doa berbuka puasa yang sahih.pdf

5
Doa Berbuka Puasa yang Shahih Sebuah amalan yang masyhur/terkenal secara umum, tak selamanya jadi jaminan sebuah kebenaran. Begitulah yang terjadi pada “doa berbuka puasa”. Doa yang selama ini terkenal di masyarakat, belum tentu shahih derajatnya. Artinya belum tentu jelas tuntunan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merupakan Prinsip Ahlussunnah Wal Jamaah yang mengacu kepada apa yang dilakukan para sahabat, tabiin dan atbaa' tabiin adalah tidak menambah dan mengurangi apa yang datang dari Rasulullah.

Upload: rachmad-hidayat

Post on 26-Jul-2015

306 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Uploaded from Google Docs

TRANSCRIPT

Page 1: doa berbuka puasa yang sahih.pdf

Doa Berbuka Puasa yang Shahih

Sebuah amalan yang masyhur/terkenal secara umum, tak selamanya jadi jaminan sebuah kebenaran. Begitulah yang terjadi pada “doa berbuka puasa”. Doa yang selama ini terkenal di masyarakat, belum tentu shahih derajatnya. Artinya belum tentu jelas tuntunan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merupakan Prinsip Ahlussunnah Wal Jamaah yang mengacu kepada apa yang dilakukan para sahabat, tabiin dan atbaa' tabiin adalah tidak menambah dan mengurangi apa yang datang dari Rasulullah.

Page 2: doa berbuka puasa yang sahih.pdf

يف�ي يدف داهدا هتجيت يهتل دانف ا يم م رف هتي داخ يةف سةن يف�يف ال داصدا دف هتقيت يهتل يةف داا داع هتد هتليب ا

“Sederhana dalam melakukan sunnah lebih baik daripada bersungguh-ungguh dalam melaksanakan bid’ah”. (Riwayat Ad-Darimi)”

Maka dari itu saudaraku, ingatlah terkabulnya doa dan ditetapkannya pahala di sisi Allah ‘Azza wa Jalla dari setiap Amalan doa yang kita panjatkan tentunya adalah harapan kita semua. Berikut ini, mari kita mengkaji secara ilmiah dan ringkas, Doa berbuka puasa yang terkenal di tengah masyarakat, kemudian membandingkannya dengan yang shahih (yang jelas dari Rasulullah). Setelah mengetahui i'lmunya nanti, mudah-mudahan kita semua akan mengamalkannya, dan supaya hidup berkah segala amal ibadah kita mari kita belajar berusaha mengikuti tuntunan yang shahih walaupun semampunya. Semoga Allah Ta'ala memberi hidayah dan inayah (kekuatan) untuk mengamalkannya. Amin. Lakhaula Walakuwwata Illa billah (tiada daya dan kekuatan untuk beramal kecuali atas izin dan pertolongan Allah Azza Wajalla).

Contoh Doa Berbuka Puasa yang Dhaif (hadistnya lemah) yang Terkenal dan Terlanjur Diamalkan di Tengah Masyarakat Awam pada Umumnya

Lafazh pertama:

�تر�ت رط �تف ركأ رأ كق �تز كر رعرل ىأ رو و تأ �تم و ص ركأ ل مأ رل و ه رالل ل

“Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka.”

Doa ini merupakan bagian dari sebuah hadits dengan redaksi lengkap sebagai berikut:

رل رقلا ررأ رط �تف رذاأ رأ رنأ كإ ركلا رمأ رسل ل روأ كهأ �تي رعرل و هللأ رصل ل ىأ ا ل يأ ل نأ الل نكب و هأ رأ رغ رل و هأ رب رة ،أ رأل ن رر �ته و ز كنأ �تب كذأ رعلا و م �تنأ ركرع ل مأ رل و ه :أ رالل ل أ و �ت �تر رط �تف ركأ رأ كق �تز كر رعرل ىأ روأ و ت ،أ �تم و ص

“Dari Mu’adz bin Zuhrah, sesungguhnya telah sampai riwayat kepadanya bahwa sesungguhnya jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau membaca (doa), ‘Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu-ed’ (ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka).”[1]

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud, dan dinilai dhaif oleh Syekh al-Albani (ulama besar pentahrij/peneliti jeli hadist) dalam kitab Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud.

Penulis kitab Tahdzirul Khalan min Riwayatil Hadits hawla Ramadhan menuturkan, “(Hadits ini) diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunannya (2/316, no. 358). Abu Daud berkata, ‘Musaddad telah menyebutkan kepada kami, Hasyim telah menyebutkan kepada kami dari Hushain, dari Mu’adz bin Zuhrah, bahwasanya dia menyampaikan, ‘Sesungguhnya jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau mengucapkan, ‘Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthartu.’”[2]

Mua’dz ini tidaklah dianggap sebagai perawi yang tsiqah, kecuali oleh Ibnu Hibban yang telah menyebutkan tentangnya di dalam Ats-Tsiqat dan dalam At-Tabi’in min Ar-Rawah, sebagaimana al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Tahdzib at-Tahdzib (8/224).

Perlu diketahui bahwa Ibnu Hibban dikenal oleh para ulama ahli hadist sebagai orang yang mutasahil, yaitu bermudah-mudahan dalam menshohihkan hadits.

Page 3: doa berbuka puasa yang sahih.pdf

Keterangan lainnya menyebutkan bahwa Mu’adz adalah seorang Tabi’in (orang yang hidup dan mengikuti para sahabat). Sehingga hadits ini mursal (di atas tabi’in terputus). Hadits mursal merupakan hadits dho’if karena sebab sanad yang terputus. Syaikh Al Albani pun berpendapat bahwasanya hadits ini dho’if. [3] Hadits semacam ini juga dikeluarkan oleh Ath Thobroni dari Anas bin Malik. Namun sanadnya terdapat perowi dho’if yaitu Daud bin Az Zibriqon, di adalah seorang perowi (periwayat hadist) matruk (yang dituduh berdusta). Berarti dari riwayat ini juga dho’if. Syaikh Al Albani pun mengatakan riwayat ini dho’if.[4] Di antara ulama yang mendho’ifkan hadits semacam ini adalah Ibnu Qoyyim Al Jauziyah.[5]

Lafazh kedua: تر�ت� رط �تف ركأ رأ كق �تز كر رعرل ىأ رو و تأ �تن رم ركأ آ روكب و تأ �تم و ص ركأ ل مأ رل الهله

“Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu” (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka).”

Seorang ulama besar bernama Mulla ‘Ali Al Qori mengatakan, “Tambahan ‘wa bika aamantu‘ adalah tambahan yang tidak diketahui sanadnya, walaupun makna do’a tersebut shahih.”[6]Artinya do’a dengan lafazh kedua ini pun adalah do’a yang dho’if sehingga amalan tidak bisa dibangun dengan do’a tersebut.

Saudaraku, mari membaca Doa berbuka puasa dengan Doa-doa berikut ini:

Doa yang pertama diantaranya adalah: Terdapat sebuah hadits shahih yang telah diteliti oleh ulama-ulama tentang keshahihan hadist tentang lafadz Doa berbuka puasa, yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

و هلل رءا رشلا �تنأ و رأ كإ �تج رأل �تا رتأ رب و ق ،أ ورث و رو و ع �تل كتأ ا رتل ل �تب رمو أ ،أ وا ل ظ ربأ ال ره رذ

“Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.”[Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki] (Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, no. 2357] dan selainnya; lihat kitab Shahih al-Jami’: 4/209, no. 4678). [7]

Periwayat hadits adalah Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Pada awal hadits terdapat redaksi, “Abdullah bin Umar berkata, ‘Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau mengucapkan ….‘”

Yang dimaksud dengan ف إذاأ أفطرadalah setelah makan atau minum yang menandakan bahwa orang yang berpuasa tersebut telah “membatalkan” puasanya (berbuka puasa, pen) pada waktunya (waktu berbuka, pen). Oleh karena itu doa ini tidak dibaca sebelum makan atau minum saat berbuka. Sebelum makan tetap membaca basmalah, ucapan “bismillah” sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

له كرا اسما ال ذ ي أنا نسىا إنا لىا ف تعلا لها كرا اسما ال ذ ي ل كما ف د أح كلا أ ذاا إ ا

ه لها وخآخر أو لها ما ال بس يقلا ل لها ف أو لىا فىا تعلا

“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)”. (HR. Abu Daud no. 3767

Page 4: doa berbuka puasa yang sahih.pdf

dan At Tirmidzi no. 1858. At Tirmidzi mengatakan hadits tersebut hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih)

Adapun ucapan روثبتأ األج ,”maksudnya “telah hilanglah kelelahan dan telah diperolehlah pahalaف ini merupakan bentuk motivasi untuk beribadah. Maka, kelelahan menjadi hilang dan pergi, dan pahala berjumlah banyak telah ditetapkan bagi orang yang telah berpuasa tersebut. Dan Doa ini dibaca setelah membatalkan puasa dengan makan kurma/minum. Jika kita melihat arti hadist ini misal “Telah hilanglah dahaga ...”, kalau dibaca sebelum berbuka, maka tidak logis/tidak masuk akal. Lha wong belum makan/minum kok sudah mengatakan “Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan”. Jadi, cara mengamalkan Doa dari hadist ini dibaca setelah berbuka/membatalkan puasa.

Adapun doa yang lain yang dapat dibaca merupakan atsar dari perkataan sahabat nabi yang bernama Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma adalah,

لكا أسلأ نأ يا لهما إ كلا شأ ي ،ء ،ا أنا بال تأ يا وسعتا ل تكا ا لأ يتغفررحم ا

“Allahumma inni as-aluka bi rohmatikal latii wasi’at kulla syain an taghfirolii-ed”[Ya Allah, aku memohon rahmatmu yang meliputi segala sesuatu, yang dengannya engkau mengampuni aku](HR. Ibnu Majah: 1/557, no. 1753; dinilai hasan oleh al-Hafizh dalam takhrij beliau untuk kitab al-Adzkar; lihat Syarah al-Adzkar: 4/342) [8]

Demikian uraian singkat yang kami sampaikan karena sebagai sesama muslim kita diwajibkan untuk saling mengingatkan dalam hal kebaikan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-'Asr.

Dalam hal ini kami berniat mengamalkan ayat Wa tawaashau bil haqqi, “saling menasehati kepada kebenaran dengan cara yang benar”. Semoga bermanfaat. Ada kurang dan lebihnya kami mohon maaf dan mari kita selalu berusaha belajar mendalami Al Quran dan Sunnah serta mengikuti manhaj (metodenya) salaffussolih (para ulama terdahulu yang telah mengilmui, memahami, dan mengamalkan dengan ikhlas, benar, dan dapat ridho Allah Taala).

Selamat Mengamalkan ...

Page 5: doa berbuka puasa yang sahih.pdf

Catatan Kaki:

[1] Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud, Kitab ash-Shaum, Bab al-Qaul ‘inda al-Ifthar, hadits no. 2358.[2] Tahdzirul Khalan min Riwayatil Hadits hawla Ramadhan, hlm. 74-75.[3] Lihat Irwaul Gholil, 4/38-ed.[4] Lihat Irwaul Gholil, 4/37-38-ed.[5] Lihat Zaadul Ma’ad, 2/45-ed.[6] Mirqotul Mafatih, 6/304-ed.[7] Syarah Hisnul Muslim, bab Dua’ ‘inda Ifthari ash-Shaim, hadits no. 176.[8] Syarah Hisnul Muslim, bab Dua’ ‘inda Ifthari ash-Shaim, hadits no. 177.

Referensi:Irwaul Gholil fii Takhrij Ahadits Manaris Sabil, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Al Maktab Al Islami, cetakan kedua, 1405 HMirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih, Mala ‘Ali Al Qori, Asy Syamilah.Syarah Hisnul Muslim, Majdi bin ‘Abdul Wahhab al-Ahmad, Disempurnakan dan Dita’liq oleh Penulis Hisnul Muslim (Syekh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani).Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud, Syekh Muhammad Nashirudin al-Albani, Maktabah al-Ma’arif, diunduh dari www.waqfeya.com (URL: http://s203841464.onlinehome.us/waqfeya/books/22/32/sdsunnd.rar)Tahdzirul Khalan min Riwayatil Hadits hawla Ramadhan, Syekh Abdullah Muhammad al-Hamidi, Dar Ibnu Hazm, diunduh dari www.waqfeya.com (URL: http://ia311036.us.archive.org/0/items/waq57114/57114.pdf)Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khoiril ‘Ibad, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, Tahqiq: Syaikh ‘Abdul Qodir ‘Arfan, Darul Fikr, cetakan pertama, 1424 H (jilid kedua).

http://muslimah.or.id/ramadhan/doa-berbuka-puasa-yang-shahih.html, dengan beberapa tambahan.