Download - 1211
CHAPTER IV
BERITA
ALAM ilmu jurnalistik, produk pers terbagi atas 3 (tiga) bagian besar,
yakni : 1) berita; 2) opini; dan 3) iklan. Berita merupakan salahsatu
bagian terpenting yang disajikan oleh media massa. Bahkan, produk pers satu ini
mendominasi setiap penerbitan media massa. Untuk memeroleh berita, pihak
manajemen pers atau lembaga suatu media menugaskan seseorang yang lazim
disebut wartawan, pewarta, reporter atau jurnalis.
D
Sebelum menulis berita, seorang wartawan harus melakukan kegiatan
peliputan terlebih dahulu, mulai dari pengamatan terhadap suatu peristiwa atau
kejadian di masyarakat, sampai kepada proses wawancara dengan narasumber
yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.
Dalam melakukan kegiatan peliputan berita, seorang wartawan harus
menjunjung tinggi asas faktualitas terhadap beritanya, agar berita yang
dipublikasikan kepada khalayak merupakan sebuah fakta akan peristiwa yang
benar-benar terjadi, bukan hasil rekaan apalagi rekayasa belaka.
Berita itu sendiri secara maknawi merupakan suatu laporan tentang fakta
atau pendapat orang yang menarik dan atau penting bagi khalayak yang terikat
oleh waktu. Artinya, bahwa suatu berita harus disajikan selekas-lekasnya.
Penulisan berita yang dilakukan oleh wartawan selain harus berpedoman
pada kaidah-kaidah jurnalistik, juga harus menjunjung tinggi nilai obyektivitas
dan integritas atas berita tersebut. Pasalnya, jika dua aspek tersebut tidak
menjadi parameter seorang wartawan dalam menulis beritanya, maka yang
terjadi adalah pemutarbalikkan fakta yang berujung pada pembohongan publik.
Karenanya, seorang wartawan harus bertanggungjawab atas berita yang
disiarkannya tersebut, baik secara sosial kepada masyarakat maupun secara
moral terhadap Tuhan YME.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
1
4.1Pengertian Berita
Secara etimologi, berita yang dalam bahasa Inggrisnya ”News” berasal
dari bahasa latin ”Novus” atau ”Nova” yang artinya ”baru” (Muis, 1996). Berita
atau News adalah segala hal atau peristiwa nyata yang telah terjadi, sedang
terjadi, maupun akan terjadi, serta mengenai sesuatu hal yang menjadi
pemikiran (opini) orang atau seseorang.
Sedangkan dalam bahasa Sansakerta, berita diartikan "Vrit" yang berarti
“ada” yang mengandung makna ”kejadian”. Kemudian dikembangkan dalam
bahasa Inggrisnya menjadi "Write" yang berarti menulis. Ada juga yang
menyebutnya "Vritta" yang berarti "kejadian" atau "yang terjadi". Sementara
lidah orang Indonesia menyebutnya ”berita”. Berita, dalam kamus bahasa
Indonesia diartikan sebagai laporan kejadian atau peristiwa yang hangat.
Sementara oleh para praktisinya (wartawan) berita dianalogikan sebagai
singkatan dari North (Utara) – East (Timur) – West (Barat) – South (selatan).
Filosofinya, berita adalah kumpulan kejadian atau peristiwa yang berasal dari
empat penjuru mata angin, yang bermakna dari berbagai penjuru dunia.
Selain itu, berita juga diartikan sebagai kata kata jamak dari “New” atau
baru. Jadi, berita merupakan penyiaran atau pekabarkan mengenai hal-hal atau
peristiwa yang baru atau aktual.
Berita merupakan hasil dari proses rekonstruksi tertulis dari realitas sosial
yang diambil dari kehidupan masyarakat luas. Karenanya, penulisan berita lebih
merupakan pekerjaan merekonstruksi realitas sosial ketimbang gambaran dari
realitas itu sendiri. Kendati begitu, kegiatan merekonstruksi yang dilakukan oleh
wartawan terhadap realitas sosial tersebut tidak akan dapat dilakukan secara
komprehensif.
Arti kata, seorang pewarta tidak akan sanggup merekonstruksi suatu
realitas sosial sesuai dengan apa yang terjadi. Asumsinya, jika realitas sosial
memiliki empat sudut, maka yang dapat direkonstruksi (diungkapkan) hanya dua
sudut saja.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
2
Setiap berita merupakan peristiwa, namun tidak semua peristiwa bernilai
berita atau dapat menjadi berita. Suatu peristiwa dikatakan berita jika sudah
disiarkan oleh media massa. Karenanya, selektivitas terhadap suatu peristiwa
menjadi hak prerogatif wartawan itu sendiri. Ia dapat menentukan apakah suatu
peristiwa layak menjadi berita atau tidak berdasarkan nilai kelayakan suatu
berita.
Lebih jelasnya mengenai berita, berikut sejumlah pengertian berita yang
dikemukakan oleh para pakar, praktisi dan teoritisi Ilmu Komunikasi dan
Jurnalistik, antara lain :
Berita adalah,
“Laporan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi, yang ingin diketahui oleh umum. dengan sifat-sifat aktual, terjadi di lingkungan pembaca, mengenai tokoh terkemuka, akibat peristiwa tersebut berpengaruh terhadap pembaca,”
Nancy Nasution,
”Laporan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru (aktual); laporan mengenai fakta-fakta yang aktual, menarik perhatian, dinilai penting, atau luar biasa,”
Kris Budiman,
“Laporan tentang fakta atau ide yang termasa ( baru ), yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi – segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan,”
Dja’far H Assegaf,
“Laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memilki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan melalui media massa periodik,”
J.B. Wahyudi,
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
3
“Suatu laporan kejadian yang ditimbulkan sebagai bahan yang menarik perhatian publik media massa,”
Amak Syarifuddin,
“Adalah segala sesuatu yang terkait waktu dan menarik perhatian banyak orang dan berita terbaik adalah hal-hal yang paling menarik yang menarik sebanyak mungkin orang (untuk membacanya),”
Willard Grosvenor Bleyer,
“Suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca,”
Dean M. Lyle Spencer,
”Suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut,”
William S Maulsby,
”Laporan pertama dari kejadian yang penting yang dapat menarik perhatian umum,”
Eric C. Hepwood,
“News is the timely repaort of facts or opinion of either interest or importance, or both, to a considerable number of people --Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk--,”
Mitchel V. Charn,
”Suatu informasi yang lebih menekankan dari segi ”keanehan” atau ”ketidaklaziman” sehingga mampu mencuri perhatyian serta memancing keingintahuan (curiosity) pembaca,”
Nothclife,
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
4
“Adalah informasi yang “merangsang”, dengan informasi itu orang biasa dapat merasa puas dan bergairah,”
Chilton R. Bush,
”Laporan tentang fakta atau pendapat orang yang terikat oleh waktu, yang menarik dan/atau penting bagi sejumlah orang tertentu,”
Charnley,
Merujuk pengertian berita yang diungkapkan sejumlah tokoh dan pakar
komunikasi maupun jurnalistik di atas, maka berita dapat diartikan sebagai suatu
peristiwa atau informasi yang faktual, nyata serta aktual yang disajikan oleh
reporter atau wartawan dalam media massa, baik media cetak, seperti surat
kabar, tabloid, majalah, dan buletin, maupun media elektronik, seperti siaran
radio, siaran televisi, dan media online atau internet.
4.2Konsep Berita
Dikalangan jurnalis ada istilah yang berkaitan dengan berita yang
mengandung makna “nyeleneh”, namun sampai saat ini masih menjadi literatur
jurnalistik. Pameo yang dikemukakan Lord Northchliffe, seorang teoritisi
jurnalistik dari Inggris tersebut berbunyi, “If a dog bites a man that’s not news.
But, if a man bites a dog that’s news --Kalau anjing menggigit manusia itu
bukanlah berita. Tapi kalau manusia yang menggigit anjing itu baru namanya
berita--”
Definisi tersebut selain mengundang kontroversi dan kontra dari para
pakar, baik akademisi maupun para praktisi jurnalistik, belakangan definisi
tersebut juga dianggap kurang “mengena” terhadap pengertian berita yang
sesungguhnya, mengingat suatu berita tidak hanya merupakan kejadian yang
nyata terjadi, namun juga merupakan kejadian yang akan terjadi serta apa yang
menjadi pemikiran orang.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
5
Berita merupakan sebuah hasil pelaporan, namun berbeda dengan
laporan lain pada umumnya, seperti laporan hasil penelitian, atau laporan kepala
negara, karena berita memiliki ciri hakiki, yakni sangat cepat (timely) serta
mengandung public interest atau berkaitan dengan kepentingan umum.
Sekaitan dengan hal tersebut, Frank Luther Mott (1989) dalam bukunya
”New Survey of Journalism” membagi berita dalam delapan (8) konsep, yakni :
1. Berita Sebagai Laporan Tercepat (News As Timely Report)
Konsep dasar berita menitikberatkan pada aspek kecepatan (timely).
Sekarang ini dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, kecepatan
adalah sesuatu yang sangat penting. Namun, sesuatu yang tidak bisa ditulis
dengan cepat atau tidak terlalu baru dapat disiasati dengan memberikan laporan
yang lebih mendalam (in depth report) sehingga terkesan lebih baru.
2. Berita Sebagai Rekaman (News As Record)
Berita yang tercetak dalam media massa cetak merupakan rekaman
sebagai bahan dokumentasi. Sering kali media massa mencatat hal-hal yang
bersejarah, berharga, dan bernilai tinggi bagi kemanusiaan serta kebudayaan.
Semua itu dengan adanya media massa cetak bisa didokumentasikan. Misalnya
New York Times yang memeroleh Pulitzer Prizes sebagai penghargaan atas
pemuatan berita-berita yang bersifat dokumenter.
3. Berita Sebagai Fakta Objektif (News As Objective/Acts)
Disebut sebagai fakta objektif karena berita merupakan suatu fakta dan
objektif. Karenanya sebuah laporan berita harus jujur dalam mengungkapkan
fakta apa adanya dan haruslah objektif yakni berafiliasi pada salah satu pihak.
Sebagai media yang ditujukan untuk publik maka media massa haruslah
memenuhi ketentuan umum termasuk memenuhi standar kode etik jumalistik di
dalamnya.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
6
4. Berita Sebagai Sensasi (News As Sensation)
Terkadang berita memiliki sisi subjektivitas sebagai upaya mengejutkan
(shocks) dan menggetarkan atau mengharukan (thrills) bagi pembaca.
Subjectivitas tersebut biasanya terdapat dalam pemberitaan yang serius
mengenai kejadian-kejadian tertentu, misalnya tentang skandal seks pejabat,
atau gosip yang dapat memberikan sensasi.
5. Berita Sebagai Interpretasi (News As Interpretation)
Dalam suatu kehidupan yang kompleks seperti menyangkut bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya dan ilmu pengetahuan, suatu fakta perlu
dijelaskan agar pembaca mengerti. Publik perlu diberi penjelasan tentang latar
belakang, sebab-akibat, situasi serta hubungannya dengan hal-hal lain, mengapa
sesuatu itu terjadi berdasarkan interpretasi atau pemahaman wartawan.
Kepiawaian seorang wartawan dalam menyajikan berita adalah hal yang
penting sehingga tidak menimbulkan salah tafsir dan salah pengertian (prejudice)
bagi pembacanya. Karenanya, untuk menggali dan meyakinkan pembacanya
diperlukan kepandaian dan kejujuran wartawan yang bersangkutan.
6. Berita Sebagai Minat Insani (News As Human Interest)
Dalam hal ini, menariknya berita bukan karena pentingnya peristiwa yang
dilaporkan, tetapi karena sifatnya yang menyentuh perasaan insani (manusia),
menimbulkan perasaan terharu, prihatin, senang dan lain sebagainya. Misalnya
penemuan seorang anak yang telah hilang terpisah dari orang tuanya, atau
kehidupan binatang langka yang terancam punah dan lain sebagainya.
7. Berita Sebagai Ramalan (News As Prediction)
Wartawan berita cenderung menaruh perhatian kepada masa depan dari
masa kini dan masa lalu. Karena minat pembaca terutama terletak pada masa
depan. Pada umumnya yang diharapkan dari berita, selain merupakan informasi
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
7
mengenai kejadian terkini, juga ramalan (to prediction) yang masuk akal
(intelligent forecast) mengenai masa depan.
Misalnya kompensasi kenaikan BBM untuk pendidikan atau bagaimana
nasib pendidikan di masa yang akan datang? Hal demikian disajikan ke dalam
suatu berita yang menarik, misalnya dengan mengaitkan pembicaraan menteri
pendidikan ketika menyampaikan tentang program pendidikan masa depan.
8. Berita Sebagai Gambar (News As Picture)
Selain berita disampaikan dalam bentuk kata-kata, berita juga dapat
disampaikan dalam bentuk gambar. Jika diamati, banyak media massa, terutama
surat kabar atau majalah yang halamannya penuh dengan gambar-gambar.
Ilustrasi gambar dalam media massa selain bisa menghibur, juga biasanya lebih
lugas, jujur dan apa adanya. Biasanya gambar bisa lebih menjelaskan fakta
objektif daripada kata-kata, karena kata-kata memang mempunyai keterbatasan
dalam menjangkau peristiwa.
Sebagai contoh, berita tentang penggundulan hutan, kebakaran atau
demonstrasi massa. Biasanya akan lebih jelas dan mudah dimengerti jika disertai
gambar. Wartawan yang khusus mengirimkan gambar-gambar berkaitan dengan
objek atau peristiwa lebih dikenal dengan sebutan wartawan foto.
4.3Jenis-Jenis Berita
Dalam menulis berita, seorang pewarta atau jurnalis dapat menentukan
sendiri jenis berita yang dikehendakinya. Masing-masing dari jenis berita
tersebut memiliki karakteristik tersendiri dan penentuan jenis berita biasanya
tergantung dari konteks peristiwa yang akan disirakan atau disajikan tersebut.
Secara holistik, berita yang tertuang pada media massa, baik cetak
maupun elektronik pada umumnya terbagi atas 1) Straight News; 2) Depth
Reporting News; 3) Investigative News; 4) Interpertative News; 5) Opinion News;
dan 6) Feature.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
8
1. Straight News
Adalah berita langsung, dalam arti apa adanya. Straight News atau sering
juga disebut Spot News merupakan jenis berita yang paling banyak digunakan
oleh para wartawan dalam menulis berita di media massa, terutama surat kabar
harian (daily newspaper). Ciri penulisan berita ini adalah ditulis apa adanya
berdasarkan fakta atas kejadian yang diberitakan tersebut, tidak berbelit belit
dan mengutamakan nilai aktualitas.
Karenanya, kejadian atau peristiwa yang sudah lama terjadi dan lampau
akan diindahkan oleh berita jenis ini. Contoh berita jenis Straight News di
antaranya, peristiwa kecelakaan lalu lintas, demonstrasi massa, peristiwa
kebakaran atau berita kejadian lainnya.
Sifat utama dari Straight News adalah beritanya lugas, singkat dan
langsung ke pokok persoalan dengan dukungan fakta-fakta yang akurat, namun
tanpa mengabaikan kelengkapan data dan obyektivitas. Berita jenis ini harus
memenuhi unsur 5W+1H secara ketat dan harus cepat-cepat disiarkan atau
dipublikasikan, karena terlambat sedikit maka berita akan dianggap basi.
Adapun berita yang sejenis dengan bentuk straight news di antaranya matter of
fact new, action news, dan quote news.
Matter of fact news, adalah berita yang hanya mengemukakan fakta
utama yang terlibat dalam suatu peristiwa itu saja. Berita langsung
jenis ini ditulis cenderung pendek, terdiri atas dua atau tiga alinea.
Action news, adalah berita yang mengemukakan serta mengisahkan
perbuatan atau tindakan yang terlibat dalam peristiwa itu.
Quote news, adalah berita yang disertai dengan mengemukakan
kutipan dari apa yang diucapkan oleh para pelaku yang terlibat
dalam peristiwa tersebut. Misalnya berita tentang kegiatan pejabat
seperti presiden dan jajarannya, berita bencana alam, berita
seminar, berita bedah buku, berita rapat dewan komisi, berita
kriminalitas, dan lain sebagainya.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
9
2. Depth Reporting News
Adalah suatu berita mendalam yang dikembangkan melalui pendalaman
hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan. Dalam penulisannya, seorang
wartawan perlu menghimpun informasi, data dan fakta-fakta mengenai peristiwa
sebagai informasi tambahan untuk melengkapi berita yang ditulisnya.
Misalnya penulisan berita mendalam tentang pemilihan calon presiden,
reporter perlu memasukkan pidato calon presiden yang telah disampaikannya
beberapa waktu lalu. Begitu juga halnya penulisan berita dengan objek lain,
reporter perlu mengumpulkan data-data, fakta-fakta di lapangan, sehingga
diperoleh informasi yang memadai serta relevan dengan berita yang ditulisnya.
Dengan demikian hasil tulisannya tidak terkesan sebagai opini penulisnya,
melainkan berdasarkan fakta apa adanya di lapangan.
3. Investigation News
Merupakan berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau
penyelidikan wartawan dari berbagai sumber. Ciri khas dari berita jenis ini
terletak paa pencarian fakta tersembunyi dengan cara menelusuri jejak dari
peristiwa dan akar pendapat yang sudah diketahui atau fakta dipermukaan.
Dengan demikian, sifat penulisannya lebih banyak membandingkan antara fakta
di permukaan dengan fakta tersembunyi yang berhasil di dapat.
Adapun tujuan dari penyelidikan tersebut adalah untuk memeroleh
sejumlah fakta dan keterangan tentang ‘sesuatu’ yang sengaja disembunyikan
oleh pihak tertentu. Melalui penyelidikan dapat diperoleh fakta dan data yang
tersembunyi agar tujuan penyelesaian dapat tercapai.
Berita jenis ini biasanya memusatkan pada permasalahan yang
kontroversi, dan berita ini diturunkan untuk membantu menyelesaikan
permasalahan yang terjadi terkait dengan kepentingan banyak pihak, misalnya
masalah penyalahgunaan jabatan, penyelewengan dana bantuan, korupsi, polusi
dan lain sebagainya.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
10
Untuk menurunkan berita ini, wartawan atau penulis melakukan
penyelidikan atau investigasi dalam mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya
terjadi sehingga beritanya dapat membantu menjelaskan kepada masyarakat dan
dapat membantu menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi.
4. Interpretative News
Adalah berita yang dikembangkan dengan opini atau pendapat wartawan
atau penulisnya. Prinsip berita jenis ini lebih mengutamakan kedalaman bahasa
fakta dan atau pendapat, termasuk di dalamnya latar belakang serta fakta atau
pendapat dari pihak lain yang relevan.
Berita interpretatif biasanya memfokuskan pada sebuah isu, masalah,
atau peristiwa-peristiwa yang bersifat kontroversial. Namun demikian, fokus
laporan beritanya masih tetap menyampaikan tentang fakta yang ada dan bukan
opini. Dalam jenis berita ini, wartawan atau penulis dituntut untuk dapat
melakukan analisis dan menjelaskan persoalan yang terjadi dengan jelas.
Berita jenis ini sangat tergantung pada pertimbangan nilai (value) dan
fakta yang ada. Wartawan yang menulis berita ini pada umumnya mencoba
menerangkan berbagai peristiwa publik melalui penggalian informasi yang
diperoleh langsung dari para narasumber.
Laporan interpretatif biasanya dipusatkan untuk menjawab pertanyaan
“mengapa", misalnya mengapa kenaikan BBM diprotes rakyat? mengapa calon
presiden harus yang tegas? dan lain sebagainya. Untuk dapat menurunkan
berita jenis ini, wartawan biasanya mencari alasan-alasan dengan menggali
informasi dari para narasumber yang terpercaya.
5. Opinion News
Adalah suatu berita mengenai pendapat dari para n, ahli, pejabat dan
atau akademisi terhadap suatu peristiwa atau hal yang menjadi perhatian
khalayak. Wartawan dapat menulis berita ini setelah terjadi suatu peristiwa.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
11
Dengan demikian, berita jenis ini dapat dikatakan sebagai berita penguat
atas berita yang sebelumnya sudah ada. Misalnya, berita tentang banyaknya
pesawat terbang yang jatuh kemudian ditindaklanjuti dengan berita opini dari
ahli Alutsista mengenai faktor-faktor penyebab jatuhnya pesawat tersebut.
6. Feature News
Dilihat dari karakternya, feature termasuk ke dalam jenis soft news, yakni
jenis berita yang memiliki ciri pelaporan khas. Kendati ”khas”, namun tulisan
feature tetap berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses
jurnalistik. Dengan demikian, maka feature dapat diartikan sebagai berita khas
kreatif yang berpijak pada jurnalistik sastra tentang suatu situasi, keadaan, atau
aspek kehidupan, dengan tujuan untuk memberikan informasi sekaligus
menghibur khalayak.
Jadi, jika dalam penulisan berita ”keras” yang diutamakan ialah
pengaturan fakta-fakta, maka dalam penulisan feature, yang dipakai adalah
teknik ‘’mengisahkan sebuah cerita’’. Penulis feature pada hakikatnya adalah
seorang yang berkisah. Penulis melukis gambar dengan kata-kata, ia
menghidupkan imajinasi pembaca sehingga menggiring pembaca untuk masuk
ke dalam ceritanya. Semua pihak sepakat, bahwa feature merupakan bentuk
dari jurnalisme sastra, yakni suatu bentuk karya jurnalistik yang menggabungkan
unsur-unsur jurnalisme dengan unsur-unsur sastrawi.
6.1 Pengertian Feature
Kendati belum ada kesepahaman di antara para akademisi maupun
praktisi di bidang ilmu Jurnalistik mengenai apa itu feature? Namun secara
sederhana feature dapat diartikan sebagai “artikel kreatif” atau ”berita khas”
yang menjadi salahsatu bentuk dari berita yang disajikan di media massa.
Bahkan, saat ini tulisan feature mendapat tempat tersendiri di media massa.
Dengan adanya feature, media massa menjadi lebih "hidup”.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
12
Lebih jelasnya tentang apa itu feature? Berikut beberapa definisi feature
yang dikemukakan oleh sejumlah ahli, praktisi maupun akademisi di bidang ilmu
Jurnalistik.
Feature adalah :
”Suatu tulisan kreatif, terikat pada dasar-dasar jurnalistik dan ragam sastra yang dapat mengabaikan segala aktualitas; mengajikan kebenaran objektif akan tetapi kadang-kadang subjektif; cenderung mengutamakan segi human interest; terutama bersifat ringan, menghibur, menenangkan; merangsang dan menimbulkan rasa emosional; mengundang imajinasi pembaca; memberi; menambah dan meningkatkan informasi; tentang keadaan atau peristiwa, masalah, gejala, proses, aspek-aspek kehidupan, termasuk juga latar belakang,”
Riyono Pratikno,
“Karangan lengkap non-fiksi bukan berita lempang dalam media massa yang tidak menentu panjangnya, dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan daya kreativitas, kadang-kadang dengan sentuhan subjektivitas pengarang (penulis) terhadap peristiwa atau situasi, aspek kehidupan dengan tekanan pada daya pikat manusiawi untuk tujuan memberitahu, menghibur, mendidik dan meyakinkan pembaca,”
Andi Baso Mappatoto,
“Secara umum adalah suatu daftar panjang tentang pelbagai bahan mulai dari komik sampai tulisan yang disebut kolom, yang tidak digolongkan pada berita lempang dan secara khusus adalah tulisan yang semata-mata berdasarkan daya pikat manusiawi (human interest) yang tidak terlalu terikat pada tulisan baku yang kaku seperti yang diberlakukan dalam berita lempang,”
Jullian Haris,
“Karangan khas yang tidak tunduk pada teknis penulisan dan penyajian fakta-fakta seperti yang disyaratkan berita dan sifatnya ringan memberikan hiburan,”
Assegaf,
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
13
“Karangan yang melukiskan suatu pernyataan dengan terinci sehingga apa yang dilaporkan hidup dan tergambar dalam imajinasi pembaca,”
KBBI,
“Tulisan di media massa di luar berita, biasanya berisi tulisan ringan, tulisan berat, tajuk rencana, tulisan sketsa, laporan pandangan mata dan sebagainya. Sedangkan dalam arti adalah tulisan yang sifatnya bisa menghibur, mendidik, memberi informasi dan sebagainya aspek kehidupan dengan gaya yang bervariasi,”
Umar Nur Zain,
“Adalah artikel yang kreatif/ kadang-kadang subjektif yang dirancang terutama untuk menghibur dan memberitahu pembaca tentang suatu peristiwa, kejadian atau situasi atau aspek kehidupan seseorang,”
Daniel R. Williamson,
“Suatu artikel atau karangan yang lebih ringan atau lebih umum tentang daya pikat manusiawi atau gaya hidup daripada berita lempang yang ditulis dari peristiwa yang masih hangat,”
Richard Weiner.
6.2 Unsur-Unsur Feature
Dikemukakan Riyono Pratikno (1984) dalam bukunya “Kreatif Menulis
Feature” sedikitnya ada enam (6) unsur dalam penulisan feature, di antaranya :
Kreativitas
Tidak seperti penulisan berita biasa, penulisan feature memungkinkan
wartawan atau penulis untuk “menciptakan” sebuah cerita atau “mengkreasi”
cerita. Karenanya, dalam menulis feature, seorang wartawan tidak dibatasi
dalam penggunaan bahasa. Namun sebaliknya, ia bebas mengekplorasi bahasa
untuk dituangkan ke dalam tulisan featurenya.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
14
Selain itu, dalam menulis feature, wartawan dapat memasukkan unsur
hiperbolis (dramatisasi kata) secara wajar ke dalam isi tulisannya tersebut.
Maksud wajar di sini adalah, hiperbolisme harus tetap berada pada koridor
empirisme serta berpegang pada data dan fakta yang sebenarnya, bukan hasil
rekayasa apalagi pemutarbalikkan fakta.
Paduan Jurnalistik dan Sastrawi
Salahsatu karakteristik yang membedakan feature dengan berita adalah
adanya sentuhan sastra pada feature, sedangkan berita cenderung “steril” dari
hal tersebut. Karenanya, untuk menulis feature, selain dituntut kemampuan
jurnalistik, penguasaan tentang bahasa sastra juga menjadi hal yang mutlak.
Jika dianalogikan, antara jurnalistik dan sastra sebagai sebuah lingkaran
yang saling bersinggungan atau tumpang tindih, dan feature adalah satu luasan
tempat tumpang tindih kedua lingkaran tersebut.
Semakin luas daerah tumpang tindihnya, maka semakin tinggi nilai
feature tersebut. Namun sebaliknya, semakin sempit daerah tumpang tindih itu,
maka nilai bobot dari feature itu sendiri semakin rendah.
Gambar 4.1
Skema Feature
Adanya sentuhan sastra ini memungkinkan gaya penulisan feature
cenerung mirip dengan gaya penulisan karangan fiksi sehingga menjadi enak
untuk dibaca, layaknya membaca cerita pendek atau novel.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
Berita SastraFeature
15
Mengabaikan Segi Aktualitas
Berita mudah sekali “punah”, sehingga unsur berita yang semuanya
penting luluh dalam waktu saat itu. Tetapi. Feature bisa disimpan berhari-hari,
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Oleh karena itu,
tidak seperti pada berita, tekanan deadline atau tenggat waktu dari redaksi
jarang terjadi pada penulisan feature, sehingga wartawan memiliki keleluasaan
untuk mengeksplorasi tulisannya tersebut karena memiliki cukup waktu untuk
mengadakan riset secara cermat, agar nantinya dapat menghasilkan sebuah
karya feature yang bermutu dan berkualitas.
Subjektivitas
Walaupun tetap masih mematuhi penulisan berita atau dasar-dasar
jurnalistik. Dengan kata lain objektivitas harus tetap dijaga, namun kadang-
kadang suatu feature dapat bersifat subjektif dimana penulisannya mengambil
“point of view” orang pertama. Dengan kata lain, feature ditulis dalam bentuk
“aku” sehingga mnemungkinkan wartawan atau penulis memasukkan emosi dan
pikirannya sendiri.
Subjektivitas feature juga tampak dari kedekatannya dengan unsur sastra.
Tulisan feature perjalanan misalnya atau feature minat insani (human interest)
akan mengurangi fakta dengan pencampuran gaya penulisan fiksi. Dalam teori
penulisan kreatif modern, memadukan unsur fakta dan unsur fiksi (daya imajinasi
penulis) memang bukan suatu hal yang salah, dan ini sering dilakukan oleh para
penulis barat.
Subjektivitas dalam penulisan feature juga dapat diartikan sebagai
pengungkapan perasaan dan pikiran sesuai dengan nilai-nilai atau konsep
seseorang. Apapun yang diungkapkan merupakan subjektivitas seseorang yang
dipengaruhi oleh insting, impulsi, emosi, pikiran, budaya serta lingkungan
interaksi atau pergaulan hidupnya yang kemudian melahirkan pola tingkah laku
subjektivitas yang berbeda.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
16
Minat Insani (Human Interest)
Pada umumnya feature selalu mengandung segi human interest atau
selalu ada human touch (sentuhan manusiawi). Sehubungan dengan human
interest atau minat insani ini, yang penting bagi suatu tulisan feature adalah ia
ditulis secara ringan sehingga cenderung menghibur dan menyenangkan.
Hal ini dimaksudkan sebagai variasi atau imbangan terhadap berita-berita
“berat” atau artikel yang termuat dalam halaman-halaman surat kabar. Suatu
berita yang dibuat ke dalam bentuk feature bisa sesuatu yang menyenangkan
atau menggembirakan, namun bisa juga sesuatu yang menyedihkan atau
menyakitkan terkait suatu peristiwa yang sangat berat dan sulit. Tetapi,
penyajiannya dalam bentuk feature cenderung suatu bentuk yang
menyenangkan atau menyegarkan.
Informatif
Ciri lain dari penulisan Feature yakni dapat memberikan informasi lebih
lengkap kepada masyarakat, terutama mengenai suatu situasi, peristiwa atau
aspek kehidupan yang biasanya ditinggalkan dalam berita “berat”. Tulisan dalam
bentuk feature biasanya lebih mendalam sehingga mampu memberikan
gambaran lebih detail tentang peristiwa atau suatu permasalahan.
Dalam mengungkap kondisi sosial, feature biasanya lebih menggugah dan
memunculkan empati dan rasa haru pembacanya. Selain itu, feature juga bisa
menggelitik hati nurani pembaca. Informasi yang disampaikan melalui feature
biasanya informasi yang dapat menyentuh rasa kemanusiaan pembacanya,
sehingga pembaca terpengaruh untuk melakukan perubahan konstruktif.
Memberikan informasi juga berarti menambah informasi, misalnya
apabila pengetahuan pembaca mengenai suatu masalah atau peristiwa sudah
ada sebelum mereka membaca feature tersebut, maka feature tersebut bersifat
menambah serta memperkuat dan menyakinkan informasi atau pengetahuan
pembaca tersebut.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
17
Menghibur
Tulisan dalam bentuk feature biasanya bersifat menghibur karena
pembaca dalam memahaminya cenderung menggunakan emosi daripada
pikirannya. Hal ini berbeda dengan berita keras (hard news) yang dipahami pada
umumnya melalui pikiran.
Dalam setiap kasus, sasaran utama feature adalah bagaimana menghibur
pembaca dan memberikan kepadanya hal-hal yang baru dan segar. Untuk
menyentuh emosi pembaca, gaya penulisan feature ditulis dengan gaya yang
menghibur. Adanya feature inilah isi media massa tidak terasa "kering", sehingga
pembaca tidak bosan pembaca media massa tersebut.
Sifat menghibur ini menjadi penting karena hiburan merupakan
kebutuhan dasar seseorang yang perlu dipenuhi melalui bacaan yang disajikan
oleh media massa. Karenanya, bagi media cetak, feature menjadi alat penting
bagi surat kabar atau majalah untuk bersaing dengan media elektronik. Laporan
berita menjadi penuh warna dan kaya akan nilai estetika.
6.3 Jenis-Jenis Feature
Menurut Wosseley and Campbell dalam Winoto (1960) dan Pratikno
(1934) sedikitnya terdapat enam (6) jenis feature, di antaranya :
Feature Minat Insani (Human Interest Feature)
Salah satu ciri khas utama dari jenis feature ini adalah bahwa feature
human interest mengandung banyak unsur-unsur kemanusiaan atau sarat
dengan sentuhan manusiawi.
Unsur-unsur atau segi inilah yang menjadi aspek utama agar cerita yang
disajikan dapat menyentuh rasa manusiawi pembaca, misalnya keharuan,
kegembiraan, kesedihan, kebencian, iri hati, kejengkelan, simpati, cinta dan kasih
sayang, dan amarah. Nilai cerita ini ditentukan oleh syarat aktualitas atau waktu
(timely).
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
18
Feature Sejarah (Hystorical Feature)
Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting,
seperti proklamasi kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan
jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peringatan 100
tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.
Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa mutakhir
yang mem-bangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api
terjadi, koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu.
Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung)
terkenal, pionir, fi-losof, fasilitas hiburan dan medis, perubahan dalam komposisi
rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama dan kemakmuran.
Setiap kota atau sekolah memiliki peristiwa menarik dalam sejarahnya.
Seorang penulis feature yang bagus akan mengkaji lebih tentang peristiwa-
peristiwa itu, mungkin dengan dokumen historis atau dengan mewawancara
orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa bersejarah.
Feature Biografi (Biografical Feature)
Profil mengungkap manusia yang menarik, misalnya tentang seseorang
yang secara dramatik mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi
terkenal karena kepribadian mereka yang penuh warna.
Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pencapaian
dan tanggal-tang-gal penting dari kehidupan si individu. Profil harus bisa
mengungkap karakter manusia itu. Untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus
mengamati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi rumah mereka dan
mewawancara teman-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka.
Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa
meng-gambarkan dengan pas karakternya. Profil yang baik juga semestinya bisa
memberikan kesan kepada pembacanya bahwa mereka telah bertemu dan
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
19
berbicara dengan sang tokoh. Banyak sumber yang diwawancara mungkin
secara terbuka berani mengejutkan Anda dengan mengungkap rahasia pribadi
atau anekdot tentang si subyek. Tapi, banyak sumber lebih suka meminta agar
identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk
memberikan balans dalam penggambaran si tokoh.
Feature Perjalanan (Travelogue Feature)
Feature petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman istimewa dan
mencengangkan — mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah
kecelakaan pesawat ter-bang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia,
pengalaman ikut dalam peperangan.
Dalam feature jenis ini, kutipan dan deskripsi sangat penting. Setelah
bencana, misalnya, penulis feature sering menggunakan saksi hidup untuk
merekontruksikan peristiwa itu sendiri. Banyak penulis feature jenis ini memulai
tulisannya dengan aksi momen yang paling menarik dan paling dramatis.
Feature Petunjuk Praktis (Explanatory and How-To-Do-It Feature)
Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu
hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun,
mereparasi mobil atau mem-pererat tali perkawinan.
Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan
lebih sulit dalam penulisannya. Reporter yang belum berpengalaman akan
cenderung menceramahi atau mendikte pembaca — memberikan opini mereka
sendiri — bukannya mewawancara sumber dan memberikan saran faktual.
Feature Ilmiah (Scientific Feature)
Hasil-hasil penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan selalu dapat
menarik minat pembaca. Feature-feature tentang ilmu pnegetahuan (popular)
sebetulnya dapatmenjembatani kesenjangan (jurangpemsaih, gap) antara para
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
20
ilmuwan dengan amsyarakat awam. Karena melalui feature berbagai hasil
penelitian ilmiah atau berbagai penemuan baru yang sangat berguna bagi
kehidupan umat manusia dapat dihidangkan dalam bentuk tulisan yang ringan
dans ederhana, mudah dimengerti oleh orang awam.
2.4 Lead Feature
Dibanding berita lurus, tulisan jenis feature konon kabarnya paling
banyak disukai wartawan untuk menulisnya. Untuk membuat lead bagi jenis
tulisan feature, ada beberapa contoh lead yang biasa digunakan banyak
wartawan, di antaranya :
Lead Ringkasan
Lead ini hampir mirip dengan berita biasa, bedanya, yang ditulis adalah
inti ceritanya. Banyak wartawan yang menulis lead gaya ini karena gampang,
misalnya :
Usia tua bukan halangan bagi Mak Emin untuk tetap bertahan jualan gado-gado di kantin sekolah kita. Ia, dengan semangat tinggi bertekad menghidupi anaknya agar bisa sekolah seperti yang lain. Dan seterusnya…..
Lead Bercerita
Lead ini menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca seperti
ikut jadi tokohnya. Misalnya :
Anak berseragam putih-abu itu menenteng balok kayu. Sorot matanya tajam bagai elang mengincar mangsanya. Sejurus kemudian ia memberi komando teman-temannya untuk segera menyerang lawannya dari sekolah lain. Tawuran pun tak bisa dihindari lagi. Warga sekitar kejadian, yang kebanyakan ibu-ibu berteriak histeris menyaksikan aksi brutalis para pelajar itu …
Lead Deskriptif
Lead ini menceritakan gambaran kepada pembaca tentang suatu tokoh
atau suatu kejadian. Penulis yang hendak menulis profil seseorang, biasanya
suka sekali membuat lead seperti ini, misalnya :
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
21
Sesekali wanita tua itu mengelap keringatnya yang mengucur dengan ujung kebayanya, ia terus mengulek bumbu pecel. Sementara anak-anak sekolah sibuk berebutan membeli gorengan di kantin sekolah itu. Meski banyak anak yang suka curang dengan tidak membayar dagangannya, mak Emin tak pernah ambil pusing, “Mungkin dia tidak punya uang,” ucapnya suatu saat….. dst….
Lead Pertanyaan
Lead ini menantang rasa ingin tahu pembaca, asal dipergunakan dengan
tepat dan pertanyaannya wajar saja. Lead begini sebaiknya satu alinea dan satu
kalimat, dan kalimat berikutnya sudah alinea baru. Misalnya :
Untuk apa mereka berjihad ke Irak? Memang ada yang sinis dengan dibukanya pendaftaran relawan untuk berjihad ke Irak, menyusul invasi AS dan sekutunya ke negeri seribu satu malam itu 20 Maret lalu. Bahkan pemerintah pun menanggapi dingin rencana tersebut bahkan ada yang pejabat yang mengatakan “konyol” terhadap rencana tersebut…dst….
Lead Menuding
Lead ini berusaha berkomunikasi langsung dengan pembaca dan ciri-
cirinya adalah ada kata “Anda” atau “Saudara” (bisa juga Kamu). Pembaca
sengaja dibawa untuk menjadi bagian cerita, walau pembaca itu tidak terlibat
pada persoalan. Misalnya :
Kamu jangan bangga dulu punya HP oke. Meski kemana-mana nenteng ponsel yang fiturnya seabrek, boleh jadi kamu buta tentang telgam ini dst….
Lead Nyentrik
Lead ini nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi atau sepotong kata-kata
pendek. Hanya baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara
penyajiannya, misalnya :
Hancurkan Amerika!Tangkap Bush!Bush Teroris!Tegakkan KhilafahHancurkan Demokrasi!Teriakan itu bersahut-sahutan dari ribuan pendemo di depan Kedubes AS dalam unjuk rasa menentang invasi AS dan sekutunya ke Irak …. dst….
Lead Kutipan
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
22
Lead ini bisa menarik jika kutipannya harus memusatkan diri pada inti
cerita berikutnya. Dan tidak klise. Misalnya :
“Saya akan terus berjuang sampai titik darah yang penghabisan. Lebih baik mati daripada menanggung derita karena dijajah Israel,” kata seorang pemuda Palestina dengan lantangnya saat membakar bendera Israel di Tepi Barat dalam sebuah demonstrasi yang digelar ratusan pejuang Palestina itu… dan seterusnya.
Lead Gabungan
Ini adalah gabungan dari beberapa jenis lead tadi. Misalnya :
“Saya tak pernah merasa gentar menghadapi serbuan AS dan sekutunya” kata Saddam Husein dalam pidato yang berapi-api itu. Ia tetap tersenyum cerah dan melambai-lambaikan tangannya di hadapan ribuan rakyat Irak di sela-sela pidatonya itu….
4.4Nilai Berita
Seorang jurnalis, reporter atau pewarta/wartawan akan dinilai oleh
publik bukan dari personalitasnya, namun dari karya jurnalistik atau berita yang
dihasilkannya. Semakin berkualitas berita yang ia sajikan/siarkan maka akan
semakin meningkat kredibilitasnya.
Sebuah berita dikatakan berkualitas, menurut Mitchell V. Charnley (1963)
dalam bukunya ”Reporting” harus memenuhi sejumlah syarat, di antaranya :
Berita Itu Harus Akurat (News Is Accurate)
Berita Itu Harus Seimbang (News Is Balance)
Berita Itu Harus Objektif (News Is Objective)
Berita Itu Harus Singkat dan Jelas (News Is Concise and Clear)
Berita Itu Harus Baru (News Is Recent)
Selain itu, sebuah berita juga harus mengandung nilai berita (news value)
di samping tentu saja mengandung nilai faktualitas dan aktualitas serta
mengandung kaidah-kiadah jurnalistik, yakni memenuhi unsur 5W + 1H (Who,
What, Why, When, Where, dan How).
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
23
Pada tataran praktis, sebuah berita akan menarik perhatian publik jika
berita tersebut mengandung nilai humanis (human interest) serta menyangkut
kepentingan khalayak ramai (public interest). Selain mengandung sisi humanis,
publik juga akan tertarik dengan berita yang ”bombastis” dan heboh. Namun,
berita yang bombastis namun bohong hanya akan merendahkan pewarta itu
sendiri, baik secara personal maupun terhadap profesi kejurnalistikannya,
bahkan akan berimplikasi pada media tempat ia bernaung.
Nothclife, seorang pakar komunikasi mempertegas hal tersebut, ia
berasumsi, suatu berita yang bernilai adalah sesuatu yang mengandung
"keanehan" atau "ketidaklaziman", sehingga menarik perhatian serta
mengundang keingintahuan (curiosity) pembaca atau pemirsa.
Selain itu, nilai berita juga sangat terkait dengan kebaruan (novelity),
keaktualan (actuality) serta kepentingan publik. Misalnya berita tentang
kenaikan bahan bakar minyak (BBM), bencana alam, busung lapar, intrik politik,
gejolak ekonomi, kebakaran, serta penemuan-penemuan dalam bidang IPTEK
dan lain sebagainya.
Bila peristiwa merupakan kejadian faktual yang sangat objektif, maka
berita merupakan peristiwa yang telah diolah melalui bahasa-bahasa tertentu,
dan disampaikan oleh pihak tertentu kepada pihak-pihak lain yang memerlukan
atau siap untuk menerimanya.
Adanya proses penyampaian oleh pihak-pihak tertentu dan melalui
bahasa-bahasa tertentu itulah yang pada akhirnya mengakibatkan suatu berita
tidak pernah seratus persen objektif. Ia akan sangat dipengaruhi oleh
subjektivitas penulisnya, mulai dari subjektivitas persepsi sampai subjektivitas
ideologi.
Misalnya, jika pers barat menyebut pejuang Hammas Palestina sebagai
teroris, sebaliknya, Majalah Sabili menyebut posisi Amerika Serikat di Irak
sebagai agresor, dan sebagainya. Dengan kata lain, suatu peristiwa akan
mengalami "deviasi" ketika diubah menjadi berita.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
24
Karenanya, seorang pewarta harus memerhatikan kualitas berita
terutama berita yang menjunjung tinggi nilai integritas, dan sanggup
menimbulkan efek, baik dalam tataran kognitif, konatif maupun behaviour.
Lebih lanjut dan lebih jelasnya lagi tentang nilai suatu berita, Brian S
Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen dan Don Ranly dalam bukunya ”News
Reporting and Editing” yang dikutip AS. Haris Sumadiria (2005) mengungkapkan
ada 11 (sebelas) nilai berita (news value), antara lain :
1. Keluarbiasaan (Unusualness)
Dalam pandangan jumalistik berita adalah sesuatu yang luar biasa
(unusualness). Di dunia ini begitu banyak sesuatu yang luar biasa, seperti
pesawat terbang yang jatuh berkeping-keping dan menelan ratusan korban,
kebakaran hutan, gunung meletus, kerusuhan massa, serta penemuan benda-
benda kuno. Semuanya itu adalah berita-berita yang luar biasa.
Kalangan praktisi jumalistik mengungkapkan, semakin besar peristiwa itu
terjadi maka semakin besar pula nilai berita yang akan ditimbulkannya. Menurut
Haris Sumadiria (2005), nilai berita luar biasa itu paling tidak dapat dilihat dari
sejumlah aspek, antara lain, lokasi peristiwa, waktu peristiwa itu terjadi, dampak
yang ditimbulkannya, baik dalam bentuk nyawa maupun harta, serta
kemungkinan terjadi perubahan aktivitas masyarakat pasca peristiwa atau
kejadian tersebut.
2. Kebaruan (Newsness)
Berita adalah sesuatu yang terbaru. Presiden yang baru dilantik adalah
berita, bupati yang baru diangkat adalah berita, artis yang cerai adalah berita,
grup band yang meluncurkan single album adalah berita, perusahaan yang baru
launching produk adalah berita, pun dengan pejabat yang baru masuk penjara
karena korupsi merupakan berita. Pokoknya segala sesuatu yang baru terjadi di
masyarakat dapat dijadikan berita atau mempunyai nilai berita.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
25
3. Akibat (Impact)
Berita adalah sesuatu yang memiliki akibat atau dampak (efek). Suatu
peristiwa atau hal tidak jarang menimbulkan dampak, terutama dampak dalam
kehidupan masyarakat. Seperti misalnya kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM)
yang berdampak pada naiknya harga-harga kebutuhan pokok, kenaikan tarif
jalan tol yang berdampak pada naiknya ongkos bis, konversi minyak tanah ke gas
yang berdampak pada langkanya minyak tanah di tengah masyarakat, dan lain
sebagainya.
Semua itu berdampak pada kehidupan masyarakat secara luas. Semakin
besar dampak yang ditimbulkannya, semakin besar pula nilai berita yang
dikandungnya.
4. Aktual (Actual)
Berita adalah peristiwa yang sedang aktual atau terjadi. Keaktualan
berita biasanya sangat terkait dengan waktu (timely). Secara sederhana aktual
berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi. Sesuai
dengan pengertian jumalistik, media massa memuat atau menyajikan berita-
berita aktual yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian, berita
adalah apa yang terjadi hari ini. Semakin aktual suatu berita maka semakin tinggi
pula nilai beritanya.
Dalam pandangan jurnalistik, aktualitas terbagi atas tiga kategori, yakni,
aktualitas kalender, aktualitas waktu dan aktualitas masalah. Aktual kalender,
yaitu nilai keaktualan berkaitan dengan waktu yang ada pada kalender. Hal ini
biasanya berkaitan dengan hari-hari besar, seperti hari besar nasional, hari besar
keagamaan, hari besar perayaan dan lain sebagainya. Bahkan, media massa
sering memuat tulisan-tulisan yang bersifat aktual sesuai dengan peringatan hari
besar tersebut.
Aktualitas waktu, adalah nilai keaktualan berita yang berkaitan erat
dengan waktu terjadinya. Asumsinya, waktu hari ini akan lebih aktual daripada
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
26
waktu esok hari. Misalnya bencana alam yang terjadi hari ini akan lebih aktual
diberitakan besok daripada lusa.
Aktualitas masalah, adalah suatu masalah akan tetap mengandung nilai
aktual jika belum ditemukan jalan keluarnya. Misalnya kasus korupsi akan tetap
aktual selama persidangannya masih berjalan atau vonis belum dijatuhkan
terahdap si terdakwa, atau kasus pembunuhan akan tetap aktual selagi
pelakunya belum ditangkap, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, kendati masalah itu sebenarnya sudah kadaluwarsa
(out of date) tetapi tetap mengandung nilai berita jika pengungkapannya belum
terselesaikan.
5. Kedekatan (Proximity)
Kedekatan adalah berkaitan dengan jauh dekatnya peristiwa itu dengan
kehidupan masyarakat atau khalayak. Secara umum kedekatan berita itu dapat
terbagi atas kedekatan geografis dan kedekatan psikologis.
Kedekatan geografis yaitu kedekatan yang merujuk pada letak geografis
atau tempat kejadian dimana peristiwa itu terjadi. Semakin dekat peristiwa itu
dengan khalayak, maka akan semakin menarik untuk dibaca. Misalnya kejadian
Tsunami di Aceh, akan lebih menarik perhatian masyarakat Pulau Sumatera
daripada masyarakat yang berada di pulau Papua.
Karenanya sekarang ini media massa, baik media nasional maupun
internasional banyak mengangkat koresponden atau kontributor untuk
ditempatkan di daerah-daerah pelosok guna memasok berita sesuai dengan
kebutuhan media massa yang bersangkutan.
Sedangkan Kedekatan psikologis terkait dengan kedekatan kebutuhan,
ideologi, pikiran, perasaan serta kejiwaan seseorang dengan suatu objek
peristiwa yang diberitakan. Misalnya berita tentang agresi Israel terhadap
Palestina. Kendati secara geografis sangat jauh letaknya dengan Indonesia,
namun itu menjadi perhatian warga Indonesia karena kedekatan ideologis.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
27
6. Informasi (Information)
Informasi merupakan hal penting yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Bahkan, seiring era informasi yang saat ini tengah bergulir, maka kebutuhan
informasi telah menjadi kebutuhan primer bagi setiap insan manusia. Bahkan
menurut Wilbur Schramm, informasi merupakan segala sesuatu yang dapat
menghilangkan ketidakpastian. Karenanya, setiap informasi yang bermanfaat
bagi khalayak sangat diperlukan oleh media massa.
Setiap hari media massa membutuhkan ribuan informasi untuk
memenuhi lembaran-lembaran medianya. Tentu media massa tersebut
membutuhkan segudang informasi baru setiap harinya. Sehingga informasi itu
perlu digali dan diproduksi oleh para wartawannya. Dengan demikian,
kebutuhan media massa dapat terpenuhi dalam penyebaran informasi.
7. Konflik (Conflict)
Berita adalah konflik (news is conflict). Segala sesuatu yang mengandung
konflik merupakan sumber berita yang tak pernah kering. Misalnya, Kasus
luapan Lumpur Lapindo Brantas di Sidoarjo Jawa Timur akan tetap menjadi berita
yang menarik selama lumpur tersebut belum berhenti meluap dari perut bumi.
Karenanya, berita akan terus bergulir selagi masih ada konflik. Di negara-
negara dunia ketiga, termasuk di Indonesia, wartawan banyak menghabiskan
waktunya untuk meliput berita-berita tentang konflik, seperti konflik antarsuku,
konflik aparat dengan rakyat, atau konflik mahasiswa dan pejabat. Selama
konflik belum terselesaikan, selama itu pula berita tetap diperlukan.
8. Orang Penting (Public Figure)
Berita berkaitan dengan orang-orang penting (news is about people).
Orang-orang penting seperti pejabat, artis, orang-orang terkenal, dan selebritis
adalah figur publik. Dari namanya, perilakunya, hingga kehidupan pribadinya
semua memiliki daya pikat untuk diberitakan.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
28
Kehidupan keluarga Kerajaan Inggris misalnya, akan tetap menjadi
sumber berita yang menarik. Di mana pun mereka berada, di situlah berita
hadir. Misalnya ketika Putri Diana menyantuni panti asuhan, Pangeran Charles
bermain golf, atau ketika Ratu Elizabeth melakukan kunjungan kenegaraan.
Semua itu menarik untuk diberitakan dan tentu saja laku keras di
pasaran. Dalam ilmu jurnalistik ada istilah yang menyebutkan bahwa nama
menciptakan berita (names makes news).
9. Ketertarikan Manusiawi (Human interest)
Suatu peristiwa terkadang dapat menimbulkan efek emosi yang berarti
pada diri khalayak. Berita yang demikian merupakan berita yang dapat
menimbulkan ketertarikan manusiawi (human interest). Dalam ilmu jumalistik
kisah-kisah human interest tersebut dikelompokkan ke dalam berita ringan (soft
news).
Berita yang bersifat humanis tersebut dapat mempermainkan gejolak
emosi dan rasa empati pembaca atau pemirsa. Bahkan perasaan khalayak dapat
terbadai karenanya. Misalnya kisah penyiksaan TKW Indonesia di negeri orang,
kisah orang yang dipasung selama puluhan tahun, kisah penderita penyakit aneh
yang harus bertahan hidup dari cemoohan dan celaan masyarakat sekitar, atau
kisah seorang anak Aceh yang selamat dari bencana Tsunami padahal ia
terapung-apung selama sebulan lamanya di lautan lepas.
10. Kejutan (Surprising)
Sesuatu yang mengejutkan merupakan suatu berita (news is surprising).
Kejutan biasanya datangnya secara tiba-tiba atau tanpa disengaja. Misalnya
keberhasilan pelajar Indonesia yang menjuarai olimpiade fisika dunia, atau
keberhasilan Susi Susanti menjuarai Olimpiade Atlanta.
Kejutan bisa merujuk pada ucapan maupun perbuatan. Kejutan juga
dapat melekat pada benda, alam, manusia, binatang, dan lain-lain. Misalnya
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
29
ratusan unggas mendadak mati akibat virus flu burung, bayi kembar sembilan
yang lahir dengan selamat, kisah dukun cilik yang mampu menyembuhkan
berbagai penyakit hanya dengan sebuah batu, atau semburan lumpur panas
Lapindo yang mengubur puluhan desa di Kabupaten Sidoarjo.
11. Seks (Sex)
Dalam dunia jurnalistik seks juga berarti berita (news is sex). Sepanjang
peradaban manusia segala sesuatu yang berbau seks akan tetap digemari, karena
seks merupakan kebutuhan dasar (basic need) bagi kehidupan umat manusia,
dan sudah menjadi kodratnya manusia menyukai hal tersebut.
Karena itu, berita berkaitan dengan seks, misalnya berita tentang
tindakan susila, perselingkuhan pejabat, pelecehan seksual dan sebagainya akan
tetap diburu dan menjadi perhatian publik. Dalam menulis berita tentang seks,
seorang wartawan dituntut untuk lebih hati-hati dalam menuliskannya.
Ia harus mampu mengungkapkan sanksi moral yang tegas dalam
beritanya sehingga tidak sekedar mendramatisasi berita yang berbau seks
tersebut, namun ada semacam efek jera bagi si pelakunya. Hal ini bertujuan agar
pembaca, selain senang dan merasa terhibur juga mendapatkan pelajaran
berhagra sebagaimana fungsi media massa yang sebenarnya, yakni mendidik.
4.5Unsur-Unsur Berita
Suatu berita dikatakan baik dan dapat diterima sekaligus dipahami oleh
publik jika mengandung sejumlah unsur berita yang terangkum dalam rumus 5W
+ 1H, What (Apa), Who (Siapa), When (Kapan), Where (Dimana), Why (Kenapa),
dan How (Bagaimana).
What
Pertanyaan ’apa’ tidak selalu menggambarkan akibat dari sesuatu
tindakan atau peristiwa, namun adakalanya pertanyaan tersebut merupakan
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
30
penyebab dari suatu kejadian. Peristiwa bisa berarti peristiwa yang berkaitan
dengan fenomena alam atau problematika kehidupan manusia, seperti masalah
sosial, ekonomi, politik, budaya, kemiskinan, susila, maupun korupsi, dan lain
sebagainya.
Who
Pertanyaan ’siapa’ berarti siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa
tersebut. Unsur siapa selalu menarik perhatian khalayak. Siapa berarti mengacu
kepada seseorang (manusia) yang dijadikan obyek atau sumber berita.
Seseorang tersebut bisa atas nama individu atau secara personal atau atas nama
peranan yang diembannya, misalnya presiden, pejabat, artis, politisi, dan lain
sebagainya.
Unsur ’siapa’ harus dijelaskan dengan menunjukkan ciri-cirinya, seperti
nama, umur, pekerjaan, alamat serta atribut lainnya seperti gelar pendidikan,
pangkat atau jabatan. Singkat kata, unsur ’siapa’ selalu menarik perhatian
khalayak, apalagi manusia yang menjadi objek berita itu adalah seorang yang
kompeten serta memiliki kafabilitas di bidangnya.
When
Unsur waktu yang merupakan jawaban atas pertanyaan kapan terjadi
harus benar-benar diperhatikan oleh jurnalis. Unsur ’kapan’ Ini berkaitan dengan
waktu peristiwa itu terjadi, mungkin detik, jam, hari, tanggal, tahun, dan
seterusnya. Pasalnya, waktu sangat berkaitan dengan aktualitas berita itu
sendiri.
Selain itu, unsur waktu akan mempunyai nilai penting jika bertepatan
dengan waktu yang sudah menjadi milik umum. Misalnya menantu seorang
presiden yang melahirkan bayinya tepat pada hari Proklamasi Kemerdekaan.
Nilai beritanya akan naik saat di waktu yang bersamaan sang presiden memberi
pidato resmi dalam rangka ulang tahun negaranya.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
31
Where
Pertanyaan ‘dimana’ terkait lokasi atau tempat suatu kejadian atau
peristiwa berlangsung. Nama tempat harus digambarkan secara gamblang, yakni
dengan menggambarkan ciri-cirinya. Nama tempat ini perlu dijelaskan, sebab
kasus yang sama bisa pula terjadi di tempat lain.
Unsur tempat ini ada yang bersifat umum, seperti bandara, terminal,
pasar, ataupun stasiun. Namun bisa juga tempat yang bersifat khusus, seperti
rumah, markas, kantor dan lain sebagainya, atau tempat yang merujuk pada
geografis, seperti Bandung, Cianjur dan Sukabumi.
Why
Jawaban atas pertanyaan ‘mengapa’ merupakan kelanjutan dari
pertanyaan ‘apa’. Kekayaan sebuah berita atas fakta yang dikumpulkan
wartawan biasanya ditemukan atas jawaban pertanyaan ’mengapa’ ini.
Karenanya, pertanyaan atas unsur berita ini, harus dapat menjelaskan latar
belakang dari suatu peristiwa atau kejadian yang dijadikan objek berita tersebut.
Pertanyaan ’mengapa’ berkaitan dengan alasan atau mencari penyebab
suatu peristiwa. Misalnya peristiwa kecelakaan bis yang masuk ke jurang di
kawasan puncak Cipanas Cianjur yang menewaskan 12 orang penumpangnya
akibat sopir mengantuk.
Dalam berita ini, supir yang mengantuk adalah penyebab terjadinya
kecelakaan tersebut bukan penyebab lain, misalnya badan jalan yang rusak,
jalanan licin akibat hujan deras atau karena rem yang mendadak blong.
How
Pertanyaan ‘bagaimana’ harus dapat menggambarkan keadaan atau
proses dan suasana atas sebuah peristiwa yang terjadi. Fakta-fakta yang terkait
dengan proses terjadinya suatu peristiwa tersebut harus dicatat. Pertanyaan
‘How’ berarti bagaimana peristiwa itu terjadi.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
32
Biasanya wartawan menyampaikan tentang suatu peristiwa berikut
prosesnya, bahkan juga disertai bagaimana cara menanggulangi peristiwa itu.
Misalnya berita tentang luapan lumpur panas di Porong, Sidoarjo. Dikarenakan
kesalahan teknis dalam eksplorasi gas bumi, maka dalam menulis beritanya,
wartawan harus mampu menggambarkan jalannya peristiwa tersebut.
4.6Struktur Berita
Sebuah berita merupakan rekonstruksi dari suatu peristiwa yang disusun
dan ditulis secara sistematis. Dipahami tidaknya informasi mengenai suatu
peristiwa (berita) oleh khalayak tergantung seberapa cakap wartawan dalam
menulis runtutan kejadiannya.
Suatu berita dikatakan “berhasil” jika khalayak atau pembaca paham dan
mengerti terhadap berita yang dibacanya. Sebaliknya, jika pembaca
menyernyitkan dahi dalam artian tidak mengerti setelah membaca berita, berarti
berita yang ditulis telah gagal memenuhi kebutuhan informasi khalayak.
Karenanya, seorang wartawan harus memerhatikan unsur-unsur serta
struktur dari berita itu sendiri. Selain harus memenuhi unsur 5W + 1H, wartawan
juga harus mematuhi struktur berita.
Penggunaan struktur berita tergantung dari jenis berita yang dibuat,
berita jenis straight news misalnya, biasa ditulis dalam bentuk struktur piramida
terbalik (the Inverted Pyramid Style of Reporting), yaitu hal-hal yang penting
ditulis paling awal, kemudian hal-hal yang kurang penting ditulis akhir.
Anatomi atau struktur berita kebanyakan mengacu kepada sistem
Piramida Terbalik (Inverted Pyramid). Dalam ilmu jumalistik teknik piramida
terbalik adalah sistem penulisan di mana isi berita disusun berdasarkan nilai
terpenting yang diprioritaskan atau ditulis terlebih dahulu. Adapun tujuan dari
teknik penulisan piramida terbalik adalah untuk memudahkan khalayak pembaca
bergegas, dengan cepat dapat mengetahui tentang apa yang terjadi dalam
berita.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
33
Selain itu, juga untuk mempermudah kerja editor jika kemungkinan harus
memotong bagian yang tidak penting dari penulisan berita itu tersebut tanpa
mengurangi makna berita yang disampaikannya. Semua itu dilakukan mengingat
keterbatasan ruang dan tempat dalam media massa tersebut.
Sementara berita jenis soft news atau news feature ditulis dengan gaya
yang tidak kaku atau tidak ketat memegang prinsip piramida terrbalik tersebut.
Hal-hal yang penting bisa saja ditulis di bagian awal, namun juga tidak mutlak,
yang terpenting harus tetap menarik untuk dibaca.
Gambar 4.2
Anatomi Berita (Piramida Terbalik)
Sumber : Haris Sumadiria; 2008.90
Keterangan : Judul berita (head line), merupakan identitas berita. Titi mangsa (date line), berkaitan dengan kapan berita itu dibuat. Pembuka berita (lead), yaitu kalimat pembuka pada paragraf pertama
yang memuat fakta atau informasi ternenting dari keseluruhan berita yang kita sampaikan.
Perangkai (bridge), adalah kata-kata penghubung antara teras berita dengan tubuh berita.
Tubuh (body), yaitu kalimat-kalimat, paragraf-paragraf yang merupakan kelanjutan dari teras berita.
Kaki berita (leg), yaitu bagian akhir dari penulisan berita. Untuk lebih jelasnya, tentang bagian dari masing-masing anatomi berita tersebut di atas, dapat kita baca pada teknik menulis berita berikut ini.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
34
4.7Teknik Menulis Berita
Sebelum berita muncul di media, baik cetak maupun elektronik ada tiga
tahapan utama yang harus dilewati terlebih dahulu, yakni News Gathering
(pengumpulan berita), News Writing (Penulisan Berita), dan News Editing
(Pengeditan/penyuntingan berita).
Pada umumnya berita dapat ditulis dengan teknik deskripsi, narasi dan
eksposisi. Deskripsi yaitu teknik penulisan berita dengan pola penuturan yang
menggambarkan sesuatu yang diberitakannya. Dengan teknik ini wartawan
seolah-olah terlibat langsung dalam kejadian tersebut.
Sementara teknik narasi yaitu teknik penulisan berita dengan pola tutur
berdasarkan cerita dari orang lain. Biasanya ditulis dengan kalimat-kalimat
langsung dari narasumber yang dikutip dari hasil wawancara. Dalam hal ini perlu
keterampilan mengubah kalimat langsung dari narasumber menjadi kalimat
berita untuk disampaikan kepada orang lain.
Sedangkan teknik Eksposisi, yaitu teknik penulisan berita yang disertai
dengan kiasan-kiasan tertentu dari penulisnya. Hal ini digunakan terutama untuk
memeroleh efek yang lebih menarik. Biasanya teknik ini digunakan dalam
penulisan berita jenis laporan khas (feature).
Baik teknik deskripsi, narasi, maupun eksposisi, dalam penulisannya tidak
terlepas dari unsur 5W+ 1H (What, Who, When, Where, Why, dan How).
Keenam unsur berita tersebut mutlak ada dalam setiap berita kendati
penempatannya tidak harus selalu berurutan. Hal ini diperlukan agar informasi
yang disampaikan kepada khalayak lengkap dan khalayak tidak mengalami
kebingungan karena kekurangan informasi yang diberitakan.
4.7.1 Teknik Menulis Judul Berita (Head Line)
Dalam sebuah berita, judul merupakan identitas berita. Sehebat apa pun
berita, tanpa judul ibarat orang tanpa kepala. Selain itu, judul merupakan alat
pemikat dan daya tarik bagi pembaca atau pemirsa. Menurut teori jumalistik,
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
35
penulisan judul haruslah mencerminkan pokok berita yang dimaksud. Biasanya,
judul diambil dari paragrap pertama berita. Dengan adanya judul berita,
khalayak dapat segera tahu isi dan materi kejadian yang diberitakannya.
Biasanya judul ditulis dengan grafika atau tipe huruf yang berbeda
dengan isi berita. Dengan demikian, judul akan segera dapat menarik perhatian
pembaca. Sifat pembaca dari media massa pada umumnya manusia modern.
Dja'far H. Assegaf mengatakan, manusia modern selalu bergegas dan terburu-
buru, maka tidak heran jika banyak pembaca media massa yang hanya membaca
judul beritanya saja. Pembaca dengan karakter demikian dijuluki head line
reader (pembaca judulnya saja).
Menurut Paryati Sudarman (2008) mengutip AA. Haris Sumadiria dalam
bukunya “Menulis di Media Massa”, judul berita yang baik paling tidak
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Provokatif
Judul yang disajikan harus mampu membakar emosi khalayak. Adanya
judul yang demikian diharapkan khalayak mudah terbakar emosinya dan segera
tergoda untuk membacanya.
Sifat provokatif ini sangat strategis karena yang menjadi sasaran adalah
psikologis pembaca. Dalam dunia marketing judul provokatif tak ubahnya iklan
yang sangat penting guna membujuk khalayak membeli produknya.
Contoh judul provokatif : Australia Provokasi RI (Tribun Jabar; 25 Maret
2006, hlm. 1)
Singkat dan Padat
Judul berita jangan bertele-tele namun harus dibuat singkat namun
padat. Judul harus langsung kepada pokok persoalan yang diberitakannya (to
the point). Karenanya, pilihan kata harus yang tegas, lugas, terfokus, menukik
dan langsung pada intisari berita.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
36
Dalam pemberitaan pers, judul yang singkat dan padat sangat diperlukan.
Hal ini dilakukan karena dua alasan, yakni ruang pada halaman media massa
yang terbatas, dan waktu serta situasi yang dimiliki pembaca pun terbatas.
Secara teknis, judul berita yang baik tidak lebih dari 4 sampai 7 karakter kata.
Contoh judul singkat dan padat : Warga Tuntut Jalan ke TPA Diperbaiki
(Pikiran Rakyat, 10 Juni 2006, hlm. 13).
Relevan
Relevan artinya berkaitan erat atau sesuai dengan pokok pesan penting
yang disampaikan dalam berita. Judul tidak menyimpang dari teras berita dan
judul yang baik memang harus diambil dari teras berita (lead). Setiap jurnalis
dituntut untuk bisa membuat judul yang relevan dengan isi berita yang
disampaikannya. Jika tidak demikian, maka ia dianggap tidak mengetahui ruh
serta tradisi luhur karya jumalistik. Naskah yang judulnya tidak relevan bisa
diabaikan bahkan berakhir ke tong sampah.
Oleh karena itu, setiap jurnalis dituntut untuk mampu dan terampil
membuat judul berita yang siap saji (pressclaar) sehingga beritanya layak muat
sehingga hanya sedikit mendapat campur tangan redaksional. Seorang
wartawan profesional biasanya piawai memilih diksi, baik kata maupun kalimat
yang tepat dalam membuat judul, sehingga judul yang telah dibuat tidak akan
ditulis ulang (rewriter) oleh pihak lain, misalnya oleh desk atau redaktur.
Contoh judul relevan : Yogya Mulai Menggeliat (Pikiran Rakyat; 1 Juni
2006, hlm. 1) -- dalam judul ini menggambarkan isi berita berkaitan dengan
mulai bangkitnya masyarakat Yogyakarta pasca gempa bumi 27 Mei 2007 --
Fungsional
Fungsional artinya setiap kata yang terdapat pada judul bersifat mandiri,
berdiri sendiri, tidak tergantung kepada kata yang lain, serta memiliki arti yang
jelas dan tegas. Sekalipun demikian jika digabung kata-kata yang mandiri itu
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
37
tetap melahirkan satu kesatuan pengertian makna yang utuh, tidak saling
menolak apalagi menjadi asing.
Contoh judul fungsional : Lava Meluncur ke Lima Jalur (Media Indonesia;
1 Juni 2006, him. 1) -- Lava bisa berdiri sendiri. Lima dan jalur pun demikian.
Namun setelah membentuk kalimat, masing-masing kata tersebut menjadi
fungsional, terutama untuk menjelaskan tentang lava yang mengarah ke lima
jalur.
Formal
Berbeda dengan judul pada artikel atau cerpen, judul berita harus bersifat
formal. Formal dalam artian resmi berdasarkan kaidah bahasa Indonesia.
Karenanya, judul berita harus menghindari kalimat basa-basi (eufemisme) yang
tidak prinsip. Karena berita merupakan fakta apa adanya (das Sein) dan bukan
fakta seharusnya (das Sollen).
Dalam berita judul tidak boleh muncul kesan sesuatu yang lembut atau
feminim yang banyak mengandung unsur perasaan. Tetapi judul berita harus
"macho", tegas namun formal. Ketegasan bisa dicapai apabila pewarta
mengetahui persis tentang berita yang dibuatnya, dan berita itu memang benar-
benar terjadi.
Contoh judul formal : Bupati Cirebon Mencopot Kepala Dinas Kesehatan
(Pikiran Rakyat; 10 Juni 2006, hlm. 24)
Representatif
Representatif berarti judul berita yang dibuat mewakili dan
mencerminkan teras dan isi berita. Jika merujuk pada logika dan kaidah ilmiah,
judul berita mengandung dua variabel, variabel bebas (independent variable)
dan variabel terikat (dependent variable).
Contoh judul representatif : Ketika Sepak Bola Menjadi Bahasa Universal
(Republika, 15 Juni, hlm. 1)
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
38
Merujuk Pada Tata Bahasa Baku
Bahasa baku adalah bahasa yang mengacu pada standar umum atau
kaidah umum. Tata bahasa Indonesia yang baku mengacu kepada Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). Dengan bahasa yang baku pembaca tidak
mempresentasikan sendiri tentang makna judul yang terkandung di dalamnya.
Selain itu, dengan bahasa yang baku, pembaca juga tidak terpancing emosi
negatifnya. Bahasa menunjukkan bangsa, bahasa juga menunjukkan harga diri
(prestise). Berbagai media-media besar sering kali membuat judul-judul yang
inteiek dan terkesan profesional.
Contoh judul dengan tata bahasa baku : Super Deal Mendongkrak
Popularitas (Republika, 12 Juni 2006, hlm. 18)
Spesifik
Spesifik berarti khusus dan tidak melebar. Dalam membuat judul berita,
kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang khusus, karena kata-kata yang
melebar dapat mengaburkan makna yang ada di dalamnya. Kata-kata yang
semakin khusus, maka makna yang terkandungnya semakin jelas dan tepat.
Misalnya untuk kata buah, kata buah masih bersifat umum. Buah yang
lebih khusus ada buah alpukat, buah jambu, buah belimbing, buah durian, dan
lain-lain. Begitu juga misalnya ketika pewarta menyebutkan penyakit. Penyakit
secara khusus memiliki jenis dan klaster yang berbeda-beda, misalnya ada
penyakit dalam, flu, demam, demam berdarah, reumatik, flu burung, hipertensi
dan lain sebagainya.
Contoh judul spesifik : Kluster Flu Burung Terjadi di Pamulang (Pikiran
Rakyat, 3 Juni 2006, hlm. 1)
4.7.2 Teknik Menulis Teras Berita (Lead)
Lead alias teras berita adalah sebuah tulisan pembuka yang menjadi titik
penting bagi pembaca. Teras berita (lead) yaitu kalimat pembuka berupa
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
39
paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari keseluruhan
berita yang kita sampaikan. Menurut para ahli, teras berita atau kalimat
pembuka yang baik harus mencerminkan keseluruhan dari isi berita.
Lead yang menarik akan langsung merangsang khalayak untuk terus
membaca isi beritanya. Sebaliknya, kalau lead kurang menarik, pembaca dijamin
tidak akan tuntas membaca berita tersebut. Mereka merasa cukup membaca
sebatas judul, atau satu kalimat atau alinea di depan yang tak menarik itu.
Karenanya, pemilihan lead harus mendapat perhatian agar tulisan yang dibuat
mampu menggoda khalayak untuk melanjutkan bacaannya.
Berdasarkan ketentuan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI),
sedikitnya ada 10 (sepuluh) pedoman dalam menulis teras berita yang baik,
antara lain :
Teras berita yang menempati alinea atau paragraf pertama harus
mencerminkan pokok terpenting berita. Alinea atau paragraf
pertama itu terdiri atas satu kalimat, dan sebaiknya tidak melebihi
dari tiga kalimat.
Hal-hal yang tidak begitu mendesak namun berfungsi sebagai
penambahan atau pelengkap keterangan hendaknya dimuat dalam
badan berita.
Teras berita harus ditulis dengan baik agar (a) mudah ditangkap dan
cepat dimengerti serta mudah diucapkan; (b) kalimat-kalimatnya
singkat, sederhana susunannya, dengan mengindahkan bahasa baku
serta ekonomis, jadi menjauhkan kata-kata mubazir; (c) jelas
melaksanakan ketentuan satu gagasan dalam satu kalimat; (d) tidak
mendoplengkan atau memuatkan sekaligus unsur 3A (Apa, siApa,
mengapA) dan 3 M (bilaMana, diMana, dan bagaiMana), (e)
dibolehkan memuat lebih dari satu unsur 3A dan 3M.
Teras berita tidak mengandung lebih dari 30 s/d 45 kata. Apabila
teras berita singkat, kurang dari ketentuan itu, maka jauh lebih baik.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
40
Teras berita sesuai dengan naluri manusia yang ingin segera tahu apa
yang telah terjadi. Karenanya, harus mengutamakan unsur apa yang
lebih disukai jika dimuat diteras berita.
Teras berita juga dapat dimulai dengan unsur siapa, karena ini juga
menarik perhatian pembaca. Apalagi kalau siapa itu seorang tokoh
yang populis. Namun demikan, jika unsur siapa dianggap tidak begitu
penting (menonjol), sebaiknya tidak dipakai dalam permulaan berita.
Teras berita jarang menggunakan unsur bilamana. Unsur waktu
hanya dipakai sebagai permulaan teras berita jika memang unsur itu
bermakna khusus dalam berita yang disampaikan.
Urutan unsur dalam teras berita sebaiknya menggunakan unsur
tempat terlebih dahulu, baru kemudian disusul oleh unsur waktu.
Unsur bagaimana dan unsur mengapa diuraikan dalam badan berita,
jadi tidak dalam teras berita.
Teras berita dapat dimulai dengan kutipan pernyataan seseorang
(quotation lead) asalkan kutipan itu bukan suatu kalimat yang
panjang. Dalam alinea berikutnya hendaknya segera ditulis nama
orang itu dan tempat serta kesempatannya dalam membuat
pernyataan.
1. Fungsi Teras Berita (Lead)
Dalam teori jurnalistik teras berita merupakan paragraf pertama yang
memuat fakta atau informasi yang paling penting dari keseluruhan berita yang
disajikan. Teras berita (lead) tersebut mempunyai beberapa fungsi, antara lain :
Atraktif
Atraktif berarti teras berita yang ditulis mampu membangkitkan
perhatian dan minat khalayak terhadap topik persoalan atau peristiwa yang
diberitakan. Fungsi utama teras berita adalah membangkitkan psikologi khalayak.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
41
Dengan adanya teras berita yang atraktif, khalayak pembaca yang sedang
mengantuk sekalipun diharapkan dapat terjaga dan membuka matanya lebar-
lebar. Dengan demikian, khalayak pembaca tetap aktif membaca beritanya.
Introduktif
Introduktif berarti teras berita yang ditulis dapat mengantarkan pokok
persoalan yang sedang dikupas dengan tegas dan jelas, sehingga pembaca dapat
memaknai dan merumuskannya dengan mudah.
Korelatif
Korelatif berarti kalimat dan paragraf pertama yang kita tulis dalam teras
berita, dapat membuka jalan bagi kemunculan kalimat paragraf kedua dan
seterusnya. Teras berita sebagai pembuka bertugas sebagai penghubung dari
satu bagian ke bagian yang lain, dari bagian perangkai (bridge) dan bagian tubuh
(body) sehingga saling berkesinambungan.
Kredibilitas
Kredibilitas adalah kemampuan lead dalam meyakinkan pembaca.
Kredibilitas jumalis atau wartawan dan juga penulis tercermin pada kredibilitas
lead yang dibuatnya. Karenanya, teras berita (lead) akan menunjukkan kepada
pembaca mengenai tingkat pengetahuan, keahlian, dan bidang pengalaman yang
dimiliki oleh jurnalis. Selain itu juga mencerminkan kredibilitas media yang
memuat berita yang ditulisnya tersebut.
4.7.3 Teknik Menulis Tubuh Berita (Body)
Tubuh berita merupakan kelanjutan dari teras berita. Dalam menulis
tubuh berita yang terpenting adalah penguasaan gaya penulisan serta upaya
untuk mempertahankan kesatuan dalam berita yang ditulisnya tersebut (unity in
news style).
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
42
Selain itu, kesatuan gagasan di dalam penulisan berita juga perlu
dipertahankan. Dalam penulisan berita yang terpenting adalah memaparkan
materi dan kalimat yang relevan. Dalam menulis berita, bahasa yang digunakan
tentulah merupakan bahasa jurnalistik.
Sebagai salah satu ciri dari bahasa jumalistik adalah lugas (to the point),
tidak berbunga-bunga dan tidak bertele-tele. Menurut Dja'far H. Aseggaf, dalam
mengikuti gaya penulisan berita, yang terpenting adalah laporan haruslah
bersifat menyeluruh, tertib dan teratur. Termasuk di dalamnya tepat
menggunakan bahasa dan tata bahasanya, serta memerhatikan ekonomi kata
atau penghematan kata.
Gaya penulisan dalam memaparkan isi berita harus apa adanya dan hidup
sehingga memiliki makna yang imajinatif dan mudah dipahami oleh pembaca.
Ketentuan ini menggambarkan bahwa gaya dan teknik penulisan berita dianggap
sebagai sesuatu yang apa adanya, lebih dialami dan dapat disimak secara
mendalam.
Dengan ketekunan dan keinginan menulis berita, serta penuh variasi dan
kaya dalam gaya, wartawan atau penulis dapat memahami teknik dan gaya
penulisan berita yang lebih baik, sehingga berita yang disajikan untuk khalayak
adalah berita yang memiliki nilai dan berkualitas.
4.7.4 Teknik Menulis Kaki Berita (Leg)
Kaki berita (leg) merupakan bagian akhir dari penulisan berita. Biasanya
pada kaki berita (leg) diikuti dengan siapa penulis berita tersebut. Penulis berita
lepas (freelance) biasanya namanya dicantumkan dengan jelas, misalnya Didin.
Namun, jika penulis berita adalah wartawan tetap, leg ditulis cukup
dengan nama inisial, misalnya dalam Pikiran Rakyat, ditulis dengan inisial (A-234,
Kompasditulis dengan (BEN), (ITA), (ART), Republika ditulis dengan atf/one, dan
lain-lain. Antara media massa yang satu dengan lainnya memang memiliki gaya
penulisan kaki (leg) yang berbeda-beda.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
43
4.8 Teknik Mencari Berita
Proses menulis berita tidak terlepas dari adanya peristiwa atau fakta di
lapangan. Fakta yaitu kenyataan peristiwa atau keadaan yang benar-benar
terjadi. Dalam teori jumalistik awal pencarian fakta di lapangan ini disebut
dengan istilah "news gathering".
Seorang jurnalis (penulis berita) harus mampu menangkap peristiwa-
peristiwa yang ada di sekitarnya. Sebagaimana sifat dari berita yang
mengutamakan kecepatan (dead line), maka dalam menulis berita seorang
wartawan berpacu dengan waktu.
Jika waktunya telah habis berarti berita sudah tidak aktual lagi alias basi.
Untuk berita langsung, terutama media massa harian, biasanya memberikan
waktu lima jam untuk peliputan suatu peristiwa berita. Jika peristiwa terjadi
pukul 07.00 WIB, paling tidak wartawan sudah punya draf kasar berita (out line)
pada pukul 12.00 WIB.
Mencari berita adalah tindakan secara aktif yang dilakukan oleh
wartawan dengan berbagai cara. Dalam perolehan berita bisa berarti mencari
dan bisa juga bahan berita datang sendiri. Adapun cara atau teknik seorang
wartawan atau jurnalis dalam memeroleh berita dari suatu kejadian atau
peristiwa di lapangan sebagaimana dikemukakan YS Gunadi dan Jhony Herfan
(2004) dalam bukunya ”Himpunan Istilah Komunikasi” terdiri atas :
Observasi
Secara sederhana observasi merupakan pengamatan terhadap realitas
sosial, yakni suatu kegiatan pengamatan langsung, ada juga pengamatan yang
tidak langsung. Seseorang disebut melakukan pengamatan langsung bila ia
menyaksikan sebuah peristiwa dengan mata kepalanya sendiri. Pengamatan ini
bisa dilakukan dalam waktu yang pendek dan panjang.
Pendek artinya, setelah melihat sebuah peristiwa dan mencatat
seperlunya, seseorang meninggalkan tempat kejadian untu menulis laporan,
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
44
misalnya, peristiwa kecelakaan lalu lintas. Sedangkan panjang berarti seseorang
berada di tempat kejadian dalam waktu yang lama. Bahkan ia menulis laporan
dari tempat kejadian. Contoh, peristiwa bencana alam.
Seseorang disebut melakukan pengamatan tidak langsung bila ia tidak
menyaksikan peristiwa yang terjadi, melainkan mendapat keterangan dari orang
lain yang menyaksikan peristiwa itu. Misalnya, peristiwa penemuan mayat
suami-istri di sebuah rumah. Si Pulan mendapat informasi bahwa di jalan
Kamonesan No. 12 ditemukan mayat sepasang suami-istri. Ia bergegas ke
daerah itu. Sesampai di sana, ia masih melihat sepasang mayat tersebut. Kalau
ia kemudian mendapatkan data tentang siapa yang meninggal dunia, kapan dan
kenapa meninggal dunia, data itu merupakan hasil dri pengamatan tidak
langsung.
Pengamatan di sini tidak sama persis dengan pengamatan seorang
peneliti. Seseorang peneliti melakukan pengamatan berdasarkan konsep dan
hipotesis. Hasilnya, biasanya dilaporkan dengan disertai pemecahan masalah ala
mereka. Sedangkan seorang pekerja pers melakukan pengamatan untuk
melaporkan kejadian sebuah peristiwa apa adanya.
Wawancara
Wawancara berita merupakan faktor penting dari proses penulisan
berita. Wawancara berita (news interview) dilakukan untuk mengumpulkan
bahan-bahan pembuatan berita, serta menggali informasi penting, menarik dan
benar, sehingga beritanya pun benar.
Seperti ditegaskan oleh Haris Sumadiria (2005) bahwa wawancara berita
merupakan alat utama dalam proses pengumpulan bahan berita (interview are
basic tool of news gathering).
Dengan wawancara berita (news interview) wartawan atau penulis dapat
menggali informasi sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya dari sumber
berita atau narasumber sehingga informasi yang diperoleh akurat, tepat dan
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
45
benar. Untuk mendapatkan hal yang demikian, tetap penting melakukan check
and richeck. Dengan demikian berita yang disampaikan kepada masyarakat pun
benar. Lebih lengkapnya tentang wawancara berita akan dipaparkan pada bab
terpisah.
Konferensi Pers
Pernyataan yang disampaikan seseorang yang mewakili sebuah lembaga
mengenai kegiatannya kepada para wartawan. Biasanya menyangkut citra
lembaga, peristiwa yang sangat penting dan bersifat insidental. Tetapi, tidak
jarang bersifat periodik, seperti konferensi pers Menteri Luar Negeri, yang
berlangsung seminggu sekali.
Pada setiap konferensi pers, setiap wartawan memiliki hak yang sama
untuk mengajukan pertanyaan kepada orang yang memberikan konferensi pers.
Umumnya, lalu lintas informasi dalam konferensi pers dilakukan lewat dialog
langsung.
Tetapi ada juga konferensi pers yang menggunakan informasi tertulis
yang dibagikan kepada para wartawan. Untuk melengkapi informasi tersebut,
para wartawan diberi kesempatan untuk bertanya.
Press Release
Bisa diartikan sebagai siaran pers yang dikeluarkan oleh satu lembaga,
satu organisasi atau seorang individu secara tertulis untuk para wartawan. Ia
mewakili kepentingan lembaga, organisasi atau individu. Itulah sebabnya media
massa cetak yang besar, seperti Kompas tidak mau memuat siaran pers ini.
Lagipula tidak ada keharusan bagi wartawan untuk memuat siaran pers
ini, juga tidak ada kesempatan bagi para wartawan untuk bertanya kepada pihak
yang mengeluarkan siaran pers tentang siaran pers. Inilah yang
membedakannya dengan konferensi pers. Tegasnya, pada press release tidak
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
46
ada tanya jawab dengan wartawan dan narasumber., sedangkan pada konferensi
pers ada.
Cover Up
Adalah serangkaian wawancara yang dilakukan wartawan terhadap
beberapa pihak. Hal itu dimaksudkan untuk menyusun laporan yang dilengkapi
dengan kaibat-akibat dan penagruh yang mungkin timbul dari suatu masalah
atau kejadian aktual. Laporan yang dihasilkan lebih dari sekedar berita lurus atau
berita spot.
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
47
Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi
48