perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id peranan baitul...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) BINA INSAN MANDIRI (BIM)
DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK USAHA KECIL MENENGAH
DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2009
SKRIPSI
Oleh :
ROHMATUL AZIIZAH
K7404025
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SURAKARTA
2010
PERANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) BINA INSAN MANDIRI (BIM)
DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK USAHA KECIL MENENGAH
DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2009
Oleh :
ROHMATUL AZIIZAH
NIM K7404025
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 27 Januari 2011
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sukirman, M.M Laili Faiza Ulfa, SE.M.M
NIP. 19500617 198203 1 001 NIP. 19780803 200312 2 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Kamis
Tanggal : 27 Januari 2011
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd
Sekretaris : Jaryanto, S.Pd., M.Si.
Anggota I : Drs. Sukirman, M.M
Anggota II : Laily Faiza Ulfa, S.E, M.M
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
Skripsi ini telah direvisi sesuai dengan arahan dari Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd .....................
Sekretaris : Jaryanto, S.Pd., M.Si ........................
Anggota I : Drs. Sukirman, M.M ......................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Anggota II : Laili Faiza Ulfa, SE, M.M ........................
ABSTRAK
Rohmatul Aziizah, K7404025. PERANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL
(BMT) BINA INSAN MANDIRI (BIM) DALAM PEMBIAYAAN
MUDHARABAH UNTUK USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DI
KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN
2009. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2010.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui latar belakang BMT Bina
Insan Mandiri dalam mengadakan pembiayaan mudharabah, (2) Untuk mengetahui
prosedur permohonan pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan di BMT Bina
Insan Mandiri, (3) Untuk mengetahui peranan pemberian pembiayaan mudharabah di
BMT Bina Insan Mandiri terhadap tingkat perkembangan usaha kecil menengah
(UKM) di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar tahun 2009, (4) Untuk
mengetahui hambatan yang dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri dalam proses
penyaluran pembiayaan mudharabah kepada pengusaha kecil di Kecamatan
Gondangrejo serta solusi menangani tersebut.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling (sampel bertujuan) dan snowball sampling, yaitu sampel yang
diambil tidak ditentukan oleh besarnya sampel melainkan lebih ditekankan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pemahaman sampel pada permasalahan yang diteliti dan peneliti dapat
mengumpulkan data tanpa rencana, semakin lama semakin menemukan informan
yang paling mengetahui informasi pada akhirnya akan menggali informasi secara
lengkap dan mendalam. Sampel penelitian adalah sejumlah data tertentu sampai dapat
memberikan keterangan dalam pengambilan kesimpulan penelitian.Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah trianggulasi data. Teknik analisis data yang
digunakan adalah model analisis interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, (1) latar belakang
BMT Bina Insan Mandiri (BIM) dalam mengadakan pembiayaan mudharabah
kepada pengusaha kecil menengah adalah sesuai dengan misi BMT Bina Insan
Mandiri (BIM) sebagai lembaga keuangan mikro syari‟ah yang membantu dan
mendorong kemaslahatan usaha kecil menengah dengan memberikan pembiayaan
sesuai prinsip-prinsip syariah yang bebas dari riba. (2) prosedur permohonan
pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan di BMT Bina Insan Mandiri (BIM)
meliputi: Solitisasi, analisis, penyerahan jaminan, persetujuan pembiayaan, perjanjian
dan akad, pencairan pembiayaan, perhitungan bagi hasil, pembayaran angsuran, dan
monitoring. (3) Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
mudharabah yang diberikan oleh BMT Bina Insan Mandiri (BIM) dapat
meningkatkan perkembangan usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo
dilihat dari semakin bertambahnya nasabah pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri
(BIM) selain itu juga dapat dilihat dari semakin meningkatnya
pendapatan usaha kecil menengah yang mendapat pembiayaan dari BMT Bina Insan
Mandiri (BIM). (4) Hambatan yang dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri (BIM)
dalam penyaluran pembiayaan mudharabah kepada usaha kecil menengah di
Kecamatan Gondangrejo yaitu: minimnya pengetahuan masyarakat tentang system
bagi hasil yang sesuai syariah. Untuk mengatasi hambatan tersebut pihak BMT Bina
Insan Mandiri (BIM) membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasi mengenai
perbankan syariah. Kejujuran nasabah dalam melaporkan laporan keuangan kepada
BMT Bina Insan Mandiri. Untuk mengatasi hambatan tersebut pihak BMT berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mendatangi nasabah pembiayaan secara terjadwal untuk mengetahui keadaan usaha
yang sesungguhnya. Tidak adanya laporan keuangan dari nasabah yang tersusun rapi
dan jelas. Untuk mengatasi hal ini maka pihak BMT Bina Insan Mandiri (BIM)
meminta para nasabah untuk menyusun laporan keuangannya setiap periode.
Penyimpangan dana oleh nasabah. Untuk mengatasi hal ini dengan meminimalisir
pengeluaran dana pembiayaan untuk konsumsi rumah tangga. Beberapa nasabah
merantau ke luar Jawa. Untuk mengatasi hal tersebut BMT Bina Insan Mandiri (BIM)
membuat perjanjian yang sah dan kuat secara hukum dengan nasabah pembiayaan.
Pembayaran angsuran yang kurang lancar. Untuk mengatasi hambatan-hambatan
tersebut pihak BMT Bina Insan Mandiri (BIM) memberlakukan sanksi berupa denda
keterlambatan bagi nasabah yaitu sebesar 3% apabila nasabah terlambat membayar
angsuran minimal 5 hari setelah jatuh tempo.
MOTTO
... Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah urusan yang lain dengan
sungguh- sungguh. Dan hanya pada Tuhanmu-lah hendaknya kamu
berharap.
(Qs. Al-Insyirah, 5-8)
Keimanan yang paling utama adalah kesabaran dan sikap lapang dada.
( Al-Hadits)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hidup adalah proses belajar. Belajar untuk selalu menjadi lebih baik
bukan menjadi sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang, cinta
kasih dan terima kasih penulis kepada :
Suamiku tercinta Abu Umar Saifullah dan permata hatiku
Muhammad Umar Saifullah yang selalu memberikan do‟a, cinta
dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan lancar.
Umi, umi, umi dan Abi yang telah memberikan do‟a restu dan
dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan lancar.
Bapak Jiman dan Ibu Surati yang telah memberikan dukungan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.
Adik-adik ku yang manis Anis, Hanif, Sofi, gapailah cita-cita mu
setinggi langit.
Keluarga besar di Kragan, Matesih, dan Batang.
Almamater UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat,hidayah, dan kemudahan dari-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan
dengan baik oleh penulis untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini dapat diatasi dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
atas segala bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.
4. Muhtar, Spd. Msi., selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan
dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Sukirman, M.M., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan, dorongan, semangat, dengan bijaksana sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan lancar..
6. Laili Faiza Ulfa, SE.,M.M., selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dengan baik selama penyusunan skripsi ini.
7. Bapak & ibu dosen pendidikan Akuntansi yang telah memberikan ilmunya selama
menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
8. Staf karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah membantu kelancaran dalam urusan administrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9. Mulyoto, Amd., selaku Manajer Umum BMT Bina Insan Mandiri (BIM)
Gondangrejo Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian di BMT Bina
Insan Mandiri dan telah membantu kelancaran penelitian penulis.
10. Seluruh staf karyawan BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo Karanganyar yang
telah membantu kelancaran penulis selama mengadakan penelitian di BMT Bina
Insan Mandiri Gondangrejo Karanganyar.
11. Para pengusaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo yang telah bersedia
memberikan informasi kepada penulis.
12. Suamiku tercinta dan permata hatiku, kalian adalah anugerah terindah dari Allah
untukku. Senyuman dan cinta dari kalian yang memberi kekuatan bagiku.
13. Umi & Abi atas doa yang tak henti mengalir dan semangat yang tak pernah
padam, karya kecil ini sebagian dari wujud baktiku kepada kalian berdua.
14. Bapak & ibu atas dukungan dan bantuannya mengasuh si kecil selama penulis
menyelesaikan kuliah.
15. Keluarga besar di Batang, Matesih, dan Kauman yang selalu mendoakan penulis,
“kupenuhi janjiku pada kalian”.
16. Teman-teman yang selalu memberikan dorongan, „My Best Prend‟ Ukh Ipuk &
Dek Atong, teman-teman kos Inabah, terutama kamar 11 Dek Asih (terimakasih
sudah jadi basecamp ku).
17. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Surakarta, 05 Desember 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO..................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... ix
KATA PENGANTAR.................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Perumusan Masalah..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................... 8
A. Tinjauan Pustaka.......................................................................... 8
1. Bank Islam............................................................................. 9
a. Sejarah Perbankan Syariah................................................ 9
b. Pengertian Bank Islam...................................................... 12
c. Peranan Bank Islam........................................................... 12
d. Alasan Adanya Bank Syariah........................................... 14
e. Dasar Falsafah Bank Syariah............................................ 16
f. Ciri-ciri Bank Syariah....................................................... 19
g. Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil......................... 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Koperasi Jasa Keuangan Syariah.......................................... 26
a. Sejarah Koperasi Jasa Keuangan Syariah di Indonesia... 26
b. Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syariah................... 26
c. Badan Hukum dan Struktur Organisasi BMT.................. 29
d. Tujuan dan Ciri-ciri BMT................................................ 32
e. Produk-produk BMT........................................................ 34
f. Peranan dan Prinsip BMT................................................ 37
3. Perjanjian dan Akad.......................`....................................... 41
a. Perjanjian......................................................................... 41
b. Akad................................................................................ 42
4. Pembiayaan Al-Mudharabah................................................ 43
a. Pengertian Al-Mudharabah............................................. 43
b. Rukun Al-Mudharabah.................................................... 44
c. Landasan Syariah............................................................. 45
d. Jenis-jenis Al-Mudharabah.............................................. 48
e. Manfaat dan Resiko Al-Mudharabah............................... 48
5. Kredit..................................................................................... 49
a. Pengertian Kredit............................................................. 49
b. Tujuan dan Fungsi Kredit................................................ 50
c. Jenis-jenis Kredit............................................................. 52
6. Usaha Kecil Menengah.......................................................... 55
a. Pengertian Usaha Kecil Menengah.................................. 55
b. Karakteristik Usaha Kecil Menengah.............................. 56
c. Modal Usaha Kecil Menengah......................................... 58
d. Keunggulan dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah...... 58
e. Hambatan Perkembangan Usaha Kecil Menengah.......... 59
B. Hasil Penelitian Yang Relevan.................................................... 60
C. Kerangka Pemikiran.................................................................... 62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 65
1. Tempat Penelitian.................................................................. 65
2. Waktu Penelitian.................................................................... 65
B. Bentuk dan Strategi Penelitian..................................................... 66
1. Bentuk Penelitian................................................................... 66
2. Strategi Penelitian.................................................................. 68
C. Sumber Data................................................................................. 68
1. Informan................................................................................. 69
2. Arsip dan Dokumen............................................................... 70
3. Observasi................................................................................ 70
4. Foto........................................................................................ 70
5. Kepustakaan........................................................................... 71
D. Teknik Sampling.......................................................................... 71
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 73
1. Wawancara............................................................................. 73
2. Observasi................................................................................ 75
3. Dokumentasi.......................................................................... 76
4. Foto........................................................................................ 77
F. Validitas Data............................................................................... 77
G. Teknik Analisis Data.................................................................... 78
H. Prosedur Penelitian...................................................................... 81
BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................................... 83
A. Deskripsi Lokasi Penelitian......................................................... 83
1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Bina Insan Mandiri. 83
a. Identitas Kelembagaan..................................................... 83
b. Sejarah Berdirinya BMT Bina Insan Mandiri.................. 84
c. Visi dan Misi BMT Bina Insan Mandiri.......................... 85
d. Ciri-ciri BMT Bina Insan Mandiri................................... 85
e. Tujuan BMT Bina Insan Mandiri................................... 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Struktur BMT Bina Insan Mandiri.................................. 86
g. Tugas Masing-masing Bagian.......................................... 88
2. Keanggotaan BMT Bina Insan Mandiri................................. 92
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian.............................................. 93
1. Latar Belakang BMT Bina Insan Mandiri
dalam Memberikan Produk Pembiayaan Mudharabah......... 93
2. Prosedur Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan Mudharabah
kepada Nasabah BMT Bina Insan Mandiri............................ 96
a. Produk-produk Usaha BMT Bina Insan Mandiri............. 96
b. Prosedur Pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri......... 100
3. Peranan BMT Bina Insan Mandiri (BIM)
Terhadap Tingkat Perkembangan Usaha Kecil Menengah
di Kecamatan Gondangrejo.................................................... 111
4. Hambatan-hambatan yang Dihadapi oleh
BMT Bina Insan Mandiri dalam Proses Penyaluran
Pembiayaan Mudharabah serta Solusinya............................. 116
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori.............. 120
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN...................................... 129
A. Kesimpulan.................................................................................. 129
B. Implikasi...................................................................................... 134
1. Implikasi Teoritis................................................................... 134
2. Implikasi Praktis.................................................................... 135
C. Saran............................................................................................. 135
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 137
LAMPIRAN..................................................................................................... 139
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil 25
Tabel 2. Produk-produk Perbankan Syariah 37
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian 66
Tabel 4. Jenis-jenis Simpanan BMT Bina Insan Mandiri 98
Tabel 5. Peningkatan Modal Usaha Kecil Menengah 113
Tabel 6. Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil Menengah 114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Evaluasi Kegiatan Perbankan Dalam Masyarakat Islam 11
Gambar 2. Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK 31
Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran 64
Gambar 4. Skema Model Analisis Data Interaktif 80
Gambar 5. Prosedur Penelitian 82
Gambar 6. Struktur Organisasi BMT Bina Insan Mandiri 87
Gambar 7. Prosedur Pembiayaan BMT Bina Insan Mandiri 104
Gambar 8. Grafik Perkembangan Usaha Kecil Menengah yang Mendapat
Pembiayaan Mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri 115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perbankan Islam merupakan fenomena yang sangat menarik
bagi kalangan akademisi maupun praktisi dalam 20 tahun terakhir. IMF juga telah
melakukan kajian-kajian atas praktek perbankan Islam sebagai salah satu
alternatif sistem keuangan Internasional yang memberikan peluang sebagai
upaya penyempurnaan sistem keuangan Internasional yang belakangan dirasakan
banyak sekali mengalami goncangan dan ketidakstabilan yang menyebabkan
krisis dan keterpurukan ekonomi akibat lebih dominannya sektor finansial
dibanding sektor riil dalam hubungan perekonomian dunia.
Perkembangan perbankan dengan menggunakan prinsip syari'ah atau lebih
dikenal dengan nama bank syari'ah di Indonesia bukan merupakan hal yang asing
lagi. Mulai awal tahun 1990 telah terealisasi ide tentang adanya bank Islam di
Indonesia, yang merupakan bentuk penolakan terhadap sistem bunga bank atau
dalam Islam dikenal dengan sistem riba. Apalagi dengan dikeluarkannya fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengenai haramnya bunga bank, maka banyak
masyarakat yang mengalihkan perhatiannya untuk menabung maupun meminjam
di bank syari‟ah, dan meninggalkan bank konvensional. Keputusan masyarakat ini
didasarkan karena adanya sistem yang tidak sesuai syariat Islam yaitu sistem riba
yang diterapkan oleh bank–bank konvensional yang pada dasarnya merugikan para
nasabah, terutama para peminjam dengan adanya pembebanan suku bunga bank
yang tinggi saat pengembalian pinjaman yang sebenarnya memberatkan nasabah
peminjam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam perkembangannya, nasabah bank–bank syari‟ah tidak hanya berasal
dari kalangan umat Islam saja, tetapi umat agama selain Islam pun mulai ikut
menginvestasikan dananya ke bank–bank syariah. Elyn menyatakan sebagaimana
telah dikutip oleh Edy Wibowo dan Untung Hendy (89: 2005) “Nasabah bank
syari‟ah tidak hanya eksklusif masyarakat beragama Islam saja. Namun, juga
mereka yang beragama lain”. Achmad Baraba (2009: 8) dalam jurnal
penelitiannya menyatakan bahwa “Sampai saat ini jumlah lembaga-lembaga
keuangan Islam diseluruh dunia telah mendekati jumlah 200 lembaga
keuangan syariah (LKS), tersebar baik dinegara berpenduduk muslim
maupun dinegara barat seperti di Inggris, Swiss, Denmark, Perancis dan lain-
lain, juga di Amerika dan Australia dalam bentuk koperasi-koperasi”.
Antusiasme masyarakat terhadap lembaga-lembaga jasa keuangan syari‟ah
semakin meningkat dari tahun ketahun, hal ini dikarenakan bank syari'ah dalam
kegiatan operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga seperti yang diterapkan
di bank-bank konvensional, tetapi dalam kegiatan operasionalnya bank syari‟ah
menerapkan sistem anti riba, yaitu tidak menggunakan adanya bunga melainkan
sistem profit sharing and loss sharing atau bagi hasil. Sistem bagi hasil yang
dilaksanakan oleh bank syari‟ah dirasakan lebih adil dan jujur dibandingkan
dengan sistem bunga di bank konvensional.
Minat masyarakat terhadap lembaga–lembaga keuangan syari‟ah ini,
disambut baik oleh berbagai pihak dengan mendirikan berbagai lembaga keuangan
syari‟ah baik yang berskala makro seperti Bank Syariah Mandiri, Bank Rakyat
Indonesia Syariah maupun BNI Syariah, juga yang berskala mikro seperti
Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Pemerintah juga menyambut baik, hal ini
dibuktikan dengan keluarnya undang – undang khusus yang mengatur perbankan
syari‟ah di Indonesia yaitu UU RI No 10 tahun 1998 tentang undang –undang
perbankan syari‟ah sebagai perubahan dari UU No.7 tahun 1992 tentang
perbankan. Dengan keluarnya undang –undang ini semakin mendorong berdirinya
bank–bank syariah dan juga koperasi jasa keuangan syari'ah di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Salah satu lembaga keuangan syari‟ah yang diminati oleh masyarakat adalah
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). BMT berdiri dengan latar belakang adanya
kenyataan bahwa lembaga keuangan syari‟ah Indonesia yang ada saat ini belum
dapat diakses masyarakat secara luas. BMT merupakan lembaga keuangan mikro
syariah berbentuk koperasi. Saat ini perkembangan BMT selalu meningkat dari
tahun ketahun. Menurut Asosiasi BMT se Indonesia (Absindo, 2008) pada tahun
2002-2004 jumlah BMT ada 879. Tahun 2005-2006 meningkat menjadi 4200
BMT, tahun 2007-2009 mengalami peningkatan yang signifikan menjadi sekitar
8800 BMT.
Peningkatan jumlah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) ini tidak terlepas dari
adanya kepercayaan masyarakat terhadap sistem pembiayaan yang dijalankan oleh
BMT dan juga produk – produk jasa yang ditawarkan oleh BMT. Selain itu, BMT
lebih fleksibel dalam menjangkau masyarakat kalangan bawah menengah, yaitu
lembaga ekonomi rakyat kecil. Produk yang dimiliki oleh Baitul Maal Wa Tamwil
(BMT) merupakan sarana dalam menjalankan tujuannya, yaitu tujuan di bidang
bisnis dan juga tujuan di bidang sosial. Produk yang ditawarkan di bidang bisnis
tersebut misalkan simpanan dan pembiayaan, selain kedua produk tersebut BMT
juga memiliki produk yang berfungsi dalam bidang sosial, yaitu zakat, infak,
sodaqoh dan wakaf.
Pembiayaan yang diterapkan dalam suatu Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
berdasarkan pada dua prinsip utama yang pertama prinsip syariah yaitu dengan
sistem bagi hasil (profit sharing) dan juga berbasis pada prinsip kebebasan. Zainul
Arifin (2000: 29) menyatakan bahwa “Meskipun mekanisme bagi hasil saat ini
telah menjadi metode unggulan bagi perbankan syariah, namun perlu ditegaskan
bahwa posisi syariah juga berbasis pada prinsip kebebasan berkontrak adalah
fleksibel”. Hal utama yang membedakan antara BMT dengan bank konvensional
adalah cara menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat, yaitu
harus sesuai dengan prinsip- prinsip syariah. Skema produk Koperasi Jasa
Keuangan Syariah merujuk pada dua kategori kegiatan ekonomi yaitu produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan distribusi. Kegiatan pertama dilaksanakan dengan sistem profit sharing
(mudharabah), sedangkan kegiatan distribusi pemanfaatan hasil–hasil produk
dilakukan melalui sistem jual beli (murabahah) dan juga sewa menyewa (ijarah).
Produk Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang dapat digunakan oleh
pengusaha kecil adalah mudharabah, yaitu BMT memberikan dana 100% untuk
kepentingan pengusaha kecil dalam menjalankan usaha atau proyek. Sedangkan
pengusaha memberikan modalnya yaitu berupa tenaga serta keahliannya dalam
menjalankan usaha, laba usaha yang diperoleh akan dibagi berdasarkan rasio atau
nisbah sesuai dengan perjanjian. Sedangkan apabila usaha mengalami kerugian
yang timbul akibat dari hal-hal yang bukan karena kelalaian atau penyelewengan
pengusaha, akan ditanggung oleh Koperasi Jasa Keuangan Syari‟ah, tetapi apabila
kerugian disebabkan oleh kelalaian pengusaha, akan ditanggung oleh pengusaha
sendiri. Dengan pinjaman mudharabah ini, pengusaha kecil tidak disusahkan
dengan bunga dari pinjaman tersebut, karena dalam sistem pembiayaan ini,
diterapkan sistem bagi hasil yaitu pengusaha kecil berkonsentrasi menjalankan
usahanya, supaya tetap berjalan lancar dan laba terus meningkat, sedangkan BMT
akan menerima bagian dari hasil usaha yang dijalankan oleh pengusaha sesuai
dengan perjanjian.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan peneliti diatas,
dan dengan melihat berbagai anggapan masyarakat yang timbul terhadap
pemahaman perbankan syari'ah, dimana dalam hal ini lebih khususnya pada
perihal pembiayaan mudharabah, maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam
tentang peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha kecil
menengah (UKM) di kecamatan Gondangrejo. BMT Bina Insan Mandiri (BIM)
merupakan salah satu lembaga keuangan syari'ah yang menawarkan pembiayaan
mudharabah tersebut. Untuk lebih mendalami pembiayaan mudharabah di BMT
Bina Insan Mandiri di Gondangrejo tahun 2009, maka peneliti ingin melakukan
penelitian ini dengan judul:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) BINA INSAN
MANDIRI (BIM) DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK
USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DI KECAMATAN
GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah yang menjadi latar belakang bagi BMT Bina Insan Mandiri dalam
mengadakan pembiayaan mudharabah?
2. Bagaimana tata cara/prosedur permohonan pembiayaan mudharabah yang
dilaksanakan di BMT Bina Insan Mandiri ?
3. Bagaimana peranan pembiayaan mudharabah di BMT Bina Insan Mandiri
terhadap perkembangan usaha kecil menengah (UKM) di kecamatan
Gondangrejo tahun 2008?
4. Hambatan –hambatan apa saja yang dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri
dalam proses penyaluran pembiayaan mudharabah kepada pengusaha kecil di
Kecamatan Gondangrejo serta solusi apa saja untuk mengatasi hal tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Menurut Lexy J.Moleong ( 2002:62 ) “Tujuan penelitian adalah
memecahkan masalah”. Maka secara umum tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui latar belakang BMT Bina Insan Mandiri dalam mengadakan
pembiayaan mudharabah.
2. Untuk mengetahui tata cara/prosedur permohonan pembiayaan mudharabah
yang dilaksanakan di BMT Bina Insan Mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Untuk mengetahui peranan pemberian pembiayaan mudharabah di BMT Bina
Insan Mandiri terhadap tingkat perkembangan usaha kecil menengah (UKM) di
Kecamatan Gondangrejo.
4. Untuk mengetahui hambatan –hambatan apa saja yang dihadapi oleh BMT Bina
Insan Mandiri dalam proses penyaluran pembiayaan mudharabah kepada
pengusaha kecil di Kecamatan Gondangrejo serta untuk mengetahui solusi
menangani hal tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis merupakan manfaat yang berhubungan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan secara konsep maupun teori. Manfaat yang ingin
diperoleh dalam penelitian ini adalah :
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
tentang akuntansi perbankan syariah.
b. Untuk lebih mendukung teori –teori yang sudah ada sehubungan dengan
masalah pembiayaan mudharabah.
2. Manfaat Praktis
Selain manfaat secara teoritis, penelitian ini juga diharapkan memberikan
manfaat secara praktis, yaitu manfaat yang berkaitan dengan pihak –pihak yang
terkait. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Koperasi Jasa Keuangan Syariah Bina Insan Mandiri
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
mengenai peranan pembiayaan mudharabah.
b. Bagi pihak lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk praktisi lain yang berkeinginan
memperdalam pengetahuan di bidang akuntansi syariah.
c. Bagi peneliti
Dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat menambah pengetahuan
mengenai pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan oleh Koperasi Jasa
Keuangan Syariah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Untuk memberikan gambaran dasar teoritis yang digunakan dalam
pembentukan kerangka pemikiran, maka peneliti mengajukan beberapa teori yang
relevan dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Marx dan
Goodson dalam Lexy J. Moleong (2000: 35) menyatakan bahwa :
Teori ialah aturan yang menjelaskan proporsi atau seperangkat proporsi yang
berkaitan dengan fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik
dari (1) hubungan-hubungan yang dapat diamati diantara kejadian-kejadian
(yang diukur), (2) mekanisme atau struktur yang diduga mendasari
hubungan-hubungan demikian, dan (3) hubungan-hubungan yang
disimpulkan serta mekanisme dasar yang dimaksudkan untuk data dan yang
diamati tanpa adanya manifestasi hubungan empiris apapun secara langsung.
Sedangkan Snelbecker (1974) dalam Lexy J. Moleong (2000: 34)
menjelaskan bahwa “Teori sebagai seperangkat proporsi yang terintegrasi secara
sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara
logis satu dengan yang lainnya dengan data dasar yang dapat diamati”.
Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa teori adalah seperangkat aturan untuk menerangkan proporsi
yang berkaitan dengan fenomena-fenomena yang terjadi yaitu kejadian yang ada
dapat dihubungkan secara logis dengan data dasar yang diamati.
Dalam penelitian ini teori-teori relevan yang peneliti gunakan adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Bank Islam
a. Sejarah Perbankan Syariah
Asal mula terjadinya praktek syariah adalah dimulai semenjak Allah SWT
mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rosul ke dunia, dengan membawa
syariat bagi ummat Islam. Berikut ini akan diterangkan uraian mengenai
berdirinya perbankan syariah.
1) Praktek Perbankan di Zaman Nabi SAW dan Sahabat
Pada zaman Rosulullah Muhammad SAW, praktek-praktek seperti
menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan bisnis dan
konsumsi, serta melakukan pengiriman uang telah lazim digunakan.
Dengan demikian, fungsi –fungsi utama perbankan modern yaitu menerima
deposito, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi
kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak
zaman Rosulullah SAW. Adiwarman Karim (2004: 19) menyatakan,
“Fungsi-fungsi bank sudah dipraktikan oleh para sahabat di zaman Nabi
SAW : Menerima simpanan uang, memberikan pembiayaan, dan jasa
transfer uang. Fungsi ini biasanya hanya dilakukan satu orang”.
2) Praktek Perbankan di Zaman Bani Ummayah dan Abbasiyah
Pada zaman Bani Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan dilakukan oleh satu
individu. Perbankan mulai berkembang pesat ketika beredar banyak jenis
mata uang pada zaman itu sehingga perlu keahlian khusus untuk
membedakan satu mata uang dengan mata uang yang lain. Hal ini
diperlukan karena setiap jenis mata uang mempunyai kandungan logam
mulia yang berlainan sehingga mempunyai nilai yang berbeda pula. Orang
yang mempunyai keahlian khusus tersebut disebut naqid, sarraf, dan Jihbiz.
Ini merupakan cikal bakal pertukaran uang (money changer). Menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adiwarman Karim (2004: 20) “Persamaan antara jihbiz dan bank adalah
sama-sama melakukan fungsi-fungsi berikut ini : to accept deposits, to
channel financing, to transfer money. Perbedaan : Jihbiz dilakukan oleh
individu, sedangkan bank di kelola individu”. Kemajuan praktek perbankan
di zaman ini ditandai dengan adanya saq (cek) yang beredar luas sebagai
media pembayaran. Dalam hal ini uang dapat di transfer dari satu negara ke
negara lainnya tanpa memindahkan secara fisik uang tersebut. Dalam
sejarah perbankan Islam, Sayf Al-Dawlan Al-Hamdani yang tercatat sebagai
orang pertama yang menerbitkan cek untuk keperluan kliring antar Baghdad
(Irak) dan Aleppo (Spanyol sekarang).
3) Praktek Perbankan di Eropa
Perkembangan selanjutnya, kegiatan Jihbiz yang dilakukan secara individu
kemudian dilakukan oleh suatu institusi yaitu bank. Ketika bangsa Eropa
mulai menjalankan praktek perbankan, persoalan yang timbul adalah
transaksi yang dilakukan menggunakan instrumen bunga yang dalam
pandangan fiqih adalah riba, dan oleh karenanya haram. Transaksi ini mulai
merebak pada masa kepemimpinan Raja Henry VIII. Tahun 1545 Raja
Henry VIII memperbolehkan bunga meskipun tetap mengharamkan riba
dengan syarat bunga tidak boleh berlipat ganda.
4) Perbankan Syariah Modern
Mengingat bahwa dalam Islam bunga bank adalah riba dan hukumnya
haram, maka mulai timbul gagasan dari negara-negara Islam untuk
mendirikan lembaga keuangan alternatif yang sesuai dengan syariat Islam.
Malaysia merupakan negara pertama yang berupaya mendirikan bank tanpa
sistem bunga. Tetapi pada pertengahan tahun 40-an usaha ini mengalami
kegagalan. Pada tahun 50-an, Pakistan juga mendirikan suatu lembaga
perkreditan tanpa bunga, di suatu wilayah pedesaan di negara
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendirian bank yang paling sukses dan inovatif adalah yang dilakukan
oleh Mesir pada tahun 1963, dengan berdirinya Mid Ghamr Local Saving
Bank. Pada tahun 1967 Mesir mengalami kekacauan politik sehingga tidak
menguntungkan perekonomian pada saat itu dan pada akhirnya Mid Ghamr
mengalani kemunduran, dan operasionalnya diambil alih oleh National of
Egypt dan Bank Sentral Mesir. Akibatnya bank ini melakukan
operasionalnya berdasarkan bunga juga. Pada tahun 1971, masa rezim Sadat,
konsep nirbunga dibangkitkan kembali dengan mendirikan Nasser Social
Bank yang bertujuan untuk menjalankan kembali bisnis perbankan tanpa
bunga, berdasarkan konsep yang telah dilakukan Mid Ghamr.
Perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan
menyebar ke banyak negara, bahkan negara-negara barat. The Islamic Bank
International of Denmark tercatat sebagai bank syariah pertama yang
beroperasi di Eropa, yakni pada tahun 1983 di Denmark. Saat ini, bank-bank
besar dari Negara-negara Barat seperti Citibank, ANZ Bank, Chase
Manhattan Bank dan Jardine Fleming telah pula membuka Islamic window
agar dapat memberikan jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan syariat
Islam.
1. Individu
(Nabi/sahabat) melakukan satu fungsi
2. Jihbiz
Seorang sahabat melakukan ketiga fungsi
2. Jihbiz
Seorang sahabat melakukan ketiga fungsi
3. Bank
Sebuah institusi melakukan ketiga fungsi perbankan (diadopsi oleh
masyarakat Eropa abad pertengahan, namun kegiatannya mulai dengan
basis bunga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1. Evaluasi Kegiatan Perbankan Dalam Masyarakat Islam
(Sumber Adiwarman Karim, 2004: 22)
b. Pengertian Bank Islam
Bank Islam sering disebut juga Bank Syariah. Bank Syariah adalah bank
yang beroperasi berdasarkan pada prinsip-prinsip syariat Islam, yaitu Al-Qur‟an
dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Bank Islam adalah lembaga keuangan dimana
operasional dan produk-produknya terbebas dari sistem bunga atau riba. Bank
Syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa perbankan lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang operasionalnya disesuaikan dengan syariat Islam. Pengertian
Bank Syariah menurut M. Syafi‟i Antonio dan Kernaen Perwataatmadja (1997: 1)
menyatakan bahwa ada dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang
beroperasi dengan prinsip-prinsip syariat Islam
Bank Islam adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam, (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan-ketentuan Al-Qur‟an dan Al Hadist. Sementara bank yang
beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam
beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya
menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara
bermuamalah itu dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung
unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar
bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
c. Peranan Bank Syariah
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang
merupakan revisi terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, semakin
memperkokoh landasan bagi perkembangan Bank Syariah di Indonesia. Undang-
Undang No 10 Tahun 1998 mengakui keberadaan dan berfungsinya Bank Syariah
dimana prinsip bermuamalah berdasarkan syariah Islam.
4. Bank Syariah Modern
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan adanya Bank syariah diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui produk-produk jasa yang
ditawarkan oleh Bank Syariah. Diharapkan melalui produk-produk jasa Bank
Syariah, hubungan antara bank syariah dengan para nasabahnya tidak lagi sebagai
kreditor dan debitor melainkan terbangun suatu hubungan kemitraan.
Berdasarkan pada pendapat yang dikemukakan oleh Muhammad (2002: 16-
17) secara khusus peranan Bank Syariah dapat terwujud melalui aspek-aspek
sebagai berikut :
1) Menjadi perekat nasionalisme baru
2) Memberdayakan ekonomi ummat dan beroperasi secara transparan
3) Memberikan return yang lebih baik
4) Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan
5) Mendorong pemerataan pendapatan
6) Peningkatan efisiensi mobilisasi dana
7) Uswatun hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha
bank.
Peranan –peranan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Menjadi perekat nasionalisme baru
Bank syari‟ah menjadi fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha
ekonomi kerakyatan. Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara golongan
ekonomi bawah dan golongan ekonomi atas.
2) Memberdayakan ekonomi ummat dan beroperasi secara transparan
Pengelolaan bank syari‟ah didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan, dan
upaya ini terwujud jika ada mekanisme operasi yang transparan.
3) Memberikan return yang lebih baik
Bank syari‟ah harus dapat memberikan return (keuntungan) yang lebih baik
kepada investor, dibandingkan return yang diberikan oleh bank konvensional.
Disamping itu, nasabah pembiayaan akan memberikan bagi hasil sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan keuntungan yang diperolehnya. Oleh karena itu, pengusaha harus
bersedia memberikan keuntungan yang tinggi kepada bank syari'ah.
4) Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan
Bank syari'ah mendorong terjadinya transaksi-transaksi produktif dari dana
masyarakat. Dengan demikian, spekulasi dapat ditekan.
5) Mendorong pemerataan pendapatan
Dengan penyaluran dana Zakat, Infak dan Shadaqah (ZIS) yang dikumpulkan
oleh bank syari'ah melalui pembiayaan Qordhul Hasan, dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi, sehingga terjadi pemerataan pendapatan di
masyarakat.
6) Peningkatan efisiensi mobilisasi dana
Dengan adanya produk-produk bank syari'ah seperti al-mudharabah al-
muqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank melakukan investasi atas dana
yang diserahkan oleh investor. Maka, bank syari'ah sebagai financial
arranger, bank memperoleh komisi atau bagi hasil, bukan karena spread
bunga.
7) Uswatun hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha bank.
Karena prinsip beroperasinya berdasarkan prinsip syari'ah, maka bank-bank
syari'ah hendaknya memposisikan diri sebagai uswatun hasanah (contoh yang
baik) dalam implementasi moral dan etika bisnis yang benar atau
melaksanakan etika dan moral agama dalam aktivitas ekonomi.
d. Alasan Adanya Bank Syariah
Perbankan syariah didirikan berdasarkan pada alasan filosofi maupun
praktik. Alasan filosofi berdirinya Bank Syariah adalah karena adanya larangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengambilan riba dalam hukum Islam, baik dalam transaksi keuangan maupun non
keuangan. Secara praktik, karena sistem perbankan berbasis bunga atau perbankan
konvensional mengandung beberapa kelemahan. Menurut pendapat Muhammad
(2002: 7), kelemahan-kelemahan tersebut sebagai berikut:
1) Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis
2) Tidak fleksibelnya sistem transaksi berbasis bunga, menyebabkan
kebangkrutan;
3) Komitmen bank untuk menjaga keamanan uang deposan berikut bunganya
membuat kecemasan bagi bank untuk mengembalikan pokok dan bunga
nasabah;
4) Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh usaha
kecil;
5) Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha
kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan
bunga mereka.
Dengan penjelasan sebagai berikut :
1) Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis;
Dalam bisnis, hasil perusahaan tidak dapat dipastikan selalu untung.
Terkadang perusahaan mengalami kerugian, padahal disisi lain perusahaan
berkewajiban membayar bunga atas pinjaman kepada bank sesuai dengan
kesepakatan awal. Meskipun perusahaan untung, bisa jadi bunga yang harus
dibayarkan melebihi keuntungannya. Hal ini jelas bertentangan dengan
norma keadilan dalam Islam.
2) Tidak fleksibelnya sistem berbasis bunga, menyebabkan kebangkrutan;
Hal ini menyebabkan hilangnya potensi produktif masyarakat secara
keseluruhan, selain itu pengangguran juga semakin meningkat. Lebih dari
itu, beban hutang yang harus ditanggung debitor menyulitkan upaya
pemulihan ekonomi dan memperparah penderitaan seluruh masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Komitmen bank untuk menjaga keamanan uang deposan berikut bunganya
membuat kecemasan bagi bank untuk mengembalikan pokok dan bunga
nasabah;
Demi menjamin keamanan , bank konvensional hanya mau memberikan
pinjaman modal kepada pengusaha-pengusaha yang benar-benar sudah
mapan atau mereka yang sanggup menjamin keamanan pinjamannya. Sisa
uangnya disimpan dalam bentuk surat berharga pemerintah. Sementara bagi
usaha-usaha kecil atau orang yang tidak dapat memberikan jaminan atas
pinjamannya akan kesulitan mendapatkan pinjaman bagi modal usahanya.
Hal ini menyebabkan tidak seimbangnya pendapatan dan kesejahteraan, dan
bertentangan dengan prinsip Islam.
4) Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh usaha
kecil;
Bagi usaha yang sudah mapan, dapat mengambil resiko untuk mencoba
teknik dan produk baru karena mereka mempunyai cadangan dana sebagai
sandaran apabila ternyata ide baru tersebut tidak berhasil. Sebaliknya, usaha
kecil tidak berani mencoba berinovasi bagi usahanya, karena itu berarti
mereka harus menambah modal usaha, sedangkan untuk meminjam modal
ke bank mereka harus memberikan jaminan dan membayar bunga atas
pinjaman tersebut. Apabila gagal, tidak ada jalan lain mereka harus tetap
membayar pinjaman berikut bunganya, meskipun usaha mereka mengalami
kerugian. Jadi, bunga merupakan rintangan bagi pertumbuhan ekonomi dan
memperburuk keseimbangan pendapatan.
5) Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha
kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan
bunga mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setiap rencana bisnis yang diajukan kepada bank konvensional selalu diukur
dengan kriteria ini. Sehingga, bank tidak mempunyai insentif untuk
membantu suatu usaha yang tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman
modalnya.
e. Dasar Falsafah Bank Syariah
Islam memandang bahwa bumi dan segala isinya merupakan amanah dari
Allah kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi, yang dipergunakan sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan umat manusia. Untuk mencapai tujuan yang suci ini,
Allah tidak meninggalkan manusia sendirian tetapi diberikannya petunjuk melalui
para rasul-Nya. Dalam petunjuk ini Allah memberikan segala sesuatu yang
dibutuhkan manusia, baik aqidah, akhlak, maupun syari'ah.
Syari'ah Islam sebagai suatu syari'ah yang dibawa Rosul terakhir mempunyai
keunikan tersendiri, Islam bukan hanya komprehensif (merangkum seluruh aspek
kehidupan baik ibadah maupun muamalah) tetapi juga universal (dapat diterapkan
dalam setiap waktu dan tempat sampai hari kiamat). Sifat-sifat istimewa ini
mutlak diperlukan sebab tidak akan ada syari'ah lain untuk menyempurnakannya
(M. Syafi‟I Antonio, 2000: 5).
Setiap lembaga keuangan syari'ah memiliki falsafah berbuat kebajikan di
dunia maupun di akhirat untuk memperoleh keridhoan Allah. Oleh karena itu, agar
kegiatan lembaga keuangan syari'ah tidak menyimpang dari tuntunan agama ada
beberapa aspek yang harus dihindari. Muhammad (2002: 75) mengemukakan
aspek-aspek yang harus dihindari tersebut diantaranya:
a. Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya:
1) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka secara pasti
keberhasilan suatu usaha (QS.Luqman: 34)
2) Menghindari penggunaan sistem prosentase untuk pembebanan biaya
terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang
mengandung unsur-unsur melipatgandakan secara otomatis hutang/
simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu (QS.Ali Imron: 130)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Menghindari penggunaan sistem perdagangan/ penyewaan barang ribawi
dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik
kuantitas maupun kualitas (HR. Muslim Bab Riba N0 1551 s/d 1567)
4) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka tambahan
terhadap hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara
sukarela (HR.Muslim Bab Riba 1569 s/d 1572).
b. Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan, dengan mengacu pada Al-
Qur‟an surat al-Baqarah ayat 275 dan An-Nisa ayat 29, bahwa setiap transaksi
kelembagaan syari'ah harus dilandasi dengan sistem bagi hasil dan
perdagangan.
1) QS. Al-Baqarah 275 :
Artinya;
“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila . Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata ,
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti , maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu dan urusannya kepada Allah.
Orang yang kembali , maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) QS. An-Nisa‟ :29
Artinya ;
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.”
Dari kedua ayat diatas dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan muamalah
harus berlaku prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga akan
mendorong produksi barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa,
sehingga dapat dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi dan inflasi.
f. Ciri-ciri Bank Syari'ah
Bank syari'ah memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan bank konvensional,
adapun ciri-ciri bank syari'ah antara lain(Warkum Sumitro, 2004:19) :
a) Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan
dalam bentuk jumlah nominal, bersifat fleksibel, dan hanya dikenakan sampai
batas waktu sesuai dalam kesepakatan
b) Penggunaan prosentase dalam hal kewajiban untuk melakukan
pembayaran selalu dihindari, karena prosentase bersifat melekat pada sisa
hutang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir
c) Didalam kontrak –kontrak pembiayaan proyek, bank syari'ah tidak
menerapkan perhitungan pinjaman berdasarkan keuntungan yang pasti
ditetapkan dimuka
d) Pergerakan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan penyimpan
dianggap sebagai titipan (al-wadi’ah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai
amanat dalam penyertaan dana terhadap proyek-proyek yang dibiayai oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syari'ah sehingga pada
penyimpanan tidak dijanjikan imbalan yang pasti
e) Dewan Pengawas Syari'ah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasional bank
dari sudut syari'ah
f) Bank Islam tidak menerapkan jual beli atau sewa menyewa uang dari mata
uang yang sama
g) Adanya pos pendapatan berupa “Rekening Pendapatan Non Halal” sebagai
hasil transaksi dengan bank konvensional
h) Produk-produk bank Islam selalu menngunakan istilah bahasa arab, misalnya
al-murabahah, al-mudharabah dan sebagainya
i) Adanya produk khusus yang tidak terdapat di bank konvensionl yaitu kredit
tanpa beban yang murni bersifat sosial, dimana nasabah tidak ada kewajiban
untuk mengembalikannya
j) Fungsi kelembagaan bank syari'ah selain menjembatani antara pihak pemilik
modal (kreditor) dengan pihak yang membutuhkan modal (debitor), juga
mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga
dan bertanggungjawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-
waktu apabila dana diambil pemiliknya.
g. Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil
Secara leksikal bunga adalah terjemahan dari kata interest. Secara istilah,
bunga diartikan bahwa : ”interest is a change for a financial loan, usually a
percentage of the amount loaned”. Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang,
yang biasanya dinyatakan dalam prosentase dari uang yang dipinjamkan.
Unsur utama yang diharamkan dalam Islam ialah bunga atau riba. Kata riba
berasal dari kata ziyadah yang berarti tumbuh, menambah, atau berlebih. Menurut
Imam Sarakhzi, memperjelas bahwa riba adalah tanbahan yang disyaratkan dalam
transaksi bisnis tanpa adanya padanan (iwad) yang dibenarkan atas penambahan
tersebut. Adapun pengertian riba menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah yang
dimaksud riba adalah tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak dibenarkan syari‟at, baik tambahan itu berjumlah sedikit maupun berjumlah
banyak baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam.
Larangan riba telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-qur‟an dan
dijelaskan oleh nabi Muhammad SAW dalam hadist-hadistnya. Keharaman riba
dijelaskan dalam Al-Qur‟an Qs. Al-Baqarah (2) : 275-279, Qs. Ali Imran (3) :
103, Qs. An-Nisa‟ (4) : 161 dan Qs. Ar-Ruum (30) : 39 dan beberapa hadits ysng
diriwayatkan secara shohih.
Qs. Al-Baqarah (2) : 275-279 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Arti Qs. Al-Baqarah : 275
“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila . Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata ,
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti , maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu ; dan urusannya kepada Allah.
Orang yang kembali , maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.”
Arti Qs. Al-Baqarah : 276
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah . Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa
.”
Arti Qs. Al-Baqarah :277
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak mereka
bersedih hati.”
Arti Qs. Al-Baqarah : 278
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Arti Qs. Al-Baqarah :279
“Maka jika kamu tidak mengerjakan , maka ketahuilah, bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat , maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak dianiaya.”
Qs. Ar-Rum (30) : 39
Artinya :
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak akan bertambah disisi Allah. Dan apa
yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang
melipatgandakan(pahala).”
Qs. An-Nisaa‟ (4) : 161
Artinya :
“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang
kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.”
Sedangkan hadist yang menerangkan tentang hukum riba sebagaimana yang
ditulis oleh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, yaitu :
a. Diriwayatkan oleh semua penulis. Sunan At-Tirmidzi mensahihkannya, yaitu :
“Allah melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan dengan riba, dua
orang saksinya, dan penulisnya (sekretarisnya).”
b. Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad shahih :
“Satu dirham riba yang dimakan seseorang dengan sepengetahuannya, itu lebih
berat dosanya daripada tiga puluh enam berbuat zina.”
Sedangkan jenis-jenis riba menurut Ibnu Hajar Al-Haitsami dibedakan
menjadi ( Az-Zawajir ’ala Iqtiraaf Al-Kabaair :205)
1. Riba Qardh
Riba Qardh yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
disyaratkan terhadap yang berhutang (mudharib)
2. Riba Jahiliyah
Riba Jahiliyah yaitu hutang dibayar lebih dahulu dari pokoknya karena si
peminjam tidak mampu membayar hutangnya pada waktu yang ditetapkan.
3. Riba Fadhl
Riba Fadhl adalah pertukaran barang antar barang sejenis dengan kadar atau
takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk
dalam jenis barang ribawi.
4. Riba Nasi’ah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Riba nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan
antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian.
Mengacu pada banyaknya ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadist tentang larangan
riba, maka dalam operasionalnya bank syari‟ah maupun BMT tidak menerapkan
bunga atas pinjaman, karena bunga pinjaman tersebut disamakan dengan riba yaitu
tambahan atas pokok pinjaman yang harus dibayarkan kepada bank. Dalam
operasionalnya bank syari‟ah maupun Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) untuk
memperoleh keuntungan menggunakan sistem bagi hasil dengan nasabah yang
mengajukan permohonan pembiayaan kepada bank. Bagi hasil ini disesuaikan
dengan keuntungan yang diperoleh nasabah selama menjalankan usahanya, yaitu
pihak bank selaku pemilik modal (shohibul maal) dan nasabah sebagai pelaku atau
pengelola usaha (mudharib). Menurut Jannes Situmorang (2009: 3) dalam jurnal
penelitiannya yang berjudul Kaji Tindak Peran Koperasi dan UKM Sebagai
Lembaga Keuangan Alternatif menyatakan bahwa, ”Sistem bagi hasil adalah
pola pembiayaan keuntungan maupun kerugian BMT dengan anggota
penyimpan berdasarkan perhitungan yang disepakati bersama.”
Hal yang membedakan antara lembaga keuangan syari'ah dengan lembaga
keuangan non-syari'ah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian
keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan atau yang
diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah, hal tersebut memunculkan
adanya bunga dan bagi hasil. Dalam sistem operasional lembaga keuangan non-
syari‟ah, ketika nasabah membayar angsuran kepada bank, nasabah harus
membayar bunga bank sebesar yang telah ditentukan oleh bank sebelumnya,
sedangkan pihak bank tidak memperhatikan apakah usaha yang dijalankan
nasabahnya mengalami keuntungan atau kerugian, yang terpenting nasabah
membayar angsuran secara rutin sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan. Perbedaan antara sistem bunga dengan sistem bagi hasil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diterapkan dalam perbankan Islam, secara mendasar persoalan tersebut dapat
dikaji dari berbagai sisi, sebagaimana tertera dalam tabel.
Tabel 1. Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil
Sistem Bunga
Sistem Bagi Hasil
Penentuan besarnya
hasil
Sebelumnya Sesudah berusaha, sesudah ada
untungnya
Yang ditentukan
sebelumnya
Bunga, yaitu sebesar nilai
rupiah
Menyepakati proporsi
pembagian untung untuk
masing-masing pihak
Apabila terjadi
kerugian
Ditanggung nasabah saja Ditanggung kedua pihak,
nasabah dan lembaga
Dihitung dari mana? Dari dana yang
dipinjamkan, fixed, tetap
Dari untung yang diperoleh,
belum tentu besarnya
Titik perhatian
proyek atau usaha
Besarnya bunga yang harus
dibayar nasabah atau pasti
diterima bank
Keberhasilan proyek atau
usaha, menjadi perhatian
bersama: nasabah dan lembaga
Berapa besarnya? Pasti (%) kali jumlah
pinjaman yang telah pasti
diketahui
Proporsi (%) kali jumlah
untung yang belum diketahui =
belum diketahui
Status hukum Berlawanan dengan
QS.Luqman : 34
Melaksanakan QS. Luqman :
34
(Sumber Adiwarman Karim, 2004: 35)
2. Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah
a. Sejarah Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah di Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendirian lembaga keuangan yang berbasis syari'ah tidak terlepas dari
keprihatinan para ulama pada praktek riba yang dilakukan oleh perbankan
konvensional dengan menerapkan sistem bunga, selain itu juga minimnya
pengetahuan masyarakat terutama masyarakat muslim terhadap hukum bunga bank
konvensional. Usaha pendirian bank syari'ah tidak dapat dilepaskan dari Paket
Kebijaksanaan Oktober atau lebih dikenal dengan sebutan Pakto yang dikeluarkan
pemerintah tentang liberisasi perbankan.
Pada tanggal 19-22 Agustus 1990 di Cisarua Bogor diadakan lokakarya para
ulama untuk membahas pendirian bank Islam. Pada pertemuan itu dibahas
mengenai hukum bunga bank, apakah termasuk riba atau tidak, dari pertemuan
tersebut dihasilkan rekomendasi pendirian bank Islam. Pada tanggal 22-25
Agustus 1990 diselenggaarakan Munas MUI IV di Jakarta, sebagai tindak lanjut
dari lokakarya di Cisarua Bogor. Hasil Munas tersebut adalah rekomendasi
pendirian bank Islam. Kemudian pada tanggal 27 Agustus 1991 tim pembentukan
perbankan MUI bertemu dengan Presiden Soeharto di Bina Graha Jakarta.
Dari hasil pertemuan-pertemuan tersebut, maka Ikatan Cendikiawan Muslim
Indonesia (ICMI) berinisatif mendirikan lembaga keuangan berbasis syari'ah
dengan skala yang kecil dan dengan modal yang kecil pula. Lembaga ini kemudian
disebut dengan Baitul Maal Wa Tamwil.
b. Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah
Dalam perkembangannya koperasi jasa keuangan syari'ah lazim disebut
dengan nama Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
adalah lembaga keuangan yang operasionalnya menggunakan prinsip syari'ah atau
berdasarkan aturan yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadist. Secara prinsip
BMT memiliki sistem operasional yang tidak jauh berbeda dengan sistem
operasional BPR Syari'ah, hanya ruang lingkup dan produk yang dihasilkan
berbeda. Operasional perbankan syari'ah semakin luas dengan disahkannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Undang-undang No 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang membuka kesempatan
bagi siapa saja yang akan mendirikan bank atau lembaga keuangan syari'ah
maupun yang ingin mengkonversi dari sistem konvensional menjadi sistem
syari'ah yang sekaligus menghapus pasal 6 PP No 72/1992 yang melarang dual
system.
Seiring dengan itu, maka berbagai lembaga keuangan syari'ah baik bank
amupun non bank mulai berkembang di Indonesia, baik yang dikelola secara
formal maupun informal. Berkaitan dengan bentuk dan struktur lembaga keuangan
non bank, maka berdirilah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) yang mendasarkan
prinsip kerjanya pada syari'ah Islam. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) berdiri
sebagai salah satu alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank
dengan riba. BMT adalah lembaga keuangan syari'ah informalyang didirikan
sebagai pendukung dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi usaha mikro atau
usaha kecil menengah berlandaskan sistem syari'ah Islam.
Menurut Syaikh Mahmud Syalthut dalam Adiwarman Karim (2004: 7)
“Syari'ah adalah kata bahasa Arab yang secara harfiah berarti jalan yang ditempuh
atau garis yang mestinya dilalui”. Sedangkan secara terminologi definisi syari'ah
adalah “Peraturan-peraturan dan hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah,
atau telah digariskan pokok-pokoknya dan dibebankan kepada kaum muslimin
supaya mematuhinya, supaya syari'ah ini diambil oleh orang Islam sebagai
penghubung diantaranya dengan Allah dan diantaranya dengan manusia”.
Menurut Heri Sudarsono (2003: 84), menyatakan bahwa:
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan
baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan
dan penyaluran dana yang non profit, seperti; zakat, infaq dan shadaqah.
Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana
komersil. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil
menengah dengan berlandaskan syari'ah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka
dapat peneliti simpulkan bahwa BMT merupakan lembaga keuangan ekonomi
rakyat yang pengelolaannya berdasarkan prinsip-prinsip syari'ah atau aturan-aturan
yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadist, yang berupaya mengembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi untuk mendukung kegiatan ekonomi
masyarakat kecil dengan sistem bagi hasil sebagai usaha mengentaskan
kemiskinan.
BMT merupakan suatu lembaga terpadu yang memadukan antara Baitul
Maal sebagai lembaga sosial dan Baitul Tamwil sebagai lembaga bisnis. Menurut
pendapat Jannes Situmorang dalam jurnal penelitian yang berjudul Kaji Tindak
Peningkatan Peran Koperasi dan UKM Sebagai Lembaga Keuangan Alternatif
menyatakan, ”BMT memiliki dua fungsi yaitu : Pertama, Baitul Maal
menjalankan fungsi untuk memberi santunan kepada kaum miskin dengan
menyalurkan dana ZIS (Zakat, Infaq, Shodaqoh) kepada yang berhak; Kedua,
Baitul Tamwil menjalankan fungsi menghimpun simpanan dan membiayai
kegiatan ekonomi rakyat dengan menggunakan Sistem Syariah”. BMT
menerapkan fungsi utama koperasi sebagai badan usaha ekonomi kerakyatan dan
sosial dengan landasan syari'ah atau aturan-aturan agama Islam. M. Dawam
Rahardjo dalam Heri Sudarsono (2003: 84, “Secara kelembagaan BMT
didampingi oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). PINBUK sebagai
lembaga primer karena mengemban misi yang lebih luas, yaitu menumbuhkan
usaha kecil”.
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan lembaga hasil prakarsa
masyarakat yang telah berkembang menjadi bank syari'ah berskala mikro. Sebagai
lembaga keuangan syari'ah mikro yang bersentuhan langsung dengan kehidupan
masyarakat kecil, maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi
ke-Islaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Keberhasilan Baitul Maal
Wa Tamwil tidak hanya sekedar keberhasilan dalam bidang bisnis, akan tetapi
keberhasilan suatu Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) terlihat juga pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perhatiaannya terhadap pengelolaan masalah zakat, infaq dan shadaqah.
Kebanyakan strategi yang diterapkan oleh Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) untuk
mempertahankan eksistensinya adalah peningkatan sumber daya manusia melalui
pendidikan formal maupun non formal, tidak menggunakan strategi pemasaran
yang bersifat local oriented, melakukan berbagai inovasi pengembangan produk,
meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat pengguna jasa, pengembangan
aspek paradikmatik, menganggap sesama BMT sebagai partner dalam rangka
mengentaskan ekonomi masyarakat serta mengadakan evaluasi bersama guna
memberikan peluang bagi BMT untuk lebih kompetitif.
c. Badan Hukum dan Struktur Organisasi BMT
Adapun bentuk badan hukum Baitul Maal Wa Tamwil diakui sebagai
koperasi jasa keuangan syari'ah melalui Keputusan Menteri Koperasi dan UKM
tahun 2004. Dalam prakteknya BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelompok
Swadaya Masyarakat atau Koperasi (Heri Sudarsono, 2003: 93), yaitu:
1) KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat Surat
Keterangan Operasional dari PINBUK
2) Koperasi Serba Usaha atau Koperasi Simpan pinjam Syari'ah (KSP-S)
3) Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM) yang diberikan
wewengan oleh BI untuk membina KSM dan memberikan sertifikat kepada
KSM
4) MUI, ICMI, BMI, telah menyiapkan LPSM yang bernama PINBUK yang
dalam kepengurusannya mengikutsertakan DMI, IPHI, Pejabat Tinggi
Negara yang terkait, BUMN dan lain-lain.
BMT didirikan dengan modal awal sebesar Rp 20.000.000,00 atau lebih.
Akan tetapi jika terdapat kekurangan modal, dapat dimulai dengan modal awal
sebesar Rp 10.000.000,00 bahkan bisa juga dengan menggunakan modal hanya
sebesar Rp 5.000.000,00. Pendirian BMT harus terdiri dari antara 20 sampai 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
orang, hal ini diperlukan supaya masyarakat setempat merasa memiliki BMT
tersebut.
Dalam rangka memperlancar tugas BMT, maka dalam sebuah BMT harus
mempunyai struktur organisasi yang mendeskripsikan alur kerja yang harus
dilakukan oleh semua personil yang ada didalam BMT tersebut. Struktur
organisasi yang terdapat dalam BMT antara lain mencakup Musyawarah Anggota
Pemegang Simpanan Pokok, Dewan Syari'ah, Pembina Manajemen, Manajer,
Pemasaran, Kasir, dan Pembukuan. Adapun tugas dari masing-masing struktur
diatas adalah sebagai berikut: Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok
memegang kekuasaan tertinggi didalam memutuskan kebijakan-kebijakan makro
BMT. Dewan Syari'ah, bertugas mengawasi dan menilai operasional BMT.
Pembina Manajemen, bertugas membina jalannya BMT dalam merealisasikan
programnya. Manajer bertugas menjalankan amanat musyawarah anggota BMT
dan memimpin BMT dalam merealisir program-programnya. Sedangkan
pemasaran bertugas untuk mensosialisasikan dan mengelola produk-produk BMT.
Kasir bertugas melayani nasabah dan pembukuan bertugas untuk melakukan
pembukuan atas asset dan omset BMT.
Dalam struktur organisasi standar PINBUK, Musyawarah Anggota
Pemegang Simpanan Pokok melakukan koordinasi dengan Dewan Syari'ah dan
Pembina Manajemen dalam mengambil kebijakan-kebujakan yang akan
dilaksanakan oleh manajer. Manajer memimpin keberlangsungan maal dan tamwil.
Tamwil terdiri dari pemasaran, kasir dan pembukuan. Bentuk struktur organisasi
BMT berdasarkan standar dari PINBUK dapat diilustrasikan dalam gambar berikut
(Heri Sudarsono,2003: 87-88):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
------------------------------------------------------
------------------------------------------------------
Keterangan : ------------------------------------ Garis Koordinasi
Garis Komando
Gambar 2. Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK
Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok
Dewan Syari'ah
Dewan Syari'ah
Dewan Pengurus
Manajer
Maal
Tamwil
Pemasaran Kasir Pembukuan
Anggota dan Nasabah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber : PINBUK (Heri Sudarsono, 2003: 87-88)
d. Tujuan dan Ciri-ciri BMT
Koperasi Jasa Keuangan syari'ah merupakan lembaga yang tepat untuk
menampung dana umat Islam dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah dan untuk
membantu umat Islam untuk berinvestasi. Adapun tujuan dibentuknya koperasi
jasa keuangan syari'ah adalah (http://myquran,org/Arsip/bmt.ppt, 30 November
2009) :
1) Mewujudkan ekonomi umat yang produktif dan berkesinambungan.
2) Menciptakan peluang lapangan pekerjaan dalam rangka pencapaian
sasaran pembangunan ekonomi.
3) Memperluas kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausaha yang
mandiri
4) Membangun lembaga mikro yang kuat tatanan kelembagaannya dengan
menciptakan sumber daya manusia yang handal, terdidik dan terampil.
Achmad Baraba (2009: 4) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Prinsip
Dasar Operasional Perbankan Syari‟ah menyatakan bahwa fungsi bank syari‟ah
adalah :
Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang
dipercayakan oleh pemegang rekening investasi/ deposan atas dasar
prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank.
Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana/
shahibul maal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh
pemilik dana (dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi).
Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa keuangan
lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat, infaq,
shadaqah dan penerimaan serta penyaluran dana kebajikan.
Secara umum sasaran yang dilaksanakan oleh koperasi jasa keuangan
syari'ah adalah pengusaha kecil dan sektor informal, serta masyarakat lain yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menghadapi masalah dalam hal permodalan, sedangkan menurut penilaian
koperasi jasa keuangan syari‟ah prospek usaha yang mereka kembangkan layak
untuk menerima sumbangan modal dari pihak ketiga atau pihak perbankan. Dalam
penyaluran pembiayaan suatu usaha tentunya jangka waktu pembiayaan juga perlu
diperhitungkan. Adapun jangka waktu pembiayaan yang dilakukan oleh koperasi
jasa keuangan syari'ah pada umumnya adalah:
1. Jangka pendek, kurang dari satu tahun
2. Jangka menengah, satu sampai tiga tahun
3. Jangka panjang, lebih dari tiga tahun
Dalam memberikan kredit atau pembiayaan kepada nasabah koperasi jasa
keuangan syari'ah juga memberlakukan adanya suatu agunan atau jaminan atas
pinjaman yang diberikan kepada nasabah. Jaminan yang diutamakan pada
dasarnya adalah usaha yang di biayai oleh pembiayaan sendiri. Namun, dalam
beberapa hal memungkinkan disyaratkan adanya supporting collateral yang
berupa jaminan kebendaan atau barang yang dibiayai oleh bank atau jaminan
lainnya apabila diperlukan, misalnya berupa avalist, personel guarantee, dan
lainnya.
Sebagai lembaga keuangan mikro syari'ah, BMT juga memiliki ciri-ciri yang
merupakan identitas bagi BMT. Ciri-ciri yang dimiliki BMT dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1. Ciri-ciri Utama
a) Berorientasi bisnis, untuk mencari laba bersama, dan meningkatkan
pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota masyarakat
b) Bukan lembaga sosial, tetapi BMT bermanfaat untuk mengefektifkan
pengumpulan serta penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah yang berguna
bagi kesejahteraan orang banyak.
c) BMT ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di
sekitarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Milik bersama masyarakat bawah dengan orang kaya di sekitar BMT,
bukan milik perorangan atau orang dari luar masyarakat.
2. Ciri-ciri Khusus
a) Staf dan karyawan BMT bertindak proaktif, tidak menunggu tetapi
menjemput bola bahkan berebut bola, baik untuk menghimpun dana
anggota maupun untuk pembiayaan.
b) Calon pengelola (manajer) yang dipilih harus memiliki aqidah yang lurus,
komitmen tinggi pada pengembangan ekonomi ummat, amanah, jujur,
dan jika memungkinkan minimal lulusan D3 atau S1
c) Kantor dibuka dalam waktu tertentu yang diterapkan sesuai dengan
kebutuhan pasar
d) BMT mengadakan pendampingan usaha anggota-anggotanya
e) Manajemen BMT adalah professional Islami, misalkan administrasi
keuangan dilakukan dengan standar akuntansi keuangan Indonesia yang
disesuaikan dengan prinsip akuntansi syari'ah.
e. Produk-produk BMT
Ciri-ciri produk yang ditawarkan oleh BMT (Heri Sudarsono, 2003: 83)
yaitu:
1. Sesuai dengan kebutuhan anggota/mitra.
2. Secara administrasi mudah, tetapi tidak mengabaikan prinsip kehati-
hatian.
3. Semua produk dan jasa BMT harus sesuai dengan ketentuan dan prinsip-
prinsip syari'ah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. BMT mengelola dua sumber keuangan sesuai dengan fungsinya yaitu
sebagai Baitul Maal yang mengelola dana ZISWAF dan fungsi Baitul
Tamwil yang mengelola bisnisnya.
5. Eksistensi BMT sangat ditentukan oleh adanya “trust” atau kepercayaan
dari pendiri, pengurus dan anggotanya.
Produk-produk yang dihasilkan oleh bank syari‟ah maupun Baitul Maal Wa
Tamwil (BMT) adalah sebagai berikut :
1) Murabahah (Pembiayaan dengan Marjin)
Dalam produk ini, bank memberikan barang (modal kerja dan berjangka
pendek) yang dibutuhkan nasabah dan menjualnya kepada nasabah dengan
harga beli ditambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi penjual. Harga
pokoknya sama-sama diketahui kedua belah pihak.
2) Ba’i Bitsaman Ajil (Transaksi Jual Beli dengan Harga Tangguh)
Dalam konsep ini, harga barang yang dijual kepada nasabah telah
memperhatikan pembayaran yang akan dilakukan. Kemudian baik secara
angsuran maupun tangguh bayar, harga disepakati kedua belah pihak dan
tidak dibenarkan diubah meskipun keadaan ekonomi berubah. Biasanya
berupa produk investasi jangka panjang. Produk ini dapat dibedakan menjadi
dua yaitu salam dan istishna’. Salam yaitu pembelian barang dengan
pembayaran dimuka dan barang diserahkan kemudian. Sedangkan Istishna’
adalah pembelian barang melalui pesanan dan diperlukan proses untuk
pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan pembayaran dilakukan
dimuka sekaligus atau secara bertahap.
3) Mudharabah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adalah kerjasama bank dengan pihak pengusaha yang dipercaya. Bank
memberikan dana 100% untuk usahanya, pengusaha memberikan tenaga dan
keahliannya. Laba atau rugi akan dibagi berdasarkan rasio atau nisbah
tertentu sesuai kesepakatan. Kerugian yang timbul sebagai akibat dari
sesuatu hal yang bukan karena kelalaian atau penyelewengan dari pengusaha
akan ditanggung bank, sedangkan kerugian akibat kesalahan pengusaha akan
ditanggung pengusaha sendiri.
4) Musyarakah
Musyarakah hampir sama dengan pola mudharabah, bedanya dana untuk
usaha tidak hanya disediakan oleh bank tetapi juga oleh pengusaha. Usaha
dibiayai dan dikelola oleh kedua belah pihak, pihak bank dan juga pihak
pengusaha atau pihak lain yang disepakati bersama. Laba atau rugi dibagi
antara pihak bank dengan pihak pengusaha sesuai kesepakatan atau sesuai
kontribusi modal masing-masing pihak.
5) Jasa bank lainnya
Produk-produk Bank Syari‟ah lainnya sama dengan produk-produk bank
konvensional lainnya, misalnya L/C (Al-Kafalah), Bank Garansi, Transfer,
Safe Deposit (Al-Wadiah), Transaksi Valas, Penyewaaan (Al-Ijarah),
Leasing (Ba’i Al Ta’jin), Agent (Al-Wakalah), Gadai (Al-Rahn)
6) Penghasilan berupa fee, komisi, provisi dari produk ini akan jatuh ke
perusahaan. Tidak menjadi bagian bagi hasil penabung atau depositor.
7) Al-Qordhul Hasan (Pembiayaan Kebajikan)
Produk ini hanya bisa diberikan jika pihak bank syari‟ah telah menerima
zakat, infaq, shadaqah dari masyarakat yang penempatannya tidak
mengharapkan bagi hasil dan dana tersebut dikelola oleh bank untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8) Al-Wadi’ah
Al-Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari suatu pihak kepada
pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendaki. Mengacu pada
pengertian “Yad Ad Dhamanah” bank sebagai penerima simpanan dapat
menerapkan prinsip Al-Wadi’ah untuk tujuan Current Account (giro) dan
atau Saving Account (tabungan berjangka). Sebagai konsekuensi dari Yad Ad
Dhamanah, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut
adalah milik bank (demikian juga penanggung kerugian), sebagai imbalan si
penyimpan mendapat jaminan keamanan akan hartanya, demikian juga
fasilitas-fasilitas giro lainnya. Meskipun demikian bank sebagai penerima
titipan sekaligus sebagai pihak yang telah memanfaatkan dana tersebut, tidak
dilarang untuk memberikan semacam insentif berupa bonus dengan catatan
tidak diisyaratkan sebelumnya serta jumlahnya tidak ditetapkan dalam
bilangan nominal atau prosentase secara tetap, tetapi betul-betul
kebijaksanaan dewan direksi.
Dari uraian diatas maka produk perbankan Islam dalam prakteknya dapat
diringkas sebagai berikut :
Tabel 2. Produk-produk Perbankan Syariah
Produk /Jasa Prinsip Syari’ah
Giro Wadiah yadhamanah
Tabungan Wadiah yadhamanah mudharabah
Deposito / rekening investasi bebas Mudharabah
Rekening investasi tidak bebas
penggunaan Mudharabah muqayyadah
Piutang Murabahah Murabahah tidak tunai
Investasi Mudharabah Mudharabah
Investasi Musyarakah Musyarakah
Investasi assets untuk disewakan Ijarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengadaan barang untuk dijual atau
dipakai sendiri
Salam atau istishna‟
Bank garansi Kafalah
Transfer, inkaso, L/C, dll. Wakalah
Safe deposit box Wadiah amanah
Surat berharga Mudharabah
Jual beli valas (non speculative motive) Sharf
Sumber : Muhammad, 2002 : 34
f. Peranan dan Prinsip BMT
Peranan koperasi jasa keuangan syari'ah bagi perekonomian ummat sangat
penting terutama bagi perkembangan usaha mikro. Hal ini dikarenakan adanya
hambatan operasional Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan bank umum syari'ah
yang lain, dalam menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, sehingga
keberadaan koperasi jasa keuangan syari'ah, sangat penting dalam pengembangan
sektor usaha mikro. Adapun peranan koperasi jasa keuangan syari'ah menurut Heri
Sudarsono (2003: 85) adalah sebagai berikut:
1. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non syari'ah
Hal ini dapat dilakukan dengan cara aktif melakukan sosialisasi kepada
masyarakat tentang pentingnya sistem ekonomi Islam. Cara ini dapat
dilakukan melalui pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi
Islami, misalnya agar suatu transaksi memiliki bukti maka dilarang
melakukan kecurangan dalam menimbang barang, jujur terhadap konsumen
dan sebagainya.
2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil menengah
Dalam melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil menengah, Baitul
Maal Wa Tamwil harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga
keuangan mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan,
penyuluhan dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat
umum yang dibiayainya.
3. Melepaskan ketergantungan kepada rentenir
Ketergantungan masyarakat kepada rentenir disebabkan oleh kemampuan
rentenir untuk memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana yang
dibutuhkan masyarakat dengan segera. Oleh karena itu, Baitul Maal Wa
Tamwil (BMT) harus mampu melayani kebutuhan masyarakat dengan lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
baik, sebagai contoh selalu tersedia dana setiap hari, birokrasi yang
sederhana dan lain sebagainya.
Secara garis besar, hubungan ekonomi berdasarkan syari'ah Islam ditentukan
oleh lima konsep dasar Aqad. Bersumber dari kelima konsep dasar inilah dapat
ditentukan operasional produk-produk lembaga keuangan syari'ah dan lembaga
keuangan non syari'ah. Menurut Muhammad (2005: 87) kelima konsep dasar
tersebut adalah:
1) Prinsip Simpanan Murni (al-Wadi’ah)
2) Prinsip Bagi Hasil ( Syirkah)
3) Prinsip Jual Beli (at-Tijarah)
4) Prinsip Sewa (al-Ijarah)
5) Prinsip Jasa/Fee (al-Ajr walumullah)
Dengan penjelasannya sebagai berikut :
1) Prinsip Simpanan Murni (al-Wadi’ah)
Merupakan fasilitas yang diberikan oleh lembaga keuangan syari'ah untuk
memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk
menyimpan dananya dalam bentuk simpanan al-Wadi’ah. Fasilitas al-
Wadiah diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan
seperti halnya giro dan tabungan.
2) Prinsip Bagi Hasil ( Syirkah)
Merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha
antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini
dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank
dengan penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah
mudharabah dan musyarakah. Prinsip mudharabah dapat dipergunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai dasar untuk produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun
pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan atau
penyertaan.
3) Prinsip Jual Beli (at-Tijarah)
Merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, yaitu bank
akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat
nasabah sebagai agen bank untuk melakukan pembelian barang atas nama
bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga
sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya dapat
berupa : Murabahah, Salam dan Istishna’.
4) Prinsip Sewa (al-Ijarah)
Prinsip ini secara garis besar terbagi menjadi dua jenis: (1) Ijarah, sewa
murni (operating lease). Bank dapat membeli terlebih dahulu barang yang
dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu yang disepakati
bersama. (2) Bai al takjiri atau ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan
penggabungan sewa dan beli, yaitu si penyewa mempunyai hak untuk
memiliki barang pada akhir masa sewa (financial lease).
5) Prinsip Jasa/Fee (al-Ajr walumullah)
Meliputi seluruh jasa layanan non pembiayaan yang diberikan oleh bank.
Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi,
Kliring, Inkaso, Jasa, Transfer dan lain-lain.
Menurut Syarif Arbi (2003: 211) menyatakan bahwa prinsip-prinsip syari'ah
yang dilaksanakan yaitu:
1. Prinsip Bagi Hasil
2. Prinsip Pengambilan Keuntungan
3. Prinsip Sewa
4. Prinsip Simpanan
5. Prinsip Pengambilan Fee
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Prinsip Biaya Administrasi
Prinsip-prinsip syari'ah tersebut dapat peneliti jelaskan sebagai berikut:
1. Prinsip Bagi Hasil
Bagi hasil merupakan suatu perkumpulan, dimana terjadi persekutuan dua
pihak dalam suatu usaha, dimana keuntungan dan kerugian dari usaha
tersebut akan ditanggung bersama.
2. Prinsip Pengambilan Keuntungan
Pengambilan keuntungan dalam Islam dilakukan dengan cara jual beli dan
perdagangan/niaga, sehingga dari kegiatan tersebut terjadi proses pertukaran
barang dengan uang.
3. Prinsip Sewa
Penerapan prinsip sewa pada bank syari'ah terlihat pada pemberian kredit
dalam pemilikan asset untuk mendirikan atau mengembangkan suatu usaha.
4. Prinsip Simpanan
Dalam prinsip simpanan pada bank syari'ah, pihak yang menerima simpanan
tidak bertanggungjawab terhadap kerusakan maupun kehilangan barang yang
di simpan atau di titipkan, selama kerusakan atau kehilangan itu bukan
karena keteledoran atau kelalaian pihak yang menerima titipan tersebut.
5. Prinsip Pengambilan Fee
Pada perbankan syari'ah juga mengenal adanya produk pengambilan manfaat
yang berupa fee dari nasabah dan pihak ketiga, atas jasa yang diberikannya.
Fee yang diterima oleh bank syari'ah diwujudkan dalam bentuk yang disebut
dengan produk al kafalah dan al wakalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Prinsip Biaya Administrasi
Biaya yang dikenakan oleh bank syari'ah pada saat memberikan bantuan di
bidang sosial dalam bentuk pinjaman lunak, tanpa pembagian hasil
melainkan hanya pengembalian pokok pinjaman.
3. Perjanjian dan Akad
a. Perjanjian
Perjanjian adalah salah satu bentuk perikatan. Pengertian dari perikatan
sendiri adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih, yaitu pihak
pertama mempunyai kewajiban memenuhi sesuatu yang menjadi hak pihak lain.
Kewajiban yang dibebankan kepada debitur(peminjam) dalam perjanjian,
memberikan hak kepada kreditur untuk menuntut pelaksanaan prestasi dalam
perikatan yang lahir dari perjanjian tersebut. Jika debitur tidak melaksanakan
perjanjian yang telah disepakati tersebut, maka kreditur berhak menuntut
pelaksanaan kembali perjanjian yang belum, tidak sepenuhnya atau tidak sama
sekali dilaksanakan atau telah dilaksanakan secara bertentangan atau tidak sesuai
dengan yang telah disepakati bersama, dengan atau tidak disertai dengan
penggantian berupa bunga, kerugian, dan biaya yang telah dikeluarkan oleh
kreditur.
Pasal 1313 KUH Perdata memberikan definisi tentang perjanjian yaitu suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau beberapa orang
mengikatkan diri untuk sesuatu hal terhadap seseorang atau beberapa orang
lainnya. Syarat-syarat sahnya perjanjian dapat kita temukan dalam ketentuan Pasal
1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi :
Untuk sahnya perjanjian-perjanjian, diperlukan empat syarat :
1) Kesepakatan mereka yang mengikat dirinya;
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Suatu pokok persoalan tertentu;
4) Suatu sebab yang tidak terlarang .
Dari ketentuan diatas, bahwa dalam melakukan sebuah perikatan yaitu perlu
adanya kesepakatan diantara kedua belah pihak, faham atas apa yang telah
dilakukan pada perjanjian tersebut, dan melakukan suatu perjanjian yang tidak
dilarang oleh hukum yang berlaku di Indonesia.
b. Akad
Menurut fiqih muamalah, membagi perjanjian atau akad menjadi dua bagian
yaitu : akad tabarru’ dan akad tijarah atau mu’awadah. Mengacu pada
pendapatnya Adiwarman Karim (2004: 58) dari kedua akad tersebut dapat peneliti
kemukakan sebagai berikut :
a. Akad Tabarru‟
Akad tabarru‟ adalah segala macam perjanjian yang menyangkut non-profit
(transaksi nirlaba). Transaksi ini pada hakikatnya bukan transaksi bisnis
untuk mencari keuntungan komersial. Akad tabarru‟ ditujukan untuk tolong-
menolong dalam rangka berbuat kebaikan. Dalam akad tabarru‟ pihak yang
berbuat kebaikan tersebut tidak berhak untuk mendapatkan imbalan apapun
dari pihak lainnya, kecuali imbalan tersebut hanya dari Allah SWT bukan
dari manusia.
b. Akad Tijarah
Akad tijarah adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for profit
transaction. Akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan, karena
bersifat komersil.
4. Pembiayaan Al-Mudharabah
a. Pengertian Al-Mudharabah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Al-Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukul kakinya dalam menjalankan usaha. Muhammad (2005: 106) berpendapat
bahwa :
Qirad atau mudharabah adalah kerjasama antara pemilik modal atau uang
dengan pengusaha pemilik keahlian atau keterampilan atau tenaga dalam
pelaksanaan unit-unit ekonomi atau proyek usaha.
Sedangkan Adiwarman Karim (2004: 93) menyatakan bahwa :
Al-Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana
pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pihak pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan
dalam panduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian
mudharib.
Zainul Arifin (2000: 202) menyatakan bahwa :
Mudharabah adalah akad yang dilakukan antara pihak pemilik modal
dengan mudharib (pengelola), dimana keuntungan disepakati di awal untuk
dibagi bersama dan kerugian ditanggung oleh pemilik modal.
Ach. Syaiful Hidayat A. (2009:4) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul
Penerapan Akuntansi Syari‟ah Pada Koperasi BMT Sarana Dakwah Muslim
Malang, menyatakan bahwa :
Mudharabah adalah kerjasama bank dengan pihak pengusaha yang
diyakini. Bank memberikan dana 100% untuk usahanya, pengusaha
memberikan tenaga dan keahliannya. Laba atau Rugi usaha akan dibagi.
Berdasarkan rasio atau nisbah tertentu sesuai kesepakatan. Kerugian
yang timbul akibat dari suatu hal yang bukan karena kelalaian atau
penyelewengan pengusaha akan ditanggung bank, sedangkan kerugian
karena kesalahan pengusaha akan ditanggung pengusaha sendiri.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
mudharabah adalah perjanjian kerjasama antara dua pihak, pihak pertama (shahib
al maal) menyediakan 100% modal, sedangkan pihak kedua (mudharib) sebagai
pemilik keahlian dan keterampilan menjadi pengelola. Keuntungan dari kerjasama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ini dibagi sesuai dengan akad perjanjian dan apabila terjadi kerugian atas usaha
yang dijalankan, maka kerugian tersebut menjadi tanggungjawab bersama.
b. Rukun Al-Mudharabah
Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah menurut
Adiwarman Karim (2004: 193) adalah :
1. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha),
2. Objek mudharabah (modal dan kerja),
3. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul),
4. Nisbah keuntungan
Rukun dalam akad mudharabah sama dengan rukun dalam akad jual-beli
ditambah satu faktor tambahan, yakni nisbah keuntungan. Faktor pertama, dalam
akad mudharabah harus ada minimal dua pelaku yaitu pemilik modal sebagai
obyek mudharabah yang menyerahkan modalnya, dan pelaksana usaha yang
menyerahkan keahlian atau keterampilannya sebagai obyek mudharabah.
Persetujuan kedua pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum
(sama-sama rela). Disini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk
mengikatkan diri dalam akad mudharabah, bila kedua belah pihak telah
menyetujui perjanjian-perjanjian dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing-
masing, maka langkah selanjutnya adalah membicarakan nisbah keuntungan.
Nisbah keuntungan merupakan rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang
tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak
diterima oleh kedua belah pihak.
c. Landasan Syari'ah
Landasan syari'ah al-Mudharabah lebih mencerminkan pada tujuan
melakukan usaha. Hal ini tampak pada ayat-ayat al-qur‟an dan al-hadist berikut:
1) Al-Qur‟an
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam menjalankan pembiayaan mudharabah perlu adanya aturan yang
melandasi dari kegiatan tersebut, diantaranya
a) QS. Al-Muzammil :20
Artinya :
”Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri kurang
dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan
segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah
menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu
sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka
Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah
dari Al Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-
orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah, dan orang-orang yang lain lagi berperang di
jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah dari Al-Qur'an dan
dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman
kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh nya di sisi Allah
sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan
mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Yang menjadi argumen dari QS. Al-Muzammil: 20 adalah adanya kata
yadhribun yang sama dengan kata mudharabah yang berarti melakukan
suatu perjalanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
QS. Al-Jumu‟ah : 10
Artinya ;
”Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.”
Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah menghalalkan umat manusia untuk
mencari rizki yang sudah diberikan kepadanya dan memanfaatkan untuk
kesejahteraan umat manusia.
b) QS. Al-Baqarah : 198
Artinya ;
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari Tuhanmu. Maka
apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di
Masy'arilharam. Dan berdzikirlah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya
kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk
orang-orang yang sesat.”
Ketiga ayat diatas ( QS. Muzammil: 20, QS. Al-Jumu‟ah: 10 dan QS. Al-
Baqarah: 198) sama-sama mendorong manusia untuk melakukan upaya
perjalanan usaha.
2) Al-Hadist
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain dalam Al-Qur‟an juga ditegaskan dalam hadist yang diriwayatkan
oleh Thabrani berikut :
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib
jika memberikan dan kepada mitra usahanya secara mudharabah, ia
mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni
lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan
tersebut, yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut.
Disampaikannya syarat-syarat tersebut kepada Rosulullah SAW dan
Rosulullah SAW memperbolehkannya.
Dari hadist tersebut menegaskan bahwa dalam pemberian dana pembiayaan
mudharabah harus digunakan syarat-syarat yang disepakati bersama dan kedua
belah pihak yaitu pihak yang memberi dana (shahibul maal) dan pihak penerima
dana (mudharib) harus mentaati syarat-syarat tersebut.
Dalam sistem ekonomi Islam tidak mengenal adanya bunga, karena hal
tersebut dianggap sebagai riba dan dihukumi haram. Dasar hukum larangan
menggunakan riba atau bunga telah tercantum dalam Al-Qur‟an, menurut
Muhammad (2005: 107) yaitu :
a) Doktrin kerjasama dalam ekonomi Islam dapat menciptakan kerja
produktif sehari-hari dari masyarakat. (QS. 2 : 190)
b) Meningkatkan kesejahteraan dan mencegah kesengsaraan sosial. (QS. 3: 105;
QS. 5: 3; QS.9: 71,105)
c) Mencegah penindasan ekonomi dan distribusi kekayaan yang tidak merata (
QS.69: 25-37; QS.89:17-20; QS.107:1-7)
d) Melindungi kepentingan ekonomi lemah (QS.4: 5-10; 74-76;QS.89:17-26)
e) Membangun organisasi yang berprinsip syarikat, sehingga terjadi proses yang
kuat membantu yang lemah (QS. 43: 32)
f) Pembagian kerja atau spesialisasi berdasarkan saling ketergantungan serta
pertukaran barang dan jasa karena tidak mungkin berdiri sendiri (QS. 92: 8-
10; QS. 96: 6)
d. Jenis-jenis Al Mudharabah
Mengacu pada pendapat Adiwarman Karim (2004: 200) secara umum, al-
mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan
mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi
jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Pemilik dana (shahibul maal)
memberikan otoritas dan hak sepenuhnya kepada mudharib untuk
menginvestasikan atau memutar uangnya.
2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah (restricted mudharabah atau specified
mudharabah) adalah kerjasama usaha dimana mudharib dibatasi dengan
jenis usaha, waktu, dan tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali
mencerminkan kecenderungan umum shahibul maal dalam memasuki jenis
usaha.
Menurut Zainul Arifin (2000: 203) berpendapat bahwa “Mudharabah
muqayyadah adalah akad yang dilakukan antara pemilik modal (shahibul maal)
kepada pengelola usaha (mudharib) untuk usaha yang ditentukan oleh pemilik
modal, dimana keuntungan disepakati di awal untuk dibagi bersama dan kerugian
ditanggung oleh pemilik modal (shahibul maal) “.
e. Manfaat dan Resiko Al-Mudharabah
1) Manfaat Al-Mudharabah
Manfaat pembiayaan mudharabah, menurut pendapat Muhammad( 2002:
105) adalah :
a) Bank akan mengalami peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan
usaha nasabah meningkat;
b) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank
sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread;
c) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau
arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah;
d) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang
konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan;
e) Prinsip bagi hasil mudharabah berbeda dengan prinsip bunga tetap
dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah
bunga tetap pun keuntungannya yang dihasilkan oleh nasabah, sekalipun
merugi dan terjadi krisis moneter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Resiko Al-Mudharabah
Resiko al-mudharabah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan,
relatif tinggi (Muhammad, 2002: 105) diantaranya :
a) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang
disebut dalam kontrak;
b) Lalai dan kesalahan yang disengaja;
c) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah yang tidak jujur.
5. Kredit
a. Pengertian Kredit
Pengertian kredit dalam arti luas diartikan sebagai kepercayaan. Begitu juga
dalam bahasa latin kredit berarti crede artinya percaya. Maksud dari percaya bagi
si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang
disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian. Sedangkan bagi
yang menerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai
kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu yang disepakati dalam perjanjian.
Menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 :
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan
pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa kredit atau pembiayaan dapat
berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misal bank
membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur),
bahwa mereka sepakat sesuai perjanjian yang telah dibuat. Dalam perjanjian kredit
tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta
bunga yang disepakati bersama. Demikian pula dengan masalah transaksi apabila
debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama.
b. Tujuan dan Fungsi Kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan
pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan.
Adapun tujuan utama pemberian kredit antara lain :
1) Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.
Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank
sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada
nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank
yang terus menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank
tersebut akan dilikuidasi.
2) Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan
dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana
tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas
usahanya.
3) Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti
adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi
pemerintah dengan menyebarkan pemberian kredit adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank;
b) Membuka kesempatan kerja baru, dalam hal ini digunakan untuk kredit
pembangunan usaha baru atau perluasan usaha, perusahaan akan
membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menarik tenaga kerja
dan mengurangi pengangguran.;
c) Meningkatkan jumlah barang dan jasa, bahwa sebagian besar kredit
yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah dan jasa yang beredar
di masyarakat;
d) Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang
sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri
dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa
negara;
e) Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang di biayai
untuk keperluan ekspor.
Kemudian disamping tujuan diatas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi
sebagai berikut :
1) Untuk meningkatkan daya guna uang
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika
uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.
Dengan diberikannya kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk
menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.
2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah
ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan
memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang
dari daerah lainnya.
3) Untuk meningkatkan daya guna barang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk
mengolah barang yang tidak berguna atau bermanfaat.
4) Sebagai alat stabilitas ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi
karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah
barang-barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula
membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri
sehingga meningkatkan devisa negara.
c. Jenis-jenis Kredit
Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk
masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat
dari berbagai segi, antara lain :
1) Dilihat dari Segi Kegunaan
(a) Kredit Investasi
Digunakan untuk perluasan usaha atau pengembangan proyek atau
keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk
membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Dari penggunaan mesin
tersebut pemakainnya untuk suatu periode yang relatif lama.
(b) Kredit Modal Kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam
operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk
membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya
yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Dilihat dari Segi Tujuan Kredit
(a) Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
Sebagai contoh kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan
mengahasilkan barang, kredit petanian akan menghasilkan produk
pertanian atau kredit pertambangan akan menghasilkan bahan tambang
atau kredit industri lainnya.
(b) Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk konsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini
tidak ada penambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang
untuk digunakan oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit
untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit motor.
(c) Kredit Perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli
barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan
barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada agen-agen
atau supplier perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah
besar.
3) Dilihat dari Segi Jangka Waktu
(a) Kredit Jangka Pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau
paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal
kerja. Contoh untuk peternakan misalnya kredit peternakan ayam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(b) Kredit Jangka Menengah
Jangka kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun,
biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti
jeruk atau peternakan kambing.
(c) Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka
panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya
kredit untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa
sawit, atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit
perumahan.
4) Dilihat dari Segi Jaminan
(a) Kredit dengan Jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat
berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.
Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan
yang diberikan si calon debitur.
(b) Kredit Tanpa Jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan
karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.
5) Dilihat dari Segi Sektor Usaha
(a) Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perkebunan dan pertanian rakyat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(b) Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya untuk
peternakan ayam dan jangka panjang untuk peternakan kambing atau
sapi.
(c) Kredit industri, yaitu untuk membiayai industri kecil, menengah, atau
besar.
(d) Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam
jangka panjang, seperti tambang emas, minyak, dan timah.
(e) Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun
sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk
para mahasiswa.
(f) Kredit profesi, diberikan kepada para professional seperti dosen, dokter,
dan pengacara.
6. Usaha Kecil Menengah
a. Pengertian Usaha Kecil Menengah
Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil menengah memegang
peranan yang sangat penting terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja
yang mampu diserap olehnya. Usaha kecil memiliki nilai strategis bagi
pembangunan bangsa, juga sebagai upaya meratakan hasil pembangunan yang
telah dicapai. Usaha kecil mendominasi kegiatan usaha, misalnya sektor pertanian
lebih dari 99% kegiatan usaha dilakukan oleh pengusaha kecil. Di sektor
perdagangan lebih dari 98%, di sektor transportasi lebih dari 97% dan di sektor
pengolahan jasa-jasa lain masing-masing lebih dari 98%.
Usaha kecil menengah (UKM) menurut surat edaran Bank Indonesia
No.26/1/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah
usaha yang memiliki total asset minimum Rp 600 juta (enam ratus juta rupiah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak temasuk tanah dan rumah yang ditempati. Pengertian usaha kecil menengah
ini meliputi perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang asset yang
dimiliki tidak melebihi nilai Rp 600 juta.
Berdasarkan UU No 9/1995 tentang Usaha Kecil Menengah, yang dimaksud
usaha kecil menengah adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam
memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti
kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Pandji Anoraga dan
Djoko Sudantoko (2002: 225), menyatakan bahwa ”Usaha kecil menengah yang
dimaksud disini meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun
usaha kecil informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat,
dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga,
pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung.
Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi
sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan atau berkaitan dengan
seni dan budaya.”
b. Karakteristik Usaha Kecil Menengah
Kriteria usaha kecil menengah sangat berbeda-beda, tergantung pada fokus
permasalahan yang dituju dan instansi yang berkaitan dengan sektor ini. Secara
umum karakteristik usaha kecil menengah menurut pendapat Pandji Anoraga &
Djoko Sudantoko (2002: 25) dapat peneliti kemukakan sebagai berikut:
1) Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti
kaidah dan administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak
di-up to date, sehingga sulit untuk menilai kerja usahanya.
2) Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat
tinggi.
3) Modal terbatas.
4) Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat
terbatas.
5) Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk
mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6) Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat
terbatas.
7) Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal sangat
rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk
mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti
sistem administrasi standard dan harus transparan.
Sedangkan kriteria usaha kecil menurut Undang-Undang No 9 Tahun 1995
sebagai berikut :
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (Dua ratus juta
rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau ;
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah);
3) Milik Warga Negara Indonesia;
4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha menengah atau usaha besar;
5) Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Menurut Undang-Undang No 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil, disebutkan
bahwa “Usaha Menengah dan Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang
mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar
daripada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan Usaha Kecil”. Sedangkan
menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia No 10 tahun 1999 tentang
Pemberdayaan Usaha Menengah, disebutkan bahwa “Usaha Menengah adalah
usaha produktif yang berskala menengah dan memenuhi kriteria kekayaan bersih
lebih besar dari Rp 200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah) diluar tanah dan
bangunan tempat usaha atau yang memiliki penjualan maksimum Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”.
Dari pengertian diatas dapat diketahui unsur-unsur usaha menengah yaitu:
1) Usaha menengah merupakan usaha produktif yang berskala menengah.
2) Usaha menengah merupakan kegiatan usaha yang bergerak dibidang ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Kriteria usaha menengah adalah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
lebih besar daripada kekayaan bersih dan hasil penualan tahunan usaha kecil
c. Modal Usaha Kecil Menengah (UKM)
Beberapa alternatif yang dapat dilakukan usaha kecil untuk mendapatkan
pembiayaan atau modal dasar maupun untuk langkah-langkah pengembangan
usahanya menurut Pandji Anoraga dan Djoko Sudantoko (2002, 228), yaitu
”Melalui kredit perbankan, pinjaman lembaga keuangan bukan bank, modal
ventura, pinjaman dari dana penyisihan sebagai laba Badan Hukum Milik Negara
(BUMN), hibah, dan jenis-jenis pembiayaan lainnya”.
Usaha Kecil dan Menengah dalam perkembangannya memiliki sasaran
utama, antara lain :
1) Meningkatkan pendapatan rakyat
2) Meningkatkan produksi pangan, barang, dan jasa. Khusus untuk pangan
dengan cara membentuk stock pangan nasional yang ditunjang dengan
sistem distribusi modern.
3) Membangun skenario ekonomi berbasis IPTEK, dengan prioritas industri
maju ditunjang industri ikutan lainnya.
4) Membina dan mengembangkan UKM kabupaten atau kota untuk
mewujudkan pengusaha lapisan menengah baru.
d. Keunggulan dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah
Setiap usaha bisnis mengandung potensi benefit dan biaya, sedangkan usaha
kecil memiliki beberapa potensi dan keunggulan kompetitif. Mengacu pada
pendapat dari Pandji Anogara & Djoko Sudantoko (2002: 229) bahwa :
1) Usaha kecil beroperasi menyebar di seluruh pelosok dengan berbagai ragam
bidang usaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Usaha kecil beroperasi dengan investasi modal untuk aktiva tetap pada
tingkat yang rendah.
3) Sebagian besar usaha kecil dapat dikatakan padat karya (labor intensive)
yang disebabkan penggunaan teknologi sederhana.
Kebanyakan usaha kecil menengah untuk memenuhi permintaan (aggregate
demand) yang terjadi di daerah regionalnya. Bisa jadi orientasi produksi usaha
kecil menengah tidak terbatas pada orientasi produk melainkan sudah mencapai
taraf orientasi konsumen. Untuk itu diperlukan suatu keputusan manajerial yang
menuntut kejelian tinggi. Dengan penyebaran usaha kecil menengah, minimal
dapat menekan kesenjangan desa-kota dan mengatasi masalah urbanisasi.
Sebagian besar modal usaha kecil menengah terserap pada kebutuhan modal kerja.
Karena yang dipertaruhkan kecil, implikasinya usaha kecil menengah memiliki
kebebasan yang tinggi untuk masuk atau keluar dari pasar. Dengan demikian,
kegiatan produksi dapat dihentikan sewaktu-waktu jika kondisi perekonomian
yang dihadapi kurang menguntungkan. Konsekuensi lain dari rendahnya nilai
aktiva tetap adalah mudah meng-up to date-kan produknya. Sebagai akibatnya
akan memiliki derajat imunitas yang tinggi terhadap gejolak perekonomian
internasional.
Prosentase nilai tambah pada tenaga kerja usaha kecil menengah relatif
tinggi. Dengan demikian, distribusi pendapatan dapat tercapai. Selain itu,
keunggulan lain dari usaha kecil menengah terdapat pada hubungan yang erat
antara pemilik dengan karyawannya, sehingga jarang terjadi pemutusan hubungan
kerja (PHK). Keadaan ini menunjukkan bahwa usaha kecil menengah memiliki
fungsi sosial ekonomi.
Kelemahan usaha kecil menengah adalah investasi awal dapat saja
mengalami kerugian. Beberapa resiko diluar kendali pemilik, seperti perubahan
mode, peraturan pemerintah, persaingan, dan masalah tenaga kerja dapat
menghambat kelancaran usaha. Beberapa usaha kecil menengah juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menghasilkan pendapatan yang tidak teratur, pemilik bahkan terkadang tidak
mendapatkan profit.
e. Hambatan Perkembangan Usaha Kecil Menengah
Menurut pendapat Pandji Anoraga & Djoko Sudantoko (2002: 231),
menyatakan bahwa hambatan-hambatan yang sering dialami oleh usaha kecil
menengah antara lain :
1) Keterbatasan dana dan kemampuan yang mengakibatkan peluang ekspor
tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh industri kecil.
2) Hambatan perkembangan industri kecil adalah modal kerja yang terbatas
dan barang yang diproduksi kurang laku.
3) Kendala usaha kecil menengah dalam mengembangkan potensinya.
4) Pengetahuan dan kemampuan manajemen yang sangat lemah
5) Ketidakmampuan mengelola usaha dan kekurangan modal
6) Ketidakmampuan manajemen
7) Kendala pengembangan usaha kecil menengah dapat disebabkan faktor
kemampuan yang bersifat alamiah (mental dan budaya kerja), tingkat
pendidikan SDM, keterbatasan keterampilan dan keahlian, keterbatasan
modal dan informasi pasar.
Sampai saat ini industri kecil belum memiliki bentuk organisasi yang
mampu untuk menghadapi perubahan dengan cepat karena stuktur organisasi
internalnya masih sederhana dan masih dominannya keterlibatan pemilik dalam
segala kegiatan usaha. Untuk memperbaiki situasi tersebut diperlukan peningkatan
kemampuan personil yaitu komunikasi, kerja kelompok, inovasi leadership dan
kemampuan manajerial yaitu kepemimpinan dan penerapan manajemen fungsional
serta gaya kerja, baik secara mutlak maupun tambahan dalam mencapai
kompetitas secara spesifik maupun global. Kendala mendapatkan pendanaan
disebabkan oleh tidak dimilikinya pembukuan dan catatan-catatan rugi atau laba
serta penjualan dan kelengkapan administrasi secara umum, sehingga pihak
pemberi dana mengalami kesulitan dalam menilai kekayaan usaha kecil menengah
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian dari teori-teori atau temuan
dari bahan penelitian lain yang turut mendasari penyusunan penelitian ini.
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan
yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Patimatu Jahra (2002) di salah satu BMT di
Kota Banjarmasin yang berjudul “Profil Usaha BMT Ukhuwah di Kota
Banjarmasin” menyimpulkan bahwa BMT mempunyai andil yang sangat besar
bagi pemberdayaan dan pengembangan usaha kecil. Keberadaan BMT di kota
Banjarmasin sangat dirasakan oleh nasabahnya terutama dalam hal membantu
pembiayaan modal usaha dan meningkatkan penghasilan dan kualitas hidup
masyarakat semakin membaik.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Riski Agus Winarto (2005) di Bank Muamalat
Cabang Surakarta yang berjudul “Pelaksanaan Prinsip Bagi Hasil Dalam
Prosedur Penyaluran Dana untuk Produk Pembiayaan Mudharabah”
menyimpulkan bahwa Bank Muamalat Cabang Surakarta telah melaksanakan
prinsip bagi hasil dalam prosedur penyaluran dana untuk produk pembiayaan
mudharabah sesuai dengan syariah. Proses pembiayaan mudharabah di Bank
Muamalat Cabang Surakarta melalui beberapa proses, diantaranya solitisasi,
analisis, persetujuan, pencairan biaya, perhitungan bagi hasil, pembayaran
angsuran dan monitoring. Pembiayaan mudharabah ini diutamakan kepada
nasabah guna memberikan bantuan investasi atau modal kerja yang bersifat
halal dan sesuai dengan syariah.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Narita Indriany (2006) di BMT An-Nuur
Kutoarjo yang berjudul “Pengembangan Usaha Melalui Pembiayaan
Mudharabah pada Usaha Kecil “ menyimpulkan bahwa dengan adanya
pembiayaan mudharabah dapat meningkatkan kualitas ekonomi usaha kecil,
menambah permodalan sehingga dapat melanjutkan usahanya dengan lancar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
meskipun perkembangan usaha kecil tersebut tidak meningkat tajam tetapi
dapat meningkat sedikit demi sedikit.
Dari penelitian-penelitian diatas terdapat kesamaan dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan, yaitu sama-sama mengungkapkan tentang sejauhmana
peranan BMT dalam membantu permodalan bagi usaha kecil menengah.
Sedangkan perbedaan penelitian dengan penelitian-penelitian diatas adalah adanya
perbedaan hasil penelitian yang dilakukan Patimatu Jahra (2002) yang berjudul
“Profil Usaha BMT Ukhuwah di Kota Banjarmasin” yang berfokus pada
peningkatan kualitas hidup masyarakat, sedangkan penelitian yang akan peneliti
lakukan hanya berfokus pada peningkatan modal usaha bagi usaha kecil menengah
melalui produk pembiayaan mudharabah.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan arah penalaran untuk bisa sampai kepada
pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Menyusun kerangka
pemikiran berarti juga membuat argument yang rasional terhadap teori-teori yang
digunakan untuk menjawab masalah. Kerangka pemikiran secara sistematis dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut.
Al-Mudharabah adalah suatu bentuk kemitraan antara pihak yang
memberikan dana yaitu pihak Koperasi Jasa Keuangan Syariah (shahibul maal)
dengan pihak yang menerima dana pembiayaan tersebut yaitu nasabah (mudharib).
Kerjasama ini dilandasi dengan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak
(akad). Hal tersebut guna memperjelas jumlah bagi hasil yang disepakati bersama
dan ditentukan pada saat perjanjian. Pada pembiayaan al-mudharabah, pihak
nasabah menerima dana pembiayaan tersebut sebesar 100% dari pihak bank selaku
shahibul maal. Dalam pembiayaan al-mudharabah bank tidak menggunakan
sistem bunga pada saat nasabah mengembalikan pinjaman, tetapi sistem yang
digunakan adalah bagi hasil (profit sharing).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penerimaan modal dari Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah akan digunakan
sebagai modal usaha bagi nasabah. Dari aktivitas usaha tersebut pasti akan
mendatangkan suatu keuntungan walaupun tidak menutup kemungkinan akan
mengalami kerugian. Apabila usaha yang dijalankan oleh nasabah pembiayaan
mendapatkan keuntungan, maka laba yang diperoleh dibagi secara proporsional
sesuai dengan akad yang sudah disepakati bersama sebelumnya. Tetapi apabila
mengalami kerugian, maka rugi tersebut akan ditanggung oleh pihak Koperasi Jasa
Keuangan Syari'ah secara keseluruhan, jika kerugian tersebut bukan disebabkan
oleh kelalaian mudharib. Namun, apabila kerugian disebabkan oleh kelalaian
mudharib, kerugian tersebut harus ditanggung oleh mudharib sendiri.
Setelah proses transaksi pembiayaan berjalan, kemungkinan akan terjadi
beberapa hambatan. Hambatan tersebut biasanya berasal dari nasabah (mudharib).
Hambatan tersebut dapat terjadi pada saat menjalankan perjanjian (akad) atau pada
saat pengembalian pokok pembiayaan melalui angsuran oleh nasabah. Adanya hal
tersebut maka Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah berusaha untuk mengatasi
masalah tersebut dengan cara melakukan musyawarah dengan berbagai pihak yang
terkait.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERJANJIAN
BAGI HASIL
KEAHLIAN/ MODAL 100%
KETERAMPILAN
Nasabah
(Mudharib)
KJKS
(Shahibul Maal)
PROYEK /USAHA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Nisbah X % Nisbah Y %
Pengembalian
Modal Pokok Pinjaman
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Laporan Keuangan
Nasabah
Pembagian Keuntungan
MODAL
USAHA
Pengembangan Usaha Kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk melaksanakan
penelitian dalam usaha menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik-
teknik serta alat-alat tertentu berdasarkan peristiwa ilmiah.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan sumber diperolehnya data yang dibutuhkan
dari masalah yang akan diteliti. Peneliti akan melakukan penelitian di BMT BINA
INSAN MANDIRI yang beralamat di desa Ceplukan, Wonorejo, Gondangrejo,
Karanganyar. Alasan peneliti melakukan penelitian di BMT BINA INSAN
MANDIRI (BIM) Gondangrejo, yaitu :
1. Merupakan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah yang melakukan salah satu
usahanya yaitu pemberian pembiayaan mudharabah.
2. Tersedianya bermacam data yang akurat untuk mendukung kelancaran peneliti
dalam melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan bagi penelitian ini.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan data penelitian mengenai
peranan BMT Bina Insan Mandiri (BIM) dalam pengembangan usaha kecil
menengah di kecamatan Gondangrejo tahun 2009. Penelitian ini direncanakan
selama 6 (enam) bulan terhitung mulai penyusunan proposal sampai dengan
penyusunan laporan hasil penelitian yang diawali dari bulan Oktober 2009 sampai
dengan bulan Maret 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
3. Tabel Jadwal Penelitian
Tabel 3. Jadwal Penelitian
Kegiatan 2009 2010
Okt Nov Des Jan Feb Mar
1. Persiapan Penelitian
Penyusunan proposal
Ijin penelitian
2. Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data
Analisis data
3.Penyusunan Laporan
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Dalam suatu penelitian ilmiah, metode memegang peranan yang sangat
penting, karena keberhasilan suatu penelitian sangat ditentukan oleh ketepatan
metode/cara yang digunakan. Winarno Surakhmad (2004: 131) menyatakan bahwa
“Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan,
misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik
serta alat-alat tertentu”. Hadari Nawawi (1993: 61) menyatakan bahwa “Metode
adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan”.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian deskriptif, karena peneliti bertujuan untuk
melakukan penyelidikan dengan menggambarkan dan memaparkan keadaaan
obyek dan subyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
nyata atau sebagaimana mestinya. Menurut Sukmadinata (2003: 94) “penelitian
kualitatif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
(menggambarkan), menganalisa fenomena-fenomena, peristiwa, aktivitas sosial
secara alamiah dari sudut perspektif partisipan penelitian kualitatif." Penelitian
kualitatif menurut Lexy J. Moleong (2000: 3) yang mengutip pendapat Bogdan
dan Taylor mengemukakan sebagai berikut “Metode kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Sedangkan Moh. Nazir (1999:
63) berpendapat bahwa:
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif
adalah untuk membuat suatu deskripsi, gambaran ataupun lukisan secara
sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan
antara fenomena yang diselidiki.
Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 309) “Penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status dari
suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan”. Sedangkan Abdurrahmad Fathoni (2006: 97) menjelaskan
bahwa “Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengadakan
pemeriksaan dan pengukuran terhadap gejala tertentu”. Menurut Hadari Nawawi
dan Mimi Martini (1996: 73) menyatakan bahwa “Metode deskriptif dapat
diartikan sebagai suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan
menggambarkan ataupun melukiskan objek penelitian pada saat sekarang,
berdasarkan fakta-fakta yang tampak nyata atau sebagaimana adanya”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu cara
dalam meneliti suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang sedang diamati. Selain itu
penelitian deskriptif kualitatif mempunyai beberapa karakteristik: berlatar
belakang alamiah, mengandalkan manusia atau orang sebagai obyek penelitian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memanfaatkan data-data kualitatif, menggunakan analisa secara induktif,
mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori dasar yang bersifat
deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi kajian pada
fokus tertentu, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya
dapat bersifat sementara, serta hasil penelitian tersebut dapat diterima semua
pihak.
2. Strategi Penelitian
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tunggal terpancang,
dimana peneliti hanya mengkaji suatu masalah saja dan pengumpulan data yang
lebih terarah berdasarkan tujuan mengenai pengembangan usaha melalui
pembiayaan mudharabah pada usaha kecil menengah (UKM) di Kecamatan
Gondangrejo tahun 2009. Jadi strategi tunggal terpancang yang digunakan dalam
penelitian ini mengandung pengertian sebagai berikut tunggal artinya hanya ada
satu ruang lingkup untuk lokasi penelitian yaitu di BMT Bina Insan Mandiri
(BIM). Sedangkan terpancang dalam tujuan penelitian ini, maksudnya bahwa apa
yang harus diteliti dibatasi pada aspek-aspek yang sudah dipilih sebelum
melaksanakan penelitian, yaitu untuk mengetahui sejauhmana peranan BMT Bina
Insan Mandiri dalam pembiayaan mudharabah untuk menunjang permodalan dan
mendukung perkembangan bagi usaha kecil menengah di Kecamatan
Gondangrejo.
C. Sumber Data
Sumber data merupakan hal yang sangat penting karena penelitian yang
dapat menghasilkan suatu pemahaman dengan kesimpulan yang tepat sangat
tergantung pada data yang lengkap, benar dan sahih. Sumber data juga sangat
penting dalam menentukan ketepatan ilmiah hasil penelitian, selain itu penentuan
jenis sumber data yang sesuai akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
informasi yang akan dikumpulkan dan juga validitasnya. Sumber data merupakan
segala sesuatu yang digunakan sebagai pelengkap data dalam suatu penelitian.
Menurut Loflan dalam Lexy (2000: 112), “Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti
dokumen yang lain”. Winarno Surakhmad (2004: 163) mengatakan bahwa:
Sumber data dibedakan antara sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber primer adalah sumber asli, sumber tangan pertama
penyelidik, dan sumber sekunder berisi data dari tangan kedua (atau dari
tangan yang kesekian), yang bagi penyelidik tidak mungkin berisi data seasli
sumber primer.
H.B. Sutopo (2006: 62) mengatakan bahwa “Sumber data dalam
penelitian kualitatif terdiri dari beragam jenis, bisa berupa orang, peristiwa, tempat
atau lokasi, benda serta dokumen atau arsip”. Dari pengertian tersebut dapat
diuraikan bahwa macam-macam sumber data antara lain adalah sebagai berikut :
1. Informan
Dalam penelitian kualitatif, posisi informan sangat penting peranannya
sebagai individu yang memiliki informasi. Untuk memperoleh data-data yang
diperlukan dalam penelitian kualitatif salah satu cara yang dapat ditempuh adalah
dengan menggunakan teknik wawancara kepada informan. Informan yang
dimaksud dapat terdiri dari pelaku aktivitas, pengamat, orang yang secara
langsung mengelola atau merencanakan sesuatu, kelompok sasaran program atau
kegiatan atau bahkan hanya sekedar sebagai penerima informasi secara tidak
langsung yang memungkinkan untuk mengakses informasi yang dimiliki oleh
informan sesuai dengan kebutuhan peneliti, sehingga peneliti dapat secara lentur
dan kritis dalam memahami beragam informasi yang penting dan secara langsung
berdampak pada kemantapan kualitas penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Informan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang yang berhubungan
dan sangat mengetahui permasalahan yang sedang dikaji oleh peneliti serta
bersedia memberikan informasi kepada peneliti berupa kata-kata. Informan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penelitian ini antara lain, pimpinan manajer, karyawan, dan pengusaha kecil
menengah (UKM) yang mendapat pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan
Mandiri.
2. Arsip dan Dokumen
Dalam suatu penelitian, keberadaan dokumen sangat mendukung untuk
mengumpulkan data yang diperlukan oleh peneliti. H.B. Sutopo (2006: 61)
menjelaskan bahwa “Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang
bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu”. Dokumen atau arsip
merupakan sumber data sekunder atau tambahan yang berupa sumber tertulis yang
berhubungan dengan peristiwa atau aktivitas tertentu. Walaupun hanya sebagai
sumber data sekunder, namun tidak bisa diabaikan begitu saja, karena sumber data
tersebut sangat berguna bagi peneliti untuk membantu melengkapi informasi yang
diperlukan oleh peneliti dalam rangka memecahkan masalah dalam penelitian.
Sumber data tersebut dapat berupa arsip-arsip atau sejarah perkembangan
Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri yang relevan dan
menunjang penelitian.
Arsip-arsip tersebut bermanfaat untuk membandingkan data yang diperoleh
melalui wawancara dengan dokumen yang ada, sehingga dokumen dan arsip
merupakan sumber data yang sangat diperlukan dan membantu proses
pengumpulan data dalam penelitian.
3. Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung dan mendengarkan penjelasan yang
diberikan oleh narasumber, yaitu karyawan BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo
serta para pengusaha kecil menengah yang mendapat pembiayaan mudharabah
dari BMT Bina Insan Mandiri.
4. Foto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Foto merupakan salah satu jenis sumber data dalam penelitian kualitatif,
karena foto menghasilkan data-data deskriptif yang cukup berharga dan sering
digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara
induktif. Bogdan dan Biklen dalam Lexy J. Moleong (2000:114) menjelaskan
“Ada dua jenis foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto
yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri”. Foto yang
digunakan sebagai sumber data adalah foto-foto yang berkaitan dengan tujuan
penelitian, serta kondisinya bisa dimanfaatkan sebagai sumber data. Foto-foto
yang dihasilkan sebagai sumber data berupa aktivitas-aktivitas di BMT Bina Insan
Mandiri Gondangrejo serta aktivitas-aktivitas para pengusaha kecil di tempat
usaha mereka..
5. Kepustakaan
Bersumber dari buku-buku yang berkaitan dengan perbankan syari'ah,
jurnal-jurnal penelitian, dan karya ilmiah lainnya.
D. Teknik Sampling (Cuplikan)
Teknik sampling berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis dari
sumber-sumber data yang akan digunakan dalam suatu penelitian. Teknik
sampling merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan dalam
penelitian yang mengarah pada seleksi dengan menggunakan pertimbangan
berdasar konsep teoritis yang digunakan. Teknik sampling yang digunakan adalah
teknik purposive sampling.
Menurut Prof. Dr. S.Nasution,M.A (1975: 145) menyatakan bahwa,
Sampel yang purposif adalah sampel yang dipilih secara cermat sehingga
relevan dengan desain penelitian. Peneliti akan berusaha agar dalam sampel
itu terdapat wakil-wakil dari segala lapisan populasi. Dengan demikian
diusahakan agar sampel itu memiliki ciri-ciri yang esensial dari populasi
sehingga dapat dianggap cukup representatif. Ciri-ciri yang esensial, apa
yang harus diwakili, bergantung pada penelitian atau pertimbangan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
judgment peneliti. Itu sebab purposive sampling ini disebut juga judgment
sampling.
Pengambilan sampel penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini,
menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu sampel tidak
ditekankan pada jumlah, melainkan ditekankan pada kekayaan informasi yang
dimiliki oleh informan sebagai sumber data. Cara pengambilan sampel didasarkan
pada karakteristik-karakteristik tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian,
karena sampel tidak dimaksudkan untuk generalisasi. Peneliti tidak menentukan
jumlah sampel, tetapi menentukan informasi sebanyak mungkin yang diperoleh
dari berbagai sumber. Menurut Lexy J.Moleong (2000: 165) ciri-ciri dari
purposive sampling adalah :
1. Rancangan sampel yang muncul : Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik
terlebih dahulu.
2. Pemilihan sampel yang berurutan: Tujuannya yaitu untuk memperoleh
variasi sebanyak-banyaknya hanya akan dapat dicapai apabila pemilihan
satuan sampel dilakukan jika satuan sebelumnya sudah dijaring atau
dianalisis. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel: Pada mulanya setiap
sampel dapat sama kegunaannya. Namun, sesudah makin banyak informasi
yang masuk dan semakin mengembangkan hipotesis kerja, akan nyata bahwa
sampel dipilih atas dasar fokus penelitian.
3. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan: kuncinya disini adalah
jika sudah terjadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel sudah
dihentikan.
Untuk memperoleh data yang rinci diperlukan informan yang mengetahui
permasalahan yang sedang diteliti. Dalam menentukan informan, peneliti
menggunakan teknik bola salju (snowball sampling). HB Sutopo (2002: 57)
mengemukakan bahwa :
Snowball sampling merupakan cara pemilihan informan pada waktu di lokasi
penelitian, yang kemudian berdasarkan petunjuk informan tersebut peneliti
menemukan informan baru dan seterusnya berganti informan lainnya yang
tidak terencana sebelumnya, sehingga diharapkan akan mendapatkan data
lengkap dan mendalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Teknik ini akan memungkinkan peneliti untuk memilih informan yang
dipandang paling mengerti dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang
mantap. Pilihan informan mungkin dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan
dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data, disamping untuk memperoleh
kedalaman studi dalam konteks tertentu. Menurut Bogdan dan Bikle, dalam
Bambang Sumardjoko (2004: 21) menyatakan bahwa “Cuplikan semacam ini
disebut interval sampling, karena keputusan dapat diambil begitu peneliti
mempunyai suatu pemikiran umum yang muncul mengenai apa yang sedang
dipelajari, dengan siapa berbicara, kapan melakukan observasi yang tepat atau time
sampling, dan berapa jumlah serta macam dokumen yang diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Beragam sumber data yang telah didapatkan oleh peneliti menuntut cara atau
teknik pengumpulan data tertentu yang sesuai dengan sumber data untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan yang
dikemukakan peneliti. Untuk itu diperlukan teknik dan alat pengumpulan data
yang tepat sehingga memungkinkan tercapainya pemecahan masalah secara valid
dan reliabel. Menurut Goetz dan LaComte dalam H.B.Sutopo (2006: 66)
menyatakan bahwa, “Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara
umum dapat dikelompokkan menjadi dua cara yaitu metode yang bersifat
interaktif dan non interaktif”. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan metode interaktif yaitu dengan melakukan observasi secara
langsung melalui wawancara dengan para narasumber, sedangkan metode non
interaktif meliputi observasi, dan mencatat dokumen maupun arsip.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara
Sumber data yang sangat penting dalam suatu penelitian kualitatif adalah
manusia sebagai narasumber atau informan. Menurut Lexy J. Moleong (2000:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135), “Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu dan
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
orang yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.
Maksud dalam melakukan wawancara, seperti yang ditegaskan oleh Lincoln
dan Guba dalam Lexy J. Moleong (2000: 134) adalah :
a. Mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian-kejadian, kegiatankegiatan,
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan kebulatan;
b. Merekonstruksikan kebulatan-kebulatan sedemikian rupa sebagai sesuatu yang
dialami masa lalu;
c. Memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk
dialami pada masa yang akan datang;
d. Memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari
orang lain baik dari manusia maupun bukan manusia;
e. Memverifikasi, mengubah, serta memperluas konstruksi-konstruksi yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.
Pembagian jenis wawancara juga dikemukakan oleh Guba dan Lincoln
sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Moleong (2000: 137) adalah :
1. Wawancara oleh tim panel
2. Wawancara tertutup dan Wawancara terbuka
3. Wawancara riwayat secara lisan
4. Wawancara terstruktur dan tidak terstruktur
Berdasarkan jenis-jenis wawancara diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Wawancara oleh Tim Panel
Wawancara oleh tim berarti wawancara yang dilakukan tidak hanya oleh satu
orang, tetapi wawancara dua orang atau lebih terhadap seseorang yang
diwawancarai. Sedangkan wawancara panel yaitu satu pewawancara dapat saja
berhadapan dengan dua orang atau lebih yang diwawancarai sekaligus.
2. Wawancara Tertutup dan Wawancara Terbuka
Wawancara tertutup merupakan wawancara pihak yang diwawancarai tidak
mengetahui atau tidak menyadari bahwa mereka diwawancarai. Sedangkan
wawancara terbuka adalah suatu wawancara pihak yang diwawancarai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai serta mengetahui tujuan
wawancara tersebut.
3. Wawancara Riwayat Secara Lisan
Wawancara ini dimaksudkan untuk mengungkapkan riwayat tertentu, pihak
yang diwawancarai bicara secara terus menerus dan pewawancara sekali-kali
mengajukan pertanyaan.
4. Wawancara Terstruktur dan Tak Terstruktur
Wawancara terstruktur adalah suatu wawancara pewawancara menetapkan
sendiri pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan disusun secara
ketat. Sedangkan wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang
digunakan untuk menemukan informasi yang tidak baku. Responden biasanya
terdiri dari mereka yang mempunyai pengetahuan dan mendalami serta
memahami informasi yang dibutuhkan.
Dalam penelitian ini, peneliti sebagai pewawancara menggunakan teknik
wawancara terstruktur yang pokok-pokok pertanyaan telah diatur secara terstruktur
dibuat kerangka dan garis besarnya sebelum berada di lapangan penelitian
sehingga pertanyaan dan jawaban lebih terarah pada pokok-pokok penelitian.
Data yang dikumpulkan melalui wawancara adalah tentang:
1. Prosedur permohonan pembiayaan mudharabah BMT Bina Insan Mandiri
Gondangrejo bagi pengusaha kecil menengah.
2. Peranan pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri (BIM)
Gondangrejo terhadap perkembangan usaha kecil menengah di Kecamatan
Gondangrejo tahun 2008.
3. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri dalam
proses penyaluran pembiayaan mudharabah kepada usaha kecil menengah dan
solusi untuk menanganinya.
2. Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Nasution (1996: 63) menyatakan bahwa, “Observasi dilakukan secara
langsung, terfokus dan selektif”. Teknik observasi digunakan untuk menggali data
dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda dan rekaman
gambar. Menurut H.B Sutopo (2006: 75) bahwa “Observasi dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung”. Teknik ini dilakukan dengan pengamatan
secara langsung terhadap objek yang diteliti dan mencatat fenomena yang
diselidiki dengan menggunakan penglihatan dan pendengaran peneliti secara
langsung.
Observasi merupakan salah satu cara penelitian ilmiah yang paling sesuai di
bidang ilmu sosial. Dengan metode ini dapat diketahui mengenai lingkungan
tempat penelitian dilaksanakan. Lexy J.Moleong (2000:126) menyatakan bahwa
“Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan, dihayati oleh
subyek, sehingga memungkinkan peneliti menjadi sumber data pengamatan,
memungkinkan adanya pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik
dari pihak peneliti maupun dari pihak subyek penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap
kondisi fisik Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri (BIM)
Kecamatan Gondangrejo, aktivitas kerja pengurus dan pegawai, serta sarana dan
prasarana yang ada didalamnya. Pengamatan juga dilakukan terhadap aktivitas
para pengusaha kecil menengah yang menjadi nasabah BMT Bina Insan Mandiri.
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dilakukan secara berulang-ulang dengan
harapan data yang diperoleh akan lebih valid.
3. Dokumentasi
Untuk mendapatkan data-data yang berupa arsip sejarah, visi, misi dan
perkembangan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri secara
lengkap dan relevan, serta mendukung dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data yang berupa dokumentasi. Guba dan Lincoln dalam
Lexy J.Moleong (2000: 161) mengatakan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dokumentasi adalah setiap bahan yang tertulis ataupun film, selain dari
pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk
keperluan pengujian suatu peristiwa atau penyajian akunting yang akan
dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang bersumber dari arsip dan
dokumen yang ada. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi (1985:
133) sebagai berikut “Teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penyelidikan”. Tujuan penggunaan dokumentasi ini adalah untuk
memperoleh data yang bersifat notulis sehingga apa-apa yang belum tergali
melalui teknik wawancara dan observasi dapat tergali melalui dokumen yang ada.
Data yang dikumpulkan melalui dokumentasi adalah data tentang :
1. Sejarah singkat berdirinya BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo
2. Struktur organisasi BMT Bina Insan Mandiri
3. Prosedur permohonan pembiayaan mudharabah
4. Perkembangan usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo
4. Foto
Foto sering digunakan dalam penelitian kualitatif karena dapat membantu
dalam pengumpulan data-data, terutama untuk memperjelas deskripsi berbagai
situasi dan perilaku subjek yang diteliti. Namun, foto bukan merupakan teknik
utama dalam pengumpulan data penelitian kualitatif. H.B.Sutopo mengatakan
bahwa “…cara perekaman ini bukan sebagai teknik khusus pengumpulan data
tetapi hanya untuk menjamin kelengkapan catatan lapangan”.
F. Validitas Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan
penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya artinya setiap peneliti
harus bisa memilih dan menentukan suatu cara yang tepat untuk mengembangkan
validitas data yang diperoleh. Validitas data atau kesahihan data merupakan
kebenaran dari suatu penelitian. Menurut H.B. Sutopo (2006: 92) bahwa,
“Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna
sebagai hasil penelitian”.
Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara yang dapat dipilih untuk
mengembangkan validitas data penelitian, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti
menggunakan cara trianggulasi untuk memeriksa kesahihan atau kebenaran data.
Menurut Lexy J.Moleong (2000: 178), “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Selanjutnya
Patton dalam H.B Sutopo (2006: 92-98) menyatakan bahwa ada empat macam
teknik trianggulasi, yaitu:
a. Trianggulasi sumber, yaitu trianggulasi dengan mengarahkan peneliti agar
dalam mengumpulkan data wajib menggunakan beragam sumber data yang
tersedia.
b. Trianggulasi metode, yaitu trianggulasi yang dilakukan dengan
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan teknik atau metode pengumpulan
data yang berbeda.
c. Trianggulasi peneliti, yaitu hasil penelitian baik berupa data ataupun simpulan
mengenai bagian tertentu ataupun keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari
beberapa peneliti.
d. Trianggulasi teori, yaitu trianggulasi dengan menggunakan perspektif lebih
dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis trianggulasi sumber dan
trianggulasi metode. Dalam trianggulasi sumber peneliti menggunakan beberapa
sumber data untuk mengumpulkan data dengan permasalahan yang sama atau
sejenis tetapi data yang dikumpulkan diambil dari beberapa sumber data yang
berbeda. Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh melalui sumber data, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peneliti melakukannya dengan cara membandingkan hasil wawancara informan
yang satu dengan informan lainnya. Adapun trianggulasi metode adalah cara yang
dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan teknik
atau metode pengumpulan data yang berbeda, yaitu dilakukan dengan cara
membandingkan hasil wawancara dengan sumber data, hasil pengamatan peneliti
dan isi dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dengan demikian
diharapkan akan dapat diperoleh mutu yang bagus dari keseluruhan proses
pengumpulan data penelitian ini, sehingga data yang diperoleh menjadi valid dan
teruji keabsahannya.
G. Teknik Analisis Data
Patton dalam Lexy J. Moleong (2000: 103) menyatakan bahwa, “Analisis
data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”.
Langkah-langkah dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
mengikuti teknik analisis interaktif. Mathew B. Miles dan A. Michel Huberman
dalam H.B. Sutopo (2006: 113) menyatakan bahwa, “Dalam proses analisis data
terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami oleh setiap
peneliti kualitatif. Tiga komponen tersebut adalah (1) reduksi data, (2) sajian data,
(3) penarikan simpulan serta verifikasi”. Adapun kegiatannya sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah komponen utama dalam analisis data yang
merupakan proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, dan
mengabstraksikan data dari semua jenis informasi yang diperoleh dilapangan.
H.B. Sutopo (2006: 114) menyatakan bahwa, “Reduksi data adalah bagian dari
proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang
hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga narasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sajian data dan simpulan-simpulan dari unit-unit permasalahan yang telah dikaji
dalam penelitian dapat dilakukan”. Data yang diperoleh di lapangan di tulis
dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci. Laporan tersebut kemudian
direduksi, dirangkum dan dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan pada hal-
hal yang dianggap penting kemudian dicari pola dari temanya, sehingga laporan
lapangan yang dianggap sebagai data mentah disingkatkan, data disusun lebih
sistematis, ditonjolkan pada pokok-pokok permasalahan yang penting agar
lebih mudah untuk dikendalikan. Data yang direduksi dapat memberikan
gambaran yang lebih tajam dan mempermudah peneliti dalam pengambilan data
kembali jika diperlukan.
2. Penyajian Data
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data.
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data mengacu pada perumusan masalah yang telah dirumuskan
sebagai pertanyaan dalam penelitian, dengan demikian narasi yang disajikan
merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan
menjawab setiap permasalahan yang ada. Cara penyajian data yang baik adalah
dengan menggunakan suatu cara analisis kualitatif yang valid, yaitu dengan
menggunakan matrik, grafik, jaringan, dan bagan.
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan adalah bagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang
utuh. Kemudian kesimpulan-kesimpulan tersebut diverifikasi selama penelitian
berlangsung atau dapat dijelaskan, bahwa data yang telah terkumpul yang
diperoleh dari lapangan, dicari temanya atau dicari makna-makna yang sering
muncul, disimpulkan kemudian data tersebut harus diuji kebenarannya,
kekokohannya, kecocokannya atau validitasnya. Sedangkan verifikasi data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
setelah data tersebut disimpulkan dimaksudkan agar data yang disajikan lebih
mantap teruji kebenarannya. Agar lebih jelasnya proses analisis data dalam
penelitian ini dapat dilihat pada analisis model interaktif berikut ini
Gambar 4. Skema Model Analisis Data Interaktif
(Sumber H.B. Sutopo, 2006:120)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan dalam penelitian dari awal
sampai akhir. Kegiatan penelitian ini dimulai dari mengurus perizinan,
penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian di lapangan, analisis data, dan
penyusunan laporan serta penggandaan. Adapun prosedur dalam penelitian ini
terdiri dari beberapa tahap kegiatan yaitu :
1. Tahap Pra Lapangan/ Persiapan
Pengumpulan
Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan
Simpulan/Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada tahap ini dilakukan mulai dari penyusunan rancangan penelitian,
memilih judul untuk laporan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan
menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, serta
menyiapkan perlengkapan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan sering disebut dengan tahap lapangan, yaitu peneliti
menggali data dan sumber data yang relevan dengan tujuan penelitian.
3. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data merupakan usaha yang dilakukan untuk menemukan
tema yang relevan dengan masalah penelitian.
4. Tahap Penulisan Laporan
Tahap ini, peneliti menyusun dan menulis laporan setelah menganalisis data
.
5. Tahap Perbanyakan Laporan
Setelah menyusun dan menulis laporan, kemudian peneliti mengadakan atau
memperbanyak laporan.
Untuk lebih jelasnya dapat dibuat bagan prosedur penelitian sebagai berikut :
Penyusunan
Laporan Penarikan
Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Persiapan
Pelaksanaan
Pengumpulan
Data dan
Analisis Awal
Analisis
Akhir
Penulisan
Laporan
laporan
Perbanyak
Laporan
laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri
a. Identitas Kelembagaan
1. Nama Lembaga : KJKS “BINA INSAN MANDIRI”
2. Tanggal Berdiri : 25 Maret 2006
3. Nomor Akta Pendirian : 002/KSU-BIM/III/2006
4. Nomor Badan Hukum : 180.518/08/tahun 2006
5. Nomor TDP : 113426500385
6. Nomor NPWP : 21.009.112.0-526.000
7. Alamat Lengkap : 1.Kantor Pusat : Ceplukan RT 02/17,
Wonorejo, Gondangrejo, Karanganyar
Telp (0271) 858022
2.Kantor Cabang : Komplek Ruko Jeruksawit
Blok6, Jeruksawit, Gondangrejo
Karanganyar
Telp (0271) 2007559
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
b. Sejarah Berdirinya BMT Bina Insan Mandiri
Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina Insan Mandiri (BIM) didirikan pada
tangal 25 Maret 2006 dan merupakan lembaga keuangan mikro syari‟ah dibawah
pembinaan Dinas Perindag Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar dengan
SK Bupati Karanganyar No 180.518/08/tahun 2006 dan berbadan hukum Koperasi
Jasa Keuangan Syari'ah (KJKS). Pada awal berdirinya Koperasi Jasa Keuangan
Syari'ah Bina Insan Mandiri memiliki anggota 20 orang yang merupakan pendiri
sekaligus sebagai anggota tetap koperasi, dengan menyetorkan uang masing-
masing sebesar Rp 3.000.000,00, maka terkumpul modal awal Koperasi Jasa
Keuangan Syari'ah Bina Insan Mandiri (BIM) sebesar + Rp 60.000.000,00. Seiring
dengan berjalannya waktu sampai tahun 2009 ini, jumlah calon anggota yang juga
merupakan nasabah Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina Insan Mandiri telah
mencapai 1148 orang dengan keuntungan mencapai Rp 6.000.000.000,00.
Lembaga ini bergerak dalam sektor jasa keuangan syari‟ah, meliputi pengelolaan
Baitul Maal yakni menerima dan menyalurkan dana-dana Zakat, Infaq, dan
Shodaqoh serta dana-dana sosial lainnya. Adapun usaha pokok BMT Bina Insan
Mandiri (BIM) adalah pengelolaan Baitul Tamwil yakni pengelolaan dana-dana
simpanan dan investasi anggota serta penyaluran pembiayaan berdasarkan pola
dan prinsip-prinsip syari‟ah.
Untuk mendukung kegiatan kerja Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina
Insan Mandiri (BIM) memiliki dua kantor strategis yaitu kantor pusat di Jalan
Desa Wonorejo sebagai pintu masuk warga Kecamatan Gondangrejo menuju Kota
Solo. Sedangkan kantor cabang beralamat di Jalan Solo-Plupuh yakni di wilayah
timur Kecamatan Gondangrejo. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina Insan
Mandiri (BIM) saat ini sedang membangun kantor baru lagi yang nantinya akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dijadikan kantor pusat di Jalan Solo-Purwodadi tepatnya di sebelah Ponpes Imam
Bukhori dengan anggaran + Rp 700.000.000,00.
c. Visi dan Misi Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri
1. Visi
Visi Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina Insan Mandiri (BIM) adalah
terwujudnya Lembaga Keuangan Mikro Syari‟ah yang profesinal, sehat,
kuat, dan sesuai dengan prinsip-prinsip muamalah syari‟ah.
2. Misi
Misi yang dijalankan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina Insan Mandiri
(BIM) adalah untuk mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro Syari‟ah yang
professional dalam membangun dan mengembangkan kehidupan
perekonomian masyarakat yang amanah, adil, makmur, dan sejahtera atas
dasar prinsip-prinsip syari‟ah dalam rangka mengharap keridhoan Allah
SWT.
d. Ciri -ciri Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri
BMT Bina Insan Mandiri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Berorientasi bisnis, untuk mencari laba bersama, dalam meningkatkan
pemanfaatan ekonomi paling banyak bagi anggota dan lingkungannya.
2. Modal awal Rp 60.000.000,00 dari 20 orang anggota tetap
3. Memberikan pembiayaan kepada para anggota/nasabah relatif kecil, tergantung
perkembangan modal.
4. Bukan lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan
penggunaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf bagi kesejahteraan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Calon manajer diutamakan yang berakidah, mempuyai komitmen tinggi pada
pengembangan ekonomi dan diutamakan lulusan D3 dan S1.
6. Dalam pelaksanaan operasionalnya, menjemput berbagai simpanan
mudharabah, demikian pula terhadap masalah pembiayaan, tidak hanya
menunggu.
7. Manajemennya profesional dan islami.
e. Tujuan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri
Tujuan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Bina Insan Mandiri (BIM) ini
didirikan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi khususnya di kalangan usaha
kecil menengah, dengan sistem syari'ah.
2. Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan lingkungan pada
umumnya.
3. Mendorong kehidupan ekonomi syari'ah dalam mendorong kegiatan usaha
kecil menengah khususnya dan perekonomian Indonesia pada umumnya.
4. Meningkatkan semangat, peran serta anggota dan masyarakat dalam kegiatan
Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah.
5. Menumbuhkan usaha-usaha produktif bagi anggota.
f. Struktur Organisasi Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan
Mandiri
Dalam menjalankan aktivitas usahanya, suatu lembaga atau organisasi
memerlukan manajemen yang rapi dan terencana sehingga aktivitas lembaga
tersebut berjalan sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Salah
satunya adalah dengan adanya struktur organisasi yang jelas di dalam lembaga
tersebut, sehingga diketahui tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing
bagian, hal ini juga akan mempermudah kinerja masing-masing bagian di lembaga
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun bentuk struktur organisasi pada Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah
BMT Bina Insan Mandiri (BIM) adalah sebagai berikut :
.
RAT
Dewan Pengurus
Manajer Umum
Operasional Kantor Cabang Marketing/
Pemasaran
Teller/
Kasir
Accounting Landing
Dewan Pengawas
Funding Manajer
Marketing/
Pemasaran
Operasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 6. Struktur Organisasi BMT Bina Insan Mandiri
Sumber : Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri (BIM)
Susunan pengurus BMT Bina Insan Mandiri adalah sebagai berikut :
1. Dewan Pengurus :
a. Ketua : Mulyono
b. Sekretaris : Sarjono, Amd
c. Bendahara : Sugito, SH
2. Dewan Pengawas
a. Ketua : Sakidi, SE. MSi
b. Anggota : Poniman, SS
3. Pengelola
a. Kantor Pusat :
1) Manajer Utama : Mulyoto, Amd
2) Marketing : Suryatmo, SE
Danang Agung Junianto, Amd
3) Accounting : Murniyati, SE
4) Kasir : Yuli Dwi Rinawati, SE
b. Kantor Cabang :
ANGGOTA/ NASABAH
Landing Funding Accounting Teller/ Kasir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Manajer : Sudino, SE
2) Marketing : Purnomo, SE
3) Accounting : Nur Sumaryati, Shi
4) Kasir : Anita Muyasaroh, SE
g. Tugas Masing-masing Bagian
Penjelasan mengenai masing-masing bagian beserta tugas dan tanggung
jawabnya di BMT Bina Insan Mandiri adalah sebagai berikut :
a. Dewan Pengurus
Dewan Pengurus BMT Bina Insan Mandiri terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan
Bendahara. Adapun tugas mereka adalah :
1) Ketua
Ketua bertugas memimpin rapat dan menandatangani surat-surat berharga
dan surat lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan keuangan lembaga.
2) Sekretaris
Sekretaris bertugas membuat dan memelihara berita acara yang asli dan
lengkap dari rapat anggota dan rapat pengurus.
3) Bendahara
Bendahara bertugas sebagai pelaksana harian lembaga di bawah bimbingan
dan pengawasan pengurus.
b. Dewan Pengawas
Dewan Pengawas bertugas memberikan fatwa-fatwa agama terutama yang
menyangkut produk-produk BMT.
c. Pengelola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Manajer Umum
Manajer Umum bertugas memimpin jalannya BMT, sehingga sesuai dengan
tujuan dan kebijakan umum yang digariskan oleh Dewan Pengurus yaitu :
a) Memimpin dan mengelola BMT sehingga tercapai tujuan BMT;
b) Bertanggung jawab terhadap operasional BMT khususnya dalam
hubungan dengan pihak ekstern BMT .
c) Bertanggung jawab terhadap kegiatan BMT
2) Manajer Cabang
Tugas manajer cabang mengawasi personalia karyawan dan kegiatan di
Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah kemudian melaporkannya kepada manajer
utama.
Tugas pokok manajer cabang ;
a) Menyelenggarakan daftar hadir.
b) Membuat kartu pegawai untuk tiap karyawan
c) Menyelenggarakan penilaian karyawan
d) Memberikan saran dan himbauan, opini, pendapat maupun cara
pemecahannya
3) Marketing
Tugas dan tanggung jawab bagian marketing adalah :
a) Mengatur, mengkoordinasi, dan mengawasi semua aktivitas yang
berhubungan dengan pembiayaan dan simpanan.
b) Mencari sumber-sumber dana dengan melihat kemungkinan dan peluang
dana yang dapat dihimpun dari pihak ketiga.
c) Mencari calon anggota pembiayaan baru dan usaha-usaha anggota yang
potensial untuk diberikan pembiayaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Mengamati setiap pembiayaan nasabah, dengan memantau dan
memberikan pembinaan serta mengusahakan agar pelunasannya sesuai
dengan perjanjian (akad) yang telah disepakati.
e) Melakukan penagihan kepada anggota-anggota yang mendapatkan
pembiayaan apabila terlambat membayar setoran kepada BMT secara
arif, mendidik dan efektif.
f) Mengikuti perkembangan proses permohonan pembiayaan anggota
terutama dalam pemeriksaan kelengkapan dokumen permohonan
pembiayaan.
g) Bertindak sebagai komite pembiayaan dalam upaya pengambilan
keputusan pembiayaan
h) Membuat usulan pembiayaan dan mempresentasikannya di depan komite
pembiayaan
i) Melakukan monitoring, evaluasi dan review terhadap kualitas portofolio
pembiayaan yang telah diberikan kepada nasabah, dalam rangka
pengamanan atas setiap pembiayaan yang telah diberikan dan
mengklasifikasikan kedalam pembiayaan lancar, kurang lancar, dan
macet
j) Menganalisa dan memberikan nasehat-nasehat lebih dini kepada
peminjam kurang lancar dan diragukan, memberikan solusi agar usahanya
lebih berhasil dan mampu membayar cicilan dan bagi hasilnya kepada
BMT.
k) Menyusun strategic-planing dan selaku marketing atau solitisasi nasabah
baik dalam rangka penghimpunan sumber dana maupun alokasi
pemberian pembiayaan secara efektif dan terarah.
4) Accounting
Tugas accounting adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Menyiapkan Laporan Bulanan Umum (LBU) yang terdiri dari neraca,
laporan rugi/laba, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan
laporan lainnya.
b) Memastikan kebenaran data-data tersebut sebelum dimasukkan ke dalam
sistem LBU.
c) Menyusun Laporan Bulanan Umum (LBU)
d) Membuat rekapitulasi gaji karyawan
e) Membuat laporan pembiayaan dan simpanan
f) Membuat laporan keuangan tiap tahunnya.
5) Kasir
Tugas dan tanggung jawab kasir adalah :
a) Menerima transaksi cash maupun non cash.
b) Memonitor kerapihan file-file di bagian kas.
c) Memonitor semua keperluan di bagian kas.
d) Menyimpan duplikat kunci-kunci kas.
e) Membuat perincian uang tunai kas besar.
f) Menjaga kebersihan dan kerapihan ruang counter dan ruangan kas.
g) Mengatur dan memelihara saldo/posisi uang kas yang ada
2. Keanggotaan BMT Bina Insan Mandiri
Anggota BMT Bina Insan Mandiri dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Anggota
Anggota BMT Bina Insan Mandiri berjumlah 20 orang yang sekaligus
merupakan pendiri BMT Bina Insan Mandiri, dengan status sebagai anggota
tetap BMT Bina Insan Mandiri, memiliki hak suara dalam Rapat Anggota
Tahunan (RAT) dan mendapatkan pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)
diakhir tahun. Anggota BMT Bina Insan Mandiri ini tidak dapat dilimpahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kepada orang lain dan tidak dapat mengundurkan diri kecuali dengan alasan
tertentu, misalnya karena kematian atau menarik semua setoran awal sebagai
anggota. Setoran awal untuk menjadi anggota adalah Rp 3.000.000,00.
2) Calon Anggota
Calon anggota BMT Bina Insan Mandiri adalah nasabah baru BMT Bina
Insan Mandiri. Saat ini calon anggota BMT Bina Insan Mandiri berjumlah
1148 orang, baik nasabah simpanan maupun nasabah pembiayaan. Calon
anggota ini tidak berhak mendapatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) diakhir tahun
dan tidak memiliki hak suara dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT). Untuk
menjadi calon anggota BMT Bina Insan Mandiri setoran awalnya Rp
25.000,00. Jumlah nasabah BMT Bina Insan Mandiri selalu mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, yang menunjukkan perubahan signifikan
sebagai hasil dari usaha yang dilakukan oleh BMT Bina Insan Mandiri.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Latar Belakang BMT Bina Insan Mandiri dalam Memberikan Produk
Pembiayaan Mudharabah
Al-Mudharabah adalah perjanjian kerja sama usaha antara dua pihak yaitu
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal (100%) sedangkan
pihak kedua menjadi pengelola dengan menyerahkan tenaga/ keahliannya.
Keuntungan dari pembiayaan ini dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak atau perjanjian. Sedangkan apabila mengalami kerugian akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ditanggung oleh pihak pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat
kelalaian pengelola, tetapi apabila kerugian tersebut dikarenakan kelalaian
pengelola, maka akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak pengelola.
Pembiayaan berdasarkan prinsip syari'ah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan modal atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan atau kredit merupakan aktivitas BMT dari sisi
aktiva yaitu pinjaman yang diberikan untuk mendapatkan penghasilan.
Pembiayaan merupakan alokasi dana yang dimiliki BMT untuk disalurkan kepada
nasabah pembiayaan yang membutuhkan tambahan modal untuk meningkatkan
usahanya, dan menjadi sumber pendapatan bagi pihak BMT dengan mendapatkan
keuntungan atau bagi hasil dari usaha tersebut
Produk pembiayaan mudharabah merupakan produk pembiayaan yang
sangat ideal khususnya bagi usaha kecil menengah, disebabkan pembiayaan ini
mudah didapatkan oleh pengusaha kecil menengah, dengan syarat-syarat
pengajuan pembiayaan yang mudah, dan pengusaha sama sekali tidak dibebankan
dengan bunga pinjaman yang tinggi pada saat mengangsur setoran modal
pinjaman, karena dalam sistem syari'ah tidak mengenal adanya bunga bank tetapi
bank atau BMT akan mendapatkan keuntungan dari bagi hasil dengan usaha yang
dikelola nasabah yang mendapat pembiayaan mudharabah tersebut. Hal ini sesuai
dengan yang telah disampaikan oleh Pak Mulyoto (manajer utama) pada
wawancara tanggal 16 Desember 2009 :
Sebagai dampak dari krisis ekonomi global saat ini, banyak usaha kecil
menengah yang mengalami gulung tikar dan kesulitan mendapatkan modal.
Oleh karena itu, BMT Bina Insan Mandiri sebagai lembaga keuangan
syari'ah berusaha memberikan jalan keluar yang terbaik bagi usaha kecil
menengah terutama di Kecamatan Gondangrejo dengan memberikan
pinjaman yang sesuai syari'ah dan bebas dari riba. Salah satunya adalah
pembiayaan mudharabah, karena melalui pembiayaan ini kami dapat
membantu para pengusaha kecil menengah untuk menjalankan usahanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kembali, lagipula dari pembiayaan mudharabah ini menguntungkan bagi
pihak nasabah maupun pihak kami sendiri (BMT Bina Insan Mandiri ).
Pada prakteknya, BMT Bina Insan Mandiri (BIM) Gondangrejo dalam
memberikan pembiayaan kepada nasabah disesuaikan dengan kebutuhan nasabah
terhadap penggunaan dana pembiayaan yang diajukan kepada BMT Bina Insan
Mandiri. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Murniyati (akuntan
pusat), pada wawancara tanggal 18 Desember 2009 :
BMT Bina Insan Mandiri memiliki produk pembiayaan sangat beragam,
maka ketika ada nasabah yang akan mengajukan permohonan pembiayaan
kepada pihak BMT, kami menyesuaikan dengan keinginan nasabah tentang
tujuan dari pembiayaan yang diajukan oleh nasabah tersebut. Pihak BMT
hanya memberikan informasi mengenai jenis-jenis pembiayaan dan
memberikan arahan, jenis pembiayaan yang cocok dengan kebutuhan
nasabah.
Sebagai contoh, jika seorang nasabah datang ke BMT Bina Insan Mandiri
untuk mengajukan permohonan untuk mendapatkan pembiayaan, maka pihak
BMT Bina Insan Mandiri akan menanyakan terlebih dahulu tujuan dari
penggunaan dana pembiayaan tersebut. Misalkan dana pembiayaan tersebut
digunakan untuk tambahan modal kerja, maka pihak BMT Bina Insan Mandiri
menyarankan pembiayaan yang paling sesuai adalah pembiayaan mudharabah
atau musyarakah, tetapi apabila nasabah menginginkan dana pembiayaan tersebut
untuk keperluan pembelian peralatan kerja, maka pihak BMT Bina Insan Mandiri
menyarankan untuk mengajukan pembiayaan dengan akad murabahah, akan
berbeda apabila tujuan nasabah mengajukan pembiayaan untuk keperluan
pendidikan anak, maka pihak BMT Bina Insan Mandiri menganjurkan untuk
pembiayaan dengan akad ijarah. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Pak Sudino
(manajer cabang) pada wawancara tanggal 17 Desember 2009 :
Jenis kredit atau pembiayaan disesuaikan dengan kebutuhan nasabah, pihak
BMT Bina Insan Mandiri akan mengarahkan jenis pembiayaan yang sesuai
dengan tujuan nasabah. Misalkan, toko ABC menginginkan untuk tambahan
modal tokonya, maka pihak BMT Bina Insan Mandiri akan mengarahkan
pembiayaan yang sesuai yaitu dengan pembiayaan mudharabah. Tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
apabila nasabah menginginkan pembiayaan untuk pembelian mesin baru,
maka pihak BMT Bina Insan Mandiri mengarahkan jenis pembiayaan yang
sesuai yaitu dengan pembiayaan murabahah, dan apabila tujuan nasabah
mengajukan pembiayaan untuk pendidikan anak, pihak BMT Bina Insan
Mandiri menyarankan untuk pembiayaan ijarah.
Selama ini untuk menjadi nasabah BMT Bina Insan Mandiri (BIM) tidak
sulit, dikarenakan pihak BMT Bina Insan Mandiri tidak membedakan antara
muslim dan non muslim. Hal tersebut sesuai yang telah disampaikan oleh Pak
Mulyoto (manajer pusat) pada wawancara tanggal 10 Desember 2009 bahwa :
“Tidak semua nasabah BMT Bina Insan Mandiri beragama Islam, namun
mayoritas nasabah beragama Islam, ada juga yang non muslim, tetapi hanya
sebagai nasabah simpanan, untuk nasabah pembiayaan diutamakan yang muslim,
karena menyangkut kehalalan usahanya nanti.”
BMT Bina Insan Mandiri (BIM) dalam upaya memperkenalkan dan
menyalurkan produk pembiayaan, salah satunya melalui promosi kepada
masyarakat. Tujuan dari promosi tersebut agar supaya masyarakat mengetahui
produk-produk simpanan maupun pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri
sehingga mereka mempunyai kemauan untuk menyimpan dana maupun meminjam
dana di BMT Bina Insan Mandiri. Hal ini sesuai dengan yang telah disampaikan
Pak Suryatmo (marketing landing) pada wawancara tanggal 18 Desember 2009 :
Pihak BMT Bina Insan Mandiri dalam rangka memperkenalkan produk-
produk usahanya supaya masyarakat mengetahui keberadaan kami dan
bagaimana produk-produk kami, salah satunya adalah dengan promosi,
misalnya di forum pengajian masjid-masjid, pertemuan warga(RT),
membuat spanduk-spanduk dijalan raya, membuat MMT untuk kios-kios
yang menjadi nasabah kami, dan juga menjadi sponsor berbagai even seperti
acara milad, tabligh akbar dan sebagainya.
Alasan pihak BMT Bina Insan Mandiri (BIM) lebih mengutamakan
pembiayaan bagi usaha kecil, dikarenakan sesuai dengan misi BMT Bina Insan
Mandiri yaitu sebagai lembaga keuangan mikro syari'ah yang membantu dan
mendorong kemaslahatan usaha kecil menengah dengan memberikan pembiayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sesuai prinsip-prinsip syari'ah yang bebas riba, dan melihat sebagian besar
masyarakat bergerak di bidang ekonomi kecil menengah yang memiliki modal
terbatas tetapi memiliki potensi untuk berkembang maju, apabila usaha-usaha kecil
tersebut mengalami gulung tikar maka akan semakin
menambah jumlah angka pengangguran serta kemiskinan ditengah-tengah
masyarakat di Kecamatan Gondangrejo khususnya dan rakyat Indonesia pada
umumnya. Oleh karena itu, dengan adanya pembiayaan mudharabah dari BMT
Bina Insan Mandiri, diharapkan dapat membantu permodalan bagi usaha kecil
menengah, membuka lapangan kerja yang mampu menyerap tenaga kerja dan
mengurangi pengangguran di wilayah Kecamatan Gondangrejo dan ikut berperan
serta dalam pembangunan ekonomi bangsa Indonesia yang saat ini sedang bangkit
kembali setelah mengalami krisis ekonomi berkepanjangan, sehingga terwujud
perekonomian bangsa yang stabil demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat
Indonesia.
2. Prosedur Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan Mudharabah kepada Nasabah
BMT Bina Insan Mandiri
a. Produk-produk Usaha BMT Bina Insan Mandiri
Sebelum membahas mengenai prosedur pembiayaan di BMT Bina Insan
Mandiri (BIM), perlu diketahui terlebih dahulu mengenai produk-produk usaha
BMT Bina Insan Mandiri. BMT Bina Insan Mandiri mempunyai dua pokok usaha
yang terdiri dari produk simpanan dan produk pembiayaan.
1) Produk Simpanan
Produk simpanan yang terdapat pada usaha BMT Bina Insan Mandiri
(BIM) terdiri dari :
a. Simpanan Berjangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Simpanan berjangka merupakan jenis simpanan pada BMT yang
penarikannya sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan (3 bulan, 6
bulan,12 bulan ). Dalam simpanan berjangka ini BMT Bina Insan Mandiri
menggunakan prinsip/akad mudharabah muthlaqah, yaitu nasabah
memperbolehkan pihak BMT untuk melakukan berbagai macam usaha
yang tidak melanggar prinsip syari'ah Islam dengan sistem bagi hasil
antara pihak nasabah dengan pihak BMT. Untuk membuka simpanan
berjangka di BMT Bina Insan Mandiri dimulai dengan setoran awal
sebesar Rp 1.000.000,00 dengan nisbah bagi hasil antara 40% sampai
60%.
b. Simpanan Mudharabah
Simpanan mudharabah adalah simpanan pemilik dana, penyetoran dan
penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati sebelumnya. Simpanan mudharabah di BMT Bina Insan
Mandiri menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah, artinya nasabah
memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada BMT untuk melakukan
berbagai macam usaha yang tidak melanggar syari'ah Islam. Pada
simpanan mudharabah ini tidak diberikan bunga sebagai pembentukan
laba bagi BMT, tetapi diberikan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati bersama. Variasi jenis simpanan yang menggunakan akad
mudharabah dapat dikembangkan menjadi :
1) Simpanan Hari Raya (Idul Fitri dan Idul Qurban)
2) Simpanan Haji
3) Simpanan Pendidikan Anak
4) Simpanan Insan Mandiri
Adapun jenis-jenis simpanan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Jenis-jenis Simpanan BMT Bina Insan Mandiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
NO JENIS NISBAH
(BMT :
NASABAH)
Setoran Awal
Minimum
(Rp)
Setoran
Selanjutnya
minimal (Rp)
1 Simpanan Berjangka :
1 bulan
3 bulan
6 bulan
12 bulan
55% : 45%
50% : 50%
45% : 55%
40% : 60%
1.000.000,00
1.000.000,00
1.000.000,00
1.000.000,00
-
-
-
2 Simpanan Mudharabah 65% : 35% 25.000,00 10.000,00
Sumber : KJKS BMT Bina Insan Mandiri
Untuk menjadi calon anggota atau nasabah di BMT Bina Insan Mandiri
Gondangrejo tidak sulit, nasabah harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
oleh bank. Adapun persyaratan permohonan simpanan di BMT Bina Insan Mandiri
sebagai berikut :
a. Mengisi formulir permohonan simpanan sebagai nasabah, yang sudah
disediakan oleh pihak BMT.
b. Menyerahkan fotocopy kartu identitas diri (KTP/SIM)
c. Untuk simpanan mudharabah, setoran awal minimal Rp 25.000,00 dan
selanjutnya minimal sebesar Rp 10.000,00, sedangkan untuk simpanan
berjangka setoran awal sebesar Rp 1.000.000,00
2) Produk Pembiayaan
Produk pembiayaan BMT Bina Insan Mandiri terdiri dari :
a. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak, pihak
pertama (shahib al-mal) menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan
pihak kedua (mudharib) menyerahkan keahlian dan tenaganya serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bertindak sebagai pengelola usaha tersebut, apabila mengalami kerugian
yang bukan disebabkan kelalaian mudharib, akan ditanggung oleh BMT,
tetapi apabila kerugian disebabkan kesalahan mudharib, ditanggung
mudharib sendiri, sedangkan keuntungan dari usaha dibagi sesuai
kesepakatan bersama yang telah tertuang dalam kontrak perjanjian
dengan nisbah bagi hasil. Nisbah bagi hasil yang diterapkan di BMT Bina
Insan Mandiri (BIM) biasanya sebesar 35% untuk mudharib sedangkan
65% untuk BMT. Pembiayaan jenis ini yang memberikan keuntungan
paling besar kepada BMT (antara 1,5% sampai 2,5% dari keuntungan).
b. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
dan resiko akan ditanggung bersama-sama sesuai dengan kesepakatan.
Dalam pembiayaan ini juga menggunakan nisbah bagi hasil. Nisbah bagi
hasil yang diterapkan di BMT Bina Insan Mandiri untuk pembiayaan ini
tidak ditentukan, tergantung kepada kesepakatan kedua belah pihak
c. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini harga jual tidak
boleh berubah selama masa perjanjian. Keuntungan yang diambil oleh
pihak BMT biasanya berkisar antara 2% sampai 4%
d. Pembiayaan Ijarah (sewa)
Kontrak/perjanjian yang melibatkan suatu barang(sebagai harga) dengan
jasa atau manfaat atas barang lainnya, dalam hal ini penyewa dapat juga
diberi opsi untuk memiliki barang yang disewakan tersebut padasaat
pembayaran sewa selesai, dan kontrak ini disebut al-ijarah wa iqtina’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau al-Ijarah Mutahiyah bi Tamlik (IMB), yaitu akad perjanjian sewa
yang terjadi antara BMT Bina Insan Mandiri (sebagai pemilik barang)
dengan nasabah (sebagai penyewa) dengan cicilan sewanya sudah
termasuk cicilan harga pokok barang tersebut.
e. Pembiayaan Qordul Hasan
Pembiayaan Qordhul Hasan adalah pembiayaan kebajikan, yaitu
pembiayaan atas dasar kesepakatan antara BMT dengan nasabah yang
mewajibkan nasabah untuk mengembalikan pinjaman sebesar pokok
pinjamannya setelah jangka waktu tertentu, tanpa tambahan dan tidak
diperkenankan untuk dipersyaratkan dalam perjanjian, tetapi apabila
nasabah ingin memberikan tambahan atas kemampuan sendiri tanpa
diminta/tanpa ada perjanjian dengan pihak BMT, hal tersebut
diperbolehkan. Dana untuk pembiayaan qordhu hasan ini berasal dari
zakat, infaq, shodaqoh (ZIS) serta dana-dana kebajikan lainnya.
b. Prosedur Pembiayaan di Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan
Mandiri (BIM)
Pembiayaan dalam istilah konvensional adalah pemberian kredit, sedangkan
dalam istilah syari'ah atau agama, kredit dinamakan pembiayaan, pengertiannya
hampir sama dengan kredit yaitu aktivitas menyalurkan dana yang terkumpul di
bank atau lembaga keuangan kepada masyarakat atau nasabah, pemilik dana
memilih usaha yang akan dibiayai dan menentukan nasabah mana yang akan
dibiayai agar diperoleh jenis usaha yang produktif dan menguntungkan serta
dikelola oleh nasabah yang jujur dan bertanggung jawab.
Keberadaan kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan yang diberikan oleh
BMT Bina Insan Mandiri kepada masyarakat terutama anggotanya, tentunya
sangat berperan dalam membantu permodalan sektor perekonomian informal
seperti usaha kecil menengah sehingga berperan serta dalam menumbuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perekonomian rakyat. BMT Bina Insan Mandiri mempunyai persyaratan khusus
untuk menganalisis para nasabah dalam hal pembiayaan mudharabah, hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Pak Mulyoto (manajer utama) pada wawancara
tanggal 16 Desember 2009 sebagai berikut :
Hal yang pertama kali yang harus dilakukan nasabah apabila akan
mengajukan pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri adalah dengan mengisi
formulir permohonan yang disediakan oleh pihak BMT, kemudian
melengkapi formulir tersebut dengan syarat-syarat yang telah ditentukan
BMT Bina Insan Mandiri. Data nasabah yang masuk akan segera dianalisa
dan bagian marketing segera melakukan survey ke tempat tinggal, tempat
usaha, dan jaminan yang dimiliki oleh nasabah dengan tujuan untuk
mengetahui kebenaran data-data yang diajukan oleh nasabah. Jika data
nasabah tersebut diakui kebenarannya oleh BMT Bina Insan Mandiri, maka
akan segera dirapatkan oleh komite pembiayaan yang terdiri dari manajer
dan marketing, apabila pengajuan pembiayaan melalui kantor cabang, harus
dirapatkan juga dengan manajer pusat dan marketing pusat. Komite tersebut
yang akan meloloskan atau tidaknya permohonan dari nasabah. Apabila
permohonan disetujui oleh komite pembiayaan, maka komite akan segera
membuatkan akad perjanjian pembiayaan dengan nasabah yang mengajukan
pembiayaan, dan apabila kedua pihak telah bersepakat maka BMT Bina
Insan Mandiri akan mencairkan dana pembiayaan. Tetapi, apabila
permohonan nasabah tidak disetujui oleh komite, akan segera dibuatkan
surat keputusan yang langsung diberikan kepada nasabah beserta
pengembalian berkas-berkas milik nasabah. Dana tersebut diberikan kepada
nasabah setelah dilakukan akad, untuk nasabah baru diharuskan untuk
membuka rekening di BMT Bina Insan Mandiri dahulu sebagai bukti
keikutsertaan sebagai calon anggota BMT Bina Insan Mandiri. Setelah dana
cair, maka pihak BMT melakukan monitoring terhadap usaha nasabah.
Adapun persyaratan khusus berkaitan dengan dokumen-dokumen yang harus
dilengkapi oleh nasabah pada saat akan mengajukan permohonan pembiayaan di
BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo, sebagai berikut :
1. Menjadi anggota Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri
2. Mengisi lembar permohonan yang telah disediakan oleh BMT Bina Insan
Mandiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan mencantumkan identitas pemohon pembiayaan, besarnya jumlah
permohonan pembiayaan, jangka waktu angsuran, analisis kekayaan, dan
kelayakan usaha.
3. Melengkapi data-data aspek legalitas, diantaranya :
Fotocopy KTP suami dan istri
Fotocopy kartu keluarga
Fotocopy surat nikah 2 lembar
Fotocopy surat-surat jaminan
Fotocopy surat ijin usaha
Surat-surat persetujuan istri/suami
4. Mempunyai usaha yang jelas (halal dan sah secara hukum)
5. Bersedia untuk di survey tempat usaha, tempat tinggal, dan jaminan
6. Bersedia mematuhi aturan yang berlaku di Koperasi Jasa Keuangan
Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri .
Sedangkan prosedur pembiayaan yang terjadi di BMT Bina Insan Mandiri
adalah sebagai berikut :
1. Anggota/ mitra mengisi formulir di kantor BMT Bina Insan Mandiri (BIM)
yang telah disediakan.
2. Melampirkan fotocopy Kartu Tanda Penduduk Suami Istri, fotocopy Kartu
Keluarga, fotocopy Surat Nikah 2 Lembar, fotocopy surat ijin usaha, fotocopy
Agunan/Jaminan 2 Lembar.
3. Untuk nasabah lama, petugas dari BMT Bina Insan Mandiri diharapkan segera
melakukan konsultasi dengan komite yang terdiri dari manajer, marketing,
apabila nasabah pembiayaan berasal dari kantor cabang, maka melibatkan
manajer pusat dan marketing pusat, setelah itu melakukan penilaian dan
memberi keputusan tidak lebih dari 3 hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Apabila pemohon/nasabah adalah calon anggota baru, setelah mengisi formulir
dan melengkapi persyaratannya, petugas dari BMT BIM segera memastikan
jadwal untuk mensurvey usaha, rumah dan jaminan nasabah tersebut. Pemohon
baru diharapkan untuk membuka simpanan di BMT Bina Insan Mandiri dengan
setoran awal minimal Rp25.000,00. BMT Bina Insan Mandiri tidak mempunyai
ketentuan banyaknya simpanan yang harus dimiliki nasabah apabila akan
mengajukan pembiayaan.
5. Penilaian meliputi :
a. Minimal 3 K : Karakter orangnya, Kemampuan membayarnya dan
Kelangsungan usahanya.
b. Penilaian usaha :
Performance (20%) : Lama berusaha, Reputasi usaha (dari rekanan
bisnis, dari supplier, dari relasi kerja lainnya), Usia, Administrasi Usaha,
Status tempat tinggal, dan Status tempat usaha.
Kapasitas (40%) : Laba, bunga, dana sendiri, perputaran piutang,
perputaran persediaan.
Status Jaminan (40%)
6. Apabila semua dianggap memenuhi syarat, segera konsultasikan dengan komite
kredit yang terdiri dari manajer dan marketing, apabila nasabah berasal dari
kantor cabang, melibatkan manajer pusat dan marketing pusat.
7. Setelah disetujui oleh komite, maka dibuat akad perjanjian terhadap
pembiayaan tersebut antara BMT Bina Insan Mandiri dengan nasabah.
8. Apabila pengajuan pembiayaan tidak disetujui komite, maka dibuatkan surat
keputusan yang langsung diberikan kepada nasabah atau dititipkan kepada
bagian kasir atau karyawan yang berada di kantor, jika sewaktu-waktu nasabah
datang segera disampaikan surat keputusan tersebut beserta berkas-berkas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
persyaratan pengajuan pembiayaan milik nasabah serta mengucapkan
permohonan maaf.
9. Apabila pengajuan pembiayaan mendapatkan persetujuan dari komite, maka
dana pembiayaan akan segera dicairkan, dan nasabah untuk berikutnya
mengangsur pokok pembiayaan serta menyerahkan bagi hasil dari pendapatan
usaha yang dijalankan nasabah sesuai perjanjian.
10. Pihak BMT melakukan monitoring dan apabila nasabah pembiayaan
mengalami kendala dalam menjalankan usahanya, maka pihak BMT akan
memberikan berbagai saran dan solusi agar usaha tersebut dapat berjalan lancar
kembali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 7. Prosedur Pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo
Sumber : Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri
Dalam melaksanakan penyaluran pembiayaan, BMT Bina Insan Mandiri
(BIM) menetapkan adanya kualifikasi-kualifikasi tertentu yang dijalankan untuk
melaksanakan kegiatan pembiayaan yang sehat. Sebelum BMT mencairkan dana
pembiayaan, pihak BMT Bina Insan Mandiri melakukan survey terhadap tempat
tinggal, usaha, dan juga jaminan dari nasabah, terkadang rumah, usaha, dan
jaminan tidak berada di satu tempat, meskipun demikian pihak BMT Bina Insan
Nasabah Datang
Konsultasi Bgn
Marketing
Memungkinkan Tidak
Memungkinkan
Mengisi
Formulir dan
Persyaratan
Analisa Survey
Layak
Rapat Komite
Tidak Layak Batal
Pencairan Dana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Mandiri tetap melakukan survey terhadap ketiga hal tersebut. Selain itu, survey
juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakter, kapasitas, kemampuan
keuangan dan juga hambatan-hambatan yang dihadapi oleh calon nasabah
pembiayaan tersebut.
Dengan adanya kualifikasi yang diterapkan oleh BMT Bina Insan Mandiri,
pada dasarnya BMT Bina Insan Mandiri telah menjalankan prinsip 6 keyakinan C,
yaitu :
a) Character
Pemberian kredit bagi peminjam atas dasar kepercayaan, yaitu adanya dari
pihak BMT bahwa peminjam mempunyai sifat-sifat yang positif dan
kooperatif.
b) Capacity
Penilaian ini ditujukan kepada calon debitur untuk mengetahui kemampuan
dalam hal melunasi kewajiban dari kegiatan usaha yang selama ini mereka
lakukan.
c) Capital
Modal sendiri yang dimiliki oleh debitur sangat diperlukan.
d) Collateral
Kondisi barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam sebagai jaminan
atas kredit yang diterimanya.
e) Condition of Economy
Merupakan situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain
yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk
pada waktu tertentu yang dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari
perusahaan yang memperoleh kredit/pinjaman.
f) Constraint
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Batasan-batasan atau hambatan-hambatan yang tidak memungkinkan
seseorang melakukan bisnis di suatu tempat.
Adapun dokumen-dokumen yang digunakan dalam pengeluaran kas dari
pembiayaan meliputi:
a. Akad Pembiayaan
Dokumen ini berupa akad pembiayaan yang berisi perjanjian untuk nasabah
dengan pihak BMT Bina Insan Mandiri.
b. Formulir Permohonan Pembiayaan
Formulir permohonan pembiayaan ini berisi permohonan pembiayaan, data diri
pemohon dan data kekayaan yang saat ini dimiliki pemohon.
c. Surat Pernyataan Kesanggupan Memenuhi Kewajiban
Dokumen ini berisi pernyataan kesanggupan untuk memenuhi kewajiban
sehubungan dengan akad pembiayaan yang dilakukan di BMT Bina Insan
Mandiri
d. Realisasi Pembiayaan
Pada dokumen realisasi pembiayaan ini, berisi besarnya pembiayaan,
margin/bagi hasil.
e. Kartu Angsuran Pembiayaan
Dokumen kartu angsuran pembiayaan digunakan apabila peminjam melakukan
angsuran pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri.
f. Permohonan Simpanan
Dokumen ini berisi permohonan untuk menjadi nasabah di BMT Bina Insan
Mandiri. Peminjam sebelum mengajukan permohonan pembiayaan harus
mempunyai simpanan terlebih dahulu di BMT Bina Insan Mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
g. Catatan yang Digunakan :
1) Laporan harian kas
Laporan harian kas ini dibuat oleh bagian penagihan angsuran dari para
nasabah. Laporan tersebut berisi jumlah angsuran, margin/bagi hasil.
2) Kas kredit
Kas kredit diisi oleh bagian pembukuan yang digunakan untuk mencatat
jumlah yang dikeluarkan untuk pemberian pembiayaan.
3) Buku kas
Untuk mencatat setiap terjadinya transaksi yang berpengaruh terhadap kas
digunakan buku kas. Saldo kas akan berkurang apabila terjadi pengeluaran
kas.
4) Buku kredit
Untuk mencatat setiap terjadinya pembiayaan diperlukan buku kredit.
Pencatatan yang dilaksanakan di dalam buku kredit berdasarkan jenis
pembiayaan.
5) Rekapitulasi kredit
Catatan yang berupa rekapitulasi kredit ini merupakan rekap/ penjumlahan
dari buku kredit, dari rekap tersebut dapat diketahui total kredit untuk hari
ini, bulan ini sampai dengan tahun ini.
6) Ikhtisar kredit dan pelunasan
Catatan yang berupa ikhtisar kredit digunakan untuk mencatat saldo awal
sampai saldo akhir dari hasil angsuran yang dilakukan nasabah.
BMT Bina Insan Mandiri (BIM) juga mempunyai ketentuan, apabila
nasabah mengajukan pembiayaan melalui kantor cabang, maka besarnya
pembiayaan tidak boleh melebihi Rp 5.000.000,00. Apabila besarnya permohonan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
di bawah Rp 5.000.000,00, hanya dirapatkan intern kantor cabang, tetapi apabila
pengajuan pembiayaan diatas Rp 5.000.000,00, harus melalui persetujuan manajer
pusat. Hal tersebut sebagaimana di sampaikan Bapak Sudino (manajer cabang)
pada wawancara tanggal 17 Desember 2009
Untuk kami yang berada di kantor cabang, apabila nasabah mengajukan
pembiayaan di bawah Rp 5.000.000,00, maka hanya kami rapatkan secara
intern di kantor cabang, tetapi apabila permohonan pembiayaan diatas Rp
5.000.000,00, harus mendapatkan persetujuan kantor pusat. Tetapi, pada
dasarnya semua prosedur permohonan pembiayaan di kantor cabang sama
dengan di kantor pusat.
BMT Bina Insan Mandiri (BIM) juga memiliki ketentuan mengenai jaminan
yang digunakan sebagai agunan oleh nasabah, yaitu barang jaminan yang
diberikan kepada pihak BMT Bina Insan Mandiri, nilainya sebesar 150% dari
pinjaman. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Pak Mulyoto (manajer
utama) dalam wawancara tanggal 16 Desember 2009 :
Dalam pengajuan permohonan pembiayaan, pihak nasabah diharuskan
memberikan barang jaminan kepada pihak BMT Bina Insan Mandiri, baik
berupa sertifikat maupun BPKB kendaraan, hal ini dikarenakan sebagai
upaya untuk mengatasi apabila nasabah melakukan kecurangan atau tidak
dapat mengembalikan pinjaman kepada BMT. Besarnya barang jaminan
tersebut adalah 150% dari pinjamannya, maksudnya apabila nasabah
mengajukan pembiayaan sebesar Rp 100.000.000,00 maka jaminannya
seharga Rp 150.000.000,00 atau lebih, apabila besarnya jaminan hanya
seharga Rp 100.000.000,00 atau kurang maka pihak BMT hanya akan
memberikan pembiayaan kepada nasabah sekitar Rp
50.000.000,00-Rp 60.000.000,00 saja.
Ada beberapa aspek yang harus disepakti antara BMT Bina Insan Mandiri
dengan nasabah dalam melakukan perjanjian atau akad pembiayaan, yaitu :
1. Jangka Waktu
Perjanjian atau akad harus memuat jangka waktu pengembalian angsuran
dari nasabah pembiayaan tersebut.
2. Nisbah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Nisbah merupakan porsi bagi hasil yang ditentukan dalam akad atau
perjanjian yang sudah disepakati antara pihak BMT Bina Insan Mandiri
dengan pihak nasabah
3. Jaminan
Jaminan merupakan agunan yang harus diberikan oleh nasabah-nasabah
pembiayaan kepada pihak BMT dalam upaya melakukan permohonan
pembiayaan.
4. Legalitas atas diri pribadi yang jelas
Data mengenai perusahaan atau biodata nasabah yang mengajukan
permohonan pembiayaan mudharabah, harus sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
5. Prospek usaha yang akan datang dan usaha yang sedang berjalan
Prospek atau perkembangan usaha yang dijalankan oleh nasabah yang
mengajukan permohonan pembiayaan, apakah mempunyai prospek yang
baik untuk di masa depan
Hal ini sebagaimana yang dipaparkan oleh Pak Mulyoto (manajer utama)
dalam wawancara pada tanggal 16 Desember 2009 yaitu “Hal-hal yang berkaitan
dengan permohonan pembiayaan mudharabah adalah jumlah permohonan dana
pembiayaan yang dibutuhkan nasabah, nisbah bagi hasil, jangka waktu angsuran
pembiayaan, dan jaminan.”
Dalam pembiayaan mudharabah tidak mengenal adanya sistem bunga, tetapi
adanya nisbah bagi hasil antara BMT pemberi pembiayaan dengan nasabah
pembiayaan. Perhitungan bagi hasil merupakan hal yang membedakan antara bank
konvensional dengan bank syari'ah maupun lembaga keuangan syari'ah lainnya.
Suku bunga bank sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan ketetapan dari Bank
Indonesia (SBBI). Bunga bank di bank konvensional bersifat tetap dan nasabah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
harus mematuhinya, sedangkan pada bank syari‟ah maupun BMT besarnya
keuntungan yang diterima oleh nasabah maupun pihak bank, disesuaikan dengan
nisbah bagi hasil usaha yang telah dilaksanakan oleh nasabah pembiayaan yang
telah disepakati antara kedua belah pihak pada saat terjadinya perjanjian atau akad
pembiayaan. Hal ini sebagaimana telah disampaikan oleh Pak Mulyoto(manajer
utama) pada wawancara tanggal 16 Desember 2009 yaitu “Pendapatan yang
diterima oleh pihak kami memang tidak dapat dipastikan, terkadang banyak
terkadang sedikit, sebab disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh nasabah
yang mengelola usaha tersebut, dan memang seperti itulah prinsip keadilan yang
sesuai dengan syariat Islam.”
Teknik perhitungan bagi hasil terdiri dari dua macam cara sebagai berikut
a. Profit Sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan pada hasil net dari
hasil pendapatan setelah dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pembiayaan tersebut.
b. Revenue Sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan pada total seluruh
pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Penggunaan sistem tersebut, masing-masing BMT mempunyai kebijakan
sendiri. BMT Bina Insan Mandiri dalam menghitung bagi hasil dengan nasabah
menggunakan teknik profit sharing. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Pak
Sudino (manajer cabang) pada wawancara tanggal 17 Desember 2009:
Pada saat nasabah mengajukan permohonan pembiayaan kepada pihak BMT
dan mendapat persetujuan dari komite, maka pihak BMT segera menentukan
nisbah bagi hasil yang disesuaikan dengan usaha nasabah pembiayaan
tersebut, yang kemudian akan disepakati bersama antara pihak nasabah
dengan pihak BMT. Besarnya perhitungan bagi hasil disesuaikan dengan
kesepakatan sebelumnya, yaitu dengan perhitungan nisbah bagi hasil
dikalikan dengan pendapatan yang diterima setelah dikurangi dengan biaya-
biaya yang dikeluarkan dari usaha yang dijalankan oleh nasabah pembiayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tersebut. Dari perhitungan tersebut, maka pihak kami (BMT Bina Insan
Mandiri) dalam menghitung bagi hasil menggunakan teknik profit sharing.
Selain karena teknik profit sharing sesuai dengan prinsip syari'ah Islam yang
berasaskan keadilan, yaitu ketika usaha mengalami keuntungan maupun kerugian
akan ditanggung bersama antara pihak shahibul maal (pemberi dana) dan
mudharib (pengelola), hal lain yang menjadi alasan pihak BMT Bina Insan
Mandiri dalam menerapkan teknik profit sharing adalah sesuai dengan visi dan
misi dari Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri dalam upaya
mendorong perkembangan usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangejo yaitu
dengan menyalurkan produk-produk pembiayaan yang sesuai dengan syari'ah
Islam dan tidak memberatkan masyarakat.
3. Peranan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri
Terhadap Tingkat Perkembangan Usaha Kecil Menengah di Kecamatan
Gondangrejo
Pada saat krisis moneter melanda bangsa Indonesia, banyak sekali
pengusaha kecil menengah yang gulung tikar karena tidak mempunyai modal
untuk meneruskan usahanya, sedangkan untuk meminjam dana pada bank-bank
konvensional, pengusaha kecil tidak mampu membayar bunga pinjamannya yang
terlalu tinggi, dan kebanyakan bank-bank konvensional tidak mau melirik atau
memberikan pinjaman modal kepada pengusaha kecil menengah karena takut akan
kredit macet dari usaha-usaha kecil tersebut, selain itu pada saat itu banyak sekali
bank-bank yang dilikuidasi karena kredit macet.
Melihat kenyataan tersebut, maka tercetuslah ide untuk mendirikan sebuah
lembaga keuangan dengan prinsip syari'ah yang tidak menerapkan sistem riba atau
bunga bank dalam sistem operasionalnya, tetapi diganti dengan sistem bagi hasil
yang sesuai dengan syari'ah Islam antara bank dengan nasabah. Salah satu produk
dari pembiayaan dengan sistem syari'ah adalah pembiayaan mudharabah.
Pembiayaan mudharabah merupakan salah satu alternatif bagi pengusaha kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk melanjutkan kelangsungan usahanya dan mengembangkan usahanya.
Mudharabah merupakan pembiayaan modal kerja untuk perdagangan, jasa serta
investasi khusus yang keuntungannya dibagi berdasarkan nisbah bagi hasil
menurut kesepakatan awal bersama. BMT Bina Insan Mandiri membuka
pembiayaan mudharabah karena melihat banyak pengusaha kecil yang mengalami
gulung tikar, padahal usaha kecil menengah mempunyai potensi untuk
berkembang dan lebih kuat dalam menghadapi krisis ekonomi. Berdasarkan
wawancara dengan para nasabah pengguna pembiayaan mudharabah, pembiayaan
mudharabah membantu permodalan pengusaha kecil menengah di Kecamatan
Gondangrejo.
Sebagaimana informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara dengan
Bapak Marbi pada tanggal 23 Desember 2009 bahwa sebelum mendapat
pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri, usaha penggilingan padinya dalam
sehari hanya dapat menggiling padi 2 kwintal saja, tetapi setelah mendapat
pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri (BIM), usaha penggilingan padinya
mengalami peningkatan, yaitu dengan menambah mesin penggilingan padi yang
baru, sehingga dapat meningkatkan produktivitas penggilingan padi serta dapat
menjual beras hasil penggilingan padi lebih banyak dari sebelumnya. Informasi
lain, peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan Bu Sari pada tanggal 21
Desember 2009 bahwa toko kelontong yang beliau kelola lebih meningkat
hasilnya setelah mendapat pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan
Mandiri, yaitu beliau dapat menambah jenis-jenis barang dagangannya, sehingga
keuntungan yang didapatkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut lebih
meningkat.
Manfaat pembiayaan mudharabah juga dirasakan oleh Bapak Joko
berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan peneliti pada tanggal 28 Desember
2009 bahwa usaha air minum isi ulang yang beliau kelola mengalami peningkatan
dari sebelumnya, karena setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT Bina Insan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Mandiri, beliau dapat membeli kendaraan untuk berjualan air isi ulang tersebut,
sehingga meningkatkan penghasilan beliau.
Bagi pemilik bengkel kendaraan bermotor, pemberian pembiayaan dari BMT
Bina Insan Mandiri dapat digunakan untuk menambah peralatan bengkel
motornya, sehingga mampu melayani para pelanggan dengan lebih optimal selain
itu juga menambah jenis onderdil yang dijual di bengkel tersebut. Hal ini
sebagaimana disampaikan oleh Pak Sunardi dalam wawancara dengan peneliti
pada tanggal 28 Desember 2009.
Nasabah pembiayaan BMT Bina Insan Mandiri sebagian besar adalah
pengusaha kecil menengah yang bergerak di bidang perdagangan. Hampir 75%
nasabah pembiayaan adalah pedagang, sedangkan sisanya adalah petani, penjahit,
pemilik bengkel dan pegawai.
Tabel 5. Peningkatan Modal Usaha Kecil Menengah Setelah Mendapat
Pembiayaan
No
Nama Nasabah
Modal Usaha
Prosentase
(%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber : Data yang diolah
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa modal usaha para pengusaha kecil
mengalami peningkatan dengan adanya pembiayaan dari BMT Bina Insan
Mandiri. Sebagian besar nasabah pembiayaan mudharabah BMT Bina Insan
Mandiri sudah mempunyai usaha, sehingga modal pembiayaan yang diperoleh dari
BMT Bina Insan Mandiri digunakan untuk menambah modal usaha mereka,
seperti untuk memperluas bangunan tempat usaha, menambah barang dagangan,
membeli alat-alat baru dan sebagainya. Peningkatan modal usaha tersebut tentunya
akan berdampak pada peningkatan pendapatan usaha yang dijalankan oleh nasabah
pembiayaan mudharabah BMT Bina Insan Mandiri yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Sebelum
Pembiayaan (Rp)
Sesudah
Pembiayaan (Rp)
1 Ibu Sari 5.000.000 15.000.000 200
2 Ibu Mariyem 7.250.000 20.000.000 175
3 Bp.Joko S. 12.750.000 23.000.000 80
4 Ibu Wahyutri 2.000.000 8.500.000 300
5 Ibu Surati 6.500.000 13.000.000 100
6 Ibu Warsiti 2.450.000 10.000.000 308
7 Bp. Sunardi 2.750.000 12.000.000 336
8 Bp. H. Marbi 25.000.000 45.000.000 80
9 Bp. Widodo 10.000.000 23.000.000 130
10 Bp. Samidi 2.500.000 8.000.000 220
Jumlah 76.200.000 177.500.000 2018
Rata-rata 7.620.000 17.750.000 201,8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 5. Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil Menengah Setelah Mendapat
Pembiayaan
No
Nama Nasabah
Pendapatan /bulan
Prosentase
(%) Sebelum
Pembiayaan (Rp)
Setelah
Pembiayaan (Rp)
1 Ibu Sari 4.350.000 8.250.000 89
2 Ibu Mariyem 2.975.000 5.325.000 79
3 Bp. Joko S. 1.950.000 3.250.000 67
4. Ibu Wahyutri 1.685.000 2.725.000 62
5 Ibu Surati 1.745.000 2.750.000 58
6 Ibu Warsiti 975.000 1.625.000 67
7 Bp. Sunardi 1.425.000 2.565.000 80
8 Bp.H. Marbi 2.750.000 5.450.000 98
9 Bp. Widodo 3.125.000 6.050.000 94
10 Bp. Samidi 1.245.000 1.995.000 60
Jumlah 22.225.000 39.985.000 754
Rata-rata 2.222.500 3.998.500 75,4
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan tabel diatas kita dapat mengetahui bahwa pendapatan para
pengusaha kecil menengah mengalami peningkatan setelah mendapatkan
pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri yaitu rata-rata 75,4% dengan angka
tertinggi 98% dari usaha penggilingan padi Bp. H. Marbi dan angka terendah 58%
dari usaha warung makan Ibu Warsiti. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bahwa pemberian pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri
berperan dalam meningkatkan pendapatan usaha kecil menengah di Kecamatan
Gondangrejo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perkembangan usaha kecil menengah yang mendapat pembiayaan dari BMT
Bina Insan Mandiri juga dapat dilihat dari grafik dibawah ini :
Gambar 8. Grafik Perkembangan Usaha Kecil Menengah yang Mendapatkan
Pembiayaan Mudharabah BMT Bina Insan Mandiri
Berdasarkan grafik diatas perkembangan usaha kecil menemgah yang
mendapat pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2009 selalu mengalami peningkatan, pada tahun 2007 mengalami
peningkatan sebesar 10% dari tahun 2006, tahun 2008 mengalami peningkatan
20% dari tahun 2007, tahun 2009 mengalami peningkatan 35% dari tahun 2008.
Berdasarkan realisasi pembiayaan tahun 2007 sampai tahun 2009 juga
mengalami peningkatan. Tahun 2007, realisasi pembiayaan yang diberikan kepada
nasabah pembiayaan sebesar Rp 657.848.500,00, pada tahun 2008 meningkat
menjadi Rp 1.161.093.178,00, dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan
mencapai Rp 2.995.541.177,00. Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa
nasabah, peranan pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri sangat
dirasakan terutama oleh pengusaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo,
karena sangat membantu dalam permodalan usaha mereka sehingga meningkatkan
perkembangan usaha mereka.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2006 2007 2008 2009
mudharabah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Hambatan-hambatan yang Dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri dalam
Proses Penyaluran Pembiayaan Mudharabah Serta Solusinya
Dalam upaya pemberian pembiayaan kepada nasabah, BMT Bina Insan
Mandiri (BIM) selama ini tidak mengalami hambatan-hambatan yang berarti, hal
ini dikarenakan nasabah pembiayaan BMT Bina Insan Mandiri tidak mengalami
kendala dalam menjalankan usahanya maupun pengembalian dana pembiayaan
tersebut. Jika pihak nasabah mengalami kendala atau masalah dalam menjalankan
usahanya, maka peranan BMT Untuk melakukan peninjauan kepada nasabah, hal
ini dilakukan agar BMT Bina Insan Mandiri dapat memberikan saran dan
membantu nasabah dalam mengatasi masalah tersebut. Hal ini sebagaimana yang
telah disampaikan oleh Pak Sudino (Manajer Cabang) pada wawancara tanggal 17
Desember 2009 :
Alhamdulillah saat ini kami tidak mengalami hambatan yang terlalu berat,
mungkin hambatannya karena masyarakat daerah Gondangrejo ini
kebanyakan merantau ke luar jawa, jadi mereka mengajukan pembiayaan
disini untuk menambah modal usaha mereka di luar jawa, tetapi rumah dan
jaminan tetap disini, dalam hal inipun kami (pihak BMT Bina Insan
Mandiri) mengutamakan nasabah lama dan sudah terpercaya. Untuk nasabah
yang seperti ini, biasanya nanti dalam membayar angsuran ke BMT
dilimpahkan kepada famili atau kerabatnya, biasanya mereka mentransfer
uang kepada kerabatnya, yang digunakan untuk membayar angsuran kepada
pihak BMT Bina Insan Mandiri. Selain itu, hambatan lainnya dikarenakan
adanya penyimpangan dana oleh nasabah pembiayaan, maksudnya dana
pembiayaan tersebut seharusnya untuk membiayai usaha-usaha produktif,
tetapi ada sebagian nasabah yang menggunakan dana pembiayaan tersebut
untuk kebutuhan konsumtif mereka sehari-hari, jadi dana tersebut habis
untuk konsumtif dan tidak digunakan untuk usaha produktif.
Hal tersebut ditegaskan pula oleh Pak Suryatmo (Marketing Landing) pada
wawancara tanggal 18 Desember 2009 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hambatan yang dihadapi oleh BMT kami seperti yang dihadapi oleh
kebanyakan BMT maupun lembaga keuangan umumnya, yaitu mengenai
keterlambatan pembayaran angsuran yang dilaksanakan oleh nasabah atau
calon anggota pembiayaan, ya tidak semua calon anggota terlambat
membayar angsuran, hanya sebagian kecil saja, kebanyakan mereka
beralasan karena usahanya sepi atau dana yang akan digunakan untuk
membayar angsuran digunakan untuk kebutuhan mendadak dan alasan
lainnya. Dari pihak BMT berusaha memahami alasan mereka, karena
mengingat sebagian besar mereka adalah pengusaha kecil menengah jadi
kadang lancar, kadang sepi.
Dari wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa hambatan yang dihadapi
oleh BMT Bina Insan Mandiri antara lain :
1. Banyak nasabah yang merupakan perantau
2. Penyimpangan dana oleh nasabah
3. Pembayaran angsuran yang kurang lancar
Sedangkan menurut Pak Mulyoto (manajer utama) dalam wawancara dengan
peneliti pada tanggal 16 Desember 2009, hambatan –hambatan yang dialami oleh
BMT Bina Insan Mandiri :
Memang hambatan yang dialami oleh BMT Bina Insan Mandiri tidak terlalu
berat, kemungkinan besar juga dialami oleh BMT-BMT lain juga,
diantaranya :
1. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai sistem bagi hasil, sehingga
menganggap bahwa meminjam di BMT sama dengan meminjam di bank
konvensional yaitu adanya bunga atas pinjaman tersebut.
2. Kejujuran nasabah dalam melaporkan laporan keuangan kepada BMT,
terkadang untung tetapi dalam laporan dikatakan rugi
3. Sebagian besar penerima pembiayaan adalah pengusaha kecil yang
mencatat laporan laba rugi hanya sederhana atau bahkan tidak ada.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, solusi yang dilakukan oleh
BMT Bina Insan Mandiri :
a. Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasi-sosialisasi mengenai
perbankan syari'ah, serta berbagai keuntungan yang diperoleh apabila
menggunakan sistem perbankan syari'ah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Untuk mengetahui tingkat kejujuran para nasabah mengenai laporan
usahanya, maka pihak BMT mendatangi nasabah pembiayaan tersebut secara
intensif sehingga dapat diketahui tingkat perkembangan usaha yang
sesungguhnya.
c. Memberlakukan sanksi atau denda keterlambatan bagi nasabah, yaitu 3%
dari nilai angsuran apabila keterlambatan lebih dari 5 hari setelah jatuh
tempo waktu pembayaran.
Selain beberapa hambatan tersebut ada beberapa faktor yang mendukung
BMT Bina Insan Mandiri dalam menyalurkan pembiayaan mudhrabah yaitu :
a. Jaringan Kelembagaan yang Baik
Jaringan kelembagaan yang baik sangat dibutuhkan oleh badan usaha dalam
rangka pengembangan usaha, terutama bagi usaha yang berkaitan dengan
nasabah seperti halnya lembaga keuangan. Menurut dokumentasi
BMT Bina Insan Mandiri, menyebutkan ada tiga hal yang menjadi pilar
utama untuk membangun eksistensi BMT, yaitu:
(1) Pengelola dan pengurus yang amanah
(2) Menjalankan BMT secara professional sesuai dengan kaidah-kaidah
manajemen perbankan.
(3) Membangun jaringan seluas-luasnya.
Menyadari pentingnya membangun jaringan, maka sampai saat ini Koperasi
Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri berupaya terus
membangun komunikasi antar kelembagaan, baik antar BMT atau lembaga
lain yang memiliki visi dan misi yang sama terutama dalam membangun
ekonomi ummat. Jaringan kelembagaan bagi BMT memiliki makna yang
strategis terutama dalam hal menjaga likuiditas BMT, meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia BMT, serta dalam hal advokasi untuk melindungi
kepentingan BMT.
b. Kecepatan Pencairan Dana dalam Proses Pembiayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri(BIM) selalu
mengupayakan adanya pelayanan yang mudah, cepat dan tepat dalam
menyalurkan pembiayaan kepada nasabah, salah satu bentuk kemudahan
yang diberikan oleh BMT Bina Insan Mandiri adalah memberikan pinjaman
dengan persyaratan yang sangat mudah, tidak berbelit-belit, dalam rangka
memberikan pelayanan yang maksimal kepada nasabah sehingga menjadi
faktor pendukung bagi nasabah untuk tetap mengambil pinjaman dana dan
menyimpan dana di Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan
Mandiri dan tidak beralih ke lembaga keuangan lain.
c. Hubungan Kemitraan Antara BMT Bina Insan Mandiri dengan Nasabah
Hubungan antara Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan
Mandiri(BIM) dengan nasabah bersifat sebagai mitra kerja, sehingga kedua
belah pihak,baik nasabah maupun pihak BMT Bina Insan Mandiri saling
menguntungkan. Pihak BMT dalam memberikan pembiayaan kepada
nasabah akan mendapatkan keuntungan bagi hasil yang diberikan dari
pendapatan usaha yang dijalankan oleh nasabah, sedangkan pihak nasabah
mendapatkan keuntungan yaitu tambahan permodalan dalam menjalankan
usahanya sehingga usaha yang dijalankan oleh nasabah akan mengalami
peningkatan. Dengan adanya hubungan antara BMT dengan nasabah yang
bersifat kemitraan, maka pihak BMT akan melakukan monitoring terhadap
usaha yang dilakukan oleh nasabah yang sifatnya membantu nasabah. Hal
tersebut sebagaimana disampaikan oleh Pak Suryatmo (Marketing Landing)
pada wawancara tanggal 18 Desember 2009 :
Pengawasan secara rutin memang tidak ada, namun jika ada nasabah yang
tidak mengangsur pembiayaan dan bagi hasilnya pada saat jatuh tempo,
biasanya dari pihak kami akan mendatangi nasabah tersebut dan
menanyakan alasannya, apabila nasabah mengalami kendala dalam
usahanya, maka pihak kami akan berusaha memberikan solusi dan
bermusyawarah bersama dengan nasabah tersebut. Pihak kami terkadang
mendatangi para nasabah untuk melakukan silaturahmi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal ini juga ditegaskan oleh Pak Mulyoto (Manajer Utama) pada wawancara
tanggal 16 Desember 2009 :
Dari pihak BMT Bina Insan Mandiri memang tidak ada jadwal secara teratur
untuk mengadakan monitoring kepada para nasabah pembiayaan, kami
memonitor perkembangan usaha mereka apabila mereka datang ke BMT
Bina Insan Mandiri untuk mengangsur pembiayaan mereka, biasanya sambil
mengobrol santai kami menanyakan perkembangan dan kendala mereka
dalam menjalankan usahanya. Sekali waktu kami juga mengunjungi tempat
usaha mereka untuk menjalin silaturahim.
Jika suatu saat nasabah mengalami kendala dalam menjalankan usaha maka
permasalahan tersebut dapat diselesaikan secara bersama-sama antara pihak BMT
dengan nasabah, yaitu pihak BMT dalam upaya membantu nasabah hanya sebatas
melakukan konsultasi, memberikan saran dan solusi untuk mengatasi masalah
tersebut, sehingga pihak BMT tidak bersifat ikut campur tangan secara langsung
dalam menentukan kebijakan-kebijakan usaha yang dilakukan oleh nasabah.
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori
1. Latar belakang Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri
dalam Memberikan Pembiayaan Mudharabah.
Lembaga keuangan bank, merupakan lembaga yang memberikan jasa
keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan oleh lembaga
ini adalah menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman dan juga melakukan
penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau tabungan.
Menurut Undang-undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang N0 10 Tahun 1998, bahwa bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk yang lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah suatu lembaga yang
didalamnya mencakup dua jenis kegiatan yaitu yang pertama, Baitul Maal yaitu
kegiatan menerima dan menyalurkan dana zakat, infaq, shadaqah. Kedua,
Baitul Tamwil yaitu lembaga yang kegiatannya mengembangkan usaha-usaha
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha
kecil menengah bawah dan mikro dengan mendorong melalui pembiayaan
usaha ekonomi produktif.
Usaha penyaluran dana yang dilakukan oleh BMT terbukti lebih mengena
dan dapat meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil menengah,
karena sasaran pembiayaan BMT adalah pengusaha kecil menengah,
keberadaan BMT yang dekat dengan masyarakat, mudah di jangkau masyarakat
kecil menengah, serta persyaratan yang mudah dan tidak ada pembebanan
bunga pinjaman. Dalam sistem syari'ah yang merupakan landasan dasar
operasional BMT, tidak mengenal adanya bunga atas pinjaman, karena bunga
dilarang oleh syari'ah Islam dan hukumnya adalah haram. Oleh karena itu,
dalam menjalankan operasional pembiayaan, pada suatu BMT dikenal adanya
sistem bagi hasil, yaitu keuntungan dari usaha yang dijalankan oleh pengusaha
kecil menengah tersebut akan dibagi sesuai dengan nisbah atau prosentase yang
telah disepakati dalam perjanjian antara pihak BMT dengan nasabah
sebelumnya.
Pihak BMT Bina Insan Mandiri lebih mengutamakan pembiayaan bagi
usaha kecil, dikarenakan sesuai dengan visi dan misi BMT Bina Insan Mandiri
yaitu sebagai lembaga keuangan mikro syari'ah yang membantu dan mendorong
kemaslahatan usaha kecil menengah dengan memberikan pembiayaan sesuai
prinsip-prinsip syari'ah yang bebas riba, dan melihat bahwa sebagian besar
masyarakat bergerak di bidang ekonomi kecil menengah yang memiliki modal
terbatas tetapi memiliki potensi untuk berkembang maju, apabila usaha-usaha
kecil tersebut mengalami gulung tikar maka akan semakin menambah jumlah
angka pengangguran dan kemiskinan di masyarakat Kecamatan Gondangrejo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu, dengan
adanya pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri, diharapkan
dapat membantu permodalan bagi usaha kecil menengah di wilayah Kecamatan
Gondangrejo dan ikut berperan serta dalam pembangunan ekonomi bangsa
Indonesia, sehingga tewujud kesejahteraan masyarakat Indonesia.
2. Prosedur Permohonan Pembiayaan Mudharabah yang Dilaksanakan di BMT
Bina Insan Mandiri
Alasan BMT Bina Insan Mandiri dalam memberikan pembiayaan kepada
calon anggota, disesuaikan antara permohonan pembiayaan yang diinginkan
dengan usaha yang akan dilaksanakan oleh calon anggota tersebut, dengan
demikian pihak BMT akan memberikan keterangan lebih lanjut dan akan
mengarahkan pembiayaan yang sesuai dengan usaha yang akan dijalankan oleh
calon anggota. Adapun prosedur pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri
adalah :
a. Solitisasi
Adalah penjelasan oleh pihak BMT kepada nasabah (biasanya dilakukan
oleh pihak marketing BMT), mengenai tata cara pengajuan pembiayaan dan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah apabila akan
mengajukan pembiayaan kepada BMT.
b. Analisis
Adalah analisis yang dilakukan oleh pihak BMT untuk menentukan
kesanggupan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan sesuai dengan
persyaratan yang terdapat dalam perjanjian pembiayaan yang sudah
disepakati bersama sebelumnya.
c. Jaminan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam hal ini digunakan sebagai agunan nasabah kepada BMT, jika
nasabah sebagai pelaku usaha melakukan kecurangan dan pada akhirnya
mengalami kerugian maka pihak BMT mempunyai hak untuk mengambil
jaminan tersebut untuk menjadi milik BMT. Hal ini sudah sangat jelas
sesuai dengan ketentuan dalam akad mudharabah, jaminan bisa disertakan
dalam perjanjian akad dalam upaya mendapatkan pembiayaan mudharabah,
sebagai alat meminimalisasi resiko yang akan dialami oleh BMT.
d. Persetujuan pembiayaan
Adalah persetujuan pembiayaan atas permohonan nasabah yang dilakukan
oleh pihak BMT.
e. Perjanjian atau akad
Yaitu kedua belah pihak (BMT Bina Insan Mandiri dan nasabah) saling
membuat kesepakatan akan perihal pembiayaan tersebut. Aspek-aspek yang
mendukung dari perjanjian tersebut adalah jangka waktu pengembalian
angsuran, nisbah bagi hasil antara nasabah sebagai pelaku usaha dengan
pihak BMT sebagai pemberi modal, jaminan yang diberikan kepada pihak
BMT, legalitas nasabah, dan prospek usaha nasabah di masa depan.
f. Pencairan pembiayaan
Yaitu setelah meneliti kelengkapan syarat-syarat dari nasabah, melakukan
survey ketempat tinggal, tempat usaha dan jaminan milik nasabah,
mengadakan rapat dengan komite pembiayaan dan mendapat persetujuan
dari komite pembiayaan, maka pihak BMT akan mencairkan pembiayaan
yang dibutuhkan oleh nasabah sesuai dengan kesepakatan bersama.
g. Perhitungan bagi hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perhitungan bagi hasil adalah perhitungan penerimaan dari nasabah(pelaku
usaha)dengan pihak BMT ( pemberi dana) sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati bersama.
h. Pembayaran angsuran
Yaitu angsuran pembiayaan yang harus diberikan oleh nasabah kepada
pihak BMT sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama.
i. Monitoring
Yaitu pihak BMT akan memantau jalannya usaha yang dilakukan oleh calon
anggota, apabila nasabah (calon anggota) mengalami kesulitan dan kendala
dalam menjalankan usahanya, maka pihak BMT akan membantu dengan
memberikan solusi dan saran dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi
nasabah (calon anggota) tersebut sehingga dapat memperbaiki usaha
nasabah (calon anggota ) di masa depan. Lancarnya usaha yang dilakukan
nasabah akan mempengaruhi kedisiplinan nasabah dalam membayar
angsuran pembiayaan kepada BMT.
Teknik perhitungan bagi hasil terdiri dari dua macam cara, yaitu :
a. Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan pada hasil net dari
hasil pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh pembiayaan tersebut.
b. Revenue Sharing adalah perhitungan bagi hasil yang didasarkan pada total
pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Penggunaan sistem perhitungan tersebut, masing-masing BMT
mempunyai kebijakan sendiri. Dalam menerapkan teknik perhitungan bagi
hasil, BMT Bina Insan Mandiri menggunakan teknik profit sharing, yaitu pihak
BMT beranggapan bahwa dengan menggunakan sistem profit sharing
diharapkan dapat membantu nasabah pembiayaan yang sebagian besar adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengusaha kecil menengah dengan meringankan pengeluaran atas biaya-biaya
usaha yang telah dijalankan, selain itu system profit sharing adalah system yang
sesuai dengan prinsip syari'ah yang berasas pada keadilan, yaitu ketika usaha
mengalami keuntungan maupun kerugian akan ditanggung bersama antara
BMT sebagai shahibul maal (pemberi dana) dan pengusaha sebagai mudharib
(pengelola), bahkan bisa jadi kerugian dari usaha akan ditanggung sepenuhnya
oleh pihak BMT dengan syarat kerugian tersebut tidak disengaja dan bukan
karena kelalaian pengusaha.
3. Peranan Pembiayaan Mudharabah di BMT Bina Insan Mandiri Terhadap
Perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)
Keberadaan BMT Bina Insan Mandiri dirasakan sangat membantu para
pengusaha kecil menengah terutama di Kecamatan Gondangrejo. Masyarakat
merasakan bahwa BMT Bina Insan Mandiri sangat berperan bagi kelancaran
usaha mereka dalam meningkatkan permodalan, hal ini dikarenakan prosedur
pembiayaan yang mudah dan tidak berbelit-belit serta pencairan dana yang
cepat, sehingga mereka dapat segera memutarkan modal pembiayaan dari BMT
untuk usaha mereka. Selain itu pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri
sangat membantu dalam perkembangan usaha mereka. Salah satu produk
pembiayaan yang sangat membantu para pengusaha kecil menengah adalah
pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah ini merupakan salah satu
alternatif bagi pengusaha kecil menengah untuk meningkatkan usahanya,
karena pembiayaan mudharabah ini tidak memberatkan bagi pengusaha kecil
menengah dengan beban bunga pinjaman yang tinggi dan keuntungan maupun
kerugian dari usaha yang dijalankan nasabah akan ditanggung bersama, dan
bisa jadi kerugian dari usaha akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak BMT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bina Insan Mandiri dengan syarat kerugian tersebut tidak disengaja dan bukan
karena kelalaian pengusaha, apabila kerugian tersebut karena kelalaian
pengusaha, maka akan ditanggung oleh pengusaha sendiri. Dalam pembiayaan
mudharabah tidak mengenal adanya bunga pinjaman, karena hal itu merupakan
riba yang dilarang dalam agama Islam, tetapi dalam pembiayaan mudharabah
dikenal adanya sistem bagi hasil yaitu sesuai dengan nisbah atau prosentase
yang disepakati antara pihak nasabah dengan pihak BMT. Pengusaha kecil
menengah cenderung memilih mengajukan permohonan pembiayaan melalui
BMT karena prosedur peminjamannya tidak berbelit-belit, agunan yang
diberikan kepada pihak BMT tidak memberatkan pengusaha kecil menengah
serta proses pencairan dananya cepat. Dengan adanya pembiayaan
mudharabah, diharapkan dapat membantu perkembangan usaha kecil
menengah, sehingga dapat berjalan dengan lancar, dan apabila usaha kecil
menengah ini dapat berjalan lancar diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat kecil menengah sehingga dapat mendorong laju perekonomian
bangsa Indonesia dan tercapai kesejahteraan serta kemakmuran masyarakat
Indonesia.
Perkembangan usaha kecil menengah(UKM) yang mendapat pembiayaan
dari BMT Bina INsan Mandiri selalu mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, walaupun tidak meningkat tajam, tetapi usaha kecil menengah tersebut
dapat berjalan lancar. Dengan adanya usaha kecil menengah ini dapat
mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran, karena usaha kecil
menengah yang berkembang saat ini beperan dalam menyerap tenaga kerja
serta membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Perekonomian
bangsa Indonesia sebagian besar bergerak di sektor usaha kecil menengah,
dengan berkembangnya usaha kecil menengah ini diharapkan dapat
membangun kembali perekonomian bangsa Indonesia dan membantu negara ini
untuk bangkit kembali dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat dapat tercapai sesuai dengan cita-cita
bangsa ini.
4. Hambatan-hambatan yang Dihadapi Oleh BMT Bina Insan Mandiri dalam
Proses Penyaluran Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil Menengah
dan Solusinya
Dalam melakukan suatu usaha tentunya mengalami berbagai hambatan
yang harus dihadapi oleh suatu lembaga begitu pula dengan BMT Bina Insan
Mandiri. Hambatan-hambatan yang muncul tidak hanya dari internal lembaga,
tetapi juga berasal dari nasabah BMT Bina Insan Mandiri. Hambatan yang
dihadapi oleh Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri
dalam pembiayaan mudharabah untuk mengembangkan usaha kecil menengah
di Kecamatan Gondangrejo, yaitu :
1. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai sistem bagi hasil, sehingga
menganggap bahwa meminjam di BMT sama dengan meminjam di bank
konvensional yaitu adanya bunga atas pinjaman tersebut.
2. Kejujuran nasabah dalam melaporkan laporan keuangan kepada BMT,
terkadang untung tetapi dalam laporan dikatakan rugi. Hal ini disebabkan
karena kurangnya monitoring yang dilakukan oleh BMT, sehingga sangat
memungkinkan adanya kecurangan yang dilakukan oleh nasabah.
3. Sebagian besar nasabah pembiayaan adalah pengusah kecil menengah yang
mencatat laporan laba ruginya secara sederhana atau bahkan tidak ada
pencatatan. Sehingga menyulitkan pihak BMT untuk melakukan auditing
terhadap laporan keuangan tersebut.
4. Banyaknya masyarakat yang mengajukan pembiayaan di BMT Bina Insan
Mandiri tetapi digunakan untuk usaha di luar jawa atau merantau. Hal ini
disebabkan keuntungan yang diperoleh dengan membuka usaha diluar jawa
lebih besar daripada dengan usaha yang dikelola di jawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Penyimpangan dana oleh nasabah. Dana pembiayaan yang diperoleh dari
BMT Bina Insan Mandiri tidak digunakan sebagaimana mestinya, yaitu
untuk pembiayaan usaha produktif, tetapi digunakan untuk kebutuhan
konsumsi sehari-hari.
6. Pembayaran angsuran yang kurang lancar. Karena sebagian besar nasabah
pembiayaan adalah pengusaha kecil menengah, maka keuntungan dari usaha
tidak dapat dipastikan, terkadang untung banyak terkadang mengalami
kerugian. Alasan inilah yang sering digunakan oleh nasabah apabila
terlambat membayar angsuran. Apabila nasabah terlambat membayar
angsuran dapat menyebabkan BMT Bina Insan Mandiri mengalami kesulitan
dalam perputaran pembiayaannya karena jumlah kas BMT Bina Insan
Mandiri dapat berkurang.
Solusi yang dilakukan oleh Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina
Insan Mandiri untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, yaitu :
a. Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasi mengenai
perbankan syari'ah, dan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan
menggunakan system perbankan syari'ah.
b. Untuk mengetahui tingkat kejujuran nasabah mengenai laporan usahanya,
maka pihak BMT mendatangi nasabah pembiayaan tersebut secara intensif
untuk mengetahui perkembangan usaha yang sesungguhnya.
c. Memberlakukan sanksi atau denda keterlambatan bagi nasabah, yaitu 3%
dari nilai angsuran apabila keterlambatan lebih dari 5 hari setelah jatuh
tempo waktu pembayaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Latar belakang Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri
dalam memberikan pembiayaan mudharabah kepada pengusaha kecil
menengah disebabkan sesuai dengan misi dari BMT Bina Insan Mandiri yaitu
sebagai lembaga keuangan mikro syari'ah yang membantu dan mendorong
kemaslahatan usaha kecil menengah dengan memberikan pembiayaan sesuai
prinsip-prinsip syari'ah yang bebas dari riba, dan melihat bahwa sebagian besar
masyarakat bergerak di bidang ekonomi kecil menengah tetapi modal terbatas,
padahal usaha kecil menengah tersebut memiliki potensi besar untuk
berkembang maju, apabila usaha-usaha kecil tersebut mengalami gulung tikar
maka akan semakin menambah jumlah angka pengangguran serta kemiskinan
di tengah masyarakat Kecamatan Gondangrejo khususnya dan rakyat Indonesia
pada umumnya. Oleh karena itu, dengan adanya pembiayaan mudharabah dari
BMT Bina Insan Mandiri, diharapkan dapat membantu permodalan bagi usaha
kecil menengah di wilayah Kecamatan Gondangrejo dan ikut berperan serta
dalam pembangunan ekonomi bangsa Indonesia, sehingga terwujud
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
2. Prosedur permohonan pembiayaan di Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT
Bina Insan Mandiri yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
a. Solitisasi
Adalah penjelasan oleh pihak BMT kepada nasabah (biasanya dilakukan
oleh pihak marketing BMT), mengenai tata cara pengajuan pembiayaan dan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah apabila akan
mengajukan pembiayaan kepada BMT.
b. Analisis
Adalah analisis yang dilakukan oleh pihak BMT untuk menentukan
kesanggupan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan sesuai dengan
persyaratan yang terdapat dalam perjanjian pembiayaan yang sudah
disepakati bersama sebelumnya.
c. Jaminan
Dalam hal ini digunakan sebagai agunan nasabah kepada BMT, jika
nasabah sebagai pelaku usaha melakukan kecurangan dan pada akhirnya
mengalami kerugian maka pihak BMT mempunyai hak untuk mengambil
jaminan tersebut untuk menjadi milik BMT. Hal ini sudah sangat jelas
sesuai dengan ketentuan dalam akad mudharabah, jaminan bisa disertakan
dalam perjanjian akad dalam upaya mendapatkan pembiayaan mudharabah,
sebagai alat meminimalisasi resiko yang akan dialami oleh BMT.
d. Persetujuan pembiayaan
Adalah persetujuan pembiayaan atas permohonan nasabah yang dilakukan
oleh pihak BMT.
e. Perjanjian atau akad
Yaitu kedua belah pihak (BMT Bina Insan Mandiri dan nasabah) saling
membuat kesepakatan akan perihal pembiayaan tersebut. Aspek-aspek yang
mendukung dari perjanjian tersebut adalah jangka waktu pengembalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
angsuran, nisbah bagi hasil antara nasabah sebagai pelaku usaha dengan
pihak BMT sebagai pemberi modal, jaminan yang diberikan kepada pihak
BMT, legalitas nasabah, dan prospek usaha nasabah di masa depan.
f. Pencairan pembiayaan
Yaitu setelah meneliti kelengkapan syarat-syarat dari nasabah, melakukan
survey ketempat tinggal, tempat usaha dan jaminan milik nasabah,
mengadakan rapat dengan komite pembiayaan dan mendapat persetujuan
dari komite pembiayaan, maka pihak BMT akan mencairkan pembiayaan
yang dibutuhkan oleh nasabah sesuai dengan kesepakatan bersama.
g. Perhitungan bagi hasil
Perhitungan bagi hasil adalah perhitungan penerimaan dari nasabah(pelaku
usaha)dengan pihak BMT ( pemberi dana) sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati bersama.
h. Pembayaran angsuran
Yaitu angsuran pembiayaan yang harus diberikan oleh nasabah kepada
pihak BMT sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama.
i. Monitoring
Yaitu pihak BMT akan memantau jalannya usaha yang dilakukan oleh calon
anggota, apabila nasabah (calon anggota) mengalami kesulitan dan kendala
dalam menjalankan usahanya, maka pihak BMT akan membantu dengan
memberikan solusi dan saran dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi
nasabah (calon anggota) tersebut sehingga dapat memperbaiki usaha
nasabah (calon anggota ) di masa depan. Lancarnya usaha yang dilakukan
nasabah akan mempengaruhi kedisiplinan nasabah dalam membayar
angsuran pembiayaan kepada BMT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Peranan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri terhadap
tingkat perkembangan usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo
Berdasarkan hasil temuan yang peneliti peroleh dari lapangan, bahwa Koperasi
Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri sangat berperan dalam
meningkatkan perkembangan usaha kecil mennegah di Kecamatan
Gondangrejo. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan usaha kecil menengah
yang mengalami peningkatan dari tahun ketahun.
4. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah
BMT dalam proses penyaluran pembiayaan mudharabah serta solusinya.
1. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai sistem bagi hasil yang sesuai
syari'ah
Pengetahuan masyarakat mengenai sistem bagi hasil memang sedikit sekali,
apalagi untuk masyarakat pedesaan, mereka menganggap bahwa dengan
meminjam di BMT sama saja dengan meminjam di bank-bank konvensional
yaitu adanya bunga atas pinjaman tersebut.
2. Kejujuran nasabah dalam melaporkan laporan keuangan kepada BMT.
Pihak BMT tidak dapat melakukan monitoring setiap hari terhadap usaha
yang dijalankan oleh nasabah pembiayaan, hal ini sangat memungkinkan
bagi nasabah untuk memanipulasi laporan keuangan mereka kepada pihak
BMT.
3. Tidak adanya laporan keuangan dari nasabah yang tersusun rapi dan jelas.
Nasabah pembiayaan BMT sebagian besar adalah pengusaha kecil
menengah, sehingga laporan keuangan yang dibuat masih menggunakan
cara-cara yang sederhana, sehingga dalam pembukuan laporan keuangan
mereka belum tersusun rapi dan sesuai standar akuntansi. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyulitkan pihak BMT dalam melakukan analisis dan audit kelayakan
usaha mereka.
4. Penyimpangan dana oleh nasabah pembiayaan.
Penyimpangan dana akan menjadi penghambat dalam proses penyaluran
pembiayaan karena dana yang seharusnya digunakan sebagai tambahan
modal usaha tidak digunakan sebagaimana mestinya, sehingga dana tersebut
tidak dapat berputar kembali dan tidak menghasilkan keuntungan serta dapat
mengganggu kelancaran pembayaran angsuran ke pihak BMT.
5. Banyak nasabah yang merantau ke luar Jawa
Keadaaan ekonomi yang kurang mapan serta kurangnya lapangan kerja yang
dapat menampung tenaga kerja, menyebabkan banyak masyarakat yang
mengadu nasib diluar jawa, untuk mendapatkan pekerjaan sekaligus
penghasilan dalam rangka memnuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Dalam menambah modal untuk usaha di luar Jawa, banyak masyarakat yang
mengajukan pembiayaan di BMT, karena proses yang mudah, sedangkan
untuk proses pembayaran angsuran mereka mentransfer sejumlah uang
kepada sanak kerabat mereka di Jawa untuk dibayarkan kepada pihak BMT.
6. Pembayaran angsuran yang kurang lancar.
Nasabah pembiayaan BMT sebagian besar adalah pengusaha kecil
menengah, dengan keuntungan yang tidak dapat dipastikan setiap bulannya.
Usaha yang sepi dan kurang lancar sering menjadi alasan bagi nasabah
dalam pembayaran angsuran yang tidak lancar kepada pihak BMT.
Dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut, pihak BMT Bina Insan
Mandiri mempunyai solusi, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasi mengenai perbankan
syari'ah, dan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan
sistem perbankan syari'ah.
e. Untuk mengetahui tingkat kejujuran nasabah mengenai laporan usahanya,
maka pihak BMT mendatangi nasabah pembiayaan tersebut secara terjadwal
sehingga dapat mengetahui perkembangan usaha yang sesungguhnya.
f. Untuk mengetahui laporan keuangan nasabah pembiayaan, BMT Bina Insan
Mandiri (BIM) meminta nasabah untuk menyusun laporan keuangannya
meskipun secara sederhana setiap periodenya.
g. Untuk menghindari penyimpangan dana oleh nasabah, hal ini tergantung
kepada kemampuan nasabah untuk mengendalikan pengeluaran dana
pembiayaan untuk kebutuhan selain usaha mereka.
h. Dalam memberikan dana kepada nasabah yang merantau di luar Jawa, pihak
BMT Bina Insan Mandiri (BIM) membuat perjanjian dengan menggunakan
akta notaris agar perjanjian tersebut kuat di mata hukum.
i. Memberlakukan sanksi atau denda keterlambatan bagi nasabah, yaitu 3%
dari nilai angsuran apabila keterlambatan lebih dari 5 hari setelah jatuh
tempo waktu pembayaran.
B. Implikasi Hasil Penelitian
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian ini menguatkan teori bahwa pinjaman atau pembiayaan
dari Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah atau Baitul Maal Wa Tamwil(BMT) dapat
membantu meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Pemberian
pembiayaan atau penyaluran pinjaman dari Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dapat
digunakan sebagai tambahan modal untuk meningkatkan perkembangan usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kecil menengah, sehingga dapat meningkatkan pendapatan yang pada akhirnya
kesejahteraan hidup masyarakat juga meningkat.
2. Implikasi Praktis
Dari hasil penelitian ini, maka Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina
Insan Mandiri harus memberikan pinjaman atau pembiayaan mudharabah kepada
para pengusaha kecil menengah, karena pembiayaan mudharabah adalah
pembiayaan yang paing ideal bagi usaha kecil menengah yang dapat meningkatkan
perkembangan usaha mereka. Selain itu, dalam pemberian pembiayaan
mudharabah, pihak bank atau BMT harus melakukan monitoring terhadap usaha
yang dijalankan oleh pihak nasabah.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka dari
hasil penelitian ini dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Kepada Pengelola Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri
a. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri, hendaknya
dapat memberikan pinjaman atau pembiayaan kepada nasabah dengan
angsuran yang bersifat fleksibel, sehingga nasabah dapat mengangsur
pembiayaan atau pinjaman dengan lebih mudah.
b. BMT Bina Insan Mandiri hendaknya melakukan monitoring secara teratur
kepada nasabah pembiayaan agar hubungan antara BMT Bina Insan Mandiri
dengan nasabah pembiayaan sebagai mitra kerja terus terjalin dengan baik.
c. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri sebaiknya
meningkatkan jumlah pembiayaan mudharabah sebab produk pembiayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ini sangat potensil dalam membantu permodalan usaha kecil menengah
untuk mengembangkan usaha mereka.
2. Kepada Anggota atau nasabah Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina
Insan Mandiri
a. Bagi nasabah yang memiliki pinjaman atau menerima pembiayaan
hendaknya mengembalikan pinjaman tepat pada waktunya, sehingga
operasional BMT akan berjalan lancar, karena jika nasabah tidak
mengembalikan pembiayaan tepat pada waktunya dikhawatirkan kas yang
ada di BMT akan berkurang sehingga mengganggu kelancaran operasional
BMT.
b. Sebaiknya pinjaman yang diperoleh dari BMT Bina Insan Mandiri
dipergunakan sebagaimana mestinya yaitu untuk meningkatkan permodalan
usaha, karena jika dana pembiayaan tersebut tidak dipergunakan
sebagaimana mestinya maka dana tersebut tidak akan menghasilkan
keuntungan baik bagi nasabah maupun bagi BMT Bina Insan Mandiri.