ANALISIS QUALITY OF SERVICE ROUTING
PROTOCOL AODV DENGAN METODE RANDOM
WAYPOINT MOBILITY PADA MANET
MENGGUNAKAN NS-2 SIMULATOR
Skripsi
OLEH:
MUHAMMAD RIZKY FADILLAH
1113091000055
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1440 H
ANALISIS QUALITY OF SERVICE ROUTING
PROTOCOL AODV DENGAN METODE RANDOM
WAYPOINT MOBILITY PADA MANET
MENGGUNAKAN NS-2 SIMULATOR
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom)
Oleh:
MUHAMMAD RIZKY FADILLAH
1113091000055
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1440 H
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
ANALISIS QUALITY OF SERVICE ROUTING PROTOCOL AODV
DENGAN METODE RANDOM WAYPOINT MOBILITY PADA MANET
MENGGUNAKAN NS-2 SIMULATOR
Skripsi
Oleh:
Muhammad Rizky Fadillah
NIM. 1113091000055
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I,
Nurhayati, Ph.D
NIP. 19690316 1999903 2 002
Dosen Pembimbing II,
Siti Ummi Masruroh, M.Sc.
NIP. 19820823 201101 2 013
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Informatika
Arini, MT
NIP. 19760131 200901 2 001
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Analisis Quality Of Service Routing Protocol AODV
dengan Metode Random Waypoint Mobility pada MANET Menggunakan NS-2
Simulator” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 25 September 2018, skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom) pada
program Studi Teknik Informatika.
Jakarta, 25 September 2018
Tim Penguji,
Penguji I
Andrew Fiade, M.Kom
NIP. 19820811 200912 1 004
Penguji II
Hendra Bayu Suseno, M.Kom
NIP. 19821211 200912 1 003
Tim Pembimbing,
Pembimbing I
Nurhayati, Ph.D
NIP. 19690316 1999903 2 002
Pembimbing II
Siti Ummi Masruroh, M.Sc.
NIP. 19820823 201101 2 013
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Dr. Agus Salim, M.Si
NIP. 19720816 199903 1 003
Ketua Program Studi Teknik
Informatika
Arini, MT
NIP. 19760131 200901 2 001
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Apabila di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 25 September 2018
Muhammad Rizky Fadillah
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
Sebagai civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Rizky Fadillah
NIM : 1113091000055
Program Studi : Teknik Informatika
Fakultas : Sains dan Teknologi
Jenis Karya : Skripsi
demi pembuatan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non-exclusive Royalti Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul:
ANALISIS QUALITY OF SERVICE ROUTING PROTOCOL AODV
DENGAN METODE RANDOM WAYPOINT MOBILITY PADA MANET
MENGGUNAKAN NS-2 SIMULATOR
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Jakarta,
Pada tanggal: 25 September 2018
Yang menyatakan,
(Muhammad Rizky Fadillah)
vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama : Muhammad Rizky Fadillah
Program Studi : Teknik Informatika
Judul : Analisis Quality of Service Routing Protocol AODV dengan
Metode Random Waypoint Mobility pada MANET
Menggunakan NS-2 Simulator
ABSTRAK
Pada umumnya routing protocol digunakan untuk jaringan ad hoc.
Pengembangan dari teknologi jaringan ad hoc adalah Mobile Ad Hoc Network
(MANET). MANET merupakan suatu tipe jaringan wireless yang dapat
diaplikasikan dalam kondisi darurat seperti untuk keperluan militer, evakuasi
korban bencana dan sebagainya. Salah satu routing protocol yang dapat digunakan
dalam MANET adalah AODV. Untuk mengukur performansi dari suatu routing
protocol dapat menggunakan pengujian Quality of Service (QoS). Penelitian ini
menggunakan NS-2 Simulator, NAM, Virtual Box dan Microsoft Excel untuk
mengolah data hasil simulasi. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Packet Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized Routing
Overhead (NRO), Delay, Throughput, dan Packet Loss. Simulasi dilakukan
menggunakan random waypoint mobility. Simulasi menggunakan enam jenis
variasi skenario yaitu variasi jumlah node, luas area, packet size, kecepatan node
dan waktu simulasi. Hasil yang diperoleh adalah nilai packet delivery ratio pada
variasi skenario dengan luas area 500 m x 500 m lebih baik dibandingkan nilai
variasi pada semua skenario. Nilainya adalah 98,003 %. Nilai control overhead
pada variasi skenario dengan kecepatan node 10-20 ms lebih baik dibandingkan
nilai variasi pada semua skenario. Nilainya adalah 681,3 bytes. Nilai normalized
routing overhead pada variasi skenario dengan kecepatan node 10-20 ms lebih baik
dibandingkan nilai variasi pada semua skenario. Nilainya adalah 207,588 %. Nilai
delay pada variasi skenario dengan kecepatan node 40-50 ms lebih baik
dibandingkan nilai variasi pada semua skenario. Nilainya adalah 0,068 ms. Nilai
throughput pada variasi skenario dengan ukuran paket 1024 bytes lebih baik
dibandingkan nilai variasi pada semua skenario. Nilainya adalah 38,992 Kbps. Nilai
packet loss pada variasi skenario dengan luas area 500 m x 500 m lebih baik
dibandingkan nilai variasi pada semua skenario. Nilainya adalah 1,997 %.
Kata Kunci : Analisis, MANET, AODV, Routing Protocol, Quality of
Service, Random Waypoint Mobility, Packet Delivery Ratio
(PDR), Control Overhead (CO), Normalized Routing Overhead
(NRO), Delay, Throughput, Packet Loss, NS-2 Simulator,
NAM, Microsoft Excel.
Jumlah Pustaka : 8 Buku + 5 Skripsi + 17 Jurnal
Jumlah Halaman : VI BAB + xx Halaman + 112 Halaman + 38 Gambar + 31 Tabel
+ 30 Grafik
vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Name : Muhammad Rizky Fadillah
Study Program : Informatic Engineering
Title : Quality Analysis of AODV Protocol Routing Service with the
Random Waypoint Mobility Method on MANET Using NS-2
Simulator
ABSTRACT
In general, routing protocol is used for ad hoc networks. The development of ad hoc
network technology is Mobile Ad Hoc Network (MANET). MANET is a type of
wireless network that can be applied in emergency conditions such as for military
purposes, evacuation of disaster victims and so on. One of the routing protocols that
can be used in MANET is AODV. To measure the performance of a routing
protocol can use Quality of Service (QoS) testing. This study uses NS-2 Simulator,
NAM, Virtual Box and Microsoft Excel to process simulation results data. The
parameters used in this study are Packet Delivery Ratio (PDR), Overhead Control
(CO), Normalized Routing Overhead (NRO), Delay, Throughput, and Packet Loss.
Simulation is done using random waypoint mobility. Simulation uses six types of
scenario variations, namely variations in number of nodes, area, packet size, node
speed and simulation time. The results obtained are the packet delivery ratio value
in the scenario variation with an area of 500 m x 500 m better than the variation
value in all scenarios. The value is 98.003%. The value of control overhead in
various scenarios with 10-20 ms node speed is better than the variation in all
scenarios. The value is 681.3 bytes. The value of normalized routing overhead in
various scenarios with 10-20 ms node speed is better than the variation in all
scenarios. Its value is 207.588%. The delay value in the variation of the scenario
with the node speed of 40-50 ms is better than the value of the variation in all
scenarios. The value is 0.068 ms. The throughput value in the scenario variations
with a packet size of 1024 bytes is better than the variation in all scenarios. The
value is 38.992 Kbps. The packet loss value in the scenario variation with an area
of 500 m x 500 m is better than the variation value in all scenarios. The value is
1.997%
Keywords : Analysis, MANET, AODV, Routing Protocol, Quality of
Service, Random Waypoint Mobility, Packet Delivery Ratio
(PDR), Overhead Control (CO), Normalized Routing Overhead
(NRO), Delay, Throughput, Packet Loss, NS-2 Simulator, NAM,
Microsoft Excel
Bibliography : 8 Book + 5 Skripsi + 17 Journal
Number of Pages : VI Chapter + xx Pages + 112 Pages + 38 Pictures + 31 Tables +
30 Graphics
viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, pertolongan, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS QUALITY OF SERVICE
ROUTING PROTOCOL AODV DENGAN METODE RANDOM WAYPOINT
MOBILITY PADA MANET MENGGUNAKAN NS-2 SIMULATOR. Laporan ini
penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana komputer
(S.Kom).
Dalam penyusunan laporan ini banyak sekali perlajaran dan peristiwa yang
sangat berharga bagi penulis. Suka serta duka yang bahkan tidak pernah penulis
bayangkan sebelumnya, namun penulis sangat bersyukur karena selalu dikelilingi
oleh orang-orang yang senantiasa mendukung, membimbing dan menginspirasi
penulis. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:
Bapak Kusin, Ibu Amah dan Kaka Lia sebagai keluarga penulis yang
selalu memberikan teguran, motivasi dan peringatan dalam
menyelesaikan penelitian serta doa yang tiada henti-hentinya.
Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ibu Arini, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika,
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bapak Feri Fahrianto, M.Sc. selaku Sekretaris Program Studi Teknik
Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ibu Nurhayati, Ph.D. selaku dosen pembimbing satu yang telah
memberikan banyak arahan, motivasi, dan pengetahuan kepada penulis
selama mengerjakan skripsi.
Ibu Siti Ummi Masruroh, M.Sc. selaku dosen pembimbing dua yang
telah memberikan banyak ide, saran, motivasi dan pengetahuannya
kepada penulis selama mengerjakan skripsi.
ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nunung Latifah sebagai seseorang yang selalu mengingatkan,
memberikan motivasi dan selalu membantu penulis dalam mengerjakan
skripsi.
Fidaq Imaduddin sebagai dosen pembimbing ketiga penulis yang selalu
siap membantu mengajarkan dan menjadi teman diskusi.
Zainal Muttaqin, Adhyaksa, Arif, Abdur dan Ikhum sebagai anak
kontrakan yang telah menyediakan tempatnya untuk berbagi cerita,
menghibur dan beristirahat ketika penulis sedang jenuh melakukan
penelitian.
Sriwanti Ayu dan Sarah sebagai teman yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan format penulisan skripsi.
Guru Pesantren Tombo Ati yaitu Ustad Adam, Sudiono, Zaki dan Dayat
yang selalu memberikan dukungan, semangat dan selalu mengingatkan
penulis untuk mengerjakan skripsi.
Guru SINAU Pondok Cabe Ilir yaitu Kak Lulu, Fani, Yuli, Vini, Hani,
Ms.Dyah, Ms. Aulia, Ms. Caca, Ms. Nikki yang telah membantu
penulis di bimbel sehingga penulis dapat lebih fokus mengerjakan
skripsi.
Amanda, Arya, Vela, Dodi, Ubed sebagai anggota khusus tim skripsi
yang telah memberikan semangat dan dukungan agar penulis dapat
segera menyelesaikan skripsi ini.
Siswa SINAU Pondok Cabe Ilir dan santri pesantren tombo ati yang
telah mendoakan dan menjadi penyemangat tersendiri bagi penulis.
Teman-teman Bayti Studio, Teknik Informatika 2013 dan PMII
Komfast 2013 yang telah memberikan bantuan, doa dan semangat
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat serta
menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan
dengan berkomunikasi melalui email ke [email protected]
Jakarta, 25 September 2018
Muhammad Rizky Fadillah
xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................ iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI ................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3. Manfaat ..................................................................................................... 3
1.3.1. Manfaat Bagi Penulis ........................................................................ 3
1.3.2. Manfaat Bagi Universitas .................................................................. 3
1.3.3. Manfaat Bagi Masyarakat ................................................................. 3
1.4. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.5. Batasan Masalah ....................................................................................... 4
1.6. Metode Penelitian ..................................................................................... 4
1.6.1. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 4
1.6.2. Metode Simulasi ............................................................................... 5
1.7. Sistematika Penulisan ............................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 7
2.1. Teori Umum ............................................................................................. 7
xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.1. Jaringan Komputer ............................................................................ 7
2.1.2. Jenis-jenis Jaringan Komputer .......................................................... 7
2.1.3. Topologi Jaringan............................................................................ 11
2.1.3.1. Jenis-jenis Topologi Jaringan .................................................. 11
2.1.4. Protokol ........................................................................................... 14
2.1.4.1. Pengertian Protokol.................................................................. 14
2.1.4.2. Fungsi Protokol ........................................................................ 15
2.1.5. OSI Layer ........................................................................................ 15
2.2. Teori Khusus .......................................................................................... 17
2.2.1. Jaringan Nirkabel (Wireless) ........................................................... 17
2.2.1.1. Desain/Mode Akses Jaringan Wireless .................................... 18
2.2.2. Jaringan Ad hoc Wireless LAN ....................................................... 19
2.2.3. Routing Protocol ............................................................................. 19
2.2.4. Routing Protocol Ad Hoc Demand Distance Vector (AODV) ....... 20
2.2.5. Mobile Ad Hoc Network (MANET) ............................................... 21
2.2.5.1. Pengertian Mobile Adhoc Network (MANET) ........................ 21
2.2.5.2. Karakteristik MANET ............................................................. 22
2.2.5.3. Routing Protocol pada MANET .............................................. 23
2.2.5.4. Keuntungan MANET ............................................................... 24
2.2.6. Quality of Service ............................................................................ 25
2.2.6.1. Packet Delivery Ratio (PDR) ................................................... 25
2.2.6.2. End to End Delay ..................................................................... 25
2.2.6.3. Throughput............................................................................... 26
2.2.6.4. Packet Loss .............................................................................. 26
2.2.6.5. Control Overhead (CO) ........................................................... 27
xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.6.6. Normalized Routing Overhead (NRO) ..................................... 27
2.2.7. Model Mobilitas (Mobility Model).................................................. 27
2.2.8. Random Waypoint Mobility............................................................. 28
2.2.9. Simulasi ........................................................................................... 29
2.2.10. Network Simulator 2 (NS-2) ........................................................ 30
2.2.11. Pemrograman AWK .................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 34
3.1. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 34
3.1.1. Data Primer ..................................................................................... 34
3.1.2. Data Sekunder ................................................................................. 34
3.1.2.1. Studi Pustaka............................................................................ 34
3.1.2.2. Studi Literatur Sejenis ............................................................. 35
3.2. Metode Simulasi ..................................................................................... 38
3.1.1. Problem Formulation ...................................................................... 39
3.1.2. Conceptual Model ........................................................................... 39
3.1.3. Input Output Data ........................................................................... 39
3.1.4. Modelling ........................................................................................ 39
3.1.5. Simulation ....................................................................................... 39
3.1.6. Verification and validation ............................................................. 40
3.1.7. Experimentation .............................................................................. 40
3.1.8. Output Analysis ............................................................................... 40
3.3. Kerangka Berpikir .................................................................................. 41
BAB IV IMPLEMENTASI SIMULASI DAN EKSPERIMEN ........................... 42
4.1. Problem Formulation ............................................................................. 42
4.2. Conceptual Model .................................................................................. 43
4.3. Input/Output Data .................................................................................. 43
xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.3.1. Input ................................................................................................ 43
4.3.2. Output .............................................................................................. 45
4.4. Modelling ............................................................................................... 47
4.4.1. Skenario Simulasi 1 ........................................................................ 47
4.4.2. Skenario Simulasi 2 ........................................................................ 48
4.4.3. Skenario Simulasi 3 ........................................................................ 49
4.4.4. Skenario Simulasi 4 ........................................................................ 50
4.4.5. Skenario Simulasi 5 ........................................................................ 51
4.5. Simulation ............................................................................................... 52
4.5.1. Konfigurasi automate.sh ................................................................. 52
4.5.2. Konfigurasi analysis.awk ................................................................ 54
4.5.3. Konfigurasi aodv.tcl ........................................................................ 57
4.5.4. Skenario simulasi 1 (variasi jumlah node) ...................................... 58
4.5.5. Skenario simulasi 2 (variasi luas area) ............................................ 59
4.5.6. Skenario simulasi 3 (variasi ukuran paket) ..................................... 60
4.5.7. Skenario simulasi 4 (variasi kecepatan node) ................................. 61
4.5.8. Skenario simulasi 5 (variasi waktu simulasi) .................................. 62
4.6. Verification and Validation .................................................................... 63
4.7. Experimentation ..................................................................................... 63
4.8. Output Evaluation .................................................................................. 63
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 64
5.1. Verfication and Validation ..................................................................... 64
5.1.1. Pengujian Konfigurasi Simulasi ...................................................... 64
5.1.2. Pengujian Pemilihan Jalur oleh Routing Protocol .......................... 65
5.1.3. Pengujian Metode Random Waypoint Mobility .............................. 65
xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.1.4. Pengujian Quality of Service Jaringan dengan Variasi Skenario .... 65
5.2. Experimentation ..................................................................................... 66
5.2.1. Pengujian Konfigurasi Simulasi ...................................................... 66
5.2.2. Pengujian Pemilihan Jalur oleh Routing Protocol .......................... 67
5.2.3. Pengujian Metode Random Waypoint Mobility .............................. 69
5.2.4. Pengujian Quality of Service Jaringan ............................................ 70
5.3. Output Evaluation .................................................................................. 71
5.3.1. Skenario 1 (Variasi Jumlah Node) .................................................. 72
5.3.2. Skenario 2 (Variasi Luas Area) ....................................................... 79
5.3.3. Skenario 3 (Variasi Ukuran Paket) ................................................. 87
5.3.4. Skenario 4 (Variasi Kecepatan) ...................................................... 93
5.3.5. Skenario 5 (Variasi Waktu Simulasi) ............................................ 102
BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 110
6.1. Kesimpulan ........................................................................................... 110
6.2. Saran ..................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 112
LAMPIRAN ........................................................................................................ 115
Lampiran 1 ...................................................................................................... 115
xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skema Jaringan LAN ......................................................................... 8
Gambar 2. 2 Skema Jaringan MAN ........................................................................ 8
Gambar 2. 3 Skema Jaringan WAN ........................................................................ 9
Gambar 2. 4 Visualisasi dari beberapa router pada jaringan internet ................... 10
Gambar 2. 10 Jaringan Wireless Mode Ad-Hoc ................................................... 18
Gambar 2. 11 Jaringan Wireless Mode Infrastruktur ............................................ 19
Gambar 2. 12 Mekanisme penemuan rute............................................................. 21
Gambar 2. 13 Mekanisme Data dan Rute Error .................................................... 21
Gambar 2. 14 Klasifikasi Ad Hoc Routing Protocol............................................. 24
Gambar 2. 15 Klasifikasi Model Mobilitas ........................................................... 28
Gambar 2. 16 Komponen Pembangun Ns-2 ......................................................... 30
Gambar 2. 17 NAM (Network Animator) ............................................................. 32
Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 41
Gambar 4. 1 Konsep Model Simulasi ................................................................... 43
Gambar 4. 2 Syntax yang diubah pada file automate.sh pada skenario 1 ............. 59
Gambar 4. 3 Syntax yang diubah pada file aodv.tcl pada skenario 1 ................... 59
Gambar 4. 4 File simulasi variasi jumlah node ..................................................... 59
Gambar 4. 5 Syntax yang diubah pada file automate.sh pada skenario 2 ............. 59
Gambar 4. 6 Syntax yang diubah pada file aodv.tcl pada skenario 2 ................... 60
Gambar 4. 7 File simulasi variasi luas area........................................................... 60
Gambar 4. 8 Syntax yang diubah pada file aodv.tcl pada skenario 3 ................... 60
Gambar 4. 9 File simulasi variasi ukuran paket .................................................... 61
Gambar 4. 10 Syntax yang diubah pada file automate.sh pada skenario 4 ........... 61
Gambar 4. 11 File simulasi variasi kecepatan node .............................................. 61
Gambar 4. 12 Syntax yang diubah pada file automate.sh pada skenario 5 ........... 62
Gambar 4. 13 Syntax yang diubah pada file aodv.tcl pada skenario 5 ................. 62
Gambar 4. 14 File simulasi variasi waktu simulasi............................................... 62
Gambar 5. 1 Proses menjalankan perintah “./automate.sh” pada terminal di linux
ubuntu .................................................................................................................... 66
Gambar 5. 2 Proses pengujian konfigurasi simulasi berhasil ............................... 67
xvii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5. 3 File yang terbentuk setelah proses konfigurasi berhasil................... 67
Gambar 5. 4 File NAM yangterdapat pada folder Output/Nam............................ 68
Gambar 5. 5 File Trace yang terdapat pada folder Ouput/trace ............................ 68
Gambar 5. 6 Pengujian pemilihan jalur dengan NAM .......................................... 68
Gambar 5. 7 Pengujian Metode Random Waypoint Mobility dengan file nam.... 69
Gambar 5. 8 Pengujian Metode Random Waypoint Mobility dengan file mob ... 69
Gambar 5. 9 File Final_Result.csv dan Result.txt ................................................. 70
Gambar 5. 10 Nilai hasil pada file Final_Result.csv ............................................. 70
Gambar 5. 11 Nilai hasil dari File Result.txt ........................................................ 71
xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Fungsi masing-masing lapisan model OSI (Marsic, 2013) .................. 16
Tabel 2. 2 Kategori jaringan berdasarkan nilai delay (versi Tiphon) ................... 26
Tabel 2. 3 Kategori jaringan berdasarkan nilai packet loss (versi Tiphon) .......... 27
Tabel 3. 1 Studi Literatur Sejenis .......................................................................... 35
Tabel 3. 2 Penelitian yang menguji QoS dari AODV ........................................... 38
Tabel 4. 1 Atribut input pada simulasi .................................................................. 45
Tabel 4. 2 Asumsi Skenario 1 ............................................................................... 47
Tabel 4. 3 Asumsi Skenario 2 ............................................................................... 48
Tabel 4. 4 Asumsi Skenario 3 ............................................................................... 49
Tabel 4. 5 Asumsi Skenario 4 ............................................................................... 50
Tabel 4. 6 Asumsi Skenario 5 ............................................................................... 51
Tabel 5. 1 Hasil Skenario 50 node ........................................................................ 72
Tabel 5. 2 Hasil Skenario 100 node ...................................................................... 73
Tabel 5. 3 Hasil Skenario 150 node ...................................................................... 74
Tabel 5. 4 Perbandingan rata-rata parameter hasil variasi jumlah node ............... 78
Tabel 5. 5 Hasil Skenario 500 m x 500 m ............................................................. 80
Tabel 5. 6 Hasil Skenario 1000 m x 1000 m ......................................................... 81
Tabel 5. 7 Hasil Skenario 1500 m x 1500 m ......................................................... 81
Tabel 5. 8 Perbandingan rata-rata parameter hasil variasi luas area ..................... 86
Tabel 5. 9 Hasil Skenario 512 bytes...................................................................... 87
Tabel 5. 10 Hasil Skenario 1024 bytes.................................................................. 88
Tabel 5. 11 Perbandingan rata-rata parameter hasil variasi ukuran paket ............ 92
Tabel 5. 12 Hasil Skenario 10 – 20 ms ................................................................. 94
Tabel 5. 13 Hasil Skenario 20 – 30 ms ................................................................. 94
Tabel 5. 14 Hasil Skenario 30 – 40 ms ................................................................. 95
Tabel 5. 15 Hasil Skenario 40 – 50 ms ................................................................. 96
Tabel 5. 16 Perbandingan rata-rata parameter hasil variasi keceptan node ........ 100
Tabel 5. 17 Hasil Skenario 50 sec ....................................................................... 102
Tabel 5. 18 Hasil Skenario 100 sec ..................................................................... 103
xix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 5. 19 Hasil Skenario 150 sec ..................................................................... 104
Tabel 5. 20 Perbandingan rata-rata parameter hasil variasi waktu simulasi ....... 108
xx UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5. 1 Grafik Packet Delivery Ratio Skenario 1 ........................................... 75
Grafik 5. 2 Grafik Control Overhead Skenario 1 .................................................. 75
Grafik 5. 3 Grafik Normalized Routing Overhead Skenario 1 ............................. 76
Grafik 5. 4 Grafik Delay Skenario 1 ..................................................................... 77
Grafik 5. 5 Grafik Throughput Skenario 1 ............................................................ 77
Grafik 5. 6 Grafik Packet Loss Skenario 1 ........................................................... 78
Grafik 5. 7 Grafik Packet Delivery Ratio Skenario 2 ........................................... 82
Grafik 5. 8 Grafik Control Overhead Skenario 2 ................................................. 83
Grafik 5. 9 Grafik Normalized Routing Overhead Skenario 2 ............................. 83
Grafik 5. 10 Grafik Delay Skenario 2 ................................................................... 84
Grafik 5. 11 Grafik Throughput Skenario 2 ......................................................... 85
Grafik 5. 12 Grafik Packet Loss Skenario 2 ......................................................... 85
Grafik 5. 13 Grafik Packet Delivery Ratio Skenario 3 ......................................... 89
Grafik 5. 14 Grafik Control Overhead Skenario 3 ............................................... 90
Grafik 5. 15 Grafik Normalized Routing Overhead Skenario 3 .......................... 90
Grafik 5. 16 Grafik Delay Skenario 3 ................................................................... 91
Grafik 5. 17 Grafik Throughput Skenario 3 .......................................................... 91
Grafik 5. 18 Grafik Packet Loss Skenario 3 ......................................................... 92
Grafik 5. 19 Grafik Packet Delivery Ratio Skenario 4 ........................................ 97
Grafik 5. 20 Grafik Control Overhead Skenario 4 ............................................... 97
Grafik 5. 21 Grafik Normalized Routing Overhead Skenario 4 .......................... 98
Grafik 5. 22 Grafik Delay Skenario 4 ................................................................... 99
Grafik 5. 23 Grafik Throughput Skenario 4 ......................................................... 99
Grafik 5. 24 Grafik Packet Loss Skenario 4 ...................................................... 100
Grafik 5. 25 Grafik Packet Delivery Ratio Skenario 5 ....................................... 105
Grafik 5. 26 Grafik Control Overhead Skenario 5 .............................................. 105
Grafik 5. 27 Grafik Normalized Routing Overhead Skenario 5 ........................ 106
Grafik 5. 28 Grafik Delay Skenario 5 ................................................................. 107
Grafik 5. 29 Grafik Throughput Skenario 5 ........................................................ 107
Grafik 5. 30 Grafik Packet Loss Skenario 5 ....................................................... 108
xxi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Routing merupakan sebuah proses pemindahan informasi untuk
menentukan jalur terbaik dari host sumber menuju host tujuan melalui sebuah
jaringan. Sedangkan protocol merupakan seperangkat aturan antara perangkat
komputer untuk dapat saling bertukar informasi melalui media jaringan. Sehingga
routing protocol diperlukan untuk mengatur bagaimana cara router agar dapat
berkomunikasi antara satu dengan lainnya dalam menyebarkan informasi, yang
memungkinkan router untuk memilih rute pada jaringan komputer. Pada umumnya
routing protocol digunakan untuk jaringan ad hoc. Pengembangan dari teknologi
jaringan ad hoc adalah Mobile Ad hoc Network (MANET) (Purba, Primananda, &
Amron, 2018).
Mobile Ad hoc Network (MANET) merupakan suatu tipe jaringan wireless
yang dapat diaplikasikan dalam kondisi darurat seperti untuk keperluan militer,
evakuasi korban bencana dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena MANET
dibangun tanpa infrastruktur dan dapat menghubungkan node-node mobile. Node
mobile pada MANET bersifat sementara dan memiliki topologi yang tidak tetap
karena bergerak ke berbagai arah. (Masruroh, Mu’minin, & Fiade, 2014)
Salah satu routing protocol yang dapat digunakan dalam MANET adalah
AODV. Untuk mengukur performansi dari suatu routing protocol dapat
menggunakan pengujian Quality of Service (QoS). Beberapa peneliti telah menguji
Quality of Service dari AODV dengan berbagai macam perbedaan parameter,
skenario dan simulator. Pada penelitian Purba, Primananda, & Amron (2018),
parameter hasil yang digunakan adalah packet delivery ratio, delay, throughput dan
packet loss. Kemudian pada skenario simulasinya, mereka menggunakan variasi
jumlah node dan ukuran paket serta menggunakan metode metode random
waypoint mobility untuk mobilitas node. Simulator yang digunakan adalah NS-2
simulator. Pada penelitian Rana & Malik (2017), parameter hasil yang digunakan
adalah delay dan throughput. Kemudian skenario simulasi yang dilakukan dengan
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
variasi jumlah node dan juga menggunakan metode random waypoint mobility
untuk mobilitas node. Dalam menjalankan simulasinya, Rana & Malik
menggunakan QualNet Simulator. Sedangkan peneliti lain yaitu Anggraini,
Nugroho, & Cahyadi (2017), Parameter hasil yang digunakan adalah delay,
throughput, dan packet loss. Mereka tidak menggunakan variasi skenario dan
random waypoint mobility pada penelitiannya. Simulator yang digunakan adalah
OPNET Simulator.
Menurut penelitian Purba, Primananda, & Amron (2018) , penambahan
node dan variasi ukuran paket sangat berpengaruh pada saat melakukan pengiriman
paket data. Menurut penelitian Megawati (2015) dan Bhatia & Verma (2015),
penambahan jumlah dan kecepatan node juga mempengaruhi hasil pengujian.
Dengan kata lain variasi skenario akan berpengaruh terhadap hasil pengujian suatu
routing protocol. Kemudian dalam penelitiannya, Nuryahya A. (2015)
menyarankan dalam penelitiannya untuk menggunakan metode random waypoint
mobility dalam pengujian MANET. Random waypoint point mobilty membuat arah
gerak node menjadi bebas ke segala arah. ( Masruroh, Mu’minin, & Fiade, 2014).
Berdasarkan pemaparan diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut
mengenai pengujian QoS routing protocol AODV dengan berbagai variasi skenario
dan menggunakan metode random waypoint mobility. Dengan demikian penulis
melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS QUALITY OF SERVICE
ROUTING PROTOCOL AODV DENGAN METODE RANDOM WAYPOINT
MOBILITY PADA MANET MENGGUNAKAN NS-2 SIMULATOR”
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan hasil Quality of
Service routing protocol AODV menggunakan random waypoint mobility dengan
berbagai variasi skenario pada MANET.
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang dimiliki yang didapat dari perkuliahan.
Memahami bahasa pemrograman, proses, serta tools yang digunakan
dalam penelitian ini.
Sebagai salah satu syarat kelulusan Strata Satu (S1) Teknik
Informatika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.3.2. Manfaat Bagi Universitas
Mengukur tingkat kemampuan dalam menerapkan ilmu akademis
maupun non-akademis.
Sebagai penelitian yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian
sejenis selanjutnya.
1.3.3. Manfaat Bagi Masyarakat
Mengetahui perfomansi dari routing protocol AODV dengan
berbagai variasi skenario menggunakan metode random waypoint
mobility pada MANET.
Sebagai referensi pada penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan routing protocol AODV, random waypoint mobility, dan
MANET.
1.4. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka didapat
rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana membuat simulasi routing protocol AODV
menggunakan metode random waypoint mobility pada jaringan
MANET?
Bagaimana pengaruh variasi skenario terhadap Quality of Service
routing protocol AODV?
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.5. Batasan Masalah
Untuk mencapai penelitian lebih terarah maka dalam penelitian ini, penulis
membatasi masalah yang akan dibahas yaitu:
Simulasi dibangun dengan menggunakan simulator NS-2
Routing protocol yang digunakan adalah AODV
Parameter Quality of Service yang diukur adalah Packet Delivery Ratio
(PDR), Control Overhead (CO), Normalized Routing Overhead (NRO),
delay, throughput, dan packet loss
Variasi skenario simulasi yang dilakukan berdasarkan perbedaan sebagai
berikut:
a. Jumlah node (50, 100, 150)
b. Packet size (512 bytes, 1024 bytes)
c. Luas area (500 m x 500 m, 1000 m x 1000 m, 1500 m x 1500 m)
d. Kecepatan node minimum - maksimum (10-20 ms, 20-30 ms, 30-40
ms, 40-50 ms)
e. Waktu simulasi (50 sec, 100 sec, 150 sec)
Jenis mobilitas node adalah Random Waypoint Mobility
1.6. Metode Penelitian
Metodologi yang digunakan penulis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.6.1. Metode Pengumpulan Data
Data Evaluasi
Pengumpulan data berdasarkan hasil evaluasi parameter Packet
Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized Routing
Overhead (NRO), delay, throughput, dan packet loss.
Data Simulasi
Pengumpulan data berdasarkan proses sepanjang simulasi
berlangsung.
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Studi Pustaka/Literatur
Penulis melakukan studi literatur yang yang dilakukan secara
manual yaitu dengan mempelajari buku-buku serta jurnal terkait
dengan informasi penelitian seperti routing protocol, MANET
(Mobile Ad Hoc Network), Random Waypoint Mobility, Quality of
Service serta informasi-informasi lainnya. Selain itu penulis juga
melakukan pencarian informasi secara online untuk membantu
pembuatan simulasi.
1.6.2. Metode Simulasi
Problem Formulation
Conceptual Model
Input Output Data
Modelling
Simulation
Verification and Validation
Experimentation
Output Evaluation
1.7. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan penelitian ini, penulis membagi 6 (enam) BAB
sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan metodologi penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan mengenai beberapa teori dan literatur
sejenis yang mendasari dan terkait pada penelitian ini.
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci mengenai metode yang
digunakan penulis serta kerangka berpikir penulis.
BAB IV SIMULASI DAN IMPLEMENTASI EKSPERIMEN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil dari analisis, perancangan,
implementasi, dan pengujian sesuai dengan metode yang digunakan
dalam penelitian ini.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas mengenai hasil dan pembahasan mengenai
penelitian yang dilakukan penulis.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan penulis serta
saran untuk pengembangan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Teori Umum
2.1.1. Jaringan Komputer
Jaringan komputer (Computer Network) adalah sekumpulan
perangkat (lebih sering disebut dengan node) yang saling terhubung
dengan sambungan komunikasi yang dibangun menggunakan media fisik
yang berbeda. Sebuah node dapat berupa komputer, telepon, atau berbagai
perangkat lainnya yang mampu mengirim dan menerima pesan. Perantara
komunikasi adalah jalur fisik yang dipilih untuk perjalanan pesan dari
pengirim (sender) ke penerima (receiver). Sebagai contoh dari media
tersebut adalah kabel fiber-optic, kawat tembaga, atau udara yang
membawa gelombang radio (Marsic, 2013).
Dua buah komputer dinyatakan “interkoneksi” apabila keduanya
bisa bertukar resource (sumber daya) yang dimiliki, seperti saling bertukar
data/informasi, berbagi printer, maupun berbagi medua penyimpanan
(hardisk, floppy disk, CD, ROM, flash disk, dan sebagainya). Data berupa
teks, audio maupun video, mengalir melalui media jaringan (baik kabel
atau nirkabel) sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer
bertukar file/data., menggunakan printer yang sama, menggunakan
hardware/software yang terhubung dalam jaringan (Sofana, 2011).
2.1.2. Jenis-jenis Jaringan Komputer
Menurut Syamsu (2013), berdasarkan area kerja dan letak geografis,
jaringan komputer dibedakan menjadi:
Local Area Network (LAN)
Local Area Network (LAN), merupakan jaringan privat sebuah
perusahaan yang terbatas hanya dalam area perusahaan/organisasi
tersebut saja. Misalnya jaringan yang ada dalam satu gedung /
kampus / kantor. Areanya sek0 meter. Kebanyakan jaringan LAN
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sekarang mengadopsi teknologi IEEE 802.3. LAN juga sudah
berkembang dengan menggunakan media lain selain kabel, yaitu
teknologi wireless atau yang biasa dikenal dengan istilah WLAN
(Wireless LAN).
Gambar 2. 1 Skema Jaringan LAN
(Sumber: Syamsu, 2013)
Metropolitan Area Network (MAN)
Metropolitan Area Network (MAN), pada dasarnya adalah
gabungan dari beberapa jaringan LAN dan ruang lingkupnya berada
dalam satu lokasi/kota. Areanya bisa mencapai jarak 50 km.
Misalnya jaringan yang menghubungkan kantor dengan kantor atau
gedung yang satu dengan gedung lain yang letaknya berjauhan tetapi
masih berada dalam satu lokasi/kota. Teknologi yang biasa
digunakan untuk membangun jaringan MAN antara lain ATM,
FDDI, Metro Ethernet, dan beberapa juga ada yang menggunakan
wireless untuk koneksi antar gedung.
Gambar 2. 2 Skema Jaringan MAN
(Sumber: Syamsu, 2013)
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Wide Area Network (WAN)
Wide Area Network (WAN), merupakan jaringan komputer
yang mencakup daerah geografis yang luas, seringkali mencakup
sebuah negara, antara negara bahkan antara benua. Gambaran dari
WAN berbeda dengan internet, meskipun wilayah cakupan sama-
sama luas. Komunikasi WAN masih bersifat privat terbatas pada
suatu organisasi / perusahaan, sedangkan internet bersifat publik dan
bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
Gambar 2. 3 Skema Jaringan WAN
(Sumber: Syamsu, 2013)
Internet (Interconnected Networking)
Internet (Interconnected Networking) merupakan satu
kesatuan dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung
menggunakan standar protokol TCP / IP untuk melayani kebutuhan
pengguna di seluruh dunia. Wilayah cakupannya hampir sama
dengan WAN, tetapi memiliki perbedaan dari sisi fungsi seperti yang
telah dijelaskan di atas.
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2. 4 Visualisasi dari beberapa router pada jaringan internet
(Sumber: Syamsu, 2013)
Menurut Syamsu (2013), berdasarkan fungsinya, jaringan komputer
terbagi menjadi :
Jaringan client-server
Jaringan client-server merupakan jaringan komputer yang
didalamnya terdapat satu atau lebih komputer yang bertindak
sebagai server dan menyediakan layanan ke setiap komputer client
yang terhubung kedalam jaringan tersebut. Komputer client cukup
mengakses komputer server untuk mendapatkan layanan melalui
jaringan. Layanan yang disediakan oleh komputer server bisa berupa
web dan database server, file server baik menggunakan FTP atau
samba dan layanan-layanan lain yg bisa diakses melalui jaringan.
Oleh karena itu, komputer server harus memiliki spesifikasi yang
lebih tinggi dibanding dengan komputer client seperti kapasitas
processor, hard disk, memori dan sebagainya.
Jaringan peer to peer
Jaringan peer to peer memungkinkan kita menghubungkan
satu komputer dengan komputer lain tanpa perantara seperti switch.
Dengan menggunakan media seperti kabel dan wireless, komputer
yang satu dengan komputer yang lainbisa saling berkomunikasi dan
berbagi sumber daya.
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menurut Syamsu (2013), berdasarkan media transmisi data, jaringan
komputer dibedakan menjadi :
Jaringan Kabel (Wired Network)
Jaringan kabel (Wired Network) merupakan jaringan komputer
yang media transmisinya berupa kabel yang menghubungkan semua
komputer atau device ke dalam jaringan.
Jaringan Nirkabel (Wireless Network)
Jaringan Nirkabel (Wireless Network) merupakan jaringan
komputer yang media transimisinya berupa gelombang sebagai
pengganti media transmisi kabel untuk menghubungkan komputer /
device ke dalam jaringan.
2.1.3. Topologi Jaringan
Topologi jaringan adalah sebuah desain jaringan komputer yang akan
dibentuk serta menggambarkan bagaimana komputer dalam jaringan tersebut bisa
saling terhubung satu sama lain. Untuk membangun jaringan komputer, baik
berskala kecil atau besar, terlebih dahulu kita harus merancang topologinya.
(Syamsu, 2013)
Topologi dapat diartikan sebagai layout atau arsitektur atau diagram
jaringan komputer. Topologi merupakan suatu aturan / rules bagaimana
menghubungkan komputer (node) secara fisik. Topologi berkaitan dengan cara
komponen-komponen jaringan (seperti server, workstation, router, switch) saling
berkomunikasi melalui media transmisi data. Ketika kita memutuskan untuk
memilih suatu topologi maka kita perlu mengikuti spesifikasi yang diberlakukan
atas topologi tersebut. (Sofana, 2013)
2.1.3.1. Jenis-jenis Topologi Jaringan
Menurut pendapat Syamsu (2013), dalam definisi topologi terbagi
menjadi dua, yaitu:
Topologi fisik (physical topology), menunjukkan secara fisik tata
letak atau kedudukan setiap komputer / device yang terhubung
menggunakan media komunikasi.
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Topologi bus
Kelebihan dan kekurangan:
1. Node-node dihubungkan secara serial sepanjang kabel,
dan pada kedua ujung kabel ditutup dengan terminator.
2. Sangat sederhana dalam instalasi.
3. Sangat ekonomis dalam biaya.
4. Paket-paket data saling bersimpangan pada suatu kabel.
5. Tidak diperlukan hub, yang banyak diperlukan adalah T-
connector pada setiap ethernet card.
6. Problem yang sering terjadi adalah jika salah satu node
rusak, maka jaringan keseluruhan dapat down, sehingga
seluruh node tidak bbisa berkomunikasi dalam jaringan
tersebut.
b. Topologi star / bintang
Kelebihan dan kekurangan:
1. Setiap node berkomunikasi langsung dengan
konsentrator (HUB).
2. Bila setiap paket data yang masuk ke konsentrator
(HUB) kemudian di broadcast ke seluruh node yang
terhubung sangat banyak (misalnya memakai HUB 32
port), maka kinerja jaringan akan semakin turun.
3. Sangat mudah dikembangkan
4. Jika salah satu ethernet card rusak, atau salah satu kabel
pada terminal putus, maka keseluruhan jaringan masih
tetap bisa berkomunikasi atau tidak terjadi down pada
jaringan keseluruhan tersebut.
5. Tipe kabel yang digunakan biasanya jenis UTP.
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Topologi ring / cincin
Kelebihan dan kekurangan:
1. Node-node dihubungkan secara serial disepanjang kabel,
dengan bentuk jaringan seperti lingkaran.
2. Sangat sederhana dalam layout seperti jenis topologi
bus.
3. Paket-paket data dapat mengalir dalam satu arah (ke kiri
atau ke kanan), sehingga collision dapat dihindarkan.
d. Topologi mesh
Kelebihan dan kekurangan:
1. Topologi mesh memiliki hubungan berlebihan antara
peralatan-peralatan yang ada.
2. Susunannya pada setiap peralatan yang ada di dalam
jaringan saling terhubung satu sama lain.
3. Jika jumlah peralatan yang terhubung sangat banyak,
tentunya ini akan sangat sulit untuk dikendalikan
dibandingkan hanya sedikit peralatan saja yang
terhubung.
e. Topologi tree / pohon
Topologi jaringan ini disebut juga sebagai topologi
jaringan bertingkat. Topologi ini biasanya digunakan untuk
interkoneksi antar sentral dengan hierarki yang berbeda.
Untuk hierarki yang lebih rendah digambarkan pada
lokasi yang rendah dan semakin ke atas mempunyai hierarki
semakin tinggi. Topologi jaringan jenis ini cocok digunakan
pada sistem jaringa komputer.
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Topologi logik (logical topology), menggambarkan cara akses yang
digunakan oleh setiap komputer / device yang terhubung ke dalam
jaringan.
2.1.4. Protokol
2.1.4.1. Pengertian Protokol
Menurut Marsic (2013), protokol merupakan sekumpulan dari
aturan yang disepakati oleh entitas yang melakukan interaksi. Sebagai
contoh, perangkat komunikasi yang mengatur pertukaran komunikasi
antar perangkat. Pada dunia nyata, protokol berfungsi sebagai mekanisme
yang digunakan oleh organisasi maupun individu untuk mengelola tugas
yang kompleks. Sebuah protokol mendifinsikan bagaimana cara maupun
urutan suatu tugas harus dilakukan.
Jusak (2013) memiliki pendapat yang berbeda. Jasuk
mengungkapkan bahwa protokol adalah seperangkat aturan yang
mengendalikan proses komunikasi data. Protokol ini menentukan apa yang
akan dikirimkan, bagaimana cara mengirimkan data, dan kapan
mengirimkan data. Jadi dapat disimpulkan, protokol merupakan
sekumpulan aturan main yang disepakati untuk mengatur proses
komunikasi data. Beberapa elemen penting pada protokol, antara lain:
syntax, semantics, timing. Penjelasan dari elemen-elemen tersebut adalah
sebagai berikut:
Syntax mengacu pada struktur atau format data, yaitu berkaitan
dengan urutan tampilan, misalnya sebuah protokol memiliki urutan
pada delapan bit pertama adalah alamat pengirim, delapan bit kedua
adalah alamat penerima, dan bit stream sisanya merupakan
informasi tertentu.
Semantics mengacu pada maksud atau terjemahan dari setiap section
bit yang menyusunnya.
Timing mengacu pada waktu kapan data harus dikirim dan seberapa
cepat akan dapat terkirim.
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.4.2. Fungsi Protokol
Menurut Syamsu (2013), fungsi protokol antara lain:
Fragmentation dan reassembly, membagi informasi yang dikirim
menjadi beberapa paket data pada saat sisi pengirim mengirimkan
informasi tadi dan setelah diterima, maka sisi penerima akan
menggabungkan lagi menjadi paket berita yang lengkap.
Encaptulation, fungsi dari encaptulation adalah melengkapi berita
yang dikirimkan dengan address, kode-kode koreksi dan lain-lain.
Connection control, fungsi dari connection control adalah
membangun hubungan komunikasi dari transmitter dan receiver.
Flow control, fungsi dari flow control adalah mengatur perjalanan
data dari transmitter ke receiver.
Error control, fungsi dari error control adalah mengontrol
terjadinya kesalahan yang terjadi pada waktu data dikirimkan.
Transmission service, fungsi dari transmission service adalah
memberi pelayanan komunikasi data, khususnya yang berkaitan
dengan prioritas dan keamanan serta perlindungan data.
2.1.5. OSI Layer
Model OSI atau yang sering disebut OSI Layer adalah sebuah model
untuk jaringan computer yang dikembangkan oleh International
Organization for Standarization (ISO) yang terdiri dari tujuh lapisan.
Model OSI dapat digunakan untuk menjelaskan cara kerja jaringan
komputer secara logika. Hingga saat ini, model OSI hanya merupakan
“mode ideal” dan difunakan sebagai acuan untuk memudahkan dalam
mempelajari bagaimana protokol-protokol jaringan berfungsi dan
berinteraksi (Sofana, 2011). Berikut merupakan tabel yang menjelaskan
mengenai fungsi dari masing-masing layer dari model OSI:
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2. 1 Fungsi masing-masing lapisan model OSI (Marsic, 2013)
Layer Fungsi
7 (Application) Menyediakan layanan aplikasi tertentu.
Contoh, termasuk pembentukan dan
pengelolaan panggilan untuk aplikasi
telepon (protocol SIP), mail service untuk
penerusan email dan penyimpanan
(protocol SMTP).
6 (Presentation) Memodifikasi pesan sehingga sesuai
standar. Terkadang disebut syntax layer
karena berhubungan dengan syntax dan
semantic dari pertukaran data dengan node
jaringan. Menerjemahkan antara
representasi data dan format untuk
mendukung keadaan encoding system atau
arsitektur hardware yang berbeda
5 (Session) Mengatur percakapan antara berbagai
pertukaran pesan terkait antara dua host
untuk melacak perkembangan komunikasi
yang sedang berlangsung. Mengatur
proses pembuatan, mengontetikasi,
mengatur, dan mengakhiri sesi
percakapan.
4 (Transport) Menyediakan pengiriman pesan yang
terpercaya atau tepat dari ujung ke ujung,
serta error recovery.
3 (Network) Memindahkan paket antara sumber dan
tujuan dengan cara yang efisien (routing).
Misal, pemilihan jalur terpendek atau
menyediakan koneksi yang berbeda jenis
jaringan.
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 (Data Link) Mengatur bit menjadi paket atau frames,
dan menyediakan pertukaran paket antar
node tetangga. Komunikasi dilakukan
dengan identifikasi MAC (Medium Access
Control). MAC protokol diperlukan untuk
melakukan broadcast yang akan
dikoordinasikan kepada pengirim yang
banyak.
1 (Physical) Mengirim bit antara perantara fisik yang
ada, seperti kawat tembaga atau udara, dan
untuk menyediakan spesifiksi mekanik
maupun elektrik.
2.2. Teori Khusus
2.2.1. Jaringan Nirkabel (Wireless)
Menurut Syamsu (2013), jaringan wireless adalah jaringan komputer
dengan medium gelombang sebagai pengganti kabel yang akan mengirim
sinyal antara dua komputer atau lebih untuk bisa saling berkomunikasi.
Pesatnya perkembangan jaringan wireless dapat dilihat dari perluasan dan
penggunaan teknologi wireless itu sendiri. Berdasarkan jangkauan dan
kebutuhannya, teknologi wireless terdiri dari:
PAN (Personal Area Network)
WLAN (Wireless Local Area Network)
MAN (Metropolitan Area Network)
WAN (Wide Area Network)
Jaringan nirkabel (Wireless) atau dapat disebut Wireless Local Area
Network (WLAN) adalah jaringan komputer yang menggunakan
gelombang sinyal radio sebagai media transmisi data. Informasi (data)
ditransfer dari satu perangkat ke perangkat lain tanpa menggunakan kabel
sebagai media perantara. Contoh penerapan teknologi jaringan komputer
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ini adalah pada handphone, wifi, laptop, dan lain sebagainya.
(MADCOMS, 2015)
2.2.1.1. Desain/Mode Akses Jaringan Wireless
Menurut Syamsu (2013), berdasarkan teknik koneksi atau mode
aksesnya, topologi jaringan wireless dibagi menjadi dua yaitu:
Ad Hoc
Topologi ini memungkinkan beberapa komputer bisa saling
terhubung tanpa ada perangkat wireless seperti access point sebagai
penghubung. Dengan mengandalkan perangkat wireless client di
masing-masing komputer, jaringan ad hoc bisa dibentuk. Topologi
ini sering juga disebut sebagai Peer to peer.
Gambar 2. 5 Jaringan Wireless Mode Ad-Hoc
(Sumber: http://hendy.lecturer.pens.ac.id/)
Infrastruktur
Topologi ini menggunakan access point yang berfungsi sebagai
pengatur lalu lintas data, sehingga memungkinkan banyak client
dapat saling terhubung melalui jaringan (network). Guna
menggambarkan mode infrastruktur, minimal dalam jaringan
wireless harus memiliki satu titik pada tempat dimana komputer lain
yang mencari sinyal dapat masuk ke dalam jaringan agar dapat
berhubungan. Mode inilah yang paling banyak digunakan di
lapangan untuk menghubungkan beberapa perangkat komputer
dalam jumlah banyak.
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2. 6 Jaringan Wireless Mode Infrastruktur
(Sumber : http://www.computermasters.it/)
2.2.2. Jaringan Ad hoc Wireless LAN
Ad hoc merupakan mode jaringan WLAN yang sangat sederhana,
karena pada mode ad hoc tidak memerlukan access point untuk saling
berinteraksi. Setiap host cukup memiliki transmitter dan receiver wireless
untuk berkomunikasi secara langsung. Kekurangan mode ini adalah daerah
jangkauan pada mode ini terbatas pada jarak antara kedua komputer
tersebut. (MADCOMS, 2015)
2.2.3. Routing Protocol
Routing protocol merupakan metode-metode yang digunakan oleh
router untuk saling mengkomunikasikan Informasi NLR (Network Layer
Reachability). Sehingga, sebuah router dapat menginformasikan rute-rute
yang diketahuinya kepada router-router lain di dalam jaringan. Tujuan
pengunaan routing protocol adalah:
Menyederhanakan proses manajemen jaringan karena alamat-alamat
yang dapat dicapai mampu segera diketahui secara otomatis.
Menemukan jalur-jalur “bebas loop” di dalam jaringan.
Menetapkan jalur “terbaik” diantara beberapa pilihan yang tersedia.
Memastikan bahwa semua router yang ada di dalam jaringan
“menyetujui” jalur-jalur terbaik yang telah ditetapkan.
Metode NLRI (Network Layer Reachability Information) disebut
algoritma. Untuk dapat memilih jalur terbaik, protokol-protokol routing
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengandalkan keputusannya pada perthitungan metrik. Metrik adalah
sebuah nilai numerik yang dapat mereperesentasikan tingkat prioritas atau
prefensi sebuah rute relatif terhadap rute lainnya yang menuju ke satu
tujuan yang sama. Kondisi dimana semua router di dalam jaringan dapat
mencapai “kesepakatan” bulat dalam menentukan jalur terbaik, dan dapat
mengatasi semua potensi timbulnya masalah looping (Octaviani, 2015).
2.2.4. Routing Protocol Ad Hoc Demand Distance Vector (AODV)
AODV merupakan routing protocol yang bersifat reaktif. Protokol
ini bersifat reaktif karena protokol ini mulai bekerja saat ada permintaan
dari source node untuk mencari tahu jalur-jalur yang akan digunakan
untuk mengirimkan pesan ke node tujuan. AODV akan berusaha untuk
menemukan jalur yang tidak ada loop dan menemukan jalur terpendek
untuk menuju node tujuan. (Harahap, 2014)
Kelebihan utama dari AODV adalah sebuat rute dibangun secara on-
demand dan destination sequence number digunakan untuk menemukan
rute terakhir/terbaru ke node tujuan. Delay yang dibutuhkan protokol ini
untuk membentuk rute pun kecil. Kekurangan AODV adalah multiple route
reply packet untuk merespon sebuah paket route request dapat
mengakibatkan melonjaknya jumlah routing overhead packet. (Kembuan,
Widyawan, & Kusumawardhani, 2012)
Menurut Purba, Primananda, & Amron (2018) , Pesan yang
digunakan dalam protokol AODV adalah Route Request (RREQ), Route
Reply (RREP) dan Route Error (RERR). RREQ dan RREP merupakan
route discovery, sedangkan RERR disebut juga sebagai route
maintenance. Route discovery diinisiasi dengan menyebarkan Route Reply
(RREP). Ketika RREP menjelajahi node, maka secara otomatis RREP
akan melakukan setup path. Jika sebuah node menerima RREP, maka node
tersebut akan mengirimkan RREP lagi menuju destination sequence
number.
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jika benar, maka node akan mengirimkan RREP (Gambar 2.12).
Ketika RREP berjalan kembali menuju source melalui path yang telah di
setup, RREP akan melakukan setup jalur ke depan dan melakukan update
timeout.
Gambar 2. 7 Mekanisme penemuan rute
(Sumber : Purba, Primananda, & Amron, 2018)
Jika sebuah link ke hop berikutnya tidak dapat di deteksi dengan
menggunakan metode penemuan rute, maka link tersebut akan
diasumsikan putus dan Route Error (RERR) akan disebarkan ke node
tetangganya (Gambar 2.13).
Gambar 2. 8 Mekanisme Data dan Rute Error
(Sumber : Purba, Primananda, & Amron, 2018)
2.2.5. Mobile Ad Hoc Network (MANET)
2.2.5.1. Pengertian Mobile Adhoc Network (MANET)
Mobile Adhoc Network (MANET) merupakan jaringan yang
terorganisir secara mandiri tanpa adanya dukungan infrastruktur. Dalam
MANET, setiap node bergerak secara bebas, sehingga jaringan dapat
mengalami perubahan topologi dengan cepat. Karena node dalam MANET
memiliki jarak transmisi yang terbatas, beberapa node tidak bisa
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berkomunikasi secara langsung dengan node lainnya. Oleh karena itu ,
jalur routing didalam jaringan MANET mengandung beberapa hop dan
setiap node berfungsi sebagai router untuk menentukan ke arah mana
tujuan atau rute yang akan mereka pilih (Muralishankar & Prakash Raj,
2014)
Mobile Ad Hoc Network (MANET) merupakan sebuah teknologi
wireless LAN terdiri gabungan dari node-node atau perangkat-perangkat
bergerak (mobile) yang sifatnya dinamis. Mobile Ad Hoc Network
(MANET) bekerja tanpa menggunakan infrastrukstur dalam jaringan yang
sudah ada seperti access point dan lain-lain sehingga membentuk jaringan
yang bersifat sementara dan mempermudah user dalam mobile device nya.
Node pada jaringan MANET tidak hanya berperan sebagai pengirim
atau penerima data saja tapi dapat berperan sebagai menunjang node yang
lain yang dapat meneruskan paket data kepada perangkat lain. MANET
sangat cocok diterapkan di daerah yang kekurangan infrastruktur
telekomunikasi seperti solusi telekomunikasi pada saat terjadinya bencana
alam yang mengalami kerusakan prasarana jaringan komunikasi fisik,
ataupun pembangunan jaringan komunikasi di medan perang. (Jiatmiko &
Prayudi, 2015)
2.2.5.2. Karakteristik MANET
Berikut beberapa karakteristik MANET (Chitkara & Ahmad, 2014)):
Autonomous and infrastructure-less: MANET tidak bergantung
pada infrastruktur yang sudah ada atau administrasi terpusat. Setiap
node beroperasi secara peer to peer, bertindak sebagai router yang
independen.
Multi-hop Routing: tidak ada default router yang tersedia. Setiap hop
bertindak sebagai router dan meneruskan paket satu sama lainnya
agar bisa berbagi informasi diantara mobile host.
Dynamic topology: dikarenakan sifat node yang mobile, maka
topologi jaringannya dapat berubah secara random/acak. Sebagai
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
akibatnya routing protokol mempunyai masalah yang lebih
kompleks dibandingkan dengan jaringan wired dengan node yang
tetap.
Variation in link and node capabilities: Setiap node bisa saja
dilengkapi dengan satu atau lebih radio interface yang memiliki
berbagai kemampuan transmisi atau penerima dan beroperasi di
frekuensi yang berbeda.
Limited resources: seperti jaringan wireless lainnya, jaringan Ad
Hoc dibatasi oleh masalah daya dan kapasitas memori kompleks
dalam perilaku dari protokol routing reaktif murni maupun protokol
routing proaktif.
2.2.5.3. Routing Protocol pada MANET
Dalam menentukan setiap jalur routing pada MANET terdapat tiga
jenis protokol routing yang diklasifikasikan menjadi tiga diantaranya
protokol routing proaktif, reaktif dan hybrid.
Routing Protocol Proaktif
Routing Protocol proaktif ini bersifat table driven routing protocol,
yaitu mengelola daftar tujuan dan rute terbaru masing – masing serta
bersifat broadcast sehingga sistem perndistribusian table routing-
nya selalu di update secara periodik. Setiap node akan merespon
perubahan dalam mengupdate agar terjadi konsistensi routing table,
maka akan memperlambat aliran data jika terjadi restrukturisasi
routing. (Sulistyo Putranto, 2016)
Routing Reaktif
Routing protocol ini bersifat on-demand, pada intinya node sumber
yang akan menentukan tujuan sesuai prosedur yang diinginkannya.
Proses pencarian rute hanya akan dilakukan ketika dibutuhkan
komunikasi antara node sumber dengan node tujuan saja, jadi
routing table yang ada pada node hanyalah informasi route ke tujuan
saja. Protokol reaktif ini memanfaatkan metode broadcast untuk
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
membuat route discovery. Pembuatan route discovery ini untuk
maintaining route agar tidak terputus saat jalur yang tidak digunakan
tidak dilalui paket menuju node tujuan. Selain itu, routing reaktif ini
akan membroadcast paket kepada node tetangganya untuk
menyampaikan paket kepada node tujuan menggunakan route
request setelah menerima makan node tujuan akan memberikan
pesan balasan berupa route reply. Dengan cara ini dapat
meminimalkan routing overhead agar tidak membanjiri jaringan.
(Sulistyo Putranto, 2016)
Routing Protocol Hybrid
Routing protocol hybrid adalah routing protocol yang
menggabungkan keistimewaan routing protocol reaktif dan proaktif.
Pada routing protocol hybrid seluruh jaringan dibagi ke beberapa
zona dalam masing-masing zona jalur.
Gambar 2. 9 Klasifikasi Ad Hoc Routing Protocol
(Sumber: Kumar & De, 2013)
2.2.5.4. Keuntungan MANET
Beberapa keuntungan dari MANET yaitu (Aarti & Tyagi, 2013):
Menyediakan akses informasi dan layanan terlepas dari posisi
geografis.
Administrasi jaringan yang independen. Self-configuring network,
node yang bertindak sebagai router.
Biaya yang dibutuhkan lebih murah dibandingkan dengan jaringan
kabel.
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mengakomodasi penambahan node (Scalable).
Meningkatkan Fleksibilitas.
Jaringan dapat diatur kapanpun dan dimanapun.
2.2.6. Quality of Service
Quality of Service (QoS) adalah kemampuan suatu jaringan untuk
menyediakan layanan yang baik dengan menyediakan bandwidth,
mengatasi jitter dan jitte. Parameter QoS adalah latency, jitter, packet loss,
throughput, MOS, echo cancellation dan PDD. QoS sangat ditentukan oleh
kualitas jaringan yang digunkan. Terdapat beberapa faktor yang dapat
menurunkan nilai QoS, seperti: Redaman, Distorsi, dan Noise (Jusak,
2013). Tujuan QoS adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan layanan
yang berbeda, yang menggunakan infrastruktur sama. Performansi
merupakan kumpulan dari beberapa parameter besaran teknis, yaitu:
2.2.6.1. Packet Delivery Ratio (PDR)
Packet Delivery Ratio merupakan perbandingan antara banyaknya
jumlah paket yang diterima oleh node penerima dengan total paket yang
dikirimkan dalam suatu periode waktu tertentu. (Purba et al., 2018)
PDR = 𝑃𝑟
𝑃𝑠 x 100 %
0 ≤ t ≤ T dimana:
Pr = Paket yang diterima
Ps = Paket yang dikirim
T = Waktu Simulasi (detik)
t = Waktu pengambilan sampel (detik)
2.2.6.2. End to End Delay
End to End Delay merupakan jumlah total waktu pengiriman paket
dalam satu kali pengamatan. Satu kali simulasi dibagi dengan jumlah
usaha pengiriman yang berhasil dalam satu kali pengamatan tersebut.
(Purba et al., 2018)
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2. 2 Kategori jaringan berdasarkan nilai delay (versi Tiphon)
Kategori Nilai Delay
Sangat Baik 0 ms
Baik 75 ms
Buruk 125 ms
Sangat Buruk 225 ms
𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = ∑𝑡 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑒𝑑 [𝑖] − 𝑡 𝑠𝑒𝑛𝑡 [𝑖]
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚
𝑛
𝑖=0
dimana :
t received = Waktu ketika paket i dikirim
t sent = Waktu ketika paket i diterima
i = Nomor paket yang berhasil diterima
2.2.6.3. Throughput
Throughput merupakan banyaknya bytes yang diterima dalam selang
waktu tertentu dengan satuan byte per second yang merupakan kondisi
data rate sebenarnya dalam suatu jaringan. Besarnya selang waktu
pengukuran dapat mempengaruhi hasil gambaran perilaku jaringan. (Purba
et al., 2018)
Throughput = 𝑃𝑟
𝑡 x ukuran paket
dimana :
Pr = Jumlah paket yang diterima
t = Total waktu pengamatan
2.2.6.4. Packet Loss
Packet loss merupakan suatu paket data yang hilang dari
keseluruhan paket data yang dikirim selama proses pengiriman dari klien
menuju ke server dan kembali lagi ke klien selama rentang waktu tersebut.
Pada umumnya, packet loss terjadi dikarenakan buffer yang terbatas dan
urutan paket yang salah. (Purba et al., 2018)
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2. 3 Kategori jaringan berdasarkan nilai packet loss (versi Tiphon)
Kategori Nilai Packet Loss
Sangat Baik 0 %
Baik 3 %
Buruk 15 %
Sangat Buruk 25 %
Packet Loss = 𝑃𝑠 − 𝑃𝑟
𝑃𝑠 x 100%
dimana:
Ps = Paket yang dikirim
Pr = Paket yang diterima
2.2.6.5. Control Overhead (CO)
Control Overhead adalah perbandingan informasi kontrol yang
dikirim ke data aktual yang diterima di setiap node (Mohapatra &
Kanungo, 2011)
Control Overhead = 𝐼𝑛𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚
𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
2.2.6.6. Normalized Routing Overhead (NRO)
Normalized Routing Overhead (NRO) adalah perbandingan antara
total control overhead dan total throughput (Sanguankotchakorn,
Wiriyapunt, & Saengsrichun, 2015)
Normalized Routing Overhead = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑂𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑇ℎ𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ𝑝𝑢𝑡 x 100 %
2.2.7. Model Mobilitas (Mobility Model)
Mobilitas adalah faktor penting pada jaringan nirkabel. Mobilitas
menggambarkan pergerakan dari node-node dan bagaimana kecepatan dan
arah mereka selama waktu tertentu. Model mobilitas menggambarkan atau
memprediksi pengguna atau pergerakan perangkat nirkabel. Dalam
menemukan protokol routing paling adaptif dan efektif untuk topologi
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dinamis MANET, kebiasaan dari protokol routing butuh diuji pada
perubahan kecepatan node, jumlah node, ukuran jaringan, dan kepadatan
node.
Model mobilitas dapat disimulasikan dengan dua cara yaitu
menggunakan traces yang diperoleh melalui eksperimen nyata atau
menghasilkan synthetic data menggunakan karakteristik secara statistik.
Traces merupakan pola mobilitas nyata yang ada di kehidupan. Synthetic
adalah mencoba secara realistis menggambarkan pergerakan pengguna
tanpa ketersediaan traces. Ada banyak cara berbeda untuk
mengklasifikasikan model mobilitas synthetic seperti model mobilitas
individu dan grup. (Bheemalingaiah, Naidu, Rao, & Moorthy, 2017)
Gambar 2.15 mengilustrasikan hirarki dari klasifikasi model
mobilitas:
Gambar 2. 10 Klasifikasi Model Mobilitas
(Sumber : Bheemalingaiah, Naidu, Rao, & Moorthy, 2017)
2.2.8. Random Waypoint Mobility
Random Waypoint Mobility Model itu sederhana dan secara luas
digunakan untuk evaluasi kinerja MANET. Random Waypoint Mobility
berisi jeda waktu antara perubahan arah dan/atau kecepatan. Sekali mobile
node mulai bergerak, ia tetap di satu lokasi untuk waktu jeda yang telah
ditentukan. Setelah waktu jeda yang ditentukan berlalu, mobile node
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
secara acak memilih tujuan berikutnya di dalam area simulasi dan memilih
kecepatan secara merata antara kecepatan minimum dan kecepatan
maksimum dan perjalanan dengan kecepatan v yang nilainya dipilih secara
seragam dalam interval ( 0, Vmax). Vmax adalah beberapa parameter yang
dapat diatur untuk mencerminkan tingkat mobilitas. Kemudian mobile
node melanjutkan perjalanannya menuju tujuan yang baru dipilih pada
kecepatan yang dipilih. Sesegera mungkin mobile node tiba di tujuan, ia
tetap kembali untuk waktu jeda yang telah ditunjukkan sebelum
mengulangi proses. (Jayakumar & Ganapathi, 2008)
Pada pergerakan Random Way Point, node-node yang ada tersebar
dan berjalan menuju arah yang acak (random). Model ini menyertakan
pause time dalam pola pergerakannya dan node-node dalam suatu area,
bergerak secara acak menuju tujuannya dengan distribusi kecepatan antara
0 hingga kecepatan maksimum tertentu (m/s). (Purba et al., 2018)
Gambar 2.16. Pola perjalanan dari mobile node dengan random waypoint
mobility
2.2.9. Simulasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), simulasi
mempunyai dua arti yaitu :
Simulasi adalah metode pelatihan yang meragakan sesuatu dalam
bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya.
Simulasi adalah penggambaran suatu sistem atau proses dengan
peragaan berupa model statistik atau pemeranan
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Simulator adalah program yang berfungsi untuk menyimulasikan
suatu peralatan, tetapi kerjanya agak lambat daripada keadaan yang
sebenarnya atau bisa juga disebut alat untuk melakukan simulasi.
Simulator digunakan untuk menerapkan dan mengukur simulasi
perbedaan kinerja protokol-protokol yang digunakan. (Bheemalingaiah,
Naidu, Rao, & Moorthy, 2017)
Keuntungan utama dari simulasi meliputi :
Dapat mempelajari perilaku sebuah sistem tanpa membangunnya.
Hasilnya akurat secara umum, dibandingkan dengan model analitik.
Membantu menemukan fenomena yang tidak diharapkan dari
perilaku sistem.
Mudah untuk melakukan analisis "What-If".
Simulasi eksperimen mempunyai biaya yang rendah dibandingkan
dengan eksperimen praktis.
2.2.10. Network Simulator 2 (NS-2)
Menurut Purba, Primananda, & Amron, (2018), Network Simulator
2 (NS-2) merupakan program simulasi jaringan yang bersifat open source.
NS-2 dibangun dari 2 bahasa pemrograman, yaitu bahasa pemrograman
C++ yang digunakan untuk event scheduler, protocol, network
components, dan Tcl/OTcl yang merupakan bahasa pemrograman untuk
menulis script simulasi.
Gambar 2. 11 Komponen Pembangun Ns-2
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Sumber : Purba, Primananda, & Amron, 2018)
Komponen-komponen pada NS-2 terdiri dari:
Tcl (Tool command language)
Otcl (Object Tcl)
TK (Tool Kit)
Tclcl
NS sebagai simulator.
NAM sebagai network animator
Pre-processing berfungsi untuk membangkitkan trafik dan topologi
jaringan.
Post-processing merupakan analisa hasil simulasi yang ditampilkan
pada file .tr dimana sebagian dari hasil simulasi tersebut dapat di
filter menggunakan perintah awk.
Network Simulator 2 (NS-2) merupakan alat simulasi jaringan yang
bersifat open source yang banyak digunakan dalam mempelajari struktur
dinamik dari jaringan komunikasi. Simulator ini ditargetkan pada
penelitian jaringan dan memberikan dukungan yang baik untuk simulasi
routing, protokol multicast dan protokol IP, seperti UDP, TCP, RTP,
jaringan nirkabel dan jaringan satelit. Beberapa keuntungan menggunakan
network simulator sebagai perangkat lunak simulasi yaitu network
simulator dilengkapi dengan tools validasi, pembuatan simulasi dengan
menggunakan network simulator jauh lebih mudah daripada menggunakan
software developer seperti Delphi atau C++, network simulator bersifat
open source di bawah GPL (Gnu Public License) dan dapat digunakan
pada sistem operasi Windows dan sistem operasi Linux. (Rainer, 2004)
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2. 12 NAM (Network Animator)
(Sumber : Bheemalingaiah, Naidu, Rao, & Moorthy, 2017)
Network Animator (NAM) adalah alat animasi untuk memeriksa
topologi jaringan dan transmisi data ditunjukkan gambar 2.17. Trace File
berisi tentang transmisi data seperti paket yang dikirim, paket yang
diterima, paket terbuang, ukuran paket, paket kontrol, konsumsi energi,
waktu pengirimian paket dan waktu penerimaan paket. Dengan
menggunakan program AWK dan file jejak yang dihasilkan digunakan
untuk menemukan throughput, jumlah paket yang dikirim, jumlah yang
diterima, rasio pengiriman paket, delay paket, packet loss, jumlah paket
kontrol yang dihasilkan (routing overhead), konsumsi energi, jumlah node
yang mati. (Bheemalingaiah, Naidu, Rao, & Moorthy, 2017)
2.2.11. Pemrograman AWK
Menurut Pranata (2014), Awk adalah sebuah pemrograman seperti
pada shell atau C yang memiliki karakteristik yaitu sebagai tool yang
cocok filter/manipulasi Awk adalah penggabungan dari nama lengkap
sang author, yaitu : Alfred V. Aho, Peter J. Weinberger dan Brian W.
Kernighan. Awk atau disebut Gawk (GNU awk), yaitu bahasa
pemrograman umum dan utility standard POSIX 1003.2 (Portable
Operating System Interface for UNIX). Jika kecepatan merupakan hal
yang penting, awk adalah bahasa yang sangat sesuai.
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Awk dan shell, keduanya adalah biasa dipakai untuk aplikasi yang
berbeda. Awk sangat baik untuk memanipulasi file teks, sedangkan shell
sangat baik untuk pelaksana perintah UNIX secara umum bahasa
pemrograman awk dapat digunakan untuk :
- Mengelola database sederhana.
- Membuat report.
- Memvalidasi data.
- Menghasilkan index and menampilkan dokumen.
- Membuat algoritma yang digunakan untuk mengubah bahasa
komputer ke bahasa lainnya.
Dengan kata lain awk menyediakan fasilitas yang dapat memudahkan
untuk :
- Memecahkan bagian data untuk proses selanjutnya.
- Mengurutkan data.
- Menampilkan komunikasi jaringan yang sederhana.
Fungsi dasar awk adalah untuk mencari file per baris (atau unit teks
lain) yang berisi pola tertentu. Ketika suatu baris sesuai dengan pola, awk
melakukan aksi yang khusus pada baris tersebut. Awk tetap memproses
baris input sedemikian hingga mencapai akhir baris input.
Program pada awk berbeda dari program di kebanyakan bahasa lain,
karena program awk bersifat “data-driven” yang mana kamu dimunta
untuk mendeskripsikan data yang dikehendaki untuk bekerja dan
kemudian apa yang akan dilakukan saat data tersebut ditemukan.
Kebanyakan bahasa lainnya bersifat “prosedural”; kamu harus
mendeskripsikannya secara detail setiap langkah program yang harus
dijalankan. Ketika bekerja dengan bahasa prosedural, biasanya sangat sulit
untuk mendeskripsikan data yang hendak diproses oleh program. Oleh
karena itu, program awk sering kali terasa lebih mudah untuk ditulis dan
dibaca.
34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Pengumpulan Data
3.1.1. Data Primer
Data primer penulis peroleh dari proses simulasi secara langsung
dengan menggunakan aplikasi NS2 (Network Simulator 2). Penulis
melakukan simulasi berbagai variasi skenario seperti penambahan jumlah,
kecepatan minimum, kecepatan maksimum, waktu simulasi, luas area dan
ukuran paket node. Routing protocol yang digunakan adalah AODV (Ad-
hoc On-demand Distance Vector) dengan menggunakan metode random
waypoint mobility. Node yang ada terdiri dari 3 peran berbeda, yaitu
sebagai sender (pengirim), receiver (penerima) dan node biasa. Penulis
akan menganalisis hasil simulasi tersebut dengan melihat data-data yang
diperoleh selama simulasi. Parameter kinerja yang diukur adalah Packet
Delivery Ratio (PDR), delay, throughput, packet loss, Control Overhead
(CO), dan Normalized Routing Overhead (NRO). Kemudian hasil
parameter akan ditampilkan dalam bentuk grafik.
3.1.2. Data Sekunder
Data sekunder penulis peroleh dengan cara melakukan studi pustaka
dan penelitian sejenis khusus membahas tentang routing protocol AODV
pada MANET dengan berbagai macam variasi skenario.
3.1.2.1. Studi Pustaka
Penulis melakukan studi pustaka dengan mencari referensi yang
berkaitan dengan topik yang diteliti di dalam perpustakaan UIN Syarif
Hidatullah Jakarta dan secara online melalui internet. Referensi tersebut
berupa buku, e-book, jurnal dan juga skripsi. Referensi yang penulis
peroleh digunakan untuk menyusun landasan teori, metodologi penelitian,
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan pengembangan sistem secara langsung. Pustaka-pustaka yang
dijadikan bahan acuan dapat dilihat pada daftar pustaka skripsi ini.
3.1.2.2. Studi Literatur Sejenis
Studi penelitian sejenis yang penulis gunakan adalah melakukan
pencarian jurnal-jurnal penelitian dan skripsi sejenis guna
membandingkannya dengan penelitian yang penulis lakukan.
Perbandingan dilakukan untuk menghindari kesamaan topik yang sudah
pernah dilakukan oleh orang lain. Perbandingan tersebut juga mampu
memberikan arah agar suatu topik penelitian dapat dikembangkan.
Beberapa jurnal penelitian dan skripsi sejenis yang telah penulis
dapatkan antara lain sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Studi Literatur Sejenis
Judul Penulis Kelebihan Kekurangan
Analisis Kinerja
Protocol Ad Hoc
On-Demand
Distance Vector
(AODV) dan
Fisheye State
Routing (FSR)
pada Mobile Ad
Hoc Network
(2018)
Desy Ulina
Purba,
Rakhmadhany
Primananda,
Kasyful
Amron
Membandingkan
hasil kinerja
routing protocol
AODV dan FSR
dengan variasi
penambahan
node dan ukuran
paket
menggunakan
metode random
waypoint
mobility
Parameter
hasilnya adalah
Packet Delivery
Ratio (PDR),
Delay,
Throughput,
Packet Loss
Belum ada variasi
skenario luas area,
kecepatan node,
dan waktu
simulasi
Tidak adanya
jumlah mobilitas
dari metode
random waypoint
mobility
Tidak ada
parameter hasil
Control Overhead
dan Normalized
Routing Overhead
Evaluation of
Quality of
Service of
Different
Routing
Protocols using
Sandeep
Singh Rana,
Sunita Malik
Membandingkan
QoS beberapa
routing protocol
yaitu OLSR,
AODV,
LANMAR,
Belum ada variasi
skenario luas area,
kecepatan node,
dan waktu
simulasi
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
QualNet 6.1
Simulator
(2017)
DSR, dan ZRP
dengan variasi
jumlah node
Membandingkan
hasil simulasi
yang
menggunakan
random
waypoint
mobility dan
tanpa metode
random
waypoint
Parameter
hasilnya adalah
Delay,
Throughput, dan
Jitter
Tidak ada
parameter hasil
Packet Delivery
Ratio (PDR),
Control Overhead,
Normalized
Routing
Overhead, dan
Packet Loss
Tidak adanya
jumlah mobilitas
dari metode
random waypoint
mobility
Analisis
Perbandingan
Performansi
Routing
Protocol AODV
dan DSR pada
Mobile Ad-Hoc
Network
(MANET)
(2017)
Sarah Devi
Anggraini,
Kukuh
Nugroho,
Eko Fajar
Cahyadi
Membandingkan
performansi
AODV dan DSR
dengan variasi
jenis layanan
Parameter
hasilnya adalah
Delay,
Throughput,
Packet Loss dan
Jitter
Belum
menggunakan
metode random
waypoint mobility
Belum ada variasi
skenario jumlah
node, ukuran
paket, luas area,
kecepatan node,
dan waktu
simulasi
Tidak ada
parameter hasil
Packet Delivery
Ratio (PDR),
Control Overhead,
dan Normalized
Routing Overhead
QoS
Comparison of
MANET Routing
Protocols
(2015)
Tarunpreet
Bhatia dan
A.K. Verma
Membandingkan
QoS beberapa
routing protocol
yaitu DSDV,
DSR, OLSR,
AODV, ZRP
dengan variasi
kecepatan dan
jumlah node
Belum ada variasi
skenario luas area,
ukuran paket, dan
waktu simulasi
Tidak ada
parameter hasil
Control Overhead
(CO) dan Packet
Loss
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menggunakan
random
waypoint
mobility
Parameter
hasilnya adalah
Packet Delivery
Ratio (PDR),
Throughput,
Normalized
Routing Load
(NRL), dan
Delay
Tidak adanya
jumlah mobilitas
dari metode
random waypoint
mobility
Analisis
Perbandingan
Routing
Protocol OLSR
(Proaktif) dan
AODV (Reaktif)
pada MANET
(2015)
Endah Maya
Megawati Membandingkan
unjuk kerja dari
routing protocol
OLSR (Proaktif)
dan AODV
(Reaktif)
menggunakan
metode random
waypoint
mobility dengan
variasi jumlah
dan kecepatan
node
Parameter
hasilnya adalah
Delay,
Throughput dan
overhead ratio
Belum ada variasi
skenario luas area,
ukuran paket, dan
waktu simulasi
Tidak ada
parameter hasil
Packet Delivery
Ratio (PDR),
Control Overhead
(RO) dan Packet
Loss
Tidak adanya
jumlah mobilitas
dari metode
random waypoint
mobility
Simulasi
Jaringan
MANET dengan
NS3 untuk
Membandingkan
Performa
Routing
Protocol AODV
dan DSDV
(2015)
Nurhayati
Jiatmiko dan
Yudi Prayudi
Membandingkan
performa
routing protocol
AODV dan
DSDV
menggunakan
random
waypoint
mobility dengan
variasi jumlah
node
Parameter
hasilnya adalah
Packet Delivery
Ratio (PDR),
Belum ada variasi
skenario luas area,
ukuran
paket,kecepatan
node dan waktu
simulasi
Tidak ada
parameter hasil
Control Overhead
(CO) dan
Normalized
Routing Overhead
(NRO)
Tidak adanya
jumlah mobilitas
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Delay,
Throughput, dan
Packet Loss
dari metode
random waypoint
mobility
Tabel 3. 2 Penelitian yang menguji QoS dari AODV
PENELITIAN Desy
U.P dkk
Sandeep
dkk
Sarah
Devi dkk
Tarunpreet
dkk
Endah Maya
M
Nurhayati
dkk
TAHUN 2018 2017 2017 2015 2015 2015
PARAMETER
HASIL
Packet Delivery
Ratio V - - V - V
Control
Overhead - - - - - -
Normalized
Routing
Overhead
- - - V V -
Delay V V V V V V
Throughput V V V V V V
Packet Loss V - V - - V
VARIASI
SKENARIO
Jumlah Node V V - V V V
Random
Waypoint
Mobility
V V - V V V
Ukuran Paket V - - - - -
Luas Area - - - - - -
Kecepatan
Node - - - V V -
Waktu Simulasi - - - - - -
SIMULATOR NS-2 QualNet OPNET NS-2 OMNET++ NS-3
3.2. Metode Simulasi
Metode simulasi yang penulis lakukan pada penelitian ini adalah
percobaan pemilihan jalur terbaik terhadap routing protocol AODV dengan
berbagai variasi skenario berdasarkan penambahan jumlah, kecepatan minimum,
kecepatan maksimum, waktu simulasi, ukuran paket, dan luas area node dengan
menggunakan metode random waypoint mobility. Dan terdapat sepuluh jenis
mobilitas pada masing masing skenario. Tahapan-tahapan pengembangan
pemodelan dan simulasi pada penelitian adalah sebagai berikut:
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.1.1. Problem Formulation
Permasalahan utama yang penulis peroleh setelah melakukan studi
pustaka dan studi penelitian sejenis, yaitu terletak pada percobaan
mengevaluasi kinerja routing protocol AODV dengan berbagai variasi
skenario menggunakan metode random waypoint mobility. dan parameter
hasilnya berupa nilai Packet Delivery Ratio (PDR), delay, throughput,
packet loss, Control Overhead (CO), dan Normalized Routing Overhead
(NRO).
3.1.2. Conceptual Model
Conceptual model adalah mengilustrasikan konsep model simulasi,
terhadap sistem yang nyata. Pada penelitian ini penulis menggunakan
perangkat simulasi NS2.
3.1.3. Input Output Data
Pada tahap ini penulis menentukan input dan output apa saja yang
akan diterapkan pada simulasi. Input yang digunakan berupa atribut apa
saja yang diperlukan dalam simulasi. Sementara output berdasarkan
permasalahan yang telah diidentifikasi.
3.1.4. Modelling
Pada tahap ini penulis menentukan parameter dan karakteristik yang
digunakan selama simulasi. Pada tahap inilah dilakukan pembuatan
skenario-skenario yang akan digunakan untuk simulasi.
3.1.5. Simulation
Pada tahap ini penulis akan melakukan penerapan model yang telah
dilakukan pada tahap sebelumnya. Pada penelitian ini, penerapan akan
disimulasikan dengan variabel maupun parameter - parameter yang telah
ditentukan. Proses komunikasi data yang berjalan pada perangkat simulasi
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
NS2 akan direkam menggunakan NAM. Proses analisa dapat dilakukan
setelah hasil rekaman komunikasi data tersebut diproses menjadi informasi
yang dibutuhkan sesuai perencanaan yang telah dibuat.
3.1.6. Verification and validation
Tahap ini merupakan proses terpenting selama melakukan simulasi
karena pada tahap ini akan dilakukan proses pengecekkan data serta
menilai apakah data tersebut layak untuk digunakan pada tahap
selanjutnya.
3.1.7. Experimentation
Pada tahap ini penulis akan melakukan percobaan dengan semua
skenario yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya.
3.1.8. Output Analysis
Tahap ini merupakan tahap terakhir simulasi yang akan
mengevaluasi data-data hasil dari skenario-skenario yang telah dirancang
menggunakan routing protocol AODV menggunakan metode random
waypoint mobility. Pada tahap ini penulis mengevaluasi nilai rata-rata
parameter hasil Packet Delivery Ratio (PDR), delay, throughput, packet
loss, Control Overhead (CO), dan Normalized Routing Overhead (NRO).
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3. Kerangka Berpikir
Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir
42 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
IMPLEMENTASI SIMULASI DAN EKSPERIMEN
4.1. Problem Formulation
Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah teknologi jaringan wireless ad
hoc yang dapat digunakan dalam keadaan darurat seperti keperluan militer dan
evakuasi bencana. Hal darurat tersebut membuat teknologi ini harus mempunyai
routing protocol yang memiliki performansi yang teruji. Salah satu routing protocol
yang dapat digunakan adalah AODV. Beberapa penelitian tentang AODV telah
dilakukan tetapi hanya beberapa skenario yang dilakukan. Semakin banyaknya
skenario tentu semakin baik karena kita akan menambah pengetahuan yang lebih
sebelum menerapkan pada kondisi nyata. Skenario yang di simulasikan berdasarkan
perbedaan jumlah node, kecepatan node, ukuran paket, luas area dan lamanya
waktu simulasi. Pergerakan dan letak node pada MANET pun dibuat secara random
dengan random waypoint mobility.
Packet Delivery Ratio (PDR), Delay, Throughput, Packet Loss, Control
Overhead (CO), dan Normalized Routing Overhead (NRO) merupakan variabel-
variabel yang menentukan baik atau buruknya kinerja suatu routing protocol pada
MANET. Topik dari penelitian ini adalah menganalisis dan mengevaluasi
performansi routing protocol AODV menggunakan random waypoint mobility
pada MANET berdasarkan parameter Packet Delivery Ratio (PDR), Delay,
Throughput, Packet Loss, Routing Overhead (RO), dan Normalized Routing Load
(NRL).
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2. Conceptual Model
Gambar 4. 1 Konsep Model Simulasi
Pada tahapan penulis membuat model simulasi. Simulasi dilakukan
dengan menggunakan simulator NS-2. Pada NS-2 kita eksekusi file automate.sh,
setelah di eksekusi file tersebut kan membuat sepuluh jenis mobilitas yang berisi
letak dan arah node-node secara random. Pada tahap inilah random waypoint
mobility digunakan. Setelah terbentuk sepuluh jenis mobilitas, selanjutnya akan
mengeksekusi file aodv.tcl. File ini akan menghasilkan dua jenis file yaitu nam dan
tr. File nam berisi tentang animasi proses simulasi dan file tr berisi tentang analisa
hasil simulasi. Selanjutnya file tr ini di filter menggunakan perintah anlaysis.awk.
Perintah analysis.awk ini yang akan mengkonversi file tr menjadi hasil analisa
berbentuk file .csv , .txt dan .png.
Pada ketiga file tersebut kita dapat melihat hasil nilai parameter Packet
Delivery Ratio (PDR), Delay, Throughput, Packet Loss, Control Overhead (CO),
dan Normalized Routing Overhead (NRO). Kemudian semua proses tersebut akan
di ulang dengan variasi skenario yang lain. Setelah semua skenario dijalankan maka
kita dapat menganalisa dan membandingkan hasil parameter-parameter dari
beberapa skenario.
4.3. Input/Output Data
4.3.1. Input
Terdapat beberapa atribut input yang diperlukan pada simulasi
penelitian ini yaitu:
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Node
Node merupakan sebuah titik dimana lokasi sebuah perangkat berada
pada jaringan. Pada MANET, setiap node bergerak ke segala arah
secara bebas. Pergerakan ini ditentukan dengan memasukkan nilai
kordinat X dan Y pada setiap node menngunakan random waypoint
mobility. Karena pergerakan node secara bebas maka topologi pada
jaringan ini dapat berubah dengan cepat. Setiap node beroperasi
secara peer to peer dan menggunakan routing protocol AODV.
Jumlah node yang di simulasikan yaitu 50, 100 dan 150 node.
Role
Role atau peran merupakan sebuah definisi tugas tertentu yang
diberikan kepada node. Pada simulasi ini terdapat 3 role berbeda
yaitu sender (pengirim), receiver, dan node biasa. Sender berperan
untuk melakukan routing request dan mengirimkan paket data
menuju receiver setelah jalur ditemukan. Receiver bertugas
mengirimkan sinyal balasan yang berisi informasi jalur pengiriman
dan bertugas menerima paket data yang dikirim oleh sender. Serta
node biasa hanya bergerak sesuai kordinat dan menjadi penghubung
pengiriman paket. Node biasa tidak dapat melanjutkan paket jika
node tersebut memiliki jarak transmisi yang jauh. Dalam simulasi
ini, Node dengan nomor 0 adalah sender, node dengan nomor 40
adalah receiver, dan sisanya adalah node biasa.
Ukuran Paket
Ukuran paket adalah besaran yang menunjukkan jumlah satuan data
yang akan dikirim dalam satu waktu komunikasi. Dalam simulasi
ini, penulis menggunakan dua variasi skenario ukuran paket yaitu
512 bytes dan 1024 bytes.
Kecepatan Node
Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan seberapa cepat node
dapat berpindah. Dalam simulasi ini penulis menggunakan variasi
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
skenario pada kecepatan minimum dan maksimum pada tiap node
yaitu 10 - 20 m/s, 20 - 30 m/s dan 30 - 40 m/s serta 40 - 50 m/s.
Luas Area
Luas area adalah besaran yang menyatakan batas area dimensi node
untuk saling berinterkoneksi. Dalam simulasi ini penulis
menggunakan beberapa variasi skenario luas area yaitu 500 x 500,
1000 x 1000, dan 1500 x 1500.
Waktu Simulasi
Waktu simulasi adalah lamanya waktu yang digunakan dalam
menjalankan simulasi. Dalam simulasi ini penulis menggunakan
variasi skenario waktu simulasi yaitu 50 sec, 100 sec, dan 150 sec.
Tabel 4. 1 Atribut input pada simulasi
Atribut Keterangan
Sender node Node 0
Receiver node Node 40
Node biasa Node selain 0 dan 40
Variasi skenario jumlah
node
50, 100, dan 150
Variasi skenario ukuran
paket
512 bytes dan 1024 bytes
Variasi skenario
kecepatan node
10 - 20 m/s, 20 - 30 m/s dan 30 - 40
m/s serta 40 - 50 m/s
Variasi luas area 500 x 500 , 1000 x 1000, dan 1500 x
1500
Variasi skenario waktu
simulasi
50 sec, 100 sec, dan 150 sec
4.3.2. Output
Variabel yang digunakan untuk memperoleh output pada simulasi
ini berdasarkan permasalahan utama yaitu menganalisis quality of service
dari routing protocol AODV dengan metode random waypoint mobility,
yaitu:
Packet Delivery Ratio (PDR)
Output packet delivery ratio adalah nilai presentase perbandingan
antara banyaknya jumlah paket yang diterima oleh node penerima
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan total paket yang dikirimkan dalam suatu periode waktu
tertentu. Semakin tinggi nilainya maka semakin baik.
Control Overhead (CO)
Output control overhead adalah perbandingan informasi kontrol
yang dikirim ke data aktual yang diterima di setiap node. Semakin
rendah nilainya maka semakin baik.
Normalized Routing Overhead (NRO)
Normalized Routing Overhead (NRO) adalah perbandingan antara
total control overhead dan total throughput. Semakin rendah
nilainya makin semakin baik.
Delay
Output delay adalah nilai dari jumlah total waktu pengiriman paket
dalam satu kali pengamatan. Kemudian satu kali simulasi dibagi
dengan jumlah usaha pengiriman yang berhasil dalam satu kali
pengamatan tersebut. Semakin sedikit nilai delay maka semakin
baik.
Throughput
Output throughput adalah nilai banyaknya bytes yang diterima
dalam selang waktu tertentu dengan satuan byte per second yang
merupakan kondisi data rate sebenarnya dalam suatu jaringan.
Besarnya selang waktu pengukuran dapat mempengaruhi hasil
gambaran perilaku jaringan. Semakin besar nilai throughputnya
maka semakin baik.
Packet Loss
Output packet loss adalah nilai paket data yang hilang dari
keseluruhan paket data yang dikirim selama proses pengiriman dari
klien menuju ke server dan kembali lagi ke klien selama rentang
waktu tersebut. Semakin sedikit nilai packet loss maka semakin baik.
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.4. Modelling
Pada perancangan konsep yang telah dibahas pada pembahasan
sebelumnya, maka penulis akan membagi simulasi menjadi beberapa skenario lalu
mengevaluasi kinerja routing protocol AODV dari setiap skenario yang dilakukan.
Skenario yang disusun adalah sebagai berikut:
4.4.1. Skenario Simulasi 1
Tabel 4. 2 Asumsi Skenario 1
Parameter Nilai
Jumlah Node 50, 100, 150
Luas Area 1000 m x 1000 m
Ukuran Paket 512 bytes
Kecepatan Minimum Node 20 m/s
Kecepatan Maksimum
Node
30 m/s
Waktu Simulasi 100 sec
Jenis Mobilitas Random Waypoint mobility
Jumlah Mobilitas tiap
simulasi
10 mobilitas
Routing Protocol AODV
Parameter QoS Packet Delivery Ratio, Control
Overhead, Normalized Routing
Overhead, Delay, Throughput,
Packet Loss
Pada Skenario 1 ini bisa juga disebut skenario dengan variasi jumlah
node. Variasi jumlah nodenya adalah 50 node, 100 node dan 150 node.
Node dengan nomor 0 berperan sebagai sender, node dengan nomor 40
berperan sebagai receiver dan sisanya sebagai node biasa. Setiap node
akan dikonfigurasikan menggunakan routing protocol AODV dengan
jenis mobilitas random waypoint mobility. Jumlah mobilitas tiap simulasi
berjumlah 10 mobilitas dengan letak node dan arah node yang dibuat
secara random. Luas areanya adalah 1000 m x 1000 m.
Setiap simulasi akan mengirimkan paket dengan ukuran 512 bytes.
Node akan bergerak dengan kecepatan minimum 20 m/s dan maksimum
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30 m/s. Waktu setiap simulasi adalah 100 sec. Dan parameter QoS yang
diukur adalah Packet Delivery Ratio, Control Overhead, Normalized
Routing Overhead, Delay, Throughput, Packet Loss. Hasil parameter
tersebut akan diolah dan ditampilkan dalam bentuk grafik.
4.4.2. Skenario Simulasi 2 Tabel 4. 3 Asumsi Skenario 2
Parameter Nilai
Jumlah Node 50
Luas Area 500 m x 500 m, 1000 m x 1000 m,
1500 m x 1500 m
Ukuran Paket 512 bytes
Kecepatan Minimum Node 20 m/s
Kecepatan Maksimum
Node
30 m/s
Waktu Simulasi 100 sec
Jenis Mobilitas Random Waypoint mobility
Jumlah Mobilitas tiap
simulasi
10 mobilitas
Routing Protocol AODV
Parameter QoS Packet Delivery Ratio, Control
Overhead, Normalized Routing
Overhead, Delay, Throughput,
Packet Loss
Pada Skenario 2 ini bisa juga disebut skenario dengan variasi luas
area. Variasi luas areanya adalah 500 m x 500 m, 1000 m x 1000 m dan
1500 m x 1500 m. Node dengan nomor 0 berperan sebagai sender, node
dengan nomor 40 berperan sebagai receiver dan sisanya sebagai node
biasa. Jumlah nodenya adalah 50 node. Setiap node akan dikonfigurasikan
menggunakan routing protocol AODV dengan jenis mobilitas random
waypoint mobility. Jumlah mobilitas tiap simulasi berjumlah 10 mobilitas
dengan letak node dan arah node yang dibuat secara random.
Setiap simulasi akan mengirimkan paket dengan ukuran 512 bytes.
Node akan bergerak dengan kecepatan minimum 20 m/s dan maksimum
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30 m/s. Waktu setiap simulasi adalah 100 sec. Dan parameter QoS yang
diukur adalah Packet Delivery Ratio, Control Overhead, Normalized
Routing Overhead, Delay, Throughput, Packet Loss. Hasil parameter
tersebut akan diolah dan ditampilkan dalam bentuk grafik.
4.4.3. Skenario Simulasi 3 Tabel 4. 4 Asumsi Skenario 3
Parameter Nilai
Jumlah Node 50
Luas Area 1000 m x 1000 m
Ukuran Paket 512 bytes dan 1024 bytes
Kecepatan Minimum Node 20 m/s
Kecepatan Maksimum
Node
30 m/s
Waktu Simulasi 100 sec
Jenis Mobilitas Random Waypoint mobility
Jumlah Mobilitas tiap
simulasi
10 mobilitas
Routing Protocol AODV
Parameter QoS Packet Delivery Ratio, Control
Overhead, Normalized Routing
Overhead, Delay, Throughput,
Packet Loss
Pada Skenario 3 ini bisa juga disebut skenario dengan variasi ukuran
paket. Variasi ukuran paketnya adalah 512 bytes dan 1024 bytes. Node
dengan nomor 0 berperan sebagai sender, node dengan nomor 40 berperan
sebagai receiver dan sisanya sebagai node biasa. Jumlah nodenya adalah
50 node. Setiap node akan dikonfigurasikan menggunakan routing
protocol AODV dengan jenis mobilitas random waypoint mobility. Jumlah
mobilitas tiap simulasi berjumlah 10 mobilitas dengan letak node dan arah
node yang dibuat secara random. Luas areanya adalah 1000 m x 1000 m.
Node akan bergerak dengan kecepatan minimum 20 m/s dan
maksimum 30 m/s. Waktu setiap simulasi adalah 100 sec. Dan parameter
QoS yang diukur adalah Packet Delivery Ratio, Control Overhead,
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Normalized Routing Overhead, Delay, Throughput, Packet Loss. Hasil
parameter tersebut akan diolah dan ditampilkan dalam bentuk grafik.
4.4.4. Skenario Simulasi 4 Tabel 4. 5 Asumsi Skenario 4
Parameter Nilai
Jumlah Node 50
Luas Area 1000 m x 1000 m
Ukuran Paket 512 bytes
Kecepatan Minimum Node 10 m/s, 20 m/s, 30 m/s, 40 m/s
Kecepatan Maksimum
Node
20 m/s, 30 m/s, 40 m/s, 50 m/s
Waktu Simulasi 100 sec
Jenis Mobilitas Random Waypoint mobility
Jumlah Mobilitas tiap
simulasi
10 mobilitas
Routing Protocol AODV
Parameter QoS Packet Delivery Ratio, Control
Overhead, Normalized Routing
Overhead, Delay, Throughput,
Packet Loss
Pada Skenario 4 ini bisa juga disebut skenario dengan variasi
kecepatan minimum dan maksimum node. Variasi kecepatan minimum
dan maksimum nodenya adalah 10 – 20 m/s, 20 - 30 m/s, 30 - 40 m/s, dan
40 - 50 m/s. Node dengan nomor 0 berperan sebagai sender, node dengan
nomor 40 berperan sebagai receiver dan sisanya sebagai node biasa.
Jumlah nodenya adalah 50 node. Setiap node akan dikonfigurasikan
menggunakan routing protocol AODV dengan jenis mobilitas random
waypoint mobility. Jumlah mobilitas tiap simulasi berjumlah 10 mobilitas
dengan letak node dan arah node yang dibuat secara random. Luas areanya
adalah 1000 m x 1000 m.
Setiap simulasi akan mengirimkan paket dengan ukuran 512 bytes.
Waktu setiap simulasi adalah 100 sec. Dan parameter QoS yang diukur
adalah Packet Delivery Ratio, Control Overhead, Normalized Routing
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Overhead, Delay, Throughput, Packet Loss. Hasil parameter tersebut akan
diolah dan ditampilkan dalam bentuk grafik.
4.4.5. Skenario Simulasi 5 Tabel 4. 6 Asumsi Skenario 5
Parameter Nilai
Jumlah Node 50
Luas Area 1000 m x 1000 m
Ukuran Paket 512 bytes
Kecepatan Minimum Node 20 m/s
Kecepatan Maksimum
Node
30 m/s
Waktu Simulasi 50 sec, 100 sec, 150 sec
Jenis Mobilitas Random Waypoint mobility
Jumlah Mobilitas tiap
simulasi
10 mobilitas
Routing Protocol AODV
Parameter QoS Packet Delivery Ratio, Control
Overhead, Normalized Routing
Overhead, Delay, Throughput,
Packet Loss
Pada Skenario 5 ini bisa juga disebut skenario dengan variasi waktu
simulasi. Variasi waktu simulasinya adalah 50 sec, 100 sec dan 150 sec.
Node dengan nomor 0 berperan sebagai sender, node dengan nomor 40
berperan sebagai receiver dan sisanya sebagai node biasa. Jumlah nodenya
adalah 50 node. Setiap node akan dikonfigurasikan menggunakan routing
protocol AODV dengan jenis mobilitas random waypoint mobility. Jumlah
mobilitas tiap simulasi berjumlah 10 mobilitas dengan letak node dan arah
node yang dibuat secara random. Luas areanya adalah 1000 m x 1000 m.
Setiap simulasi akan mengirimkan paket dengan ukuran 512 bytes.
Node akan bergerak dengan kecepatan minimum 20 m/s dan maksimum
30 m/s. Dan parameter QoS yang diukur adalah Packet Delivery Ratio,
Control Overhead, Normalized Routing Overhead, Delay, Throughput,
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Packet Loss. Hasil parameter tersebut akan diolah dan ditampilkan dalam
bentuk grafik.
4.5. Simulation
Pada tahapan simulasi ini penulis menggunakan aplikasi Oracle VM
Virtualbox versi 5.2.6 untuk menjalakan mesin virtual dengan sistem
operasi linux ubuntu 16.04.2. Seluruh simulasi dilakukan pada mesin
tersebut dengan bantuan beberapa aplikasi tambahan. Aplikasi NS2 versi
2.35 all-in-one yang digunakan untuk kompilasi syntax yang sudah dibuat
pada file bertipe .tcl berisikan input beserta pengaturan node dan perintah
- perintah yang dilakukan selama simulasi berlangsung yang akan
menghasilkan file bertipe .nam dan .tr. Penulis juga menggukan aplikasi
NAM untuk menjalankan simulasi jaringan berdasarkan file .nam yang
telah dibuat. Aplikasi Microsoft excel penulis gunakan untuk mengolah
dan menampilkan grafik hasil evaluasi kinerja berdasarkan parameter
Packet Delivery Ratio, Control Overhead, Normalized Routing Overhead,
Delay, Throughput dan Packet Loss.
4.5.1. Konfigurasi automate.sh
Konfigurasi ini dilakukan karena file automate.sh berfungsi sebagai
file pertama yang dijalankan saat ingin melakukan simulasi. Adapun isi
syntax file ini sebagai berikut:
a. Pembuatan direktori baru seperti mobility_file, Output/nam,
Output/trace, Output/result
#Create required directories and set permissions
mkdir mobility_files
mkdir -p Output/nam
mkdir -p Output/trace
mkdir -p Output/Results
chmod 777 -R mobility_files
b. Pendeklarasian variable untuk nilai parameter hasil
#Create required directories and set permissions
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mkdir mobility_files
mkdir -p Output/nam
mkdir -p Output/trace
mkdir -p Output/Results
chmod 777 -R mobility_files
c. Pembuatan direktori csv file
#Create header of CSV file.
echo""|awk'BEGIN{printf
"Simulation_Number,No_of_Packets_Sent,No_of_Packets_Re
ceived,Packet_Delivery_Ratio,Control_Overhead,Normaliz
ed_Routing_Overhead,Delay,Throughput,Packet_Dropping_R
atio"}'>Output/Results/Final_Result.csv
d. Melakukan proses looping sesuai dengan banyaknya jumlah
mobilitas
#Main loop which runs 10 times.
for (( i=1; i<=10; i++))
do
e. Menentukan nilai dari jumlah node, kecepatan minimum,
kecepatan maksimum, waktu simulasi
#Creates 10 mobility files. Each of which is named as
mob1, mob2, ... , mob10.
./setdest -v 2 -n 10 -m 1 -M 10 -t 100 -p 5 -x 800 -y
800 > mobility_files/mob$i
f. Memanggil file aodv.tcl
#Call TCL script with mobility file as a parameter.
ns aodv.tcl mobility_files/mob$i
g. Memanggil analisis file dan langsung memasukkan nilainya ke
file result.txt
#Call analysis file and redirect the parameter values
to file Result.txt
printf "########## Simulation number $i ##########\n\n"
>> Result.txt
awk -f analysis.awk out_$i.tr >> Result.txt
printf "\n\n" >> Result.txt
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
h. Mencetak semua nilai rata-rata yang diperoleh ke dalam
bentuk csv file
#Print all the average values to CSV file.
echo "" | awk '{printf "\nAverage", $1}' >>
Output/Results/Final_Result.csv
echo "$avg_send $count" | awk '{printf ", %.5f",
$1/$2}' >> Output/Results/Final_Result.csv
echo "$avg_recv $count" | awk '{printf ", %.5f",
$1/$2}' >> Output/Results/Final_Result.csv
echo "$avg_pdr $count" | awk '{printf ", %.5f", $1/$2}'
>> Output/Results/Final_Result.csv
echo "$avg_co $count" | awk '{printf ", %.5f", $1/$2}'
>> Output/Results/Final_Result.csv
echo "$avg_nro $count" | awk '{printf ", %.5f", $1/$2}'
>> Output/Results/Final_Result.csv
echo "$avg_dl $count" | awk '{printf ", %.5f", $1/$2}'
>> Output/Results/Final_Result.csv
echo "$avg_tp $count" | awk '{printf ", %.5f", $1/$2}'
>> Output/Results/Final_Result.csv
echo "$avg_pdrop $count" | awk '{printf ", %.5f",
$1/$2}' >> Output/Results/Final_Result.csv
i. Menghapus file temporary
#Remove all temporary files.
rm 1.txt
rm tmp_result
j. Memindahkan output_file ke direktori yang sesuai dengan
jenis filenya
#Move all output files to their locations.
mv *.nam Output/nam
mv *.tr Output/trace
mv *.txt Output/Results
4.5.2. Konfigurasi analysis.awk
Konfigurasi pada file analysis.awk dilakukan karena file ini
berfungsi untuk mengolah nilai variabel yang di dapat dari hasil proses
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
routing. Pada file ini dilakukan perhitungan persamaan matematika tiap
parameter hasil. Adapun isi syntax file ini sebagai berikut :
BEGIN {
send = 0; #variable for storing number of packets sent
recv = 0; #variable for storing number of packets
received
bytes = 0; #variable for storing number of bytes
transmitted
st = 0; #variable for start time
ft = 0; #variable for end time
rtr = 0; #variable for number of routing packets
delay = 0;
}
{
#$1 means first column in out.tr file.
#If event is "sent" and trace level is RTR(routed
packet) and packet type should not be cbr
#and udp and ack then increment rtr by 1 and so on.
#Final value of rtr will be the total number of routing
packets sent.
if (( $1 == "s" || $1 == "f" ) && $4 == "RTR" && $7 ==
"AODV")
{
rtr++;
}
#If event is "sent" and trace level is AGT(transport layer
packet) then increment send by 1
#Final value of send will be the total number of data
packets sent.
if ( $1 == "s" && $4 == "AGT" && $7 == "cbr")
{
if(send == 0)
{
st = $2; #Starting time of packet transmission
will be assigned to st
}
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ft = $2; #End time of packet transmission will
be assigned to ft
st_time[$6] = $2; #This array holds sending time for
each packet and $6 is unique ID such as 0,1,2,3 and so on.
send++;
}
#If event is "receive" and trace level is AGT(transport
layer packet) then increment recv by 1 and so on.
#Final value of recv will be the total number of data
packets received.
if ( $1 == "r" && $4 == "AGT" && $7 == "cbr")
{
recv++;
bytes+=$8; #$8 is packet size and final bytes value
is the total number of bytes tranmitted from source to
destination.
ft_time[$6] = $2; #This array holds receiving time
for each packet and $6 is unique ID such as 0,1,2,3 and so
on.
delay += ft_time[$6]-st_time[$6] #Final value of
delay is the average delay.
}
}
END {
if(recv == 0)
recv=1; #Handled issue when recv value is 0, which causes
other values to raise a divide by zero error.
printf("No_of_Packets_Sent: \t\t%.f\n",send);
printf("No_of_Packets_Received: \t%.f\n",recv);
printf("Packet_Delivery_Ratio: \t\t%.2f
%%\n",recv/send*100);
printf("Control_Overhead: \t\t%d\n",rtr);
printf("Normalized_Routing_Overhead: \t%.2f
%%\n",rtr/recv*100);
printf("Delay: \t\t\t\t%.2f Seconds\n",delay/recv);
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
printf("Throughput: \t\t\t%.2f Kbps\n",bytes*8/(ft-
st)/1000);
printf("Packet_Dropping_Ratio: \t\t%.2f %%\n",(send-
recv)/send*100);
}
4.5.3. Konfigurasi aodv.tcl
Konfigurasi pada file aodv.tcl dilakukan karena file ini berfungsi
sebagai file pendefinisian variabel parameter pada simulasi. Kemudian file
ini juga berisi syntax untuk mengkonfigurasi dan membuat node. Adapun
syntax nya seperti dibawah ini:
a. Pendefinisian parameter
set val(chan) Channel/WirelessChannel ;# channel
type
set val(prop) Propagation/TwoRayGround ;# radio-
propagation model
set val(ant) Antenna/OmniAntenna ;# Antenna
type
set val(ll) LL ;# Link layer
type
set val(ifq) Queue/DropTail/PriQueue ;#
Interface queue type
set val(ifqlen) 50 ;# max
packet in ifq
set val(netif) Phy/WirelessPhy ;# network
interface type
set val(mac) Mac/802_11 ;# MAC type
set val(rp) AODV ;# routing
protocol
set val(x) 800 ;# X length
set val(y) 800 ;# Y length
set val(finish) 100 ;# Finish time
set val(nn) 10 ;# number of
mobilenodes
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Konfigurasi dan membuat node
# CONFIGURE AND CREATE NODES
$ns_ node-config -adhocRouting $val(rp) \
-llType $val(ll) \
-macType $val(mac) \
-ifqType $val(ifq) \
-ifqLen $val(ifqlen) \
-antType $val(ant) \
-propType $val(prop) \
-phyType $val(netif) \
-topoInstance $topo \
-agentTrace ON \
-routerTrace ON \
-macTrace ON \
-movementTrace ON \
-channel $chan_1
for {set i 0} {$i < $val(nn) } { incr i } {
set node_($i) [$ns_ node]
$ns_ initial_node_pos $node_($i) 35
}
4.5.4. Skenario simulasi 1 (variasi jumlah node)
Skenario simulasi 1 adalah skenario dengan variasi jumlah node.
Skenario ini dilakukan dengan cara mengubah nilai jumlah node menjadi
50, 100 dan 150. Tiap mengubah nilai, file akan di save dengan nama file
baru sesuai jumlah node nya agar mempermudah dalam proses pengolahan
data. File yang diubah syntaxnya yaitu file aodv.tcl dan automate.sh
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4. 2 Syntax yang diubah pada file automate.sh pada skenario 1
Gambar 4. 3 Syntax yang diubah pada file aodv.tcl pada skenario 1
Gambar 4. 4 File simulasi variasi jumlah node
4.5.5. Skenario simulasi 2 (variasi luas area)
Skenario simulasi 2 adalah skenario dengan variasi luas area.
Skenario ini dilakukan dengan cara mengubah nilai luas area menjadi 500
m x 500 m, 1000 m x 1000 m, dan 1500 m x 1500 m. Tiap mengubah nilai,
file akan di save dengan nama file baru sesuai luas areanya agar
mempermudah dalam proses pengolahan data File yang diubah syntaxnya
yaitu file aodv.tcl dan automate.sh
Gambar 4. 5 Syntax yang diubah pada file automate.sh pada skenario 2
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4. 6 Syntax yang diubah pada file aodv.tcl pada skenario 2
Gambar 4. 7 File simulasi variasi luas area
4.5.6. Skenario simulasi 3 (variasi ukuran paket)
Skenario simulasi 3 adalah skenario dengan variasi ukuran paket.
Skenario ini dilakukan dengan cara mengubah nilai ukuran paket menjadi
512 bytes dan 1024 bytes. Tiap mengubah nilai, file akan di save dengan
nama file baru sesuai ukuran paketnya agar mempermudah dalam proses
pengolahan data. File yang diubah syntaxnya yaitu file aodv.tcl
Gambar 4. 8 Syntax yang diubah pada file aodv.tcl pada skenario 3
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4. 9 File simulasi variasi ukuran paket
4.5.7. Skenario simulasi 4 (variasi kecepatan node)
Skenario simulasi 4 adalah skenario dengan variasi kecepatan
minimum dan maksimum node. Skenario ini dilakukan dengan cara
mengubah nilai kecepatan minimum node menjadi 10 m/s, 20 m/s, 30 m/s,
40 m/s dan mengubah kecepatan maksimum node menjadi 20 m/s, 30 m/s,
40 m/s, 50 m/s. Tiap mengubah nilai, file akan di save dengan nama file
baru sesuai kecepatan minimum dan maksimum nodenya agar
mempermudah dalam proses pengolahan data File yang diubah syntaxnya
yaitu file automate.sh
Gambar 4. 10 Syntax yang diubah pada file automate.sh pada skenario 4
Gambar 4. 11 File simulasi variasi kecepatan node
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.5.8. Skenario simulasi 5 (variasi waktu simulasi)
Skenario simulasi 5 adalah skenario dengan variasi lamanya waktu
simulasi. Skenario ini dilakukan dengan cara mengubah nilai waktu
simulasi menjadi 50 sec, 100 sec, dan 150 sec. Tiap mengubah nilai, file
akan di save dengan nama file baru sesuai waktu simulasinya agar
mempermudah dalam proses pengolahan data.. File yang diubah
syntaxnya yaitu file aodv.tcl dan automate.sh
Gambar 4. 12 Syntax yang diubah pada file automate.sh pada skenario 5
Gambar 4. 13 Syntax yang diubah pada file aodv.tcl pada skenario 5
Gambar 4. 14 File simulasi variasi waktu simulasi
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.6. Verification and Validation
Penjelasan dan pembahasan mengenai Verification and Validation
dijelaskan pada BAB V skripsi ini tentang hasil dan pembahasan.
4.7. Experimentation
Penjelasan dan pembahasan mengenai Experimentation dijelaskan
pada BAB V skripsi ini tentang hasil dan pembahasan.
4.8. Output Evaluation
Penjelasan dan pembahasan mengenai Output Evaluation dijelaskan
pada BAB V skripsi ini tentang hasil dan pembahasan.
64 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Verfication and Validation
Tahapan ini merupakan tahapan untuk melakukan verifikasi dan validasi
terhadap tahapan sebelumnya yang sudah dilakukan. Setiap skenario yang telah
dibuat pada tahapan sebelumnya akan mengalami pengujian untuk mengetahui
apakah simulasi jaringan yang telah dirancang tersebut sudah berjalan dengan baik
sesuai ketentuan pada tahapan Conceptual Model, Input/Output Data, dan
Modelling. Terdapat 2 kemungkinan pada tahapan ini, yaitu sudah sesuai dan belum
sesuai. Jika pada tahapan ini belum sesuai dengan skenario atau terdapat kesalahan
yang dilakukan, maka akan ada proses pengoreksian dan perbaikan pada
masingmasing tahapan metode simulasi. Namun bila pada tahapan ini sudah sesuai
dengan skenario yang dibuat atau tidak terdapat kesalahan, maka simulasi dapat
dilanjutkan ke tahapan berikutnya. Beberapa percobaan yang akan dilakukan pada
tahapan ini diantaranya:
5.1.1. Pengujian Konfigurasi Simulasi
Tahapan pengujian konfigurasi ini dilakukan untuk memeriksa
apakah seluruh konfigurasi yang dibuat sudah sesuai format syntax dan
bisa dilakukan simulasi atau belum. Pengujian dilakukan pada aplikasi
NS2 yang digunakan untuk kompilasi file yang berisi konfigurasi-
konfigurasi simulasi. Command yang dilakukan pada lokasi file
automate.sh berada dengan menggunakan perintah “./automate.sh”. Bila
terdapat kesalahan pada saat kompilasi, maka simulasi tidak dapat berjalan
dan perlu adanya perbaikan syntax pada file yang bermasalah. Bila
kompilasi berhasil dilakukan, maka akan menghasilkan 2 folder baru yaitu
folder mobility_files dan folder output. Folder mobility_files berisi file-
file mobilitas yang telah terbentuk. Sedangkan folder output berisi 3 folder
baru yaitu folder nam, folder result, dan folder trace. Folder nam berisi file
animasi simulasi yang terbentuk dari tiap file mobilitas. Folder trace berisi
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hasil trace dari tiap mobilitas. Dan terakhir folder result yang berisi file
Final_Result.csv dan Result.txt. Kedua file inilah yang akan diolah dan
dianalisis oleh penulis pada penelitian ini.
5.1.2. Pengujian Pemilihan Jalur oleh Routing Protocol
Pengujian pemilihan jalur ini dilakukan untuk memeriksa apakah
setiap node sudah berjalan sesuai peran yang ditentukan yaitu sender node,
receiver node dan node biasa. Pengujian pada tahap ini dapat dilakukan
dengan menggunakan 2 cara. Pertama, melalui proses animasi simulasi
yang berlangsung pada file nam. Kedua, melakukan pemeriksaan pada file
trace yang telah terbentuk. Percobaan ini dilakukan pada setiap skenario
yang telah dibuat.
5.1.3. Pengujian Metode Random Waypoint Mobility
Pengujian Metode Random Waypoint Mobility ini dilakukan untuk
memeriksa apakah hasil mobilitas terbentuk secara acak atau tidak.
Pengujian pada tahap ini dapat dilakukan dengan mengecek file mobilitas
yang telah terbentuk.
5.1.4. Pengujian Quality of Service Jaringan dengan Variasi Skenario
Pengujian Quality of Service Jaringan dengan variasi skenario
dilakukan dengan cara melihat nilai hasil parameter yang telah diuji.
Parameter yang diuji adalah Packet Delivery Ratio (PDR), Delay,
Throughput, Packet Loss, Control Overhead (CO), dan Normalized
Routing Overhead (NRO). Pengujian pada tahap ini dapat dilakukan
dengan mengecek file Final_result.csv dan Result.txt pada folder result.
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.2. Experimentation
Pada tahapan ini, akan dilakukan percobaan pada setiap pengujian yang
telah dirancang sebelumnya yaitu:
5.2.1. Pengujian Konfigurasi Simulasi
Setelah konfigurasi file automate.sh , analysis.awk dan aodv.tcl,
maka dapat dilakukan pemeriksaan apakah konfigurasi tersebut dapat
berjalan atau tidak. Pemeriksaan konfigurasi dapat dilakukan dengan cara
menggunakan perintah “./automate.sh” pada terminal linux ubuntu.
Gambar 5. 1 Proses menjalankan perintah “./automate.sh” pada terminal di linux ubuntu
Setelah perintah dijalankan, pada akhir syntax kita dapat memeriksa
apakah simulasi berhasil atau tidak.
Berikut contoh gambar hasil pemeriksaan konfigurasi simulasi yang
berhasil:
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5. 2 Proses pengujian konfigurasi simulasi berhasil
Selama proses kofigurasi berlangsung, akan terbentuk beberapa fie
.mob, file.tr, dan file.nam. Jika proses berhasil maka akan ada dua folder
baru yaitu mobility_files dan output.
Gambar 5. 3 File yang terbentuk setelah proses konfigurasi berhasil
5.2.2. Pengujian Pemilihan Jalur oleh Routing Protocol
Tahap berikutnya adalah pengujian terhadap pemilihan jalur yang
dilakukan oleh routing protocol AODV. Bila komunikasi dapat dilakukan,
maka pemilihan jalur berhasil dilakukan. Pengujian dapat dilakukan
dengan menggunakan 2 cara, yaitu menggunakan file simulasi NAM dan
menganalisa file trace yang telah terbentuk dari hasil kompilasi. File
simulasi NAM dan file trace dapat ditemukan pada folder output.
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5. 4 File NAM yangterdapat pada folder Output/Nam
Pengujian pada file NAM dilakukan pada terminal linux ubuntu
dengan menggunakan perintah “$ nam <nam filename>”.
Gambar 5. 5 File Trace yang terdapat pada folder Ouput/trace
Pengujian analisa trace file dilakukan dengan membuka file bertipe
.tr lalu menganalisa paket yang diterima oleh receiver. Contoh pengujian
pemilihan jalur oleh routing protocol dapat dilihat dibawah ini:
Gambar 5. 6 Pengujian pemilihan jalur dengan NAM
Pada gambar tersebut dapat dilihat node 0 yang berperan sebagai
sender node mengirim paket menuju receiver node (node 40) melalui node
25 (node biasa). Dengan kata lain pemilihan jalur oleh routing protocol
AODV berhasil dilakukan.
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.2.3. Pengujian Metode Random Waypoint Mobility
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah posisi dan arah
node disusun secara random. Pengujian dapat dibuktikan dengan cara
melihat posisi node pada tiap file .nam atau melihat pada file mob.
Gambar 5. 7 Pengujian Metode Random Waypoint Mobility dengan file nam
Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan hasil animasi file
out_2.nam dengan file out_1.nam. Pada gambar diatas posisi node yang
ditampilkan berbeda. Karena dengan menggunakan metode Random
Waypoint Mobility, posisi node akan ditentukan secara acak (random).
Gambar 5. 8 Pengujian Metode Random Waypoint Mobility dengan file mob
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan file mob1 dengan
file mob2. Pada gambar tersebut nilai X dan Y pada node berbeda. Hal
tersebut membuktikan bahwa posisi node yang akan disimulasikan disusun
secara acak (random). Dengan kata lain, penggunaan metode Random
Waypoint Mobility berhasil dilakukan.
5.2.4. Pengujian Quality of Service Jaringan
Pengujian ini dilakukan dengan cara melihat hasil proses routing
yang ada pada folder output. Lalu memlih folder result. Pada folder result
terdapat dua file yang megandung nilai parameter hasil yaitu
Final_Result.csv dan Result.txt.
Gambar 5. 9 File Final_Result.csv dan Result.txt
Pada file Final_Result.csv terdapat nilai hasil dari sepuluh mobilitas.
Nilai yang diperoleh yaitu jumlah paket terkirim, jumlah paket diterima,
Packet Delivery Ratio, Control Overhead, Normalized Routing Overhead,
Delay, Throughput, dan Packet Loss. Kemudian pada bagian terakhir pada
file ini terdapat hasil rata – rata dari nilai yang diperoleh.
Gambar 5. 10 Nilai hasil pada file Final_Result.csv
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kemudian pada file Result.txt terdapat nilai hasil dari sepuluh
mobilitas. Perbedaannya dengan file csv, pada file ini tidak terdapat nilai
hasil rata-rata. Kemudian hasil yang ditampilkan berformat .txt
Gambar 5. 11 Nilai hasil dari File Result.txt
Dengan diperolehnya nilai hasil parameter maka pengujian Quality
of Service jaringan berhasil dilakukan.
5.3. Output Evaluation
Pada tahap ini hasil simulasi akan dicatat dalam bentuk tabel dan grafik.
Hasil tersebut berupa output yang diperoleh dari pengujian Quality of Service pada
jaringan pada tiap skenario yang meliputi Packet Delivery Ratio, Control
Overhead, Normalized Routing Overhead, Delay, Throughput, dan Packet Loss.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan NS-2 simulator dan Nam. Kemudian
hasil simulasi diolah dan ditampilkan dalam bentuk grafik menggunakan Ms. Excel
secara manual.
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Simulasi yang dilakukan dengan menggunakan variasi beberapa skenario
seperti penambahan jumlah node, perbedaan luas area, perbedaan ukuran paket
yang dikirim, perbedaan kecepatan minimum dan maksimum, serta perbedaan lama
waktu simulasi.
5.3.1. Skenario 1 (Variasi Jumlah Node)
Pada skenario ini dilakukan variasi jumlah node yaitu 50, 100 dan
150 node. Routing Protocol yang digunakan adalah AODV dengan satu
sender node (node 0), satu receiver node (node 40) dan sisanya adalah node
biasa. Letak dan arah node dibuat secara random menggunakan Random
Waypoint Mobility. Ukuran paket yang dikirim adalah 512 bytes. Luas area
node untuk bergerak adalah 1000 m x 1000 m. Waktu simulasinya adalah
100 sec.
Berikut hasil simulasi dari skenario 1 berupa nilai dari parameter
Packet Delivery Ratio, Control Overhead, Normalized Routing Overhead,
Delay, Throughput, Packet Loss.
Tabel 5. 1 Hasil Skenario 50 node
Simulation Number
No of Packets
Sent (bytes)
No of Packets
Received (bytes)
Packet Delivery
Ratio (%)
Control Overhead
(bytes)
Normalized Routing
Overhead (%)
Delay
(sec)
Throughput
(Kbps)
Packet
Loss (%)
1 349 320 91,69 1822 569,38 0,47 19,48 8,31
2 356 334 93,82 2030 607,78 0,26 20,31 6,18
3 361 348 96,4 1121 322,13 0,02 21,2 3,6
4 358 331 92,46 2258 682,18 0,47 20,14 7,54
5 347 323 93,08 1426 441,49 0,06 19,71 6,92
6 352 329 93,47 2247 682,98 0,35 20,04 6,53
7 350 336 96 1218 362,5 0,32 20,49 4
8 342 320 93,57 1751 547,19 0,11 19,47 6,43
9 359 343 95,54 488 142,27 0,34 20,87 4,46
10 355 339 95,49 1364 402,36 0,03 20,62 4,51
Average 352,9 332,3 94,152 1572,5 476,026 0,243 20,233 5,848
Pada tabel 5.1. menunjukkan hasil dari sepuluh kali simulasi
dengan skenario 50 node. Pada tabel tersebut disajikan nilai dari
banyaknya paket yang diterima, banyaknya paket yang dikirim, Packet
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized Routing
Overhead (NRO), Delay, Throughput dan Packet Loss dari sepuluh
simulasi. Dari tabel tersebut penulis mendapatkan hasil rata-rata paket
yang dikirim 352,9 bytes, paket yang diterima 332 bytes, Packet Delivery
Ratio (PDR) 94,152 %, Control Overhead (CO) 1572,5 bytes, Normalized
Routing Overhead (NRO) 476,026 %, Delay 0,243 seconds, Throughput
20,233 Kbps dan Packet Loss 5,848 %.
Tabel 5. 2 Hasil Skenario 100 node
Simulation Number
No of Packets
Sent (bytes)
No of Packets
Received (bytes)
Packet Delivery
Ratio (%)
Control Overhead
(bytes)
Normalized Routing
Overhead (%)
Delay
(sec)
Throughput
(Kbps)
Packet
Loss (%)
1 345 321 93,04 3158 983,8 0,08 19,53 6,96
2 345 319 92,46 5145 1612,85 0,35 19,42 7,54
3 343 326 95,04 2049 628,53 0,03 19,85 4,96
4 345 325 94,2 3108 956,31 0,12 19,82 5,8
5 353 337 95,47 2657 788,43 0,09 20,51 4,53
6 347 337 97,12 1918 569,14 1,04 20,51 2,88
7 338 329 97,34 1611 489,67 0,14 20,06 2,66
8 355 335 94,37 3865 1153,73 0,44 20,39 5,63
9 352 336 95,45 2196 653,57 0,03 20,45 4,55
10 351 327 93,16 4078 1247,09 0,41 19,92 6,84
Average 347,4 329,2 94,765 2978,5 908,312 0,273 20,046 5,235
Pada tabel 5.2. menunjukkan hasil dari sepuluh kali simulasi
dengan skenario 100 node. Pada tabel tersebut disajikan nilai dari
banyaknya paket yang diterima, banyaknya paket yang dikirim, Packet
Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized Routing
Overhead (NRO), Delay, Throughput dan Packet Loss dari sepuluh
simulasi. Dari tabel tersebut penulis mendapatkan hasil rata-rata paket
yang dikirim 347,4 bytes, paket yang diterima 329,2 bytes, Packet Delivery
Ratio (PDR) 94,765 %, Control Overhead (CO) 2978,5 bytes, Normalized
Routing Overhead (NRO) 908,312 %, Delay 0,273 seconds, Throughput
20,046 Kbps dan Packet Loss 5,235 %.
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 5. 3 Hasil Skenario 150 node
Simulation Number
No of Packets
Sent (bytes)
No of Packets
Received (bytes)
Packet Delivery
Ratio (%)
Control Overhead
(bytes)
Normalized Routing
Overhead (%)
Delay
(sec)
Throughput
(Kbps)
Packet
Loss (%)
1 346 260 75,14 4051 1558,08 1,93 15,84 24,86
2 346 195 56,36 3047 1562,56 0,43 11,87 43,64
3 356 340 95,51 4526 1331,18 0,38 20,7 4,49
4 346 324 93,64 3730 1151,23 0,46 19,77 6,36
5 338 326 96,45 4147 1272,09 1,19 19,86 3,55
6 348 337 96,84 3299 978,93 0,14 20,53 3,16
7 354 351 99,15 1199 341,6 0,29 21,36 0,85
8 348 328 94,25 4751 1448,48 0,05 19,95 5,75
9 353 343 97,17 3782 1102,62 0,31 20,86 2,83
10 350 314 89,71 5195 1654,46 0,35 19,12 10,29
Average 348,5 311,8 89,422 3772,7 1240,123 0,553 18,986 10,578
Pada tabel 5.3. menunjukkan hasil dari sepuluh kali simulasi
dengan skenario 150 node. Pada tabel tersebut disajikan nilai dari
banyaknya paket yang diterima, banyaknya paket yang dikirim, Packet
Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized Routing
Overhead (NRO), Delay, Throughput dan Packet Loss dari sepuluh
simulasi. Dari tabel tersebut penulis mendapatkan hasil rata-rata paket
yang dikirim 348,5 bytes, paket yang diterima 311,8 bytes, Packet Delivery
Ratio (PDR) 89,422 %, Control Overhead (CO) 3772,7 bytes, Normalized
Routing Overhead (NRO) 1240,123 %, Delay 0,553 seconds, Throughput
18,986 Kbps dan Packet Loss 10,578 %.
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Grafik 5. 1 Grafik Packet Delivery Ratio Skenario 1
Grafik 5.1. menunjukkan nilai Packet Delivery Ratio (PDR) dari
variasi skenario 50 node (garis biru), 100 node (garis merah) dan 150 node
(garis hijau). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu
sampai kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
Grafik 5. 2 Grafik Control Overhead Skenario 1
Grafik 5.2. menunjukkan nilai Control Overhead dari variasi
skenario 50 node (garis biru), 100 node (garis merah) dan 150 node (garis
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( %
)
Simulasi ke -
Packet Delivery Ratio
50 node 100 node 150 node
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( b
yte
s )
Simulasi ke -
Control Overhead
50 node 100 node 150 node
76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hijau). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai
kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
Grafik 5. 3 Grafik Normalized Routing Overhead Skenario 1
Grafik 5.3. menunjukkan nilai Normalized Routing Overhead dari
variasi skenario 50 node (garis biru), 100 node (garis merah) dan 150 node
(garis hijau). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu
sampai kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( %
)
Simulasi ke -
Normalized Routing Overhead
50 node 100 node 150 node
77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Grafik 5. 4 Grafik Delay Skenario 1
Grafik 5.4. menunjukkan nilai Delay dari variasi skenario 50 node
(garis biru), 100 node (garis merah) dan 150 node (garis hijau). Pada grafik
tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai kesepuluh yang
membentuk pola seperti diatas.
Grafik 5. 5 Grafik Throughput Skenario 1
Grafik 5.5. menunjukkan nilai Throughput dari variasi skenario
50 node (garis biru), 100 node (garis merah) dan 150 node (garis hijau).
0
0,5
1
1,5
2
2,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( s
ec
)
Simulasi ke -
Delay
50 node 100 node 150 node
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( K
bp
s )
Simulasi ke -
Throughput
50 node 100 node 150 node
78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada grafik tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai kesepuluh
yang membentuk pola seperti diatas.
Grafik 5. 6 Grafik Packet Loss Skenario 1
Grafik 5.6. menunjukkan nilai Packet Loss dari variasi skenario
50 node (garis biru), 100 node (garis merah) dan 150 node (garis hijau).
Pada grafik tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai kesepuluh
yang membentuk pola seperti diatas.
Tabel 5. 4 Perbandingan rata-rata parameter hasil variasi jumlah node
Jumlah
Node
Rata – Rata
PDR CO NRO Delay Throughput Packet Loss
50 node 94,152 1572,5 476,026 0,243 20,233 5,848
100 node 94,765 2978,5 908,312 0,273 20,046 5,235
150 node 89,422 3772,7 1240,123 0,553 18,986 10,578
Dari tabel perbandingan rata-rata diatas diperoleh beberapa
informasi hasil simulasi pada skenario 1. Diperoleh rata-rata nilai Packet
Delivery Ratio (PDR) sebesar 94,152 % dengan jumlah node 50, kemudian
94,765 % dengan jumlah node 100 dan 89, 422 % dengan 150 node. Saat
percobaan 50 node ke 100 node, nilai rata-rata PDR mengalami kenaikan
0,613 %. Tetapi ketika percobaan 150 node, rata-rata nilai PDR mengalami
penurunan 5,343%.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( %
)
Simulasi ke -
Packet Loss
50 node 100 node 150 node
79
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Diperoleh rata-rata nilai Control Overhead (CO) sebesar 1572,5
bytes dengan jumlah node 50, kemudian 2978,5 bytes dengan jumlah node
100 dan 3772,7 bytes dengan 150 node. Dari hasil di atas, rata-rata nilai
CO mengalami kenaikan dari jumlah node 50, 100, dan 150.
Diperoleh rata-rata nilai Normalized Routing Overhead (NRO)
sebesar 476,026 % dengan jumlah node 50, kemudian 908,312 % dengan
jumlah node 100 dan 1240,123 % dengan 150 node. Dari hasil di atas ,
rata-rata nilai NRO mengalami kenaikan dari jumlah node 50, 100 dan
150.
Diperoleh rata-rata nilai Delay sebesar 0,243 seconds dengan jumlah
node 50, kemudian 0,273 seconds dengan jumlah node 100 dan 0,553
seconds dengan 150 node. Dari hasil di atas, rata-rata nilai Delay
mengalami kenaikan dari jumlah node 50,100 dan 150.
Diperoleh rata-rata nilai Throughput 20,233 Kbps dengan jumlah
node 50, kemudian 20,046 Kbps dengan jumlah node 100 dan 18,986 Kbps
dengan jumlah 150 node. Dari hasil di atas, rata-rata nilai Throughput
mengalami penurunan dari jumlah 50, 100 dan 150 node.
Diperoleh rata-rata nilai Packet Loss 5,848 % dengan jumlah node
50, kemudian 5,235 % dengan jumlah node 100 dan 10,578 % dengan 150
node. Saat percobaan 50 node ke 100 node, nilai rata-rata Packet Loss
mengalami penurunan 0,613 %. Tetapi ketika percobaan 150 node, rata-
rata nilai Packet Loss mengalami kenaikan 5,343 %.
5.3.2. Skenario 2 (Variasi Luas Area)
Pada skenario ini dilakukan variasi luas area yaitu 500 m x 500 m,
1000 m x 1000 m dan 1500 m x 1500 m. Routing Protocol yang digunakan
adalah AODV dengan satu sender node (node 0), satu receiver node (node
40) dan sisanya adalah node biasa. Letak dan arah node dibuat secara
random menggunakan random waypoint mobility. Ukuran paket yang
dikirim adalah 512 bytes. Jumlah nodenya adalah 50. Waktu simulasinya
adalah 100 sec. Serta kecepatan masing-masing node adalah 20 – 30 m/s.
80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berikut hasil simulasi dari skenario 2 berupa nilai dari parameter
Packet Delivery Ratio, Control Overhead, Normalized Routing Overhead,
Delay, Throughput, Packet Loss.
Tabel 5. 5 Hasil Skenario 500 m x 500 m
Simulation Number
No of Packets
Sent (bytes)
No of Packets
Received (bytes)
Packet Delivery
Ratio (%)
Control Overhead
(bytes)
Normalized Routing
Overhead (%)
Delay
(sec)
Throughput
(Kbps)
Packet
Loss (%)
1 347 343 98,85 404 117,78 0,02 20,89 1,15
2 350 342 97,71 812 237,43 0,03 20,84 2,29
3 342 336 98,25 659 196,13 0,05 20,48 1,75
4 351 344 98,01 511 148,55 0,01 20,97 1,99
5 362 358 98,9 358 100 0,01 21,79 1,1
6 348 338 97,13 902 266,86 0,02 20,57 2,87
7 348 342 98,28 763 223,1 0,04 20,8 1,72
8 354 345 97,46 767 222,32 0,07 21,01 2,54
9 347 336 96,83 1319 392,56 0,06 20,48 3,17
10 361 356 98,61 658 184,83 0,9 21,66 1,39
Average 351 344 98,003 715,3 208,956 0,121 20,949 1,997
Pada tabel 5.5. menunjukkan hasil dari sepuluh kali simulasi
dengan skenario luas area 500 m x 500 m. Pada tabel tersebut disajikan
nilai dari banyaknya paket yang diterima, banyaknya paket yang dikirim,
Packet Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized
Routing Overhead (NRO), Delay, Throughput dan Packet Loss dari
sepuluh simulasi. Dari tabel tersebut penulis mendapatkan hasil rata-rata
paket yang dikirim 351 bytes, paket yang diterima 344 bytes, Packet
Delivery Ratio (PDR) 98,003 %, Control Overhead (CO) 715,3 bytes,
Normalized Routing Overhead (NRO) 208,956 %, Delay 0,121 seconds,
Throughput 20,949 Kbps dan Packet Loss 1,997 %.
81
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 5. 6 Hasil Skenario 1000 m x 1000 m
Simulation Number
No of Packets
Sent (bytes)
No of Packets
Received (bytes)
Packet Delivery
Ratio (%)
Control Overhead
(bytes)
Normalized Routing
Overhead (%)
Delay
(sec)
Throughput
(Kbps)
Packet
Loss (%)
1 349 320 91,69 1822 569,38 0,47 19,48 8,31
2 356 334 93,82 2030 607,78 0,26 20,31 6,18
3 361 348 96,4 1121 322,13 0,02 21,2 3,6
4 358 331 92,46 2258 682,18 0,47 20,14 7,54
5 347 323 93,08 1426 441,49 0,06 19,71 6,92
6 352 329 93,47 2247 682,98 0,35 20,04 6,53
7 350 336 96 1218 362,5 0,32 20,49 4
8 342 320 93,57 1751 547,19 0,11 19,47 6,43
9 359 343 95,54 488 142,27 0,34 20,87 4,46
10 355 339 95,49 1364 402,36 0,03 20,62 4,51
Average 352,9 332,3 94,152 1572,5 476,026 0,243 20,233 5,848
Pada tabel 5.6. menunjukkan hasil dari sepuluh kali simulasi
dengan skenario luas area 1000 m x 1000 m. Pada tabel tersebut disajikan
nilai dari banyaknya paket yang diterima, banyaknya paket yang dikirim,
Packet Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized
Routing Overhead (NRO), Delay, Throughput dan Packet Loss dari
sepuluh simulasi. Dari tabel tersebut penulis mendapatkan hasil rata-rata
paket yang dikirim 352,9 bytes, paket yang diterima 332,3 bytes, Packet
Delivery Ratio (PDR) 94,152 %, Control Overhead (CO) 1572,5 bytes,
Normalized Routing Overhead (NRO) 476,026 %, Delay 0,243 seconds,
Throughput 20,233 Kbps dan Packet Loss 5,848 %.
Tabel 5. 7 Hasil Skenario 1500 m x 1500 m
Simulation Number
No of Packets
Sent (bytes)
No of Packets
Received (bytes)
Packet Delivery
Ratio (%)
Control Overhead
(bytes)
Normalized Routing
Overhead (%)
Delay
(sec)
Throughput
(Kbps)
Packet
Loss (%)
1 347 188 54,18 2385 1268,62 2,13 11,45 45,82
2 350 177 50,57 721 407,34 1,46 10,77 49,43
3 355 229 64,51 1802 786,9 1,41 13,94 35,49
4 345 328 95,07 1204 367,07 0,12 20,01 4,93
5 346 322 93,06 1515 470,5 0,21 19,59 6,94
6 357 337 94,4 1107 328,49 0,1 20,5 5,6
7 351 309 88,03 632 204,53 0,86 18,81 11,97
8 349 278 79,66 1356 487,77 1,03 16,95 20,34
82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9 343 179 52,19 898 501,68 4,24 10,9 47,81
10 350 322 92 1234 383,23 1,03 19,61 8
Average 349,3 266,9 76,367 1285,4 520,613 1,259 16,253 23,633
Pada tabel 5.7. menunjukkan hasil dari sepuluh kali simulasi
dengan skenario luas area 1500 m x 1500 m. Pada tabel tersebut disajikan
nilai dari banyaknya paket yang diterima, banyaknya paket yang dikirim,
Packet Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized
Routing Overhead (NRO), Delay, Throughput dan Packet Loss dari
sepuluh simulasi. Dari tabel tersebut penulis mendapatkan hasil rata-rata
paket yang dikirim 349,3 bytes, paket yang diterima 266,9 bytes, Packet
Delivery Ratio (PDR) 76,367 %, Control Overhead (CO) 1285,4 bytes,
Normalized Routing Overhead (NRO) 520,613 %, Delay 1,259 seconds,
Throughput 16,253 Kbps dan Packet Loss 23,633 %.
Grafik 5. 7 Grafik Packet Delivery Ratio Skenario 2
Grafik 5.7. menunjukkan nilai Packet Delivery Ratio (PDR) dari
variasi skenario luas area 500 m x 500 m (garis biru), 1000 m x 1000 m
(garis merah) dan 1500 m x 1500 m (garis hijau). Pada grafik tersebut
disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai kesepuluh yang membentuk
pola seperti diatas.
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( %
)
Simulasi ke -
Packet Delivery Ratio
500 m x 500 m 1000 m x 1000 m 1500 m x 1500 m
83
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Grafik 5. 8 Grafik Control Overhead Skenario 2
Grafik 5.8. menunjukkan nilai Control Overhead (CO) dari
variasi skenario luas area 500 m x 500 m (garis biru), 1000 m x 1000 m
(garis merah) dan 1500 m x 1500 m (garis hijau). Pada grafik tersebut
disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai kesepuluh yang membentuk
pola seperti diatas.
Grafik 5. 9 Grafik Normalized Routing Overhead Skenario 2
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( b
yte
s )
Simulasi ke -
Control Overhead
500 m x 500 m 1000 m x 1000 m 1500 m x 1500 m
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( %
)
Simulasi ke -
Normalized Routing Overhead
500 m x 500 m 1000 m x 1000 m 1500 m x 1500 m
84
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Grafik 5.9. menunjukkan nilai Normalized Overhead (NRO) dari
variasi skenario luas area 500 m x 500 m (garis biru), 1000 m x 1000 m
(garis merah) dan 1500 m x 1500 m (garis hijau). Pada grafik tersebut
disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai kesepuluh yang membentuk
pola seperti diatas.
Grafik 5. 10 Grafik Delay Skenario 2
Grafik 5.10. menunjukkan nilai Delay dari variasi skenario luas
area 500 m x 500 m (garis biru), 1000 m x 1000 m (garis merah) dan 1500
m x 1500 m (garis hijau). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari simulasi
kesatu sampai kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( s
ec
)
Simulasi ke -
Delay
500 m x 500 m 1000 m x 1000 m 1500 m x 1500 m
85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Grafik 5. 11 Grafik Throughput Skenario 2
Grafik 5.11. menunjukkan nilai Throughput dari variasi skenario
luas area 500 m x 500 m (garis biru), 1000 m x 1000 m (garis merah) dan
1500 m x 1500 m (garis hijau). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari
simulasi kesatu sampai kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
Grafik 5. 12 Grafik Packet Loss Skenario 2
Grafik 5.12. menunjukkan nilai Packet Loss dari variasi skenario
luas area 500 m x 500 m (garis biru), 1000 m x 1000 m (garis merah) dan
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( K
bp
s )
Simulasi ke -
Throughput
500 m x 500 m 1000 m x 1000 m 1500 m x 1500 m
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( %
)
Simulasi ke -
Packet Loss
500 m x 500 m 1000 m x 1000 m 1500 m x 1500 m
86
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1500 m x 1500 m (garis hijau). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari
simulasi kesatu sampai kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
Tabel 5. 8 Perbandingan rata-rata parameter hasil variasi luas area
Luas Area Rata – Rata
PDR CO NRO Delay Throughput Packet Loss
500 x 500 98,003 715,3 208,956 0,121 20,949 1,997
1000 x 1000 94,152 1572,5 476,026 0,243 20,233 5,848
1500 x 1500 76,367 1285,4 520,613 1,259 16,253 23,633
Dari tabel perbandingan rata-rata diatas diperoleh beberapa
informasi hasil simulasi pada skenario 2. Diperoleh rata-rata nilai Packet
Delivery Ratio (PDR) sebesar 98,003 % dengan luas area 500 m x 500 m,
kemudian 94,152 % dengan luas area 1000 m x 1000 m dan 76,367 %
dengan 1500 m x 1500 m. Dari hasil di atas, rata-rata nilai PDR mengalami
penurunan dari luas area 500 m x 500 m, 1000 m x 1000 m dan 1500 m x
1500 m.
Diperoleh rata-rata nilai Control Overhead (CO) sebesar 715,3 bytes
dengan luas area 500 m x 500 m, kemudian 1572,5 bytes dengan luas area
1000 m x 1000 m dan 1285,4 bytes dengan 1500 m x 1500 m. Saat
percobaan 500 m x 500 m ke 1000 m x 1000 m, nilai rata-rata Control
Overhead mengalami kenaikan 857,2 bytes. Tetapi ketika percobaan 1500
m x 1500 m, rata-rata nilai Control Overhead mengalami penurunan
sebesar 287,1 bytes.
Diperoleh rata-rata nilai Normalized Routing Overhead (NRO)
sebesar 208,956 % dengan luas area 500 m x 500 m, kemudian 476,026 %
dengan luas area 1000 m x 1000 m dan 520,613 % dengan luas 1500 m x
1500 m. Dari hasil di atas , rata-rata nilai NRO mengalami kenaikan dari
luas area 500 m x 500 m , 1000 m x 1000 m dan 1500 m x 1500 m.
Diperoleh rata-rata nilai Delay sebesar 0,121 seconds dengan luas
area 500 m x 500 m, kemudian 0,243 seconds dengan luas area 1000 m x
1000 m dan 1,259 seconds dengan 1500 m x 1500 m. Dari hasil di atas,
rata-rata nilai Delay mengalami kenaikan dari luas area 500 m x 500 m,
1000 m x 1000 m dan 1500 m x1500 m.
87
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Diperoleh rata-rata nilai Throughput 20,949 Kbps dengan luas area
500 m x 500 m, kemudian 20,233 Kbps dengan luas area 1000 m x 1000
m dan 16,253 Kbps dengan luas 1500 m x 1500 m. Dari hasil di atas, rata-
rata nilai Throughput mengalami penurunan dari luas area 500 m x 500 m,
1000 m x 1000 m dan 1500 m x 1500 m.
Diperoleh rata-rata nilai Packet Loss 1,997 % dengan luas area 500
m x 500 m, kemudian 5,848 % dengan luas area 1000 m x 1000 m dan 23,
633 % dengan luas 1500 m x 1500 m. Dari hasil di atas, rata-rata nilai
Packet Loss mengalami kenaikan dari luas area 500 m x 500 m, 1000 m x
1000 m dan 1500 m x1500 m.
5.3.3. Skenario 3 (Variasi Ukuran Paket)
Pada skenario ini dilakukan variasi Ukuran Paket yaitu 512 bytes
dan 1024 bytes. Routing Protocol yang digunakan adalah AODV dengan
satu sender node (node 0), satu receiver node (node 40) dan sisanya adalah
node biasa. Letak dan arah node dibuat secara random menggunakan
random waypoint mobility. Luas areanya adalah 1000 m x 1000 m. Jumlah
nodenya adalah 50. Waktu simulasinya adalah 100 sec. Serta kecepatan
masing-masing node adalah 20 – 30 m/s.
Berikut hasil simulasi dari skenario 3 berupa nilai dari parameter
Packet Delivery Ratio, Control Overhead, Normalized Routing Overhead,
Delay, Throughput, Packet Loss.
Tabel 5. 9 Hasil Skenario 512 bytes
Simulation Number
No of Packets
Sent (bytes)
No of Packets
Received (bytes)
Packet Delivery
Ratio (%)
Control Overhead
(bytes)
Normalized Routing
Overhead (%)
Delay
(sec)
Throughput
(Kbps)
Packet
Loss (%)
1 349 320 91,69 1822 569,38 0,47 19,48 8,31
2 356 334 93,82 2030 607,78 0,26 20,31 6,18
3 361 348 96,4 1121 322,13 0,02 21,2 3,6
4 358 331 92,46 2258 682,18 0,47 20,14 7,54
5 347 323 93,08 1426 441,49 0,06 19,71 6,92
6 352 329 93,47 2247 682,98 0,35 20,04 6,53
7 350 336 96 1218 362,5 0,32 20,49 4
88
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8 342 320 93,57 1751 547,19 0,11 19,47 6,43
9 359 343 95,54 488 142,27 0,34 20,87 4,46
10 355 339 95,49 1364 402,36 0,03 20,62 4,51
Average 352,9 332,3 94,152 1572,5 476,026 0,243 20,233 5,848
Pada tabel 5.9. menunjukkan hasil dari sepuluh kali simulasi
dengan skenario ukuran paket 512 bytes. Pada tabel tersebut disajikan nilai
dari banyaknya paket yang diterima, banyaknya paket yang dikirim,
Packet Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized
Routing Overhead (NRO), Delay, Throughput dan Packet Loss dari
sepuluh simulasi. Dari tabel tersebut penulis mendapatkan hasil rata-rata
paket yang dikirim 352,9 bytes, paket yang diterima 332,3 bytes, Packet
Delivery Ratio (PDR) 94,152 %, Control Overhead (CO) 1572,5 bytes,
Normalized Routing Overhead (NRO) 476,026 %, Delay 0,243 seconds,
Throughput 20,233 Kbps dan Packet Loss 5,848 %.
Tabel 5. 10 Hasil Skenario 1024 bytes
Simulation Number
No of Packets
Sent (bytes)
No of Packets
Received (bytes)
Packet Delivery
Ratio (%)
Control Overhead
(bytes)
Normalized Routing
Overhead (%)
Delay
(sec)
Throughput
(Kbps)
Packet
Loss (%)
1 706 667 94,48 2042 306,15 0,13 40,64 5,52
2 716 664 92,74 1869 281,48 0,29 40,42 7,26
3 712 648 91,01 1353 208,8 0,05 39,41 8,99
4 718 696 96,94 845 121,41 0,04 42,22 3,06
5 718 676 94,15 1643 243,05 0,09 41,19 5,85
6 700 661 94,43 1510 228,44 0,05 40,39 5,57
7 714 651 91,18 1453 223,2 0,27 39,42 8,82
8 682 449 65,84 1681 374,39 0,17 27,28 34,16
9 692 633 91,47 2169 342,65 0,06 38,39 8,53
10 704 669 95,03 1446 216,14 0,07 40,56 4,97
Average 706,2 641,4 90,727 1601,1 254,571 0,122 38,992 9,273
Pada tabel 5.10. menunjukkan hasil dari sepuluh kali simulasi
dengan skenario ukuran paket 1024 bytes. Pada tabel tersebut disajikan
nilai dari banyaknya paket yang diterima, banyaknya paket yang dikirim,
Packet Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized
Routing Overhead (NRO), Delay, Throughput dan Packet Loss dari
89
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sepuluh simulasi. Dari tabel tersebut penulis mendapatkan hasil rata-rata
paket yang dikirim 706,2 bytes, paket yang diterima 641,4 bytes, Packet
Delivery Ratio (PDR) 90,727 %, Control Overhead (CO) 1601,1 bytes,
Normalized Routing Overhead (NRO) 254,571 %, Delay 0,122 seconds,
Throughput 38,992 Kbps dan Packet Loss 9,273 %.
Grafik 5. 13 Grafik Packet Delivery Ratio Skenario 3
Grafik 5.13. menunjukkan nilai Packet Delivery Ratio (PDR) dari
variasi skenario ukuran paket 512 bytes (garis biru) dan 1024 bytes (garis
merah). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai
kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( %
)
Simulasi ke -
Packet Delivery Ratio
512 bytes 1024 bytes
90
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Grafik 5. 14 Grafik Control Overhead Skenario 3
Grafik 5.14. menunjukkan nilai Control Overhead (CO) dari
variasi skenario ukuran paket 512 bytes (garis biru) dan 1024 bytes (garis
merah). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai
kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
Grafik 5. 15 Grafik Normalized Routing Overhead Skenario 3
Grafik 5.15. menunjukkan nilai Normalized Routing Overhead
(NRO) dari variasi skenario ukuran paket 512 bytes (garis biru) dan 1024
0
500
1000
1500
2000
2500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( b
yte
s )
Simulasi ke -
Control Overhead
512 bytes 1024 bytes
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( %
)
Simulasi ke -
Normalized Routing Overhead
512 bytes 1024 bytes
91
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bytes (garis merah). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu
sampai kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
Grafik 5. 16 Grafik Delay Skenario 3
Grafik 5.16. menunjukkan nilai Delay dari variasi skenario
ukuran paket 512 bytes (garis biru) dan 1024 bytes (garis merah). Pada grafik
tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai kesepuluh yang
membentuk pola seperti diatas.
Grafik 5. 17 Grafik Throughput Skenario 3
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0,45
0,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( s
ec
)
Simulasi ke -
Delay
512 bytes 1024 bytes
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( K
bp
s )
Simulasi ke -
Throughput
512 bytes 1024 bytes
92
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Grafik 5.17. menunjukkan nilai Delay dari variasi skenario
ukuran paket 512 bytes (garis biru) dan 1024 bytes (garis merah). Pada grafik
tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai kesepuluh yang
membentuk pola seperti diatas.
Grafik 5. 18 Grafik Packet Loss Skenario 3
Grafik 5.18. menunjukkan nilai Packet Loss dari variasi skenario
ukuran paket 512 bytes (garis biru) dan 1024 bytes (garis merah). Pada grafik
tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai kesepuluh yang
membentuk pola seperti diatas.
Tabel 5. 11 Perbandingan rata-rata parameter hasil variasi ukuran paket
Ukuran Paket Rata - Rata
PDR CO NRO Delay Throughput Packet Loss
512 bytes 94,152 1572,5 476,026 0,243 20,233 5,848
1024 bytes 90,727 1601,1 254,571 0,122 38,992 9,273
Dari tabel perbandingan rata-rata diatas diperoleh beberapa
informasi hasil simulasi pada skenario 3. Diperoleh rata-rata nilai Packet
Delivery Ratio (PDR) sebesar 94,152 % dengan ukuran paket 512 bytes
dan 90,727 % dengan Ukuran paket 1024 bytes. Dari hasil di atas, rata-rata
nilai PDR mengalami penurunan dari ukuran paket 512 bytes dan 1024
bytes.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( %
)
Simulasi ke -
Packet Loss
512 bytes 1024 bytes
93
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Diperoleh rata-rata nilai Control Overhead (CO) sebesar 1572,5
bytes dengan ukuran paket 512 bytes dan 1601,1 bytes dengan ukuran
paket 1024 bytes. Dari hasil di atas, rata-rata nilai CO mengalami kenaikan
dari ukuran paket 512 bytes dan 1024 bytes.
Diperoleh rata-rata nilai Normalized Routing Overhead (NRO)
sebesar 476,026 % dengan ukuran paket 512 bytes dan 254,571 % dengan
ukuran paket 1024 bytes. Dari hasil di atas, rata-rata nilai NRO mengalami
penurunan dari ukuran paket 512 bytes dan 1024 bytes.
Diperoleh rata-rata nilai Delay sebesar 0,243 seconds dengan ukuran
paket 512 bytes dan 0,122 seconds dengan Ukuran Paket 1024 bytes. Dari
hasil di atas, rata-rata nilai Delay mengalami penurunan dari ukuran paket
512 bytes dan 1024 bytes.
Diperoleh rata-rata nilai Throughput sebesar 20,233 Kbps dengan
ukuran paket 512 bytes dan 38,992 Kbps dengan ukuran paket 1024 bytes.
Dari hasil di atas, rata-rata nilai Throughput mengalami kenaikan dari
ukuran paket 512 bytes dan 1024 bytes.
Diperoleh rata-rata nilai Packet Loss 1,997 % sebesar 5,848 %
dengan ukuran paket 512 bytes dan 90,273 % dengan ukuran paket 1024
bytes. Dari hasil di atas, rata-rata nilai Packet Loss mengalami kenaikan
dari ukuran paket 512 bytes dan 1024 bytes.
5.3.4. Skenario 4 (Variasi Kecepatan)
Pada skenario ini dilakukan variasi kecepatan node yaitu 10 – 20
m/s, 20 - 30 m/s, 30 - 40 m/s dan 40 – 50 m/s . Routing Protocol yang
digunakan adalah AODV dengan satu sender node (node 0), satu receiver
node (node 40) dan sisanya adalah node biasa. Letak dan arah node dibuat
secara random menggunakan random waypoint mobility. Luas areanya
adalah 1000 m x 1000 m. Jumlah nodenya adalah 50.Ukuran paketnya
adalah 512 bytes. Waktu simulasinya adalah 100 sec.
94
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berikut hasil simulasi dari skenario 4 berupa nilai dari parameter
Packet Delivery Ratio, Control Overhead, Normalized Routing Overhead,
Delay, Throughput, Packet Loss.
Tabel 5. 12 Hasil Skenario 10 – 20 ms
Simulation Number
No of Packets
Sent (bytes)
No of Packets
Received (bytes)
Packet Delivery
Ratio (%)
Control Overhead
(bytes)
Normalized Routing
Overhead (%)
Delay
(sec)
Throughput
(Kbps)
Packet
Loss (%)
1 363 359 98,9 447 124,51 0,06 21,85 1,1
2 354 343 96,89 552 160,93 0,01 20,87 3,11
3 349 337 96,56 464 137,69 0,02 20,53 3,44
4 355 349 98,31 473 135,53 0,06 21,23 1,69
5 350 335 95,71 1413 421,79 0,19 20,37 4,29
6 352 341 96,88 924 270,97 0,02 20,77 3,12
7 353 346 98,02 475 137,28 0,11 21,08 1,98
8 350 342 97,71 467 136,55 0,02 20,8 2,29
9 351 344 98,01 588 170,93 0,05 20,99 1,99
10 345 266 77,1 1010 379,7 1,24 16,21 22,9
Average 352,2 336,2 95,409 681,3 207,588 0,178 20,47 4,591
Pada tabel 5.12. menunjukkan hasil dari sepuluh kali simulasi
dengan skenario kecepatan node 10 – 20 ms. Pada tabel tersebut disajikan
nilai dari banyaknya paket yang diterima, banyaknya paket yang dikirim,
Packet Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized Routing
Overhead (NRO), Delay, Throughput dan Packet Loss dari sepuluh simulasi.
Dari tabel tersebut penulis mendapatkan hasil rata-rata paket yang dikirim
352,5 bytes, paket yang diterima 336,2 bytes, Packet Delivery Ratio (PDR)
95,409 %, Control Overhead (CO) 681,3 bytes, Normalized Routing
Overhead (NRO) 207,588 %, Delay 0,178 seconds, Throughput 20,47 Kbps
dan Packet Loss 4,591 %.
Tabel 5. 13 Hasil Skenario 20 – 30 ms
Simulation Number
No of Packets
Sent (bytes)
No of Packets
Received (bytes)
Packet Delivery
Ratio (%)
Control Overhead
(bytes)
Normalized Routing
Overhead (%)
Delay
(sec)
Throughput
(Kbps)
Packet
Loss (%)
1 349 320 91,69 1822 569,38 0,47 19,48 8,31
2 356 334 93,82 2030 607,78 0,26 20,31 6,18
3 361 348 96,4 1121 322,13 0,02 21,2 3,6
4 358 331 92,46 2258 682,18 0,47 20,14 7,54
95
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5 347 323 93,08 1426 441,49 0,06 19,71 6,92
6 352 329 93,47 2247 682,98 0,35 20,04 6,53
7 350 336 96 1218 362,5 0,32 20,49 4
8 342 320 93,57 1751 547,19 0,11 19,47 6,43
9 359 343 95,54 488 142,27 0,34 20,87 4,46
10 355 339 95,49 1364 402,36 0,03 20,62 4,51
Average 352,9 332,3 94,152 1572,5 476,026 0,243 20,233 5,848
Pada tabel 5.13. menunjukkan hasil dari sepuluh kali simulasi
dengan skenario kecepatan node 20 – 30 ms. Pada tabel tersebut disajikan
nilai dari banyaknya paket yang diterima, banyaknya paket yang dikirim,
Packet Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized Routing
Overhead (NRO), Delay, Throughput dan Packet Loss dari sepuluh simulasi.
Dari tabel tersebut penulis mendapatkan hasil rata-rata paket yang dikirim
352,9 bytes, paket yang diterima 332,3 bytes, Packet Delivery Ratio (PDR)
94,152 %, Control Overhead (CO) 1572,5 bytes, Normalized Routing
Overhead (NRO) 476,026 %, Delay 0,243 seconds, Throughput 20,233 Kbps
dan Packet Loss 5,848 %.
Tabel 5. 14 Hasil Skenario 30 – 40 ms
Simulation Number
No of Packets
Sent (bytes)
No of Packets
Received (bytes)
Packet Delivery
Ratio (%)
Control Overhead
(bytes)
Normalized Routing
Overhead (%)
Delay
(sec)
Throughput
(Kbps)
Packet
Loss (%)
1 350 326 93,14 1315 403,37 0,05 19,89 6,86
2 344 330 95,93 1788 541,82 0,05 20,07 4,07
3 341 317 92,96 1478 466,25 0,16 19,28 7,04
4 355 338 95,21 1233 364,79 0,28 20,56 4,79
5 343 324 94,46 1540 475,31 0,04 19,72 5,54
6 352 332 94,32 1347 405,72 0,09 20,21 5,68
7 344 324 94,19 1815 560,19 0,07 19,7 5,81
8 340 318 93,53 1660 522,01 0,06 19,38 6,47
9 353 327 92,63 1422 434,86 0,32 19,92 7,37
10 347 319 91,93 1742 546,08 0,16 19,44 8,07
Average 346,9 325,5 93,83 1534 472,04 0,128 19,817 6,17
Pada tabel 5.14. menunjukkan hasil dari sepuluh kali simulasi
dengan skenario kecepatan node 30 - 40 ms. Pada tabel tersebut disajikan
nilai dari banyaknya paket yang diterima, banyaknya paket yang dikirim,
96
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Packet Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized Routing
Overhead (NRO), Delay, Throughput dan Packet Loss dari sepuluh simulasi.
Dari tabel tersebut penulis mendapatkan hasil rata-rata paket yang dikirim
346,9 bytes, paket yang diterima 325,5 bytes, Packet Delivery Ratio (PDR)
93,83 %, Control Overhead (CO) 1534 bytes, Normalized Routing Overhead
(NRO) 472,04 %, Delay 0,128 seconds, Throughput 19,817 Kbps dan Packet
Loss 6,17 %.
Tabel 5. 15 Hasil Skenario 40 – 50 ms
Simulation Number
No of Packets
Sent (bytes)
No of Packets
Received (bytes)
Packet Delivery
Ratio (%)
Control Overhead
(bytes)
Normalized Routing
Overhead (%)
Delay
(sec)
Throughput
(Kbps)
Packet
Loss (%)
1 348 305 87,64 2479 812,79 0,1 18,56 12,36
2 346 309 89,31 2910 941,75 0,13 18,84 10,69
3 356 314 88,2 3292 1048,41 0,07 19,1 11,8
4 349 314 89,97 2468 785,99 0,03 19,1 10,03
5 357 309 86,55 2954 955,99 0,04 18,8 13,45
6 352 313 88,92 1999 638,66 0,09 19,06 11,08
7 350 330 94,29 878 266,06 0,04 20,07 5,71
8 356 319 89,61 2608 817,55 0,05 19,42 10,39
9 360 326 90,56 2287 701,53 0,05 19,86 9,44
10 355 325 91,55 2165 666,15 0,08 19,8 8,45
Average 352,9 316,4 89,66 2404 763,488 0,068 19,261 10,34
Pada tabel 5.15. menunjukkan hasil dari sepuluh kali simulasi
dengan skenario kecepatan node 40 – 50 ms. Pada tabel tersebut disajikan
nilai dari banyaknya paket yang diterima, banyaknya paket yang dikirim,
Packet Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized Routing
Overhead (NRO), Delay, Throughput dan Packet Loss dari sepuluh simulasi.
Dari tabel tersebut penulis mendapatkan hasil rata-rata paket yang dikirim
352,9 bytes, paket yang diterima 316,4 bytes, Packet Delivery Ratio (PDR)
89,66 %, Control Overhead (CO) 2404 bytes, Normalized Routing Overhead
(NRO) 763,488 %, Delay 0,068 seconds, Throughput 19,261 Kbps dan Packet
Loss 10,34 %.
97
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Grafik 5. 19 Grafik Packet Delivery Ratio Skenario 4
Grafik 5.19. menunjukkan nilai Packet Delivery Ratio (PDR) dari
variasi skenario kecepatan node 10-20 ms(garis biru), 20-30 ms (garis merah),
30-40 ms (garis hijau) dan 40-50 ms (garis ungu). Pada grafik tersebut
disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai kesepuluh yang membentuk pola
seperti diatas.
Grafik 5. 20 Grafik Control Overhead Skenario 4
Grafik 5.20. menunjukkan nilai Control Overhead (CO) dari
variasi skenario kecepatan node 10-20 ms(garis biru), 20-30 ms (garis merah),
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( %
)
Simulasi ke -
Packet Delivery Ratio
10 - 20 ms 20 - 30 ms 30 - 40 ms 40 - 50 ms
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( b
yte
s )
Simulasi ke -
Control Overhead
10 - 20 ms 20 - 30 ms 30 - 40 ms 40 - 50 ms
98
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30-40 ms (garis hijau) dan 40-50 ms (garis ungu). Pada grafik tersebut
disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai kesepuluh yang membentuk pola
seperti diatas.
Grafik 5. 21 Grafik Normalized Routing Overhead Skenario 4
Grafik 5.21. menunjukkan nilai Normalized Routing Overhead
(NRO) dari variasi skenario kecepatan node 10-20 ms(garis biru), 20-30 ms
(garis merah), 30-40 ms (garis hijau) dan 40-50 ms (garis ungu). Pada grafik
tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai kesepuluh yang
membentuk pola seperti diatas.
0
200
400
600
800
1000
1200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( %
)
Simulasi ke -
Normalized Routing Overhead
10 - 20 ms 20 - 30 ms 30 - 40 ms 40 - 50 ms
99
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Grafik 5. 22 Grafik Delay Skenario 4
Grafik 5.22. menunjukkan nilai Delay dari variasi skenario
kecepatan node 10-20 ms(garis biru), 20-30 ms (garis merah), 30-40 ms (garis
hijau) dan 40-50 ms (garis ungu). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari
simulasi kesatu sampai kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
Grafik 5. 23 Grafik Throughput Skenario 4
Grafik 5.23. menunjukkan nilai Throughput dari variasi skenario
kecepatan node 10-20 ms(garis biru), 20-30 ms (garis merah), 30-40 ms (garis
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( s
ec
)
Simulasi ke -
Delay
10 - 20 ms 20 - 30 ms 30 - 40 ms 40 - 50 ms
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( K
bp
s )
Simulasi ke -
Throughput
10 - 20 ms 20 - 30 ms 30 - 40 ms 40 - 50 ms
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hijau) dan 40-50 ms (garis ungu). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari
simulasi kesatu sampai kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
Grafik 5. 24 Grafik Packet Loss Skenario 4
Grafik 5.24. menunjukkan nilai Packet Loss dari variasi skenario
kecepatan node 10-20 ms(garis biru), 20-30 ms (garis merah), 30-40 ms (garis
hijau) dan 40-50 ms (garis ungu). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari
simulasi kesatu sampai kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
Tabel 5. 16 Perbandingan rata-rata parameter hasil variasi keceptan node
Kecepatan
Node
Rata – Rata
PDR CO NRO Delay Throughput Packet Loss
10 – 20 ms 95,409 681,3 207,588 0,178 20,47 4,591
20 – 30 ms 94,152 1572,5 476,026 0,243 20,233 5,848
30 – 40 ms 93,83 1534 472,04 0,128 19,817 6,17
40 – 50 ms 89,66 2404 763,488 0,068 19,261 10,34
Dari tabel perbandingan rata-rata diatas diperoleh beberapa
informasi hasil simulasi pada skenario 4. Diperoleh rata-rata nilai Packet
Delivery Ratio (PDR) sebesar 95,409 % dengan kecepatan node 10-20 ms,
kemudian 94,152 % dengan kecepatan 20-30 ms dan 93,83 % dengan
kecepatan 30-40 ms serta 89,66 % pada 40-50 ms. Dari hasil di atas, rata-
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( %
)
Simulasi ke -
Packet Loss
10 - 20 ms 20 - 30 ms 30 - 40 ms 40 - 50 ms
101
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
rata nilai PDR mengalami penurunan dari kecepatan node 10-20 ms, 20-
30 ms, 30-40 ms dan 40-50 ms.
Diperoleh rata-rata nilai Control Overhead (CO) sebesar 681,3 bytes
dengan kecepatan node 10-20 ms, kemudian 1572,5 bytes dengan
kecepatan 20-30 ms dan 1534 bytes dengan kecepatan 30-40 ms serta 2404
bytes pada 40-50 ms. Saat percobaan dengan kecepatan 10-20 ms dan 20-
30 ms, nilai rata-rata Control Overhead mengalami kenaikan 891,2 bytes.
Begitu juga saat kecepatan 30-40 ms dan 40 -50 ms, nilainya mengalami
kenaikan sebesar 870 bytes. Tetapi pada percobaan 20-30 ms dan 30-40
ms, rata-rata nilai Control Overhead mengalami penurunan sebesar 38,5
bytes.
Diperoleh rata-rata nilai Normalized Routing Overhead (NRO)
sebesar 207,588 % dengan kecepatan node 10-20 ms, kemudian 476,026
% dengan kecepatan 20-30 ms dan 472,04 % dengan kecepatan 30-40 ms
serta 763,488 % pada 40-50 ms.. Saat percobaan dengan kecepatan 10-20
ms dan 20-30 ms, nilai rata-rata NRO mengalami kenaikan 268,438 %.
Begitu juga saat kecepatan 30-40 ms dan 40 -50 ms, nilainya mengalami
kenaikan sebesar 291,448 %. Tetapi pada percobaan 20-30 ms dan 30-40
ms, rata-rata nilai NRO mengalami penurunan sebesar 3,986 %.
Diperoleh rata-rata nilai Delay sebesar 0,178 seconds dengan
kecepatan node 10-20 ms, kemudian 0,243 seconds dengan kecepatan 20-
30 ms dan 0,128 seconds dengan kecepatan 30-40 ms serta 0,068 seconds
pada 40-50 ms. Saat percobaan dengan kecepatan 10-20 ms dan 20-30 ms,
nilai rata-rata Delay mengalami kenaikan 0,065 seconds. Tetapi pada
percobaan 20-30 ms, 30-40 ms dan mengalami penurunan.
Diperoleh rata-rata nilai Throughput sebesar 20,47 Kbps dengan
kecepatan node 10-20 ms, kemudian 20,233 Kbps dengan kecepatan 20-
30 ms dan 19,817 Kbps dengan kecepatan 30-40 ms serta 19,261 Kbps
pada 40-50 ms. Dari hasil di atas, rata-rata nilai Throughput mengalami
penurunan dari kecepatan node 10-20 ms, 20-30 ms, 30-40 ms dan 40-50
ms.
102
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Diperoleh rata-rata nilai Packet Loss sebesar 4,591 % dengan
kecepatan node 10-20 ms, kemudian 5,848 % dengan kecepatan 20-30 ms
dan 6,17 % dengan kecepatan 30-40 ms serta 10,34 % pada 40-50 ms. Dari
hasil di atas, rata-rata nilai Packet Loss mengalami kenaikan dari
kecepatan node 10-20 ms, 20-30 ms, 30-40 ms dan 40-50 ms.
5.3.5. Skenario 5 (Variasi Waktu Simulasi)
Pada skenario ini dilakukan variasi waktu simulasi yaitu 50 sec, 100
sec, dan 150 sec. Routing Protocol yang digunakan adalah AODV dengan
satu sender node (node 0), satu receiver node (node 40) dan sisanya adalah
node biasa. Letak dan arah node dibuat secara random menggunakan
random waypoint mobility. Luas areanya adalah 1000 m x 1000 m. Jumlah
nodenya adalah 50. Ukuran paketnya adalah 512 bytes. Serta kecepatan
masing-masing node adalah 20 – 30 m/s.
Berikut hasil simulasi dari skenario 5 berupa nilai dari parameter
Packet Delivery Ratio, Control Overhead, Normalized Routing Overhead,
Delay, Throughput, Packet Loss.
Tabel 5. 17 Hasil Skenario 50 sec
Simulation Number
No of Packets
Sent (bytes)
No of Packets
Received (bytes)
Packet Delivery
Ratio (%)
Control Overhead
(bytes)
Normalized Routing
Overhead (%)
Delay
(sec)
Throughput
(Kbps)
Packet
Loss (%)
1 173 160 92,49 922 576,25 0,16 19,54 7,51
2 177 166 93,79 1121 675,3 0,33 20,22 6,21
3 177 174 98,31 291 167,24 0,09 21,24 1,69
4 180 176 97,78 220 125 0,01 21,55 2,22
5 174 166 95,4 927 558,43 0,11 20,29 4,6
6 173 173 100 50 28,9 0,01 21,05 0
7 174 165 94,83 1126 682,42 0,48 20,13 5,17
8 176 160 90,91 1310 818,75 0,1 19,48 9,09
9 178 71 39,89 610 859,15 0,02 8,68 60,11
10 179 173 96,65 629 363,58 0,64 21,11 3,35
Average 176,1 158,4 90,005 720,6 485,502 0,195 19,329 9,995
Pada tabel 5.17. menunjukkan hasil dari sepuluh kali simulasi
dengan skenario waktu simulasi selama 50 seconds. Pada tabel tersebut
disajikan nilai dari banyaknya paket yang diterima, banyaknya paket yang
103
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dikirim, Packet Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized
Routing Overhead (NRO), Delay, Throughput dan Packet Loss dari sepuluh
simulasi. Dari tabel tersebut penulis mendapatkan hasil rata-rata paket yang
dikirim 176,1 bytes, paket yang diterima 158,4 bytes, Packet Delivery Ratio
(PDR) 90,005 %, Control Overhead (CO) 720,6 bytes, Normalized Routing
Overhead (NRO) 485,502 %, Delay 0,195 seconds, Throughput 19,329 Kbps
dan Packet Loss 9,995 %.
Tabel 5. 18 Hasil Skenario 100 sec
Simulation Number
No of Packets
Sent (bytes)
No of Packets
Received (bytes)
Packet Delivery
Ratio (%)
Control Overhead
(bytes)
Normalized Routing
Overhead (%)
Delay
(sec)
Throughput
(Kbps)
Packet
Loss (%)
1 349 320 91,69 1822 569,38 0,47 19,48 8,31
2 356 334 93,82 2030 607,78 0,26 20,31 6,18
3 361 348 96,4 1121 322,13 0,02 21,2 3,6
4 358 331 92,46 2258 682,18 0,47 20,14 7,54
5 347 323 93,08 1426 441,49 0,06 19,71 6,92
6 352 329 93,47 2247 682,98 0,35 20,04 6,53
7 350 336 96 1218 362,5 0,32 20,49 4
8 342 320 93,57 1751 547,19 0,11 19,47 6,43
9 359 343 95,54 488 142,27 0,34 20,87 4,46
10 355 339 95,49 1364 402,36 0,03 20,62 4,51
Average 352,9 332,3 94,152 1572,5 476,026 0,243 20,233 5,848
Pada tabel 5.18. menunjukkan hasil dari sepuluh kali simulasi
dengan skenario waktu simulasi selama 100 seconds. Pada tabel tersebut
disajikan nilai dari banyaknya paket yang diterima, banyaknya paket yang
dikirim, Packet Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized
Routing Overhead (NRO), Delay, Throughput dan Packet Loss dari sepuluh
simulasi. Dari tabel tersebut penulis mendapatkan hasil rata-rata paket yang
dikirim 352,9 bytes, paket yang diterima 332,3 bytes, Packet Delivery Ratio
(PDR) 94,152 %, Control Overhead (CO) 1572,5 bytes, Normalized Routing
Overhead (NRO) 476,026 %, Delay 0,243 seconds, Throughput 20,233 Kbps
dan Packet Loss 5,848 %.
104
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 5. 19 Hasil Skenario 150 sec
Simulation Number
No of Packets
Sent (bytes)
No of Packets
Received (bytes)
Packet Delivery
Ratio (%)
Control Overhead
(bytes)
Normalized Routing
Overhead (%)
Delay
(sec)
Throughput
(Kbps)
Packet
Loss (%)
1 345 332 96,23 785 236,45 0,02 20,2 3,77
2 349 342 97,99 475 138,89 0,01 20,81 2,01
3 357 325 91,04 2534 779,69 0,41 19,79 8,96
4 347 332 95,68 677 203,92 0,01 20,22 4,32
5 350 328 93,71 1377 419,82 0,06 19,98 6,29
6 351 341 97,15 888 260,41 0,06 20,76 2,85
7 340 315 92,65 1402 445,08 0,3 19,16 7,35
8 347 319 91,93 2387 748,28 0,06 19,43 8,07
9 358 344 96,09 1402 407,56 0,21 21 3,91
10 358 342 95,53 1038 303,51 0,02 20,87 4,47
Average 350,2 332 94,8 1296,5 394,361 0,116 20,222 5,2
Pada tabel 5.19. menunjukkan hasil dari sepuluh kali simulasi
dengan skenario waktu simulasi selama 150 seconds. Pada tabel tersebut
disajikan nilai dari banyaknya paket yang diterima, banyaknya paket yang
dikirim, Packet Delivery Ratio (PDR), Control Overhead (CO), Normalized
Routing Overhead (NRO), Delay, Throughput dan Packet Loss dari sepuluh
simulasi. Dari tabel tersebut penulis mendapatkan hasil rata-rata paket yang
dikirim 350,2 bytes, paket yang diterima 332 bytes, Packet Delivery Ratio
(PDR) 94,8 %, Control Overhead (CO) 1296,5 bytes, Normalized Routing
Overhead (NRO) 394,361 %, Delay 0,116 seconds, Throughput 20,222 Kbps
dan Packet Loss 5,2 %.
105
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Grafik 5. 25 Grafik Packet Delivery Ratio Skenario 5
Grafik 5.25. menunjukkan nilai Packet Delivery Ratio (PDR) dari
variasi skenario waktu simulasi 50 seconds (garis biru), 100 seconds (garis
merah) dan 150 seconds (garis hijau). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari
simulasi kesatu sampai kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
Grafik 5. 26 Grafik Control Overhead Skenario 5
Grafik 5.26. menunjukkan nilai Control Overhead (CO) dari
variasi skenario waktu simulasi 50 seconds (garis biru), 100 seconds (garis
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( %
)
Simulasi ke -
Packet Delivery Ratio
50 sec 100 sec 150 sec
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( b
yte
s )
Simulasi ke -
Control Overhead
50 sec 100 sec 150 sec
106
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
merah) dan 150 seconds (garis hijau). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari
simulasi kesatu sampai kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
Grafik 5. 27 Grafik Normalized Routing Overhead Skenario 5
Grafik 5.27. menunjukkan nilai Normalized Routing Overhead
(NRO) dari variasi skenario waktu simulasi 50 seconds (garis biru), 100
seconds (garis merah) dan 150 seconds (garis hijau). Pada grafik tersebut
disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai kesepuluh yang membentuk pola
seperti diatas.
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( %
)
Simulasi ke -
Normalized Routing Overhead
50 sec 100 sec 150 sec
107
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Grafik 5. 28 Grafik Delay Skenario 5
Grafik 5.28. menunjukkan nilai Delay dari variasi skenario waktu
simulasi 50 seconds (garis biru), 100 seconds (garis merah) dan 150 seconds
(garis hijau). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu sampai
kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
Grafik 5. 29 Grafik Throughput Skenario 5
Grafik 5.29. menunjukkan nilai Throughput dari variasi skenario
waktu simulasi 50 seconds (garis biru), 100 seconds (garis merah) dan 150
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( s
ec
)
Simulasi ke -
Delay
50 sec 100 sec 150 sec
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( K
bp
s )
Simulasi ke -
Throughput
50 sec 100 sec 150 sec
108
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
seconds (garis hijau). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu
sampai kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
Grafik 5. 30 Grafik Packet Loss Skenario 5
Grafik 5.30. menunjukkan Packet Loss dari variasi skenario
waktu simulasi 50 seconds (garis biru), 100 seconds (garis merah) dan 150
seconds (garis hijau). Pada grafik tersebut disajikan hasil dari simulasi kesatu
sampai kesepuluh yang membentuk pola seperti diatas.
Tabel 5. 20 Perbandingan rata-rata parameter hasil variasi waktu simulasi
Waktu Simulasi Rata – Rata
PDR CO NRO Delay Throughput Packet Loss
50 sec 90,005 720,6 485,502 0,195 19,329 9,995
100 sec 94,152 1572,5 476,026 0,243 20,233 5,848
150 sec 94,8 1296,5 394,361 0,116 20,222 5,2
Dari tabel perbandingan rata-rata diatas diperoleh beberapa
informasi hasil simulasi pada skenario 5. Diperoleh rata-rata nilai Packet
Delivery Ratio (PDR) sebesar 90,005 % dengan waktu simulasi 50
seconds, kemudian 94,152 % dengan waktu simulasi 100 seconds dan 94,8
% dengan 150 seconds. Dari hasil di atas, rata-rata nilai PDR mengalami
kenaikan dari waktu simulasi 50 seconds, 100 seconds, dan 150 seconds.
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i ( %
)
Simulasi ke -
Packet Loss
50 sec 100 sec 150 sec
109
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Diperoleh rata-rata nilai Control Overhead (CO) sebesar 720,6 bytes
dengan waktu simulasi 50 seconds, kemudian 1572,5 bytes dengan waktu
simulasi 100 seconds dan 1296,5 bytes dengan 150 seconds. Saat
percobaan waktu simulasi 50 seconds dan 100 seconds, nilai rata-rata
Control Overhead mengalami kenaikan 851,9 bytes. Tetapi ketika
percobaan 150 seconds, rata-rata nilai CO mengalami penurunan 276
bytes.
Diperoleh rata-rata nilai Normalized Routing Overhead (NRO)
sebesar 485,502 % dengan waktu simulasi 50 seconds, kemudian 476,026
% dengan waktu simulasi 100 seconds dan 394,361 % dengan 150
seconds. Dari hasil di atas, rata-rata nilai NRO mengalami penurunan dari
waktu simulasi 50 seconds, 100 seconds, dan 150 seconds.
Diperoleh rata-rata nilai Delay sebesar 0,195 seconds dengan waktu
simulasi 50 seconds, kemudian 0,243 seconds dengan waktu simulasi 100
seconds dan 0,116 seconds dengan 150 seconds. Saat percobaan waktu
simulasi 50 seconds dan 100 seconds, nilai rata-rata Delay mengalami
kenaikan 0,048 seconds. Tetapi ketika percobaan 150 seconds, rata-rata
nilai Delay mengalami penurunan 0,127 seconds.
Diperoleh rata-rata nilai Throughput 19,329 Kbps dengan waktu
simulasi 50 seconds, kemudian 20,233 Kbps dengan waktu simulasi 100
seconds dan 20,222 Kbps dengan 150 seconds. Dari hasil di atas, rata-rata
nilai Throughput mengalami penurunan dari waktu simulasi 50 seconds,
100 seconds, dan 150 seconds.
Diperoleh rata-rata nilai Packet Loss sebesar 9,995 % dengan waktu
simulasi 50 seconds, kemudian 5,848 % dengan waktu simulasi 100
seconds dan 5,2 % dengan 150 seconds. Dari hasil di atas, rata-rata nilai
Packet Loss mengalami penurunan dari waktu simulasi 50 seconds, 100
seconds, dan 150 seconds.
110 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Simulasi routing protocol AODV dilakukan menggunakan simulator NS-
2 dengan metode random waypoint mobility. Penulis membuat enam variasi
skenario yaitu skenario 1 (variasi jumlah node), skenario 2 (variasi luas area),
skenario 3 (variasi ukuran paket), skenario 4 (variasi kecepatan node) dan skenario
5 (variasi waktu simulasi). Kemudian penulis melakukan analisis terhadap hasil
Quality of Service (QoS) dari skenario-skenario tersebut.
Nilai packet delivery ratio pada variasi skenario dengan luas area 500 m x
500 m lebih baik dibandingkan nilai variasi pada semua skenario. Nilainya adalah
98,003 %. Hal ini disebabkan karena semakin kecil luas area simulasi, maka batas
jarak antara node semakin rapat. Ketika node rapat, maka proses pengiriman paket
akan lebih cepat dan lebih banyak. Dan nilai persentase PDR pun akan semakin
baik.
Nilai control overhead pada variasi skenario dengan kecepatan node 10-
20 ms lebih baik dibandingkan nilai variasi pada semua skenario. Nilainya adalah
681,3 bytes. Hal ini disebabkan karena semakin kecil kecepatan node maka
pergerakan node akan semakin lambat. Dan semakin sedikit nilai control overhead.
Semakin sedikit nilai control overhead maka akan semakin baik jaringan tersebut.
Nilai normalized routing overhead pada variasi skenario dengan kecepatan
node 10-20 ms lebih baik dibandingkan nilai variasi pada semua skenario. Nilainya
adalah 207,588 %. Hal ini disebabkan karena semakin kecil kecepatan node maka
pergerakan node akan semakin lambat. Dan semakin sedikit nilai persentase
normalized routing overhead. Semakin rendah nilai persentase normalized routing
overhead maka akan semakin baik jaringan tersebut.
Nilai delay pada variasi skenario dengan kecepatan node 40-50 ms lebih
baik dibandingkan nilai variasi pada semua skenario. Nilainya adalah 0,068 ms. Hal
ini disebabkan karena semakin tinggi kecepatan node, maka waktu pengiriman akan
111
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lebih cepat. Dan nilai delay akan semakin kecil. Semakin kecil nilai delay maka
akan semakin baik jaringan tersebut.
Nilai throughput pada variasi skenario dengan ukuran paket 1024 bytes
lebih baik dibandingkan nilai variasi pada semua skenario. Nilainya adalah 38,992
Kbps. Hal ini disebabkan karena semakin besar ukuran paket maka semakin banyak
juga paket yang dapat diterima. Semakin banyak paket yang diterima maka semakin
tinggi nilai throughput. Dan semakin baik jaringan tersebut.
Nilai packet loss pada variasi skenario dengan luas area 500 m x 500 m
lebih baik dibandingkan nilai variasi pada semua skenario. Nilainya adalah 1,997
%. Hal ini disebabkan karena semakin kecil luas area maka semakin sedikit data
yang hilang. Semakin sedikit data yang hilang maka persentase packet loss semakin
kecil. Dan semakin baik jaringan tersebut.
6.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dapat diberikan rekomendasi
sebagai berikut:
Pada penelitian selanjutnya untuk memperoleh hasil yang berbeda dapat
digunakan routing protocol lain seperti OLSR (Proaktif) dan ZRP (Hybrid)
Pada penelitian selanjutnya untuk memperoleh hasil yang berbeda dapat
menggunakan mobility model yang lain seperti Gauss-Markov, City Section,
maupun MANHATTAN mobility model.
Pada penelitian selanjutnya untuk memperoleh hasil yang berbeda dapat
menggunakan simulator yang berbeda.
112 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Aarti, & Tyagi, D. S. S. (2013). Study of MANET : Characteristics, Challanges,
Application and Security Attacks. International Journal of Advanced
Research in Computer Science and Software Engineering, 3.
As Shiddi Qi, H., Anggoro, R., & Husni, M. (2017). Implementasi Routing Protocol
DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan
Propagasi Nakagami. JURNAL TEKNIK ITS, 6.
Bhatia, T., & Verma, A. K. (2015). QoS Comparison of MANET Routing
Protocols. I. J. Computer Network and Information Security, 9.
Bheemalingaiah, M., Naidu, M. M., Rao, D. S., & Moorthy, P. S. (2017). Survey
of Routing Protocols, Simulation Tools and Mobility Models in Mobile Ad
Hoc Networks. International Journal of Innovations & Advancement in
Computer Science, 6.
Chitkara, M., & Ahmad, M. W. (2014). Review on MANET : Characteristics,
Challanges, Imperatives and Routing Protocols. International Journal of
Computer Science and Mobile Computing, 3.
Fiade, A. (2013). Simulasi Jaringan (1st ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ghofur, M. W. A. (2015). ANALISIS KINERJA TRAFFIC BEHAVIOUR PADA
MANET DENGAN MENGGUNAKAN NS-2. UNIVERSITAS JEMBER.
Harahap, E. H. (2014). ANALISIS PERFORMANSI PROTOKOL AODV (AD
HOC DEMAND DISTANCE VECTOR) DAN DSR (DYNAMIC SOURCE
ROUTING) TERHADAP ACTIVE ATTACK PADA MANET (MOBILE
AD HOC NETWORK) DITINJAU DARI QOS (QUALITY OF SERVICE
JARINGAN, 1.
Jiatmiko, N., & Prayudi, Y. (2015). Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk
Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV. In Seminar
Nasional Teknologi Informasi Komunikasi dan Industri (SNTIKI). Raiu.
Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/287218046_Simulasi_Jaringan_M
ANET_Dengan_NS3_Untuk_Membandingkan_Performa_Routing_Protokol
_AODV_dan_DSDV
Jusak. (2013). Teknologi Komunikasi Data Modern. Yogyakarta: Direktorat
Pendidikan Agama Islam.
Kembuan, O., Widyawan, & Kusumawardhani, S. S. (2012). Analisis Kinerja
Reactive Routing Protocol dalam Mobile Ad-Hoc Network (MANET)
113
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menggunakan NS-2 (Network Simulator). JNTETI, 1.
Kumar, A., & De, T. (2013). A Survey on Routing Protocols for Mobile Ad-hoc
Networks (MANETs). IJTIR, 5.
MADCOMS. (2015). Panduan Lengkap Membangun Sendiri Sistem Jaringan
Komputer. Yogyakarta: ANDI. Retrieved from
http://library.usd.ac.id/web/index.php?pilih=search&p=1&q=0000129089&g
o=Detail
Marsic, I. (2013). COMPUTER NETWORKS Performance and Quality of Service.
New Jersey.
Masruroh, S. U., Mu’minin, A., & Fiade, A. (2014). PERBANDINGAN QOS
ROUTING PROTOCOL OLSR DAN GRP MENGGUNAKAN OPNET
MODELER 14.5 PADA MOBILE AD HOC NETWORK. JURNAL TEKNIK
INFORMATIKA, 7.
Megawati, E. M. (2015). ANALISIS PERBANDINGAN ROUTING PROTOKOL
OLSR (PROAKTIF) DAN AODV (REAKTIF) PADA MANET. UNIVERSITAS
SANATA DHARMA.
Muralishankar, V. G., & Prakash Raj, D. E. G. D. (2014). Routing Protocols for
MANET : A Literature Survey. International of Computer Science and Mobile
Applications, 2.
Octaviani, A. V. (2015). PENGUKURAN DAN ANALISA WAKTU
KONVERGENSI PROTOKOL ROUTING EKSTERNAL BORDER GATEWAY
PROTOCOL (BGP) MENGGUNAKAN GNS3. UNIVERSITAS SANATA
DHARMA.
Purba, D. U., Primananda, R., & Amron, K. (2018). Analisis Kinerja Protokol Ad
Hoc On-Demand (AODV) dan Fisheye State Routing (FSR) pada Mobile Ad
Hoc Network. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu
Komputer, 2.
Rainer, B. (2004). Engineering and simulation of mobile ad hoc routing protocols
for VANET on highways and in cities. Institute of Technology Zurich.
Rana, S. S., & Malik, S. (2017). Comparison between the Proactive, Reactive and
Hybrid Routing Protocols. International Advanced Research Journal in
Science, Engineering and Technology, 4.
Regan, A. C., & Chen, R. (2015). Vehicular ad hoc networks. Vehicular
Communications and Networks, 29–35. http://doi.org/10.1016/B978-1-78242-
211-2.00002-7
Sofana, I. (2011). Teori & Modul Praktikum Jaringan Komputer. Bandung:
114
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Modula. Retrieved from https://www.goodreads.com/book/show/15823705-
teori-dan-modul-praktikum-jaringan-komputer
Sofana, I. (2013). Membangun Jaringan Komputer. Bandung: INFORMATIKA.
Sulistyo Putranto, A. T. (2016). ANALISIS PENGGUNAAN ENERGY AODV DAN
DSDV PADA MOBILE AD HOC NETWORK. UNIVERSITAS SANATA
DHARMA.
Syamsu, S. (2013). Jaringan Komputer. Yogyakarta: ANDI.
115 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1
SK Bimbingan Skripsi