Download - 2011 Hsi
![Page 1: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/1.jpg)
ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
KARET RAKYAT DI KABUPATEN MANDAILING NATAL,
PROPINSI SUMATERA UTARA
HADIJAH SIREGAR
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
![Page 2: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/2.jpg)
![Page 3: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/3.jpg)
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Potensi Pengembangan
Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Mandailing Natal Propinsi Sumatera
Utara adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2011
Hadijah Siregar
NRP A156090174
![Page 4: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/4.jpg)
ABSTRACT
HADIJAH SIREGAR. An Analysis of Rubber Smallholding Potential Development
in Mandailing Natal Regency, North Sumatra Province . Under direction of
SANTUN R.P. SITORUS and ATANG SUTANDI.
Development of preminent commodity of rubber is one of Mandailing Natal
Regency government‟s strategy to improve society prosperity. To support the
mentioned things, this research was conducted with purposes: determining
suitability location for the development of rubber plantation based on land
evaluation, analysing financial and marketing feasibilities of rubber smallholding,
analysing the directive of rubber smallholding potential development in
Mandailing Natal Regency by using mapping and descriptive analysis. The
research result shows that acreage of potential area for the development of rubber
plantation in Mandailing Natal Regency is 460 849 ha (70.41%). Financially, the
enterprise of rubber smallholding in every land suitability class is feasible. The
market chain of rubber in Mandailing Natal Regency is not efficient enough. The
location which is able to recommended for the development of rubber plantation
in Mandailing Natal Regency based on potential location, financially and relevant
government regulations is 201 875 ha (30.84%). The performance of rubber
smallholding plantation in Mandailing Natal Regency is influenced by agricultural
extension service officer, the availability of farmer group, rubber productivity and
availability of agricultural infrastructure. Nowadays, rubber processing factory
should be built in Mandailing Natal, considering that raw materials are widely
available and added value will contribute for regional development.
Keywords: rubber smallholding, land evaluation, financial feasibility, marketing
feasibility.
![Page 5: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/5.jpg)
RINGKASAN
HADIJAH SIREGAR. Analisis Potensi Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat
di Kabupaten Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh :
SANTUN R.P. SITORUS dan ATANG SUTANDI.
Pengembangan subsektor perkebunan merupakan salah satu pilihan yang
cukup realistis sebagai bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian
Indonesia. Dalam rangka penguatan sektor perkebunan di Indonesia, pemerintah
telah mencanangkan program revitalisasi perkebunan untuk pengembangan
komoditi perkebunan unggulan yakni karet, kelapa sawit dan kakao. Karet
merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber
pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi
sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian
lingkungan dan sumberdaya hayati. Selain itu, tanaman karet ke depan akan
merupakan sumber kayu potensial yang dapat mensubstitusi kebutuhan kayu yang
selama ini mengandalkan hutan alam, sehingga karet merupakan salah satu
komoditi perkebunan yang sangat potensial untuk dikembangkan saat ini.
Kabupaten Mandailing Natal merupakan daerah dengan areal tanaman
karet terluas di Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data statistik, luas lahan
yang diusahakan oleh masyarakat sampai tahun 2008 seluas 71.015 ha dengan
produksi 34.615 ton (BPS Mandailing Natal, 2009), dimana seluruh luasan
tersebut merupakan perkebunan rakyat. Tingginya minat masyarakat untuk
mengusahakan tanaman karet dengan economic scale yang sesuai untuk
perkebunan rakyat karena komoditi ini dapat diusahakan dalam skala kecil (0,5
Ha) yang sesuai untuk masyarakat kecil serta masih cukup luasnya potensi lahan
kering untuk pengembangan perkebunan dan didukung oleh kebijakan Pemerintah
Kabupaten Mandailing Natal dalam rangka upaya pengentasan kemiskinan di
Kabupaten Mandailing Natal maka perkebunan karet rakyat sangat potensial
dikembangkan di Kabupaten Mandailing Natal.
Permasalahan utama yang dihadapi perkebunan karet rakyat adalah
rendahnya produktivitas karet, dan tingginya proporsi areal tanaman karet tua,
belum efisiennya sistem pemasaran bahan olah karet, keterbatasan modal untuk
membeli bibit unggul maupun sarana produksi lain seperti pupuk, herbisida serta
ketersediaan sarana produksi pertanian di tingkat petani juga masih terbatas.
Memperhatikan potensi yang ada dan prospek masa depan serta untuk mengurangi
permasalahan yang timbul dalam pengelolaan karet di Kabupaten Mandailing
Natal, Karena itu diperlukan suatu analisis dalam rangka memberikan masukan
bagi perencanaan pengembangan perkebunan karet di Kabupaten Mandailing
Natal.
Tujuan penelitian ini adalah (1) menentukan lokasi yang berpotensi untuk
pengembangan tanaman karet rakyat berdasarkan aspek fisik, (2) menganalisis
kelayakan finansial pengusahaan kebun karet rakyat pada tiap kelas kesesuaian
lahan, (3) menganalisis margin tata niaga dan integrasi pasar dalam rantai
pemasaran cup lump karet, (4) menyusun arahan kebijakan pengembangan
perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal.
![Page 6: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/6.jpg)
Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa data tabular dan
peta-peta tematik digital yang berasal dari berbagai instansi pemerintah. Selain
itu, digunakan juga data primer hasil wawancara dengan petani dan pedagang
pengumpul karet. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, analisis data yang
digunakan adalah (1) analisis Sistem Informasi Geografi (SIG), (2) analisis
kelayakan finansial, (3) analisis pemasaran yaitu analisis margin pasar dan
integrasi pasar dan (4) analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di Kabupaten
Mandailing Natal sesuai untuk budidaya tanaman karet yaitu seluas 460.849 ha
(70,41%) dan lahan yang tidak sesuai seluas 193 693 ha (29,59%). Secara aktual
sebagian besar areal tergolong kelas Sesuai Marginal (S3) yaitu seluas 421.387 ha
(64,38%), sedangkan yang tergolong kelas Cukup Sesuai (S2) seluas 23.031 ha
(3,52%) dan lahan yang tergolong kelas Sangat Sesuai (S1) seluas 16.430 ha
(2,51%) untuk tanaman karet. Kecamatan dengan kelas kesesuaian S1, S2 dan S3
yang terluas secara berturut-turut adalah Kecamatan Siabu (5.915 ha), Kecamatan
Batahan (5.326 ha) dan Kecamatan Muara Batang gadis (153.857 ha).
Berdasarkan hasil analisis finansial, usaha perkebunan karet rakyat di
Kabupaten Mandailing Natal layak untuk dikembangkan terlihat dari nilai NPV,
BCR, dan IRR yang memenuhi kriteria layak. Nilai NPV bernilai positif yaitu
antara Rp93.052.838–Rp37.838.270 menunjukkan bahwa keuntungan yang
didapatkan selama umur produktif tanaman karet sebesar nilai tersebut. BCR yang
lebih besar dari satu (2,10–1,48) menunjukkan bahwa setiap satu rupiah yang
diinvestasikan dalam usaha ini akan memberikan tambahan keuntungan sebesar
Rp2,10–Rp1,48. Nilai IRR yang melebihi tingkat suku bunga yang berlaku
menggambarkan bahwa sampai tingkat suku bunga 23%-29% usaha perkebunan
karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal masih memberikan nilai keuntungan
bagi petani dengan payback period antara 7–11 tahun.
Hasil analisis sensitivitas yang dilakukan pada kegiatan perkebunan karet
rakyat di Kabupaten Mandailing Natal, pada skenario menaikkan nilai input
dengan asumsi yang lain ceteris paribus diperoleh bahwa pada tingkat kenaikan
biaya input sebesar 40 % untuk lahan S3 sudah tidak layak lagi sedangkan untuk
lahan S1 kenaikan biaya input hingga sebesar 110,3% baru menjadikan kegiatan
tersebut tidak layak. Pada skenario menaikkan tingkat suku bunga dengan asumsi
yang lain ceteris paribus, ketidaklayakan usaha perkebunan rakyat pada kelas
kesesuaian lahan S3 terjadi pada tingkat suku bunga 20,30% dan pada kelas
kesesuaian lahan S1 pada saat tingkat suku bunga 29,50%. Nilai BEP volume
produksi sebesar 1.392 kg/ha/tahun-1.679 kg/ha/tahun dan nilai BEP harga
sebesar Rp6.803–Rp8.846.
Kinerja pemasaran karet di Kabupaten Mandailing Natal cenderung belum
efisien yang ditunjukkan dengan besarnya share keuntungan yang masuk ke
lembaga pemasaran yang terlibat (20,88%) dan tidak adanya keterpaduan harga
pasar jangka panjang antara pasar tingkat petani dan tingkat pabrik, akibat
panjangnya rantai pemasaran dan senjang informasi harga yang terjadi. Belum
tersedianya industri pengolahan karet di Kabupaten Mandailing Natal membuat
cup lump karet yang dihasilkan di jual ke luar daerah, padahal bahan baku cukup
banyak tersedia, sehingga perkebunan karet rakyat belum memberikan nilai
tambah bagi pembangunan daerah.
![Page 7: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/7.jpg)
Pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal
dapat diarahkan pada lahan seluas 201.875 ha (30,84%). Arahan pengembangan
ini bukan berarti menekankan agar keseluruhan luasan tersebut hanya sesuai untuk
tanaman karet, namun hanya bersifat arahan agar masyarakat yang berminat untuk
mengembangkan tanaman karet dapat menanamnya di areal arahan ini.
Berdasarkan hasil analisis, maka pemerintah perlu segera membuat kebijakan
percepatan peremajaan karet, membangun pusat informasi harga karet di tingkat
regional yang diharapkan dapat mengurangi senjang informasi harga di petani.
Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal perlu segera merealisasikan
rencana pembangunan pabrik pengolahan karet di Kabupaten Mandailing Natal
mengingat ketersediaan bahan baku yang cukup besar dan hal ini akan
berimplikasi pada peningkatan perekonomian daerah, lebih meningkatkan peran
para penyuluh dan pembentukan kelompok-kelompok tani di masyarakat untuk
meningkatkan mutu karet yang dihasilkan dan meningkatkan bargaining position
petani dalam pemasaran karet dan mengarahkan petani pada penggunaan klon
karet unggul dengan produktivitas tinggi dan teknik budidaya sesuai anjuran serta
lebih meningkatkan pengawasan terhadap distribusi pupuk dan pestisida untuk
petani.
Kata kunci : karet rakyat, evaluasi lahan, kelayakan finansial, kelayakan
pemasaran
![Page 8: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/8.jpg)
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
![Page 9: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/9.jpg)
ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
KARET RAKYAT DI KABUPATEN MANDAILING NATAL,
PROPINSI SUMATERA UTARA
HADIJAH SIREGAR
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
![Page 10: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/10.jpg)
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Widiatmaka, DAA
![Page 11: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/11.jpg)
Judul Tesis : Analisis Potensi Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat di
Kabupaten Mandailing Natal
Nama : Hadijah Siregar
NRP : A156090174
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus Ir. Atang Sutandi, M.Si Ph.D
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Ilmu Perencanaan Wilayah
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc. Agr
Tanggal Ujian : Tanggal Lulus :
![Page 12: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/12.jpg)
Kupersembahkan Karya ini Kepada:
Almarhumah Ibunda tersayang Hj. Hasna Nasution dan Ayahanda H. Bustaman Siregar
Saudara-saudariku (Rosmaiani Siregar & Soritua Harahap, Aisyah Siregar & Isya Ansori Nasution,
Siti Amisah Siregar, Hamonangan Siregar & Hasan Ansari Siregar, Rosdina Siregar & Dollar)
yang telah mendukung dan selalu mendoakanku selama ini dan keponakan-keponakanku (Anri, Aldi, Astri, Nanda, Ari, Hasdan,
Ismail and Nazwa) yang memberi warna-warni dan kebahagian dalam keluarga kami.
![Page 13: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/13.jpg)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pemikiran ............................................................................. 29
2. Grafik Break Event Point (BEP) .......................................................... 38
3. Bagan alir penelitian ............................................................................. 48
4. Peta administrasi Kabupaten Mandailing Natal ................................... 51
5. Peta kemiringan lahan .......................................................................... 52
6. Peta ketinggian tempat ......................................................................... 53
7. Persentase nilai PDRB per sub sektor Kabupaten Mandailing Natal
tahun 2004-2008 ............................................................................. 61
8. Produksi Karet di Kabupaten Mandaling Natal Tahun 2004-2008 ..... 62
9. Peta Kesesuaian Lahan Karet Kabupaten Mandailing Natal................ 68
10. Peta Kesesuaian Lahan Karet dengan faktor-faktor pembatas di
Kabupaten Mandailing Natal................................................................ 72
11. Saluran pemasaran cup lump karet rakyat di Kabupaten
Mandailing Natal kondisi tahun 2010 .................................................. 88
12. Peta Arahan Pengembangan Tanaman Karet Rakyat
di Kabupaten Mandailing Natal ........................................................... 101
![Page 14: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/14.jpg)
![Page 15: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/15.jpg)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kriteria kesesuaian lahan karet ..................................................... 116
2. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Mandailing Natal ................. 117
3. Peta Kawasan Hutan Kabupaten Mandailing Natal ...................... 118
4. Peta Pencadangan Areal Hutan Rakyat
di Kabupaten Mandailing Natal .................................................... 119
5. Analisis Kelayakan Finansial Karet (1 ha) di Desa Sihepeng
Kecamatan Siabu (kelas kesesuaian lahan S1) .............................. 120
6. Analisis Kelayakan Finansial Karet (1 ha) di Desa Malintang
Jae Kecamatan Bukit Malintang (kelas kesesuaian lahan S1) ...... 122
7. Analisis Kelayakan Finansial Karet (1 ha) di Desa Purba Baru
Kecamatan Lembah Sorik Marapi (kelas kesesuaian lahan S2) ... 124
8. Analisis Kelayakan Finansial Karet (1 ha) di Desa Roburan
Lombang Kecamatan Panyabungan Selatan (kelas kesesuaian
lahan S2) ........................................................................... 126
9. Analisis Kelayakan Finansial Karet (1 ha) di Desa Tambangan
Kecamatan Tambangan (kelas kesesuaian lahan S3) .................... 128
10. Analisis Kelayakan Finansial Karet (1 ha) di Desa Hutarimbaru
Kecamatan Kotanopan (kelas kesesuaian lahan S3) ..................... 130
11. Perbandingan rataan komponen input dan output pengusahaan
kebun karet rakyat untuk luasan 1 Ha pada kelas kesesuaian
lahan S1, S2 dan S3 di masing-masing desa sampel ..................... 132
12. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet (1 ha)
di Desa Sihepeng Kecamatan Siabu
(kelas kesesuaian lahan S1) Menaikkan Biaya Input .................... 133
13. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet (1 ha)
di Desa Malintang Jae Kecamatan Bukit Malintang
(kelas kesesuaian lahan S1) Menaikkan Biaya Input .................... 135
14. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet (1 ha)
di Desa Purba Baru Kecamatan Lembah Sorik Marapi
(kelas kesesuaian lahan S2) Menaikkan Biaya Input .................... 137
![Page 16: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/16.jpg)
15. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet (1 ha)
di Desa Roburan Lombang Kecamatan Panyabungan Selatan
(kelas kesesuaianlahan S2) Menaikkan Biaya Input .................... 139
16. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet (1 ha)
di Desa Tambangan Kecamatan Tambangan
(kelas kesesuaian lahan S3) Menaikkan Biaya Input .................... 141
17. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet (1 ha)
di Desa Hutarimbaru Kecamatan Kotanopan
(kelas kesesuaian lahan S3) Menaikkan Biaya Input .................... 143
18. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet (1 ha)
di Desa Sihepeng Kecamatan Siabu
(kelas kesesuaian lahan S1) Menaikkan Suku Bunga ................... 145
19. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet (1 ha)
di Desa Malintang Jae Kecamatan Bukit Malintang
(kelas kesesuaian lahan S1) Menaikkan Suku Bunga ................... 147
20. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet (1 ha)
di Desa Purba Baru Kecamatan Lembah Sorik Marapi
(kelas kesesuaian lahan S2) Menaikkan Suku Bunga ................... 149
21. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet (1 ha)
di Desa Roburan Lombang Kecamatan Panyabungan Selatan
(kelas kesesuaianlahan S2) Menaikkan Suku Bunga ................... 151
22. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet (1 ha)
di Desa Tambangan Kecamatan Tambangan
(kelas kesesuaian lahan S3) Menaikkan Suku Bunga ................... 153
23. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet (1 ha)
di Desa Hutarimbaru Kecamatan Kotanopan
(kelas kesesuaian lahan S3) Menaikkan Suku Bunga ................... 155
24. Analisis Break Event Point (BEP) Harga Pengusahaan
Karet (1 ha) di Desa Sihepeng Kecamatan Siabu
(kelas kesesuaian lahan S1) ........................................................... 157
25. Analisis Break Event Point (BEP) Volume Produksi
Pengusahaan Karet (1 ha) di Desa Sihepeng Kecamatan Siabu
(kelas kesesuaian lahan S1) ........................................................... 159
26. Analisis Break Event Point (BEP) Harga Pengusahaan
Karet (1 ha) di Desa Malintang Jae Kecamatan Bukit Malintang
(kelas kesesuaian lahan S1) ........................................................... 161
viii
![Page 17: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/17.jpg)
27. Analisis Break Event Point (BEP) Volume Produksi
Pengusahaan Karet (1 ha) di Desa Malintang Jae
Kecamatan Bukit Malintang (kelas kesesuaian lahan S1) ............ 163
28. Analisis Break Event Point (BEP) Harga Pengusahaan
Karet (1 ha) di Desa Purba Baru Kecamatan Lembah Sorik
Marapi (kelas kesesuaian lahan S2) .............................................. 165
29. Analisis Break Event Point (BEP) Volume Produksi
Pengusahaan Karet (1 ha) di Desa Purba Baru Kecamatan
Lembah Sorik Marapi (kelas kesesuaian lahan S2) ...................... 167
30. Analisis Break Event Point (BEP) Harga Pengusahaan
Karet (1 ha) di Desa Roburan Lombang Kecamatan
Panyabungan Selatan (kelas kesesuaianlahan S2) ........................ 169
31. Analisis Break Event Point (BEP) Volume Produksi
Pengusahaan Karet (1 ha) di Desa Roburan Lombang
Kecamatan Panyabungan Selatan (kelas kesesuaianlahan S2) ..... 171
32. Analisis Break Event Point (BEP) Harga Pengusahaan
Karet (1 ha) di Desa Tambangan Kecamatan Tambangan
(kelas kesesuaian lahan S3) ........................................................... 173
33. Analisis Break Event Point (BEP) Volume Produksi
Pengusahaan Karet (1 ha) di Desa Tambangan Kecamatan
Tambangan (kelas kesesuaian lahan S3) ....................................... 175
34. Analisis Break Event Point (BEP) Harga Pengusahaan
Karet (1 ha) di Desa Hutarimbaru Kecamatan Kotanopan
(kelas kesesuaian lahan S3) ........................................................... 177
35. Analisis Break Event Point (BEP) Volume Produksi
Pengusahaan Karet (1 ha) di Desa Hutarimbaru Kecamatan
Kotanopan (kelas kesesuaian lahan S3) ........................................ 179
36. Rekapitulasi harga pasar lump karet tingkat petani
di Kabupaten Mandailing Natal dan harga di tingkat pabrik
di Propinsi Sumatera ..................................................................... 181
ix
![Page 18: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/18.jpg)
![Page 19: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/19.jpg)
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan subsektor perkebunan merupakan salah satu pilihan yang
cukup realistis sebagai bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian
Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi dengan tiga alasan utama. Pertama,
bisnis perkebunan adalah bisnis yang mempunyai daya tahan tinggi karena
berbasis pada sumberdaya domestik dan berorientasi ekspor. Hal ini tercermin
dari bisnis perkebunan yang selalu tumbuh sekitar 4% per tahun pada 25 tahun
terakhir. Kedua, bisnis perkebunan diyakini masih sangat prospektif dengan
peluang pertumbuhan berkisar antara 2%-8% per tahun, tergantung komoditinya.
Ketiga, bisnis perkebunan merupakan bisnis yang relatif intensif menggunakan
tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang berlokasi di pedesaan. Dengan
karakteristik tersebut, bisnis perkebunan diharapkan mampu menyerap tenaga
kerja yang lebih banyak, sekaligus memperbaiki ketimpangan distribusi
pendapatan yang kini tengah dihadapi (Ditjenbun, 2009)
Agribisnis subsektor ini mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap
stabilitas ekonomi makro, pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, penerimaan
devisa dari ekspor, dan sumber bahan baku bagi industri hilir hasil pertanian. Hal
ini dapat dilihat dari produksi beberapa komoditas perkebunan dan devisa yang
dihasilkan cukup tinggi. Pada tahun 2008 dari subsektor ini diperoleh devisa
sebesar US$24,5 milyar dan tahun 2009 meningkat menjadi US$26,5 milyar.
Sementara itu, jumlah petani-pekebun yang mengelola usaha berbagai jenis
komoditas tahun 2009 sebanyak 19,70 juta KK. Hal ini membuktikan bahwa
sektor perkebunan menjadi salah satu penopang ekonomi rakyat. Perkebunan juga
mampu menghadapi berbagai krisis ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 1997
sampai 1998 dan tahun 2008. Sektor ini juga memberikan kontribusi dalam
mengatasi berbagai masalah nasional seperti penyediaan lapangan kerja dan
penanggulangan kemiskinan (Ditjenbun, 2009).
Perkembangan luas areal dan produksi komoditi perkebunan dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan. Luas areal perkebunan dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2009 meningkat sebesar 16%. Produksi perkebunan Indonesia dari
tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 45,57%.
![Page 20: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/20.jpg)
2
Perkembangan luas perkebunan Indonesia dan produksi perkebunan Indonesia
disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1 Perkembangan Luas Perkebunan Indonesia Tahun 2005-2009 (ha)
Komoditas 2005 2006 2007 2008 2009
K. Sawit 5.453.817 6.594.914 6.766.836 7.007.876 7.321.897
Kelapa 3.803.614 3.788.892 3.795.037 3.798.338 3.800 .846
Karet 3.279.391 3.346.427 3.413.717 3.469.960 3.524.583
Kakao 1.167.046 1.320.820 1.379.279 1.473.259 1.592.982
Kopi 1.255.272 1.308.732 1.295.912 1.302.893 1.309.184
Tebu 381.786 396.441 427.799 442.151 480.148
Jambu Mete 579.650 569.197 570.677 569.677 566.394
Cengkeh 448.857 444.658 453.292 457.172 460.186
The 139.121 135.590 133.734 129.336 129.599
Tembakau 198.212 172.234 198.054 203.627 212.698
Kapas 5.982 6.263 13.737 16.601 20.000
Lada 191.992 192.604 189.054 190.777 191.612
Jumlah 16.904.740 18.276.772 18.636.859 19.061.666 19.610.129
Sumber : Ditjen Perkebunan (2009)
Tabel 2 Perkembangan Produksi Perkebunan Indonesia Tahun 2005-2009 (ton)
Komoditas 2005 2006 2007 2008 2009
K. Sawit 11.861.615 17.350.848 17.664.725 18.089.503 19.440.292
Kelapa 3 .096.844 3.131.158 3.199.662 3.247.077 3.257.773
Karet 2 .270.891 2.637.231 2.755.172 2.921.872 3.040.110
Kakao 748.828 769.386 740.006 792.761 849.875
Kopi 640.365 682.158 676.475 682.938 689.057
Tebu 2 .241.742 2.307.027 2.623.786 2.703.975 2.954.095
Jambu Mete 135.070 149.138 146.148 142.536 133.282
Cengkeh 78.350 61.408 80.404 80.929 82.543
Teh 166.091 146.858 150.623 148.315 151.617
Tembakau 153.470 146.265 164.851 169.668 172.701
Kapas 2.241 1.627 12.768 20.523 24.725
Lada 78.328 77.533 74.131 79.726 81.662
Jumlah 21.473.835 27.460.637 28.288.751 29.176.793 31.260.190
Sumber : Ditjen Perkebunan (2009)
Indonesia merupakan negara eksportir karet terbesar kedua di dunia setelah
Thailand. Indonesia memiliki areal perkebunan karet terluas di dunia namun
produktivitasnya masih rendah. International Rubber Study Group (IRSG)
meramalkan bahwa pada tahun 2020 konsumsi karet dunia akan mencapai 10,95
juta ton dan produksi dunia mencapai 10,99 juta ton sehingga terdapat surplus
54.000 ton (Ditjenbun, 2009). Dalam rangka penguatan sektor perkebunan di
Indonesia, pemerintah telah mencanangkan program revitalisasi perkebunan yakni
![Page 21: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/21.jpg)
3
suatu upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan,
peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi
perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan
dibidang usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan dalam pembangunan
kebun, pengolahan dan pemasaran hasil dengan tiga komoditi yaitu kelapa sawit,
karet dan kakao (Ditjenbun, 2007).
Pertumbuhan ekonomi dunia pada sepuluh tahun terakhir yang sangat pesat,
terutama China dan beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin
seperti India, Korea Selatan dan Brazil memberi dampak pertumbuhan permintaan
karet alam yang cukup tinggi, walaupun pertumbuhan permintaan karet di negara-
negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang relatif stagnan.
Hal ini sejalan dengan keinginan manusia menggunakan barang yang bersifat
tahan pecah dan elastis sehingga kebutuhan akan karet sebagai bahan baku
industri barang jadi karet (ban, sarung tangan karet, benang karet dan lain-lain)
saat ini akan terus berkembang dan meningkat sejalan dengan pertumbuhan
industri otomotif, kebutuhan rumah sakit, alat kesehatan, keperluan rumah tangga
dan sebagainya. Diperkirakan untuk masa yang akan datang kebutuhan karet akan
terus meningkat.
Berdasarkan data dan posisi yang cukup strategis tersebut, karet diharapkan
menjadi salah satu penggerak kebangkitan ekonomi melalui peningkatan produksi
yang akan meningkatkan ekspor karet. Hal ini akan menjadi peluang yang baik
bagi Indonesia untuk mengekspor karet dan hasil olahan industri karet yang ada di
Indonesia ke negara‐negara lainnya. Luas areal perkebunan karet Indonesia
sekarang ini mencapai 3,52 juta ha yang terdiri atas 85% perkebunan rakyat dan
sisanya perkebunan besar swasta dan badan usaha milik negara dengan produksi
sekitar 3 juta ton dan menyerap sedikitnya 2,30 juta tenaga kerja. Luas
perkebunan karet Indonesia merupakan yang terluas di dunia disusul Thailand
seluas 2,76 juta ha. Pemulihan ekonomi akibat krisis global tahun 2007
menyebabkan permintaan karet juga meningkat. Diramalkan pada 2015 Indonesia
dapat meningkatkan produksi dengan laju yang tinggi, sehingga dapat melampaui
produksi Thailand (Ditjenbun, 2009)
![Page 22: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/22.jpg)
4
Prospek karet alam akan baik selama ekonomi tumbuh dengan baik dan
produksi tidak mengalami gangguan cuaca, sehingga pemerintah perlu membuat
perencanaan yang matang dalam peremajaan dan pembukaan kebun karet baru.
Peluang untuk menjadi produsen utama di dunia dimungkinkan, karena Indonesia
mempunyai potensi sumberdaya yang sangat memadai untuk meningkatkan
produksi melalui program revitalisasi perkebunan. Pengembangan komoditas
karet di lahan kering dan kritis juga memberi kontribusi nyata dalam memelihara
bahkan memperbaiki lingkungan. Di samping itu, pengembangan komoditas karet
dalam bentuk agroforestry serta pemanfaatan kayu karet sebagai pengganti kayu
dari hutan primer merupakan kontribusi lain perkebunan karet dalam konservasi
lingkungan (Boerhendhy et al., 2003)
Kebijakan otonomi daerah melalui Undang-undang nomor 32 tahun 2004
memberikan kewenangan yang besar pada daerah dalam mengelola pemerintahan
dan sumberdaya daerah termasuk kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan konservasi
sumberdaya alam yang diiringi dengan tanggung jawab pembiayaan
pembangunan daerah yang porsinya semakin meningkat. Berkaitan dengan upaya
pembangunan daerah, maka pengembangan ekonomi yang berbasis pada
sumberdaya lokal sebagai pusat pertumbuhan perlu diperkuat. Berdasarkan data
statistik, sektor pertanian mempunyai kontribusi yang besar terhadap PDRB
Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2008 yakni sebesar 46,36% dimana
14,77% diantaranya merupakan pangsa subsektor perkebunan. Komoditi karet
merupakan komoditi perkebunan yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat.
Luas lahan yang diusahakan oleh masyarakat pada tahun 2008 seluas 71.015 Ha
dengan produksi 34.615 ton (BPS Mandailing Natal, 2009).
Penduduk Kabupaten Mandailing Natal telah mengusahakan kebun karet
secara turun-temurun dari nenek moyang dan merupakan mata pencaharian pokok
bagi sebagian besar penduduk yakni sekitar 40%, sehingga ketergantungan
masyarakat pada usaha berkebun karet ini sangat tinggi dan telah menunjukkan
hasil serta peran yang nyata bagi masyarakat dalam meningkatkan pendapatannya.
Komoditi karet bagi Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal sendiri merupakan
komoditi yang mempunyai peranan penting dalam kontribusi subsektor
perkebunan dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) karena
![Page 23: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/23.jpg)
5
karet merupakan komoditi ekspor yang banyak diperdagangkan di luar negeri
dengan harga yang terus mengalami peningkatan dan merupakan komoditi
perkebunan yang masih menjadi primadona di dunia. Memperhatikan potensi
yang ada dan prospek masa depan, komoditi karet merupakan komoditi unggulan
yang berpotensi untuk dikembangkan dalam menunjang pengembangan wilayah.
1.2 Perumusan Masalah
Subsektor perkebunan merupakan salah satu motor penggerak
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mandailing Natal. Secara rata–rata subsektor
tanaman perkebunan mengalami pertumbuhan tertinggi di sektor pertanian yakni
sebesar 6,48%. Subsektor perkebunan merupakan subsektor yang memberikan
sumbangan terbesar kedua terhadap PDRB sektor pertanian Kabupaten
Mandailing Natal yang signifikan selama lima tahun terakhir (2004–2008) setelah
subsektor tanaman pangan (BPS Mandailing Natal, 2009). Komoditi perkebunan
yang cukup pesat perkembangannya saat ini dan memiliki prospek pasar yang
baik di Kabupaten Mandailing Natal adalah tanaman karet. Harga jual yang tinggi
beberapa tahun terakhir membuat tingginya minat masyarakat untuk
membudidayakan tanaman karet di Kabupaten Mandailing Natal.
Permasalahan yang ada dalam pengembangan komoditi karet rakyat di
Kabupaten Mandailing Natal adalah rendahnya produktivitas karet, tingginya
proporsi areal tanaman karet tua, belum efisiennya sistem pemasaran bahan olah
karet, keterbatasan modal untuk membeli bibit unggul maupun sarana produksi
lain seperti pupuk, herbisida serta belum adanya Pabrik Crumb Rubber di
Kabupaten Mandailing Natal, sehingga belum memberikan tingkat margin yang
memadai bagi petani karet. Rendahnya produktivitas karet yang dihasilkan petani
disebabkan belum optimalnya pengelolaan kebun karet oleh petani karena
terbatasnya pengetahuan dan kemampuan teknis budidaya karet, terbatasnya
saprodi yang dimiliki petani dalam meningkatkan produksi dan kualitas hasil karet
sesuai standar, terbatasnya modal dan SDM petugas, belum berfungsinya lembaga
pendukung pengembangan agribisnis karet rakyat.
Mempertimbangkan besarnya potensi pengembangan karet di Kabupaten
Mandailing Natal dan dalam upaya penanganan permasalahan pengembangan
karet, perlu dilakukan berbagai analisis diantaranya untuk menghindari agar
![Page 24: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/24.jpg)
6
masyarakat tidak dirugikan dengan menanam tanaman karet di lokasi yang tidak
sesuai dengan kriteria tumbuh tanaman (biofisik), aspek spasial (tata ruang) dan
aspek ekonomi. Diperlukan arahan bagi masyarakat dalam memilih lokasi yang
tepat untuk budidaya tanaman tersebut. Dengan pemilihan lokasi yang tepat
produk yang dihasilkan akan maksimal dan akan berkorelasi dengan keuntungan
yang didapat. Selain lokasi yang memenuhi persyaratan tumbuh tanaman, faktor
kelayakan usaha juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Aspek keuntungan
finansial merupakan suatu keharusan dalam pengusahaan suatu tanaman. Biasanya
belum ada perhitungan yang matang oleh petani dalam merencanakan
pengusahaan kebunnya, baik aspek budidaya maupun aspek pasar. Oleh karena
itu, perlu diketahui apakah kondisi perkebunan karet rakyat di Kabupaten
Mandailing Natal saat ini telah memberikan keuntungan yang sesuai bagi modal
yang telah dikeluarkan petani.
Aspek pasar merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan
pengusahaan kebun karet rakyat. Kebutuhan dunia yang cenderung terus
meningkat mengakibatkan harga karet cukup stabil dan cenderung meningkat.
Petani karet di Kabupaten Mandailing Natal menjual hasil karet dalam bentuk cup
lump (lump mangkuk) yakni getah atau lateks karet yang dikumpulkan dengan
mamakai mangkuk sehingga gumpalannya berbentuk mangkuk. Beberapa bulan
terakhir pada tahun 2010, harga jual cup lump karet di tingkat petani di Kabupaten
Mandailing Natal sebesar Rp10.000/kg–Rp20.000/kg. Petani tidak mengalami
kesulitan dalam penjualan cup lump karet karena pedagang pengumpul cukup
banyak yang mendatangi petani untuk membeli. Permasalahannya adalah, apakah
rantai pemasaran cup lump karet petani di Kabupaten Mandailing Natal saat ini
telah efisien? Efisien dalam arti apakah keuntungan yang diperoleh petani cukup
sebanding dengan modal atau pengorbanan yang dikeluarkan petani dan apakah
harga di tingkat petani mempunyai keterpaduan yang tinggi dengan harga di
tingkat pabrik? Bila belum efisien, faktor apa yang menyebabkannya dan apa
alternatif pemecahan masalah tersebut sehingga rantai pemasaran cup lump karet
di Kabupaten Mandailing Natal menjadi lebih efisien.
Pengembangan tanaman karet di Kabupaten Mandailing Natal diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga perlu adanya arahan
![Page 25: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/25.jpg)
7
potensi pengembangan perkebunan karet rakyat yang sesuai konsep pembangunan
berkelanjutan yakni sesuai dari aspek lingkungan, ekonomi dan sosial.
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Dimanakah lokasi pengembangan tanaman karet yang sesuai berdasarkan
aspek fisik dan spasial?
2. Bagaimana kelayakan finansial pengusahaan kebun karet rakyat pada tiap
kelas kesesuaian lahan?
3. Bagaimana efisiensi kelembagaan pemasaran karet rakyat?
4. Bagaimana arahan potensi pengembangan perkebunan karet rakyat di
Kabupaten Mandailing Natal?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menentukan lokasi yang berpotensi untuk pengembangan tanaman karet
rakyat berdasarkan aspek fisik
2. Menganalisis kelayakan finansial pengusahaan kebun karet rakyat pada setiap
kelas kesesuaian lahan
3. Menganalisis margin tata niaga dan integrasi pasar dalam rantai pemasaran
cup lump karet
4. Menyusun arahan kebijakan pengembangan kebun karet rakyat di Kabupaten
Mandailing Natal
1.3.2 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada Pemerintah
Daerah dalam pengambilan kebijakan pengembangan perkebunan karet di
Kabupaten Mandailing Natal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
ekonomi daerah.
![Page 26: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/26.jpg)
8
![Page 27: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/27.jpg)
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pembangunan Ekonomi Wilayah
Secara filosofis proses pembangunan dapat diartikan sebagai upaya
sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat
menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga
yang paling humanistik (Rustiadi et al., 2009). Pembangunan ekonomi dapat
diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakatnya.
Pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses dimana terjadi
saling keterkaitan dan saling mempengaruhi diantara berbagai faktor.
Pembangunan ekonomi harus dapat diidentifikasi dan dianalisis dengan seksama
sehingga diketahui tuntutan peristiwa yang timbul sehingga akan mewujudkan
peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari suatu
tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya (Arsyad, 1999).
Paradigma pembangunan ekonomi wilayah seharusnya lebih mengarah pada
penguatan basis ekonomi yang memiliki prinsip keseimbangan (equity) yang
mendukung pertumbuhan ekonomi (eficiency), dan keberlanjutan (sustainability).
Pembangunan ekonomi wilayah seyogyanya juga dilakukan dengan menggunakan
paradigma baru melalui pembangunan yang berbasis lokal dan sumberdaya
domestik. Keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh tiga nilai pokok,
yaitu: (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya, (2) meningkatnya rasa harga diri masyarakat sebagai manusia, (3)
meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih yang merupakan salah satu
hak asasi manusia (Anwar, 2001).
Pembangunan daerah merupakan bagian integral dan merupakan
penjabaran dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian sasaran
pembangunan yang disesuaikan dengan potensi, aspirasi, dan permasalahan
pembangunan di daerah. Kunci keberhasilan pembangunan daerah dalam
mencapai sasaran pembangunan nasional secara efisien dan efektif, termasuk
penyebaran hasilnya secara merata di seluruh Indonesia adalah koordinasi dan
keterpaduan antara pemerintah pusat dan daerah, antarsektor, antara sektor dan
![Page 28: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/28.jpg)
10
daerah, antar provinsi, antar kabupaten/kota, serta antara provinsi dan
kabupaten/kota. Pembangunan daerah dilaksanakan dengan tujuan untuk
mencapai sasaran pembangunan nasional serta untuk meningkatkan hasil-hasil
pembangunan daerah bagi masyarakat secara adil dan merata (Nasution, 2009)
Miraza (2005) menyatakan bahwa pembangunan daerah berorientasi pada
pengembangan wilayah pada suatu daerah yang dilakukan secara gradual, yang
menyangkut fisik dan nonfisik wilayah dimana tercipta penataan ruang yang
efisien dan infrastruktur publik yang cukup serta kondisi lingkungan yang
nyaman. Dengan demikian keseimbangan antarkawasan menjadi penting karena
keterkaitan yang bersifat simetris akan mampu mengurangi disparitas antar
wilayah dan pada akhirnya mampu memperkuat pembangunan ekonomi wilayah
secara menyeluruh. Seperti halnya bagian tubuh manusia, ketidakseimbangan
pertumbuhan wilayah akan mengakibatkan kondisi yang tidak stabil. Disparitas
antar wilayah telah menimbulkan banyak permasalahan sosial, ekonomi dan
politik (Rustiadi et al., 2009).
Pembangunan ekonomi dilaksanakan secara terpadu, selaras, seimbang dan
berkelanjutan dan diarahkan agar pembangunan yang berlangsung merupakan
kesatuan pembangunan nasional, sehingga dalam mewujudkan pembangunan
ekonomi nasional perlu adanya pembangunan ekonomi daerah yang pada akhimya
mampu mengurangi ketimpangan antar daerah dan mampu mewujudkan
kemakmuran yang adil dan merata antar daerah (Wijaya dan Atmanti, 2006).
2.1.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan
Evaluasi lahan adalah bagian dari proses perencanaan tata guna tanah
dengan membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan
yang akan diterapkan dengan kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan
digunakan. Tujuan evaluasi lahan adalah untuk menentukan kelas kesesuaian
lahan untuk tujuan tertentu (Sitorus, 2004; Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Pengelolaan sumber daya alam disamping memberikan manfaat masa kini,
juga menjamin kehidupan masa depan, harus dikelola sedemikian rupa sehingga
fungsinya dapat selalu terpelihara sepanjang masa. Dewasa ini dinamika
pemanfaatan lahan berlangsung relatif lebih cepat dan akibatnya terjadi perubahan
fungsi pemanfaatan lahan yang cenderung menyebabkan menurunnya kualitas
![Page 29: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/29.jpg)
11
lingkungan dan pada akhirnya akan mengakibatkan menurunnya daya dukung
lahan, sehingga pemanfaatan lahan perlu diarahkan menurut fungsinya untuk
menghindarkan dampak pembangunan yang negatif (Faturuhu, 2009)
Potensi suatu wilayah untuk pengembangan pertanian pada dasarnya
ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim,
tanah, terain, dan hidrologi dengan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan
tumbuh tanaman. Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah
dengan persyaratan penggunaan atau komoditas yang dievaluasi memberikan
gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan untuk
komoditas tersebut, artinya bahwa jika lahan tersebut digunakan untuk
penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi mencakup
masukan yang diperlukan akan mampu memberikan hasil sesuai dengan yang
diharapkan (Sitorus, 2004)
Inti prosedur evaluasi lahan adalah menentukan jenis penggunaan (jenis
tanaman) yang akan ditetapkan, kemudian menentukan persyaratan dan pembatas
pertumbuhannya dan akhirnya membandingkan persyaratan penggunaan lahan
(pertumbuhan tanaman) tersebut dengan kualitas lahan secara fisik. Klasifikasi
kelas kesesuaian lahan yang biasa digunakan adalah klasifikasi menurut metode
FAO (1976). Metode ini digunakan untuk mengklasifikasikan kelas kesesuaian
lahan berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif, tergantung data yang tersedia
(Sitorus, 2004).
Hasil penilaian kesesuaian lahan dapat berupa kelas kesesuaian lahan aktual
dan kelas kesesuaian lahan potensial. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka
(2007), kelas kesesuaian lahan aktual menyatakan kesesuaian lahan berdasarkan
data dari hasil survei tanah atau sumberdaya lahan, belum mempertimbangkan
masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor
pembatas yang berupa sifat lingkungan fisik termasuk sifat-sifat tanah dalam
hubungannya dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian
lahan potensial menyatakan keadaan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-
usaha perbaikan. Usaha perbaikan yang dilakukan harus memperhatikan aspek
ekonominya. Artinya, apabila lahan tersebut dibatasi kendala-kendalanya, maka
harus diperhitungkan apakah secara ekonomi dapat memberikan keuntungan.
![Page 30: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/30.jpg)
12
2.1.3 Kelayakan finansial usaha tani
Untuk mengetahui secara komprehensif bagaimana aspek pengembangan
usaha suatu komoditi pertanian maka perlu dikaji kelayakannya secara finansial.
Menurut Gittinger (1986), aspek finansial terutama menyangkut perbandingan
antara pengeluaran dengan pendapatan dari usaha perkebunan karet rakyat serta
waktu didapatkannya hasil. Untuk mengetahui secara komprehensif tentang
kinerja layak atau tidaknya usaha tersebut, dikembangkan berbagai kriteria yang
pada dasarnya membandingkan antara biaya dan manfaat atas dasar suatu tingkat
harga umum tetap yang diperoleh dengan menggunakan nilai sekarang (present
value) yang telah didiskonto selama umur usaha produktif perkebunan Karet
rakyat.
Cara penilaian jangka panjang yang paling banyak digunakan adalah dengan
menggunakan Discounted Cash Flow Analysis (DCF) atau Analisis Aliran Kas
yang didiskonto (Gittinger, 1986). Analisis DCF mempunyai keunggulan yaitu
bahwa uang mempunyai nilai waktu yang merupakan ciri-ciri yang
membedakannya dari teknik lain. Ciri pokok dari analisis DCF adalah menilai
harga dengan memperhitungkan unsur waktu kejadian dan besarnya aliran
pembayaran tunai (cash flow). Biaya dipandang sebagai negative cash flow
sedangkan pendapatan dipandang sebagai positive cash flow.
Analisis sensitifitas digunakan untuk menghindari ketidakpastian
perkembangan ekonomi di masa yang akan datang dan sering analisis proyek
didasarkan pada proyeksi-proyeksi sehingga ketidakpastian yang akan terjadi di
masa yang akan datang, seperti terjadinya kenaikan biaya-biaya operasional,
terjadinya penurunan harga yang menyebabkan penurunan keuntungan dapat
diminimalisasi (Syahrani, 2003)
Analisis kepekaan/sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai seberapa
besar (persen) penurunan atau peningkatan faktor-faktor tersebut dapat
mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak
layak dilaksanakan (Gittinger, 1986).
2.1.4 Kelayakan Pemasaran
Tingkat efisiensi sistem pemasaran suatu usaha dapat diukur antara lain
dengan pendekatan margin tataniaga dan keterpaduan pasar. Azzaino (1983)
![Page 31: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/31.jpg)
13
mendefinisikan margin tata niaga sebagai perbedaan harga yang dibayar
konsumen akhir untuk suatu produk dengan harga yang diterima petani produsen
untuk produk yang sama. Tomek dan Robinson (1977) mendefinisikan margin
tataniaga sebagai berikut : (1) perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan
harga yang diterima produsen, (2) kumpulan balas jasa yang diterima oleh jasa
tataniaga sebagai akibat adanya permintaan dan penawaran.
Analisis keterpaduan pasar adalah analisis yang digunakan untuk melihat
seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditi pada suatu tingkat lembaga
tataniaga dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga lainnya. Berbagai pendekatan
dapat dilakukan untuk melihat fenomena ini. Salah satunya adalah metode
Autoregressive Distributed Lag yang dikembangkan oleh Ravallion (1986) dan
Heytens (1986).
2.1.5 Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang
selanjutnya akan disebut SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan sistem
informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan
data atau informasi geografis (Aronoff, 1989). SIG memungkinkan pengguna
untuk memahami konsep-konsep lokasi, posisi, koordinat, peta, ruang dan
permodelan spasial secara mudah. Selain itu, dengan Sistem Informasi Geografis
pengguna dapat membawa, meletakkan dan menggunakan data ke dalam sebuah
model representasi miniatur permukaan bumi untuk kemudian dimanipulasi,
dimodelkan atau dianalisis baik secara teksdtual, secara spasial maupun
kombinasinya (analisis melalui query atribut dan spasial), hingga akhirnya
disajikan dalam bentuk sesuai dengan kebutuhan pengguna (Prahasta, 2005)
Beberapa ahli menjelaskan tahapan-tahapan kelengkapan dalam Sistem
Informasi Geografis menjadi tiga tahapan. Tahap pertama kelengkapan Sistem
Informasi Geografis adalah inventarisasi data. Data yang menjadi masukan dalam
Sistem Informasi Geografis dapat berupa peta tematik digital maupun rekaman
digital dari sistem satelit yang sudah memberikan kenampakan informasi yang
dibutuhkan (Robinson et al., 1995). Tahap kedua kelengkapan Sistem Informasi
Geografis adalah penambahan operasional analisis pada tahap pertama. Pada
tahapan ini, bentuk data diberikan kedalam data dengan menggunakan data
![Page 32: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/32.jpg)
14
statistik. Berbagai layer dari data yang dihasilkan pada tahap pertama dianalisis
secara bersama-sama untuk menetapkan lokasi atau bentuk yang memiliki atribut
sama atau serupa (Robinson et al., 1995).
Analisis ini bisa dilakukan dengan tumpang susun (overlay). Tumpang
susun peta merupakan proses yang paling banyak dilakukan dalam SIG.
Selanjtnya kalkulasi dapat dilakukan. Kalkulasi merupakan sekumpulan operasi
untuk memanipulasi data spasial baik berupa peta tunggal maupun beberapa peta
sekaligus. Operasi ini dapat berupa penjumlahan, pengurangan, maupun perkalian
antar peta, namun dapat pula melalui pengkaitan dengan suatu basis data atribut
tertentu. Tahapan terakhir kelengkapan Sistem Informasi Geografis adalah
pengambilan keputusan. Pada tahap ini digunakan model-model untuk
mendapatkan evaluasi secara real time, kemudian hasil yang didapatkan dari
permodelan dibandingkan dengan kondisi di lapangan (Robinson et al., 1995).
Keluaran utama dari Sistem Informasi Geografis adalah informasi spasial baru
yang perlu disajikan dalam bentuk tercetak (hard copy) supaya dapat
dimanfaatkan dalam kegiatan operasional (Danoedoro, 1996).
Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk membangun suatu
model pemetaan kesesuaian lahan di suatu wilayah dengan menggabungkan
prosedur evaluasi lahan dengan pilihan-pilihan pengambilan keputusan dalam
suatu Sistem Informasi Geografis (SIG). Prosedur ini mencakup 5 tahapan yaitu:
(1) mendisain unit pemetaan lahan; (2) mendiagnosa tipe-tipe penggunaan lahan
yang ada dan keperluan-keperluannya; (3) menganalisis kesesuaian lahan melalui
“matching” antara unit pemetaan lahan dengan tipe penggunaan lahan; (4)
mengintegrasikan data ke basis data relasional (sosial-ekonomi); (5) penyajian
peta kesesuaian lahan melalui proses “join table” antara hasil kesesuaian lahan
dengan unit pemetaan lahan dalam Sistem Informasi Geografis (Hashim I, 2002)
2.2 Prospek Pengembangan Tanaman Karet
Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai
sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan
ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun
pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan
luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih
![Page 33: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/33.jpg)
15
menghadapi beberapa kendala yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet
rakyat yang merupakan mayoritas areal karet nasional dan ragam produk olahan
yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber).
Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal
tanaman tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta
kondisi kebun yang tidak terawat, sehingga perlu upaya percepatan peremajaan
karet rakyat dan pengembangan industri hilir (Balitbang Pertanian, 2009).
Perkebunan karet rakyat dicirikan oleh pemilikan lahan yang sempit,
tersebar serta produktivitas mutu hasil yang rendah. Produksi karet berupa sleb,
lump, SIT angin dan jenis mutu lainnya yang dikenal dengan bokar (bahan olah
karet rakyat) dari usahatani kecil kemudian diolah oleh perusahaan pengolah
(processor) yang pada umumnya berada di dekat kota, menjadi bentuk karet
remah (crumb rubber). Proses sampai ke pabrik pengolahan, produksi karet dari
petani kecil tersebut harus melalui rantai tataniaga yang panjang menggunkan
bentuk-bentuk kelembagaan yang telah berkembang, sehingga petani seringkali
menerima bagian harga yang relatif rendah.
Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh
rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat
masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan
negara dan swasta sama-sama menurun 0,15%/tahun. Oleh karena itu, tumpuan
pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Luas areal kebun
rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400.000 hektar yang
memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana
yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet
sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan
investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber
maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan
meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan
sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga diperlukan
upaya untuk pemanfaatan yang lebih lanjut (Balitbang Pertanian, 2009).
Pengembangan tanaman karet dan pengolahannya di masa mendatang tetap
menjadi salah satu prioritas pengembangan di sub sektor perkebunan. Hal ini
![Page 34: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/34.jpg)
16
disebabkan, tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
pengembangan tanaman perkebunan lainnya. Keuntungan tersebut antara lain
sebagai berikut : (1) persyaratan tumbuh yang lebih mudah dibandingkan tanaman
lainnya; (2) merupakan usaha yang didominasi oleh perkebunan rakyat; (3)
mendukung pemerataan dan pemberdayaan ekonomi rakyat; (4) penyebaran
dalam skala yang luas; (5) merupakan sumber pendapatan yang memadai secara
berkesinambungan bagi petani; (6) mampu memperbaiki kondisi hidrologis pada
lahan kritis dan memperbaiki serta melestarikan lingkungan hidup.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya taraf hidup
diperkirakan masa depan karet alam tetap akan membaik. Kebutuhan akan
produk-produk yang menggunakan bahan karet alam sebagai bahan baku juga
akan bertambah. Persaingan antara negara produsen juga akan berlangsung ketat.
Persaingan pasar global tidak terbatas pada produk yang dihasilkan, tetapi terkait
dengan aspek proses, sumberdaya manusia dan lingkungan. Aspek lingkungan
mendapatkan porsi yang lebih besar. Hal ini yang melatarbelakangi pabrik ban
terkemuka dunia mulai memperkenalkan jenis ban yang berasal dari bahan baku
karet yang dihasilkan dari kebun-kebun dengan pengelolaan lingkungan yang baik
(“green tyres”). Diharapkan dengan penggunaan ban jenis tersebut permintaan
terhadap karet alam akan meningkat, karena kandungan karet alam yang semula
30-40% akan ditingkatkan menjadi 60-80% untuk industri ban (Balitbang
Pertanian, 2009).
Tujuan pengembangan karet ke depan adalah mempercepat peremajaan
karet rakyat dengan menggunakan klon unggul, mengembangkan industri hilir
untuk meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani. Sasaran
jangka panjangnya (2025) adalah : (1) produksi karet mencapai 3,5-4 juta ton
yang 25% diantaranya untuk industri dalam negeri; (2) produktivitas akan
meningkat menjadi 1.200-1.500 kg/ha/tahun dan hasil kayu minimal 300
m3/ha/siklus tanam; (3) penggunaan klon unggul (85%); (4) pendapatan petani
menjadi US$2.000/KK/tahun dengan tingkat harga 80% dari harga FOB; dan (5)
berkembangnya industri hilir berbasis karet. Sasaran jangka menengah (2005-
2015) adalah : (1) produksi karet mencapai 2,3 juta ton yang 10% di antaranya
untuk industri dalam negeri; (2) produktivitas meningkat menjadi 800 kg/ha/tahun
![Page 35: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/35.jpg)
17
dan hasil kayu minimal 300 m3/ha/siklus; (3) penggunaan klon unggul (55%);
(4) pendapatan petani menjadi US$1.500/KK/th dengan tingkat harga 75% dari
harga FOB; dan (5) berkembangnya industri hilir berbasis karet di sentra-sentra
produksi karet (Balitbang Pertanian, 2009)
Kebijakan operasional di tingkat on farm yang diperlukan bagi
pengembangan agribisnis karet adalah: (1) penggunaan klon unggul dengan
produktivitas tinggi (3.000 kg/ha/tahun); (2) percepatan peremajaan karet tua
seluas 400.000 ha sampai dengan 2009 dan 1,2 juta ha sampai dengan 2025;
(3) diversifikasi usahatani karet dengan tanaman pangan sebagai tanaman sela dan
ternak; dan (4) peningkatan efisiensi usahatani. Di tingkat off farm kebijakan
operasional yang dikembangkan adalah: (1) peningkatan kualitas bokar (bahan
olah karet) berdasarkan SNI; (2) peningkatan efisiensi pemasaran untuk
meningkatkan marjin harga petani; (3) penyediaan kredit usaha mikro, kecil dan
menengah untuk peremajaan, pengolahan dan pemasaran karet bersama;
(4) pengembangan infrastruktur; (5) peningkatan nilai tambah melalui
pengembangan industri hilir; dan (6) peningkatan pendapatan petani melalui
perbaikan sistem pemasaran dan lain-lain (Balitbang Pertanian, 2009)
Kebutuhan investasi untuk peremajaan selama 2005-2015 untuk seluas
336.000 ha adalah sekitar Rp2,41 trilyun, sedangkan selama 2005-2025 untuk
seluas 1,2 juta ha adalah Rp8,62 trilyun. Kebutuhan dana untuk investasi pada
pabrik karet remah dengan kapasitas 70 ton/hari adalah Rp25,6 milyar, namun
belum perlu segera penambahan pabrik baru. Untuk kayu karet, diperlukan dana
sekitar Rp2,12 milyar untuk menghasilkan treated sawn timber dengan kapasitas
20 m3/hari (Balitbang Pertanian, 2009).
Kebijakan yang diperlukan untuk percepatan investasi tanaman karet adalah:
(1) penciptaan iklim investasi yang makin kondusif seperti pemberian kemudahan
dalam proses perijinan, pembebasan pajak (tax holiday) selama tanaman atau
pabrik belum berproduksi, pemberian rangsangan kepada pengusaha untuk
menghasilkan produk akhir bernilai tambah tinggi yang non-ban, yang prospek
pasarnya di dalam negeri cerah, adanya kepastian hukum dan keamanan baik
untuk usaha maupun lahan bagi perkebunan, dan penghapusan berbagai pungutan
dan beban yang memberatkan iklim usaha; (2) pengembangan sarana dan
![Page 36: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/36.jpg)
18
prasarana berupa jalan, jembatan, pelabuhan, alat transportasi, komunikasi, dan
sumber energi (tenaga listrik); (3) penyediaan dana dengan menghidupkan
kembali pungutan dari hasil produksi/ekspor karet (semacam CESS) yang sangat
diperlukan untuk membiayai pengembangan industri hilir, peremajaan, promosi
dan peningkatan kapasitas SDM karet; (4) pengembangan sistem kemitraan antara
petani dan perusahaan, misalnya dengan pola ”PIR Plus”, dimana petani tetap
memiliki kebun beserta pohon karetnya, dan ikut sebagai pemegang saham
perusahaan yang menjadi mitranya (Balitbang Pertanian, 2009)
Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan komoditas karet, selain
ditekankan pada peningkatan penerimaan devisa negara, juga diarahkan pada
upaya peningkatan pendapatan petani. Pendapatan petani sendiri merupakan
refleksi, produktivitas kebun dan mutu bahan olah yang dihasilkan serta
tataniaganya yang menentukan bagian harga bersih yang diterima petani.
Sebagian besar lahan perkebunan rakyat terletak di daerah dengan sarana
transportasi dan sumberdaya ekonomi yang relatif terbatas. Selain itu skala
usahatani karet rakyat umumnya kecil dengan hasil produksi berupa sleb dengan
mutu yang belum baku. Sementara dengan program crumb rubberisasi, ternyata
pusat-pusat pengolahan karet remah pada umumnya berlokasi di sekitar ibukota
propinsi atau kota-kota lainnya yang dekat dengan fasilitas pelabuhan ekspor,
sehingga terdapat jarak secara spasial yang cukup besar antara pusat-pusat
produksi karet rakyat dengan pusat-pusat pengolahannya. Keadaan demikian
menyebabkan bertambahnya permasalahan tataniaga menjadi semakin panjang,
yang ada pada gilirannya cenderung meningkatkan biaya tata niaga.
Kebijakan strategis pembangunan perkebunan secara nasional meliputi
kebijakan umum dan kebijakan teknis. Kebijakan umum adalah membangun
perkebunan yang berorientasi kepada pasar melalui peningkatan inisiatif dan
partisipasi masyarakat sehingga peran pemerintah hanya menyediakan fasilitas
umum, seperti sarana dan prasarana, iptek dan regulasi yang didasarkan kepada
mekanisme insentif dan disentif. Kebijakan teknis mencakup: (1) kebijakan
pemberdayaan masyarakat perkebunan yang dioperasionalisasikan melalui upaya
pengembangan sumber daya manusia dan penguasaan iptek dengan meningkatkan
kegiatan pendidikan, pelatihan dan penilaian kinerja serta pengembangan karier;
![Page 37: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/37.jpg)
19
(2) kebijakan peningkatan daya saing dioperasionalisasikan melalui peningkatan
produksi dan produktivitas, efisiensi, mutu dan promosi; (3) kebijakan investasi
melalui upaya regionalisasi, penataan kembali kepemilikan, optimalisasi lahan
Hak Guna Usaha (HGU), pemanfaatan iptek hasil litbang, diversifikasi usaha
tanaman dan jaminan keamanan berusaha, dan (4) kebijakan restrukturisasi dan
renovasi kelembagaan dioperasionalisasikan melalui upaya pembentukan lembaga
keuangan alternatif, restrukturisasi, renovasi dan pengembangan lembaga
penyuluhan, lembaga petani, lembaga pemasaran, lembaga usaha dan
pengembangan jejaring kerja.
Untuk mengembangkan potensi dan memanfaatkan momentum, Pemerintah
Republik Indonesia telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
33/Permentan/PT.140/7/2006 tentang Kebijakan Pengembangan Komoditi
Perkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunan dengan salah satu komoditi
yang dikembangkan adalah karet. Pengembangan agribisnis karet Indonesia ke
depan perlu didasarkan pada perencanaan yang lebih terarah dengan sasaran yang
lebih jelas serta mempertimbangkan berbagai permasalahan, peluang dan
tantangan yang sudah ada serta yang diperkirakan akan ada sehingga pada
gilirannya akan dapat diwujudkan agribisnis karet yang berdaya saing dan
berkelanjutan serta memberi manfaat optimal bagi para pelaku usahanya secara
berkeadilan (Drajat dan Hendratno, 2009).
2.3 Penelitian Terdahulu
Hutagalung (1993) yang melakukan penelitian berjudul “Beberapa Masalah
Tata Produksi dan Pemasaran Karet Rakyat di Kecamatan Padangsidempuan
Kabupaten Tapanuli Selatan” menunjukkan bahwa penambahan luas tanah
garapan dan penggunaan input biaya produksi dalam usaha petani karet masih
dapat menaikkan produksi dan pendapatan petani. Penelitian ini juga
menyimpulkan bahwa pendapatan petani Karet masih dapat ditingkatkan lagi
dengan pendayagunaan seluruh potensi sumberdaya yang mereka miliki baik
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Pemerintah perlu mengadakan
perbaikan sistem pemasaran berupa mempersingkat saluran tata niaga yaitu
dengan memanfaatkan lembaga koperasi, kebijakan perpajakan, ekspor, dan lain-
![Page 38: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/38.jpg)
20
lain. Kurangnya peremajaan Karet yang sudah tua yang menyebabkan pendapatan
petani menurun.
Damanik (2000) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Dampak
Pengembangan Komoditas Perkebunan terhadap Perekonomian Wilayah Propinsi
Sumtera Utara” menyatakan komoditas perkebunan di Propinsi Sumatera Utara
merupakan komoditas ekspor. Oleh karena pemasukan devisa negara melalui
ekspor adalah hal yang sangat penting untuk membantu pemerintah dalam
mengurangi defisit neraca pembayaran. Komoditas perkebunan tetap perlu
dikembangkan terutama pada wilayah yang relatif mempunyai tingkat pendapatan
dan kesempatan kerja yang tinggi dibanding wilayah lainnya, sehingga dengan
cara demikian selain ada pemasukan devisa untuk negara juga dapat dijadikan
instrumen dalam mengurangi kesenjangan ekonomi antar wilayah di Proinsi
Sumatera Utara.
Myria (2002) melakukan penelitian berjudul “Kajian Strategi
Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat sebagai komoditi Unggulan di
Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah” dengan menggunakan perangkat
analisis Matriks IFE dan EFE, Matriks TOWS dan Matriks QSPM. Melalui
penelitian tersebut diidentifikasi faktor strategis internal yang mempengaruhi
pengembangan perkebunan karet rakyat sebagai komoditi unggulan di Kabupaten
Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah adalah: (1) kelompok fungsional, (2)
program kerja Dinas Perkebunan, (3) struktur organisasi Dinas Perkebunan, (4)
koordinasi dengan instansi terkait, (5) kualitas SDM Dinas Perkebunan, (6) sarana
dan prasarana, (7) penguasaan teknologi karet oleh petugas, (8) kurangnya
ketersediaan bibit, (9) manajemen organisasi, (10) kerja sama dengan pabrik
crumb rubber. Faktor strategis eksternalnya adalah: (1) adanya pabrik crumb
rubber, (2) karet merupakan komoditi ekspor, (3) menyerap tenaga kerja, (4) karet
telah lama dikenal secara turun temurun, dan (5) pemanfaatan kayu karet sebagai
bahan baku industri, (6) perkembangan harga karet dunia, (7) tingginya tingkat
suku bunga kredit komersil, (8) pertikaian antar etnis, (9) sarana transportasi darat
dan (10) beralihnya mata pencaharian petani ke usaha pertambangan emas rakyat.
Pangihutan (2003) melakukan penelitian dengan judul “Kelayakan Finansial
dan Ekonomi Pengelolaan Kebun dan Hutan Karet Rakyat di Desa Langkap,
![Page 39: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/39.jpg)
21
Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan”
menyatakan bahwa analisis kelayakan yang dilakukan dengan menggunakan
tingkat faktor diskonto 18% dengan jangka waktu analisis 25 tahun untuk kebun
karet dan 42 tahun untuk hutan karet ternyata kelayakan finansial karet maupun
ekonomi kabun karet lebih baik dari hutan karet. Nilai finansial kebun karet
diperoleh NPV sebesar Rp5.577.963, IRR 30,93% dan rasio B/C 1,50 sementara
nilai finansial hutan karet adalah NPV Rp543.654, IRR 37,09% dan rasio B/C
1,08.
Sadikin, et al. (2005) yang melakukan penelitian dengan judul “Dampak
Pembangunan Perkebunan Karet Rakyat Terhadap Kehidupan Petani di Riau”
menyatakan bahwa sejauh ini strategi dan langkah kebijakan yang dilakukan
pemerintah untuk membangun dan mengembangkan perkebunan karet rakyat
telah dilaksanakan seperti: (1) pembentukan pusat-pusat pengolahan karet di
beberapa daerah sentra produksi dengan tujuan menampung dan mengolah lateks
dari hasil perkebunan karet rakyat dan untuk memperbaiki mutu olahannya,
(2) melakukan pembinaan perkebunan rakyat dengan membentuk unit pelaksana
proyek (UPP) yang lebih populer di Propinsi Riau dikenal dengan proyek SRDP.
Meskipun program ini berfungsi sebagai pembinaan petani karet secara
menyeluruh dari masalah budidaya sampai ke persoalan pemasaran, namun dalam
perjalanannya masih belum memberi banyak dampak dan manfaat kepada petani
kebun, terlebih lagi bagi masyarakat miskin lain di pedesaan. Penyebabnya adalah
strategi pembangunan perkebunan lebih berorientasi kepada peningkatan produksi
untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan memperbesar devisa negara.
Sementara aspek persoalan sosial kemasyarakatan seperti lembaga-lembaga lokal
dan berbagai relasi produksi di tingkat lokal yang terkait langsung dengan upaya
peningkatan taraf kehidupan masyarakat di pedesaan terkesan diabaikan.
Liu, et al. (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Environmental And
Socioeconomic Impacts of Increasing Rubber Plantations In Menglun Township,
Southwest China” menyatakan bahwa perubahan yang signifikan dalam
penggunaan lahan dan tutupan lahan telah terjadi di Kecamatan Menglun, Cina
Barat Daya yang merupakan wilayah yang memiliki keanekaragaman agro-
ekologi yang tinggi. Analisis citra satelit menunjukkan bahwa pada tahun 1988-
![Page 40: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/40.jpg)
22
2003, luas perkebunan karet di wilayah ini meningkat sebesar 324%. Ekspansi ini
umumnya terjadi pada hutan dan pertanian berpindah. Kebanyakan perluasan
karet berada di daerah dataran rendah, di mana kesesuaian iklim mikro dan
kedekatan dengan jalan lebih dipilih untuk pengembangan industri karet. Pesatnya
perkembangan karet sebagai tanaman komersial dengan mengorbankan pertanian
tradisional ditandai dengan hilangnya lahan pertanian tradisional dan peningkatan
urbanisasi dan perkembangan tanaman komersial. Secara ekonomi, perubahan ini
menunjukkan standar hidup masyarakat lokal yang lebih baik dimana dari tahun
1988-2003, total pendapatan bersih kecamatan meningkat dari CNY4.000.000
(US$0,490) menjadi CNY44.000.000 (US$5,490). Peningkatan jumlah populasi
dan standar hidup dari daerah tersebut memperbesar tekanan terhadap lingkungan
dan sumberdaya lahan yang tersedia. Meskipun pemerintah menganggap karet dan
perkebunan lain seperti teh dan gula menjadi „Green Industry‟, hilangnya hutan
hujan tropis dan lahan pertanian (termasuk kegiatan pertanian berpindah)
menunjukkan bahwa potensi dampak kebijakan untuk mempromosikan Green
Industry harus dipertimbangkan dengan hati-hati, karena ada risiko yang terlalu
berat pada 1 atau 2 tanaman, terutama sekarang, di era pasar bebas yang sebagian
besar tanaman tidak dilindungi. Hilangnya sistem pertanian tradisional yang
fleksibel adalah sesuatu yang harus dimonitor dengan baik. Demikian pula,
hilangnya keanekaragaman hayati juga harus menjadi perhatian besar, terutama
dikarenakan sistem perkebunan karet yang dilaksanakan di Cina umumnya sistem
monokultur dan dengan pembersihan lahan serta mengorbankan areal-areal hutan
yang ada.
Sitepu (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Produksi Karet
Alam (Hevea Brasiliensis) Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah”
menyatakan bahwa karet merupakan komoditi yang memiliki pasar yang cukup
besar, baik dalam negeri maupun luar negeri. Produksi Indonesia banyak
ditunjang oleh adanya perkebunan karet rakyat akan memiliki arti yang penting
sekali dalam upaya peningkatan pendapatan kesejahteraan petani serta upaya
peningkatan devisa serta perekonomian Indonesia pada umumnya. Berkaitan
dengan pengembangan budidaya tanaman karet di Propinsi Sumatera Utara,
penelitian ini difokuskan pada pengeruh permintaan pasar, harga karet dan tenaga
![Page 41: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/41.jpg)
23
kerja terhadap luas lahan dan produksi karet. Subjek penelitian ini adalah
keseluruhan perkebunan karet di Sumatera Utara. Objek penelitian ini adalah luas
lahan dan produksi karet di Propinsi Sumatera Utara sebagai indikator
pengembangan perkebunan karet di Propinsi Sumatera Utara. Memperhatikan
pengaruh pasar terhadap pengembangan wilayah di Sumatera Utara, maka
disarankan perlu adanya kebijakan pemerintah Propinsi Sumatera Utara maupun
pengelola perdagangan karet alam untuk meningkatkan perkebunan karet, melalui
pemberian modal usaha serta pengaturan sistem perdagangan karet alam yang
memberikan keuntungan bagi petani serta perlu diupayakan kebijakan yang
menyangkut pengembangan industri produk turunan karet alam.
Goswami, et al. (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Economic
Analysis of Smallholder Rubber Plantations in West Garo Hills District of
Meghalaya” melakukan analisis kepada kelompok petani perkebunan karet di
Meghalaya, India. Perkebunan karet sebagai komoditi utama di wilayah ini
merupakan komoditi unggulan yang sangat menguntungkan dengan harga yang
tinggi dan sistem pemasaran yang transparan dan efektif. Hasil analisis
menunjukkan bahwa perkebunan karet di wilayah ini merupakan mata
pencaharian utama masyarakat terutama petani-petani kecil. Total biaya untuk
pembangunan perkebunan karet sebesar Rs 22.548/ha. Hal ini membutuhkan
pasokan kredit yang terus meningkat sejalan dengan peningkatan biaya
input. Pemerintah India telah meluncurkan program khusus untuk sektor ladang
kecil dengan pinjaman jangka panjang, subsidi input dan subsidi bunga, tetapi
program ini masih tidak banyak dikenal orang dan ada kasus di mana para petani
karet tidak bisa memanfaatkan subsidi karena berbagai syarat dan kondisi kaku
yang dikenakan pada penerima manfaat. Adanya gangguan sosial-politik dan non-
ketersediaan sumber daya investasi yang cukup merupakan masalah yang paling
menghambat perluasan perkebunan karet. Perluasan perkebunan karet sudah mulai
dikembangkan di wilayah India, sehingga ada kebutuhan mendesak untuk
mengembangkan keterampilan dalam seni penyadapan dan budidaya. Dalam
konteks ini Pemerintah India telah melaksanakan program pelatihan yang juga
merupakan salah satu solusi untuk mengatasi meningkatnya permintaan tenaga
kerja terampil. Suatu kebijakan yang harmonis dapat dilakukan dengan
![Page 42: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/42.jpg)
24
mentransfer hak kepemilikan wilayah pengembangan karet kepada para petani,
diintegrasikan dengan rencana kredit yang sehat dan program pengembangan
pelatihan keterampilan, diharapkan dapat mengubah program pengembangan
perkebunan karet rakyat sebagai alternatif penggunaan lahan yang cocok untuk
perladangan berpindah, hal itu akan mempertahankan pendapatan, pekerjaan dan
mencegah degradasi lingkungan.
Parhusip (2008) menyatakan bahwa potensi karet alam dalam jangka
panjang masih cukup baik yang disebabkan kebutuhan karet merupakan
kebutuhan dasar dalam keperluan sehari-hari dan beberapa negara berkembang
mengalami pertumbuhan industrialisasi yang cukup tinggi seperti Cina, India dan
Brasil. Pergerakan harga karet dunia menunjukkan tren positif dan Indonesia
sebagai salah satu produsen terbesar karet diharapkan dapat bekerja sama dengan
produsen lain untuk dapat menjaga posisi harga yang tetap menguntungkan.
Kerjasama tersebut dapat dilakukan dengan strategi mengurangi frekuensi
sadapan karet atau mengatur perluasan/peremajaan lahan agar lebih optimal dapat
mengatur pasokan ke pasar internasional. Pengembangan karet alam diharapkan
dapat dioptimalisasi melalui kedua line usaha baik on farm maupun off farm.
Permasalahan produktivitas lahan merupakan permasalahan utama dalam
pengembangan on farm termasuk kualitas bahan baku yang masih rendah. Kondisi
tersebut diharapkan dapat dijembatani dengan pola plasma antara perkebunan
dalam peningkatan hasil dan harga. Pola plasma tersebut juga diharapkan dapat
menjembatani perbankan dalam pemberian fasilitas kredit terkait dengan
kemampuan manajemen dan jaminan yang selama ini masih menjadi kendala
utama dalam meningkatkan kemampuan permodalan perkebunan. Menghadapi
tantangan pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia akibat krisis keuangan global,
Indonesia dapat mengoptimalkan kondisi pasar jangka panjang melalui
peningkatan produktivitas lahan dan kebijakan yang mendukung seluruh aspek
komoditas karet baik sektor on farm maupun off farm.
Haryono (2008) dalam penelitian yang berjudul ”Kebijakan Pemerintah
Daerah untuk Pemberdayaan Petani Karet Rakyat (PPKR) (Studi Kasus
Implementasi Kebijakan Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat di Kecamatan
Pangean, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau)” menyatakan bahwa ada
![Page 43: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/43.jpg)
25
tiga pola pengembangan perkebunan karet di Kabupaten Kuantan Singingi, yakni:
(a) pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat) atau KKPA (Kredit Koperasi Primer untuk
Anggota); (b) pola UPP (Unit Pelaksana Proyek); dan (c) pola swadaya. (2) di
lokasi penelitian hanya ditemukan perkebunan dengan pola swadaya, yakni kebun
karet yang dikembangkan oleh masyarakat secara tradisional dimana produktivitas
dan pendapatan petani karet pola swadaya tersebut relatif lebih rendah dibanding
dua pola lainnya. Itu sebabnya tingkat kesejahteraan petani karet di lokasi
penelitian belum berkembang sesuai harapan. Melalui implementasi kebijakan
PPKR oleh pemerintah daerah, masyarakat petani karet mempunyai kesempatan
untuk mengembangkan perkebunan karet mereka guna meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraannya. Hal ini merupakan sebuah proses awal bagi
pemberdayaan petani karet di lokasi penelitian. Untuk itu peneliti menyarankan
agar Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi tetap konsisten
melaksanakan kebijakan PPKR karena sangat dibutuhkan oleh masyarakat petani
karet, sehubungan dengan masih luasnya lahan karet yang sudah tidak produktif.
Kemampuan petani untuk melakukan pengembangan kebunnya sendiri masih
terbatas, sehingga diperlukan bantuan pemerintah untuk melakukan hal tersebut.
Karena itu dukungan politik dan peningkatan komposisi anggaran untuk
implementasi kebijakan PPKR perlu terus diupayakan.
![Page 44: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/44.jpg)
26
![Page 45: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/45.jpg)
27
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Sejalan dengan diberlakukannnya otonomi daerah yang dimulai pada tahun
2001 maka peranan Pemerintah Daerah sangat penting dalam menggali potensi
lokalnya sebagai sumber keuangan dalam membantu membiayai pembangunan
daerahnya secara mandiri. Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah tersebut
akan sangat bergantung pada kemampuan mengelola potensi dan sumberdaya
daerah, baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam serta infrastruktur
lainnya yang ada di daerah. Perencanaan pembangunan wilayah haruslah
mengedepankan pemanfaatan sumber daya lokal yang dipercaya akan lebih
menghidupkan aktivitas ekonomi daerah sehingga mendorong pertumbuhan
ekonomi dan akhirnya meningkatkan kesejahteraan rakyat, sehingga diperlukan
data dan informasi yang akurat tentang potensi sumberdaya suatu daerah untuk
bisa digunakan dalam penyusunan perencanaan pembangunan.
Pada hakekatnya pembangunan nasional selalu diletakkan pada kerangka
pembangunan sektoral dan regional yang terpadu berdasarkan karakteristik dan
potensi wilayah. Oleh karena itu, Kabupaten Mandailing Natal perlu melakukan
pendekatan tata ruang wilayah pembangunan dengan memperhatikan karakteristik
wilayah, kesatuan geografis, homogenitas (potensi transportasi, komunikasi,
sosial budaya, pemerintahan dan ekonomi). Undang-undang nomor 32 tahun 2004
yang merupakan refleksi dari pelaksanaan otonomi daerah secara substantif
memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Mandailing
Natal untuk mengembangkan potensi wilayah berdasarkan komoditas unggulan
berlandaskan aspek lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Mandailing Natal sebesar 84.389
orang atau 20,40 % dari jumlah penduduk Mandailing Natal (BPS Mandailing
Natal, 2009). Hal ini merupakan pekerjaan bagi semua pihak untuk
menghapuskannya. Sektor pertanian yang merupakan sektor utama bagi
masyarakat sekaligus penyumbang PDRB terbesar bagi daerah, sehingga
pembangunan sektor ini harus terus ditingkatkan. Salah satu subsektor pertanian
yang memiliki prospek yang baik dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat
adalah subsektor perkebunan. Potensi lahan kering yang cukup luas yaitu
![Page 46: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/46.jpg)
28
mencapai 217.772 ha memungkinkan subsektor perkebunan memiliki prospek
yang baik untuk terus dikembangkan. Tanaman karet merupakan salah satu
tanaman unggulan sektor perkebunan di Kabupaten Mandailing Natal yang sudah
sangat dikenal masyarakat. Pengembangan tanaman karet merupakan komitmen
pemerintah daerah sebagai salah satu program pembangunan subsektor
perkebunan. Secara nasional pengembangan komoditi karet juga didukung oleh
Pemerintah pusat melalui Departemen Pertanian yang diwujudkan dengan
dikeluarkannya kebijakan pemerintah berupa Program Revitalisasi Perkebunan.
Hal ini menunjukkan bahwa prospek pengembangan tanaman karet ke depan
cukup menjanjikan.
Dalam rangka pengembangan tanaman karet di Kabupaten Mandailing
Natal, potensi sumber daya fisik merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan
dalam rangka penentuan lahan yang akan digunakan. Potensi sumber daya fisik
lahan dapat diketahui dengan melakukan evaluasi lahan. Dengan mengetahui
tingkat kesesuaian lahan maka produktifitas optimal yang dihasilkan dapat
diperkirakan. Selain itu aspek fisik lahan juga merupakan salah satu faktor yang
mesti diperhatikan selain aspek tata ruang dalam rangka membuat arahan
pengembangan suatu komoditi. Selain potensi sumber daya fisik lahan, dalam
rangka pengembangan suatu komoditi faktor kelayakan finansial merupakan hal
penting yang perlu diketahui. Setiap wilayah memiliki karakteristik yang berbeda
seperti karakteristik sumber daya alam, topografi, infrastruktur, sumber daya
manusia, dan sumber daya sosial dan aspek spasial. Perbedaan karakteristik
tersebut dapat membuat terjadinya perbedaan biaya dan pendapatan yang diterima
petani dalam pengusahaan usaha pertaniannya. Dalam rangka pengembangan
tanaman karet di Kabupaten Mandailing Natal, maka analisis kelayakan finansial
perlu dilakukan untuk melihat daerah-daerah mana yang cocok dan
menguntungkan untuk dijadikan sentra pengembangan tanaman karet.
Di samping analisis finansial, faktor lain yang menentukan kinerja
pengusahaan kebun karet rakyat adalah kelembagaan pemasaran. Kelembagan
pemasaran petani umumnya lemah sehingga petani cendrung sebagai penerima
harga (price taker). Kurangnya informasi pasar dan mutu produk yang rendah
merupakan penyebab rendahnya posisi tawar petani. Dalam rangka melihat
![Page 47: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/47.jpg)
29
efisiensi rantai perdagangan komoditi karet di Kabupaten Mandailing Natal maka
analisis margin tata niaga dan analisis keterpaduan pasar perlu dilakukan.
Diharapkan dari analisis tersebut dapat diketahui efisien tidaknya kelembagaan
pemasaran karet saat ini di Kabupaten Mandailing Natal. Jika belum maka perlu
rekomendasi tindakan apa yang diperlukan untuk mengatasi persoalan tersebut.
Komoditi karet diperkirakan memiliki peran yang besar dalam peningkatan
pendapatan masyarakat terutama di daerah sentra-sentra komoditi tersebut, karena
harga yang terus meningkat dan minat masyarakat yang sangat tinggi untuk
mengusahakan komoditi ini dengan skala ekonomi (economic scale) yang dapat
diusahakan rakyat didukung kebijakan pemerintah daerah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan program
Revitalisasi Perkebunan, sehingga perlu adanya arahan potensi pengembangan
perkebunan karet rakyat yang sesuai konsep pembangunan berkelanjutan yakni
sesuai dari aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. Berdasarkan uraian diatas
maka kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
Rekomendasi
peningkatan efisiensi
pemasaran
Peta arahan
pengembangan karet
Kelayakan kegiatan
secara finansial
Arahan kebijakan pengembangan
perkebunan karet rakyat
Kabupaten Mandailing Natal
Peningkatan
teknis
budidaya
Evaluasi
kesesuaian lahan
Efisiensi lembaga
pemasaran Kelayakan
finansial
Latar Belakang
Persentase penduduk miskin masih tinggi (20,40%)
Potensi lahan kering masih luas (217.772)
Prosfek karet yang cerah
Minat masyarakat terhadap karet tinggi
Program Revitalisasi Perkebunan
Analisis potensi pengembangan perkebunan karet rakyat
Arahan kebijakan
Pemerintah
Kabupaten
Mandailing Natal
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
![Page 48: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/48.jpg)
30
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Mandailing Natal yang secara geografis
terletak pada 0°10'-1°50' Lintang Utara dan 98°10'-100°10' Bujur Timur dengan
ketinggian 0-1.915 m di atas permukaan laut. Pelaksanaan penelitian termasuk
pengumpulan data dilaksanakan pada Bulan Mei hingga Bulan Desember 2010.
Unit lokasi pengamatan dalam penelitian ini adalah desa. Pemilihan desa
yang dijadikan lokasi pengamatan adalah desa-desa yang memiliki luas kebun
karet yang dominan. Pengambilan sampel desa dilakukan pada masing-masing
kelas kesesuaian lahan. Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive
sampling) yaitu dua desa untuk setiap kelas kesesuaian lahan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner dan wawancara
dengan responden yang telah ditentukan dengan menggunakan daftar pertanyaan
yang telah disiapkan sebelumnya. Responden dalam penelitian ini adalah petani
dan pedagang pengumpul.
Pengambilan sampel untuk petani karet dilakukan secara purposive
sampling, dimana setelah ditentukan lokasi penelitian maka sampel diambil dari
petani yang memiliki curahan kerja utama pada usahatani karet dan pemilik lahan
karet serta petani membangun sendiri kebunnya sejak awal (bukan lahan warisan
atau lahan yang dibeli yang telah ditanami). Pertimbangan lainnya dalam
pengambilan sampel petani yaitu kebun karet tersebut telah berproduksi.
Banyaknya sampel yang diambil secara purposive (sengaja) adalah 25 orang per
desa sampel.
Untuk analisis pemasaran, pemilihan responden dilakukan secara sengaja
(purposive) yang diambil adalah pedagang karet. Pedagang karet yang dijadikan
sampel meliputi pedagang pengumpul tingkat desa 2 orang, tingkat kecamatan 2
orang. Sampel pedagang dipilih secara sengaja (purposive) dengan tujuan
menghindari pengambilan sampel yang tidak tepat, dimana dihindari pedagang
pengumpul yang menjadi kaki tangan pedagang pengumpul di atasnya.
Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing
Natal, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal, Kantor
![Page 49: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/49.jpg)
31
Bappeda Kabupaten Mandailing Natal dan Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera
Utara dan Dinas/Instansi terkait lainnya. Tujuan, parameter, data dan sumberdata
penelitian dan teknik analisis data yang akan dilakukan tertera pada Tabel 3.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
3.4.1 Penentuan Lokasi Berpotensi untuk Pengembangan Karet secara Fisik
Penentuan lokasi yang berpotensi untuk pengembangan karet secara fisik
dilakukan dengan meng-overlay peta kesesuaian lahan yang akan digunakan
dalam skala 1:50 000 yang telah dibuat oleh Bappeda Kabupaten Mandailing
Natal dengan peta administrasi Kabupaten Mandailing Natal skala 1:50 0000. Peta
kesesuaian lahan tersebut merupakan hasil evaluasi kesesuaian lahan.
Menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1993), penilaian
klasifikasi kesesuaian lahan dibedakan menurut tingkatannya, yaitu sebagai
berikut:
Ordo : Pada tingkat ini kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang
tergotong sesuai (S) dan tidak sesuai (N).
Kelas : Pada tingkat kelas, lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan antara
sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2) dan marginal sesuai (S3).
Kelas S1 : Sangat sesuai
Lahan ini tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan
yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara
nyata berpengaruh terhadap penggunaannya secara berketanjutan an
produksi serta tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa
diberikan.
Kelas S2 : Cukup sesuai
Pembatas akan mengurangi produksi serta meningkatkan masukan
yang diperlukan, sehingga memerlukan tambahan (input) untuk
meningkatkan produktifitas pada tingkat yang optimum.
Kelas S3 : Sesuai marginal
Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.
![Page 50: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/50.jpg)
32
Tabel 3. Tujuan, parameter, data, sumberdata penelitian dan teknik analisis data yang akan dilakukan :
No Tujuan Parameter Data Sumberdata Teknik Analisis
1 Menentukan lokasi berpotensi
untuk pengembangan Karet
secara fisik
Kesesuaian lahan untuk
pengembangan Karet
rakyat
Peta Kesesuaian Lahan untuk
tanaman Karet
Peta Administrasi Kabupaten
Mandailing Natal
Peta Kawasan Hutan di
Kabupaten Mandailing Natal
Peta Hutan Tanaman Rakyat
Kabupaten Mandailing Natal
Peta present land use
Bappeda Kabupaten
Mandailing Natal
Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten
Mandailing Natal
Overlay peta
2 Menganalisis kelayakan
finansial pengusahaan kebun
Karet rakyat pada tiap kelas
kesesuaian lahan
Kelayakan usaha
pertanaman Karet
Rakyat secara finansial
Usahatani perkebunan karet
rakyat (input, output dan harga
dalam pengusahaan kebun
karet rakyat
Kuesioner, wawancara NVP,
Net B/C
,IRR, analisis
sensitivitas, payback
period
3 Menganalisis margin tata niaga
dan integrasi pasar dalam
saluran pemasaran lateks Karet
Margin tataniaga dan
keterpaduan pasar Data harga lateks Karet di
tingkat petani, pedagang
pengumpul kecamatan dan
pedagang pengumpul di
Kabupaten Mandailing Natal
Data harga lateks Karet di
pabrik
Wawancara, Dinas
Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten
Mandailing Natal
Dinas Perindustrian dan
Perdaganagan Propinsi
Sumatera Utara
Analisis margin tata
niaga dan analisis
keterpaduan pasar
4 Menyusun arahan potensi
pengembangan kebun karet
rakyat di Kabupaten Mandailing
Natal
Arahan kebijakan
pengembangan kebun
karet rakyat
Peta dan data kesesuaian lahan,
kelayakan usaha dan margin
tataniaga
Arahan pengembangan wilayah
Pemerintah Kabupaten
Mandailing Natal
Hasil olahan data
kesesuaian lahan,
kelayakan usaha dan
margin tataniaga
Bappeda Kabupaten
Mandailing Natal
Deskriptif dan
overlay peta
![Page 51: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/51.jpg)
33
Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih
meningkatkan masukan yang diperlukan dan memerlukan input lebih
besar dari pada lahan kelas S2.
Lahan kelas tidak sesuai (N) adalah lahan yang tidak sesuai karena memiliki
faktor pembatas yang berat terbagi pada 2 kelas yakni :
Kelas N1 : Tidak sesuai pada saat ini
Lahan ini mempunyai pembatas yang lebih besar, masih
memungkinkan diatasi, tetapi tidak dapat diperbaiki dengan tingkat
pengelolaan dengan modal normal. Keadaan pembatas sedemikian
besarnya, sehingga mencegah penggunaan lahan yang lestari dalam
jangka panjang.
Kelas N2 : Tidak sesuai selamanya
Lahan ini mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala
kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
Dalam evaluasi kesesuaian lahan dikenal ‟Kesesuatan Lahan Aktual‟ dan
‟Kesesuaian Lahan Potensial'. Kesesuaian Lahan Aktual (atau kesesuatan saat
ini/saat survai dilakukan) adalah kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan
berdasarkan data yang ada dan belum mempertimbangkan asumsi atau usaha
perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor
pembatas yang ada. Kesesuaian Lahan Potensial adalah keadaan lahan yang
dicapai setelah adanya usaha-usaha perbaikan (approvement). Usaha perbaikan
yang dilakukan haruslah sejalan dengan tingkat penilaian kesesuaian lahan yang
akan dilakukan.
Berdasarkan informasi dari Bappeda Kabupaten Mandailing Natal, peta
kesesuaian lahan ini menggunakan pedoman/kriteria kesesuaian lahan menurut
Pusat Penelitian Tanah tahun 1993 (Lampiran 1) dengan sumber peta RePPProT
1: 250.000 yang dioverlay dengan peta rupa bumi (dengan informasi kemiringan
lahan, ketinggian tempat dan iklim) dan peta administrasi Kabupaten Mandailing
Natal skala 1:50.000, dengan asumsi tingkat kesuburan sama, sehingga diperoleh
informasi kesesuaian lahan sampai pada tingkat sub kelas. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi penilaian kesesuaian lahan di lokasi sebagai berikut :
- Iklim, unsur Iklim terpenting adalah curah hujan.
![Page 52: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/52.jpg)
34
- Kemiringan lahan/lereng. Kemiringan lahan/lereng merupakan salah satu
masalah serius di sebagian lokasi. terutama pada areal dengan kemiringan
lereng lebih dari 40%. Faktor kemiringan lereng lebih sebagai kendala dalam
teknis pengelolaan kebun, seperti pengangkutan hasil atau panen, tanah dengan
kemiringan lereng lebih dari 40% juga beresiko besar mengalami erosi
permukaan cukup berat. Penanaman tanaman penutup tanah (cover crop)
sebaiknya tidak terlambat dilaksanakan pada lahan-lahan dengan kemiringan
lereng di atas 15%.
3.4.2 Analisis Kelayakan Finansial
Untuk melihat tingkat kelayakan pengusahaan kebun karet rakyat pada tiap
tingkat kesesuaian lahan yang ada di Kabupaten Mandailing Natal maka
dilakukan analisis kelayakan finansial pengusahaan kebun karet. Data didapatkan
dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuisoner dengan petani pada desa-
desa yang ditentukan. Desa yang menjadi lokasi penelitian ditentukan secara
sengaja dengan kriteria : desa-desa yang penduduknya dominan mengusahakan
tanaman karet, tanaman karet yang diusahakan telah berproduksi, dan desa
tersebut merupakan pewakil kelas kesesuaian lahan. Enam desa digunakan
sebagai lokasi pengambilan data untuk analisis ini, dimana masing-masing kelas
kesesuaian lahan diwakili oleh dua desa.
Berdasarkan peta kesesuaian lahan yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten
Mandailing Natal, enam desa yang dijadikan lokasi pengambilan data adalah:
S1 : Desa Sihepeng Kecamatan Siabu dan
Desa Malintang Jae Kecamatan Bukit Malintang
S2 : Desa Purba Baru Kecamatan Lembah Sorik Merapi
Desa Roburan Lombang Kecamatan Panyabungan Selatan
S3 : Desa Tambangan Pasoman Kecamatan Tambangan
Desa Hutarimbaru SM Kecamatan Kotanopan
Pemilihan petani dilakukan secara purposive (sengaja) 25 orang per desa
sampel dimana jumlah petani karet tiap desa sampel yakni:
Desa Sihepeng Kecamatan Siabu sebanyak: 1.560 orang
Desa Malintang Jae Kecamatan Bukit Malintang: 780 orang
Desa Purba Baru Kecamatan Lembah Sorik Merapi: 250 orang
![Page 53: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/53.jpg)
35
Desa Roburan Lombang Kecamatan Panyabungan Selatan: 430 orang
Desa Tambangan Pasoman Kecamatan Tambangan: 146 orang
Desa Hutarimbaru SM Kecamatan Kotanopan: 320 orang
Untuk mengetahui tingkat kelayakan finansial, dapat digunakan beberapa
kriteria (alat analisis) yaitu:
a) Net Present Value (NPV),
b) Net Benefit Cost Ratio (Net BCR),
c) Internal Rate of Return (IRR),
a. Net Present Value (NPV)
Perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang
praktis untuk mengetahui apakah proyek menguntungkan atau tidak. NPV adalah
selisih antara Present Value dari arus Benefit dikurangi Present Value dari arus
Cost (Soekartawi, 1996).
Proyek yang memberikan keuntungan adalah proyek yang memberikan nilai
positif atau NPV > 0, artinya manfaat yang diterima proyek lebih besar dari
semua biaya total yang dikeluarkan. Jika NPV = 0, berarti manfaat yang diperoleh
hanya cukup untuk menutupi biaya total yang dikeluarkan (keadaan BEP atau
TC=TB). NPV < 0, berarti rugi, biaya total yang dikeluarkan lebih besar dari
manfaat yang diperoleh. Secara matematis NPV dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
t
n
t i
CtBtNPV
11
Dimana :
Bt = Benefit pada tahun ke-t t = lamanya waktu investasi
Ct = Biaya pada tahun ke-t i = tingkat suku bunga
b. Net Benefit Cost Ratio (Net BCR),
Net Benefit Cost Ratio adalah penilaian yang dilakukan untuk melihat
tingkat efisiensi penggunaan biaya berupa perbandingan jumlah nilai bersih
sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif
(Soekartawi, 1996).
![Page 54: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/54.jpg)
36
Suatu proyek layak dan efisien untuk dilaksanakan jika nilai Net B/C > 1,
yang berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dan
berlaku sebaliknya. Secara matematis Net BCR dapat dihitung dengan rumus :
n
it
n
it
i
Ct
i
Bt
CB
1
1
1
1
Dimana :
Bt = Benefit pada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t
i = tingkat bunga yang berlaku
t = jangka waktu proyek/usahatani
n = umur proyek/usahatani
Net B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan
Net B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan
Net B/C = 1 (satu) berarti cash in flows = cash out flows (BEP) atau TR=TC
c. Internal Rate of Return (IRR),
Untuk mengetahui sejauh mana proyek memberikan keuntungan, digunakan
analisis IRR. IRR dinyatakan dengan persen (%) yang merupakan tolok ukur dari
keberhasilan proyek (Soekartawi, 1996). Penggunaan investasi akan layak jika
diperoleh IRR yang persentasenya lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang
ditentukan, karena proyek berada dalam keadaan yang menguntungkan. Demikian
juga sebaliknya, jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga bank yang
ditentukan, berarti proyek merugi dan tidak layak untuk dilaksanakan.
12
21
11
)(ii
NPVNPV
NPViIRR
Dimana : i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
Kelayakan usaha ditentukan dengan mempertimbangkan ketiga alat analisis
tersebut dimana usaha tersebut layak apabila:
NPV > 0, artinya manfaat yang diterima proyek lebih besar dari semua biaya
total yang dikeluarkan.
![Page 55: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/55.jpg)
37
Net B/C > 1, yang berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan.
IRR yang persentasenya lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang
ditentukan.
Pada penelitian ini juga akan dihitung seberapa cepat waktu yang
dibutuhkan proyek untuk mengembalikan investasi dan modal kerja yang ditanam
dengan rumus :
Dimana :
Tp-1 : jumlah tahun pada saat nilai Net Benefit Kumulatif negatif
TCicp-1 : jumlah total biaya pada saat nilai Net Benefit Kumulatif negatif
Bicp-1 : jumlah total benefit pada saat nilai Net Benefit Kumulatif negatif
Bp : jumlah benefit pada tahun awal nilai Net Benefit Kumulatif positif
Analisis sensitivitas (sensitivity analysis) dilakukan untuk meneliti kembali
suatu analisis kelayakan proyek, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi
akibat keadaan yang berubah atau ada suatu kesalahan dalam dasar perhitungan
biaya-manfaat. Analisis kepekaan (sensitivitas) adalah suatu teknik analisis yang
menguji secara sistematis apa yang terjadi pada kapasitas penerimaan suatu
proyek apabila terjadi kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam
perencanaan. Hal ini dibutuhkan dalam analisis proyek, biasanya didasarkan pada
proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan
terjadi dimasa yang akan datang, proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat empat
permasalahan utama yaitu:
1. Perubahan harga jual produk.
2. Keterlambatan pelaksanaan proyek
3. Kenaikan biaya.
4. Perubahan volume produksi.
Jadi, analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai seberapa besar
(persen) penurunan atau peningkatan faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan
perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak
p
n
i
icp
n
i
icp
pB
BTC
TperiodPayback 1
1
1
1
1
![Page 56: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/56.jpg)
38
dilaksanakan (Gittinger, 1986). Analisis sensitivitas pada penelitian ini dihitung
dengan skenario :
1. Menghitung Break Event Point (BEP) harga jual cup lump karet petani.
2. Menghitung Break Event Point (BEP) volume produksi cup lump karet petani.
3. Meningkatkan biaya-biaya Input
4. Meningkatkan tingkat suku bunga
Analisis Break Event Point (BEP) digunakan untuk mengetahui jangka
waktu pengembalian modal atau investasi suatu kegiatan usaha atau sebagai
penentu batas. Produksi minimal suatu kegiatan usaha harus menghasilkan atau
menjual produknya agar tidak megalami kerugian. BEP adalah suatu keadaan
dimana usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian, dapat dilihat
pada Gambar 2. Titik BEP dicapai pada saat total penerimaan sama dengan total
biaya, yaitu TP=TB, karena TP = TBT + (BC.Q) (Rustiadi et al., 2009)
Gambar 2 Grafik Break Event Point (BEP).
Break Event Point (BEP) harga jual dihitung untuk mengetahui sampai
seberapa besar (batas) rata-rata harga jual cup lump karet petani selama periode
analisis pengusahaan (25 tahun) yang masih menguntungkan petani dengan
asumsi ceteris paribus, dimana apabila harga rata-rata penjualan cup lump karet
petani selama periode pengusahaan (25 tahun) di bawah harga tersebut maka
petani akan rugi. Break Event Point (BEP) volume produksi dihitung untuk
mengetahui sampai seberapa besar (batas) rata-rata volume produksi cup lump
karet yang dihasilkan petani selama periode analisis pengusahaan (25 tahun) yang
masih menguntungkan petani dengan asumsi ceteris paribus, dimana apabila rata-
BV
Q
TB=TBT+BV TP
BEP
Keterangan :
TP : Total Penerimaan
TB : Total Biaya
TBT : Total Biaya Tetap
TBV : Total Biaya Variabe
l Q : Volume penjaualan
BV : Biaya Variabel per unit
![Page 57: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/57.jpg)
39
rata volume produksi penjualan cup lump karet petani selama periode
pengusahaan (25 tahun) di bawah nilai tersebut maka petani akan rugi.
Skenario meningkatkan biaya-biaya input dan meningkatkan tingkat suku
bunga dihitung dengan mencari sampai seberapa persen peningkatan biaya-biaya
input atau tingkat suku bunga dalam kegiatan pengusahaan karet tersebut yang
menyebabkan kegiatan tersebut menjadi tidak layak dengan asumsi ceteris
paribus. Perhitungan Break Event Point dapat dilakukan dengan cara Trial and
Error yaitu dengan menghitung keuntungan operasi suatu volume
produksi/penjualan tertentu. Apabila perhitungan tersebut menghasilkan
keuntungan maka diambil volume penjualan/produksi yang lebih rendah, dan
sebaliknya. Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan
produksi dimana penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total
(TR=TC).
3.4.3 Analisis Margin Tata Niaga dan Keterpaduan/Integrasi Pasar
3.4.3.1 Analisis Margin Tata Niaga
Margin tata niaga digunakan untuk mengetahui siapa yang menikmati
keuntungan terbesar dari rantai pemasaran yang ada. Semakin besar nilai proporsi
margin keuntungan yang diterima petani, berarti bargaining position petani lebih
menguntungkan, demikian pula sebaliknya. Dari rantai-rantai pemasaran yang
terbentuk di masyarakat, dengan analisis margin pemasaran maka rantai
pemasaran yang terefisien akan diketahui. Masukan tersebut marupakan hal yang
terpenting dalam pengembangan perkebunan Karet rakyat di Kabupaten
Mandailing Natal. Analisis ini dilakukan menggunakan data dari hasil wawancara
dengan pedangang pengumpul tingkat desa, pedagang pengumpul tingkat
kecamatan dan pedagang besar (pabrik). Margin tata niaga diketahui dengan
menghitung perbedaan harga di tingkat petani dan di tingkat pabrik. Secara
matematis persamaan margin tata niaga dapat dirumuskan sebagai berikut :
m
j
n
i
m
j
m
j
PjCijMiM1 1 11
Dimana :
M = Margin tataniaga (Rp/Kg)
![Page 58: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/58.jpg)
40
Mj = Margin tataniaga (Rp/Kg) lembaga tataniaga ke-j (j=1,2,..,m) dan
m adalah jumlah lembaga tataniaga yang terlibat
Cij = Biaya tataniaga ke-i (Rp/Kg) pada lembaga tataniaga ke-j
(i=1,2,…n) dan n adalah jumlah jenis pembiayaan
Pj = Margin keuntungan lembaga tataniaga ke-j (Rp/Kg)
3.4.3.2 Keterpaduan/Integrasi Pasar
Analisis keterpaduan pasar pada penelitian ini mengacu pada model yang
dikembangkan oleh Ravallion (1986) dan Heytens (1986). Harga pasar setempat
diidentifikasi sebagai harga Karet yang dihasilkan petani (Pf), sedangkan harga
pasar acuan adalah harga Karet yang berlaku di tingkat eksportir (Pe), hubungan
kedua harga tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
(Pft - Pft-1) = b1 (Pft-1 – Pet-1) + b2 (Pet-1 – Pet-1) + b3 Pet-1 + b4 X + µt………………..(1)
dan dapat disusun kembali menjadi persamaan :
Pft = (1+b1) Pft-1 + b2 (Pet – Pet-1) + (b3 – b1)Pet-1 + b4 X + µt………………..(2)
Dimana :
Pft = Harga Karet tingkat petani pada tahun t
Pft-1 = Harga Karet tingkat petani pada tahun sebelumnya
Pet = Harga Karet tingkat pabrik pada tahun t
Pet-1 = Harga Karet tingkat pabrik pada tahun sebelumnya
X = vektor musiman (peubah lain) yang relevan di pasar setempat (waktu t)
t = Periode waktu
µt = Galat
Koefisien b2 pada persamaan 2 di atas menunjukkan seberapa jauh
perubahan harga di tingkat eksportir ditransmisikan ke tingkat petani. Koefisin b2
disebut juga sebagai parameter keterpaduan jangka pendek antara pasar yang
diamati. Keterpaduan pasar jangka pendek tercapai bila koefisien b2=1. Apabila
nilai parameter dugaan koefisien b2 bernilai 1, maka perubahan harga 1 persen
pada suatu tingkat pasar akan mengakibatkan perubahan harga di tingkat pasar
yang lainnya dalam persentase yang sama. Oleh karena itu, semakin dekat nilai
parameter b2 dengan satu maka akan semakin baik keterpaduan pasarnya.
Koefisien (1+ b1) dan (b3 - b1) masing-masing mencerminkan seberapa jauh
kontribusi relatif harga periode sebelumnya baik di tingkat petani maupun pabrik
![Page 59: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/59.jpg)
41
terhadap tingkat harga yang berlaku sekarang di tingkat petani. Rasio antara kedua
koefisien tersebut menunjukkan indeks hubungan pasar (Index of Marketing
Connection) yang menunjukkan tinggi rendahnya keterpaduan antara kedua pasar
yang bersangkutan. Indeks hubungan pasar dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Dimana :
IMC = Indeks hubungan pasar (Index of Marketing Connection)
b1 = koefisien harga di tingkat petani
b3 = koefisien harga di tingkat pabrik
Nilai IMC semakin mendekati nol menunjukkan adanya keterpaduan pasar
jangka panjang yang cukup kuat antara harga pasar di tingkat petani dengan harga
di tingkat pabrik.
3.4.4 Menyusun Arahan Kebijakan Pengembangan Perkebunan Karet
Rakyat di Kabupaten Mandailing Natal
Penyusunan arahan pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten
Mandailing Natal dilakukan secara spasial dan deskriptif. Peta arahan
pengembangan perkebunan rakyat dibuat dengan mengoverlay peta kesesuaian
lahan tanaman karet dengan peta penggunaan lahan sekarang (present land use),
peta kawasan hutan Kabupaten Mandailing Natal (Surat Keputusan Menteri
Kehutanan RI nomor : SK.44/Menhut-II/2005 tanggal 16 Februari 2005 tentang
Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Sumatera Utara seluas
±3.742.120 ha), peta cadangan Hutan Tanaman Rakyat/HTR (Surat Keputusan
Menteri Kehutanan RI nomor SK.113/Menhut-II/2008 tanggal 21 April 2008
tentang Pencadangan Areal Hutan untuk Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat
(HTR) seluas ±9.815 ha di Kabupaten Mandailing Natal) dan disesuaikan dengan
RTRW Kabupaten Mandailing Natal (belum disahkan) serta mempertimbangkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 6 tahun 2007 jo Peraturan
Pemerintah nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan dan Peraturan Menteri Kehutanan
IMC
=
(1+b1)
b3-b1
![Page 60: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/60.jpg)
42
Nomor P.37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan serta Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 jo nomor P.14/Menhut-II/2010
tentang Hutan Desa serta Undang-undang nomor 41 tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Semua peta yang dioverlay
skala 1:50.000.
Kriteria penentuan arahan pengembangan perkebunan karet rakyat di
Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan kelas kesesuaian lahan aktual dan
penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Penentuan arahan pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten
Mandailing Natal
RT
R
W
SK Menhut
No.44/Menhut-
II/2005
Penggunaan lahan
sekarang
Kelas
Kesesuai
an Lahan
Kategori
KB
Areal Penggunaan
Lain Hutan Produksi
Tetap Hutan
Produksi Terbatas
Kebun karet rakyat tua
dan tidak produktif,
padang rumput, alang-
alang, semak, kebun
rakyat (ladang, kebun
campuran)
S1, S2,
S3 Arahan
N1,N2 Bukan
arahan
Sawah, areal terbangun
(pemukiman),
perkebunan besar.
S1, S2,
S3,
N1,N2
Bukan
arahan
KL
Kawasan Suaka
Alam Hutan
Lindung
Apapun jenis
penggunaan lahan
S1, S2,
S3,
N1,N2
Bukan
arahan
Ket : KB = Kawasan Budidaya, KL = Kawasan Lindung.
Penentuan arahan potensi pengembangan perkebunan karet rakyat di
Kaupaten Mandailing Natal dalam penelitian ini akan mempertimbangkan status
kawasan hutan. Kawasan yang dipertimbangkan adalah kawasan hutan produksi
sebagai kawasan budidaya kehutanan, sedangkan kawasan hutan suaka alam dan
hutan lindung yang tujuannya untuk melindungi kelestarian alam tidak diarahkan
untuk pengembangan karet.
Penentuan kawasan hutan produksi sebagai lokasi arahan pengembangan
karet sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 6 tahun
2007 jo PP nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan dan Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan serta Peraturan
![Page 61: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/61.jpg)
43
Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 jo nomor P.14/Menhut-II/2010
tentang Hutan Desa.
Dalam peraturan-peraturan di atas disebutkan bahwa hutan produksi dapat
dimanfaatkan menjadi hutan tanaman rakyat, hutan kemasyarakatan dan hutan
desa. Hutan tanaman rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan
tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk
meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur
dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan. Hutan kemasyarakatan
adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk
memberdayakan masyarakat setempat dan hutan desa adalah hutan negara yang
dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa serta belum
dibebani izin/hak.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 6 tahun 2007 jo PP nomor
3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
serta Pemanfaatan Hutan pada Pasal 17 disebutkan bahwa:
(1) Pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat hasil dan jasa hutan
secara optimal, adil, dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat.
(2) Pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
melalui kegiatan: a. pemanfaatan kawasan; b. pemanfaatan jasa lingkungan;
c. pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu; dan d. pemungutan hasil
hutan kayu dan bukan kayu.
Pada pasal 18 disebutkan bahwa pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17, dapat dilakukan pada seluruh kawasan hutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2), yaitu kawasan: a. hutan konservasi, kecuali pada cagar
alam, zona rimba, dan zona inti dalam taman nasional; b. hutan lindung; dan c.
hutan produksi.
Pada pasal 23 disebutkan bahwa pemanfaatan hutan pada hutan lindung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dapat dilakukan melalui kegiatan :
a. pemanfaatan kawasan; b. pemanfaatan jasa lingkungan; atau c. pemungutan
hasil hutan bukan kayu.
Pada Pasal 31 disebutkan bahwa:
![Page 62: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/62.jpg)
44
(1) Pada hutan produksi, pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (1) dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip untuk mengelola hutan
lestari dan meningkatkan fungsi utamanya.
(2) Pemanfaatan hutan pada hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan, antara lain, melalui kegiatan:
a. usaha pemanfaatan kawasan;
b. usaha pemanfaatan jasa lingkungan;
c. usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan alam;
d. usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan tanaman;
e. usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam;
f. usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dalam hutan tanaman;
g. pemungutan hasil hutan kayu dalam hutan alam;
h. pemungutan hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam;
i. pemungutan hasil hutan bukan kayu dalam hutan tanaman.
Pada Pasal 40 disebutkan bahwa:
(1). Pada hutan produksi, pemanfaatan hasil hutan kayu pada HTR dalam hutan
tanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf b dapat dilakukan
dengan satu atau lebih sistem silvikultur, sesuai dengan karakteristik sumber
daya hutan dan lingkungannya.
(2). Pemanfaatan hasil hutan kayu pada HTR dalam hutan tanaman sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi kegiatan penyiapan lahan, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, dan pemasaran.
(3). Pemanfaatan hasil hutan kayu pada HTR dalam hutan tanaman
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diutamakan pada hutan produksi yang
tidak produktif.
(4). Tanaman yang dihasilkan dari IUPHHK pada HTR merupakan aset
pemegang izin usaha, dan dapat dijadikan agunan sepanjang izin usahanya
masih berlaku.
(5). Pemerintah, sesuai ketentuan peraturan perundangundangan, membentuk
lembaga keuangan untuk mendukung pembangunan HTR
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor: 6 tahun 2007 jo PP nomor
3 tahun 2008 tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri
![Page 63: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/63.jpg)
45
Kehutanan nomor P.37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan untuk tata
cara penetapan dan pemberian ijin untuk hutan kemasyarakatan dan Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 jo nomor P.14/Menhut-II/2010
tentang Hutan Desa untuk tata cara penetapan dan pemberian ijin untuk hutan
desa. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.37/Menhut-II/2007
tentang Hutan Kemasyarakatan pada pasal 6 disebutkan bahwa “kawasan hutan
yang dapat ditetapkan sebagai areal kerja hutan kemasyarakatan adalah kawasan
hutan lindung dan kawasan hutan produksi” dan pada pasal 7 disebutkan kawasan
hutan lindung dan hutan produksi dapat ditetapkan sebagai areal kerja hutan
kemasyarakatan dengan ketentuan: (1) belum dibebani hak atau izin dalam
pemanfaatan hasil hutan; dan (2) menjadi sumber mata pencaharian masyarakat
setempat.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 jo nomor
P.14/Menhut-II/2010 tentang Hutan Desa pasal Pasal 2 (1) penyelenggaraan hutan
desa dimaksudkan untuk memberikan akses kepada masyarakat setempat melalui
lembaga desa dalam memanfaatkan sumberdaya hutan secara lestari; (2)
penyelenggaraan hutan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat secara berkelanjutan. Selanjutnya pada pasal 4 disebutkan bahwa:
(1) Kriteria kawasan hutan yang dapat ditetapkan sebagai areal kerja hutan desa
adalah hutan lindung dan hutan produksi yang : a. belum dibebani hak
pengelolaan atau izin pemanfaatan; b. berada dalam wilayah administrasi
desa yang bersangkutan.
(2) Ketentuan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas
rekomendasi dari kepala KPH atau kepala dinas kabupaten/kota yang
diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas untuk pengembangan tanaman
hutan dalam hutan tanaman rakyat (HTR), hutan kemasyarakatan dan hutan desa
maka areal-areal tersebut dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat tanpa harus mengurangi fungsinya sebagai hutan dengan tanaman
yang dapat diusahakan oleh masyarakat. Dalam kawasan hutan produksi, hasil
tanaman dapat diambil baik kayu maupun getahnya. Hal ini sesuai dengan
karakteristik tanaman karet.
![Page 64: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/64.jpg)
46
Tanaman karet secara tradisional dikenal sebagai tanaman perkebunan.
Namun, kini tanaman karet juga dikenal sebagai tanaman hutan. Bahan tanaman
yang digunakan untuk hutan karet ini berasal dari biji atau seedling. Perkebunan
karet memiliki potensi untuk konservasi lingkungan, yaitu sebagai penambat CO2
yang efektif. Di samping itu, kayu karet memiliki corak dan kualitas yang baik
sehingga dapat mensubstitusi beberapa jenis kayu yang dieksploitasi dari hutan.
Kayu karet juga relatif mudah digergaji. Bahan tanaman karet untuk perkebunan
dibuat dengan cara okulasi batang bawah dengan entres terpilih. Namun untuk
keperluan tanaman hutan, cukup digunakan tanaman dari biji karena waktu yang
diperlukan untuk pengadaan bibit lebih cepat dan lebih mudah, akar tunggang
dapat tumbuh lebih sempurna lurus ke bawah, serta pertumbuhan tanaman di
lapangan lebih cepat (Indraty, 2005).
Tanaman karet juga memberikan kontribusi yang sangat penting dalam
pelestarian lingkungan. Upaya pelestarian lingkungan akhir-akhir ini menjadi isu
penting mengingat kondisi sebagian besar hutan alam makin memprihatinkan.
Pada tanaman karet, energi yang dihasilkan seperti oksigen, kayu, dan biomassa
dapat digunakan untuk mendukung fungsi diperbaikan lingkungan seperti
rehabilitasi lahan, pencegahan erosi dan banjir, pengaturan tata guna air bagi
tanaman lain, dan menciptakan iklim yang sehat dan bebas polusi. Pada daerah
kritis, daun karet yang gugur mampu menyuburkan tanah. Daur hidup tanaman
karet yang demikian akan terus berputar dan berulang selama satu siklus tanaman
karet paling tidak selama 30 tahun. Oleh karena itu, keberadaan pertanaman karet
sangat strategis bagi kelangsungan kehidupan, karena mampu berperan sebagai
penyimpan dan sumber energi, laju pertumbuhan biomassa ratarata tanaman karet
pada umur 3−5 tahun mencapai 35,50 ton bahan kering/ha/tahun. Hal ini berarti
perkebunan karet dapat mengambil alih fungsi hutan yang berperan penting dalam
pengaturan tata guna air dan mengurangi peningkatan pemanasan bumi (global
warming) (Azwar et al., 1989).
Di wilayah Kabupaten Mandailing Natal, masyarakatnya telah mengenal
budidaya tanaman karet sejak dahulu dan telah diturunkan pengetahuan dan lahan
secara turun temurun, sehingga merupakan salah satu mata pencaharian pokok
masyarakatnya. Di areal yang telah ditunjuk oleh Kementrian Kehutanan RI
![Page 65: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/65.jpg)
47
sesuai dengan SK Menteri Kehutanan nomor SK.44/menhut-II/2005 sebagai hutan
produksi di Kabupaten Mandailing Natal terdapat banyak tanaman-tanaman karet
tua yang masih diusahakan masyarakat. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan nomor SK.113/Menhut-II/2008 tanggal 21 April 2008 telah
dicadangkan Areal Hutan untuk Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat seluas
+9.815 Ha di Kabupaten Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara. Areal hutan
yang dimaksud adalah areal hutan produksi dan pada areal tersebut akan ditanami
dengan tanaman karet dengan tanaman karet yang berasal dari biji atau seedling
sesuai dengan arahan dari Kementrian Kehutanan RI dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Selanjutnya dalam penelitian ini akan diusulkan areal pengembangan karet
rakyat dapat dilakukan di areal hutan produksi dengan tanaman karet yang berasal
dari biji atau seedling atau bibit unggul yang sesuai, baik nantinya akan sebagai
hutan kemasyarakatan, hutan desa atau hutan tanaman rakyat dengan pengelolaan
agroforestry yang secara aspek lingkungan dapat melindungi kelestarian hutan.
Arahan kebijakan pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten
Mandailing Natal akan disusun secara deskriptif dengan pertimbangan peta arahan
pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal, hasil
analisis kelayakan finansial, hasil analisis margin pemasaran dan keterpaduan
pasar serta mempertimbangkan arahan pengembangan wilayah Pemerintah Daerah
Kabupaten Mandailing Natal. Gambar Bagan alir penelitian disajikan pada
Gambar 3.
![Page 66: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/66.jpg)
48
Gambar 3. Bagan Alir Penelitian
Survei responden
Peningkatan
teknis budidaya
Karet
Analisis : Kelayakan
Finansial dan uji
sensitivitas
Analisis margin
tataniaga dan
keterpaduan pasar
Lokasi sesuai dan dapat dikembangkan
untuk budidaya Karet
peta administrasi
overlay
Peta kesesuaian lahan
Peta Present
Land use, peta peta
kawasan hutan,
peta HTR
Data
Primer
Peta arahan pengembangan
karet rakyat
Arahan kebijakan
pengembangan wilayah
Pemerintah Kabupaten
Mandailing Natal
- SK Menhut
tentang kawasan
hutan Madina
- SK Menhut
tentang HTR di
Madina
- PP RI tentang
Tata Hutan
- Peraturan
Menhut tentang
Hutan
Kemasyarakatan
- Peraturan
Menhut tentang
Hutan Desa
- UU tentang
Perlindungan
Lahan Pangan
Berkelanjutan
overlay
Data
Sekunder
Arahan kebijakan
pengembangan karet
rakyat di Kabupaten
Mandailing Natal
![Page 67: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/67.jpg)
49
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Pembentukan Kabupaten Mandailing Natal
Pada tanggal 23 November 1998, Pemerintah Republik Indonesia
menetapkan Undang - Undang No. 12 Tahun 1998 yaitu Undang-Undang tentang
pembentukan Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal menjadi daerah otonom,
dan secara formal diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 9 Maret
1999. Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1998, Kabupaten Mandailing
Natal, yang dikenal dengan sebutan MADINA, terdiri dari 8 (delapan) kecamatan
dan 273 desa.
Pada tanggal 29 Juli 2003, Kabupaten Mandailing Natal mengeluarkan
Perda No. 7 tentang pembentukan kecamatan dan Perda No. 8 tentang pemekaran
desa di Kabupaten Mandailing Natal. Dengan dikeluarkannya Perda No. 7 dan 8
tersebut maka Kabupaten Mandailing Natal memiliki 17 Kecamatan yang terdiri
dari 322 desa dan 7 kelurahan.
Pada Tanggal 15 Februari 2007 Kabupaten Mandailing Natal mengeluarkan
Perda Jo 10 Tahun 2007 tentang pembentukan kecamatan di Kabupaten
Mandailing Natal, Kecamatan Ranto Baek, Kecamatan Huta Bargot, Kecamatan
Puncak Sorik Marapi, Kecamatan Pakantan, dan Kecamatan Sinunukan sehingga
Kabupaten Mandailing Natal memiliki 22 kecamatan dengan jumlah desa
sebanyak 349 desa dan kelurahan sebanyak 32 kelurahan. Pada tanggal 7
Desember 2007 pemerintah Kabupaten Mandailing Natal mengeluarkan Perda No.
45 Tahun 2007 dan No. 46 Tahun 2007 tentang pemecahan desa dan pembentukan
Kecamatan Naga Juang di Kabupaten Mandailing Natal. Pembentukan Kecamatan
Naga Juang yang mencakup Desa Tambiski, Tarutung Panjang, Humbang I, Sayur
Matua, Banua Rakyat, Banua Simanosor, dan Tambiski Nauli menambah jumlah
kecamatan dan desa di Kabupaten Mandailing Natal menjadi 23 kecamatan, 32
kelurahan, dan 353 desa dan 10 Unit Pemukiman Transmigrasi. Kecamatan-
kecamatan hasil pemekaran tersebut pada Tabel 5. Peta wilayah administrasi
Kabupaten Mandailing Natal disajikan pada Gambar 4.
![Page 68: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/68.jpg)
50
Tabel 5 Hasil pemekaran kecamatan-kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Kecamatan Tahun 1998 Kecamatan Tahun 2003 Kecamatan Tahun 2007
1. Batahan 1. Batahan 1. Batahan
2. Sinunukan
2. Batang Natal 2. Batang Natal
3. Lingga Bayu
3. Batang Natal
4. Lingga Bayu
5. Ranto Baek
3. Kotanopan 4. Kotanopan
5. Ulu Pungkut
6. Tambangan
7. Lembah Sorik Marapi
6. Kotanopan
7. Ulu Pungkut
8. Tambangan
9. Lembah Sorik Marapi
10. Puncak Sorik Marapi
4. Muara Sipongi 8. Muara Sipongi 11. Muara Sipongi
12. Pakantan
5. Panyabungan 9. Panyabungan
10. Panyabungan Selatan
11. Panyabungan Barat
12. Panyabungan Utara
13. Panyabungan Timur
13. Panyabungan
14. Panyabungan Selatan
15. Panyabungan Barat
16. Panyabungan Utara
17. Panyabungan Timur
18. Huta Bargot
6. Natal 14. Natal 19. Natal
7. Muara Batang Gadis 15. Muara Batang Gadis 20. Muara Batang Gadis
8. Siabu 16. Siabu
17. Bukit Malintang
21. Siabu
22. Bukit Malintang
23. Naga Juang
Sumber : Mandailing Natal dalam Angka, 2009
4.2. Letak Geografis
Kabupaten Mandailing Natal dalam konstelasi regional berada di bagian
selatan wilayah Provinsi Sumatera Utara pada lokasi geografis 0°10'-1°50'
Lintang Utara dan 98°50'-100°10' Bujur Timur ketinggian 0–1.915 m di atas
permukaan laut. Kabupaten Mandailing Natal merupakan bagian paling selatan
dari Provinsi Sumatera Utara dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera
Barat. Batas-batas wilayah kabupaten adalah:
Batas bagian Utara : Kabupaten Tapanuli Selatan
Batas bagian Timur : Kabupaten Padang Lawas
Batas bagian Selatan : Provinsi Sumatera Barat
Batas bagian Barat : Samudera Indonesia
Kabupaten dengan ibukota Panyabungan ini memiliki luas wilayah
± 6.620,70 km2
(662.070 ha) atau 9,24% dari seluruh wilayah Provinsi Sumatera
Utara. Kecamatan Muara Batang Gadis merupakan wilayah yang paling luas
yakni 143.502 ha (21,67%), sedangkan Kecamatan Lembah Sorik Marapi
merupakan wilayah yang paling kecil yakni 3.472 ha (0,52%).
![Page 69: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/69.jpg)
51
Gambar 4. Peta administrasi Kabupaten Mandailing Natal
4.3 Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Mandailing Natal
4.3.1 Topografi
Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari gugusan pegunungan dan
perbukitan yang dikenal dengan Bukit Barisan di beberapa kecamatan, juga
daerah pesisir/daerah pantai di Kecamatan Batahan, Natal, dan Muara Batang
Gadis. Daerah Kabupaten Mandailing Natal dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian,
yaitu:
Dataran Rendah merupakan daerah pesisir dengan kemiringan 0%–2% dengan
luas sekitar 160.500 ha (24,24%).
Daerah/dataran Landai dengan kemiringan 2%–15% dengan luas wilayah
36.385 ha (5,49%).
Dataran Tinggi dengan kemiringan 15%–40%. Dataran tinggi dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
![Page 70: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/70.jpg)
52
a. Daerah perbukitan dengan kemiringan 15%–20% dengan luas wilayah
112.000 ha (16,91%)
b. Daerah pegunungan dengan kemiringan 20%–40% dengan luas 353.185 ha
(53,34%).
Kemiringan lahan/lereng merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuan tanah. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan tanah di suatu daerah adalah derajat kemiringan lahan/lereng.
Kemiringan lereng terjadi akibat besarnya tekanan tanah dan tekanan air tanah
yang bekerja pada permukaan dinding belakang lereng tersebut. Kondisi
kemiringan lahan di Kabupaten Mandailing Natal seperti terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Peta kemiringan lahan di Kabupaten Mandailing Natal.
4.3.2 Morfologi Wilayah
Morfologi Kabupaten Mandailing Natal merupakan satuan perbukitan
memanjang dengan arah barat laut-tenggara. Bagian tertinggi mencapai ketinggian
1.915 m dpl, sedangkan bagian terendah berada pada ketinggian 0 m dpl. Jenis
batuan yang terdapat di daerah pengukuran adalah batuan metasedimen terutama
metalimestone/marmer. Secara umum, morfologi di wilayah Kabupaten
![Page 71: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/71.jpg)
53
Mandailing Natal dapat dibagi menjadi 3 (tiga) satuan morfologi yaitu satuan
morfologi perbukitan terjal, satuan morfologi perbukitan bergelombang, dan
satuan morfologi pedataran. Kondisi ketinggian tempat di Kabupaten Mandailing
Natal seperti terlihat pada Gambar 6.
a. Satuan Morfologi Perbukitan Terjal, dicirikan oleh rangkaian pegunungan yang
tingginya antara 800–1.915 m dpl dan keterjalan lebih dari 40%. Aliran sungai
mempunyai pola dendritik–sub dendritik, sebagian trellis karena mengikuti
pola patahan, dengan lembah sungai yang sempit, biasanya berbentuk V dan
sebagian kecil cenderung U, menunjukkan tingkat erosi muda menuju dewasa.
b. Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Landai, dicirikan oleh perbukitan
dengan ketinggian antara 100–800 m dpl dan kemiringan lereng antara 15%-
40%. Pola aliran sungai dendritik, dengan lembah berbentuk U dan sebagian
berbentuk V, menunjukkan tingkat erosi dewasa. Satuan ini umumnya
ditempati oleh batuan vulkanik dan sedimen.
c. Satuan Morfologi Pedataran merupakan daerah datar atau dengan kemiringan
lereng antara 0% hingga 15% dan pola aliran anyaman “braided stream” yang
umum terjadi di daerah muara sungai.
Gambar 6. Peta ketinggian tempat di Kabupaten Mandailing Natal
![Page 72: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/72.jpg)
54
4.3.3 Hidrologi
Potensi hidrologi cukup penting untuk menunjang pembangunan, baik untuk
kepentingan irigasi, air minum (sanitasi), transportasi, maupun untuk kepentingan
lainnya. Sumber air yang terdapat di Kabupaten Mandailing Natal bagi kebutuhan
tersebut di atas berasal dari mata air dan sungai. Kabupaten Mandailing Natal
dialiri oleh sungai besar dan kecil. Beberapa sungai yang terdapat di daerah ini di
antaranya adalah Sungai Batang Gadis, Batahan, Kun-kun, Parlampungan, Hulu
Pungkut, Aek Rantau Puran, Aek Mata dan lain-lain. Luas daerah aliran sungai
terbesar yakni Sungai Batang Gadis, yang terletak di ibukota Kecamatan
Panyabungan. Aliran sungai sepanjang 180,00 km dan lebarnya 65 m, dengan
volume normal sekitar 25.781,11 m3 Secara umum sungai-sungai yang berada di
daerah ini biasa digunakan untuk sarana irigasi, perhubungan, MCK (Mandi, Cuci
dan Kakus) dan lainnya.
Secara umum, sungai-sungai di Kabupaten Mandailing Natal beraliran
pendek, terjal, dan sempit, sehingga sulit untuk digunakan sebagai sarana
transportasi. Sebagian sungai dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik
(hydromini) dan untuk irigasi. Alur sungai senantiasa bergerak secara horisontal
dan jalur sungai berpindah-pindah (bergerak) secara terus-menerus pula. Setelah
melalui perjalanan hidupnya sebuah sungai yang lurus dalam jangka waktu
tertentu akan berkelok-kelok atau membentuk meander. Pola Daerah Aliran
Sungai (DAS) sangat dipengaruhi leh keadaan morfologis, topografi dan bentuk
wilayah disamping bentuk atau corak DAS itu sendiri. Di wilayah Mandailing
Natal terdapat 6 (enam) DAS, yaitu:
1. DAS Batang Gadis
2. DAS Batang Batahan
3. DAS Batang Natal
4. DAS Batang Tabuyung
5. DAS Batang Bintuas
6. DAS Batang Toru.
DAS yang terbesar adalah DAS Batang Gadis dengan luas 369.963 Ha atau
sekitar 55,88% dari luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Keenam DAS
bermuara ke Pantai Barat (Samudera Indonesia).
![Page 73: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/73.jpg)
55
4.3.4 Iklim
4.3.4.1 Musim
Wilayah Mandailing Natal mempunyai iklim yang hampir sama dengan
sebagian besar Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia. Hanya dikenal dua musim
yaitu musim hujan dan kemarau. Musim kemarau terjadi antara bulan Juni sampai
bulan September. Arus angin berasal dari Australia yang tidak mengandung uap
air, sebaliknya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai bulan Maret
karena arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan
Samudera Pasifik. Keadaan ini seperti silih berganti setiap tahun setelah melewati
masa peralihan pada bulan April–Mei dan Oktober–November. Frekuensi curah
hujan lebih tinggi selama tahun 2008 jika dibandingan dengan tahun 2007.
4.3.4.2 Suhu dan Curah Hujan
Tinggi atau rendahnya suhu udara di suatu tempat dipengaruhi oleh
ketinggian daerah di atas permukaan laut. Daerah Mandailing Natal yang terletak
di ketinggian antara 0-1.915 meter di atas permukaan laut mengakibatkan suhunya
berkisar antara 230C–32
0C dengan kelembaban antara 80–85%. Curah hujan di
suatu tempat dipengaruhi oleh iklim, keadaan orografi dan perputaran /pertemuan
arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan
wilayah tiap kecamatan.
Tahun 2008 rata-rata jumlah curah hujan di Kabupaten Mandailing Natal
yakni 2.945 mm/tahun. Curah hujan maksimum terdapat di Kecamatan Muara
Sipongi yaitu: 3.288 mm/tahun sedangkan minimum curah hujan 2.603 mm/tahun
di Kecamatan Panyabungan Utara.
4.3.5 Jenis Tanah
Jenis-jenis tanah utama di wilayah Kabupaten Mandailing Natal adalah
Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Litosol merupakan jenis tanah dengan luas
mencapai 223.240 ha. Jenis tanah ini terutama terdapat pada bagian rendah
pegunungan tinggi deretan Bukit Barisan, seperti di sebelah kiri dan kanan dari
Lembah Semangko dan Lembah Batang Gadis, sebagian besar terdapat pada
Kecamatan Natal, Kecamatan Batang Natal, Kecamatan Panyabungan, Kecamatan
Kotanopan dan Kecamatan Muarasipongi.
![Page 74: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/74.jpg)
56
Jenis tanah Regosol merupakan jenis tanah yang paling sedikit jumlahnya,
yakni hanya 8.400 ha dari seluruh luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal.
Jenis tanah regosol dapat ditemukan di sepanjang tepi pantai barat yang terputus-
putus oleh bukit-bukit kecil dari formasi tua atau dataran rawa dan endapan
alluvial sungai.
4.4 Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008 yakni 423.712
jiwa, terdiri dari Laki-laki 207.475 orang dan perempuan 216.237 orang, dengan
sex ratio 95,95 dan banyaknya rumah tangga 101.802 KK dengan rata-rata
anggota rumah tangga 4. Laju pertumbuhan penduduk Mandailing Natal tahun
2008 sebesar 1,47%. Struktur penduduk Mandailing Natal menunjukkan bahwa
usia produktif (15-64 tahun) sangat menonjol sebesar 55,55% dan usia
ketergantungan terdiri usia (0-14 tahun) sebesar 41,42% dan Lansia (65+) sebesar
3,03%.
Kepadatan penduduk Kabupaten Mandailing Natal yakni 79 jiwa/Km2.
Kepadatan tertinggi di kecamatan Lembah Sorik Merapi yaitu 511 jiwa/Km2 dan
terkecil di kecamatan Muara Batang Gadis (10 jiwa/km2). Sesuai dengan nama
daerahnya, penduduk mayoritas adalah Mandailing juga dihuni oleh suku-suku
lainnya seperti, Batak, Jawa, Melayu, Minang dan lainnya.
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan
komposisi terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses
demografi. Situasi ketenagakerjaan di Kabupaten Mandailing Natal pada Agustus
2008, Angkatan Kerja (usia 15 tahun keatas) sebesar 198.460 orang dan bukan
angkatan kerja 52.174 orang. TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja)
merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100
tenaga kerja. TPAK Kabupaten Mandailing Natal sekitar 81,48% yang tertinggi di
Kecamatan Bukit Malintang (94,78%) dan terkecil Kecamatan Lembah Sorik
Marapi (47,85%). Di sisi lain dapat dianalisis bagian angkatan kerja yang masih
mencari pekerjaan atau biasa disebut Tingkat Penggangguran Terbuka (TPT).
Pada Bulan Agustus 2008 di Mandailing Natal yakni 7,92%. TPT yang tertinggi
Kecamatan Lembah Sorik Marapi (12,85%) dan terendah Kecamatan Bukit
Malintang (1,92%). Pekerja didominasi oleh kaum laki-laki yaitu: 59,98% dan
![Page 75: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/75.jpg)
57
perempuan (40,02%) Pekerjan utama penduduk Kabupaten Mandailing Natal dari
sektor pertanian (74,02%), perdagangan (12.74%), Jasa (4,71%) dan lainnya:
angkutan, komunikasi, bank dan listrik, gas dan air (8,53%).
4.4 Perekonomian
4.5.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Mandaling Natal
Angka pertumbuhan sektor ekonomi merupakan hal penting yang perlu
diperhatikan mengingat hal tersebut mencerminkan pertambahan output yang
lebih lanjut menjadi pendapatan bagi suatu perekonomian tertentu. Secara
keseluruhan, pertumbuhan ekonomi kabupaten Mandailing Natal cukup tinggi
yaitu 6,08% rata–rata pertahun. Angka pertumbuhan ini meskipun fluktuatif
namun cenderung meningkat positif. Angka pertumbuhan tertinggi terjadi pada
tahun 2008 yaitu sebesar 6,50% (BPS Kabupaten Mandailing Natal).
Di Kabupaten Mandailing Natal, sektor Pertanian yang merupakan sektor
andalan bagi perekonomiannya, walaupun demikian laju pertumbuhannya paling
rendah dibanding sektor-sektor lainnya yakni tumbuh rata–rata pertahun sebesar
3,71%. Pertumbuhan tertinggi yang terjadi dalam kurun waktu 2004–2008 adalah
di tahun 2007 sebesar 5,65%. Secara rata–rata subsektor yang mengalami
pertumbuhan tertinggi di sektor Pertanian adalah subsektor Tanaman Perkebunan
sebesar 6,48%. Tingkat pertumbuhan paling rendah dibandingkan subsektor lain
yang terdapat di dalam sektor Pertanian adalah subsektor Kehutanan pada tahun
2004 dan 2007 tumbuh negatif sebesar -1,86% dan -1,58 dan tahun 2005, 2006
dan 2008 tumbuh positif sehingga secara rata–rata pertahunnya subsektor ini
tumbuh hanya sebesar 0,14%.
Pertumbuhan rata–rata pertahun tertinggi berasal dari sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan. Sektor ini tumbuh sebesar 15,62% rata–rata
pertahun. Pertumbuhannya senantiasa meningkat dan bahkan di tahun 2008 laju
pertumbuhannya mencapai sebesar 44,86%. Sektor-sektor lainnya (perdagangan,
Hotel dan Restoran, pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan,
sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan
komunikasi serta sektor jasa-jasa) menunjukkan angka pertumbuhan yang
fluktuatif per tahunnya, selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 6.
![Page 76: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/76.jpg)
58
Tabel 6. Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Mandailing Natal Tahun
2004 – 2008 (persen)
LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 RATA-
RATA
1 Pertanian 2,74 2,89 2,45 5,65 4,80 3,71
- Tanaman Bahan Makanan 2,30 1,62 -0,01 2,73 5,31 2,39
- Tanaman Perkebunan 4,44 4,85 6,55 11,97 4,58 6,48
- Peternakan dan Hasil-hasilnya 4,57 4,32 1,16 5,79 6,30 4,43
- Kehutanan -1,86 0,48 0,76 -1,58 1,49 -0,14
- Perikanan 4,23 4,15 4,84 8,14 4,86 5,24
2 Pertambangan dan Penggalian 2,78 2,83 3,90 5,97 4,50 4,00
- Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
- Pertambangan non Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
- Penggalian 2,78 2,83 3,90 5,97 4,50 4,00
3 Industri Pengolahan 8,81 8,22 8,12 10,83 9,48 9,09
- Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
- Industri Non Migas 8,81 8,22 8,12 10,83 9,48 9,09
- Makanan, Minuman & Tmbkau 6,67 6,82 8,08 16,05 10,62 9,65
- Tekstil, Brg dr Kulit & Alas
Kaki 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
- Brg dari Kayu & Hsl Hutan
Lain 4,76 4,32 5,86 -0,03 5,80 4,14
- Kertas dan Barang Cetakan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
- Pupuk, Kimia & Brg dari Karet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
- Semen & Brg Galian non
Logam 2,29 2,86 8,12 7,66 6,40 5,47
- Logam Dasar Besi dan Baja 17,58 14,23 9,22 5,99 9,16 11,24
- Alat Angk, Mesin & Peralatan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
- Barang Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 3,89 4,69 7,42 11,11 13,18 8,06
5 Bangunan 15,44 16,57 14,98 9,41 10,57 13,39
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 4,33 4,72 4,81 4,92 5,17 4,79
- Perdagangan Besar dan Eceran 4,29 4,68 4,74 4,97 5,17 4,77
- Hotel 3,62 3,89 2,90 1,12 4,53 3,21
- Restoran 7,41 8,24 10,61 2,50 5,78 6,91
7 Pengangkutan dan Komunikasi 11,62 13,78 15,58 5,21 7,31 10,70
- Pengangkutan 5,82 7,34 11,31 7,00 5,00 7,29
- Komunikasi 27,56 28,48 23,73 2,13 11,46 18,67
8 Keu, Persewaan dan Jasa Perush 7,61 9,88 9,29 6,44 44,86 15,62
9 Jasa-jasa 10,43 9,55 12,50 8,35 4,41 9,05
Total 5,47 5,86 6,12 6,46 6,50 6,08
Sumber : PDRB Kabupaten Mandailing Natal 2004-2008
4.5.2 Struktur Perekonomian Kabupaten Mandailing Natal
Struktur perekonomian Kabupaten Mandailing Natal pada dasarnya
didominasi oleh sektor pertanian. Sektor ini memberikan kontribusi yang besar
hampir setiap tahunnya, pada tahun 2008 memberikan kontribusi sebesar 46,36%.
Subsektor yang menjadi andalan bagi pembentukan PDRB dari sektor pertanian
![Page 77: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/77.jpg)
59
adalah subsektor tanaman bahan makanan. Subsektor ini memberikan kontribusi
selalu lebih dari 17% terhadap seluruh perekonomian kabupaten, namun
sebagaimana yang terjadi dalam sektor pertanian secara keseluruhan, penurunan
terjadi di subsektor tanaman bahan makanan dari tahun 2004 hingga tahun 2007
dan kemudian meningkat lagi pada tahun 2008. Subsektor berikutnya yang juga
mendominasi pembentukan nilai tambah bruto bagi perekonomian kabupaten
adalah subsektor tanaman perkebunan. Subsektor yang merupakan bagian dari
sektor pertanian ini memberikan kontribusi terhadap perekonomian lebih dari 12%
dan secara bertahap dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dimana
pada tahun 2008 kontribusi subsektor tanaman perkebunan sebesar 14,77%, hal
ini terjadi karena semakin berkembangnya usaha perkebunan di Kabupaten
Mandailing Natal terutama untuk komoditi karet dan kelapa sawit.
Perhatian mendalam perlu ditujukan pada sektor industri pengolahan
mengingat sektor ini dapat menjadi sektor unggulan yang dapat memberikan nilai
tambah bagi produk yang dihasilkan dalam perekonomian. Sektor ini di
Kabupaten Mandailing Natal masih belum menjadi sektor yang memberikan
kontribusi besar bagi pembentukan nilai tambah perekonomian kabupaten. Dari
tahun 2001 hingga tahun 2005, kontribusi yang diberikan cenderung meningkat
meskipun peningkatannya tidak cukup signifikan. Peranan sektor ini yang
besarnya dalam kisaran 3,20% hingga 3,53% terhadap total perekonomian
kabupaten, sebahagian besar ditunjang oleh subsektor industri makanan, minuman
dan tembakau. Subsektor lain belum menunjukkan peranan yang signifikan
terhadap sektor industri pengolahan. Distribusi persentase sektor ekonomi
Kabupaten Mandailing Natal tahun 2004-2008 disajikan pada Tabel 7.
4.5.3 Peranan Subsektor Perkebunan
Subsektor perkebunan merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Mandailing Natal. Secara rata–rata subsektor tanaman
perkebunan mengalami pertumbuhan tertinggi di sektor pertanian yakni sebesar
6,48%. Subsektor perkebunan merupakan subsektor yang memberikan sumbangan
terbesar kedua terhadap PDRB sektor pertanian yang signifikan selama lima tahun
terakhir (2004–2008), yaitu setelah subsektor tanaman pangan.
![Page 78: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/78.jpg)
60
Tabel 7. Distribusi Persentase Sektor Ekonomi Kabupaten Mandailing Natal
Tahun 2004-2008 (persen)
LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008
1 Pertanian 49,09 47,11 45,42 45,92 46,36
- Tanaman Bahan Makanan 19,40 18,28 17,55 16,85 17,66
- Tanaman Perkebunan 12,70 12,47 12,22 14,29 14,77
- Peternakan dan Hasil-hasilnya 6,05 5,92 5,75 5,75 5,90
- Kehutanan 6,24 5,87 5,51 4,82 4,23
- Perikanan 4,70 4,57 4,39 4,21 3,80
2 Pertambangan dan Penggalian 1,77 1,67 1,59 1,55 1,46
- Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
- Pertambangan non Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
- Penggalian 1,77 1,67 1,59 1,55 1,46
3 Industri Pengolahan 3,53 3,53 3,53 3,82 3,92
- Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
- Industri Non Migas 3,53 3,53 3,53 3,82 3,92
- Makanan, Minuman & Tmbkau 1,93 1,92 1,96 2,33 2,51
- Tekstil, Brg dr Kulit & Alas Kaki 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01
- Brg dari Kayu & Hsl Hutan Lain 0,51 0,52 0,51 0,49 0,49
- Kertas dan Barang Cetakan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01
- Pupuk, Kimia & Brg dari Karet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
- Semen & Brg Galian non Logam 0,19 0,19 0,19 0,18 0,16
- Logam Dasar Besi dan Baja 0,86 0,86 0,84 0,78 0,73
- Alat Angk, Mesin & Peralatan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
- Barang Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,32 0,32 0,32 0,34 0,42
5 Bangunan 8,62 9,34 10,05 9,84 9,66
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 17,81 17,55 17,79 17,69 17,66
- Perdagangan Besar dan Eceran 17,48 17,20 17,43 17,34 17,33
- Hotel 0,09 0,11 0,12 0,11 0,11
- Restoran 0,24 0,24 0,24 0,23 0,22
7 Pengangkutan dan Komunikasi 3,92 4,35 4,63 4,72 5,13
- Pengangkutan 2,65 2,73 2,82 2,91 3,10
- Komunikasi 1,27 1,62 1,81 1,82 2,03
8 Keu, Persewaan dan Jasa Perushn 2,11 1,97 2,00 1,96 2,52
9 Jasa-jasa 12,83 14,16 14,67 14,15 12,87
- Pemerintahan Umum 10,02 11,32 11,81 11,48 10,48
- Swasta 2,81 2,84 2,86 2,67 2,39
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : PDRB Kabupaten Mandailing Natal 2004-2008
Jika dihitung rata-rata persentase nilai PDRB (atas harga konstan tahun
2000) per subsektor tahun 2004-2008, sub sektor tanaman bahan makanan
(pangan) menyumbang rata-rata sebesar 37,98% kemudian diikuti subsektor
perkebunan sebesar 27,55%. Gambar 7 menunjukkan kontribusi dari setiap sub
sektor pertanian di Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2004-2008.
![Page 79: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/79.jpg)
61
Gambar 7. Persentase Nilai PDRB Per Subsektor Kabupaten Mandailing Natal
Tahun 2004-2008
Tanaman perkebunan yang menonjol di Kabupaten Mandailing Natal
didominasi oleh tanaman karet dengan luas tanaman sebesar 71.015 ha dengan
produksi 34.615,80 ton pada tahun 2008, selanjutnya diikuti dengan tanaman
kelapa sawit dan coklat dengan luas 14.320 ha dan 4.322 ha dan produksinya
179.479 ton dan 2.387 ton. Luas areal, produksi dan sentra tanaman perkebunan di
Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Luas Areal, Produksi dan Sentra Tanaman Perkebunan di Kabupaten
Mandailing Natal tahun 2008
No Jenis tanaman Luas (ha) Produksi
(ton) KECAMATAN SENTRA
1 Karet (Havea brasilensis) 71.015 34.615 Panyabungan, Batang
Natal, Muara Bt Gadis
2 Kelapa sawit (Elaies guinennsis) 14.320 179.479 Batahan, Natal, Muara Bt
Gadis
3 Kakao (Theobroma cacao) 4.322 2.387 Lingga Bayu, Batang
Natal, Natal
4 Kayu manis (Cassia) 2.592 1.954 Kotanopan, Batang Natal,
Tambangan
5 Kelapa (Cocos nucifera) 2.704 1.277 Siabu, Natal,
Panyabungan
6 Kopi (Coffea Sp) 3.982 2.209 Kotanopan, Muara
Sipongi, Ulu Pungkut
7 Aren (Arenga pinata) 613 269 Tambangan, Muara
Sipongi, Panyabungan
8 Kemiri (Candle nut) 15 10 Bukit Malintang, Siabu,
Ulu Pangut
9 Cengkeh (Clove) 142 31 Tambangan, Muara
Sipongi, Batang Natal
Sumber : Mandailing Natal dalam Angka (2009)
![Page 80: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/80.jpg)
62
4.5.4 Perkembangan Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Mandailing
Natal
Kabupaten Mandailing Natal merupakan daerah penghasil karet, meski
tingkat produksinya berfluktuasi selama 5 tahun terakhir tetapi belakangan harga
karet sangat menarik dengan melonjaknya harga minyak dunia yang
mengakibatkan dunia beralih ke karet alam yang sifat karetnya lebih baik tetapi
harganya cenderung stabil. Karet bagi masyarakat Mandailing Natal merupakan
tanaman penting sebagai tanaman tabungan. Semula tanaman karet kurang
diperhatikan karena harga karet alam yang tersaing dengan karet sintetis. Tetapi
dengan melonjaknya harga minyak bumi yang juga mendorong meningkatnya
harga bahan baku sintetis maka banyak kalangan industri beralih ke karet alam.
Karena itu sekarang ini harga karet di tingkat petani juga ikut terangkat dan
merangsang petani untuk merawat tanaman karetnya lebih intensif.
Produksi karet di Kabupaten Mandailing Natal saat ini mencapai 34 ribu ton
(Gambar 8). Produksi ini jauh lebih rendah karena produksi karet pada tahun 2004
mencapai 45,7 ribu ton. Perbedaan produksi ini diduga terjadi pada tahun 2004,
tingkat produksi karet di Kabupaten Mandailing Natal mencapai puncak produksi
dan pada tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan akibat perawatan tanaman
yang kurang diperhatikan dan banyaknya kegiatan replanting (peremajaan).
Gambar 8 Produksi Karet di Kabupaten Mandaling Natal Tahun 2004-2008.
Di Kabupaten Mandailing Natal, produksi karet terpusat di Kecamatan
Panyabungan dimana pada tahun 2008 menghasilkan karet sebesar 6.749 ton yang
berarti memberi kontribusi produksi karet sebesar 19,7 % disusul Kecamatan
Sumber: BPS, Data Diolah (2009)
![Page 81: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/81.jpg)
63
Muara Batang Gadis yang memproduksi 4.231 ton atau 12,3 % dari produksi
karet di Kabupaten Mandailing Natal. Tabel 9 memperlihatkan produksi karet
tahun 2008 di Kabupaten Mandailing Natal menurut kecamatan.
Tabel 9. Produksi Karet 5 Tahun Terakhir di Kabupaten Mandailing Natal
Menurut Kecamatan
No KECAMATAN LUAS AREAL (ha) TOTAL
(ha)
PRODUKSI
ton/tahun TBM TM TTM
1 SIABU 265 1.206 741 2.211 1.115
2 BUKIT MALINTANG 187 1.308 45 1.540 1.216
3 NAGA JUANG 197 522 37 756 485
4 PANYABUNGAN UTARA 673 3.599 466 4.738 3.203
5 PANYABUNGAN KOTA 651 8.182 328 9.161 6.873
6 PANYABUNGAN TIMUR 583 3.057 1.118 4.758 2.018
7 PANYABUNGAN BARAT 144 817 794 1.755 694
8 HUTA BARGOT 169 400 794 1.364 340
9 PANYABUNGAN SELATAN 336 1.178 751 2.265 1.013
10 LEMBAH SORIK MARAPI 78 302 248 628 202
11 PUNCAK SORIK MARAPI 84 136 158 377 91
12 TAMBANGAN 444 2.901 1.712 5.057 1.972
13 KOTANOPAN 566 2.530 1.599 4.695 1.543
14 ULU PUNGKUT 52 302 179 533 139
15 MUARASIPONGI 55 255 145 455 120
16 PAKANTAN 48 86 67 201 41
17 BATANG NATAL 675 5.665 3.583 9.923 4.306
18 LINGGA BAYU 558 2.190 1.678 4.426 1.993
19 RANTO BAEK 605 1.980 932 3.517 1.801
20 BATAHAN 160 585 259 1.004 474
21 SINUNUKAN 147 358 352 857 290
22 NATAL 159 528 351 1.039 417
23 MUARA BATANG GADIS 868 5.402 3.484 9.755 4.268
JUMLAH 7.704 43.491 19.821 71.015 34.616
Sumber: Mandailing Natal dalam Angka (2009)
4.5.5 Karakteristik Usahatani Karet Rakyat di Kabupaten Mandailing Natal
Karakteristik usahatani karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal tahun
2010 disajikan pada Tabel 10. Secara garis besar petani karet di Kabupaten
Mandailing Natal rata-rata mempunyai luas lahan 1 ha, dengan jenis tanaman
karet lokal (dari biji) dan unggul (bibit okulasi). Bibit okulasi didapatkan petani
dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal atau dari
penangkar-penangkar bibit karet binaan Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Mandailing Natal. Sebagian besar petani menanam bibit karet yang
berasal dari biji (seedling). Hal ini disebabkan harga bibit okulasi mahal dan jika
mengharapkan bibit okulasi dengan harga subsidi dari Pemerintah Kabupaten
Mandailing Natal harus menunggu antrian yang lama.
![Page 82: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/82.jpg)
64
Tabel 10. Karakteristik usahatani karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal
tahun 2010
No Deskripsi Keterangan
1. Rata-rata kepemilikan lahan (ha) 1
2. Jenis klon yang ditanam GT-1, Avross
3. Umur karet rata-rata (tahun) 12-30
4. Asal bibit Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kab. Mandailing
Natal, Penangkar Bibit dan
Pembibitan sendiri
5. Populasi tanaman rata-rata (pohon/ha) 600-700
6. Rata-rata penyiangan gulma per tahun (kali) 2
7. Rata-rata frekuensi pemupukan per tahun (kali) 1- 2
8. Penggunaan input :
- Urea (kg/ha/tahun)
- NPK (kg/ha/tahun)
- Herbisida (Roundhap) (liter/ha/tahun)
-Tenaga Kerja (HOK)
250
250
2
230
9. Penyadapan 3-4 hari dalam seminggu
10. Pengumpulan hasil 1 kali dalam seminggu
11. Kegiatan Penyuluhan Ada
12. Keaktifan kelompok tani Tidak ada
Sumber : Data Primer, diolah
Keunggulan bibit okulasi dari bibit dari biji adalah lebih cepat matang
sadap. Tanaman dengan bibit okulasi dapat disadap pertama pada umur 5-6 tahun
setelah bibit ditanam, sedangkan tanaman dengan biji dapat disadap pertama pada
umur 7-9 tahun, namun bibit okulasi memiliki umur produktif lebih pendek yaitu
berkisar 20-25 tahun sedangkan bibit dari biji bisa mencapai lebih dari 30 tahun.
Rata-rata populasi tanaman per hektar sebanyak 650-700 pohon dengan
jarak tanam 3x5 dan 3 x 4. Tanaman karet yang ditanam petani di daerah
penelitian sebagian besar berumur 7-40 tahun. Pada budidaya tanaman tahunan
umur tersebut merupakan umur produktif. Menurut Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal, umur tanaman karet rakyat di
Kabupaten Mandailing Natal sangat produktif pada kisaran umur 12–18 tahun dan
akan mengalami penurunan produksi pada umur 19 tahun.
Dalam melakukan budidaya tanaman, petani jarang sekali memberikan
perawatan, umumnya petani membiarkan saja bibit yang sudah ditanam. Rata-rata
petani melakukan pemupukan sebanyak 1-2 kali per tahun, bahkan ada yang tidak
melakukan pemupukan sama sekali. Rata-rata penggunaan input produksi per
hektar berupa penggunaan pupuk urea sebanyak 250 kg, pupuk NPK sebanyak
![Page 83: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/83.jpg)
65
250 kg dan penggunaan herbisida (Round up) sebanyak 2 liter, sedangkan
penggunaan input tenaga rata-rata sebanyak 230 Hari Orang Kerja (HOK).
Dengan demikian usahatani karet di Kabupaten Mandailing Natal secara garis
besar belum mengenal teknologi budidaya yang baik.
Penyadapan dilakukan petani dengan menyayat atau mengiris kulit batang.
Tujuan penyadapan adalah untuk membuka pembuluh lateks sehingga lateks
mengalir keluar dengan cepat pada awal, kemudian menjadi lambat secara
perlahan-lahan. Umur tanaman mulai dapat disadap umumnya adalah berkisar 6-7
tahun. Penyadapan yang dilakukan di daerah penelitian adalah dengan sistim 4
hari sadap atau 3 hari sadap dan 1 hari untuk mengumpulkan hasil. Jadi
penyadapan dilakukan 4 hari dalam seminggu pada hari normalnya. Tetapi ada
juga yang tidak sampai 4 hari dalam seminggu, bisa saja 2 atau 3 hari penyadapan
dalam seminggu, ini disebabkan oleh faktor cuaca misalnya musim penghujan
atau hari kurang cerah, sehingga petani tidak bisa atau sulit mengadakan
penyadapan.
Penyadapan dilakukan dengan mengiris kulit batang tanaman karet dengan
dalam irisan ±2 mm . Penyadapan dilakukan 4 hari dalam seminggu dan biasanya
petani menyadap pada pagi hari dengan waktu penyadapan sekitar 3-4 jam, dan
setelah 4 hari melakukan penyadapan dalam ukuran normalnya selanjutnya 1 hari
untuk pengumpulan hasil cup lump. Pengumpulan hasil dilakukan jika mangkuk
penampung getah telah terisi penuh dan getah (cup lump) dalam keadaan
menggumpal. Biasanya petani mengumpulkan hasil cup lump nya setiap hari
sebelum hari pasar pekan karena pada hari pasar pekan akan diadakan pasar getah.
Penunjang budidaya berupa keberadaan kelompok tani belum dibentuk di
Kabupaten Mandailing Natal dan penyuluh pertanian secara intensif juga belum
dibentuk di daerah sentra karet di Kabupaten Mandailing Natal.
![Page 84: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/84.jpg)
66
![Page 85: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/85.jpg)
67
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Persebaran Lahan Potensial Secara Fisik untuk Tanaman Karet
Analisis kesesuaian lahan untuk tanaman perkebunan di Kabupaten
Mandailing Natal telah dilakukan oleh Bappeda Kabupaten Mandailing Natal
termasuk untuk tanaman karet. Peta kesesuaian lahan ini bersumber pada peta
sistem lahan RePPProT skala 1:250.000 yang disesuaikan dengan informasi pada
peta rupa bumi (informasi kemiringan lahan dan iklim) dan peta administrasi
Kabupaten Mandailing Natal skala 1:50.000. Dalam penelitian ini akan digunakan
peta kesesuaian lahan yang telah dibuat oleh Bappeda (Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah) Kabupaten Mandailing Natal tersebut Peta kesesuaian
lahan untuk tanaman karet tersebut akan menggambarkan persebaran lahan yang
potensial secara fisik untuk pengembangan tanaman karet di Kabupaten
Mandailing Natal.
Dari peta kesesuaian lahan untuk tanaman karet tersebut diperoleh informasi
bahwa sebagian besar lahan di Kabupaten Mandailing Natal sesuai untuk tanaman
karet yaitu seluas 460.849 ha (70,41%). Lahan yang tidak sesuai (N) mencapai
luasan 193.693 ha (29,59%). Secara aktual sebagian besar masuk dalam kelas
Sesuai Marginal (S3) yaitu seluas 421.387 ha (64,38%), sedangkan yang masuk
dalam kelas Cukup Sesuai (S2) seluas 23.031 ha (3,52%) dan lahan yang
termasuk kelas kesesuaian Sangat Sesuai (S1) seluas 16.430 ha (2,51%) untuk
tanaman karet di Kabupaten Mandailing Natal. Secara spasial lokasi lahan dengan
kelas kesesuaian aktual disajikan pada Gambar 9.
Lahan dengan kelas kesesuaian S1, S2 dan S3 pada setiap kecamatan di
Kabupaten Mandailing Natal dengan luasan yang bervariasi (Tabel 11).
Kecamatan dengan kelas kesesuaian S1 yang terbesar adalah kecamatan Siabu
yaitu 5.915 ha. Lahan dengan kelas kesesuaian S2 adalah kecamatan Batahan
yaitu seluas 5.326 ha. Kecamatan yang memiliki kelas kesesuaian lahan karet S3
ada di semua kecamatan dan yang terluas terluas adalah Kecamatan Muara Batang
gadis yaitu seluas 153.857 ha.
![Page 86: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/86.jpg)
68
Gambar 9 Peta Kesesuaian Lahan Karet di Kabupaten Mandailing Natal.
![Page 87: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/87.jpg)
69
Tabel 11 Luasan kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman karet pada masing-
masing kelas kesesuaian lahan untuk tanaman karet di Kabupaten
Mandailing Natal
No Kecamatan Kelas Kesesuaian (Ha)
N1l S1 S2l S3d S3l S3t
1 Batahan 1.865 2.250 5.326 19.045 5.903 -
2 Batang Natal 51.464 - - - 27.006 -
3 Bukit Malintang 1.916 439 337 - 1.875 1.141
4 Huta Bargot 1.337 61 648 - 7.410 854
5 Kotanopan 9.746 - 118 - 18.864 510
6 Lembah S. Marapi 54 - 2.142 - 145 852
7 Lingga Bayu 11.711 545 710 3 10.348 -
8 M. Batang Gadis 18.024 1.254 2.481 53.830 100.026 -
9 Muarasipongi 4.871 - - - 8.250 -
10 Naga Juang 1.698 521 187 - 1.846 527
11 Natal 23.512 4.292 1.097 14.790 35.614 -
12 Pakantan 473 - 350 - 9.863 -
13 Panyabungan 9.398 - 2.601 1.066 7.264 3.861
14 Panyabungan Barat 1.401 - 647 - 3.947 1.720
15 Panyabungan Selatan 534 - 315 - 5.139 475
16 Panyabungan Timur 22.868 - 276 481 11.503 -
17 Panyabungan Utara 1.809 670 1.034 - 452 1.683
18 Puncak S. Marapi - - 113 - 4.534 279
19 Ranto Baek 14.711 - 255 - 3.397 -
20 Siabu 10.103 5.915 1.484 - 8.548 3.030
21 Sinunukan - 480 177 6.340 7.107 -
22 Tambangan 5 - 733 892 12.645 31
23 Ulu Pungkut 6.184 - 1.991 - 18.269 -
Total 193.693 16.430 23.031 96.451 309.968 14.967
Kelas S2, S3, dan N memiliki faktor pembatas. Faktor pembatas pada kelas
kesesuaian S2 adalah kelerengan. Pada kelas kesesuaian S3 faktor pembatas
adalah drainase, lereng dan tekstur tanah. Kelas kesesuaian lahan N (tidak sesuai)
dibatasi oleh kemiringan lereng. Faktor-faktor pembatas pada kelas S2 dan S3
beberapa diantaranya dapat diatasi, sedangkan faktor pembatas pada kelas N
cukup sulit untuk diatasi.
Faktor pembatas drainase dapat diatasi dengan pemberian pupuk dan
pembuatan saluran drainase. Faktor pembatas yang lain yaitu kemiringan lereng
![Page 88: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/88.jpg)
70
dan tekstur tanah relatif sulit untuk diatasi, sekalipun bisa namun membutuhkan
biaya yang tinggi. Diperkirakan dengan dilakukan usaha perbaikan, akan
memperbesar biaya usaha yang akan dilakukan petani dan dikhawatirkan usaha
tersebut akan memberikan keuntungan yang kecil bagi petani atau bahkan merugi.
Pertimbangan tersebut sesuai dengan pendapat Hardjowigeno dan Widiatmaka
(2001) bahwa usaha perbaikan faktor pembatas yang dilakukan harus
memperhatikan aspek ekonomi. Artinya, apabila lahan tersebut diatasi kendala-
kendalanya, maka harus diperhitungkan apakah secara ekonomi dapat
memberikan keuntungan dalam usaha tani tersebut. Secara spasial lokasi lahan
dengan kelas kesesuaian lahan dengan faktor-faktor pembatas dapat dilihat pada
Gambar 10.
Di Kabupaten Mandailing Natal produksi karet terpusat di Kecamatan
Panyabungan yang tahun 2008 menghasilkan karet sebesar 6.749 ton yang berarti
memberi kontribusi produksi karet sebesar 19,7 % disusul Kecamatan Muara
Batang Gadis yang memproduksi 4.231 ton atau 12,3 % dari produksi karet di
Kabupaten Mandailing Natal. Saat ini sentra produksi karet terdapat di Kecamatan
Panyabungan, Kecamatan Batang Natal dan Kecamatan Muara Batang Gadis
dengan produktivitas saat ini masing-masing mencapai 600-1.000 ton/ha/tahun
karet kering.
Mencermati hasil evaluasi lahan yang telah dilakukan, secara umum
kecamatan-kecamatan sentra karet tersebut memang memiliki lahan-lahan dengan
kelas kesesuaian lahan S1, S2 dan S3 untuk tanaman karet. Apabila dilakukan
usaha mengatasi faktor pembatas kesesuaian lahan yang ada, maka lahan-lahan di
kecamatan-kecamatan sentra karet tersebut dapat menjadi lahan yang sangat
sesuai (S1) untuk budidaya karet. Artinya dengan produktifitas yang ada saat ini
yang hanya mencapai rata-rata 800 kg/ha karet kering (Tahun 2009), dengan
mengatasi faktor pembatas yang ada maka produksi dapat ditingkatkan lagi
menjadi lebih optimal.
Menurut Indraty (2005) produksi optimal yang dapat dicapai tanaman karet
bisa mencapai 2 ton/ha. Menurut FAO (1983), perkiraan produksi pertanian pada
lahan-lahan kelas kesesuaian S2 dapat mencapai 60-80%, sedangkan pada lahan-
lahan S3 dapat mencapai 40-60% dari produksi optimum. Dengan dasar
![Page 89: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/89.jpg)
71
pernyataan tersebut, maka perkiraan produksi karet di Kabupaten Mandailing
Natal pada kelas S2 dapat mencapai 1,2-1,6 ton/ha, sedangkan pada lahan S3
perkiraan produksi dapat mencapai 0,8–1,2 ton/ha. Dari angka-angka tersebut
terlihat bahwa produktifitas kebun karet di Kabupaten Mandailing Natal baru
sebatas produksi untuk lahan kelas S3, artinya potensi peningkatan produksi
masih cukup besar.
Usaha peningkatan produksi yang dapat dilakukan petani diantaranya
dengan peningkatan kualitas lahan, yaitu dengan melakukan usaha mengatasi
faktor pembatas yang layak dilakukan, seperti pemupukan dan pembuatan saluran
drainase. Selain itu, usaha pemeliharaan tanaman seperti penyiangan, dan
pengendalian hama terpadu merupakan kegiatan yang harus selalu dilakukan. Tapi
itu semua kembali ke kualitas bahan tanam. Apabila kualitas bahan tanam yang
digunakan merupakan produk unggulan maka usaha di atas akan signifikan
meningkatkan produksi, tentunya sampai taraf tertentu (optimum) dan berlaku
dalam umur produktif tanaman tersebut.
5.2 Kelayakan Finansial Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat
Analisis kelayakan finansial yang dilakukan meliputi perhitungan Net
Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Return
(IRR) yang merefleksikan tingkat kelayakan usaha perkebunan karet rakyat
setelah dikoreksi dengan tingkat suku bunga bank 12% (Discount factor). Analisis
ini dilakukan dalam skala pengusahaan kebun seluas satu hektar, selama umur
produktif tanaman karet yaitu enam sampai tiga puluh tahun. Sampel desa yang
diambil merupakan pewakil kelas kesesuaian lahan yang layak untuk
pengembangan tanaman karet yaitu kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2)
dan sesuai marginal (S3). Di samping itu, tentu saja dipilih desa-desa yang
penduduknya sebagian besar membudidayakan tanaman karet.
Asumsi yang digunakan dalam analisis ini bahwa produksi tanaman karet
rakyat mengalami kenaikan hingga umur tanaman 14 tahun, dan akan menurun
pada titik umur tersebut hingga umur dua puluh lima tahun. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian bahwa pola produksi tanaman karet menurut umur tanaman secara
umum adalah sebagai berikut : (a) tahap I, produksi terus meningkat yang terjadi
![Page 90: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/90.jpg)
72
Gambar 10 Peta kesesuaian lahan karet dengan faktor-faktor pembatas di
Kabupaten Mandailing Natal
![Page 91: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/91.jpg)
73
pada tahun sadap 1 sampai dengan tahun sadap ke 10, (b) tahap II, produksi stabil
yang terjadi pada tahun sadap ke-11 sampai ke-15 dan (c) tahap III, produksi
berkurang yang terjadi pada tahun sadap ke-16 dan seterusnya (Rahman, 2002).
Dalam analisis ini, umur produktif tanaman dipakai sampai pada umur 25 tahun
walaupun tanaman karet masyarakat sampai umur 30 tahun masih disadap, namun
hasilnya sangat sedikit. Berdasarkan hasil penelitian Siagian (2002) tanaman karet
sudah harus direplanting pada umur tanaman 25 tahun, karena tanaman di atas
umur 25 tahun sudah mengalami penurunan produksi yang tinggi dan lebih baik
dipanen untuk mendapatkan kualitas kayu yang baik. Asumsi-asumsi ini
digunakan dalam perkiraan produksi karet dalam bentuk cup lump (lump
mangkuk) masyarakat untuk waktu yang akan datang. Selain itu juga diasumsikan
bahwa tidak terjadi perubahan iklim yang ekstrim dan tidak terjadi wabah hama
penyakit sehingga produksi karet petani mengalami tren kenaikkan dan penurunan
seperti penjelasan diatas.
Analisis kelayakan finansial pada enam desa terpilih disajikan dalam Tabel
12, sedangkan rincian perhitungan analisis finansial masing-masing desa dapat
dilihat pada Lampiran 5, 6, 7, 8, 9 dan 10. Perhitungan analisis finansial ini
berdasarkan data rataan struktur input dan output dari masing-masing desa, yang
terdiri dari 25 responden sampel di masing-masing desa.
Tabel 12 Analisis kelayakan finansial (NPV, BCR, dan IRR dan payback period)
perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal
No Desa/Kecamatan Orde
kesesuaian
NPV
(DR =
12%)
Net
B/C IRR
Payback
Period
1 Sihepeng
(Kec. Siabu) S1 72.006.826 1,92 26,74%
8 tahun 7
bulan 11 hari
2 Malintang
(Kec. Bukit Malintang) S1 93.052.838 2,10 29,45%
7 tahun 7
bulan 12 hari
3 Purba Baru
(Kec. Lembah Sorik Marapi) S2 67.139.616 1,76 24,44%
9 tahun 2
bulan 6 hari
4 Roburan Lombang
(Kec. Panyabungan Selatan) S2 54.993.966 1,72 23,35%
10 tahun
13 hari
5 Tambangan Pasoman
(Kec. Tambangan) S3 37.838.270 1,48 20,20%
11 tahun
4 bulan
6 Hutarimbaru SM
(Kec. Kotanopan) S3 44.962.829 1,49 20,71%
10 tahun 6
bulan 16 hari
![Page 92: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/92.jpg)
74
Pola asumsi harga yang digunakan adalah harga konstan dengan nilai
Rp. 13,000/kg cup lump, dengan tingkat suku bunga 12% (sesuai dengan rata-rata
suku bunga bank pada tahun 2010). Perbedaan rataan dan koefisien keragaman
struktur input dan output dalam pengusahaan tanaman karet pada tiap kelas
kesesuaian lahan di masing-masing desa dapat dilihat pada Lampiran 11.
Dari Tabel diatas, secara finansial usaha perkebunan karet rakyat layak
untuk dikembangkan di Kabupaten Mandailing Natal. Hal tersebut ditunjukkan
dengan nilai NPV, BCR, dan IRR yang memenuhi kriteria layak. Nilai NPV
bernilai positif yaitu antara Rp93.052.838–Rp37.838.270 yang menunjukkan
keuntungan yang didapatkan selama umur produktif tanaman karet sebesar nilai
tersebut. BCR yang lebih besar dari satu (2,10–1,48) menunjukkan bahwa setiap
satu rupiah yang diinvestasikan dalam usaha ini akan memberikan tambahan
manfaat (keuntungan) sebesar Rp2,10 sampai Rp1,48. Nilai IRR yang melebihi
tingkat suku bunga yang berlaku menggambarkan bahwa sampai tingkat suku
bunga discount factor 20% untuk lahan S3, 23%-24% pada lahan S2 dan 26%-
29% pada lahan S1, usaha perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing
Natal masih memberikan nilai keuntungan bagi petani.
Dari Tabel 12 diatas juga terlihat adanya perbedaan yang cukup signifikan
antara nilai-nilai parameter analisis finansial desa dikelas kesesuaian lahan sesuai
(S1), cukup sesuai (S2) dan desa dikelas kesesuaian sesuai marginal (S3). Dari
lampiran 12, terlihat bahwa penyebab perbedaan ini karena perbedaan yang cukup
besar antara nilai produksi cup lump karet pada ketiga kelas kesesuaian lahan. Di
samping itu, terlihat adanya perbedaan nilai yang tinggi pada input pupuk yang
digunakan petani dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Ketiga hal tersebut
merupakan penyebab utama perbedaan nilai analisis finansial yang dilakukan. Hal
mendasar terjadinya perbedaan ini tentu saja karena perbedaan kualitas lahan.
Pada lahan S3 faktor penghambat bagi tanaman lebih besar dibandingkan lahan
S2, sedangkan lahan S1 tidak memiliki faktor penghambat. Karena itu pada lahan
S1 produktifitas yang dihasilkan paling baik dibanding produktifitas pada lahan
S2 dan S3, produktifitas S2 lebih tinggi dibanding S3, karena faktor penghambat
pada lahan S3 lebih besar dibandingkan dengan di lahan S2. Dari desa-desa
pewakil lahan S1, S2 dan S3 terlihat perbedaan produktifitas, hal ini dikarenakan
![Page 93: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/93.jpg)
75
teknik budidaya petani yang dilakukan petani terutama dalam hal pemupukan,
pada Desa Sihepeng (S1), Roburan Lombang (S2) dan Tambangan Pasoman (S3)
petani hanya melakukan pemupukan satu kali dalam setahun, sedangkan pada tiga
desa pewakil lainnya petani melakukan pemupukan sebanyak 2 kali dalam
setahun hal ini sangat berpengaruh pada tingkat produktifitas tanaman. Umumnya
petani pada enam desa sampel pada tahun ke-16 mulai mengurangi pemakaian
pupuk, karena mahalnya harga pupuk, biasanya petani hanya memupuk urea pada
tanamannya, karena mengira tanaman telah menghasilkan. Hal ini menyebabkan
tanaman pada umur 25 tahun produktifitas tanaman semakin jauh menurun,
sehingga umumnya pada umur diatas 25 tahun telah dimasukkan dalam kategori
tanaman tidak menghasilkan walaupun banyak petani yang melakukan
penyadapan paksa pada tanaman tersebut. Hal ini sebenarnya dapat merusak
kualitas kayu karet yang seharusnya dapat juga diperdagangkan.
Dari analisis diketahui, desa pewakil kelas kesesuaian S1 yaitu desa
Sihepeng dan Malintang, produktifitas rata-rata adalah 2.753 kg/ha dan 3.170
kg/ha, desa Purba Baru dan desa Roburan Lombang yang merupakan pewakil
kelas kesesuaian lahan S2 produktifitas rata-rata mencapai 2.774 kg/ha dan 2.409
kg/ha sedangkan desa Tambangan Pasoman dan desa Hutarimbaru SM yang
merupakan pewakil kelas kesuaian lahan S3 produktifitas rata-rata mencapai
2.133 kg/ha dan 2.458 kg/ha. Dalam hal pemupukan, pada lahan dengan kelas
kesesuaian S3 dan S2 yang merupakan lahan dengan faktor pembatas yang agak
berat, input pupuk yang dibutuhkan tanaman lebih besar dibandingkan lahan
dengan kelas kesesuaian S1. Hal ini menyebabkan biaya produksi terutama untuk
pembelian pupuk pada lahan S3 dan S2 lebih tinggi dibandingkan lahan S2. Dari
hasil analisis data yang dilakukan, rata-rata pembelian pupuk pada awal tanam
umumnya masyarakat hanya menggunakan pupuk NPK dengan biaya sebesar
Rp1.750.000/ha/tahun. Pada tahun pertama sampai dengan tahun ke-15 petani
rata-rata mengeluarkan biaya untuk pupuk untuk lahan S3 sebesar
Rp1.743.000/ha/aplikasi/tahun. Pada lahan S2 rata-rata pembelian pupuk
menghabiskan dana sebesar Rp1.494.000 per tahun dan lahan S1 sebesar
Rp717.000/ha/aplikasi/tahun sampai dengan tahun ke-15. Pada tahun ke-16
umumnya petani hanya memakai pupuk urea dengan biaya rata-rata pada kelas
![Page 94: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/94.jpg)
76
kesesuaian lahan S1 yakni sebesar Rp240.000/ha/aplikasi/tahun, pada kelas
kesesuaian lahan lahan S2 sebesar Rp480.000/ha/aplikasi/tahun dan pada kelas
kesesuaian lahan lahan S3 sebesar Rp560.000/ha/aplikasi/tahun.
Pengusahaan kebun karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal yang
tergambar dari enam sampel desa yang diamati dibangun dengan investasi awal
rata-rata untuk kelas kesesuaian lahan lahan S1 sebesar Rp14.000.000 sampai
Rp16.000.000 yang digunakan untuk pembelian bibit karet, peralatan, upah tenaga
kerja, pupuk, dan obat-obatan. Biaya untuk sewa lahan tidak ada karena
keseluruhan lahan yang digunakan merupakan milik petani yang didapat secara
turun temurun. Biaya untuk pembukaan lahan tersebut berbeda-beda karena
kebutuhan biaya tenaga kerja yang berbeda-beda, terutama untuk lahan S2 dan S3
dibutuhkan tenaga kerja lebih banyak untuk membuat teras-teras lahan,
pengolahan pembukaan lahan, mengajir, membuat lobang tanam dan menanam
bibit karena bentuk lahan yang lebih bergelombang. Biaya pemeliharaan untuk
tahun pertama penanaman sampai tahun terakhir umur produktif tanaman karet
berkisar Rp942.000–Rp2.747.500/ha/tahun. Biaya pemeliharaan tersebut meliputi
biaya upah tenaga kerja, pembelian pupuk, dan pembelian obat-obatan.
Pemeliharaan tanaman karet yang dilakukan petani di Kabupaten
Mandailing Natal secara umum belum mengikuti teknis budidaya anjuran dari
pemerintah. Pemeliharaan yang dilakukan petani meliputi: pemupukan,
penyiangan dan pengendalian hama penyakit. Pemupukan umumnya dilakukan
satu sampai dua kali dalam setahun yang dilakukan pada bulan Oktober (awal
musim hujan) dan bulan Februari atau Maret (akhir musim hujan). Penyiangan
dilakukan petani sebagian besar sebanyak empat kali dalam setahun.
Pengendalian hama penyakit dilakukan petani karet di Kabupaten
Mandailing Natal pada saat tanaman karet terserang hama maupun penyakit. Pada
tanaman karet di daerah penelitian penyakit utama yang sering menyerang adalah
Jamur Akar Putih (JAP) yang disebabkan oleh cendawan. Penyakit ini sering
menyerang tanaman karet pada bagian akar, dan akan menyebabkan akar maupun
batang yang terserang menjadi busuk dan basah. Daun menjadi layu dan
mengering kemudian jatuh berguguran dan pada akhirnya akan mati. Pada
akhirnya pembuluh lateks tidak berproduksi lagi dan getah karet tidak keluar lagi
![Page 95: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/95.jpg)
77
sehingga lama-kelamaan akan menyebabkan kematian pohon. Pohon yang
terserang oleh Jamur Akar Putih akan menjangkiti pada pohon lain. Pengendalian
penyakit yang dilakukan petani di daerah penelitian yaitu dengan menggali tanah
disekitar leher akar dengan kedalaman 50 cm kemudian akar yang terserang
dikerok disepanjang permukaan akar diberi Trichoderma sp. dan dibiarkan dan
setelah 1-2 minggu kemudian akar ditutup tanah kembali. Selain hal tersebut
penyakit yang sering menyerang adalah penyakit bidang sadap yang diatasi petani
dengan menggunakan Valangker pada bidang sadap.
Hama yang sering menyerang tanaman karet petani di Kabupaten
Mandailing Natal adalah rayap, dimana serangannya dapat terlihat oleh batang,
batang pohon dimakan oleh rayap, sehingga batang karet tersebut berlumut yang
mengakibatkan pohon karet busuk, berlubang dan di tengah-tengah batang kosong
sehingga lama-kelamaan pohon karet akan mati. Di daerah penelitian petani
menanggulangi permasalahan tersebut dengan cara menyemprot silinder ataupun
dengan mengoles silinder tersebut ke batang pohon karet. Selain itu, babi hutan
dan kera merupakan hama yang sering merusak tanaman karet petani. Petani
menanggulanginya dengan cara membuat ranjau.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan waktu pengembalian modal
(payback period) petani umumnya lebih cepat untuk petani yang berada di lahan
dengan kelas kesesuaian lahan S1 karena produktifitasnya lebih tinggi, kemudian
disusul oleh petani di kelas kesesuaian lahan S2 dan S3. Petani yang melakukan
perawatan yang lebih baik juga akan memperoleh produktivitas tanaman karet
lebih tinggi sehingga waktu pengembalian modal lebih cepat. Pada lahan dengan
kelas kesesuaian lahan S1 pada umur tanaman 7-8 tahun umumnya modal telah
kembali. Pada lahan dengan kelas kesesuaian lahan S2 modal umumnya kembali
pada umur tanaman 9-10 tahun dan pada lahan kelas S3 pada umur tanaman 10-11
tahun.
Pada penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas. Menurut Gittinger
(1986), analisis sensitivitas (sensitivity analysis) dilakukan untuk meneliti kembali
kelayakan suatu proyek, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat
keadaan yang berubah atau ada suatu kesalahan dalam dasar perhitungan biaya-
manfaat. Analisis kepekaan (sensitivitas) adalah suatu teknik analisis yang
![Page 96: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/96.jpg)
78
menguji secara sistematis apa yang terjadi pada kapasitas penerimaan suatu
proyek apabila terjadi kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam
perencanaan. Hal ini dibutuhkan dalam analisis proyek, biasanya didasarkan pada
proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan
terjadi dimasa yang akan datang karena proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat
empat permasalahan utama yaitu:
5. Perubahan harga jual produk
6. Keterlambatan pelaksanaan proyek
7. Kenaikan biaya
8. Perubahan volume produksi
Pada penelitian ini dilakukan analisis sensitivitas dengan menaikkan jumlah
biaya input dan menaikkan suku bunga untuk mengetahui sampai sejauhmana
batas kelayakan kegiatan usaha karet petani serta mencoba mencari sampai
seberapa jauh kelayakan harga dan produksi untuk kondisi perkebunan karet
rakyat di Kabupaten Mandailing Natal. Semua dilakukan dengan asumsi ceteris
paribus.
Hasil analisis sensitivitas dengan skenario dengan menaikkan biaya input
untuk aktivitas kebun karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal dari layak
menjadi tidak layak terjadi pada saat biaya input dinaikkan sebesar 40%-44,06%
untuk kelas kesesuaian lahan S3, 69,67%-71,67% untuk kelas kesesuaian lahan
lahan S2 dan 91,09%-110,3% untuk kelas kesesuaian lahan lahan S1 dengan
asumsi variabel-variabel lainnya ceteris paribus (tetap). Apabila biaya input
meningkat sebesar nilai-nilai tersebut maka usaha perkebunan karet yang
dilakukan petani sudah tidak layak atau merugikan petani, seperti terlihat pada
Tabel 13. Rincian perhitungan analisis sensitivitas skenario menaikkan biaya
input masing-masing desa dapat dilihat pada Lampiran 12,13, 14,15, 16 dan 17.
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa apabila biaya-biaya input meningkat
sebesar nilai-nilai tersebut dengan asumsi variabel-variabel lainnya ceteris
paribus (tetap) maka secara finansial usaha perkebunan karet rakyat tersebut
tidak layak lagi untuk diusahakan. Hal ini ditunjukan dengan nilai NPV, BCR,
dan IRR yang tidak memenuhi kriteria layak lagi. Nilai NPV bernilai negatif yaitu
antara (Rp7.582)–(Rp100) menunjukkan kerugian yang dialami selama umur
![Page 97: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/97.jpg)
79
produktif tanaman karet sebesar nilai tersebut BCR=1 menunjukkan bahwa
kegiatan ini tidak memberikan tambahan manfaat (keuntungan) bagi petani. Nilai
IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku menggambarkan bahwa usaha
perkebunan karet rakyat yang diusahakan tidak memberikan nilai keuntungan
bagi petani.
Tabel 13 Analisis kelayakan finansial (NPV, BCR, dan IRR) perkebunan karet
rakyat di Kabupaten Mandailing Natal dengan menaikkan biaya-biaya
input NPV
(DR = 12%)
1 Sihepeng
(Kec. Siabu)
2 Malintang
(Kec. Bukit Malintang)
3 Purba Baru
(Kec. Lembah Sorik Marapi)
4 Roburan Lombang
(Kec. Panyabungan Selatan)
5 Tambangan Pasoman
(Kec. Tambangan)
6 Hutarimbaru SM
(Kec. Kotanopan)
Kenaikan biaya
input padaNo Desa/Kecamatan
Orde
kesesuaianNet B/C IRR
91,09%
S1 (7.582) 1,00 12% 110,30%
S1 (323) 1,00 12%
S2 398 1,00 12% 71,67%
S2 100 69,67%
1,00
1,00
12%
12%
S3 (770) 1,00 12% 44,06%
S3 5.906 40,00%
1,00
1,00
12%
12%
Hasil analisis sensitivitas dengan skenario menaikkan biaya tingkat suku
bunga untuk aktivitas kebun karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal dari
layak menjadi tidak layak terjadi pada saat tingkat suku bunga bank dinaikkan
menjadi sebesar 26,8%-29,5% untuk lahan S1, 23,4%-24,5% untuk lahan S2 dan
20,3%-20,8% untuk lahan S3 dengan asumsi variabel-variabel lainnya ceteris
paribus (tetap). Apabila tingkat suku bunga bank meningkat menjadi sebesar
nilai-nilai tersebut, maka usaha perkebunan karet yang dilakukan petani sudah
tidak layak atau merugikan. Hasil analisis kelayakan finansial (NPV, BCR, dan
IRR dan payback period) perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal
dengan menaikkan tingkat suku bunga dapat dilihat pada Tabel 14. Rincian
![Page 98: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/98.jpg)
80
perhitungan analisis sensitivitas skenario menaikkan tingkat suku bunga masing-
masing desa dapat dilihat pada Lampiran 18,19,20, 21,22 dan 23.
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa apabila tingkat suku bunga pinjaman
yang dikenakan pada petani untuk mengusahakan perkebunan karetnya sebesar
nilai-nilai tersebut dengan asumsi variabel-variabel lainnya ceteris paribus (tetap)
maka secara finansial usaha perkebunan karet rakyat yang dilakukan petani di
Kabupaten Mandailing Natal tidak layak. Hal ini ditunjukan dengan nilai NPV,
BCR, dan IRR yang tidak memenuhi kriteria layak. Nilai NPV bernilai negatif
yaitu antara (Rp255.861)–(Rp81.242) menunjukkan kerugian yang dialami selama
umur produktif tanaman karet sebesar nilai tersebut. BCR yang bernilai sama
dengan satu menunjukkan bahwa usaha ini tidak memberikan tambahan manfaat
(keuntungan) bagi petani. Nilai IRR yang kurang dari tingkat suku bunga yang
berlaku menggambarkan bahwa pada tingkat suku bunga tersebut usaha
perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal tidak akan memberikan
nilai keuntungan bagi petani.
Tabel 14 Analisis kelayakan finansial (NPV, BCR, dan IRR dan payback period)
perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal dengan
menaikkan tingkat suku bunga
1 Sihepeng
(Kec. Siabu)
2 Malintang
(Kec. Bukit Malintang)
3 Purba Baru
(Kec. Lembah Sorik Marapi)
4 Roburan Lombang
(Kec. Panyabungan Selatan)
5 Tambangan Pasoman
(Kec. Tambangan)
6 Hutarimbaru SM
(Kec. Kotanopan)
S3 (254.279) 20,20 20,30 1,00
1,00
1,00S3 (255.861) 20,71 20,80
S2 (146.621) 24,22 24,50 1,00
1,00
1,00S2 (99.693) 23,35 23,40
1,00S1 (81.242) 29,45 29,50
No Desa/KecamatanOrde
kesesuaianNet B/C IRRNPV
Pada tk. suku
bunga
S1 (138.142) 1,00 26,72 26,80
Selanjutnya analisis sensitivitas juga dilakukan untuk mengetahui sampai
seberapa besar rata-rata harga lump karet dan rata-rata produktivitas karet rakyat
yang masih layak untuk pengusahaan karet rakyat pada desa-desa sampel di
![Page 99: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/99.jpg)
81
Kabupaten Mandailing Natal tersebut. Besarnya harga rata-rata dan produktivitas
produksi karet pada titik impas tersebut disebut juga dengan Break Event Point
(BEP). BEP yang dicari adalah BEP volume produksi dan BEP harga. BEP ini
tercapai pada saat NPV=0, Net B/C=1, IRR=tingkat suku bunga yang digunakan,
hal ini berarti kondisi finansial pengusahaan kebun berada pada titik total
penerimaan sama dengan pengeluaran (TR=TC) atau keuntungan sama dengan 0.
Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 15. Rincian perhitungan BEP (Break Event
Point) masing-masing desa dapat dilihat pada Lampiran 24,25,26, 27,28, 29, 30,
31, 32, 33, 34 dan 35.
Tabel 15 Nilai BEP (Break Event Point) pengusahaan perkebunan karet rakyat di
Kabupaten Mandailing Natal
1 Sihepeng
(Kec. Siabu)
2 Malintang
(Kec. Bukit Malintang)
3 Purba Baru
(Kec. Lembah Sorik Marapi)
4 Roburan Lombang
(Kec. Panyabungan Selatan)
5 Tambangan Pasoman
(Kec. Tambangan)
6 Hutarimbaru SM
(Kec. Kotanopan)
S1 6.803 1.430
No Desa/Kecamatan Orde kesesuaianBEP Harga
(Rp)
BEP Volume
Produksi cup lump
(Kg/Ha/Tahun)
S1 6.181 1.531
S2 7.378 1.599
S3 8.749 1.680
S2 7.573 1.393
S3 8.846 1.441
Pada kelas kesesuaian lahan S1, dengan kondisi pengusahaan karet dan
produksi yang dihasilkan oleh petani BEP harga tercapai pada harga Rp6.181–
Rp6.803, artinya pada tingkat harga tersebut pertanaman karet tersebut masih
layak diusahakan. Apabila harga rata-rata karet selama umur produktif 25 tahun
tersebut dibawah harga tersebut maka petani akan mengalami kerugian. Demikian
juga halnya dengan petani yang mengusahakan karet pada kelas kesesuaian lahan
S2 dengan BEP harga sebesar Rp7.378–Rp7.573 dan pada lahan S3 sebesar
Rp8.749-Rp8.846.
![Page 100: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/100.jpg)
82
BEP rata-rata volume produksi cup lump karet petani pada kesesuaian lahan
S1 dengan asumsi ceteris paribus tercapai pada saat rata-rata produksi cup lump
karet yang dihasilkan petani sebesar 1.430 kg/ha/tahun–1.531 kg/ha/tahun, artinya
apabila petani dapat memanen rata-rata produksi karetnya per hektar per tahun
sebesar nilai tersebut selama umur produktif maka pertanaman karet tersebut
masih layak diusahakan. Apabila selama umur produktif tersebut petani
memproduksi cup lump karet kurang dari nilai tersebut maka petani akan
mengalami kerugian. Demikian juga halnya dengan petani yang mengusahakan
karet pada kelas kesesuaian lahan S2 dengan BEP volume produksi sebesar 1.393
kg/ha/tahun–1.599 kg/ha/tahun dan pada kelas kesesuaian lahan S3 sebesar 1.441
kg/ha/tahun–1.680 kg/ha/tahun.
Tingginya nilai BEP harga cup lump karet di Kabupaten Mandailing Natal
dikarenakan tingginya biaya input termasuk biaya tenaga kerja, harga pupuk dan
pestisida serta rendahnya produktivitas. Oleh karena itu, diperlukan campur
tangan pemerintah untuk mengurangi kerugian di tingkat petani sehingga aktivitas
perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal lebih berkelanjutan.
Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua,
rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kurangnya
pemeliharaan. Oleh karena itu, perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat
dan penanganan teknis budidaya karet yang dilaksanakan petani. penggunaan
teknologi anjuran dalam berusahatani karet akan berdampak pada peningkatan
produktivitas dan pendapatan petani karet (Kilmanun, 2005)
Keragaman pola produksi akibat perbedaan kesesuaian lahan akan terlihat
dari tingkat produktivitas yang berbeda. Pada tanaman karet (tergantung jenis klon
yang digunakan) yang ditanam pada lahan sangat sesuai (S1) akan mampu
menghasilkan produktivitas sebesar 3.000 kg/ha/tahun, pada lahan sesuai (S2)
akan dihasilkan 2.500 kg/ha/tahun dan 2.000 kg/ha/tahun untuk lahan (S3)
(Balitbang Pertanian, 2009).
Dalam menjalankan usahatani karet petani masih banyak menghadapi
kendala. Kendala yang dihadapi tersebut kurang lebih berasal dari diri petani
sendiri yaitu kurangnya modal untuk menggunakan input produksi secara optimal
sehingga dalam menjalankan usahatani terutama pembudidayaan tanaman karet
![Page 101: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/101.jpg)
83
belum sesuai dengan teknik budidaya, seperti harga bibit okulasi yang mahal
sehingga menyebabkan masih banyak petani menggunakan bibit dari biji
(seedling) atau hampir setengah dari jumlah populasi sampel petani di tempat
penelitian menggunakan bibit dari biji.
Pada usaha perkebunan karet, peremajaan tanaman membutuhkan modal
yang tidak sedikit dan membawa konsekuensi hilangnya pendapatan selama masa
tanaman belum menghasilkan. Masalah ketiadaan modal untuk peremajaan dan
hilangnya pendapatan selama tanaman belum menghasilkan dapat diatasi dengan
kombinasi pemanfaatan kayu karet tua hasil peremajaan dan peningkatan
produktivitas lahan di gawangan selama masa tersebut. Peningkatan produktivitas
lahan dapat dilakukan dengan penanaman bibitan karet di gawangan. Hasil
pengamatan di Balai Penelitian Sungei Putih menunjukkan bahwa hasil penjualan
kayu karet tua untuk bahan baku industri dari satu hektar tanaman karet dengan
jumlah tegakan 200 pohon per haktar pada saat peremajaan adalah sebesar
Rp10.465.800. Pada sistim karet + bibitan, hasil penjualan kayu dapat menutupi
biaya pembangunan kembali serta pemeliharaan kebun sampai dengan tahun ke-2.
Dengan harga jual stum sebesar Rp2.000, keuntungan per hektar tanaman karet
dengan pengusahaan bibit di gawangan adalah Rp24.458.400 pada tahun pertama
dan Rp25.118.067 pada tahun kedua. Pendapatan ini lebih dari cukup digunakan
untuk pemeliharaan tanaman utama sampai tanaman dapat disadap. Pada sistem
karet + kacangan penutup tanah, hasil penjualan kayu hanya dapat menutupi biaya
penanaman kembali tanaman karet sampai dengan tahun pertama. Adanya
pembibitan karet di gawangan tidak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
tanaman utama (Siagian, 2005)
Harga pupuk yang mahal menyebabkan banyak petani yang melakukan
pemupukan dengan frekuensi 1 kali dalam setahun dan sejumlah kecil yang
melakukan pemupukan 2 kali dalam setahun, dan ada juga sejumlah kecil petani
yang tidak memberikan pemupukan sama sekali yang diakibatkan faktor biaya
karena harga pupuk yang mahal sehingga produksi karet petani kurang optimal.
Dalam hal pengendalian hama penyakit, petani banyak yang kurang mengerti cara
pengendalian, sehingga tanaman yang terserang hanya dilakukan pengendalian
![Page 102: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/102.jpg)
84
seadanya bahkan ada yang tidak dilakukan pengendalian sama sekali sehingga
tanaman tidak bisa disadap lagi.
Selain kendala yang dihadapi dalam teknologi anjuran budidaya karet
kendala terbesar yang dihadapi petani adalah faktor sosial ekonomi petani itu
sendiri. Dalam segi pendidikan formal tingkat pendidikan petani rata-rata adalah
digolongkan rendah dan pengetahuan tentang usahatani dan budidaya karet petani
diperoleh hanya berdasarkan pengalamannya saja serta tidak adanya pendidikan
dan pelatihan yang diterima oleh petani dan walaupun ada sejumlah kecil petani
yang mengerti dalam teknologi anjuran budidaya karet, tetapi boleh dikatakan
tingkat pengetahuan petani tentang teknologi budidaya usahatani karet di daerah
penelitian masih kurang.
Berbagai upaya pelatihan teknis budidaya karet telah sering dilaksanakan
oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal sebagai
instansi pembina, namun masih mahalnya harga bibit dan pupuk menyebabkan
petani masih enggan melaksanakan teknis budidaya sesuai anjuran. Adanya bibit
unggul yang dijual dengan harga subsidi oleh pemerintah Kabupaten Mandailing
Natal sangat terbatas jumlahnya dan butuh waktu lama dengan daftar antrian
panjang bagi petani untuk mendapatkannya, hal ini dikarenakan lahan pembibitan
yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal
sebagai penyedia sangat terbatas, begitu juga dengan pupuk bersubsidi sangat sulit
didapatkan petani di kios-kios.
Butuh perhatian yang sangat besar dari Pemerintah Kabupaten Mandailing
Natal dalam hal ini untuk lebih meningkatkan pelaksanaan program-program
pelatihan teknis budidaya karet di tingkat petani, kerjasama dengan para
penangkar dalam pengadaan bibit unggul yang murah, serta pengawasan yang
lebih ketat dalam penyediaan pupuk bersubsidi di kios-kios penyedia. Peran
penyuluh sangat dibutuhkan terutama untuk membantu perbaikan teknis budidaya.
Upaya-upaya untuk peningkatan produktivitas karet rakyat dapat dilakukan
secara mandiri melalui peningkatan partisipasi dan pemberdayaan petani serta
masyarakat. Partisipasi harus melibatkan semua pihak yang berkepentingan
termasuk di dalamnya petani, pemerintah daerah, penyandang dana dan para
pengusaha karena masalah utama dalam pengembangan karet rakyat adalah
![Page 103: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/103.jpg)
85
mental ketergantungan petani, lemahnya koordinasi antar instansi, keterbatasan
anggaran, perubahan peran relasi antar pelaku (Supriadi, 2006)
Petani tidak hanya perlu dibekali pengetahuan teknologi budidaya karet,
namun perlu diberikan penyuluhan yang berorientasi pada penguatan sumber daya
manusianya, terutama yang berkaitan dengan sikap mental seperti rasa
kebersamaan yang tinggi dan sikap disiplin. Di samping itu perlu diperkuat
kelembagaan petani (figur pemimpin, dinamika kelompok, dan manajemen).
Pendampingan dari petugas lapangan secara regular dan kontinu sangat
dibutuhkan yang dilaksanakan dengan perencanaan program yang patisipatif
(Nancy dan Supriadi, 2005).
5. 3 Pemasaran Karet Rakyat
Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu sentra perkebunan
Karet di Propinsi Sumatera Utara. Dengan luasan yang mencapai 71.015 ha pada
tahun 2008 Kabupaten Mandailing Natal menjadi sentra tanaman karet dengan
lahan terluas di Propinsi Sumatera Utara (BPS Propinsi Sumatera Utara, 2009).
Dengan produksi karet yang cukup besar di kabupaten ini, maka rantai pemasaran
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dan keberlanjutan usaha tani
karet di Kabupaten Mandailing Natal. Dari penelitian yang dilakukan, rantai
pemasaran karet di Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari beberapa lembaga
tataniaga yaitu petani, pedagang pengumpul desa (PP 1), pedagang pengumpul
kecamatan (PP 2) dan pabrik. Lembaga-lembaga tataniaga ini relatif aktif
menjalankan aktifitasnya sepanjang tahun. Khusus untuk pedagang pengumpul
desa, ada pedagang yang selalu bergerak menjalani profesinya sepanjang tahun
dan ada juga yang merupakan pedagang musiman yang akan muncul bila harga
karet sedang tinggi.
Petani sebagai penjual dalam transaksi jual beli karet dapat mendatangi
pedagang pengumpul ataupun didatangi oleh pedagang pengumpul. Umumnya
petani yang didatangi pedagang pengumpul adalah petani yang memiliki luasan
kebun kakao yang relatif kecil sehingga produksinya pun kecil. Dengan produksi
yang sedikit untuk menjual ke pedagang tingkat kecamatan yang harganya lebih
baik membutuhkan biaya yang tentunya menjadi pertimbangan petani. Di samping
itu tuntutan kebutuhan yang ada membuat petani lebih memilih menjual cup lump
![Page 104: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/104.jpg)
86
karetnya ke pedagang pengumpul desa. Petani dengan kebun yang luas dan
produksi yang besar umumnya menjual langsung ke pedagang pengumpul tingkat
kecamatan karena tingkat harga yang berbeda dengan pedagang pengumpul desa.
tentunya dengan persyaratan kualitas cup lump karet yang lebih baik dari
pedagang pengumpul desa. Keuntungan yang didapat masih lebih baik dengan
jumlah cup lump karet yang besar, walaupun mengeluarkan biaya dalam
penjualannya (transportasi). Petani yang memiliki kedekatan jarak dengan pasar
pedagang tingkat kecamatan tentu saja dapat menjual cup lump karetnya langsung
ke pedagang pengumpul kecamatan.
Petani pada umumnya menjual hasilnya melalui pedagang pengumpul desa
maupun kecamatan pada setiap diadakannya pasar getah yaitu setiap hari pasar
pekan (sekali dalam seminggu) di pasar-pasar kecamatan. Pedagang pengumpul
desa dan kecamatan biasanya setelah diadakannya pasar getah tersebut kemudian
melakukan sortir, penjemuran dan terkadang disimpan di gudang baru kemudian
cup lump dijual ke tujuan pabrik pengolahan di luar Kabupaten Mandailing Natal.
Terdapat 4 pabrik tujuan penjualan cup lump karet tersebut yakni di Kota
Padangsidimpuan, di Kota Kiasaran, Kota Tebing Tinggi dan Padang Propinsi
Sumatera Barat. Pabrik yang terdekat adalah ke pabrik di Kota Padangsidimpuan,
namun para pedagang pengumpul tersebut lebih sering menjual cup lump karetnya
ke Tebing Tinggi atau ke Kisaran, selain karena mendapat harga lebih bagus,
mereka biasanya mengadakan penjanjian dan kontrak dengan pihak pabrik.
Harga pembelian cup lump dari petani oleh pedagang pengumpul desa dan
kecamatan sangat bervariasi karena adanya persaingan harga antara sesama
pedagang, dan ada juga karena mutu hasil cup lump yang cukup bagus dimana
pedagang memberikan harga yang lebih tinggi karena bahan yang dijual petani
sangat bagus, tidak mengandung bahan (misalnya: mengandung kayu, plastik,
tanah), maka petani memberikan harga yang tinggi dan cup lump tersebut sudah
sangat kering dan telah di jemur petani dalam beberapa hari, dan kriteria tersebut
dapat memberikan nilai lebih dalam pemberian harga dalam per kg-nya, begitu
juga sebaliknya apabila hasil cup lump banyak mengandung mengandung bahan
(reject) maka harga yang diberikan pedagang pengumpul dapat lebih rendah.
![Page 105: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/105.jpg)
87
Harga yang cenderung berubah-ubah ditentukan oleh pasar yang tidak dapat
diubah oleh satu pihak saja baik petani maupun lembaga pemasaran, sehingga
yang dapat dilakukan petani hanyalah mengurangi kerugian jika harga karet turun,
terutama pada saat musim penghujan dan musim gugur daun dan berganti daun
tanaman karet. Adanya persaingan harga harusnya disikapi dengan persaingan
yang dilakukan dengan cara yang sehat dengan harga terbuka dan memilih mutu
pembelian cup lump dengan kualitas yang baik .
Dalam hal penentuan harga pihak pabrik mempunyai acuan tertentu, dan
sudah ada ketentuan waktu tertentu adanya musim gugur atau berganti daun,
sehingga para pedagang seharusnya memilih mutu atau kualitas bahan cup lump
yang bagus dan tidak mengandung bahan (misalnya : cup lump bercampur dengan
kayu, tanah plastik) agar pabrik memberikan harga nothering yang bagus sesuai
dengan kriterianya. Adapun kriteria kadar penjualan mutu yang terbaik di
remeling adalah sebagai berikut :
a. Nomor 1 = Kualitas C (asli mengandung cup lump)
b. Nomor 2 = Kualitas B (mengandung kotoran ringan seperti; kayu tipis)
c. Nomor 3 = Kualitas F (bahan reject / kotor, mengandung kayu campur tanah).
Berdasarkan semua kriteria tersebut pabrik memberikan harga dan kadar yang
berlaku sesuai dengan jenis bahan cup lump yang di jual pedagang pengumpul
dengan ketentuan yang telah disepakati oleh pihak pabrik.
Di Kabupaten Mandailing Natal sebagian besar petani menjual karet dalam
bentuk cup lump karet kualitas rendah. Dalam pemasaran cup lump karet ini
terdapat tiga saluran pemasaran mulai dari petani hingga pabrik. Saluran pertama
petani menjual kepada pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul desa
menjualm kepada pedagang pengumpul kecamatan (biasanya pada saat hari pekan
kecamatan), pedagang pengumpul kecamatan menjual ke pabrik. Saluran kedua,
petani menjual langsung ke pedagang kecamatan pada hari pekan kecamatan,
pedagang kecamatan menjual ke pabrik. Saluran ketiga, petani menjual ke
pedagang desa, pedagang desa langsung menjual ke pabrik. Petani dapat dengan
bebas memilih saluran pemasaran yang disukainya. Hal tersebut lebih didasarkan
pada pertimbangan petani sendiri yang umumnya mempertimbangkan faktor
kemudahan transaksi, jarak ke pasar dan faktor harga yang lebih baik. Secara
![Page 106: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/106.jpg)
88
ringkas saluran pemasaran cup lump karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal
disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11 Saluran pemasaran cup lump karet rakyat di Kabupaten Mandailing
Natal kondisi tahun 2010.
Keterangan :
Saluran I : Pedagang Pengumpul Desa membeli dari petani, kemudian dijual ke
Pedagang Pengumpul Kecamatan, selanjutnya Pedagang Pengumpul
Kecamatan menjual ke Pabrik.
Saluran II : Petani menjual langsung ke Pedagang Pengumpul Kecamatan,
selanjutnya Pedagang Pengumpul Kecamatan menjual ke Pabrik.
Saluran III : Pedagang Pengumpul Desa membeli dari petani, kemudian menjual
langsung ke Pabrik.
5.3.1 Margin Tata Niaga
Analisis margin tata niaga digunakan untuk mengetahui nilai margin harga
cup lump karet antara petani dan pabrik. Disamping itu, dari analisis ini juga dapat
diketahui nilai keuntungan dan biaya yang dikeluarkan pada masing-masing
lembaga pemasaran. Margin tata niaga dihitung dengan mengurangkan harga jual
cup lump karet ditingkat petani dengan harga beli pabrik.
Pada matriks keragaan pasar cup lump karet rakyat di Kabupaten
Mandailing Natal tahun 2010 dapat dilihat (Tabel 16) diketahui bahwa terdapat
dua nilai margin tata niaga antara tiga saluran pemasaran yang ada. Pada saluran
pemasaran I dan pemasaran III margin tata niaga memiliki nilai yang sama yaitu
PETANI
PEDAGANG PENGUMPUL DESA
(PP 1)
PABRIK
PEDAGANG PENGUMPUL
KECAMATAN (PP 2)
I
II
III
![Page 107: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/107.jpg)
89
sebesar Rp12.000. Margin tata niaga pada saluran pemasaran II relatif lebih kecil
yaitu sebesar Rp10.000. Hal ini menunjukkan bahwa saluran pemasaran II lebih
menguntungkan bagi petani dibandingkan dua saluran pemasaran yang lain.
Tabel 16 Matriks keragaan pasar cup lump karet rakyat di Kabupaten
Mandailing Natal tahun 2010
No Jenis analisis Jalur pemasaranNilai per kg cup
lump karet
1 Saluran I 13.000Rp
(Petani - PP I - PP II - Pabrik) 52%
Saluran II 15.000Rp
(Petani - PP II - Pabrik) 60%
Saluran III 13.000Rp
(Petani - PP I - Pabrik) 52%
2 Margin pemasaran Saluran I 12.000Rp
(Petani - PP I - PP II - Pabrik) 48%
Saluran II 10.000Rp
(Petani - PP II - Pabrik) 40%
Saluran III 12.000Rp
(Petani - PP I - Pabrik) 48%
3 Arus informasi Pabrik - PP II - PP I - Petani
Bagian harga yang
diterima petani
Sumber : Data primer (diolah)
Pada saluran pemasaran II, lembaga yang terlibat lebih pendek sehingga
biaya yang masuk ke saluran pemasaran lebih kecil dan tentu saja menguntungan
bagi petani. Pada saluran pemasaran I dan III, rantai pemasaran relatif panjang
dan keuntungan bagi pedagang pengumpul desa yang cukup besar menjadikan
keuntungan yang diterima petani semakin kecil (margin tata niaga menjadi lebih
besar).
Berdasarkan survei yang dilakukan pada tiga saluran pemasaran yang ada di
Kabupaten Mandailing Natal didapatkan bahwa bagian harga yang diterima petani
masih cukup rendah yaitu 52% pada saluran pemasaran I dan III, dan 60 % pada
saluran pemasaran II. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja tataniaga cup lump
karet di Kabupaten Mandailing Natal belum cukup baik. Hampir 50% keuntungan
petani hilang di rantai pemasaran yang ada.
Pada saluran pemasaran I dan III, yang umumnya dilakukan oleh petani
dengan produksi cup lump karet yang relatif kecil, cup lump karet dijual kepada
![Page 108: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/108.jpg)
90
pedagang pengumpul desa. Terkadang pedagang pengumpul yang mendatangi
petani untuk membeli cup lump karet. Hal ini membuat pedagang mengeluarkan
biaya transportasi yang akhirnya dibebankan pada harga yang diberikan kepada
petani. Disamping itu, pedagang biasanya menawar cup lump karet petani dengan
kualitas rendah (kadar air tinggi, mangandung kotoran seperti kayu dan tanah,
terutama yang dicampur dengan TSP untuk penggumpalan).
Kualitas yang lebih rendah dari standar umum penjualan tersebut
menyebabkan adanya pemotongan harga kembali bagi petani. Hal ini yang
menyebabkan rendahnya harga yang diterima petani yaitu sebesar Rp13.000 (52%
dari harga pabrik). Petani yang menerima harga tersebut beralasan harga tersebut
sudah cukup menguntungkan. Selain itu adanya tuntutan biaya hidup membuat
petani memilih saluran penjualan yang mudah dan cepat mendapatkan uang.
Pada saluran pemasaran II, petani langsung menjual cup lump karet ke
pedagang pengumpul tingkat kecamatan. Umumnya saluran pemasaran ini
dilakukan oleh petani yang memiliki produksi cup lump karet yang besar. Kualitas
cup lump karet yang dijual relatif lebih baik. Walaupun terkadang petani
mengeluarkan biaya untuk transportasi dalam penjualannya ke pedagang tingkat
kecamatan, pemilihan saluran pemasaran ini dianggap lebih menguntungkan.
Harga cup lump karet tingkat petani pada saluran pemasaran ini sebesar Rp15.000
(60% dari harga cup lump karet di pasar pabrik). Para petani yang memiliki lokasi
kebun dekat dengan pasar mingguan kecamatan sebagian juga melakukan saluran
pemasaran ini.
Dalam tataniaga cup lump karet di Kabupaten Mandailing Natal, arus
informasi harga berasal dari pabrik, kemudian diteruskan ke pedagang tingkat
kecamatan, pedagang tingkat desa hingga ke petani. Arus informasi ini
menjadikan petani sebagai penerima harga. Akibatnya petani terkadang menjadi
pihak yang cukup dirugikan. Masalah kualitas cup lump karet merupakan alat
yang digunakan pedagang untuk menekan harga cup lump karet.
Dari segi keuntungan, akumulasi keuntungan diluar petani pada saluran
pemasaran I yaitu sebesar 20,88%. Pada saluran pemasaran II akumulasi
keuntungan sebesar 17,95% dan saluran ketiga sebesar 20,96%. Akumulsi
keuntungan saluran I dan III berbeda karena transaksi jual beli pada saluran I
![Page 109: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/109.jpg)
91
dilakukan di pasar, dimana di pasar tersebut pedagang pengumpul kecamatan
harus mengeluarkan ongkos lapangan sebesar Rp20/kg. Keuntungan terbesar yang
didapatkan oleh lembaga pemasaran (selain petani) pada masing-masing saluran
pemasaran didapatkan oleh pedagang pengumpul kecamatan dan pedagang
pengumpul desa. Pada saluran pemasaran I, keuntungan terbesar didapatkan oleh
pedagang pengumpul kecamatan sebesar 16,12% dari harga jualnya di pabrik.
Begitu juga dengan saluran pemasaran II juga didapatkan oleh pedagang
pengumpul kecamatan dengan persentase yang sama dengan keuntungan yang di
dapat pada saluran pemasaran I. Pada saluran pemasaran III, keuntungan terbesar
di dapatkan oleh pedagang pengumpul desa sebesar 20,96% dari harga cup lump
karet yang dijual ke pabrik.
Dari segi biaya, akumulasi biaya pemasaran diluar petani dari saluran
pemasaran I yaitu sebesar 27,12%. Pada saluran pemasaran II akumulasi biaya
mencapai 23,88% dan pada saluran III akumulasi biaya mencapai 27,04% dari
harga cup lump karet di pabrik. Lembaga pemasaran diluar petani yang
mengeluarkan biaya terbesar dalam saluran pemasaran cup lump karet adalah
pedagang pengumpul desa pada saluran pemasaran III. Walaupun biaya yang
dikeluarkannya relatif besar dibandingkan lembaga pemasaran lain, pedagang
pengumpul tersebut tetap mendapatkan keuntungan yang paling besar dari
lembaga pemasaran yang ada.
Hal ini dikarenakan rantai pemasaran yang dijalani lebih pendek dibanding
lembaga pemasaran yang lain, terutama karena tidak perlu melalui transaksi di
pasar yang menyebabkan biaya yang lebih besar yakni dengan adanya ongkos
lapangan. Perkembangan harga ditingkat pasar eksportir relatif lebih mudah untuk
di pantau oleh pihak pabrik. Dengan demikian pabrik dapat selalu mengatur harga
sehingga cukup menguntungkan bagi dirinya, terutama karena adanya perjanjian-
perjanjian kontrak pembelian antara pedagang-pedagang pengumpul dengan
pabrik.
Belum adanya sumber informasi tentang harga yang bisa diakses langsung
oleh petani atau kelompok tani dengan mudah merupakan hal yang mesti
dipikirkan oleh semua pihak. Peran pemerintah dalam hal ini cukup diharapkan
karena memiliki kemampuan dalam penyediaan sumber daya manusia maupun
![Page 110: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/110.jpg)
92
sarana prasarana yang mendukung. Secara lengkap nilai margin dan persentase
margin penjualan per kilogram cup lump karet pada masing-masing pelaku pasar
dan saluran pemasaran cup lump karet rakyat pada tahun 2010 di Kabupaten
Mandailing Natal disajikan dalam Tabel 17.
Tabel 17 Nilai margin dan persentase margin penjualan per kilogram cup lump
karet pada masing-masing pelaku pasar dan saluran pemasaran cup
lump karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal, tahun 2010
No
1 Petani Rp % Rp % Rp %
Biaya-biaya - - 810 3,24 - -
Harga Jual 13.000 52,00 15.000 60,00 13.000 52,00
2
a. Harga beli 13.000 52,00 - - 13.000 52,00
b. Biaya-biaya 810 3,24 - - 6.760 27,04
- Upah Tenaga Kerja
(muat, bongkar, jemur,
menimbang)
60 0,24
- -
160 0,64
- Transportasi 100 0,40 - - 700 2,80
- Penyusutan 650 2,60 - - 5.900 23,60
c. Keuntungan 1.190 4,76 - - 5.240 20,96
d. Harga Jual 15.000 60,00 - - 25.000 100,00
3
a. Harga beli 15.000 60,00 15.000 60,00 - -
b. Biaya-biaya 5.970 23,88 5.970 23,88 - -
-
Upah Tenaga Kerja
(muat, bongkar, jemur,
menimbang)
100 0,40 100 0,40 - -
- Ongkos lapangan 20 0,08 20 0,08 - -
- Transportasi 600 2,40 600 2,40 - -
- Penyusutan 5.250 21,00 5.250 21,00 - -
c. Keuntungan 4.030 16,12 4.030 16,12 - -
d. Harga Jual 25.000 100,00 25.000 100,00 - -
4 Pabrik
a. Harga beli 25.000 100,00 25.000 100,00 25.000 100,00
Pedagang Pengumpul II
(Pengumpul Tk. Kecataman di
pasar mingguan)
Saluran Pemasaran III
Pedagang Pengumpul I
(Pengumpul Tk. Desa)
Pelaku Pasar Saluran Pemasaran I Saluran Pemasaran II
Sumber : Data primer (diolah)
![Page 111: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/111.jpg)
93
5.3.2 Integrasi Pasar
Model acuan yang digunakan untuk menduga keterpaduan pasar dalam hal
keterkaitan kenaikan penurunan harga cup lump karet ditingkat petani dengan
pabrik adalah model yang dikembangkan oleh Ravallion (1986), Heytens (1986),
dan Timer (1987). Data harga cup lump karet yang digunakan adalah data time
series per bulan dari tahun 2008-2010 yang didapat dari berbagai sumber
(Lampiran 36) . Hasil analisis yang dilakukan seperti terlihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Hasil dugaan parameter keterpaduan pasar cup lump karet rakyat di
Kabupaten Mandailing Natal
Peubah β Standar error
of Beta P-level
Bedakala satu bulan harga riel cup
lump karet tingkat petani (Pft-1)
0,733 0,125 0,000002
Perubahan harga riel cup lump
karet tingkat pabrik (Pet – Pet-1)
0,197 0,122 0,127
Bedakala satu bulan harga riel cup
lump karet tingkat pabrik (Pet-1)
0,191 0,047 0,0003
R = 0,971 R2 = 0,944 Adjusted R
2 = 0,938
Dari Tabel 18 di atas, dihasilkan persamaan regresi harga cup lump karet tingkat
petani (Pft) yang digunakan untuk analisis keterpaduan pasar sebagai berikut :
Pft = (1+b1) Pft-1 + b2 (Pet – Pet-1) + (b3 – b1)Pet-1
menjadi
Pft = 0,733 Pft-1 + 0,197 (Pet – Pet-1) + 0,191 Pet-1
Dengan acuan persamaan (2) pada Bab III, maka persamaan regresi diatas
dapat diinterprestasikan bahwa koefisien b2 yang pada persamaan regresi diatas
bernilai 0,197 merupakan nilai elastisitas transmisi harga. Elastisitas transmisi
harga ini menunjukkan bahwa apabila terjadi perubahan harga ditingkat pabrik
karet sebesar 1 persen maka akan mengakibatkan perubahan harga di tingkat
petani karet sebesar 0,197 persen, ceteris paribus. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa perubahan harga pada tingkat pabrik tidak ditransmisikan secara sempurna
kepada petani.
![Page 112: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/112.jpg)
94
Dari persamaan regresi diatas juga dapat diinterprestasikan bahwa pengaruh
harga cup lump karet tingkat petani bulan sebelumnya terhadap pembentukan
harga cup lump karet bulan berjalan lebih besar dibandingkan pengaruh harga di
tingkat pabrik tahun sebelumnya. Hal itu terlihat dari nilai kontribusi harga pada
periode sebelumnya terhadap harga petani sekarang pada pasar lokal sebesar
0,733 (sekaligus sebagai nilai koefisien: 1+b1). Nilai kontribusi harga pabrik
tahun sebelumnya terhadap harga petani tahun berjalan sebesar 0,191 (sekaligus
sebagai nilai koefisien: b3–b1).
Untuk mengetahui tinggi rendahnya keterpaduan pasar antara harga pasar
lokal atau harga tingkat petani dengan harga pasar acuan atau harga tingkat pabrik
maka harus diketahui nilai Index of Marketing Connection (IMC) dimana
IMC=(1+b1)/(b3–b1) merupakan indeks hubungan kedua pasar tersebut. IMC
yang semakin mendekati nol menunjukkan bahwa terjadi keterpaduan harga pasar
dalam jangka panjang antara pasar lokal dengan pasar acuan. Dari hasil
perhitungan didapatkan bahwa nilai IMC untuk harga cup lump karet tingkat
petani di Kabupaten Mandailing Natal dengan harga cup lump karet tingkat pabrik
di Propinsi Sumatera Utara sebesar 3,83. Nilai IMC tersebut menunjukkan bahwa
belum terjadi keterpaduan antara kedua tingkat harga pasar tersebut. Hal ini
diduga terjadi karena adanya senjang informasi di tingkat petani. Petani umumnya
menerima informasi harga hanya dari pedagang pengumpul yang ada. Pedagang
pengumpul dengan dalih mutu cup lump karet petani yang rendah dapat menekan
harga beli dari petani, akibatnya petani menjadi pihak yang dirugikan.
Dari dua analisis yang dilakukan di atas menunjukkan bahwa belum terjadi
keefisienan dalam kinerja pemasaran cup lump karet di Kabupaten Mandailing
Natal. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh panjangnya rantai pemasaran yang
ada dan adanya senjang informasi harga yang terjadi. Di samping itu rendahnya
kualitas cup lump karet juga merupakan hal yang menyebabkan rendahnya nilai
jual produk dari petani.
Ketidakefisienan rantai pemasaran yang ada yang cenderung merugikan
petani dapat diatasi dengan dibentuknya kelembagaan pemasaran bersama di
kalangan petani. Kelembagaan seperti koperasi ataupun kelompok tani perlu
diaktifkan dan diberdayakan dalam proses pemasaran. Setidaknya dalam
![Page 113: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/113.jpg)
95
memperpendek rantai pemasaran yang telah ada sehingga cup lump karet petani
dapat langsung dijual ke pedagang besar (pabrik).
Peningkatan mutu produk cup lump karet rakyat merupakan solusi agar
produk ini memiliki keunggulan kompetitif, karena aspek mutu merupakan
sesuatu yang perlu terus ditingkatkan dan dijaga, sehingga menjadi keunggulan
kompetitif bagi daerah dan tentunya berdampak pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Hal konkrit yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan informasi rutin
yang akurat tentang perkembangan harga cup lump karet melalui media
komunikasi berupa radio, surat kabar, televisi ataupun lewat tenaga-tenaga
lapangan seperti penyuluh-penyuluh pertanian yang mempunyai intensitas
pertemuan yang tinggi dengan petani serta perlunya pembentukan kelompok-
kelompok tani bahkan KUD petani untuk meningkatkan posisi tawar (bargaining
position) petani dalam pemasaran karet.
Perlunya membangun pabrik karet untuk memperpendek jalur pemasaran
cup lump karet di Kabupaten Mandailing Natal sudah layak untuk direalisasikan,
mengingat bahan baku sudah cukup tersedia. Hal ini terlihat dari produktivitas
karet rakyat Mandailing Natal cukup banyak dan pada saat ini menduduki
peringkat pertama penghasil karet terbanyak di Sumatera Utara. Produksi karet di
Kabupaten Mandailing Natal tahun 2008 sebesar 34.615 ton atau 95 ton/hari,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik crumb rubber dengan
kapasitas 70 ton/hari masih terdapat surplus bahan baku.
Pada tahun 2009 usulan pendirian pabrik Crumb Rubber di daerah
penelitian telah direncanakan dan disetujui oleh pemerintah kabupaten Mandailing
Natal, namun sampai dengan saat ini belum terealisasi. Menurut Kepala Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal terdapat banyak kendala
dalam mencari investor dan menentukan lokasi pabrik. Perlu adanya usaha yang
lebih keras lagi dari Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal untuk realisasi
pembangunan pabrik karet di Kabupaten Mandailing Natal dengan kerjasama
dengan pihak investor dan masyarakat.
![Page 114: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/114.jpg)
96
5.4 Arahan Kebijakan Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat di
Kabupaten Mandailing Natal
5.4 1. Persebaran Lokasi Arahan Pengembangan Tanaman Karet
Tujuan memetakan lokasi arahan untuk pengembangan tanaman karet
adalah memberikan arahan agar masyarakat mendapatkan gambaran wilayah-
wilayah yang sesuai untuk budidaya tanaman karet berdasarkan aspek spasial dan
aspek biofisik. Aspek spasial bermakna bahwa lahan yang akan diarahkan tersebut
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Aspek biofisik yang
dimaksudkan adalah bahwa lahan yang akan diarahkan merupakan lahan yang
sesuai berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan.
Dalam rangka memetakan lokasi yang manjadi arahan pengembangan
tanaman karet di Kabupaten Mandailing Natal maka diperlukan peta arahan
pengembangan yang merupakan hasil dari overlay peta kesesuaian lahan aktual,
peta kawasan hutan Kabupaten Mandailing Natal dan peta penggunaan lahan. Dari
peta Kawasan Hutan Kabupaten Mandailing Natal, arahan pengembangan
ditujukan ke kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) dan kawasan hutan produksi.
Areal Penggunaan Lain adalah areal bukan kawasan hutan. Dalam penelitian ini
pengembangan karet juga diarahkan pada kawasan hutan produksi. Hal ini untuk
memanfaatkan peluang pemanfaatan hutan secara lestari dan berkelanjutan untuk
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor: 6 tahun 2007 jo PP nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan dan Peraturan
Menteri Kehutanan nomor: P.37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan
serta Peraturan Menteri Kehutanan nomor: P.49/Menhut-II/2008 jo nomor:
P.14/Menhut-II/2010 tentang Hutan Desa. Dalam peraturan-peraturan tersebut
disebutkan bahwa kawasan hutan produksi dan hutan lindung dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk peningkatan kesejahteraannya namun harus sesuai dengan
peraturan dan kaidah-kaidah pelestarian kehutanan.
Tanaman karet secara tradisional dikenal sebagai tanaman perkebunan.
Namun, kini tanaman karet juga dikenal sebagai tanaman hutan. Bahan tanaman
yang digunakan untuk hutan karet ini berasal dari biji atau seedling. Perkebunan
karet memiliki potensi untuk konservasi lingkungan, yaitu sebagai penambat CO2
![Page 115: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/115.jpg)
97
yang efektif . Di samping itu, kayu karet memiliki corak dan kualitas yang baik
sehingga dapat mensubstitusi beberapa jenis kayu yang dieksploitasi dari hutan.
Selain itu, kayu karet mempunyai prospek yang cerah sebagai bahan baku industri
untuk menyubstitusi kayu hutan alam meningkat ketersediaannya sangat besar dan
diharapkan terus mengingat sejalan dengan adanya peremajaan tanaman karet tua.
Kayu karet mempunyai sifat-sifat fisik, mekanis, dan kimia yang setara dengan
kayu hutan alam, sehingga tanaman karet sangat cocok untuk dikembangkan di
kawasan hutan produksi sebagai pelindung kawasan konservasi selain untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang hidup di sekitar hutan dengan klon-
klon anjuran seperti BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5,
IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, DAN IRR 118 yang direkomendasikan untuk
di kembangkan dalam skala luas sebagai penghasil lateks sekaligus kayu.
(Boerhendhy, 2006).
Dari peta penggunaan lahan arahan pengembangan diarahkan kepada
penggunaan lahan kebun rakyat, padang rumput, alang-alang, semak, dan tegalan.
Pemilihan penggunaan lahan diatas dengan alasan masing-masing merupakan
lahan yang belum termanfaatkan secara optimal (kecuali penggunaan lahan kebun
rakyat) sehingga diharapkan dengan arahan ini pemanfaatan lahan tersebut dapat
memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat. Penggunaan lahan kebun
rakyat sengaja dimasukkan sebagai arahan karena diperkirakan banyak tanaman
perkebunan rakyat di Kabupaten Mandailing Natal yang sebagian besar kebun
campuran sudah tidak produktif lagi. Tingginya minat masyarakat untuk
mengembangkan tanaman karet dan prospek pengembangan tanaman karet yang
cerah serta pertimbangan economic scale, sangat dimungkinkan adanya
masyarakat yang menginginkan mengganti tanaman perkebunannya dengan
tanaman karet. Untuk mengakomodir minat masyarakat yang tinggi tersebut,
maka arahan pengembangan tanaman karet dilakukan dengan memasukkan
penggunaan lahan kebun rakyat sebagai salah satu arahan pengembangan.
Pembuatan peta lokasi arahan pengembangan tanaman karet ini baru sebatas
mengarahkan masyarakat bahwa lokasi-lokasi tersebut sesuai secara fisik dan
spasial untuk pengembangan tanaman karet, belum mempertimbangkan
keberadaan tanaman perkebunan lain di lokasi tersebut atau bukan merupakan
![Page 116: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/116.jpg)
98
pewilayahan komoditas perkebunan. Artinya masyarakat dipersilahkan untuk
mengambil keputusan sendiri komoditi apa yang akan dikembangkannya. Hal ini
merupakan salah satu kelemahan penelitian ini. Dalam penelitian ini, komoditas
karet sengaja dijadikan obyek karena tanaman ini merupakan tanaman yang
memiliki prospek pasar yang cerah, diminati masyarakat, telah diusahakan secara
turun temurun dan merupakan tanaman perkebunan utama di Kabupaten
Mandailing Natal. Pengunaan lahan pada lahan basah tidak diarahkan untuk
pengembangan tanaman karet karena lahan basah merupakan modal yang sangat
penting bagi ketahanan pangan daerah. Sebagian besar lahan basah di Kabupaten
Mandailing Natal ditanami padi dan tanaman pangan lain seperti jagung, kedelai,
dan kacang tanah.
Lokasi arahan pengembangan tanaman karet dibagi menjadi beberapa
prioritas arahan dengan mempertimbangkan ketentuan arahan pengembangan
perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal (Tabel 4), status areal
kawasan hutan, kelas kesesuaian lahan, penggunaan lahan saat ini dan hasil
analisis kelayakan finansial. Lahan kelas S1 dan S2 dengan penggunaan lahan
padang rumput, alang-alang, semak dan tegalan di luar kawasan hutan yang sesuai
untuk pertanaman Karet sudah tidak tersedia lagi di Kabupaten Mandailing Natal
dan tanaman karet tua tidak terdapat di areal kesesuaian lahan S1, sehingga lahan-
lahan tersebut tidak dipertimbangkan dalam penentuan prioritas arahan
pengembangan Karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal. Areal HTR yang
telah ditetapkan semuanya berada pada kelas kesesuaian lahan S3. Pembagian
prioritas arahan pengembangan dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Pembagian prioritas arahan pengembangan karet rakyat di Kabupaten
Mandailing Natal
Prioritas
lokasi
arahan
Kelas
kesesuaian Penggunaan lahan (ketersediaan)
Prioritas I S3 Padang rumput, alang-alang, semak belukar di luar
kawasan hutan
Prioritas II S2 Kebun karet tua di luar kawasan hutan
Prioritas III S3 Kebun karet tua di luar kawasan hutan, areal yang
telah ditetapkan sebagai areal HTR
Prioritas IV S1,S2,S3
Padang rumput, alang-alang, semak belukar, karet
tua di dalam kawasan Hutan Produksi, kebun rakyat
di APL dan HP
![Page 117: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/117.jpg)
99
Pembagian prioritas lokasi arahan pengembangan karet berdasarkan
kawasan hutan, aspek kelas kesesuaian lahan dan penggunaan lahan saat ini.
Kawasan hutan menjadi kriteria utama pemprioritasan. Oleh karena itu, lahan-
lahan yang berada di luar kawasan hutan berada pada prioritas yang lebih utama.
Kelas kesesuaian lahan menjadi bahan pertimbangan untuk penentuan prioritas
selanjutnya dan pertimbangan berikutnya adalah penggunaan lahan saat ini serta
mempertimbangkan arahan pengembangan wilayah Kabupaten Mandailing Natal.
Prioritas satu diarahkan pada lahan-lahan yang belum dimanfaatkan oleh
masyarakat (tersedia), yaitu pada lahan semak, padang rumput, tegalan, dan alang-
alang dan berada di luar kawasan hutan. Prioritas kedua diarahkan pada kebun-
kebun karet tua yang berada di luar kawasan hutan yang merupakan salah satu
program yang harus dipercepat pemerintah Kabupaten Mandailing Natal. Prioritas
ketiga diarahkan pada kebun-kebun karet tua yang berada dalam kawasan hutan
produksi dan areal yang telah dicadangkan oleh Menteri Kehutanan sebagai Hutan
Tanaman Rakyat dimana sesuai hasil kesepakatan masyarakat (koperasi) dan
pemerintah akan ditanami karet rakyat.
Prioritas keempat adalah lahan-lahan yang telah digunakan mayarakat yaitu
pada penggunaan lahan kebun rakyat. Lahan arahan pada perkebunan rakyat
dimasukkan dalam prioritas untuk mengakomodir minat masyarakat terhadap
pertanaman karet. Penggunaan lahan ini untuk pengembangan tanaman karet tentu
akan mengeluarkan biaya yang lebih besar dibandingkan bila lahan tersebut belum
diusahakan dan lahan-lahan karet tua yang memang sudah saatnya untuk
diremajakan atau dibongkar. Areal dengan penggunaan lahan baik semak, padang
rumput, tegalan, dan alang-alang, kebun karet tua dan kebun rakyat tidak
produktif yang berada di dalam kawasan hutan produksi juga diarahkan untuk
pengembangan karet untuk mengakomodir peraturan pemerintah dan menteri
kehutanan bahwa perkebunan karet di dalam kawasan hutan produksi dapat
diusahakan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan sebagai
penyangga bagi hutan lindung dan hutan konservasi.
Lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman karet di Kabupaten
Mandailing Natal terdapat pada 23 kecamatan dengan total luasan 201.875 ha
atau 30,84% dari luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Kecamatan dengan
![Page 118: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/118.jpg)
100
lahan berpotensi terluas adalah kecamatan Muara Batang Gadis dengan luasan
71.406 ha (10,91%), diikuti dengan kecamatan Natal dan Batahan dengan luasan
masing-masing 17.993 ha (2,75%) dan 12.691 ha (1,94%). Luasan lahan arahan
pengembangan tanaman karet pada masing-masing kecamatan beserta
pemprioritasannya tersaji dalam Tabel 20.
Tabel 20 Luasan lokasi arahan pengembangan perkebunan karet rakyat beserta
pemprioritasannya di Kabupaten Mandailing Natal
1 Batahan 21.700 2.733 - - 9.959
2 Batang Natal 67.273 177 - - 11.021
3 Bukit Malintang 4.711 223 - 9 766
4 Huta Bargot 9.605 - - - 706
5 Kotanopan 19.351 1.365 118 3.654 4.752
6 Lembah Sorik Marapi 918 - 652 47 1.578
7 Lingga Bayu 12.231 1.924 - - 9.170
8 Muara Batang Gadis 104.205 1.127 - 5 70.274
9 Muarasipongi 11.766 63 - 405 888
10 Naga Juang 4.178 8 - - 595
11 Natal 65.084 3.633 - - 14.361
12 Pakantan - - - - 6.918
13 Panyabungan 13.200 914 510 3.900 5.668
14 Panyabungan Barat 6.937 93 20 39 627
15 Panyabungan Selatan 5.835 - 94 62 473
16 Panyabungan Timur 23.577 119 - 4.952 6.481
17 Panyabungan Utara 3.990 - 12 151 1.498
18 Puncak Sorik Marapi 4.652 21 - - 255
19 Ranto Baek 16.194 0 - - 2.171
20 Siabu 20.630 172 106 816 7.359
21 Sinunukan 8.259 163 - - 5.684
22 Tambangan 5.323 1.431 415 2.183 4.957
23 Ulu Pungkut 23.048 570 - 116 2.712
Total 452.667 14.735 1.927 16.341 168.871
Prioritas arahan pengembangan karet
KecamatanNo Bukan
Arahan
Prioritas
I
Prioritas
II Prioritas III Prioritas IV
Secara spasial lokasi arahan pengembangan tanaman karet di Kabupaten
Mandailing Natal dapat dilihat pada Gambar 12.
5.4.2 Arahan Kebijakan Pengembangan Karet Rakyat di Kabupaten
Mandailing Natal
Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal sangat berpotensi
untuk terus dikembangkan. Hal tersebut didasarkan pertimbangan prospek
pengembangan tanaman karet ke depan masih sangat menjanjikan yang dapat
dilihat dari adanya dukungan pemerintah berupa dilaksanakannya Program
Revitalisasi Perkebunan yang mulai dicanangkan tahun 2007 ini, dimana salah
![Page 119: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/119.jpg)
101
Gambar 12 Peta Arahan Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat
di Kabupaten Mandailing Natal
![Page 120: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/120.jpg)
102
satu kegiatan dalam program tersebut adalah pengembangan tanaman karet di
seluruh Indonesia. Potensi pengembangan perkebunan karet rakyat juga terlihat
dari tingginya minat masyarakat terhadap tanaman karet. Hal tersebut terlihat dari
pertumbuhan luasan tanaman karet lima tahun terakhir yang mencapai 71.68%
(Dirjend Perkebunan, 2009). Dalam rangka mengakomodir peluang tersebut,
maka perlu suatu perencanaan pengembangan perkebunan karet rakyat ke depan,
dengan mempertimbangkan berbagai aspek sehingga perkebunan karet rakyat
tersebut bermanfaat bagi masyarakat terutama dalam peningkatan kesejahteraan
dan memacu kinerja pembangunan daerah.
Berdasarkan aspek fisik lahan, tata ruang, dan penggunaan lahan maka lahan
arahan untuk pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing
Natal terdapat seluas 201,875.31 ha. Lahan tersebut tersebar di 23 kecamatan di
Kabupaten Mandailing Natal. Secara umum lahan tersebut termasuk dalam kelas
kesesuaian sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3).
Kecamatan dengan luasan arahan terbesar terdapat di kecamatan Muara Batang
Gadis.
Berdasarkan analisis finansial, pengusahaan perkebunan karet rakyat pada
masing-masing kelas kesesuaian lahan (S1, S2 dan S3) di Kabupaten Mandailing
Natal cukup menguntungkan. Walaupun demikian, rantai pemasaran karet petani
masih kurang efisien. Hal tersebut menyebabkan bagian keuntungan yang
diterima petani menjadi lebih kecil. Ketidakefisienan rantai pemasaran ini
disebabkan oleh panjangnya rantai pemasaran dan adanya senjang informasi
harga.
Peran penyuluh dan kelompok tani untuk pengembangan perkebunan karet
di Kabupaten Mandailing Natal dianggap sangat penting. Penyuluh dan kelompok
tani merupakan suatu bentuk kelembagaan di pedesaan yang berfungsi sebagai
agen pembaharu di lingkungan petani. Hal ini dikarenakan peran penyuluh dan
kelompok tani sangat efektif sebagai media penyalur informasi, transformasi ilmu
dan teknologi, dan media petani untuk saling bekerja sama dan bertukar informasi
dalam rangka efisiensi dan meningkatkan nilai tawar produk yang dihasilkan.
Hubeis (1992) menyebutkan bahwa peranan penyuluh adalah (1) memberi
kemampuan masyarakat melihat permasalahan, (2) mendifusikan dan
![Page 121: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/121.jpg)
103
membimbing proses adopsi inovasi, (3) mendampingi proses pemecahan masalah,
dan (4) menjadi mediator antara pembuat kebijakan pembangunan dan khalayak
sasaran. Tentunya apabila peranan penyuluh dan kelompok tani berjalan dengan
baik akan sangat membantu petani dalam mengatasi permasalahannya sehingga
akhirnya akan berkorelasi positif terhadap peningkatan produktifitas pertanian dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dengan paradigma pembangunan pertanian saat ini yang menuntut adanya
kemauan dan inisiatif dari masyarakat. Dalam rangka peningkatan kinerja
pengusahaan perkebunan karet rakyat secara keseluruhan di Kabupaten
Mandailing Natal, maka keberadaan penyuluh dan mengaktifkan kelompok-
kelompok tani di daerah pengembangan merupakan salah satu kebijakan yang
mesti diterapkan. Kebijakan tersebut sangat penting karena merupakan salah satu
implikasi dalam perwujudan pembangunan pedesaan saat ini. Hafsah (2006)
menyatakan bahwa filosofi dari pembangunan pedesaan (pertanian) adalah
meningkatkan motivasi masyarakat dalam membangun dan memobilisasi dirinya
untuk bekerja sama dalam pencapaian tujuan bersama serta meningkatkan
kapasitasnya dalam melaksanakan pembangunan, baik dalam aspek fisik, politik,
maupun ekonomi. Karena itu, peningkatan peran penyuluh dan keaktifan
kelompok tani merupakan hal yang cukup penting, karena masing-masing
merupakan motor penggerak agar pembangunan pedesaan tersebut dapat
terlaksana.
Komponen lain yang cukup berpengaruh dalam peningkatan kinerja
pengusahaan kebun karet rakyat adalah ketersediaan sarana prasarana pertanian,
dalam hal ini kios sarana pertanian. Dengan keberadaan kios sarana pertanian
tentunya akan mempermudah petani untuk mendapatkan sarana prasarana untuk
pemeliharaan kebunnya, seperti pupuk, pestisida, alat-alat pertanian dan
sebagainya. Hal ini tentu sangat mendukung dalam pengusahaan kebun yang
dilakukan dan secara logis tentu akan berkorelasi dengan peningkatan
produktifitas dan luas kebun. Namun terkadang kelangkaan pupuk pada waktu
petani membutuhkan merupakan permasalahan yang sering terjadi. Akibatnya
pada saat diperlukan, harga pupuk menjadi sangat mahal dan tentunya hanya
segelintir petani yang mampu membelinya.
![Page 122: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/122.jpg)
104
Di sisi lain, dalam keadaan normalpun, tidak semua petani mampu untuk
membeli sarana prasarana yang diperlukan, karena harga yang tidak terjangkau.
Untuk itu diperlukan kebijakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan
kelangkaan pupuk dan memberikan insentif agar harga sarana produksi dapat
murah diterima petani. Secara umum dalam rangka peningkatan kinerja
pengusahaan kebun karet rakyat maka usaha peningkatan sarana prasarana
pertanian merupakan suatu yang sangat diperlukan, disamping kebijakan
pemberian insentif harga. Lateks karet masyarakat dijual dalam bentuk cup lump
sehingga belum memberikan nilai tambah bagi kegiatan ekonomi daerah. Belum
adanya industri pengolahan bahan setengah jadi ataupun bahan jadi karet
membuat belum adanya spread effect dari perkebunan karet rakyat terhadap
masyarakat diluar petani karet.
Tacoli (1998) menyatakan bahwa program pembangunan pedesaan yang
hanya bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian tanpa diikuti dengan
kegiatan non pertanian seperti pemprosesan bahan mentah dan aktifitas pabrik
sarana pertanian seperti alat-alat pertanian dan input-input pertanian lainnya, akan
menyebabkan marginalisasi daerah pedesaan. Keberadaan aktifitas pendukung
diluar kegiatan on farm merupakan hal penting dalam mendukung pembangunan
pedesaan. Dengan adanya industri pengolahan karet disentra-sentra produksi akan
menyebabkan terbukanya lapangan pekerjaan sehingga akan terjadi distribusi
pendapatan ke masyarakat diluar petani karet. Kedua, barang-barang modal yang
digunakan dalam pemeliharaan kebun maupun dalam pembukaan kebun seperti
pupuk, pestisida, alat-alat pertanian dan lain sebagainya, umumnya barang-barang
yang di impor dari luar daerah. Hal ini membuat sedikitnya pengaruh yang
ditimbulkan pengusahaan kebun karet rakyat terhadap perekonomian daerah.
Idealnya, dengan adanya suatu kegiatan ekonomi masyarakat, maka kegiatan itu
dapat menjadi perangsang tumbuhnya kegiatan-kegiatan lain baik dari sektor hulu
maupun hilirnya. Ketiga, pajak dan restribusi dari cup lump karet tidak masuk ke
kas daerah. cup lump karet masyarakat umumnya langsung dijual ke pedagang
pengumpul dan ke pabrik karet di luar Kabupaten Mandailing Natal. Akibatnya
Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal hanya mendapatkan retribusi kendaraan
![Page 123: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/123.jpg)
105
pengangkut cup lump karet yang nilainya relatif kecil, sedangkan pajak yang
terbesar, yaitu pada level pabrik, justru dinikmati pemerintah daerah lain.
Dalam rangka pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten
Mandailing Natal, beberapa aspek penting yang perlu menjadi perhatian dalam
rangka keberhasilan program adalah adanya peran penyuluh, kelembagaan petani,
dan sarana prasarana pertanian. Ketiga aspek tersebut memiliki keterkaitan yang
nyata terhadap peningkatan produktifitas perkebunan karet rakyat yang telah ada.
Dari beberapa hal diatas dapat dijadikan sebagai saran pengembangan perkebunan
karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal dan beberapa sebagai arahan
kebijakan pengembangan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka masukan yang diberikan
kepada pemerintah sebagai arahan kebijakan pengembangan perkebunan karet
rakyat di Kabupaten Mandailing Natal adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan tanaman karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal dapat
diarahkan ke lahan arahan pengembangan yang telah dibuat seluas 201.875 ha
dengan prioritas pengembangan seperti pada Tabel 19 yang secara spasial
ditunjukkan pada Gambar 12. Untuk itu diperlukan sosialisasi oleh pemerintah
agar masyarakat mengetahui lokasi arahan pengembangan tersebut.
2. Pemerintah perlu membuat kebijakan berupa program percepatan peremajaan
karet dengan teknologi budidaya yang dianjurkan.
3. Pemerintah perlu menyusun kebijakan untuk membangun pusat informasi
harga karet di tingkat regional yang diharapkan dapat memberikan informasi
perkembangan harga karet secara cepat, akurat dan rutin kepada petani
sehingga mengurangi senjang informasi harga di petani.
![Page 124: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/124.jpg)
106
![Page 125: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/125.jpg)
107
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan penelitian ini sebagai berikut :
1. Sebagian besar lahan di Kabupaten Mandailing Natal sesuai untuk budidaya
tanaman karet yaitu seluas 460.849 ha (70,41%), sedangkan lahan yang tidak
sesuai hanya seluas 193.693 ha (29,59%).
2. Kelayakan investasi usahatani karet pada tiap kelas kesesuaian lahan yang ada
di Kabupaten Mandailing Natal (S1, S2 dan S3) menguntungkan. Hal tersebut
terlihat dari nilai NPV antara Rp93.052.838–Rp37.838.270, nilai BCR antara
2,10–1,48 dan nilai IRR antara 20,20%-29,45%, keseluruhan parameter
tersebut dihitung berdasarkan discount faktor 12%, payback period 7-11 tahun.
3. Hasil analisis sensitivitas yang dilakukan pada kegiatan perkebunan karet
rakyat di Kabupaten Mandailing Natal, pada skenario menaikkan nilai input
dengan asumsi yang lain ceteris paribus diperoleh bahwa pada tingkat
kenaikan biaya input sebesar 40% untuk lahan S3 sudah tidak layak lagi
sedangkan untuk lahan S1 kenaikan biaya input hingga sebesar 110,30% baru
menjadikan kegiatan tersebut tidak layak. Pada skenario menaikkan tingkat
suku bunga dengan asumsi yang lain ceteris paribus, ketidaklayakan usaha
perkebunan rakyat pada kelas kesesuaian lahan S3 terjadi pada tingkat suku
bunga 20,3% dan pada kelas kesesuaian lahan S1 pada saat tingkat suku bunga
29,5%. Nilai BEP (Break Event Point) volume produksi sebesar 1.392
kg/ha/tahun-1.679 kg/ha/tahun dan nilai BEP harga sebesar Rp6.803–Rp8.846.
4. Kinerja pemasaran karet di Kabupaten Mandailing Natal cenderung belum
efisien yang ditunjukkan dengan besarnya share keuntungan yang masuk ke
lembaga pemasaran yang terlibat (20,88%) dan tidak adanya keterpaduan harga
pasar jangka panjang antara pasar tingkat petani dan tingkat pabrik, akibat
panjangnya rantai pemasaran dan senjang informasi harga yang terjadi.
5. Belum tersedianya industri pengolahan karet di Kabupaten Mandailing Natal
membuat cup lump karet yang dihasilkan di jual ke luar daerah, padahal bahan
![Page 126: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/126.jpg)
108
baku cukup banyak tersedia, sehingga perkebunan karet rakyat belum
memberikan nilai tambah bagi pembangunan daerah.
6. Pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal dapat
diarahkan pada lahan seluas 201.875 ha (30,84%). Arahan pengembangan ini
bukan berarti menekankan agar keseluruhan luasan tersebut hanya sesuai untuk
pengembangan tanaman karet, namun hanya bersifat arahan agar masyarakat
yang berminat untuk mengembangkan tanaman karet dapat menanamnya di
areal arahan ini.
6.2 Saran
1. Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal perlu segera merealisasikan rencana
pembangunan pabrik pengolahan karet di Kabupaten Mandailing Natal
mengingat ketersediaan bahan baku yang cukup besar dan hal ini akan
berimplikasi pada peningkatan perekonomian daerah.
2. Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal agar lebih meningkatkan peran para
penyuluh dan pembentukan kelompok-kelompok tani di masyarakat untuk
meningkatkan mutu karet yang dihasilkan dan meningkatkan bargaining
position petani dalam pemasaran karet dan mengarahkan petani pada
penggunaan klon karet unggul dengan produktivitas tinggi dan teknik budidaya
sesuai anjuran.
3. Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal agar lebih meningkatkan pengawasan
terhadap distribusi pupuk dan pestisida untuk petani.
![Page 127: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/127.jpg)
109
DAFTAR PUSTAKA
Azzaino Z. 1983. Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Aronoff S. 1989. Geographic Information System : Management Perspective.
Ottawa. Canada. WDL Publiation.
Azwar R, Alwi N, Sunarwidi. 1989. Kajian komoditas dalam pembangunan
hutan tanaman industri. Prosiding Lokarya Nasional HTI Karet, Medan,
28−30 Agustus 1989. hlm. 131−155. Pusat Penelitian Perkebunan Sungei
Putih, Medan.
Arsyad L.1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi
Pertama. BPFE. Jakarta.
Anwar A. 2001. Usaha Membangun Aset-aset Alami dan Lingkungan Hidup Pada
Umumnya Diharapkan Dapat Memperbaiki Kehidupan Ekonomi
Masyarakat Ke Arah Keberlanjutan. Bahan Diskusi Serial di Lembaga Alam
Tropika (LATIN). Bogor.
Boerhendhy I, Nancy C, Gunawan A. 2003. Prospek dan Potensi Pemanfaatan
Kayu Karet Sebagai Substitusi Kayu Alam. J. Ilmu & Teknologi Kayu
Tropis. 01 (01) : 35-46
Boerhendhy I. 2006. Rubberwood Potency In Supporting Replanting Of Rubber
Smallholdings. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 25(2): 61-67
[BPS] Badan Pusat Statistik Mandailing Natal. 2009. Mandailing Natal dalam
Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal. Panyabungan.
[Balitbang] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. Prospek dan
Arah Pengembangan Agribisnis Karet. http://www.litbang.deptan.go.id [17
Oktober 2009].
Danoedoro P. 1996. Pengelolaan Data Digital : Teori dan Aplikasinya dalam
Bidang Penginderaan Jauh. Yogyakarta. Fakultas Geografi. Universitas
Gajah Mada.
Damanik S. 2000. Analisis Dampak Pengembangan Komoditas Perkebunan
terhadap Perekonomian Wilayah di Propinsi Sumatera Utara. Jurnal Sosial
Ekonomi 01 (01) : 3-4.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2005. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.
SK.44/Menhut-II/2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Di Wilayah
![Page 128: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/128.jpg)
110
Provinsi Sumatera Utara Seluas ± 3.742.120 (Tiga Juta Tujuh Ratus Empat
Puluh Dua Ribu Seratus Dua Puluh) Hektar. Jakarta : Dephut.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2007a. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta : Dephut.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2007b. Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P. 37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan.
Jakarta : Dephut.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2008a. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 3 tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan Dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta : Dephut.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2008b. Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa. Jakarta :
Dephut.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2008c. Surat Keputusan Menteri Kehutanan
nomor : SK.113/Menhut-II/2008 tentang Pencadangan Areal Hutan untuk
Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat seluas + 9.815 Ha di Kabupaten
Mandailing Natal Propinsi Sumatera Utara. Jakarta : Dephut.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2010. Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.14/Menhut-II/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-Ii/2008 Tentang Hutan Desa.
Jakarta : Dephut.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
33/Permentan/OT.140/7/2006 tentang Pengembangan Perkebunan Melalui
Program Revitalisasi Perkebunan. Jakarta : Deptan.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian. 2007.
Pedoman Umum Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Karet dan Kakao).
http/www.ditjenbun.deptan.go.id [3 Maret 2007]
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian. 2009. Hari
Perkebunan 10 Desember, Merajut Sejarah Panjang Perkebunan Indonesia.
http//www.ditjenbun.deptan.go.id [14 Januari 2010]
Drajat, T.S.B., Darmawan, D.A. 1991. Total Elasticity Of Demand For
Indonesian Natural Rubber: The Use Of Extended Armington Model. Jurnal
Agro Ekonomi 9 (1) : 31-47.
![Page 129: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/129.jpg)
111
Drajat B. 2009. Dampak Intervensi Pemerintah terhadap Kinerja Ekonomi
Komoditas Perkebunan Utama pada Berbagai Rezim Nilai Tukar Rupiah
1979-2005. Jurnal Agro Ekonomi 27 (1) : 3-5.
Drajat B, Hendratno S. 2009. Strategi Pengembangan Karet Indonesia. Jurnal
Penelitian Karet. 27 (1) : 13-28.
[FAO] Food and Agriculture Organization.1976. A Framework for Land
Evaluation. Soil Bull.No.32.FAO.Rome.
Faturuhu F. 2009. Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Evaluasi
Penggunaan Lahan Terhadap Arahan Pemanfaatannya di DAS Waijari.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 9 (1) : 13-19.
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian (Terjemahan).
Universitas Indonesia. Press, Jakarta.
Goswami SN, Challa O. 2007. Economic Analysis of Smallholder Rubber
Plantations in West Garo Hills District of Meghalay. Indian Journal of
Agricultural Economics. 62 (4) : 649.
Heyten PJ. 1986. Testing Market Integration. Food Research Institute Studies.
XX. (1) : 3-4.
Hubeis AVS. 1992. Penyuluhan Pembangunan di Indonesia Menyongsong Abad
XXI. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta.
Hutagalung JW. 1993. Beberapa Masalah Tata Produksi dan Pemasaran Karet
Rakyat di Kecamatan Padangsidempuan Kabupaten Tapanuli Selatan
(skripsi). Medan : Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Hashim I. 2002. Evaluation of Land Suitability for Selected Land Utilization
Types Using Geographic Information System Technology: (Case Study In
Bandung Basin West Java). Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 8 (2) : 11-26.
Hafsah MJ. 2006. Pembangunan Pedesaan. Dalam Rustiadi E, Hadi S, Ahmad
WM. (Editor). Kawasan Agropolitan, Konsep Pembangunan Desa-Kota
Berimbang. Bogor: Crestpent Press. Hlm. 68-72.
Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata
Guna Tanah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas
Pertanian – IPB, Bogor.
Haryono BS. 2008. Kebijakan Pemerintah Daerah untuk Pemberdayaan Petani
Karet Rakyat : kasus Kecamatan Pangean, Kabupaten Singingi, Provinsi
Riau (Tesis). Malang : Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya.
![Page 130: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/130.jpg)
112
Indraty, IS. 2005. Tanaman karet menyelamatkan kehidupan dari ancaman
karbondioksida. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27 (4) :
10−12.
Kilmanun JC. 2005. Dampak Penerapan Teknologi Terhadap Pendapatan dan
Produktivitas Petani Karet Di Lahan Kering Kabupaten Kapuas Hulu
Kalimantan Barat. Jurnal Penelitian Karet. 23 (2) : 53-70.
Liu W, Hu H, Ma Y, Li H. 2006. Environmental And Socioeconomic Impacts Of
Increasing Rubber Plantations In Menglun Township, Southwest China.
Mountain Research and Development. 26 (3) : 245–253.
Myria A . 2002. Kajian Strategi Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat sebagai
komoditi Unggulan : kasus Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan
Tengah(Tesis). Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Miraza BH. 2005. Peran Kebijakan Publik Dalam Perencanaan Wilayah. Jurnal
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah WAHANA HIJAU. 2 (1) : 45-49
Nancy C, Supriadi M. 2005. Socio-economic characterization of participatory
rubber replanting and development of smallholders in Ogan Komering Ulu
District, South Sumatra Province. Jurnal Penelitian Karet. 23 (2) : 87-113.
Nasution A. 2009. Pengaruh Pengembangan Wilayah (Aspek Ekonomi Sosial
Dan Budaya) Terhadap Pertahanan Negara Di Wilayah Pantai Timur
Sumatera Utara. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
WAHANA HIJAU. 3 (4) : 117-130
Pangihutan JJ. 2003. Kelayakan Finansial dan Ekonomi Pengelolaan Kebun dan
Hutan Karet Rakyat : kasus Desa Langkap, Kecamatan Sungai Lilin,
Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (Tesis). Bogor : Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Prahasta E. 2005. Sistem Informasi Geografis. Tutorial Arcview. Bandung.
Informatika Bandung.
Parhusip AB. 2008. Potret Karet Alam Indonesia. Economic Review. 213 (1) : 5-6.
Penebar Swadaya. 2009. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ravallion M. 1986. Testing Market Integration. American Journal of Agriculture
Economic. 68 (1): 2-3. American Agriculture Economics Associaton.
Robinson AH, Morisson JL, Muehrcke PC, Kiwerlig AJ, Giptil SC. 1995.
Element of Cartography. Canada.
Rahman N. 2002. Keragaman Produksi Tanaman Karet Menurut Umut Tanaman.
Jurnal Penelitian Karet. 20 (1) : 1-10.
![Page 131: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/131.jpg)
113
Rustiadi E., Saefulhakim S., Panuju DR. 2009. Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia.
Soekartawi. 1996. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 110
Halaman.
Siagian N. 2002. Pertumbuhan Tanaman Karet Pada Masa Remaja Pada Berbagai
Sistem Tanam Populasi Tinggi. Jurnal Penelitian Karet. 20 (1) : 56-71.
_______. 2005. Pemanfaatan kayu karet tua dan optimalisasi penggunaan lahan
untuk mendukung peremajaan. Jurnal Penelitian Karet. 23 (2) : 26-51.
Syahrani H. 2003. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Kebun Hutan
dengan Tanaman Buah Durian (Durio Zibethis Murr) di Kabupaten Kutai
Kertanegara Propinsi Kalimantan Timur. Jurnal Ekonomi Pembangunan
8 (2) : 137 – 146.
Sitorus SRP, 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito. Bandung. 185
Halaman.
Sadikin I, Irawan R. 2005. Dampak Pembangunan Perkebunan Karet Rakyat
terhadap Kehidupan Petani di Riau. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Supriadi M. 2006. Model peremajaan karet partisipatif: perkembangan dan
tantangan penerapannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
25 (2) : 1-13
Sitepu F. 2007. Analisis Produksi Karet Alam (Havea brasiliensis) Kaitannya
dengan Pengembangan Wilayah : kasus Propinsi Sumatera Utara (Tesis).
Medan : Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.
Tomek W, Robinson KL. 1977. Agriculture Product Prices. Third Printing
Cornele University Press. Ithaca.
Tacoli C. 1998. Rural Urban Interaction: A Guide to the Literature. Enviromental
and Urbanization 10 (1) : 147 – 166.
Wijaya B, Atmanti HD. 2006. Analisis Pengembangan Wilayah Dan Sektor
Potensial Guna Mendorong Pembangunan di Kota Salatiga. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. 3 (2) : 101-118.
![Page 132: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/132.jpg)
114
![Page 133: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/133.jpg)
115
![Page 134: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/134.jpg)
116
Lampiran 1 Kriteria Standar Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet (Havea
brassiliensis M.A)
S1 S2 S3 N1 N2
Temperatur (t)
> 30 - 34 Td - > 34
24 - < 26 22 - < 24 < 22
Ketersediaan air (w)
- Bulan Kering (<75 mm) 1 - 2 - > 2 - 4 - > 4
>3000 - 3500 >3500 - 4000 > 4000
2000 - < 2500 1500 - < 2000 < 1500
LGP (hari) > 330 300 - 330 < 300 - -
Kondisi perakaran ( r )
Baik Sedang, Agak cepat Terhambat Sangat terhambat,
Agak terhambat Cepat Sangat cepat
- Kedalaman efektif (cm) > 100 75 - 100 51 - < 75 25 - 50 < 50
- Gambut
a. Kematangan - Saprik Hemik Hemik-fibrik Fibrik
b. Kedalaman (cm) - < 100 100-150 > 150 - 200 > 200
Retensi hara (f)
- KTK tanah > sedang rendah sangat rendah - -
- Kejenuhan basa (%) < 35 35 - 50 > 50 - -
> 5,5 - 6,5 > 6,5 - 7,5 > 8,5
4,0 - < 4,5 3,5 - < 4,0 < 3,5
- C-organik (%) - - - - -
Toksitas (x)
- Salinitas (mmhos/cm) < 1 1 - 3 > 3-4 > 4-6 > 6
- Sodisitas
(Alkalinitas/ESP) (%)
- Kejenuhan Al (%) - - - - -
- Kedalaman Sulfidik (cm) > 175 125 - 175 80 - 125 75 - < 85 < 75
Ketersediaan hara (n)
- Total N Sedang Rendah Sangat rendah Sangat rendah Td
- P2O5 Sedang Sedang Rendah Sangat Rendah Td
- K2O Rendah Rendah Sangat rendah Sangat rendah Td
Medan (terain )
- Lereng (%) < 8 8 - 15 > 15 - 25 > 25 - 45 > 45
- Batuan permukaan (%) < 3 3 - 15 > 15 - 40 Td > 40
- Singkapan batuan (%) < 2 2 - 10 > 10 - 25 > 25 - 40 > 40
Tingkat bahaya erosi (e)
- Bahaya Erosi SR R S B SB
Banjir dan genangan tanpa (F1) ringan (F2) sedang (F3) agak berat (F4) berat (F5)
Keterangan :
Td : Tidak berlaku Si : Debu
S : Pasir L : Lempung
Str C : Liat berstruktur Liat masif : Liat dari tipe 2 : 1 (vertisol)
- - - - -
KUALITAS/
KARAKTERISTIK LAHAN
Str, C Td Td
- pH tanah 4,5 - 5,5 > 7,5 - 8,5
- Drainase tanah
- Tekstur
SL, L, SCL,
SiL,Si, CL,
SiCL
LS, SC, SiC, C
KELAS KESESUAIAN LAHAN
- Rata-rata tahunan (oC) 26-30
- Curah Hujan/tahun (mm) 2500 - 3000 Td
Sumber : Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993
![Page 135: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/135.jpg)
117
Lampiran 2 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Mandailing Natal
![Page 136: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/136.jpg)
118
Lampiran 3 Peta Kawasan Hutan Kabupaten Mandailing Natal
![Page 137: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/137.jpg)
119
Lampiran 4 Peta Pencadangan Areal Hutan Tanaman Rakyat (HTR) di Kabupaten Mandailing Natal
![Page 138: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/138.jpg)
120
Lampiran 5 Analisis Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Sihepeng Kecamatan Siabu ( kelas kesesuaian lahan S1)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
B e ne fit
Jumlah P roduksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.680 2.160 2.400 2.640 2.880 3.120 3.360
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
P enerimaan (Rp) - - - - - - 21.840.000 28.080.000 31.200.000 34.320.000 37.440.000 40.560.000 43.680.000
Total Benefit - - - - - - 21.840.000 28.080.000 31.200.000 34.320.000 37.440.000 40.560.000 43.680.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
P resent Value Benefit - - - - - - 11.064.824 12.701.966 12.601.157 12.376.136 12.054.678 11.660.031 11.211.568
Co s t
1. P eralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 9.920.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
4. P upuk 1.375.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cos t 14.366.000 3.588.000 3.588.000 3.588.000 3.588.000 3.588.000 12.648.000 11.908.000 11.908.000 12.648.000 11.908.000 11.908.000 12.648.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
P resent Value Cost 14.366.000 3.203.571 2.860.332 2.553.868 2.280.239 2.035.928 6.407.870 5.386.574 4.809.441 4.560.996 3.834.057 3.423.265 3.246.427
Net Benefit (14.366.000) (3.588.000) (3.588.000) (3.588.000) (3.588.000) (3.588.000) 9.192.000 16.172.000 19.292.000 21.672.000 25.532.000 28.652.000 31.032.000
P resent Value Net Benefit (14.366.000) (3.203.571) (2.860.332) (2.553.868) (2.280.239) (2.035.928) 4.656.953 7.315.392 7.791.715 7.815.140 8.220.621 8.236.765 7.965.141
Net Benefit Kumulatif (14.366.000) (17.569.571) (20.429.903) (22.983.771) (25.264.009) (27.299.937) (22.642.984) (15.327.592) (7.535.877) 279.263 8.499.884 16.736.649 24.701.791
Tahun
![Page 139: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/139.jpg)
121
Lampiran 5 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
B e ne fitJumlah P roduksi (lump
mangkuk) (kg) 3.600 3.840 3.792 3.648 3.264 3.024 2.784 2.640 2.400 2.304 1.920 1.920 1.680
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
P enerimaan (Rp) 46.800.000 49.920.000 49.296.000 47.424.000 42.432.000 39.312.000 36.192.000 34.320.000 31.200.000 29.952.000 24.960.000 24.960.000 21.840.000
Total Benefit 46.800.000 49.920.000 49.296.000 47.424.000 42.432.000 39.312.000 36.192.000 34.320.000 31.200.000 29.952.000 24.960.000 24.960.000 21.840.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
P resent Value Benefit 10.725.352 10.214.621 9.006.195 7.735.882 6.179.981 5.112.116 4.202.136 3.557.843 2.887.860 2.475.308 1.841.747 1.644.417 1.284.701
Co s t
1. P eralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit
3. Upah Tenaga Kerja 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
4. P upuk 717.000 717.000 717.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cos t 11.908.000 11.908.000 12.648.000 11.431.000 11.431.000 12.171.000 12.171.000 11.431.000 11.431.000 12.171.000 11.431.000 11.431.000 12.171.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
P resent Value Cost 2.729.006 2.436.613 2.310.742 1.864.644 1.664.860 1.582.712 1.413.136 1.185.015 1.058.049 1.005.842 843.470 753.098 715.938
Net Benefit 34.892.000 38.012.000 36.648.000 35.993.000 31.001.000 27.141.000 24.021.000 22.889.000 19.769.000 17.781.000 13.529.000 13.529.000 9.669.000
P resent Value Net Benefit 7.996.346 7.778.008 6.695.453 5.871.238 4.515.120 3.529.405 2.789.001 2.372.829 1.829.811 1.469.466 998.277 891.319 568.763
Net Benefit Kumulatif 32.698.137 40.476.145 47.171.598 53.042.836 57.557.956 61.087.360 63.876.361 66.249.190 68.079.001 69.548.467 70.546.745 71.438.064 72.006.826
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
Payback period
26,74%
8 tahun 7 bulan 11 hari
UraianTahun
72.006.826
1,92
![Page 140: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/140.jpg)
122
Lampiran 6 Analisis Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Malintang Jae Kecamatan Bukit Malintang
( kelas kesesuaian lahan S1)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
B e ne fit
Jumlah P roduksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 2.400 2.880 3.120 3.264 3.360 3.456 3.600
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
P enerimaan (Rp) - - - - - - 31.200.000 37.440.000 40.560.000 42.432.000 43.680.000 44.928.000 46.800.000
Total Benefit - - - - - - 31.200.000 37.440.000 40.560.000 42.432.000 43.680.000 44.928.000 46.800.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
P resent Value Benefit - - - - - - 15.806.891 16.935.955 16.381.504 15.301.405 14.063.791 12.915.726 12.012.394
Co s t
1. P eralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 10.000.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000
4. P upuk 1.375.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cos t 14.446.000 4.385.000 4.385.000 4.385.000 4.385.000 4.385.000 13.445.000 12.705.000 12.705.000 13.445.000 12.705.000 12.705.000 13.445.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
P resent Value Cost 14.446.000 3.915.179 3.495.695 3.121.156 2.786.747 2.488.167 6.811.655 5.747.097 5.131.336 4.848.402 4.090.670 3.652.384 3.450.997
Net Benefit (14.446.000) (4.385.000) (4.385.000) (4.385.000) (4.385.000) (4.385.000) 17.755.000 24.735.000 27.855.000 28.987.000 30.975.000 32.223.000 33.355.000
P resent Value Net Benefit (14.446.000) (3.915.179) (3.495.695) (3.121.156) (2.786.747) (2.488.167) 8.995.236 11.188.858 11.250.167 10.453.003 9.973.121 9.263.343 8.561.398
Net Benefit Kumulatif (14.446.000) (18.361.179) (21.856.874) (24.978.030) (27.764.777) (30.252.944) (21.257.708) (10.068.850) 1.181.317 11.634.320 21.607.441 30.870.783 39.432.181
Tahun
![Page 141: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/141.jpg)
123
Lampiran 6 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
B e ne fitJumlah P roduksi (lump
mangkuk) (kg) 3.840 4.320 4.080 3.936 3.600 3.360 3.072 2.880 2.640 2.640 2.400 2.400 2.160
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
P enerimaan (Rp) 49.920.000 56.160.000 53.040.000 51.168.000 46.800.000 43.680.000 39.936.000 37.440.000 34.320.000 34.320.000 31.200.000 31.200.000 28.080.000
Total Benefit 49.920.000 56.160.000 53.040.000 51.168.000 46.800.000 43.680.000 39.936.000 37.440.000 34.320.000 34.320.000 31.200.000 31.200.000 28.080.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
P resent Value Benefit 11.440.376 11.491.449 9.690.210 8.346.609 6.816.155 5.680.129 4.636.840 3.881.284 3.176.646 2.836.291 2.302.184 2.055.522 1.651.758
Co s t
1. P eralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit
3. Upah Tenaga Kerja 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000
4. P upuk 1.434.000 1.434.000 1.434.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cos t 12.705.000 12.705.000 13.445.000 11.751.000 11.751.000 12.491.000 12.491.000 11.751.000 11.751.000 12.491.000 11.751.000 11.751.000 12.491.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
P resent Value Cost 2.911.658 2.599.695 2.456.351 1.916.843 1.711.467 1.624.325 1.450.290 1.218.188 1.087.668 1.032.288 867.082 774.181 734.762
Net Benefit 37.215.000 43.455.000 39.595.000 39.417.000 35.049.000 31.189.000 27.445.000 25.689.000 22.569.000 21.829.000 19.449.000 19.449.000 15.589.000
P resent Value Net Benefit 8.528.717 8.891.754 7.233.858 6.429.767 5.104.689 4.055.805 3.186.550 2.663.096 2.088.978 1.804.003 1.435.102 1.281.341 916.997
Net Benefit Kumulatif 47.960.899 56.852.653 64.086.511 70.516.278 75.620.966 79.676.771 82.863.321 85.526.417 87.615.395 89.419.398 90.854.500 92.135.841 93.052.838
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
Payback period 7 tahun 7 bulan 12 hari
29,45%
UraianTahun
93.052.838
2,10
![Page 142: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/142.jpg)
124
Lampiran 7 Analisis Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Purba Baru Kecamatan Lembah Sorik Marapi
( kelas kesesuaian lahan S2)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 2.100 2.520 2.730 2.856 2.940 3.024 3.150
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 27.300.000 32.760.000 35.490.000 37.128.000 38.220.000 39.312.000 40.950.000
Total Benefit - - - - - - 27.313.000 32.760.000 35.490.000 37.128.000 38.220.000 39.312.000 40.950.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 13.837.616 14.818.960 14.333.816 13.388.729 12.305.817 11.301.261 10.510.845
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 10.800.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. Pupuk 1.375.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 15.246.000 5.939.000 5.939.000 5.939.000 5.939.000 5.939.000 13.079.000 12.339.000 12.339.000 13.079.000 12.339.000 12.339.000 13.079.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 15.246.000 5.302.679 4.734.534 4.227.263 3.774.342 3.369.948 6.626.228 5.581.537 4.983.515 4.716.419 3.972.828 3.547.168 3.357.054
Net Benefit (15.246.000) (5.939.000) (5.939.000) (5.939.000) (5.939.000) (5.939.000) 14.234.000 20.421.000 23.151.000 24.049.000 25.881.000 26.973.000 27.871.000
Present Value Net Benefit (15.246.000) (5.302.679) (4.734.534) (4.227.263) (3.774.342) (3.369.948) 7.211.387 9.237.423 9.350.301 8.672.310 8.332.989 7.754.093 7.153.792
Net Benefit Kumulatif (15.246.000) (20.548.679) (25.283.213) (29.510.476) (33.284.818) (36.654.766) (29.443.378) (20.205.955) (10.855.655) (2.183.344) 6.149.645 13.903.738 21.057.530
Tahun
![Page 143: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/143.jpg)
125
Lampiran 7 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
B e ne fitJumlah P roduksi (lump
mangkuk) (kg) 3.360 3.780 3.570 3.444 3.150 2.940 2.688 2.520 2.310 2.310 2.100 2.100 1.890
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
P enerimaan (Rp) 43.680.000 49.140.000 46.410.000 44.772.000 40.950.000 38.220.000 34.944.000 32.760.000 30.030.000 30.030.000 27.300.000 27.300.000 24.570.000
Total Benefit 43.680.000 49.140.000 46.410.000 44.772.000 40.950.000 38.220.000 34.944.000 32.760.000 30.030.000 30.030.000 27.300.000 27.300.000 24.570.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
P resent Value Benefit 10.010.329 10.055.018 8.478.933 7.303.283 5.964.136 4.970.113 4.057.235 3.396.123 2.779.565 2.481.755 2.014.411 1.798.581 1.445.289
Co s t
1. P eralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. P upuk 2.988.000 2.988.000 2.988.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cos t 12.339.000 12.339.000 13.079.000 10.311.000 10.311.000 11.051.000 11.051.000 10.311.000 10.311.000 11.051.000 10.311.000 10.311.000 11.051.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
P resent Value Cost 2.827.780 2.524.804 2.389.484 1.681.947 1.501.739 1.437.068 1.283.096 1.068.908 954.382 913.282 760.828 679.310 650.056
Net Benefit 31.341.000 36.801.000 33.331.000 34.461.000 30.639.000 27.169.000 23.893.000 22.449.000 19.719.000 18.979.000 16.989.000 16.989.000 13.519.000
P resent Value Net Benefit 7.182.548 7.530.214 6.089.449 5.621.336 4.462.397 3.533.046 2.774.139 2.327.215 1.825.183 1.568.472 1.253.584 1.119.271 795.232
Net Benefit Kumulatif 28.240.078 35.770.292 41.859.741 47.481.076 51.943.473 55.476.519 58.250.658 60.577.873 62.403.056 63.971.529 65.225.112 66.344.383 67.139.616
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
Payback period 9 tahun 2 bulan 6 hari
24,44%
UraianTahun
67.139.616
1,76
![Page 144: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/144.jpg)
126
Lampiran 8 Analisis Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Roburan Lombang Kecamatan Panyabungan Selatan
( kelas kesesuaian lahan S2) Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.470 1.890 2.100 2.310 2.520 2.730 2.940
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 19.110.000 24.570.000 27.300.000 30.030.000 32.760.000 35.490.000 38.220.000
Total Benefit - - - - - - 19.123.000 24.570.000 27.300.000 30.030.000 32.760.000 35.490.000 38.220.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 9.688.307 11.114.220 11.026.012 10.829.119 10.547.843 10.202.527 9.810.122
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 10.720.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. Pupuk 1.375.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 15.166.000 4.365.000 4.365.000 4.365.000 4.365.000 4.365.000 11.505.000 10.765.000 10.765.000 11.505.000 10.765.000 10.765.000 11.505.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 15.166.000 3.897.321 3.479.751 3.106.921 2.774.036 2.476.818 5.828.791 4.869.539 4.347.803 4.148.818 3.466.042 3.094.680 2.953.047
Net Benefit (15.166.000) (4.365.000) (4.365.000) (4.365.000) (4.365.000) (4.365.000) 7.618.000 13.805.000 16.535.000 18.525.000 21.995.000 24.725.000 26.715.000
Present Value Net Benefit (15.166.000) (3.897.321) (3.479.751) (3.106.921) (2.774.036) (2.476.818) 3.859.516 6.244.681 6.678.209 6.680.301 7.081.801 7.107.847 6.857.075
Net Benefit Kumulatif (15.166.000) (19.063.321) (22.543.073) (25.649.993) (28.424.030) (30.900.848) (27.041.332) (20.796.651) (14.118.442) (7.438.141) (356.340) 6.751.507 13.608.582
Tahun
![Page 145: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/145.jpg)
127
Lampiran 8 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
B e ne fitJumlah P roduksi (lump
mangkuk) (kg) 3.150 3.360 3.318 3.192 2.856 2.646 2.436 2.310 2.100 2.016 1.680 1.680 1.470
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
P enerimaan (Rp) 40.950.000 43.680.000 43.134.000 41.496.000 37.128.000 34.398.000 31.668.000 30.030.000 27.300.000 26.208.000 21.840.000 21.840.000 19.110.000
Total Benefit 40.950.000 43.680.000 43.134.000 41.496.000 37.128.000 34.398.000 31.668.000 30.030.000 27.300.000 26.208.000 21.840.000 21.840.000 19.110.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
P resent Value Benefit 9.384.683 8.937.793 7.880.421 6.768.896 5.407.483 4.473.102 3.676.869 3.113.113 2.526.877 2.165.895 1.611.529 1.438.865 1.124.113
Co s t
1. P eralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. P upuk 1.494.000 1.494.000 1.494.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cos t 10.765.000 10.765.000 11.505.000 9.751.000 9.751.000 10.491.000 10.491.000 9.751.000 9.751.000 10.491.000 9.751.000 9.751.000 10.491.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
P resent Value Cost 2.467.060 2.202.732 2.101.920 1.590.599 1.420.178 1.364.245 1.218.076 1.010.855 902.549 867.003 719.506 642.416 617.115
Net Benefit 30.185.000 32.915.000 31.629.000 31.745.000 27.377.000 23.907.000 21.177.000 20.279.000 17.549.000 15.717.000 12.089.000 12.089.000 8.619.000
P resent Value Net Benefit 6.917.623 6.735.061 5.778.500 5.178.297 3.987.305 3.108.856 2.458.793 2.102.258 1.624.329 1.298.892 892.023 796.449 506.998
Net Benefit Kumulatif 20.526.205 27.261.266 33.039.766 38.218.063 42.205.368 45.314.225 47.773.018 49.875.276 51.499.605 52.798.497 53.690.520 54.486.968 54.993.966
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
Payback period
UraianTahun
23,35%
10 tahun 13 hari
54.993.966
1,72
![Page 146: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/146.jpg)
128
Lampiran 9 Analisis Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Tambangan Kecamatan Tambangan
( kelas kesesuaian lahan S3) Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.302 1.674 1.860 2.046 2.232 2.418 2.604
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 16.926.000 21.762.000 24.180.000 26.598.000 29.016.000 31.434.000 33.852.000
Total Benefit - - - - - - 16.939.000 21.762.000 24.180.000 26.598.000 29.016.000 31.434.000 33.852.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 8.581.825 9.844.024 9.765.896 9.591.505 9.342.375 9.036.524 8.688.965
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 2.187.500 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 11.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. Pupuk 1.375.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 16.043.500 4.614.000 4.614.000 4.614.000 4.614.000 4.614.000 11.754.000 11.014.000 11.014.000 11.754.000 11.014.000 11.014.000 11.754.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 16.043.500 4.119.643 3.678.253 3.284.154 2.932.280 2.618.108 5.954.942 4.982.174 4.448.370 4.238.610 3.546.213 3.166.262 3.016.959
Net Benefit (16.043.500) (4.614.000) (4.614.000) (4.614.000) (4.614.000) (4.614.000) 5.185.000 10.748.000 13.166.000 14.844.000 18.002.000 20.420.000 22.098.000
Present Value Net Benefit (16.043.500) (4.119.643) (3.678.253) (3.284.154) (2.932.280) (2.618.108) 2.626.882 4.861.849 5.317.527 5.352.895 5.796.162 5.870.262 5.672.006
Net Benefit Kumulatif (16.043.500) (20.163.143) (23.841.395) (27.125.549) (30.057.830) (32.675.937) (30.049.055) (25.187.206) (19.869.679) (14.516.784) (8.720.622) (2.850.360) 2.821.647
Tahun
![Page 147: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/147.jpg)
129
Lampiran 9 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
B e ne fitJumlah P roduksi (lump
mangkuk) (kg) 2.790 2.976 2.939 2.827 2.530 2.344 2.158 2.046 1.860 1.786 1.488 1.488 1.302
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
P enerimaan (Rp) 38.688.000 38.688.000 38.204.400 36.753.600 32.884.800 30.466.800 28.048.800 26.598.000 24.180.000 23.212.800 19.344.000 19.344.000 16.926.000
Total Benefit 38.688.000 38.688.000 38.204.400 36.753.600 32.884.800 30.466.800 28.048.800 26.598.000 24.180.000 23.212.800 19.344.000 19.344.000 16.926.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
P resent Value Benefit 8.866.291 7.916.331 6.979.801 5.995.308 4.789.485 3.961.890 3.256.656 2.757.329 2.238.091 1.918.364 1.427.354 1.274.423 995.643
Co s t
1. P eralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. P upuk 1.743.000 1.743.000 1.743.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cos t 11.014.000 11.014.000 11.754.000 9.831.000 9.831.000 10.571.000 10.571.000 9.831.000 9.831.000 10.571.000 9.831.000 9.831.000 10.571.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
P resent Value Cost 2.524.125 2.253.683 2.147.412 1.603.649 1.431.830 1.374.649 1.227.365 1.019.148 909.954 873.614 725.409 647.687 621.821
Net Benefit 27.674.000 27.674.000 26.450.400 26.922.600 23.053.800 19.895.800 17.477.800 16.767.000 14.349.000 12.641.800 9.513.000 9.513.000 6.355.000
P resent Value Net Benefit 6.342.167 5.662.649 4.832.389 4.391.659 3.357.656 2.587.242 2.029.291 1.738.181 1.328.138 1.044.750 701.945 626.736 373.822
Net Benefit Kumulatif 9.163.813 14.826.462 19.658.851 24.050.510 27.408.166 29.995.407 32.024.698 33.762.879 35.091.017 36.135.767 36.837.712 37.464.448 37.838.270
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
Payback period
20,20%
11 tahun 4 bulan
UraianTahun
37.838.270
1,48
![Page 148: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/148.jpg)
130
Lampiran 10 Analisis Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Hutarimbaru Kecamatan Kotanopan
( kelas kesesuaian lahan S3) Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.860 2.232 2.418 2.530 2.604 2.678 2.790
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 24.180.000 29.016.000 31.434.000 32.884.800 33.852.000 34.819.200 36.270.000
Total Benefit - - - - - - 24.193.000 29.016.000 31.434.000 32.884.800 33.852.000 34.819.200 36.270.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 12.256.927 13.125.365 12.695.665 11.858.589 10.899.438 10.009.688 9.309.606
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 2.187.500 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 11.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. Pupuk 1.375.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 16.123.500 6.437.000 6.437.000 6.437.000 6.437.000 6.437.000 13.577.000 12.837.000 12.837.000 13.577.000 12.837.000 12.837.000 13.577.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 16.123.500 5.747.321 5.131.537 4.581.729 4.090.830 3.652.527 6.878.531 5.806.807 5.184.649 4.896.002 4.133.170 3.690.331 3.484.878
Net Benefit (16.123.500) (6.437.000) (6.437.000) (6.437.000) (6.437.000) (6.437.000) 10.616.000 16.179.000 18.597.000 19.307.800 21.015.000 21.982.200 22.693.000
Present Value Net Benefit (16.123.500) (5.747.321) (5.131.537) (4.581.729) (4.090.830) (3.652.527) 5.378.396 7.318.558 7.511.016 6.962.586 6.766.268 6.319.357 5.824.728
Net Benefit Kumulatif (16.123.500) (21.870.821) (27.002.358) (31.584.088) (35.674.918) (39.327.444) (33.949.048) (26.630.490) (19.119.474) (12.156.888) (5.390.620) 928.737 6.753.465
Tahun
![Page 149: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/149.jpg)
131
Lampiran 10 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
B e ne fitJumlah P roduksi (lump
mangkuk) (kg) 2.976 3.348 3.162 3.050 2.790 2.604 2.381 2.232 2.046 2.046 1.860 1.860 1.674
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
P enerimaan (Rp) 38.688.000 43.524.000 41.106.000 39.655.200 36.270.000 33.852.000 30.950.400 29.016.000 26.598.000 26.598.000 24.180.000 24.180.000 21.762.000
Total Benefit 38.688.000 43.524.000 41.106.000 39.655.200 36.270.000 33.852.000 30.950.400 29.016.000 26.598.000 26.598.000 24.180.000 24.180.000 21.762.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
P resent Value Benefit 8.866.291 8.905.873 7.509.913 6.468.622 5.282.520 4.402.100 3.593.551 3.007.995 2.461.901 2.198.125 1.784.193 1.593.029 1.280.113
Co s t
1. P eralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. P upuk 3.486.000 3.486.000 3.486.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cos t 12.837.000 12.837.000 13.577.000 10.471.000 10.471.000 11.211.000 11.211.000 10.471.000 10.471.000 11.211.000 10.471.000 10.471.000 11.211.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
P resent Value Cost 2.941.909 2.626.705 2.480.467 1.708.047 1.525.042 1.457.874 1.301.673 1.085.495 969.192 926.505 772.634 689.852 659.468
Net Benefit 25.851.000 30.687.000 27.529.000 29.184.200 25.799.000 22.641.000 19.739.400 18.545.000 16.127.000 15.387.000 13.709.000 13.709.000 10.551.000
P resent Value Net Benefit 5.924.382 6.279.168 5.029.445 4.760.575 3.757.478 2.944.226 2.291.878 1.922.500 1.492.709 1.271.620 1.011.559 903.178 620.645
Net Benefit Kumulatif 12.677.847 18.957.015 23.986.460 28.747.036 32.504.514 35.448.740 37.740.618 39.663.119 41.155.827 42.427.448 43.439.007 44.342.185 44.962.829
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
Payback period 10 tahun 6 bulan 16 hari
20,71%
UraianTahun
44.962.829
1,49
![Page 150: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/150.jpg)
132
Lampiran 11 Perbandingan rataan komponen input dan output pengusahaan kebun karet rakyat untuk luasan 1 Ha pada kelas kesesuaian
lahan S1, S2 dan S3 di masing-masing desa sampel
I Output
- Produksi Kg 13.000 - - - - - -
II Input
- Bibit batang 2.500 700 700 700 700 875 875
- Pupuk
- NPK (awal tanam) Kg 5.500 250 250 250 250 250 250
- Urea Kg 2.000 120 240 480 240 280 560
- SP-36 Kg 2.300 90 180 360 180 210 420
- KCl Kg 5.000 54 108 240 120 140 280
- Pestisida
- Herbisida (Roundap ) liter 55.000 9 9 9 9 9 9
- Fungisida (Trichoderma ) kg 12.000 18 18 18 18 18 18
- Tenaga Kerja
Awal tanam HOK 40.000 248 250 270 268 279 281
- Mengolah lahan sampai siap tanam HOK 40.000 140 140 150 150 155 155
- Mengajir HOK 40.000 8 8 10 10 12 12
- Melobang HOK 40.000 20 20 24 24 26 26
- menanam bibit HOK 40.000 20 20 24 24 26 26
- pemupukan HOK 40.000 2 4 4 2 2 4
- penyiangan HOK 40.000 48 48 48 48 48 48
- penyisipan tanaman HOK 40.000 6 6 6 6 6 6
- Pengendalian HPT HOK 40.000 4 4 4 4 4 4
Tanaman Belum Menghasilkan HOK 40.000 10 12 12 10 10 12
- pemupukan HOK 40.000 2 4 4 2 2 4
- penyiangan HOK 40.000 4 4 4 4 4 4
- Pengendalian HPT HOK 40.000 4 4 4 4 4 4
Tanaman Menghasilkan HOK 40.000 0 0 0 0 0 0
No Kompenen input dan output Satuan
Harga
Satuan
(Rp)
Rataan/Ha/Tahun
S1 S2 S3
Sihepeng Malintang Purba BaruRoburan
Lombang
Tambangan
Pasoman
Hutarimbaru
SM
valangker (penyembuh luka kulit,
aplikasi tahun ke-6)28 28 28kg 15.000 28 28 28
![Page 151: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/151.jpg)
133
Lampiran 12 Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Sihepeng Kecamatan Siabu
( kelas kesesuaian lahan S1) skenario Menaikkan Biaya Input
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.680 2.160 2.400 2.640 2.880 3.120 3.360
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 21.840.000 28.080.000 31.200.000 34.320.000 37.440.000 40.560.000 43.680.000
Total Benefit - - - - - - 21.840.000 28.080.000 31.200.000 34.320.000 37.440.000 40.560.000 43.680.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 11.064.824 12.701.966 12.601.157 12.376.136 12.054.678 11.660.031 11.211.568
Cost
1. Peralatan 1.165.643 - - - - - 1.528.712 114.653 114.653 1.528.712 114.653 114.653 1.528.712
2. Bibit 3.344.058 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 18.956.029 4.127.522 4.127.522 4.127.522 4.127.522 4.127.522 19.108.900 19.108.900 19.108.900 19.108.900 19.108.900 19.108.900 19.108.900
4. Pupuk 2.627.474 1.370.108 1.370.108 1.370.108 1.370.108 1.370.108 1.370.108 1.370.108 1.370.108 1.370.108 1.370.108 1.370.108 1.370.108
5. Obat-obatan 1.358.643 1.358.643 1.358.643 1.358.643 1.358.643 1.358.643 2.161.217 2.161.217 2.161.217 2.161.217 2.161.217 2.161.217 2.161.217
Total Cost 27.451.846 6.856.273 6.856.273 6.856.273 6.856.273 6.856.273 24.168.937 22.754.878 22.754.878 24.168.937 22.754.878 22.754.878 24.168.937
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 27.451.846 6.121.673 5.465.779 4.880.160 4.357.286 3.890.434 12.244.736 10.293.151 9.190.314 8.715.561 7.326.462 6.541.484 6.203.564
Net Benefit (27.451.846) (6.856.273) (6.856.273) (6.856.273) (6.856.273) (6.856.273) (2.328.937) 5.325.122 8.445.122 10.151.063 14.685.122 17.805.122 19.511.063
Present Value Net Benefit (27.451.846) (6.121.673) (5.465.779) (4.880.160) (4.357.286) (3.890.434) (1.179.912) 2.408.815 3.410.843 3.660.575 4.728.216 5.118.547 5.008.004
Net Benefit Kumulatif (27.451.846) (33.573.518) (39.039.297) (43.919.457) (48.276.743) (52.167.177) (53.347.088) (50.938.274) (47.527.431) (43.866.855) (39.138.639) (34.020.092) (29.012.088)
Tahun
![Page 152: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/152.jpg)
134
Lampiran 12 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 3.600 3.840 3.792 3.648 3.264 3.024 2.784 2.640 2.400 2.304 1.920 1.920 1.680
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 46.800.000 49.920.000 49.296.000 47.424.000 42.432.000 39.312.000 36.192.000 34.320.000 31.200.000 29.952.000 24.960.000 24.960.000 21.840.000
Total Benefit 46.800.000 49.920.000 49.296.000 47.424.000 42.432.000 39.312.000 36.192.000 34.320.000 31.200.000 29.952.000 24.960.000 24.960.000 21.840.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 10.725.352 10.214.621 9.006.195 7.735.882 6.179.981 5.112.116 4.202.136 3.557.843 2.887.860 2.475.308 1.841.747 1.644.417 1.284.701
Cost
1. Peralatan 114.653 114.653 1.528.712 114.653 114.653 1.528.712 1.528.712 114.653 114.653 1.528.712 114.653 114.653 1.528.712
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 19.108.900 19.108.900 19.108.900 19.108.900 19.108.900 19.108.900 19.108.900 19.108.900 19.108.900 19.108.900 19.108.900 19.108.900 19.108.900
4. Pupuk 1.370.108 1.370.108 1.370.108 917.227 917.227 917.227 917.227 917.227 917.227 917.227 917.227 917.227 917.227
5. Obat-obatan 2.161.217 2.161.217 2.161.217 2.161.217 2.161.217 2.161.217 2.161.217 2.161.217 2.161.217 2.161.217 2.161.217 2.161.217 2.161.217
Total Cost 22.754.878 22.754.878 24.168.937 22.301.997 22.301.997 23.716.056 23.716.056 22.301.997 22.301.997 23.716.056 22.301.997 22.301.997 23.716.056
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 5.214.831 4.656.099 4.415.574 3.637.939 3.248.160 3.084.026 2.753.595 2.311.976 2.064.264 1.959.954 1.645.619 1.469.302 1.395.057
Net Benefit 24.045.122 27.165.122 25.127.063 25.122.003 20.130.003 15.595.944 12.475.944 12.018.003 8.898.003 6.235.944 2.658.003 2.658.003 (1.876.056)
Present Value Net Benefit 5.510.521 5.558.522 4.590.621 4.097.943 2.931.821 2.028.090 1.448.542 1.245.867 823.596 515.354 196.129 175.115 (110.356)
Net Benefit Kumulatif (23.501.567) (17.943.045) (13.352.424) (9.254.481) (6.322.660) (4.294.570) (2.846.029) (1.600.161) (776.565) (261.211) (65.083) 110.032 (324)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
UraianTahun
-324
1,00
12,00%
![Page 153: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/153.jpg)
135
Lampiran 13 Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Malintang Jae Kecamatan Bukit Malintang
( kelas kesesuaian lahan S1) skenario Menaikkan Biaya Input
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 2.400 2.880 3.120 3.264 3.360 3.456 3.600
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 31.200.000 37.440.000 40.560.000 42.432.000 43.680.000 44.928.000 46.800.000
Total Benefit - - - - - - 31.200.000 37.440.000 40.560.000 42.432.000 43.680.000 44.928.000 46.800.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 15.806.891 16.935.955 16.381.504 15.301.405 14.063.791 12.915.726 12.012.394
Cost
1. Peralatan 1.282.830 - - - - - 1.682.400 126.180 126.180 1.682.400 126.180 126.180 1.682.400
2. Bibit 3.680.250 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 21.030.000 4.710.720 4.710.720 4.710.720 4.710.720 4.710.720 21.198.240 21.198.240 21.198.240 21.198.240 21.198.240 21.198.240 21.198.240
4. Pupuk 2.891.625 3.015.702 3.015.702 3.015.702 3.015.702 3.015.702 3.015.702 3.015.702 3.015.702 3.015.702 3.015.702 3.015.702 3.015.702
5. Obat-obatan 1.495.233 1.495.233 1.495.233 1.495.233 1.495.233 1.495.233 2.378.493 2.378.493 2.378.493 2.378.493 2.378.493 2.378.493 2.378.493
Total Cost 30.379.938 9.221.655 9.221.655 9.221.655 9.221.655 9.221.655 28.274.835 26.718.615 26.718.615 28.274.835 26.718.615 26.718.615 28.274.835
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 30.379.938 8.233.621 7.351.447 6.563.792 5.860.528 5.232.615 14.324.911 12.086.145 10.791.200 10.196.189 8.602.679 7.680.963 7.257.446
Net Benefit (30.379.938) (9.221.655) (9.221.655) (9.221.655) (9.221.655) (9.221.655) 2.925.165 10.721.385 13.841.385 14.157.165 16.961.385 18.209.385 18.525.165
Present Value Net Benefit (30.379.938) (8.233.621) (7.351.447) (6.563.792) (5.860.528) (5.232.615) 1.481.980 4.849.810 5.590.303 5.105.216 5.461.112 5.234.763 4.754.948
Net Benefit Kumulatif (30.379.938) (38.613.559) (45.965.005) (52.528.797) (58.389.326) (63.621.940) (62.139.961) (57.290.151) (51.699.848) (46.594.632) (41.133.520) (35.898.757) (31.143.808)
Tahun
![Page 154: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/154.jpg)
136
Lampiran 13 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 3.840 4.320 4.080 3.936 3.600 3.360 3.072 2.880 2.640 2.640 2.400 2.400 2.160
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 49.920.000 56.160.000 53.040.000 51.168.000 46.800.000 43.680.000 39.936.000 37.440.000 34.320.000 34.320.000 31.200.000 31.200.000 28.080.000
Total Benefit 49.920.000 56.160.000 53.040.000 51.168.000 46.800.000 43.680.000 39.936.000 37.440.000 34.320.000 34.320.000 31.200.000 31.200.000 28.080.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 11.440.376 11.491.449 9.690.210 8.346.609 6.816.155 5.680.129 4.636.840 3.881.284 3.176.646 2.836.291 2.302.184 2.055.522 1.651.758
Cost
1. Peralatan 126.180 126.180 1.682.400 126.180 126.180 1.682.400 1.682.400 126.180 126.180 1.682.400 126.180 126.180 1.682.400
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 21.198.240 21.198.240 21.198.240 21.198.240 21.198.240 21.198.240 21.198.240 21.198.240 21.198.240 21.198.240 21.198.240 21.198.240 21.198.240
4. Pupuk 3.015.702 3.015.702 3.015.702 1.009.440 1.009.440 1.009.440 1.009.440 1.009.440 1.009.440 1.009.440 1.009.440 1.009.440 1.009.440
5. Obat-obatan 2.378.493 2.378.493 2.378.493 2.378.493 2.378.493 2.378.493 2.378.493 2.378.493 2.378.493 2.378.493 2.378.493 2.378.493 2.378.493
Total Cost 26.718.615 26.718.615 28.274.835 24.712.353 24.712.353 26.268.573 26.268.573 24.712.353 24.712.353 26.268.573 24.712.353 24.712.353 26.268.573
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 6.123.217 5.467.158 5.165.707 4.031.120 3.599.214 3.415.954 3.049.959 2.561.850 2.287.366 2.170.901 1.823.474 1.628.102 1.545.204
Net Benefit 23.201.385 29.441.385 24.765.165 26.455.647 22.087.647 17.411.427 13.667.427 12.727.647 9.607.647 8.051.427 6.487.647 6.487.647 1.811.427
Present Value Net Benefit 5.317.159 6.024.291 4.524.503 4.315.489 3.216.941 2.264.175 1.586.881 1.319.434 889.280 665.390 478.710 427.420 106.554
Net Benefit Kumulatif (25.826.650) (19.802.359) (15.277.856) (10.962.367) (7.745.426) (5.481.251) (3.894.370) (2.574.936) (1.685.656) (1.020.266) (541.556) (114.136) (7.582)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R 12,00%
UraianTahun
-7.582
1,00
![Page 155: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/155.jpg)
137
Lampiran 14 Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Purba Baru Kecamatan Lembah Sorik
Marapi ( kelas kesesuaian lahan S2) skenario Menaikkan Biaya Input
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 2.100 2.520 2.730 2.856 2.940 3.024 3.150
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 27.300.000 32.760.000 35.490.000 37.128.000 38.220.000 39.312.000 40.950.000
Total Benefit - - - - - - 27.313.000 32.760.000 35.490.000 37.128.000 38.220.000 39.312.000 40.950.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 13.837.616 14.818.960 14.333.816 13.388.729 12.305.817 11.301.261 10.510.845
Cost
1. Peralatan 1.034.999 1.034.999 - - - - - 1.357.376 101.803 101.803 1.357.376 101.803 101.803
2. Bibit 3.605.530 2.969.260 - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 14.931.136 18.324.576 3.800.653 3.800.653 3.800.653 3.800.653 3.800.653 13.845.235 13.845.235 13.845.235 13.845.235 13.845.235 13.845.235
4. Pupuk 2.332.990 2.332.990 5.069.799 5.069.799 5.069.799 5.069.799 5.069.799 5.069.799 5.069.799 5.069.799 5.069.799 5.069.799 5.069.799
5. Obat-obatan 848.360 1.206.368 1.206.368 1.206.368 1.206.368 1.206.368 1.206.368 1.918.990 1.918.990 1.918.990 1.918.990 1.918.990 1.918.990
Total Cost 22.753.015 25.868.193 10.076.820 10.076.820 10.076.820 10.076.820 10.076.820 22.191.401 20.935.828 20.935.828 22.191.401 20.935.828 20.935.828
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 22.753.015 23.096.601 8.033.179 7.172.481 6.404.001 5.717.858 5.105.231 10.038.263 8.455.630 7.549.669 7.145.037 6.018.550 5.373.706
Net Benefit (22.753.015) (25.868.193) (10.076.820) (10.076.820) (10.076.820) (10.076.820) 17.236.180 10.568.599 14.554.172 16.192.172 16.028.599 18.376.172 20.014.172
Present Value Net Benefit (22.753.015) (23.096.601) (8.033.179) (7.172.481) (6.404.001) (5.717.858) 8.732.385 4.780.698 5.878.186 5.839.060 5.160.780 5.282.710 5.137.139
Net Benefit Kumulatif (22.753.015) (45.849.616) (53.882.795) (61.055.277) (67.459.278) (73.177.137) (64.444.751) (59.664.054) (53.785.868) (47.946.809) (42.786.029) (37.503.318) (32.366.179)
Tahun
![Page 156: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/156.jpg)
138
Lampiran 14 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 3.360 3.780 3.570 3.444 3.150 2.940 2.688 2.520 2.310 2.310 2.100 2.100 1.890
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 43.680.000 49.140.000 46.410.000 44.772.000 40.950.000 38.220.000 34.944.000 32.760.000 30.030.000 30.030.000 27.300.000 27.300.000 24.570.000
Total Benefit 43.680.000 49.140.000 46.410.000 44.772.000 40.950.000 38.220.000 34.944.000 32.760.000 30.030.000 30.030.000 27.300.000 27.300.000 24.570.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 10.010.329 10.055.018 8.478.933 7.303.283 5.964.136 4.970.113 4.057.235 3.396.123 2.779.565 2.481.755 2.014.411 1.798.581 1.445.289
Cost
1. Peralatan 1.357.376 101.803 101.803 1.357.376 101.803 101.803 1.357.376 1.357.376 101.803 101.803 1.357.376 101.803 101.803
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 13.845.235 13.845.235 13.845.235 13.845.235 13.845.235 13.845.235 13.845.235 13.845.235 13.845.235 13.845.235 13.845.235 13.845.235 13.845.235
4. Pupuk 5.069.799 5.069.799 5.069.799 5.069.799 1.628.851 1.628.851 1.628.851 1.628.851 1.628.851 1.628.851 1.628.851 1.628.851 1.628.851
5. Obat-obatan 1.918.990 1.918.990 1.918.990 1.918.990 1.918.990 1.918.990 1.918.990 1.918.990 1.918.990 1.918.990 1.918.990 1.918.990 1.918.990
Total Cost 22.191.401 20.935.828 20.935.828 22.191.401 17.494.880 17.494.880 18.750.453 18.750.453 17.494.880 17.494.880 18.750.453 17.494.880 17.494.880
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 5.085.696 4.283.885 3.824.898 3.619.898 2.548.030 2.275.027 2.177.055 1.943.799 1.619.319 1.445.821 1.383.558 1.152.599 1.029.107
Net Benefit 21.488.599 28.204.172 25.474.172 22.580.599 23.455.120 20.725.120 16.193.547 14.009.547 12.535.120 12.535.120 8.549.547 9.805.120 7.075.120
Present Value Net Benefit 4.924.632 5.771.132 4.654.036 3.683.385 3.416.106 2.695.086 1.880.181 1.452.324 1.160.246 1.035.934 630.854 645.982 416.182
Net Benefit Kumulatif (27.441.547) (21.670.414) (17.016.378) (13.332.993) (9.916.888) (7.221.802) (5.341.621) (3.889.297) (2.729.051) (1.693.117) (1.062.263) (416.281) (100)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R 12,00%
UraianTahun
-100
1,00
![Page 157: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/157.jpg)
139
Lampiran 15 Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Roburan Lombang Kecamatan
Panyabungan Selatan ( kelas kesesuaian lahan S2) skenario Menaikkan Biaya Input
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.470 1.890 2.100 2.310 2.520 2.730 2.940
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 19.110.000 24.570.000 27.300.000 30.030.000 32.760.000 35.490.000 38.220.000
Total Benefit - - - - - - 19.123.000 24.570.000 27.300.000 30.030.000 32.760.000 35.490.000 38.220.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 9.688.307 11.114.220 11.026.012 10.829.119 10.547.843 10.202.527 9.810.122
Cost
1. Peralatan 1.047.181 - - - - - 1.373.352 103.001 103.001 1.373.352 103.001 103.001 1.373.352
2. Bibit 3.004.208 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 18.402.917 3.708.050 3.708.050 3.708.050 3.708.050 3.708.050 13.870.855 13.870.855 13.870.855 13.870.855 13.870.855 13.870.855 13.870.855
4. Pupuk 2.360.449 2.564.735 2.564.735 2.564.735 2.564.735 2.564.735 2.564.735 2.564.735 2.564.735 2.564.735 2.564.735 2.564.735 2.564.735
5. Obat-obatan 1.220.567 1.220.567 1.220.567 1.220.567 1.220.567 1.220.567 1.941.576 1.941.576 1.941.576 1.941.576 1.941.576 1.941.576 1.941.576
Total Cost 26.035.321 7.493.352 7.493.352 7.493.352 7.493.352 7.493.352 19.750.518 18.480.168 18.480.168 19.750.518 18.480.168 18.480.168 19.750.518
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 26.035.321 6.690.493 5.973.654 5.333.620 4.762.161 4.251.929 10.006.227 8.359.489 7.463.830 7.122.235 5.950.119 5.312.607 5.069.466
Net Benefit (26.035.321) (7.493.352) (7.493.352) (7.493.352) (7.493.352) (7.493.352) (627.518) 6.089.832 8.819.832 10.279.482 14.279.832 17.009.832 18.469.482
Present Value Net Benefit (26.035.321) (6.690.493) (5.973.654) (5.333.620) (4.762.161) (4.251.929) (317.920) 2.754.731 3.562.182 3.706.884 4.597.724 4.889.920 4.740.656
Net Benefit Kumulatif (26.035.321) (32.725.813) (38.699.467) (44.033.087) (48.795.248) (53.047.177) (53.365.097) (50.610.367) (47.048.184) (43.341.300) (38.743.576) (33.853.656) (29.113.000)
Tahun
![Page 158: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/158.jpg)
140
Lampiran 15 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 3.150 3.360 3.318 3.192 2.856 2.646 2.436 2.310 2.100 2.016 1.680 1.680 1.470
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 40.950.000 43.680.000 43.134.000 41.496.000 37.128.000 34.398.000 31.668.000 30.030.000 27.300.000 26.208.000 21.840.000 21.840.000 19.110.000
Total Benefit 40.950.000 43.680.000 43.134.000 41.496.000 37.128.000 34.398.000 31.668.000 30.030.000 27.300.000 26.208.000 21.840.000 21.840.000 19.110.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 9.384.683 8.937.793 7.880.421 6.768.896 5.407.483 4.473.102 3.676.869 3.113.113 2.526.877 2.165.895 1.611.529 1.438.865 1.124.113
Cost
1. Peralatan 103.001 103.001 1.373.352 103.001 103.001 1.373.352 1.373.352 103.001 103.001 1.373.352 103.001 103.001 1.373.352
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 13.870.855 13.870.855 13.870.855 13.870.855 13.870.855 13.870.855 13.870.855 13.870.855 13.870.855 13.870.855 13.870.855 13.870.855 13.870.855
4. Pupuk 2.564.735 2.564.735 2.564.735 824.011 824.011 824.011 824.011 824.011 824.011 824.011 824.011 824.011 824.011
5. Obat-obatan 1.941.576 1.941.576 1.941.576 1.941.576 1.941.576 1.941.576 1.941.576 1.941.576 1.941.576 1.941.576 1.941.576 1.941.576 1.941.576
Total Cost 18.480.168 18.480.168 19.750.518 16.739.444 16.739.444 18.009.795 18.009.795 16.739.444 16.739.444 18.009.795 16.739.444 16.739.444 18.009.795
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 4.235.178 3.781.408 3.608.346 2.730.566 2.438.005 2.341.986 2.091.059 1.735.324 1.549.396 1.488.375 1.235.169 1.102.830 1.059.396
Net Benefit 22.469.832 25.199.832 23.383.482 24.756.556 20.388.556 16.388.205 13.658.205 13.290.556 10.560.556 8.198.205 5.100.556 5.100.556 1.100.205
Present Value Net Benefit 5.149.506 5.156.385 4.272.075 4.038.331 2.969.478 2.131.115 1.585.810 1.377.789 977.481 677.520 376.360 336.035 64.718
Net Benefit Kumulatif (23.963.495) (18.807.110) (14.535.035) (10.496.705) (7.527.227) (5.396.111) (3.810.301) (2.432.512) (1.455.031) (777.511) (401.151) (65.116) (398)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
-398
1,00
UraianTahun
12,00%
![Page 159: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/159.jpg)
141
Lampiran 16 Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Tambangan Kecamatan Tambangan
( kelas kesesuaian lahan S3) skenario Menaikkan Biaya Input
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.302 1.674 1.860 2.046 2.232 2.418 2.604
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 16.926.000 21.762.000 24.180.000 26.598.000 29.016.000 31.434.000 33.852.000
Total Benefit - - - - - - 16.939.000 21.762.000 24.180.000 26.598.000 29.016.000 31.434.000 33.852.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 8.581.825 9.844.024 9.765.896 9.591.505 9.342.375 9.036.524 8.688.965
Cost
1. Peralatan 854.000 854.000 - - - - - 1.120.000 84.000 84.000 1.120.000 84.000 84.000
2. Bibit 2.975.000 3.062.500 - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 12.320.000 15.624.000 3.024.000 3.024.000 3.024.000 3.024.000 3.024.000 11.312.000 11.312.000 11.312.000 11.312.000 11.312.000 11.312.000
4. Pupuk 1.925.000 1.925.000 2.440.200 2.440.200 2.440.200 2.440.200 2.440.200 2.440.200 2.440.200 2.440.200 2.440.200 2.440.200 2.440.200
5. Obat-obatan 700.000 995.400 995.400 995.400 995.400 995.400 995.400 1.583.400 1.583.400 1.583.400 1.583.400 1.583.400 1.583.400
Total Cost 18.774.000 22.460.900 6.459.600 6.459.600 6.459.600 6.459.600 6.459.600 16.455.600 15.419.600 15.419.600 16.455.600 15.419.600 15.419.600
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 18.774.000 20.054.375 5.149.554 4.597.816 4.105.193 3.665.351 3.272.634 7.443.678 6.227.718 5.560.462 5.298.263 4.432.767 3.957.827
Net Benefit (18.774.000) (22.460.900) (6.459.600) (6.459.600) (6.459.600) (6.459.600) 10.479.400 5.306.400 8.760.400 11.178.400 12.560.400 16.014.400 18.432.400
Present Value Net Benefit (18.774.000) (20.054.375) (5.149.554) (4.597.816) (4.105.193) (3.665.351) 5.309.190 2.400.346 3.538.179 4.031.043 4.044.113 4.603.757 4.731.138
Net Benefit Kumulatif (18.774.000) (38.828.375) (43.977.929) (48.575.744) (52.680.937) (56.346.287) (51.037.097) (48.636.751) (45.098.573) (41.067.530) (37.023.417) (32.419.660) (27.688.522)
Tahun
![Page 160: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/160.jpg)
142
Lampiran 16 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 2.790 2.976 2.939 2.827 2.530 2.344 2.158 2.046 1.860 1.786 1.488 1.488 1.302
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 38.688.000 38.688.000 38.204.400 36.753.600 32.884.800 30.466.800 28.048.800 26.598.000 24.180.000 23.212.800 19.344.000 19.344.000 16.926.000
Total Benefit 38.688.000 38.688.000 38.204.400 36.753.600 32.884.800 30.466.800 28.048.800 26.598.000 24.180.000 23.212.800 19.344.000 19.344.000 16.926.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 8.866.291 7.916.331 6.979.801 5.995.308 4.789.485 3.961.890 3.256.656 2.757.329 2.238.091 1.918.364 1.427.354 1.274.423 995.643
Cost
1. Peralatan 1.120.000 84.000 84.000 1.120.000 84.000 84.000 1.120.000 1.120.000 84.000 84.000 1.120.000 84.000 84.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 11.312.000 11.312.000 11.312.000 11.312.000 11.312.000 11.312.000 11.312.000 11.312.000 11.312.000 11.312.000 11.312.000 11.312.000 11.312.000
4. Pupuk 2.440.200 2.440.200 2.440.200 2.440.200 784.000 784.000 784.000 784.000 784.000 784.000 784.000 784.000 784.000
5. Obat-obatan 1.583.400 1.583.400 1.583.400 1.583.400 1.583.400 1.583.400 1.583.400 1.583.400 1.583.400 1.583.400 1.583.400 1.583.400 1.583.400
Total Cost 16.455.600 15.419.600 15.419.600 16.455.600 13.763.400 13.763.400 14.799.400 14.799.400 13.763.400 13.763.400 14.799.400 13.763.400 13.763.400
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 3.771.199 3.155.156 2.817.103 2.684.265 2.004.561 1.789.787 1.718.311 1.534.206 1.273.935 1.137.442 1.092.017 906.762 809.609
Net Benefit 22.232.400 23.268.400 22.784.800 20.298.000 19.121.400 16.703.400 13.249.400 11.798.600 10.416.600 9.449.400 4.544.600 5.580.600 3.162.600
Present Value Net Benefit 5.095.092 4.761.176 4.162.698 3.311.043 2.784.924 2.172.103 1.538.345 1.223.123 964.156 780.922 335.337 367.662 186.035
Net Benefit Kumulatif (22.593.429) (17.832.254) (13.669.556) (10.358.512) (7.573.589) (5.401.485) (3.863.140) (2.640.018) (1.675.861) (894.939) (559.602) (191.941) (5.906)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
UraianTahun
-5.906
1,00
12,00%
![Page 161: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/161.jpg)
143
Lampiran 17 Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Hutarimbaru Kecamatan Kotanopan
( kelas kesesuaian lahan S3) skenario Menaikkan Biaya Input
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.860 2.232 2.418 2.530 2.604 2.678 2.790
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 24.180.000 29.016.000 31.434.000 32.884.800 33.852.000 34.819.200 36.270.000
Total Benefit - - - - - - 24.193.000 29.016.000 31.434.000 32.884.800 33.852.000 34.819.200 36.270.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 12.256.927 13.125.365 12.695.665 11.858.589 10.899.438 10.009.688 9.309.606
Cost
1. Peralatan 878.778 878.778 - - - - - 1.152.496 86.437 86.437 1.152.496 86.437 86.437
2. Bibit 3.061.318 3.151.356 - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 12.677.456 16.192.569 3.226.989 3.226.989 3.226.989 3.226.989 3.226.989 11.755.459 11.755.459 11.755.459 11.755.459 11.755.459 11.755.459
4. Pupuk 1.980.853 1.980.853 5.022.001 5.022.001 5.022.001 5.022.001 5.022.001 5.022.001 5.022.001 5.022.001 5.022.001 5.022.001 5.022.001
5. Obat-obatan 720.310 1.024.281 1.024.281 1.024.281 1.024.281 1.024.281 1.024.281 1.629.341 1.629.341 1.629.341 1.629.341 1.629.341 1.629.341
Total Cost 19.318.714 23.227.837 9.273.271 9.273.271 9.273.271 9.273.271 9.273.271 19.559.298 18.493.239 18.493.239 19.559.298 18.493.239 18.493.239
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 19.318.714 20.739.140 7.392.595 6.600.531 5.893.331 5.261.903 4.698.128 8.847.633 7.469.109 6.668.847 6.297.570 5.316.364 4.746.754
Net Benefit (19.318.714) (23.227.837) (9.273.271) (9.273.271) (9.273.271) (9.273.271) 14.919.729 9.456.702 12.940.761 14.391.561 14.292.702 16.325.961 17.776.761
Present Value Net Benefit (19.318.714) (20.739.140) (7.392.595) (6.600.531) (5.893.331) (5.261.903) 7.558.799 4.277.732 5.226.556 5.189.741 4.601.868 4.693.324 4.562.852
Net Benefit Kumulatif (19.318.714) (40.057.854) (47.450.449) (54.050.980) (59.944.311) (65.206.214) (57.647.415) (53.369.683) (48.143.127) (42.953.386) (38.351.518) (33.658.194) (29.095.343)
Tahun
![Page 162: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/162.jpg)
144
Lampiran 17 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 2.976 3.348 3.162 3.050 2.790 2.604 2.381 2.232 2.046 2.046 1.860 1.860 1.674
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 38.688.000 43.524.000 41.106.000 39.655.200 36.270.000 33.852.000 30.950.400 29.016.000 26.598.000 26.598.000 24.180.000 24.180.000 21.762.000
Total Benefit 38.688.000 43.524.000 41.106.000 39.655.200 36.270.000 33.852.000 30.950.400 29.016.000 26.598.000 26.598.000 24.180.000 24.180.000 21.762.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 8.866.291 8.905.873 7.509.913 6.468.622 5.282.520 4.402.100 3.593.551 3.007.995 2.461.901 2.198.125 1.784.193 1.593.029 1.280.113
Cost
1. Peralatan 1.152.496 86.437 86.437 1.152.496 86.437 86.437 1.152.496 1.152.496 86.437 86.437 1.152.496 86.437 86.437
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 11.755.459 11.755.459 11.755.459 11.755.459 11.755.459 11.755.459 11.755.459 11.755.459 11.755.459 11.755.459 11.755.459 11.755.459 11.755.459
4. Pupuk 5.022.001 5.022.001 5.022.001 5.022.001 1.613.494 1.613.494 1.613.494 1.613.494 1.613.494 1.613.494 1.613.494 1.613.494 1.613.494
5. Obat-obatan 1.629.341 1.629.341 1.629.341 1.629.341 1.629.341 1.629.341 1.629.341 1.629.341 1.629.341 1.629.341 1.629.341 1.629.341 1.629.341
Total Cost 19.559.298 18.493.239 18.493.239 19.559.298 15.084.732 15.084.732 16.150.791 16.150.791 15.084.732 15.084.732 16.150.791 15.084.732 15.084.732
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 4.482.486 3.784.083 3.378.646 3.190.545 2.197.006 1.961.612 1.875.216 1.674.300 1.396.237 1.246.640 1.191.734 993.814 887.334
Net Benefit 19.128.702 25.030.761 22.612.761 20.095.902 21.185.268 18.767.268 14.799.609 12.865.209 11.513.268 11.513.268 8.029.209 9.095.268 6.677.268
Present Value Net Benefit 4.383.805 5.121.790 4.131.267 3.278.077 3.085.514 2.440.488 1.718.335 1.333.695 1.065.664 951.485 592.459 599.215 392.779
Net Benefit Kumulatif (24.711.538) (19.589.748) (15.458.481) (12.180.404) (9.094.890) (6.654.402) (4.936.067) (3.602.373) (2.536.709) (1.585.224) (992.765) (393.549) (770)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
UraianTahun
-770
1,00
12,00%
![Page 163: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/163.jpg)
145
Lampiran 18 Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Sihepeng Kecamatan Siabu
( kelas kesesuaian lahan S1) skenario Menaikkan Tingkat Suku Bunga
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.680 2.160 2.400 2.640 2.880 3.120 3.360
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 21.840.000 28.080.000 31.200.000 34.320.000 37.440.000 40.560.000 43.680.000
Total Benefit - - - - - - 21.840.000 28.080.000 31.200.000 34.320.000 37.440.000 40.560.000 43.680.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,7886 0,6220 0,4905 0,3868 0,3051 0,2406 0,1897 0,1496 0,1180 0,0931 0,0734 0,0579
Present Value Benefit - - - - - - 5.254.569 5.327.977 4.668.749 4.050.177 3.484.523 2.977.050 2.528.434
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 9.920.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
4. Pupuk 1.375.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 14.366.000 3.588.000 3.588.000 3.588.000 3.588.000 3.588.000 12.648.000 11.908.000 11.908.000 12.648.000 11.908.000 11.908.000 12.648.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,7886 0,6220 0,4905 0,3868 0,3051 0,2406 0,1897 0,1496 0,1180 0,0931 0,0734 0,0579
Present Value Cost 14.366.000 2.829.653 2.231.588 1.759.927 1.387.955 1.094.602 3.043.031 2.259.457 1.781.906 1.492.618 1.108.272 874.031 732.134
Net Benefit (14.366.000) (3.588.000) (3.588.000) (3.588.000) (3.588.000) (3.588.000) 9.192.000 16.172.000 19.292.000 21.672.000 25.532.000 28.652.000 31.032.000
Present Value Net Benefit (14.366.000) (2.829.653) (2.231.588) (1.759.927) (1.387.955) (1.094.602) 2.211.538 3.068.520 2.886.843 2.557.559 2.376.251 2.103.019 1.796.299
Net Benefit Kumulatif (14.366.000) (17.195.653) (19.427.241) (21.187.168) (22.575.123) (23.669.725) (21.458.186) (18.389.666) (15.502.823) (12.945.263) (10.569.012) (8.465.994) (6.669.694)
Tahun
![Page 164: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/164.jpg)
146
Lampiran 18 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 3.600 3.840 3.792 3.648 3.264 3.024 2.784 2.640 2.400 2.304 1.920 1.920 1.680
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 46.800.000 49.920.000 49.296.000 47.424.000 42.432.000 39.312.000 36.192.000 34.320.000 31.200.000 29.952.000 24.960.000 24.960.000 21.840.000
Total Benefit 46.800.000 49.920.000 49.296.000 47.424.000 42.432.000 39.312.000 36.192.000 34.320.000 31.200.000 29.952.000 24.960.000 24.960.000 21.840.000
Discount Rate (12%) 0,0457 0,0360 0,0284 0,0224 0,0177 0,0139 0,0110 0,0087 0,0068 0,0054 0,0042 0,0034 0,0026
Present Value Benefit 2.136.464 1.797.236 1.399.661 1.061.916 749.318 547.493 397.509 297.278 213.133 161.362 106.048 83.634 57.713
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit
3. Upah Tenaga Kerja 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
4. Pupuk 717.000 717.000 717.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 11.908.000 11.908.000 12.648.000 11.671.000 11.671.000 12.411.000 12.411.000 11.671.000 11.671.000 12.411.000 11.671.000 11.671.000 12.411.000
Discount Rate (12%) 0,0457 0,0360 0,0284 0,0224 0,0177 0,0139 0,0110 0,0087 0,0068 0,0054 0,0042 0,0034 0,0026
Present Value Cost 543.611 428.716 359.115 261.336 206.101 172.846 136.314 101.093 79.727 66.863 49.587 39.106 32.796
Net Benefit 34.892.000 38.012.000 36.648.000 35.753.000 30.761.000 26.901.000 23.781.000 22.649.000 19.529.000 17.541.000 13.289.000 13.289.000 9.429.000
Present Value Net Benefit 1.592.853 1.368.520 1.040.546 800.579 543.217 374.647 261.195 196.184 133.406 94.500 56.461 44.528 24.916
Net Benefit Kumulatif (5.076.842) (3.708.322) (2.667.775) (1.867.196) (1.323.979) (949.332) (688.138) (491.954) (358.547) (264.048) (207.587) (163.059) (138.143)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R 26,72%
UraianTahun
-138.143
1,00
![Page 165: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/165.jpg)
147
Lampiran 19 Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Malintang Jae Kecamatan Bukit Malintang
( kelas kesesuaian lahan S1) skenario Menaikkan Tingkat Suku Bunga
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 2.400 2.880 3.120 3.264 3.360 3.456 3.600
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 31.200.000 37.440.000 40.560.000 42.432.000 43.680.000 44.928.000 46.800.000
Total Benefit - - - - - - 31.200.000 37.440.000 40.560.000 42.432.000 43.680.000 44.928.000 46.800.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,7722 0,5963 0,4605 0,3556 0,2746 0,2120 0,1637 0,1264 0,0976 0,0754 0,0582 0,0450
Present Value Benefit - - - - - - 6.615.093 6.129.816 5.127.903 4.142.529 3.292.949 2.615.469 2.103.820
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 10.000.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000
4. Pupuk 1.375.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 14.446.000 4.385.000 4.385.000 4.385.000 4.385.000 4.385.000 13.445.000 12.705.000 12.705.000 13.445.000 12.705.000 12.705.000 13.445.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,7722 0,5963 0,4605 0,3556 0,2746 0,2120 0,1637 0,1264 0,0976 0,0754 0,0582 0,0450
Present Value Cost 14.446.000 3.386.100 2.614.749 2.019.111 1.559.159 1.203.984 2.850.639 2.080.110 1.606.263 1.312.601 957.805 739.618 604.399
Net Benefit (14.446.000) (4.385.000) (4.385.000) (4.385.000) (4.385.000) (4.385.000) 17.755.000 24.735.000 27.855.000 28.987.000 30.975.000 32.223.000 33.355.000
Present Value Net Benefit (14.446.000) (3.386.100) (2.614.749) (2.019.111) (1.559.159) (1.203.984) 3.764.455 4.049.706 3.521.640 2.829.928 2.335.144 1.875.852 1.499.421
Net Benefit Kumulatif (14.446.000) (17.832.100) (20.446.850) (22.465.961) (24.025.121) (25.229.105) (21.464.650) (17.414.944) (13.893.303) (11.063.375) (8.728.232) (6.852.380) (5.352.958)
Tahun
![Page 166: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/166.jpg)
148
Lampiran 19 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 3.840 4.320 4.080 3.936 3.600 3.360 3.072 2.880 2.640 2.640 2.400 2.400 2.160
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 49.920.000 56.160.000 53.040.000 51.168.000 46.800.000 43.680.000 39.936.000 37.440.000 34.320.000 34.320.000 31.200.000 31.200.000 28.080.000
Total Benefit 49.920.000 56.160.000 53.040.000 51.168.000 46.800.000 43.680.000 39.936.000 37.440.000 34.320.000 34.320.000 31.200.000 31.200.000 28.080.000
Discount Rate (12%) 0,0347 0,0268 0,0207 0,0160 0,0123 0,0095 0,0074 0,0057 0,0044 0,0034 0,0026 0,0020 0,0016
Present Value Benefit 1.732.876 1.505.395 1.097.885 817.866 577.643 416.320 293.927 212.785 150.620 116.309 81.649 63.049 43.818
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit
3. Upah Tenaga Kerja 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000
4. Pupuk 1.434.000 1.434.000 1.434.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 12.705.000 12.705.000 13.445.000 11.751.000 11.751.000 12.491.000 12.491.000 11.751.000 11.751.000 12.491.000 11.751.000 11.751.000 12.491.000
Discount Rate (12%) 0,0347 0,0268 0,0207 0,0160 0,0123 0,0095 0,0074 0,0057 0,0044 0,0034 0,0026 0,0020 0,0016
Present Value Cost 441.030 340.563 278.301 187.827 145.040 119.053 91.933 66.785 51.571 42.331 30.752 23.747 19.492
Net Benefit 37.215.000 43.455.000 39.595.000 39.417.000 35.049.000 31.189.000 27.445.000 25.689.000 22.569.000 21.829.000 19.449.000 19.449.000 15.589.000
Present Value Net Benefit 1.291.847 1.164.831 819.585 630.039 432.603 297.266 201.994 146.000 99.048 73.977 50.897 39.303 24.326
Net Benefit Kumulatif (4.061.112) (2.896.280) (2.076.696) (1.446.657) (1.014.054) (716.788) (514.794) (368.794) (269.746) (195.769) (144.872) (105.569) (81.243)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R 29,45%
UraianTahun
-81.243
1,00
![Page 167: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/167.jpg)
149
Lampiran 20 Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Purba Baru Kecamatan Lembah Sorik
Marapi ( kelas kesesuaian lahan S2) skenario Menaikkan Tingkat Suku Bunga
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 2.100 2.520 2.730 2.856 2.940 3.024 3.150
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 27.300.000 32.760.000 35.490.000 37.128.000 38.220.000 39.312.000 40.950.000
Total Benefit - - - - - - 27.313.000 32.760.000 35.490.000 37.128.000 38.220.000 39.312.000 40.950.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8032 0,6452 0,5182 0,4162 0,3343 0,2685 0,2157 0,1732 0,1391 0,1118 0,0898 0,0721
Present Value Benefit - - - - - - 7.334.209 7.065.753 6.148.245 5.166.273 4.271.665 3.529.086 2.952.716
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 10.800.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. Pupuk 1.375.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 15.246.000 5.939.000 5.939.000 5.939.000 5.939.000 5.939.000 13.079.000 12.339.000 12.339.000 13.079.000 12.339.000 12.339.000 13.079.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8032 0,6452 0,5182 0,4162 0,3343 0,2685 0,2157 0,1732 0,1391 0,1118 0,0898 0,0721
Present Value Cost 15.246.000 4.770.281 3.831.551 3.077.551 2.471.929 1.985.485 3.512.032 2.661.304 2.137.594 1.819.912 1.379.070 1.107.687 943.067
Net Benefit (15.246.000) (5.939.000) (5.939.000) (5.939.000) (5.939.000) (5.939.000) 14.234.000 20.421.000 23.151.000 24.049.000 25.881.000 26.973.000 27.871.000
Present Value Net Benefit (15.246.000) (4.770.281) (3.831.551) (3.077.551) (2.471.929) (1.985.485) 3.822.178 4.404.449 4.010.652 3.346.362 2.892.594 2.421.399 2.009.650
Net Benefit Kumulatif (15.246.000) (20.016.281) (23.847.832) (26.925.383) (29.397.312) (31.382.797) (27.560.619) (23.156.171) (19.145.519) (15.799.157) (12.906.563) (10.485.164) (8.475.514)
Tahun
![Page 168: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/168.jpg)
150
Lampiran 20 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 3.360 3.780 3.570 3.444 3.150 2.940 2.688 2.520 2.310 2.310 2.100 2.100 1.890
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 43.680.000 49.140.000 46.410.000 44.772.000 40.950.000 38.220.000 34.944.000 32.760.000 30.030.000 30.030.000 27.300.000 27.300.000 24.570.000
Total Benefit 43.680.000 49.140.000 46.410.000 44.772.000 40.950.000 38.220.000 34.944.000 32.760.000 30.030.000 30.030.000 27.300.000 27.300.000 24.570.000
Discount Rate (12%) 0,0579 0,0465 0,0374 0,0300 0,0241 0,0194 0,0156 0,0125 0,0100 0,0081 0,0065 0,0052 0,0042
Present Value Benefit 2.529.770 2.285.937 1.734.089 1.343.683 987.131 740.018 543.444 409.220 301.300 242.008 176.713 141.938 102.606
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. Pupuk 2.988.000 2.988.000 2.988.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 12.339.000 12.339.000 13.079.000 10.311.000 10.311.000 11.051.000 11.051.000 10.311.000 10.311.000 11.051.000 10.311.000 10.311.000 11.051.000
Discount Rate (12%) 0,0579 0,0465 0,0374 0,0300 0,0241 0,0194 0,0156 0,0125 0,0100 0,0081 0,0065 0,0052 0,0042
Present Value Cost 714.625 573.996 488.691 309.450 248.555 213.970 171.864 128.799 103.453 89.059 66.743 53.609 46.150
Net Benefit 31.341.000 36.801.000 33.331.000 34.461.000 30.639.000 27.169.000 23.893.000 22.449.000 19.719.000 18.979.000 16.989.000 16.989.000 13.519.000
Present Value Net Benefit 1.815.145 1.711.941 1.245.398 1.034.233 738.577 526.048 371.581 280.421 197.847 152.949 109.970 88.329 56.456
Net Benefit Kumulatif (6.660.369) (4.948.429) (3.703.031) (2.668.798) (1.930.222) (1.404.174) (1.032.593) (752.173) (554.326) (401.377) (291.407) (203.078) (146.622)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R 24,44%
UraianTahun
-146.622
1,00
![Page 169: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/169.jpg)
151
Lampiran 21 Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Roburan Lombang Kecamatan
Panyabungan Selatan ( kelas kesesuaian lahan S2) skenario Menaikkan Tingkat Suku Bunga
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.470 1.890 2.100 2.310 2.520 2.730 2.940
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 19.110.000 24.570.000 27.300.000 30.030.000 32.760.000 35.490.000 38.220.000
Total Benefit - - - - - - 19.123.000 24.570.000 27.300.000 30.030.000 32.760.000 35.490.000 38.220.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8104 0,6567 0,5322 0,4313 0,3495 0,2832 0,2295 0,1860 0,1507 0,1221 0,0990 0,0802
Present Value Benefit - - - - - - 5.415.831 5.638.960 5.077.400 4.526.045 4.001.219 3.512.685 3.065.553
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 10.720.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. Pupuk 1.375.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 15.166.000 4.365.000 4.365.000 4.365.000 4.365.000 4.365.000 11.505.000 10.765.000 10.765.000 11.505.000 10.765.000 10.765.000 11.505.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8104 0,6567 0,5322 0,4313 0,3495 0,2832 0,2295 0,1860 0,1507 0,1221 0,0990 0,0802
Present Value Cost 15.166.000 3.537.277 2.866.513 2.322.944 1.882.451 1.525.487 3.258.334 2.470.631 2.002.132 1.734.004 1.314.808 1.065.485 922.794
Net Benefit (15.166.000) (4.365.000) (4.365.000) (4.365.000) (4.365.000) (4.365.000) 7.618.000 13.805.000 16.535.000 18.525.000 21.995.000 24.725.000 26.715.000
Present Value Net Benefit (15.166.000) (3.537.277) (2.866.513) (2.322.944) (1.882.451) (1.525.487) 2.157.496 3.168.329 3.075.268 2.792.041 2.686.410 2.447.200 2.142.759
Net Benefit Kumulatif (15.166.000) (18.703.277) (21.569.790) (23.892.734) (25.775.185) (27.300.672) (25.143.176) (21.974.847) (18.899.579) (16.107.538) (13.421.128) (10.973.927) (8.831.168)
Tahun
![Page 170: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/170.jpg)
152
Lampiran 21 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 3.150 3.360 3.318 3.192 2.856 2.646 2.436 2.310 2.100 2.016 1.680 1.680 1.470
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 40.950.000 43.680.000 43.134.000 41.496.000 37.128.000 34.398.000 31.668.000 30.030.000 27.300.000 26.208.000 21.840.000 21.840.000 19.110.000
Total Benefit 40.950.000 43.680.000 43.134.000 41.496.000 37.128.000 34.398.000 31.668.000 30.030.000 27.300.000 26.208.000 21.840.000 21.840.000 19.110.000
Discount Rate (12%) 0,0650 0,0527 0,0427 0,0346 0,0280 0,0227 0,0184 0,0149 0,0121 0,0098 0,0079 0,0064 0,0052
Present Value Benefit 2.661.686 2.300.755 1.841.163 1.435.369 1.040.744 781.376 582.952 447.973 330.023 256.744 173.382 140.504 99.628
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. Pupuk 1.494.000 1.494.000 1.494.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 10.765.000 10.765.000 11.505.000 9.751.000 9.751.000 10.491.000 10.491.000 9.751.000 9.751.000 10.491.000 9.751.000 9.751.000 10.491.000
Discount Rate (12%) 0,0650 0,0527 0,0427 0,0346 0,0280 0,0227 0,0184 0,0149 0,0121 0,0098 0,0079 0,0064 0,0052
Present Value Cost 699.708 567.024 491.088 337.292 273.333 238.311 193.121 145.461 117.877 102.774 77.411 62.731 54.694
Net Benefit 30.185.000 32.915.000 31.629.000 31.745.000 27.377.000 23.907.000 21.177.000 20.279.000 17.549.000 15.717.000 12.089.000 12.089.000 8.619.000
Present Value Net Benefit 1.961.978 1.733.731 1.350.076 1.098.077 767.411 543.065 389.831 302.513 212.146 153.970 95.971 77.773 44.934
Net Benefit Kumulatif (6.869.191) (5.135.460) (3.785.384) (2.687.308) (1.919.896) (1.376.831) (987.000) (684.487) (472.342) (318.372) (222.400) (144.628) (99.693)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R 23,35%
-99.693
1,00
UraianTahun
![Page 171: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/171.jpg)
153
Lampiran 22 Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Tambangan Kecamatan Tambangan
( kelas kesesuaian lahan S3) skenario Menaikkan Tingkat Suku Bunga
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.302 1.674 1.860 2.046 2.232 2.418 2.604
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 16.926.000 21.762.000 24.180.000 26.598.000 29.016.000 31.434.000 33.852.000
Total Benefit - - - - - - 16.939.000 21.762.000 24.180.000 26.598.000 29.016.000 31.434.000 33.852.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8313 0,6910 0,5744 0,4775 0,3969 0,3299 0,2742 0,2280 0,1895 0,1575 0,1309 0,1088
Present Value Benefit - - - - - - 5.588.484 5.968.146 5.512.280 5.040.323 4.570.685 4.116.023 3.684.655
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 2.187.500 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 11.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. Pupuk 1.375.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 16.043.500 4.614.000 4.614.000 4.614.000 4.614.000 4.614.000 11.754.000 11.014.000 11.014.000 11.754.000 11.014.000 11.014.000 11.754.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8313 0,6910 0,5744 0,4775 0,3969 0,3299 0,2742 0,2280 0,1895 0,1575 0,1309 0,1088
Present Value Cost 16.043.500 3.835.411 3.188.206 2.650.213 2.203.003 1.831.258 3.877.858 3.020.548 2.510.846 2.227.384 1.734.957 1.442.192 1.279.376
Net Benefit (16.043.500) (4.614.000) (4.614.000) (4.614.000) (4.614.000) (4.614.000) 5.185.000 10.748.000 13.166.000 14.844.000 18.002.000 20.420.000 22.098.000
Present Value Net Benefit (16.043.500) (3.835.411) (3.188.206) (2.650.213) (2.203.003) (1.831.258) 1.710.626 2.947.598 3.001.434 2.812.939 2.835.727 2.673.830 2.405.279
Net Benefit Kumulatif (16.043.500) (19.878.911) (23.067.117) (25.717.330) (27.920.333) (29.751.590) (28.040.965) (25.093.367) (22.091.932) (19.278.993) (16.443.266) (13.769.436) (11.364.157)
Tahun
![Page 172: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/172.jpg)
154
Lampiran 22 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 2.790 2.976 2.939 2.827 2.530 2.344 2.158 2.046 1.860 1.786 1.488 1.488 1.302
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 38.688.000 38.688.000 38.204.400 36.753.600 32.884.800 30.466.800 28.048.800 26.598.000 24.180.000 23.212.800 19.344.000 19.344.000 16.926.000
Total Benefit 38.688.000 38.688.000 38.204.400 36.753.600 32.884.800 30.466.800 28.048.800 26.598.000 24.180.000 23.212.800 19.344.000 19.344.000 16.926.000
Discount Rate (12%) 0,0905 0,0752 0,0625 0,0520 0,0432 0,0359 0,0299 0,0248 0,0206 0,0171 0,0143 0,0118 0,0098
Present Value Benefit 3.500.444 2.909.762 2.388.521 1.910.072 1.420.625 1.094.071 837.274 659.989 498.745 398.001 275.700 229.177 166.692
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. Pupuk 1.743.000 1.743.000 1.743.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 11.014.000 11.014.000 11.754.000 9.831.000 9.831.000 10.571.000 10.571.000 9.831.000 9.831.000 10.571.000 9.831.000 9.831.000 10.571.000
Discount Rate (12%) 0,0905 0,0752 0,0625 0,0520 0,0432 0,0359 0,0299 0,0248 0,0206 0,0171 0,0143 0,0118 0,0098
Present Value Cost 996.534 828.374 734.854 510.914 424.700 379.607 315.551 243.941 202.777 181.248 140.116 116.472 104.106
Net Benefit 27.674.000 27.674.000 26.450.400 26.922.600 23.053.800 19.895.800 17.477.800 16.767.000 14.349.000 12.641.800 9.513.000 9.513.000 6.355.000
Present Value Net Benefit 2.503.910 2.081.389 1.653.666 1.399.159 995.926 714.464 521.723 416.047 295.967 216.753 135.584 112.705 62.586
Net Benefit Kumulatif (8.860.246) (6.778.858) (5.125.192) (3.726.033) (2.730.108) (2.015.644) (1.493.921) (1.077.874) (781.907) (565.154) (429.570) (316.865) (254.279)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R 12,00%
UraianTahun
-5.906
1,00
![Page 173: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/173.jpg)
155
Lampiran 23 Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Karet Rakyat ( 1 ha) di Desa : Hutarimbaru Kecamatan Kotanopan
( kelas kesesuaian lahan S3) skenario Menaikkan Tingkat Suku Bunga
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.860 2.232 2.418 2.530 2.604 2.678 2.790
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 24.180.000 29.016.000 31.434.000 32.884.800 33.852.000 34.819.200 36.270.000
Total Benefit - - - - - - 24.193.000 29.016.000 31.434.000 32.884.800 33.852.000 34.819.200 36.270.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8278 0,6853 0,5673 0,4696 0,3887 0,3218 0,2664 0,2205 0,1826 0,1511 0,1251 0,1036
Present Value Benefit - - - - - - 7.785.529 7.729.813 6.932.090 6.003.338 5.115.817 4.355.946 3.756.162
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 2.187.500 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 11.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. Pupuk 1.375.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 16.123.500 6.437.000 6.437.000 6.437.000 6.437.000 6.437.000 13.577.000 12.837.000 12.837.000 13.577.000 12.837.000 12.837.000 13.577.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8278 0,6853 0,5673 0,4696 0,3887 0,3218 0,2664 0,2205 0,1826 0,1511 0,1251 0,1036
Present Value Cost 16.123.500 5.328.642 4.411.128 3.651.596 3.022.844 2.502.355 4.369.203 3.419.755 2.830.923 2.478.571 1.939.966 1.605.932 1.406.049
Net Benefit (16.123.500) (6.437.000) (6.437.000) (6.437.000) (6.437.000) (6.437.000) 10.616.000 16.179.000 18.597.000 19.307.800 21.015.000 21.982.200 22.693.000
Present Value Net Benefit (16.123.500) (5.328.642) (4.411.128) (3.651.596) (3.022.844) (2.502.355) 3.416.326 4.310.058 4.101.167 3.524.767 3.175.851 2.750.014 2.350.113
Net Benefit Kumulatif (16.123.500) (21.452.142) (25.863.270) (29.514.866) (32.537.710) (35.040.065) (31.623.739) (27.313.681) (23.212.514) (19.687.747) (16.511.897) (13.761.883) (11.411.770)
Tahun
![Page 174: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/174.jpg)
156
Lampiran 23 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 2.976 3.348 3.162 3.050 2.790 2.604 2.381 2.232 2.046 2.046 1.860 1.860 1.674
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 38.688.000 43.524.000 41.106.000 39.655.200 36.270.000 33.852.000 30.950.400 29.016.000 26.598.000 26.598.000 24.180.000 24.180.000 21.762.000
Total Benefit 38.688.000 43.524.000 41.106.000 39.655.200 36.270.000 33.852.000 30.950.400 29.016.000 26.598.000 26.598.000 24.180.000 24.180.000 21.762.000
Discount Rate (12%) 0,0857 0,0710 0,0587 0,0486 0,0403 0,0333 0,0276 0,0228 0,0189 0,0157 0,0130 0,0107 0,0089
Present Value Benefit 3.316.700 3.088.814 2.414.911 1.928.542 1.460.191 1.128.183 853.875 662.672 502.856 416.271 313.269 259.328 193.208
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. Pupuk 3.486.000 3.486.000 3.486.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 12.837.000 12.837.000 13.577.000 10.471.000 10.471.000 11.211.000 11.211.000 10.471.000 10.471.000 11.211.000 10.471.000 10.471.000 11.211.000
Discount Rate (12%) 0,0857 0,0710 0,0587 0,0486 0,0403 0,0333 0,0276 0,0228 0,0189 0,0157 0,0130 0,0107 0,0089
Present Value Cost 1.100.508 911.017 797.627 509.234 421.551 373.628 309.295 239.138 197.962 175.457 135.659 112.301 99.534
Net Benefit 25.851.000 30.687.000 27.529.000 29.184.200 25.799.000 22.641.000 19.739.400 18.545.000 16.127.000 15.387.000 13.709.000 13.709.000 10.551.000
Present Value Net Benefit 2.216.191 2.177.797 1.617.284 1.419.309 1.038.640 754.555 544.581 423.534 304.893 240.814 177.610 147.028 93.674
Net Benefit Kumulatif (9.195.579) (7.017.782) (5.400.498) (3.981.189) (2.942.549) (2.187.994) (1.643.414) (1.219.880) (914.987) (674.173) (496.563) (349.535) (255.861)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R 20,71%
UraianTahun
-255.861
1,00
![Page 175: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/175.jpg)
157
Lampiran 24 Analisis Break Event Point (BEP) Harga Pengusahaan Karet Rakyat (1ha)
di Desa : Sihepeng Kecamatan Siabu (Kelas Kesesuaian Lahan S1)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.680 2.160 2.400 2.640 2.880 3.120 3.360
Harga (Rp) - - - - - - 6.803 6.803 6.803 6.803 6.803 6.803 6.803
Penerimaan (Rp) - - - - - - 11.429.254 14.694.755 16.327.506 17.960.256 19.593.007 21.225.757 22.858.508
Total Benefit - - - - - - 11.429.254 14.694.755 16.327.506 17.960.256 19.593.007 21.225.757 22.858.508
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 5.790.416 6.647.161 6.594.406 6.476.648 6.308.424 6.101.898 5.867.210
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 9.920.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
4. Pupuk 1.375.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 14.366.000 3.588.000 3.588.000 3.588.000 3.588.000 3.588.000 12.648.000 11.908.000 11.908.000 12.648.000 11.908.000 11.908.000 12.648.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 14.366.000 3.203.571 2.860.332 2.553.868 2.280.239 2.035.928 6.407.870 5.386.574 4.809.441 4.560.996 3.834.057 3.423.265 3.246.427
Net Benefit (14.366.000) (3.588.000) (3.588.000) (3.588.000) (3.588.000) (3.588.000) (1.218.746) 2.786.755 4.419.506 5.312.256 7.685.007 9.317.757 10.210.508
Present Value Net Benefit (14.366.000) (3.203.571) (2.860.332) (2.553.868) (2.280.239) (2.035.928) (617.455) 1.260.586 1.784.964 1.915.653 2.474.366 2.678.633 2.620.783
Net Benefit Kumulatif (14.366.000) (17.569.571) (20.429.903) (22.983.771) (25.264.009) (27.299.937) (27.917.392) (26.656.805) (24.871.841) (22.956.188) (20.481.822) (17.803.189) (15.182.406)
Tahun
![Page 176: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/176.jpg)
158
Lampiran 24 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 3.600 3.840 3.792 3.648 3.264 3.024 2.784 2.640 2.400 2.304 1.920 1.920 1.680
Harga (Rp) 6.803 6.803 6.803 6.803 6.803 6.803 6.803 6.803 6.803 6.803 6.803 6.803 6.803
Penerimaan (Rp) 24.491.258 26.124.009 25.797.459 24.817.808 22.205.408 20.572.657 18.939.906 17.960.256 16.327.506 15.674.405 13.062.004 13.062.004 11.429.254
Total Benefit 24.491.258 26.124.009 25.797.459 24.817.808 22.205.408 20.572.657 18.939.906 17.960.256 16.327.506 15.674.405 13.062.004 13.062.004 11.429.254
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 5.612.764 5.345.490 4.713.099 4.048.322 3.234.092 2.675.260 2.199.051 1.861.882 1.511.268 1.295.372 963.819 860.552 672.307
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit
3. Upah Tenaga Kerja 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
4. Pupuk 717.000 717.000 717.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 11.908.000 11.908.000 12.648.000 11.671.000 11.671.000 12.411.000 12.411.000 11.671.000 11.671.000 12.411.000 11.671.000 11.671.000 12.411.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 2.729.006 2.436.613 2.310.742 1.903.793 1.699.815 1.613.921 1.441.001 1.209.895 1.080.263 1.025.676 861.179 768.910 730.056
Net Benefit 12.583.258 14.216.009 13.149.459 13.146.808 10.534.408 8.161.657 6.528.906 6.289.256 4.656.506 3.263.405 1.391.004 1.391.004 (981.746)
Present Value Net Benefit 2.883.758 2.908.877 2.402.357 2.144.529 1.534.277 1.061.339 758.050 651.987 431.004 269.696 102.639 91.642 (57.750)
Net Benefit Kumulatif (12.298.648) (9.389.771) (6.987.414) (4.842.885) (3.308.608) (2.247.270) (1.489.219) (837.232) (406.228) (136.532) (33.893) 57.750 0
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R 12,00%
UraianTahun
0
1,00
![Page 177: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/177.jpg)
159
Lampiran 25 Analisis Break Event Point (BEP) Volume Produksi Pengusahaan Karet Rakyat (1ha)
di Desa : Sihepeng Kecamatan Siabu (Kelas Kesesuaian Lahan S1)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.430 1.430 1.430 1.430 1.430 1.430
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233
Total Benefit - - - - - - 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875
Present Value Benefit - - - - - - 9.416.871 8.407.920 7.507.072 6.702.743 5.984.592 5.343.385
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 9.920.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
4. Pupuk 1.375.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000 717.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 14.366.000 3.588.000 3.588.000 3.588.000 3.588.000 3.588.000 12.648.000 11.908.000 11.908.000 12.648.000 11.908.000 11.908.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875
Present Value Cost 14.366.000 3.203.571 2.860.332 2.553.868 2.280.239 2.035.928 6.407.870 5.386.574 4.809.441 4.560.996 3.834.057 3.423.265
Net Benefit (14.366.000) (3.588.000) (3.588.000) (3.588.000) (3.588.000) (3.588.000) 5.939.233 6.679.233 6.679.233 5.939.233 6.679.233 6.679.233
Present Value Net Benefit (14.366.000) (3.203.571) (2.860.332) (2.553.868) (2.280.239) (2.035.928) 3.009.000 3.021.346 2.697.630 2.141.747 2.150.534 1.920.120
Net Benefit Kumulatif (14.366.000) (17.569.571) (20.429.903) (22.983.771) (25.264.009) (27.299.937) (24.290.937) (21.269.591) (18.571.960) (16.430.213) (14.279.679) (12.359.559)
Tahun
![Page 178: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/178.jpg)
160
Lampiran 25 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 1.430 1.430 1.430 1.430 1.430 1.430 1.430 1.430 1.430 1.430 1.430 1.430 1.430
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233
Total Benefit 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233 18.587.233
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 4.259.714 3.803.316 3.395.818 3.031.980 2.707.125 2.417.076 2.158.104 1.926.878 1.720.427 1.536.096 1.371.514 1.224.566 1.093.363
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit
3. Upah Tenaga Kerja 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
4. Pupuk 717.000 717.000 717.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 11.908.000 11.908.000 12.648.000 11.671.000 11.671.000 12.411.000 12.411.000 11.671.000 11.671.000 12.411.000 11.671.000 11.671.000 12.411.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 2.729.006 2.436.613 2.310.742 1.903.793 1.699.815 1.613.921 1.441.001 1.209.895 1.080.263 1.025.676 861.179 768.910 730.056
Net Benefit 6.679.233 6.679.233 5.939.233 6.916.233 6.916.233 6.176.233 6.176.233 6.916.233 6.916.233 6.176.233 6.916.233 6.916.233 6.176.233
Present Value Net Benefit 1.530.708 1.366.703 1.085.076 1.128.187 1.007.310 803.155 717.103 716.984 640.164 510.419 510.335 455.656 363.306
Net Benefit Kumulatif (9.304.398) (7.937.695) (6.852.619) (5.724.432) (4.717.121) (3.913.966) (3.196.864) (2.479.880) (1.839.717) (1.329.297) (818.962) (363.306) (0)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
UraianTahun
0
1,00
12,00%
![Page 179: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/179.jpg)
161
Lampiran 26 Analisis Break Event Point (BEP) Harga Pengusahaan Karet Rakyat (1ha)
di Desa : Malintang Jae Kecamatan Bukit Malintang (Kelas Kesesuaian Lahan S1)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 2.400 2.880 3.120 3.264 3.360 3.456 3.600
Harga (Rp) - - - - - - 6.182 6.182 6.182 6.182 6.182 6.182 6.182
Penerimaan (Rp) - - - - - - 14.836.583 17.803.899 19.287.557 20.177.752 20.771.216 21.364.679 22.254.874
Total Benefit - - - - - - 14.836.583 17.803.899 19.287.557 20.177.752 20.771.216 21.364.679 22.254.874
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 7.516.675 8.053.580 7.789.921 7.276.300 6.687.776 6.141.835 5.712.272
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 10.000.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000
4. Pupuk 1.375.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 14.446.000 4.385.000 4.385.000 4.385.000 4.385.000 4.385.000 13.445.000 12.705.000 12.705.000 13.445.000 12.705.000 12.705.000 13.445.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 14.446.000 3.915.179 3.495.695 3.121.156 2.786.747 2.488.167 6.811.655 5.747.097 5.131.336 4.848.402 4.090.670 3.652.384 3.450.997
Net Benefit (14.446.000) (4.385.000) (4.385.000) (4.385.000) (4.385.000) (4.385.000) 1.391.583 5.098.899 6.582.557 6.732.752 8.066.216 8.659.679 8.809.874
Present Value Net Benefit (14.446.000) (3.915.179) (3.495.695) (3.121.156) (2.786.747) (2.488.167) 705.019 2.306.483 2.658.585 2.427.898 2.597.106 2.489.451 2.261.275
Net Benefit Kumulatif (14.446.000) (18.361.179) (21.856.874) (24.978.030) (27.764.777) (30.252.944) (29.547.925) (27.241.442) (24.582.857) (22.154.959) (19.557.853) (17.068.403) (14.807.127)
Tahun
![Page 180: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/180.jpg)
162
Lampiran 26 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 3.840 4.320 4.080 3.936 3.600 3.360 3.072 2.880 2.640 2.640 2.400 2.400 2.160
Harga (Rp) 6.182 6.182 6.182 6.182 6.182 6.182 6.182 6.182 6.182 6.182 6.182 6.182 6.182
Penerimaan (Rp) 23.738.532 26.705.849 25.222.190 24.331.996 22.254.874 20.771.216 18.990.826 17.803.899 16.320.241 16.320.241 14.836.583 14.836.583 13.352.924
Total Benefit 23.738.532 26.705.849 25.222.190 24.331.996 22.254.874 20.771.216 18.990.826 17.803.899 16.320.241 16.320.241 14.836.583 14.836.583 13.352.924
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 5.440.259 5.464.546 4.608.000 3.969.076 3.241.296 2.701.080 2.204.964 1.845.673 1.510.595 1.348.746 1.094.761 977.465 785.463
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit
3. Upah Tenaga Kerja 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000
4. Pupuk 1.434.000 1.434.000 1.434.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 12.705.000 12.705.000 13.445.000 11.751.000 11.751.000 12.491.000 12.491.000 11.751.000 11.751.000 12.491.000 11.751.000 11.751.000 12.491.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 2.911.658 2.599.695 2.456.351 1.916.843 1.711.467 1.624.325 1.450.290 1.218.188 1.087.668 1.032.288 867.082 774.181 734.762
Net Benefit 11.033.532 14.000.849 11.777.190 12.580.996 10.503.874 8.280.216 6.499.826 6.052.899 4.569.241 3.829.241 3.085.583 3.085.583 861.924
Present Value Net Benefit 2.528.601 2.864.851 2.151.649 2.052.233 1.529.830 1.076.756 754.674 627.484 422.927 316.458 227.679 203.285 50.701
Net Benefit Kumulatif (12.278.527) (9.413.676) (7.262.027) (5.209.794) (3.679.964) (2.603.208) (1.848.534) (1.221.050) (798.123) (481.665) (253.986) (50.701) (0)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R 12,00%
UraianTahun
0
1,00
![Page 181: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/181.jpg)
163
Lampiran 27 Analisis Break Event Point (BEP) Volume Produksi Pengusahaan Karet Rakyat (1ha)
di Desa : Malintang Jae Kecamatan Bukit Malintang (Kelas Kesesuaian Lahan S1)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.531 1.531 1.531 1.531 1.531 1.531 1.531
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337
Total Benefit - - - - - - 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 10.085.170 9.004.616 8.039.836 7.178.425 6.409.308 5.722.596 5.109.461
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 10.000.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000
4. Pupuk 1.375.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000 1.434.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 14.446.000 4.385.000 4.385.000 4.385.000 4.385.000 4.385.000 13.445.000 12.705.000 12.705.000 13.445.000 12.705.000 12.705.000 13.445.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 14.446.000 3.915.179 3.495.695 3.121.156 2.786.747 2.488.167 6.811.655 5.747.097 5.131.336 4.848.402 4.090.670 3.652.384 3.450.997
Net Benefit (14.446.000) (4.385.000) (4.385.000) (4.385.000) (4.385.000) (4.385.000) 6.461.337 7.201.337 7.201.337 6.461.337 7.201.337 7.201.337 6.461.337
Present Value Net Benefit (14.446.000) (3.915.179) (3.495.695) (3.121.156) (2.786.747) (2.488.167) 3.273.514 3.257.519 2.908.499 2.330.023 2.318.638 2.070.212 1.658.464
Net Benefit Kumulatif (14.446.000) (18.361.179) (21.856.874) (24.978.030) (27.764.777) (30.252.944) (26.979.429) (23.721.910) (20.813.411) (18.483.388) (16.164.750) (14.094.538) (12.436.073)
Tahun
![Page 182: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/182.jpg)
164
Lampiran 27 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 1.531 1.531 1.531 1.531 1.531 1.531 1.531 1.531 1.531 1.531 1.531 1.531 1.531
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337
Total Benefit 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337 19.906.337
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 4.562.019 4.073.231 3.636.813 3.247.155 2.899.245 2.588.612 2.311.261 2.063.626 1.842.523 1.645.110 1.468.848 1.311.471 1.170.957
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit
3. Upah Tenaga Kerja 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000 10.080.000
4. Pupuk 1.434.000 1.434.000 1.434.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 12.705.000 12.705.000 13.445.000 11.751.000 11.751.000 12.491.000 12.491.000 11.751.000 11.751.000 12.491.000 11.751.000 11.751.000 12.491.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 2.911.658 2.599.695 2.456.351 1.916.843 1.711.467 1.624.325 1.450.290 1.218.188 1.087.668 1.032.288 867.082 774.181 734.762
Net Benefit 7.201.337 7.201.337 6.461.337 8.155.337 8.155.337 7.415.337 7.415.337 8.155.337 8.155.337 7.415.337 8.155.337 8.155.337 7.415.337
Present Value Net Benefit 1.650.361 1.473.536 1.180.462 1.330.312 1.187.779 964.287 860.971 845.437 754.855 612.822 601.766 537.291 436.195
Net Benefit Kumulatif (10.785.713) (9.312.177) (8.131.714) (6.801.402) (5.613.624) (4.649.336) (3.788.365) (2.942.928) (2.188.073) (1.575.251) (973.485) (436.195) 0
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R 12,00%
UraianTahun
0
1,00
![Page 183: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/183.jpg)
165
Lampiran 28 Analisis Break Event Point (BEP) Harga Pengusahaan Karet Rakyat (1ha)
di Desa : Purba Baru Kecamatan Lembah Sorik Marapi ( kelas kesesuaian lahan S2)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 2.100 2.520 2.730 2.856 2.940 3.024 3.150
Harga (Rp) - - - - - - 7.378 7.378 7.378 7.378 7.378 7.378 7.378
Penerimaan (Rp) - - - - - - 15.494.602 18.593.522 20.142.983 21.072.659 21.692.443 22.312.227 23.241.903
Total Benefit - - - - - - 15.494.602 18.593.522 20.142.983 21.072.659 21.692.443 22.312.227 23.241.903
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 7.850.048 8.410.765 8.135.413 7.599.012 6.984.386 6.414.232 5.965.618
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 10.800.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. Pupuk 1.375.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 15.246.000 5.939.000 5.939.000 5.939.000 5.939.000 5.939.000 13.079.000 12.339.000 12.339.000 13.079.000 12.339.000 12.339.000 13.079.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 15.246.000 5.302.679 4.734.534 4.227.263 3.774.342 3.369.948 6.626.228 5.581.537 4.983.515 4.716.419 3.972.828 3.547.168 3.357.054
Net Benefit (15.246.000) (5.939.000) (5.939.000) (5.939.000) (5.939.000) (5.939.000) 2.415.602 6.254.522 7.803.983 7.993.659 9.353.443 9.973.227 10.162.903
Present Value Net Benefit (15.246.000) (5.302.679) (4.734.534) (4.227.263) (3.774.342) (3.369.948) 1.223.819 2.829.228 3.151.898 2.882.593 3.011.558 2.867.064 2.608.564
Net Benefit Kumulatif (15.246.000) (20.548.679) (25.283.213) (29.510.476) (33.284.818) (36.654.766) (35.430.947) (32.601.718) (29.449.821) (26.567.227) (23.555.669) (20.688.604) (18.080.040)
Tahun
![Page 184: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/184.jpg)
166
Lampiran 28 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 3.360 3.780 3.570 3.444 3.150 2.940 2.688 2.520 2.310 2.310 2.100 2.100 1.890
Harga (Rp) 7.378 7.378 7.378 7.378 7.378 7.378 7.378 7.378 7.378 7.378 7.378 7.378 7.378
Penerimaan (Rp) 24.791.363 27.890.284 26.340.823 25.411.147 23.241.903 21.692.443 19.833.091 18.593.522 17.044.062 17.044.062 15.494.602 15.494.602 13.945.142
Total Benefit 24.791.363 27.890.284 26.340.823 25.411.147 23.241.903 21.692.443 19.833.091 18.593.522 17.044.062 17.044.062 15.494.602 15.494.602 13.945.142
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 5.681.541 5.706.905 4.812.370 4.145.109 3.385.052 2.820.876 2.302.756 1.927.530 1.577.592 1.408.564 1.143.315 1.020.817 820.299
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. Pupuk 2.988.000 2.988.000 2.988.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 12.339.000 12.339.000 13.079.000 10.311.000 10.311.000 11.051.000 11.051.000 10.311.000 10.311.000 11.051.000 10.311.000 10.311.000 11.051.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 2.827.780 2.524.804 2.389.484 1.681.947 1.501.739 1.437.068 1.283.096 1.068.908 954.382 913.282 760.828 679.310 650.056
Net Benefit 12.452.363 15.551.284 13.261.823 15.100.147 12.930.903 10.641.443 8.782.091 8.282.522 6.733.062 5.993.062 5.183.602 5.183.602 2.894.142
Present Value Net Benefit 2.853.760 3.182.101 2.422.886 2.463.161 1.883.313 1.383.809 1.019.660 858.622 623.210 495.282 382.487 341.507 170.243
Net Benefit Kumulatif (15.226.280) (12.044.179) (9.621.294) (7.158.133) (5.274.820) (3.891.011) (2.871.351) (2.012.728) (1.389.519) (894.237) (511.750) (170.243) 0
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R 12,00%
UraianTahun
0
1,00
![Page 185: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/185.jpg)
167
Lampiran 29 Analisis Break Event Point (BEP) Volume Produksi Pengusahaan Karet Rakyat (1ha)
di Desa : Purba Baru Kecamatan Lembah Sorik Marapi ( kelas kesesuaian lahan S2)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.599 1.599 1.599 1.599 1.599 1.599 1.599
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206
Total Benefit - - - - - - 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 10.532.459 9.403.981 8.396.412 7.496.796 6.693.568 5.976.400 5.336.071
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 10.800.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. Pupuk 1.375.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000 2.988.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 15.246.000 5.939.000 5.939.000 5.939.000 5.939.000 5.939.000 13.079.000 12.339.000 12.339.000 13.079.000 12.339.000 12.339.000 13.079.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 15.246.000 5.302.679 4.734.534 4.227.263 3.774.342 3.369.948 6.626.228 5.581.537 4.983.515 4.716.419 3.972.828 3.547.168 3.357.054
Net Benefit (15.246.000) (5.939.000) (5.939.000) (5.939.000) (5.939.000) (5.939.000) 7.710.206 8.450.206 8.450.206 7.710.206 8.450.206 8.450.206 7.710.206
Present Value Net Benefit (15.246.000) (5.302.679) (4.734.534) (4.227.263) (3.774.342) (3.369.948) 3.906.230 3.822.444 3.412.896 2.780.378 2.720.740 2.429.232 1.979.018
Net Benefit Kumulatif (15.246.000) (20.548.679) (25.283.213) (29.510.476) (33.284.818) (36.654.766) (32.748.536) (28.926.092) (25.513.195) (22.732.818) (20.012.078) (17.582.845) (15.603.827)
Tahun
![Page 186: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/186.jpg)
168
Lampiran 29 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 1.599 1.599 1.599 1.599 1.599 1.599 1.599 1.599 1.599 1.599 1.599 1.599 1.599
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206
Total Benefit 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206 20.789.206
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 4.764.349 4.253.883 3.798.110 3.391.170 3.027.830 2.703.420 2.413.768 2.155.150 1.924.241 1.718.072 1.533.993 1.369.637 1.222.890
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. Pupuk 2.988.000 2.988.000 2.988.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 12.339.000 12.339.000 13.079.000 10.311.000 10.311.000 11.051.000 11.051.000 10.311.000 10.311.000 11.051.000 10.311.000 10.311.000 11.051.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 2.827.780 2.524.804 2.389.484 1.681.947 1.501.739 1.437.068 1.283.096 1.068.908 954.382 913.282 760.828 679.310 650.056
Net Benefit 8.450.206 8.450.206 7.710.206 10.478.206 10.478.206 9.738.206 9.738.206 10.478.206 10.478.206 9.738.206 10.478.206 10.478.206 9.738.206
Present Value Net Benefit 1.936.569 1.729.080 1.408.626 1.709.222 1.526.091 1.266.352 1.130.672 1.086.242 969.859 804.790 773.165 690.326 572.833
Net Benefit Kumulatif (13.667.258) (11.938.179) (10.529.553) (8.820.331) (7.294.239) (6.027.887) (4.897.215) (3.810.974) (2.841.115) (2.036.325) (1.263.160) (572.833) 0
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R 12,00%
UraianTahun
0
1,00
![Page 187: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/187.jpg)
169
Lampiran 30 Analisis Break Event Point (BEP) Harga Pengusahaan Karet Rakyat (1ha)
di Desa : Roburan Lombang Kecamatan Panyabungan Selatan ( kelas kesesuaian lahan S2)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.470 1.890 2.100 2.310 2.520 2.730 2.940
Harga (Rp) - - - - - - 7.573 7.573 7.573 7.573 7.573 7.573 7.573
Penerimaan (Rp) - - - - - - 11.132.478 14.313.186 15.903.540 17.493.894 19.084.248 20.674.602 22.264.956
Total Benefit - - - - - - 11.132.478 14.313.186 15.903.540 17.493.894 19.084.248 20.674.602 22.264.956
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 5.640.060 6.474.558 6.423.173 6.308.473 6.144.617 5.943.454 5.714.860
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 10.720.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. Pupuk 1.375.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 15.166.000 4.365.000 4.365.000 4.365.000 4.365.000 4.365.000 11.505.000 10.765.000 10.765.000 11.505.000 10.765.000 10.765.000 11.505.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 15.166.000 3.897.321 3.479.751 3.106.921 2.774.036 2.476.818 5.828.791 4.869.539 4.347.803 4.148.818 3.466.042 3.094.680 2.953.047
Net Benefit (15.166.000) (4.365.000) (4.365.000) (4.365.000) (4.365.000) (4.365.000) (372.522) 3.548.186 5.138.540 5.988.894 8.319.248 9.909.602 10.759.956
Present Value Net Benefit (15.166.000) (3.897.321) (3.479.751) (3.106.921) (2.774.036) (2.476.818) (188.731) 1.605.019 2.075.370 2.159.655 2.678.575 2.848.774 2.761.813
Net Benefit Kumulatif (15.166.000) (19.063.321) (22.543.073) (25.649.993) (28.424.030) (30.900.848) (31.089.579) (29.484.560) (27.409.190) (25.249.535) (22.570.960) (19.722.187) (16.960.374)
Tahun
![Page 188: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/188.jpg)
170
Lampiran 30 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 3.150 3.360 3.318 3.192 2.856 2.646 2.436 2.310 2.100 2.016 1.680 1.680 1.470
Harga (Rp) 7.573 7.573 7.573 7.573 7.573 7.573 7.573 7.573 7.573 7.573 7.573 7.573 7.573
Penerimaan (Rp) 23.855.310 25.445.664 25.127.593 24.173.380 21.628.814 20.038.460 18.448.106 17.493.894 15.903.540 15.267.398 12.722.832 12.722.832 11.132.478
Total Benefit 23.855.310 25.445.664 25.127.593 24.173.380 21.628.814 20.038.460 18.448.106 17.493.894 15.903.540 15.267.398 12.722.832 12.722.832 11.132.478
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 5.467.021 5.206.687 4.590.717 3.943.202 3.150.114 2.605.793 2.141.950 1.813.535 1.472.025 1.261.736 938.792 838.207 654.849
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. Pupuk 1.494.000 1.494.000 1.494.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 10.765.000 10.765.000 11.505.000 9.751.000 9.751.000 10.491.000 10.491.000 9.751.000 9.751.000 10.491.000 9.751.000 9.751.000 10.491.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 2.467.060 2.202.732 2.101.920 1.590.599 1.420.178 1.364.245 1.218.076 1.010.855 902.549 867.003 719.506 642.416 617.115
Net Benefit 13.090.310 14.680.664 13.622.593 14.422.380 11.877.814 9.547.460 7.957.106 7.742.894 6.152.540 4.776.398 2.971.832 2.971.832 641.478
Present Value Net Benefit 2.999.961 3.003.955 2.488.797 2.352.603 1.729.936 1.241.548 923.874 802.681 569.477 394.734 219.285 195.791 37.734
Net Benefit Kumulatif (13.960.413) (10.956.458) (8.467.661) (6.115.059) (4.385.122) (3.143.575) (2.219.701) (1.417.020) (847.543) (452.810) (233.524) (37.734) (0)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
UraianTahun
12,00%
0
1,00
![Page 189: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/189.jpg)
171
Lampiran 31 Analisis Break Event Point (BEP) Volume Produksi Pengusahaan Karet Rakyat (1ha)
di Desa : Roburan Lombang Kecamatan Panyabungan Selatan ( kelas kesesuaian lahan S2)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.393 1.393 1.393 1.393 1.393 1.393 1.393
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590
Total Benefit - - - - - - 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 9.172.349 8.189.597 7.312.140 6.528.697 5.829.194 5.204.637 4.646.997
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 1.750.000 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 10.720.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. Pupuk 1.375.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000 1.494.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 15.166.000 4.365.000 4.365.000 4.365.000 4.365.000 4.365.000 11.505.000 10.765.000 10.765.000 11.505.000 10.765.000 10.765.000 11.505.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 15.166.000 3.897.321 3.479.751 3.106.921 2.774.036 2.476.818 5.828.791 4.869.539 4.347.803 4.148.818 3.466.042 3.094.680 2.953.047
Net Benefit (15.166.000) (4.365.000) (4.365.000) (4.365.000) (4.365.000) (4.365.000) 6.599.590 7.339.590 7.339.590 6.599.590 7.339.590 7.339.590 6.599.590
Present Value Net Benefit (15.166.000) (3.897.321) (3.479.751) (3.106.921) (2.774.036) (2.476.818) 3.343.558 3.320.058 2.964.337 2.379.878 2.363.152 2.109.957 1.693.950
Net Benefit Kumulatif (15.166.000) (19.063.321) (22.543.073) (25.649.993) (28.424.030) (30.900.848) (27.557.290) (24.237.232) (21.272.895) (18.893.016) (16.529.865) (14.419.908) (12.725.957)
Tahun
![Page 190: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/190.jpg)
172
Lampiran 31 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 1.393 1.393 1.393 1.393 1.393 1.393 1.393 1.393 1.393 1.393 1.393 1.393 1.393
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590
Total Benefit 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590 18.104.590
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 4.149.105 3.704.558 3.307.641 2.953.251 2.636.831 2.354.314 2.102.066 1.876.844 1.675.754 1.496.209 1.335.901 1.192.768 1.064.972
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. Pupuk 1.494.000 1.494.000 1.494.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 10.765.000 10.765.000 11.505.000 9.751.000 9.751.000 10.491.000 10.491.000 9.751.000 9.751.000 10.491.000 9.751.000 9.751.000 10.491.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 2.467.060 2.202.732 2.101.920 1.590.599 1.420.178 1.364.245 1.218.076 1.010.855 902.549 867.003 719.506 642.416 617.115
Net Benefit 7.339.590 7.339.590 6.599.590 8.353.590 8.353.590 7.613.590 7.613.590 8.353.590 8.353.590 7.613.590 8.353.590 8.353.590 7.613.590
Present Value Net Benefit 1.682.045 1.501.826 1.205.721 1.362.652 1.216.653 990.068 883.989 865.990 773.205 629.206 616.394 550.352 447.857
Net Benefit Kumulatif (11.043.913) (9.542.087) (8.336.366) (6.973.715) (5.757.062) (4.766.993) (3.883.004) (3.017.014) (2.243.809) (1.614.603) (998.209) (447.857) 0
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
UraianTahun
12,00%
0
1,00
![Page 191: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/191.jpg)
173
Lampiran 32 Analisis Break Event Point (BEP) Harga Pengusahaan Karet Rakyat (1ha)
di Desa : Tambangan Kecamatan Tambangan ( kelas kesesuaian lahan S3)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.302 1.674 1.860 2.046 2.232 2.418 2.604
Harga (Rp) - - - - - - 8.846 8.846 8.846 8.846 8.846 8.846 8.846
Penerimaan (Rp) - - - - - - 11.517.806 14.808.608 16.454.009 18.099.410 19.744.811 21.390.211 23.035.612
Total Benefit - - - - - - 11.517.806 14.808.608 16.454.009 18.099.410 19.744.811 21.390.211 23.035.612
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 5.835.279 6.698.662 6.645.498 6.526.829 6.357.301 6.149.175 5.912.668
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 2.187.500 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 11.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. Pupuk 1.375.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 16.043.500 4.614.000 4.614.000 4.614.000 4.614.000 4.614.000 11.754.000 11.014.000 11.014.000 11.754.000 11.014.000 11.014.000 11.754.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 16.043.500 4.119.643 3.678.253 3.284.154 2.932.280 2.618.108 5.954.942 4.982.174 4.448.370 4.238.610 3.546.213 3.166.262 3.016.959
Net Benefit (16.043.500) (4.614.000) (4.614.000) (4.614.000) (4.614.000) (4.614.000) (236.194) 3.794.608 5.440.009 6.345.410 8.730.811 10.376.211 11.281.612
Present Value Net Benefit (16.043.500) (4.119.643) (3.678.253) (3.284.154) (2.932.280) (2.618.108) (119.663) 1.716.488 2.197.128 2.288.218 2.811.087 2.982.913 2.895.709
Net Benefit Kumulatif (16.043.500) (20.163.143) (23.841.395) (27.125.549) (30.057.830) (32.675.937) (32.795.601) (31.079.113) (28.881.984) (26.593.766) (23.782.679) (20.799.766) (17.904.057)
Tahun
![Page 192: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/192.jpg)
174
Lampiran 32 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 2.790 2.976 2.939 2.827 2.530 2.344 2.158 2.046 1.860 1.786 1.488 1.488 1.302
Harga (Rp) 8.846 8.846 8.846 8.846 8.846 8.846 8.846 8.846 8.846 8.846 8.846 8.846 8.846
Penerimaan (Rp) 24.681.013 26.326.414 25.997.334 25.010.093 22.377.452 20.732.051 19.086.650 18.099.410 16.454.009 15.795.848 13.163.207 13.163.207 11.517.806
Total Benefit 24.681.013 26.326.414 25.997.334 25.010.093 22.377.452 20.732.051 19.086.650 18.099.410 16.454.009 15.795.848 13.163.207 13.163.207 11.517.806
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 5.656.251 5.386.906 4.749.616 4.079.688 3.259.149 2.695.987 2.216.089 1.876.307 1.522.977 1.305.409 971.286 867.220 677.515
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. Pupuk 1.743.000 1.743.000 1.743.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 11.014.000 11.014.000 11.754.000 9.831.000 9.831.000 10.571.000 10.571.000 9.831.000 9.831.000 10.571.000 9.831.000 9.831.000 10.571.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 2.524.125 2.253.683 2.147.412 1.603.649 1.431.830 1.374.649 1.227.365 1.019.148 909.954 873.614 725.409 647.687 621.821
Net Benefit 13.667.013 15.312.414 14.243.334 15.179.093 12.546.452 10.161.051 8.515.650 8.268.410 6.623.009 5.224.848 3.332.207 3.332.207 946.806
Present Value Net Benefit 3.132.127 3.133.223 2.602.204 2.476.039 1.827.320 1.321.339 988.725 857.159 613.023 431.795 245.877 219.533 55.694
Net Benefit Kumulatif (14.771.930) (11.638.707) (9.036.503) (6.560.464) (4.733.144) (3.411.806) (2.423.081) (1.565.922) (952.898) (521.104) (275.227) (55.694) (0)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
UraianTahun
0
1,00
12,00%
![Page 193: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/193.jpg)
175
Lampiran 33 Analisis Break Event Point (BEP) Volume Produksi Pengusahaan Karet Rakyat (1ha)
di Desa : Tambangan Kecamatan Tambangan ( kelas kesesuaian lahan S3)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.441 1.441 1.441 1.441 1.441 1.441 1.441
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244
Total Benefit - - - - - - 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 9.489.831 8.473.064 7.565.235 6.754.675 6.030.959 5.384.785 4.807.844
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 2.187.500 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 11.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. Pupuk 1.375.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000 1.743.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 16.043.500 4.614.000 4.614.000 4.614.000 4.614.000 4.614.000 11.754.000 11.014.000 11.014.000 11.754.000 11.014.000 11.014.000 11.754.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 16.043.500 4.119.643 3.678.253 3.284.154 2.932.280 2.618.108 5.954.942 4.982.174 4.448.370 4.238.610 3.546.213 3.166.262 3.016.959
Net Benefit (16.043.500) (4.614.000) (4.614.000) (4.614.000) (4.614.000) (4.614.000) 6.977.244 7.717.244 7.717.244 6.977.244 7.717.244 7.717.244 6.977.244
Present Value Net Benefit (16.043.500) (4.119.643) (3.678.253) (3.284.154) (2.932.280) (2.618.108) 3.534.889 3.490.889 3.116.866 2.516.064 2.484.746 2.218.523 1.790.885
Net Benefit Kumulatif (16.043.500) (20.163.143) (23.841.395) (27.125.549) (30.057.830) (32.675.937) (29.141.048) (25.650.159) (22.533.293) (20.017.229) (17.532.483) (15.313.959) (13.523.074)
Tahun
![Page 194: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/194.jpg)
176
Lampiran 33 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 1.441 1.441 1.441 1.441 1.441 1.441 1.441 1.441 1.441 1.441 1.441 1.441 1.441
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244
Total Benefit 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244 18.731.244
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 4.292.718 3.832.784 3.422.128 3.055.472 2.728.100 2.435.803 2.174.824 1.941.808 1.733.757 1.547.997 1.382.140 1.234.054 1.101.834
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000 8.080.000
4. Pupuk 1.743.000 1.743.000 1.743.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000 560.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 11.014.000 11.014.000 11.754.000 9.831.000 9.831.000 10.571.000 10.571.000 9.831.000 9.831.000 10.571.000 9.831.000 9.831.000 10.571.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 2.524.125 2.253.683 2.147.412 1.603.649 1.431.830 1.374.649 1.227.365 1.019.148 909.954 873.614 725.409 647.687 621.821
Net Benefit 7.717.244 7.717.244 6.977.244 8.900.244 8.900.244 8.160.244 8.160.244 8.900.244 8.900.244 8.160.244 8.900.244 8.900.244 8.160.244
Present Value Net Benefit 1.768.593 1.579.101 1.274.716 1.451.823 1.296.270 1.061.155 947.460 922.660 823.803 674.383 656.731 586.367 480.013
Net Benefit Kumulatif (11.754.481) (10.175.380) (8.900.663) (7.448.841) (6.152.571) (5.091.416) (4.143.956) (3.221.296) (2.397.493) (1.723.110) (1.066.379) (480.013) 0
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
UraianTahun
0
1,00
12,00%
![Page 195: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/195.jpg)
177
Lampiran 34 Analisis Break Event Point (BEP) Harga Pengusahaan Karet Rakyat (1ha)
di Desa : Hutarimbaru Kecamatan Kotanopan ( kelas kesesuaian lahan S3)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.860 2.232 2.418 2.530 2.604 2.678 2.790
Harga (Rp) - - - - - - 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750
Penerimaan (Rp) - - - - - - 16.274.408 19.529.290 21.156.730 22.133.195 22.784.171 23.435.148 24.411.612
Total Benefit - - - - - - 16.274.408 19.529.290 21.156.730 22.133.195 22.784.171 23.435.148 24.411.612
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 8.245.122 8.834.059 8.544.849 7.981.452 7.335.893 6.737.045 6.265.853
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 2.187.500 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 11.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. Pupuk 1.375.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 16.123.500 6.437.000 6.437.000 6.437.000 6.437.000 6.437.000 13.577.000 12.837.000 12.837.000 13.577.000 12.837.000 12.837.000 13.577.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 16.123.500 5.747.321 5.131.537 4.581.729 4.090.830 3.652.527 6.878.531 5.806.807 5.184.649 4.896.002 4.133.170 3.690.331 3.484.878
Net Benefit (16.123.500) (6.437.000) (6.437.000) (6.437.000) (6.437.000) (6.437.000) 2.697.408 6.692.290 8.319.730 8.556.195 9.947.171 10.598.148 10.834.612
Present Value Net Benefit (16.123.500) (5.747.321) (5.131.537) (4.581.729) (4.090.830) (3.652.527) 1.366.591 3.027.252 3.360.200 3.085.450 3.202.723 3.046.714 2.780.975
Net Benefit Kumulatif (16.123.500) (21.870.821) (27.002.358) (31.584.088) (35.674.918) (39.327.444) (37.960.854) (34.933.602) (31.573.402) (28.487.952) (25.285.229) (22.238.515) (19.457.540)
Tahun
![Page 196: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/196.jpg)
178
Lampiran 34 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 2.976 3.348 3.162 3.050 2.790 2.604 2.381 2.232 2.046 2.046 1.860 1.860 1.674
Harga (Rp) 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750 8.750
Penerimaan (Rp) 26.039.053 29.293.934 27.666.494 26.690.029 24.411.612 22.784.171 20.831.242 19.529.290 17.901.849 17.901.849 16.274.408 16.274.408 14.646.967
Total Benefit 26.039.053 29.293.934 27.666.494 26.690.029 24.411.612 22.784.171 20.831.242 19.529.290 17.901.849 17.901.849 16.274.408 16.274.408 14.646.967
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 5.967.479 5.994.119 5.054.565 4.353.722 3.555.413 2.962.844 2.418.648 2.024.538 1.656.988 1.479.454 1.200.855 1.072.192 861.583
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. Pupuk 3.486.000 3.486.000 3.486.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 12.837.000 12.837.000 13.577.000 10.471.000 10.471.000 11.211.000 11.211.000 10.471.000 10.471.000 11.211.000 10.471.000 10.471.000 11.211.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 2.941.909 2.626.705 2.480.467 1.708.047 1.525.042 1.457.874 1.301.673 1.085.495 969.192 926.505 772.634 689.852 659.468
Net Benefit 13.202.053 16.456.934 14.089.494 16.219.029 13.940.612 11.573.171 9.620.242 9.058.290 7.430.849 6.690.849 5.803.408 5.803.408 3.435.967
Present Value Net Benefit 3.025.570 3.367.415 2.574.098 2.645.675 2.030.371 1.504.970 1.116.975 939.044 687.796 552.949 428.222 382.341 202.115
Net Benefit Kumulatif (16.431.971) (13.064.556) (10.490.458) (7.844.783) (5.814.412) (4.309.441) (3.192.466) (2.253.422) (1.565.626) (1.012.677) (584.456) (202.115) (0)
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
UraianTahun
0
1,00
12,00%
![Page 197: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/197.jpg)
179
Lampiran 35 Analisis Break Event Point (BEP) Volume Produksi Pengusahaan Karet Rakyat (1ha)
di Desa : Hutarimbaru Kecamatan Kotanopan ( kelas kesesuaian lahan S3)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Benefit
Jumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) - - - - - - 1.680 1.680 1.680 1.680 1.680 1.680 1.680
Harga (Rp) - - - - - - 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) - - - - - - 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476
Total Benefit - - - - - - 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Benefit - - - - - - 11.062.532 9.877.261 8.818.983 7.874.092 7.030.439 6.277.178 5.604.623
Cost
1. Peralatan 610.000 - - - - - 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit 2.187.500 - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 11.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 2.240.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. Pupuk 1.375.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000 3.486.000
5. Obat-obatan 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 711.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 16.123.500 6.437.000 6.437.000 6.437.000 6.437.000 6.437.000 13.577.000 12.837.000 12.837.000 13.577.000 12.837.000 12.837.000 13.577.000
Discount Rate (12%) 1,0000 0,8929 0,7972 0,7118 0,6355 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567
Present Value Cost 16.123.500 5.747.321 5.131.537 4.581.729 4.090.830 3.652.527 6.878.531 5.806.807 5.184.649 4.896.002 4.133.170 3.690.331 3.484.878
Net Benefit (16.123.500) (6.437.000) (6.437.000) (6.437.000) (6.437.000) (6.437.000) 8.258.476 8.998.476 8.998.476 8.258.476 8.998.476 8.998.476 8.258.476
Present Value Net Benefit (16.123.500) (5.747.321) (5.131.537) (4.581.729) (4.090.830) (3.652.527) 4.184.001 4.070.454 3.634.334 2.978.089 2.897.269 2.586.847 2.119.745
Net Benefit Kumulatif (16.123.500) (21.870.821) (27.002.358) (31.584.088) (35.674.918) (39.327.444) (35.143.443) (31.072.989) (27.438.656) (24.460.566) (21.563.298) (18.976.451) (16.856.706)
Tahun
![Page 198: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/198.jpg)
180
Lampiran 35 (Lanjutan)
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
BenefitJumlah Produksi (lump
mangkuk) (kg) 1.680 1.680 1.680 1.680 1.680 1.680 1.680 1.680 1.680 1.680 1.680 1.680 1.680
Harga (Rp) 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000 13.000
Penerimaan (Rp) 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476
Total Benefit 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476 21.835.476
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Benefit 5.004.128 4.467.971 3.989.260 3.561.839 3.180.214 2.839.476 2.535.247 2.263.613 2.021.083 1.804.539 1.611.195 1.438.567 1.284.435
Cost
1. Peralatan 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000 800.000 60.000 60.000 800.000 60.000 60.000 800.000
2. Bibit - - - - - - - - - - - - -
3. Upah Tenaga Kerja 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000 8.160.000
4. Pupuk 3.486.000 3.486.000 3.486.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000 1.120.000
5. Obat-obatan 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000 1.131.000
Total Cost 12.837.000 12.837.000 13.577.000 10.471.000 10.471.000 11.211.000 11.211.000 10.471.000 10.471.000 11.211.000 10.471.000 10.471.000 11.211.000
Discount Rate (12%) 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037 0,0926 0,0826 0,0738 0,0659 0,0588
Present Value Cost 2.941.909 2.626.705 2.480.467 1.708.047 1.525.042 1.457.874 1.301.673 1.085.495 969.192 926.505 772.634 689.852 659.468
Net Benefit 8.998.476 8.998.476 8.258.476 11.364.476 11.364.476 10.624.476 10.624.476 11.364.476 11.364.476 10.624.476 11.364.476 11.364.476 10.624.476
Present Value Net Benefit 2.062.219 1.841.267 1.508.793 1.853.792 1.655.172 1.381.603 1.233.574 1.178.119 1.051.892 878.033 838.561 748.716 624.967
Net Benefit Kumulatif (14.794.487) (12.953.220) (11.444.428) (9.590.635) (7.935.464) (6.553.861) (5.320.287) (4.142.169) (3.090.277) (2.212.244) (1.373.682) (624.967) 0
Net Present Value (NPV)
Net B/C Ratio
I R R
UraianTahun
0
1,00
12,00%
![Page 199: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/199.jpg)
181
Lampiran 36 Rekapitulasi harga pasar lump karet tingkat petani di Kabupaten
Mandailing Natal dan harga di tingkat pabrik di Propinsi
Sumatera
No Tahun Bulan Harga pasar
tingkat petani
Harga pasar
tingkat pabrik
1 2008 Januari 6.500 20.100
2 Februari 6.000 22.025
3 Maret 8.975 22.700
4 April 8.875 22.450
5 Mei 9.950 23.050
6 Juni 10.250 23.900
7 Juli 9.375 25.025
8 Agustus 9.750 24.875
9 September 7.625 23.650
10 Oktober 5.500 16.925
11 November 5.650 16.250
12 Desember 3.875 12.675
13 2009 Januari 3.750 12.875
14 Februari 4.375 13.125
15 Maret 4.375 11.500
16 April 4.625 12.625
17 Mei 5.250 13.500
18 Juni 5.675 13.250
19 Juli 5.650 11.500
20 Agustus 5.725 14.625
21 September 5.650 16.250
22 Oktober 7.975 18.250
23 November 8.125 19.750
24 Desember 9.075 21.262
25 2010 Januari 10.500 21.675
26 Februari 10.800 24.675
27 Maret 11.200 25.500
28 April 11.800 26.500
29 Mei 13.500 26.000
30 Juni 12.600 25.200
31 Juli 12.000 23.850
32 Agustus 12.500 24.850
33 September 13.600 26.500
34 Oktober 15.000 28.200
35 November 16.000 33.500
36 Desember 17.000 34.500 Sumb
er : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal dan
Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara
![Page 200: 2011 Hsi](https://reader037.vdocuments.net/reader037/viewer/2022102522/55cf9aaf550346d033a2e255/html5/thumbnails/200.jpg)
182