Download - 7 BAB II - POLBAN
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi
Sistem adalah kumpulan sub sistem yang bersatu mempunyai tujuan yang
sama (Sugiama, 2013). Sedangkan (Sutabri, 2005) mendefinisikan “sistem
merupakan suatu kumpulan dari unsur yang terorganisir”. (Mc.Leod,2007)
menjelaskan bahwa sistem adalah “Sekelompok elemen – elemen yang terintegrasi
dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan. Sumber daya mengalir dari
elemen output dan untuk menjamin prosesnya dengan baik maka dihubungkan
dengan mekanisme kontrol
Hal ini sejalan dengan pendapatnya Sutabri (2005) menyatakan bahwa
suatu sistem terdiri atas bagian – bagian yang berkaitan dan berhubungan satu sama
lainnya, sedemikian rupa sehingga bagian – bagian tersebut merupakan suatu
kesatuan pemprosesan atau pengolahan yang tertentu.
Dari teori tersebut dapat diartikan bahwa sistem merupakan sekumpulan
objek- objek atau komponen – komponen yang saling berelasi dan berinteraksi,
serta hubungan antara objek atau komponen bisa dilihat sebagai satu kesatuan yang
dirancang untuk mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini sistem dapat di
interprestasikan terdiri dari bagian – bagian, memiliki hubungan (berinteraksi),
merupakn kesatuan yang utuh dan memiliki tujuan.
Informasi adalah data yang telah diolah untuk digunakan dalam proses
pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan organisasi (Sutabri,2005). Adapun
data merupakan fakta mentah yang perlu dikelola dan disusun menjadi sebuah
bentuk yang dapat dipahami dan digunakan (Laudon, 2014).
Sistem informasi secara teknis sebagai suatu kumpulan dari komponen saling
berhubungan untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, mendistribusikan
informasi untuk membantu pengambila0n keputusan, koordinasi, dan pengawasan
(Laudon, 2014).
7
Menurut Jogiyanto Hartotono (2004) menyatakan Siklus Informasi adalah
Data yang diolah melulai model yang digunakan akan menghasilkan informasi
yang disampaikan kepada penerima informasi. Siklus ini oleh Jhon Burch disebut
dengan siklus nformasi (information cycle) atau ada yang menyebutkan
denganistilah siklus pengolahan data (Data processing cycles). siklus informasi
dapat dilihat pada gambar 2.1.
(Sumber : Jogiyanto Hartono,2004:695)
Gambar 2.1 Siklus Informasi
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai sistem dan informasi, didapatkan
kesimpulan bahwa sistem informasi dapat dikatakan sebagai suatu komponen saling
berhubungan yang mengumpulkan, mengolah, menyimpan, mendistribusikan
informasi dan berfungsi sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan dalam
suatu pengelolaan. Membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang
berarti menghasilkan suatu tindakan yang akan membuat sejumlah data kembali.
Data tersebut akan digunakan sebagai input, diproses kembali lewat suatu model
dan seterusnya membentuk suatu siklus.
2.1.1 Jenis-Jenis Sistem Informasi
Menurut Kristanto (2008) sistem informasi dapat dibagi menjadi enam
bagian, yaitu sebagai berikut:
8
1. Routine Processing System (RPS) Digunakan untuk melayani kebutuhan
yang telah terdefinisi dan terjadwal secara rutin.
2. Decision Support System (DSS) Digunakan untuk melayani kebutuhan
yang tidak dapat didefinisikan dengan baik dan biasanya terjadi pada saat
perancangan.
3. Classical Management Information System (CMIS) Digunakan untuk
melayani kebutuhan pembuatan pelaporan kegiatan yang telah terjadwal
dan terdefinisi dengan baik.
4. Real Time Information System (RTIS) Digunakan untuk melayani kegiatan
yang mempunyai sifat harus direspon dengan cepat.
5. Distributed Data Processing System (DDPS) Digunakan untuk melayani
kebutuhan yang tersebar secara geografis dengan sumber daya yang
tersebar.
6. Transaction Processing System (TPS) Digunakan untuk melayani kegiatan
yang bersifat transaksional yaitu membawa perubahan terhadap kondisi
sistem yang ada.
2.1.1 Jenis-Jenis Sistem Informasi
Menurut Kristanto (2008) sistem informasi dapat dibagi menjadi enam
bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Routine Processing System (RPS) Digunakan untuk melayani
kebutuhan yang telah terdefinisi dan terjadwal secara rutin.
2. Decision Support System (DSS) Digunakan untuk melayani kebutuhan
yang tidak dapat didefinisikan dengan baik dan biasanya terjadi pada
saat perancangan.
3. Classical Management Information System (CMIS) Digunakan untuk
melayani kebutuhan pembuatan pelaporan kegiatan yang telah
terjadwal dan terdefinisi dengan baik.
4. Real Time Information System (RTIS) Digunakan untuk melayani
kegiatan yang mempunyai sifat harus direspon dengan cepat.
9
5. Distributed Data Processing System (DDPS) Digunakan untuk
melayani kebutuhan yang tersebar secara geografis dengan sumber
daya yang tersebar.
6. Transaction Processing System (TPS) Digunakan untuk melayani
kegiatan yang bersifat transaksional yaitu membawa perubahan
terhadap kondisi sistem yang ada.
2.1.2 Manfaat sistem Informasi
Banyak aktivitas manusia yang berhubungan dengan sistem informasi.
Sistem informasi banyak diterapkan dalam suatu organisasi, karena terkait dengan
kemampuan yang dapat dilakukannya. Kemampuan utama sistem informasi
menurut McLean(2003) adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar, dan dengan
kecepatan tinggi.
2. Menyediakan komunikasi dalam organisasi atau antar organisasi yang
murah, akurat, dan cepat.
3. Menyimpan informasi dalam jumlah yang sangat besar dalam ruang
yang kecil tetapi mudah diakses.
4. Memungkinkan pengaksesan informasi yang sangat banyak di seluruh
dunia dengan cepat dan murah.
5. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi orang-orang yang bekerja dalam
kelompok dalam suatu tempat atau beberapa lokasi.
6. Menyajikan informasi dengan jelas yang menggugah pikiran manusia.
7. Mengotomatiskan proses-proses bisnis yang semiotomatis dan tugas-
tugas yang dikerjakan secara manual.
8. Mempercepat pengetikan dan penyuntingan.
9. Pembiayaan yang jauh lebih murah dari pada pengerjaan secara manual.
Berdasarkan uraian di atas, sistem informasi diterapkan oleh suatu
organisasi karena mempunyai nilai tambah dan dapat membantu organisasi dalam
kegiatannya untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Kroenke bahwa sistem informasi memberikan nilai
tambah terhadap proses, produksi, kualitas, manajemen, pengambilan keputusan,
10
dan pemecahan masalah serta keunggulan kompetitif yang tentu saja sangat
berguna bagi kegiatan organisasi (dalam Kadir, 2002:5). Uraian yang dikemukakan
oleh Kroenke adalah mengenai kemampuan sistem informasi pada suatu
manajemen perusahaan yang berorientasi bisnis. Banyak keuntungan yang di dapat
oleh suatu perusahaan dengan penerapan sistem informasi manajemen. Alter
mengemukakan terdapat empat peranan penting sistem informasi dalam organisasi,
yaitu:
1. Berpartisipasi dalam pelaksanaan tugas
2. Mengaitkan perencanaan, pengerjaan, dan pengendalian dalam sebuah
subsistem
3. Mengkoordinasikan subsistem-subsistem
4. Mengintegrasikan subsistem-subsistem
(dalam Kadir, 2002:8).
Sebuah organisasi memiliki beberapa subsietem. Masing-masing subsistem
memiliki kegiatan perencanaan, pengerjaan dan pengendalian tersendiri.
Koordinasi antar subsistem dapat dilakukan dengan berbagai informasi. Oleh
karena itu, sistem informasi sangat berperan dalam pelaksanaan tugas suatu
organisasi.
2.1.3 Karakteristik Sistem
Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat yang tertentu, yaitu
mempunyai komponen-komponen, batasan sistem, Lingkaran Luar
Sistem,penghubung, masukan, keluaran, pengolah, dan sasaran atau tujuan.
Menurut Jogiyanto Hartono (2004:684) menyatakankarakteristik dari sistem
adalah, sebagai berikut :
1. Komponen-komponen Sistem (Components)
Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-
bagian dari sistem yang mempunyai sifat-sifat dari sistem yang
menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara
keseluruhan.
2. Batas Sistem (Boundary)
11
Batasan sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem
dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luar. Batas suatu
sistem menunjukan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.
3. Lingkungan luar sistem (Environments)
Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun di luar batas dari sistem
yang mempengaruhi operasi sistem.
4. Penghubung sistem (Interface)
Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu subsistem
dengan subsistem yang lain untuk dapat berinteraksi membentuk suatu
kesatuan.
5. Masukan sistem (Input)
Masukan sistem adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem yang
berupa masukkan perawatan (maintenance input) dan sinyal masukan
(signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya
sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses
untuk didapatkan keluaran.
6. Keluaran sistem (Output)
Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan
menjadi pengeluaran yang berguna dan sisa pembuangan.
7. Pengolahan sistem (Process)
Suatu sistem dapat mempunyai bagian pengolahan atau sistem itu sendiri
sebagai pengolahnya. Pengolahan yang akan mengubah masukan menjadi
pengeluaran.
8. Sasaran sistem (Objectives) atau tujuan sistem (Goal)
Suatu sistem harus mempunyai sasaran sangat sekali masukan yang
dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem
dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuan.
Berdasarkan uraian diatas, suatu sistem memiliki karakteristik yang
merupakan sifat dari sistem. Adapun karakteristik tersebut terdiri dari 8 (Delapan)
12
bagian. Karakteristik sistem bertujuan untuk membedakan antara sistem yang satu
dengan sistem yang lainnya.
2.1.4 Komponen Sistem Informasi
Sistem Informasi dapat terdiri dari komponen – komponenyang disebut dengan
istilah blok bangunan (building block). Sebagai suatu sistem, keenam blok
tersebut masing – masing asling berinteraksi satu dengan yang lainnya
membentuk satu kesatuanuntuk mencapai sasarannya:
(Sumber Jogiyanto,2004:698)
Gambar 2.2 Blok Sistem informasi yang berinteraksi
Berikut penjelasan dari masing – masing blok bangunan menurut
(jogiyanto,2004:698), yaitu :
1. Masukan (Input)
Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi input dalam hal
ini termasuk metode dan media untuk menangkap data yang akan
dimasukkan yang dapat berupa dokumen dasar.
2. Model
Terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematika yang akan
memanipulasi data yang masuk dan data yang tersimpan pada basis data
dewtertentu untuk menghasilkan keluaran (output) yang diinginkan.
3. Keluaran (Output)
Keluaran (output) yang merupakan informasi yang berkualitas dan
dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan menejemen serta semua
pemakai sistem.
13
4. Teknologi
Tekologi merupakan kotak alat (tool box) dalam sistem informasi, teknologi
digunakan untuk menerima input menjalankan model menyimpan dan
mengakses data, menghasilkan dan mengirim keluaran, dan membantu
pengendalian dari sistem secara keseluruhan.
5. Blok Basis Data
Merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan berhubungan satu
dengan yang lain, tersimpan diperangkat keras komputer dan perangkat
lunak digunakan untuk memanipulasinya. Data didalam basis data perlu
diorganisasikan sedemikian rupa supaya informsi yang dihasilkan
berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi
kapasitas penyimpanannya. Basis data dapat diakses atau dapat
dimanipulasi dengan menggunakan perangkat lunak paket yang disebut
dengan DBMS(database management system).
6. Blok Kendali
Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untukmeyakinkan
bahwa hal – hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila
terlanjur terjadi kesalahan – kesalahan dapat langsung cepat diatasi.
Sutanta (2003) menyatakan dalam mengidentifikasi sebuah sistem informasi
ada beberapa komponen fisiknya, adapun komponen fisik tersebut yaitu perangkat
keras (hardware), perangkat lunak (software), berkas (file), prosedur (procedure),
dan Manusia (brainware).
2.2 Manajemen Aset
Sugiama (2013) mendefinisikan bahwa manajemen aset merupakan ilmu dan
seni untuk memandu pengelolaan kekayaan meliputi proses perencencaan
kebutuhan, pengadaan, inventarisasi, legal audit, penilaian, operasi,
pemeliharaan, rejuvenasi, atau menghapus aset hingga pengalihan aset secara
efektif dan efisien. Dan tahapan ini senantiasa harus diukur kinerjanya.
14
Tahap awal dari keberadaan aset adalah ketika aset itu ada, dibeli atau
dimilki berdasarkan sumber perolehannya. Setiap aset memiliki siklus kehidupan
dari mulai perencanaan, pengadaan hingga tahap penghapusan. Tahap satu dengan
tahap lainnya saling berpengaruh sehingga setiap tahapan memerlukan
pengawasan dan pengendalian. Sugiama (2013) menggambarkan siklus alur aset
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.3
Penjelasan dari setiap langkah dalam alur manajemen aset yang telah
digambarkan pada Gambar 2.3 adalah:
1. Perencanaan Kebutuhan Aset adalah kegiatan menentukan rincian
kebutuhan aset untuk menghubungkan pengadaan aset yang telah lalu
dengan kondisi saat ini, sebagai dasar dalam melakukan tindakan
pemenuhan kebutuhan yang akan datang, serta memastikan bahwa aset
yang diajukan adalah solusi pemenuhan kebutuhan.
2. Pengadaan Aset adalah kegiatan pengadaan aset dimana pembiayaan
dapat menjadi solusi paling ekonomis dan kreatif, dibiayai oleh sendiri
maupun yang dibiayai oleh pihak luar, baik yang dilaksanakan secara
oleh penyedia dengan tujuan menambah aset.
15
(Sumber : Sugiama,2013)
Gambar 2.3 Siklus Manajemen Aset
3. Inventarisasi Aset merupakan kegiatan mengidentifikasi kualitas dan
kuantitas aset fisik, non fisik secara yuridislegal, melakukan kodefikasi,
dan mendokumentasikan untuk kepentingan pengelolaan aset, dengan
tujuan tertib administrasi, mempermudah pemeliharaan, monitoring dan
evaluasi aset.
4. Legal Audit Aset adalah kegiatan peninjauan status kepemilikan aset,
sistem dan prosedur pengadaaan, sistem dan prosedur pegalihan,
pengidentifikasian adanya indikasi permasalahan legalitas, pencairan
solusi pemecahan masalah legalitas yang terjadi atau terkait dengan
penguasaan dan pengalihan aset.
5. Penilaian Aset adalah sebuah proses kerja untuk menentukan nilai
aset yang dimilki, sehingga dapat diketahui secara jelas nilai kekayaan
yang dimilki, dialihkan maupun dihapuskan.
6. Operasi dan Pemeliharaan Aset merupakan kegiatan menggunakan dan
memelihara serta memperbaiki seluruh jenis aset agar dapat
16
dioperasikan sesuai dengan yang diharapkan, dalam menjalankan tugas
dan pekerjaan dengan efektif serta efisien guna mencapai tujuan organisasi.
7. Penghapusan Aset adalah kegiatan yang dipilih ketika sebuah aset tidak
diperlukan lagi, mencakup proses menjual, menghibahkan atau bentuk lain
dalam memindahkan hak kepemilikan atau memusnakan seluruh sebuah
unit atau unsur terkecil dari aset yang dimiliki.
8. Rejuvenasi Aset adalah upaya memodifikasi, mengubah,memperbaharui
aset yang telah digunakan, apakah akan dihapuskan atau diperbaharui.
9. Penjualan, Pemusnahan, dan Penghibahan Aset adalah upaya
pemindahan hak atau tanggung jawab, wewenang, kewajiban penggunaan,
pemanfaatan dari sebuah unit kerja ke unit yang lainnya dilingkungan
sendiri
2.3 Sistem Informasi Manajemen Aset
Definisi SIMA sederhana kemudian dikemukakan oleh Sugiama (2013)
dalam bukunya Manajemen Aset Pariwisata sebagai “sekumpulan atau
serangkaian sub-sistem informasi yang dikoordinasikan secara sistematis dan
rasional untuk mentransformasikan data menjadi informasi mengenai aset,
sehingga dapat berguna bagi pengambilan keputusan dana pengelolaan aset di
sebuah organisasi.
Siregar (2004, hal. 518) berpendapat bahwa manajemen aset merupakan
hubungan yang terintegrasi antara lima tahapan kerja yaitu:
1. Inventarisasi aset meliputi dua aspek yaitu inventarisasi fisik terdiri atas
bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat, dll serta yuridis/legal
terdiri atas status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir
penguasaan, dll. Proses kerjayang dilakukan adalah pendataan,
kodefikasi/labeling, pengelompokan dan pembukuan/administrasi sesuai
dengan tujuan manajemen aset.
2. Legal audit merupakan suatu lingkup kerja manajemen aset yang berupa
inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau
pengalihan aset, identifikasi dan memecahkan berbagai permasalahan legal.
17
3. Penilaian aset merupakan satu proses kerja menilai aset yang dikuasai oleh
konsultan penilaian yang independen. Hasil dari penilaian tersebut dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk
penetapan harga bagi aset yang ingin dijual.
4. Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang
bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume,
legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut.
Penjelasan lebih rinci mengenai tahapan kerja manajemen aset dapat dilihat
pada Gambar 2.4 berikut.
Sumber: Siregar (2004, hal. 518)
Gambar 2.4
Alur Manajemen Aset
Siregar (2004: 567-568) berpendapat bahwa “secara teknologi, SIMA harus
dikembangkan dalam suatu desain sistem yang handal dan memapu
mengakomodasi perkembangan yang pesat dari teknologi komunikasi dan
informasi”. Desain sistem andal menurut Siregar (2004: 567-568) hendaknya
mendekati dan memenuhi beberapa kriteria berikut:
OPTIMALISASI
PEMANFAATAN ASET
PENILAIAN ASET
LEGAL AUDIT
SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN ASET
INVENTARISASI
ASET
18
1. Spatial-Based Approach
SIMA terdiri dari basis data aset tekstual dan basis data spatial
2. Lite, Sub-system of Core System
SIMA terintegrasi sebagai bagian dari sistem informasi keuangan
3. Multi Platform
SIMA mampu berfugnsi di atas berbagai platform sistem informasi
4. Scallable
SIMA dikembangkan dengan database yang memiliki skalabilitas tinggi
5. User Friendly
SIMA dapat digunakan tanpa membutuhkan pengetahuan dan keterampilan
tekniligi informasi yang tinggi
6. Component Based
SIMA dikembangkan menggunakan suatu model sehingga dapat
dikembangkan lebih lanjtu dalam proses penambahan fitur (re-engineering)
7. Real-Time Scenarios
SIMA dikembangkan dengan skenario real-time (enterprise) dan mampu
digunakan secara off-line maupun on-line.
2.4 Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem (system depelovment) dapat dairtikan merangkai suatu
sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau
memperbaiki sistem yang telah ada (Jogiyanto, 2005). (Jogiyanto,2005)
Menerangkan bahwa “jika ada permasalahan maka sistem yang baru perlu
dikembangkan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul.
Adapun menurut (Kristanto,2008) pengembangan sistem informasi yang
direalisasikan dengan bantuan komputer (computer information system) melalui
tahapan-tahapan yang dikenal dengan sistem analis dan desain. Sistem analis dan
desain adalah peningkatan kinerja suatu organisasi dengan tujuan perbaikan
prosedur-prosedur dan metode yang lebih baik.
Menurut Jogiyanto (2005 : 36) Pengembangan sistem dapat berarti
penyusunan suatu sistem yang baru untuk menggantikansistem yang lama
19
secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Pengembangan
sistem perlu dilakukan ketika terjadi kondisi berikut :
1. Adanya permasalahan-permasalahan yang timbul pada sistem yang lama.
Permasalahan yang timbul dapat berupa :
a. Ketikberesan
Ketidak beresan pada sistem yang lama menyebabkan sistem
yang lama tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan.
b. Pertumnuhan Organisasi
Pertumbuhan organisasi yang menyebabkan harus disusunnya
sistem yang baru. Pertumbuhan organisasi diantaranya adalah
kebutuhan informasi yang semakin luas.
Volume pengolahan data semakin meningkat, perubahan prinsip
akuntasi yang baru. Karena adanya perubahan ini, maka
menyebabkan sistem yang lama tidak efektif lagi sehingga sistem
yang lama sudah tidak dapat memenuhi lagi semua kebutuhan
informasi yang dibutuhkan oleh
manajemen.
2. Untuk meraih kesempatan-kesempatan
Teknologi informasi telah berkembang dengan
cepatnya.Perangkat keras komputer, perangkat lunak dan teknologi
komunikasi telah begitu cepat berkembang. Organisasi mulai merasakan
bahwa teknologi informasi ini perlu digunakan untuk meningkatkan
penyediaan informasi sehingga dapat mendukung Adanya instruksi-
instruksi dalam proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh
manajemen.
Dalam keadaan pasar bersaing, kecepatan informasi atau efisiensi
sangat menentukan berhasil atau tidaknya strategi dan rencana-rencana
yang telah disusun untuk meraih kesempatankesempatan yang asa. Bila
pesaing dapat memanfaatkan teknologi ini, maka kesempatan-kesempatan
akan jatuh ke tangan pesaing. Kesempatan-kesempatan ini dapat berupa
20
peluang-peluang pasar, pelayanan yang meningkat kepada pelanggan dan
lain sebagainya.
3. Adanya instruksi-instruksi
Penyusunan sistem yang baru dapat juga terjadi karena adanya
instruksi-instrukai dari atas pimpinan atau dari luar organisasi, seperti
peraturan pemerintah dan sebagainya.dalam Jogiyanto (2005: 38)
mengungkapkan manfaat dari pengembangan sistem bahwa dengan
dikembangkannya sistem yang baru, maka diharapkan akan terjadi
peningkatan-peningkatan di sistem yang baru. Peningkatan-peningkatan
tersebut diantaranya:
1. Performance (kinerja), peningkatan terhadap kinerja (hasil kerja) sistem
yang baru sehingga menjadi lebih efektif. Kinerja dapat diukur dari
troughput dan response time. Troughput adalah jumlah dari pekerjaan
yang dapat dilakukan suatu saat tertentu. Response time adalah rata-rata
waktu yang tertunda diantara dua transaksi atau pekerjaan ditambah
dengan waktu response untuk menanggapi pekerjaan tersebut.
2. Information (informasi), peningkatan terhadap kualitas informasi yang
disajikan.
3. Economy (ekonomis), peningkatan terhadap manfaat-manfaat atau
keuntungan-keuntungan atau penurunan-penurunan biaya yang terjadi.
4. Control (pengendalian), peningkatan terhadap pengendalian untuk
mendeteksi dan mempernbaiki kesalahan-kesalahan serta kecurangan-
kecurangan yang dan akan terjadi
5. Efficiency (efisiensi), peningkatan terhadap efisiensi operasi. Efisiensi
berbeda dengan ekonomis. Bila ekonomis berhubungan dengan jumlah
sumber daya yang digunakan dengan pemborosan yang minimum.
Efisiensi dapat diukur dari output dengan inputnya.
6. Services (pelayanan), peningkatan terhadap pelayanan yang diberikan
oleh sistem.
21
2.4.1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem informasi
Siklus hidup dari pengembangan sistem merupakan gambaran yang
digunakan untuk memetakan langkah-langkah dari tahapan kerja yang akan
dilakukan dalam mengembangkan sistem. Jogiyanto (2005: 41-52) berpendapat
bahwa proses pengembangan sistem melewati beberapa tahapan dari mulai sistem
itu direncanakan sampai dengan sistem tersebut diterapkan, dioperasikan dan
dipelihara. Bila operasi sistem yang sudah dikembangkan timbul kembali
permasalahan-permasalahan yang kritis serta tidak dapat diatasi dalam tahap
pemeliharaan sistem, maka perlu dikembangkan kembali ke tahap pertama, yaitu
tahap perencanaan sistem.
Menurut Jogiyanto (2005: 41-52) tahapan kerja siklus hidup pengembangan
sistem terdiri dari “tahapan perencanaan sistem (systems planning), analisis sistem
(systems analysis), desain sistem (systems design), seleksi sistem (systems
selection), implementasi sistem (system implementation) dan perawatan sistem
(systems maintenance)”. Tahapan kerja dari siklus hidup pengembangan sistem
terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama yakni awal proyek sistem dengan tahapan
kerja kebijakan dan perencanaan sistem. Selanjutnya adalah bagian pengembangan
sistem dengan tahapan kerja analisis sistem, desain (perancangan) sistem secara
umum, desain (perancangan) sistem secara terinci, seleksi sistem dan implementasi
(penerapan) sistem. Penjelasan lebih rinci mengenai siklus hidup pengembangan
sistem dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut.
22
Sumber: Jogiyanto (2005, hal. 52)
Gambar 2.5 Siklus Hidup Pengembangan Sistem
1. Awal Proyek Sistem
Kebijakan dan perencanan sistem merupakan langkah awal dalam proses
pengembangan sistem. Sebelum melaksanakan tahap perencanaan sistem,
manajemen harus terlebih dahulu membuat kebijakan tentang
pengembangan sistem yang dibutuhkan oleh organisasi/perusahaan. Hal
tersebut penting, karena kebijakan tersebut merupakan aturan yang
mendasari proses pelaksanaan pengembangan sistem sehingga akan
mempermudah dalam melaksanakan tahapan-tahapan berikutnya.
Selanjutnya melaksanakan perencanaan sistem yang merupakan salah satu
tahapan atau fase pengembangan sistem yang pertama,dalam tahap ini
menentukan suatu rangkaian atau kerangka kerja yang
menyeluruh.Perencanaan sistem (system planning) ini menyangkut estimasi
dari kebutuhan-kebutuhan fisik, tenaga kerja, dan dana yang dibutuhkan
untuk mendukung pengembangan sistem serta untuk mendukung
operasinya setelah diterapkan. Bagian ini melibatkan para manajer atau para
23
senior yang profesional guna menemukan strategi untuk mendukung
rencana yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi.
2. Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Analisis Sistem
Dalam tahapan ini, sistem yang ada dianalisis untuk membuat keputusan
apabila sistem yang ada mempunyai masalah atau tidak berfungsi secara
baik dan hasil analsisnya digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki
sistem, mengetahui ruang lingkup pekerjaan yang kan ditangani,
memahami sistem yang ada/sedang berjalan, dan mengidentifikasi
masalah serta mencari solusinya.
b. Desain (perancangan sistem)
Tahap ini memiliki tujuan untuk mendesain sistem yang baru
yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul dan
dipilih dari alternatif pemilihan sistem yang terbaik.
c. Seleksi Sistem
Tahap seleksi sistem merupakan tahap untuk memilih perangkat keras
dan perangkat lunak untuk sistem informasi. Karena banyaknya
alternative teknologi yang tersedia dan banyaknya alternative penyedia
teknologi, maka perlu dilakukan penyeleksian. Pekerjaan ini tidak
mudah dan memerlukan pengetahuan yang cukup tinggi tentang
pengetahuan perangkat keras dan perangkat lunak sistem komputer.
d. Implementasi dan Penerapan
Implementasi sistem (system implementation) adalah
tahap meletakkan sistem supaya siap dioperasikan. Tahapan
implementasi memiliki beberpa tujuan, yaitu:
1) Melakukan spesifikasi dari konsep yang ada untuk penerapan
sistem informasi yang dibangun.
2) Mengimplementasikan sistem yang baru.
3) Menjamin bahwa sistem yang baru dapat berjalan secara optimal.
3. Manajemen Sistem
24
Tahap ini adalah tahap akhir dalam daur hidup sistem informasi. Pada
tahapan ini, sistem dioperasikan dan dikelola. Namun apabila terjadi
permasalahan-permasalahan kritis yang sekiranya tidak dapat diatasi
pada tahap pemeliharaan sistem, maka perlu dibangun kembali suatu
sistem informasi yang baru untuk mengatasinya dan proses ini kembali
lagi ke tahapan yang paling awal.
Menurut Sutabri (2005: 14) daur hidup sistem adalah “proses evolusioner
yang diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informasi berbasis
komputer”. Daur hidup sistem terdiri dari serangkaian tugas yang erat mengikuti
langkah-langkah pendekatan sistem karena tugas-tugas tersebut mengikuti pola
yang teratur dan dilakukan secara top – down. Daur hidup sistem sering di sebut
sebagai pendekatan air terjun (waterfall approach) bagi pembangunan dan
pengembangan sistem.
Gambar 2.6 Daur Hidup Sistem
Pembangunan sistem hanyalah salah satu dari rangkaian daur hidup suatu
sistem. Meskipun demikan, proses ini merupakan aspek yang sangat penting. Kita
akan melihat beberapa fase/ tahapan dari daur hidup sistem yakni:
1. Mengenali Adanya Kebutuhan
Sebelum segala sesuatunya terjadi, timbul suatu kebutuhan atau problema
yang harus dapat dikenali sebagaimana adanya. Kebutuhan dapat terjadi
sebagai hasil perkembangan dari organisasi dan volume yang meningkat
melebihi kapasistas dari sistem yang ada.
25
2. Pembangunan Sistem
Suatu proses atau seperangkat prosedur yang harus diikuti untuk
menganalisis kebutuhan yang timbul dan membangun suatu sistem untuk
dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Pemasangan Sitem
Setelah tahap pembangunan sistem selesai, sistem kemudian akan
diopersaikan. Pemasangan sistem merupakan tahap yang penting pula
dalam daur hidup sistem. Peralihan dari tahap pembangunan menuju tahap
operasional terjadi pemasangan sistem yang sebenarnya, yang merupakan
langkah akhir dari suatu pembangunan.
4. Pengoperasian Sistem
Program-program komputer dan prosedur-prosedur pengoperasian yang
membentuk suatu sistem informasi semuanya bersifat statis, sedangkan
organisasi ditunjang oleh sistem informasi tadi.
5. Sistem Menjadi Usang
Kadang perubahan yang terjadi begitu drasitis sehingga tidak dapat diatasi
haya dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada sistem yang berjalan.
Tibalah saatnya secara ekonomis dan teknis sistem yang ada sudah tidak
layak lagi untuk dioperasikan dan sistem yang baru perlu dibangun untuk
mengoperasikannya.
Sistem infomasi kemudian akan melanjutkan daur hidupnya. Sistem
dibangun untuk memenuhi kebutuhan dan sistem beradaptasi terhadap perubahan-
perubahan yang dinamis.
2.4.2 Pengembangan Rancangan Sistem
Menurut Jogiyanto (2005) pengembangan sistem yaitu menyusun sistem
yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau
memperbaiki sistem yang digunakan. Menurut Fatta (2007) perancangan sistem
adalah sebuah cara pemecahan masalah yang terintegrasi guna merangkai
kembali bagian-bagian komponen sistem supaya sistem lebih lengkap.
Perancangan sistem mempunyai dua tujuan, yaitu :
26
1. Memberikan gambaran secara umum tentang kebutuhan informasi
kepada pemakai sistem secara logika.
2. Memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepada
pemrogram komputer dan ahli-ahli teknik lain.
Menurut Jogiyanto (2005) tujuan perancangan sistem yang pertama lebih
dikenal dengan istilah perancangan sistem secara logika (logical system design)
atau perancangan sistem secara umum (general system design). Tujuan
perancangan sistem yang kedua lebih dikenal dengan istilah perancangan sistem
secara terinci (detail system design).
1. Perancangan Sistem secara umum bertujuan untuk memberikan
gambaran secara umum kepada pemakai sistem tentang sistem teknologi
informasi yang baru. Perancangan sistem secara umum merupakan
persiapan dari perancangan sistem secara terperinci. Jika Sistem
Teknologi Informasi langsung dirancang secara terinci dan pemakai
sistem tidak menyetujuinya, maka akan sangat mahal dan membutuhkan
waktu yang lama untuk memperbaikinya. Yang dirancang pada tahap
perancangan sistem secara umum adalah mengambarkan bentuk dari
sistem teknologi informasinya secara logika atau secara konsep dan
mengidentifikasikan komponen-komponen dari sistem teknologi
informasinya.
2. Perancangan sistem terinci dilakukan untuk menjawab pertanyaan
bagaimana dan seperti apa bentuk dari komponen-komponennya dan
dimaksudkan untukmenggambakan bentuk secara fisik dari komponen-
komponen Sistem Teknologi Informasi yang akan dibangun oleh
pemrogram dan ahli teknik lainnya.
Dalam Perancangam Sistem dilakukan setelah identifikasi kebutuhan sistem
dilakukan.
27
Sumber : Adaptasi dari Fatta
Gambar 2.7
Tahapan Perancangan
Dalam merancang sistem ada tiga tahapan yang harus dilakukan yaitu
pemodelan proses, pemodelan data dan desain antar muka yang tercantum pada
Gambar 2.7
2.4.2.1 Pemodelan Proses (Process Modeling)
Menurut Fatta (2007) pemodelan proses adalah cara formal untuk
menggambarkan bagaimana bisnis beroperasi mengilustrasikan aktivitas-aktivitas
tersebut. Terdapat dua bentuk model sistem yaitu bentuk physical dan logical.
Physical system menggambarkan bentuk perancangan menggunakan bagan alir
sistem (system flowchart), yang berfungsi menggambarkan sistem secara fisik.
Simbol-simbol bagan alir sistem menunjukan secara tepat arti fisiknya, seperti
simbol terminal, hardisk, dan laporan, sketsa dari Physical system dapat
menunjukan kepada user bagaimana nantinya fisik sistem dapat diterapkan.
Pengelolahan data sistem informasi membutuhkan model sistem yang
mendefinisikan urutan kegiatan untuk menghasilkan output.
Logical model digambarkan dengan menggunakan diagram arus data
atau data flow diagram yang sering disebut DFD yang dilengkapi dengan kamus
data. Tiap-tip kamus menerangkan secara rinci data yang mengalir dalam diagram
arus data. Physical system menunjukan bagaimana sistem ini secara fisik
diterapkan, logical model menunjukan bagaimana secara logika fungsi-fungsi
sistem informasi bekerja.
2.4.2.2 Pemodelan Data ( Data Modeling)
Menurut Fatta (2007) pemodelan data adalah cara formal untuk
menggambarkan data yang digunakan dan diciptakan dalam suatu bisnis. Model
Pemodelan
Proses
Pemodelan
Data
Desain
Antarmuka
28
ini menunjukkan orang, tempat atau benda dimana data diambil dan hubungan
antar data. Pemodelan data juga dibedakan menjadi dua, yaitu model data
logis (logical data model) dan model data fisik (physical data model). Model data
logis menunjukan pengaturan data tanpa mengidikasikan bagaimana data
tersebut disimpan, dibuat, dan dimanipulasi. Model data fisik menunjukan
bagaimana data akan disimpan sebenarnya dalam data base atau file. Penyusunan
pemodelan data harus seimbang dengan pemodelan proses. Salah satu cara
pemodelan data adalah dengan Entity Relationship Diagram (ERD)
2.4.2.3 Desain Antarmuka (Interface Designs)
Menurut Fatta (2007) antarmuka pengguna merupakan tampilan dimana
pengguna berinteraksi dengan sistem. Tujuan dari antarmuka pengguna adalah
untuk memungkinkan pengguna menjalankan setiap tugas dalam kebutuhan
pengguna. Dalam membangun sebuah desain antarmuka pengguna harus berdasar
pada kebutuhan pengguna. Dalam mengembangkan antarmuka pengguna perlu
diingat beberapa prinsip antarmuka pengguna yang lain, yaitu:
1. Antarmuka yang baik tidak mengharuskan pengguna untuk mengingat
tampilan antarmuka pengguna.
2. Antarmuka pengguna menampilkan apa yang dimengerti oleh pengguna
atau visualisasi dari sistem sekarang.
Sedangkan menurut Mayhew (1992) menyebutkan terdapat 17 prinsip yang
harus dipahami paraperangan desain antarmuka, terutama untuk mendapatkan hasil
maksimal dari tampilan yang dibuat. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :
1. User Compatibility, yang berarti bahwa kesesuaian tampilan dengan tipikal
dari user, karena user berbeda jadi kebutuhan tampilannya berbeda.
2. Product Compatibility, istilah ini mengartikan bahwa produk aplikasi yang
dihasilkan juga harus sesuai, memiliki tampilan yang sama/serupa baik
untuk user yang awam maupun yang asli.
3. Task Compatibility, bararti fungsi dari task/tugas yang ada harus sesuai
dengan tampilannya, misal untuk pilihan report, orang akan langsung
29
mengartikan akan ditampilkan laporan, sehingga tampilan yang ada
bukanlah tipe data (dari sisi pemograman)
4. Work Flow Compatibility, aplikasi bisa dalam satu tampilan untuk berbagai
pekerjaan, jika tampilan yang ada hanya untuk satu pekerjaan saja. Misal
untuk mengirim mail, maka kita harus membuka tampilan tersendiri untuk
daftar alamat.
5. Concistency. Konsisten. Contohnya, jika anda menggunakan istilah save
yang berarti simpan, maka gunakan terus istilah tersebut.
6. Familiarity, Icon disket akan lebih familiar jika digunakan untuk perintah
menyimpan.
7. Simplicity, aplikasi harus menyediakan pilihan default untuk pekerjaan
8. Direct Manipulation, aplikasi harus menyediakan pilihan secara langsung,
misalnya untuk mempertebal huruf, cukup dengan ctrl+B.
9. Control, berikan kontrol penuh pada user, tipikal user biasanya tidak mau
terlalu banyak aturan.
10. WYSIWYG, What You See Is What You Get, buatlah tampilan mirip seperti
kehidupan nyata user, dan pastikan fungsionalitas yang berjalan sesuai
tujuan.
11. Flexibility, tool/alat yang bisa digunakan user, jangan hanya terpaku pada
keyboard atau mouse saja.
12. Responsiveness, tampilan yang dibuat harus memiliki respon, misal yang
sering kita lihat ketika ada tampilan please wait
2.5 Alat Bantu Perancangan Sistem dan Perangkat Lunak Pendukung
Dalam melaksanakan pengembangan dan perancangan suatu sistem
diperlukan sebuah alat bantu perancangan sistem dan perangkat lunak
pendukung agar sistem yang dikembangkan dan dirancang agar memudahkan
dalam proses perancangan dan sistem bisa digunakan.
30
2.5.1 Alat Bantu Perancangan Sistem
Alat bantu perancangan sistem merupakan suatu metode yang digunakan
untuk merancang sistem yang terstruktur. Menurut Sutabri (2004:135) alat sistem
yang akan dirancang adalah sebagai berikut:
1. Data Flow Diagram (DFD)
Data flow diagram menggambarkan atau membuat sistem yang seakan-akan
mencerminkan penekanan pada data, namun sebenarnya DFD lebih
menekankan pada segi proses. Pengertian secara umum data flow
diagram adalah suatu jaringan yang menggambarkan suatu sistem
komputerisasi, manualisasi atau gabungan dari keduanya, yang
penggambarannya disusun dalam bentuk kumpulan komponen sistem
yang saling berhubungan sesuai dengan aturannya. Menurut Jogiyanto
(2005) Tedapat dua bentuk data flow diagram, yaitu physical data flow
diagram dan logical data flow diagram. Physical data flow diagram
lebih menekankan pada proses-proses sistem diterapkan termasuk proses-
proses manual. Logical data flow diagram lebih menekankan pada logika
dari kebutuhan sistem, yaitu proses apa saja secara logika yang dibutuhkan
oleh sistem. Keuntungan dari DFD adalah memungkinkan untuk
menggambarkan sistem dari level yang paling tinggi kemudian
menguraikannya menjadi level yang lebih rendah, sedangkan kekurangan
dari DFD adalah tidak menunjukan proses pengulangan, proses keputusan
dan proses perhitungan.
Pada dasarnya DFD disusun atas simbol-simbol tertentu.
Simbol yang digunakan dalam membuat data flow diagram dapat dilihat
pada Gambar 2.8
31
.
Gamba 2.8
Simbol Data Flow Diagram (DFD)
Menurut Sutabri (2004: 137-139) teknik membuat Data Flow
Diagram (DFD) yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Mulai dari yang umum atau tingkatan yang lebih tinggi ,
kemudian diuraikan atau dijelaskan sampai yang lebih detail
atau tingkatan yang lebih rendah, yang dikenal dengan istilah
“Analisis Atas Bawah”.
b. Jabarkan proses yang terjadi di dalam data flow diagram serinci
mungkin sampai tidak dapat diuraikan lagi.
c. Peliharalah konsistensi proses yang terjadi di dalam DFD,
mulai dari diagram yang tingkatannya lebih tinggi sampai
dengan diagram yang tingkatannya lebih rendah.
d. Berikan label yang bermakna untuk setiap simbol yang digunakan
seperti:
1) Nama yang jelas untuk EXTERNAL ENTITY;
2) Nama yang jelas untuk PROSES;
3) Nama yang jelas untuk DATA FLOW;
4) Nama yang jelas untuk DATA STORE.
32
e. Tahapan Data Flow Diagram
Langkah-langkah di dalam membuat data flow diagram dibagi
menjadi tiga tahap untuk tingkat konstruksi DFD, yaitu sebagai
berikut:
1) Diagram Konteks
Diagram ini dibuat untuk menggambarkan sumber serta
tujuan data yang akan diproses atau dengan kata lain
diagram tersebut digunakan untuk menggambarkan sistem
secara umum/global.
2) Diagram Nol
Diagram ini dibuat untuk menggambarkan tahapan proses
yang ada di dalam diagram konteks, yang penjabarannya
lebih terperinci.
3) Diagram Detail
Diagram ini dibuat untuk menggambarkan arus data
secara lebih mendetail lagi dari tahapan proses yang ada di
dalam diagram nol.
2. Entity Relationship Diagram (ERD)
Menurut Fatta (2007:121) ERD adalah gambar atau diagram yang
menunjukan informasi dibuat, disimpan, dan digunakan dalam sistem
bisnis. Entitas biasanya menggambarkan jenis informasi yang sama.
Dalam entitas digunakan untuk menghubungkan antar entitas yang
sekaligus menunjukan hubungan antar data. Pada akhirnya ERD bisa
juga digunakan untuk menunjukan aturan-aturan bisnis yang ada pada
sistem informasi yang akan dibangun.
3. Data Dictionary (DD)/Kamus Data
Kamus data yang digunakan dalam analisis struktur dan desain sistem
infomasi merupakan suatu katalog yang menjelaskan lebih detail tentang
data flow diagram yang mencakup proses, data flow, dan data store.
Kamus data dapat digunakan pada metodologi berorientasi data dengan
menjelaskan lebih detail lagi hubungan entitas, seperti atribut-atribut
33
suatu entitas. Pada metodologi objek kamus data dapat menjelaskan lebih
detail atribut maupun metode suatu objek. Kamus data dibuat
berdasarkan arus data yang ada pada data flow diagram. Kamus data
dan komponen-komponen lainnya yang dikumpulkan pada analisis
sistem sangat dibutukan dalam perancangan sistem.
4. Structured English (SE)
Structured English merupakan alat yang cukup efisiensi untuk
menggambarkan suatu alogaritma. Basis data structured english adalah
bahasa inggris. Selain bahasa inggris, bahasa indonesia juga dapat
digunakan dalam suatu alogaritma yang akan dikomunikasikan kepada
memakai sistem.
5. Decision Table (DTA)
Tabel keputusan adalah tabel yang digunakan sebagai alat bantu untuk
menyelesaikan logika di dalam program. Alogaritma yang berisi
keputusan bertingkat yang banyak sekali sangat sulit untuk digambarkan
dengan structured english. Untuk keperluan seperti itu dapat dibuat
terlebih dahulu dengan menggunakan tabel keputusan. Tabel keputusan
efektif digunakan apabila kondisi yang akan diseleksi di dalam program
cukup rumit. Struktur dari tabel keputusan terdiri dari empat bagian
utama, yaitu condition stub, condition entry, action stub dan entry.
2.5.2 Perangkat Lunak Pendukung
Beberapa perangkat lunak yang dibutuhkan untuk membangun sebuah
sistem informasi yaitu PHP, MySQL, XAMPP, dan Dreamweaver.
1. PHP
PHP merupakan kepanjangan dari PHP Hypertext Preprocessor yang
merupakan merupakan bahasa skrip yang tertanam dalam HTML untuk
eksekusi bersifat server-side. PHP digunakan untuk mengekstrasi
data/informasi yang dikehendaki oleh pengguna basis data dan menampil
kannya pada halaman Web.Sebagian besar sintaksnya mirip dengan
bahasa C, Java dan Perl. Tujuan bahasa ini diciptakan adalah untuk
membantu pemrogram web dalam membuat halaman web dinamis. Banyak
34
tools yang dapat digunakan untuk membuat dokumen PHP,mulai dari text
editor biasa, seperti Notepad, Wordpad, Notepad++, EditPlus, danlain-lain
sampai aplikasi populer untuk PHP, seperti Dreamweaver, PHP
Designer, dan sebagainya
2. MySQL
MySQL merupakan perangkat lunak yang juga bersifat open
source.Sesuai namanya, bahasa standar yang digunakan adalah SQL. SQL
singkatan dari Structure Query Language, yang merupakan bahasa standar
untuk pengolahan database. SQL menyediakan perintah untuk membuat
database, field, ataupun index untuk menambah atau penghapus data.
MySQL bekerja menggunakan bahasa basis data atau yang sering kita
dengardengan sebutan DBMS (Database Management System). Data
Language ini terbagi dua macam, yaitu :
a. DDL (Data Definition Language), yaitu perintah yng digunakan
untuk pendefinisian suatu struktur data. Misalnya menciptakan
database, field, dan sebagainya.
b. DML (Database Manipulation Language), yaitu perintah untuk
proses manipulasi data, misalnya creat, rea, update, delete.
Terdapat aturan hak akses dalam MySQL. Hak akses yang dimaksud
meliputi kewenangan user mengakses sebuah database dan batasan-
batasan perintah atau aksi yang boleh dilakukan oleh user.
3. XAMPP
Menurut Riyanto (2010) XAMPP merupakan paket PHP dan
MySQL berbasis open source, yang dapat digunakan sebagai tool
pembantu pengembangan aplikasi berbasis PHP. XAMPP
mengkombinasikan beberapa paket perangkat lunak berbeda ke dalam satu
paket
4. Adobe Dreamweaver CS 5.
Adobe Dreamweaver CS5 merupakan Software Desain untuk
mengedit CSS,HTML, Flash untuk menciptakan Situs Web Yang
35
Proffesional.Dreamweaver menyediakan tools yang sangat berguna
dalam meningkatan kemampuan danpengalaman kita dalam mendesain
web.
Adobe Dreamweaver CS 5 dalam hal ini digunakan untuk web
desain. Adobe Dreamweaver CS 5 mengikutsertakan banyak tools untuk
kode-kode dalam halaman web beserta fasilitas-fasilitasnya, antara lain:
Referensi HTML, CSS dan Javascript, Javascript debugger, dan editor
kode (tampilan kode) yang mengizinkan kita mengedit kode Javascript,
XML, dan dokumen teks lain secaralangsung dalam Dreamweaver.
2.6 Kerangka Berpikir
Definisi kerangka berpikir menurut Umar Sakaran dalam Sugiyono (2008)
adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
yang telah diidentifikasi dengan masalah yang penting. Kerangka berpikir dalam
proyek ini mengkaitkan identifikasi proyek dengan teori yang ada. Dibagian ini
disajikan kerangka berpikir proyek dalam merancang Sistem Informasi Manajemen
Aset di unit Pengelola Aset PT Dirgantara Indonesia (Persero). Berikut ini
rangkaian dalam kerangka berpikir yang dimaksud meliputi :
1. Input
Input dari kerangka berpikir ini adalah fenomena yang terjadi pada
sistem informasi inventarisasi aset di unit Pengelola Aset PT Dirgantara
Indonesia (Persero) yang didapatkan berdasarkan hasil dari penelitian
Studi Kasus yang dilaksanakan oleh penulis. Dari hasil fenomena yang
ada sistem infomasi yang digunakan perlu dilakukan pengembangan
sistem,berikut rumusan proyek pengembangan sistem informasi
manajemen aset di unit pengelolaan aset PT Dirgantara Indonesia
(Persero).
a. rancangan pemedelan proses (processs modelling) sistem informasi
manajemen aset subsistem inventarisasi aset unit pengelolaan aset
PT Dirgantara Indonesia (Persero)
36
b. Rancangan pemedelan data (processs data) sistem informasi
manajemen aset subsistem inventarisasi aset unit pengelolaan aset
PT Dirgantara Indonesia (Persero)?
c. Rancangan Desain Antarmuka (Interface Desain) sistem informasi
manajemen aset subsistem inventarisasi aset unit pengelolaan aset
PT Dirgantara Indonesia (Persero)?
2. Proses
Proses dalam kerangka berpikir merupakan tahapan-tahapan yang
dilakukan setelah adanya input. Tahap pertama adalah mengumpulkan
data dengan cara studi dokumentasi, observasi, dan wawancara yang
dilakukan untuk mengetahui kebutuhan desain program aplikasi sistem
informasi yang diperoleh, tahap selanjutnya yaitu pengembangan
sistem dengan menggunakan DFD, ERD, dan user Interface. Setelah
data dan informasi terkumpul maka dilakukan perancangan sesuai
dengan acuan landasan teori dan hasil identifiksai kebutuhan proyek
sehingga proses proyek dapat terarah dengan baik.
3. Output merupakan hasil yang ingin dicapai dari proyek yang dilaksanakan.
Setelah berbagai tahapan dalam proses selesai dilaksanakan, maka dapat
menghasilkan output. Output proyek adalah menghasilkan sistem informasi
manajemen aset di unit pengelolaan aset PT Dirgantara Indonesia (Persero)
yang diharapkan dapat melakukan proses data menjadi informsi yang
lengkap, akurat, relevan, dan tepat waktu, serta mampu meduhkan kegiatan
inventarisasi aset , monitoring dan evaluasi aset, sehingga tercipta
pengelolaan aset yang efektif dan efisien.
Gambar 2.9 merupakan gambaran dari kerangka berpikir proyek perancangan
sistem informasi manajemen aset di unit pengelolaan aset PT dirgantara Indenesia
(Persero)
37
PROSES DAN METODE
1. Metode Pengembangan Proyek
2. Alat Bantu Pengembangan Sistem dan perangkat lunak penunjang
1. Obsetvasi Lapangan 2. Studi Dokumentasi
3. Wawancara
Pengembanagan Sistem Informasi Manajemen Aset PT
Dirgantara Indonesia (Persero)
Landasan Teori
1. Sistem Informasi 2. Sistem Informasi
Manajemen Aset 3. Perancangan
Sistem Informasi 4. Pengembangan
Sistem Informasi
Landasan Normatif
1. Administrative procedure (AP) nomor :77-AP-001 perihal Inventarisasi Aktiva Tetap Perusahaan.
OUTPUT
Sistem Informasi Manajemen Aset
Di Unit Pengeloa Aset PT Dirgantara Indonesia
(Persero)
Fenomena 1. Sistem Informasi yang digunakan
belum Terintegrasi dengan semua unit.
2. Sistem informasi belum bisa mempercepat kegiatan pencatatan dan pelaporan
3. Sistem Informasi belum bisa menyajikan data secara cepat
4. Perpindahan data dilakukan secara manual
5. sistem informasi yang digunakan tidak mendeteksi kesalahan secara otomomatis.
Sumber : hasil olah data penulis Gambar 2.9
Kerangka Berpikir Proyek Perancangan Sistem Informasi Manajemem Aset Subsistem
38