diri yang terprovokasi pengaruh mindfulness terhadap hubun

13
DIRI YANG TERPROVOKASI: PENGARUH MINDFULNESS TERHADAP HUBUNGAN ANTARA EGO DEPLETION DAN PERILAKU AGRESIF Mohammad Auzan Apta Widagdo Sumi Lestari Cleoputri Al Yusainy Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya [email protected] ABSTRACT The ability of self-control is a main factor that can prevent aggressive behavior. However, most studies indicate that the energy for self-control is limited, so it can bring aggressive behavior. The condition of energy diminishing is named as ego depletion. Alternative that is predicted to neutralize ego depletion is mindfulness meditation. This experiment (N = 56) tested the effect of mindfulness on aggressive behavior on ego depleted participants. Bootstrap analysis indicated that generally, there was no effect of ego depletion and mindfulness on aggressive behavior. However, specifically there were effects on female. On female, mindfulness decreased aggressive behavior, ego depletion decreased aggressive behavior, but mindfulness increased aggressive behavior in a state of ego depletion. These findings suggest a new result compared to previous findings. Keywords: self-control, ego depletion, mindfulness, aggressive behavior ABSTRAK Kemampuan kontrol diri merupakan faktor utama yang dapat mencegah perilaku agresif. Namun, kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa energi untuk mengontrol diri bersifat terbatas, sehingga dapat memunculkan perilaku agresif. Kondisi berkurangnya energi ini disebut sebagai ego depletion. Alternatif yang diprediksi dapat menetralisir ego depletion adalah meditasi mindfulness. Eksperimen ini (N = 56) menguji pengaruh mindfulness terhadap perilaku agresif pada partisipan yang mengalami ego depletion. Analisis bootstrap menunjukkan bahwa secara umum, tidak ada pengaruh ego depletion maupun mindfulness terhadap perilaku agresif. Meskipun demikian, secara spesifik ada pengaruh pada jenis kelamin perempuan. Pada perempuan, mindfulness menurunkan perilaku agresif, ego depletion menurunkan perilaku agresif, namun mindfulness meningkatkan perilaku agresif dalam kondisi ego depletion. Temuan-temuan ini menunjukkan hasil baru dibandingkan temuan-temuan sebelumnya. Diskusi lebih lanjut akan dipaparkan dalam pembahasan. Kata kunci: kontrol diri, ego depletion, mindfulness, perilaku agresif

Upload: ihsan-eoi

Post on 02-Dec-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Diri-yang-Terprovokasi-Pengaruh-Mindfulness-terhadap-Hubun

TRANSCRIPT

DIRI YANG TERPROVOKASI: PENGARUH MINDFULNESS TERHADAP

HUBUNGAN ANTARA EGO DEPLETION DAN PERILAKU AGRESIF

Mohammad Auzan Apta Widagdo

Sumi Lestari

Cleoputri Al Yusainy

Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya

[email protected]

ABSTRACT

The ability of self-control is a main factor that can prevent aggressive behavior. However,

most studies indicate that the energy for self-control is limited, so it can bring aggressive

behavior. The condition of energy diminishing is named as ego depletion. Alternative that is

predicted to neutralize ego depletion is mindfulness meditation. This experiment (N = 56)

tested the effect of mindfulness on aggressive behavior on ego depleted participants.

Bootstrap analysis indicated that generally, there was no effect of ego depletion and

mindfulness on aggressive behavior. However, specifically there were effects on female. On

female, mindfulness decreased aggressive behavior, ego depletion decreased aggressive

behavior, but mindfulness increased aggressive behavior in a state of ego depletion. These

findings suggest a new result compared to previous findings.

Keywords: self-control, ego depletion, mindfulness, aggressive behavior

ABSTRAK

Kemampuan kontrol diri merupakan faktor utama yang dapat mencegah perilaku agresif.

Namun, kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa energi untuk mengontrol diri bersifat

terbatas, sehingga dapat memunculkan perilaku agresif. Kondisi berkurangnya energi ini

disebut sebagai ego depletion. Alternatif yang diprediksi dapat menetralisir ego depletion

adalah meditasi mindfulness. Eksperimen ini (N = 56) menguji pengaruh mindfulness

terhadap perilaku agresif pada partisipan yang mengalami ego depletion. Analisis bootstrap

menunjukkan bahwa secara umum, tidak ada pengaruh ego depletion maupun mindfulness

terhadap perilaku agresif. Meskipun demikian, secara spesifik ada pengaruh pada jenis

kelamin perempuan. Pada perempuan, mindfulness menurunkan perilaku agresif, ego

depletion menurunkan perilaku agresif, namun mindfulness meningkatkan perilaku agresif

dalam kondisi ego depletion. Temuan-temuan ini menunjukkan hasil baru dibandingkan

temuan-temuan sebelumnya. Diskusi lebih lanjut akan dipaparkan dalam pembahasan.

Kata kunci: kontrol diri, ego depletion, mindfulness, perilaku agresif

2

LATAR BELAKANG

Perilaku agresif memiliki dampak berbahaya dalam interaksi sosial. Perilaku ini dapat

muncul dalam bentuk fisik yang cenderung bersifat langsung (korban mengetahui identitas

pelaku) maupun verbal yang cenderung bersifat tidak langsung (korban tidak mengetahui

identitas pelaku; Parrot & Giancola, 2007). Meskipun berbeda, keduanya direspon sama

menyakitkannya dalam struktur otak seseorang (Eisenberg, Lieberman, & Williams, 2003),

bahkan bentuk verbal bisa lebih menyakitkan daripada fisik (Chen, Williams, Fitness, &

Newton, 2008).

Secara mendasar, perilaku agresif timbul dari kurangnya kemampuan individu dalam

mengendalikan dirinya sesuai standar sosial. Kemampuan tersebut diistilahkan sebagai

kontrol diri (Baumeister, Vohs, & Tice, 2007). Salah satu model yang menjelaskan mengenai

kontrol diri adalah strength model of self-control, yang menjelaskan bahwa aktivitas kontrol

diri memerlukan energi yang bersifat terbatas. Setiap melakukan kontrol diri, maka sebagian

energi tersebut akan terkuras untuk sementara waktu. Terkurasnya energi ini mengakibatkan

besarnya kemungkinan kegagalan kontrol diri yang dilakukan berikutnya. Kondisi

terkurasnya energi ini dinamakan sebagai ego depletion (Baumeister, Vohs, & Tice, 2007).

Salah satu alternatif yang diprediksi dapat mengurangi perilaku agresif dalam kondisi

ego depletion adalah mindfulness. Mindfulness merupakan peningkatan kesadaran dengan

berfokus pada pengalaman masa kini (present-moment awareness) tanpa memberikan

penilaian (nonjudgemental acceptance; Kabat-Zinn, 1994). Metode ini sering diteliti dalam

bentuk meditasi mindfulness. Selain mengurangi ego depletion dan perilaku agresif,

mindfulness meningkatkan kapasitas kontrol diri seiring latihan intensif (Baer dkk, 2006).

Namun demikian, mindfulness juga memiliki peluang untuk meningkatkan ego depletion

dan perilaku agresif. Individu yang minim pengalaman mindfulness (pengalaman formal di

bawah delapan minggu; Williams & Penman, 2011) masih membutuhkan energi untuk

latihan meditasi, sehingga hal ini justru menimbulkan ego depletion (Masicampo &

Baumeister, 2007). Selain itu, tidak seperti individu yang berpengalaman mindfulness,

kemampuan mengamati pikiran dan perasaan pada individu awam masih berkorelasi negatif

dengan kemampuan menerimanya secara netral. Sehingga, individu cenderung lebih reaktif

dan agresif saat mendapatkan stimulus yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, korelasi ini

bisa berubah ke arah positif seiring rutinnya latihan (Baer dkk, 2006). Dari sini, disimpulkan

bahwa mindfulness dapat memengaruhi perilaku agresif, terlepas dari arah korelasinya. Oleh

karenanya, penelitian ini ingin melihat dinamika mindfulness yang terjadi dengan

menggunakan ego depletion sebagai penjelas perilaku agresif.

3

Penelitian mengenai pengaruh mindfulness dan ego depletion terhadap perilaku agresif

masih jarang dilakukan sebelumnya. Yusainy dan Lawrence (2014) menemukan bahwa

individu dengan kemampuan mindfulness dan kontrol diri yang tinggi memiliki

kecenderungan agresif yang rendah. Penelitian Yusainy (2013) di Indonesia juga menemukan

bahwa mindfulness dapat mengurangi perilaku agresif dalam kondisi ego depletion. Hasil ini

terjadi hanya pada perilaku agresif langsung, namun tidak pada perilaku agresif tidak

langsung. Padahal, bentuk tidak langsung (korban tidak mengetahui identitas pelaku) lebih

dominan terjadi di masyarakat kolektif yang menjaga harmoni sosial, seperti Indonesia

(Forbes, Zhang, Doroszewicz, & Haas, 2009). Penelitian yang akan dilakukan ingin menguji

kembali peran mindfulness terhadap hubungan antara ego depletion dan perilaku agresif.

Perilaku agresif dikhususkan dalam bentuk tidak langsung. Bentuk ini sering ditunjukkan

dalam bentuk verbal, misalnya menyebar isu untuk merusak reputasi individu lain.

Pada penelitian ini, ego depletion akan dimunculkan melalui stroop task (tugas

mencocokkan warna; Govorun & Payne, 2006) dan mindfulness dimunculkan melalui

meditasi mindfulness 10 menit (Williams & Penman, 2011). Selanjutnya, semua partisipan

penelitian diprovokasi melalui ejekan atas esai yang mereka buat (Heppner dkk, 2008).

Perilaku agresif tidak langsung diukur melalui penilaian yang diberikan partisipan kepada

individu yang telah memprovokasinya (Stucke & Baumeister, 2006). Hipotesis yang diajukan

yaitu bahwa ego depletion memengaruhi perilaku agresif, mindfulness memengaruhi perilaku

agresif, dan mindfulness memengaruhi hubungan antara ego depletion dan perilaku agresif.

METODE

Partisipan dan Desain Penelitian

Jumlah partisipan sebanyak 56 mahasiswa (28 perempuan) Universitas Brawijaya

Malang angkatan 2012-2013 yang berusia 18-20 tahun dan tidak memiliki pengalaman

formal mindfulness. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling yaitu

berdasarkan kesukarelaan untuk berpartisipasi dan stratified sampling berdasarkan proporsi

jenis kelamin. Metode penelitian menggunakan eksperimen dengan desain faktorial 2 (ego

depletion vs tanpa ego depletion) x 2 (mindfulness vs tanpa mindfulness).

Teknik Pengumpulan Data

Essay Evaluation Paradigm (Heppner dkk, 2008). Tugas ini berfungsi sebagai provokasi

agar partisipan memunculkan perilaku agresif (Anderson & Bushman, 2002). Di awal

eksperimen, partisipan ditugaskan untuk membuat esai yang mendeskripsikan diri sendiri.

4

Esai kemudian dikumpulkan dan seolah-olah dinilai partisipan lain dengan jenis kelamin

yang sama. Sebelum akhir eksperimen, partisipan menerima penilaian negatif atas esainya,

misalnya aspek ―ketepatan ejaan‖ dengan skor yang buruk (skor 3 dari rentang skala 9).

Jumlah butir penilaian sebanyak 5 buah dengan rentang skala 1-9. Hasil penilaian ini telah

dipersiapkan sebelumnya oleh eksperimenter.

Job-Relevant Evaluation (Stucke & Baumeister, 2006). Tugas ini bertujuan mengukur

perilaku agresif. Di akhir eksperimen, partisipan menilai kemampuan kerja individu yang

memprovokasinya. Partisipan diinformasikan bahwa penilaian ini digunakan untuk

kepentingan seleksi, karena individu yang memprovokasinya sedang mengikuti seleksi

asisten laboratorium. Partisipan juga diinformasikan bahwa hasil penilaian tidak akan

diberitahukan kepada individu tersebut. Jumlah butir penilaian sebanyak 4 buah, misalnya

―adil‖ dengan rentang skala 1-9, dimana semakin buruk penilaian maka semakin tinggi

perilaku agresif.

Stroop Task (Govorun & Payne, 2006). Tugas ini berfungsi sebagai tugas ego depletion.

Partisipan akan melihat kata yang dapat muncul dalam empat warna: merah, biru, hijau, atau

kuning. Partisipan ditugaskan untuk mencocokkan warna dari kata yang muncul tanpa

memperhatikan lafal kata. Pada kelompok eksperimen, warna kata tidak sesuai dengan lafal

kata (misalnya, kata ―merah‖ muncul dalam warna biru) sehingga dapat menguras energi

kontrol diri. Pada kelompok kontrol, warna kata sesuai dengan lafal kata (misalnya, kata

―merah‖ muncul dalam warna merah), sehingga tidak menguras energi kontrol diri (Govorun

& Payne, 2006). Jumlah soal sebanyak 300 soal dan dijawab menggunakan keyboard.

Audio mindfulness (Williams & Penman, 2011). Kelompok eksperimen melakukan

meditasi mindfulness melalui audio instruksi selama 10 menit. Sedangkan, kelompok kontrol

menjalani placebo (tugas pengganti) dengan mendengarkan informasi pendidikan dan

dilanjutkan dengan bermain scrabble (menyusun kata-kata) dari informasi yang telah

didengarkan (Erisman & Roemer, 2010). Tugas kedua ini juga berjalan selama 10 menit.

Kedua audio telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia (Yusainy, 2013) dan didengarkan

melalui headset.

Positive Affect and Negative Affect Schedule (PANAS; Watson, Clark & Tellegen, 1988).

Skala ini mengukur mood positif dan negatif individu yang dirasakannya tepat pada saat yang

sedang terjadi. PANAS diberikan setelah tugas ego depletion (stroop task) untuk memastikan

tidak adanya pengaruh dari tugas ego depletion terhadap mood negatif, dimana mood negatif

dapat menimbulkan perilaku agresif (Anderson & Bushman, 2002). Skala ini berfungsi untuk

memastikan bahwa perilaku agresif muncul semata dari adanya provokasi (tugas Essay

5

Evaluation Paradigm), dan bukan karena perubahan mood. Jumlah butir skala sebanyak 10

buah untuk mood positif (misalnya, ―tertarik‖) dan 10 buah untuk mood negatif (misalnya,

―tertekan‖) dengan rentang 1-5 (1 = sangat sedikit, 5 = sangat banyak). Konsistensi internal

tergolong cukup untuk mood positif (α = 0,40) dan negatif (α = 0,45), setelah dilakukan

eliminasi butir 4 yaitu mood negatif karena memiliki nilai rendah. Mood positif dan negatif

berkorelasi secara positif (r = 0,84). Penelitian ini menggunakan PANAS yang telah

diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia (Yusainy, 2013).

Toronto Mindfulness Scale (TMS; Lau dkk, 2006). Skala ini sebagai manipulation check

untuk memastikan apakah instruksi meditasi mindfulness benar-benar membangkitkan

kondisi mindfulness. TMS terdiri atas 6 butir yang mengukur curiosity (atau mirip dengan

present-moment awareness; misalnya, ―saya tertarik mengikuti jalan pikiran saya dari waktu

ke waktu‖) dan 7 butir yang mengukur decentering (atau mirip dengan nonjudgemental

acceptance; misalnya, ―saya bisa menyadari pikiran dan perasaan saya dengan mudah‖)

dengan rentang 1-5 (1 = sangat tidak sesuai, 5 = sangat sesuai). Konsistensi internal tergolong

cukup untuk curiosity (α = 0,58) dan decentering (α = 0,29), setelah dilakukan eliminasi butir

8 yaitu decentering karena memiliki nilai rendah. Aspek curiosity dan decentering

berkorelasi secara positif (r = 0,84). Penelitian ini menggunakan TMS yang telah diadaptasi

ke dalam bahasa Indonesia (Yusainy, 2013).

Manipulation Check untuk Stroop Task. Skala ini mengukur efektivitas tugas ego

depletion (stroop task) yang berisi 1 pertanyaan, ―seberapa sulit Anda mencocokkan warna?‖

dengan rentang 1-5 (1 = sangat sedikit, 5 = sangat banyak).

Manipulation Check untuk Provokasi. Skala ini mengukur efektivitas provokasi yang

berisi 2 pertanyaan, yaitu ―seberapa penilaian tersebut merendahkan Anda?‖ dan ―seberapa

penilaian tersebut membuat Anda marah?‖ dengan rentang 1-5 (1 = sangat sedikit, 5 = sangat

banyak). Selain itu terdapat dua pertanyaan palsu agar partisipan tidak menyadari adanya

manipulasi provokasi.

Prosedur

Pertama, partisipan mengisi lembar persetujuan dan data demografis. Agar partisipan

tidak terpengaruh dengan tujuan eksperimen, eksperimenter mengatakan bahwa penelitian ini

bertujuan mengetahui kemampuan menilai diri sendiri dan orang lain melalui esai. Partisipan

diinformasikan bahwa akan ada kelompok subjek yang diminta menilai diri sendiri dan ada

pula yang diminta menilai orang lain, namun kebetulan partisipan mendapatkan tugas menilai

diri sendiri setelah mengambil undian (dimana semua undian berisi kalimat ―menilai diri

6

sendiri‖). Partisipan juga diberitahukan bahwa akan dipilih tiga esai terbaik yang

memenangkan uang tunai masing-masing Rp 100.000,-. Setelah pemberitahuan tersebut,

partisipan membuat esai tentang diri sendiri (Essay Evaluation Paradigm).

Kemudian, partisipan bermain stroop task, lalu mengisi manipulation check dari stroop

task dan mengisi skala PANAS. Kemudian, sebagian partisipan melakukan meditasi

mindfulness dan sebagian lainnya melakukan placebo (tugas pengganti). Semua partisipan

lalu mengisi skala TMS. Setelah itu, partisipan menerima hasil penilaian dari esai yang telah

ia buat (Essay Evaluation Paradigm). Selanjutnya, partisipan mengisi manipulation check

dari provokasi dan menilai kemampuan kerja partisipan yang telah menilai esainya (Job-

Relevant Evaluation).

Di akhir eksperimen, partisipan diberitahukan bahwa meskipun esainya telah dinilai

partisipan lain, namun tetap akan dinilai oleh peneliti untuk menentukan pemenangnya.

Partisipan juga tidak diperkenankan untuk memberitahukan prosedur penelitian kepada calon

partisipan lain. Kemudian, setelah data semua partisipan terkumpul, peneliti mengumumkan

pemenang dan pengumuman akhir melalui e-mail. Prosedur divisualisasikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Prosedur setelah randomisasi. Catatan: P = Perempuan; L = Laki-laki

HASIL

Manipulation Check

Semua manipulation check dianalisis menggunakan t – test. Hasil analisis menunjukkan

bahwa stroop task efektif dalam memunculkan kondisi ego depletion, dimana kelompok ego

Menulis Esai

(28 P, 28 L)

Tugas Ego Depletion

(14 P, 14 L)

Tanpa Tugas Ego Depletion

(14 P, 14 L)

Job-Relevant Evaluation

(28 P, 28 L)

Mindfulness

(7 P, 7 L)

Tanpa Mindfulness

(7 P, 7 L) Mindfulness

(7 P, 7 L)

Tanpa Mindfulness

(7 P, 7 L)

Menerima Penilaian Esai

(28 P, 28 L)

7

depletion merasa lebih sulit dalam mengerjakan stroop task daripada kelompok tanpa ego

depletion (M ego depletion = 3,18, SD = 0,90 vs M tanpa ego depletion = 1,96, SD = 0,99;

t(54) = -4,77; p = 0,001).

Tugas ego depletion tidak memengaruhi mood partisipan, dimana mood positif kelompok

ego depletion tidak berbeda dengan kelompok tanpa ego depletion (M ego depletion = 3,30,

SD = 0,80 vs M tanpa ego depletion = 3,28, SD = 0,72; t(54) = -0,11; p = 0,92), dan mood

negatif kelompok ego depletion tidak berbeda dengan kelompok tanpa ego depletion (M ego

depletion = 2,10, SD = 0,82 vs M tanpa ego depletion = 1,74, SD = 0,59; t(54) = -1,88; p =

0,07).

Meditasi mindfulness tidak dapat membangkitkan kondisi mindfulness, baik dalam aspek

curiosity (M mindfulness = 3,96, SD = 0,59 vs M tanpa mindfulness = 3,90, SD = 0,66; t(54)

= -0,38; p = 0,71) maupun decentering (M mindfulness = 3,47, SD = 0,49 vs M tanpa

mindfulness = 3,33, SD = 0,51; t(54) = -1,07; p = 0,29). Terdapat kemungkinan bahwa hasil

ini terjadi karena faktor budaya, dimana pengetahuan mengenai mindfulness pada masyarakat

Indonesia masih sedikit. Hal ini ditunjukkan dengan masih jarangnya penelitian mengenai

mindfulness di Indonesia (Yusainy, 2013).

Setelah menerima provokasi, partisipan merasa direndahkan (M = 3,88, SD = 1,35) dan

marah (M = 2,82, SD = 1,34). Kedua nilai ini lebih besar dari nilai tengah 2,50 (rentang skala

1-5), sehingga dapat dikatakan bahwa provokasi bersifat efektif.

Pengaruh Mindfulness terhadap Hubungan antara Ego Depletion dan Perilaku Agresif

Gambar 2. Mean Perilaku Agresif dari Skor Job-Relevant Evaluation (Rentang 1-9)

Peneliti melakukan analisis bootstrap moderasi sederhana (Hayes, 2012) dengan

resampling 5.000 kali dan interval kepercayaan koreksi bias 99%. Hasil analisis

4,5

5

5,5

6

6,5

7

Ego Depletion Tanpa Ego Depletion

Mindfulness

Tanpa Mindfulness

Per

ilaku

agr

esif

8

menunjukkan bahwa ego depletion tidak memengaruhi perilaku agresif (Hipotesis 1: B = -

1,04, SE = 0,69, p = 0,14), mindfulness tidak memengaruhi perilaku agresif (Hipotesis 2: B =

-0,57, SE = 0,69, p = 0,41), dan mindfulness tidak menjadi moderator antara ego depletion

dan perilaku agresif (Hipotesis 3: B = 1,29, SE = 0,98, p = 0,19; lihat Gambar 2). Berdasarkan

hasil-hasil ini, ketiga hipotesis penelitian tidak terbukti.

Peneliti melakukan analisis tambahan terkait jenis kelamin, mengingat pentingnya

pengaruh faktor ini terhadap perilaku agresif (Archer, 2004). Analisis t – test menunjukkan

bahwa perempuan lebih agresif daripada laki-laki (M perempuan = 6,63, SD = 1,69 vs M

laki-laki = 5,26, SD = 1,93; t(54) = 2,84; p = 0,006). Pengaruh ini tidak disebabkan oleh

perbedaan penerimaan provokasi, karena perempuan dan laki-laki merasa direndahkan (M

perempuan = 4,11, SD = 1,29 vs M laki-laki = 3,64, SD = 1,39; t(54) = 1,30; p = 0,20) dan

marah (M perempuan = 2,93, SD = 1,21 vs M laki-laki = 2,71, SD = 1,46; t(54) = 0,60; p =

0,56) pada tingkat yang sama. Dengan adanya pengaruh ini, peneliti melakukan analisis

bootstrap kembali namun dengan memisahkan kedua jenis kelamin.

Perempuan Laki-laki

Gambar 3. Mean Perilaku Agresif Perempuan dan Laki-laki

dari Skor Job-Relevant Evaluation (Rentang 1-9)

Analisis bootstrap pada perempuan menunjukkan bahwa (1) ego depletion menurunkan

perilaku agresif (Hipotesis 1: B = -2,54, SE = 0,76, p = 0,003), dimana kelompok tanpa ego

depletion (M = 8,21, SD = 1,14) lebih agresif dibandingkan kelompok ego depletion (M =

5,68, SD = 0,83); (2) mindfulness menurunkan perilaku agresif (Hipotesis 2: B = -2,32, SE =

0,76, p = 0,006), dimana kelompok mindfulness (M = 5,89, SD = 2,10) lebih tidak agresif

dibandingkan kelompok tanpa mindfulness (M = 8,21, SD = 1,14); dan (3) mindfulness

menjadi moderator antara ego depletion dan perilaku agresif (Hipotesis 3: B = 3,39, SE =

0123456789

Ego Depletion Tanpa EgoDepletion

Mindfulness

TanpaMindfulness

0

1

2

3

4

5

6

7

Ego Depletion Tanpa EgoDepletion

Mindfulness

TanpaMindfulnessP

erila

ku a

gres

if

Per

ilaku

agr

esif

9

1,08, p = 0,005), dimana kelompok ego depletion yang melakukan meditasi mindfulness (M =

6,75, SD = 1,35) lebih agresif dibandingkan kelompok ego depletion yang tidak melakukan

meditasi mindfulness (M = 5,68, SD = 0,83). Peran mindfulness sebagai moderator

memengaruhi perilaku agresif sebesar 26,18% (lihat Gambar 3). Berdasarkan hasil-hasil ini,

ketiga hipotesis penelitian terbukti pada perempuan.

Analisis bootstrap pada laki-laki menunjukkan bahwa ego depletion tidak memengaruhi

perilaku agresif (Hipotesis 1: B = 0,46, SE = 1,07, p = 0,67), mindfulness tidak memengaruhi

perilaku agresif (Hipotesis 2: B = 1,18, SE = 1,07, p = 0,28), dan mindfulness tidak menjadi

moderator antara ego depletion dan perilaku agresif (Hipotesis 3: B = -0,82, SE = 1,51, p =

0,59). Berdasarkan hasil-hasil ini, ketiga hipotesis penelitian tidak terbukti untuk laki-laki.

DISKUSI

Temuan utama penelitian menunjukkan bahwa secara umum, ego depletion maupun

mindfulness tidak memengaruhi perilaku agresif. Terdapat kemungkinan bahwa temuan ini

muncul karena pengukuran perilaku agresif yang digunakan adalah dalam bentuk tidak

langsung, dimana dampak dan sanksi sosial dari perilaku ini bersifat kurang menonjol

dibandingkan perilaku agresif langsung (Archer & Coyne, 2005). Akibatnya, tidak adanya

aturan sosial yang baku untuk bentuk perilaku agresif tidak langsung.

Adanya aturan sosial diperlukan sebagai pedoman bagi individu untuk menyesuaikan

atau mengontrol dirinya (Chirkov, Ryan, & Willness, 2005; Trommsdorff, 2009). Dengan

demikian, individu akan mengontrol diri untuk tidak melakukan perilaku agresif tidak

langsung. Hal ini berdampak pada temuan penelitian ini. Dengan tidak adanya aturan sosial

yang baku, maka individu tidak terlalu terpengaruh dengan efek mindfulness dan ego

depletion dalam menahan dirinya untuk tidak melakukan perilaku agresif tidak langsung

(Yusainy & Lawrence, 2014). Di lain pihak, kebanyakan penelitian mindfulness dan perilaku

agresif memang menggunakan pengukuran dalam bentuk perilaku agresif langsung (lihat

review Fix & Fix, 2013; Shonin, Van Gordon, Slade, & Griffiths, 2013).

Dengan pengukuran perilaku agresif yang bersifat tidak langsung, penelitian ini juga

menemukan perempuan lebih agresif daripada laki-laki. Temuan ini juga sesuai dengan meta-

analisis Archer (2004). Hal ini dapat disebabkan oleh adanya ketidakberdayaan peran sosial

perempuan yang menuntutnya untuk menahan perilaku agresif langsung (Toner dkk, 2012),

sehingga melakukan kompensasi pada perilaku agresif tidak langsung (Björkqvist, 1994).

Adanya temuan ini tidak disebabkan oleh perbedaan penerimaan provokasi, dimana

perempuan dan laki-laki merasakan provokasi pada tingkat yang sama. Hal ini berarti bahwa

10

ketika sama-sama terprovokasi, perempuan dan laki-laki menunjukkan perilaku agresif yang

berbeda. Archer (2004) menemukan bahwa perempuan lebih agresif secara tidak langsung

dan laki-laki lebih agresif secara langsung. Ada kemungkinan bahwa jika pengukuran yang

digunakan dalam penelitian ini berbentuk perilaku agresif langsung, perilaku agresif laki-laki

lebih menonjol. Penelitian lebih lanjut dapat membantu menjelaskan temuan ini.

Temuan lain menunjukkan bahwa mindfulness menurunkan perilaku agresif perempuan.

Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya (Fix & Fix 2013; Heppner dkk, 2008;

Keng, Smoski, & Robins, 2011; Yusainy, 2013). Mindfulness mengurangi agresivitas melalui

latihan mengamati pikiran dan perasaan yang sedang terjadi (present-moment awareness)

tanpa memberikan penilaian (nonjudgemental acceptance; Kabat-Zinn, 1994; Teper, Segal, &

Inzlicht, 2013).

Pengaruh mindfulness dalam penelitian ini hanya ditemukan pada perempuan. Sejalan

dengan penjelasan Toner dan koleganya (2012) serta Björkqvist (1994) diatas, adanya

ketidakberdayaan peran sosial perempuan juga membuatnya lebih terbiasa dengan stres

sosial, yang akhirnya membuatnya lebih pandai mengelola emosi (Laurent dkk, 2013; Ptacek,

Smith, & Dodge, 1994; Tamres, Janicki, & Helgeson, 2002). Kemampuan mengelola emosi

tanpa penilaian dilakukan saat bermeditasi, sehingga membuat perempuan merasakan

manfaat yang lebih besar dari meditasi mindfulness. Di luar itu, penelitian yang menguji

perbedaan jenis kelamin terhadap mindfulness masih sedikit. Usaha lebih lanjut perlu

dilakukan untuk menyelidiki hal ini.

Ego depletion, dalam penelitian ini, menurunkan perilaku agresif perempuan. Meskipun

sejumlah penelitian menunjukkan bahwa ego depletion meningkatkan perilaku agresif

(Stucke & Baumeister, 2006; DeWall, Baumeister, Stillman, & Gailliot, 2007), penelitian lain

memaparkan perkecualian, yaitu dengan mempertimbangkan tingkat provokasi. Stanton dan

Finkel (2012; lihat juga Righetti, Finkenauer, & Finkel, 2013) menjelaskan bahwa saat

mendapat provokasi berat, individu dengan ego depletion cenderung tidak toleran sehingga

lebih agresif. Namun, saat mendapat provokasi ringan, individu justru toleran untuk

menghindari konflik lebih lanjut. Dari sini, peneliti menyimpulkan bahwa kuat kemungkinan

jika provokasi dalam penelitian ini tergolong ringan, karena partisipan cenderung toleran.

Temuan akhir penelitian ini menunjukkan temuan yang berkebalikan dengan temuan

sebelumnya, yaitu bahwa dalam kondisi ego depletion, mindfulness justru meningkatkan

perilaku agresif perempuan. Penjelasan yang rasional atas temuan ini adalah bahwa meditasi

di saat lelah (ego depletion) justru membuat individu semakin tidak nyaman dengan kondisi

lelahnya, sehingga merespon provokasi secara lebih reaktif (Baer dkk, 2006). Provokasi

11

ringan yang dihadapinya dianggap sebagai provokasi berat, sehingga membuatnya merespon

secara lebih agresif. Namun demikian, Baer dan koleganya (2006; lihat juga Baer, Smith, &

Allen, 2004) menyatakan bahwa hal ini seringkali ditemukan pada individu awam

mindfulness (dimana seluruh partisipan penelitian ini adalah individu awam), dan tidak pada

individu berpengalaman mindfulness.

Penelitian ini memiliki tujuan yang sama dengan penelitian Yusainy (2013), yaitu

mengetahui pengaruh mindfulness terhadap hubungan antara ego depletion dan perilaku

agresif. Namun, penelitian Yusainy tidak mendapatkan temuan pada perilaku agresif tidak

langsung, sementara penelitian ini mendapatkan temuan pada perilaku agresif tidak langsung

perempuan. Perbedaan ini diprediksi terjadi karena perbedaan metode. Pertama, selain

menguji agresi tidak langsung, penelitian Yusainy secara bersamaan juga menguji agresi

langsung dan kemampuan kontrol diri. Perlakuan eksperimen yang diterima partisipan lebih

banyak sehingga dapat memengaruhi agresi tidak langsung. Kedua, provokasi pada penelitian

Yusainy dibagi menjadi provokasi berat, provokasi ringan, dan tanpa provokasi. Sementara,

provokasi pada penelitian ini sama untuk semua partisipan. Kedua perbedaan ini diprediksi

memengaruhi munculnya agresi tidak langsung pada partisipan.

Keterbatasan penelitian ini terletak pada tiga hal. Pertama, penggunaan sampel dengan

large effect (N = 56; G*Power 3, 2013) dalam penelitian ini dikhawatirkan tidak dapat

mendeteksi pengaruh detail pada perilaku agresif. Selain itu, large effect juga rentan dengan

bias publikasi (Francis, 2012). Kedua, pengukuran berbentuk lapor diri dalam penelitian ini

rentan dengan bias respon (McDonald, 2008). Misalnya, manipulation check dari mindfulness

dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mindfulness tidak efektif, namun faktanya

mindfulness efektif pada perilaku agresif perempuan. Dari kesenjangan ini, sebaiknya

penelitian ke depan menggunakan pengukuran berbasis perilaku atau fisiologis. Keterbatasan

ketiga yaitu experimenter effect, dimana penelitian ini melibatkan 15 eksperimenter dengan

atribut fisik maupun non fisik yang berbeda-beda yang dikhawatirkan dapat memengaruhi

respon partisipan.

Di samping keterbatasan yang ada, penelitian ini telah menjadi eksperimen awal setelah

Yusainy (2013) yang menguji ego depletion, mindfulness, dan perilaku agresif. Selain itu,

penelitian ini juga telah menemukan pengaruh jenis kelamin terhadap ketiga variabel yang

dapat menjadi pertimbangan pentingnya mempertimbangkan faktor jenis kelamin untuk

penelitian ke depan.

12

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, C. A., & Bushman, B. J. (2002). Human aggression. Annual Review of Psychology, 53(1),

27–51.

Archer, J. (2004). Sex differences in aggression in real-world settings: A meta-analytic review.

Review of General Psychology, 8(4), 291-322.

Archer, J., & Coyne, S. M. (2005). An integrated review of indirect, relational, and social aggression.

Personality and Social Psychology Review, 9(3), 212–230.

Baer, R. A., Smith, G. T., & Allen, K. B. (2004). Assessment of mindfulness by self-report: The

Kentucky Inventory of Mindfulness Skills. Assessment, 11, 191-206.

Baer, R. A., Smith, G. T., Hopkins, J., Krietemeyer, J., & Toney, L. (2006). Using self-report

assessment methods to explore facets of mindfulness. Assessment, 13(1), 27-45.

Baumeister, R. F., Vohs, K. D., & Tice, D. M. (2007). The strength model of self-control. Current

Directions in Psychological Science, 16(6), 351-355.

Björkqvist, K. (1994). Sex differences in physical, verbal and indirect aggression: A review of recent

research. Sex Roles, 30(3-4), 177-188.

Chen, Z., Williams, K. D., Fitness, J., & Newton, N. C. (2008). When hurt won’t heal: Exploring the

capacity to relive social and physical pain. Psychological Science, 19(8), 789-795.

Chirkov, V. I., Ryan, R. M., & Willness, C. (2005). Cultural context and psychological needs in

Canada and Brazil: Testing a self-determination approach to the internalization of cultural

practices, identity, and well-being. Journal of Cross-Cultural Psychology, 36, 423 443.

DeWall, C. N., Baumeister, R. F., Stillman, T., & Gailliot, M. T. (2007). Violence restrained: Effects

of self-regulation and its depletion on aggression. Journal of Experimental Social Psychology,

43(1), 62-76.

Eisenberger, N. I., Lieberman, M. D. & Williams, K. D. (2003). Does rejection hurt? An fMRI study

of social exclusion. Science, 302, 290-292.

Erisman, S. M., & Roemer, L. (2010). A preliminary investigation of the effects of experimentally

induced mindfulness on emotional responding to film clips. Emotion, 10(1), 72– 82.

Fix, R. L., & Fix, S. T. (2013). The effects of mindfulness-based treatments for aggression: A critical

review. Aggression and Violent Behavior, 18(2), 219–227.

Forbes, G., Zhang, X., Doroszewicz, K., & Haas, K. (2009). Relationships between

individualismcollectivism, gender, and direct or indirect aggression: A study in China, Poland,

and the US. Aggressive Behavior, 35(1), 24-30.

Francis, G. (2012). The psychology of replication and replication in psychology. Perspectives on

Psychological Science, 7, 585-594.

G*Power 3 (Version 3.1.7) (Software). (2013) Department of Experimental Psychology Heinrich-

Heine-University, Düsseldorf: Germany. Retrieved from

http://www.psycho.uniduesseldorf.de/abteilungen/aap/gpower3/download-and-register.

Govorun, O., & Payne, B. K. (2006). Ego-depletion and prejudice: Separating automatic and

controlled components. Social Cognition, 24, 111-136.

Hayes, A. F. (2012). PROCESS: A versatile computational tool for observed variable mediation,

moderation, and conditional process modeling [White paper]. Retrieved from

http://www.afhayes.com/public/process2012.pdf.

Heppner, W. L., Kernis, M. H., Lakey C. E., Campbell, W. K., Goldman, B. M., Davis P. J, & Cascio,

E. V. (2008). Mindfulness as a means of reducing aggressive behavior: Dispositional and

situational evidence. Aggressive Behavior, 34(5), 486–496.

Kabat-Zinn, J. (1994). Where you go there you are: Mindfulness meditation in everyday life. New

York: Hyperion.

13

Keng, S-L., Smoski, M. J., & Robins, C. J. (2011). Effects of mindfulness on psychological health: A

review of empirical studies. Clinical Psychology Review, 31(6), 1041-1056.

Lau, M. A., Bishop, S. R., Segal, Z. V., Buis, T., Anderson, N. D., Carlson, L., Shapiro, S., Carmody,

J., Abbey, S., & Devins, G. (2006). The Toronto Mindfulness Scale: Development and

validation. Journal of Clinical Psychology, 62(12), 1445-1467.

Laurent, H.K., Laurent, S., Hertz, R., Egan-Wright, D., & Granger, D.A. (2013). Sex-specific effects

of mindfulness on romantic partners' cortisol responses to conflict and relations with

psychological adjustment. Psychoneuroendocrinology, 38, 2905-2913.

Masicampo, E. J., & Baumeister, R. F. (2007). Relating mindfulness and self-regulatory processes.

Psychological Inquiry, 18(4), 255-258.

McDonald, J. M. (2008). Measuring Personality Constructs: The Advantages and Disadvantages of

Self-Reports, Informant Reports and Behavioral Assessments. Enquire, 1(1), 1-19.

Parrott, D. J., & Giancola, P. R. (2007). Addressing ―The criterion problem‖ in the assessment of

aggressive behavior: Development of a new taxonomic system. Aggression and Violent

Behavior, 12(3), 280-299.

Ptacek, J.T., Smith, R.E., Dodge, K.L., 1994. Gender differences in coping with stress: when stressor

and appraisals do not differ. Personality and Social Psychology Bulletin. 20, 421—430.

Righetti, F., Finkenauer, C., & Finkel, E. J. (2013). Low self-control promotes the willingness to

sacrifice in close relationships. Psychological Science, 24, 1533-1540.

Shonin, E., Gordon W. V., Slade, K., & Griffiths M. D. (in press). Mindfulness and other Buddhist

derived interventions in correctional settings: A systematic review. Aggression and Violent

Behavior.

Stanton, S. E., & Finkel, E. J. (2012). Too tired to take offense: When depletion promotes forgiveness.

Journal of Experimental Social Psychology, 48, 587-590.

Stucke, T. S. & Baumeister, R. F. (2006). Ego depletion and aggressive behavior: Is the inhibitipo of

aggression a limited resource?. European Journal of Social Psychology, 36, 1-13.

Tamres, L.K., Janicki, D., Helgeson, V.S., 2002. Sex differences in coping behavior: a meta-analytic

review and an examination of relative coping. Personality and Social Psychology Bulletin

Review, 6, 2—30.

Teper, R., Segal, Z., & Inzlicht, M. (2013). Inside the mindful mind: How mindfulness enhances

emotion regulation through improvements in executive control. Current Directions in

Psychological Science, 22(6), 449–454.

Toner, B., Tang, T., Ali, A., Akman, D., Stuckless, N., Esplen, M. J., Rolin-Gilman, C., & Ross, L.

(2012). Developing a gender role socialization scale. In J. L. Oliffe & L. Greaves (Eds.),

Designing and conducting gender, sex, & health research. Los Angeles: Sage. 189–200.

Trommsdorff, G. (2009). Culture and Development of Self-Regulation. Social and Personality

Compass 3(5), 687-701.

Watson, D., Clark, L.A., & Tellegen, A. (1988). Development and validation of brief measures of

positive and negative affect: the PANAS scales. Journal of Personality and Social Psychology,

54(6), 1063-1070.

Williams, J. M. & Penman, D. (2011). Mindfulness: A practical guide to finding peace in a frantic

world. London, England: Piatkus

Yusainy, C. A. (2013). ―Overcoming Aggression: Musing on Mindfulness and Self-Control‖.

Dissertation. Nottingham: School of Psychology, University of Nottingham.

Yusainy, C. A., & Lawrence, C. (2014). Relating mindfulness and self-control to harm to the self and

to others. Personality and Individual Differences, 64, 78-83.