Pelibatan Milenialdalam PercepatanGERMAS dan PIS-PKpada5 Program Nasional MenujuDeviden Demografi
PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATANSEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan policy paper “Pelibatan Milenial
Dalam Percepatan Germas Dan PIS-PK Pada Lima Isu Prioritas Nasional Menuju
Deviden Demografi” dengan baik. Ungkapan terima kasih dan penghargaan setinggi
tingginya juga kami haturkan kepada para Narasumber dan semua pihak yang telah
memberikan masukan dan turut berpartisipasi dalam penyelesaian policy paper ini.
Kami berharap policy paper ini dapat memberikan penguatan informasi dan
Pemahaman kepada pemerintah Pusat dan Daerah, terutama bagi para pengelola
program dan juga bagi masyarakat sebagai rujukan dalam menyiapkan Generasi
Milenial menghadapi Bonus Demografi pada tahun 2030 – 2045 mendatang.
Kami sangat menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan
policy paper, dikarenakan keterbatasan sumber referensi yang berkaitan dengan
topik policy paper ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya
kepada kita semua dalam mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi tingginya.
Jakarta, 17 Januari 2020
Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan,
Prety Multihartina, Ph.D
1 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
PENETAPAN
Indonesia bersama 192 negara lainnya
pada Sidang Umum PBB ke-70, 25
September 2015 di New York, telah
mengadopsi Sustainable Development
Goals (SDGs) atau pembangunan
berkelanjutan (TPB) 2030 yang
bertujuan untuk menghilangkan
kemiskinan, menciptakan lingkungan
yang aman dan sejahtera bagi manusia
yang tinggal di dalamnya.
Indonesia saat ini tengah
menghadapi tantangan besar triple
burden, yaitu adanya penyakit infeksi,
meningkatnya penyakit tidak menular
(PTM) dan penyakit-penyakit yang
seharusnya tahun 1990 sudah
teratasi muncul kembali. Perubahan
gaya hidup masyarakat menjadi salah
satu penyebab terjadinya pergeseran
pola penyakit transisi epidemiologi
(Profil Kesehatan RI, 2018).
Sumber : Humainiora Litbangkes
Tingkat keberhasilan pembangunan
dapat dilihat berdasarkan tinggi
rendahnya angka Human
Development Index atau Indeks
ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN:
PELIBATAN MILENIAL DALAM MENDUKUNG PERCEPATAN GERMAS
DAN PIS-PK PADA 5 PROGRAM PRIORITAS NASIONAL
2 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
Pembangunan Manusia (IPM),
dengan metode baru selama periode
2010-2018, nilai IPM Indonesia telah
meningkat 4,86 poin,
yaitu dari 66,53 tahun 2010
menjadi 71,39 pada tahun 2018.
Sumber : Humaniora Litbangkes
Namun prevalensi penyakit tidak
menular tahun 2018 juga mengalami
kenaikan jika dibandingkan dengan
Riskesdas 2013, antara lain kanker,
stroke, penyakit ginjal kronis,
diabetes melitus, dan hipertensi.
Kenaikan prevalensi penyakit tidak
menular ini berhubungan dengan
pola hidup antara lain merokok,
konsumsi minuman beralkohol,
aktivitas fisik, serta konsumsi buah
dan sayur, atau cenderung
diakibatkan oleh rendahnya konsumsi
makanan bergizi.
Dari berbagai permasalahan kesehatan
yang dihadapi masyarakat tersebut,
dan untuk mempercepat penyelesaian
masalah kesehatan, Kementerian
Kesehatan memfokuskan
Pembangunan Nasional Sektor
Kesehatan dengan menetapkan 5 Isu
Program Prioritas Nasional, yaitu:
1. Angka Kematian Ibu dan Bayi
2. Stunting
3. TBC
4. Penyakit Tidak Menular (PTM)
5. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap
segera dapat diatasi (Rapat Kerja
Nasional tahun 2019)
Pilar 1. Paradigma Sehat:
Paradigma sehat merupakan upaya
Kementerian Kesehatan untuk
merubah pola pikir stakeholder dan
masyarakat dalam pembangunan
3 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
kesehatan, dengan peningkatan upaya
promotif – preventif, pemberdayaan
masyarakat melalui pendekatan
keluarga, peningkatan keterlibatan
lintas sektor dan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat.
Pilar 2. Penguatan Pelayanan
Kesehatan
Penguatan pelayanan kesehatan
dimaksudkan untuk menjamin
keterjangkauan dan mutu pelayanan
kesehatan. Kegiatan ini dilakukan
dengan mengacu pada 3 (tiga) hal
penting sebagai berikut:
a. Peningkatan akses terutama pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP), Optimalisasi
Sistem Rujukan, peningkatan mutu
pelayanan kesehatan
b. Penerapan pendekatan continuum
of care.
c. Intervensi berbasis risiko kesehatan
(health risk).
Pilar 3. Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
Program JKN ini dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan kesehatan
bagi seluruh masyarakat Indonesia,
baik Penerima Bantuan Iuran (PBI)
ataupun Non-PBI. Dalam
pengembangan JKN ini Kementerian
Kesehatan fokus pada
pengembangan benefit package,
menggunakan sistem pembiayaan
asuransi dengan asas gotong royong,
serta melakukan kendali mutu dan
kendali biaya pelayanan kesehatan.
(Renstra Kemkes, 2015 - 2019).
PKPR dengan Posyandu Remaja
memiliki fungsi sebagai wadah kaum
milenial, untuk pembinaan dan media
komunikasi bagi remaja agar para
remaja tidak salah menginterpretasi-
kan factor resiko kesehatan dalam
upaya promotif dan preventif untuk
menghindari perilaku gaya hidup
yang tidak sehat. Status kesehatan
usia remaja sangat penting, terutama
kesehatan di masa remaja dan
dewasa muda melalui pola hidup
sehat/ Germas.
A.1. Tujuan Umum percepatan
Germas dengan pelibatan
generasi Milenial
Merekomendasikan Kebijakan
Percepatan Germas melalui
identifikasi konflik kebijakan
yang dapat menjadi faktor
penghambat, menganalisis
variabel penguatan promotif
dan preventif melalui Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat dan
faktor ketidakadekuatan dalam
4 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
merumuskan kebutuhan
kebijakan untuk mendorong
percepatan keberhasilan
implementasi Germas dalam
Peningkatan Perilaku Kesehatan
Generasi Milenial.
A.2. Tujuan Khusus :
a. Memberikan Pemahaman
Milenial Terhadap Germas dan
PIS-PK serta 5 Program
Prioritas Nasional yang di urai
menjadi beberapa komponen
dan diterjemahkan dalam
bentuk Gaya dan Bahasa
Milenial
b. Mengajak Milenial Terlibat
Aktif (Subjek) dan Pasif
Objek) dalam percepatan
Germas dan PIS-PK dalam 5
Program Prioritas Nasional
c. Mengajak Milenial (sebagai
AoC) Ikut Mengawal Germas
dan PIS-PK dalam 5 Program
Prioritas Nasional
A.3. Kerangka Konsep :
ALUR PIKIR / KERANGKA KONSEP
5 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
ANALISIS
Germas (Gerakan Masyarakaat
Hidup Sehat)
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) merupakan suatu tindakan
sistematis dan terencana yang
dilakukan secara bersama-sama oleh
seluruh komponen bangsa dengan
kesadaran, kemauan dan kemampuan
berperilaku sehat untuk meningkatkan
kualitas hidup.
Pelaksanaan Germas harus dimulai
dari keluarga, karena keluarga adalah
bagian terkecil dari masyarakat yang
membentuk kepribadian.
Germas dapat dilakukan dengan cara:
Melakukan aktifitas fisik, Mengonsumsi
sayur dan buah, tidak merokok,
tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa
kesehatan secara rutin, membersihkan
lingkungan, dan menggunakan jamban.
Pada tahap awal, Germas secara
nasional dimulai dengan berfokus pada
tiga kegiatan, yaitu: 1) Melakukan
aktivitas fisik 30 menit per hari; 2)
Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3)
Memeriksakan kesehatan secara rutin.
Tiga kegiatan tersebut dapat dimulai
dari diri sendiri dan keluarga, dilakukan
saat ini juga, dan tidak membutuhkan
biaya yang besar.
UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat)
Posyandu merupakan salah satu
bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam menyelenggarakan
pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada
masyaraka dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi.
UKBM adalah wahana
pemberdayaan masyarakat, yang
dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk
dan bersama masyarakat, dengan
bimbingan dari petugas Puskesmas,
Lintas sektor dan lembaga terkait
lainnya. Pemberdayaan masyarakat
adlah segala upaya fasilitas yang
bersifat non intruktif, guna
meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat, agar
mampu mengidentifikasi masalah
yang dihadapi, potensi yang dimiliki,
merencanakan dan melakukan
pemecahannya dengan
memanfaakan potensi setempat.
6 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR)
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) dengan Posyandu Remaja
memiliki fungsi sebagai wadah,
pembinaan dan media komunikasi bagi
remaja agar para remaja tidak salah
menginterpretasikan perilaku
kesehatanya. Status kesehatan usia
remaja sangat penting, terutama
kesehatan di masa remaja dan dewasa
muda.
Inti pelayanan PKPR adalah untuk
menjembatani generasi milinial agar
mendapat layanan kesehatan yang
ramah dan bisa diakses secara mudah
oleh para milenial, dengan
memperbaiki komunikasi antara anak
muda dengan petugas kesehatan
melalui pendekatan seperti komunikasi
langsung maupun tidak langsung lewat
telepon, Whatshap dan media
elektronik lainnya.
Sejauh ini yang dilakukan dalam
pembinaan sebagai upaya promotif
serta preventif untuk menghindari
perilaku gaya hidup yang tidak sehat
agar terhindar dari berbagai macam
penyakit. Penyuluhan dan diskusi
dilakukan dengan kelompok kelompok
kecil di posyandu remaja yang
dilakukan secara rutin satu bulan
sekali.
Pelaksanaan Pendekatan Keluarga
Sehat
Program Indonesia Sehat merupakan
salah satu program dari Agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan
Kualitas Hidup Manusia Indonesia.
Program ini didukung oleh program
sektoral lainnya yaitu Program
Indonesia Pintar, Program Indonesia
Kerja, dan Program Indonesia
Sejahtera. Program Indonesia Sehat
selanjutnya menjadi program utama
Pembangunan Kesehatan yang
kemudian direncanakan
pencapaiannya melalui Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019, yang ditetapkan
melalui Keputusan Menteri
Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/ 52/2015
Sasaran dari Program Indonesia
Sehat adalah meningkatnya derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan
finansial dan pemerataan pelayanan
kesehatan.
7 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
Untuk menyatakan bahwa suatu
keluarga sehat atau tidak maka
digunakan sejumlah penanda atau
indikator. Dalam pelaksanaaannya
Program Indonesia Sehat telah
disepakati dengan 12 indikator utama
untuk penanda status kesehatan
sebuah keluarga, yaitu :
1. Keluarga mengikuti program
Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di
fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar
lengkap
4. Bayi mendapat Air Susu Ibu
(ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan
pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru
mendapatkan pengobatan sesuai
standar
7. Penderita hipertensi melakukan
pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa
mendapatkan pengobatan dan
tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada
yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi
anggota Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses
sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses
atau menggunakan jamban
sehat
Untuk menghitung indikator IKS
(Indeks Keluarga Sehat) dari
setiap keluarga. masing-masing
indikator harus dikembangkan untuk
mencerminkan kondisi PHBS dari
keluarga yang bersangkutan yaitu :
8 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
1. Instrumen yang digunakan di tingkat
keluarga.
2. Forum komunikasi
yang dikembangkan untuk kontak
dengan keluarga.
3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat
sebagai mitra puskesmas.
Data yang meliputi komponen rumah
sehat (akses/ketersediaan air
bersih dan akses/penggunaan jamban
sehat). Data individu anggota keluarga
mencantumkan karakteristik
individu (umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi
individu yang bersangkutan: mengidap
penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan
gangguan jiwa) serta perilakunya
(merokok, ikut KB, memantau
pertumbuhan dan perkembangan
balita, pemberian ASI eksklusif, dan
lain-lain).
Untuk kontak keluarga bisa
menggunakan forum komunikasi
seperti :
1. Kunjungan rumah ke keluarga-
keluarga di wilayah
kerja puskesmas.
2. Diskusi kelompok terarah (DKT)
atau biasa dikenal dengan
focus group discussion (FGD)
melalui Dasa Wisma dari PKK.
3. Kesempatan konseling di UKBM
(Posyandu, Posbindu, Pos
UKK, Posyandu Remaja, UKS,
Saka Bakti Husada, dan lain-
lain).
4. Forum-forum yang sudah ada di
masyarakat seperti
majelis taklim, rembug desa, dan
lain-lain.
Sedangkan keterlibatan UKBM
sebagai mitra dapat diupayakan
dengan menggunakan tenaga-tenaga
berikut.
1. Kader-kader kesehatan,
seperti kader Posyandu,
kader Posbindu, kader
Poskestren, kader PKK, dan lain-
lain
2. Pengurus organisasi
kemasyarakatan setempat,
seperti pengurus PKK, pengurus
Karang Taruna, pengelola
pengajian, dan lain-lain. (Paparan
bu Direkur Pelayanan Kesehatan
Primer 2019).
Generasi Milenial
Working With Generations X And Y In
Generation Z Period: Management Of
Different Generations In Business Life
(Sezin Baysal Berkup, Gediz
University, İzmir, Turkey, 2014)
menyebutkan bahwa generasi
milenial atau generasi Y adalah
mereka yang lahir antara tahun 1980
9 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
sampai dengan 2001. Pendapat ini
mirip dengan pendapat Stafford dan
Griffis (2008) yang menyatakan bahwa
generasi milenial adalah populasi yang
lahir antara tahun 1980 sampai dengan
2000. Sedangkan generasi milenial
menurut United States Census Bureau
(2015) adalah mereka yang lahir antara
tahun 1982 sampai dengan 2000.
Batasan generasi milenial dalam
analisis ini diklasifikasi berdasar usia
remaja awal dengan umur 12 -16
tahun, dan Remaja Akhir dengan umur
17 -25 tahun, (Depkes RI, 2009), serta
lebih menekankan pada generasi
milenial perkotaan dengan strata sosial
ekonomi menengah ke atas.
Karakter generasi milenilal perkotaan
dan pedesaan ada sedikit perbedaanya
yaitu milenial perkotaan lebih percaya
diri/Confident, berani mengemukakan
pendapat dan tidak sungkan-sungkan
berdebat di depan publik.
Sedang sifat milenial pedesaan tidak
terlalu terobsesi dengan merek
ponselnya karena alasan ekonomi,
serta dalam menanggapi isu-isu yang
terdapat di media sosial juga lebih
terlihat pasif, bahkan cenderung
disibukkan dengan membantu keluarga
untuk mendapatkan penghasilan.
Meskipun dipandang bukan lapangan
pekerjaan yang menarik, generasi
milenial di pedesaan lebih cenderung
menyibukkan diri dengan aktivitas
ekonomi konvensional.
Dalam menyikapi isu-isu kesehatan,
baik milenial perkotaan dan pedesaan
sama pemahamanya tentang
masalah kesehatan yaitu: kesehatan
dianggap belum sebagai investasi
(Promotif dan Preventif), mereka
biasanya terkena penyakit dulu, baru
mencari tahu pengobatan atau
perhatian terhadap isu-isu kesehatan.
(Fortuna UI, 2019)
Dibandingkan generasi sebelumnya,
generasi milenial lebih berteman baik
dengan teknologi. Generasi ini
merupakan generasi yang melibatkan
teknologi dalam segala aspek
kehidupan. Bukti nyata yang dapat
diamati adalah hampir seluruh
individu dalam generasi tersebut
memiliki dan memilih menggunakan
ponsel pintar.
Dengan menggunakan perangkat
tersebut para milennial dapat menjadi
individu yang lebih produktif dan
efisien. Dari perangkat tersebut,
mereka mampu melakukan apapun
dari sekadar berkirim pesan singkat,
mengakses situs pendidikan,
10 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
bertransaksi bisnis online, hingga
memesan jasa transportasi online.
Mereka juga mampu menciptakan
berbagai peluang baru seiring dengan
perkembangan teknologi yang kian
mutakhir. Generasi ini mempunyai
karakteristik komunikasi yang terbuka,
pengguna media sosial yang fanatik,
kehidupannya sangat terpengaruh
dengan perkembangan teknologi,
mereka terlihat sangat reaktif terhadap
perubahan lingkungan yang terjadi di
sekelilingnya. Generasi tersebut
tumbuh menjadi individu-individu yang
open minded, menjunjung tinggi
kebebasan, kritis dan berani.
A. Faktor Risiko Remaja Milenial :
Remaja merupakan golongan
yang rentan terhadap masalah-
masalah perilaku berisiko, seperti
melakukan hubungan seksual
sebelum menikah dan penyalah
gunaan NAPZA, merokok, dan
alkohol bahkan minuman
berkarbonasi/ mengandung
kadar gula tinggi.
Obesitas yang terjadi pada masa
remaja milenial perlu mendapatkan
perhatian sebab obesitas yang
timbul pada waktu anak dan remaja
bila kemudian berlanjut hingga
dewasa akan sulit diatasi secara
konvensional (diet dan olahraga).
Generasi milenial lebih rentan
terkena penyakit, hal ini
disebabkan oleh kebiasaan
11 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
makan yang semakin memburuk,
khususnya dalam mengonsumsi
makanan yang tidak sehat. Contoh
mi instan yang memang memiliki
banyak variasi rasa, seblak atau
makanan dengan rasa super pedas
lainnya. beberapa jenis minuman
seperti es kopi susu, minuman
bersoda, dan minuman dengan
kadar pemanis yang tinggi juga
digemari. Khusus untuk kebiasaan
milenial yang suka makanan
mengandung Gula, Garam, Lemak
(GGL) tinggi menjadi pemicu
diabetes.
A.1 Diabetes :
Diabetes melitus merupakan
suatu penyakit yang ditandai
dengan kadar glukosa di dalam
darah tinggi karena tubuh tidak
dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara
adekuat.
Penderita diabetes haruslah
selalu mengontrol kadar gula
darah/glukosa secara teratur,
menjaga pola makan,
mengatur berat badan dan
melakukan check up secara
rutin. Pola hidup seperti itu
sangat perlu untuk mencegah
terjadinya komplikasi diabetes.
Komplikasi Jangka Pendek
Penyakit diabetes melitus
bisa diikuti dengan berbagai
komplikasi. Dalam jangka
pendek, diabetes dapat
menyebabkan:
1. Hiperglikemia
(Hyperglycemia)
2. Hipoglikemia
(Hypoglycemia)
3. Ketoacidosis
Komplikasi Jangka
Panjang
Semakin lama seseorang
menderita penyakit diabetes,
maka semakin tinggi pula
risikonya mengalami
komplikasi akibat tingginya
glukosa dalam darah.
Diabetes dalam jangka
panjang dapat menyebabkan
pembuluh darah menyempit
dan mengurangi volume
aliran darah ke berbagai
bagian tubuh seperti mata,
ginjal, jaringan saraf, dan lain
sebagainya. Akibatnya
bagian-bagian tubuh tersebut
akan mengalami kerusakan
fungsi yang serius, bahkan
mengancam nyawa.
Kompllikasi yang mungkin
12 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
timbul akibat diabetes antara
lain:
1. Kerusakan mata
2. Masalah pada kulit dan
kaki
3. Neuropathy
(Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia
PERKENI, 2015)
A.2 Hipertensi :
Selain diabetes, obesitas pada
remaja juga menjadi masalah
bagi kesehatan di kemudian
hari (kardiovaskular, diabetes
mellitus dan lain-lain).
Penyebabnya pola rutinitas
yang negatif seperti kurang
aktifitas tiap hari, malas
gerak, malas olahraga dan
suka sekali makan makanan
instan yang banyak
mengandung Garam, Gula,
Lemak (GGL) tinggi, maka
tidak heran begitu usia 25
tahun kaum milenial rata rata
akan divonis dokter dengan
berbagai macam penyakit,
yang paling banyak biasanya
HIPERTENSI.
Sumber : Badan Litbang dan DR. dr. Trihono, HPU
Banyak orang yang tidak
menyadari kalau mereka
punya darah tinggi, dan lebih
buruknya lagi malah
menyepelekan kondisi ini,
tekanan darah tinggi yang
dibiarkan atau tidak dirawat
dengan baik dapat
berdampak serius bagi
kesehatan tubuh. Bahkan
bukannya tidak mungkin
dapat berujung kematian.
13 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
Dibawah ini adalah penyakit
akibat komplikasi hipertensi :
1. Serangan jantung
2. Gagal jantung
3. Stroke
4. Aneurisma
5. Masalah ginjal
6. Masalah mata
7. Sindrom metabolik
8. Kesulitan dalam
mengingat dan fokus
9. Asam Urat (Mayo Clinic,
2016. High blood
pressure)
B. Sosial Stigma pada Remaja
Milenial
a. Stigma Positif Milenial :
1. Multitasking: dapat
Melakukan beberapa
aktivitas dalam waktu yang
bersamaan dengan
mengerjakan dan
menyelesaikan
pekerjaannya sembari
melakukan aktivitas lainnya
seperti, menerima telpon
atau membalas chat serta
sanggup menghadapi
deadline atau tugas
pekerjaan yang sedang
menumpuk.
2. Kaya Ide Kreatif: dapat
mengakses informasi tanpa
batas dari internet,
mendorong para milenial
untuk menciptakan hal baru
dengan cara yang kreatif
bahkan out of the box.
3. Cepat Tanggap: faktor
inilah yang membuat para
milenial memiliki
kemampuan fast learning
alias mampu mempelajari
hal baru dengan cepat.
4. Memiliki Sifat yang
Fleksibel: Generasi
milenial justru memiliki sifat
fleksibel dengan yang
namanya perubahan
selama itu positif, mudah
beradaptasi dalam setiap
perubahan, tidak
mempermasalahkan
perubahan peraturan atau
kebijakan asal hal tersebut
tidak menghambat kerja
mereka.
5. Ambisius: para generasi
milenial dikenal memiliki
mimpi yang tinggi pada
masa depan mereka, dan
tentunya berdampak positif
bagi sebuah perusahaan,
hingga tak jarang para
pekerja generasi milenial
rela lembur demi
menyelesaikan pekerjaan.
14 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
6. Mampu Bekerja Sama dalam
Tim Maupun Individu: kaum
millennial memiliki sikap
yang terbuka dan fleksibel,
sehingga dalam dunia kerja
mereka mampu
bersosialisasi dengan baik,
juga merupakan sosok yang
mandiri sehingga mampu
bekerja secara individu
maupun dalam tim.
7. Menurut penelitan Fortuna
dari UI, generasi milenial
masih senang bersosial,
bekerja tidak hanya orientasi
uang, dan masih punya nilai-
nilai peduli terhadap
lingkungan sekitar dan
mereka juga punya
keinginan ikut membuat
perubahan menuju ke yang
lebih baik.
b. Stigma Negatif Milenial :
1. You only live once (YOLO)
menjadi slogan yang melekat
dengan generasi milenial
yang besar di era digital.
Belanja, traveling, sampai
budaya minum kopi premium
seringkali dikaitkan dengan
kebahagiaan instan kaum
milenial agar mendapatkan
keseimbangan hidup. Inilah
alasan mengapa milenial
cenderung impulsif. Demi
mendapatkan kebahagiaan
dan keseimbangan hidup,
mereka rela mengeluarkan
uang demi sekadar hobi
yang mereka sukai.
2. Generasi Milenial juga
dikenal cenderung idealis,
egosentris, terlampau
optimis dan tidak realistis.
Sehingga saat terbentur
masalah cenderung
berpikir pendek, cari jalan
pintas dan lari dari
kenyataan ke arah negatif
(Mabuk-mabukan, seks
bebas, dll.)
3. Remaja menjadi
kecanduan menggunakan
jejaring sosial tanpa kenal
waktu. Mereka bisa berjam-
jam menggunakan media
sosial, lebih mementingkan
diri sendiri dan tidak sadar
lingkungan sekitar,
sehingga generasi milineal
banyak yang anti sosial,
membahayakan kesehatan
mata, dan berkurang
aktivitas fisik.
4. Dengan gaya hidup yang
dipemudah oleh teknologi
menjadikan generasi
15 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
milenial maunya serba cepat,
dan kurang menghargai
proses, sehingga semangat
juangnya terlihat kurang.
5. Mudah sekali percaya
dengan hoaks.
C. Kaderisasi Kaum Milenial AoC
Banyak diantara remaja yang
mengalami disonasi nilai hingga
mengarah pada perilaku
menyimpang sebagai akibat dari
gagalnya proses pembentukan
identitas yang keduanya saling
berkaitan dan mempengaruhi.
Remaja pelaku penyimpangan
perilaku sosial mengalami krisis
identitas, dimana pada masa
remaja ini mereka bereksperimen
dengan berbagai macam peran
yang berbeda sambil mencoba
mengintegrasikannya dengan
identitas yang telah diperolehnya
pada tahapan sebelumnya sembari
berusaha mencari tahu siapa diri
mereka dan apa yang mereka
inginkan, dan dalam proses
perjalanan kehidupan manusia
perubahan itu adalah pembawaan
alamiah.
Penghubung antara sumber
perubahan dengan target
masyarakat yang diharapkan
mengadopsi kebijakan yang
ditawarkan oleh pembuat
kebijakan. Elemen penghubung
termaksud disebut sebagai “Agen
Perubahan/Agent of Change”.
Fungsi Agen Perubahan adalah
meyakinkan target perubahan
untuk mengadopsi “Kebijakan
GERMAS” yang ditawarkan
dengan meyakinkan
manfaat/keuntungan Germas
bagi masyarakat sekaligus
memonitor proses adopsi
kebijakan dan membuktikan
keuntungannya serta menjadikan
kelompok masyarakat target
perubahan menjadi Agen
Perubahan (baru) bagi
masyarakat lainnya.
Dalam “Change Agent”/Kader
teman sebaya mempunyai peran
yang sangat berarti bagi remaja,
karena masa tersebut remaja
mulai memisahkan diri dari orang
tua dan mulai bergabung pada
kelompok sebaya. Kebutuhan
untuk diterima sering kali
membuat remaja berbuat apa
saja agar dapat diterima
kelompoknya dan terbebas dari
sebutan ‘pengecut’ dan ‘banci’.
Selanjutnya jika dilihat dari teori
perubahan sesuai paparan Prof.
dr. Hadi Pratomo, MPH, DrPH,
16 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
Dosen Fakultas Kesehatan
Masyarakat (FKM) UI, yang paling
cocok untuk Kader Milenial
menggunakan teori LIPPIT dengan
empat unsur perubahan
berencana:
1.Agen Perubahan/Change Agent
(berfungsi sebagai pendorong/
Motivator/Komunikator);
2.Perencanaan/Planning (5W1H);
3.Klien/Khalayak sasaran (sesuai
dengan Karakteristiknya);
4.Terjalinya hubungan baik untuk
merubah (antara Agent
Perubahan + Klien/Sasaran).
Pengertian Agen Perubahan
(Agent of Change) adalah
individu atau seseorang yang
bertugas mempengaruhi target/
sasaran perubahan agar mereka
mengambil keputusan sesuai
dengan arah yang
dikehendakinya.
Sumber : Fortuna UI, 2019
D. Influencer dan Model Generasi
Milenial
Generasi milenial banyak yang
menuntut perilaku hidupnya sama
dengan influencer yang diikuti di
kehidupan dunia maya. Tuntutan
pergaulan yang tinggi lewat selera
fashion yang mengikuti mode,
mengikuti tren masa kini agar
tidak ketinggalan zaman hingga
kebiasaan hedonis yang
menghambur-hamburkan uang
turut mewarnai gaya hidup kaum
milenial. Kebanyakan anak
17 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
milenial memiliki seorang
influencer yang ia ikuti di media
sosial, tergantung pada kegemaran
dan ketertarikannya masing-
masing. Influencer yang
memproduksi konten dan memiliki
jumlah pengikut yang banyak
tersebut juga biasanya sering
bekerja sama dengan berbagai
label untuk mempromosikan
produk mereka, disini dibutuhkan
kejelian pemegang program di
Kementerian Kesehatan harus bisa
membaca dan mengidentifikasi
perilaku tersebut untuk membuat
kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan generasi milenial, bila
programnya belum sesuai maka
perlu dimodifikasi untuk
memberikan tantangan bagi
milenial yang punya inovatif dan
kreatifitas yang tinggi untuk ikut
berkontribusi (sebagai Subyek)
menciptakan berbagai macam
karya seperti aplikasi transportasi
online (Gojek), atau aplikasi
belanja online seperti Bukalapak
dan sebagainya untuk
mempercepat tujuan Germas dan
PIS-PK, sedangkan kaum milenial
yang punya jiwa 3F (Fun, Food,
Fashion) dimanfaatkan jaringan
sosialnya (sebagai Objek) agar
milenial yang berjiwa “Fun” vlog,
WA Group, dan Instragramnya
diarahkan ke Health Tourism,
Traditional Medicine dan Herbal.
“Food” diarahkan bagaimana
menjaga kesehatan selama
hamil, rutin kunjungan prenatal,
mengkonsumsi makanan
bernutrisi (Isi Piringku), dan
bahaya kekurangan Fe bagi
remaja putri. “Fashion” cara
memilih dokter kandungan yang
baik, rutin ikut olahraga prenatal,
cerdas dalam memilih tempat
bersalin.
Ketika seorang anak milenial
melihat influencer idolanya
menggunakan atau memiliki
suatu barang atau perilaku
sehari-hari, ia pun akan terdorong
untuk ikut menirunya.
Endorsement lewat influencer
media sosial ini bahkan
merupakan cara promosi dan
sosialisasi produk/kegiatan yang
lebih efektif bagi generasi
milenial, dibandingkan
memasang iklan di televisi.
E. Modeling Sekolah
Sudah menjadi rahasia umum
jika para pedagang tak terlalu
memperhatikan kandungan gizi
dan penggunaan zat berbahaya
dalam meramu aneka jajanan
18 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
yang mereka jual, yang penting
lezat dan menarik mata dengan
aneka warna-warni (zat pewarna
pakaian). Di dalam kantin sekolah
pun penggunaan penyedap rasa,
garam dan gula tidak ada takaran
bakunya, yang penting sedap dan
siswa-siswi suka. Jadi tidak
mengherankan jika anak anak dan
remaja di Indonesia masih banyak
yang mengalami kekurangan gizi.
Lain halnya jika pihak sekolah
bekerja sama dengan orang tua
siswa melakukan program kontinu
untuk membiasakan siswa-siswa
hidup sehat (misalnya:
menetapkan aturan untuk
membawa bekal makanan sehat,
melakukan pengawasan secara
kontinu terhadap kadar nutrisi
penganan yang ada di kantin
sekolah, mengadakan kegiatan
olahraga bersama secara
berkala, dan lain sebagainya),
maka ilmu pengetahuan tersebut
akan meninggalkan kesan
mendalam bagi siswa.
Sumber : Riskesdas 2018
Jika siswa-siswa di sekolah telah
terbiasa berulang-ulang
mengkonsumsi makanan sehat
dan terbiasa menciptakan
lingkungan belajar yang kondisif.
Untuk mengimplementasikan gaya
hidup sehat akan menjadi budaya
yang positif, pihak sekolah sudah
bersusah payah melatih
siswanya untuk membiasakan diri
mengkonsumsi makanan sehat di
sekolah, namun apa jadinya jika
pihak orang tua di rumah
melakukan pembiaran anak-
anaknya mengkonsumsi
makanan yang minim nutrisi
19 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
secara berlebihan, atau sebaliknya,
di rumah para orang tua telah
berusaha mengajarkan pentingnya
mengkonsumsi makanan sesuai Isi
Piringku, namun pihak sekolah
tidak melakukan pengawasan
makanan dan jajanan dijual di
kantin sekolah atau para
pedagang di sekitar lingkungan
sekolah.
Sumber: paparan Dit KIA PKPR Kemkes
Perlu kolaborasi antara
Kemendikbud dan Kemenkes
terkait asupan bernutrisi pada
siswa-siswi di sekolah. Pelajaran
PHBS seharusnya bukan hanya
jadi bagian satu mata pelajaran di
sekolah melainkan terintegrasi
dalam berbagai aktivitas
kehidupan siswa, sehingga
model-model sekolah sehat akan
menjadi pilot project dan menjadi
budaya sekolah di Indonesia
20 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
DISKUSI
ANALISIS FAKTOR PERILAKU MILENIAL DALAM PERCEPATAN PIS-PK PADA PENANGANAN 5 ISU PRIORITAS NASIONAL
GERMAS 7 Indikator
PIS-PK 12 Indikator
5 Program Prioritas Nasional
5 indikator Perilaku Milenial
1. Keluarga mengikuti KB
2. Ibu Bersalin di Fasyankes
1. Angka kematian Ibu dan Bayi
1. Pengetahuan Reproduksi rendah, sehingga berisiko tinggi dan perilaku seks bebas
2. kekurangan Fe (Anemia)
2. Makan Buah dan Sayur
4. Bayi di beri ASI Eksklusif selama 6 bulan
2. Stunting/ Gizi Kurang
3. TBC
3. Obesitas 4. Suka mei instan, makanan
pedas, asam dan manis 5. pertumbuhan Balita
dipantau tiap bulan
5. Tidak suka makan sayur 6. Merokok
3. Tidak Merokok
6. TB Paru berobat sesuai standar
9. anggota keluarga tidak merokok
1. Melakukan Aktivitas Fisik
7. Hipertensi berobat secara teratur
4. Penyakit Tidak Menular
7. Pengguna Alkohol 8. Minuman berkarbonasi
4. Tidak Mengkonsumsi Alkohol
8. Ganguan Jiwa berat yang diobati
9. Hipertensi 10. Kolestrol Tinggi 11. Kondisi Psikotik
5. Melakukan Cek Kesehatan Berkala :
10.Keluarga memakai air bersih
12. Diabetes Tipe 2 13. Gangguan Mata
Cek Berat Badan, Lingkar perut, Tekanan
11.Keluarga memiliki jamban sehat
14. Malas Gerak 15. Stroke
darah, Kadar Gula darah, Fungsi Mata, telinga, kolesterol, kanker
12.Seluruh keluarga menjadi anggota JKN
6. Menjaga kebersihan lingkungan
7. Menggunakan jamban
3. Bayi mendapat Imunisasi Dasar Lengkap
5. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap
A. Pemahaman Milenial terhadap
GERMAS :
Untuk memberikan pemahaman
Germas ke Generasi Milenial salah
satu wahana yang tepat dan efisien
adalah program Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) sebagai wadah dari
Posyandu Remaja, UKS dan
Saka Bhakti Husada, yang
21 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
bertujuan mengedukasi remaja
milenial tentang Kespro dan
NAPZA, namun belum spesifik ke
arah Germas. Pengenalannya
melalui kebiasan para milenial yaitu
3F (Fun, Food, Fashion).
1. Fun: tempat mencari
kesenangan milenial film,
pertandingan olahraga,
upacara memperingati hari-hari
besar, konser musik, pameran
dll.
2. Food: tempat mencari makan,
resto, café, bazar, dll.
3. Fashion: tempat bergaya
seperti mall, lokasi rekreasi,
tempat gym, dll.
Penyebab tingginya permasalahan
kesehatan pada milenial, selain
kurang informasi dan sosialisasi,
perlu juga diseminasi dalam bentuk
pembinaan remaja dengan
pelibatan generasi milenial, karena
generasi milenial belum semua
paham akan progam dan manfaat
PKPR, apa lagi kegiatan yang
berkaitan dengan Germas,
seharusnya pemegang program
dalam menyusun rencana
kegiatannya mengidenfitikasi dulu
perilaku dan kebiasaan milenial
untuk diselaraskan dengan
programnya.
Setelah tertarik dan terlibat,
diharapkan generasi milenial ikut
mengawal menjadi AoC.
Sehingga apabila ada program
pembangunan kesehatan yang
tidak sesuai pelaksanaanya,
milenial bisa membetulkan dan
memberi arahan sesuai buku
petunjuk (Juklak). Namun
prakteknya pelibatan milenial
dalam prencanaan masih sangat
sedikit, seharusnya para
pemegang program mengurai
setiap indikator PIS-PK menjadi
beberapa komponen dan
diterjemahkan dalam Bahasa
Milenial. Sehingga milenial
sebagai Subjek tertantang untuk
memilih salah satu komponen
yang dianggap sesuai dengan
jiwanya, dibuat vlog, Youtube,
Instagram, Facebook dan
disebarkan ke komunitasnya.
Atau mensosialisasikan dan
mengajak milenial untuk
mengetahui tentang faktor-faktor
risiko kesehatan sekaligus
mengajak terlibat memodifikasi
faktor risiko kearah positif untuk
preventif dan promotif sesuai
dengan program Germas dan
PIS-PK.
22 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
B. Pilar Paradigma Sehat dan Peran
Aktif Milenial
Indonesia menerapkan pelayanan
kesehatan perorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat
dalam satu wadah terpadu yang
dikenal sebagai Pusat esehatan
Masyarakat (Puskesmas), sehingga
puskesmas menjalankan kedua
pelayanan tersebut secara
bersamaan. Upaya kesehatan yang
ada di puskesmas mencakup upaya
kuratif, rehabilitatif, preventif dan
promotif. Dalam perkembangannya,
fungsi pelayanan kesehatan
perorangan dan masyarakat yang
dilakukan oleh puskesmas berupa
tindakan kuratif (pengobatan)
menjadi lebih dominan
dibandingkan kegiatan-kegiatan
promotif dan preventif.
Disisi lain, Angka Kesakitan
generasi milenial lebih banyak
dipengaruhi oleh kurangnya
aktifitas, konsumsi makanan tidak
sehat (junk food), kurang makan
buah dan sayur, stres
berkepanjangan, rokok, alkohol dan
minuman berkarbonasi yang
berlebihan.
Milenial menganggap bahwa tidak
perlu datang ke puskesmas jika
tidak sakit, sedang petugas
puskesmas juga menganggap
bahwa kalau tidak ada yang
datang ke puskesmas, maka
masyarakat sudah sehat.
Sehingga ada anggapan bahwa
puskesmas identik dengan tempat
berkumpulnya orang-orang sakit.
Anggapan seperti ini harus dapat
diubah dengan menganggap
kesehatan sebagai investasi,
maka remaja harus mampu
mengenali masalah yang ada
dalam dirinya sehingga dapat
memunculkan solusi yang paling
tepat untuk dirinya sendiri.
Informasi rIsiko kesehatan seperti
informasi HIV/AIDS, Stunting,
kekurangan FE bagi remaja putri,
bahaya pernikahan dini, seks
bebas, bahaya penggunanan
narkoba, rokok, bahaya makanan
dan minuman berkadar gula,
garam dan lemak tinggi, hingga
masalah kesehatan remaja
lainnya yang disampaikan kepada
generasi milenial setiap kali
petugas puskesmas melakukan
kunjungan ke luar gedung.
Diharapkan remaja milenial dapat
dengan mudah mengakses
informasi kesehatan perihal faktor
risiko kesehatan dengan
didampingi oleh petugas atau
kader cerdas yang familiar dengan
perilaku 3F generasi milenial agar
23 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
bisa berkomunikasi sekaligus
mengarahkan mereka menerapkan
pola hidup sehat.
Selain kegiatan penyuluhan,
kegiatan pemeriksaan kesehatan
diantaranya adalah pengukuran
berat badan, tinggi badan, lingkar
perut, tensi darah, pemeriksaan gigi
dan mulut hingga pemberian tablet
tambah darah pada remaja putri
dan pemberian makanan
tambahan, semua rangkaian
kegiatan ini apabila melibatkan
genersi milenial sebagai Subyek
dan Objek adalah solusi yang
sangat tepat.
C. Penguatan Pelayanan Kesehatan
Puskesmas lah ujung tombak dan
penentu keberhasilan program
percepatan Germas dan PIS-PK,
adapun area prioritas/sasaran yang
telah ditetapkan oleh pemerintah
melalui program ini adalah
penurunan Angka Kematian
Ibu/Angka Kematian Bayi (AKI dan
AKB), penurunan prevalensi balita
pendek (stunting), penanggulangan
penyakit menular dan
penanggulangan penyakit tidak
menular. Pelaksanaannya melalui
pendekatan upaya promotif dan
preventif tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif. Pendekatan
keluarga adalah pendekatan
pelayanan puskesmas yang
menggabungkan upaya
kesehatan perorangan (UKP) dan
upaya kesehatan masyarakat
(UKM) tingkat pertama secara
berkesinambungan dengan
didasarkan kepada data dan
informasi dari profil kesehatan
keluarga. Kedepan, puskesmas
sebagai ujung tombak dari
pelayanan kesehatan milik
pemerintah harus lebih proaktif
lagi dalam melaksanakan
program-program kesehatannya.
Program preventif dan promotif
harus kembali digalakkan. Melalui
pendekatan keluarga, diharapkan
puskesmas dapat menangani
masalah-masalah kesehatan
individu secara siklus hidup (life
cycle). Ini artinya penyiapan dan
penanganan masalah kesehatan
dilakukan sejak fase sebelum
pembuahan, dalam kandungan,
proses kelahiran, tumbuh
kembang masa bayi-balita, usia
sekolah dasar, remaja, dewasa
sampai usia lanjut, dimana
penerapan pelayanan kesehatan
harus terintegrasi dan
berkesinambungan (continuum of
care).
24 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
Contoh Kegiatan Program
Pendekatan Keluarga.
Salah satu bentuk dari pendekatan
keluarga yang dapat dilakukan oleh
Puskesmas adalah melalui kegiatan
kunjungan rumah secara rutin dan
terjadwal. Dengan kunjungan
rumah, Puskesmas dapat
memperoleh data profil kesehatan
keluarga (prokesga) yang berguna
untuk mengenali secara lebih
menyeluruh (holistic) masalah-
masalah kesehatan di keluarga.
Selain itu, kegiatan promotif dan
preventif terhadap UKBM juga
dapat terlaksana dengan kunjungan
di luar gedung. Kombinasi dari profil
kesehatan keluarga dan upaya
promotif-preventif tentu akan lebih
efektif dalam mengatasi masalah-
masalah kesehatan.
Program Germas dan pendekatan
keluarga yang dilaksanakan
Puskesmas juga secara langsung
akan menguatkan manajemen
puskesmas secara internal, yang
mencakup sumber daya manusia,
pendanaan, sarana prasarana,
program kesehatan, sistem
informasi dan jejaring dengan
pihak terkait di lingkup wilayah
kerjanya seperti Puskesmas
Pembantu (Pustu), Puskesmas
Keliling (Pusling), Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu), Posyandu
Remaja, UKS dan Saka Bakti
Husada.
D. Mengawal Perilaku Kesehatan
Milenial
Banyak Generasi milenial yang
perilaku hidupnya menyamakan
dengan influencer yang diikuti di
dunia maya, gaya hidup generasi
milenial tidak bisa lepas dari 3F
(Food, Fun & Fashion). Tuntutan
pergaulan yang tinggi lewat selera
fashion yang mengikuti mode,
mengikuti tren masa kini agar
tidak ketinggalan zaman hingga
kebiasaan hedonis yang
menghambur-hamburkan uang
turut mewarnai gaya hidup kaum
milenial. Banyak dari generasi
milenial yang menderita
gangguan obesitas dan ada juga
yang kurang gizi (anemia) karena
salah mengartikan kehidupan
dunia mayanya.
25 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
Berbagai sarana kesehatan untuk
kedepanya (upaya kesehatan
berbasis masyarakat) atau
posyandu remaja dalam menjaring
generasi milenial lokasi harus
menjadi pertimbangan, karena
kebiasaan 3F kaum milenial yaitu :
(Fashion) di tempat Mall, (Food) di
tempat makan, (Fun) aktif
mendatangi tiap ada event seperti
acara 17 Agustus, setiap ada acara
pertandingan olahraga, serta dalam
mensosialisasikan program-
program pemerintah harus melihat
model/idola mereka, jangan
sampai mengkampanyekan
aktivitas fisik yang disuruh
orangnya obesitas, dll.
E. Memodifikasi Faktor Risiko
Kesehatan Milenial
Di era modern ini para milenial
pasti sering melakukan kebiasaan
buruk yang pastinya sangat
berpengaruh bagi kesehatan.
Sumber : Riskesdas 2018
Apalagi jika waktu untuk merawat
kesehatan itu sangat minim sekali,
mengingat aktivitas dan jam kerja yang
begitu padat. Dan sebetulnya milenial
bisa memulai untuk hidup sehat
dengan mempraktekkan hal kecil
26 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
seperti makan sayur dan buah,
melakukan aktivitas fisik, sering cek
tekanan darah tinggi bersama cek
diabetes, terutama hipertensi yang
sudah dinobatkan sebagai pembunuh
yang tiba-tiba (silent killer) dikarenakan
penyakit tersebut tidak menimbulkan
tanda-tanda khusus, sekaligus penyakit
yang paling banyak menguras dana
BPJS. Oleh karena itu, sangat penting
untuk memeriksa tekanan darah secara
teratur. Jika dibiarkan tidak
terdiagnosis dan tidak diobati, dapat
meningkatkan risiko berbagai macam
penyakit. Kurangi kebiasan hidup tidak
sehat dengan :
1. Jaga berat badan tetap dalam
rentang ideal
2. Olahraga teratur
3. Atur konsumsi makanan
4. Batasi asupan Garam, Gula,
Lemak (GGL)
5. Batasi konsumsi minuman
beralkohol, karbonasi, dan
berhenti merokok
6. Lakukan pemeriksaan tekanan
darah secara rutin
7. Turunkan tingkat stress
F. Hal Yang Mempengaruhi
Keberhasilan Germas dan PIS-PK
Keberhasilan program ini tentunya
memerlukan pemahaman
dan komitmen yang sungguh-
sungguh, sistematis
dan terencana dari seluruh
petugas puskesmas. Kesamaan
pemahaman dan komitmen yang
kuat akan menghasilkan
tercapainya target area
prioritas/sasaran dari program ini.
Komitmen untuk bekerja di dalam
dan di luar gedung puskesmas
tentu juga perlu didukung
oleh Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kabupaten/Kota sebagai induk
dari puskesmas. Salah satu
bentuk dukungan dari Dinkes
adalah melalui alokasi anggaran
berupa dana operasional
puskesmas. Walaupun
puskesmas sudah memiliki dana
kapitasi dari BPJS Kesehatan
yang dapat digunakan untuk
pelaksanaan program ini,
dukungan alokasi anggaran dari
Dinkes tentu juga diharapkan
tetap didapatkan.
Terlebih kegiatan kunjungan luar
gedung memerlukan ekstra
pengorbanan dari petugas
puskesmas. Kegiatan luar gedung
yang dilakukan harus
mempertimbangkan jumlah
petugas puskesmas, jumlah
PKPR (UKBM) di wilayah kerja
Puskesmas, kondisi geografis dan
juga pendanaan. Bila diperlukan,
27 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
puskesmas dapat merekrut petugas
tambahan dari kader-kader cerdas
kesehatan (minimal S1) yang di gaji
di wilayah kerjanya. Rekrutmen ini
tentu merupakan hasil analisis
kebutuhan beban kerja dengan
mempertimbangkan teori 4 unsur
perubahan berencana AoC
(LIPPIT). Kunjungan PKPR yang
dilakukan juga dapat
menjadi sarana penyampaian
pesan-pesan kesehatan kepada
individu-individu dalam keluarga.
Maka petugas dapat memberikan
leaflet/flyer tentang keluarga
berencana, pemeriksaan
kehamilan, ASI eksklusif, imunisasi,
gizi seimbang, pencegahan
penyakit menular, pencegahan
penyakit tidak menular, bahaya
merokok, cara mencuci tangan
yang baik, jaminan kesehatan
nasional, dan lain-lain.
Data kesehatan remaja didapat
dari kunjungan UKBM merupakan
data yang sangat berharga bagi
puskesmas. Analisis yang
akurat terhadap milenial akan
berguna untuk mengidentifikasi
dan menetapkan intervensi
kesehatan apa saja yang
dibutuhkan terhadap remaja.
Setiap UKBM tentu akan
menghasilkan intervensi
kesehatan yang berbeda dengan
UKBM lain. Perbedaan ini akan
dapat dibaca sebagai hasil yang
akurat dengan adanya
keseragaman indikator. Sehingga
hasil akhir yang diharapkan
adalah tercapainya area
prioritas/sasaran dari program.
G. Peran Puskesmas Sebagai
Penentu Keberhasilan
Pedoman Penyelenggaraan
Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga, pemerintah
telah menetapkan bahwa pelaksana
dari program ini adalah pusat
kesehatan masyarakat
(Puskesmas). Puskesmaslah ujung
tombak dan penentu keberhasilan
program ini. Adapun area
prioritas/sasaran yang telah
ditetapkan oleh pemerintah
melalui program ini adalah
penurunan Angka Kematian
Ibu/Angka Kematian Bayi (AKI
dan AKB), penurunan prevalensi
balita pendek (stunting),
penanggulangan penyakit
menular dan penanggulangan
penyakit tidak menular.
Pelaksanaannya melalui
pendekatan upaya promotif dan
preventif tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitative.
28 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
Kedepan, puskesmas sebagai
ujung tombak dari pelayanan
kesehatan milik pemerintah harus
lebih proaktif lagi dalam
melaksanakan program-program
kesehatannya. Program preventif
dan promotif harus kembali
digalakkan. Melalui budaya Germas
dan pendekatan keluarga,
diharapkan puskesmas dapat
menangani masalah-masalah
kesehatan individu secara siklus
hidup (life cycle). Ini artinya
penanganan masalah kesehatan
dilakukan sejak fase dalam
kandungan, proses kelahiran,
tumbuh kembang masa bayi-balita,
usia sekolah dasar, remaja, dewasa
sampai usia lanjut. Namun dalam
percepatan budaya Germas,
fokusnya wilayah kerjanya
ditekankan pada PKPR dulu yaitu:
Posyandu Remaja, UKS dan Saka
Bakti Husada sebagai terobosan
yang paling efektif, efisien dan
program PKPR sudah merata di
seluruh puskesmas.
Temuan di Puskesmas :
Puskesmas telah melaksanakan
PKPR. Jenis kegiatan dalam PKPR
baru sebatas pemberian informasi
dan edukasi, pelayanan klinis medis
termasuk pemeriksaan penunjang,
konseling, pendidikan
keterampilan hidup sehat, cuma
pelatihan untuk konselor sebaya
dan pelayanan rujukan sosial
masih kurang, ruangan khusus
buat tempat pelayanan milenial
belum semua terpenuhi di
puskesmas, pada kunjungan
lapangan di Puskesmas Babakan
Sari, juga belum tersedia ruangan
khusus konsultasi pelayanan
remaja apalagi tenaga khusus
PKPR kejiwaan/psikologi. Ada
ruangan pemeriksaan tetapi
belum sesuai jiwa milenial yang
dekorasinya berwarna-warni, ada
WIFI, ruang tunggu tidak
bercampur dengan para orang
tua.
Tapi dalam mengantisipasi
perilaku milenial yang 3F,
Puskesmas Babakan Sari sudah
membuat terobosan baru yaitu :
jemput bola tiap ada keramaian
dengan membuka stand untuk
menjaring remaja, perencanaan
kedepan juga akan bekerjasama
dengan CSR untuk membuat
Posyandu di mall, dan tempat
nongkrong remaja (cafe) serta
membuat WA Group untuk remaja
milenial agar lebih terbuka dalam
konseling. Sekaligus untuk
menjawab gap waktu
29 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
pelaksanaan dimana pagi hari anak
milenial masuk sekolah sedang
sore hari Puskesmas sudah tutup.
Faktor penghambat lain, dalam
pelaksanaan PKPR petugas banyak
rangkap jabatan, kurangnya
kerjasama tim PKPR dalam
pelaksanaan, masaIah kurangnya
evaluasi monitoring yang
menghasilkan perbaikan
pelayanan. Kurangnya sosialisasi
terkait program PKPR,
pelaksanaan, peran dan fungsi
pendamping di sekolah juga masih
kurang, konselor belum mengetahui
peran dan fungsinya. Selain itu,
kebijakan pemerintah yang
tumpang tindih ini menjadi dilema
pihak Dinas Kesehatan dalam
pelaksanaan PKPR (Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja) di
tingkat puskesmas. Kurangnya
perhatian dan dukungan terkait
anggaran, SDM dan pelaksanaan
PKPR sebagai upaya promotif
dan preventif dalam mengatasi
perilaku berisiko milenial.
H. Peran Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten dan Kota
Peran Dinas Kesehatan Provinsi
dalam penyelenggaraan
puskesmas secara umum adalah
memfasilitasi dan
mengoordinasikan Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota
diwilayah kerjanya untuk
berupaya dengan sungguh-
sungguh agar Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 Tahun
2014 terpenuhi di semua
puskesmas. Peran Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
sebagai pemilik Unit Pelaksana
Teknis/Puskesmas adalah
mengupayakan dengan sungguh
sungguh agar Inpres Nomor 1
Tahun 2017 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat,
terpenuhi untuk semua
Puskesmas di wilayah kerjanya.
Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten dan Kota memiliki tiga
peran utama, yakni:
pengembangan sumber daya,
koordinasi dan bimbingan,
serta pemantauan dan
pengendalian.
Temuan di Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kota Jawa Barat.
Dari hasil FGD di Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat
terutama dari 4 aspek instrumen
kebijakan, terlihat begitu banyak
potensi kesenjangan dan konflik
kebijakan terkait dengan
penyelenggraan kebijakan
30 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
Analisis Perilaku Milenial dalam
Mendukung Percepatan Germas
Dan PIS-PK Pada Penanganan
Lima Isu Prioritas Nasional. Salah
satu hal yang paling mendasar dari
temuan lapangan adalah tidak ada
satupun kebijakan PKPR yang
benar benar ditujukan untuk
mendukung percepatan Germas,
yang ada hanyalah berbagai
kebijakan teknis untuk
penyelenggaraan masing-masing
program sesuai tugas pokok
institusi masing-masing dan bukan
diniatkan untuk mempercepat
pelaksanaan Germas.
Mengingat tidak ada program dan
kegiatan yang baru dalam PKPR,
maka proses penerjemahan
kebijakan menjadi program dan
kegiatan relatif mudah dilakukan.
Pada tingkat provinsi dan
kabupaten, jajaran Dinas
Kesehatan dapat membuat program
dan kegiatan sesuai dengan yang
dibutuhkan. Pada tingkat
puskesmas, penjabaran dan
penerapan program dan kegiatan
pada dasarnya sudah dilakukan dan
hal ini berhubungan dengan kinerja
puskesmas sebelumnya.
Meskipun komitmen dalam
pengembangan PKPR sangat tinggi
di tingkat pusat, tetapi sayangnya
kurang diikuti dengan
kelengkapan instrumen kebijakan
misalnya pendanaan karena
memang PKPR tidak dianggarkan
secara khusus dari Pusat, hal ini
menjadikan program PKPR
seperti jalan ditempat.
Pada tingkat provinsi,
penerjemahan kebijakan
bervariasi walaupun semuanya
memiliki semangat sama untuk
mensukseskan budaya Germas di
masyarakat. Pemegang program
umumnya mengeluhkan kesulitan
dalam pengorganisasian akibat
belum cukupnya tenaga khusus
(Change Agent) untuk advokasi di
UKS dan Posyandu Remaja serta
kurangnya pembiayaan yang
dianggarkan.
Komitmen untuk bekerja di dalam
dan di luar gedung puskesmas
tentu juga perlu didukung
oleh Dinas Kesehatan (Dinkes)
Provinsi, Kabupaten dan Kota
sebagai induk dari puskesmas.
Salah satu bentuk dukungan dari
Dinkes adalah melalui alokasi
anggaran berupa dana
operasional puskesmas.
Walaupun puskesmas sudah
memiliki dana kapitasi dari BPJS
31 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
Kesehatan yang dapat digunakan
untuk pelaksanaan program ini,
dukungan alokasi anggaran dari
Dinkes tentu juga diharapkan
tetap didapatkan
Terlebih kegiatan kunjungan luar
gedung memerlukan pengorbanan
ekstra dari petugas puskesmas.
Kunjungan luar gedung yang
dilakukan harus
mempertimbangkan jumlah petugas
puskesmas, jumlah PKPR (UKBM)
di wilayah kerja puskesmas, kondisi
geografis dan juga pendanaan. Bila
diperlukan, Puskesmas dapat
merekrut petugas tambahan dari
kader-kader Cerdas kesehatan
(minimal S1) di wilayah kerjanya.
Rekrutmen ini tentu merupakan
hasil analisis kebutuhan dengan
mempertimbangkan hal-hal
tersebut di atas. Kunjungan PKPR
yang dilakukan juga dapat
menjadi sarana penyampaian
pesan-pesan kesehatan kepada
individu-individu dalam keluarga.
Maka petugas dapat memberikan
leaflet/flyer tentang keluarga
berencana, pemeriksaan
kehamilan, ASI eksklusif, imunisasi,
gizi seimbang, pencegahan
penyakit menular, pencegahan
penyakit tidak menular, bahaya
merokok, cara mencuci tangan
yang baik, jaminan kesehatan
nasional, dan lain-lain.
Data kesehatan remaja didapat
dari kunjungan UKBM merupakan
data yang sangat berharga bagi
puskesmas. Analisis yang
akurat terhadap milenial akan
berguna untuk mengidentifikasi
dan menetapkan intervensi
kesehatan apa saja yang
dibutuhkan terhadap remaja.
I. Peran Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan sebagai
Pemerintah Pusat dalam
menyelenggarakan urusan
pemerintahan konkuren
sebagaimana UU No. 23 Tentang
Pemerintahan Daerah berwenang
untuk: (a) menetapkan norma,
standar, prosedur, dan kriteria
dalam rangka penyelenggaraan
urusan pemerintahan; (b)
melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap
penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah, selain juga
pengembangan sumber daya,
koordinasi dan bimbingan, serta
pemantauan dan evaluasi.
Dan diharapkan pemerintah pusat
bisa merubah kebijakan Germas
dibidang promosi semula
32 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
Information, Education, and
Communication (IEC) menjadi
Behavior Change Comunication
(BCC) sehinnga membutuhkan
“Change Agent” karena di
Puskemas dan UKS sudah memilih
para duta/agent (duta kesehatan,
duta PMI, Duta KB) puskesmas
tinggal mengisi, dan selama ini UKS
masih bersifat seremonial dan
temporer, belum ada perencanaan
yang terarah dan berkelanjutan
akan di isi apa UKS selain dokter
cilik.
J. Peran dan Tanggung
Jawab Lintas Sektor
Keberhasilan Budaya Germas dan
PIS-PK diukur dengan Indeks
Keluarga Sehat, yang merupakan
komposit dari 12 indikator. Semakin
banyak indikator yang dapat
dipenuhi oleh suatu keluarga
melalui forum komunikasi PKPR,
maka status keluarga tersebut akan
mengarah kepada Keluarga
Sehat. Sementara itu, semakin
banyak keluarga yang mencapai
status Keluarga Sehat, maka akan
semakin dekat tercapainya
Indonesia Sehat.
Sehubungan dengan hal tersebut,
disadari bahwa keberhasilan
budaya Germas dan PIS-PK juga
sangat ditentukan oleh peran dan
tanggung jawab sektor-sektor lain
di luar sektor kesehatan (lintas
sektor). Kementerian dan
lembaga yang dapat ikut berperan
dalam program ini misalnya
Kementerian PDT, Kemenpan &
RB, Kemenkominfo,
Kemendagri/Pemda,
Kemenperindag, Kemenaker,
Kemenag, BKKBN, Kemenpora
dan Kemendikbud.
Temuan di SMP Negeri 1
Lembang.
Kegiatan PKPR di SMP Negeri 1
Lembang masih terbatas pada
penyuluhan di sekolah dengan
materi kesehatan reproduksi
remaja, sedang remaja yang
datang ke puskesmas belum
mendapat pelayanan seperti alur
model pelayanan PKPR, akses
remaja ke puskesmas terbentur
dengan kegiatan belajar, masih
adanya puskesmas yang belum
melakukan pelatihan konselor
sebaya (Change Agent), bahan-
bahan penyuluhan masih kurang,
terbatasnya alat bantu
pembelajaran edukatif serta
pemahaman SDM tentang
program PKPR masih kurang.
33 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
Kerjasama lintas sektor belum
digunakan untuk menggalang
dukungan bagi terselenggaranya
PKPR khusus bagi sekolah-
sekolah. pelaksanaan program
PKPR belum memenuhi kriteria
pelayanan remaja seperti yang
ditetapkan karena belum cukupnya
dukungan dana, sarana prasarana,
dan tenaga. Perlu perluasan
sosialisasi dan cakupan PKPR
ditambah PTM dan dukungan
penuh pemerintahan daerah dalam
program PKPR di masing-masing
wilayah kerja puskesmas.
Kegiatan UKS di SMP Negeri 1
Lembang sudah melakukan
terobosan dalam belajar dan
mengajar sudah mengkaitkan
dengan integrasi kurikulum dan
PHBS misalnya kegiatan literasi
murid bersama dengan guru
membaca buku rapor kesehatanku
untuk sosialisasi dan edukasi
mengenai PHBS, serta pembinaan
kader/duta kesehatan di sekolah
seperti dokter cilik, aktivitas fisik
dengan senam sebelum masuk
kelas.
Dari hasil FGD (guru dan anak
sekolah) ternyata mereka hanya
mengetahui puskesmas sebagai
layanan untuk berobat bagi orang
sakit.
Selain itu kenyataan bahwa
penyampaian informasi mengenai
keberadaan dan pelayanan PKPR
belum mencakup seluruh remaja.
Hal ini sesuai dengan pernyataan
dari petugas puskesmas bahwa
belum semua sekolah di wilayah
kerja puskesmas bekerjasama
dalam pemanfaatan PKPR, belum
lagi petugas di puskesmas yang
selalu berganti ganti. Kurangnya
pengetahuan remaja mengenai
keberadaan PKPR ini berdampak
pada tidak maksimalnya
pelayanan, konseling dan
penyuluhan mengenai kesehatan
remaja.
K. Bonus Demografi
Berbagai karakteristik yang
dimiliki oleh generasi milenial
yang disebutkan di atas
merupakan modal untuk
berkompetisi dalam bonus
demografi Indonesia. Generasi
milenial akan mampu
menghadapi tantangan bonus
demografi sekaligus mewujudkan
kemandirian bangsa dengan
catatan mereka harus menyadari
akan potensi-potensi yang
dimilikinya. Bila generasi milenial
mampu menyadari berbagai
potensi yang dimiliki akan timbul
34 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
sikap optimis. Sikap tersebut
sangat penting guna menghadapi
gejolak bonus demografi yang akan
terjadi dalam waktu dekat 2035 -
2040. Jika tidak disiapkan, bonus
demografi justru akan
menimbulkan banyak masalah,
terutama meningkatnya angka
kesakitan yang pasti akan
membebani negara. Besarnya usia
milenial dalam bonus demografi,
jika bisa diberikan pendidikan
kesehatan dengan baik dan
benar, maka tidak mustahil
bangsa Indonesia akan menjadi
bangsa yang maju lebih cepat.
Akan tetapi jika potensi SDM ini
tidak dikelola dengan taktis, yang
akan dituai di tahun 2035 – 2040
justru sebuah bencana (disaster).
Selain itu, upaya ini akan mubazir
jika pemerintah dan berbagai
komponen pendukung tidak turun
tangan. Peranan pemerintah
melalui berbagai kebijakan dan
regulasi untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan
genersi milenial sangat diperlukan.
Dengan demikian, generasi
milenial akan semakin berkembang
dan berkompeten untuk
menghadapi tantangan ini. Hal
tersebut akan semakin efektif
apabila setiap pihak mampu
bersinergi untuk mewujudkan apa
yang kita upayakan bersama.
Bangsa Indonesia patut optimistis
terhadap berbagai potensi yang
dimiliki oleh generasi milenial.
Oleh karena itu kesehatan
sebagai Aset, adalah modal
besar untuk mewujudkan
kemandirian bangsa dalam
segala Aspek.
KESIMPULAN
Terobosan baru dalam pembangunan
kesehatan berupa Germas dan PIS-
PK yang difokuskan pada 5 program
prioritas nasional ini masih belum
35 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
bisa keluar dari persoalan-persoalan
kesehatan yang mendasar seperti
tingginya Angka Kematian Ibu/Angka
Kematian Bayi (AKI-AKB), gizi buruk,
penyebaran penyakit menular dan tidak
menular. Pertanyaan tersebut akan
mampu dijawab dengan keberhasilan
program PKPR. Terutama kegiatan
UKS dengan pelibatan Generasi
Milenial sebagai Subjek dan Objek
dalam perekrutan AoC, sebagai
Elemen penghubung, Kader “Change
Agent” teman sebaya mempunyai
peran yang sangat berarti bagi remaja.
Dengan adanya AoC diharapkan bisa
mendorong Promkes yang membawahi
seluruh UKBM untuk merubah
Kebijakanya yang semula EIC
(Education, Information, and
Communication) berubah menjadi BCC
(Behavior, Change, Communication).
Keberhasilan pembangunan kesehatan
ini tentunya memerlukan pemahaman
dan komitmen yang sungguh-sungguh,
sistematis dan terencana dari seluruh
stakeholder dan perlunya sinergi antar
kementerian untuk saling suport,
seperti Literasi (bacaan kesehatan)
murid dan guru tiap bulan minimal 2 kali
dan Edukasi gizi seimbang (Isi
Piringku) dengan orang tua siswa di
sekolah perlu support kebijakan dari
Kemendikbud, dengan stakeholder lain
misal tentang kenaikan tax untuk
minuman yang mengandung GGL
(Gula, Garam dan Gula) tinggi.
Rekomendasi
1. Kebijakan Germas bidang
Promosi selama ini masih EIC
(Education, Information, and
Communication) seharusnya
berubah menjadi BCC (Behavior,
Change, Communication).
dengan memilih “Change Agent”
dilatih sebagai AoC di UKS,
Posyandu Remaja, dan Saka
Bakti Husada.
2. Penguatan PKPR dalam
anggaran harus tertulis PKPR
karena sering anggaran PKPR di
alihkan untuk program KIA, bisa
dalam bentuk BOK/DEKON,
sedang penguatan SDM bisa
rekrutmen “Tenaga Honor/Kader
Milenial” (minimal lulusan S1
yang di gaji) untuk
mengkomunikasikan program
program Kemenkes dengan
meluaskan area cakupanya bukan
hanya KIA dan NAPZA tetapi juga
disesuaikan dengan Germas.
3. Setiap indikator PIS-PK diurai
menjadi beberapa komponen dan
diterjemahkan dalam Bahasa
Milenial, sehingga milenial
sebagai Subjek tertantang
36 Analisis Kebijakan Milenial Dalam Mendukung Percepatan Germas
memilih salah satu komponen
tersebut untuk di buat Vlog,
Youtube, Instagram, Facebook dan
disebarkan ke komunitasnya.
4. Advokasi ke pada Kementerian
Perdagangan untuk menaikan
Cukai minuman dan makanan GGL
(Gula, Garam, Lemak) berkadar
tinggi.
5. Pembuatan SK bersama antara
Kemenkes dengan Kementerian
Pendidikan tentang membaca
Literasi kesehatan minimal tiap
bulan 2 kali
6. Perlunya dibuat sarana
kesehatan/Posyandu milenial di
lingkungan 3F (Fun, Food, Fashion)
contoh bangunan sarana kesehatan
ramah selfie, dan diberi lukisan
destinasi wisata setempat, kantin
ditaruh di depan atau di samping.
7. Perlunya kerjasama Kemendikbud,
Kemenkes dan ibu orang tua siswa
untuk membawa bekal ke sekolah
sekaligus edukasi tentang gizi
seimbang.
8. Monsosialisasikan Program
Germas kepada para milenial di
tempat ngumpul milenial 3F (Food:
café/tempat makan, Fun:
pertandingan olah raga, Fashion:
Mall) bila ada milenial yang terjaring
obesitas ada penawaran diskon
2,5% untuk semua pembelian,
dengan melakukan aktifitas fisik
misal push-up dan squat jump
(Cowok), untuk perempuannya di
arahkan ke senam Zumba, atau K-
Pop, dibuat Vlog dan di viralkan.