disputed paternity

40
DISPUTED PATERNITY PENDAHULUAN Ilmu kedokteran forensik tidak saja dipergunakan untuk menyelesaikan kasus pada korban yang telah meninggal tetapi juga kasus-kasus yang melibatkan orang yang masih hidup. Forensik klinik sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran forensik dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan penyidikan korban manusia hidup misalnya dalam identifikasi pelaku tindak kriminal (seperti penganiayaan, pemerkosaan) dan kasus-kasus yang terjadi pada kehidupan masyarakat. Analisa forensik dilaksanakan terhadap bukti-bukti untuk membantu peradilan menemukan fakta-fakta fisik sehingga kasus-kasus kriminal maupun sipil dapat diselesaikan. Salah satu kasus dibidang hukum yang memerlukan penjelasan forensik adalah kasus perdebatan status keayahan (disputed paternity). 1 Disputed paternity (ragu ayah) adalah usaha untuk mengeksklusi seseorang yang dituduh sebagai orang tua biologis dari seorang anak. 2 Penentuan status keayahan tidak hanya menyangkut masalah psikologi namun juga penting dalam aspek hukum dan aspek medis. Dalam aspek hukum masalah ini berhubungan dengan pembuatan akta kelahiran, hak waris dan pernikahan. Diketahuinya ayah biologis juga berguna dari aspek medis dalam hal pendonoran darah atau transplantasi organ. 1

Upload: taufik-abidin

Post on 15-Jun-2015

1.359 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Disputed Paternity

DISPUTED PATERNITY

PENDAHULUAN

Ilmu kedokteran forensik tidak saja dipergunakan untuk menyelesaikan kasus pada

korban yang telah meninggal tetapi juga kasus-kasus yang melibatkan orang yang masih

hidup. Forensik klinik sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran forensik dimanfaatkan

untuk mendukung kegiatan penyidikan korban manusia hidup misalnya

dalam identifikasi pelaku tindak kriminal (seperti penganiayaan,

pemerkosaan) dan kasus-kasus yang terjadi pada kehidupan

masyarakat. Analisa forensik dilaksanakan terhadap bukti-bukti untuk membantu

peradilan menemukan fakta-fakta fisik sehingga kasus-kasus kriminal maupun sipil

dapat diselesaikan. Salah satu kasus dibidang hukum yang memerlukan penjelasan

forensik adalah kasus perdebatan status keayahan (disputed paternity).1

Disputed paternity (ragu ayah) adalah usaha untuk mengeksklusi seseorang yang

dituduh sebagai orang tua biologis dari seorang anak.2 Penentuan status keayahan tidak

hanya menyangkut masalah psikologi namun juga penting dalam aspek hukum dan aspek

medis. Dalam aspek hukum masalah ini berhubungan dengan pembuatan akta kelahiran,

hak waris dan pernikahan. Diketahuinya ayah biologis juga berguna dari aspek medis

dalam hal pendonoran darah atau transplantasi organ.

Penentuan status keayahan terhadap seorang anak dapat dilakukan dengan metode

paling sederhana yaitu dengan menentukan atau mencocokkan tingkat kesuburan atau

fertilitas seorang pria yang di tuduh sebagai ayah dan waktu terjadinya konsepsi. Selain

itu kasus-kasus disputed paternity juga dapat diselesaikan dengan melakukan tes

paternitas, yaitu suatu tes untuk menentukan apakah seorang pria adalah ayah biologis

dari seorang anak. Pemeriksaan tes paternitas penting dilaksanakan pada kasus-kasus

dimana seorang wanita yang pernah melakukan hubungan intim dengan lebih dari satu

orang pria pada saat yang berdekatan, kemudian wanita tersebut hamil tanpa diketahui

siapa sebenarnya ayah biologis anak. Dapat pula terjadi seorang wanita menuduh seorang

pria sebagai ayah dari anaknya, sedangkan pria tersebut menyangkal telah menghamili si

wanita. Selain itu, tes paternitas diperlukan pula untuk menentukan hubungan anak-ayah

1

Page 2: Disputed Paternity

dalam menentukan ahli waris maupun urusan klaim asuransi. Terdapat berbagai jenis

metode tes paternitas yaitu metode konvensional dengan analisis fenotip pada berbagai

sistem golongan darah dan metode forensik molekular yaitu dengan tes DNA. Analisis

fenotip hanya dapat memberikan jawaban pasti jika si X bukan ayah si anak, sedangkan

tes DNA didasarkan pada analisis informasi genetik yang sangat spesifik dalam

membedakan ciri setiap individu sehingga dapat menentukan identitas seseorang hampir

100 % pasti sebagai ayah biologis si anak.3

ISI

2.1 Definisi Disputed Paternity

Disputed paternity adalah usaha untuk mengeksklusi seseorang yang dituduh sebagai

orang tua biologis dari seorang anak.2

2.2 Metode Penentuan Status Keayahan dalam Kasus Disputed Paternity

Metode penentuan status keayahan dalam menyelesaikan kasus disputed paternity dapat

dilakukan dengan beberapa cara yaitu: menentukan tingkat fertilitas laki-laki yang

dituduh sebagai ayah, mencocokkam waktu konsepsi dan melakukan tes paternitas.

2.2.1 Tingkat Fertilitas

Tingkat fertilitas atau kesuburan seorang laki-laki penting diketahui untuk menentukan

seseorang dinyatakan pasti bukan ayah biologis seorang anak atau mungkin merupakan

ayah biologis yang diduga. Laki-laki yang dinyatakan infertil dari hasil pemeriksaan

dapat mengeksklusi laki-laki tersebut dari dugaan sebagai ayah biologis seseorang anak.

Penyebab infertilitas pada pria diklasifikasikan berdasarkan gangguan produksi

sperma, gangguan fungsi sperma, gangguan transportasi sperma, dan penyebab idiopatik.

Gangguan produksi sperma dapat terjadi pratestis, di daerah testis dan organ di luar

testis. Kelainan pratestis misalnya hipogonadisme, kelebihan estrogen, kelebihan

androgen, kelebihan glukokortikoid, dan hipotiroidisme, sedangkan kelainan di daerah

testis misalnya gangguan maturasi, hipospermatogenesis, sindroma sel sertroli, sindroma

klinefelter, kriptokidisme, orkhitis dan lain-lain. Kelainan di luar organ testis seperti

varikokel dan hidrokel dapat menyebabkan gangguan produksi sperma. Gangguan fungsi

sperma dapat disebabkan oleh adanya pyospermia, hemospermia, adanya antibodi anti

2

Page 3: Disputed Paternity

sperma, nekrozoospermia, astenozoospermia. Gangguan transportasi sperma yang dapat

menyebabkan terjadinya infertilitas berupa kelainan anatomi dari saluran-saluran yang

dilewati sperma. Kelainan anatomi dapat berupa agenesis vas deferens maupun vesika

seminars, hipospadia, obstruksi vas deferens/epididimis yang bisa disebabkan TB

epididimis, gonokokal epididimis, pasca trauma, klamidial epididimis, serta mikoplasma

epididimis. Kelainan anatomi dapat karena tindakan vasektomi.4

Analisis semen merupakan tes yang paling penting untuk menetapkan pria infertil.

Prosedur standar pemeriksaan semen meliputi diskripsi plasma semen, konsentrasi

sperma, motilitas, morfologi, hitung sel selain sperma, dan tes antibodi yang melapisi

sperma. Dari analisis semen didapatkan informasi tentang siklus hormon reproduksi pria,

spermatogenesis dan terbukanya saluran reproduksi pria.3 Harga normal hasil

pemeriksaan analisis semen adalah sebagai berikut:5

1. Volume : 2 ml atau lebih (2-6 ml), bila < 1 ml disebut hipospermia dan > 6 ml

disebut hiperspermia.

2. Warna : putih kanji, putih keabuan, putih kekuningan.

3. Bau : Khas.

4. pH : 7,2-7,8.

5. Viskositas 1-2 detik.

6. Konsentrasi spermatozoa : 20 juta/ml atau lebih.

7. Motilitas spermatozoa : Gerak (gerak sangat cepat + gerak kurang cepat) > 50 %

atau gerak sangat cepat > 25 % (dalam 60 menit post ejakulasi).

8. Morfologi normal spermatozoa : 30 % atau lebih.

9. Vitalitas spermatozoa : > 75 % hidup.

10. Leukosit : < 1 juta /ml.

Pada analisis semen, disebut azoospermia jika tidak ada sperma sama sekali pada

semen yang mungkin disebabkan pretestikuler, testikuler, dan post testikuler.

Oligospermia jika parameter semen lain normal kecuali jumlah spermatozoa yang

jumlahnya 40 juta/ejakulat atau 20 juta/ml. Astenozoospermia diindikasikan jika

motilitasnya kurang dari 50 % yang progresif. Teratozoospermia jika morfologi

abnormal sperma lebih dari 50 %. 4

3

Page 4: Disputed Paternity

Laki-laki yang dinyatakan infertil dari hasil pemeriksaan dapat mengeksklusi laki-

laki tersebut dari dugaan sebagai ayah biologis seseorang anak.

2.2.2 Konsepsi

Senggama yang diperkirakan dapat menyebabkan terjadinya kehamilan adalah senggama

yang dilakukan di masa subur seorang wanita. Masa subur terjadi pada pertengahan

siklus haid yang sangat dipengaruhi oleh hormon progesteron dan estrogen. Siklus haid

wanita dibagi menjadi tiga fase utama yaitu sebagai berikut :6

1. Fase haid selama 2 sampai 8 hari. Pada waktu itu endometrium dilepas sedangkan

pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah.

2. Fase proliferasi sampai hari ke-14. Pada waktu itu endometrium tumbuh kembali,

disebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Antara hari-12 dan ke-16

dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.

3. Fase sekresi terjadinya sesudahnya. Pada waktu itu terjadi peningkatan

pengeluaran hormon progesteron. Di bawah pengaruh progesteron kelenjar

endometrium yang tumbuh berkelok-kelok mulai bersekresi dan mengeluarkan

getah yang nengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma

endometrium berubah kearah sel-sel desidua, terutama yang berada di sekitar

pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan terjadinya nidasi.

Masa subur terjadi pada pertengahan siklus ( biasanya pada hari 12 – 16 pada

siklus menstruasi yang teratur). Masa subur yaitu saat terjadinya ovulasi juga dapat

diketahui dari pemeriksaan suhu basal badan dan penilaian getah servik. Suhu basal

tubuh diukur setiap hari mulai terhentinya menstruasi, segera setelah bangun pagi

sebelum bergerak dari tempat tidur, makan atau minum. Saat akan ovulasi terjadi

penurunan suhu dan saat ovulasi terjadi kenaikan suhu basal dimana selisih suhunya

paling sedikit 0,4°C. Pada masa ovulasi elastisitas getah serviks meningkat, getah serviks

pada saat itu dapat diulur dengan pinset atau jari tangan dan tidak putus-putus sampai

sepanjang 10-20 cm.6

Jika pada saat masa subur tersebut seorang wanita melakukan senggama, maka

spermatozoa yang dikeluarkan ke forniks vagina akan dapat menyatu dengan ovum yang

4

Page 5: Disputed Paternity

saat itu telah siap dibuahi. Dari jutaan spermatozoa hanya satu yang berhasil menyatu

dengan ovum membentuk zigot yang terdiri dari bahan genetik pria dan wanita. 6

Pada manusia terdapat 46 kromosom yang terdiri dari 44 kromosom autosom dan

2 kromosom kelamin. Ovum yang matang memiliki 22 kromosom autosom dan 1

kromosom X sedangkan satu spermatozoa memiliki 22 kromosom autosom dan 1

kromosom X atau Y. Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44 kromosom

autosom dan 2 kromosom X akan tumbuh menjadi janin wanita, sedangkan zigot yang

memiliki 44 kromosom autosom dan 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan tumbuh

menjadi janin laki-laki. Pada saat inilah rangkaian DNA dari ayah dan ibu diturunkan

kepada anaknya, dimana masing-masing pihak memberi 50% terhadap DNA anak. 7

Setelah diketahui masa subur wanita kemudian dicocokkan dengan waktu

terjadinya senggama dan dengan siapa senggama saat tersebut dilakukan. Selain itu juga

dicocokkan usia anak atau usia kandungan dengan perkiraan waktu konsepsi dengan

demikian dapat diketahui adanya kemungkinan bahwa seorang pria yang dituduh

merupakan ayah biologis dari anak.

2.2.3 Tes Paternitas

Tes paternitas adalah tes atau pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah

seorang pria adalah ayah biologis dari seorang anak. Pemeriksaan forensik serologis yang

pertama kali digunakan untuk menyelesaikan kasus disputed paternity adalah sistem

ABO yang pertama kali ditemukan di Jerman pada tahun 1910. Setelah itu ditemukan

system MNS dan Rhesus pada tahun 1940. Pemeriksaan serologi dengan menggunakan

sistem-sistem ini terutama digunakan untuk mengeksklusi seseorang yang dituduh

sebagai ayah biologis seorang anak atau dapat memastikan bahwa seorang pria pasti

bukan ayah biologis anak tersebut.3

Sejak tahun 1950 penelitian tentang polimorfisme genetik berkembang dengan

sangat pesat, sejak saat itu berbagai antigen sel darah merah dan sel darah putih, enzim

sel darah merah, serta plasma protein diketahui merupakan bentuk alel. Selain itu

diketahui bahwa pada rangkaian DNA seseorang juga terdapat beberapa lokus yang

polimorfis artinya rangkaian DNA di tempat tersbut berbeda antara satu individu dengan

individu lainnya, baik urutan basa DNA maupun panjang DNA. Lokasi-lokasi polimorfis

5

Page 6: Disputed Paternity

inilah jika dianalisis dengan membandingkan DNA anak, ayah dan ibunya akan

menunjukkan kebenaran pria dan wanita sebagai orangtua kandung. 3

Pengelompokkan sistem yang digunakan dalam tes paternitas di bagi menjadi

empat yaitu :3

1. Sistem sel darah merah terdiri dari: sistem ABO, Rhesus (Rh), MNS, Kell (K),

Duffy (Fy), Kidd (Jk), Lutheran.

2. Sistem biokimia meliputi pemeriksaan plasma protein dan enzim sel darah merah

terdiri dari: haptoglobin (Hp), phosphoglucomutase (PGM), esterase D (EsD),

erythrocyte acid phosphatase (EAP), glyoxalase (GLO), adenosine deaminase

(ADA), adenylate kinase (AK), group specific component (GC), Gm dan KM.

3. Human Leukocyte Antigen (HLA) yang mengidentifikasi antigen pada leukocyte.

4. DNA profiling.

Pada prinsipnya dalam penyelesaian kasus disputed paternity semakin banyak

sistem yang diperiksa, maka peluang untuk memastikan bukan ayah akan semakin besar.

Dengan pemeriksaan semua serologi forensik yaitu pemeriksaan sel darah merah,

biokimia dan HLA maka peluang eksklusi yang memastikan bukan ayah sebesar 99,7 %

dengan pemeriksaan HLA yang memberikan peluang eksklusi tertinggi yaitu sebesar 94

%. Pemeriksaan dengan serologi forensik kurang kuat jika dibandingakan dengan

pemeriksaan DNA yang memiliki peluang memastikan status keayahan sebesar 99,9 %.

Berikut ini tabel peluang eksklusi bukan ayah dari masing-masing sistem pemeriksaan

serologis pada tes paternitas. 3

Tabel 1. Peluang Eksklusi Bukan Ayah3

Sistem Peluang (%)

Antigen sel darah merah

MNS

Rhesus

Kidd

Duffy

ABO

Kell

32.1

28.0

19.0

18.0

17.6

3.3

6

Page 7: Disputed Paternity

Lutheran

Protein Serum

GC

Hp

Glm

Km

Enzim sel darah merah

PGM

EAP

GPT

Glyoxalase

Esterase

AK

ADA

Human Leukocyte Antigen (HLA)

3.3

24,7

17,5

6.5

6.0

25.3

21.0

19.0

18.4

9.0

4.5

4.5

94.0

Total kombinasi semua sistem 99.7

Tes paternitas yang sering digunakan untuk untuk menyelesaikan kasus disputed

paternity yaitu metode konvensional dengan analisis fenotip berupa tes golongan darah

sistem ABO, Rhesus, MNS dan tes Human Leukocyte Antigen (HLA) serta tes paternitas

yang menggunakan metode forensik molekular yaitu tes DNA. Analisis fenotip hanya

dapat memberikan jawaban pasti jika si X bukan ayah si anak, sedangkan tes DNA

didasarkan pada analisis informasi genetik yang sangat spesifik dalam membedakan ciri

setiap individu sehingga dapat menentukan identitas seseorang hampir 100 % pasti

sebagai ayah biologis si anak.3

2.2.3.1 Sistem ABO

Sistem penggolongan darah yang paling terkenal dan secara medis penting dan pertama

kali dimanfaatkan untuk tes paternitas adalah sistem ABO. Sistem golongan darah ABO

ditemukan pada tahun 1900 dan 1901 di Universitas Vienna oleh Karl Landstainer.8

7

Page 8: Disputed Paternity

Dalam sistem ABO golongan darah dikelompokkan menjadi empat yaitu golongan darah

A, B, AB dan O. Golongan darah didasarkan pada jenis antigen dan antibodi yang

terkandung dalam darahnya, sebagai berikut :9

1. Golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di

permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen

B dalam serum darahnya.

2. Golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah

merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A pada serum

darahnya.

3. Golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B

serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun antigen B.

4. Golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen tetapi memproduksi

antibodi terhadap antigen A dan B.

Pemeriksaan golongan darah ABO sangat mudah dilakukan dan tidak mahal serta

hanya membutuhkan sedikit sampel darah. Serum yang mengandung antibodi anti A

dicampur dengan sampel darah, serum lainnya yang mengandung antibodi anti B

dicampur dengan sisa sampel darah. Jika sampel darah mengalami aglutinasi dengan

penambahan antibodi anti A, tetapi tidak mengalami aglutinasi dengan antibodi anti B

berarti terdapat antigen A tetapi tidak terdapat antigen B sehingga golongan darahnya

adalah A. 8 Keterangan lengkap adanya antigen dan antibodi pada sistem ABO terdapat

pada tabel berikut.7 Tabel 2. Antigen dan Antibodi Pada Sistem ABO7

Group Antigen pada Sel Darah Merah Antibodi (Aglutinin) Serum

O

A

B

AB

-

A

B

AB

Anti A dan anti B

Anti B

Anti A

-

Golongan darah ABO diturunkan melalui gen pada kromosom 9 dan tidak

berubah oleh pengaruh lingkungan selama kehidupan berlangsung. Golongan darah ABO

seseorang ditentukan dengan mewarisi 1 dari 3 alel (A, B atau O) dari tiap orang tua. Alel

8

Page 9: Disputed Paternity

A dan B bersifat lebih dominan dari pada alel O. Hal ini menyebabkan seseorang yang

memiliki genotip AO akan memiliki fenotip A, dan seseorang yang memiliki genotip BO

akan memiliki fenotip B sedangkan orang yang memiliki genotip OO akan memiliki

fenotip O. Alel A dan B sama-sama dominan sehingga jika alel A diperoleh dari satu

orang tua dan alel B dari orang tua yang lain maka fenotip yang muncul adalah AB. 6 Dari

hal tersebut diketahui bahwa golongan darah A memiliki dua fenotip yaitu AA dan AO,

golongan darah B juga memiliki 2 genotip yaitu BB dan BO. Sedangkan golongan darah

O dan AB hanya memiliki satu genotip.7,8 Kemungkinan golongan darah anak yang

diwariskan oleh persilangan masing-masing golongan darah orang tua dijelaskan pada

tabel berikut.

Tabel 3. Pewarisan Golongan Darah Kepada Anak8

Ibu/Ayah O A B AB

O O O, A O, B A, BA O, A O, A O, A, B, AB A, B, ABB O, B O, A, B, AB O, B A, B, AB

AB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB

2.2.3.2 Sistem Rhesus

Jenis golongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor rhesus

atau faktor Rh. Golongan darah ini ditemukan oleh Landstainer saat melakukan imunisasi

terhadap kelinci menggunakan darah monyet dan menemukan antisera yang tidak hanya

mengaglutinasi sel darah merah monyet tetapi juga mengaglutinasi sel darah merah dari

85 % populasi manusia.7 Seseorang yang memiliki sel darah merah yang mengalami

aglutinasi disebut rhesus positif dan orang yang memiliki sel darah merah yang tidak

mengalami aglutinasi disebut rhesus negatif. Antibodi yang bertanggung jawab terhadap

reaksi tersebut disebut anti Rh. Golongan darah ini memiliki genetik paling komplek

dibandingkan sistem yang lain karena sistem ini melibatkan 45 antigen yang berbeda

pada permukaan sel darah merah yang dikontrol oleh gen pada kromosom satu.10

Tiap orang memiliki sepasang gen darah faktor Rhesus yang dapat dites di

laboratorium untuk mengetahui adanya antigen Rhesus. Jika tes tidak menemukan

9

Page 10: Disputed Paternity

antigen, orang tersebut dikatakan memiliki tipe darah Rh negatif (Rh -), dan jika hal yang

sebaliknya terjadi maka dikatakan orang tersebut memiliki tipe darah Rh positif (Rh +).

Tabel berikut memperlihatkan hubungan gen, genotip dan faktor Rhesus.

Tabel 4. Gen Rh, Genotip dan Faktor Rhesus

Gen Gen Genotip Faktor Rhesus

Rh- Rh- Rh-/Rh- Rh-

Rh + Rh- Rh+/Rh- Rh+

Rh+ Rh+ Rh+/Rh+ Rh+

Sistem Rhesus terdiri dari sejumlah besar antigen yang berbeda-beda, tetapi untuk

keperluan praktis salah satu diantaranya yaitu Rhesus D yang dianggap paling penting

karena Rhesus D paling kuat dalam merangsang pembentukan antibodi. Untuk

menetapkan penggolongan darah digunakan serum anti D dan untuk mengklasifikasikan

individu-individu sebagai Rhesus positif atau Rhesus negatif digunakan tanda D+ atau

D-. D bersifat dominant terhadap d karena anti d tidak pernah muncul. Rhesus positif

dan rhesus negatif ditentukan oleh gen D dan gen d. Golongan Rhesus positif

mempunyai dua macam genotip yaitu DD dan Dd, sedangkan golongan negatif hanya

mempunyai satu macam genotip yaitu dd. Berikut ini kemungkinan genotif golongan

darah anak dengan sistem Rhesus.11

Orang tua : DD x DD DD x Dd Dd x Dd

Anak : DD DD atau Dd DD atau dd

Orang tua : DD x dd Dd x dd dd x dd

Anak : Dd DD atau dd dd

2.2.3.3 Sistem MNS

Sistem MNS terbagi menjadi dua yaitu MN dan Ss. Untuk sistem MN dikenal 3 macam

fenotip yaitu M, N dan MN. Masing-masing fenotip hanya memiliki satu macam genotip

yaitu MM, NN, MN. Pada sistem Ss terdapat dua macam fenotip yaitu S dan s. Fenotip S

10

Page 11: Disputed Paternity

mempunyai dua genotip yaitu SS dan Ss, sedangkan fenotip s hanya memiliki satu

genotip ss.8

Pada sistem ini antigen M dan N memiliki dominasi yang sama besar, sedangkan

gen S lebih dominan daripada gen s oleh karena itu gen S disebut gen yang dominan

sedangkan gen s disebut gen yang resesif. Sama seperti pada sistem ABO antigen M dan

N tidak akan timbul pada anak jika orang tuanya tidak memiliki antigen tersebut. Antigen

S dan s ditemukan ada pada darah manusia berhubungan dengan antigen M dan N, tetapi

kepentingan praktisnya sangat kecil. Tabel dibawah ini menunjukkan sistem pewarisan

antigen M dan N.Tabel 5. Fenotif Anak dari Orang Tua pada Sistem MNS

Fenotif Orang Tua Fenotif Anak

Mungkin Tidak Mungkin

M x M

M x MN

M x N

MN x MN

MN x N

N x N

M

M, MN

MN

M, N, MN

N, MN

N

N, MN

N

M. N

-

M

M, MN

2.2.3.4 Tes Human Leukocyte Antigen (HLA)

Human Leukocyte Antigen (HLA) adalah nama untuk major histocompatibility complex

pada manusia. Gen HLA terdapat pada kromosom 6 dan berfungsi untuk mengkode

antigen presenting cell dan protein atau peptida yang terdapat di dalam sel. Terdapat 6

lokus pada kromosom 6 dimana gen yang memproduksi HLA diwariskan, yaitu : HLA-A,

HLA-B, HLA-C, HLA-DR, HLA-DQ, HLA-DP. Produk gen HLA dapat dibagi menjadi

dua klas. Klas I terdiri dari produk dari gen yang terletak pada lokus HLA-A, HLA-B,

HLA-C. HLA ini dijumpai pada semua sel berinti. Klas II terdiri dari antigen yang

diwariskan dari gen yang terletak pada lokus , HLA-DR, HLA-DQ dan HLA-DP. Klas II

hanya diekspresikan pada jenis-jenis sel tertentu, meliputi sel-sel yang menyerupai

makrofag yang disebut antigen presenting cell yaitu pada limfosit-B, makrofag, monosit,

sel dendritik, sel endotel, sel limfosit-T yang teraktifasi.13

11

Page 12: Disputed Paternity

Tes Human Leukocyte Antigen adalah tes untuk mendeteksi adanya antigen pada

sel darah putih. Tes HLA biasanya digunakan untuk menentukan kecocokan jaringan

pada transplantasi organ, namun dapat pula digunakan untuk tes paternitas. Secara

fundamental pewarisan gen HLA sama sederhananya dengan pewarisan golongan darah,

namun terdapat gambaran tambahan berupa rangkaian genetik. Pada kasus disputed

paternity tes HLA digunakan sebagai metode eksklusi. HLA dari anak, ibu dan pria yang

diduga sebagai ayah biologis akan dibandingkan, apabila terdapat ketidakcocokan antara

pasangan antigen pria tersebut dengan anak maka pria tersebut dapat dikeluarkan dari

kemungkinan sebagai ayah biologis seorang anak.13

2.2.3.5 Tes DNA

A. Karakteristik DNA

DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi mengatur

perkembangan biologis seluruh kehidupan secara biologis. DNA memiliki struktur

pilinan utas ganda yang terdiri dari komponen gula pentosa (deoksiribosa), gugus

fosfat dan pasangan basa. Pasangan basa pada DNA terdiri dari dua macam yaitu basa

pirin dan pirimidin. Basa pirin terdiri atas adenin (A) dan guanin (G) yang memiliki

struktur cincin ganda sedangkan basa pirimidin terdiri atas sitosin dan timin yang

mempunyai struktur cincin tunggal. Adenin selalu berpasangan dengan timin dan

sitosin selalu berpasangan dengan berpasangan dengan guanin, kedua basa pada

masing-masing pasangan dihubungkan dengan ikatan hidrogen. Kedua rantai berjalan

memilin satu sama lain dalam rantai helix ganda. DNA sebagai pembawa keterangan

genetik dalam sel mempunyai unit esensial berupa kodon yaitu yang merupakan

triplet urutan basa dan masing-masing triplet mengkodekan sebuah asam amino

tertentu. Kode genetik hanya menentukan struktur protein primer. Protein ini dapat

merupakan komponen struktural makromolekul atau enzim yang mengendalikan

sintesis non protein.7

Di dalam setiap sel berinti terdapat dua jenis DNA yaitu core DNA (c-DNA)

yang terdapat di dalam inti sel dan mitokondria DNA (mt-DNA) yang terdapat dalam

organel mitokondria. c-DNA merupakan materi genetik yang membawa sifat individu

dan diturunkan dari ayah dan ibu menurut hukum Mendel. Berdasarkan pola

pewarisan ini maka pemeriksaan c-DNA dapat digunakan untuk mencari hubungan

12

Page 13: Disputed Paternity

anak-ibu maupun anak-bapak. mt-DNA merupakan materi genetik yang membawa

kode genetik dari berbagai enzim dan protein yang berkaitan dengan proses

pembentukan dan penuaan. Berbeda dengan c-DNA, mt-DNA berbentuk lingkaran

ganda yang hanya diturunkan dari ibu kepada anak, sehingga pemeriksaan mt-DNA

hanya dapat digunakan untuk mencari hubungan anak-ibu. Dalam forensik yang

dimaksud dengan pemeriksaan DNA umumnya merujuk pada pemeriksaan c-DNA

yang penggunannya lebih luas.14

Setiap sel dalam tubuh seseorang memiliki rangkaian DNA identik.

Rangkaian DNA setiap sel disebut kromosom. Setiap kromosom dibagi menjadi

lokus-lokus yang menandai posisi gen dalam kromosom. Gen-gen yang terdapat pada

lokus-lokus ini disebut alel. Jika gen pada satu lokus sama dengan lokus pada

kromosom pasangannya maka disebut alel homozigot, sedangkan jika berbeda disebut

heterozigot. Pada lokasi-lokasi tertentu dalam kromosom terdapat alel-alel yang

sangat spesifik pada setiap individu. Alel dalam tes DNA di definisikan sebagai one

of series of alternative form of gen at specific lokus in a genom. Alel-alel spesifik ini

diturunkan kepada anak dalam proses pembuahan sehingga si anak membawa alel-

alel ini dalam kromosomnya.7

Setiap sel dalam tubuh manusia memiliki 24 pasang kromosom. Pada induk

sel sperma dan sel telur terjadi pembelahan yang disebut meiosis sehingga 24 pasang

kromosom tersebut berpisah sehingga sel-sel induk menghasilkan sel sperma atau sel

ovum yang memiliki 24 kromosom. Pada saat pembuahan sel sperma ayah (24

kromosom) akan bersatu dengan sel ovum ibu (24 kromosom) sehingga kromosom

dari pihak ayah akan berpasang-pasangan dengan kromosom dari pihak ibu dan

membentuk zygot. Pada saat inilah rangkaian DNA dari ayah dan ibu diturunkan

kepada anaknya, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi 50 persen

terhadap DNA anak.7

B. Proses Analisis DNA untuk Tes Paternitas

Tes paternitas dengan menggunakan anlisis DNA adalah analisis informasi

genetik yang sangat spesifik dalam membedakan ciri setiap individu sehingga dapat

menentukan identitas seseorang hampir 100 % pasti sebagai ayah biologis si anak,

sedangkan metode konvensional dengan analisis fenotip berupa tes golongan darah

13

Page 14: Disputed Paternity

sistem ABO, Rhesus, MNS dan tes Human Leukocyte Antigen (HLA) hanya dapat

mengeksklusi pria yang diduga sebagai ayah biologis. Selain pada kasus disputed

paternity tes DNA juga sangat berguna pada kasus-kasus yang membutuhkan

membuktian forensik. Beberapa kelebihan pemeriksaan DNA dibandingkan dengan

pemeriksaan konvensional lainnya adalah sebagai berikut:14

1. Ketepatan yang lebih tinggi

Sebagai contoh dalam pemeriksaan suatu bercak darah sebelum ditemukannya

pemeriksaan DNA dilakukan pemeriksaan golongan darah. Hasil pemeriksaan

golongan darah yang tidak cocok akan menyebabkan orang yang dicurigai

tersingkir sebagai sumber darah tersebut, namun jika cocok maka merupakan

suatu kemungkinan saja. Sedangkan hasil pemeriksaan DNA terhadap bercak

darah tersebut akan nyaris sempurna dalam menentukan siapa sumber bercak

darah tersebut.

2. Kestabilan yang tinggi

Pada kasus-kasus dimana bukti sebagai sampel sudah membusuk, maka hanya

tes DNA yang masih dapat dilakukan, karena DNA bersifat tahan

pembusukan dibandingkan protein.

3. Pilihan sampel yang luas

Penyebaran DNA hampir pada seluruh bagian tubuh membuat sampel untuk

tes DNA dapat diambil dari berbagai bagian tubuh kecuali sel darah merah.

4. Dapat mengungkap kasus sulit

Hanya tes DNA yang dapat dilakukan untuk pemecahan kasus-kasus sulit

yang tidak dapat dipecahkan oleh metode konvensional antara lain seperti:

penentuan keayahan, kasus incest, kasus paternitas dengan bayi dalam

kandungan, kasus paternitas dengan bayi yang sudah meninggal dan kasus

paternity tanpa kehadiran sang “ayah”.

5. Dapat mengungkap kasus perkosaan dengan banyak pelaku, pemeriksaan

DNA dapat memastikan berapa orang pelaku dan siapa saja pelakunya.

6. Sensitifitas yang amat tinggi

Sensitifitas tes DNA dapat mencapai 99,9 %. Tes DNA juga dapat dilakukan

pada sampel dengan jumlah kecil dengan metode PCR.

14

Page 15: Disputed Paternity

Analisis DNA untuk tes paternitas meliputi beberapa tahap yaitu tahap

pengambilan spesimen, tahap proses laboraturium, tahap perhitungan statistik dan

pengambilan kesimpulan.

1. Sampel pada tes DNA

Bahan sampel DNA dapat dipilih dari jaringan apa saja, karena DNA dapat

diperoleh dari semua sel berinti. Sel yang tidak memiliki DNA hanyalah sel

darah merah karena sel darah merah tidak memiliki inti. Untuk tes diperlukan

spesimen yang diambil dari ibu, anak dan pria yang diduga sebagai ayah

biologisnya. Tes tidak dapat dilakukan jika spesimen tidak lengkap, misalnya

tanpa spesimen yang diambil dari ibu. Kalaupun dilakukan, kesimpulan tes yang

akan diperoleh sangat rendah yaitu kurang dari 50 %. 15

Hal yang paling penting pada tahap pengambilan bahan atau spesimen

adalah jangan sampai terjadi kontaminasi. Artinya spesimen yang akan

diperiksa tercampur dengan spesimen individu lain sehingga mengakibatkan

kesalahan pengambilan kesimpulan dalam menentukan siapa ayah biologis anak

tersebut. Bahan sampel setelah dikumpulkan harus diberi perlakuan tertentu

agar tidak rusak. Secara umum DNA dapat rusak akibat pengaruh lingkungan

seperti paparan sinar matahari, terkena panas, bahan kimia, air dan akibat kerja

enzim DNAase yang terdapat dalam jaringan sendiri. Untuk itu terhadap

berbagai bahan sampel tersebut harus diberi perlakuan sebagai berikut:15

1. Jaringan

Untuk bahan sampel yang segar, sampel terbaik adalah jaringan limpa,

kelenjar getah bening dan hati. Sedangkan untuk bahan yang telah busuk,

otak yang terbaik meskipun kondisinya telah mencair. Bahan sampel

diambil, dibungkus kertas alumunium dan dibekukan pada suhu dibawah

20°C.

2. Darah

Darah cair diberikan pengawet EDTA, dan disimpan dalam termos es atau

lemari es. Alternatif lain, bahan diserap dengan kain kasa lalu dikeringkan.

15

Page 16: Disputed Paternity

Bercak kering dapat dikerok dengan scalpel, dibawa dengan bendanya atau

diusap dengan kain kasa basah lalu dikeringkan.

3. Cairan mani

Diserap dengan kain kasa kemudian dikeringkan

4. Tulang, Gigi dan Rambut

Dibungkus dengan kertas alumunium dan disimpan pada suhu di bawah

20°C. Bahan yang telah dikeringkan dapat disimpan pada suhu kamar.

Sampel rambut diambil 10 – 15 helai beserta akarnya. Sampel gigi dipilih

paling sedikit empat, molar jika mungkin. Sampel gigi sebaiknya tidak rusak

oleh endodontia. Sampel tulang sebaiknya dari femur.

2. Teknik Analisis DNA

a. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)

Teknik pertama yang digunakan analisa DNA dalam bidang forensiik adalah

RFLP. Polimorfisme yang dinamakan Restriction Fragment Leght

Polymorphism (RFLP) adalah suatu polimorfisme DNA yang terjadi akibat

variasi panjang fragmen DNA setelah dipotong dengan enzim retriksi tertentu

menjadi fragmen Variable Number Of Tandem Repeat (VNTR). Teknik ini

dilakukan dengan memanfaatkan enzim retriksi yang berfungsi memotong DNA

pada tempat-tempat tertentu dengan cara mengenali urutan basa tertentu seperti

AATT. Urutan basa tersebut disebut sebagai recognition sequence. Enzim yang

berbeda memiliki recognition sequence yang berbeda. Enzim ini lalu memotong

DNA menjadi segmen-segmen yang berbeda. Panjang segmen tersebut

bervariasi pada tiap orang, hal ini disebabkan karena titik potong enzim yang

berbeda dan panjang segmen antara titik potong juga berbeda. Analisa yang

dihasilkan adalah variasi pada panjang fragmen DNA yang telah ditentukan.

Setelah selesai, pola RFLP tampak seperti kode batang (bar code). Saat

membandingkan hasil analisa dua sampel, pola batang pada autoradiograf

dibandingkan untuk menentukan apakah kedua sampel tersebut berasal dari

sumber yang sama.15,16

16

Page 17: Disputed Paternity

Proses pada teknik Restriction Fragment Leght Polymorphism

(RFLP) diawali dengan proses pemotongan dengan menggunakan enzim retriksi

tertentu. Kemudian dengan menggunakan gel yang dialiri arus listrik, potongan

DNA diurutkan berdasarkan panjangnya. Proses ini dinamakan electrophoresis,

prinsip pada proses in adalah potongan DNA yang lebih pendek bergerak lebih

cepat daripada yang lebih panjang. Untuk mendeteksi adanya segmen yang

bersifat polimorfik maka dilakukan suatu prosedur yang disebut sebagai

Southern Blooting. Dalam prosedur ini pada gel ditambahkan suatu zat kimia

yang berfungsi untuk memisahkan rantai ganda menjadi rantai tunggal,

kemudian membran nilon diletakkan diatas gel dan bahan penyerap diatas

membran nilon. Cairan akan bergerak ke dalam bahan penyerap bersama

potongan DNA rantai tunggal. Kemudian dengan menggunakan fragmen

pendek DNA (DNA probe) yang mengandung petanda radioaktif maka akan

dideteksi DNA yang berasal dari lokasi pada genome yang memiliki ciri yang

jelas dan sangat polimorfik. Pada proses ini DNA probe akan berikatan dengan

potongan DNA rantai tunggal dan membentuk DNA rantai ganda pada bahan

nilon. DNA probe yang tidak berikatan akan dicuci. Membran nilon yang berisi

potongan DNA yang telah ditandai dengan DNA probe selanjutnya ditransfer

pada selembar film X-ray. Pada proses ini akan tampak hasil berupa kode

batang yang disebut autorad. Pola inilah yang dibandingkan untuk mengetahui

apakah kedua sampel bersal dari sumber yang sama. Pada teknik RFLP tidak

hanya digunakan satu DNA probe, diamana DNA probe yang berbeda menandai

lokus yang berbeda. 15,16

Walaupun penggunaanya telah mulai digeser oleh teknologi baru

RFLP tetap adalah teknik terbaik untuk diskriminasi masing-masing lokus. Hal

ini disebabkan oleh karena lokus-lokus yang dipergunakan untuk RFLP dapat

menunjukkan ratusan variasi untuk tiap lokus. Dengan demikian jika dua

sampel berasal dari sumber yang berbeda, RFLP dapat membedakannya

menggunakan jumlah lokus yang lebih sedikit. RFLP dapat menentukan apabila

sebuah sampel berasal dari lebih satu sumber dan dapat membedakan

sumbernya dengan baik. Tingginya daya diskriminasi teknik ini disebabkan oleh

17

Page 18: Disputed Paternity

hipervariabilitas pada tiap lokus dan kemampuan untuk memeriksa lebih dari

satu lokus. Kelemahan teknik ini adalah memerlukan sampel DNA dalam

jumlah lebih besar dan harus dalam kondisi baik jika dibandingkan dengan

teknik menggunakan PCR. Teknik ini juga membutuhkan lebih banyak tenaga.

b. Polymerase Chain Reaction (PCR)

Metode analisa DNA yang selanjutnya adalah Polymerase Chain Reaction

(PCR) yaitu suatu metode untuk memperbanyak fragmen DNA tertentu secara

in vitro dengan enzim polymerase DNA. Teknik ini didesain agar yang

diperbanyak hanya segmen tertentu dari sampel dengan tingkat akurasi yang

tinggi, sehingga dapat diperoleh informasi dari sampel yang jumlahnya sedikit

atau bahkan pada sampel DNA yang sudah mulai terdegradasi.15,16

Sampel DNA yang disiapkan dengan metode PCR dapat diananlisis

menggunakan beberapa cara. Secara umum variasi per lokus sampel DNA yang

disiapkan melalui PCR lebih rendah daripada variasi pada RFLP. Dengan

demikian hasil dapat diperoleh dari sampel yang kurang secara kualitas maupun

kuantitas namun kekuatan deskriminasinya lebih rendah dengan jumlah lokus

yang sama. Kekuatan metode analisis PCR adalah kemampuan untuk

menganalisa beberapa lokus secara bersamaan dengan proses yang otomatis.15

Proses yang terjadi pada teknik ini serupa dengan cara DNA

memperbanyak jumlahnya dalam sel. Ada tiga tahap yang dilakukan di

laboraturium. Pertama, proses yang dinamakan denaturation yaitu segmen atau

urutan DNA rantai ganda dipisahkan menjadi dua rantai tunggal dengan cara

memanaskan. Kedua proses Annealing atau Hybridization, pada proses ini

setiap rantai tunggal tersebut dipersiapkan dengan cara mengikatkannya dengan

DNA primer. DNA primer adalah DNA pendek yang dibuat secara sintetis yang

menunjukkan urutan DNA yang akan diperbanyak. Proses ketiga disebut

Extension yaitu enzim DNA polymerase ditambahkan bersama dengan sejumlah

basa bebas dari keempat jenis basa DNA dilanjutkan dengan proses replikasi.17

Keunggulan PCR dibandingkan RFLP adalah:

1) Simpel dan mudah dilaksanakan di laboraturium

2) Hasil diperoleh dalam waktu singkat (dalam beberapa hari)

18

Page 19: Disputed Paternity

3) Oleh karena kapasitas produksi segmen DNA yang tidak terbatas

maka metode yang berdasarkan PCR memungkinkan untuk

menganalisa DNA dalam jumlah sangat sedikit.

Kekurangan metode PCR adalah:

1) Mudah terkontaminasi

Kontaminasi merupakan masalah yang besar pada PCR karena

sistem ini memperbanyak DNA yang ada dengan tingkat akurasi

yang tinggi. Sebuah molekul DNA dapat menjadi jutaan bahkan

milyaran DNA dalam waktu tiga jam, jika ada sebuah molekul DNA

bakteri atau kontaminan lain tercampur maka molekul tersebut juga

akan diperbanyak dalam laju yang sama sehingga akan terjadi salah

kesimpulan.

2) Kebanyakan lokus dalam PCR memiliki alel lebih sedikit

dibandingkan VNTR pada metode RFLP.

3) Tidak seperti VNTR yang menggunakan area yang tidak berfungsi,

beberapa lokus dari PCR adalah gen yang fungsional, ini berarti

telah terjadi seleksi alam yang menyebabkan perbedaan yang lebih

besar dari subgroup populasi.

c. STRs (Short Tandem Repeats)

Metode STRs (Short Tandem Repeats) adalah salah satu metode analisis yang

berdasar pada metode Polymerase Chain Reaction (PCR). STRs (Short Tandem

Repeat) adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk menggambarkan

urutan DNA pendek (2 – 5 pasangan basa) yang diulang. Genome setiap

manusia mengandung ratusan STRs. Metode ini paling banyak dikembangkan

karena metode ini cepat, otomatis dan memiliki kekuatan diskriminasi yang

tinggi. Dengan metode STRs dapat memeriksa sampel DNA yang rusak atau

dibawah standar karena ukuran fragmen DNA yang diperbanyak oleh PCR

hanya berkisar antara 200 – 500 pasangan basa. Selain itu pada metode ini dapat

dilakukan pemeriksaan pada setiap lokus yang memiliki tingkat polimorfisme

19

Page 20: Disputed Paternity

sedang dengan memeriksa banyak lokus dalam waktu bersamaan. Teknik yang

digunakan adalah multiplexing yaitu dengan memeriksa banyak lokus dan

berbeda pada satu tabung. Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan

menghemat sampel.

Analisis pada teknik ini didasarkan pada perbedaan urutan basa STRs dan

perbedaan panjang atau pengulangan basa STRs.15

d. Y- STRs (Y-Short Tandem Repeats)

Y- STRs adalah STRs yang ditemukan pada kromosom Y. Y- STRs dapat

diperiksa menggunakan jumlah sampel kecil dan rusak dengan metode dan alat

yang sama dengan pemeriksaan STRs pada kromosom autosomal. Karena

kromosom Y hanya terdapat pada pria maka Y- STRs dapat berguna untuk

menyaring informasi genetik yang spesifik dari pria yang yang menjadi sampel.

Pemeriksaan Y- STRs dapat digunakan untuk memeriksa sampel tanpa sperma

yang bercampur antara sampel laki-laki dan perempuan, seperti sampel darah

atau air liur yang diambil dari korban kasus perkosaan. Pemeriksaan ini juga

dapat mendeteksi profil pria ketika hanya profil wanita yang tampak jelas saat

menggunakan STRs. Karena kromosom Y tidak mempunyai homolog pada

genom manusia, maka disebut hemizygous. Kromosom Y tidak mempunyai

partner yang sama seperti pada kromosom autosomal. Walaupun ia berpasangan

selama pembelahan sel, rekombinasi genetik yang terjadi hanya sedikit atau

yidak ada sama sekali, hal ini diwariskan kepada keturunannya. Y- STRs sangat

berguna untuk menyelesaikan kasus disputed paternity pada anak laki-laki,

karena kromosom Y diturunkan oleh ayah kepada anak laki-laki.15

d. mtDNA (Mitochondrial DNA)

Aplikasi penggunaan mitokondria DNA (mtDNA) dalam identifikasi forensik

dimulai pada tahun 1990. Mitokondria adalah partikel intraselular yang terdapat

di luar nukleus dalam sitoplasma sel. Mitokondria mengandung DNA kecil

20

Page 21: Disputed Paternity

berupa molekul berbentuk sirkular yang terdiri dari 16569 pasangan basa yang

dapat diidentifikasi. Setiap sel mengandung 100 – 1000 mitokondria.

Ciri khas dari mtDNA adalah pola penurunannya. Tidak seperti DNA inti

yang tersusun dari kombinasi separuh DNA orang tua, mitokondria DNA hanya

mengandung DNA ibu. Mitokondria diturunkan melalui sel telur tidak melalui

sperma walaupun sperma secara struktural juga mengandung mitokondria dalam

jumlah kecil, hal ini disebabkan karena bagian mitokondria sperma tidak masuk

ke dalam sel telur sehingga hanya mitokondria ibu yang secara normal

diturunkan pada anaknya.15

Mitokondria DNA bersifat seperti kromosom Y yang tidak mempunyai

homolog pada genom manusia, maka disebut hemizygous hal ini menyebabkan

Mitokondria DNA dan Kromosom Y diturunkan secara spesifik. Jika dari

pemeriksaan Mitokondria DNA dapat mengetahui garis ibu, maka dari

pemeriksaan Kromosom Y dapat mengetahui garis ayah pada anak laki-laki.

Perbedaan yang terlihat bahwa Mitokondria DNA adalah marker sitoplasmik

yang diturunkan ibu kepada semua anaknya sedangkan Kromosom Y adalah

marker nuklear yang hanya diturunkan seorang ayah pada anak laki-lakinya.15

e. CODIS (Combined DNA Index System)CODIS merupakan analisis DNA yang baru dikembangkan FBI. FBI memilih

13 STR yang digunakan sebagai deretan lokus utama standar dan meningkatkan

pengembangan kemampuan laboraturium untuk melakukan pemeriksaan pada

lokus tersebut. Laboratorium di seluruh dunia menggunakan lokus yang sama.

Penggumpulan 13 lokus utama meningkatkan kemampuan diskriminasi.

Kemungkinan ditemukan kecocokan antara dua orang yang tidak berhubungan

berdasarkan random di Caucasian Amerika adalah satu diantara 575 trilyun.

Angka kemungkinan ini lebih kecil dibandingkan UK system.18,19 FBI secara

aktif dilibatkan dalam pengumpulan data frekuensi populasi pada grup dan

subgrup populasi yang berbeda. Populasi ini kemudian dibagi lagi, misalnya

data dari Jepang, Cina, Korea dan Vietnam. Pada dunia bagian barat terdapat

data untuk Bahamian, Jamaica dan Trinidadian.18

21

Page 22: Disputed Paternity

FBI menyediakan software sebagai fasilitas pada penggunaan CODIS,

termasuk pelatihan penggunaan sistem serta menyediakan dukungan bagi

laboraturium untuk melakukan analisis DNA. CODIS menggunakan dua indeks

atau putunjuk untuk melakukan pemeriksaan pada kasus kriminal dengan

analisis dna. Convicted Offender Index mengandung profil narapidana yang

melakukan tindakan criminal. The Forensic Index mengandung profil DNA dari

fakta yang didapatkan pada kasus criminal misalnya darah atau semen. Kedua

indeks ini didapatkan dengan komputer.18

3. Analisis Hasil Tes DNA

Hasil analisis laboratorium atau profil DNA akan terlihat berupa pita-pita DNA

yang terdapat pada gel poliakrilamid. Pita DNA anak kemudian dibandingkan

dengan pita DNA ayah dan ibunya. Pada kasus paternitas metode analisis yang

dipergunakan adalah analisis AmpFLPs yang menggunakan satu lokus. Dapat

dilihat bahwa masing-masing orang memiliki dua pita sebagai representasi dua

alel yang menggambarkan DNA pada satu pasang kromosom. Salah satu pita

pada kolom DNA anak sama tinggi dengan salah satu pita ibu yang

menunjukkan alel tersebut berasal dari ibu, artinya pita anak yang kedua berasal

dari pihak ayah terlihat bahwa salah satu pita ayah sama tinggi dengan pita

kedua ayah. Kemudian dilakukan perhitungan statistik sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa pria tersebut kemungkinan besar adalah ayah dengan

kemungkinan sekian persen dibandingkan dengan orang lain dalam ras yang

sama.

Gambar 1. Perbandingan pola DNA dari dua sampel

22

Page 23: Disputed Paternity

Gambar 2. Perbandingan profil DNA dari dua individu yang didapatkan

dengan multiple STRs (Short Tandem Repeats). Setiap marker DNA

ditunjukkan oleh hurup A – J.

KESIMPULAN

Disputed paternity adalah usaha untuk mengeksklusi seseorang dituduh sebagai orang tua

biologis dari seorang anak. Metode penentuan status keayahan dalam menyelesaikan

kasus disputed paternity dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: menentukan

tingkat fertilitas laki-laki yang dituduh sebagai ayah, mencocokkam waktu konsepsi dan

melakukan tes paternitas.

Tes paternitas adalah tes atau pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

apakah seorang pria adalah ayah biologis dari seorang anak. Tes paternitas yang sering

digunakan untuk untuk menyelesaikan kasus disputed paternity yaitu metode

konvensional dengan analisis fenotipe berupa tes golongan darah sistem ABO, Rhesus,

MNS dan tes Human Leukocyte Antigen (HLA) serta tes paternitas yang menggunakan

metode forensik molekular yaitu tes DNA. Analisis fenotip hanya dapat memberikan

jawaban pasti jika si X bukan ayah si anak, sedangkan tes DNA didasarkan pada analisis

informasi genetik yang sangat spesifik dalam membedakan ciri setiap individu sehingga

dapat menentukan identitas seseorang hampir 99,9 % pasti sebagai ayah biologis si anak.

23

Page 24: Disputed Paternity

Terdapat berbagai teknik analisi DNA yaitu Restriction Fragment Leght Polymorphism

(RFLP), Polymerase Chain Reaction (PCR), STRs (Short Tandem Repeats), Y- STRs (Y-

Short Tandem Repeats), mtDNA (Mitochondrial DNA), CODIS (Combined DNA Index

System)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Pusdokkes Polri The Indonesian police centre for medical and Health

Service. Available at: http://www. pusdokkes. polri.go .id/ naskah /dokpol/ ladok

poli html. : 21 Mei 2008.

2. Prosedur Tetap Forensik Klinik RSUP. Sanglah Denpasar. Instalasi Forensik Klinik

RSUP Sanglah Denpasar. Denpasar, 2006.

3. Cordner, Stephen D., Plueckhahn Vernon D. Ethics, Legal Medicine and Forensic

Pathology. Melbourne University Press. Australia, 1991

4. H, Hermawanto. DB., Hadiwidjaja. Analisis Sperma dapa Infertilitas Pria.

Available at: http//www.tempo.co,id/medika/arsip/102002/pus-3.htm: 24 Mei 2008.

5. Subratha, M. Analisis Sperma Rutin. Upada Sastra Denpasar. Denpasar, 1999.

6. Wiknjosaatro H. Ilmu Kandungan Edisi 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.Jakarta, 1999.

7. Roberts, JA Fraser., Pembrey, Marcus E. Pengantar Genetika Kedokteran. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1995.

8. Anonim. ABO Blood Types. Available at http://anthro. Palomar .edu/blood /ABO

system.htm: 21 Mei 2008

9. Anonim. Golongan Darah. Available at: //en.wikipedia.org/wiki/Golongan Darah:

21 Mei 2008.

10. Anonim. Rh Types. Available at: http://antro. Palomar.edu/blood/Rh system.htm:

21 Mei 2008.

11. Knighat, Bernard. Simpson’s Forensic Medicine. Arnold a member of Hodder

Headline Group. New York,1997.

13. Anonim. Human Leukocyte Antigen Test. Available at: http:// www. answer. Com

/topic/ himan-leukocyte-antigen test: 24 Mei 2008.

24

Page 25: Disputed Paternity

14. Modul Bahan Ajar, Proyek Pengembangan Kewirausahaan Melalui Integratif Bahan

Ajar Kriminalistik. Buku II. Jakarta: Universitas Indonesia, 2000.

15. Norah Rudin & Keith Inman. Introduction to Forensic DNA Analysis. 2nd ed.

London New York Washington DC: CRC Press LLC, 2002

16. Curran Thomas. Forensic DNA Analisys : Technology and Aplication. Available at:

http ://www. denverda. org/DNA/Forensic_ DNA_ Articles.htm: 29 Mei

2008.

17. Benecke Mark. DNA Typing in Forensic Medicine and in Criminal Investigation: A

Current Survey. Available: http:/ /www. denverda.org /DNA/Forensic _DNA_

Articles. htm: 29 Mei 2008.

18. Samuels Julie E., Asplen Christopher The Future of Forensic DNA Testing, Prediction

of the Research and Development Working Group. Available: http:/ /www.

denverda.org /DNA/Forensic _DNA_ Articles. htm: 29 Mei 2008.

19. Gill Peter., Jobling Mark A. Encoded Evidence : DNA in Forensic Analysis.

Available: http:/ /www. denverda.org /DNA/Forensic _DNA_ Articles. htm: 29

Mei 2008.

Predictions of the

Research andDevelopmentWorking Group

25