ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS,
BAYI BARU LAHIR, DAN KB
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN H TAHUN 2020
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Laporan Tugas Akhir Program Studi Diploma III Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Bhakti Kencana
Disusun Oleh:
Nama : Firdha Amalia Nur Sholihah
Nim : CK.117.009
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2020
HALAMAN PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS,
BAYI BARU LAHIR, DAN KB
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN H TAHUN 2020
LAPORAN TUGAS AKHIR
Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Di Uji
Di Hadapan Tim Penguji LTA
Disusun Oleh:
Firdha Amalia Nur Sholihah
CK. 117.009
Pada tanggal: 13 Maret 2020
Pembimbing I Pembimbing II
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS,
BAYI BARU LAHIR, DAN KB DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN H
TAHUN 2020
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh:
Firdha Amalia Nur Sholihah
CK117009
Telah dipertahankan dan disetujui di hadapan Tim Penguji LTA
Mahasiswa D-III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhakti Kencana
Pada Hari Senin, Tanggal 16 Maret 2020
Penguji 1 Penguji II
(Yanyan Mulyani, MM.Kes, M.Keb) (Linda Rofiasari, M.Keb)
Ketua Program Studi D-III Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan UBK
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS,
BAYI BARU LAHIR, DAN KB DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN H
TAHUN 2020
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh:
Firdha Amalia Nur Sholihah
CK117009
Telah dipertahankan dan disetujui di hadapan Tim Penguji LTA
Mahasiswa D-III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhakti Kencana
Pada Hari Senin, Tanggal 16 Maret 2020
Pembimbing I Pembimbing II
Ketua Program Studi D-III Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan UBK
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa
Taála. Alhamdulillah atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Tugas akhir yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN TERINTEGRASI PADA
IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR, DAN KB di
PRAKTIK MANDIRI BIDAN H TAHUN 2020”
Laporan tugas akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah
satu persyaratan menyelesaikan tugas program studi D III Kebidanan Universitas
Bhakti Kencana Bandung. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
pengarahan dari berbagai pihak, laporan tugas akhir ini tidak dapat diselesaikan
dengan baik.
Tentunya dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis mendapat
banyak dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah Subhanahu wa Taála yang selalu memberikan kekuatan dan
pertolongan
2. Orang tua dan Suami tercinta yang tidak hanya memberi dukungan moril
dan materi, namun juga do’a yang tiada henti.
3. H. Mulyana, SH., M.Pd., MH.Kes, selaku ketua Yayasan Adhiguna
Kencana.
4. Dr. Entris Sutrisno, Apt., MH.Kes, selaku rektor Universitas Bhakti
Kencana.
5. Dr. Ratna Dian Kurniawati.,MH.Kes, selaku dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan.
6. Dewi Nurlaela Sari, M.Keb, selaku ketua program studi Kebidanan
Universitas Bhakti Kencana sekaligus pembimbing akademik dalam
menyusun laporan tugas akhir yang telah sabar dalam meluangkan
waktunya dalam setiap bimbingan.
ii
7. Widia Ariani, SST., M.MKes, selaku pembimbing akademik dalam
menyusun laporan tugas akhir yang telah sabar dalam meluangkan
waktunya dalam setiap bimbingan.
8. Dosen-dosen dan staf pendidikan Universitas Bhakti Kencana program
studi DIII Kebidanan.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
Akhir kata, penulis berharap semoga hasil Laporan Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Penulis menyadari Laporan Tugas Akhir ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritik
dan saran guna penyempurnaan penulisan ini.
Bandung, Januari 2020
Penulis
ABSTRAK
Nyeri pinggang merupakan ketidaknyamanan pada ibu hamil Trimester III dengan
prevalensi yang tinggi yaitu 80%. Nyeri pinggang adalah gangguan rasa sakit yang umum terjadi
pada ibu hamil yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Penatalaksanaan pada nyeri pinggang
tidak terbatas pada penatalaksanaan farmakologis yaitu dengan pemberian kalsium dan obat
analgesik, tetapi penatalaksanaan pada nyeri pinggang bisa juga dengan menggunakan
penatalaksanaan non farmakologis yaitu dengan menggunakan kompres air rebusan jahe. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari kompres air rebusan jahe terhadap skala nyeri
pinggang ibu hamil trimester III.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan study kasus (case study) yang bersifat continuity of care. Sample yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu 3 orang ibu hamil trimester III yang mengalami masalah nyeri pinggang,
dengan teknik pengambilan sample secara purposive sampling. Teknik pengukuran skala nyeri
yang digunakan adalah dengan menggunakan NRS (Numerical Rating Scale). Pemberian kompres
air rebusan jahe dilakukan selama 3 hari, dengan setiap kali pemberian dilakukan selama 20 menit,
dengan mengganti air rendamannya setiap 5 menit sekali.
Hasil dari penelitian didapatkan penurunan skala nyeri pinggang setelah diberikan kompres
dengan menggunakan air rebusan jahe. Pasien pertama mengalami penurunan skala nyeri dari 4
menjadi 2, pasien kedua dari skala 6 menjadi 2, pasien ketiga dari skala 5 menjadi 2.
Kesimpulan menunjukan bahwa kompres jahe efektif untuk mengurangi nyeri pinggang
pada kehamilan trimester III.
Diharapkan kompres dengan menggunakan air rebusan jahe ini dapat dijadikan salah satu
protap dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ketidaknyamanan kehamilan trimester III
dengan nyeri pinggang.
Kata kunci : Kompres Jahe, Nyeri, Nyeri Pinggang.
Sumber : Buku dari tahun 2010-2018 = 21 buku, Jurnal penelitian dari tahun 2017-2019
= 4 jurnal penelitian
ABSTRAC
Low back pain is an inconvenience for Trimester III pregnant women with a high
prevalence of 80%. Low back pain is a pain disorder that is common in pregnant women which
can interfere with daily activities. Management of low back pain is not limited to pharmacological
management, namely by administering calcium and analgesic drugs, but management of low back
pain can also be used by non-pharmacological management by using compresses of ginger
cooking water. The purpose of this study was to determine the effect of ginger cooking water
compresses on the backpain scale of third trimester pregnant women.
The research method used in this study is a descriptive method with a case study approach
that is continuity of care. The sample used in this study were 3 third trimester pregnant women
who experience low back pain problems, with a purposive sampling technique of sampling. Pain
scale measurement technique used is to use NRS (Numerical Rating Scale). Giving
compresses of ginger cooking water is done for 3 days, with each time it is done for 20 minutes,
by replacing the immersion water once every 5 minutes.
The results of the study found a decrease in the backpain scale after being given a compress
using ginger cooking water. The first patient experienced a decrease in pain scale from 4 to 2, the
second patient from scale 6 to 2, the third patient from scale 5 to 2.
The conclusion shows that ginger compresses are effective for reducing low back pain in
third trimester pregnancy.
It is expected that compresses using ginger boiled water can be used as one of the
procedures in the management of obstetric care in discomfort of third trimester pregnancy with
low back pain.
Keywords: Ginger Compress, Pain, Low Back Pain.
Source: Books from 2010-2018 = 21 books, research journals from 2017-2019
= 4 research journals
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... I
DAFTAR ISI ................................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1.Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .................................................................................................... 6
1.3.Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 7
1.4.Manfaat Penelitian ................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 9
2.1. Kehamilan................................................................................................................ 9
2.1.1 Pengertian Kehamilan ..................................................................................... 9
2.1.2 Ketidaknyamanan pada kehamilan Trimester III ............................................. 9
2.1.3 Tanda Bahaya Pada kehamilan Trimester III ................................................... 18
2.1.4 Asuhan pada Ibu Hamil ................................................................................... 20
2.2. Persalinan ................................................................................................................ 25
2.2.1 Pengertian………………………………............................................................25
2.2.2 Tanda persalinan ............................................................................................. 26
2.2.3 Faktor penting dalam persalinan ...................................................................... 26
2.2.4 Tahapan persalinan ......................................................................................... 28
2.3. Nifas ........................................................................................................................ 31
2.3.1 Pengertian………………………………............................................................31
2.3.2 Tujuan ............................................................................................................ 31
2.3.3 Tahapan Masa Nifas ....................................................................................... 32
2.3.4 Kebijakan program pemerintah ...................................................................... 33
2.4. Bayi Baru Lahir ....................................................................................................... 35
2.4.1 Pengertian………………………………............................................................35
2.4.2 Ciri-Ciri .......................................................................................................... 36
iv
2.4.3 Penanganan Bayi Baru Lahir .......................................................................... 37
2.4.4 Tanda bahaya pada bayi baru lahir .................................................................. 38
2.5. KB ........................................................................................................................... 39
2.5.1 Pengertian………………………………............................................................39
2.2.5 Tujuan ............................................................................................................ 39
2.6. Kerangka Teori ........................................................................................................ 40
2.7. Kerangka Konsep ..................................................................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 42
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................................ 42
3.2. Tempat dan waktu penelitian .................................................................................... 42
3.3. Subjek penelitian ...................................................................................................... 43
3.4. Jenis Data ................................................................................................................ 43
3.5. Teknik pengambilan Data ........................................................................................ 44
3.6. Instrumen pengumpulan data.................................................................................... 44
3.7. Analisis data ........................................................................................................... 44
3.8. Jadwal pelaksanaan .................................................................................................. 45
3.9. Etika penelitian ........................................................................................................ 48
BAB IV ASUHAN KEBIDANAN .......................................................................... 49
4.1. Asuhan kehamilan .................................................................................................... 49
4.2. Asuhan persalinan .................................................................................................... 93
4.3. Asuhan nifas ............................................................................................................ 107
4.4. Asuhan bayi baru lahir ............................................................................................ 133
BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................... 159
5.1. Kehamilan................................................................................................................ 159
5.2. Persalinan ................................................................................................................ 164
5.3. Nifas ........................................................................................................................ 167
5.4. Bayi baru lahir ......................................................................................................... 171
v
BAB VI PENUTUP ................................................................................................ 174
5.1. Kesimpulan .............................................................................................................. 174
5.2. Saran ........................................................................................................................ 175
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 177
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Asuhan kebidanan merupakan bagian tak terpisahkan (integral) dari
sistem kesehatan yang berkaitan erat dengan semua aspek pengajaran,
Pendidikan, praktik pelayanan dan kode etik bidan. Asuhan kebidanan
menjunjung semangat pelayanan humanis dimana kehamilan dan
persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang normal dan bukan
gangguan medis. Meski ada kemungkinan kasus komplikasi sebelum
persalinan, selama atau sesudah persalinan. Maka dari itu agar proses
kehamilan bisa tetap berjalan secara fisiologis, diperlukan pelayanan
antenatal care. (Astuti et al., 2016)
Antenatal care (ANC) merupakan kunjungan ibu hamil dengan
tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Dalam hal ini, istilah kunjungan tidak hanya
mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan,
tetapi setiap ibu hamil yang melakukan kontak dengan tenaga kesehatan,
baik di posyandu, pondok bersalin desa, dan kunjungan rumah dengan ibu
hamil dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil. (Astuti et al., 2016)
2
Pemeriksaan antenatal care (ANC) merupakan pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil
hingga mampu menghadapi proses persalinan, masa nifas, persiapan
pemberiaan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
(Manuaba, 2015)
Dari sejumlah definisi tersebut, antenatal care (ANC) merupakan
asuhan pada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang meliputi
fisik dan mental untuk mendapatkan ibu dan bayi yang sehat selama masa
kehamilan, masa persalinan, dan masa nifas. (Astuti et al., 2016)
Tujuan ANC adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas, sehingga mampu
menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan
melahirkan bayi yang sehat. (Kemenkes, 2017)
Pada kehamilan, terdapat sejumlah perubahan anatomi dan fisiologi
pada hampir semua system organ ibu. secara otomatis, tubuh ibu hamil
akan beradaptasi atau melakukan penyesuaian terhadap perubahan
tersebut. Adaptasi dilakukan untuk menjaga fungsi organ yang normal,
sehingga dapat menunjang kesehatan dan kesejahteraan ibu serta janin
yang dikandungnya, walaupun komplikasi kehamilan tetap dapat terjadi
pada sejumlah ibu hamil. Seorang bidan sangat penting memahami
perubahan anatomi dan fisiologi yang terjadi sebagai dasar untuk
3
menentukan apakah kehamilan ibu normal atau tidak, serta dapat
melakukan deteksi dini penyimpangan atau komplikasi kehamilan. (Astuti
et al., 2016)
Ketidaknyamanan kehamilan trimester III meliputi: Sering berkemih,
konstipasi, sesak napas, bengkak kaki, gangguan tidur, nyeri pinggang.
Tidak semua wanita mengalami semua ketidaknyamanan yang umum
muncul selama kehamilan, tetapi banyak wanita mengalaminya dalam
tingkat ringan hingga berat. (Astuti et al., 2016)
Hasil dari penelitian pada ibu hamil di berbagai wilayah Indonesia
mencapai 60-80% ibu hamil mengalami nyeri pinggang pada
kehamilannya. (Mafikasari and Kartikasari, 2015)
Di antara 180 Ibu hamil yang diteliti di indonesia, 87 (± 48%) orang
mempunyai keluhan nyeri pinggang, 36 orang diantaranya mempunyai
keluhan yang bersifat refered pain pada satu tungkai dan 18 orang lainnya
mengenai pada kedua tungkai yang dikenal dengan ischias dalam
kehamilan (Depkes RI, 2016)
Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan oktober sampai desember
2019 di Puskesmas Nagreg Kabupaten Bandung, terdapat 19,3% atau 58
orang dari 300 ibu hamil yang mengalami nyeri pinggang.
4
Sehingga nyeri pinggang di puskesmas nagreg merupakan
ketidaknyamanan pada trimester III dengan prevalensi tertinggi.
Nyeri pinggang merupakan ketidaknyamanan umum terkait
perubahan system neuromuscular dan hormonal. Seperti halnya system
tubuh lainnya, system neuromuscular pada ibu hamil akan mengalami
perubahan. Perubahan ini salah satunya untuk menyeimbangkan
perkembangan kehamilan dan atau janin. Adanya perubahan hormonal
memberikan kontribusi pula terhadap perubahan pada system ini.
Perubahan hormonal menyebabkan jaringan ikat menjadi lebih lembut dan
longgar, serta relaksasi dari panggul, pergeseran pusat gravitasi
menyebabkan kompensasi terhadap postur dan gerakan, otot di sepanjang
abdomen bagian depan terpisah. Hal inilah yang menjadi dasar
anatomi/fisiologi terjadinya nyeri pinggang. (Astuti et al., 2016)
Nyeri pinggang pada umumnya bersifat fiologis namun dapat
berubah menjadi patologis apabila tidak diatasi dengan tepat. Nyeri
pinggang yang tidak segera diatasi akan menimbulkan resiko yang lebih
besar antara lain: mengakibatkan nyeri pinggang jangka panjang,
meningkatkan kecenderungan nyeri pinggang pascapartum dan nyeri
pinggang kronis yang akan lebih sulit untuk diobati. (Kamariyah, 2016)
5
Penatalaksanaan nyeri pinggang saat kehamilan bervariatif, seperti
penatalaksanaan farmakologis maupun non farmakologis (Sinclair, 2015)
Pemberian analgesic seperti paracetamol, dan ibuprofen termasuk
penatalaksanaan nyeri secara farmakologis, sedangkan penatalaksanaan
non-farmakologis meliputi manual terapi seperti senam hamil, pijat dan
latihan mobilisasi, relaksasi, terapi air hangat atau air dingin. (Potter, P. A,
Perry, 2010)
Terapi air hangat merupakan salah satu penatalaksanaan non
farmakologis pada nyeri pinggang, terapi air hangat bisa digabungkan
dengan air rebusan jahe yang mengandung zingiberol dan kurkuminoid
yang bermanfaat untuk mengurangi peradangan pada sendi. (Margono,
2016)
Air rebusan jahe juga mengandung senyawa volatile (aroma yang
mudah menguap). Aroma ini berasal dari minyak astiri yang berguna untuk
meredakan nyeri pada otot. (Titik Tri Kusumawati, Mintarsih and Sulastri,
2019)
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk memberikan terapi
kompres air rebusan jahe untuk mengurangi skala nyeri pinggang pada ibu
hamil Trimester III.
Kompres dengan menggunakan air rebusan jahe ini diberikan selama 3
hari, dengan cara setiap kali pengompresan dilakukan selama 20 menit, dan
6
mengganti rendamannya setiap 5 menit sekali. Kompres jahe ini diberikan
dengan menggunakan kain yang telah direndam dengan air rebusan jahe.
(Titik Tri Kusumawati, Mintarsih and Sulastri, 2019).
Kompres dengan menggunakan air rebusan jahe ini, tidak dipengaruhi
oleh suhu. Sehingga walaupun air rebusan jahe sudah dingin, air rebusan jahe
tetap bisa digunakan untuk pengompresan karena efek hangat dan kandungan
minyak astiri dari air rebusan jahe yang berkhasiat untuk mengurangi nyeri
pinggang.
Untuk mengukur skala nyeri pinggang pada ibu hamil Trimester III
sebelum dan sesudah diberikan kompres jahe, penulis menggunakan skala
nyeri NRS (Numerical Rating Scale).
1.2.Rumusan Masalah
“Bagaimana Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Terintegrasi pada Ny. S,
Ny.F, dan I di PMB Bidan H dengan ketidaknyamanan nyeri pinggang pada
kehamilan?”
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan komprehensif kepada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan cara pendekatan menajemen
kebidanan.
7
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Melakukan Pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus
dan KB.
2. Menyusun diagnosa Kebidanan, masalah dan kebutuhan sesuai
dengan prioritas pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB.
3. Merencanakan dan melaksanakan asuhan kebidanan secara
kontinyu dan berkesinambungan (continuity of care) pada ibu
hamil sampai bersalin pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus
dan KB, termasuk tindakan antisipatif, tindakan segera dan
tindakan komprehensif (penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi/ follow up dan rujukan).
4. Untuk mengetahui manfaat kompres air rebusan jahe dalam
asuhan kebidanan dengan ketidaknyamanan kehamilan nyeri
pinggang.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi peneliti
Dapat menambah ilmu dan keterampilan dalam memberikan
asuhan kebidanan secara komprehensif dimulai dari ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan kb serta untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan dari institusi.
8
1.4.2. Tempat penelitian
Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan,
khususnya pada asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas,
nenonatus, dan kb.
1.4.3. Bagi institusi Pendidikan
Sebagai referensi mahasiswa kebidanan dalam meningkatkan
pengetahuannya dalam memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KEHAMILAN
2.1.1. Pengertian
Kehamilan adalah masa dimulai saat konsepsi sampai lahirnya janin,
lamanya hamil normal 280 hari (40 minggu / 9 bulan 7 hari) di hitung dari
triwulan/ trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, 11trimester /
trimester ke-2 dari bulan ke- 4 sampai 6 bulan, triwulan / trimester ke-3 dari
bulan ke-7 sampai ke-9. (Bartini, 2016)
(Manuaba, 2016) mengemukakan kehamilan adalah proses mata rantai
yang bersinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum,
konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
placenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.
2.1.2. Ketidaknyamanan pada Kehamilan Trimester III
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada
sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Rasa
tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan
banyak ibu yang merasa dirinya jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih
karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang
diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan
10
dukungan dari suami, keluarga dan bidan. (W, 2017) Dalam periode ini
sebagian ibu hamil pasti merasakan cemas dan ketidaknyamanan, beberapa hal
ketidaknyamanan yang terjadi yaitu:
a) Sering berkemih
Sering berkemih dikeluhkan oleh sebanyak 60% ibu hamil akibat
dari meningkatnya laju filtrasi glomerulus. (Sandhu, dkk., 2015) sering
berkemih diakibatkan oleh tertekannya kandung kemih oleh uterus yang
semakin membesar menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang
dan frekuensi berkemih meningkat. Hal ini merupakan sesuatu yang
wajar dialami oleh ibu hamil oleh karena itu sarankan ibu untuk
mengurangi asupan cairan 2 jam sebelum tidur agar istirahat tidak
terganggu.
b) Varises
Varises ialah pelebaran pembulu darah vena sehingga katup vena
melemah dan menyebabkan hambatan pada aliran pembulu darah balik
dan biasa terjadi pada pembuluh balik supervisial. Varises biasa terjadi
pada kaki namun kadang muncul juga pada anus yang sering disebut
hemoroid. Hal ini terjadi akibat meningkatnya kadar hormone
progesteron yang membuat dinding darah melebar. Resiko terkena varises
lebih tinggi pada ibu hamil yang mengalami kenaikan BB berlebih, usia
kehamilan yang semakin tua dan sering berdiri. Untuk mengatasi hal
11
tersebut jaga berat badan saat hamil, batasi asupan garam untuk
meminimalisir pembengkakan pada pembuluh darah vena.
c) Sesak nafas
Peningkatan ventilasi menit yang menyertai kehamilan sering
dianggap sebagai sesak nafas. Sesak nafas salah satu keluhan yang sering
dialami ibu hamil pada trimester III. Sesak nafas yang terjadi pada saat
istirahat atau aktivitas yang ringan sering disebut sesak nafas yang
normal. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usaha bernafas ibu hamil,
meningkatnya beban pernafasan diakibatkan oleh Rahim yang membesar
sehingga menyebabkan peningkatan beban pernafasan.
Keluhan sesak nafas juga bisa terjadi karena adanya perubahan
pada volume paru yang terjadi akibat perubahan anatomi toraks selama
kehamilan. Dengan semakin bertambahnya usia kehamilan, pembesaran
uterus semakin mempengaruhi keadaan diafragma, dimana diafragma
terdorong keatas sekitar 4cm disertai pergeseran keatas tulang iga.
Penangan sesak nafas pada usia kehamilan trimester III yaitu minta
ibu untuk mengurangi aktivitas fisik yang berat dan berlebih, disamping
itu ibu juga perlu memperhatikan posisi duduk dan berbaring, sarankan
ibu untuk duduk dengan posisi tegak dan hindari posisi tidur telentang.
12
d) Bengkak kaki
Bengkak atau oedema adalah penumpukan atau retensi cairan
pada daerah luar sel akibat dari berpindahnya cairan intraseluler ke
ekstraseluler. Oedema pada kaki biasanya dikeluhkan pada usia
kehamilan diatas 34 minggu hal ini dikerenakan tekanan uterus yang
semakin meningkat dan mempengarusi sirkulasi cairan. Dengan
bertambahnuya tekanan uterus dan tarikan gravitasi menyebabkan
retensi cairan semakin besar.
Asuhan kebidanan yang dilakukan ialah:
1) Anjurkan ibu mengatur sikap tubuhnya, hindari posisi duduk
menggantung karena akan mengakibatkan tekanan akibat gaya
gravitasi yang akan menimbulkan bengkak. Pada saat tidur
posisikan kaki agar lebih tinggi sehingga cairan yang
menumpuk di ekstraseluler dapat beralih pada intraseluler akibat
dari perlawanan gaya grafitasi.
2) Hindari berdiri lama.
3) Olahraga ringan untuk memfasilitasi peningkatan sirkulasi.
4) Mandi air hangat untuk merilekskan otot-otot.
5) Beri ibu kalsium dan vit B, kalsium untuk menghindari kram
sedangkan vit B untuk menstabilkan system saraf perifer.
13
e) Gangguan tidur
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh national sleep
foundation, lebih dari 75% wanita hamil mengalami tidak teraturnya
tidur atau sulit tidur. Hal ini disebabkan oleh nokturia (sering berkemih
dimalam hari) yang mengakibatkan terganggunya tidur ibu karena
terbangun di malam hari untuk berkemih.
Wanita hamil yang mengalami insomnia disebabkan akibat
ketidaknyamanan uterus yang semakin membesar, pergerakan janin
terutama jika janin aktif. (Cunningham, 2015), menunjukkan hasil
bahwa ibu hamil yang tidur kurang dari 5 jam tiap malam berisiko
meningkatkan tekanan darah dan berakibat pada hipertensi. Maka dari
itu gangguan tidur harus diatasi, untuk mengatasinya saran ibu untuk
mandi air hangat dan minum susu atau air hangat sebelum tidur.
f) Nyeri pinggang
Nyeri pinggang yang umumnya terjadi di trimester 3 ini
diakibatkan beban di perut serta karena tulang pinggang bagian bawah
terutama di daerah pinggul tulang belakang membengkok dan ligamen
merenggang. Inilah yang membuat pinggang ibu hamil sering pegal
bahkan terasa nyeri. Ibu yang mengandung bayi kembar akan
mengalami sakit pinggang lebih parah daripada kehamilan tunggal.
Disamping itu, meningkatnya kadar hormon juga membuat tulang
rawan pada sendi melunak, sehingga kelenturannya berkurang dan
14
timbullah sakit pinggang. Pada ibu hamil terjadi perubahan bodi
mekanik sehubungan dengan berubahnya titik tumpu pada ibu hamil.
Hal ini terutama karena pertambahan berat badan diperoleh selama
kehamilan, dengan sebagian besar berat didistribusikan di sekitar
perut. Hal ini menyebabkan pusat gravitasi ibu hamil menggeser ke
depan, yang menghasilkan lebih rendah kelengkungan tulang
belakangnya. (Sulistyawati and Nugraheny, 2017)
Menurut (Saifudin and Abdul bari, 2015) Beberapa penyebab
nyeri pinggang pada saat kehamilan diantaranya:
1. Pembesaran rahim perut ibu menimbulkan peregangan dari otot
otot tubuh ibu hamil, mulai dari pangkal paha, pinggang dan perut
dan sepanjang tulang punggung. Peregangan ini merupakan hal
normal dan wajar sebagai salah satu tanda bahwa tubuh ibu
mempersiapkan ruang yang cukup luas untuk bertumbuhnya janin
dalam rahim. Selain hal itu pembesaran perut akibat kehamilan yang
terus berkembang mengakibatkan keseimbangan tubuh ibu juga
sedikit terganggu.
2. Meningkatnya kadar hormon membuat tulang rawan pada sendi
melunak, sehingga kelenturannya berkurang dan timbullah sakit
pinggang.
3. Pada ibu hamil terjadi perubahan bodi mekanik sehubungan
dengan berubahnya titik tumpu pada ibu hamil. Hal ini terutama
15
karena pertambahan berat badan diperoleh selama kehamilan,
dengan sebagian besar berat didistribusikan di sekitar perut. Hal ini
menyebabkan pusat gravitasi ibu hamil menggeser ke depan, yang
menghasilkan lebih rendah kelengkungan tulang belakangnya.
Nyeri pinggang umum terjadi dan lebih sering terjadi pada
wanita primipara dibandingkan dengan wanita multipara. (Mota, et
al. 2015)
Nyeri pinggang pada umumnya bersifat fiologis namun dapat
berubah menjadi patologis apabila tidak diatasi dengan tepat. Nyeri
pinggang yang tidak segera diatasi akan menimbulkan resiko yang
lebih besar antara lain: mengakibatkan nyeri pinggang jangka
panjang, meningkatkan kecenderungan nyeri pinggang pascapartum
dan nyeri pinggang kronis yang akan lebih sulit untuk diobati. Pada
kondisi ini, sebaiknya ibu dirujuk pada seorang ahli fisioterapi
kesehatan. (Kamariyah, 2016)
Penatalaksanaan nyeri pinggang saat kehamilan bervariatif,
seperti penatalaksanaan farmakologis maupun non farmakologis
(Sinclair, 2015) Pemberian analgesic seperti paracetamol, dan
ibuprofen termasuk penatalaksanaan nyeri secara farmakologis,
sedangkan penatalaksanaan non-farmakologis meliputi manual terapi
16
seperti senam hamil, pijat dan latihan mobilisasi, relaksasi, terapi air
hangat atau air dingin (Potter & pery, 2016)
Menurut Indah, dkk (2015) kompres jahe merupakan tindakan
memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan
cairan rebusan jahe yang mengandung zingiberol dan kurkuminoid
yang mengurangi peradangan nyeri sendi.
Menurut Nyoman dkk (2015) manfaat kompres jahe yaitu
mengurangi nyeri karena jahe yang sifatnya hangat. Sifat hangat
meningkatkan aliran darah untuk mendapatkan efek analgesik dan
relaksasi otot sehingga proses inflamasi/nyeri berkurang.
Jahe berkhasiat sebagai obat karena efek farmakologi pada jahe
adalah memiliki rasa pedas dan panas, berkhasiat sebagai
antihelmintik, antirematik, dan pencegah masuk angin, Efek panas
pada jahe inilah yang meredakan nyeri, dan spasme otot. (Purnamasari
dan Listyarini, 2015)
Menurut Andarmoyo (2013) manajemen nyeri adalah suatu
tindakan untuk mengurangi nyeri. Salah satu cara untuk mengurangi
nyeri adalah dengan menggunakan metode nonfarmakologis, salah
satu caranya dengan kompres jahe.
17
Alat yang disiapkan dalam pemberian kompres jahe
diantaranya air rebusan jahe (15 gram jahe putith+300 ml air),
baskom, handuk kecil/washlap.
Kompres dengan menggunakan air rebusan jahe ini diberikan
selama 3 hari, dengan cara setiap kali pengompresan dilakukan selama
20 menit, dan mengganti rendamannya setiap 5 menit sekali. Kompres
jahe ini diberikan dengan menggunakan kain yang telah direndam
dengan air rebusan jahe. (Titik Tri Kusumawati, Mintarsih and Sulastri,
2019).
Kompres dengan menggunakan air rebusan jahe ini, tidak
dipengaruhi oleh suhu. Sehingga walaupun air rebusan jahe sudah dingin,
air rebusan jahe tetap bisa digunakan untuk pengompresan karena efek
hangat dan kandungan minyak astiri dari air rebusan jahe yang berkhasiat
untuk mengurangi nyeri pinggang.
Untuk mengukur skala nyeri pinggang pada ibu hamil Trimester III
sebelum dan sesudah diberikan kompres jahe, penulis menggunakan
skala nyeri NRS (Numerical Rating Scale).
Metode Numeric Rating Scale (NRS) didasari pada skala angka 1-
10 untuk menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS
diklaim lebih mudah dipahami, NRS juga lebih efektif untuk mendeteksi
penyebab nyeri ketimbang VAS dan VRS.
18
2.1.3. Tanda bahaya pada kehamilan
Tanda Bahaya Kehamilan pada Trimester III (29 – 42 minggu)
1) Perdarahan Pervaginam
Pada akhir kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah
berwana merah segar, banyak dan kadang keluar dengan sendirinya
lalu tidak disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan seperti ini biasanya
plasenta previa, Plasenta previa yaitu keadaan dimana plasenta
menempel pada tempat yang abnormal seperti segmen bawah rahim
yang menyebabkan menutupi sebagian bahkan hingga seluruh ostium
uteri interna. Hal lain yang mungkin terjadi ialah solusio plasenta
dimana plasenta yang letaknya sudah normal terlepas dari tempatnya
sebelum persalinan berlangsung, biasanya terjadi pada kehamilan >28
minggu. (Nugraheny, 2017)
2) Sakit Kepala Yang Hebat
Sakit kepala selama kehamilan bersifat umum, seringkali
merupakan suatu ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.
Dikatakan sakit kepala yang serius adalah jika sakit kepala yang hebat
dan tidak hilang meskipus sudah istirahat. Kadang-kadang dengan
sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menjadi mengalami
penglihatan yang kabur. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan
adalah salah satu gejala dari pre-eklampsia. (Nugraheny, 2017)
19
3) Penglihatan Kabur
Penglihatan tiba-tiba menjadi kabur atau berbayang salah
satunya dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, Penglihatan
yang kabur disertai dengan pusing adalah tanda-tanda terjadinya pre-
eklamsia. (Nugraheny, 2017)
4) Bengkak di muka atau tangan
Hampir sebagian besar ibu hamil akan mengalami bengkak
yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari atau
setelah ibu banyak berjalan dan berdiri lalu biasanya akan hilang
setelah beristirahat atau meletakkan kakinya lebih tinggi. Bengkak
yang muncul pada muka dan tangan lalu tidak hilang sesudah
beristirahat harus segera dicurigai karna bisa saja bengkak yang tidak
hilang setelah beristirahan dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain
hal ini bisa saja merupakan pertanda terjadinya pre-eklampsia.
(Nugraheny, 2017)
5) Janin Kurang Bergerak Seperti Biasa
Jika terjadi gerakan janin tidak terasa atau kurang dari 3 kali
dalam 1 jam ibu harus segera memeriksakannya kepada tenaga
kesehatan yang berwenang. Biasanya ibu mulai merasakan gerakan
bayi pada usia kehamilan 5 atau 6 bulan. Jika ibu merasakan bayi tidak
bergerak seperti biasa disebut IUFD (Intra Uterine Fetal Death). IUFD
adalah kondisi bayi yang tidak bernyawa atau tidak adanya tanda-tanda
20
kehidupan janin didalam kandungan, dikatakan IUFD jika hal tersebut
terjadi saat usia kehamilan >20 minggu.
6) Pengeluaran Cairan Pervaginam (Ketuban Pecah Dini)
Yang dimaksud cairan di sini adalah cairan yang berwarna
jernih dan berbau amis atau biasa disebut air ketuban. Ketuban yang
pecah pada saat usia kehamilan aterm dan disertai oleh munculnya
tanda-tanda persalinan adalah hal yang normal tetapi jika pecahnya
ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam
tetapi belum muncul tanda-tanda persalinan disebut ketuban pecah
dini. (Saifudin, 2015)
7) Kejang
Menurut SDKI tahun 2017 penyebab kematian ibu karena
eklampsi adalah sekitar 24%. Biasanya kejang diawali oleh makin
memburuknya keadaan dan terjadinya gejala seperti sakit kepala,
mual, nyeri ulu hati hingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan
akan semakin kabur, kesadaran mulai menurun dan kemudian kejang.
Kejang dalam kehamilan dapat diduga sebagai gejala dari eklampsia.
(Irianti, Duhita and PRbandari, 2018)
2.1.4. Asuhan pada ibu hamil
Antenatal care (ANC) merupakan kunjungan ibu hamil dengan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar yang
21
ditetapkan. Dalam hal ini, istilah kunjungan tidak hanya mengandung arti bahwa
ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap ibu hamil yang
melakukan kontak dengan tenaga kesehatan, baik di posyandu, pondok bersalin
desa, dan kunjungan rumah dengan ibu hamil dapat dianggap sebagai kunjungan
ibu hamil (Depkes RI, 2017)
Menurut Prawiroharjo (2017), pemeriksaan kehamilan merupakan
pemeriksaan ibu hamil, baik fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam masa kehamilan, masa persalinan, dan masa nifas, sehingga kondisi ibu
serta anak postpartum sehat dan normal. Tidak hanya fisik saja, tetapi juga
mental.
Pemeriksaan antenatal care (ANC) merupakan pemeriksaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil hingga mampu
menghadapi proses persalinan, masa nifas, persiapan pemberiaan ASI, dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2015)
Dari sejumlah definisi tersebut, antenatal care (ANC) merupakan asuhan
pada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang meliputi fisik dan
mental untuk mendapatkan ibu dan bayi yang sehat selama masa kehamilan,
masa persalinan, dan masa nifas. (Astuti et al., 2016)
Pelayanan Ante Natal Care (ANC) yaitu berupa pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan seperti puskesmas,
rumah sakit, dll kepada ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai
22
dengan standar pelayanan antenatal yang telah ditetapkan dalam standar
pelayanan kebidanan (Kemenkes, 2017).
Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi 10 T jenis
pelayanan sebagai berikut:
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan atau
kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukan adanya gangguan
pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan untuk menghitung IMT
dan skrining adanya panggul sempit.
2. Pengukuran tekanan darah.
Selama pemeriksaan antenatal, pengukuran tekanan darah atau tensi
selalu dilakukan secara rutin. Tekanan darah yang normal berada di
angka 110/80 – 140/90 mmHg. Bila lebih dari 140/90 mmHg, disertai
edema pada wajah dan/atau tungkai bawah, dan/atau proteinuria, ini
menjadi tanda adanya gangguan kehamilan seperti pre-eklampsia dan
eklampsia yang bisa mengancam kehamilan.
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk
mendeteksi ibu hamil yang berisiko KEK. Kurang energi kronis yang
23
dimaksud yaitu ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah
berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) yaitu <23,5 cm
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak
dengan usia kehamilan.
5. Pemberian imunisasi tetanus sesuai status imunisasi
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapatkan imunisasi TT.
6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapatkan
tablet zat besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan dan diberikan
sejak kontak pertama.
7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester 2 dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui letak janin. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir
trimester 1 dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Jika DJJ
lambat (<120 denyut/menit) atau DJJ cepat (>160 denyut/menit), maka
menunjukan adanya gawat janin.
8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk KB pasca persalinan).
24
9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah
(Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila
belum pernah dilakukan sebelumnya).
10. Tatalaksana kasus sesuai indikasi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil pemeriksaan
laboratorium, maka setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil
harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga
kesehatan. Kasus yang tidak dapat ditangani harus dirujuk sesuai
dengan system rujukan.
Setiap wanita yang hamil akan menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil sebaiknya melakukan ANC
pada waktu TM 1 yaitu saat usia kehamilan 4-16 minggu, pada saat TM II yaitu
sebelum memasuki usia 28 minggu, pada TM III saat memasuki usia kehamilan
30 sampai 38 minggu. (WHO, 2015)
Tujuan dilakukannya pemeriksaan ANC ialah:
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
2) Meningkatkan dan mempertahankan fisik, maternal, serta sosial ibu dan
bayi.
3) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
25
4) Mendukung dan mendorong penyesuaian psikologis dalam kehamilan,
melahirkan, menyusui, dan menjadi orang tua.
5) Mengetahui sejak dini adanya faktor resiko atau komplikasi yang mungkin
akan terjadi selama kehamilan (termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan).
6) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
7) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin
agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal, serta mempersiapkan
kesehatan yang optimal bagi janin.
8) Menurunkan angka kesakitan, serta kematian ibu dan perinatal.
9) Membangun hubungan saling percaya antara ibu dengan pemberi
asuhannya.
10) Melibatkan suami atau anggota keluarga dalam pengalaman kehamilan yang
relevan, dan mendorong peran keluarga untuk memberikan dukungan yang
dibutuhkan ibu.
(Bartini, 2016)
2.2 PERSALINAN
2.2.1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis yang
26
memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan
janinnya melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin. (SarwonoPrawirohardjo, 2016)
2.2.2. Tanda Persalinan
Menurut Kumalasari (2015:97), tanda-tanda persalinan adalah
1) Rasa sakit karena adanya kontaksi uterus yang progresif, teratur, yang
meningkat kekuatan frekuensi dan durasi.
2) Rabas vagina yang mengandung darah (bloody show).
3) Kadang-kadang selaput ketuban pecah spontan.
4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
2.2.3 Faktor Penting dalam Persalinan
1. Faktor power
Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar.
Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi
diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan
sempurna.
2. Faktor passage
Passage atau faktor jalan lahir yang terdiri atas panggul ibu, yakni
tulang yang keras, dasar panggul, vagina, dan introitus. Janin harus berhasil
27
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku, oleh karena
itu ukuran dan bentuk panggul harus dipastikan sebelum persalinan
dimulai. Jalan lahir dibagi atas; Bagian keras (tulang-tulang panggul),
bagian lunak (otot-otot dan ligamen).
Passage (jalan lahir), terdiri dari:
1) 2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari ilium, ischium, pubis.
2) 1 Tulang kelangkang (os sacrum).
3) 1 tulang tungging (os cocygis).
3. Faktor psikologi
Faktor psikologi berperan penting menjelang persalinan, karena banyak
ibu merasa gelisah ketika merasa sakit karena kontraksi yang semakin kuat
serta membuat ibu bersugesti tidak mampu melewati persalinan. Dalam hal
ini, peran suami dan keluarga sangat di perlukan untuk memberikan semangat
dan dukungan kepada ibu.
4. Faktor penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini
tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan (Prof, D, R.M., SP.OG, 2015)
2.2.4 Tahapan Persalinan
Proses persalinan terdiri atas empat kala yaitu sebagai berikut
28
1. Kala I (Pembukaan)
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka
lengkap (10 cm). (Kumalasari and intan, 2015)
Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase
aktif. Fase laten dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai
sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara
bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam. Fase aktif
(pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi
menjadi periode akselerasi, dilatasi maksimal, dan deselerasi (Rohani,
2011:56). Menurut Kumalasari (2015:98) kala I fase aktif, berlangsung
selama enam jam dan dibagi atas tiga subfase yaitu sebagai berikut:
1) Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal (steady): berlangsung selama dua jam
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselarasi: berlangsung lambat, dalam waktu dua jam
pembukaan menjadi 10 cm (lengkap) (Kumalasari, 2015:98).
2. Kala II (Kala Pengeluran Janin)
Kala II disebut juga kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari
pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam
pada primigravida dan 1 jam pada multigravida (Sumarah, 2009 dalam Sari
29
dkk, 2014:167 Persalinan kala II (kala pengeluaran) dimulai dari
pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Perubahan fisiologi secara
umum terjadi pada persalinan kala II adalah:
1) His menjadi lebih kuat dan lebih sering (Fetus Axis Pressure).
2) Timbul tenaga untuk meneran.
3) Perubahan dalam dasar panggul.
4) Lahirnya Fetus (Asri dkk, 2012:60)
Asuhan Sayang ibu pada kala II menurut Pusdiknakes (2003) dalam Sari
dkk (2014:167) meliputi:
1) Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada
perasaan dekat dengan bidan.
2) Meminta izin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan bidan dalam pemberian asuhan.
3) Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses
persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga
4) Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan
keluarga sehubungan dengan proses persalinan.
5) Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama
proses persalinan.
6) Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter
spesialis apabila terjadi kegawatdaruratan kebidanan.
7) Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri
30
kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman.
8) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik
meliputi sarana dan prasarana pertolongan persalinan.
9) Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu
selama proses persalinan.
3. Kala III (kala pengeluaran uri)
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch,
karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan
dengan memperhatikan tanda-tanda uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke
atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang,
terjadi perdarahan, melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara
Crede pada fundus uteri (Manuaba, 2015)
Persalinan Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Berlangsung selama 15-30 menit. Kala III
terdiri atas dua fase yaitu sebagai berikut:
1. Fase pelepasan uri.
2. Fase pengeluran uri (Kumalasari, 2015:98).
Tujuan Manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu kala, mencegah
31
perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika
dibandingkan kala III fisiologis. (SarwonoPrawirohardjo, 2016)
4. Kala IV
Kala IV persalinan adalah dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama postpartum (Kumalasari, 2015:99). Dimulai dari saat lahirnya plasenta
sampai 2 jam pertama setelah lahir. Masa ini merupakan masa paling kritis untuk
mencegah kematian ibu.
Penanganan pada kala IV:
1) Memeriksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada
jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, massase terus sampai menjadi keras.
2) Memeriksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15
menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
3) Mengajari ibu atau anggota keluarga tentang bagaimana memeriksa fundus
dan menimbulkan kontraksi serta tanda–tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
4) Menganjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi.
5) Memastikan ibu sudah BAK dalam 3 jam setelah melahirkan.
(Saifudin, 2016: 100-121)
2.3. NIFAS
2.3.1. Pengertian
Masa nifas atau disebut juga puerperium adalah masa yang dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat reproduksi kembali seperti semula saat sebelum
32
hamil. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun akan pulih
secara keseluruhan dalam waktu 3 bulan. (Sulistyawati and Nugraheny, 2016)
Masa Nifas atau Puerperium dimulai sejak 1 jam lahirnya plasenta sampai
dengan 42 hari, pelayanan pasca persalinan harus terlaksana untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi tand bahaya nifas, tanda bahaya BBL, ASI
Ekslusif, samapai dengan Keluarga Berencana. (SarwonoPrawirohardjo, 2016)
2.3.2. Tujuan
Tujuan masa nifas antara lain sebagai berikut:
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, secara fisik maupun psikologis.
2) Melakukan deteksi yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan, pola
nutrisi, rencana pengguna KB, ASI ekslusif, pemberian imunisasi 5
dasar pada bayi dan perawatan bayi agar menjadi sehat.
4) Memberikan pelayanan KB.
5) Mendapatkan kesehatan emosi (Anggraini, 2016)
2.3.3. Tahapan Masa Nifas
Dalam (Retna, Eni and Dkk, 2015) masa nifas dibagi menjadi 3 tahap:
33
1. Puerperium dini (24 jam pertama)
Masa setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam setelahnya.
Pada masa ini ibu biasanya disarankan untuk melakukan mobilisasi
dini seperti berdiri, duduk, berjalan.
2. Puerperium intermedial (24 jam-6 hari)
Pada fase ini terjadi sejak 24 jam kelahiran hingga 1 minggu,
dalam periode ini bidan berperan untuk memastikan involusio uteri
dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan yang berlebih, lochea
tidak berbau, ibu tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan yang
baik dan cairan yang masuk cukup, serta ibu dapat memberikan ASI
dengan baik.
3. Remote puerperium
Pada periode ini terjadi dari 1 minggu pasca persalinan hingga 5
minggu, masa ini merupakan masa untuk kembali pulih dan sehat
sempurna. Waktu untuk sehat sempurna memerlukan waktu hingga
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
2.3.4. Kebijakan Program Pemerintah dalam Asuhan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas paling sedikit dilakukan sebanyak empat kali.
Kunjungan nifas tersebut memiliki tujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir,
untuk mencegah komplikasi, mendeteksi ketidaknormalan yang terjadi, dan menangani
34
masalah-masalah yang terjadi. Kunjungan dalam masa nifas dibagi menjadi beberapa
bagian antara lain:
1. KF 1
Kunjungan pertama dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinnan yang
memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya perdarahan, memberi konseling
pada ibu atau salah satu keluarga bagaimana mencegah perdarahan pada
masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI 1 jam setelah Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) berhasil dilakukan, menjaga bayi agar suhu tubuh
tetap hangat dengan cara mencegah hipotermia.
2. KF 2
Kunjungan kedua dilakukan pada 6 hari setelah persalinan yang
memiliki tujuan untuk memastikan kembalinya alat reproduksi ke awal saat
sebelum hamil, memastikan uterus berkontraksi, memastikan fundus
berada di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan yang abnormal, lochea
tidak berbau, memastikan tidak ada infeksi, memastikan ibu bisa menyusui
dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit pada payudara ibu,
memberi konseling pada ibu mengenai asuhan perawatan tali pusat pada
bayi, memastikan suhu bayi tetap hangat.
3. KF 3
Kunjungan ketiga dilakukan pada 2 minggu setelah persalinan yang
memiliki tujuan yang sama dengan kunjungan yang sebelumnya.
35
4. KF 4
Kunjungan ke empat dilakukan pada 6 minggu setelah persalinan
yang memiliki tujuan untuk menanyakan pada ibu tentang penyakit atau
keluhan yang ibu dan bayi alami, lalu memberikan konseling untuk segera
menggunakan KB secara dini sebelum berhubungan kembali dengan suami.
(Anggraini, 2016)
2.4. BAYI BARU LAHIR
2.4.1. Pengertian
Masa Neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu atau 28 hari
sesudah kelahiran. Neonatus yaitu bayi baru lahir atau berumur 0 sampai dengan usia
1 bulan sesudah lahir. Masa neonatus terdiri dari neonatus dini yaitu bayi berusia 0-7
hari, dan neonatus lanjut yaitu bayi berusia 7-28 hari (Muslihatun, 2015:2).
Bayi baru lahir disebut juga neonatus adalah individu yang tumbuh dan baru
saja mengalami trauma kelahiran serta sedang menyeseuaikan diri terhadap kehidupan
intrauterine ke kehidupan ekstrauterine (Dewi et al., 2017)
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000 gram,
umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan,
menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI,
2017).
36
2.4.2. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Menurut (Dewi et al., 2017) ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah
1) Berat badan 2.500-4.000 gram
2) Panjang badan 48-52 cm
3) Lingkar dada 32-35 cm
4) Lingkar kepala 32-35 cm
5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
6) Pernafasan ±40-60 kali/menit
7) Kulit kemerah-merahan.
8) Genetalia pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia
Minora.
9) Genetalia pada bayi laki-laki testis sudah turun ke skrotum.
10) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan.
2.4.3. Penanganan Bayi Baru Lahir
Komponen asuhan bayi baru lahir meliputi:
1. Pencegahan infeksi
BBL sangat mudah terkena infeksi mikroorganisme yang terpapar atau
terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat
setelah lahir.
37
2. Penilaian segera setelah bayi lahir
Segera setelah bayi lahir, letakkan bayi di atas kain yang bersih dan
kering. lalu lakukan penilaian awal, yaitu :
1) Apakah bayi menangis atau bernafas?
2) Apakah tonus otot bayi baik?
3. Pencegahan kehilangan panas.
Pencegahan terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut:
1) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks.
2) Letakkan diatas perut ibu agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi.
3) Selimuti bayi dan pakaikan topi di kepala bayi.
4) Jangan langsung menimbang bayi dan memandikannya
5) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
4. Merawat tali pusat
Klem dan potong tali pusat setelah 2 menit setelah bayi lahir. Lakukan
terlebih dahulu penyuntikan oksitosin sebelum tali pusat di potong. Tali
pusat dijepit dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut bayi. Jangan
membungkus tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan apapun pada tali
pusat, karena menyebabkan tali pusat menjadi basah/lembab.
5. Inisiasi menyusui dini (IMD)
Segera setelah setelah bayi lahir dan tali pusat telah diikat, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu.
Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung kurang lebih selama 1 jam.,
38
bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri apabila sebelumnya tidak
berhasil, bayi diberi topi dan diselimuti.
6. Pencegahan infeksi mata
Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam
kontak kulit bayi dengan kulit ibu dan selesai bayi menyusui. Pencegahan
infeksi tersebut mengandung antibiotika tetrasikline 1 %. Salep antibiotika
harus tepat diberikan pada waktu 1 jam setelah kelahiran.
7. Pemberian vitamin K
Bayi baru lahir harus diberikan vitamin K injeksi 1 mg secara IM setelah
I jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu, vitamin K diberikan
untuk mencegah perdarahan intracranial pada BBL karena trauma pada saat
persalinan.
8. Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dasar lengkap berguna untuk memberikan
perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya.
Dengan memberikan imunisasi dasar yang lengkap tepat waktu sesuai
jadwal yang ditentukan, tubuh bayi dirangsang agar memiliki kekebalan
sehingga tubuhnya mampu bertahan melawan serangan penyakit berbahaya
(Depkes RI, 2017)
39
2.4.4. Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir
Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu:
1. Sulit bernafas atau lebih dari 60 kali per menit
2. Suhu tubuh terlalu panas > 37°C atau terlalu dingin < 36,5°C
3. Warna kulit kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat.
4. Banyak muntah ketika diberi ASI
5. Terjadi perdarahan tali pusat. (Dewi et al., 2017)
2.5 Keluarga Berencana
2.5.1. Pengertian
Keluarga berencana (KB) adalah upaya manusia untuk
mengatur jarak kehamilan yang satu dengan yang lainnya yang tidak
melawan hukum dan moral pancasila untuk kesejahteraan keluarga.
(Manuaba, 2015)
2.5.2. Tujuan KB
Tujuan dilakukannya KB adalah untuk membentuk keluarga
bahagia dan sejahtera sesuai dengan keadaan sosial ekonomi dengan
cara mengatur jumlah kelahiran anak, pendewasaan usia perkawinan,
peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga supaya dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. (Affandi B, 2015)
40
2.6. Kerangka Teori
1) Pengkajian
2) Perumusan diagnosa /
masalah kebidanan
3) Perencanaan sesuai
dengan teori implementasi
4) Evaluasi
5) Laporan Pelaksanaan
asuhan kebidananan
1. Kesehatan ibu
2. Kesehatan bayi
baru lahir
Ibu Hamil 28-34
Minggu
1. Kesehatan ibu
2. Kesehatan janin
Ibu bersalin dan
Bayi baru lahir
1) Pengkajian
2) Perumusan diagnosa /
masalah kebidanan
3) Perencanaan sesuai
dengan teori
Ibu Nifas
1. Kesehatan ibu
2. Kesehatan bayi
1) Pengkajian
2) Perumusan diagnosa /
masalah kebidanan
3) Perencanaan sesuai
dengan teori
4) Implementasi
5) Evaluasi
6) Laporan Pelaksanaan
asuhan kebidanan
41
2.7. Kerangka Konsep
Input
Proses
Output
Ibu Hamil 28-34
Minggu
1) Pengkajian
2) Perumusan diagnosa / masalah
kebidanan
3) Perencanaan sesuai dengan teori
implementasi
4) Implementasi
5) Evaluasi
6) Laporan Pelaksanaan
1) Pengkajian
2) Perumusan diagnosa / masalah
kebidanan
3) Perencanaan sesuai dengan teori
implementasi
4) Implementasi
5) Evaluasi
6) Laporan Pelaksanaan
Ibu bersalin
dan Bayi baru
lahir
1. kesehatan Ibu
2. Kesehatan
Bayi Bayi baru
lahir
1. Kesehatan Ibu
2. Kesehatan
Janin
Ibu Nifas
1) Pengkajian
2) Perumusan diagnosa / masalah
kebidanan
3) Perencanaan sesuai dengan teori
implementasi
4) Implementasi
5) Evaluasi
6) Laporan Pelaksanaan
1. Kesehatan Ibu
2. Kesehatan
Bayi