Download - Bra dan FAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wanita dan bra adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Bra selain
digunakan untuk menyangga payudara agar seorang wanita dapat beraktivitas dengan
nyaman, juga tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan bra ditujukan untuk mendukung
bahkan menyamarkan bentuk payudara wanita agar tampak lebih indah dan dapat
menambah rasa percaya diri seorang wanita dalam bersosialisasi dalam masyarakat.
Keinginan para wanita tersebut membentuk perilaku mereka untuk menggunakan bra yang
tak hanya nyaman namun memiliki struktur yang dapat menunjang keberadaan payudara
mereka. Hal tersebut direspons dengan cukup baik oleh industri bra, dibuktikan dengan
telah berkembang pesatnya desain-desain bra mulai dari adanya bantalan, kawat, jaring,
korset, bahkan bantalan air. Semuanya demi "memperbaiki" payudara wanita agar menarik
dan sesuai harapan masyarakat umum. Membentuk lengkungan simetris pada dada telah
menjadi obsesi tersendiri pada wanita sehingga mereka tidak segan untuk menaikkan tali
bra mereka agar payudara mereka semakin terlihat indah. Kebiasaan memakai bra ketat
(tight-fitting bra) agar payudara terlihat kencang dan indah juga semakin memantapkan
rasa percaya diri wanita. Maka tak heran bila setelah melepas bra, para wanita dapat
melihat bekas tali bra pada punggung dan bahu, bekas kemerahan juga acap kali tampak
pada daerah bawah payudara bekas bra. Para wanita juga terbiasa untuk selalu
menggunakan bra kapan pun dan dimana pun, selain karena tuntutan aktivitas para wanita
yang semakin padat, adanya mitos bahwa menggunakan bra di kala tidur dapat
membentuk payudara indah membuat wanita tak dapat lepas dari bra selama hampir 24
jam.
Penelitian yang berkembang hingga kini telah mengaitkan penggunaan bra ketat sebagai
faktor predisposisi (mencakup faktor penyebab, pemicu, dan pemengaruh) timbulnya
fibrocystic condition, suatu kondisi dimana timbulnya gumpalan-gumpalan pada kelenjar
payudara yang meskipun tidak berbahaya namun selain menimbulkan ketidaknyamanan
berkepanjangan, juga dapat mengarah pada timbulnya suatu mutasi yang mengiring pada
diagnosa kanker payudara. Kanker payudara merupakan penyakit dengan tingkat insidensi
tinggi pada wanita. Pada tahun 2007, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
menyatakan bahwa berdasarkan data IARC tahun 2002, estimasi insidensi kanker leher
1
rahim sebesar 16 per 100.000 wanita, sedangkan kanker payudara sebesar 26 per 100.000
wanita. Hal ini menjadikan kanker payudara menempati urutan pertama penyebab kanker
tersering pada wanita Indonesia saat ini. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70%
penderita kanker payudara di Indonesia ditemukan pada stadium lanjut. Faktor-faktor
predisposisi kanker payudara sangat beragam dan masih terus diteliti kemungkinan-
kemungkinan lain hingga kini. Jika pemakaian bra yang ketat menghambat secara
langsung sistem kerja dari sistem limfe yang begitu kaya pada kelenjar payudara, maka
bukan tidak mungkin penggunaan bra ketat dalam jangka waktu lama dengan frekuensi
tinggi dapat memicu timbulnya kanker payudara.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara kebiasaan pemakaian bra ketat dengan terjadinya
fibrocystic condition dan kanker payudara?
C. Tujuan
Menjelaskan hubungan antara kebiasaan pemakaian bra ketat dengan terjadinya
fibrocystic condition dan kanker payudara.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Perilaku hakikatnya adalah tindakan atau kebiasaan yang dilakukan oleh individu untuk
kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan,
nilai dan norma kelompok yang bersangkutan. Perilaku terbentuk dalam proses
enkulturisasi dan sosialisasi. Dalam hal ini koordinasi perilaku diatur dengan baik oleh
sistem syaraf pusat. Suatu sistem pada susunan syaraf pusat manusia yakni sistem limbik
memegang peranan penting dalam mempengaruhi tindakan yang akan diambil suatu
individu untuk memenuhi kebutuhan motivasional dan emosional yang diatur oleh
hypothalamus.
Penggunaan bra ketat merupakan salah satu perilaku wanita yang dipengaruhi oleh
kebutuhan akan penerimaan dalam masyarakat dan dorongan emosional yang diatur oleh
sistem limbik untuk mendapatkan rasa percaya diri dan kepuasan. Penggunaan bra ketat
hingga kini diketahui sebagai salah satu faktor predisposisi timbulnya fibrocystic condition
dan kanker payudara.
Fibrocystic condition dikarakteristikan sebagai gumpalan dan ketidaknyamanan pada satu
atau kedua payudara, kondisi ini tidak berbahaya (kanker) walau pada tipe tertentu dapat
mengarah pada diagnosa kanker payudara. Kondisi ini terutama mempengaruhi wanita-
wanita antara umur 30 dan 50 tahun dan cenderung menjadi persoalan yang berkurang
setelah menopause. Fibrocystic condition disebabkan oleh ketidaksempurnaan apoptosis
(kemampuan sel membunuh dirinya sendiri setelah tidak berfungsi lagi) sel-sel pada
kelenjar payudara setelah jaringan pada kelenjar payudara mengalami metabolisme yang
tinggi akibat pengaruh hormon-hormon reproduksi yang pada umumnya aktif pada masa
menstruasi. Sel-sel yang tidak berapoptosis secara sempurna akan menimbulkan
peradangan pada duktus-duktus atau saluran kelenjar payudara sehingga membentuk luka
parut (fibrosis) dan dapat menimbulkan gumpalan-gumpalan (kista). Fibrocystic condition
dapat disebabkan karena anoxia atau kurangnya pasokan oksigen pada sel-sel kelenjar
payudara. Terdapat dua tipe fibrocystic condition, yang pertama adalah cyst and fibrosis
dimana luka parut pada duktus kelenjar payudara menghambat sekresi kelenjar payudara
sehingga sekret yang berupa cairan membentuk kantung-kantung yang lazim kita sebut
3
sebagai kista, keadaan ini apabila berlanjut bahkan dapat menimbulkan benjolan
makroskopis pada kelenjar payudara, yang kedua adalah atypical hyperplasia sel-sel
kelenjar payudara dimana sel-sel yang tidak berapoptosis sempurna akan mengalami
perkembang biakan tidak terkontrol namun memiliki tipe yang berbeda dengan sel
payudara yang normal. Kondisi kedua inilah yang pada umumnya mengarah pada
diagnosa kanker payudara, dimana mutasi genetik terjadi pada sel-sel yang mengalami
atypical hyperplasia dan dapat mengganggu jaringan normal.
Kanker payudara adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas. Neoplasma payudara atau
tumor payudara adalah suatu pertumbuhan baru dan abnormal pada sel-sel di payudara
yang biasa berbentuk benjolan, dimana multiplikasinya tidak terkontrol dan progresif.
Neoplasma ganas pada payudaralah yang disebut sebagai kanker payudara, dimana
keadaan ini memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau
lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hiperplasia sel dengan perkembangan sel-sel
yang atipikal, namun sel-sel ini kemudian berlanjut menjadi suatu keganasan. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, sekitar 25% kanker
payudara sudah mengalami metastasis atau penyebaran. Metastasis terutama oleh sistem
limfe di sekitar kelenjar payudara. Kanker disebabkan akibat kerusakan genetik seperti
kelainan kromosom, amplifikasi DNA, rearrangement maupun mutasi noktah, yang dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan fisiologik pengaturan pembelahan sel dan
diferensiasi yang berakibat tumbuhnya tumor. Kerusakan genetik tersebut dapat
disebabkan akibat faktor keturunan, pemaparan karsinogen (zat-zat pemicu kanker)
lingkungan yang terdapat pada makanan, air, udara, radiasi, sinar matahari, mutasi spontan
karena instabilitas gen, infeksi virus DNA atau RNA, inaktivasi gen, dan lain-lain.
Sistem limfe selain berperan dalam metastasis kanker payudara, apabila dalam kondisi
normal pembuluh-pembuluh limfe tersumbat sehingga zat-zat beracun tidak dapat dibuang
dan menumpuk pada kelenjar payudara juga dapat meracuni sel-sel kelenjar payudara dan
mengakibatkan kanker payudara. Penyumbatan pembuluh limfe dapat disebabkan oleh
penekanan terlalu kuat dalam frekuensi tinggi pada kelenjar payudara.
4
BAB III
PEMBAHASAN
Perilaku seorang wanita dalam hubungannya dengan pemilihan serta pemakaian bra tidak
lepas dari bagaimana seorang wanita melalui perkembangan hidupnya mulai dari periode
pubertas dimana mulai matangnya organ-organ reproduksi baik primer maupun sekunder
serta mulai timbulnya ketertarikan pada lawan jenis dan keinginan untuk diterima dengan
baik dalam masyarakat, hingga periode middle age dimana kematangan identitas diri serta
karier telah dicapai. Kebutuhan untuk mendapatkan rasa percaya diri serta diterima dalam
masyarakat menimbulkan efek psikologis yang tercermin pada perilaku seorang wanita,
terutama dalam berpenampilan dan memermak bagian tubuh agar terlihat lebih menarik.
Payudara adalah bagian tubuh wanita yang sangat berpengaruh pada timbulnya rasa
percaya diri seorang wanita. Cara menampilkan payudara yang baik akan menambah rasa
percaya diri wanita sehingga membuat mereka semakin bersemangat dalam beraktivitas.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh sistem limbik manusia, suatu sistem pada susunan syaraf
pusat manusia yang merespon terhadap perubahan emosi serta fantasi yang terjadi pada
manusia. Paradigma yang berkembang dalam masyarakat bahwa wanita dengan bentuk
payudara yang indah lebih menarik membuat para wanita berusaha untuk mendapatkan
bentuk payudara yang ideal.
Bra yang pada dasarnya berfungsi sebagai peredam gerak payudara wanita sehingga
menyamankan wanita dalam beraktivitas agaknya juga menjadi sarana untuk
memanipulasi bentuk payudara wanita agar terlihat lebih indah. Beragam desain bra dari
adanya bantalan, kawat, jaring, korset, bahkan bantalan air semakin membuat wanita
leluasa untuk memanipulasi payudara mereka agar menarik dan sesuai harapan masyarakat
umum. Penggunaan bra ketat (tight-fitting bra) sehingga bentuk payudara menjadi lebih
kencang dan indah telah menjadi kebiasaan para wanita dewasa ini.
Wanita yang menggunakan bra ketat dalam jangka waktu lama (lebih dari 12 jam) dan
dalam frekuensi tinggi serta menggunakan bra pada saat tidur lebih rentan terkena
fibrocystic condition bahkan kanker payudara daripada wanita yang menggunakan bra
sesuai ukuran payudaranya, kurang dari 12 jam, dan tidak memakainya pada saat tidur.
5
Penelitian yang telah dilakukan oleh pasangan suami istri yang berkonsentrasi pada riset
tentang kesehatan, Singer dan Grismaijer telah membuktikan bahwa penggunaan bra ketat
berpengaruh terhadap timbulnya kanker payudara. Singer dan Grismaijer mengambil
4.500 wanita di Amerika Serikat sebagai sampel dan didapatkan hasil bahwa 3 dari 4
wanita yang menggunakan bra selama 24 jam setiap hari, 1 dari 7 wanita yang
menggunakan bra lebih dari 12 jam tanpa memakainya saat tidur, 1 dari 152 wanita yang
menggunakan bra kurang dari 12 jam, dan 1 dari 168 wanita yang jarang menggunakan
bra didiagnosa menderita kanker payudara, sehingga risiko terjadinya kanker payudara
memang lebih rentan pada wanita yang menggunakan bra dalam jangka waktu lama dan
tingkat frekuensi tinggi.
Pada terjadinya fibrocystic condition, penggunaan bra ketat menyebabkan penekanan
kelenjar payudara yang kaya akan pembuluh darah. Pembuluh darah yang tertekan dalam
waktu lama menyebabkan jaringan dalam kanker payudara kurang mendapatkan oksigen
dan mengarah pada kondisi anoxia (kurangnya asupan oksigen bagi sel). Sel-sel yang
memerlukan oksigen dalam metabolismenya menjadi terhambat menyelesaikan tugasnya,
pada saat sel melakukan apoptosis (kemampuan sel untuk membunuh dirinya sendiri
setelah tidak berfungsi) ketiadaan oksigen berakibat fatal. Sel-sel tersebut tidak dapat
berapoptosis dengan sempurna sehingga sel-sel tersebut masih ada di jaringan padahal
sudah tidak berfungsi normal lagi. Hal ini mengakibatkan peradangan dan luka parut
(fibrosis) pada duktus-duktus atau saluran pada kelenjar payudara. Penumpukan sekret
berupa cairan yang terjadi karena peradangan ini mengakibatkan gumpalan-gumpalan atau
kista dan inilah yang diebut fibrocystic condition.
Pada tahap tertentu gumpalan-gumpalan tersebut dapat teraba pada payudara. Meskipun
kondisi tersebut tidak berbahaya namun akan menimbulkan efek psikologis negatif pada
wanita tersebut karena akan menimbulkan perasaan tidak nyaman, kadang menimbulkan
rasa nyeri. Kondisi tersebut juga menyebabkan seorang wanita menjadi tidak tenang dalam
beraktivitas, diperlukan biopsi utuk mengatasi kondisi ini. Adanya gumpalan-gumpalan
yang teraba pada daerah payudara membuat pemeriksaan dini kanker payudara dengan
‘sarari’ (sadari payudara sendiri) yaitu dengan menraba daerah payudara menjadi tidak
akurat karena tidak semua gumpalan yang teraba pasti mengacu pada kanker payudara,
bisa saja seperti yang disebutkan di atas bahwa wanita tersebut mengalami fibrocystic
condition. Namun tak pelak keberadaan gumpalan tersebut pasti menimbulkan perasaan
6
was-was bagi wanita. Sesuai dengan teori psikologis bahwa hal pertama yang dilakukan
seorang pasien jika merasakan gejala-gejala suatu penyakit serius maka secara otomatis
dia akan berusaha menyangkal keadaan tersebut, sehingga keberadaan gumpalan tersebut
akan membuat wanita cemas, ketakutan akan terjadi suatu hal yang buruk tetapi berusaha
menyangkalnya untuk menenangkan diri. Hal tersebut tentu akan mengganggu aktivitas
wanita, mereka menjadi tidak optimal dan membuat mereka menjadi tertutup.
Hal yang harus dicemaskan adalah bila sel-sel yang tidak berapoptosis sempurna tersebut
bermutasi menjadi sel kanker dimana sel-sel tersebut berkembang biak tanpa ada kontrol
genetik namun berbeda dari sel-sel normal, keadaan ini disebut atypical hyperplasia.
Keadaan ini dapat berlanjut menjadi kanker payudara jika sel kanker tersebut mengganggu
jaringan normal pada payudara.
Pemakaian bra ketat dalam jangka waktu lebih dari 12 jam dengan frekuensi tinggi juga
dapat menekan pembuluh-pembuluh limfe yang begitu kaya pada kelenjar payudara
wanita. Kerja dari sistem limfe adalah mendistribusikan zat-zat sisa metabolisme yang
bersifat toksin (racun) pada tubuh untuk dikembalikan pada pembuluh darah vena yang
selanjutnya akan diproses oleh jantung dan paru-paru. Jika distribusi pembuluh limfe pada
kelenjar payudara tersebut terhambat karena penekanan oleh bra ketat dalam jangka waktu
lama dengan tingkat frekuensi tinggi, maka kontak sel-sel pada kelenjar payudara dengan
zat-zat toksin juga akan terjadi dalam waktu lebih lama dari seharusnya. Hal ini dapat
mengakibatkan perubahan sifat dari suatu sel menjadi sel kanker karena paparan zat
karsinogenik (pemicu kanker). Selanjutnya sel-sel kanker tersebut dapat mengganggu
fungsi jaringan normal dan dapat melakukan metastasis (penyebaran) melalui pembuluh
limfe. Kanker payudara akan menjadi diagnosa akhir dari kondisi tersebut.
Pada hakikatnya, mengembalikan bra pada fungsinya sebagai pendukung aktivitas pada
wanita akan sangat berefek positif bagi wanita. Bra yang sesuai dengan ukuran payudara
dan tidak merubah struktur alami dari payudara itu sendiri akan membuat wanita lebih
nyaman beraktifitas, bebas dari perasaan kurang nyaman karena tertekan, dan dapat
bernafas dengan baik.
7
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebiasaan penggunaan bra ketat merupakan kebiasaan wanita untuk
memanipulasi agar payudara tampak kencang dan indah. Perilaku ini distimulasi
oleh sistem limbik yang merespon emosi dan fantasi manusia berdasarkan
lingkungan serta informasi yang diterima.
2. Penekanan pada kelenjar payudara akan menyebabkan anoxia dimana pasokan
oksigen untuk jaringan di payudara kurang dan mengganggu proses apoptosis
yang normal sehingga dapat terbentuk sel kanker yang dapat mengganggu
jaringan normal. Penekanan pada kelenjar payudara juga dapat mengacaukan
distribusi zat-zat toksin pada pembuluh limfe sehingga menyebabkan paparan sel-
sel payudara terhadap zat-zat toksin melebihi yang seharusnya, dan dapat menjadi
sel kanker. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan bra ketat dalam jangka waktu
lama, lebih dari 12 jam dengan tingkat frekuensi tinggi dapat menyebabkan wanita
lebih berisiko terkena fibrocystic condition bahkan kanker payudara.
B. Saran
1. Sebaiknya wanita menggunakan bra sesuai dengan ukuran payudara dan tidak
menggunakan bra yang terlalu ketat. Penggunaan bra yang sesuai akan membuat
wanita lebih merasa nyaman tanpa mengurangi keindahan bentuk payudara itu
sendiri.
2. Sebaiknya penggunaan bra kurang lebih hanya 12 jam per hari. Selagi tidur tidak
perlu dipakai. Hal ini untuk meminimalisasi terjadinya fibrocystic condition
maupun kanker payudara.
3. Sosialisasi penggunaan bra yang sesuai dengan ukuran sebaiknya ditingkatkan.
Perubahan paradigma bahwa wanita dengan bentuk payudara indah lebih menarik
sebaiknya dilakukan agar para wanita tidak terobsesi memanipulasi bentuk
payudara sendiri.
4. Wanita sebaiknya mengerti bahwa masyarakat umum tidak hanya menilai seorang
wanita dari bentuk payudara, kepercayaan diri harus tumbuh bukan hanya karena
faktor badaniah namun juga karena prestasi serta sopan santun dalam pergaulan.
DAFTAR PUSTAKA
8
Price AS, Wilson LM. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC.
Singer, Grismaijer. 2002. Dressed to Kill: The Link Between Breast Cancer and Bras.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
A-Z woman health concern. A-Z Kanker Payudara pada Perempuan [online]. 2008 [cited 15
Oktober 2009]. Available from : www .conectique.com
Departemen Kesehatan Indonesia. Deteksi Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
[online]. 21 April 2008 [cited 5 Oktober 2009]. Available from : www.depkes.go.id
Admin Total Kesehatan Anda. Fibrocystic Condition [online]. 2008 [cited 15 oktober 2009].
Available from : www.totalkesehatananda.com.
9