ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT PT. TERANG INTI SERAYA
DI PROVINSI RIAU
RACHMALIA RAMADHANNISSA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Rachmalia Ramadhannissa
NIM H34090117
2
ABSTRAK
RACHMALIA RAMADHANNISSA. Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan
Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau. Dibimbing oleh WAHYU
BUDI PRIATNA.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang memiliki permintaan
yang tinggi. Pabrik Kelapa Sawit di Riau masih mengalami kekurangan bahan
baku untuk diolah. Kekurangan bahan baku tersebut dapat menjadi peluang bisnis
untuk perkebunan kelapa sawit. Peluang untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
tersebut diambil oleh PT. Terang Inti Seraya, Riau. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit pada PT.
Terang Inti Seraya. Lokasi penelitian dilakukan di kantor PT Terang Inti Seraya di
Pekanbaru dan di perkebunan kelapa sawit di Tenayan, Buluh Nipis, and Ujung
Batu Rokan. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menilai
kelayakan usaha berdasarkan aspek non finansial berupa aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen dan hukum, dan aspek sosial dan lingkungan. Analisis
kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial berdasarkan
kriteria penilaian investasi dan analisis switching value. Hasil analisis yang
diperoleh menunjukkan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya
layak untuk dijalankan.
Kata kunci: kelayakan, perkebunan kelapa sawit, PT. Terang Inti Seraya.
ABSTRACT
RACHMALIA RAMADHANNISSA. Feasibility Analysis of Palm Oil Plantation
PT. Terang Inti Seraya Provinsi Riau. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA.
Palm Oil is one of agriculture comodity that has a high demand. Palm oil
factories in Riau still have a defisit on its raw material to be processed. The deficit
of raw materials could be a business opportunity for oil palm plantations. That
opportunity to fulfill the raw material needs was taken by PT. Terang Inti Seraya,
Riau. The purpose of this research is to analyze the feasibility of oil palm
plantation business in PT. Terang Inti Seraya. The research was conducted at the
office of PT Terang Inti Seraya at Pekanbaru and Palm Oil Plantation at Tenayan,
Buluh Nipis, and Ujung Batu Rokan. Data analysis method which is used on this
research is qualitative and quantitative method. Qualitative analysis is used to
analyze feasibility based on non-financial aspect such as market aspect, technical
aspect, management and law aspect, and also social and environmental aspect.
Quantitative analysis is used to analyze feasibility of financial aspect based on
investment criteria and switching value analysis. The result of this feasibility
analysis shows that palm oil plantation business in PT. Terang Inti Seraya is
feasible to run.
Keywords: feasibility, palm oil plantation, PT. Terang Inti Seraya
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT PT. TERANG INTI SERAYA DI PROVINSI RIAU
RACHMALIA RAMADHANNISSA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
4
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang
Inti Seraya di Provinsi Riau
Nama : Rachmalia Ramadhannissa
NIM : H34090117
Disetujui oleh
Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
6
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang
Inti Seraya di Provinsi Riau. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Zulkarnain
selaku pemilik PT. Terang Inti Seraya, Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, MSi selaku
dosen pembimbing, Anita Primaswari Widhiani, SP. M.Si selaku dosen penguji,
dan Rahmat Yanuar, SP. Msi selaku dosen penguji sekaligus dosen pembimbing
akademik penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dari PT.
Terang Inti Seraya lainnya yang telah membantu selama proses penelitian
berlangsung. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orangtua,
keluarga, dan teman-teman atas segala doa dan dukungannya.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan
kendala yang dihadapi. Namun demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Bogor, Juli 2013
Rachmalia Ramadhannissa
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 8
Perkebunan Kelapa Sawit 8
Kelapa Sawit 9
Tandan Buah Segar 10
Perkembangan Industri Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia 10
KERANGKA PEMIKIRAN 13
Kerangka Pemikiran Teoritis 13
Studi Kelayakan Bisnis 13
Aspek-aspek Analisis Kelayakan 13
Kerangka Pemikiran Operasional 17
METODE PENELITIAN 19
Lokasi dan Waktu Penelitian 19
Jenis dan Sumber Data 19
Metode Pengumpulan Data 19
Metode Pengolahan dan Analisis Data 19
Kriteria Investasi 19
Nilai Pengganti (Switching Value) 21
Asumsi Dasar yang Digunakan 21
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 22
Gambaran Lokasi Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit PT. TIS 22
Sejarah dan Perkembangan PT. Terang Inti Seraya 24
HASIL DAN PEMBAHASAN 25
Aspek Non-finansial 25
Aspek Pasar 25
Aspek Teknis 27
Aspek Manajemen dan Hukum 33
Aspek Sosial dan Lingkungan 36
Aspek Finansial 36
Kriteria Investasi 40
Analisis Switching Value 41
SIMPULAN DAN SARAN 42
Simpulan 42
Saran 42
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 44
8
DAFTAR TABEL
1 Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke duniaa 2
2 Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riaua 5
3 Klasifikasi kelas kesesuaian lahan kelapa sawita 9
4 Luas wilayah Kota Pekanbarua 23
5 Permintaan kebutuhan bahan baku CPO oleh industri olahan Riau
tahun 2011a 26
6 Dosis pupuk NPK pada tanaman kelapa sawit usia 0-4 tahuna 30
7 Rincian biaya operasional tetap PT. TISa 38
8 Pajak PT. TISa 39
9 Proyeksi nilai laba rugia 40
10 Hasil analisis kriteria investasi PT. TIS 40
DAFTAR GAMBAR
1 Jumlah produksi crude palm oil di Indonesia tahun 2000-2010 3
2 Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2000-2010 4
3 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha perkebunan kelapa
sawit PT. Terang Inti Seraya 18
4 Peta Provinsi Riau 23
5 Peralatan yang digunakan dalam proses produksi 30
6 Struktur organisasi PT. Terang Inti Seraya 34
DAFTAR LAMPIRAN
1 Produk turunan kelapa sawit 45
2 Proyeksi penjualan TBS PT. TIS tahun 2013-2033 46
3 Luasan main road, collection road, dan control road 47
4 Layout perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya di Ujung 48
5 Dosis dan harga pupuk 49
6 Jumlah pekerja PT. TIS berdasarkan jabatan 50
7 Jumlah penyusutan dan nilai sisa usaha perkebunan kelapa sawit PT. 51
8 Rincian biaya replanting PT. Terang Inti Seraya 53
9 Proyeksi laba rugi PT. Terang Inti Seraya 59
10 Dokumentasi Penelitian 59
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkebunan adalah salah satu subsektor dari sektor pertanian yang
memiliki kontribusi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) di Indonesia.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik, angka yang disumbangkan subsektor
perkebunan untuk PDB sektor pertanian pada tahun 2010 mencapai angka Rp 136
048 500 000 (13.8 persen). Jumlah tersebut menunjukkan subsektor perkebunan
sebagai penyumbang PDB sektor pertanian ketiga terbesar setelah subsektor
tanaman bahan makanan yaitu Rp 482 377 100 000 (49 persen), dan subsektor
perikanan yaitu Rp 199 383 400 000 (20.2 persen). Penyumbang PDB sektor
pertanian lainnya adalah subsektor peternakan yang menyumbang Rp 119 371 700
000 (12.1 persen) dan subsektor kehutanan yaitu Rp 48 289 800 000 (4.9 persen).
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan baik
di dunia maupun di Indonesia yang mempunyai peranan penting dalam subsektor
perkebunan untuk membangun perekonomian negara. Pembangunan
perekonomian tersebut dapat melalui pembangunan dan pengembangan wilayah
dengan cara membuka wilayah perkebunan yang baru, penyerapan tenaga kerja,
peningkatan kesejahteraan daerah, dan peningkatan pendapatan daerah yang juga
dapat menjadi sumber devisa negara. Perluasan perkebunan ini dipandang akan
meningkatkan pendapatan negara dan juga meningkatkan tenaga kerja dari sektor
perkebunan. Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI),
pada tahun 2008 perkebunan kelapa sawit mempekerjakan 3.06 juta orang dengan
3.047 juta orang bekerja di perkebunan besar, 308 ribu orang bekerja di PTPN.
Pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada di Indonesia yang berjumlah 470 unit
mempekerjakan sebanyak 63 450 orang. Perkebunan-perkebunan kelapa sawit
yang ada di Indonesia saat ini hanya dimiliki oleh beberapa perusahaan, tercatat
10 perusahaan menguasai 67 persen perkebunan sawit Indonesia. Perusahaan
tersebut yaitu Raja Garuda Mas, Wilmar, Sinar Mas Grup, Astra Agro Lestari,
London Sumatra Grup, Bakrie Grup, Guthrie, Socfindo Grup, Cilandra Perkasa
Grup dan Kurnia Grup, melalui anak-anak perusahaannya masing-masing.
Pemerintah di Indonesia sangat mendukung pembangunan-pembangunan
tersebut. Dukungan tersebut dapat dilihat dari kebijakan daerah yang
mempermudah dibangunnya usaha perkebunan kelapa sawit pada daerah tersebut
serta pembentukan lembaga atau badan yang memantau bagaimana perkembangan
usaha perkebunan kelapa sawit tersebut seperti pembentukan tim penetapan harga
yang berfungsi untuk menentukan harga tandan buah segar, dan masih banyak
lembaga atau badan sejenis yang mendukung kegiatan usaha tersebut.
Pemerintahpun sangat mendukung kegiatan perdagangan internasional dengan
mengekspor produk berupa CPO. Ekspor CPO (Crude Palm Oil) Indonesia sebagai hasil dari pengolahan
kelapa sawit semakin meningkat pada dekade terakhir dengan laju 7-8 persen per
tahun (Ditjen Perkebunan, 2011). Bukan hanya ekspor, konsumsi dalam negeri
sawit pada 2011 juga meningkat dari tahun sebelumnya yakni menjadi 6-6,2 juta
ton dari 5,5 juta ton pada 2010. Tahun 2012 konsumsi sawit dalam negeri
diperkirakan meningkat tipis yakni sekitar 6-6,5 juta ton. Pada tahun 2011,
2
Indonesia menghasilkan 47 persen produksi minyak sawit dunia. Indonesia menjadi
negara produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia. Menurut data dari
Kementerian Pertanian, pada tahun 2010 Indonesia menguasai 44.5 persen pasar
sawit dunia dengan volume produksi mencapai 19.1 juta ton. Indonesia
mengungguli Malaysia yang menempati posisi kedua dengan pangsa 41.3 persen
dari volume produksi 17.73 juta ton. Posisi ketiga, yaitu Thailand yang menguasai
2.7 persen pasar sawit dunia, keempat Nigeria dengan pangsa 2 persen dari total
pasar sawit dunia, kemudian Kolombia dengan pangsa 1.9 persen. Total produksi
sawit dunia mencapai 42.9 juta ton. Indonesia menguasai 47 persen pasar minyak
sawit dunia di 2011. Sementara pangsa Malaysia turun menjadi 39 persen di tahun
20111. Produksi maupun ekspor sawit Indonesia 2011 meningkat dibandingkan
2010. Pada 2011 dari produksi sawit Indonesia sebanyak 23,5 juta ton dengan
sekitar 16,6 juta ton diekspor. Ekspor selama 2010 ekspor 15,6 juta ton dari
produksi sawit nasional sekitar 22 juta ton. Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia
ke Dunia dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke duniaa
No Importir Nilai Ekspor
b Trend
2007-2009
Pangsa
2011c
2007 2008 2009 2010 2011
Dunia 7.87 12.38 10.37 13.47 17.26 18.01 100
1 India 2.18 4.11 3.34 4.34 5.26 19.90 30.4
2 China 0.96 1.52 1.63 1.87 2.11 19.56 12.27
3 Malaysia 0.25 0.50 0.72 1.21 1.60 55.20 9.29
4 Bangladesh 0.34 0.48 0.53 0.63 0.89 24.24 5.13
5 Belanda 0.54 1.05 0.81 1.01 0.87 9.32 5.05
6 Mesir 0.26 0.40 0.33 0.41 0.84 26.42 4.87
7 Singapore 0.41 0.49 0.39 0.57 0.78 15.69 4.53
8 Italia 0.13 0.38 0.42 0.52 0.56 37.88 3.24
9 Spanyol 0.07 0.15 0.23 0.27 0.35 44.95 2.05
10 Ukraina 0.20 0.26 0.20 0.30 0.34 12.44 1.96 aSumber: ITC (2012);
bmilyar US$;
cpersen
Beberapa faktor yang menjadikan kelapa sawit sebagai salah satu
komoditas unggulan perkebunan yaitu pertama, karena produk turunannya yang
luas. Produk-produk olahan yang dapat dihasilkan dari kelapa sawit diantaranya
minyak goreng, detergen, kosmetik, sabun, lilin, dan lain-lain. Banyaknya jenis
produk yang dapat dihasilkan dari komoditi kelapa sawit menunjukkan bahwa
pasar untuk produk sawit masih terbuka dan memiliki prospek yang cukup baik.
Produk turunan kelapa sawit secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1.Faktor
kedua yaitu, kebutuhan minyak nabati yang tiap tahunnya meningkat. Pada tahun
1970-2010, jumlah konsumsi CPO di dunia rata-rata meningkat sebesar 2.5
Metricton setiap tahunnya (UNCTAD 2012). Tren tersebut diperkirakan akan
terus meningkat setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan industri pangan
(minyak goreng, margarin, dan lain-lain), biofuel, dan lain-lain. Konsumsi minyak
nabati tertinggi adalah minyak kelapa sawit dengan pangsa 22.5 persen pada tahun
2007-2012 (Oil World 2013). Jumlah konsumsi tersebut mengalahkan konsumsi
1 Administrator. 2012. 18 Keunggulan Komoditas Indonesia di Dunia.
http://duniaindustri.com/berita-industri-indonesia/828-18-keunggulan-komoditas-indonesia-di-
dunia.html[30 Juni 2012]
3
minyak nabati lainnya yaitu minyak kedelai, minyak rape seed, dan minyak bunga
matahari. Ketiga, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki long
production life-cycle (25 sampai 30 tahun) sehingga jangka waktu yang
diperlukan untuk melakukan peremajaan tanaman kembali bisa cukup lama. Biaya
yang diperlukan untuk peremajaan kembalipun termasuk dalam low cost
production dibandingkan tanaman perkebunan lainnya.
Faktor-faktor tersebut menunjukkan bahwa prospek pengembangan bisnis
kelapa sawit cukup menjanjikan. Program dan proyek pengembangan kelapa sawit
di Indonesia sendiri telah dilakukan di beberapa daerah terutama di tujuh provinsi
yaitu Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Jambi,
Kalimantan Barat, dan Sumatera Barat karena kondisi geografis daerah tersebut
memang sangat cocok untuk pengembangan kelapa sawit. Bila dilihat dari luas
areal kelapa sawit berdasarkan status pengusahaan rata-rata tahun 1998 sampai
2009 sebanyak 52.23 persen diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS),
36.70 persen diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR) dan 11.07 persen
diusahakan oleh Perkebunan Besar Negara (PBN) (Departemen Pertanian 2010).
Kelapa sawit sebagai penghasil Crude Palm Oil (CPO) adalah salah satu
komoditas perkebunan dengan jumlah produksi yang tinggi dikarenakan
kebutuhan produk turunannya tiap tahun terus meningkat dan produktivitas
tanaman tersebut memang tinggi jika dibandingkan dengan tanaman penghasil
minyak nabati lainnya. Peningkatan jumlah penduduk dan industri di Indonesia
juga dapat mempengaruhi permintaan minyak kelapa sawit sehingga para
pengusaha kelapa sawit terus berupaya dalam meningkatkan jumlah produksi baik
dengan peningkatan kualitas, maupun pembukaan lahan perkebunan yang baru.
Peningkatan jumlah produksi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2009);
*angka sementara.;
**angka sangat sementara
Gambar 1 Jumlah produksi crude palm oil di Indonesia tahun 2000-2010
Usaha perkebunan kelapa sawit dapat dipisahkan menjadi usaha budidaya
tanaman perkebunan yang terdiri dari usaha pembibitan tanaman dan usaha
pembesaran tanaman kelapa sawit untuk memproduksi tandan buah segar, serta
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
Pro
duksi
(to
n)
4
usaha industri pengolahan hasil perkebunan. Industri budidaya merupakan hal
penting dari perkembangan produk turunan kelapa sawit dengan menyediakan
pasokan kelapa sawit untuk diolah pada industri hilir kelapa sawit yang semakin
berkembang dan meningkat permintaannya. Industri budidaya pembesaran kelapa
sawit untuk memproduksi tandan buah segar juga merupakan industri kelapa sawit
yang paling berkembang di Indonesia karena adanya potensi lahan yang memadai
serta keadaan geografis yang mendukung tumbuhnya tanaman kelapa sawit.
Hanya sekitar 2 persen dari bagian bumi yang keadaan geografisnya cocok untuk
ditanami tanaman kelapa sawit, salah satunya adalah di Indonesia yang dilalui
garis khatulistiwa dan beriklim tropis. Hal ini dibuktikan dengan adanya
peningkatan perluasan areal perkebunan kelapa sawit setiap tahunnya (Gambar 2).
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2009).;
*angka sementara.;
**angka sangat sementara
Gambar 2 Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2000-2010
Sentra produksi utama kelapa sawit Indonesia (dalam wujud minyak
sawit) pada tahun 2011 terdapat di lima provinsi, yaitu Riau, Sumatera Utara,
Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Jambi. Riau merupakan sentra
perkebunan kelapa sawit urutan pertama terbesar dengan kontribusi produksi
sebesar 28.96 persen, Sumatera Utara menempati urutan kedua sentra kelapa sawit
dengan kontribusi sebesar 14.13 persen, ketiga adalah Kalimantan Tengah dengan
kontribusi sebesar 10.29 persen, Sumatera Selatan dengan kontribusi sebesar
10.15 persen, Jambi dengan kontribusi sebesar 6.87 persen, dan 29.61 persen
adalah kontribusi dari provinsi-provinsi lainnya (Departemen Pertanian 2012).
Berdasarkan data statistik dari Dinas Perkebunan Provinsi Riau, luas perkebunan
kelapa sawit di Riau yang paling luas adalah lahan perkebunan kelapa sawit di
Kabupaten Kampar. Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riau menurut
Kabupaten atau Kota dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
9,000,000
Luas
Are
al (
hek
tar)
5
Tabel 2 Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riaua
No Kabupaten/
Kota
Tahunb
2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 Pekanbaru - - 4 007 7 353 7 464 8 080
2 Kampar 268 037 279 757 291 476 311 137 316 282 353 792
3 Rokan Hulu 227 029 253 790 275 609 262 674 379 969 422 743
4 Rokan Hilir 146 237 148 758 148 879 166 311 206 173 237 745
5 Dumai 19 083 21 933 24 930 27 954 31 022 32 935
6 Siak 166 348 166 418 183 598 184 219 186 819 232 857
7 Bengkalis 120 503 127 078 127 259 147 644 162 415 177 130
8 Pelalawan 181 735 173 699 177 906 182 926 183 400 184 110
9 Kuantan
Singingi
109 883 111 793 121 854 116 527 122 731 121 709
10 Indragiri
Hulu
106 607 107 214 114 582 118 077 118 538 118 538
11 Indragiri
Hilir
79 353 139 702 142 282 148 730 210 529 213 537
Jumlah 1,424,814 1,530,141 1,612,382 1,673,551 1,925,342 2,103,176 aSumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau (2012);
bhektar
Jumlah luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riau pada tahun 2010
mencapai 2 103 176 hektar. Luas lahan tersebut meningkat menjadi 2 256 538
hektar pada tahun 2011 (BPS 2012) dengan produksi tandan buah segar sebesar
36 809 252 ton. Namun, angka produksi tandan buah segar yang cukup besar
tersebut belum mampu memenuhi kapasitas pabrik kelapa sawit yang mengolah
tandan buah segar di Riau. Hal tersebut menyebabkan adanya idle capacity dalam
pabrik tersebut. Data Dinas Perkebunan Provinsi Riau tahun 2011 menunjukkan
sebanyak 146 pabrik kelapa sawit di Riau masih membutuhkan bahan baku
berupa tandan buah segar.
Tabel 3 Produksi tandan buah segar dan kapasitas pabrik kelapa sawit di Riaua
No Kabupaten/Kota Produksib
Kapasitas Pabrikc
1 Kampar 7 680 797 10 402 500
2 Rokan Hulu 6 150 819 7 183 200
3 Pelalawan 3 737 648 5 219 500
4 Indragiri Hulu 2 185 196 2 080 500
5 Kuantan Singingi 2 392 285 3 285 000
6 Bengkalis 2 303 132 2 555 000
7 Rokan Hilir 4 639 402 6 679 500
8 Dumai 406 727 438 000
9 Siak 4 035 206 5 000 500
10 Indragiri Hilir 3 097 067 2 810 500
11 Pekanbaru 180 973 -
12 Kepulauan Meranti - -
Total 36 809 252 45 654 200 aSumber: Dinas Perkebunan Riau 2012;
bton per tahun;
cton per tahun
6
Upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
pabrik kelapa sawit tersebut adalah meningkatkan pemeliharaan terhadap kebun-
kebun yang tidak atau belum produktif menjadi produktif, baik melalui
rehabilitasi maupun peremajaan (replanting). Sedangkan upaya perluasan melalui
pembukaan kebun baru hendaknya memperhatikan kemampuan pabrik kelapa
sawit yang ada sehingga produksi tandan buah segar yang dihasilkan nantinya
tidak mengalami kelebihan produksi. Untuk keperluan tersebut, peran Pemerintah
Daerah sangatlah diperlukan dengan melakukan perencanaan pengembangan
perkebunan dan pertanian secara umum (termasuk tanaman pangan) bekerjasama
dengan dinas, lembaga, perbankan, dan asosiasi terkait.
Rumusan Masalah
Usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini telah berkembang
sangat pesat baik dalam hal produksi, teknologi, ataupun manajemen. Salah satu
sentra usaha perkebunan kelapa sawit yang sudah berkembang terletak di Provinsi
Riau. Riau merupakan daerah yang potensial untuk tanaman perkebunan terutama
tanaman kelapa sawit. Selain perkebunan, di Riau juga banyak terdapat Pabrik
Kelapa Sawit yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) yaitu buah yang
dihasilkan oleh pohon kelapa sawit, dan selanjutnya dapat diolah menjadi produk
turunannya yang biasanya berupa minyak mentah yaitu CPO dan PKO.
Sampai tahun 2011, terdapat 146 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang
beroperasi di Riau. Kapasitas mengolah dari 146 pabrik tersebut adalah 6 254 ton
per jam (Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2011). Rata-rata, PKS mampu
beroperasi 20 jam perhari yang artinya, dalam sehari PKS di Riau dapat mengolah
sebanyak 125 080 ton dan dalam setahun mampu mengolah sebanyak 45 654 200
ton. Namun, kapasitas tersebut tidak dapat dipenuhi oleh produksi TBS di Riau.
Produksi TBS tahun 2011 di Riau hanya 36 809 252 ton sehingga kapasitas
mengolah yang tidak terpakai selama setahun adalah sebanyak 8 844 948 ton.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku TBS untuk diolah, maka Provinsi
Riau memerlukan TBS yang sudah siap untuk diolah. TBS tersebut bisa
didapatkan dari perkebunan yang sudah ditanami pohon kelapa sawit lebih dari
empat tahun karena pohon kelapa sawit dikatakan Tanaman Menghasilkan (TM)
jika sudah berumur 4 tahun. TBS yang diperlukan untuk memenuhi kapasitas
diutamakan dari perkebunan di Riau karena pertama, sifat TBS yang perishable
sehingga TBS sebaiknya diolah dalam waktu delapan jam setelah panen. Kedua,
perusahaan dapat menekan biaya pengangkutan TBS karena biasanya
pengangkutan menjadi tanggung jawab pihak perkebunan. PT. Terang Inti Seraya (PT. TIS) merupakan salah satu perusahaan yang
memiliki perkebunan kelapa sawit di Riau dan melihat peluang untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan oleh PKS. Produk yang dijual PT. TIS
adalah buah kelapa sawit yang masih berbentuk TBS dan dijual kepada pabrik di
sekitar perkebunan. Perusahaan tersebut baru beroperasi selama satu tahun, yaitu
pada April 2012 dengan membeli lahan yang telah ditanami pohon kelapa sawit
sebelumnya. Terdapat tiga lahan perkebunan yang dimiliki oleh PT. TIS, masing-
masing terletak di Desa Buluh Nipis, Kecamatan Ujung Batu Rokan, dan
Kecamatan Tenayan dengan tahun tanam yang berbeda-beda. Perkebunan di Desa
Buluh Nipis memiliki luas lahan 181.64 hektar dan tahun tanam 2001, Kecamatan
7
Ujung Batu Rokan dengan luas lahan 123.75 hektar dan tahun tanam 1998, dan
Kecamatan Tenayan dengan luas lahan 114.13 hektar dan tahun tanam 2008.
Total luas lahan yang dimiliki PT. TIS adalah 419.52 hektar. Meskipun
perusahaan tersebut baru beroperasi selama satu tahun, tetapi sudah dapat
menghasilkan TBS siap olah karena lahan-lahan tersebut memiliki tahun tanam
lebih dari empat tahun. Umur usaha yang masih muda membuat usaha ini menarik
untuk dilakukan studi kelayakan usaha agar mengetahui bagaimana prospek usaha
ke depan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yang
berkaitan dengan kelayakan usaha kelapa sawit di PT. Terang Inti Seraya sebagai
berikut:
1. Bagaimana kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya
dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta
aspek sosial lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya
dilihat dari aspek finansial?
3. Berapa besar perubahan yang dapat ditolerir oleh PT. Terang Inti Seraya jika
terjadi penurunan harga TBS atau kenaikan biaya variabel agar tetap layak
secara finansial?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti
Seraya dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,
serta aspek sosial lingkungan.
2. Menganalisis kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti
Seraya dilihat dari aspek finansial.
3. Mengetahui besar perubahan yang dapat ditolerir oleh PT. Terang Inti Seraya
jika terjadi harga TBS atau kenaikan biaya variabel agar tetap layak secara
finansial.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau acuan dalam
melakukan pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit kepada pemilik
perusahaan yang menjadi objek penelitian serta dapat menjadi rekomendasi dalam
hal kelayakan dan keberlanjutan usaha. Penelitian ini juga diharapkan dapat
bermanfaat bagi calon investor atau pihak yang ingin menanamkan modal sebagai
bahan pertimbangan. Selain itu, peneliti juga mengharapkan penelitian ini
bermanfaat bagi peneliti lainnya serta bagi pemerintah mengenai gambaran usaha
perkebunan kelapa sawit, khususnya di daerah Riau.
8
TINJAUAN PUSTAKA
Perkebunan Kelapa Sawit
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera
(Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan
penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera
Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di
Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala
Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat
sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran dimulai pada tahun 1910. Hingga
menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama
minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi terus merosot.
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-
militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian
diambil alih Malaysia. Semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman
digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal
perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi
sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
Secara garis besar ada tiga bentuk utama usaha perkebunan, yaitu
perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara.
Bentuk lain yang relatif baru, yaitu bentuk perusahaan inti rakyat (PIR). Pola PIR-
Bun adalah pola yang pertama kali diterapkan dalam sejarah persawitan di
Indonesia. Pelaksanaan pola ini didasarkan pada kebijakan pemerintah
lewat INPRES nomor 1 tahun 1986. Dalam pelaksanaannya masyarakat (petani
pribumi) dikategorikan sebagai plasma, sementara perusahaan sebagai inti.
Masyarakat atau kaum tani sebagai plasma akan menapatkan bagian masing-
masing kepala keluarga sebanyak 1 kapling atau 2 hektar, sementara sisanya akan
dikuasai oleh perusahaan sebagai inti. Pola pelaksanaan KKPA didasarkan atas
keputusan bersama menteri pertanian dan koprasi dan pembinaan pengusaha kecil
no 73/Kpts/Kb.510/2/1998 dan No 01/SKB .M/11/98. Pola ini sesungguhnya
adalah kelanjutan dari pola PIR. Jika dalam pola PIR-Bun petani plasma akan
mengelola sendiri atau mengerjakan sendiri proses produksi pertaniannya,
sehingga petani plasma dapat melihat sejauh mana hasil produksi pertanianya dan
berapa uang yang harus diterima setiap kali musim panennya. Hal ini menjadi
berbeda dengan pola KKPA. Petani plasma tidak secara langsung lagi mengelola
lahan plasmanya. Pola PSM atau pola bagi hasil atau kemitraan adalah
perkembangan lebih lanjut dari Pola KKPA. Pola ini didasarkan pada peraturan
menteri pertanian tahun 2009. Artinya sejak tahun 2009 seluruh pembangunan
perkebunan akan menggunakan pola satu manajemen. Pelaksanaan pola ini sudah
tidak lagi mengenal inti dan plasma.
Pada lahan tanaman kelapa sawit, terdapat klasifikasi kelas kesesuaian
lahan (tabel 3) yang terbagi menjadi S1, kesesuaian tinggi atau baik (highly
suitable); S2, kesesuaian sedang (moderately suitable); S3, kesesuaian terbatas
atau kurang baik (marginally suitable); dan N, tidak sesuai atau tidak baik (not
suitable).
9
Tabel 3 Klasifikasi kelas kesesuaian lahan kelapa sawita
Iklim dan
Sifat Fisik
Tanah
Kriteria Lahan
Baik
(kelas I)
Sedang
(kelas II)
Kurang Baik
(kelas III)
Tidak Baik
(kelas IV)
Tinggi
(mdpl) 25-200 200-300 300-400 <25;>400
Topografi Datar-
berombak bergelombang berbukit Curam
Lereng (%) 0-15 16-25 25-36 >36
Solum
(cm) >80 80 60-80 <60
Dalam Air
(cm) >80 60-80 50-60 40-50
Tekstur lempung+liat lempung+pasir pasir+lempung+liat Pasir
Organik
(cm) 5-10 5-10 5-10 <5
Batuan dalam dalam dalam
Menghambat
pertumbuhan
akar
Erosi tidak ada tidak ada tidak ada Sedikit
Drainase baik baik agak baik agak baik
Banjir tidak ada tidak ada tidak ada Sedikit
Pasang
Surut tidak ada tidak ada tidak ada Sedikit
aSumber: Bahan Kuliah Budidaya Kelapa Sawit oleh Sudirman Yahya Suwarto (2011)
Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) termasuk golongan tumbuhan palma
yang berasal dari Afrika yang kemudian menyebar ke benua Amerika dan Asia
melalui perdagangan maupun kolonialisasi. Tanaman ini menjadi populer setelah
Revolusi Industri pada akhir abad ke-19. Perkebunan kelapa sawit pertama
berlokasi di Aceh dan Deli.
Produktivitas perkebunan kelapa sawit dipengaruhi oleh kelas lahan,
tanaman, umur dan jenis bibit yang digunakan. Lubis (1992) membedakan kelas
lahan pengembangan kelapa sawit ke dalam empat kelas dengan produktivitas
rata-rata untuk kelas I, II, III dan IV pada umur 4 – 25 tahun berturut-turut sebesar
25.10 ton TBS per hektar per tahun; 22.95 ton TBS per hektar per tahun; 20.86
ton TBS per hektar per tahun; dan 17.71 ton TBS per hektar per tahun. Untuk
semua kelas lahan, produktivitasnya akan meningkat pada umur 15-21 tahun, dan
memasuki masa tua pada umur 22 tahun. Berdasarkan data tersebut maka tanaman
kelapa sawit digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu (Lubis 1992):
1. Tanaman belum menghasilkan (TBM) yaitu tanaman berumur 1-3 tahun.
2. Tanaman menghasilkan (TM) yaitu tanaman berumur 4 – 25 tahun:
a. Tanaman remaja menghasilkan (TRM) berumur 4 – 8 tahun.
b. Tanaman dewasa menghasilkan I (TDM I) berumur 9 – 14 tahun.
c. Tanaman dewasa menghasilkan II (TDM II) berumur 15 – 21 tahun.
d. Tanaman tua menghasilkan (TTM) berumur 20 – 25 tahun.
10
Tandan Buah Segar
Buah kelapa sawit atau Tandan Buah Segar berbentuk seperti telor yang
berbeda panjangnya antara 2-5 cm dan beberapa beratnya antara 3-30 gram.
Masing-masing buah secara normal terdiri dari satu inti tunggal (kernel) yang
dikelilingi oleh pericarp. Pericarp itu terdiri tiga lapisan yakni endocarp keras,
mesocarp yang berbentuk serabut yang mengandung minyak dan kulit luar yang
tipis dan kilat yang dinamakan exocarp.
Pohon kelapa sawit senantiasa menghasilkan tandan buah yang
mengandung salah satu dari tiga jenis buah yang berbeda yang dengan mudah
dapat dikenal dari bentuknya yang berbeda. Bentuk ini dikenal masing-masing
sebagai dura, tenera dan pisifera. Biji dari buah bentuk dura memiliki kulit/
cangkang yang relatif tebal (antara 2-8 mm). Biji dari buah berbentuk tenera
umumnya memiliki cangkang yang tipis dari dura. Ketebalan cangkang berkisar
0.5-4 mm.Buah berbentuk pisifera tidak memiliki inti (kernel) atau cangkang.
Buah ini sepenuhnya dari material mesocarp berdaging yang mengandung
minyak.
Buah individu pada setiap tandan (apapun jenisnya) tidak ada yang persis
sama bentuknya. Buah bagian dalam adalah lebih rata, lebih kecil dan kurang
pigment-nya jika dibandingkan dengan buah bagian luar. Biasanya terdapat
sebagian buah parthenocarpic yakni buah yang tumbuh seperti kurang dipupuk.
Buah ini biasanya selain rendemen minyak kurang, tidak mengandung endosperm
dan embrio dan bagian pusat dari buah biasanya padu.
Bentuk susunan, dan komposisi tandan sangat ditentukan oleh jenis tanaman
dan kesempurnaan penyerbukan. Buah sawit yang berukuran 12-18 gram per
butir, dapat dipanen setelah berumur enam bulan terhitung sejak penyerbukan
(Mangoensoekarjo 2003).
Perkembangan Industri Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia
Kelapa sawit sebagai penghasil minyak sawit dan inti sawit telah menjadi
salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjanjikan. Pemerintah juga
memberikan perhatian lebih untuk tanaman perkebunan ini mengingat pendapatan
dari sektor devisa non migas sangat besar dan Indonesia merupakan salah satu
negara penghasil CPO terbesar di dunia. Upaya perluasan areal pengembangan
industri kelapa sawit terus dilakukan. Terlihat dari data telah terjadi peningkatan
luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 2 350 000 juta hektar, yaitu dari 606
780 hektar pada tahun 1986 menjadi hampir 3 000 000 hektar pada tahun 1999.
Berkembangnya sub-sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak
lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif,
terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk
pembangunan perkebunan rakyat dan dalam pembukaan wilayah baru untuk areal
perkebunan besar swasta.
Seiring dengan semakin meluasnya lahan perkebunan kelapa sawit, maka
CPO yang dihasilkan berbanding lurus. Berdasarkan data total produksi minyak
sawit Indonesia meningkat tajam, yaitu dari 1 710 000 ton pada tahun 1988
menjadi 5 380 000 ton pada tahun 1997. Pada tahun 1998, sehubungan dengan
terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, produksi minyak sawit turun menjadi 5
11
000 000 ton, namun demikian, pada tahun 1999 produksinya kembali meningkat
menjadi 5 660 000 ton.
Wakil menteri Perdagangan RI, M. Siregar (2010), mengatakan selama
Januari sampai Agustus 2010 nilai ekspor sawit Indonesia mencapai US$6.7
miliar atau naik dari periode yang sama tahun lalu yang hanya US$5.6 miliar
dengan volume ekspor 4 000 000 ton CPO. Sementara pertumbuhan sub-sektor
industri perkebunan kelapa sawit telah menghasilkan manfaat ekonomi yang
penting, pengembangan areal perkebunan kelapa sawit ternyata menyebabkan
meningkatnya ancaman terhadap keberadaan hutan alam tropis Indonesia. Para
investor lebih suka untuk membangun perkebunan kelapa sawit pada kawasan
hutan konversi karena mereka mendapatkan keuntungan besar berupa kayu
IPK (Izin Pemanfaatan Kayu) dari areal hutan alam yang dikonversi menjadi areal
perkebunan kelapa sawit. Kayu IPK sangat dibutuhkan oleh industri perkayuan di
Indonesia, terutama industri pulp dan kertas, khususnya setelah produksi kayu
bulat yang berasal dari hutan alam produksi, yaitu produksi kayu bulat
berdasarkan Rencana Karya Tahunan (RKT) HPH, semakin berkurang dari tahun
ke tahun.
Menurut data dari Direktorat Jenderal Inventarisasi dan Tataguna Hutan
(1998), luas kawasan hutan yang dikonversi untuk tujuan pembangunan
perkebunan tahap persetujuan pelepasan seluas 8 204 524 hektar, dan yang sudah
mendapat SK Pelepasan seluas 4 012 946 hektar meliputi kawasan Hutan
Produksi Terbatas seluas 166 532 hektar, Hutan Produksi Tetap seluas 455 009
hektar, Hutan Produksi Konversi seluas 3 262 715 hektar dan Areal Penggunaan
Lahan seluas 129 449 hektar. Kawasan hutan yang telah mendapat SK pelepasan,
status kawasannya berubah dari kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan.
Menurut mantan Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Nasution (2000), realisasi
pembangunan perkebunan kelapa sawit sejauh ini hanya 16.1 persen dari total
areal hutan konversi yang sudah mendapatkan SK pelepasannya.
Penelitian Terdahulu
Hasil dari pengkajian terhadap penelitian tentang kelapa sawit terdahulu
dapat diketahui alat analisis yang digunakan serupa, yaitu analisis kelayakan non
finansial (aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan lingkungan), analisis
kelayakan finansial (kriteria investasi: NPV, IRR, Net B/C ratio, Payback Period)
dan analisis switching value. Mukti (2009), dan Demiyati (2012) menggunakan
analisis switching value untuk mengukur perubahan biaya variabel, harga,
maupun kapasitas produksi maksimal yang bisa ditolerir objek penelitian. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramdan (2011) dan Budiasa (2000),
penelitian menggunakan analisis sensitivitas untuk mengukur kepekaan biaya.
Pada analisis kelayakan non finansial sering tidak ditemukan masalah sehingga
dianggap layak secara non finansial.
Analisis kelayakan juga dapat dilakukan pada pabrik pengolah seperti
penelitian yang dilakukan Mukti (2009), yaitu analisis terhadap investasi
pengadaan pabrik kelapa sawit (PKS) di Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh
Darussalam dengan menggunakan dua skenario (dana sendiri atau pinjaman).
Analisis sensitivitas yang dilakukan adalah peningkatan biaya produksi dan
penurunan kapasitas produksi. Hasil penelitian menunjukkan skenario 1 (dana
12
sendiri) menghasilkan kriteria investasi yang lebih baik. Berdasarkan hasil uji
kelayakan, pembangunan PKS kapasitas 30 ton TBS per jam layak untuk
dilaksanakan. Secara finansial berdasarkan asumsi yang digunakan, skenario I
(dana sendiri) dengan discount factor 7 persen, kegiatan investasi PKS kapasitas
30 ton TBS per jam layak untuk dilaksanakan ditinjau dari semua kriteria
investasi yang digunakan. Nilai NPV sebesar Rp 106 698 657 000; IRR sebesar
22.34 persen; Net B/C sebesar 2.30; dan Payback Period selama 3 tahun 8 bulan.
Skenario II (pinjaman) dengan discount factor 15 persen, kegiatan investasi
pabrik kelapa sawit tidak layak dilaksanakan. Nilai NPV yang diperoleh sebesar
(Rp 30 727 367 000); IRR sebesar 9.03; Net B/C sebesar 0.63; dan Payback
Period selama 6 tahun 4 bulan. Hasil analisis sensitivitas PKS kapasitas 30 ton
TBS per jam, pada indikator kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen dan
penurunan kapasitas produksi 10 persen pada skenario I masih layak untuk
dilaksanakan sementara pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan.
Berbeda dengan usaha pengolahan, Demiyati (2012) melakukan penelitian
kelayakan investasi dengan sistem bagi hasil pada perkebunan rakyat di Desa
Budi Asih, Sumatera Selatan. Penelitian ini menggunakan analisis finansial
dengan dua sudut pandang berbeda yaitu, dari sudut pandang investor dan pemilik
lahan. Berdasarkan analisis kelayakan finansial pada analisis kriteria investasi,
investor memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan bagi pemilik lahan. Kriteria
investasi bagi pemilik lahan dihasilkan NPV>0 sebesar Rp 983.132.527,25; Net
B/C>1 sebesar 2,15; IRR>DR sebesar 13,74 persen; dan payback period<25 tahun
selama 13,038 sehingga layak untuk dilaksanakan. Kriteria investasi investor
dihasilkan NPV>0 sebesar Rp 1.425.349.441,46; Net B/C>1 sebesar 3,70;
IRR>DR sebesar 21,13 persen; dan payback period<25 tahun selama 9,133
sehingga layak untuk dilaksanakan. Analisis nilai pengganti bagi pemilik lahan
dan investor dihasilkan penurunan perkiraan produktivitas dan harga jual TBS
lebih sensitif dibandingkan peningkatan biaya variabel maksimal. Penurunan
perkiraan produktivitas dan harga jual TBS maksimal bagi pemilik lahan adalah
26,92 persen dan peningkatan biaya variabel maksimal adalah 50,76 persen.
Penurunan perkiraan produktivitas dan harga jual TBS maksimal bagi investor
adalah 38,31 persen dan peningkatan biaya variabel maksimal adalah 80,83
persen.
Penelitian yang dilakukan Ramdan (2011), yaitu analisis pengembangan
usaha CPO di PT Tapian Nadenggan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi
Sumatera Utara, dilakukan dengan dua skenario. Pada tingkat diskonto 8 persen,
dihasilkan kriteria investasi yang lebih baik pada skenario 2, yaitu dengan
peremajaan kelapa sawit seluas 9500 ha dan perluasan lahan 5500 ha tanpa
pembangunan usaha CPO berupa pengadaan PKS berkapasitas 60 ton TBS
perjam. Pada penelitian ini, dilakukan analisis sensitivitas terhadap peningkatan
biaya dan penurunan kapasitas produksi sebesar 10 persen yang menunjukkan
usaha masih layak dilaksanakan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Budiasa (2000) mengenai Studi
Kelayakan Proyek Perkebunan Kelapa Sawit PT. Henrison Inti Persada, Papua,
menunjukkan rencana pembangunan proyek perkebunan kelapa sawit model PIR-
Bun di Propinsi Papua yang diprakarsai oleh PT. Henrison Inti Persada
merupakan rencana investasi yang layak terutama didasarkan atas analisis
finansial, di samping didukung pula oleh aspek pemasaran, teknis, manajemen
13
operasional, dan aspek ekonomis (sosial). Analisis rasio keuangan menunjukkan,
bahwa ternyata proyek ini cukup profitable, liquid, solvent, dan efficient; dan
rencana proyek perkebunan kelapa sawit di Propinsi Papua ini menunjukan
kepekaan (sensitivity) yang tinggi (terutama pada kebun inti) bila dilihat dari nilai
IRR sama dengan 18.07 persen yang hanya sedikit lebih besar terhadap social
discount rate 18 persen. Tetapi, pada kebun plasma proyek ini tidak begitu
sensitif, karena IRR yang besarnya 22.37 persen jauh lebih besar daripada social
discount rate yang disarankan sebesar 14 persen.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah
suatu kegiatan investasi memberikan manfaat manfaat atau hasil bila dilaksanakan
(Nurmalina et al 2010). Studi kelayakan bisnis dapat menjadi tolok ukur yang
sangat berguna sebagai dasar penilaian keberhasilan suatu rencana bisnis atau
usaha. Penilaian dalam studi kelayakan bisnis dilakukan secara menyeluruh dari
berbagai aspek. Studi kelayakan bisnis dilaksanakan dengan beberapa tujuan,
yaitu: (1) menghindari risiko kerugian; (2) memudahkan perencanaan; (3)
memudahkan pelaksanaan pekerjaan; (4) Memudahkan pengawasan dan
pengendalian usaha.
Aspek-aspek Analisis Kelayakan
Menganalisis dan merencanakan suatu proyek harus mempertimbangkan
banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan
yang dapat diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Masing-masing
aspek saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan yang lainnya.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) aspek-aspek tersebut terdiri dari aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, serta
aspek finansial. Pada penelitian ini aspek yang dipertimbangkan dan dianalisis
yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum dan manajemen, aspek sosial dan
lingkungan, dan aspek keuangan/finansial.
1. Aspek Non Finansial
a. Aspek Pasar
Pasar menurut Stanton dalam Umar (Studi Kelayakan Bisnis) adalah
merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk
puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya.
Aspek pasar merupakan aspek yang memiliki prioritas utama dari
suatu studi kelayakan proyek, hal ini dikarenakan banyak proyek yang
mengalami kegagalan karena tidak tersedianya pasar yang potensial
untuk memasarkan produknya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam aspek pasar antara lain bagaimana potensial pasar dari produk
tersebut dan rencana pemasaran yang digunakan. Aspek pasar sendiri
14
menurut Jumingan (2009) menyatakan bahwa suatu usaha dapat
dikatakan layak, apabila produknya terjual karena memiliki
permintaan.
b. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah
proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono 1997). Aspek teknis berkaitan dengan pemilihan lokasi usaha, fasilitas
pendukung serta teknologi yang digunakan untuk produksi, dan proses
produksi.
c. Aspek Hukum dan Manajemen
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek hukum yaitu
bentuk badan usaha yang akan digunakan, izin usaha dari pemerintah
setempat, tersedianya kelengkapan surat-surat seperti sertifikat tanah,
dan jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam
modal. Kemudian terdapat juga peraturan pemerintah baik pusat
ataupun daerah yang membatasi ruang gerak perusahaan.
Aspek manajemen yang perlu diperhatikan adalah bentuk badan usaha
yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan untuk menjalankan
perusahaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, dan
penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Suwarsono
2000). Kelayakan dapat dilihat dari bentuk badan usaha yang legal
agar status hukum jelas serta apakah jenis pekerjaan yang dibutuhkan
terpenuhi oleh tenaga kerja.
d. Aspek Sosial dan Lingkungan
Analisis sosial berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan dan implikasi
sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana
pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar
dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap
(responsive) terhadap keadaan sosial (Gittinger 1986). Sejauh mana
proyek dapat memberi manfaat secara implisit dan eksplisit terhadap
pendistribusian pendapatan serta penciptaan lapangan pekerjaan.
Selain itu analisis juga perlu mempertimbangkan pengaruh negatif
dari pelaksanaan proyek terhadap dampak sosial seperti kehilangan
pekerjaan akibat adopsi teknologi atau penerapan alat-alat mekanis
yang mengurangi keterlibatan tenaga kerja manusia.
Kualitas hidup masyarakat haruslah merupakan bagian dari rancangan
proyek. Analisis proyek juga harus mempertimbangkan dampak
lingkungan yang merugikan dari proyek yang direncanakan.
Pembangunan proyek mungkin saja akan merusak sumber-sumber air
bersih dari limbah yang dihasilkan oleh proyek. Lokasi pelaksanaan
proyek harus dipilih dan ditinjau secara langsung untuk menghindari
rusaknya kelestarian lingkungan.
Analisis kelayakan sosial dan lingkungan dapat dilihat dari bagaimana
respon perusahaan terhadap lingkungan sekitar baik lingkungan alam
maupun masyarakat sekitar. Perusahaan harus memberikan dampak
positif dan tidak merugikan lingkungan sampai batas yang dapat
ditolerir masing-masing daerah.
15
2. Aspek Finansial
Aspek finansial dalam analisis kelayakan usaha memiliki tujuan
utama untuk menilai kondisi finansial (keuangan) perusahaan secara
keseluruhan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2010), penilaian terhadap aspek
keuangan meliputi sumber dana yang diperoleh, kebutuhan biaya investasi,
estimasi pendapatan dan biaya investasi yang dibutuhkan selama umur
bisnis, proyeksi aliran kas (cashflow) dan laporan laba/rugi, serta kriteria
penilaian investasi
Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan
berapa uang yang masuk (cash in) dan jenis-jenis pemasukan tersebut.
Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar (cash out) serta
jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar 2010). Komponen
yang terdapat di dalam arus kas antara lain arus penerimaan (inflow), arus
pengeluaran (outflow), dan manfaat bersih (net benefit). Arus penerimaan
terdiri dari nilai produksi, pinjaman, hadiah atau hibah, dan nilai sisa. Arus
pengeluaran terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, pinjaman dan
bunga pinjaman, serta pembayaran pajak. Manfaat bersih merupakan hasil
pengurangan antara arus penerimaan dengan arus pengeluaran.
Laporan laba/rugi menggambarkan tentang total penerimaan dari
penjualan dan pengeluaran serta kondisi keuntungan yang diperoleh
perusahaan pada masing-masing tahun produksi. Laporan laba/rugi juga
menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya
selama periode tertentu dan untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan
ke dalam cashflow. Komponen yang terdapat pada laporan laba/rugi
meliputi pendapatan dari penjualan produk barang atau jasa, beban
produksi (biaya operasional), beban administrasi dan pemasaran (biaya
untuk kegiatan pemasaran dan biaya administrasi), dan beban keuangan
seperti bunga dari modal pinjaman. Komponen biaya investasi tidak
dimasukkan dalam laporan laba/rugi, biaya yang terkait dengan investasi
yang dimasukkan hanya biaya penyusutan barang-barang investasi yang
ada (Nurmalina et al 2010).
a. Kriteria Penilaian Investasi
Kriteria penilaian investasi merupakan salah satu metode yang
dapat digunakan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi dalam
suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan dilihat pada aspek
finansialnya. Kriteria penilaian investasi mempertimbangkan time value of
money atau pengaruh waktu terhadap nilai uang dan dalam
penghitungannya digunakan discount factor agar dapat menghitung jumlah
uang pada masa sekarang bila diketahui sejumlah uang pada masa yang
akan datang (Nurmalina et al 2010). Dalam analisis ini kriteria investasi
yang digunakan adalah net present value (NPV), internal rate return
(IRR), serta Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), dan payback
period.
i. Net Present Value (NPV)
Menurut Nurmalina et al (2010), suatu bisnis dapat dinyatakan
layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya
16
yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan
manfaat bersih atau arus kas bersih. Net Present Value atau nilai
kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value
manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present
value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang
dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang
rupiah (Nurmalina et al 2010).
ii. Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net B/C Ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai
positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata
lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan
terhadap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu bisnis atau
kegiatan investasi dapat dikatakan layak apabila Net B/C lebih
besar dari satu, dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil
dari satu (Nurmalina et al 2010).
iii. Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Nurmalina et al (2010), kelayakan bisnis juga dinilai dari
seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang
ditanamkan. Hal ini ditunjukkan dengan mengukur besaran Internal
Rate of Return (IRR). IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang
menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari
perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Suatu bisnis
dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost
of capital-nya (DR). Pada umumnya dalam menghitung tingkat
IRR dilakukan dengan mengunakan metoda interpolasi di antara
tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV
positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang
menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al 2010).
iv. Payback Period (PP)
Payback period atau tingkat pengembalian investasi adalah salah
satu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan
untuk mengukur periode jangka waktu pengembalian modal.
Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek
untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk
membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono 2000).
Kelemahan dari metode ini adalah diabaikannya nilai waktu uang
(time value of money) dan cash flow setelah payback period.
Metode ini hanya metode pelengkap penilaian investasi (Nurmalina
et al 2009).
b. Nilai Pengganti (Switching Value)
Metode ini digunakan untuk mencoba mengukur berapa besar
perubahan yang masih dapat ditoleransi jika terdapat perubahan persentase
perkiraan nilai produksi (produktivitas dan harga), serta salah satu biaya
variabel yang bisa ditoleransi terhadap kelayakan finansial pada objek
penelitian ini agar tetap layak (Nurmalina et al 2009). Perhitungan ini
mengacu pada seberapa besar perubahan yang terjadi sampai nilai NPV
mendekati nol.
17
Kerangka Pemikiran Operasional
Kebutuhan TBS yang menjadi bahan baku untuk produk turunan kelapa
sawit di Riau masih belum terpenuhi. Riau memiliki 146 Pabrik Kelapa Sawit
yang rata-rata beroperasi selama 20 jam perharinya (Syahza 2012). Produksi TBS
di Riau pada tahun 2011 adalah 36 809 252 ton sedangkan 146 PKS di riau
memiliki kapasitas sebanyak 45 654 200 ton tiap tahunnya (Dinas Perkebunan
Provinsi Riau 2011). Berarti, PKS masih mampu mengolah 8 844 948 ton setiap
tahunnya. Hal ini menjadi potensi bagi perkebunan kelapa sawit untuk menyuplai
bahan baku bagi PKS di Riau. Bahan baku untuk diolah oleh PKS di Riau
diutamakan berasal dari perkebunan di Riau sebab pertama, sifat TBS yang
perishable sehingga TBS sebaiknya diolah dalam waktu delapan jam setelah
panen. Menurut Syahza (2012), apabila TBS diolah lebih dari delapan jam, maka
akan mengurangi kualitas hasil olahan tersebut. Kedua, perusahaan dapat
menekan biaya pengangkutan TBS karena biasanya pengangkutan menjadi
tanggung jawab pihak perkebunan. Apabila produk dijual keluar daerah Riau,
tentunya akan menambah biaya pengangkutan.
Tahun 2012, PT. TIS melihat peluang tersebut dan membuka usaha yang
bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit yang sudah siap panen dan memiliki
perkebunan kelapa sawit seluas 419.52 hektar dengan modal sendiri sebesar Rp 25
777 900 000 dan pinjaman bank dari Bank Rakyat Indonesia Syariah sebesar Rp
15 000 000 000 dengan jangka waktu pengembalian delapan tahun dan bunga
sebesar 11 persen. Usaha tersebut memerlukan biaya investasi dan operasional
yang cukup besar. Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan agar mengetahui
apakah usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS layak untuk dilanjutkan atau perlu
dilakukan perbaikan. Analisis kelayakan yang dilakukan meliputi aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan lingkungan, dan
aspek finansial. Pada aspek finansial, dilakukan penilaian terhadap kriteria
investasi yaitu NPV, Net B/C ratio, IRR, dan Payback Period. Analisis kelayakan
pada aspek finansial dilanjutkan dengan analisis nilai pengganti (switching value).
Hasil dari analisis ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi PT. TIS
untuk melanjutkan atau melakukan perbaikan jika ada aspek yang tidak layak.
Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.
18
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha
perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya
Layak Tidak Layak
Analisis Switching Value
Perbaikan
Kebutuhan bahan baku produk turunan kelapa sawit
berupa Tandan Buah Segar pada pabrik kelapa sawit di
Riau masih belum terpenuhi
PT. TIS merupakan perusahaan yang menyediakan
suplai bahan baku bagi pabrik kelapa sawit di Riau
Analisis Kelayakan Usaha
Aspek Finansial
NPV
IRR
Net B/C
Payback Period
Aspek Non Finansial
aspek pasar
aspek teknis
aspek manajemen
dan hukum
aspek sosial dan
lingkungan
Lanjutkan
Investasi yang telah dilakukan oleh PT. Terang Inti Seraya
19
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Terang Inti Seraya yang terletak di Kota
Pekanbaru, Provinsi Riau. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa di Provinsi Riau merupakan daerah
perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia. Pengambilan data di lapangan
berlangsung dari tanggal 20 Februari 2013 sampai dengan 24 Februari 2013.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan tanya jawab kepada pihak manajemen
perusahaan dengan bantuan daftar pertanyaan untuk mengetahui kondisi
perusahaan. Data sekunder diperoleh dari literatur yang relevan baik berasal dari
dokumen perusahaan, buku, media masa, internet, dan penelitian terdahulu. Jenis
data yang dikumpulkan selama penelitian berupa data kuantitatif dan data
kualitatif yang berhubungan dengan perusahaan untuk mendukung penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Lokasi pengumpulan data yaitu di perkebunan kelapa sawit PT. Terang
Inti Seraya. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab
dengan pemilik dan pihak manajemen PT. Terang Inti Seraya. Sedangkan untuk
data sekunder, data profil Provinsi Riau, profil PT. Terang Inti Seraya dan laporan
perusahaan diperoleh dari dokumen perusahaan dan dengan cara studi literatur
dan internet.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diolah dan dianalisis pada penelitian ini bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif dianalisis untuk mengkaji aspek non
finansial, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan
aspek sosial. Data yang bersifat kualitatif dinilai berdasarkan kriteria kelayakan
tiap aspek yang harus dipenuhi. Data yang bersifat kuantitatif diolah untuk
mengkaji aspek kelayakan finansial berdasarkan kriteria penilaian investasi yaitu
NPV, IRR, Net B/C, PP, dan dilakukan analisis switching value untuk mengetahui
persentase perubahan produksi dan biaya variabel terhadap kelayakan finansial
yang masih dapat ditoleransi dalam bisnis yang diolah dengan menggunakan
software Microsoft Excel serta kalkulator.
Kriteria Investasi
1. Net Present Value
Net Present Value (NPV) adalah selisih present value (PV) arus benefit
dengan PV arus cost. NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima selama
umur proyek pada tingkat discount rate tertentu. Dalam metode NPV terdapat tiga
kriteria kelayakan investasi, yaitu :
20
a. NPV>0, artinya usaha dinyatakan layak untuk dilaksanakan.
b. NPV=0, artinya usaha mampu mengembalikan persis sebesar social
opportunity cost faktor produksi modal.
c. NPV<0, artinya usaha tidak layak dilaksanakan.
NPV dinyatakan dalam rumus:
∑
( ) ∑
( )
∑
( )
Keterangan : NPV = nilai bersih sekarang (rupiah)
Bt = Manfaat pada tahun ke-t (rupiah)
Ct = biaya pada tahun ke-t (rupiah)
i = tingkat diskonto (%)
n = umur proyek (thun)
t = tahun
2. Internal Rate of Return
Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai discount rate yang membuat
NPV benilai nol. Discount rate adalah tingkat bunga yang dikenakan bank sentral
atas pinjaman yang diberikan kepada bank umum atau yang biasa dikenal sebagai
bunga pinjaman. IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi
perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Dalam
metode IRR terdapat tiga kriteria kelayakan investasi yaitu :
a. Jika IRR > tingkat discount rate, maka usaha layak
b. Jika IRR = tingkat discount rate, maka usaha tidak menguntungkan namun
juga tidak merugikan
c. Jika IRR < tingkat discount rate, maka usaha tidak layak
IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:
( )
Keterangan : IRR = Tingkat internal hasil (%)
NPV1 = nilai bersih sekarang bernilai positif (rupiah)
NPV2 = nilai bersih sekarang bernilai negatif (rupiah)
i1 = tingkat diskonto menghasilkan NPV positif (%)
i2 = tingkat diskonto menghasilkan PV negatif (%)
Hasil analisis IRR lebih besar dari bunga bank (tingkat diskonto) yang
berlaku, menunjukkan proyek tersebut layak untuk dilakukan, sebalikanya bila
IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga bank maka usaha tersebut tidak layak
untuk dilakukan.
3. Net Benefit Cost Ratio
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara
jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah present
21
value yang negatif (sebagai penyebut). Dalam metode Net B/C terdapat tiga
kriteria kelayakan investasi yaitu :
1. Jika Net B/C = 1, maka NPV=0, usaha dikatakan layak, namun keuntungan
yang diperoleh hanya sebesar opportunity cost nya.
2. Jika Net B/C > 1, maka NPV>0, usaha dikatakan layak.
3. Jika Net B/C < 1, maka NPV<0, usaha dikatakan tidak layak.
Rumus yang digunakan dalam menghitung Net B/C adalah sebagai berikut :
∑
( )
∑ ( )
( )
( )⁄
Keterangan : Bt = total penerimaan pada tahun ke-t
Ct = total biaya pada tahun ke-t
i = tingkat diskonto yang berlaku
n = umur ekonomis proyek
4. Payback Period
Payback Period (PBP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk
menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Metode
Payback Period ini merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode)
pengembalian investasi suatu usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan
benefit bersih yang diperoleh setiap tahun. Semakin cepat waktu pengembalian,
semakin baik untuk diusahakan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung payback period adalah sebagai
berikut:
keterangan : I = Biaya investasi yang dikeluarkan
Ab = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya
Nilai Pengganti (Switching Value)
Metode ini digunakan untuk mencoba mengukur berapa besar risiko yang
mungkin terjadi jika terdapat perubahan persentase perkiraan produktivitas dan
harga Tandan Buah Segar (TBS) serta seluruh biaya variabel yang bisa ditolerir
terhadap kelayakan finansial perkebunan kelapa sawit pada objek penelitian ini.
Asumsi Dasar yang Digunakan
Asumsi dasar yang digunakan sebagai dasar didalam perhitungan
kelayakan finansial analisis kelayakan usaha adalah sebagai berikut :
1. Umur ekonomis tanaman kelapa sawit adalah 25 tahun berdasarkan pada
masa produktif kelapa sawit dimulai dari tahun ke-0.
2. Umur proyek yang dianalisis adalah 22 tahun, umur tersebut digunakan
berdasarkan umur ekonomis dikurangi umur tanaman termuda.
3. Luas lahan yang diperhitungkan adalah 419.52 hektar.
22
4. Pajak pendapatan yang digunakan adalah sebesar 25 persen berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a,
yang merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 tahun
1983 tentang pajak penghasilan dan berlaku flat hingga akhir bisnis.
5. Biaya tenaga kerja yang digunakan dalam pemanenan dan pengangkutan
disesuaikan dengan jumlah produksi yaitu per kilogram TBS.
6. Angka produksi yang disajikan dan diasumsikan merupakan angka produksi
bersih, diluar brondolan (TBS yang tercecer pada masa panen).
7. Angka proyeksi produksi yang disajikan merupakan angka proyeksi dari
perusahaan (lampiran 1).
8. Hasil panen pada tahun 2013 dijual kepada dua perusahaan dengan harga Rp
1 470 perkilogram, diperoleh dari rata-rata fluktuasi harga yang berkisar
antara Rp 1 003 – Rp 1 937. Harga tersebut diperoleh dari data perusahaan
dan pada tahun-tahun selanjutnya naik sebesar 5 persen di tiap tahunnya.
9. Analisis nilai pengganti (switching value) dilakukan untuk menganalisis
penurunan maksimal pada perkiraan produktivitas rata-rata TBS per tahun
dan harga TBS serta peningkatan maksimal pada biaya variabel.
10. Komponen biaya variabel yang digunakan dalam analisis switching value
adalah biaya perawatan karena paling berpengaruh dalam biaya variabel.
11. Semua benda yang mengalami penyusutan kecuali lahan dibeli pada awal
2012 sehingga pada awal tahun 2013 penyusutan sudah masuk periode satu
tahun.
12. Perhitungan penyusutan menggunakan metode garis lurus, yaitu:
13. Tingkat discount rate (DR) yang digunakan adalah sebesar 11 persen
berdasarkan besarnya suku bunga pinjaman pada Bank Rakyat Indonesia
Syariah dan diasumsikan konstan hingga umur proyek bisnis berakhir.
14. Modal pinjaman dari bank adalah sebesar Rp 15 000 000 000 dengan bunga
11 persen dan jangka waktu pengembalian delapan tahun.
15. Nilai lahan pada saat perusahaan membeli kepada pemilik adalah Rp 40 777
900 000.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Lokasi Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit PT. TIS
Riau merupakan salah satu provinsi yang ada di Pulau Sumatera. Luas
Wilayah Provinsi Riau adalah 107 932.71 kilometer2 yang membentang dari
lereng Bukit Barisan hingga Selat Malaka, ini membuat provinsi riau berada pada
jalur yang sangat strategis karena terletak pada jalur perdagangan Regional dan
Internasional di kawasan ASEAN. Memiliki Luas daratan 89 150.15 kilometer2
dan luas lautan 18 782.56 kilometer2. Provinsi Riau memiliki infrastruktur berupa
jalan penghubung dalam Kota, antar kota, antar Kabupaten, jembatan, jalan
layang (fly over) hingga jalan bebas hambatan (tol), listrik dan infrastruktur
23
kepentingan publik lainnya. Aksesibilitas untuk mendukung potensi wilayah
provinsi riau telah tersedia jaringan jalan nasional sepanjang 1 126.11 kilometer2
dan jalan kabupaten sepanjang 17 971.16 kilometer2. Pertumbuhan dan Struktur
Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Perekonomian Riau yang diukur berdasarkan
besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 mencapai Rp 123 371.15
milyar.
Kota Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau yang menjadi salah satu
kota besar di pulau Sumatera. Letaknya berada di jalur lalu lintas angkutan lintas
timur sumatera dan di simpul segitiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-
Singapura. Luas wilayah Kota Pekanbaru adalah 632.26 km2 (tabel 4) yang terdiri
dari 12 kecamatan dan 58 kelurahan dengan topografi yang bervariasi, yaitu
landai dengan tingkat kelandaian 85 persen, berombak sampai bergelombang (15
persen).
Tabel 4 Luas wilayah Kota Pekanbarua
No Kecamatan Luasb
1 Tampan 108.84
2 Bukit Raya 299.08
3 Lima Puluh 4.04
4 Sail 3.26
5 Pekanbaru Kota 2.26
6 Sukajadi 5.10
7 Senapelan 6.65
8 Rumbai 203.26
Total 632.26 aSumber: Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru (2001);
bkilometer
2
Batas wilayah Kota Pekanbaru bagian utara adalah Kabupaten Bengkalis,
bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar, bagian Timur berbatasan
dengan Kabupaten Bengkalis, dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten
Kampar. Lokasi Kota Pekanbaru dapat dilihat pada peta Provinsi Riau (Gambar
4).
Sumber: www.simply-sunday.blogspot.com
Gambar 4 Peta Provinsi Riau
24
Pekanbaru diproyeksikan menjadi kota jasa. Sehingga konsekuensinya
kota harus membenahi diri dengan meningkatkan fasilitas penunjang perkotaan.
Saat ini, Pekanbaru sudah memiliki fasilitas penunjang yang cukup memadai.
Selain perusahaan jasa seperti perbankan, asuransi, perusahaan perdagangan
valuta asing, serta jasa industri lainnya, banyak pula perusahaan besar membuka
kantor pusat dan kantor cabang di sini. Semua itu menjadi faktor pendukung misi
kota jasa. Selain itu banyak perusahaan PMA seperti PT Caltex Pacific Indonesia,
perusahaan minyak terbesar di Indonesia, atau PT Indah Kiat Pulp and Paper yang
bergerak di bidang usaha pulp dan kertas, dan di bidang kehutanan yaitu PT Surya
Dumai dan PT Siak Raya. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi
PDRB Kota Pakanbaru adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu
sebesar 26 persen dari PDRB. Sektor yang juga berkontribusi besar lainnya adalah
sektor keuangan, sewa, dan jasa sebesar 20 persen. Sektor angkutan dan
komunikasi sebesar 18 persen.
Objek penelitian dilakukan di perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti
Seraya yang berada pada 3 lokasi yaitu Desa Buluh Nipis yang berjarak 45 km
dari Kota Pekanbaru, Ujung Batu Rokan yang berjarak 100 km dari Kota
Pekanbaru, dan Tenayan yang berjarak 30 km dari Kota Pekanbaru. Luas lahan
perkebunan kelapa sawit yang diteliti di Desa Buluh Nipis, Ujung Batu Rokan,
dan Tenayan masing-masing memiliki luas 181.64 ha, 123.75 ha, dan 114.13 ha.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru tahun 2006, Pekanbaru
memiliki 710 999 penduduk dengan mayoritas mata pencaharian penduduknya
adalah pedagang baik produk maupun jasa. Areal pada ketiga perkebunan 10
sampai 15 persennya memiliki tanah bergelombang. Ketinggian pada perkebunan
adalah 100 sampai 200 meter diatas permukaan laut, sementara curah hujan
minimal 100 mm perbulan. Jenis tanah perkebunan pada kebun di Buluh Nipis
dan Ujung Batu Rokan adalah pedsolik merah kuning, sedangkan pada kebun
Tenayan terdiri dari podsolik merah kuning dan tanah liat berpasir.
Sejarah dan Profil PT. Terang Inti Seraya
PT. TIS merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha perkebunan
kelapa sawit. PT. TIS didirikan pada tanggal 23 April 2012 dengan pemilik Ir.
Zulkarnain dan mulai beroperasi pada April 2012. Kantor utama PT. TIS terletak
di Kota Pekanbaru, sementara perkebunannya terletak di tiga daerah yaitu
Tenayan, Ujung Batu Rokan, dan Buluh Nipis. Awalnya, usaha tersebut belum
berbentuk perseroan terbatas melainkan milik perorangan atau pribadi sampai
kemudian pemilik timbul inisiatif untuk menjadikan usaha tersebut menjadi
sebuah PT mengingat usia perkebunan yang sudah matang dan manajemen usaha
sudah cukup baik. Ketika dijadikan Perseroan Terbatas, saham PT. TIS dipegang
oleh Ir. Zulkarnain dan Yoki Wira Kristantio, masing-masing memegang saham
sebesar 50 persen dengan banyaknya saham 2 500 lembar saham dan nilai
nominal saham adalah Rp 1 000 000.
Pemilik membeli perkebunan tersebut tidak dalam bentuk lahan kosong
yang harus dilakukan penanaman bibit, tetapi dalam keadaan kebun sudah
ditanami pohon yang menghasilkan. Total pohon kelapa sawit yang ada pada
perkebunan PT. TIS adalah 403 pohon. Jumlah pekerja yang berada pada PT. TIS
adalah sebanyak 132 orang mulai dari direksi, hingga tenaga kerja buruh. PT. TIS
25
memiliki fasilitas perusahaan beupa kendaraan untuk direksi dan karyawan, serta
mess karyawan untuk karyawan sebanyak tiga unit. PT. TIS juga memiliki
fasilitas bengkel, gudang, dan mushola untuk dipakai oleh karyawan.
Tandan Buah Segar PT. TIS saat ini baru dijual kepada dua perusahaan
saja, yaitu PT. Sawit Asahan Indah yang berada di Desa Sungai Kuning
Kecamatan Rambah Sarmo Kabupaten Rokan Hulu dan PT. Bangun Tenera Riau
yang terletak di Desa Pantai Raja Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar
Riau yang memiliki jarak kurang lebih 25 kilometer dari kebun. Pada awalnya
pihak perusahaan menghubungi pabrik tersebut dan menawarkan apakah pabrik
tertarik untuk membeli hasil panen perusahaan tersebut. Harga yang ditawarkan
oleh tiap pabrik akan berbeda, tetapi masih tetap mengacu pada harga yang telah
ditetapkan oleh Tim Penetapan Harga pemerintah daerah setempat.
Perjalanan dari kota Pekanbaru ke perkebunan di Buluh Nipis dan Ujung
Batu Rokan akan memakan waktu satu hingga dua jam. Akses jalan dari kota
menuju gerbang perkebunan sudah berupa aspal, tetapi pada perkebunan jalan
yang digunakan adalah pasir batu. Jalan yang dibuat dari pasir batu dimaksudkan
agar jalan tidak mudah rusak dan longsor karena tanah perkebunan merupakan
tanah pedsolik merah kuning dan tanah liat berpasir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Non-finansial
Aspek Pasar
Aspek pasar merupakan aspek yang memiliki prioritas utama dari suatu
studi kelayakan proyek, hal ini dikarenakan banyak proyek yang mengalami
kegagalan karena tidak memperhatikan pasar potensial dan pangsa pasar. Untuk
memasarkan produknya, maka perusahaan harus dapat memastikan hal tersebut.
1. Potensi Pasar Kelapa Sawit di Riau.
Kelapa Sawit merupakan produk yang dapat diolah menjadi berbagai
produk turunan. Salah satu produk yang dihasilkan oleh buah kelapa sawit
adalah minyak, yaitu adalah CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel
Oil). PT. TIS merupakan perusahaan yang menjual tandan buah segar (TBS)
saja, TBS tersebut sampai saat ini telah dijual langsung kepada dua pabrik
pengolah kelapa sawit yaitu PT. Sawit Asahan Indah dan PT. Bangun Tenera
Riau.
Sampai dengan akhir tahun 2012, terdapat sekitar 146 pabrik kelapa sawit
di Provinsi Riau. Hingga tahun 2011, kebutuhan bahan baku CPO untuk
pabrik olahan masih belum terpenuhi. Produksi TBS di Riau pada tahun 2011
adalah 36 809 252 ton sedangkan 146 PKS di riau memiliki kapasitas
sebanyak 6 254 perjamnya. Pabrik kelapa sawit pada umumnya mampu
beroperasi 20 jam setiap harinya. Berarti, PKS di Riau mampu mengolah 45
654 200 ton TBS tiap tahunnya (Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2011).
Berarti, PKS masih mampu mengolah 8 844 948 ton setiap tahunnya. Hal ini
dapat menjadi peluang bagi PT. TIS untuk memenuhi permintaan pasar.
26
Tabel 5 Permintaan kebutuhan bahan baku CPO oleh industri olahan Riau tahun
2011a
Kabupaten/Kota Kapasitas PKS
Unit Ton/jam
Kampar 35 1 425
Rokan Hulu 22 984
Pelalawan 17 715
Indragiri Hulu 8 285
Kuantan Singingi 10 450
Bengkalis 8 350
Rokan Hilir 22 915
Dumai 1 60
Siak 15 685
Indragiri Hilir 8 385
Pekanbaru - -
Kepulauan Meranti - -
Total 146 6 254 aSumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau, 2011
Potensi untuk ruang lingkup internasional dapat dilihat dari kebutuhan
impor CPO tahun 2013 yang meningkat (GAPKI 2013). Bulan April sampai
dengan Mei 2013, kebutuhan impor CPO negara India meningkat sebesar
8.17 persen, China sebesar 14.14 persen, dan Amerika sebesar 265.9 persen.
Sementara untuk potensi domestik, angka produksi biodiesel domestik
berbahan dasar CPO tahun 2013 diperkirakan akan meningkat 20 persen, dari
669 000 kiloliter menjadi 800 000 kiloliter (Tjakrawan 2013).
2. Rencana Pemasaran dan Pangsa Pasar
Target pasar yang dituju oleh PT. TIS adalah Pabrik Kelapa Sawit yang
berada di Riau. PT. TIS belum ingin menjual hasil panennya keluar daerah
Riau disebabkan hasil panen yang bersifat perishable sehingga harus cepat
diolah. Selain itu, untuk menekan biaya pengangkutan yang biasanya
ditanggung oleh pihak perkebunan. Tetapi, hingga saat ini PT. TIS baru
mampu menyuplai bahan baku ke dua perusahaan yaitu PT. Sawit Asahan
Indah yang berada di Desa Sungai Kuning Kecamatan Rambah Sarmo
Kabupaten Rokan Hulu dan PT. Bangun Tenera Riau yang terletak di Desa
Pantai Raja Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar Riau yang
memiliki jarak kurang lebih 25 kilometer dari kebun.
Pangsa pasar merupakan persentase dari penjualan perusahaan terhadap
seluruh hasil penjualan dalam industri yang bersangkutan di daerah tertentu.
Tahun 2012, PT. TIS mampu memproduksi TBS sebanyak 5 420 ton.
Keseluruhan produksi di daerah Riau pada tahun 2012 adalah 5 840 880 ton.
Kontribusi PT. TIS dalam produksi TBS di Riau adalah sebesar 0.092 persen.
Persentase dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
27
=0.092%
Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek untuk menilai kesiapan perusahaan dalam
menjalankan hal-hal teknis atau operasional. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu
lokasi perkebunan, fasilitas pendukung serta teknologi yang digunakan untuk
produksi, layout, dan proses produksi.
1. Lokasi Perkebunan
Perkebunan PT. Terang Inti Seraya terletak di tiga tempat, yaitu Desa Buluh
Nipis (181.64 hektar), Ujung Batu Rokan (123.75 hektar), dan Tenayan
(114.13 hektar) dengan total luas 419.52 ha yang sebagian besar tanahnya
berjenis podsolik dan tanah liat berpasir. Lokasi tersebut dipilih berdasarkan
kedekatan dengan letak pasar yang dituju, supply tenaga kerja, dan
infrastruktur yang mendukung fasilitas transportasi.
Usaha yang dijalankan oleh PT.TIS merupakan perdagangan hasil
perkebunan. Pasar yang dituju oleh PT. TIS adalah pabrik kelapa sawit yang
mengolah TBS, yaitu PT. Sawit Asahan Indah yang berada di Desa Sungai
Kuning Kecamatan Rambah Sarmo Kabupaten Rokan Hulu dan PT. Bangun
Tenera Riau yang terletak di Desa Pantai Raja Kecamatan Perhentian Raja
Kabupaten Kampar Riau yang memiliki jarak kurang lebih 25 kilometer dari
kebun. Lokasi perkebunan dekat dengan pasar jika dibandingkan dengan
harus menjual ke pabrik yang lebih jauh lagi selain dari kedua pabrik tersebut.
Jalan utama yang dilalui jika dilakukan pengangkutan ke pabrik tersebut
adalah jalan aspal sehingga tidak memakan waktu dan biaya yang cukup
banyak.
Tenaga kerja yang bekerja pada perkebunan PT. TIS berasal dari suku Nias,
Jawa, dan Batak. Tenaga kerja tersebut masih memiliki hubungan darah
dengan pemilik atau para staff di PT. TIS. Hal tersebut dikarenakan PT. TIS
lebih mempercayai tenaga kerja yang memiliki hubungan darah tersebut
dibandingkan harus mendatangkan tenaga kerja dari Riau tetapi tidak
memiliki hubungan darah. Jumlah tenaga kerja panen adalah 27 orang, tenaga
kerja perawatan adalah 65 orang, dan tenaga kerja umum adalah satu orang.
Proses pengangkutan hasil kebun dari collection road menggunakan truk
milik PT. TIS, sedangkan untuk kendaraan operasional direksi dan karyawan,
PT. TIS memberikan fasilitas mobil dan motor. Infrastruktur dari jalan utama
menuju perkebunan cukup baik karena jalan menggunakan pasir batu untuk
menutupi tanah liat berpasir agar tanah tersebut tidak turun dan longsor.
2. Fasilitas pendukung yang dimiliki oleh PT. TIS adalah:
a. Lahan Perkebunan
PT. TIS memiliki lahan seluas 419.52 hektar yang terletak di tiga
daerah di Pekanbaru. Lahan perkebunan ini menjadi tempat operasional
28
untuk memproduksi buah dari pohon kelapa sawit. Lahan tersebut telah
ditanami pohon kelapa sawit yang sudah termasuk ke dalam kategori
tanaman menghasilkan. Jenis lahan yang dimiliki PT. TIS adalah
kategori S-I yang berarti jenis lahan tersebut sangat cocok untuk
ditanami tanaman kelapa sawit.
b. Kantor
PT. TIS memiliki tiga bangunan kantor. Pertama, terletak di Jl.
Ronggowarsito Komplek Ronggo Town House Kavling 7, Pekanbaru.
Kantor tersebut merupakan hasil sewa dari PT. TIS seluas 246 meter2.
Kantor kedua dan ketiga terletak di perkebunan yaitu di Buluh Nipis
dan Ujung Batu Rokan, masing-masing seluas 140 meter2 dan 180
meter2. Kedua kantor tersebut adalah milik PT. TIS sendiri. Bangunan
kantor tersebut berfungsi sebagai tempat karyawan untuk melakukan
pencatatan administrasi dari keseluruhan kegiatan produksi di
perkebunan, seperti jumlah TBS yang akan dipanen dan dijual,
pembelian peralatan untuk operasional, dan lain-lain.
c. Bengkel
Bengkel PT. TIS terletak pada masing-masing perkebunan. Bengkel ini
berfungsi untuk memperbaiki kendaraan operasional, khususnya
kendaraan pengangkut sawit (truk). Bengkel ini dibangun sebagai
fasilitas agar perusahaan dapat menekan biaya perbaikan kendaraan
mengingat kendaraan yang digunakan untuk mengangkut memiliki
risiko dan potensi rusak yang sangat besar karena produk yang diangkut
bermuatan besar dan jalan yang dilalui pun tidak semulus jalan aspal.
d. Mess Karyawan
PT. TIS memiliki tiga mess karyawan yang berada pada masing-masing
area perkebunan yang diperuntukan bagi karyawan PT.TIS yang
pekerjaannya harus berada di kebun setiap harinya. Mess karyawan di
kebun Buluh Nipis seluas 800 meter2, di kebun Ujung Batu Rokan
seluas 648 meter2, dan di kebun Tenayan seluas 876 meter
2. Mess
karyawan tersebut ada yang terdiri dari rumah panggung, dan ada juga
yang sudah menggunakan tembok.
e. Kendaraan
Kendaraan yang dimiliki PT. TIS memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Tiga unit truk Toyota Dyna dan satu unit truk Mitsubishi PS 120 untuk
mengangkut hasil panen menuju PKS yang akan membeli hasil panen,
tiga unit mobil Taft Rocky dan lima unit Daihatsu Taft untuk keperluan
kegiatan kantor, dua unit mobil Ford Everest untuk operasional direksi,
serta enam unit motor untuk keperluan operasional karyawan.
f. Jalan
Jalan yang berada pada daerah perkebunan merupakan jalan yang
dibuat dari pasir dan batu (sirtu) karena sifat tanah yang mudah turun,
sehingga perusahaan berinisiatif menggunakan sirtu agar mudah
perawatannya. Di dalam perkebunan sendiri, terdapat tiga jenis jalan
yaitu, main road atau jalan utama yang sering dilalui untuk proses
pengangkutan TBS ke truk, collection road yaitu jalan yang berfungsi
sebagai sarana untuk mengangkut produksi TBS dari tempat
pengumpulan hasil (TPH) dan dapat dilalui truk, jalan ini terdapat
29
diantara blok dan berhubungan dengn jalan utama. Terakhir adalah
control road, yaitu jalan yang terdapat di dalam setiap blok, berfungsi
untuk memudahkan pengontrolan areal pada tiap blok dan sebagai batas
pemisah antar blok tanaman. Panjang main road pada perkebunan
adalah sepanjang 4 114 meter, collection road sepanjang 13 704 meter,
dan control road sepanjang 2 387 meter. Rincian luasan main road,
collection road, dan control road dapat dilihat pada lampiran 2.
g. Supply air dan listrik
Sumber listrik yang diperoleh berasal dari genset yang menggunakan
bahan bakar minyak solar, sedangkan sumber air diperoleh dari pompa
air. Genset yang dimiliki PT. TIS pada kantor di Pekanbaru sebanyak
satu unit, di kebun buluh nipis sebanyak tiga unit, di kebun Ujung Batu
Rokan sebanyak dua unit, dan di kebun Tenayan sebanyak dua unit.
Mesin pompa air yang dimiliki PT. TIS pada kantor di Pekanbaru
sebanyak satu unit, di kebun buluh nipis sebanyak dua unit, di kebun
Ujung Batu Rokan sebanyak dua unit, dan di kebun Tenayan sebanyak
dua unit.
Teknologi atau peralatan yang digunakan dalam proses produksi
adalah:
a. Dodos (alat pemanen sawit untuk tanaman dengan ketinggian dibawah dua
meter)
b. Pisau egrek (alat pemanen sawit untuk tanaman dengan ketinggian diatas
dua meter)
c. Gancu (alat pengangkat TBS)
d. Batu asah (untuk mengasah mata pisau)
e. Kereta sorong (untuk mengangkut TBS dari pohon ke tempat
pengumpulan hasil)
(a) (b)
(c)
30
(d) (e)
Gambar 5 Peralatan yang digunakan dalam proses produksi
3. Layout
Layout perkebunan PT. TIS dapat dilihat pada lampiran 1. Pohon kelapa
sawit yang ditanam diberi jarak tanam 7.8 m x 9 m dan 9.2 m x 9.2 m agar
sinar matahari dapat masuk dengan baik dan tanaman tidak berebut nutrisi.
Layout tersebut terdiri atas blok dan disertai dengan nomor blok agar
memudahkan dalam pengontrolan serta pembagian tugas pemanenan dan
perawatan. Layout perkebunan dapat dilihat pada lampiran 3.
4. Proses Produksi
a. Pembibitan
Tanaman kelapa sawit yang berada di perkebunan Buluh Nipis dan
Ujung Batu Rokan menggunakan DxP Marihat, sedangkan yang berada
di Tenayan menggunakan DxP Topaz. Kebun di Tenayan memiliki
pohon 143 perhektar, di Ujung Batu Rokan 118 pohon perhektar, dan di
Buluh Nipis pohon 142 perhektar. Pembibitan tersebut dilakukan
sebelum perusahaan membeli perkebunan, yaitu perkebunan di Buluh
Nipis dengan tahun tanam 2002, perkebunan di Ujung Batu Rokan
dengan tahun tanam 1998, dan perkebunan di Tenayan dengan tahun
tanam 2008. Penanaman bibit yang dilakukan oleh PT. TIS ketika
replanting yaitu pada tahun ke-13 dan ke-17 dengan cara membuat
lubang agar tanaman kokoh. Setelah proses penanaman selesai,
Pemupukan dilakukan dengan memberikan pupuk NPK (Urea dan TSP)
sebanyak tiga kali dalam setahun dengan dosis pada tabel berikut (tabel
5)
Tabel 6 Dosis pupuk NPK pada tanaman kelapa sawit usia 0-4 tahuna
No Bulan ke Jenis Dosis
1 1 Urea 0,5
2 2 Urea 0,75
3 4 TSP 0,75
4 8 Urea 0,75
5 12 Urea 0,75
6 16 TSP 0,75
7 20 Urea 0,75
8 24 Urea 0,75
9 28 TSP 1
10 32 Urea 1
11 36 Urea 1
12 40 TSP 1
a
Sumber: Sihombing M (2013)
31
b. Persiapan Lahan
Lahan perkebunan sewaktu perusahaan membeli sudah dalam keadaan
bersih dan terawat. Hanya saja dibutuhkan perbaikan dan perawatan
khusus untuk parit yang memisahkan lahan dengan main road. Parit
tersebut berfungsi untuk mencegah genangan air ketika hujan karena
genangan air tersebut dapat menyebabkan tanaman membusuk. Jumlah
parit yang telah dibuat pada persiapan lahan adalah 10 288 meter.
Jarak tanam tiap pohon di tiap kebun kelapa sawit berbeda-beda. Kebun
Buluh Nipis dan Tenayan memiliki jarak tanam 7,8 meter x 9 meter,
sedangkan kebun di Ujung Batu Rokan memiliki jarak tanam 9,2 meter
x 9,2 meter. Jarak tanam tersebut menyebabkan satu hektar kebun dapat
ditanami 118 sampai dengan 143 pohon. Penanaman pohon yang diberi
jarak akan membuat sinar matahari dapat masuk dengan baik dan
tanaman tidak berebut nutrisi. Untuk replanting, persiapan lahan
dilakukan land clearing dengan cara penumbangan pohon.
c. Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan yang dilakukan selama proses pemeliharaan tanaman adalah
sensus pokok, penyulaman, pemupukan, pengendalian HPT, piringan,
pemotongan pelepah, dan pemanfaatan limbah.
i. Sensus Pokok
Sensus pokok berfungsi untuk mengetahui jumlah pohon di
perkebunan. Tujuannya agar memudahkan mengukur dosis dalam
proses pemberian pupuk dan obat-obatan. Selain itu, sensus
pokok dapat mempermudah pekerja untuk mengetahui berapa
pohon yang terkena penyakit atau mati. Sensus pokok dilakukan
oleh mandor perawatan dan mandor panen.
ii. Penyulaman
Penyulaman adalah penggantian tanaman yang mati atau tumbuh
kurang baik. Penyulaman dilakukan dengan bibit baru yang telah
dipersiapkan sebelumnya dari mulai penanaman sampai tanaman-
tanaman sawit mencapai umur 3 tahun. Penyulaman biasanya
hanya mencapai dua sampai 3 persen jika penanaman dilakukan
dengan baik, pengelolaan lahan dan bibit yang baik pula.
iii. Pemupukan
Jenis pupuk yang umumnya digunakan adalah pupuk Urea, Rock
Phosphate, MOP KCl dan Dolomite, tetapi pada perkebunan PT.
TIS hanya menggunakan pupuk NPK yaitu Urea dan TSP. Dosis
dan harga pupuk yang digunakan dapat dilihat pada lampiran 4.
iv. Pengendalian Gulma dan HPT
Pengendalian gulma juga bertujuan untuk mempermudah kegiatan
panen dan menghindari terjadinya persaingan antara tanaman
kelapa sawit dengan gulma dalam pemanfaatan unsur hara, air
dan cahaya. Gulma yang ada di perkebunan ini adalah rumput liar
yang tinggi. Pengendalian yang dilakukan untuk mengatasi
rumput liar ini adalah dengan menyemprotkan herbisida berupa
racun rumput (Herbisida) dan menebasnya dengan mesin
pemotong rumput maupun parang.
32
Penyakit tanaman yang sering muncul pada perkebunan adalah
busuk tandan yang disebabkan oleh cendawan Marasmius
palmivorus sharples. Penyakit ini menyerang buah yang matang
dan dapat menembus daging buah, sehingga menurunkan kualitas
minyak sawit. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan
melakukan penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama pada
musim hujan serta membuang semua bunga dan buah yang
membusuk dan membakar tandan buah yang terserang. Obat
herbisida yang digunakan adalah Roundup dengan dosis dua kali
penyemprotan dalam satu tahun.
v. Piringan
Piringan adalah pembersihan gulma disekitar pohon yang
umumnya memiliki jari-jari 1-2 meter. Piringan bertujuan untuk
mengurangi kompetisi penyerapan unsur hara dengan tanaman
kelapa sawit, terutama pada TBM yang perakarannya masih halus
dan terkonsentrasi dalam piringan atau dekat batangnya. Selain
itu juga dimaksudkan untuk mempermudah kontrol pemupukan,
atau pengutipan brondolan di areal TM.
vi. Pemotongan Pelepah
Pemotongan pelepah atau pruning merupakan kegiatan
pemotongan pelepah daun tua atau daun yang tidak produktif
dengan tujuan menjaga standar jumlah pelepah tiap pohon kelapa
sawit. Pada perkebunan ini, pemotongan dilakukan hingga
sanggahan dua yang artinya pelepah disisakan dua buah dibawah
buah agar dapat menyanggah berat buah.
vii. Pemanfaatan Limbah
Limbah pada perkebunan berbentuk sampah pelepah yang telah
dipotong. Limbah tersebut diletakan pada gawangan. Gawangan
adalah daerah yang memisahkan antara satu pohon dengan pohon
lainnya dan biasanya berbentuk vertikal. Misalnya ada tiga pohon,
maka jarak antara pohon A ke B merupakan gawangan yang tidak
bisa dilewati, sementara antara pohon B ke pohon C bukan
gawangan, yang artinya bisa dilewati para pekerja. Gawangan
yang terdapat pada perkebunan ini adalah gawangan mati.
d. Pemanenan
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah tiga tahun Umur tiga
tahun tanaman dapat dipanen tetapi produksi belum maksimal. Pada
perkebunan ini semua umur pohon diatas tiga tahun, masing-masing
telah memasuki umur 4, 11, dan 14 tahun pada tahun 2012. Waktu
panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu
minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh
kandungan minyak maksimal, tetapi pemanenan buah kelewat matang
akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB), sehingga dapat
merugikan karena sebagian kandungan minyaknya akan berubah
menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak. Pemanenan pada PT. TIS
dilakukan pada saat menjelang siang hari.
Pemanenan dilakukan dengan cara pemotongan pangkal tandan buah
segar berjarak sekitar 2 centimeter dari ujung pangkal, lalu tandan dan
33
brondolan yang tercecer diletakkan dan dikumpulkan di piringan
tanaman, selanjutnya dibawa ke tempat pengumpulan hasil
menggunakan kereta sorong. Ciri tandan yang telah matang terdapat 10
brondolan yang jatuh dari tandan yang beratnya 10 kilogram. Tanaman
yang matang dapat ditandai dengan brondolan yang jatuh sebanyak 10
butir apabila umur tanaman kurang dari 10 tahun. Tetapi jika umur
tanaman lebih dari 10 tahun maka kematangan dapat ditandai dengan
banyaknya brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir.
Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen berkaitan dengan pengelolaan SDM yang dimiliki oleh
perusahaan. Pelaksanaan pengelolaan tersebut perlu memperhatikan bagaimana
struktur organisasi, deskripsi jabatan, dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan aspek
hukum berkaitan dengan status perusahaan dengan melihat bagaimana badan
hukumnya dan bagaimana kelengkapan dokumen untuk izin usahanya.
1. Kelengkapan dan Dokumen Izin Usaha
PT. Terang Inti Seraya merupakan usaha perkebunan kelapa sawit yang
diresmikan pada tanggal 23 April 2012 oleh notaris Tito Utoyo, SH. PT. TIS
memperoleh surat pengesahan kehakiman yang merupakan keputusan
pengesahan menjadi bentuk perseroan dengan nomor daftar perseroan AHU
0042220.AH.01.09 tahun 2012. PT. TIS terdaftar dalam Direktorat Jenderal
Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia dengan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) 026933242-211.000. Surat Izin Usaha Perdagangan
Menengah (SIUP) yang dimiliki PT. TIS dikeluarkan pada tanggal 5
Oktober 2012 dengan nomor 2215/BPT 04.01/X/2012. Tanggal 5 Oktober
2012 PT. TIS juga memperoleh Tanda Daftar Perusahaan Perseroan
Terbatas dengan nomor 040114606539. Perkebunan yang dimiliki PT. TIS
sudah memiliki Hak Guna Usaha yang dikeluarkan pada tahun 2005. Hak
Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung
oleh negara dalam jangka waktu tertentu kepada badan hukum untuk usaha
di bidang pertanian. Kelengkapan dokumen dan perizinan tersebut
menjadikan PT. TIS sebagai perusahaan dengan bentuk perseroan terbatas
yang sah secara hukum, dengan kegiatan perdagangan hasil perkebunan.
Salah satu dokumen penting yang perlu dimiliki perusahaan ini adalah
SIUP. SIUP dapat diajukan dengan melengkapi dokumen Akta Pendirian
Perusahaan, Nomor Pokok Wajib Pajak, surat keterangan domisili,
rekomendasi kesesuaian untuk IUP yang diterbitkan oleh gubernur, izin
lokasi dari bupati atau walikota yang dilengkapi dengan peta calon lokasi,
rencana kerja pembangunan kebun, hasil AMDAL sesuai dengan peraturan
yang berlaku, pernyataan perusahaan belum menguasai lahan melebihi batas
maksimum, pernyataan kesanggupan memiliki sarana-prasarana dan sistem
untuk melakukan pengendalian OPT, dan pernyataan kesediaan dan rencana
kerja kemitraan. Dokumen tersebut dapat diserahkan kepada bupati atau
walikota atau gubernur dalam jangka waktu paling lama 30 hari kerja
terhitung sejak tanggal permohonan diterima, dan harus diberikan jawaban
oleh pihak pemerintah apakah diterima, ditunda, atau ditolak.
34
2. Organisasi Perusahaan
Organisasi dalam perusahaan memegang peranan penting agar usaha dapat
berjalan dengan baik. Perusahaan yang memiliki manajemen dengan baik
umumnya memiliki data jumlah tenaga kerja, struktur organisasi, serta
pembagian tugas yang jelas. Struktur organisasi pada PT. TIS terdiri dari
komisaris, direktur, administrasi, agronomi, pimpinan kebun, pengawas,
mandor panen, kerani, mandor perawatan, mekanik, driver atau operator,
keamanan, tenaga kerja panen, tenaga kerja perawatan, tenaga kerja umum.
Struktur organisasi PT. TIS dapat dilihat pada Gambar 5.
Deskripsi pekerjaan dari masing-masing jabatan adalah:
a) Komisaris
Bertugas dalam melakukan pengawasan dan memberikan pengarahan atau
nasihat kepada Direksi dalam mengelola perusahaan. Komisaris disini adalah
pemilik perusahaan yaitu Ir. Zulkarnain.
Gambar 6 Struktur organisasi PT. Terang Inti Seraya
Komisaris
Direktur Direktur
Mekanik
Mandor Perawatan Kerani Mandor Panen
Driver/Operator
Tenaga Kerja Umum
Pengawas
Pimpinan Kebun
Agronomi Keamanan
35
b) Direktur
Memiliki wewenang penuh dalam pengambilan keputusan perusahaan yang
telah disepakati bersama Dewan Komisaris sekaligus berperan sebagai
penanggung jawab dalam seluruh kegiatan bisnis yang dijalankan.
c) Administrasi
Melaksanakan kegiatan pelayanan kantor, seperti pencatatan, penyediaan
fasilitas dan layanan administrasi perkantoran, sesuai ketentuan yang berlaku.
d) Pimpinan Kebun
Tugas pimpinan kebun adalah memimpin seluruh kegiatan kebun, mengontrol
pelaksanaan kegiatan yang di lakukan oleh bawahannya, membuat rencana
kerja, dan keuangan perusahaan.
e) Bagian Agronomi
Memiliki tugas membantu memberikan informasi kepada pengawas kebun
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan teknis perkebunan seperti dosis
pupuk dan herbisida yang digunakan, bagaimana tingkat kematangan buah
yang baik ketika dipanen, dan lain-lain.
f) Pengawas
Bertugas membantu pimpinan kebun dalam mengawasi mandor perawatan,
mandor panen, dan kerani dalam bertugas.
g) Mandor Panen
Bertanggung jawab langsung kepada pekerja panen dan mengatur bagian
kebun mana saja yang akan dipanen, serta melakukan sensus pokok.
h) Mandor Perawatan
Bertanggung jawab langsung kepada tenaga kerja perawatan dan membagi
bagian mana saja yang akan dilakukan perawatan tanaman, serta melakukan
sensus pokok.
i) Kerani
Bertugas sebagai pencatat hasil panen kebun. Kerani bekerja dengan cara
beerkeliling kebun dengan menumpang truk mengelilingi collection road.
Hasil panen yang dicatat adalah hasil panen perjanjang TBS yang ditimbang
oleh operator.
j) Driver atau Operator
Bertugas dalam pengangkutan dan membantu kerani dalam pencatatan hasil
panen. Serta menyetir truk mengantarkan kerani berkeliling untuk mencatat.
k) Keamanan
Bertugas menjaga keamanan area perkebunan dari hewan pengganggu
ataupun orang yang tidak berkepentingan dalam kebun.
l) Tenaga Kerja Umum
Bertugas sebagai pelayan dalam membantu kegiatan di kantor jika ada tamu
kantor, keperluan kantor yang memerlukan mobilisasi, dan lain-lain.
m) Tenaga Kerja Perawatan
Bertugas dalam kegiatan perawatan tanaman yaitu pemberian pupuk,
pembersihan hama dan gulma tanaman, penyulaman, pembuatan piringan,
dan pemotongan pelepah.
n) Tenaga Kerja Panen
Bertugas dalam kegiatan pemanenan hasil tanaman dan pengumpulan hasil
panen sampai ke collection road.
36
Total direksi, karyawan, dan tenaga kerja yang bekerja pada PT. TIS adalah
132 orang. Rincian jumlah masing-masing pekerja berdasarkan jabatan dapat
dilihat pada Lampiran 5.
Aspek Sosial dan Lingkungan
Analisis aspek sosial dan lingkungan dapat dilihat dari dampak positif yang
ditimbulkan oleh kegiatan usaha PT. TIS terutama untuk lingkungan sekitar.
Usaha yang didirikan pada lingkungan masyarakat ini dapat memberikan fasilitas
kepada masyarakat. Awalnya, di daerah perkebunan PT. TIS belum ada sarana
seperti listrik, sumber air yang memadai, serta sarana peribadatan. Pendirian PT.
TIS juga dapat membuka isolasi wilayah yang awalnya akses menuju daerah
tersebut sulit dikarenakan infrastruktur jalan yang masih belum baik. PT. TIS
berinisiatif untuk memperbaiki dan kegiatan perdagangan kebutuhan sehari-hari
seperti warung pun menjadi banyak karena mudahnya akses ke daerah tersebut.
Pemerintah daerah setempat juga memperoleh dampak positif dari usaha
perkebunan kelapa sawit PT. TIS karena PT. TIS juga membayar retribusi untuk
peningkatan pendapatan pemerintah Pekanbaru.
Limbah dari kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit ini adalah pelepah-
pelepah dan daun tanaman kelapa sawit. Limbah tersebut dibuang ke area antara
pohon yang satu dengan pohon lainnya atau yang biasa disebut gawangan.
Limbah tersebut sekaligus berguna sebagai penyubur tanah karena limbah tersebut
bersifat organik dan dapat didaur ulang dan tidak mencemari lingkungan.
Aspek Finansial
Tujuan dari analisis finansial adalah untuk menilai kelayakan keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu
usaha berdasarkan kriteria investasi dapat dilakukan melalui pendekatan net
benefit, net B/C, IRR, serta payback periodnya. Kriteria investasi tersebut dapat
diketahui dengan memproyeksikan arus kas (cashflow) dan laporan laba/rugi.
Setelah itu dapat dilakukan analisis switching value.
Arus kas merupakan jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu
perusahaan berkaitan dengan kegiatan investasi. Pihak perusahaan perlu untuk
mengetahui berapa kas bersih yang diterima dari uang yang diinvestasikan dalam
suatu usaha. Komponen penyusun cash flow antara lain inflow dan outflow dari
kegiatan investasi, net benefit, serta inflow dan outflow dari aktifitas bisnis
tambahan jika ada. Umur ekonomis dari tanaman kelapa sawit adalah 25 tahun,
tetapi proyeksi arus kas dilakukan selama 21 tahun karena tahun tanam masing-
masing kebun dari tiga perkebunan berbeda, dan yang paling baru tahun tanamnya
adalah perkebunan di tenayan dengan tahun tanam 2008 sehingga umur tanaman
ketika pembelian lahan sudah mencapai empat tahun. Selisih antara arus
penerimaan dan arus pengeluaran merupakan manfaat atau biaya yang diterima
dari kegiatan bisnis perkebunan kelapa sawit.
Arus penerimaan pada PT. TIS berasal dari hasil penjualan produk,
pinjaman, pendapatan bunga jasa giro, dan nilai sisa. Penerimaan penjualan
diperoleh dari hasil penjualan TBS. Hasil penjualan TBS tergantung pada
produksi yang dihasilkan tanaman kelapa sawit. Penjualan TBS pada tahun ke-1
usaha diperoleh dari data historis PT. TIS. Proyeksi mulai dilakukan pada tahun
37
ke-2 sampai tahun ke-22 usaha. Pada tahun ke-13 (2024) dan tahun ke-16
(2027), perusahaan melakukan re-investasi atau replanting. Proyeksi penjualan
dari tahun 2012 sampai dengan 2033 dapat dilihat pada lampiran 2.
Dasar jumlah produksi yang digunakan pada proyeksi tersebut diambil
dari data proyeksi perusahaan. Harga jual yang digunakan adalah Rp 1 470
perkilogram, diperoleh dari rata-rata fluktuasi harga yang berkisar antara Rp 1
003 – Rp 1 937. Harga tersebut pada tahun-tahun selanjutnya naik sebesar 5
persen di tiap tahunnya.
Selain penerimaan pokok, terdapat penerimaan berupa bunga jasa giro
yang besarannya tergantung kepada jumlah kas yang disimpan di giro. Pada
awal tahun usaha mulai berjalan, perusahaan juga memperoleh modal yang
berasal dari bank. Bank yang memberikan modal pinjaman kepada perusahaan
adalah Bank Rakyat Indonesia Syariah dengan modal pinjaman yang diberikan
adalah sebesar Rp 15 000 000 000. Bunga pinjaman yang ditentukan sebesar 11
persen dengan jangka waktu pengembalian delapan tahun.
Penerimaan perusahaan yang terakhir adalah diperoleh dari nilai sisa. Nilai
sisa merupakan Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila
aktiva tersebut dijual pada saat penarikan/penghentian (retirement) aktiva. Nilai
residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena
aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya2. Jumlah nilai sisa yang
diperoleh PT. TIS pada tahun 2033 sebesar Rp 21 400 203 500 dapat dilihat pada
lampiran 6.
Komponen pengeluaran terdiri dari biaya investasi, biaya operasional
(variabel dan tetap), biaya pembayaran pinjaman dan bunga, serta biaya pajak.
Biaya investasi diperoleh dari kegiatan investasi sedangkan biaya operasional
diperoleh dari kegiatan operasional. Biaya pembayaran pinjaman dan bunga
diperoleh berdasarkan ketentuan pihak bank tergantung pada besar bunga
pinjaman dan lama masa pengembalian. Biaya pajak pada cash flow diasumsikan
sebesar 25 persen. Manfaat bersih (net benefit) diperoleh dari selisih antara
komponen inflow dan outflow.
1. Biaya Investasi
Biaya investasi yang dikeluarkan PT. TIS terdiri dari replanting, pembelian
lahan yang didalamnya sudah termasuk tanaman kelapa sawit, bangunan
kantor, sarana penunjang, perlengkapan kantor, mesin dan peralatan, dan
kendaraan. Khusus biaya bibit, tidak dikeluarkan pada tahun pertama, tetapi
pada tahun ke-13 dan ke-16 karena merupakan bentuk replanting atau re-
investasi. Rincian biaya replanting dapat dilihat pada lampiran 7. Jumlah
biaya yang harus dikeluarkan untuk replanting adalah Rp 4 419 936 940 dan
Rp 3 100 370 625. Biaya tersebut terdiri dari pembelian bibit, penumbangan
pohon, upah tanam, upah perawatan, pupuk, dan herbisida selama empat
tahun. Total biaya investasi pada tahun pertama yang dikeluarkan oleh PT.
TIS sebesar Rp 28 540 406 200. Biaya investasi terbesar dikeluarkan untuk
membeli lahan.
2 administrator. 2013. Metode Penyusutan Aktiva Tetap. http://keuanganlsm.com/article/artikel-
akuntansi/penyusutan-depresiasi-aktiva-tetap/[02 Juli 2013]
38
2. Biaya Operasional
Biaya operasional dibagi menjadi dua komponen yaitu biaya variabel dan
biaya tetap. Biaya operasional variabel merupakan biaya yang dikeluarkan
dalam kegiatan operasional yang bersifat dapat dikendalikan dan bergantung
kepada perkembangan jumlah produksi atau jumlah penjualan dalam satu
periode. Komponen biaya operasional variabel pada PT. TIS adalah biaya
panen, biaya perawatan, biaya pengangkutan, dan pajak bunga jasa giro.
Pajak bunga jasa giro termasuk kepada biaya variabel karena jumlahnya
yang dapat berubah sesuai dengan persediaan kas. Biaya operasional tetap
adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh perkembangan jumlah
produksi atau jumlah penjualan dalam satu periode. Komponen biaya
operasional tetap PT. TIS adalah biaya sewa bangunan, biaya gaji, biaya
listrik, air, telepon, dan benda pos, biaya pemeliharaan atau perbaikan, biaya
perjalanan dinas, biaya ATK dan rumah tangga kantor, biaya perizinan dan
retribusi, biaya karyawan, biaya kebersihan dan keamanan, biaya konsultan,
pajak reklame, PPH 21, serta PBB. Total biaya operasional tetap
pertahunnya sebesar Rp 740 905 932. Rincian biaya operasional tetap dapat
dilihat pada tabel 7.
Tabel 7 Rincian biaya operasional tetap PT. TISa
No Biaya Tetap Jumlahb
1. Biaya Sewa Bangunan 48.000.000
2. Biaya Gaji 402.296.335
3. Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos 12.910.500
4. Biaya Pemeliharaan/perbaikan 2.059.800
5. Biaya Perjalanan Dinas 8.194.147
6. Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor 7.792.000
7. Biaya Perizinan dan Retrebusi 19.034.300
8. Biaya Karyawan 1.002.950
9. Biaya Kebersihan dan Keamanan 526.400
10. Biaya Konsultan 207.570.000
11. Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame ) 763.500
12. Pajak PPH 21 2.000.000
13. PBB 28.756.000
Total Biaya Tetap 740.905.932 aSumber: data sekunder PT. TIS (diolah);
brupiah
3. Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga
Jumlah dana pinjaman PT. TIS kepada Bank Rakyat Indonesia Syariah
adalah sebesar Rp 15 000 000 000. Dana tersebut mempunyai jangka waktu
pengembalian delapan tahun dengan bunga 11 persen. Pembayaran yang
disepakati menggunakan capital recovery 11 persen dengan jumlah cicilan
yang harus dibayarkan tiap tahunnya Rp 2 910 000 000. Pembayaran
pinjaman dilakukan mulai dari tahun 2013 hingga 2020.
4. Pajak
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
tahun 2008 pasal 17 ayat 2a, bahwa Tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang
digunakan untuk menghitung penghasilan kena pajak adalah sebesar 25
39
persen dari laba yang dihasilkan. Pajak yang dibayarkan oleh PT. TIS dapat
dilihat pada tabel 8 berikut
Tabel 8 Pajak PT. TISa
No Tahun Pajakb
1. 2012 90 992 162
2. 2013 286 742 556
3. 2014 480 055 234
4. 2015 705 296 331
5. 2016 899 826 296
6. 2017 1 038 537 616
7. 2018 1 089 457 031
8. 2019 1 166 176 578
9. 2020 1 652 202 342
10. 2021 1 722 091 762
11. 2022 1 736 196 337
12. 2023 1 190 268 929
13. 2024 1 198 930 329
14. 2025 1 169 089 817
15. 2026 139 670 762
16. 2027 403 452 113
17. 2028 883 539 635
18. 2029 1 663 792 712
19. 2030 2 779 385 970
20. 2031 4 059 208 392
21. 2032 4 827 059 255
22. 2033 14 481 177 766 aSumber: data sekunder PT. TIS (diolah);
brupiah
Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukan jumlah pendapatan yang
diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Laporan
laba rugi dapat menggambarkan kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Komponen laba rugi terdiri dari penjualan (pendapatan), harga pokok penjualan,
laba kotor, biaya operasional yang termasuk biaya penyusutan, laba kotor
operasional, pendapatan lainnya, bunga, serta beban pajak. Komponen dalam laba
rugi yang tidak tercantum dalam arus kas adalah biaya penyusutan yang diperoleh
dari kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan. Rincian biaya penyusutan
dapat dilihat pada lampiran 3.
Laba bersih yang diperoleh PT. TIS bernilai negatif pada tahun ke-1. Hal
tersebut dikarenakan jumlah penjualan yang masih sedikit. Rincian laba rugi dapat
dilihat pada Lampiran 8 dan hasil analisis proyeksi nilai laba rugi pertahun dapat
diihat pada Tabel 9.
40
Tabel 9 Proyeksi nilai laba rugia
No Tahun Nilai Laba Rugi (Rp)
1. 2012 (1 873 120 514)
2. 2013 272 976 487
3. 2014 860 227 667
4. 2015 1 440 165 701
5. 2016 2 115 888 992
6. 2017 2 699 478 888
7. 2018 3 115 612 848
8. 2019 3 268 371 093
9. 2020 3 498 529 733
10. 2021 4 956 607 026
11. 2022 5 166 275 285
12. 2023 5 208 589 011
13. 2024 3 570 806 786
14. 2025 3 596 790 986
15. 2026 3 507 269 450
16. 2027 419 012 285
17. 2028 1 210 356 339
18. 2029 2 650 618 904
19. 2030 4 991 378 136
20. 2031 8 338 157 910
21. 2032 12 177 625 177
22. 2033 14 481 177 766 aSumber: Data primer (diolah)
Kriteria Investasi
Kelayakan suatu usaha dapat dinilai dengan kriteria investasi. Kriteria
investasi tersebut terdiri dari net present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net
B/C), internal rate of return (IRR), payback period (PP). Discount Factor juga
digunakan untuk mencari nilai sekarang dan nilai di masa yang akan datang.
Analisis-analisis tersebut menggunakan laporan arus kas yang dapat dilihat pada
lampiran 9. Hasil analisis kriteria investasi PT. TIS dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10 Hasil analisis kriteria investasi PT. TIS
No. Kriteria kelayakan Hasil penilaian pada DF 11%
1 NPV Rp 26 057 938 182
2 Net B/C 3.58
3 IRR 31 persen
4 PP 7.58 tahun aSumber: Data primer (diolah)
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value merupakan nilai manfaat bersih sekarang. Nilai tersebut
didapat dari selisih antara total PV manfaat dengan PV biaya. Hasil analisis
menunjukan NPV positif sebesar Rp 26 057 938 182. Suatu usaha dapat dikatakan
layak jika NPV nya lebih dari nol. Usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS layak
dari segi NPV karena NPV lebih besar dari nol.
41
2. Net B/C
Net B/C merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif (PV
+) dengan manfaat bersih yang bernilai negatif (PV -) atau manfaat bersih yan
menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap satu satuan kerugian dari bisnis
tersebut. Nilai B/C yang diperoleh adalah 3.58 yang berarti setiap tambahan biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp 1 akan menghasilkan tambahan manfaat bersih bagi
PT. TIS sebesar Rp 3.58. Hasil analisis menunjukkan bahwa Net B/C bernilai
lebih besar dari 1. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa usaha memiliki manfaat
bersih yang menguntungkan terhadap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut
sehingga layak untuk dilaksanakan.
3. Internal Rate of Return
Analisis Internal Rate of return bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Nilai IRR
mencerminkan besarnya discount rate yang apabila digunakan untuk
mendiskontokan seluruh kas masuk akan menghasilkan jumlah kas yang sama
dengan jumlah kas keluar. Discount Rate yang digunakan pada analisis adalah 11
persen. Hasil analisis menunjukan nilai IRR sebesar 31 persen. Usaha perkebunan
kelapa sawit PT. TIS layak untuk djalankan karena nilai IRR tersebut lebih besar
dari discount rate yang digunakan.
4. Payback Period (PP)
Analisis payback period bertujuan untuk mengetahui jangka waktu
pengembalian dari investasi yang telah dilakukan. Payback Period yang diperoleh
selama 7.58 tahun atau 7 tahun 6 bulan menunjukan jangka waktu pengembalian
investasi yang dilakukan lebih cepat dari umur bisnis yaitu 22 tahun. Usaha
perkebunan kelapa sawit PT. TIS layak untuk dijalankan karena jangka waktu
pengembalian investasi lebih cepat dari umur proyek.
Analisis Switching Value
Analisis switching value dilakukan untuk mengukur berapa besar toleransi
terhadap perubahan pada komponen penting dari usaha yang dijalankan.
Perubahan pada komponen tersebut juga dapat mengukur kepekaan perusahaan
terhadap perubahan tersebut. Persentase perubahan yang lebih rendah
menunjukkan bahwa komponen tersebut lebih peka dibanding komponen lain
yang persentase toleransi perubahannya lebih besar. Komponen penting pada
usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS adalah penjualan TBS (produktivitas dan
harga) dan biaya variabel (biaya perawatan). Komponen tersebut dipilih
berdasarkan komponen dari inflow dan outflow yang paling berpengaruh terhadap
keuntungan yang akan didapatkan perusahaan.
Hasil analisis penurunan perkiraan nilai produksi adalah sebesar 25.5
persen. Artinya, nilai tersebut merupakan batas penurunan produktivitas dan harga
jual maksimal agar usaha perkebunan tetap layak untuk dilaksanakan secara
finansial. Hasil analisis untuk peningkatan biaya variabel yaitu biaya perawatan
maksimal sebesar 131.56 persen. Berdasarkan hasil analisis tersebut, kelayakan
usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya lebih peka terhadap
penurunan nilai produksi dibanding kenaikan biaya variabel.
42
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan yang diperoleh dari penelitian mengenai analisis kelayakan usaha
perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya yaitu berdasarkan hasil analisis
kelayakan usaha aspek non finansial, usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang
Inti Seraya layak untuk dijalankan. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha
aspek finansial, usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya layak
untuk dijalankan. Hasil analisis switching value pada dua komponen yang dinilai
paling berpengaruh dalam usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya
yaitu penjualan TBS dan biaya perawatan menunjukkan bahwa komponen
penjualan TBS lebih peka terhadap perubahan dibanding komponen biaya
perawatan.
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek ekonomi agar dapat
mengetahui pengaruh usaha pada skala perekonomian nasional dan melakukan
evaluasi agar sumberdaya yang digunakan dapat berkontribusi pada pendapatan
nasional.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS]. 2013. PDB Sektor Pertanian 2010 [internet]. [diunduh 2013 Juli 22].
Tersedia pada: http://www.bps.go.id/pdb.php
[BPS]. 2012. Luas Areal Perkebunan menurut Jenis Tanaman 2007-2011
[internet]. [diunduh 2013 Juli 23]. Tersedia pada:
http://riau.bps.go.id/attachments/tabel%206.2.2.pdf
Budiasa IW. 2000. Studi Kelayakan Proyek Perkebunan Kelapa Sawit PT.
Henrison Inti Persada Papua. Working paper. Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar-Bali.
Demiyati T. 2011. Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan Kelapa Sawit dengan
Sistem Bagi Hasil (Studi kasus : Perkebunan Rakyat di Desa Budi Asih,
Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan)
[skripsi]. Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
[Departemen Pertanian]. 2010. Luas Areal Berdasarkan Status Kepengusahaan.
Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
[Departemen Pertanian]. 2011. Produk Domestik Bruto Indonesia [Internet].
[diunduh 2013 Juni 18]. Tersedia pada:
http://www.deptan.go.id/Indikator/tabel-12-PDB-berlaku.pdf
[Departemen Pertanian]. 2012. Informasi Ringkas Komoditas Perkebunan
[Internet]. [diunduh 2013 Juli 23]. Tersedia pada:
http://pusdatin.setjen.deptan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/A1_Jan_Klp_Sa
wit.pdf
43
[Dinas Perkebunan Provinsi Riau]. 2012. Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit
Riau [Internet]. [diunduh 2013 Juni 18]. Tersedia pada:
http://disbun.riau.go.id/index.php/luas-pekebunan
[Direktorat Jenderal Perkebunan]. 2009. Area and Production by Categoriy of
Producers. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perkebunan.
[Direktorat Tanaman Tahunan]. 2011. Pengelolaan Perkebunan Pekanbaru
[Internet]. [diunduh 2013 Juni 10]. Tersedia pada
ditjenbun.deptan.go.id/budtanan/
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Diskusi “Industri Sawit Pasca
Moratorium, Mau Kemana?” [Internet]. [diunduh 2013 Juni 30]. Tersedia
pada
http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanan/index.php?option=com_content&vi
ew=article&id=84:diskusi-industri-sawit-pasca-moratorium-mau-
kemana&catid=15:home&Itemid=1
Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek Pertanian. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia Press.
Husnan S, Suwarsono. 1997. Studi Kelayakan Proyek : Konsep, Teknik, dan
Penyusunan Laporan. Jakarta (ID): BPPE.
Husnan S, Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek : Konsep, Teknik, dan
Penyusunan Laporan. Jakarta (ID): AMP.
[ITC]. 2012. Market Brief ITPC Osaka. [Internet]. [diunduh 2013 Juni 30].
Tersedia pada: http://itpc.or.jp/wp-content/uploads/2012/05/Market-Brief-
ITPC-Osaka-Mei-2012-Minyak-Kelapa-Sawit1.pdf
Jumingan. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Bumi Aksara
Kasmir, Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Kedua. Jakarta (ID): Kencana
Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Sumatera Utara. 435 hal.
Mangoensoekarjo S, Semangun H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Miranti. 2010. Kontribusi CPO Indonesia [internet]. [diunduh 2013 Juni 10].
Tersedia pada:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/hhandl/123456789/46536/BAB%20I%
20Pendahuluan_%202011dba.pdf?sesequen=4
Mukti. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Pabrik Kelapa Sawit (Studi Kasus
Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam) [skripsi]. Program
Sarjana Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID):
Departemen Agribisnis FEM IPB
[Statistik Kelapa Sawit Indonesia]. 2009. Kontribusi Kelapa Sawit Indonesia
[Internet]. [diunduh 2013 Mei 30]. Tersedia pada
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60839/BAB%20I.
%20PENDAHULUAN.pdf?sequence=1
Ramdan B. 2011. Kelayakan Pengembangan Usaha Crude palm Oil (CPO) Pada
PT Tapian Nadenggan Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera
Utara [skripsi]. Program Sarjana Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Siregar M. 2010. Perkembangan Perkebunan Industri Kelapa Sawit Indonesia
[Internet]. [diunduh 2013 Mei 5]. Tersedia pada:
44
http://disbun.kaltimprov.go.id/berita2-796-didera-kampanye-hitam-ekspor-
sawit-ri-masih-kencang.html
Suwarto SY.2011. Budidaya Kelapa Sawit. Bahan Kuliah. Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Syahza A. 2012. Potensi Pengembangan Industri Kelapa Sawit. Lembaga
Penelitian Universitas Riau [Internet]. [diunduh 2013 April 24]. Tersedia
pada: http://almasdi.staff.unri.ac.id/files/2012/09/Potensi-PKS-di-Riau.pdf
[Terang Inti Seraya] PT Terang Inti Seraya. 2013. Laporan keuangan tahun 2012.
Jakarta (ID): Terang Inti Seraya
[UNCTAD]. 2012. Konsumsi CPO Indonesia [Internet]. [diunduh 2013 Mei 12].
Tersedia pada: http://www.unctad.info/en/Infocomm/AACP-
Products/Palm-oil/
Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3: Teknik Menganalisis Kelayakan
Rencana Bisnis secara Komprehensif. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama
45
Lampiran 1 Produk turunan kelapa sawita
aSumber: sawitakasima.net
46
Lampiran 2 Proyeksi penjualan TBS PT. TIS tahun 2013-2033a
Tahun Total
produksib Penerimaan
c Tahun
Total
produksib Penerimaan
c
2013 7 283 529 10 706 788 292 2024 4 776 325 12 008 629 772
2014 7 477 279 11 541 180 075 2025 4 538 066 11 980 079 467
2015 7 622 023 12 352 822 887 2026 4 251 483 11 784 704 139
2016 7 819 259 13.306 102 242 2027 2 039 161 5 934 976 127
2017 7 893 404 14.103 888 208 2028 2 590 486 7 916 588 730
2018 7 800 071 14 633 977 864 2029 3 108 399 9 974 310 265
2019 7 490 327 14 755 498 789 2030 3 274 605 11 033 017 315
2020 7 251 364 14 998 994 414 2031 3 440 696 15 539 444 566
2021 7 012 278 15 229 682 086 2032 5 724 549 21 264 504 292
2022 6 773 133 15 445 809 025 2033 6 276 988 24 482 437 159
2023 6 436 922 15 413 050 560 aSumber: Proyeksi penjualan TBS PT. TIS (diolah);
bTotal produksi (kg);
cPenerimaan (Rp)
47
Lampiran 3 Luasan main road, collection road, dan control roada
No Uraian
Kebun
Buluh
Nipisb
Kebun
Ujung Batu
Rokanb
Kebun
Tenayanb
1. Jalan Utama ( Main Road ) 1.736 1.237 1.141
2. Jalan Koleksi ( Collection Road ) 5.782 4.121 3.801
3. Jalan Kontrol ( Control Road ) 1.007 718 662
aSumber: Data Sekunder Perusahaan (diolah);
bmeter
48
Lampiran 4 Layout perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya di Ujung
Batu Rokan
Keterangan:
A dan B : blok
1, 2, 3, dst : nomor blok
49
Lampiran 5 Dosis dan harga pupuka
No Bulan ke Dosisb
Jenis Hargac
1 1 0,5 Urea 5 000
2 2 0,75 Urea 5 000
3 4 0,75 TSP 2 000
4 8 0,75 Urea 5 000
5 12 0,75 Urea 5 000
6 16 0,75 TSP 2 000
7 20 0,75 Urea 5 000
8 24 0,75 Urea 5 000
9 28 1 TSP 2 000
10 32 1 Urea 5 000
11 36 1 Urea 5 000
12 40 1 TSP 2 000
13 44 1 Urea 5 000
14 48 1 Urea 5 000 aSumber: Sihombing M (2013);
bkilogram;
crupiah
50
Lampiran 6 Jumlah pekerja PT. TIS berdasarkan jabatana
No Jabatan
Unit perdivisi Jumlah
Tenaga
Kerjab Pekanbaru
b Buluh
Nipisb
Ujung
Batu
Rokanb
Tenayanb
1. Komisaris 1 - - - 1
2. Direktur 2 - - - 2
3. Administrasi 2 1 1 - 4
4. Agronomi 1 - - - 1
5. Pimpinan Kebun - 1 1 1 3
6. Pengawas - 1 - - 1
7. Mdr. Panen - 2 1 1 4
8. Krani. Cek Buah - 1 1 1 3
9. Mdr. Perawatan - 1 - 1 2
10. Mekanik - 3 - - 3
11. Driver/Operator 1 4 3 3 11
12. Keamanan/Security - 2 1 1 4
13.
Tenaga Kerja
Panen - 14 7 6 27
14.
Tenaga Kerja
Perawatan - 29 10 26 65
15.
Tenaga Kerja
Umum 1 - - - 1
Total 8 59 25 40 132
aSumber: Data Sekunder Perusahaan;
borang
51
Lampiran 7 Jumlah penyusutan dan nilai sisa usaha perkebunan kelapa sawit PT.
Terang Inti Serayaa
No Uraian Nilai Awal
Umur
Ekonomis
Penyusutan
Pertahun Sisa Umur Nilai Sisa
I. MESIN – MESIN
1 Mesin Genset Yanmar TS230 35,000,000 5 7,000,000 2 14,000,000
2 Mesin Genset Yanmar TS230 12,000,000 5 2,400,000 2 4,800,000
3 Mesin Genset Yanmar TS230 17,500,000 5 3,500,000 2 7,000,000
4 Mesin Genset Misaka 4,500,000 5 900,000 2 1,800,000
5 Mesin Genset Dongfeng 3,500,000 5 700,000 2 1,400,000
6 Mesin Genset Fortebel Firman 2,500,000 5 500,000 2 1,000,000
7 Mesin Pompa Air Firman 2,500,000 5 500,000 2 1,000,000
8 Mesin Pompa Air Robyn 2,500,000 5 500,000 2 1,000,000
9 Mesin Pompa Air Robyn 2,500,000 5 500,000 2 1,000,000
10 Mesin Pompa Air Federolo 1,750,000 5 350,000 2 700,000
11 Mesin Pompa Air Robyn 2,500,000 5 500,000 2 1,000,000
12 Mesin Pompa Air Kama 2,500,000 5 500,000 2 1,000,000
13 Mesin Las 4,500,000 5 900,000 2 1,800,000
14 Mesin Chain Saw JSKY 1,150,000 5 230,000 2 460,000
15 Panel Uk. 30 x 40 x 10 1,250,000 5 250,000 2 500,000
16 Mesin Pompa Air Federolo 2,435,000 5 487,000
2 974,000
Jumlah Mesin - Mesin 98,585,000 19,717,000
II. BANGUNAN KANTOR KEBUN
1 Kantor 77,700,000 10 7,770,000 2 15,540,000
2 Musholla 19,500,000 10 1,950,000 2 3,900,000
3 Bengkel 16,100,000 10 1,610,000 2 3,220,000
4 Mes Karyawan - 1 405,000,000 10 40,500,000 2 81,000,000
5 Mes Karyawan - 2 160,000,000 10 16,000,000 2 32,000,000
6 Mes Karyawan - 3 120,000,000 10 12,000,000 2 24,000,000
7 Gudang 12,800,000 10 1,280,000 2 2,560,000
Jumlah Bangunan 811,100,000 81,110,000
III PERALATAN DAN
PERLENGKAPAN KANTOR
1 Meja Direktur 8,076,000 4 2,019,000 2 4,038,000
2 Meja Kerja 4,000,000 4 1,000,000 2 2,000,000
3 Meja Kerja 1/2 Biro 9,000,000 4 2,250,000 2 4,500,000
4 Kursi Kerja 1,400,000 4 350,000 2 700,000
5 Kursi Tamu (Sofa) 5,000,000 4 1,250,000 2 2,500,000
6 Kursi Kerja 1,350,000 4 337,500 2 675,000
7 Meja Rapat 2,050,000 4 512,500 2 1,025,000
8 Meja computer 1,550,000 4 387,500 2 775,000
9 Lemari Arsip Besi 2,200,000 4 550,000 2 1,100,000
10 Filling Kabinet 550,000 4 137,500 2 275,000
11 AC Merk Sanyo Merek SAP KQ6GL 3,300,000 4 825,000 2 1,650,000
12 AC Merk LG Neo Plasma 3,300,000 4 825,000 2 1,650,000
52
13 AC Merk Mitshubishi 3,300,000 4 825,000 2 1,650,000
14 Computer PC Merk Digital + UPS
ICA CE 1200
3,550,000 4 887,500
2 1,775,000
15 Computer PC Merk Accer 2,000,000 4 500,000 2 1,000,000
16 Computer PC + UPS Merk Nexus 2,750,000 4 687,500 2 1,375,000
17 Printer Merek Canon Pixma MP2770 450,000 4 112,500
2 225,000
18 Printer Merek Canon Pixma MP256 750,000 4 187,500 2 375,000
19 Printer Merek Epson LQ 2090 900,000 4 225,000 2 450,000
20 Mesin Fax Merek Panasonik KX-
FP342
400,000 4 100,000
2 200,000
21 Pesawat Telephone Merek Sahitel 200,000 4 50,000 2 100,000
22 Meja Kerja busa ( FUTURA ) 1,498,200 4 374,550 2 749,100 23 Lemari Arsip Besi Merk LION 5,791,500 4 1,447,875 2 2,895,750
24 Meja Direktur 6,800,000 4 1,700,000 2 3,400,000
25 Rak buku rendah 3,200,000 4 800,000 2 1,600,000
26 Kursi Direktur 4,284,500 4 1,071,125 2 2,142,250
Jumlah Peralatan & Perlengkapan 77,650,200
19,412,550
IV KENDERAAN KEBUN
1 Dump Truck Toyota Dyna BM 8709
TC
250,000,000 5 50,000,000 2 100,000,000
2 Dump Truck Toyota Dyna BM 8112
TE
278,208,000 5 55,641,600 2 111,283,200
3 Dump Truck Toyota Dyna BM 8113
TE
278,208,000 5 55,641,600 2 111,283,200
4 Truck Mitshubishi FE349 BM 9033
LM
230,000,000 5 46,000,000 2 92,000,000
5 Jeep Ford Everest BM 168 MY 250,000,000 5 50,000,000 2 100,000,000
6 Jeep Ford Everest BM 1932 DJ 175,000,000 5 35,000,000 2 70,000,000
7 Jeep Daihatsu Taft Rocky BM 1352
A
54,000,000 5 10,800,000 2 21,600,000
8 Jeep Daihatsu Taft Rocky BM 1614
RE
65,000,000 5 13,000,000 2 26,000,000
9 Pickup Daihatsu BM 1875 LV 37,851,666 5 7,570,333 2 15,140,666
10 Pickup Daihatsu B 2403 VL 30,000,000 5 6,000,000 2 12,000,000
11 Pickup Daihatsu L 1067 GV 35,051,666 5 7,010,333 2 14,020,666
12 Pickup Daihatsu W 1621 XE 33,551,668 5 6,710,334 2 13,420,667
13 Sepeda Motor Honda BM 3485 MJ 5,500,000 5 1,100,000 2 2,200,000
14 Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z BM
6594 JC
14,400,000 5 2,880,000 2 5,760,000
15 Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z BM
6865 OB
9,000,000 5 1,800,000 2 3,600,000
16 Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z BM
3775 Q
10,400,000 5 2,080,000 2 4,160,000
17 Sepeda Motor Honda BM 3917 MB 5,500,000 5 1,100,000 2 2,200,000
18 Sepeda Motor Bajaj BM 3497 JD 13,500,000 5 2,700,000 2 5,400,000
Jumlah Kenderaan 1,775,171,00
0
355,034,200
V TANAMAN MENGHASILKAN
1 Tanaman 123,76 Ha Thn 1998. 11,844,600,0
00
25 473,784,000 15 7,106,760,0
00 2 Tanaman 173,64 Ha Thn 2001. 18,531,800,0
00
25 741,272,000 18 13,342,896,
000 3 Tanaman 114,13 Ha Thn 2008. 10,401,500,0
00
25 416,060,000 0 -
Jumlah Tanaman Menghasilkan 40,777,900,0
00
1,631,116,000
Penyusutan pertahun 2,106,389,750 Total nilai
sisa
21,400,203,
500
53
Lampiran 8 Rincian biaya replanting PT. Terang Inti Serayaa
Uraian Satuan Replanting tahun ke-13 (Ujung Batu Rokan) Replanting tahun ke-16 (Buluh Nipis)
Unit Biaya per unit Jumlah biaya Unit Biaya per unit
Jumlah
biaya
Bibit pohon 21434 30000 643005600 17573 30000 527175000
Tumbang
pohon hektar 181,64 5000000 908200000 123,75 5000000 618750000
Upah
tanam hektar 181,64 2000000 363280000 123,75 2000000 247500000
Perawatan
hektar
pertahun 181,64 1500000 1089840000 123,75 1500000 742500000
Pupuk pohon 300069 2000 dan 5000 1034167340 204435 2000 dan 5000 704570625
Herbisida
hektar
perbulan 181,64 175000 381444000 123,75 175000 259875000 aSumber: Data Primer PT. TIS (diolah)
54
Lampiran 9 Laporan arus kas PT Terang Inti Serayaa
No Uraian
Tahun
1 2 3 4 5 6
2012 2013 2014 2015 2016 2017
I INFLOW
Penjualan TBS 6,291,433,804 10,706,788,292 11,541,180,075 12,352,822,887 13,306,102,242 14,103,888,208
Pendapatan Bunga Jasa Giro 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202
Penerimaan pinjaman 15,000,000,000
Nilai sisa (salvage value)
TOTAL INFLOW 21,294,786,006 10,710,140,494 11,544,532,277 12,356,175,089 13,309,454,444 14,107,240,410
II OUTFLOW
1. Biaya Investasi
Replanting
Lahan sawit 25,777,900,000
Bangunan Kantor 77,700,000
Sarana Penunjang 733,400,000
Perlengkapan dan Peralatan Kantor 77,650,200
77,650,200
Mesin 98,585,000
98,585,000
Kendaraan 1,775,171,000
1,775,171,000
Total Biaya Investasi 28,540,406,200 0 0 0 77,650,200 1,873,756,000
2. Biaya Operasional
2.1. Biaya Variabel
Biaya Panen 793,335,407 1,065,941,009 1,094,296,156 1,115,479,445 1,144,344,836 1,155,195,839
Biaya Perawatan 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313
Biaya Overhead 644,487,262 865,945,722 888,980,785 906,189,597 929,639,171 938,454,274
Pajak Bunga Jasa Giro 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440
Total Biaya Variabel 4,083,599,422 4,577,663,484 4,629,053,694 4,667,445,795 4,719,760,761 4,739,426,866
2.2. Biaya Tetap
Biaya Sewa Bangunan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000
Biaya Gaji 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335
Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500
Biaya Pemeliharaan/perbaikan 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800
Biaya Perjalanan Dinas 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147
Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000
Biaya Perizinan dan Retrebusi 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300
Biaya Karyawan 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950
Biaya Kebersihan dan Keamanan 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400
Biaya Konsultan 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000
Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame )
763,500 763,500 763,500 763,500 763,500
Pajak PPH 21
2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000
PBB
28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000
Total Biaya Tetap 709,386,432 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932
Total Biaya Operasional 4,792,985,854 5,318,569,416 5,369,959,626 5,408,351,727 5,460,666,693 5,480,332,798
3. Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga
2,910,000,000 2,910,000,000 2,910,000,000 2,910,000,000 2,910,000,000
4. Biaya Pajak
90,992,162 286,742,556 480,055,234 705,296,331 899,826,296
TOTAL OUTFLOW 33,333,392,054 8,319,561,579 8,566,702,182 8,798,406,961 9,153,613,223 11,163,915,094
54
55
No Uraian
Tahun
7 8 9 10 11 12
2018 2019 2020 2021 2022 2023
I INFLOW
Penjualan TBS 14,633,977,864 14,755,498,789 14,998,994,414 15,229,682,086 15,445,809,025 15,413,050,560
Pendapatan Bunga Jasa Giro 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202
Penerimaan pinjaman -
Nilai sisa (salvage value)
TOTAL INFLOW 14,637,330,066 14,758,850,991 15,002,346,616 15,233,034,288 15,449,161,227 15,416,402,762
II OUTFLOW
1. Biaya Investasi
Replanting
Lahan sawit
Bangunan Kantor
77,700,000
Sarana Penunjang
733,400,000
Perlengkapan dan Peralatan Kantor
77,650,200
Mesin
98,585,000
Kendaraan
1,775,171,000
Total Biaya Investasi 0 0 77,650,200 0 2,684,856,000 0
2. Biaya Operasional
2.1. Biaya Variabel
Biaya Panen 1,141,536,635 1,096,205,699 1,061,233,633 1,026,243,455 991,244,806 942,040,486
Biaya Perawatan 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313
Biaya Overhead 927,357,854 890,532,054 862,121,559 833,696,352 805,264,262 765,291,815
Pajak Bunga Jasa Giro 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440
Total Biaya Variabel 4,714,671,242 4,632,514,507 4,569,131,945 4,505,716,560 4,442,285,820 4,353,109,053
2.2. Biaya Tetap
Biaya Sewa Bangunan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000
Biaya Gaji 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335
Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500
Biaya Pemeliharaan/perbaikan 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800
Biaya Perjalanan Dinas 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147
Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000
Biaya Perizinan dan Retrebusi 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300
Biaya Karyawan 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950
Biaya Kebersihan dan Keamanan 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400
Biaya Konsultan 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000
Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame ) 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500
Pajak PPH 21 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000
PBB 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000
Total Biaya Tetap 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932
Total Biaya Operasional 5,455,577,174 5,373,420,439 5,310,037,877 5,246,622,492 5,183,191,752 5,094,014,985
3. Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga 2,910,000,000 2,910,000,000 2,910,000,000
4. Biaya Pajak 1,038,537,616 1,089,457,031 1,166,176,578 1,652,202,342 1,722,091,762 1,736,196,337
TOTAL OUTFLOW 9,404,114,790 9,372,877,470 9,463,864,655 6,898,824,834 9,590,139,514 6,830,211,322
55
56
No Uraian
Tahun
13 14 15 16 17 18
2024 2025 2026 2027 2028 2029
I INFLOW
Penjualan TBS 12,008,629,772 11,980,079,467 11,784,704,139 5,934,976,127 7,916,588,730 9,974,310,265
Pendapatan Bunga Jasa Giro 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202
Penerimaan pinjaman
Nilai sisa (salvage value)
TOTAL INFLOW 12,011,981,974 11,983,431,669 11,788,056,341 5,938,328,329 7,919,940,932 9,977,662,467
II OUTFLOW
1. Biaya Investasi
Replanting 4,419,936,940
3,100,370,625
Lahan sawit
Bangunan Kantor
Sarana Penunjang
Perlengkapan dan Peralatan Kantor 77,650,200
77,650,200
Mesin
98,585,000
Kendaraan
1,775,171,000
Total Biaya Investasi 4,497,587,140 0 0 4,974,126,625 77,650,200 0
2. Biaya Operasional
2.1. Biaya Variabel
Biaya Panen 699,012,788 664,143,712 622,202,499 298,430,183 379,116,384 454,912,681
Biaya Perawatan 1,864,852,913 1,864,852,913 1,864,852,913 719,598,550 1,499,851,949 1,499,851,949
Biaya Overhead 567,861,757 539,534,929 505,462,862 242,437,750 307,985,346 369,560,499
Pajak Bunga Jasa Giro 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440
Total Biaya Variabel 3,132,397,899 3,069,201,995 2,993,188,714 1,261,136,923 2,187,624,119 2,324,995,569
2.2. Biaya Tetap
Biaya Sewa Bangunan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000
Biaya Gaji 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335
Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500
Biaya Pemeliharaan/perbaikan 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800
Biaya Perjalanan Dinas 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147
Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000
Biaya Perizinan dan Retrebusi 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300
Biaya Karyawan 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950
Biaya Kebersihan dan Keamanan 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400
Biaya Konsultan 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000
Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame ) 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500
Pajak PPH 21 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000
PBB 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000
Total Biaya Tetap 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932
Total Biaya Operasional 3,873,303,831 3,810,107,927 3,734,094,646 2,002,042,855 2,928,530,051 3,065,901,501
3. Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga
4. Biaya Pajak 1,190,268,929 1,198,930,329 1,169,089,817 139,670,762 403,452,113 883,539,635
TOTAL OUTFLOW 9,561,159,899 5,009,038,255 4,903,184,463 7,115,840,241 3,409,632,364 3,949,441,136
56
57
No Uraian 19 20 21 22
2030 2031 2032 2033
I INFLOW
Penjualan TBS 11,033,017,315 15,539,444,566 21,264,504,292 24,482,437,159
Pendapatan Bunga Jasa Giro 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202
Penerimaan pinjaman
-
Nilai sisa (salvage value)
21,400,203,500
TOTAL INFLOW 11,036,369,517 15,542,796,768 21,267,856,494 45,885,992,861
II OUTFLOW
1. Biaya Investasi
Replanting
Lahan sawit
Bangunan Kantor
77,700,000
Sarana Penunjang
733,400,000
Perlengkapan dan Peralatan Kantor
77,650,200
Mesin
98,585,000
Kendaraan
1,775,171,000
Total Biaya Investasi 0 811,100,000 1,951,406,200 0
2. Biaya Operasional
2.1. Biaya Variabel
Biaya Panen 479,236,812 503,544,241 837,784,915 918,634,227
Biaya Perawatan 1,499,851,949 1,499,851,949 1,499,851,949 1,499,851,949
Biaya Overhead 389,320,858 409,067,648 680,597,010 746,277,113
Pajak Bunga Jasa Giro 670,440 670,440 670,440 670,440
Total Biaya Variabel 2,369,080,059 2,413,134,278 3,018,904,314 3,165,433,729
2.2. Biaya Tetap
Biaya Sewa Bangunan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000
Biaya Gaji 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335
Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500
Biaya Pemeliharaan/perbaikan 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800
Biaya Perjalanan Dinas 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147
Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000
Biaya Perizinan dan Retrebusi 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300
Biaya Karyawan 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950
Biaya Kebersihan dan Keamanan 526,400 526,400 526,400 526,400
Biaya Konsultan 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000
Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame ) 763,500 763,500 763,500 763,500
Pajak PPH 21 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000
PBB 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000
Total Biaya Tetap 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932
Total Biaya Operasional 3,109,985,991 3,154,040,210 3,759,810,246 3,906,339,661
3. Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga
4. Biaya Pajak 1,663,792,712 2,779,385,970 4,059,208,392 4,827,059,255
TOTAL OUTFLOW 4,773,778,703 6,744,526,180 9,770,424,838 8,733,398,917
57
58
Uraian
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Net Benefit -12038606048 2390578915 2977830095 3557768129 4155841220 2943325316 5233215276 5385973521 5538481961 8334209454
DF 0.900900901 0.811622433 0.731191381 0.658730974 0.593451328 0.534640836 0.481658411 0.433926496 0.390924771 0.352184479
PV Net Benefit -10845591034 1940247476 2177363700 2343612065 2466289491 1573621908 2520622154 2337116619 2165129795 2935179213
PV Benefit 19184491897 8692590288 8441262502 8139395253 7898513415 7542306808 7050193139 6404256500 5864788922 5364838241
PV Biaya 30030082932 6752342812 6263898802 5795783188 5432223924 5968684900 4529570985 4067139881 3699659127 2429659028
PV (+) 36138433774
PV (-) -10080495591
NPV 26057938182
Net B/C 3.58
Net Benefit Rata-rata pertahun 6013901061
IRR 31%
Payback Period 7.57 90.92172612 7 tahun 6 bulan
Tahun
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
5859021713 8586191439 2450822074 6974393414 6884871878 -1177511912 4510308567 6028221332 6262590814 8798270588 11497431655 37152593944
0.317283314 0.285840824 0.257514256 0.231994825 0.209004347 0.188292204 0.169632616 0.152822177 0.137677637 0.124033907 0.111742259 0.100668701
1858969827 2454284033 631121621.9 1618023178 1438968149 -221716313.4 765095443 921245906.9 862218703.9 1091283877 1284748982 3740103389
4901761076 4406637263 3093256595 2780094130 2463755014 1118140930 1343480302 1524808099 1519461275 1927833810 2376518321 4619283317
3042791249 1952353230 2462134973 1162070952 1024786865 1339857244 578384858.9 603562192 657242570.8 836549933.6 1091769339 879179928.4
asumber: Data sekunder diolah (2013)
58
59
Lampiran 10 Proyeksi laba rugi PT. Terang Inti Serayaa
Komponen
Tahun
1 2 3 4 5 6
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Penjualan 6,291,433,804 10,706,788,292 11,541,180,075 12,352,822,887 13,306,102,242 14,103,888,208 Biaya operasional-variabel
1. biaya panen 793,335,407 1,065,941,009 1,094,296,156 1,115,479,445 1,144,344,836 1,155,195,839
2. biaya perawatan 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313
3. biaya overhead 644,487,262 865,945,722 888,980,785 906,189,597 929,639,171 938,454,274
total biaya operasional-variabel 4,082,928,982 4,576,993,044 4,628,383,254 4,666,775,355 4,719,090,321 4,738,756,426
Margin Kotor 2,208,504,822 6,129,795,247 6,912,796,821 7,686,047,532 8,587,011,921 9,365,131,782 Biaya operasional-tetap
Biaya Gaji 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335
Biaya Listrik/Air/Telephone/Benda Pos 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 Biaya Pemeliharaan/perbaikan 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800
Biaya Perjalanan Dinas 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 Biaya Administrasi Kantor 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000
Biaya adm dan Bunga Bank Pihak ke Tiga 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916
Biaya Perizinan/Retrebusi 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 Biaya Karyawan 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950
Biaya Kebersihan/keamanan 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400
Biaya Penyusutan 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 Biaya Konsultan 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000
Biaya Pajak PPH 21
2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000
PBB
28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 Biaya Pajak daerah lainnya ( pajak reklame )
763,500 763,500 763,500 763,500 763,500
Biaya sewa bangunan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000
Total biaya operasional-tetap 4,084,307,098 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598
Laba Rugi Operasional (1,875,802,276) 2,013,968,649 2,796,970,223 3,570,220,934 4,471,185,323 5,249,305,184
Pendapatan lain-lain
Pendapatan Bunga Jasa Giro 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 Pajak Bunga Jasa Giro 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440
Jumlah Pendapatan Lain-lain 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762
EBIT (Laba Kotor) (1,873,120,514) 2,013,968,649 2,796,970,223 3,570,220,934 4,471,185,323 5,249,305,184
Bunga 11%
1,650,000,000 1,650,000,000 1,650,000,000 1,650,000,000 1,650,000,000
Laba Sebelum Pajak (1,873,120,514) 363,968,649 1,146,970,223 1,920,220,934 2,821,185,323 3,599,305,184
Tax 25%
90,992,162 286,742,556 480,055,234 705,296,331 899,826,296
Laba setelah Pajak (1,873,120,514) 272,976,487 860,227,667 1,440,165,701 2,115,888,992 2,699,478,888
59
60
Tahun
7 8 9 10 11 12 13 14
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
14,633,977,864 14,755,498,789 14,998,994,414 15,229,682,086 15,445,809,025 15,413,050,560 12,008,629,772 11,980,079,467
1,141,536,635 1,096,205,699 1,061,233,633 1,026,243,455 991,244,806 942,040,486 699,012,788 664,143,712
2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 1,864,852,913 1,864,852,913
927,357,854 890,532,054 862,121,559 833,696,352 805,264,262 765,291,815 567,861,757 539,534,929 4,714,000,802 4,631,844,067 4,568,461,505 4,505,046,120 4,441,615,380 4,352,438,613 3,131,727,459 3,068,531,555
9,919,977,062 10,123,654,722 10,430,532,909 10,724,635,966 11,004,193,645 11,060,611,947 8,876,902,313 8,911,547,913
402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500
2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800
8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000
1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916
19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950
526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400
2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000
2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000
28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500
48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000
4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598
5,804,150,464 6,007,828,124 6,314,706,311 6,608,809,368 6,888,367,047 6,944,785,349 4,761,075,715 4,795,721,315
3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202
670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440
2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762
5,804,150,464 6,007,828,124 6,314,706,311 6,608,809,368 6,888,367,047 6,944,785,349 4,761,075,715 4,795,721,315
1,650,000,000 1,650,000,000 1,650,000,000 4,154,150,464 4,357,828,124 4,664,706,311 6,608,809,368 6,888,367,047 6,944,785,349 4,761,075,715 4,795,721,315
1,038,537,616 1,089,457,031 1,166,176,578 1,652,202,342 1,722,091,762 1,736,196,337 1,190,268,929 1,198,930,329
3,115,612,848 3,268,371,093 3,498,529,733 4,956,607,026 5,166,275,285 5,208,589,011 3,570,806,786 3,596,790,986
60
61
Tahun
15 16 17 18 19 20 21 22
2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
11,784,704,139 5,934,976,127 7,916,588,730 9,974,310,265 11,033,017,315 15,539,444,566 21,264,504,292 24,482,437,159
622,202,499 298,430,183 379,116,384 454,912,681 479,236,812 503,544,241 837,784,915 918,634,227
1,864,852,913 719,598,550 1,499,851,949 1,499,851,949 1,499,851,949 1,499,851,949 1,499,851,949 1,499,851,949
505,462,862 242,437,750 307,985,346 369,560,499 389,320,858 409,067,648 680,597,010 746,277,113
2,992,518,274 1,260,466,483 2,186,953,679 2,324,325,129 2,368,409,619 2,412,463,838 3,018,233,874 3,164,763,289
8,792,185,864 4,674,509,645 5,729,635,051 7,649,985,136 8,664,607,696 13,126,980,728 18,246,270,418 21,317,673,870
402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335
12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500
2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800
8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147
7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000
1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916
19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300
1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950
526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400
2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 0 0 0 0
207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000
2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000
28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000
763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500
48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000
4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 2,009,436,848 2,009,436,848 2,009,436,848 2,009,436,848
4,676,359,266 558,683,047 1,613,808,453 3,534,158,538 6,655,170,848 11,117,543,880 16,236,833,570 19,308,237,022
3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202
670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440
2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762
4,676,359,266 558,683,047 1,613,808,453 3,534,158,538 6,655,170,848 11,117,543,880 16,236,833,570 19,308,237,022
4,676,359,266 558,683,047 1,613,808,453 3,534,158,538 6,655,170,848 11,117,543,880 16,236,833,570 19,308,237,022
1,169,089,817 139,670,762 403,452,113 883,539,635 1,663,792,712 2,779,385,970 4,059,208,392 4,827,059,255
3,507,269,450 419,012,285 1,210,356,339 2,650,618,904 4,991,378,136 8,338,157,910 12,177,625,177 14,481,177,766 asumber: Data sekunder diolah (2013)
61
62
Fasilitas bengkel yang dimiliki oleh PT. TIS Proses penimbangan dan pengangkutan TBS
TBS hasil panen PT. TIS
Jalan pasir batu dalam perkebunan PT. TIS Salah satu mess karyawan PT. TIS
Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian
63
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 26 November 1991 dari
pasangan Arif Nurachman dan Susi Emilia. Penulis adalah anak pertama dari
tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Nasional I pada tahun 2003
dan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Cileungsi pada tahun 2006.
Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cileungsi dan pada tahun
yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Ujian Talenta Mandiri IPB dan diterima di Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif dalam organisasi
kampus dan kepanitiaan. Pada tahun 2010, penulis merupakan anggota UKM
Panahan IPB. Pada tahun 2010-2011, penulis menjabat sebagai bendahara umum
Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) dan mengikuti
kepanitiaan One Day No Rice serta Agrination.