1211

69
CHAPTER IV BERITA ALAM ilmu jurnalistik, produk pers terbagi atas 3 (tiga) bagian besar, yakni : 1) berita; 2) opini; dan 3) iklan. Berita merupakan salahsatu bagian terpenting yang disajikan oleh media massa. Bahkan, produk pers satu ini mendominasi setiap penerbitan media massa. Untuk memeroleh berita, pihak manajemen pers atau lembaga suatu media menugaskan seseorang yang lazim disebut wartawan, pewarta, reporter atau jurnalis. D Sebelum menulis berita, seorang wartawan harus melakukan kegiatan peliputan terlebih dahulu, mulai dari pengamatan terhadap suatu peristiwa atau kejadian di masyarakat, sampai kepada proses wawancara dengan narasumber yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Dalam melakukan kegiatan peliputan berita, seorang wartawan harus menjunjung tinggi asas faktualitas terhadap beritanya, agar berita yang dipublikasikan kepada khalayak merupakan sebuah fakta akan peristiwa yang benar-benar terjadi, bukan hasil rekaan apalagi rekayasa belaka. Berita itu sendiri secara maknawi merupakan suatu laporan tentang fakta atau pendapat orang yang menarik Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________ Modul Pengantar Ilmu Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi 1

Upload: wenny-efrina-simatupang

Post on 08-Dec-2014

24 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1211

CHAPTER IV

BERITA

ALAM ilmu jurnalistik, produk pers terbagi atas 3 (tiga) bagian besar,

yakni : 1) berita; 2) opini; dan 3) iklan. Berita merupakan salahsatu

bagian terpenting yang disajikan oleh media massa. Bahkan, produk pers satu ini

mendominasi setiap penerbitan media massa. Untuk memeroleh berita, pihak

manajemen pers atau lembaga suatu media menugaskan seseorang yang lazim

disebut wartawan, pewarta, reporter atau jurnalis.

D

Sebelum menulis berita, seorang wartawan harus melakukan kegiatan

peliputan terlebih dahulu, mulai dari pengamatan terhadap suatu peristiwa atau

kejadian di masyarakat, sampai kepada proses wawancara dengan narasumber

yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.

Dalam melakukan kegiatan peliputan berita, seorang wartawan harus

menjunjung tinggi asas faktualitas terhadap beritanya, agar berita yang

dipublikasikan kepada khalayak merupakan sebuah fakta akan peristiwa yang

benar-benar terjadi, bukan hasil rekaan apalagi rekayasa belaka.

Berita itu sendiri secara maknawi merupakan suatu laporan tentang fakta

atau pendapat orang yang menarik dan atau penting bagi khalayak yang terikat

oleh waktu. Artinya, bahwa suatu berita harus disajikan selekas-lekasnya.

Penulisan berita yang dilakukan oleh wartawan selain harus berpedoman

pada kaidah-kaidah jurnalistik, juga harus menjunjung tinggi nilai obyektivitas

dan integritas atas berita tersebut. Pasalnya, jika dua aspek tersebut tidak

menjadi parameter seorang wartawan dalam menulis beritanya, maka yang

terjadi adalah pemutarbalikkan fakta yang berujung pada pembohongan publik.

Karenanya, seorang wartawan harus bertanggungjawab atas berita yang

disiarkannya tersebut, baik secara sosial kepada masyarakat maupun secara

moral terhadap Tuhan YME.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

1

Page 2: 1211

4.1Pengertian Berita

Secara etimologi, berita yang dalam bahasa Inggrisnya ”News” berasal

dari bahasa latin ”Novus” atau ”Nova” yang artinya ”baru” (Muis, 1996). Berita

atau News adalah segala hal atau peristiwa nyata yang telah terjadi, sedang

terjadi, maupun akan terjadi, serta mengenai sesuatu hal yang menjadi

pemikiran (opini) orang atau seseorang.

Sedangkan dalam bahasa Sansakerta, berita diartikan "Vrit" yang berarti

“ada” yang mengandung makna ”kejadian”. Kemudian dikembangkan dalam

bahasa Inggrisnya menjadi "Write" yang berarti menulis. Ada juga yang

menyebutnya "Vritta" yang berarti "kejadian" atau "yang terjadi". Sementara

lidah orang Indonesia menyebutnya ”berita”. Berita, dalam kamus bahasa

Indonesia diartikan sebagai laporan kejadian atau peristiwa yang hangat.

Sementara oleh para praktisinya (wartawan) berita dianalogikan sebagai

singkatan dari North (Utara) – East (Timur) – West (Barat) – South (selatan).

Filosofinya, berita adalah kumpulan kejadian atau peristiwa yang berasal dari

empat penjuru mata angin, yang bermakna dari berbagai penjuru dunia.

Selain itu, berita juga diartikan sebagai kata kata jamak dari “New” atau

baru. Jadi, berita merupakan penyiaran atau pekabarkan mengenai hal-hal atau

peristiwa yang baru atau aktual.

Berita merupakan hasil dari proses rekonstruksi tertulis dari realitas sosial

yang diambil dari kehidupan masyarakat luas. Karenanya, penulisan berita lebih

merupakan pekerjaan merekonstruksi realitas sosial ketimbang gambaran dari

realitas itu sendiri. Kendati begitu, kegiatan merekonstruksi yang dilakukan oleh

wartawan terhadap realitas sosial tersebut tidak akan dapat dilakukan secara

komprehensif.

Arti kata, seorang pewarta tidak akan sanggup merekonstruksi suatu

realitas sosial sesuai dengan apa yang terjadi. Asumsinya, jika realitas sosial

memiliki empat sudut, maka yang dapat direkonstruksi (diungkapkan) hanya dua

sudut saja.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

2

Page 3: 1211

Setiap berita merupakan peristiwa, namun tidak semua peristiwa bernilai

berita atau dapat menjadi berita. Suatu peristiwa dikatakan berita jika sudah

disiarkan oleh media massa. Karenanya, selektivitas terhadap suatu peristiwa

menjadi hak prerogatif wartawan itu sendiri. Ia dapat menentukan apakah suatu

peristiwa layak menjadi berita atau tidak berdasarkan nilai kelayakan suatu

berita.

Lebih jelasnya mengenai berita, berikut sejumlah pengertian berita yang

dikemukakan oleh para pakar, praktisi dan teoritisi Ilmu Komunikasi dan

Jurnalistik, antara lain :

Berita adalah,

“Laporan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi, yang ingin diketahui oleh umum. dengan sifat-sifat aktual, terjadi di lingkungan pembaca, mengenai tokoh terkemuka, akibat peristiwa tersebut berpengaruh terhadap pembaca,”

Nancy Nasution,

”Laporan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru (aktual); laporan mengenai fakta-fakta yang aktual, menarik perhatian, dinilai penting, atau luar biasa,”

Kris Budiman,

“Laporan tentang fakta atau ide yang termasa ( baru ), yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi – segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan,”

Dja’far H Assegaf,

“Laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memilki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan melalui media massa periodik,”

J.B. Wahyudi,

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

3

Page 4: 1211

“Suatu laporan kejadian yang ditimbulkan sebagai bahan yang menarik perhatian publik media massa,”

Amak Syarifuddin,

“Adalah segala sesuatu yang terkait waktu dan menarik perhatian banyak orang dan berita terbaik adalah hal-hal yang paling menarik yang menarik sebanyak mungkin orang (untuk membacanya),”

Willard Grosvenor Bleyer,

“Suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca,”

Dean M. Lyle Spencer,

”Suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut,”

William S Maulsby,

”Laporan pertama dari kejadian yang penting yang dapat menarik perhatian umum,”

Eric C. Hepwood,

“News is the timely repaort of facts or opinion of either interest or importance, or both, to a considerable number of people --Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk--,”

Mitchel V. Charn,

”Suatu informasi yang lebih menekankan dari segi ”keanehan” atau ”ketidaklaziman” sehingga mampu mencuri perhatyian serta memancing keingintahuan (curiosity) pembaca,”

Nothclife,

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

4

Page 5: 1211

“Adalah informasi yang “merangsang”, dengan informasi itu orang biasa dapat merasa puas dan bergairah,”

Chilton R. Bush,

”Laporan tentang fakta atau pendapat orang yang terikat oleh waktu, yang menarik dan/atau penting bagi sejumlah orang tertentu,”

Charnley,

Merujuk pengertian berita yang diungkapkan sejumlah tokoh dan pakar

komunikasi maupun jurnalistik di atas, maka berita dapat diartikan sebagai suatu

peristiwa atau informasi yang faktual, nyata serta aktual yang disajikan oleh

reporter atau wartawan dalam media massa, baik media cetak, seperti surat

kabar, tabloid, majalah, dan buletin, maupun media elektronik, seperti siaran

radio, siaran televisi, dan media online atau internet.

4.2Konsep Berita

Dikalangan jurnalis ada istilah yang berkaitan dengan berita yang

mengandung makna “nyeleneh”, namun sampai saat ini masih menjadi literatur

jurnalistik. Pameo yang dikemukakan Lord Northchliffe, seorang teoritisi

jurnalistik dari Inggris tersebut berbunyi, “If a dog bites a man that’s not news.

But, if a man bites a dog that’s news --Kalau anjing menggigit manusia itu

bukanlah berita. Tapi kalau manusia yang menggigit anjing itu baru namanya

berita--”

Definisi tersebut selain mengundang kontroversi dan kontra dari para

pakar, baik akademisi maupun para praktisi jurnalistik, belakangan definisi

tersebut juga dianggap kurang “mengena” terhadap pengertian berita yang

sesungguhnya, mengingat suatu berita tidak hanya merupakan kejadian yang

nyata terjadi, namun juga merupakan kejadian yang akan terjadi serta apa yang

menjadi pemikiran orang.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

5

Page 6: 1211

Berita merupakan sebuah hasil pelaporan, namun berbeda dengan

laporan lain pada umumnya, seperti laporan hasil penelitian, atau laporan kepala

negara, karena berita memiliki ciri hakiki, yakni sangat cepat (timely) serta

mengandung public interest atau berkaitan dengan kepentingan umum.

Sekaitan dengan hal tersebut, Frank Luther Mott (1989) dalam bukunya

”New Survey of Journalism” membagi berita dalam delapan (8) konsep, yakni :

1. Berita Sebagai Laporan Tercepat (News As Timely Report)

Konsep dasar berita menitikberatkan pada aspek kecepatan (timely).

Sekarang ini dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, kecepatan

adalah sesuatu yang sangat penting. Namun, sesuatu yang tidak bisa ditulis

dengan cepat atau tidak terlalu baru dapat disiasati dengan memberikan laporan

yang lebih mendalam (in depth report) sehingga terkesan lebih baru.

2. Berita Sebagai Rekaman (News As Record)

Berita yang tercetak dalam media massa cetak merupakan rekaman

sebagai bahan dokumentasi. Sering kali media massa mencatat hal-hal yang

bersejarah, berharga, dan bernilai tinggi bagi kemanusiaan serta kebudayaan.

Semua itu dengan adanya media massa cetak bisa didokumentasikan. Misalnya

New York Times yang memeroleh Pulitzer Prizes sebagai penghargaan atas

pemuatan berita-berita yang bersifat dokumenter.

3. Berita Sebagai Fakta Objektif (News As Objective/Acts)

Disebut sebagai fakta objektif karena berita merupakan suatu fakta dan

objektif. Karenanya sebuah laporan berita harus jujur dalam mengungkapkan

fakta apa adanya dan haruslah objektif yakni berafiliasi pada salah satu pihak.

Sebagai media yang ditujukan untuk publik maka media massa haruslah

memenuhi ketentuan umum termasuk memenuhi standar kode etik jumalistik di

dalamnya.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

6

Page 7: 1211

4. Berita Sebagai Sensasi (News As Sensation)

Terkadang berita memiliki sisi subjektivitas sebagai upaya mengejutkan

(shocks) dan menggetarkan atau mengharukan (thrills) bagi pembaca.

Subjectivitas tersebut biasanya terdapat dalam pemberitaan yang serius

mengenai kejadian-kejadian tertentu, misalnya tentang skandal seks pejabat,

atau gosip yang dapat memberikan sensasi.

5. Berita Sebagai Interpretasi (News As Interpretation)

Dalam suatu kehidupan yang kompleks seperti menyangkut bidang

politik, ekonomi, sosial, budaya dan ilmu pengetahuan, suatu fakta perlu

dijelaskan agar pembaca mengerti. Publik perlu diberi penjelasan tentang latar

belakang, sebab-akibat, situasi serta hubungannya dengan hal-hal lain, mengapa

sesuatu itu terjadi berdasarkan interpretasi atau pemahaman wartawan.

Kepiawaian seorang wartawan dalam menyajikan berita adalah hal yang

penting sehingga tidak menimbulkan salah tafsir dan salah pengertian (prejudice)

bagi pembacanya. Karenanya, untuk menggali dan meyakinkan pembacanya

diperlukan kepandaian dan kejujuran wartawan yang bersangkutan.

6. Berita Sebagai Minat Insani (News As Human Interest)

Dalam hal ini, menariknya berita bukan karena pentingnya peristiwa yang

dilaporkan, tetapi karena sifatnya yang menyentuh perasaan insani (manusia),

menimbulkan perasaan terharu, prihatin, senang dan lain sebagainya. Misalnya

penemuan seorang anak yang telah hilang terpisah dari orang tuanya, atau

kehidupan binatang langka yang terancam punah dan lain sebagainya.

7. Berita Sebagai Ramalan (News As Prediction)

Wartawan berita cenderung menaruh perhatian kepada masa depan dari

masa kini dan masa lalu. Karena minat pembaca terutama terletak pada masa

depan. Pada umumnya yang diharapkan dari berita, selain merupakan informasi

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

7

Page 8: 1211

mengenai kejadian terkini, juga ramalan (to prediction) yang masuk akal

(intelligent forecast) mengenai masa depan.

Misalnya kompensasi kenaikan BBM untuk pendidikan atau bagaimana

nasib pendidikan di masa yang akan datang? Hal demikian disajikan ke dalam

suatu berita yang menarik, misalnya dengan mengaitkan pembicaraan menteri

pendidikan ketika menyampaikan tentang program pendidikan masa depan.

8. Berita Sebagai Gambar (News As Picture)

Selain berita disampaikan dalam bentuk kata-kata, berita juga dapat

disampaikan dalam bentuk gambar. Jika diamati, banyak media massa, terutama

surat kabar atau majalah yang halamannya penuh dengan gambar-gambar.

Ilustrasi gambar dalam media massa selain bisa menghibur, juga biasanya lebih

lugas, jujur dan apa adanya. Biasanya gambar bisa lebih menjelaskan fakta

objektif daripada kata-kata, karena kata-kata memang mempunyai keterbatasan

dalam menjangkau peristiwa.

Sebagai contoh, berita tentang penggundulan hutan, kebakaran atau

demonstrasi massa. Biasanya akan lebih jelas dan mudah dimengerti jika disertai

gambar. Wartawan yang khusus mengirimkan gambar-gambar berkaitan dengan

objek atau peristiwa lebih dikenal dengan sebutan wartawan foto.

4.3Jenis-Jenis Berita

Dalam menulis berita, seorang pewarta atau jurnalis dapat menentukan

sendiri jenis berita yang dikehendakinya. Masing-masing dari jenis berita

tersebut memiliki karakteristik tersendiri dan penentuan jenis berita biasanya

tergantung dari konteks peristiwa yang akan disirakan atau disajikan tersebut.

Secara holistik, berita yang tertuang pada media massa, baik cetak

maupun elektronik pada umumnya terbagi atas 1) Straight News; 2) Depth

Reporting News; 3) Investigative News; 4) Interpertative News; 5) Opinion News;

dan 6) Feature.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

8

Page 9: 1211

1. Straight News

Adalah berita langsung, dalam arti apa adanya. Straight News atau sering

juga disebut Spot News merupakan jenis berita yang paling banyak digunakan

oleh para wartawan dalam menulis berita di media massa, terutama surat kabar

harian (daily newspaper). Ciri penulisan berita ini adalah ditulis apa adanya

berdasarkan fakta atas kejadian yang diberitakan tersebut, tidak berbelit belit

dan mengutamakan nilai aktualitas.

Karenanya, kejadian atau peristiwa yang sudah lama terjadi dan lampau

akan diindahkan oleh berita jenis ini. Contoh berita jenis Straight News di

antaranya, peristiwa kecelakaan lalu lintas, demonstrasi massa, peristiwa

kebakaran atau berita kejadian lainnya.

Sifat utama dari Straight News adalah beritanya lugas, singkat dan

langsung ke pokok persoalan dengan dukungan fakta-fakta yang akurat, namun

tanpa mengabaikan kelengkapan data dan obyektivitas. Berita jenis ini harus

memenuhi unsur 5W+1H secara ketat dan harus cepat-cepat disiarkan atau

dipublikasikan, karena terlambat sedikit maka berita akan dianggap basi.

Adapun berita yang sejenis dengan bentuk straight news di antaranya matter of

fact new, action news, dan quote news.

Matter of fact news, adalah berita yang hanya mengemukakan fakta

utama yang terlibat dalam suatu peristiwa itu saja. Berita langsung

jenis ini ditulis cenderung pendek, terdiri atas dua atau tiga alinea.

Action news, adalah berita yang mengemukakan serta mengisahkan

perbuatan atau tindakan yang terlibat dalam peristiwa itu.

Quote news, adalah berita yang disertai dengan mengemukakan

kutipan dari apa yang diucapkan oleh para pelaku yang terlibat

dalam peristiwa tersebut. Misalnya berita tentang kegiatan pejabat

seperti presiden dan jajarannya, berita bencana alam, berita

seminar, berita bedah buku, berita rapat dewan komisi, berita

kriminalitas, dan lain sebagainya.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

9

Page 10: 1211

2. Depth Reporting News

Adalah suatu berita mendalam yang dikembangkan melalui pendalaman

hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan. Dalam penulisannya, seorang

wartawan perlu menghimpun informasi, data dan fakta-fakta mengenai peristiwa

sebagai informasi tambahan untuk melengkapi berita yang ditulisnya.

Misalnya penulisan berita mendalam tentang pemilihan calon presiden,

reporter perlu memasukkan pidato calon presiden yang telah disampaikannya

beberapa waktu lalu. Begitu juga halnya penulisan berita dengan objek lain,

reporter perlu mengumpulkan data-data, fakta-fakta di lapangan, sehingga

diperoleh informasi yang memadai serta relevan dengan berita yang ditulisnya.

Dengan demikian hasil tulisannya tidak terkesan sebagai opini penulisnya,

melainkan berdasarkan fakta apa adanya di lapangan.

3. Investigation News

Merupakan berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau

penyelidikan wartawan dari berbagai sumber. Ciri khas dari berita jenis ini

terletak paa pencarian fakta tersembunyi dengan cara menelusuri jejak dari

peristiwa dan akar pendapat yang sudah diketahui atau fakta dipermukaan.

Dengan demikian, sifat penulisannya lebih banyak membandingkan antara fakta

di permukaan dengan fakta tersembunyi yang berhasil di dapat.

Adapun tujuan dari penyelidikan tersebut adalah untuk memeroleh

sejumlah fakta dan keterangan tentang ‘sesuatu’ yang sengaja disembunyikan

oleh pihak tertentu. Melalui penyelidikan dapat diperoleh fakta dan data yang

tersembunyi agar tujuan penyelesaian dapat tercapai.

Berita jenis ini biasanya memusatkan pada permasalahan yang

kontroversi, dan berita ini diturunkan untuk membantu menyelesaikan

permasalahan yang terjadi terkait dengan kepentingan banyak pihak, misalnya

masalah penyalahgunaan jabatan, penyelewengan dana bantuan, korupsi, polusi

dan lain sebagainya.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

10

Page 11: 1211

Untuk menurunkan berita ini, wartawan atau penulis melakukan

penyelidikan atau investigasi dalam mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya

terjadi sehingga beritanya dapat membantu menjelaskan kepada masyarakat dan

dapat membantu menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi.

4. Interpretative News

Adalah berita yang dikembangkan dengan opini atau pendapat wartawan

atau penulisnya. Prinsip berita jenis ini lebih mengutamakan kedalaman bahasa

fakta dan atau pendapat, termasuk di dalamnya latar belakang serta fakta atau

pendapat dari pihak lain yang relevan.

Berita interpretatif biasanya memfokuskan pada sebuah isu, masalah,

atau peristiwa-peristiwa yang bersifat kontroversial. Namun demikian, fokus

laporan beritanya masih tetap menyampaikan tentang fakta yang ada dan bukan

opini. Dalam jenis berita ini, wartawan atau penulis dituntut untuk dapat

melakukan analisis dan menjelaskan persoalan yang terjadi dengan jelas.

Berita jenis ini sangat tergantung pada pertimbangan nilai (value) dan

fakta yang ada. Wartawan yang menulis berita ini pada umumnya mencoba

menerangkan berbagai peristiwa publik melalui penggalian informasi yang

diperoleh langsung dari para narasumber.

Laporan interpretatif biasanya dipusatkan untuk menjawab pertanyaan

“mengapa", misalnya mengapa kenaikan BBM diprotes rakyat? mengapa calon

presiden harus yang tegas? dan lain sebagainya. Untuk dapat menurunkan

berita jenis ini, wartawan biasanya mencari alasan-alasan dengan menggali

informasi dari para narasumber yang terpercaya.

5. Opinion News

Adalah suatu berita mengenai pendapat dari para n, ahli, pejabat dan

atau akademisi terhadap suatu peristiwa atau hal yang menjadi perhatian

khalayak. Wartawan dapat menulis berita ini setelah terjadi suatu peristiwa.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

11

Page 12: 1211

Dengan demikian, berita jenis ini dapat dikatakan sebagai berita penguat

atas berita yang sebelumnya sudah ada. Misalnya, berita tentang banyaknya

pesawat terbang yang jatuh kemudian ditindaklanjuti dengan berita opini dari

ahli Alutsista mengenai faktor-faktor penyebab jatuhnya pesawat tersebut.

6. Feature News

Dilihat dari karakternya, feature termasuk ke dalam jenis soft news, yakni

jenis berita yang memiliki ciri pelaporan khas. Kendati ”khas”, namun tulisan

feature tetap berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses

jurnalistik. Dengan demikian, maka feature dapat diartikan sebagai berita khas

kreatif yang berpijak pada jurnalistik sastra tentang suatu situasi, keadaan, atau

aspek kehidupan, dengan tujuan untuk memberikan informasi sekaligus

menghibur khalayak.

Jadi, jika dalam penulisan berita ”keras” yang diutamakan ialah

pengaturan fakta-fakta, maka dalam penulisan feature, yang dipakai adalah

teknik ‘’mengisahkan sebuah cerita’’. Penulis feature pada hakikatnya adalah

seorang yang berkisah. Penulis melukis gambar dengan kata-kata, ia

menghidupkan imajinasi pembaca sehingga menggiring pembaca untuk masuk

ke dalam ceritanya. Semua pihak sepakat, bahwa feature merupakan bentuk

dari jurnalisme sastra, yakni suatu bentuk karya jurnalistik yang menggabungkan

unsur-unsur jurnalisme dengan unsur-unsur sastrawi.

6.1 Pengertian Feature

Kendati belum ada kesepahaman di antara para akademisi maupun

praktisi di bidang ilmu Jurnalistik mengenai apa itu feature? Namun secara

sederhana feature dapat diartikan sebagai “artikel kreatif” atau ”berita khas”

yang menjadi salahsatu bentuk dari berita yang disajikan di media massa.

Bahkan, saat ini tulisan feature mendapat tempat tersendiri di media massa.

Dengan adanya feature, media massa menjadi lebih "hidup”.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

12

Page 13: 1211

Lebih jelasnya tentang apa itu feature? Berikut beberapa definisi feature

yang dikemukakan oleh sejumlah ahli, praktisi maupun akademisi di bidang ilmu

Jurnalistik.

Feature adalah :

”Suatu tulisan kreatif, terikat pada dasar-dasar jurnalistik dan ragam sastra yang dapat mengabaikan segala aktualitas; mengajikan kebenaran objektif akan tetapi kadang-kadang subjektif; cenderung mengutamakan segi human interest; terutama bersifat ringan, menghibur, menenangkan; merangsang dan menimbulkan rasa emosional; mengundang imajinasi pembaca; memberi; menambah dan meningkatkan informasi; tentang keadaan atau peristiwa, masalah, gejala, proses, aspek-aspek kehidupan, termasuk juga latar belakang,”

Riyono Pratikno,

“Karangan lengkap non-fiksi bukan berita lempang dalam media massa yang tidak menentu panjangnya, dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan daya kreativitas, kadang-kadang dengan sentuhan subjektivitas pengarang (penulis) terhadap peristiwa atau situasi, aspek kehidupan dengan tekanan pada daya pikat manusiawi untuk tujuan memberitahu, menghibur, mendidik dan meyakinkan pembaca,”

Andi Baso Mappatoto,

“Secara umum adalah suatu daftar panjang tentang pelbagai bahan mulai dari komik sampai tulisan yang disebut kolom, yang tidak digolongkan pada berita lempang dan secara khusus adalah tulisan yang semata-mata berdasarkan daya pikat manusiawi (human interest) yang tidak terlalu terikat pada tulisan baku yang kaku seperti yang diberlakukan dalam berita lempang,”

Jullian Haris,

“Karangan khas yang tidak tunduk pada teknis penulisan dan penyajian fakta-fakta seperti yang disyaratkan berita dan sifatnya ringan memberikan hiburan,”

Assegaf,

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

13

Page 14: 1211

“Karangan yang melukiskan suatu pernyataan dengan terinci sehingga apa yang dilaporkan hidup dan tergambar dalam imajinasi pembaca,”

KBBI,

“Tulisan di media massa di luar berita, biasanya berisi tulisan ringan, tulisan berat, tajuk rencana, tulisan sketsa, laporan pandangan mata dan sebagainya. Sedangkan dalam arti adalah tulisan yang sifatnya bisa menghibur, mendidik, memberi informasi dan sebagainya aspek kehidupan dengan gaya yang bervariasi,”

Umar Nur Zain,

“Adalah artikel yang kreatif/ kadang-kadang subjektif yang dirancang terutama untuk menghibur dan memberitahu pembaca tentang suatu peristiwa, kejadian atau situasi atau aspek kehidupan seseorang,”

Daniel R. Williamson,

“Suatu artikel atau karangan yang lebih ringan atau lebih umum tentang daya pikat manusiawi atau gaya hidup daripada berita lempang yang ditulis dari peristiwa yang masih hangat,”

Richard Weiner.

6.2 Unsur-Unsur Feature

Dikemukakan Riyono Pratikno (1984) dalam bukunya “Kreatif Menulis

Feature” sedikitnya ada enam (6) unsur dalam penulisan feature, di antaranya :

Kreativitas

Tidak seperti penulisan berita biasa, penulisan feature memungkinkan

wartawan atau penulis untuk “menciptakan” sebuah cerita atau “mengkreasi”

cerita. Karenanya, dalam menulis feature, seorang wartawan tidak dibatasi

dalam penggunaan bahasa. Namun sebaliknya, ia bebas mengekplorasi bahasa

untuk dituangkan ke dalam tulisan featurenya.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

14

Page 15: 1211

Selain itu, dalam menulis feature, wartawan dapat memasukkan unsur

hiperbolis (dramatisasi kata) secara wajar ke dalam isi tulisannya tersebut.

Maksud wajar di sini adalah, hiperbolisme harus tetap berada pada koridor

empirisme serta berpegang pada data dan fakta yang sebenarnya, bukan hasil

rekayasa apalagi pemutarbalikkan fakta.

Paduan Jurnalistik dan Sastrawi

Salahsatu karakteristik yang membedakan feature dengan berita adalah

adanya sentuhan sastra pada feature, sedangkan berita cenderung “steril” dari

hal tersebut. Karenanya, untuk menulis feature, selain dituntut kemampuan

jurnalistik, penguasaan tentang bahasa sastra juga menjadi hal yang mutlak.

Jika dianalogikan, antara jurnalistik dan sastra sebagai sebuah lingkaran

yang saling bersinggungan atau tumpang tindih, dan feature adalah satu luasan

tempat tumpang tindih kedua lingkaran tersebut.

Semakin luas daerah tumpang tindihnya, maka semakin tinggi nilai

feature tersebut. Namun sebaliknya, semakin sempit daerah tumpang tindih itu,

maka nilai bobot dari feature itu sendiri semakin rendah.

Gambar 4.1

Skema Feature

Adanya sentuhan sastra ini memungkinkan gaya penulisan feature

cenerung mirip dengan gaya penulisan karangan fiksi sehingga menjadi enak

untuk dibaca, layaknya membaca cerita pendek atau novel.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

Berita SastraFeature

15

Page 16: 1211

Mengabaikan Segi Aktualitas

Berita mudah sekali “punah”, sehingga unsur berita yang semuanya

penting luluh dalam waktu saat itu. Tetapi. Feature bisa disimpan berhari-hari,

berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Oleh karena itu,

tidak seperti pada berita, tekanan deadline atau tenggat waktu dari redaksi

jarang terjadi pada penulisan feature, sehingga wartawan memiliki keleluasaan

untuk mengeksplorasi tulisannya tersebut karena memiliki cukup waktu untuk

mengadakan riset secara cermat, agar nantinya dapat menghasilkan sebuah

karya feature yang bermutu dan berkualitas.

Subjektivitas

Walaupun tetap masih mematuhi penulisan berita atau dasar-dasar

jurnalistik. Dengan kata lain objektivitas harus tetap dijaga, namun kadang-

kadang suatu feature dapat bersifat subjektif dimana penulisannya mengambil

“point of view” orang pertama. Dengan kata lain, feature ditulis dalam bentuk

“aku” sehingga mnemungkinkan wartawan atau penulis memasukkan emosi dan

pikirannya sendiri.

Subjektivitas feature juga tampak dari kedekatannya dengan unsur sastra.

Tulisan feature perjalanan misalnya atau feature minat insani (human interest)

akan mengurangi fakta dengan pencampuran gaya penulisan fiksi. Dalam teori

penulisan kreatif modern, memadukan unsur fakta dan unsur fiksi (daya imajinasi

penulis) memang bukan suatu hal yang salah, dan ini sering dilakukan oleh para

penulis barat.

Subjektivitas dalam penulisan feature juga dapat diartikan sebagai

pengungkapan perasaan dan pikiran sesuai dengan nilai-nilai atau konsep

seseorang. Apapun yang diungkapkan merupakan subjektivitas seseorang yang

dipengaruhi oleh insting, impulsi, emosi, pikiran, budaya serta lingkungan

interaksi atau pergaulan hidupnya yang kemudian melahirkan pola tingkah laku

subjektivitas yang berbeda.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

16

Page 17: 1211

Minat Insani (Human Interest)

Pada umumnya feature selalu mengandung segi human interest atau

selalu ada human touch (sentuhan manusiawi). Sehubungan dengan human

interest atau minat insani ini, yang penting bagi suatu tulisan feature adalah ia

ditulis secara ringan sehingga cenderung menghibur dan menyenangkan.

Hal ini dimaksudkan sebagai variasi atau imbangan terhadap berita-berita

“berat” atau artikel yang termuat dalam halaman-halaman surat kabar. Suatu

berita yang dibuat ke dalam bentuk feature bisa sesuatu yang menyenangkan

atau menggembirakan, namun bisa juga sesuatu yang menyedihkan atau

menyakitkan terkait suatu peristiwa yang sangat berat dan sulit. Tetapi,

penyajiannya dalam bentuk feature cenderung suatu bentuk yang

menyenangkan atau menyegarkan.

Informatif

Ciri lain dari penulisan Feature yakni dapat memberikan informasi lebih

lengkap kepada masyarakat, terutama mengenai suatu situasi, peristiwa atau

aspek kehidupan yang biasanya ditinggalkan dalam berita “berat”. Tulisan dalam

bentuk feature biasanya lebih mendalam sehingga mampu memberikan

gambaran lebih detail tentang peristiwa atau suatu permasalahan.

Dalam mengungkap kondisi sosial, feature biasanya lebih menggugah dan

memunculkan empati dan rasa haru pembacanya. Selain itu, feature juga bisa

menggelitik hati nurani pembaca. Informasi yang disampaikan melalui feature

biasanya informasi yang dapat menyentuh rasa kemanusiaan pembacanya,

sehingga pembaca terpengaruh untuk melakukan perubahan konstruktif.

Memberikan informasi juga berarti menambah informasi, misalnya

apabila pengetahuan pembaca mengenai suatu masalah atau peristiwa sudah

ada sebelum mereka membaca feature tersebut, maka feature tersebut bersifat

menambah serta memperkuat dan menyakinkan informasi atau pengetahuan

pembaca tersebut.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

17

Page 18: 1211

Menghibur

Tulisan dalam bentuk feature biasanya bersifat menghibur karena

pembaca dalam memahaminya cenderung menggunakan emosi daripada

pikirannya. Hal ini berbeda dengan berita keras (hard news) yang dipahami pada

umumnya melalui pikiran.

Dalam setiap kasus, sasaran utama feature adalah bagaimana menghibur

pembaca dan memberikan kepadanya hal-hal yang baru dan segar. Untuk

menyentuh emosi pembaca, gaya penulisan feature ditulis dengan gaya yang

menghibur. Adanya feature inilah isi media massa tidak terasa "kering", sehingga

pembaca tidak bosan pembaca media massa tersebut.

Sifat menghibur ini menjadi penting karena hiburan merupakan

kebutuhan dasar seseorang yang perlu dipenuhi melalui bacaan yang disajikan

oleh media massa. Karenanya, bagi media cetak, feature menjadi alat penting

bagi surat kabar atau majalah untuk bersaing dengan media elektronik. Laporan

berita menjadi penuh warna dan kaya akan nilai estetika.

6.3 Jenis-Jenis Feature

Menurut Wosseley and Campbell dalam Winoto (1960) dan Pratikno

(1934) sedikitnya terdapat enam (6) jenis feature, di antaranya :

Feature Minat Insani (Human Interest Feature)

Salah satu ciri khas utama dari jenis feature ini adalah bahwa feature

human interest mengandung banyak unsur-unsur kemanusiaan atau sarat

dengan sentuhan manusiawi.

Unsur-unsur atau segi inilah yang menjadi aspek utama agar cerita yang

disajikan dapat menyentuh rasa manusiawi pembaca, misalnya keharuan,

kegembiraan, kesedihan, kebencian, iri hati, kejengkelan, simpati, cinta dan kasih

sayang, dan amarah. Nilai cerita ini ditentukan oleh syarat aktualitas atau waktu

(timely).

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

18

Page 19: 1211

Feature Sejarah (Hystorical Feature)

Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting,

seperti proklamasi kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan

jenderal-jenderal revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peringatan 100

tahun lahir atau meninggalnya seorang tokoh.

Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peristiwa-peristiawa mutakhir

yang mem-bangkitkan minat dalam topik mereka. Jika musibah gunung api

terjadi, koran sering memuat peristiwa serupa di masa lalu.

Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen/gedung)

terkenal, pionir, fi-losof, fasilitas hiburan dan medis, perubahan dalam komposisi

rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama dan kemakmuran.

Setiap kota atau sekolah memiliki peristiwa menarik dalam sejarahnya.

Seorang penulis feature yang bagus akan mengkaji lebih tentang peristiwa-

peristiwa itu, mungkin dengan dokumen historis atau dengan mewawancara

orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa bersejarah.

Feature Biografi (Biografical Feature)

Profil mengungkap manusia yang menarik, misalnya tentang seseorang

yang secara dramatik mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi

terkenal karena kepribadian mereka yang penuh warna.

Agar efektif, profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pencapaian

dan tanggal-tang-gal penting dari kehidupan si individu. Profil harus bisa

mengungkap karakter manusia itu. Untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan, penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus

mengamati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi rumah mereka dan

mewawancara teman-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka.

Profil yang komplit sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa

meng-gambarkan dengan pas karakternya. Profil yang baik juga semestinya bisa

memberikan kesan kepada pembacanya bahwa mereka telah bertemu dan

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

19

Page 20: 1211

berbicara dengan sang tokoh. Banyak sumber yang diwawancara mungkin

secara terbuka berani mengejutkan Anda dengan mengungkap rahasia pribadi

atau anekdot tentang si subyek. Tapi, banyak sumber lebih suka meminta agar

identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk

memberikan balans dalam penggambaran si tokoh.

Feature Perjalanan (Travelogue Feature)

Feature petualangan melukiskan pengalaman-pengalaman istimewa dan

mencengangkan — mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah

kecelakaan pesawat ter-bang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia,

pengalaman ikut dalam peperangan.

Dalam feature jenis ini, kutipan dan deskripsi sangat penting. Setelah

bencana, misalnya, penulis feature sering menggunakan saksi hidup untuk

merekontruksikan peristiwa itu sendiri. Banyak penulis feature jenis ini memulai

tulisannya dengan aksi momen yang paling menarik dan paling dramatis.

Feature Petunjuk Praktis (Explanatory and How-To-Do-It Feature)

Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu

hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun,

mereparasi mobil atau mem-pererat tali perkawinan.

Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan

lebih sulit dalam penulisannya. Reporter yang belum berpengalaman akan

cenderung menceramahi atau mendikte pembaca — memberikan opini mereka

sendiri — bukannya mewawancara sumber dan memberikan saran faktual.

Feature Ilmiah (Scientific Feature)

Hasil-hasil penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan selalu dapat

menarik minat pembaca. Feature-feature tentang ilmu pnegetahuan (popular)

sebetulnya dapatmenjembatani kesenjangan (jurangpemsaih, gap) antara para

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

20

Page 21: 1211

ilmuwan dengan amsyarakat awam. Karena melalui feature berbagai hasil

penelitian ilmiah atau berbagai penemuan baru yang sangat berguna bagi

kehidupan umat manusia dapat dihidangkan dalam bentuk tulisan yang ringan

dans ederhana, mudah dimengerti oleh orang awam.

2.4 Lead Feature

Dibanding berita lurus, tulisan jenis feature konon kabarnya paling

banyak disukai wartawan untuk menulisnya. Untuk membuat lead bagi jenis

tulisan feature, ada beberapa contoh lead yang biasa digunakan banyak

wartawan, di antaranya :

Lead Ringkasan

Lead ini hampir mirip dengan berita biasa, bedanya, yang ditulis adalah

inti ceritanya. Banyak wartawan yang menulis lead gaya ini karena gampang,

misalnya :

Usia tua bukan halangan bagi Mak Emin untuk tetap bertahan jualan gado-gado di kantin sekolah kita. Ia, dengan semangat tinggi bertekad menghidupi anaknya agar bisa sekolah seperti yang lain. Dan seterusnya…..

Lead Bercerita

Lead ini menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca seperti

ikut jadi tokohnya. Misalnya :

Anak berseragam putih-abu itu menenteng balok kayu. Sorot matanya tajam bagai elang mengincar mangsanya. Sejurus kemudian ia memberi komando teman-temannya untuk segera menyerang lawannya dari sekolah lain. Tawuran pun tak bisa dihindari lagi. Warga sekitar kejadian, yang kebanyakan ibu-ibu berteriak histeris menyaksikan aksi brutalis para pelajar itu …

Lead Deskriptif

Lead ini menceritakan gambaran kepada pembaca tentang suatu tokoh

atau suatu kejadian. Penulis yang hendak menulis profil seseorang, biasanya

suka sekali membuat lead seperti ini, misalnya :

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

21

Page 22: 1211

Sesekali wanita tua itu mengelap keringatnya yang mengucur dengan ujung kebayanya, ia terus mengulek bumbu pecel. Sementara anak-anak sekolah sibuk berebutan membeli gorengan di kantin sekolah itu. Meski banyak anak yang suka curang dengan tidak membayar dagangannya, mak Emin tak pernah ambil pusing, “Mungkin dia tidak punya uang,” ucapnya suatu saat….. dst….

Lead Pertanyaan

Lead ini menantang rasa ingin tahu pembaca, asal dipergunakan dengan

tepat dan pertanyaannya wajar saja. Lead begini sebaiknya satu alinea dan satu

kalimat, dan kalimat berikutnya sudah alinea baru. Misalnya :

Untuk apa mereka berjihad ke Irak? Memang ada yang sinis dengan dibukanya pendaftaran relawan untuk berjihad ke Irak, menyusul invasi AS dan sekutunya ke negeri seribu satu malam itu 20 Maret lalu. Bahkan pemerintah pun menanggapi dingin rencana tersebut bahkan ada yang pejabat yang mengatakan “konyol” terhadap rencana tersebut…dst….

Lead Menuding

Lead ini berusaha berkomunikasi langsung dengan pembaca dan ciri-

cirinya adalah ada kata “Anda” atau “Saudara” (bisa juga Kamu). Pembaca

sengaja dibawa untuk menjadi bagian cerita, walau pembaca itu tidak terlibat

pada persoalan. Misalnya :

Kamu jangan bangga dulu punya HP oke. Meski kemana-mana nenteng ponsel yang fiturnya seabrek, boleh jadi kamu buta tentang telgam ini dst….

Lead Nyentrik

Lead ini nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi atau sepotong kata-kata

pendek. Hanya baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara

penyajiannya, misalnya :

Hancurkan Amerika!Tangkap Bush!Bush Teroris!Tegakkan KhilafahHancurkan Demokrasi!Teriakan itu bersahut-sahutan dari ribuan pendemo di depan Kedubes AS dalam unjuk rasa menentang invasi AS dan sekutunya ke Irak …. dst….

Lead Kutipan

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

22

Page 23: 1211

Lead ini bisa menarik jika kutipannya harus memusatkan diri pada inti

cerita berikutnya. Dan tidak klise. Misalnya :

“Saya akan terus berjuang sampai titik darah yang penghabisan. Lebih baik mati daripada menanggung derita karena dijajah Israel,” kata seorang pemuda Palestina dengan lantangnya saat membakar bendera Israel di Tepi Barat dalam sebuah demonstrasi yang digelar ratusan pejuang Palestina itu… dan seterusnya.

Lead Gabungan

Ini adalah gabungan dari beberapa jenis lead tadi. Misalnya :

“Saya tak pernah merasa gentar menghadapi serbuan AS dan sekutunya” kata Saddam Husein dalam pidato yang berapi-api itu. Ia tetap tersenyum cerah dan melambai-lambaikan tangannya di hadapan ribuan rakyat Irak di sela-sela pidatonya itu….

4.4Nilai Berita

Seorang jurnalis, reporter atau pewarta/wartawan akan dinilai oleh

publik bukan dari personalitasnya, namun dari karya jurnalistik atau berita yang

dihasilkannya. Semakin berkualitas berita yang ia sajikan/siarkan maka akan

semakin meningkat kredibilitasnya.

Sebuah berita dikatakan berkualitas, menurut Mitchell V. Charnley (1963)

dalam bukunya ”Reporting” harus memenuhi sejumlah syarat, di antaranya :

Berita Itu Harus Akurat (News Is Accurate)

Berita Itu Harus Seimbang (News Is Balance)

Berita Itu Harus Objektif (News Is Objective)

Berita Itu Harus Singkat dan Jelas (News Is Concise and Clear)

Berita Itu Harus Baru (News Is Recent)

Selain itu, sebuah berita juga harus mengandung nilai berita (news value)

di samping tentu saja mengandung nilai faktualitas dan aktualitas serta

mengandung kaidah-kiadah jurnalistik, yakni memenuhi unsur 5W + 1H (Who,

What, Why, When, Where, dan How).

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

23

Page 24: 1211

Pada tataran praktis, sebuah berita akan menarik perhatian publik jika

berita tersebut mengandung nilai humanis (human interest) serta menyangkut

kepentingan khalayak ramai (public interest). Selain mengandung sisi humanis,

publik juga akan tertarik dengan berita yang ”bombastis” dan heboh. Namun,

berita yang bombastis namun bohong hanya akan merendahkan pewarta itu

sendiri, baik secara personal maupun terhadap profesi kejurnalistikannya,

bahkan akan berimplikasi pada media tempat ia bernaung.

Nothclife, seorang pakar komunikasi mempertegas hal tersebut, ia

berasumsi, suatu berita yang bernilai adalah sesuatu yang mengandung

"keanehan" atau "ketidaklaziman", sehingga menarik perhatian serta

mengundang keingintahuan (curiosity) pembaca atau pemirsa.

Selain itu, nilai berita juga sangat terkait dengan kebaruan (novelity),

keaktualan (actuality) serta kepentingan publik. Misalnya berita tentang

kenaikan bahan bakar minyak (BBM), bencana alam, busung lapar, intrik politik,

gejolak ekonomi, kebakaran, serta penemuan-penemuan dalam bidang IPTEK

dan lain sebagainya.

Bila peristiwa merupakan kejadian faktual yang sangat objektif, maka

berita merupakan peristiwa yang telah diolah melalui bahasa-bahasa tertentu,

dan disampaikan oleh pihak tertentu kepada pihak-pihak lain yang memerlukan

atau siap untuk menerimanya.

Adanya proses penyampaian oleh pihak-pihak tertentu dan melalui

bahasa-bahasa tertentu itulah yang pada akhirnya mengakibatkan suatu berita

tidak pernah seratus persen objektif. Ia akan sangat dipengaruhi oleh

subjektivitas penulisnya, mulai dari subjektivitas persepsi sampai subjektivitas

ideologi.

Misalnya, jika pers barat menyebut pejuang Hammas Palestina sebagai

teroris, sebaliknya, Majalah Sabili menyebut posisi Amerika Serikat di Irak

sebagai agresor, dan sebagainya. Dengan kata lain, suatu peristiwa akan

mengalami "deviasi" ketika diubah menjadi berita.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

24

Page 25: 1211

Karenanya, seorang pewarta harus memerhatikan kualitas berita

terutama berita yang menjunjung tinggi nilai integritas, dan sanggup

menimbulkan efek, baik dalam tataran kognitif, konatif maupun behaviour.

Lebih lanjut dan lebih jelasnya lagi tentang nilai suatu berita, Brian S

Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen dan Don Ranly dalam bukunya ”News

Reporting and Editing” yang dikutip AS. Haris Sumadiria (2005) mengungkapkan

ada 11 (sebelas) nilai berita (news value), antara lain :

1. Keluarbiasaan (Unusualness)

Dalam pandangan jumalistik berita adalah sesuatu yang luar biasa

(unusualness). Di dunia ini begitu banyak sesuatu yang luar biasa, seperti

pesawat terbang yang jatuh berkeping-keping dan menelan ratusan korban,

kebakaran hutan, gunung meletus, kerusuhan massa, serta penemuan benda-

benda kuno. Semuanya itu adalah berita-berita yang luar biasa.

Kalangan praktisi jumalistik mengungkapkan, semakin besar peristiwa itu

terjadi maka semakin besar pula nilai berita yang akan ditimbulkannya. Menurut

Haris Sumadiria (2005), nilai berita luar biasa itu paling tidak dapat dilihat dari

sejumlah aspek, antara lain, lokasi peristiwa, waktu peristiwa itu terjadi, dampak

yang ditimbulkannya, baik dalam bentuk nyawa maupun harta, serta

kemungkinan terjadi perubahan aktivitas masyarakat pasca peristiwa atau

kejadian tersebut.

2. Kebaruan (Newsness)

Berita adalah sesuatu yang terbaru. Presiden yang baru dilantik adalah

berita, bupati yang baru diangkat adalah berita, artis yang cerai adalah berita,

grup band yang meluncurkan single album adalah berita, perusahaan yang baru

launching produk adalah berita, pun dengan pejabat yang baru masuk penjara

karena korupsi merupakan berita. Pokoknya segala sesuatu yang baru terjadi di

masyarakat dapat dijadikan berita atau mempunyai nilai berita.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

25

Page 26: 1211

3. Akibat (Impact)

Berita adalah sesuatu yang memiliki akibat atau dampak (efek). Suatu

peristiwa atau hal tidak jarang menimbulkan dampak, terutama dampak dalam

kehidupan masyarakat. Seperti misalnya kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM)

yang berdampak pada naiknya harga-harga kebutuhan pokok, kenaikan tarif

jalan tol yang berdampak pada naiknya ongkos bis, konversi minyak tanah ke gas

yang berdampak pada langkanya minyak tanah di tengah masyarakat, dan lain

sebagainya.

Semua itu berdampak pada kehidupan masyarakat secara luas. Semakin

besar dampak yang ditimbulkannya, semakin besar pula nilai berita yang

dikandungnya.

4. Aktual (Actual)

Berita adalah peristiwa yang sedang aktual atau terjadi. Keaktualan

berita biasanya sangat terkait dengan waktu (timely). Secara sederhana aktual

berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi. Sesuai

dengan pengertian jumalistik, media massa memuat atau menyajikan berita-

berita aktual yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian, berita

adalah apa yang terjadi hari ini. Semakin aktual suatu berita maka semakin tinggi

pula nilai beritanya.

Dalam pandangan jurnalistik, aktualitas terbagi atas tiga kategori, yakni,

aktualitas kalender, aktualitas waktu dan aktualitas masalah. Aktual kalender,

yaitu nilai keaktualan berkaitan dengan waktu yang ada pada kalender. Hal ini

biasanya berkaitan dengan hari-hari besar, seperti hari besar nasional, hari besar

keagamaan, hari besar perayaan dan lain sebagainya. Bahkan, media massa

sering memuat tulisan-tulisan yang bersifat aktual sesuai dengan peringatan hari

besar tersebut.

Aktualitas waktu, adalah nilai keaktualan berita yang berkaitan erat

dengan waktu terjadinya. Asumsinya, waktu hari ini akan lebih aktual daripada

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

26

Page 27: 1211

waktu esok hari. Misalnya bencana alam yang terjadi hari ini akan lebih aktual

diberitakan besok daripada lusa.

Aktualitas masalah, adalah suatu masalah akan tetap mengandung nilai

aktual jika belum ditemukan jalan keluarnya. Misalnya kasus korupsi akan tetap

aktual selama persidangannya masih berjalan atau vonis belum dijatuhkan

terahdap si terdakwa, atau kasus pembunuhan akan tetap aktual selagi

pelakunya belum ditangkap, dan lain sebagainya.

Dengan demikian, kendati masalah itu sebenarnya sudah kadaluwarsa

(out of date) tetapi tetap mengandung nilai berita jika pengungkapannya belum

terselesaikan.

5. Kedekatan (Proximity)

Kedekatan adalah berkaitan dengan jauh dekatnya peristiwa itu dengan

kehidupan masyarakat atau khalayak. Secara umum kedekatan berita itu dapat

terbagi atas kedekatan geografis dan kedekatan psikologis.

Kedekatan geografis yaitu kedekatan yang merujuk pada letak geografis

atau tempat kejadian dimana peristiwa itu terjadi. Semakin dekat peristiwa itu

dengan khalayak, maka akan semakin menarik untuk dibaca. Misalnya kejadian

Tsunami di Aceh, akan lebih menarik perhatian masyarakat Pulau Sumatera

daripada masyarakat yang berada di pulau Papua.

Karenanya sekarang ini media massa, baik media nasional maupun

internasional banyak mengangkat koresponden atau kontributor untuk

ditempatkan di daerah-daerah pelosok guna memasok berita sesuai dengan

kebutuhan media massa yang bersangkutan.

Sedangkan Kedekatan psikologis terkait dengan kedekatan kebutuhan,

ideologi, pikiran, perasaan serta kejiwaan seseorang dengan suatu objek

peristiwa yang diberitakan. Misalnya berita tentang agresi Israel terhadap

Palestina. Kendati secara geografis sangat jauh letaknya dengan Indonesia,

namun itu menjadi perhatian warga Indonesia karena kedekatan ideologis.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

27

Page 28: 1211

6. Informasi (Information)

Informasi merupakan hal penting yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Bahkan, seiring era informasi yang saat ini tengah bergulir, maka kebutuhan

informasi telah menjadi kebutuhan primer bagi setiap insan manusia. Bahkan

menurut Wilbur Schramm, informasi merupakan segala sesuatu yang dapat

menghilangkan ketidakpastian. Karenanya, setiap informasi yang bermanfaat

bagi khalayak sangat diperlukan oleh media massa.

Setiap hari media massa membutuhkan ribuan informasi untuk

memenuhi lembaran-lembaran medianya. Tentu media massa tersebut

membutuhkan segudang informasi baru setiap harinya. Sehingga informasi itu

perlu digali dan diproduksi oleh para wartawannya. Dengan demikian,

kebutuhan media massa dapat terpenuhi dalam penyebaran informasi.

7. Konflik (Conflict)

Berita adalah konflik (news is conflict). Segala sesuatu yang mengandung

konflik merupakan sumber berita yang tak pernah kering. Misalnya, Kasus

luapan Lumpur Lapindo Brantas di Sidoarjo Jawa Timur akan tetap menjadi berita

yang menarik selama lumpur tersebut belum berhenti meluap dari perut bumi.

Karenanya, berita akan terus bergulir selagi masih ada konflik. Di negara-

negara dunia ketiga, termasuk di Indonesia, wartawan banyak menghabiskan

waktunya untuk meliput berita-berita tentang konflik, seperti konflik antarsuku,

konflik aparat dengan rakyat, atau konflik mahasiswa dan pejabat. Selama

konflik belum terselesaikan, selama itu pula berita tetap diperlukan.

8. Orang Penting (Public Figure)

Berita berkaitan dengan orang-orang penting (news is about people).

Orang-orang penting seperti pejabat, artis, orang-orang terkenal, dan selebritis

adalah figur publik. Dari namanya, perilakunya, hingga kehidupan pribadinya

semua memiliki daya pikat untuk diberitakan.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

28

Page 29: 1211

Kehidupan keluarga Kerajaan Inggris misalnya, akan tetap menjadi

sumber berita yang menarik. Di mana pun mereka berada, di situlah berita

hadir. Misalnya ketika Putri Diana menyantuni panti asuhan, Pangeran Charles

bermain golf, atau ketika Ratu Elizabeth melakukan kunjungan kenegaraan.

Semua itu menarik untuk diberitakan dan tentu saja laku keras di

pasaran. Dalam ilmu jurnalistik ada istilah yang menyebutkan bahwa nama

menciptakan berita (names makes news).

9. Ketertarikan Manusiawi (Human interest)

Suatu peristiwa terkadang dapat menimbulkan efek emosi yang berarti

pada diri khalayak. Berita yang demikian merupakan berita yang dapat

menimbulkan ketertarikan manusiawi (human interest). Dalam ilmu jumalistik

kisah-kisah human interest tersebut dikelompokkan ke dalam berita ringan (soft

news).

Berita yang bersifat humanis tersebut dapat mempermainkan gejolak

emosi dan rasa empati pembaca atau pemirsa. Bahkan perasaan khalayak dapat

terbadai karenanya. Misalnya kisah penyiksaan TKW Indonesia di negeri orang,

kisah orang yang dipasung selama puluhan tahun, kisah penderita penyakit aneh

yang harus bertahan hidup dari cemoohan dan celaan masyarakat sekitar, atau

kisah seorang anak Aceh yang selamat dari bencana Tsunami padahal ia

terapung-apung selama sebulan lamanya di lautan lepas.

10. Kejutan (Surprising)

Sesuatu yang mengejutkan merupakan suatu berita (news is surprising).

Kejutan biasanya datangnya secara tiba-tiba atau tanpa disengaja. Misalnya

keberhasilan pelajar Indonesia yang menjuarai olimpiade fisika dunia, atau

keberhasilan Susi Susanti menjuarai Olimpiade Atlanta.

Kejutan bisa merujuk pada ucapan maupun perbuatan. Kejutan juga

dapat melekat pada benda, alam, manusia, binatang, dan lain-lain. Misalnya

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

29

Page 30: 1211

ratusan unggas mendadak mati akibat virus flu burung, bayi kembar sembilan

yang lahir dengan selamat, kisah dukun cilik yang mampu menyembuhkan

berbagai penyakit hanya dengan sebuah batu, atau semburan lumpur panas

Lapindo yang mengubur puluhan desa di Kabupaten Sidoarjo.

11. Seks (Sex)

Dalam dunia jurnalistik seks juga berarti berita (news is sex). Sepanjang

peradaban manusia segala sesuatu yang berbau seks akan tetap digemari, karena

seks merupakan kebutuhan dasar (basic need) bagi kehidupan umat manusia,

dan sudah menjadi kodratnya manusia menyukai hal tersebut.

Karena itu, berita berkaitan dengan seks, misalnya berita tentang

tindakan susila, perselingkuhan pejabat, pelecehan seksual dan sebagainya akan

tetap diburu dan menjadi perhatian publik. Dalam menulis berita tentang seks,

seorang wartawan dituntut untuk lebih hati-hati dalam menuliskannya.

Ia harus mampu mengungkapkan sanksi moral yang tegas dalam

beritanya sehingga tidak sekedar mendramatisasi berita yang berbau seks

tersebut, namun ada semacam efek jera bagi si pelakunya. Hal ini bertujuan agar

pembaca, selain senang dan merasa terhibur juga mendapatkan pelajaran

berhagra sebagaimana fungsi media massa yang sebenarnya, yakni mendidik.

4.5Unsur-Unsur Berita

Suatu berita dikatakan baik dan dapat diterima sekaligus dipahami oleh

publik jika mengandung sejumlah unsur berita yang terangkum dalam rumus 5W

+ 1H, What (Apa), Who (Siapa), When (Kapan), Where (Dimana), Why (Kenapa),

dan How (Bagaimana).

What

Pertanyaan ’apa’ tidak selalu menggambarkan akibat dari sesuatu

tindakan atau peristiwa, namun adakalanya pertanyaan tersebut merupakan

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

30

Page 31: 1211

penyebab dari suatu kejadian. Peristiwa bisa berarti peristiwa yang berkaitan

dengan fenomena alam atau problematika kehidupan manusia, seperti masalah

sosial, ekonomi, politik, budaya, kemiskinan, susila, maupun korupsi, dan lain

sebagainya.

Who

Pertanyaan ’siapa’ berarti siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa

tersebut. Unsur siapa selalu menarik perhatian khalayak. Siapa berarti mengacu

kepada seseorang (manusia) yang dijadikan obyek atau sumber berita.

Seseorang tersebut bisa atas nama individu atau secara personal atau atas nama

peranan yang diembannya, misalnya presiden, pejabat, artis, politisi, dan lain

sebagainya.

Unsur ’siapa’ harus dijelaskan dengan menunjukkan ciri-cirinya, seperti

nama, umur, pekerjaan, alamat serta atribut lainnya seperti gelar pendidikan,

pangkat atau jabatan. Singkat kata, unsur ’siapa’ selalu menarik perhatian

khalayak, apalagi manusia yang menjadi objek berita itu adalah seorang yang

kompeten serta memiliki kafabilitas di bidangnya.

When

Unsur waktu yang merupakan jawaban atas pertanyaan kapan terjadi

harus benar-benar diperhatikan oleh jurnalis. Unsur ’kapan’ Ini berkaitan dengan

waktu peristiwa itu terjadi, mungkin detik, jam, hari, tanggal, tahun, dan

seterusnya. Pasalnya, waktu sangat berkaitan dengan aktualitas berita itu

sendiri.

Selain itu, unsur waktu akan mempunyai nilai penting jika bertepatan

dengan waktu yang sudah menjadi milik umum. Misalnya menantu seorang

presiden yang melahirkan bayinya tepat pada hari Proklamasi Kemerdekaan.

Nilai beritanya akan naik saat di waktu yang bersamaan sang presiden memberi

pidato resmi dalam rangka ulang tahun negaranya.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

31

Page 32: 1211

Where

Pertanyaan ‘dimana’ terkait lokasi atau tempat suatu kejadian atau

peristiwa berlangsung. Nama tempat harus digambarkan secara gamblang, yakni

dengan menggambarkan ciri-cirinya. Nama tempat ini perlu dijelaskan, sebab

kasus yang sama bisa pula terjadi di tempat lain.

Unsur tempat ini ada yang bersifat umum, seperti bandara, terminal,

pasar, ataupun stasiun. Namun bisa juga tempat yang bersifat khusus, seperti

rumah, markas, kantor dan lain sebagainya, atau tempat yang merujuk pada

geografis, seperti Bandung, Cianjur dan Sukabumi.

Why

Jawaban atas pertanyaan ‘mengapa’ merupakan kelanjutan dari

pertanyaan ‘apa’. Kekayaan sebuah berita atas fakta yang dikumpulkan

wartawan biasanya ditemukan atas jawaban pertanyaan ’mengapa’ ini.

Karenanya, pertanyaan atas unsur berita ini, harus dapat menjelaskan latar

belakang dari suatu peristiwa atau kejadian yang dijadikan objek berita tersebut.

Pertanyaan ’mengapa’ berkaitan dengan alasan atau mencari penyebab

suatu peristiwa. Misalnya peristiwa kecelakaan bis yang masuk ke jurang di

kawasan puncak Cipanas Cianjur yang menewaskan 12 orang penumpangnya

akibat sopir mengantuk.

Dalam berita ini, supir yang mengantuk adalah penyebab terjadinya

kecelakaan tersebut bukan penyebab lain, misalnya badan jalan yang rusak,

jalanan licin akibat hujan deras atau karena rem yang mendadak blong.

How

Pertanyaan ‘bagaimana’ harus dapat menggambarkan keadaan atau

proses dan suasana atas sebuah peristiwa yang terjadi. Fakta-fakta yang terkait

dengan proses terjadinya suatu peristiwa tersebut harus dicatat. Pertanyaan

‘How’ berarti bagaimana peristiwa itu terjadi.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

32

Page 33: 1211

Biasanya wartawan menyampaikan tentang suatu peristiwa berikut

prosesnya, bahkan juga disertai bagaimana cara menanggulangi peristiwa itu.

Misalnya berita tentang luapan lumpur panas di Porong, Sidoarjo. Dikarenakan

kesalahan teknis dalam eksplorasi gas bumi, maka dalam menulis beritanya,

wartawan harus mampu menggambarkan jalannya peristiwa tersebut.

4.6Struktur Berita

Sebuah berita merupakan rekonstruksi dari suatu peristiwa yang disusun

dan ditulis secara sistematis. Dipahami tidaknya informasi mengenai suatu

peristiwa (berita) oleh khalayak tergantung seberapa cakap wartawan dalam

menulis runtutan kejadiannya.

Suatu berita dikatakan “berhasil” jika khalayak atau pembaca paham dan

mengerti terhadap berita yang dibacanya. Sebaliknya, jika pembaca

menyernyitkan dahi dalam artian tidak mengerti setelah membaca berita, berarti

berita yang ditulis telah gagal memenuhi kebutuhan informasi khalayak.

Karenanya, seorang wartawan harus memerhatikan unsur-unsur serta

struktur dari berita itu sendiri. Selain harus memenuhi unsur 5W + 1H, wartawan

juga harus mematuhi struktur berita.

Penggunaan struktur berita tergantung dari jenis berita yang dibuat,

berita jenis straight news misalnya, biasa ditulis dalam bentuk struktur piramida

terbalik (the Inverted Pyramid Style of Reporting), yaitu hal-hal yang penting

ditulis paling awal, kemudian hal-hal yang kurang penting ditulis akhir.

Anatomi atau struktur berita kebanyakan mengacu kepada sistem

Piramida Terbalik (Inverted Pyramid). Dalam ilmu jumalistik teknik piramida

terbalik adalah sistem penulisan di mana isi berita disusun berdasarkan nilai

terpenting yang diprioritaskan atau ditulis terlebih dahulu. Adapun tujuan dari

teknik penulisan piramida terbalik adalah untuk memudahkan khalayak pembaca

bergegas, dengan cepat dapat mengetahui tentang apa yang terjadi dalam

berita.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

33

Page 34: 1211

Selain itu, juga untuk mempermudah kerja editor jika kemungkinan harus

memotong bagian yang tidak penting dari penulisan berita itu tersebut tanpa

mengurangi makna berita yang disampaikannya. Semua itu dilakukan mengingat

keterbatasan ruang dan tempat dalam media massa tersebut.

Sementara berita jenis soft news atau news feature ditulis dengan gaya

yang tidak kaku atau tidak ketat memegang prinsip piramida terrbalik tersebut.

Hal-hal yang penting bisa saja ditulis di bagian awal, namun juga tidak mutlak,

yang terpenting harus tetap menarik untuk dibaca.

Gambar 4.2

Anatomi Berita (Piramida Terbalik)

Sumber : Haris Sumadiria; 2008.90

Keterangan : Judul berita (head line), merupakan identitas berita. Titi mangsa (date line), berkaitan dengan kapan berita itu dibuat. Pembuka berita (lead), yaitu kalimat pembuka pada paragraf pertama

yang memuat fakta atau informasi ternenting dari keseluruhan berita yang kita sampaikan.

Perangkai (bridge), adalah kata-kata penghubung antara teras berita dengan tubuh berita.

Tubuh (body), yaitu kalimat-kalimat, paragraf-paragraf yang merupakan kelanjutan dari teras berita.

Kaki berita (leg), yaitu bagian akhir dari penulisan berita. Untuk lebih jelasnya, tentang bagian dari masing-masing anatomi berita tersebut di atas, dapat kita baca pada teknik menulis berita berikut ini.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

34

Page 35: 1211

4.7Teknik Menulis Berita

Sebelum berita muncul di media, baik cetak maupun elektronik ada tiga

tahapan utama yang harus dilewati terlebih dahulu, yakni News Gathering

(pengumpulan berita), News Writing (Penulisan Berita), dan News Editing

(Pengeditan/penyuntingan berita).

Pada umumnya berita dapat ditulis dengan teknik deskripsi, narasi dan

eksposisi. Deskripsi yaitu teknik penulisan berita dengan pola penuturan yang

menggambarkan sesuatu yang diberitakannya. Dengan teknik ini wartawan

seolah-olah terlibat langsung dalam kejadian tersebut.

Sementara teknik narasi yaitu teknik penulisan berita dengan pola tutur

berdasarkan cerita dari orang lain. Biasanya ditulis dengan kalimat-kalimat

langsung dari narasumber yang dikutip dari hasil wawancara. Dalam hal ini perlu

keterampilan mengubah kalimat langsung dari narasumber menjadi kalimat

berita untuk disampaikan kepada orang lain.

Sedangkan teknik Eksposisi, yaitu teknik penulisan berita yang disertai

dengan kiasan-kiasan tertentu dari penulisnya. Hal ini digunakan terutama untuk

memeroleh efek yang lebih menarik. Biasanya teknik ini digunakan dalam

penulisan berita jenis laporan khas (feature).

Baik teknik deskripsi, narasi, maupun eksposisi, dalam penulisannya tidak

terlepas dari unsur 5W+ 1H (What, Who, When, Where, Why, dan How).

Keenam unsur berita tersebut mutlak ada dalam setiap berita kendati

penempatannya tidak harus selalu berurutan. Hal ini diperlukan agar informasi

yang disampaikan kepada khalayak lengkap dan khalayak tidak mengalami

kebingungan karena kekurangan informasi yang diberitakan.

4.7.1 Teknik Menulis Judul Berita (Head Line)

Dalam sebuah berita, judul merupakan identitas berita. Sehebat apa pun

berita, tanpa judul ibarat orang tanpa kepala. Selain itu, judul merupakan alat

pemikat dan daya tarik bagi pembaca atau pemirsa. Menurut teori jumalistik,

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

35

Page 36: 1211

penulisan judul haruslah mencerminkan pokok berita yang dimaksud. Biasanya,

judul diambil dari paragrap pertama berita. Dengan adanya judul berita,

khalayak dapat segera tahu isi dan materi kejadian yang diberitakannya.

Biasanya judul ditulis dengan grafika atau tipe huruf yang berbeda

dengan isi berita. Dengan demikian, judul akan segera dapat menarik perhatian

pembaca. Sifat pembaca dari media massa pada umumnya manusia modern.

Dja'far H. Assegaf mengatakan, manusia modern selalu bergegas dan terburu-

buru, maka tidak heran jika banyak pembaca media massa yang hanya membaca

judul beritanya saja. Pembaca dengan karakter demikian dijuluki head line

reader (pembaca judulnya saja).

Menurut Paryati Sudarman (2008) mengutip AA. Haris Sumadiria dalam

bukunya “Menulis di Media Massa”, judul berita yang baik paling tidak

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Provokatif

Judul yang disajikan harus mampu membakar emosi khalayak. Adanya

judul yang demikian diharapkan khalayak mudah terbakar emosinya dan segera

tergoda untuk membacanya.

Sifat provokatif ini sangat strategis karena yang menjadi sasaran adalah

psikologis pembaca. Dalam dunia marketing judul provokatif tak ubahnya iklan

yang sangat penting guna membujuk khalayak membeli produknya.

Contoh judul provokatif : Australia Provokasi RI (Tribun Jabar; 25 Maret

2006, hlm. 1)

Singkat dan Padat

Judul berita jangan bertele-tele namun harus dibuat singkat namun

padat. Judul harus langsung kepada pokok persoalan yang diberitakannya (to

the point). Karenanya, pilihan kata harus yang tegas, lugas, terfokus, menukik

dan langsung pada intisari berita.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

36

Page 37: 1211

Dalam pemberitaan pers, judul yang singkat dan padat sangat diperlukan.

Hal ini dilakukan karena dua alasan, yakni ruang pada halaman media massa

yang terbatas, dan waktu serta situasi yang dimiliki pembaca pun terbatas.

Secara teknis, judul berita yang baik tidak lebih dari 4 sampai 7 karakter kata.

Contoh judul singkat dan padat : Warga Tuntut Jalan ke TPA Diperbaiki

(Pikiran Rakyat, 10 Juni 2006, hlm. 13).

Relevan

Relevan artinya berkaitan erat atau sesuai dengan pokok pesan penting

yang disampaikan dalam berita. Judul tidak menyimpang dari teras berita dan

judul yang baik memang harus diambil dari teras berita (lead). Setiap jurnalis

dituntut untuk bisa membuat judul yang relevan dengan isi berita yang

disampaikannya. Jika tidak demikian, maka ia dianggap tidak mengetahui ruh

serta tradisi luhur karya jumalistik. Naskah yang judulnya tidak relevan bisa

diabaikan bahkan berakhir ke tong sampah.

Oleh karena itu, setiap jurnalis dituntut untuk mampu dan terampil

membuat judul berita yang siap saji (pressclaar) sehingga beritanya layak muat

sehingga hanya sedikit mendapat campur tangan redaksional. Seorang

wartawan profesional biasanya piawai memilih diksi, baik kata maupun kalimat

yang tepat dalam membuat judul, sehingga judul yang telah dibuat tidak akan

ditulis ulang (rewriter) oleh pihak lain, misalnya oleh desk atau redaktur.

Contoh judul relevan : Yogya Mulai Menggeliat (Pikiran Rakyat; 1 Juni

2006, hlm. 1) -- dalam judul ini menggambarkan isi berita berkaitan dengan

mulai bangkitnya masyarakat Yogyakarta pasca gempa bumi 27 Mei 2007 --

Fungsional

Fungsional artinya setiap kata yang terdapat pada judul bersifat mandiri,

berdiri sendiri, tidak tergantung kepada kata yang lain, serta memiliki arti yang

jelas dan tegas. Sekalipun demikian jika digabung kata-kata yang mandiri itu

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

37

Page 38: 1211

tetap melahirkan satu kesatuan pengertian makna yang utuh, tidak saling

menolak apalagi menjadi asing.

Contoh judul fungsional : Lava Meluncur ke Lima Jalur (Media Indonesia;

1 Juni 2006, him. 1) -- Lava bisa berdiri sendiri. Lima dan jalur pun demikian.

Namun setelah membentuk kalimat, masing-masing kata tersebut menjadi

fungsional, terutama untuk menjelaskan tentang lava yang mengarah ke lima

jalur.

Formal

Berbeda dengan judul pada artikel atau cerpen, judul berita harus bersifat

formal. Formal dalam artian resmi berdasarkan kaidah bahasa Indonesia.

Karenanya, judul berita harus menghindari kalimat basa-basi (eufemisme) yang

tidak prinsip. Karena berita merupakan fakta apa adanya (das Sein) dan bukan

fakta seharusnya (das Sollen).

Dalam berita judul tidak boleh muncul kesan sesuatu yang lembut atau

feminim yang banyak mengandung unsur perasaan. Tetapi judul berita harus

"macho", tegas namun formal. Ketegasan bisa dicapai apabila pewarta

mengetahui persis tentang berita yang dibuatnya, dan berita itu memang benar-

benar terjadi.

Contoh judul formal : Bupati Cirebon Mencopot Kepala Dinas Kesehatan

(Pikiran Rakyat; 10 Juni 2006, hlm. 24)

Representatif

Representatif berarti judul berita yang dibuat mewakili dan

mencerminkan teras dan isi berita. Jika merujuk pada logika dan kaidah ilmiah,

judul berita mengandung dua variabel, variabel bebas (independent variable)

dan variabel terikat (dependent variable).

Contoh judul representatif : Ketika Sepak Bola Menjadi Bahasa Universal

(Republika, 15 Juni, hlm. 1)

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

38

Page 39: 1211

Merujuk Pada Tata Bahasa Baku

Bahasa baku adalah bahasa yang mengacu pada standar umum atau

kaidah umum. Tata bahasa Indonesia yang baku mengacu kepada Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD). Dengan bahasa yang baku pembaca tidak

mempresentasikan sendiri tentang makna judul yang terkandung di dalamnya.

Selain itu, dengan bahasa yang baku, pembaca juga tidak terpancing emosi

negatifnya. Bahasa menunjukkan bangsa, bahasa juga menunjukkan harga diri

(prestise). Berbagai media-media besar sering kali membuat judul-judul yang

inteiek dan terkesan profesional.

Contoh judul dengan tata bahasa baku : Super Deal Mendongkrak

Popularitas (Republika, 12 Juni 2006, hlm. 18)

Spesifik

Spesifik berarti khusus dan tidak melebar. Dalam membuat judul berita,

kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang khusus, karena kata-kata yang

melebar dapat mengaburkan makna yang ada di dalamnya. Kata-kata yang

semakin khusus, maka makna yang terkandungnya semakin jelas dan tepat.

Misalnya untuk kata buah, kata buah masih bersifat umum. Buah yang

lebih khusus ada buah alpukat, buah jambu, buah belimbing, buah durian, dan

lain-lain. Begitu juga misalnya ketika pewarta menyebutkan penyakit. Penyakit

secara khusus memiliki jenis dan klaster yang berbeda-beda, misalnya ada

penyakit dalam, flu, demam, demam berdarah, reumatik, flu burung, hipertensi

dan lain sebagainya.

Contoh judul spesifik : Kluster Flu Burung Terjadi di Pamulang (Pikiran

Rakyat, 3 Juni 2006, hlm. 1)

4.7.2 Teknik Menulis Teras Berita (Lead)

Lead alias teras berita adalah sebuah tulisan pembuka yang menjadi titik

penting bagi pembaca. Teras berita (lead) yaitu kalimat pembuka berupa

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

39

Page 40: 1211

paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari keseluruhan

berita yang kita sampaikan. Menurut para ahli, teras berita atau kalimat

pembuka yang baik harus mencerminkan keseluruhan dari isi berita.

Lead yang menarik akan langsung merangsang khalayak untuk terus

membaca isi beritanya. Sebaliknya, kalau lead kurang menarik, pembaca dijamin

tidak akan tuntas membaca berita tersebut. Mereka merasa cukup membaca

sebatas judul, atau satu kalimat atau alinea di depan yang tak menarik itu.

Karenanya, pemilihan lead harus mendapat perhatian agar tulisan yang dibuat

mampu menggoda khalayak untuk melanjutkan bacaannya.

Berdasarkan ketentuan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI),

sedikitnya ada 10 (sepuluh) pedoman dalam menulis teras berita yang baik,

antara lain :

Teras berita yang menempati alinea atau paragraf pertama harus

mencerminkan pokok terpenting berita. Alinea atau paragraf

pertama itu terdiri atas satu kalimat, dan sebaiknya tidak melebihi

dari tiga kalimat.

Hal-hal yang tidak begitu mendesak namun berfungsi sebagai

penambahan atau pelengkap keterangan hendaknya dimuat dalam

badan berita.

Teras berita harus ditulis dengan baik agar (a) mudah ditangkap dan

cepat dimengerti serta mudah diucapkan; (b) kalimat-kalimatnya

singkat, sederhana susunannya, dengan mengindahkan bahasa baku

serta ekonomis, jadi menjauhkan kata-kata mubazir; (c) jelas

melaksanakan ketentuan satu gagasan dalam satu kalimat; (d) tidak

mendoplengkan atau memuatkan sekaligus unsur 3A (Apa, siApa,

mengapA) dan 3 M (bilaMana, diMana, dan bagaiMana), (e)

dibolehkan memuat lebih dari satu unsur 3A dan 3M.

Teras berita tidak mengandung lebih dari 30 s/d 45 kata. Apabila

teras berita singkat, kurang dari ketentuan itu, maka jauh lebih baik.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

40

Page 41: 1211

Teras berita sesuai dengan naluri manusia yang ingin segera tahu apa

yang telah terjadi. Karenanya, harus mengutamakan unsur apa yang

lebih disukai jika dimuat diteras berita.

Teras berita juga dapat dimulai dengan unsur siapa, karena ini juga

menarik perhatian pembaca. Apalagi kalau siapa itu seorang tokoh

yang populis. Namun demikan, jika unsur siapa dianggap tidak begitu

penting (menonjol), sebaiknya tidak dipakai dalam permulaan berita.

Teras berita jarang menggunakan unsur bilamana. Unsur waktu

hanya dipakai sebagai permulaan teras berita jika memang unsur itu

bermakna khusus dalam berita yang disampaikan.

Urutan unsur dalam teras berita sebaiknya menggunakan unsur

tempat terlebih dahulu, baru kemudian disusul oleh unsur waktu.

Unsur bagaimana dan unsur mengapa diuraikan dalam badan berita,

jadi tidak dalam teras berita.

Teras berita dapat dimulai dengan kutipan pernyataan seseorang

(quotation lead) asalkan kutipan itu bukan suatu kalimat yang

panjang. Dalam alinea berikutnya hendaknya segera ditulis nama

orang itu dan tempat serta kesempatannya dalam membuat

pernyataan.

1. Fungsi Teras Berita (Lead)

Dalam teori jurnalistik teras berita merupakan paragraf pertama yang

memuat fakta atau informasi yang paling penting dari keseluruhan berita yang

disajikan. Teras berita (lead) tersebut mempunyai beberapa fungsi, antara lain :

Atraktif

Atraktif berarti teras berita yang ditulis mampu membangkitkan

perhatian dan minat khalayak terhadap topik persoalan atau peristiwa yang

diberitakan. Fungsi utama teras berita adalah membangkitkan psikologi khalayak.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

41

Page 42: 1211

Dengan adanya teras berita yang atraktif, khalayak pembaca yang sedang

mengantuk sekalipun diharapkan dapat terjaga dan membuka matanya lebar-

lebar. Dengan demikian, khalayak pembaca tetap aktif membaca beritanya.

Introduktif

Introduktif berarti teras berita yang ditulis dapat mengantarkan pokok

persoalan yang sedang dikupas dengan tegas dan jelas, sehingga pembaca dapat

memaknai dan merumuskannya dengan mudah.

Korelatif

Korelatif berarti kalimat dan paragraf pertama yang kita tulis dalam teras

berita, dapat membuka jalan bagi kemunculan kalimat paragraf kedua dan

seterusnya. Teras berita sebagai pembuka bertugas sebagai penghubung dari

satu bagian ke bagian yang lain, dari bagian perangkai (bridge) dan bagian tubuh

(body) sehingga saling berkesinambungan.

Kredibilitas

Kredibilitas adalah kemampuan lead dalam meyakinkan pembaca.

Kredibilitas jumalis atau wartawan dan juga penulis tercermin pada kredibilitas

lead yang dibuatnya. Karenanya, teras berita (lead) akan menunjukkan kepada

pembaca mengenai tingkat pengetahuan, keahlian, dan bidang pengalaman yang

dimiliki oleh jurnalis. Selain itu juga mencerminkan kredibilitas media yang

memuat berita yang ditulisnya tersebut.

4.7.3 Teknik Menulis Tubuh Berita (Body)

Tubuh berita merupakan kelanjutan dari teras berita. Dalam menulis

tubuh berita yang terpenting adalah penguasaan gaya penulisan serta upaya

untuk mempertahankan kesatuan dalam berita yang ditulisnya tersebut (unity in

news style).

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

42

Page 43: 1211

Selain itu, kesatuan gagasan di dalam penulisan berita juga perlu

dipertahankan. Dalam penulisan berita yang terpenting adalah memaparkan

materi dan kalimat yang relevan. Dalam menulis berita, bahasa yang digunakan

tentulah merupakan bahasa jurnalistik.

Sebagai salah satu ciri dari bahasa jumalistik adalah lugas (to the point),

tidak berbunga-bunga dan tidak bertele-tele. Menurut Dja'far H. Aseggaf, dalam

mengikuti gaya penulisan berita, yang terpenting adalah laporan haruslah

bersifat menyeluruh, tertib dan teratur. Termasuk di dalamnya tepat

menggunakan bahasa dan tata bahasanya, serta memerhatikan ekonomi kata

atau penghematan kata.

Gaya penulisan dalam memaparkan isi berita harus apa adanya dan hidup

sehingga memiliki makna yang imajinatif dan mudah dipahami oleh pembaca.

Ketentuan ini menggambarkan bahwa gaya dan teknik penulisan berita dianggap

sebagai sesuatu yang apa adanya, lebih dialami dan dapat disimak secara

mendalam.

Dengan ketekunan dan keinginan menulis berita, serta penuh variasi dan

kaya dalam gaya, wartawan atau penulis dapat memahami teknik dan gaya

penulisan berita yang lebih baik, sehingga berita yang disajikan untuk khalayak

adalah berita yang memiliki nilai dan berkualitas.

4.7.4 Teknik Menulis Kaki Berita (Leg)

Kaki berita (leg) merupakan bagian akhir dari penulisan berita. Biasanya

pada kaki berita (leg) diikuti dengan siapa penulis berita tersebut. Penulis berita

lepas (freelance) biasanya namanya dicantumkan dengan jelas, misalnya Didin.

Namun, jika penulis berita adalah wartawan tetap, leg ditulis cukup

dengan nama inisial, misalnya dalam Pikiran Rakyat, ditulis dengan inisial (A-234,

Kompasditulis dengan (BEN), (ITA), (ART), Republika ditulis dengan atf/one, dan

lain-lain. Antara media massa yang satu dengan lainnya memang memiliki gaya

penulisan kaki (leg) yang berbeda-beda.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

43

Page 44: 1211

4.8 Teknik Mencari Berita

Proses menulis berita tidak terlepas dari adanya peristiwa atau fakta di

lapangan. Fakta yaitu kenyataan peristiwa atau keadaan yang benar-benar

terjadi. Dalam teori jumalistik awal pencarian fakta di lapangan ini disebut

dengan istilah "news gathering".

Seorang jurnalis (penulis berita) harus mampu menangkap peristiwa-

peristiwa yang ada di sekitarnya. Sebagaimana sifat dari berita yang

mengutamakan kecepatan (dead line), maka dalam menulis berita seorang

wartawan berpacu dengan waktu.

Jika waktunya telah habis berarti berita sudah tidak aktual lagi alias basi.

Untuk berita langsung, terutama media massa harian, biasanya memberikan

waktu lima jam untuk peliputan suatu peristiwa berita. Jika peristiwa terjadi

pukul 07.00 WIB, paling tidak wartawan sudah punya draf kasar berita (out line)

pada pukul 12.00 WIB.

Mencari berita adalah tindakan secara aktif yang dilakukan oleh

wartawan dengan berbagai cara. Dalam perolehan berita bisa berarti mencari

dan bisa juga bahan berita datang sendiri. Adapun cara atau teknik seorang

wartawan atau jurnalis dalam memeroleh berita dari suatu kejadian atau

peristiwa di lapangan sebagaimana dikemukakan YS Gunadi dan Jhony Herfan

(2004) dalam bukunya ”Himpunan Istilah Komunikasi” terdiri atas :

Observasi

Secara sederhana observasi merupakan pengamatan terhadap realitas

sosial, yakni suatu kegiatan pengamatan langsung, ada juga pengamatan yang

tidak langsung. Seseorang disebut melakukan pengamatan langsung bila ia

menyaksikan sebuah peristiwa dengan mata kepalanya sendiri. Pengamatan ini

bisa dilakukan dalam waktu yang pendek dan panjang.

Pendek artinya, setelah melihat sebuah peristiwa dan mencatat

seperlunya, seseorang meninggalkan tempat kejadian untu menulis laporan,

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

44

Page 45: 1211

misalnya, peristiwa kecelakaan lalu lintas. Sedangkan panjang berarti seseorang

berada di tempat kejadian dalam waktu yang lama. Bahkan ia menulis laporan

dari tempat kejadian. Contoh, peristiwa bencana alam.

Seseorang disebut melakukan pengamatan tidak langsung bila ia tidak

menyaksikan peristiwa yang terjadi, melainkan mendapat keterangan dari orang

lain yang menyaksikan peristiwa itu. Misalnya, peristiwa penemuan mayat

suami-istri di sebuah rumah. Si Pulan mendapat informasi bahwa di jalan

Kamonesan No. 12 ditemukan mayat sepasang suami-istri. Ia bergegas ke

daerah itu. Sesampai di sana, ia masih melihat sepasang mayat tersebut. Kalau

ia kemudian mendapatkan data tentang siapa yang meninggal dunia, kapan dan

kenapa meninggal dunia, data itu merupakan hasil dri pengamatan tidak

langsung.

Pengamatan di sini tidak sama persis dengan pengamatan seorang

peneliti. Seseorang peneliti melakukan pengamatan berdasarkan konsep dan

hipotesis. Hasilnya, biasanya dilaporkan dengan disertai pemecahan masalah ala

mereka. Sedangkan seorang pekerja pers melakukan pengamatan untuk

melaporkan kejadian sebuah peristiwa apa adanya.

Wawancara

Wawancara berita merupakan faktor penting dari proses penulisan

berita. Wawancara berita (news interview) dilakukan untuk mengumpulkan

bahan-bahan pembuatan berita, serta menggali informasi penting, menarik dan

benar, sehingga beritanya pun benar.

Seperti ditegaskan oleh Haris Sumadiria (2005) bahwa wawancara berita

merupakan alat utama dalam proses pengumpulan bahan berita (interview are

basic tool of news gathering).

Dengan wawancara berita (news interview) wartawan atau penulis dapat

menggali informasi sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya dari sumber

berita atau narasumber sehingga informasi yang diperoleh akurat, tepat dan

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

45

Page 46: 1211

benar. Untuk mendapatkan hal yang demikian, tetap penting melakukan check

and richeck. Dengan demikian berita yang disampaikan kepada masyarakat pun

benar. Lebih lengkapnya tentang wawancara berita akan dipaparkan pada bab

terpisah.

Konferensi Pers

Pernyataan yang disampaikan seseorang yang mewakili sebuah lembaga

mengenai kegiatannya kepada para wartawan. Biasanya menyangkut citra

lembaga, peristiwa yang sangat penting dan bersifat insidental. Tetapi, tidak

jarang bersifat periodik, seperti konferensi pers Menteri Luar Negeri, yang

berlangsung seminggu sekali.

Pada setiap konferensi pers, setiap wartawan memiliki hak yang sama

untuk mengajukan pertanyaan kepada orang yang memberikan konferensi pers.

Umumnya, lalu lintas informasi dalam konferensi pers dilakukan lewat dialog

langsung.

Tetapi ada juga konferensi pers yang menggunakan informasi tertulis

yang dibagikan kepada para wartawan. Untuk melengkapi informasi tersebut,

para wartawan diberi kesempatan untuk bertanya.

Press Release

Bisa diartikan sebagai siaran pers yang dikeluarkan oleh satu lembaga,

satu organisasi atau seorang individu secara tertulis untuk para wartawan. Ia

mewakili kepentingan lembaga, organisasi atau individu. Itulah sebabnya media

massa cetak yang besar, seperti Kompas tidak mau memuat siaran pers ini.

Lagipula tidak ada keharusan bagi wartawan untuk memuat siaran pers

ini, juga tidak ada kesempatan bagi para wartawan untuk bertanya kepada pihak

yang mengeluarkan siaran pers tentang siaran pers. Inilah yang

membedakannya dengan konferensi pers. Tegasnya, pada press release tidak

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

46

Page 47: 1211

ada tanya jawab dengan wartawan dan narasumber., sedangkan pada konferensi

pers ada.

Cover Up

Adalah serangkaian wawancara yang dilakukan wartawan terhadap

beberapa pihak. Hal itu dimaksudkan untuk menyusun laporan yang dilengkapi

dengan kaibat-akibat dan penagruh yang mungkin timbul dari suatu masalah

atau kejadian aktual. Laporan yang dihasilkan lebih dari sekedar berita lurus atau

berita spot.

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

47

Page 48: 1211

Firman Taqur, S.Sos __________________________________________________Modul Pengantar Ilmu JurnalistikProgram Studi Ilmu Komunikasi STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi

48