digital 124494 rb03a409m museum taman pendahuluan

14
Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Museum Taman Prasasti merupakan salah satu museum di Jakarta yang memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan museum lain yang pada umumnya memamerkan koleksinya di dalam suatu bangunan (indoor museum), Museum Taman Prasasti memamerkan koleksinya di ruang terbuka (outdoor museum). Keunikan lainnya adalah bahwa kawasan museum pada awalnya merupakan kompleks pemakaman masyarakat Belanda pada masa kolonial. Kompleks pemakaman yang menjadi cikal bakal Museum Taman Prasasti didirikan pada tahun 1795 (Heuken, 1997:244). Menurut Adolf Heuken, kompleks pemakaman tersebut merupakan taman pemakaman umum modern tertua yang masih tersisa di Jakarta, bahkan merupakan salah satu yang tertua di dunia. Pemakaman tersebut lebih tua dari Fort Canning Park (1926) di Singapura, Gore Hill Cemetery (1868) di Sydney, La Chaise Cemetery (1803) di Paris, Mount Auburn Cemetery (1831) di Cambridge, Massachusetts (yang diklaim sebagai taman makam modern pertama di dunia), dan Arlington National Cemetery (1864) di Washington D.C. (ikon visual lansekap sejarah Amerika Serikat) (Joga dkk., 2005:11-12). Pada awalnya, tempat yang sekarang menjadi lokasi Museum Taman Prasasti digunakan sebagai pemakaman khusus orang asing, terutama yang beragama Kristen (Heuken, 1997:244). Pemakaman itu disebut Kebon Jahe Kober. Kawasan pemakaman berkembang hingga seluas 5,9 hektar (Heuken, 1997:243). Kemudian pada tahun 1975, pemakaman ditutup dengan alasan kawasan makam telah penuh (DMS DKI Jakarta, 1994:10) 1 . Pada tanggal 9 Juli 1977, kawasan pemakaman tersebut dijadikan sebagai Museum Taman Prasasti dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin (Abieta, 2005). Akibat pembangunan gedung-gedung pemerintahan di sekitarnya, saat ini kawasan museum hanya memiliki luas 1,2 hektar (Heuken, 1997:243). 1 DMS DKI Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 1 Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Upload: claranggarany

Post on 31-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Digital 124494 RB03A409m Museum Taman Pendahuluan

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Museum Taman Prasasti merupakan salah satu museum di Jakarta yang

memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan museum lain yang pada umumnya

memamerkan koleksinya di dalam suatu bangunan (indoor museum), Museum

Taman Prasasti memamerkan koleksinya di ruang terbuka (outdoor museum).

Keunikan lainnya adalah bahwa kawasan museum pada awalnya merupakan

kompleks pemakaman masyarakat Belanda pada masa kolonial.

Kompleks pemakaman yang menjadi cikal bakal Museum Taman Prasasti

didirikan pada tahun 1795 (Heuken, 1997:244). Menurut Adolf Heuken, kompleks

pemakaman tersebut merupakan taman pemakaman umum modern tertua yang

masih tersisa di Jakarta, bahkan merupakan salah satu yang tertua di dunia.

Pemakaman tersebut lebih tua dari Fort Canning Park (1926) di Singapura, Gore

Hill Cemetery (1868) di Sydney, La Chaise Cemetery (1803) di Paris, Mount

Auburn Cemetery (1831) di Cambridge, Massachusetts (yang diklaim sebagai

taman makam modern pertama di dunia), dan Arlington National Cemetery (1864)

di Washington D.C. (ikon visual lansekap sejarah Amerika Serikat) (Joga dkk.,

2005:11-12).

Pada awalnya, tempat yang sekarang menjadi lokasi Museum Taman

Prasasti digunakan sebagai pemakaman khusus orang asing, terutama yang

beragama Kristen (Heuken, 1997:244). Pemakaman itu disebut Kebon Jahe

Kober. Kawasan pemakaman berkembang hingga seluas 5,9 hektar (Heuken,

1997:243). Kemudian pada tahun 1975, pemakaman ditutup dengan alasan

kawasan makam telah penuh (DMS DKI Jakarta, 1994:10)1. Pada tanggal 9 Juli

1977, kawasan pemakaman tersebut dijadikan sebagai Museum Taman Prasasti

dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin (Abieta, 2005). Akibat

pembangunan gedung-gedung pemerintahan di sekitarnya, saat ini kawasan

museum hanya memiliki luas 1,2 hektar (Heuken, 1997:243).

1 DMS DKI Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

1 Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 2: Digital 124494 RB03A409m Museum Taman Pendahuluan

Universitas Indonesia

2

Melalui penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa Museum Taman

Prasasti pada awalnya bukanlah kawasan yang diciptakan khusus sebagai suatu

museum, melainkan suatu pemakaman di wilayah tengah Kota Jakarta. Namun,

karena kawasan pemakaman tersebut dianggap memiliki nilai historis dan

arkeologis, maka dijadikan suatu museum sebagai usaha untuk melestarikannya.

Sebelum mendalaminya lebih jauh, perlu diketahui terlebih dahulu definisi

museum. Menurut ICOM (International Council of Museum), museum adalah

sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani

masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh,

merawat, menghubungkan, dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi,

pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan

lingkungannya (Sutaarga, 1983:19)2. ICOM juga memberikan penjelasan

mengenai institusi-institusi yang terkait dengan definisi museum tersebut, antara

lain adalah sebagai berikut:

1. Lembaga-lembaga konservasi dan ruangan-ruangan pameran yang secara

tetap diselenggarakan oleh perpustakaan dan pusat-pusat kearsipan.

2. Peninggalan dan tempat-tempat alamiah, arkeologis, dan etnografis,

peninggalan dan tempat-tempat bersejarah yang mempunyai corak

museum, karena kegiatan-kegiatannya dalam hal pengadaan, perawatan,

dan komunikasinya dengan masyarakat.

3. Lembaga-lembaga yang memamerkan makhluk-makhluk hidup, seperti

kebun-kebun tanaman dan binatang, akuarium, makhluk dan tetumbuhan

lainnya, dan sebagainya.

4. Suaka alam.

5. Pusat-pusat pengetahuan dan planetarium (Sutaarga, 1983:19).

Museum Taman Prasasti atau pemakaman Kebon Jahe dapat dimasukkan

ke dalam kategori butir dua sebagai institusi yang terkait dengan definisi museum,

yaitu peninggalan dan tempat-tempat alamiah, arkeologis, dan etnografis,

peninggalan dan tempat-tempat bersejarah yang mempunyai corak museum,

karena kegiatan-kegiatannya dalam hal pengadaan, perawatan, dan komunikasinya

dengan masyarakat. 2 Definisi museum menurut ICOM yang telah direvisi untuk terakhir kali dalam musyawarah umum ke-11, Eleventh General Assembly of ICOM, Copenhagen, 14 Juni 1974.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 3: Digital 124494 RB03A409m Museum Taman Pendahuluan

Universitas Indonesia

3

Museum Taman Prasasti termasuk ke dalam kategori open air museum.

Open air museum adalah salah satu jenis museum yang mengadakan pameran di

ruang terbuka (outdoor). Museum Taman Prasasti dimasukkan ke dalam kategori

tersebut karena lokasi dan penyajian koleksinya yang berada di ruang terbuka,

mengingat awal mula museum yang merupakan suatu situs arkeologi berupa

kawasan pemakaman pada masa kolonial Belanda3. Peninggalan arkeologis

berupa kawasan pemakaman jarang mendapat perhatian yang lebih, padahal

keberadaan pemakaman dapat memberikan informasi serta gambaran mengenai

keadaan manusia di masa lampau melalui cara yang unik dan menarik.

Isu mengenai pengembangan museum di ruang terbuka sudah menjadi

perhatian beberapa negara. Open air museum yang pertama didirikan di

Stockholm pada tahun 1891, yaitu Skansen Museum. Skansen Museum memiliki

area seluas 50 hektar yang memamerkan berbagai jenis koleksi seperti bangunan

tradisional, ladang dan perkebunan, kandang ternak, gudang, gereja, dan rumah

bangsawan. Bangunan-bangunan tersebut merupakan bangunan yang insitu

(masih berada pada konteksnya). Selain menyajikan koleksi berupa lansekap dan

bangunan, Skansen Museum juga menyajikan berbagai aktivitas yang berlangsung

pada kehidupan masyarakat Skandinavia kuno. Misalnya, terdapat seorang pandai

besi yang sedang bekerja di bengkel pandai besi, kemudian terdapat pula pemuda-

pemudi yang mengenakan busana nasional sedang bercengkerama di kedai.

Gereja masih difungsikan dan mengadakan pelayanan kepada jemaat. Seringkali

acara pernikahan masih diselenggarakan di gereja tersebut, dan semua undangan

yang hadir mengenakan busana nasional yang beragam. Pihak museum juga

mengadakan festival musik dan tari tradisional yang diadakan di plaza museum.

Kebudayaan lampau berikut artefaknya menjadi ”hidup” kembali. Skansen

Museum menekankan bahwa semua sajian yang ada di museum merupakan

aktivitas yang sebenarnya dan pernah terjadi di masa lalu, bukan rekayasa (Huth,

1940).

Setelah berdirinya Skansen Museum di Stockholm, open air museum

lainnya mulai didirikan di berbagai negara di seluruh dunia dengan berbagai

3 Situs adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya, termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya (UU RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, Bab I Pasal 1 Ayat 2).

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 4: Digital 124494 RB03A409m Museum Taman Pendahuluan

Universitas Indonesia

4

bentuk dan ukuran. Pada awalnya, museum tipe ini hanya terdapat di Eropa Utara,

kemudian berkembang ke Eropa Barat dan Eropa Tengah. Dewasa ini, konsep

open air museum menjadi diminati oleh berbagai negara di seluruh dunia,

sehingga kemudian berkembang di benua-benua Amerika, Asia, Australia, dan

juga Afrika (Rentzhog, 2007:ix).

Open air museum menekankan pentingnya suatu objek ditempatkan pada

konteks sejarah kebudayaan yang bersangkutan (Laenen, TT:126)4. Oleh karena

itu, sudah seharusnya open air museum berlokasi di suatu situs arkeologi, yaitu

pada lokasi asli peninggalan bersejarah itu berada. Tujuannya adalah untuk

merekonstruksi peninggalan bersejarah tersebut, baik berupa bangunan atau

lansekap di ruang pameran (Laenen, TT:126). Dengan demikian, otentisitas situs,

fitur, dan artefak menjadi sangat penting5. Open air museum biasanya dikenali

sebagai museum of buildings, living farm museum, living history museum, dan folk

museum. Pada umumnya open air museum mengkhususkan koleksinya pada

kawasan dan bangunan-bangunan yang memiliki nilai historis dan estetis.

Museum berupaya mendirikan kembali bangunan-bangunan tua di dalam kawasan

situs terbuka yang luas untuk kemudian dirancang dan diatur kembali sesuai

dengan keadaan pada masa lalu.

Sebagai open air museum, sudah seharusnya Museum Taman Prasasti

dapat memberikan gambaran umum mengenai suasana Kota Batavia pada abad

ke-18 hingga abad ke-20. Melalui keberadaan suatu kompleks pemakaman, dapat

diketahui bentuk pemukiman di wilayah Jakarta tempo dulu (Batavia) secara

umum, dan gambaran pemakaman itu sendiri secara khusus. Berdasarkan data

nisan yang jumlahnya mencapai ribuan, dapat dilacak bagaimana bentuk

hubungan sosial dalam masyarakat Batavia (Soeroso, 2005:3). Pelacakan status

sosial orang-orang yang dikubur di tempat tersebut dapat dilakukan dengan

berbagai cara, antara lain dengan membandingkan bentuk nisan, bahan, dan posisi

4 TT: tanpa tahun. 5 Fitur adalah peninggalan manusia di masa lampau berupa struktur atau sisa kegiatan manusia yang tidak dapat dipindahkan serta diangkat dari lingkungannya tanpa mengakibatkan kerusakan. Contohnya adalah bangunan, perbedaan rona pada tanah, dan lansekap hasil bentukan manusia. Sedangkan artefak adalah peninggalan manusia di masa lampau berupa seluruh benda-benda yang telah dibuat (made) atau diubah (modified) oleh manusia dari bahan-bahan alam (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2004. Vademekum Benda Cagar Budaya. Jakarta: Asisten Deputi Urusan Kepurbakalaan dan Permuseuman. hal. 2 dan 11 ).

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 5: Digital 124494 RB03A409m Museum Taman Pendahuluan

Universitas Indonesia

5

terhadap nisan lain, serta pilihan mengapa Kebon Jahe menjadi pilihan tempat

pemakaman (Soeroso, 2005:3).

Adapun koleksi-koleksi nisan juga dapat mengisahkan berbagai cerita

mengenai kehidupan sosial masyarakat di masa kolonial. Hal itu dapat diketahui

melalui keterangan-keterangan yang tertera pada nisan mengenai identitas dari

orang yang meninggal tersebut. Banyak informasi yang dapat diperoleh melalui

bentuk-bentuk nisan, gaya seni, dan patung-patung.

Dalam makalah seminar yang disampaikannya, Adolf Heuken (2005)

mengemukakan bahwa Museum Taman Prasasti sebagai peninggalan makam dari

akhir abad ke-18 merupakan warisan budaya dari masa lampau yang sangat

berharga, salah satunya sebagai tempat yang memberikan kesaksian tentang

komposisi penduduk Batavia yang berasal dari seluruh dunia pada masa itu.

Keragaman bahasa yang tertera pada nisan-nisan dapat memberikan pengetahuan

mengenai perkembangan bahasa dan sastra pada masa kolonial. Informasi lainnya

adalah tentang pendeknya umur orang Batavia dan banyaknya kematian anak-anak.

Selain itu, terdapat beberapa gaya arsitektur yang khas, antara lain adalah

klasisisme, neo-gotik, dan Jawa. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah

gambaran mengenai gaya pengungkapan (bentuk ekspresi) kepercayaan atau

ketidakpercayaan akan kehidupan sesudah kematian, rindu atau perasaan orang

yang ditinggalkan yang dapat diketahui melalui gaya patung, puisi, atau prosa yang

dituliskan pada nisan6.

Objek dan lansekap peninggalan masa lampau dapat mengisahkan

berbagai cerita, seperti halnya sejarah yang tertulis (Pearce, 1994:28). Cerita yang

terungkap akan semakin banyak dan bermakna apabila semakin diteliti dan

dipelajari (Pearce, 1994:28). Museum mengemban tugas untuk menyampaikan

cerita di balik objek kepada masyarakat luas. Pesan yang disampaikan dalam

komunikasi tersebut adalah sejumlah informasi yang disusun dengan bentuk

tertentu, baik verbal, visual, atau perpaduan keduanya (Sumadio, 1997:22).

Museum Taman Prasasti merupakan warisan budaya dari masa lampau

yang dapat memberikan berbagai pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat

saat ini mengenai dinamika kehidupan sosial di Batavia pada abad ke-18 hingga 6 Disampaikan dalam Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti yang diselenggarakan oleh Museum Sejarah Jakarta, Jakarta 13-14 Juli 2005.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 6: Digital 124494 RB03A409m Museum Taman Pendahuluan

Universitas Indonesia

6

abad ke-20. Setiap informasi yang tersimpan di balik objek harus dapat

disampaikan dalam kemasan yang menarik agar dapat dipahami dengan mudah

oleh pengunjung. Bentuk penyajian tersebut, baik penyajian koleksi ataupun

penyajian gagasan di balik koleksi (nilai) menjadi hal yang sangat penting untuk

diperhatikan. Dalam pelaksanaannya, museum tersebut harus mengusung sebuah

konsep, serta visi dan misi yang jelas agar pengembangannya terarah.

1.2. Permasalahan Penelitian

Museum adalah tempat yang paling ideal sebagai wadah kegiatan

pendidikan dan hiburan, atau disebut juga “edutainment” (education dan

entertainment) (Tanudirjo, 2007:15). Museum harus mampu memberikan

berbagai informasi dengan cara yang menghibur dan menyenangkan agar

pengunjung dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang positif.

Dalam tulisannya yang berjudul “Museum sebagai Mitra Pendidik”, Daud

Aris Tanudirjo (2007) menjelaskan bahwa pada kenyataannya, banyak pengelola

museum di Indonesia yang ragu menerapkan konsep edutainment ini. Pada

umumnya, museum-museum di Indonesia masih lebih banyak menekankan pada

unsur-unsur “memamerkan” benda (object oriented) dan seakan-akan terjerat oleh

cara pandang sempit keilmuan. Sebagai akibatnya banyak museum di Indonesia

yang terjebak dengan obsesi menjadi lembaga ilmiah saja, tanpa berusaha

membuat sajiannya menarik, apalagi menghibur. Tidak mengherankan jika

banyak museum yang sepi dari pengunjung. Maka dari itu, sudah seharusnya cara

pandang tersebut diubah.

Konsep museum tradisional (object oriented museum), saat ini masih

dianut oleh museum-museum pemerintah yang memperlihatkan keseragaman

dalam pengelolaannya. Museum pemerintah masih berorientasi pada objek

semata, sehingga apapun yang dianggap kuno dijadikan koleksi tanpa melihat visi

dan misi dari museum tersebut. Selain itu, tugas dan fungsi museum lebih

ditekankan kepada kegiatan pengumpulan, dokumentasi, penelitian, dan

konservasi koleksi, tanpa adanya proses pemberian makna, sehingga objek tidak

mampu “berkomunikasi” dengan pengunjung (Raswaty, 2008:103-104).

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 7: Digital 124494 RB03A409m Museum Taman Pendahuluan

Universitas Indonesia

7

Konsep museum tradisional sudah seharusnya diganti dengan konsep

museum baru (new museology). Prinsip utama new museology adalah orientasi

museum yang tidak lagi terpaku pada benda-benda (object), melainkan

masyarakat (people) (Raswaty, 2008:100). Pencapaian orientasi tersebut

dilakukan dengan mengembangkan berbagai program-program menarik dan

interaktif yang ditujukan kepada publik (Raswaty, 2008:104). Museum new

museology bekerja sebagai suatu lembaga edukasi yang mengarahkan masyarakat

agar peduli pada identitasnya, menguatkan identitas tersebut, dan menguatkan

potensi pengembangan masyarakat (Raswaty, 2008:102).

Sebagai salah satu museum milik Pemerintah DKI Jakarta, Museum

Taman Prasasti melaksanakan kinerjanya sesuai dengan sistem baku yang

dicanangkan pemerintah. Pelaksanaan kegiatan operasional museum mengacu

pada kebijakan-kebijakan pemerintah, tanpa memperhatikan karakteristik

museum.

Pengelolaan Museum Taman Prasasti telah berlangsung selama lebih dari

30 tahun. Selama kurun waktu tersebut Museum Taman Prasasti mengalami

berbagai perubahan, salah satunya adalah perubahan struktur organisasi museum.

Pada awalnya, Museum Taman Prasasti merupakan Unit Pelaksanaan Teknis

(UPT) yang berdiri sendiri di bawah Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah DKI

Jakarta. Namun pada tahun 2002, pengelolaan Museum Taman Prasasti telah

digabung dengan Museum Sejarah Jakarta. Saat ini Museum Taman Prasasti

hanya menjadi seksi yang berada di bawah pimpinan UPT Museum Sejarah

Jakarta (Perda DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2001).

Di dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, Museum Taman Prasasti

berpedoman pada visi dan misi Museum Sejarah Jakarta. Padahal, sudah tentu

kedua museum itu memiliki karakter (konsep) berbeda yang berpengaruh pada

pembentukan visi dan misinya. Konsep museum didasari oleh sejarah dan latar

belakang berdirinya museum, jenis museum, dan koleksi museum. Dalam hal ini,

Museum Sejarah Jakarta dan Museum Taman Prasasti memiliki sejarah dan latar

belakang, jenis, serta koleksi yang berbeda. Oleh karena itu, konsep yang

melandasinya tidaklah sama.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 8: Digital 124494 RB03A409m Museum Taman Pendahuluan

Universitas Indonesia

8

Hal yang perlu dikaji kembali adalah konsep mengenai Museum Taman

Prasasti itu sendiri. Rumusan konsep yang sesuai kemudian dituangkan ke dalam

visi dan misi museum. Visi dan misi merupakan panduan museum dalam

mengembangkan strategi kebijakan dan pengembangan program (Arbi, 2007:3).

Apabila suatu museum telah mengetahui ruang lingkup kerjanya, maka museum

tersebut dapat menjalankan peranannya sebagai lembaga edukasi dan rekreasi bagi

masyarakat.

Konsep museum adalah bentuk abstrak yang tidak dapat dirasakan secara

langsung oleh pengunjung. Agar konsep tersebut dapat dipahami oleh

pengunjung, maka diperlukan media untuk mengkomunikasikannya. Media

tersebut adalah bentuk penyajian museum di lapangan.

Museum Taman Prasasti adalah kawasan pemakaman yang kemudian

dijadikan museum. Beberapa nisan di antaranya merupakan nisan dari makam

yang insitu, sedangkan yang lainnya merupakan nisan yang dipindahkan dari

tempat-tempat lain. Pemakaman tersebut harus dikelola sedemikian rupa agar

mampu menyajikan “pameran” yang menarik bagi pengunjung. Bukanlah hal

yang mudah untuk membuat suatu pameran yang menarik dan informatif. Di satu

sisi, Museum Taman Prasasti memiliki keunggulan berupa koleksi-koleksi yang

unik, serta keberadaannya di ruang terbuka (outdoor museum). Sedangkan di lain

sisi, diperlukan suatu pemikiran dan upaya yang keras untuk membuat penyajian

tata pamer yang menarik dan informatif, mengingat kondisi museum yang pada

awalnya merupakan kawasan pemakaman.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, terdapat pertanyaan-

pertanyaan penelitian yang dapat diajukan, yaitu:

1. Bagaimana konsep pengelolaan Museum Taman Prasasti?

Hal itu akan dikaji berdasarkan sejarah dan latar belakang museum, jenis

museum (open air museum), bentuk pengelolaan dan keadaan museum

hingga saat ini, serta koleksi-koleksi museum.

2. Apabila konsep pengelolaan Museum Taman Prasasti telah diketahui,

maka hal itu akan berkenaan dengan penataan koleksi museum. Penyajian

koleksi harus disesuaikan dengan bentuk informasi yang akan disampaikan

kepada pengunjung. Sehingga timbul pertanyaan berikutnya, yaitu

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 9: Digital 124494 RB03A409m Museum Taman Pendahuluan

Universitas Indonesia

9

bagaimana bentuk penyajian koleksi pada Museum Taman Prasasti yang

sesuai dengan prinsip open air museum dan kaidah-kaidah tata pamer

museum?

1.3. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep yang melandasi

pengelolaan Museum Taman Prasasti, serta untuk mengetahui bentuk penyajian

Museum Taman Prasasti sebagai suatu open air museum. Pengetahuan mengenai

konsep dan bentuk penyajian tersebut dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki

Museum Taman Prasasti sehingga tujuan (goal) museum dapat tercapai.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah memberikan suatu rekomendasi terhadap

pengembangan pengelolaan Museum Taman Prasasti di masa yang akan datang.

Rekomendasi tersebut berupa pengkajian konsep museum serta bentuk penyajian

museum yang sesuai dengan prinsip open air museum dan kaidah-kaidah tata

pamer museum.

1.5. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan dalam perkembangannya Museum

Taman Prasasti dapat menjadi suatu museum dan sarana pembelajaran bagi

masyarakat yang bersifat edukatif dan rekreatif.

1.6. Sumber dan Lingkup Data

Data penelitian ini adalah Museum Taman Prasasti yang terletak di Jalan

Tanah Abang I Nomor 1, Jakarta Pusat. Lingkup data termasuk kawasan dan

lingkungan museum, koleksi museum, serta informasi-informasi lainnya yang

berkenaan dengan museum tersebut.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 10: Digital 124494 RB03A409m Museum Taman Pendahuluan

Universitas Indonesia

10

1.7. Metode Penelitian

Dalam upaya menjawab permasalahan yang diajukan, penelitian ini

menggunakan tahapan kerja yang bertingkat-tingkat. Adapun tahapan kerja

tersebut adalah sebagai berikut:

1.7.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara, yaitu pengamatan

(observasi), wawancara, dan studi pustaka. Metode pengamatan dilakukan dengan

cara mengamati kondisi Museum Taman Prasasti secara menyeluruh. Aspek-

aspek yang diamati meliputi kawasan dan lingkungan museum, jenis koleksi dan

persebarannya, bangunan dan sarana penunjang, serta bentuk penyelenggaraan

museum yang nampak di lapangan.

Sementara itu, metode wawancara yang dilakukan adalah wawancara

dengan menggunakan pedoman wawancara tidak terstruktur. Pedoman wawancara

tidak terstruktur adalah pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar

pertanyaan yang akan diajukan (Arikunto, 2002:202). Dalam hal ini, kreativitas

pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara lebih banyak tergantung

dari pewawancara. Informan yang akan diwawancarai adalah Kepala Museum

Sejarah Jakarta dan Kepala Museum Taman Prasasti saat ini, yaitu Drs. M. R.

Manik, MM.

Teknik wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi-informasi yang

berkenaan dengan pengelolaan Museum Taman Prasasti secara umum. Adapun

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dibagi menjadi empat bagian. Bagian

pertama adalah pertanyan mendasar yang menggambarkan konsep museum,

meliputi visi dan misi museum. Kemudian, bagian kedua berisi pertanyaan yang

meliputi sejarah singkat pendirian museum (beserta alasan dan tujuannya), serta

perkembangan struktur organisasi museum. Bagian ketiga merupakan pertanyaan

yang bersifat mengevaluasi pengelolaan museum. Lalu, bagian keempat berisi

pertanyaan yang meliputi program rutin museum, kendala yang dihadapi museum,

serta pesan utama yang ingin disampaikan museum kepada masyarakat.

Sebagai data penunjang, wawancara juga dilakukan dengan salah satu

pegawai Museum Sejarah Jakarta, yaitu Kasirun, yang pernah bertugas di

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 11: Digital 124494 RB03A409m Museum Taman Pendahuluan

Universitas Indonesia

11

Museum Taman Prasasti pada tahun 1989-1999. Namun demikian, wawancara

bersifat tidak mendalam. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi

tambahan mengenai gambaran pengelolaan Museum Taman Prasasti dari masa ke

masa.

Selain metode pengamatan dan wawancara, dalam rangka memperkaya

data dan informasi, serta mendapatkan berbagai konsep untuk menganalisis data

yang telah dikumpulkan, penelitian ini juga didukung dengan studi pustaka dari

berbagai literatur, baik media cetak maupun elektronik.

Berkenaan dengan permasalahan yang diajukan, maka literatur yang

dikumpulkan adalah yang berkaitan dengan Museum Taman Prasasti, serta teori-

teori mengenai perumusan konsep dan bentuk penyajian (tata pamer) museum.

Dalam upaya mengkaji konsep pengelolaan Museum Taman Prasasti, salah satu

data literatur yang diperlukan adalah kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan

pengelolaan museum tersebut.

1.7.2. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan sesuai dengan

masalah yang ingin dipecahkan.

Permasalahan penelitian yang pertama adalah mengkaji konsep

pengelolaan Museum Taman Prasasti. Dalam upaya mengkaji konsep pengelolaan

museum, diperlukan teori-teori yang berkenaan dengan perumusan konsep

museum. Berbagai macam teori yang telah dikumpulkan di dalam tahap

pengumpulan data kemudian digunakan untuk menganalisis konsep pengelolaan

Museum Taman Prasasti yang tertuang di dalam kebijakan pengelolaan museum.

Teori-teori tersebut juga digunakan untuk mengolah hasil wawancara dengan

Kepala Museum Taman Prasasti.

Pengkajian konsep museum didasari oleh sejarah dan latar belakang Kebon

Jahe Kober, kebijakan Museum Taman Prasasti saat ini yang meliputi visi dan

misi museum, evaluasi pengelolaan Museum Taman Prasasti secara umum, hasil

Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti, dan Rencana Pengembangan

Museum Taman Prasasti menurut Nirwono Joga dkk. (Jurusan Arsitektur

Lansekap, Trisakti). Materi-materi tersebut akan ditinjau kembali guna

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 12: Digital 124494 RB03A409m Museum Taman Pendahuluan

Universitas Indonesia

12

menghasilkan rumusan konsep yang sesuai dengan karakteristik Museum Taman

Prasasti.

Permasalahan penelitian yang kedua adalah mencari bentuk penyajian

Museum Taman Prasasti yang sesuai dengan prinsip open air museum dan kaidah-

kaidah tata pamer museum. Teori-teori mengenai penyelenggaraan open air

museum dan tata pamer museum yang telah dikumpulkan dalam tahap

pengumpulan data kemudian digunakan untuk menganalisis bentuk penyajian

yang sesuai dengan kondisi museum di lapangan.

Sebelum menyajikan suatu pameran tetap pada Museum Taman Prasasti,

hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah merumuskan tema yang akan

diangkat dalam pameran tersebut. Setelah menentukan tema, langkah selanjutnya

adalah mengidentifikasi setiap koleksi yang dimilikinya. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan dibantu oleh data-data yang tersaji di dalam buku inventarisasi

museum.

Pertama, koleksi-koleksi pada Museum Taman Prasasti harus diklasifikasi

terlebih dahulu menurut jenisnya, misalnya nisan, arca, monumen, dan lain

sebagainya. Kemudian sebagian besar koleksi museum yang berupa nisan harus

diidentifikasi berdasarkan keberadaannya yang berupa nisan dari makam insitu

atau nisan dari makam eksitu. Hal tersebut sangat penting berkaitan dengan

penataan koleksi, karena nisan insitu tidak boleh dipindahkan dari posisi yang

sebenarnya. Selain nisan insitu, nisan-nisan lainnya kemudian diklasifikasi sesuai

dengan tema-tema tertentu. Dalam pembahasan ini, nisan diklasifikasi

berdasarkan periode, status sosial, agama, dan suku bangsa. Hal itu berkaitan

dengan bentuk pameran yang ingin disajikan sehingga memudahkan dalam

penyampaian informasi kepada pengunjung.

Rencana pengembangan Museum Taman Prasasti menurut Nirwono Joga

dkk. menjadi data penting sebagai arahan dalam penataan lansekap dan

keruangan. Namun rencana tersebut akan dianalisis kembali apakah telah sesuai

dengan prinsip-prinsip permuseuman, khususnya prinsip open air museum.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 13: Digital 124494 RB03A409m Museum Taman Pendahuluan

Universitas Indonesia

13

1.7.3. Penafsiran Data

Penafsiran data dilakukan dengan mengintegrasikan hasil-hasil analisis

data. Hasil integrasi tersebut kemudian ditafsirkan dan disimpulkan untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan pada permasalahan

penelitian. Dalam hal ini, penafsiran berkenaan dengan konsep pengelolaan

Museum Taman Prasasti yang pada akhirnya akan berkesinambungan dengan

bentuk penyajian museum. Apabila bentuk penyajian museum dapat

dikembangkan sesuai dengan konsep yang ada, maka tujuan (goal) dari Museum

Taman Prasasti dapat tercapai.

1.8. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan ditulis ke dalam lima bab untuk membuat hasil yang

sistematis dan mudah dibaca.

Bab 1 merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang dan

permasalahan penelitian yang diajukan. Dalam bab ini juga terdapat tujuan

penelitan, sasaran penelitian, manfaat penelitian, sumber dan lingkup data, serta

metode yang digunakan dalam penelitian.

Bab 2 merupakan pemaparan mengenai gambaran umum Museum Taman

Prasasti. Gambaran umum museum terdiri dari sejarah Museum Taman Prasasti,

pengelolaan Museum Taman Prasasti, koleksi Museum Taman Prasasti, program-

program Museum Taman Prasasti, dan rencana pengembangan Museum Taman

Prasasti.

Bab 3 merupakan pemaparan mengenai landasan teori yang digunakan

dalam penelitian ini. Adapun teori-teori tersebut adalah teori-teori yang akan

digunakan untuk membantu menjawab permasalahan yang diajukan, yaitu

mengenai perumusan konsep museum, serta bentuk penyajian dan tata pamer

museum.

Bab 4 merupakan analisis terhadap data-data yang telah dikumpulkan pada

bab 2 dan bab 3. Data-data mengenai konsep pengelolaan museum dan bentuk

penyajian museum diolah dengan menggunakan teori-teori yang ada.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008

Page 14: Digital 124494 RB03A409m Museum Taman Pendahuluan

Universitas Indonesia

14

Bab 5 merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dan saran. Saran

yang diajukan merupakan suatu bentuk usulan atau rekomendasi yang diharapkan

dapat menjadi pilihan alternatif untuk mengembangkan Museum Taman Prasasti

di masa yang akan datang.

Museum taman..., Atina Winaya, FIB UI, 2008