ALIRAN-ALIRAN DALAM PSIKOLOGI, DAN PSIKOLOGI ISLAM
SEBAGAI ALIRAN BARU DALAM PSIKOLOGI
A. Pendahuluan
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
psikologi ada cabang-cabang dan aliran dalam psikologi.
Dalam dunia pendidikan Psikologi Islam lahir sebagai aliran terbaru dalam ilmu Psikologi. Dari kenyataan
inilah maka dalam makalah ini akan dibahas secara sederhana cabang-cabang dan aliran Psikologi, dan Psikologi
Islam sebagai aliran baru dalam Psikologi.
Mudah-mudahan makalah yang singkat ini, bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pemakalah
sendiri. Amin.
B. Cabang-Cabang Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia secara umum, karena itu disebut psikologi
umum. Tingkah laku yang berhubungan dengan aspek kehidupan, maka muncul cabang psikologi. Dengan kata
lain psikologi itu terbagi kepada dua macam, yaitu:
1. Psikologi umum ialah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas
psikis manusia pada umumnya yang dewasa yang normal dan yang beradab. Psikologi umum berusaha
mencari dalil-dalil yang bersifat umum dari kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas psikis.
2. Psikologi khusus ialah psikologi yang mengelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari aktivitas-
aktivitas psikis manusia.1
Psikologi khusus ini ada bermacam-macam, antara lain:2
a) Psikologi perkembangan; yaitu yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi
sampai tua yang mencakup:
- Psikologi anak (mencakup masa bayi)
- Psikologi puber dan adolesensi (psikologi remaja)
- Psikologi orang dewasa
- Psikologi orang tua
b) Psikologi sosial; yaitu psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas
manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial.
c) Psikologi pendidikan; yaitu psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan manusia dalam
hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran
dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara belajar dan sebagainya.
d) Psikologi kepribadian dan tipologi; yaitu psikologi yang khusus menguraikan tentang struktur pribadi
manusia mengenai tipe-tipe kepribadian manusia.1 Juhana. Psikologi Bimbingan, (Bandung: Eresco, 1988), hlm. 6.2 Abu Ahmadi. Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 7-8.
1
e) Psikopatologi; yaitu psikologi yang khusus menguraikan mengenai keadaan psikis yang tidak normal
(abnormal).
f)Psikologi kriminal; yaitu psikologi yang khusus berhubungan dengan soal kejahatan atau kriminalitas.
g) Psikologi perusahaan; yaitu psikologi yang khusus berhubungan dnegan soal-soal perusahaan.
Akan tetapi menurut Alexander A. Schacider Psikologi dewasa ini tidak lagi terlalu mementingkan aliran-aliran
yang sifatnya teoritis, tetapi lebih memperhatikan kegunaan dan fungsi-fungsinya, makanya oleh Alexander A.
Schacider lapangan dan cabang-cabang psikologi secara sistematik terbagi dua:3
1. Psikologi yang bersifat ilmiah dan didasari penemuan empiris
Psikologi yang bersifat ilmiah dan didasari penemuan empiris terbagi dua, yaitu:
Umum
Psikologi yang bersifat umum ini juga dibagi kepada dua, yaitu:
Antar lapangan, psikologi antar lapangan ini terbagi kepada empat macam, yaitu:
1) Psikologi faal
2) Psikologi penyesuaian diri
3) Psikologi abnormal
4) Psikologi belajar
Perkembangan, psikologi perkembangan ini terbagi kepada lima macam, yaitu:
1) Psikologi keturunan
2) Psikologi anak
3) Psikologi remaja
4) Psikologi dewasa
5) Psikologi orang tua
Diamalkan
Psikologi yang bersifat diamalkan ini terbagi kepada lima macam, yaitu:
1) Psikologi industri
2) Psikologi pendidikan
3) Psikologi klinis
4) Psikologi sosial
5) Psikologi mental
2. Psikologi yang bersifat filsafat
C. Aliran-Aliran Psikologi
1. Strukturalisme (Structuralism)
Sebagaimana tercermin dalam namanya, aliran ini berpendapat bahwa untuk mempelajari gejala
kejiwaan, kita harus mempelajari isi dan struktur dari jiwa seseorang. Untuk mengetahui isi dan struktur kejiwaan,
3 Sarlito Wirawan Sarwono. Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm 24.
2
kaum Strukturalis yang dipelopori oleh Wilhem Wund, menggunakan metode introspeksi atau mawas diri, yaitu
orang percobaan diminta untuk menceritakan kembali pengalaman-pengalamannya atau perasaan-perasaan
setelah ia melakukan suatu eksprimen.4
Strukturalisme merupakan aliran yang pertama dalam Psikologi, karena ia pertama kali dikemukakan oleh
Wilhem Wund (tokoh pendiri Psikologi). Setelah ia melakukan eksperimen-eksperimennya di laboratoriumnya di
Leipzig. Wund yakin bahwa gejala-gejala kejiwaan dapat dibagi-bagi ke dalam elemen-elemen dan elemen-
elemen mental itu dapat dibagi-bagi lagi ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil. Hanya dengan menganalisa
elemen-elemen kejiwaan inilah kita dapat mempelajari gejala kejiwaan. Untuk dapat menganalisa elemen mental
ini, maka Wund memiliki pendapat bahwa yang menjadi obyek utama dalam Psikologi adalah kesadaran.
Pengalaman kesadaran ini menurut Wund terbagi dua bagian, yaitu penginderaan dan perasaan.
Penginderaan ialah penangkapan terhadap rangsang-rangsang dari luar dan dapat dianalisa sampai
elemen-elemen yang terkecil. Perasaan adalah sesuatu yang dimiliki dalam diri kita, yang tidak terlalu dipengaruhi
dan tidak merupakan reaksi langsung terhadap rangsang-rangsang dari luar.5
2. Fungsionalisme
Pelopor aliran ini adalah William James (1842-1910). Yang menjadi minat aliran ini adalah apa tujuan
atau akhir dari suatu aktivitas. Fungsionalisme mempelajari “fungsi” dari pada tingkah laku dan proses mental,
tidak hanya mempelajari strukturnya. 6
Untuk mempelajari tingkah laku, kaum Fungsionalis mengembangkan metode eksperimen bukan hanya
metode instrospeksi yang dipakai, melainkan juga metode observasi tingkah laku. Metode ini terdiri dari dua
macam yaitu metode fisiologis dan metode variasi kondisi. Metode fisiologis ialah cara menganalisa gejala
kejiwaan dengan cara meneliti proses fisiologis (proses faal) yang terjadi dalam diri orang yang bersangkutan.
Tetapi tidak semua gejala kejiwaan dapat diterangkan dengan metode fisiologis. Disamping metode fisiologis,
maka masih diperlukan metode lain yaitu metode variasi kondisi. Dalam metode ini, suatu rangsang diberikan
beberapa kali dalam situasi dan lingkungannya yang berbeda-beda (variasi). Dengan melihat perbedaan reaksi
yang timbul dalam kondisi yang berbeda itu, maka dapat diketahui sifat-sifat yang menetap ataupun tidak menetap
pada diri seseorang.
3. Psikoanalistik
Psikoanalistik (psikoanalisa) adalah psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia berdasarkan
konsep motivasi dan konflik dinamis didalam unconsciousness (ketidaksadaran) dalam jiwa manusia. 7Persoalan
fundamental yang diyakini sebagai wilayah yang sangat berperan dalam menentukan tingkah laku manusia bagi
psikoanalisa adalah didalam unconsciousness (ketidaksadaran). Untuk menemukan akar terdalam dari tingkah
laku manusia yang berada dalam wilayah didalam unconsciousness (ketidaksadaran), psikoanalisa menggunakan
4 Singgah Dirgagunarsa. Pengantar Psikologi, (Jakarta: Mutiara, t.t), hlm. 47.5 Ibid. 6 Ibid. 7 Baharuddin. Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.), hlm.331.
3
beberapa macam metode. Metode-metode tersebut adalah hypnotis, intropeksi atau retropeksi dan analisis
mimpi.8
Teori ini pertama kali dimunculkan oleh Sigmun Freud (1273-1356 H / 1856-1939 M) berdasarkan teknik
pengobatan terhadap pasien-pasiennya yang menderita gangguan kejiwaan yang disebutnya dengan histeris.
Sigmun Freud menemukan adanya peranan dinamis dari unconsciousness dari dalam diri seseorang yang
menderita penyakit histerisi tersebut. Temuan Sigmun Freud ini berbeda dengan keyakinan para dokter pada
waktu itu di Wina. Mereka meyakini bahwa penyakit histerisi tersebut disebabkan oleh kerusakan fungsi organ
dalam otak. Temuan Sigmun Freud ini diperkuat oleh temuan J. Breuer (1298-1300 H / 1880-1882 M) memastikan
bahwa penyebab penyakit histeris tersebut adalah ingatan tak sadar tentang peristiwa-peristiwa troumatis.9
Dalam perjalanan sejarah perkembangannya, psikoanalisa mengalami kritik, revisi dan reformasi internal.
Tercatat dua orang murid besar Sigmun Freud yang meninggalkan teori psikoanalisa dan membentuk teori
tersendiri, walaupun kemudian dianggap sebagai rumpun teori psikoanalisa. Alfred Adler (1870-1937) pada tahun
1913 menolak teori psikoanalisa tentang libido seksual sebagai penggerak utama tingkah laku manusia.
Menurutnya, faktor penggerak tingkah laku manusia adalah will to power (kehendak untuk berkuasa). Ia lebih
menekankan pada peran ego. Dan meremehkan peranan id dan proses-proses unconsious-ness lainnya dalam
jiwa manusia, yang dianggap sebagai penguasa dalam teori Sigmun Freud.
Carl Gustav Jung (Murid Sigmun Freud) pada tahun 1914 mengekritik teori Sigmun Freud dan mendirikan
teori baru yang bernama analitical pshychology (psikologi analisis).10
Pemikiran Jung banyak diinspirasi oleh gagasan moral dan agama. Jung memandang agama sebagai hal
yang amat berarti bagi manusia, baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok. Agama bukanlah
pemenuhan dorongan terselubung dalam id seperti pandangan Sigmun Freud, tetapi merupakan bagian
terpenting dari kodrat kehidupan manusia. Pandangan ini kontradiktif dengan pandangan Sigmun Freud yang
menyatakan agama sebagai hayalan (ilusi) yang tercipta dari kecenderungan masa kanak-kanak untuk
mendapatkan kepuasan dan keamanan dengan mengikuti aturan yang dibuatkan Bapak yang harus dipatuhi
akibat ketidak berdayaan manusia. Akan tetapi bagi Jung, Tuhan merupakan gambaran yang ada pada archetype
dalam wilayah collective unconscious.11
4. Psikobehavioristik
J.P Chaplin menjelaskan bahwa behavioristik (behaviorisme) adalah suatu pandangan teoritis dalam
psikologi yang beranggapan bahwa persoalan pokok psikologi adalah tingkah laku tanpa mengaitkan konsepsi-
konsepsi mengenai kesadaran atau mentalitas. Behaviorisme bersifat empiris, objektif dan eksprimental. Empiris
8 Baharuddin. Psikologi Islam di Tengah Belantara Paradigma Psikologi Modren (Pidato Pengukuhan Guru Besar Psikologi Islami, Padangsidimpuan: STAIN Padangsidimpuan, 2007), hlm. 19-20.
9 Baharuddin. Paradigma Psikologi Islami. Loc.,cit.10 Ibid., hlm. 332. 11 Ibid., hlm 333.
4
maksudnya dapat dipersepsi melalui alat indra, objektif maksudnya berdasarkan data-data faktual dan
eksprimental maksudnya dapat diuji melalui eksprimen di laboratorium.12
Behaviorisme memandang psikoanalisa sebagai teori yang sangat spekulatif-subjektif dan tidak ilmiah.13
Oleh karena itu Behaviorisme menetapkan paradigma objektif dalam psikologi. Paradigma objektif menekankan
pada data-data yang dapat diuji secara faktual dan berdasarkan pengalam (empiris). Behaviorisme yakin bahwa
seluruh tingkah laku manusia dapat dipahami, dirumuskan, dan dipridiksi, berdasarkan pandangan objektif. Maka
rumusan tingkah laku bagi behaviorisme merupakan hubungan sitimulus-respon-bond. Pada dataran faktual-
objektif tingkah laku manusia tidak berbeda dengan tingkah laku binatang. Inilah yang menyebabkan mereka
meneliti tingkah laku binatang untuk memahami, merumuskan dan memprediksi tingkah laku manusia.14
Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa paradigma behaviorisme adalah paradigma mekanistik. Semua
tingkah laku manusia merupakan proses mekanistik stimulus dan respon. Manusia bagaikan mesin besar yang
selalu memberikan respon terhadap stimulus yang menyentuhnya.15
5. Psikohumanistik
Sementara itu, psikohumanistik yang tumbuh sekitar pertengahan abad ke-20 memandang psikoanalisa
dan behaviorisme telah menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan. Maka psikologi humanistik lahir untuk membela
nilai kemanusiaan. Maka munculah paradigma humanistik (paradigma kemanusiaan) dalam psikologi.
Berdasarkan paradigma kemanusiaan ini muncullah teori-teori personality and motivation (kepribadian
dan motivasi) oleh William James. Teori the will to meaning (kehendak untuk hidup bermakna) oleh Victor Frankl.
Teori-teori tersebut berdasarkan kepada pandangan kemanusiaan. Manusia adalah makhluk unik yang harus
dipahami secara holistik dari dimensi somatis (raga), psikis (jiwa) dan neotik (spiritual). Kecuali itu, eksistensi
manusia berbeda dengan eksistensi lainnya. Karakteristik eksistensi manusia dapat disimpulkan pada adanya
spirituality (kerohanian), freedom (kebebasan) dan responsibility (tanggung jawab).
Jadi ringkasnya bahwa paradigma psikologi humanistik adalah paradigma kemanusiaan. manusia harus
dipahami sebagai makhluk yang khas, unik yang harus dipahami secara holistik. Manusia memiliki raga, jiwa dan
spiritual dan eksistensi manusiamemiliki karakteristik spirituality (kerohanian), freedom (kebebasan) dan
responsibility (tanggung jawab).
Paradigma ini mengakui bahwa tingkah laku manusia merupakan produk bebas pikiran, perasaan, dan
kemauan manusia. Kebebasan dalam segala hal, terutama menentukan tingkah lakunya berdasarkan pikiran,
perasaan dan kemauannya. 16
6. Psikologi Islami
12 Ibid.13 Sarlito Wirawan Sarwono. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hlm.
138.14 Baharuddin. Psikologi Islam di Tengah Belantara Paradigma Psikologi Modren (Pidato Pengukuhan Guru Besar Psikologi
Islami. Op.,cit, hlm. 21.15 Ibid., hlm. 22.16 Ibid., hlm. 23-25.
5
Sementara itu, psikologi Islami memandang bahwa psikologi humanistik terlalu optimisme terhadap
manusia. Manusia dianggap sebagai berkuasa penuh terhadap dirinya dan menafikan dimensi lain yang turut
serta dalam membentuk dan menentukan dirinya.
Menurut psikologi Islami manusia selalu dalam proses berhubungan dengan alam (nature), manusia
(sosial) dan Tuhan. Ketiga hal ini turut memberikan andil dalam membentuk tingkah laku manusia. Ini sejalan
dengan dimensi-dimensi yang ada didalam diri manusia. Untuk memahami, menginterpretasi, memformulasi dan
memprediksi, tingkah laku manusia harus senantiasa memandangnya dalam hubungan yang seimbang dengan
alam, manusia, dan Tuhan.
Ada dua dimensi penting yang tidak ada padaaliran psikologi yang yang lainnya, yaitu dimensi al-ruh dan
dimensi al-fitrah. Dimensi al-ruh beraktualisasi sebagai khalifah, sementara dimensi al-fitrah beraktualisasi
sebagai ‘abid dalam konteks ibadah. Manusia dalam hubungannya dengan alam adalah sebagai aktualisasi
khalifah, sementara dalam hubungannya dengan Allah adalah sebagai aktualisasi peran ibadah. Manusia
senantiasa dalam putaran hubungan kedua peran ini, yaitu peran khalifah dan ibadah.
Jadi, jelaslah bahwa dalam pandangan psikilogi Islam bahwa tingkah laku manusia bukanlah hanya
sebatas keinginan manusia untuk mengaktualisasikan dirinya seperti dalam psikologi humanistik. Tetapi tingkah
laku manusia juga merupakan aktualisasi dari rentangan dari rangkaian keterikatan dengan alam, manusia dan
Tuhan.17
D. Psikologi Islam Sebagai Aliran Baru dalam Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia secara umum, karena itu disebut psikologi
umum. Tingkah laku yang berhubungan dengan aspek kehidupan, maka muncul cabang psikologi. Psikologi
pendidikan membicarakan tingkah laku yang berhubungan dengan pendidikan; Psikologi agama membicarakan
tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan; Psikologi sosial membicarakan tingkah laku manusia
dalam hubungannya dengan situasi dan kelompok sosial, demikian seterusnya bermunculan cabang psikologi.18
Psikologi Islam bukan cabang psikologi karena psikologi Islam tidak membicarakan tingkah laku yang
merupakan satu aspek kehidupan. Namun, psikologi Islam adalah aliran dalam psikologi yang menawarkan cara
pandang tentang manusia dan tingkah lakunya. Sebagaimana aliran psikologi lainnya, seperti psikoanalisa,
behaviorisme, humanistik dan transpersonal, maka psikologi Islam juga memiliki cara pandang tentang manusia
dan tingkah laku manusia secara tersendiri.19
Psikologi Islam sebagai disiplin ilmu yang mandiri baru memasuki proses awal. Sumber data yang
digunakan berasal dari proses deduktif, yang digali dari nash (al-Qur’an dan al-Sunnah) dan hasil pemikiran para
pilosof atau sufi abad klasik.
Banyak para ahli yang telah menawarkan rumusan psikologi Islam. Salah satunya adalah Baharuddin
yang menyatakan, psikologi Islam adalah ilmu yang membicarakan tingkah laku manusia berdasarkan cara
17 Ibid., hlm. 25-27.18 Ibid., hlm. 25-27.19 Ibid., hlm. hlm. 7
6
pandang Islam tentang manusia dalam bertingkah laku ketika berhubungan dengan diri, lingkungan dan
Tuhannya.
Hakekat defenisi psikologi Islam mengandung tiga unsur pokok;
Pertama : Bahwa psikologi Islam merupakan salah satu kajian masalah-masalah keislaman. Ia memiliki
kedudukan yang sama dengan disiplin ilmu keislaman yang lain.
Kedua : Bahwa psikologi Islam membicarakan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia. Aspek-aspek
kejiwaan dalam Islam berupa al-ruh, al-nafs, al-kalb, al-aql, al-fuad, al-sirr, al-fithrah dan sebagainya.
Ketiga : Psikologi Islam bukan netral etik, melainkan sarat akan nilai etik. Dikatakan demikian sebab psikologi
Islam memiliki tujuan yang hakiki, yaitu merangsang kesadaran diri agar mempu membentuk kualitas
diri yang lebih sempurna untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.20
Banyak istilah yang dilontarkan untuk menyebut psikologi Islami ini, seperti Nafsiologi, Psikologi Islami,
Psikologi Muslim dan lain-lain. Tetapi intinya adalah bahwa psikologi tersebut didasarkan pada citra manusia
menurut pandangan Islam (baik al-Qur’an, hadis dan tafsir atau pikiran ulama) untuk mempelajari tingkah laku
manusia dalam hubungannya dengan manusia, alam dan Tuhan. Usaha untuk melahirkan Psikologi Islami ini
muncul akan adanya kesadaran para psikolog Muslim akan adanya kelemahan-kelemahan psikolog Barat.
Kesadaran mereka akan kelemahan psikologi Barat sedikitnya ada empat: pertama, menafikan adanya Tuhan;
kedua, manusia sama dengan hewan; ketiga, tidak mengakui adanya dimensi ruh dalam jiwa manusia;21 keempat,
berpusat pada anthropo-sentris.22
Sedangkan menurut Fuad Nashori, ada dua arus besar yang menjadi pendorong utama lahirnya psikologi
Islam. Arus yang pertama adalah kebangkitan Islam, dan yang kedua adalah kritisisme dalam dunia ilmu
pengetahuan.23
E. Kesimpulan
1. Psikologi itu terbagi kepada dua macam, yaitu: Psikologi umum dan Psikologi khusus
Psikologi khusus ini ada bermacam-macam, antara lain: Psikologi perkembangan; Psikologi sosial,
Psikologi pendidikan; yaitu psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan manusia dalam
hubungannya dengan situasi pendidikan, Psikologi kepribadian dan tipologi; Psikopatologi; Psikologi
kriminal; kejahatan atau kriminalitas. Psikologi perusahaan; yaitu psikologi yang khusus berhubungan
dnegan soal-soal perusahaan.
2. Menurut Alexander A. Schacider lapangan dan cabang-cabang psikologi secara sistematik terbagi dua
Psikologi Faal
Antar Psikologi Penyesuain diri
lapangan Psikologi Abnormal
20 Geoogle. Rabu, 18 Maret 1003, pukul. 14.30 WIB. 21 Ibid., hlm.336.22 Baharuddin. Aktualisasi Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm.36.23 Fuad Nashori..Loc.,cit.
7
Umum Psikologi Belajar
Yang bersifat ilmiah Psikologi Keturunan
Psikologi Perkembangan Psikologi Anak
Psikologi Remaja
Yang bersifat Psikologi Dewasa
Filsafat Psikologi Orang tua
Psikologi Mental
Diamalkan Psikologi Industri
Psikologi Pendidikan
Psikologi Klinis
Psikologi Sosial
3. Aliran-aliran dalam psikologi adalah:
- Strukturalisme (Structuralism)
- Fungsionalisme
- Psikoanalisa
- Psikobehavioristik
- Psikohumanistik
- Psikologi Islam
4. Psikologi Islam bukan cabang psikologi karena psikologi Islam tidak membicarakan tingkah laku yang
merupakan satu aspek kehidupan. Namun, psikologi Islam adalah aliran dalam psikologi yang menawarkan
cara pandang tentang manusia dan tingkah lakunya. Sebagaimana aliran psikologi lainnya, seperti
psikoanalisa, behaviorisme, humanistik dan transpersonal, maka psikologi Islam juga memiliki cara
pandang tentang manusia dan tingkah laku manusia secara tersendiri.
Psikologi Islam sebagai disiplin ilmu yang mandiri baru memasuki proses awal. Sumber data yang
digunakan berasal dari proses deduktif, yang digali dari nash (al-Qur’an dan al-Sunnah) dan hasil pemikiran
para pilosof atau sufi abad klasik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Baharuddin. Paradigma Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Baharuddin. Aktualisasi Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Baharuddin. Psikologi Islam di Tengah Belantara Paradigma Psikologi Modren (Pidato Pengukuhan Guru Besar
Psikologi Islami), Padangsidimpuan: STAIN Padangsidimpuan, 2007.
8
Dirgagunarsa, Singgah. Pengantar Psikologi, Jakarta: Mutiara, t.t.
Geoogle. Rabu, 18 Maret 1003, pukul. 14.30 WIB.
Juhana. Psikologi Bimbingan, Bandung: Eresco, 1988.
Nashori, Fuad. Agenda Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang,
1978.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1974.
9