%
90%
90%
90%
90%
Diukur dari hasil pekerjaan
siswa dalam mengerjakan
lembar kerja dihitung dari
jumlah siswa yang dapat
menjawab dengan benar
minimal 80% dari soal.
Diukur dari hasil pekerjaan
siswa dalam mengerjakan
lembar kerja dihitung dari
jumlah siswa yang dapat
menjawab dengan benar
minimal 80% dari soal.
Diukur dari hasil pekerjaan
siswa dalam mengerjakan
lembar kerja dihitung dari
jumlah siswa yang dapat
menjawab dengan benar
minimal 80% dari soal.
Diamati saat siswa mengerjakan
di lembar kerja, dan dihitung
dari jumlah siswa yang dapat
menyelesaikan dengan baik.
Diukur dari hasil pekerjaan
siswa dalam mengerjakan
lembar kerja dihitung dari
jumlah siswa yang dapat
menjawab dengan benar
minimal 80% dari soal.
Diukur dari hasil pekerjaan
siswa dalam mengerjakan
lembar kerja dihitung dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
sampai 10
Melukis dengan jari
Menjahit bervariasi
90%
90%
jumlah siswa yang dapat
menjawab dengan benar
minimal 80% dari soal.
Diamati saat siswa mengerjakan
di lembar kerja, dan dihitung
dari jumlah siswa yang dapat
menyelesaikan dengan baik.
Diamati saat siswa mengerjakan
di lembar kerja, dan dihitung
dari jumlah siswa yang dapat
menyelesaikan dengan baik.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari dua siklus yang masing-masing
siklusnya meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Pelaksanaan dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran yang setiap
siklusnya terdiri dari dua pertemuan yang masing-masing menggunakan waktu
2x60 menit sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun rencana tindakan
yang didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan.
Dalam hal ini guru dan peneliti menyamakan persepsi tentang
permasalahan yang ditemui dan menjabarkannya serinci mungkin.
Bentuk rencana tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
d. Membuat skenario pembelajaran.
e. Mempersiapkan media atau peralatan yang akan digunakan.
f. Membuat lembar observasi.
g. Menyiapkan sumber pelajaran yang diperlukan dalam membuat siswa
memahami materi pelajaran yang akan diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
h. Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah pemahaman konsep
berhitung model pembelajaran yang digunakan dapat ditingkatkan.
b. Tindakan
Setelah membuat rencana yang matang maka langkah selanjutnya
adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan yang mengacu
pada skenario dan langkah kegiatan mengajar. Dalam pelaksanaan guru
harus mengingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam
rancangan yang berlaku secara wajar.
Pertemuan I.
Kegiatan awal:
1) Berbaris sebelum masuk kelas, dilanjutkan ikrar dan berdoa.
2) Salam, menyanyikan lagu sesuai tema.
3) Guru mempersiapkan media atau alat peraga yang dibutuhkan.
4) Guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan pada pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan berhitung.
Kegiatan inti:
1) Guru membagi anak dalam 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-
4 anak.
2) Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka
untuk membahas tugas, wakil ini disebut kelompok ahli (expert
group).
3) Guru memberi penjelasan kepada kelompok ahli tentang tugas apa
yang akan mereka kerjakan sampai jelas.
4) Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas tugas yang diberikan dan
saling membantu untuk menguasai tugas tersebut.
5) Setelah memahami tugas yang diberikan, kelompok ahli menyebar dan
kembali ke kelompok masing-masing (kelompok asal atau home
teams), kemudian menjelaskan tugas yang diberikan oleh guru kepada
anggota kelompoknya.
Kegiatan akhir:
1) Guru mengajak siswa untuk mengulas kegiatan yang telah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil kerja kelompoknya.
3) Guru mengumumkan hasil yang telah dikerjakan oleh siswa, dan
memberi penghargaan terhadap kelompok yang paling benar dalam
menyelesaikan tugas.
Apabila pertemuan pertama anak belum berhasil dalam
mengerjakan tugas dari guru, maka guru akan mengulangi lagi dalam
pertemuan ke dua dan pertemuan ke tiga. Setiap pertemuan terdiri dari
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir hanya berbeda pada soal
yang di berikan tetapi masih sama dalam hal berhitung.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati secara langsung
ketika anak sedang melaksanakan apa yang diperintahkan oleh guru,
apakah langkah-langkahnya sudah benar apa belum dan mencatat secara
cermat setiap gejala baik mengenai tindakan, pelaksanaan tindakan,
maupun akibat dari tindakan-tindakan tersebut.
d. Refleksi
Refleksi meliputi beberapa komponen yakni: menganalisa,
mensintesa, dan menerangkan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar
pemikiran untuk tindakan yang akan datang karena hasil yang diperoleh
belum maksimal.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus yang kedua ini adalah dengan melakukan
identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
Kegiatan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Merencanakan pembelajaran dengan kooperatif metode jigsaw
2) Menentukan tema dan sub tema yang akan dipakai.
3) Mengembangkan skenario pembelajaran.
4) Menyiapkan sumber belajar dan media.
5) Mengembangkan format evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
6) Mengembangkan format observasi pembelajaran.
b. Tindakan
Tindakan yang dilakukan adalah dengan memperbaiki tindakan
pada siklus pertama sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan memantau
proses peningkatan pemahaman tentang berhitung pada siswa yaitu
tentang penjumlahan, pengurangan, lebih banyak dan lebih sedikit.
c. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengkaji hasil pada siklus pertama
dan memonitor serta membantu siswa jika menemui kesulitan.
d. Refleksi
Menganalisis hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran
tentang dampak dari tindakan yang dilakukan, hal-hal yang perlu
diperbaiki dan yang harus menjadi perhatian agar diperoleh hasil yang
maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
TK Aisyiyah 56 Baron Kalurahan Panularan Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta Propinsi Jawa berdiri pada tahun 1988. Secara geografis, letak
TK Aisyiyah 56 Baron berada di Baron Kunden Kalurahan Panularan,
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. TK Aisyiyah 56 Baron berada di antara
pemukiman padat penduduk dekat dengan komplek perumahan dan rumah
susun. Lokasinya sangat strategis sehingga memberikan banyak keuntungan
bagi TK ini, diantaranya adalah memberikan kemudahan bagi sekolah dalam
melaksanakan tugas kedinasan dan tersedia berbagai sumber belajar yang
dapat digunakan secara langsung untuk proses pembelajaran sehingga menarik
minat siswa untuk belajar.
TK Aisyiyah 56 Baron Kalurahan Panularan, Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta pada tahun 2011 /2012 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah
dan memiliki 6 guru, satu orang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), 5
orang tenaga pengajar yang berstatus guru tetap yayasan, dan seorang penjaga
sekolah. Semua personel telah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan
baik sesuai dengan tanggung jawabnya. Dengan jumlah guru yang memadai
maka proses belajar mengajar juga dapat berjalan dengan lancar. Dengan
kelancaran proses pembelajaran tersebut seharusnya para siswa TK Aisyiyah
56 Baron dapat belajar dengan baik dan kondusif. Bukan hanya guru dan
Kepala sekolah yang bertanggungjawab dalam membimbing siswa namun
peran orang tua dan masyarakat juga sangat penting. Hal ini telah diwujudkan
dengan adanya Komite Sekolah yang selalu aktif. Keberhasilan pendidikan
siswa merupakan tanggungjawab bersama sehingga harus ada kerjasama yang
baik dari semua pihak.
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Kondisi Awal
Jumlah seluruh siswa di TK Aisyiyah 56 Baron pada tahun
2011/2012adalah 139 siswa. Siswa terbagi dalam 6 kelas yakni kelompok B1
sebanyak 23 siswa, kelompok B2 sebanyak 22 siswa, kelompok A1 sebanyak
26 siswa, kelompok A2 sebanyak 24 siswa, kelompok A3 sebanyak 22 siswa
dan kelas Kelompok Bermain sebanyak 22 siswa.
Berdasarkan data yang ada bahwa rata-rata pendidikan orang tua siswa
masih rendah maka pihak sekolah terdorong untuk memberikan pendidikan
dan pengajaran semaksimal mungkin karena orang tua siswa kurang begitu
memperhatikan perkembangan anaknya dalam belajar. Sebagian dari mereka
hanya menyerahkan pendidikan anak-anaknya pada pihak sekolah. Hal ini
dapat membuat terhambatnya perkembangan prestasi siswa terutama dalam
pelajaran berhitung. Siswa-siswa banyak menemui kesulitan karena mereka
menganggap bahwa berhitung merupakan pelajaran yang sulit dan sangat
menakutkan. Keadaan seperti ini terjadi pada siswa kelompok B2 di TK
Aisyiyah 56 Baron yang berjumlah 22 siswa. Siswa masih menemui kesulitan
karena guru belum mengupayakan metode dan strategi pembelajaran yang
tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
sehingga hasil yang diperolehpun juga belum maksimal.
Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya 13 siswa atau sekitar 59,09%
siswa yang nilainya belum dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan yaitu
mendapat simbol bulat penuh ( ). Untuk mengantisipasi hal tersebut maka
peneliti mengadakan penelitian di kelompok B2 dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif metode jigsaw yang dapat meningkatkan pengenalan
berhitung siswa di kelompok tersebut.
Agar lebih jelas maka kondisi awal anak dalam pembelajaran
pengenalan berhitung dapat dilihat dari tabel 2 dan grafik 1 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 2. Data Nilai Berhitung Siswa Kelompok B2 TK Aisyiyah 56 Baron
Pada Kondisi Awal
No Kategori Frekuensi Persentase
1 Tuntas 4 anak 18,18%
2 Setengah Tuntas 5 anak 22,73%
3 Tidak Tuntas 13 anak 59,09%
Jumlah 22 anak 100 %
Dari tabel nilai berhitung pada siswa kelompok B2 TK Aisyiyah Baron
sebelum diadakan tindakan melalui penerapan model kooperatif jigsaw, dapat
disajikan dalam bentuk grafik 1 sebagai berikut:
Grafik 1. Grafik nilai Pembelajaran Berhitung Kelompok B2 TK
Aisyiyah Baron Pada Kondisi Awal
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
0 V 0
Jumlah Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Tindakan siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari 120 menit yang dilaksanakan selama dua hari yaitu pada
tanggal 15 Mei 2012 dan 19 Mei 2012. Adapun tahapan-tahapan yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti mengadakan observasi terhadap
proses pembelajaran tentang pengenalan berhitung pada siswa kelompok
B2 TK Aisyiyah Baron untuk mengetahui media, metode, strategi
pembelajaran yang telah digunakan oleh guru, serta proses pembelajaran
yang berlangsung. Peneliti juga mencatat hasil belajar yang diperoleh oleh
masing-masing siswa.
Berdasarkan pengamatan dan hasil catatan terhadap proses
pembelajaran tentang pengenalan berhitung pada siswa kelompok B2 TK
Aisyiyah Baron sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data
awal. Hasil pencatatan menunjukkan bahwa dari 22 siswa kelompok B2
terdapat 13 siswa atau sekitar 59,09% yang masih belum bisa berhitung.
Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang belum mendapat
predikat tuntas ( ). Oleh karena itu, peneliti mengadakan koordinasi
dengan Kepala sekolah dan guru kelas serta guru-guru yang lain untuk
membahas tentang alternatif yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan
pengenalan berhitung pada siswa kelompok B2 di TK Aisyiyah Baron.
Berkaitan dengan masalah penelitian yang sudah dirumuskan
rencana tindakan yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah dalam
penelitian dengan menggunakan acuan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan tahun 2010 untuk kelompok B2 pada pembelajaran berhitung,
peneliti melakukakan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: 1)
Menyiapkan rencana kegiatan harian (terlampir), 2) Mempersiapkan media
atau peralatan yang akan digunakan, 3) Menyiapkan materi pembelajaran,
4) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
mengajar di kelas ketika diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw. 5) Menyiapkan sumber pelajaran yang diperlukan dalam
membuat siswa memahami materi pelajaran yang akan diajarkan. 6)
Membuat lembar evaluasi alat evaluasi untuk melihat apakah
pembelajaran berhitung dapat ditingkatkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif metode jigsaw (terlampir). 7) Membagi kelompok
siswa yang masing-masing beranggotakan 3-4 orang.
b) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan rencana
kegiatan harian yang telah di susun:
(1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2012.
Pada pertemuan ini materi yang diajarkan mengambil tema Tanah
Airku, sub tema Nama, Lambang, Bendera Indonesia. Berikut ini
dipaparkan kondisi riil yang dialami selama proses belajar mengajar
berlangsung:
Kegiatan Awal: a) Sebelum masuk kelas, siswa berbaris di
depan kelas untuk melaksanakan ikrar, setelah selesai siswa bersama-
sama menyanyikan lagu ”Garuda Pancasila” dan ”Bendera Merah
Putih”, b) Setelah masuk kelas, Guru mengawali pembelajaran dengan
berdoa, c) Selanjutnya melakukan tanya jawab dengan siswa yang
berkaitan dengan materi yang akan di ajarkan yaitu tentang Nama,
Lambang, Bendera Indonesia, d) Guru mempersiapkan model atau alat
peraga yang dibutuhkan, e) Selanjutnya guru memberikan apersepsi
dengan mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-
hari yang berkaitan dengan tema Tanah Airku, f) Siswa menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari guru namun masih terlihat malu-malu.
Karena Siswa masih belum begitu berani mengungkapkan pendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
maka guru memberikan motivasi kepada siswa agar siswa tetap
tertarik dalam mengikuti pembelajaran.
Kegiatan Inti: a) Sebelum pembelajaran dimulai, guru membagi
anak menjadi 3 kelompok ( disebut kelompok asal) terdiri dari
kelompok A (setiap anak membawa kartu yang bertuliskan A1, A2,
dan A3), kelompok B (setiap anak membawa kartu yang bertuliskan
B1, B2, dan B3), b) Anak yang mendapat angka 1 berkumpul di meja
1, anak yang mendapat angka 2 berkumpul di meja 2, anak yang
mendapat huruf 3 berkumpul di meja 3 ( di sebut kelompok ahli ), c)
Setelah itu guru menjelaskan materi yang harus di kerjakan oleh siswa,
yaitu: di meja 1 (Kognitif) guru menjelaskan tentang membilang
gambar bendera yang berada di sebelah kiri dan kanan, dengan cara
menjumlah dan mengurangi kemudian hasilnya ditulis di sebelah
kanan soal. Setelah memahaminya, anak diberi lembar kerja anak
sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya masing-masing, dan
menyampaikan penjelasan dari guru tadi kepada teman-teman satu
kelompoknya (kembali ke kelompok asal), di meja 2 (Seni) guru
menjelaskan tentang melukis gambar bendera merah putih dengan
menggunakan jari tangan yang sudah dilumuri crayon warna merah,
jumlah gambar bendera ada 13 buah tetapi yang di warnai tidak boleh
lebih dari 10 bendera dan tidak boleh kurang dari 10 bendera. Setelah
memahaminya, anak diberi lembar kerja anak sesuai dengan jumlah
anggota kelompoknya masing-masing, dan menyampaikan penjelasan
dari guru tadi kepada teman-teman satu kelompoknya (kembali ke
kelompok asal), di meja 3 (Bahasa) guru menjelaskan tentang bercerita
tentang anak yang sedang mengikuti upacara bendera, ada 5 anak yang
tidak memakai topi, ada 2 anak yang malah bermain sendiri, ada
seorang pak guru yang menjadi pemimpin upacara, dan 4 ibu guru
yang sedang berdiri di belakang pak guru, kemudian anak disuruh
untuk mengembangkan sendiri cerita pada gambar. Setelah
memahaminya, anak diberi lembar kerja anak sesuai dengan jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
anggota kelompoknya masing-masing, dan menyampaikan penjelasan
dari guru tadi kepada teman-teman satu kelompoknya (kembali ke
kelompok asal), d) Setelah kembali ke kelompoknya masing-masing
(kelompok asal), kemudian lembar kerja yang telah di berikan kepada
masing-masing anak dalam kelompok ahli dikerjakan bersama-sama
dalam satu kelompok. Apabila sudah selesai, lembarkerja di
kumpulkan di meja sesuai dengan angkanya.
Kegiatan Akhir: a) Guru mengulas kembali tentang kegiatan
dan materi yang telah di lakukan selama pembelajaran tadi, b)
Memamerkan hasil dari pekerjaan anak-anak di depan kelas, kelompok
mana yang paling bagus dan paling jelek. Bagi kelompok yang paling
jelek, guru harus memberi motifasi kepada anak agar tetap semangat.
Memberitahu dimana kesalahan anak dan membetulkan bagaimana
seharusnya. Bagi kelompok yang paling bagus, guru memberi tepuk
tangan diikuti oleh anak-anak yang lain dan memberi penghargaan
berupa bintang di tangan, c) Menyanyikan lagu ”Garuda Pancasila”
dan ”Bendera Merah Putih” bersama-sama, d) Berdoa sebelum pulang,
salam.
Agar lebih jelas maka kondisi siklus 1 pertemuan pertama
dalam pembelajaran pengenalan berhitung dapat dilihat dalam tabel 3
dan grafik 2 di bawah ini:
Tabel 3. Data Nilai Berhitung Siswa Kelompok B2 TK Aisyiyah 56
BaronPada Siklus 1 Pertemuan Pertama
No Kategori
Bidang Pengembangan
Kognitif Seni Bahasa
Anak % Anak % Anak %
1 Tuntas 4 18,18 4 18,18 4 18,18
2 Setengah Tuntas 5 22,73 5 22,73 5 22,73
3 Tidak Tuntas 13 59,09 13 59,09 13 59,09
Jumlah 22 100 22 100 22 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Dari tabel nilai berhitung pada siswa kelompok B2 TK
Aisyiyah Baron sebelum diadakan tindakan melalui penerapan model
kooperatif jigsaw, dapat disajikan dalam bentuk grafik 2 sebagai
berikut:
Grafik 2. Grafik nilai Pembelajaran Berhitung Kelompok B2 TK
Aisyiyah Baron Pada Siklus 1 Pertemuan Pertama
0
4
8
12
16
20
Kog Seni Bahasa
o
v
o
(2) Pertemuan II
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2012. Pada
pertemuan ini materi yang diajarkan mengambil tema Alam Semesta,
yaitu Matahari. Berikut ini dipaparkan kondisi riil yang dialami selama
proses belajar mengajar berlangsung:
Kegiatan Awal: a) Sebelum masuk kelas, siswa berbaris di
depan kelas untuk melaksanakan ikrar, setelah selesai siswa bersama-
sama menyanyikan lagu ”Laba-laba Kecil”, b) Setelah masuk kelas,
Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa, c) Selanjutnya
melakukan tanya jawab dengan siswa yang berkaitan dengan materi
yang akan di ajarkan yaitu tentang ciptaan Tuhan khususnya Matahari,
d) Guru mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan, e)
Selanjutnya guru memberikan apersepsi dengan mengkaitkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
tema Alam Semesta khususnya tentang Matahari.
Kegiatan Inti: a) Sebelum pembelajaran dimulai, guru membagi
anak menjadi 3 kelompok ( disebut kelompok asal ) seperti pada
pertemuan pertama, b) Anak yang mendapat angka 1 berkumpul di
meja 1, anak yang mendapat angka 2 berkumpul di meja 2, anak yang
mendapat huruf 3 berkumpul di meja 3 ( di sebut kelompok ahli ), c)
Setelah itu guru menjelaskan materi yang harus di kerjakan oleh siswa,
yaitu: di meja 1 (Kognitif) guru menjelaskan tentang membuat urutan
bilangan dari 1-10 dengan cara mengurutkan gambar matahari dari
yang terbesar sampai yang terkecil. Setelah memahaminya, anak diberi
lembar kerja anak sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya
masing-masing, dan menyampaikan penjelasan dari guru tadi kepada
teman-teman satu kelompoknya (kembali ke kelompok asal), di meja 2
(Seni) guru menjelaskan tentang membuat bentuk matahari dengan
menggunakan 3 buah kepingan geometri yang terbuat dari kertas lipat.
Setelah memahaminya, anak diberi lembar kerja anak sesuai dengan
jumlah anggota kelompoknya masing-masing, dan menyampaikan
penjelasan dari guru tadi kepada teman-teman satu kelompoknya
(kembali ke kelompok asal), di meja 3 (Fisik Motorik) guru
menjelaskan tentang mencocok 2 gambar matahari yang berbeda
ukuran besar dan kecil, kemudian hasil cocokan di tempel di lembar
kerja anak. Setelah memahaminya, anak diberi lembar kerja anak
sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya masing-masing, dan
menyampaikan penjelasan dari guru tadi kepada teman-teman satu
kelompoknya (kembali ke kelompok asal), d) Setelah kembali ke
kelompoknya masing-masing (kelompok asal), kemudian lembar kerja
yang telah di berikan kepada masing-masing anak dalam kelompok
ahli dikerjakan bersama-sama dalam satu kelompok. Apabila sudah
selesai, lembarkerja di kumpulkan di meja sesuai dengan angkanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Kegiatan Akhir: a) Guru mengulas kembali tentang kegiatan
dan materi yang telah di lakukan selama pembelajaran tadi, b)
Memamerkan hasil dari pekerjaan anak-anak di depan kelas, kelompok
mana yang paling bagus dan paling jelek. Bagi kelompok yang paling
jelek, guru harus memberi motifasi kepada anak agar tetap semangat.
Memberitahu dimana kesalahan anak dan membetulkan bagaimana
seharusnya. Bagi kelompok yang paling bagus, guru memberi tepuk
tangan diikuti oleh anak-anak yang lain dan memberi penghargaan
berupa bintang di tangan, c) Menyanyikan lagu ”Laba-laba Kecil”
bersama-sama, d) Berdoa sebelum pulang, salam.
Agar lebih jelas maka kondisi siklus 1 pertemuan kedua dalam
pembelajaran pengenalan berhitung dapat dilihat dari tabel 4 dan
grafik 3 di bawah ini:
Tabel 4. Data Nilai Berhitung Siswa Kelompok B2 TK Aisyiyah 56
BaronPada Siklus 1 Pertemuan Kedua
No Kategori
Bidang Pengembangan
Kognitif Seni Fisik Motorik
Anak % Anak % Anak %
1 Tuntas 15 68,18 15 68,18 15 68,18
2 Setengah Tuntas 5 22,73 5 22,73 5 22,73
3 Tidak Tuntas 2 9,09 2 9,09 2 9,09
Jumlah 22 100 22 100 22 100
Dari tabel nilai berhitung pada siswa kelompok B2 TK Aisyiyah
Baron pada siklus 1 pertemuan kedua melalui penerapan model kooperatif
jigsaw, dapat disajikan dalam bentuk grafik 3 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Grafik 3. Grafik nilai Pembelajaran Berhitung Kelompok B2 TK Aisyiyah
Baron Pada Siklus 1 Pertemuan Kedua
0
4
8
12
16
20
Kog. Seni F.M
o
v
o
c) Observasi
Peneliti melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan
sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan pengenalan berhitung
dengan menggunakan model kooperatif metode jigsaw. Dalam tahap ini
peneliti berperan sebagai guru dan guru kelompok B2 bertindak sebagai
observer. Peneliti mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam
melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran
yaitu dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilaksanakan
untuk mendapatkan data mengenai aktivitas peneliti dalam kesesuaian
antara rencana pembelajaran yang disusun dengan pelaksanaan
pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu observasi juga dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa kelompok B2 TK Aisyiyah
tentang berhitung.
Hasil dari observasi tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
Kegiatan guru: 1) Guru masih belum dapat menyampaikan materi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
jelas dan kurang dapat dipahami oleh siswa karena terlalu cepat dalam
menjelaskan.. 2) Guru sudah menggunakan berbagai sumber bahan untuk
proses pembelajaran. 3) Guru memanfaatkan waktu dengan baik sesuai
dengan rencana. 4) Guru sudah melaksanakan interaksi dengan siswa
melalui tanya jawab namun belum memberikan motivasi baik pada
individu maupun kelompok sehingga siswa masih belum barani dalam
menjawab pertanyaan atau mengungkapkan gagasannya dalam kelompok.
5) Guru sudah memberikan bimbingan dengan baik pada siswa secara
individu maupun kelompok walaupun belum secara menyeluruh. 6) Guru
memberikan kesempatan untuk bertanya dan merespon pendapat siswa. 7)
Guru sudah memberikan pujian atau perayaan atas keberhasilan siswa. 8)
Media yang digunakan oleh guru cukup baik karena sudah sesuai dengan
materi yang diajarkan. 9) Metode yang diterapkan guru sudah cukup
bervariasi sehingga dapat mengurangi tingkat kebosanan siswa. 10) Guru
belum dapat mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif.
Siswa masih asik dengan kegiatannya sendiri dengan mengganggu
temannya yang lain sehingga kelas masih gaduh. 11) Guru telah
memberikan lembar kerja anak sebagai alat untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam menguasai materi. 12) Guru kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membuat kesimpulan atau rangkuman
materi. Jadi guru hanya menyampaikan kesimpulan secara lisan sehingga
siswa mudah lupa tentang materi yang telah dipelajari.13) Guru belum
memberikan balikan dan tindak lanjut pada siswa sehingga pembelajaran
kurang terealisasikan dengan baik.
Kegiatan siswa: 1) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru
walaupun di tengah pembelajaran konsentrasi siswa terhadap pelajaran
berkurang karena mengobrol dengan teman lain di luar materi pelajaran. 2)
Kemauan siswa untuk menerima pelajaran masih kurang terlihat. Siswa
masih belum begitu antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan
namun di sisi lain siswa nampak keingintahuannya terhadap materi
pelajaran yang dibahas. 3) Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
masih rendah. 4) Siswa sudah memanfaatkan media dengan baik sesuai
dengan kegunaannya. 5) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu
maupun kelompok masih kurang. 6) Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat masih rendah karena siswa masih terlihat malu-
malu. 7) Siswa sudah cukup mempunyai kemauan untuk berdiskusi
dengan teman kelompok walaupun harus mendapat banyak bimbingan dari
guru. 8) Kreatif dan inisiatif siswa masih kurang karena belum berani
mengungkapkan ide yang ia miliki. 9) Keaktifan untuk membuat
kesimpulan pelajaran sudah cukup baik. 10) Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran sudah cukup baik. 11) Siswa sungguh-sungguh dalam
mengerjakan lembar kerja anak.
d) Refleksi
Berdasarkan kumpulan data yang diperoleh dari kolaborasi dengan
guru kelas, peneliti memperoleh temuan bahwa sebagian besar siswa
belum mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru secara
optimal karena guru belum dapat menyampaikan informasi secara jelas.
Hal ini membuat kurangnya kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas.
Selain itu, masih ada beberapa siswa yang belum menunjukkan keaktifan
dalam bertanya. Mereka belum mempunyai keberanian untuk bartanya
atau mengungkapkan pendapatnya, kreatifitas dan inisiatif siswa masih
kurang karena mereka belum mampu mengembangkan ide yang dimiliki
mereka hanya asik dengan berbicara dengan temannya di luar materi
pelajaran.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka
peneliti mencari solusi dengan memberikan arahan kembali kepada siswa
tentang tahapan-tahapan kerja kelompok dengan model kooperatif tipe
jigsaw. Untuk kelancaran proses diskusi, peneliti juga memberikan
motivasi berupa penghargaan baik secara verbal maupun non verbal
kepada siswa agar mereka lebih berani lagi dalam menyampaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
pendapat. Berkaitan dengan hal tersebut maka peneliti mengadakan
tindakan untuk siklus berikutnya.
2. Tindakan siklus II
Tindakan siklus 2 dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari 120 menit yang dilaksanakan selama dua hari yaitu pada
tanggal 1 Juni 2012 dan 2 Juni 2012. Pada siklus II ini peneliti mengkaji
hasil renungan dari siklus I. Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan
dalam siklus II adalah sebagai berikut:
a). Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklu I telah diketahui
bahwa ada peningkatan pamahaman siswa terhadap materi pembelajaran
Berhitung tetapi belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan pada beberapa
siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran berhitung.
Perencanaan pada siklus yang kedua ini adalah dengan melakukan
identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah sebagai
berikut: 1) Guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran
dengan jelas dan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang
tahapan-tahapan kerja kelompok dengan model kooperatif tipe jigsaw, 2)
Memberikan motivasi kepada siswa misalnya dengan memberikan
penghargaan baik verbal maupun non verbal, 3) Guru memperbaiki
pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran yang menarik siswa.
Peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pengenalan
berhitung dengan kooperatif jigsaw sebagai berikut: 1) Merencanakan
pembelajaran dengan kooperatif tipe jigsaw untuk dua kali pertemuan
dengan indikator: membuat kumpulan benda lebih banyak dan lebih
sedikit, menghubungkan gambar dengan angka yang melambangkannya,
menggambar dengan tiga variasi warna, menyebutkan hasil pengurangan,
finger painting, dan menjahit berfariasi, 2) Menentukan pokok bahasan
dan memberikan informasi kepada siswa mengenai materi pelajaran yang
akan dibahas dengan tujuan agar siswa lebih mempersiapkan diri lagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dalam melakukan kegiatan pembelajaran, 3) Menyiapkan sumber belajar
dan media pembelajaran, 4) Mengembangkan format evaluasi, 5)
Mengembangkan format observasi pembelajaran.
b) Pelaksanaan Tindakan
(1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2012.
Pada pertemuan ini materi yang diajarkan mengambil tema Alam
Semesta, khususnya Bintang. Berikut ini dipaparkan kondisi riil yang
dialami selama proses belajar mengajar berlangsung.
Kegiatan Awal: a) Sebelum masuk kelas, siswa berbaris di
depan kelas untuk melaksanakan ikrar, setelah selesai siswa bersama-
sama menyanyikan lagu ”Bintang Kejora”, b) Setelah masuk kelas,
Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa, c) Selanjutnya
melakukan tanya jawab dengan siswa yang berkaitan dengan materi
yang akan di ajarkan yaitu tentang ciptaan Tuhan khususnya Bintang,
d) Guru mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan, e)
Selanjutnya guru memberikan apersepsi dengan mengkaitkan pada
pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
tema Alam Semesta khususnya tentang Bintang.
Kegiatan Inti: a) Sebelum pembelajaran dimulai, guru membagi
anak menjadi 3 kelompok ( disebut kelompok asal ), b) Anak yang
mendapat angka 1 berkumpul di meja 1, anak yang mendapat angka 2
berkumpul di meja 2, anak yang mendapat huruf 3 berkumpul di meja
3 ( di sebut kelompok ahli ), c) Setelah itu guru menjelaskan materi
yang harus di kerjakan oleh siswa, yaitu: di meja 1 (Kognitif) guru
menjelaskan tentang memberi tanda lebih banyak pada gambar bintang
yang banyak jumlahnya, dan tanda lebih sedikit pada gambar bintang
yang sedikit jumlahnya. Setelah memahaminya, anak diberi lembar
kerja anak sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya masing-
masing, dan menyampaikan penjelasan dari guru tadi kepada teman-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
teman satu kelompoknya (kembali ke kelompok asal), di meja 2 (Seni)
guru menjelaskan tentang gambar bintang dengan 3 warna yang
berbeda dengan media crayon. Setelah memahaminya, anak diberi
lembar kerja anak sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya
masing-masing, dan menyampaikan penjelasan dari guru tadi kepada
teman-teman satu kelompoknya (kembali ke kelompok asal), di meja 3
(Bahasa) guru menjelaskan tentang menghubungkan jumlah gambar
yang ada disebelah kiri dengan angka yang melambangkannya di
sebelah kanan dengan cara menarik garis. Setelah memahaminya, anak
diberi lembar kerja anak sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya
masing-masing, dan menyampaikan penjelasan dari guru tadi kepada
teman-teman satu kelompoknya (kembali ke kelompok asal), d)
Setelah kembali ke kelompoknya masing-masing (kelompok asal),
kemudian lembar kerja yang telah di berikan kepada masing-masing
anak dalam kelompok ahli dikerjakan bersama-sama dalam satu
kelompok. Apabila sudah selesai, lembarkerja di kumpulkan di meja
sesuai dengan angkanya.
Kegiatan Akhir: a) Guru mengulas kembali tentang kegiatan
dan materi yang telah di lakukan selama pembelajaran tadi, b)
Memamerkan hasil dari pekerjaan anak-anak di depan kelas, kelompok
mana yang paling bagus dan paling jelek. Bagi kelompok yang paling
jelek, guru harus memberi motifasi kepada anak agar tetap semangat.
Memberitahu dimana kesalahan anak dan membetulkan bagaimana
seharusnya. Bagi kelompok yang paling bagus, guru memberi tepuk
tangan diikuti oleh anak-anak yang lain dan memberi penghargaan
berupa bintang di tangan, c) Menyanyikan lagu ”Bintang Kejora”
bersama-sama, d) Berdoa sebelum pulang, salam.
Agar lebih jelas maka kondisi siklus II pertemuan pertama
dalam pembelajaran pengenalan berhitung dapat dilihat dari tabel 5
dan grafik 4 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 5. Data Nilai Berhitung Siswa Kelompok B2 TK Aisyiyah 56
Baron Pada Siklus 2 Pertemuan Pertama
No Kategori
Bidang Pengembangan
Kognitif Seni Bahasa
Anak % Anak % Anak %
1 Tuntas 18 81,82 18 81,82 18 81,82
2 Setengah Tuntas 2 9,09 2 9,09 2 9,09
3 Tidak Tuntas 2 9,09 2 9,09 2 9,09
Jumlah 22 100 22 100 22 100
Dari tabel nilai berhitung pada siswa kelompok B2 TK Aisyiyah
Baron pada siklus 2 pertemuan pertama melalui penerapan model
kooperatif jigsaw, dapat disajikan dalam bentuk grafik 4 sebagai berikut:
Grafik 4. Grafik nilai Pembelajaran Berhitung Kelompok B2 TK
Aisyiyah Baron Pada Siklus 2 Pertemuan Pertama
0
4
8
12
16
20
Kog. Seni Bhs.
o
v
o
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
(2) Pertemuan II
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2012.
Pada pertemuan ini materi yang diajarkan mengambil tema Alam
Semesta, khususnya Bulan. Berikut ini dipaparkan kondisi riil yang
dialami selama proses belajar mengajar berlangsung.
Kegiatan Awal: a) Sebelum masuk kelas, siswa berbaris di
depan kelas untuk melaksanakan ikrar, setelah selesai siswa bersama-
sama menyanyikan lagu ”Ambilkan Bulan”, b) Setelah masuk kelas,
Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa, c) Selanjutnya
melakukan tanya jawab dengan siswa yang berkaitan dengan materi
yang akan di ajarkan yaitu tentang ciptaan Tuhan khususnya Bulan, d)
Guru mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan, e)
Selanjutnya guru memberikan apersepsi dengan mengkaitkan pada
pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
tema Alam Semesta khususnya tentang Bintang.
Kegiatan Inti: a) Sebelum pembelajaran dimulai, guru membagi
anak menjadi 3 kelompok ( disebut kelompok asal ), b) Anak yang
mendapat angka 1 berkumpul di meja 1, anak yang mendapat angka 2
berkumpul di meja 2, anak yang mendapat huruf 3 berkumpul di meja
3 ( di sebut kelompok ahli ), c) Setelah itu guru menjelaskan materi
yang harus di kerjakan oleh siswa, yaitu: di meja 1 (Kognitif) guru
menjelaskan tentang menuliskan hasil pengurangan dari gambar bulan
pada kotak disebelah kanan dengan gambar bulan pada kotak disebelah
kiri. Setelah memahaminya, anak diberi lembar kerja anak sesuai
dengan jumlah anggota kelompoknya masing-masing, dan
menyampaikan penjelasan dari guru tadi kepada teman-teman satu
kelompoknya (kembali ke kelompok asal), di meja 2 (Seni) guru
menjelaskan tentang membuat gambar bulan dengan cara melukis
dengan jari (finger painting). Setelah memahaminya, anak diberi
lembar kerja anak sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya
masing-masing, dan menyampaikan penjelasan dari guru tadi kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
teman-teman satu kelompoknya (kembali ke kelompok asal), di meja 3
(Fisik Motorik) guru menjelaskan tentang menjahit berfariasi dengan
benang kenur, gambar yang dijahit adalah bentuk bulan yang memiliki
15 lubang. Benang kenur dimasukkan secara bergantian kedalam
lubang, dan diakhir lubang kemudian benang kenur tersebut ditali
menjadi satu. Setelah memahaminya, anak diberi lembar kerja anak
sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya masing-masing, dan
menyampaikan penjelasan dari guru tadi kepada teman-teman satu
kelompoknya (kembali ke kelompok asal), d) Setelah kembali ke
kelompoknya masing-masing (kelompok asal), kemudian lembar kerja
yang telah di berikan kepada masing-masing anak dalam kelompok
ahli dikerjakan bersama-sama dalam satu kelompok. Apabila sudah
selesai, lembarkerja di kumpulkan di meja sesuai dengan angkanya.
Kegiatan Akhir: a) Guru mengulas kembali tentang kegiatan
dan materi yang telah di lakukan selama pembelajaran tadi, b)
Memamerkan hasil dari pekerjaan anak-anak di depan kelas, kelompok
mana yang paling bagus dan paling jelek. Bagi kelompok yang paling
jelek, guru harus memberi motifasi kepada anak agar tetap semangat.
Memberitahu dimana kesalahan anak dan membetulkan bagaimana
seharusnya. Bagi kelompok yang paling bagus, guru memberi tepuk
tangan diikuti oleh anak-anak yang lain dan memberi penghargaan
berupa bintang di tangan, c) Menyanyikan lagu ”Ambilkan Bulan”
bersama-sama, d) Berdoa sebelum pulang, salam.
Agar lebih jelas maka kondisi siklus II pertemuan kedua dalam
pembelajaran pengenalan berhitung dapat dilihat dari tabel 6 dan
grafik 5 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 6. Data Nilai Berhitung Siswa Kelompok B2 TK Aisyiyah 56
BaronPada Siklus 2 Pertemuan Kedua
No Kategori
Bidang Pengembangan
Kognitif Seni Bahasa
Anak % Anak % Anak %
1 Tuntas 20 90,91 20 90,91 20 90,91
2 Setengah Tuntas 2 9,09 2 9,09 2 9,09
3 Tidak Tuntas 0 0 0 0 0 0
Jumlah 22 100 22 100 22 100
Dari tabel nilai berhitung pada siswa kelompok B2 TK Aisyiyah
Baron pada siklus 2 pertemuan kedua melalui penerapan model kooperatif
jigsaw, dapat disajikan dalam bentuk grafik 5 sebagai berikut:
Grafik 5. Grafik nilai Pembelajaran Berhitung Kelompok B2 TK
Aisyiyah Baron Pada Siklus 2 Pertemuan Kedua
0
4
8
12
16
20
Kog. Seni F.M
o
v
o
c) Observasi
Pada tahap ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap sikap,
perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung serta keterampilan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dalam pembelajaran berhitung dengan model pembelajaran kooperatif
metode jigsaw. Adapun data hasil observasi dalam siklus II menunjukkan
bahwa siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa sudah memiliki
motivasi dan keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya.
Observasi juga dilaksanakan pada aktivitas guru dalam proses
pembelajaran. Adapun data hasil observasi diperoleh hasil kinerja guru
sebagai berikut: 1) Guru sudah menyampaikan materi dengan jelas dan dapat
dipahami dengan baik oleh siswa sehingga siswa memahami langkah-
langkah atau tahapan pembelajaran yang harus dilalui, 2) Guru sudah
menggunakan berbagai sumber bahan untuk proses pembelajaran, 3) Guru
memanfaatkan waktu dengan cukup baik sesuai dengan rencana, 4) Guru
sudah melaksanakan interaksi dengan siswa melalui tanya jawab dan siswa
mulai termotivasi untuk mengungkapkan gagasannnya, 5) Guru telah
memberikan bimbingan dengan baik pada siswa secara individu maupun
kelompok secara menyeluruh sehingga kegiatan siswa terpantau dengan
baik, 6) Guru memberikan kesempatan untuk bertanya dan merespon
pendapat siswa, 7) Guru sudah memberikan pujian atau perayaan atas
keberhasilan siswa. Siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran, 8) Media yang digunakan oleh guru cukup baik karena sudah
sesuai dengan materi yang diajarkan, 9) Metode yang diterapkan guru sudah
cukup bervariasi sehingga dapat mengurangi tingkat kebosanan siswa, 10)
Guru cukup dapat mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang
kondusif. Siswa sudah aktif dalam mengikuti tahapan pembelajaran yang
dilaksanakan, 11) Guru telah memberikan lembar kerja anak sebagai alat
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai materi, 12)
Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat
kesimpulan atau rangkuman materi, 13) Guru sudah memberikan balikan
kepada siswa sebagai tindak lanjut pembelajaran sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
d) Refleksi
Sebagaimana yang dilakukan pada siklus I, pada siklus II juga
dilakukan diskusi yang mendalam terhadap derkripsi data yang dipaparkan
di atas. Pada lembar observasi aktivitas siswa terjadi perubahan keaktifan
yang cukup berarti. Pada siklus I siswa belum berani dan masih ragu-ragu
dalam menyampaikan gagasannya, namun pada siklus II siswa sudah
mempunyai keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya.
Demikian juga dalam mengerjakan tugas kelompok atau diskusi, secara
keseluruhan siswa sudah memperlihatkan aktivitas yang baik. Siswa juga
menunjukkan peningkatan dalam pemahaman terhadap berhitung.
Dengan mempertimbangkan temuan nyata selama proses
pembelajaran serta diskusi dengan observer dan siswa, maka peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan kooperatif jigsaw sangat
menyenangkan karena dapat memupuk keberanian siswa dalam
menyampaikan pendapat dan lebih memperkaya rasa tanggungjawab siswa
baik terhadap dirinya maupun orang lain. Selain hal tersebut, ditunjukkan
pula peningkatan terhadap kemampuan berhitung anak yang signifikan. Dari
fakta tersebut maka penelitian tindakan kelas ini dianggap cukup dan
diakhiri pada siklus II.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
Berdasarkan pengamatan dari analisis data yang ada, dapat dilihat adanya
peningkatan aktivitas dan pemahaman siswa Kelompok B2 TK Aisyiyah Baron
dalam pembelajaran Berhitung sebagai berikut:
1. Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Berhitung
Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah siswa lebih
aktif memperhatikan penjelasan dari guru, siswa lebih aktif dalam
mengerjakan tugas-tugas dari guru, keberanian siswa untuk bertanya dan
menyampaikan pendapat meningkat, siswa mulai dapat mengembangkan
keterampilan dalam melaksanakan diskusi, kreativitas dan inisiatif siswa
berkembang, dan siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
sehingga timbul kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran. Hal ini dapat
ditunjukkan dalam tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Lembar Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelompok B2 TK Aisyiyah
Baron Pada Pembelajaran Berhitung.
Sumber: Hasil observasi yang telah diolah
No
Kategori
Jumlah Persentase (%)
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
1 2 1 2 1 2 1 2
1 Baik/tinggi 4 15 18 20 18,18 68,18 81,81 90,91
2 Cukup/sedang 5 5 2 2 22,72 22,72 9,09 9,09
3 Kurang/rendah 13 2 2 - 59,09 9,09 9,09 -
Berdasarkan hasil olahan observasi dari pengamatan di sini dapat kita
lihat prosentase hasil aktivitas siswa dalam pembelajaran berhitung dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif jigsaw secara individual dan
kelompok, dari siklus I pertemuan pertama siswa yang aktif (kategori
baik/tinggi) dalam pembelajaran sebesar 18,18%, siswa yang berkategori
cukup atau sedang sebanyak 22,72% dan siswa yang kurang aktif atau tingkat
keaktifannya rendah adalah sebesar 18,18%. Dalam pertemuan yang kedua,
siswa yang aktif sebanyak 68,18% dan siswa yang dalam kategori cukup
sebesar 22,72% dan siswa yang kurang aktif atau tingkat keaktifannya rendah
adalah sebesar 9.09%. Pada siklus II pertemuan pertama 81,81% siswa aktif
mengikuti pembelajaran dan 9,09% siswa lainnya termasuk dalam kategori
cukup/sedang, dan siswa yang kurang aktif atau tingkat keaktifannya rendah
adalah sebesar 9,09%. Dalam pertemuan yang kedua 90,91% siswa aktif
mengikuti pembelajaran dan 9,09% siswa lainnya termasuk dalam kategori
cukup/sedang.
2. Hasil Proses Pembelajaran Matematika
Peningkatan hasil dari proses pembelajaran Matematika adalah siswa
lebih dapat memahami konsep sifat-sifat bangun ruang karena telah mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
setiap langkah atau tahapan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Hal ini
dapat ditunjukkan dalam deskripsi berikut ini:
a) Data Hasil Belajar Berhitung Kelompok B2 Sebelum dilaksanakan
Tindakan
Dari daftar nilai yang terlampir, dapat diketahui bahwa nilai
Berhitung sebelum dilaksanakan tindakan yaitu siswa yang memperoleh
kriteria ketuntasan yaitu bulat penuh sebanyak 4 siswa dari 22 siswa.
Siswa yang mendapat predikat setengah tuntas sebanyak 5 anak, dan yang
mendapat predikat tidak tuntas sebanyak 13 siswa. Berarti siswa yang
mendapat kriteria ketuntasan hanya 4 siswa atau 18,18%.
b) Data Hasil Belajar Berhitung Kelompok B2 Siklus I
Berdasarkan hasil tes pada siklus I selama dua kali pertemuan,
dapat diketahui nilai pembelajaran Berhitung seperti di bawah ini:
(1) Pada pertemuan pertama siswa yang memperoleh nilai ketuntasan
bulat penuh sebanyak 4 siswa dari 22 siswa, yang mendapat predikat
setengah tuntas sebanyak 5 siswa, dan yang mendapat predikat tidak
tuntas sebanyak 13 siswa. Dengan demikian prosentase ketuntasan
yang di peroleh adalah 18,81%.
(2) Pada pertemuan kedua siswa yang memperoleh nilai ketuntasan bulat
penuh sebanyak 15 siswa dari 22 siswa, yang mendapat predikat
setengah tuntas sebanyak 5 siswa, dan yang mendapat predikat tidak
tuntas sebanyak 2 siswa. Dengan demikian prosentase ketuntasan yang
di peroleh adalah 68,18%.
Prosentase ketuntasan pada belajar berhitung pada siswa kelompok
B2 pada pertemuan I dan pertemuan II siklus I adalah sebesar 68,18% atau
sebanyak 15 siswa.
c) Data Hasil Belajar Berhitung Kelompok B2 Silkus II
Berdasarkan hasil tes pada siklus II selama dua kali pertemuan,
dapat diketahui nilai pembelajaran Berhitung seperti di bawah ini:
(1) Pada pertemuan pertama siswa yang memperoleh nilai ketuntasan
bulat penuh sebanyak 18 siswa dari 22 siswa, yang mendapat predikat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
setengah tuntas sebanyak 2 siswa, dan yang mendapat predikat tidak
tuntas sebanyak 2 siswa. Dengan demikian prosentase ketuntasan yang
di peroleh adalah 81,82%.
(2) Pada pertemuan kedua siswa yang memperoleh nilai ketuntasan bulat
penuh sebanyak 20 siswa dari 22 siswa, dan yang mendapat predikat
setengah tuntas sebanyak 2 siswa. Dengan demikian prosentase
ketuntasan yang di peroleh adalah 90,91%
Prosentase ketuntasan pada belajar berhitung pada siswa kelompok
B2 pada pertemuan I dan pertemuan II siklus II adalah sebesar 90,91%
atau sebanyak 20 siswa.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian dari beberapa tabel di atas dapat diketahui
adanya peningkatan proses pembelajaran terutama pemahaman siswa terhadap
materi pada masing-masing siklus melalui penerapan model kooperatif metode
jigsaw. Peningkatan terlihat dari perhitungan rata-rata nilai belajar yang diperoleh
siswa pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan
tindakan siklus I dan silkus II yang masing-masimg siklusnya dilaksanakan dua
kali pertemuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 8 seperti berikut:
Tabel 8. Rata-rata nilai Berhitung Kelompok B2 TK Aisyiyah Baron
Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No Pembelajaran
Matematika
Sebelum
Tindakan
Sesudah Dilaksanakan
Tindakan
Siklus I Siklus II
1 Persentase 59,09% 68,18% 90,91%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang
mendapat predikat tuntas mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran pengenalan berhitungg yang dilaksanakan
oleh guru dapat dinyatakan berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Peningkatan prosentase berhitung melalui penerapan pembelajaran dengan
model kooperatif jigsaw dapat disajikan dalam grafik 6 sebagai berikut:
Grafik 6. Peningkatan prosentase berhitung melalui penerapan pembelajaran
dengan model kooperatif jigsaw Kelompok B2 TK Aisyiyah Baron Sebelum
Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
0
20
40
60
80
100
Pra S.1 S.2
Persentase
Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-
beda, antara lain: pada siklus I hambatan yang dijumpai adalah guru masih belum
dapat menyampaikan materi dengan jelas dan kurang dapat dipahami oleh siswa
karena terlalu cepat dalam menjelaskan, guru belum memberikan motivasi baik
pada individu maupun kelompok sehingga siswa masih belum barani dalam
menjawab pertanyaan atau mengungkapkan gagasannya dalam kelompok, dan
belum dapat mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif.
Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang
dilaksanakan di siklus II dalam upaya perbaikan adalah dengan memberikan
arahan kembali kepada siswa tentang tahapan-tahapan kerja kelompok dengan
model kooperatif tipe jigsaw secara tepat dan jelas, dan memberikan motivasi
berupa penghargaan baik secara verbal maupun non verbal kepada siswa agar
mereka lebih berani lagi dalam menyampaikan pendapat. Pembelajaran pada
siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan pemahaman terhadap pembelajaran berhitung pada Kelompok B2
TK Aisyiyah Baron yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
metode jigsaw. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan model kooperatif
metode jigsaw dapat merangsang keberanian siswa untuk bertanya dan
menyampaikan gagasan serta aktif mengembangkan kreativitas dan inisiatifnya.
Dalam hal tersebut siswa juga dituntut untuk lebih bertanggungjawab bukan
hanya pada dirinya sendiri tetapi juga kepada orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus tersebut di atas, ternyata hipotesis yang di rumuskan telah terbukti
kebenarannya. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dapat meningkatkan pengenalan berhitung pada siswa kelompok B2 di TK
Aisyiyah Baron tahun ajaran 2011/2012. Hal ini terbukti pada kondisi awal
sebelum dilaksanakan tindakan siswa yang nilainya belum dapat memenuhi
kriteria ketuntasan yaitu mendapat simbol bulat penuh sebanyak 13 anak dari 22
anak dengan prosentase ketuntasan sebesar 59,09%, siklus I anak yang mendapat
simbol bulat penuh meningkat sebanyak 15 anak dengan prosensate ketuntasan
sebesar 68,18%, dan siklus II anak yang mendapat simbol bulat penuh meningkat
menjadi 20 anak dengan prosensate ketuntasan sebesar 90%. Dengan demikian
penerapan pembelajaran Model kooperatif metode jigsaw dapat dilaksanakan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pengenalan berhitung pada kelompok
B2 TK Aisyiyah Baron.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti model kooperatif metode
jigsaw dapat meningkatkan pengenalan berhitung pada siswa. Sehubungan dengan
penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan model kooperatif metode jigsaw dapat meningkatkan pengenalan
berhitung pada siswa, hal itu dapat ditinjau dari hal seperti di bawah ini:
a. Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih model
pembelajaran yang tepat agar siswa mampu menguasai konsep-konsep
dalam pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif metode jigsaw dapat meningkatkan pengenalan
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
berhitung pada anak kelompok B2 TK Aisyiyah Baron karena
pembelajaran ini melibatkan relasi antara guru dengan siswa serta siswa
dengan siswa, siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapatnya
dalam kelompok.
b. Di dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi pada siswa juga sangat
penting. Motivasi diberikan agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga
siswa mempunyai keinginan untuk berpikir, memusatkan perhatian, dan
melaksanakan kegiatan yang menunjang dalam proses pembelajaran.
Motivasi dapat ditanamkan pada diri siswa dengan memberikan lembar
kerja anak, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses
pembelajaran dan memberikan penghargaan terhadap keberhasilan siswa
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pentingnya menerapkan
model pembelajaran yang bervariasi dan inovatif, salah satunya adalah
model kooperatif metode jigsaw yang terbukti dapat menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan sehingga terjalin hubungan yang hangat dan
bersahabat antara siswa dengan guru.
c. Prosentase pemahaman siswa tentang berhitung, sikap serta keterampilan
siswa meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan keberanian siswa
dalam mengungkapkan pendapatnya dalam kelompok, interaksi dengan
guru maupun siswa lain, kemauan kerjasama kelompok meningkat,
mampu mendemonstrasikan hasil diskusi dengan baik, inisiatif dan
kreativitas meningkat serta mampu menyelesaikan soal dengan baik.
Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang meningkat, kondisi
kelas menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya kemampuan berhitung
pada siswa kelompok B2 TK Aisyiyah Baron Meningkat.
d. Penerapan pembelajaran kooperatif metode jigsaw secara tepat sehingga
kemampuan anak dalam berhitung meningkat.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan
strategi dan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai
oleh siswa.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab IV di atas, maka penelitian ini dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada
umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi
dalam pembelajaran matematika melalui model kooperatif metode jigsaw
harus diatasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu keaktifan, kreativitas,
motivasi dan kemampuan sangat mendukung keberhasilan pembelajaran
khususnya pengenalan berhitung.
C. Saran
Sesuai dengan saran dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa
saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya di TK Aisyiyah Baron mengupayakan pelatihan bagi guru
untuk dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai sesuai dengan harapan.
2. Bagi Guru
a. Sebaiknya guru di TK Aisyiyah Baron meningkatkan kompetensi
keprofesionalannya dengan merancang proses pembelajaran yang kreatif
dan inovatif sehingga siswa menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan
menjadi lebih kondusif dan bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah
bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang
pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi
pelajaran.
b. Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap penerapan model
kooperati metode jigsaw pada pembelajaran yang dilaksanakan di TK
Aisyiyah Baron.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
3. Bagi Siswa
Siswa di TK Aisyiyah Baron harus lebih mengembangkan inisiatif,
kreativitas, keaktifan, motivasi belajar dan mengembangkan keberanian
menyampaikan gagasan dalam proses pembelajaran untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan prestasi belajar.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya
lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan
dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw guna melengkapi kekurangan
yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan pemahaman
konsep siswa yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil
yang lebih baik.