-
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian dan Persyaratan Rumah Susun
Rumah Susun sering diidentikan dengan sebuah bangunan apartemen
sederhana. Rumah susun merupakan salah satu cara atau jawaban
penyelesaian permasalahan mengenai tempat tinggal. Rumah susun
membantu masyarakat untuk mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak
dan menghindari lingkungan yang kumuh akibat terbatasnya lahan dan
mahalnya harga tanah dikota-kota besar.
- Jenis Rumah Susun
Rumah Susun di Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai berikut :
Rumah Susun Sederhana (Rusuna), pada umumnya dihuni oleh
golongan yang kurang mampu. Biasanya dijual atau disewakan oleh
Perumnas (BUMN). Misalnya, Rusuna Klender di Pasar Jumat, Lebak
Bulus, Jakarta.
Rumah Susun Menengah (Apartemen), biasanya dijual atau
disewakan oleh Perumnas atau Pengembang Swasta kepada
masyarakat konsumen menengah ke bawah. Misalnya, Apartemen
Taman Rasuna Said, Jakarta Selatan.
Rumah Susun Mewah (Condonium), selain dijual kepada masyarakat
konsumen menengah ke atas juga kepada orang asing atau expatriate
oleh Pengembang Swasta. Misalnya Casablanca, Jakarta.
- Persyaratan Teknis Rumah Susun
Berdasarkan PP nomor 4/1988 mengenai Persyaratan Teknis
Pembangunan Rumah Susun yang harus dipenuhi dalam pembangunan rumah
susun, antara lain adalah kelengkapan, sarana dan prasarana rumah susun.
1. Kelengkapan rumah susun (Pasal 14)
-
8
Utilitas umum merupakan sarana penunjang untuk pelayanan
lingkungan di rumah susun. Kelengkapan utilitas rumah susun harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai perpipaan
dan perlengkapannya termasuk meter air, pengaturan tekanan air
dan tangki air dalam bangunan
Jaringan air listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan
perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta
pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang
membahayakan
Jaringan air gas yang memenuhi persyaratan beserta kelengkapannya
termasuk meter gas, pengatur arus serta pengamanan terhadap
kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan
Saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas,
kuantitas dan pemasangan
Saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas,
kuantitas dan pemasangan
Saluran dan atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi
persyaratan terahada kebersihan, kesehatan dan kemudahan
Tempat kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat
komunikasi lainnya
Alat transportasi berupa tangga, lift atau eskalator dengan tingkat
keperluan dan persyaratan yang berlaku
Pintu dan tangga darurat kebakaran
Tempat jemuran
Alat pemadam kebakaran
Penangkal petir
Alat / Sistem alarm
Pintu kedap asap pada jarak- jarak tertentu
Generator listrik digunakan untuk rumah susun yang mengunakan lift
-
9
2. Lokasi Rumah Susun (Pasal 22)
Dalam memilih lokasi rumah susun, maka lokasi tersebut harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Lokasi rumah susun harus sesuai dengan peruntukan dan keserasian
lingkungan dengan memperhatikan rencana tata ruang dan tata guna
tanah
Lokasi harus memungkinkan berfungsinya saluran - saluran
pembuangan dalam lingkungan ke sistem jaringan pembuangan air hujan dan
jaringan air limbah .
Lokasi harus mudah dicapai angkutan umum baik langsung maupun
tidak langsung
Lokasi rumah susun harus dijangkau oleh pelayanan air bersih dan
listrik
3. Prasarana Lingkungan (Pasal 25 dan 26)
Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan di lingkungan rumah susun, sehingga dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, berupa jalan, tangga, selasar, drainase, sistem
air limbah, persampahan dan air bersih. Lingkungan rumah susun
harus dilengkapi dengan prasarana sebagai berikut
Prasarana lingkungan yang berfungsi sebagai penghubung untuk
keperluan kegiatan sehari-hari bagi penghuni seperti jalan setapak,
kendaraan & tempat parkir
Prasarana lingkungan harus mempertimbangkan kemudahan dan
keserasian hubungan dalam kegiatan sehari-hari dan pengamanan bila
terjadi hal-hal yang membahayakan, serta struktur, ukuran, dan
kekuatan yang sesuai dengan fungsi dan penggunaan jalan tersebut.
Jaringan distribusi air bersih, gas dan listrik dengan segala
kelengkapannya seperti tangki air, pompa air, tangki gas dan gardu-
gardu listrik
Saluran pembuangan air hujan yang menghubungkan air hujan dari
rumah susun ke sistem jaringan pembuangan air kota
-
10
Saluran pembuangan air limbah dan atau septik yang menghubungkan
air limbah dari rumah susun ke sistem jaringan limbah kota
Tempat pembuangan sampah, sebagai pengumpul sampah dari Rusun
yang dibuang ke tempat pembuangan sampah kota, dengan
mempertimbangkan faktor kemudahan pengangkutan, kebersihan,
kesehatan dan keindahan
Kran-kran air untuk mencegah dan peangamanan terhadap bahaya
kebakaran yang dapat menjangkau semua tempat dalam lingkungan
Tempat parkir kendaraan dan atau penyimpanan barang
Jaringan telepon dan alat komunikasi sesuai dengan keperluan
4. Sarana Lingkungan (Pasal 27)
Sarana lingkungan merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial dan budaya.Fasilitas
lingkungan dalam rumah susun dan lingkungannya harus disediakan :
Ruangan atau bangunan untuk tempat berkumpul, melakukan kegiatan
masyarakat, tempat bermain anak-anak dan kontak sosial lainnya sesuai
standar yang berlaku.
Ruangan atau bangunan untuk kebutuhan sehari-hari sesuai standar
yang berlaku, seperti kesehatan, pendidikan, peribadatan, olahraga.
Tinjauan Sarana
Tinjauan sarana bedasarkan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang
Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan adalah sebagai
berikut :
1. Fasilitas Niaga (warung) :
Maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 250 penghuni.
Berfungsi sebagai penjual sembilan bahan pokok pangan.
-
11
Lokasi di pusat lingkungan rumah susun dan mempunyai radius 300
m.
Luas lantai minimal adalah sama dengan luas satuan unit rumah susun
sederhana dan maksimal 36 m2 (termasuk gudang kecil).
2. Fasilitas Pendidikan (tingkat Pra Belajar) :
Maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 1000 penghuni dimana
anak-anak usia 5-6 tahun sebanyak 8%.
Berfungsi untuk menampung pelaksanaan pendidikan pra sekolah usia
5-6 tahun.
Berada di tengah-tengah kelompok keluarga/digabung dengan taman-
taman tempat bermain di RT/RW.
Luas lantai yang dibutuhkan sekitar 125 m2 (1,5 m2/siswa).
3. Fasilitas Kesehatan.
Maksimal penghuni yang dilayani adalah 1000 penghuni.
Berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak usia
Balita.
Berada di tengah-tengah lingkungan keluarga dan menyatu dengan
kantor RT/RW.
Kebutuhan minimal ruang 30 m2, yaitu ruangan yang menampung
segala aktivitas.
4. Fasilitas Peribadatan.
Fasilitas peribadatan harus disediakan di setiap blok untuk kegiatan
peribadatan harian, dapat disatukan dengan ruang serbaguna atau komunal,
dengan ketentuan:
Jumlah penghuni minimal yang mendukung adalah 40 KK untuk
setiap satu musholla. Di salah satu lantai bangunan dapat disediakan
satu musholla untuk tiap satu blok, dengan luas lantai 9 36 m2.
-
12
Jumlah penghuni minimal untuk setiap satu masjid kecil adalah 400
KK.
5. Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum.
a. Siskamling.
Jumlah maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 200 orang.
Dapat berada pada lantai unit hunian.
Luas lantai minimal adalah sama dengan unit hunian terkecil.
b. Gedung Sebaguna.
Jumlah maksimal yang dapat dilayani adalah 1000 orang.
Dapat berada pada tengah-tengah lingkungan dan di lantai dasar.
Luas lantai minimal 250 m2.
c. Kantor Pengelola.
6. Fasilitas Ruang Terbuka.
a. Tempat Bermain.
Maksimal dapat melayani 12 30 anak.
Berada antara bangunan atau pada ujung-ujung cluster yang mudah
diawasi.
Luas area minimal 75 180 m2.
b. Tempat Parkir.
Berfungsi untuk menyimpan kendaraan penghuni (roda 2 dan 4).
Jarak maksimal dari tempat parkir roda 2 ke blok hunian terjauh 100
m, sedangkan untuk roda 4 ke blok hunian terjauh 400 m.
Tempat parkir 1 kendaraan roda 4 disediakan untuk setiap 5 keluarga,
sedang roda 2 untuk setiap 3 keluarga.
2 M2 tiap kendaraan roda 4; 1,2 M2 untuk kendaraan roda 2 dan satu
tamu menggunakan kendaraan roda 4 untuk tiap 10 KK.
-
13
2.2 Pengertian Arsitektur Berkelanjutan
Arsitektur berkelanjutan diibaratkan interseksiional dari 3 buah
lingkaran yang menghubungkan permasalahan komunitas sosial, ekonomi,
dan lingkungan, sebagaimananya yang dapat menyelesaikan ketiga
permasalahan tersebut adalah seorang arsitek.
Gambar 2.1. Diagram Sustainable EW
Sumber: google books
Arsitektur berkelanjutan sangat erat kaitannya dengan kategori
penggambaran strategi, komponen, dan teknologi dimana semuanya mengacu
untuk menciptakan bangunan yang mempunyai efek baik kepada lingkungan
sekitarnya, kategori tersebut adalah berdasarkan:
1. Cahaya matahari
2. Penghawaan ruang dalam
3. Panas matahari
4. Ventilasi alami
5. Efisiensi energi
6. Menciptakan energi
7. Bangunan minim limbah
8. Konservasi air
9. Managemen sampah kering
10. Pembaharuan energi
11. Pembaharuan lahan
-
14
Menurut David Lloyd Jones dalam bukunya yang berjudul Architecture
and The Environment, arsitektur berkelanjutan terinspirasi dari keberadaan
alam dan mempunyai strategi dalam meminimalisasi pemusnahan lingkungan
dan mendorong tindakan ramah lingkungan.
Penyediaan sumber cahaya alami ke dalam area menjadi tantangan
tersendiri karena banyaknya variasi untuk menyediakan cahaya alami. Pada
kebanyakan iklim dan tipe bangunan, pencahayaan alami dapat menghemat
energi. Contohnya, gedung perkantoran khas di selatan California dapat
menekan pemakaian lisrtik buatan sampai 20 persen dengan menggunakan
cahaya alami.(Sumber buku : Lechner, Norbert. (2001), Heating, Cooling,
Lighting, Design Methods for Architects)
2.3 Teori berdasarkan para ahli mengenai pemanfaatan pencahayaan alami
- Pengaplikasian dan Pemanfaatan cahaya alami menurut Sunlighting as
Formgiver For architecture oleh William M.C Lam, yaitu:
Shading / Pembayangan
Memanfaatkan orientasi yang optimal terhadap arah orientasi utara dan
selatan dalam pembayangan dan pengalihan cahaya matahri yang lebih
efisien, serta lebih mudah dibandingkan dengan penggunaan kaca rendah
tranmisi (low transmission glass). Dikarenakan dengan menggunakan kaca
rendah transmisi tidak dapat menghilangkan kebutuhan pembayangan
dikarenakan 10 persen dari penerangan matahari dari kaca rendah transmisi
terlalu besar. Orientasi ke timur dan barat pembayangan yang permanen tidak
dapat mengontrol silau fajar dan saat senja.
-
15
Gambar 2.2. Pembayangan kaca dan transmisi rendah
Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Redirection / Pengalihan Pencahayaan Alami
Penyebaran cahaya ditempat yang dibutuhkan untuk meminimalisir
kebutuhan cahaya buatan. Tingkat pencahayaan yang tinggi tidak efisein bila
tidak disebar atau didistribusikan dengan baik.
Gambar 2.3. Pendistribusian Cahaya Ketempat yang di butuhkan
Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Framing Of View / Pengambilan penglihatan
Memaksimalkan view ke luar bangunan dan blok view yang tidak bagus
dengan memanfaatkan elemen bayangan yang besar atau kecil.
Memaksimalkan juga view kedalam / interior dengan menciptakan
pemandangan yang baik untuk dilihat.
-
16
Gambar 2.4 Optimalisasi View
Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Letak Sumber Cahaya Pada Jendela
Pada massa dan bentuk bangunan mempengaruhi cara matahari masuk
ke dalam bangunan. Bukaan bangunan adalah faktor utama dalam fasade
yang membentuk komposisi tampak dan bukaan menjadi faktor penting untuk
membuat cahaya matahari masuk ke dalam bangunan, yaitu contohnya
dengan jendela. Jendela dibagi menjadi tiga bagian area yaitu rendah, tengah
dan tinggi. Orientasi sudut pemantulan cahaya dan bentuk langit-langit
diasumsikan sama dengan kasus ini.
Jendela Rendah
Bentuk jendela rendah menghasilkan bentuk pencahayaan yang merata
dapat mendistribusikan pantulan cahaya kedalam bangunan. Dengan
menggunakan jendela rendah memungkinkan dinding bagian atas dan langit-
langit akan terkesan gelap. Hal tersebut dapat diatasi dengan meminimalisir
daerah depan dengan memiringkan langit-langit kebawah menuju kepala
jendela dan meletakan jendela rendah berdekatan dengan dinding tegak lurus.
Jendela rendah dapat memiliki view tergantung besarnya jendela tersebut,
terlihat pada contoh gambar diatas. Gambar kedua dengan skala jendela
rendah yang kecil ruangan tersebut tidak memiliki view yang memuaskan.
Dengan demikian unsur privasi merupakan masalah untuk penggunaan
jendela rendah, sulit mengkombinasikan unsur privasi dengan beberapa view
dan cahaya dibangunan rendah dengan jendela rendah.
-
17
Gambar 2.5. Peletakan Jendela Dekat Dengan Dinding
Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Gambar 2.6. Contoh Jendela Rendah
Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Jendela Tinggi
Keuntungan jendela tinggi menghasilkan penyebaran cahaya terbaik
saat langit mendung, selain itu dapat menghasilkan cahaya dengan tingkat
privasi dan keamanan yang baik dari jendela lainnya. Kerugian jendela tinggi
adalah pendistribusian cahayanya kurang menguntungkan untuk langit-langit
dari pantulan cahaya dari bawah tanah. Jendela tinggi memaksimalkan
potensial silau dari langit dan matahari. Dari segi view jendela atas juga
kurang memuaskan.
-
18
Gambar 2.7 Contoh Jendela Tinggi
Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Jendela Tengah
Jendela tengah tidak sebaik dengan jendela rendah dalam hal
pendistribusian cahaya dari pantulan tanah dan tidak sebaik jendela tinggi
dalam pendistribusian cahaya dari langit mendung. Akan tetapi, jendela
tengah menghasilkan pencahayaan yang cukup untuk kegunaan ruangannya
ini merupakan pilihan yang cukup disukai karena jendela ini menghasilkan
view terbaik. Cahaya yang silau dengan cahaya yang maksimal dari jendela
tengah dapat diatasi dengan memiringkan jendela tengah menjadi di bawah
tanah pandangan mata dari posisi pekerjaan yang paling penting, tetapi
belum memungkinkan mereka terlihat oleh langit-langit.
Gambar 2.8 Contoh Jendela Tengah
Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Penggunaan Lighselft Terhadap Pemasukan Cahaya
Lightself merupakan Strategi memasukan secara tidak langsung dengan
pemantulan dengan acara membentuk dua kanopi yang membantu
pembayangan pada bukaan tanpa menghalangi view. Jenis-jenis lightself yang
dapat diterapkan pada bangunan adalah sebagai berikut :
-
19
Meletakan elemen horizontal seperti kanopi yang menerus hingga ke
dalam bangunan jendela sehingga dapat terjadi pemantulan cahaya.
Gambar 2.9 Contoh Kanopi horizontal
Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Meletakan elemen horizontal yang berbentuk seperti kanopi pada
bagian atas jendela namun dibuat miring untuk memantulkan cahaya
keluar bangunan. Bentuk lightself yang seperti ini digunakan untuk
ruangan yang tidak membutuhkan banyak cahaya namun
menginginkan bentuk dan besaran bukaan yang sama pada fasade.
Sama dengan poin ke dua, namun kanopinya dimiringkan kedalam,
dengan tujuan memantulkan cahaya lebih banyak dengan bentuk dan
besaran bukaan yang sama pada fasade.
Gambar 2.10 Contoh Teknik Lightself
Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Penggunaan Ceiling Sebagai Sumber Utama Pemantulan Cahaya
Langit-langit bangunan dan dinding bagian atas merupakan daerah
permukaan yang dapat diandalkan untuk memantulkan cahaya. Point-point
dalam pemanfaatan langit-langit sebagai pantulan cahaya yaitu :
-
20
Letakan Sumber cahaya sejauh mungkin dari langit-langit, hali ini
dapat
dilakukan dengan menaikkan langit-langit atau menurunkan sumber
cahaya.
Gambar 2.11 Teknik Pemantulan Cahaya
Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Gambar 2.12 Daya Pantul Pada Permukaan Langit-langit Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Bentuk dan letak elemen pemantul untuk mengarahkan cahaya,
supaya silau cahaya matahari tidak masuk maka bentuk dan letak
elemen pemantul perlu diperhatikan agar tepat dipantulkan langit-
langit
Mengoptimalkan efektif pantulan langit-langit. Menggunakan sistem
bangunan yang meminimalkan jumlah luas permukaan yang
membentuk rongga langit-langit. Langit-langit yang memiliki banyak
-
21
area permukaan justru menjadi perangkap cahaya, sedangkan langit-
langit sederhana dengan luas permukaan yang lebih sedikit dapat
mendistribusikan cahaya lebih efisien.
Pertimbangan Cahaya Matahari dari Atas Bangunan
Bukaan dari atas bangunan lebih efisen menjangkau area gelap dalam
bangunan daripada bukaan dari badan bangunan, tetapi dapat menyebabkan
panas berlebih karena masuknya cahaya langsung. Hal tersebut dapat diatasi
dengan dibuat area - area pemantul pada dinding bangunan agar cahaya tidak
masuk secara langsung.
Gambar 2.13 Pencahayaan dari Atas
Sumber: Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Beberapa jenis bukaan atas yaitu :
Atrium adalah bukaan atas pada bagian tengah ruangan atau bangunan
yang dibuka hingga atap.
Court sebuah area terbuka ketas yang dikelilingi dinding bangunan.
Lightcourt, sebuah area kosong untuk memaksimalkan cahaya pada
bangunan yang berdekatan.
Litrium, sama seperti atrium namun bertujuan untuk memaksimalkan
cahaya pada bangunan yang berdekatan.
-
22
Lightwell, bukaan atas untuk menyalurkan cahaya alami pada area
yang berdekatan dengan melewati satu atau beberapa lantai dalam
bangunan.
Pemberian elemen vertikal untuk memantulkan cahaya kedalam
bangunan.
Hubungan Orientasi Bangunan Terhadap Matahari
Dalam pemanfaatan cahaya alami ke dalam bangunan, orientasi dan
bentuk bangunan terhadap garis edar matahari tentu juga mempunyai
pengaruh. Orientasi bangunan juga mempunyai peran penting dalam
menangkap cahaya dan mengurangi radiasi yang ditimbulkan oleh cahaya
matahari yang didapatkan. Menurut Setyo Soetiadji (Soetiadji S, 1986)
orientasi adalah suatu posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar, arah
mata angin, atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya. Dengan
berorientasi dan kemudian mengadaptasikan situasi dan kondisi setempat,
bangunan kita akan menjadi milik lingkungan. Jenis orientasi menurut Setyo
Soetiadji adalah :
Orientasi terhadap garis edar matahari yang merupakan suatu bagian
yang elemen penerangan alami. Namun pada daerah beriklim tropis
penyinaran dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan suatu
masalah, sehingga diusahakan adanya elemen-elemen yang dapat
mengurangi efek terik matahari.
Orientasi pada potensi-potensi terdekat, merupakan suatu orientasi
yang lebih bernilai pada sesuatu, bangunan dapat mengarah pada
suatu tempat atau bangunan tertentu atau cukup dengan suatu nilai
orientasi positif yang cukup membuat hubungan filosofisnya saja.
Matahari menimbulkan gangguan dari panas dan silau cahayanya
Perlindungan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi masalah
tersebut dapat digunakan beberapa cara, adapun cara yang dapat
dilakukan antara lain dengan cara prinsip - prinsip pembayangan dan
filterasi / penyaringan cahaya. Cara pematahan sinar matahari dengan
sistem pembayangan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
Garis edar matahari
-
23
Kondisi lingkungan setempat
Bentuk bangunan
Fungsi bangunan.
Standar intensitas cahaya yang dibutuhkan pada ruangan
Tabel 2.1 Standar kebutuhan cahaya ruangan
RUANG JENIS KEGIATAN STANDAR KEBUTUHAN
CAHAYA Ruang tidur Tidur 150 lux
Ruang
keluarga /
tamu
Berkumpul,
menonton tv,
menerima tamu
300 lux
Kamar mandi Mandi 250 lux
Ruang
komunal
Ruang bersama 200 lux
Ruang
serbaguna
Olahraga, acara
sosial
200 lux
Koridor Akses menuju hunian 100 lux
Sumber: Standar Nasional Indonesia 2001
-
24
2.4 Kerangka Berpikir
F
JUDUL TUGAS AKHIR Optimalisasi Pencahayaan Alami pada Rumah Susun di Jakarta
Timur
LATAR BELAKANG Memperhatikan dan Meningkatkan kualitas kelayakan hidup
masyarakat Kampung Pulo dari segi kesehatan melalui pembangunan rumah susun yang didukung dengan
pengoptimalisasian pencahayaan alami. Masyarakat setempat juga didukung dengan sarana dan pra-sarana rumah susun.
MAKSUD DAN TUJUAN Menghasilkan bangunan yang layak huni
berdasarkan optimalisasi pencahayaan alami. Sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dari
para penghuninya.
PERMASALAHAN Standar intensitas cahaya pada unit hunian:
- Orientasi bangunan - Tata massa letak bangunan - Lebar Bukaan
ANALISIS Analisis permasalahan dari aspek lingkungan, manusia dan
bangunan serta analisa khusus mengenai pencahayaan alami yang diterapkan dan dikaitkan dengan variabel-variabel yang
mempengaruhi pencahayaan alami
KONSEP PERANCANGAN Hasil dan Kesimpulan dari analisis permasalahan
SKEMATIK DESAIN
PERANCANGAN
FEEDBACK
Tinjauan Umum:
Rumah Susun
Tinjauan Khusus:
Sustainable
Pencahayaan alami