Download - HumanResourceManagement (1)
HRM (Manajemen Sumberdaya Manusia) INTERNASIONAL
Definisi HRM (Manajemen Sumberdaya Manusia) Internasional
Manajemen sumberdaya manusia internasional adalah proses
mempekerjakan, mengembangkan dan memberi penghargaan orang di dalam
organisasi internasional atau global. Hal ini melibatkan manajemen manusia di
seluruh dunia, tidak hanya manajemen orang-orang ekspatriat/manca-negara saja.
Sebuah perusahaan internasional adalah perusahaan yang operasi-
operasinya berlangsung pada cabang-cabang luar negeri, yang mengandalkan pada
kepakaran bisnis atau kapasitas produksi dari perusahaan induk. Perusahaan-
perusahaan internasional dapat bersifat sangat tersentralisasi dengan kendali/
kontrol ketat. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang mana sejumlah
besar bisnis di dalam berbagai negara dikelola sebagai sebuah kesatuan dari
perusahaan pusat. Tingkat otonominya akan sangat beragam. Perusahaan-
perusahaan global menawarkan produk-produk atau layanan-layanan yang
dirasionalkan dan distandarisasi untuk memungkinkan produksi atau provisi
dilaksanakan secara lokal dengan cara yang efektif biaya. Cabang-cabangnya
tidak tunduk pada kontrol ketat kecuali mengenai kualitas dan presentasi dari
produk atau layanan-jasanya. Mereka mengandalkan pada pengetahuan teknis dari
perusahaan induk, tapi melaksanakan produksinya sendiri, pemberian layanan
atau aktivitas-aktivitas distribusi.
MENDEFINISIKAN MSDM INTERNASIONAL
Bidang MSDM Internasional dikarakteristikkan oleh tiga pendekatan.
1. MSDM Internasional menekankan manajemen lintas budaya (cross-cultural
management) : melihat perilaku manusia dalam organisasi dari
perspektifinternasional.
2. Dikembangkan dari hubungan industrial komparatif dan literatur-
literaturMSDM dan berusaha untuk menggambarkan, membandingkan,
danmenganalisis sistem SDM di beberapa negara.
1
3. Berusaha untuk memberikan fokus pada aspek-aspek MSDM di perusahaan-
perusahaan multinasional.Pendekatan-pendekatan ini digambarkan dalam
gambar 1
Gambar 1
Sebelum kita dapat memberikan definisi MSDM Internasional, secara
khususMSDM merujuk pada aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh suatu
organisasiuntuk memanfaatkan sumber daya manusianya secara efektif. Aktivitas-
aktivitastersebut meliputi setidaknya sebagai berikut:
1. Perencanaan sumber daya manusia
2. Penyusunan staf (rekrutmen, seleksi, penempatan)
3. Manajemen kinerja
4. Pelatihan dan pengembangan5.
5. Kompensasi (balas jasa) dan tunjangan-tunjangan6.
Hubungan industrial
Morgan (1986:44) menggambarkan MSDM Internasional dalam tiga dimensi
Aktivitas-aktivitas SDM yang luas meliputi pengadaan tenaga kerja, alokasi,dan
pemanfaatan (ketiga aktivitas luas ini dapat dengan mudah diperluas kedalam
enam aktivitas SDM yang telah disebutkan di atas).
Kategori negara atau bangsa yang terlibat dalam aktivitas-aktivitas
MSDMInternasional :
a.Negara tuan rumah(host country) dimana sebuah cabang dapatditempatkan
b.Negara asal (home country) dimana perusahaan itu memiliki kantor pusat,dan
c.Negara-negara lain (third country) yang mungkin menjadi sumber tenagakerja,
modal dan input-input lainnya.
2
ManajemenLintas Budaya
Msdm Internasional dalam konteks
perusahaan multinasional
Perbandingan system sdm dan
hubungan industrial
3.Tiga kategori karyawan dalam perusahaan multinasional :
a.Karyawan negara tuan rumah (host-country national/HCNs)
b.Karyawan negara asal (parent-country nationals/PCNs)
c. Karyawan negara ketiga (third-country nationals/TCNs)
Morgan mendefinisikan MSDM Internasional sebagai pengaruh
mempengaruhi(interplay) di antara tiga dimensi aktivitas-aktivitas SDM, tipe-tipe
karyawan,dan negara-negara operasi.Satu perbedaan yang jelas antara MSDM
domestic dan MSDMInternasional adalah staf bergerak melewati batas-batas
nasional dalamberbagai peran di operasi perusahaan-perusahaan internasional.
Karyawan ini biasa disebut “ekspatriat”. Seorang ekspaktriat adalah seorang
karyawan yang bekerja dan tinggal sementara di suatu negara asing.
Akhir-akhir ini istilah “ inpatriate sering digunakan untuk menggambarkan
transfer staf cabang ke operasi negara asal/kantor pusat.Satu masalah fundamental
dalam MSDM Internasional adalahmengidentifikasikan atau melatih manajer
SDM yang meskipun merekadibesarkan dari dan berpengalaman dalam satu
kebudayaan, dapat mengeloladengan efektif orang-orang yang berasal dari
kebudayaan yang berbeda dandapat mengembangkan praktik-praktik dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan disetiap lingkungan bisnis yang beragam dimana
perusahaan beroperasi. Keputusan-keputusan harus dibuat menyangkut isu-isu
seperti:1.
1. Jumlah dan proporsi HCNs, TCNs, dan ekspatriat (PCNs) untuk
ditempatkandi kantor-kantor dan pabrik-pabrik di seluruh dunia2.
2. Dimana dan bagaimana merekrut individu-individu tersebut dan
bagaimanamember kompensasi terhadap mereka atas kinerjanya.3.
3
3. Apakah praktik-praktik kepegawaian akan diseragamkan di seluruh lokasi
ataudisesuaikan dengan setiap lokasi.
Permasalahan dalam HRM Internasional
HRM Internasional melibatkan sejumlah permasalahan yang tidak muncul
ketika aktivitas-aktivitas perusahaan hanya terbatas pada satu negara saja. Isu-isu
ini terdiri dari banyaknya model organisasi internasional yang ada, tingkat dimana
kebijakan dan praktek HRM seharusnya beragam pada negara-negara yang
berbeda (convergence / seragam atau divergence / berbeda), permasalahan
pengelolaan / manajemen di dalam budaya dan lingkungan yang berbeda, dan
pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk memilih, melepaskan,
mengembangkan dan memberi penghargaan pada para ekspatriat yang dapat
berasal dari negara yang sama dengan perusahaan induk atau “penduduk negara
ketiga” (TCNs) – penduduk dari negara-negara selain dari perusahaan induk yang
bekerja di luar negeri pada perusahaan cabang dari perusahaan tersebut.
Model-Model Organisasional Internasional
Empat model organisasional internasional telah diidentifikasi oleh Bartlett
dan Goshal (1993):
1. Federasi terdesentralisasi dimana tiap unit nasional dikelola sebagai entitas
/ lembaga yang terpisah yang berusaha untuk mengoptimalkan kinerja di
dalam lingkungan lokal. Ini adalah korporasi multinasional tradisional.
2. Federasi terkoordinasi dimana perusahaan pusat mengembangkan sistem-
sistem manajemen canggih yang memungkinkannya untuk
mempertahankan kontrol keseluruhan, meskipun ruang-lingkup diberikan
pada manajemen lokal untuk mengadopsi praktek-praktek yang mengenali
kondisi-kondisi pasar lokal.
3. Hub/inti tersentralisasi dimana fokusnya adalah pada pasar global daripada
pada pasar-pasar lokal. Organisasi-organisasi semacam ini benar-benar
4
global daripada yang multinasional, yang mana merupakan kasusnya
ketika mengadopsi sebuah pendekatan terfederasi.
4. Transnasional dimana korporasi mengembangkan kemampuan strategi
multi-dimensional terhadap persaingan global tapi juga mengijinkan
kewaspadaan lokal pada kebutuhan-kebutuhan pasar.
Perkins dan Hendry (1999) berpendapat bahwa meskipun terdapat model
empat-macam ini, perusahaan-perusahaan internasional tampaknya terpolarisasi
disekeliling dua pendekatan organisasional: 1) regionalisasi, dimana layanan
pelanggan lokal adalah hal yang penting; dan 2) arus-arus bisnis global, yang
melibatkan penetapan terpusat segmen-segmen bisnis terkontrol yang berurusan
dengan cakupan produk terkait di seluruh dunia.
Konvergen / Seragam dan Divergen / Berbeda
Sebuah isu yang dihadapi oleh semua perusahaan iternasional adalah
tingkat dimana kebijakan-kebijakan HR mereka sebaiknya ‘konvergen’ seluruh
dunia yang secara mendasar sama dalam tiap lokasi, atau ‘divergen’ yang
terdiferensiasi dalam respon terhadap kebutuhan-kebutuhan lokal. Terdapat
kecenderungan alamiah untuk tradisi-tradisi manajerial dalam perusahaan induk
untuk membentuk sifat dari keputusan-keputusan kunci, tapi terdapat argumen
kuat untuk memberikannya sebanyak mungkin otonomi lokal guna memastikan
kebutuhan-kebutuhan lokal sudah dipertimbangkan dengan memadahi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan adalah:
tingkat dimana terdapat norma-norma lokal yang sudah mapan;
tingkat dimana unit yang beroperasi pun disertakan pada lingkungan lokal;
kekuatan dari aliran sumberdaya – finansial, informasi dan masyarakat –
antara perusahaan induk dan perusahaan cabang;
orientasi perusahaan induk terhadap kontrol;
sifat dari industri – tingkat dimana hal ini secara mendasar adalah industri
domestik pada level lokal;
5
kompetensi organisasional spesifik termasuk HRM adalah hal yang sangat
penting untuk mencapai keunggulan kompetitif di dalam lingkungan
global.
Mengembangkan sebuah pendekatan internasional
sebuah pendekatan yang benar-benar internasional terhadap manajemen
sumberdaya manusia akan membutuhkan langkah-langkah berikut:
1. Sebuah rekognisi eksplisit oleh organisasi induk bahwa cara-cara
khususnya sendiri dalam mengelola sumberdaya manusia mencerminkan
dari asumsi-asumsi dan nilai-nilai dari budaya asalnya.
2. Sebuah rekognisi eksplisit oleh organisasi induk bahwa cara-cara
khususnya tidaklah secara universal lebih baik atau lebih buruk daripada
lainnya, tapi berbeda dan kemungkinan menunjukkan kekuatan dan
kelemahan, khususnya luar negeri.
3. Sebuah rekognisi eksplisit oleh organisasi induk bahwa cabang-cabang
luar negerinya memiliki cara-cara pilihan lainnya dalam mengelola
sumberdaya manusia yang secara intrinsik tidak lebih baik atau lebih
buruk, tapi kemungkinan besar dapat sangat efektif secara lokal.
4. Kemauan/kesiap-sediaan dari kantor-kantor pusat yang tidak hanya
mengakui perbedaan kultural, tapi juga mengambil tindakan guna
membuatnya dapat dibahas dan sehingga dapat digunakan.
5. Pembentukan keyakinan asli oleh semua pihak bahwa cara-cara yang lebih
kreatif dan efektif dalam mengelola sumberdaya manusia dapat dibangun
sebagai hasil dari pembelajaran lintas-budaya.
Pertumbuhan Bisnis Internasional :
1. Makin lama makin banyak perusahaan menyadari bahwa keberhasilan
mereka bergantung pada kemampuan untuk memasarkan dan mengelola di
luar negeri
6
2. Sebagai akibat dari internasionalisasi ini, perusahaan harus dikelola secara
global, namun globalisasi menghadapkan para manajer tantangan-
tantangan raksasa
Jenis-jenis Bisnis Internasional :
1. Eksport : menjual ke luar negeri secara langsung maupun secara tidak
langsung dengan penjualan asing dan distributor yang digaji
2. Pemberian Lisensi : pengaturan perusahaan memberi hak cipta, nama merk
untuk jangka waktu tertentu
3. Waralaba : pemberian perusahaan induk kepada perusahaan lain untuk
yang menjalankan bisnis yang sudah diresepkan
SDM dan Bisnis Internasional :
1. Merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan dan kegiatan
SDM di markas kantor induk perusahaan multinasional
2. Menjalankan kegiatan SDM di cabang asing dari suatu MNC
(Multinational Corporation)
Bagaiman perbedaan-perbedaan antar negara mempengaruhi SDM ?
1. Faktor Kultural : perbedaan kultural merentang luas dari negara ke negara
menuntut perbedaan yang berhubungan dengan praktik personil diantara
cabang asing milik perusahaan
2. Faktor Ekonomi : perbedaan ekonomi diantara negara juga beralih menjadi
perbedaan antar negara dalam praktik SDM
3. Faktor Biaya Tenaga Kerja : perbedaan biaya dalam tenaga kerja juga
mengakibatkan perbedaan dalam praktik SDM
7
4. Faktor Hubungan Industrial : hubungan antara pekerja, serikat buruh dan
majikan sangat dramatik antar negara dan mempunyai dampak besar
terhadap praktik SDM
5. Masyarakat Eropa : pasar bersama untuk barang, jasa, modal dan bahkan
tenaga kerja
Memperbaiki Penugasan Internasional Melalui Seleksi
Mengapa Penugasan Internasional Gagal :
1. Penugasan di luar negeri sering gagal karena pribadi tidak dapat
menyesuaikan diri dengan tuntutan teknik dari jabatan.
2. Seleksi pengiriman ke luar negeri dilakukan oleh manajer lini
berdasarkan kompetensi teknik.
3. Mereka gagal karena masalah keluarga dan pribadi serta
kekurangan ketrampilan kultural yang sudah bukan menjadi bagian
dari proses
Sumber para Manajer :
1. Lokal : warga negara dari tempat mereka bekerja
2. Expatriate : bukan warga negara dimana mereka bekerja
3. Thrid-country national : warga negara dari negara yang lain (kebangsaan
negara ketiga)
Kebijakan Penstafan Internasional :
8
1. Etnosentris : sikap yang berlaku dari negara asal, gaya manajemen,
pengetahuan, kriteria penilaian dan manajer adalah superior terhadap
segala sesuatu yang mungkin ditawarkan oleh negara asing
2. Polisentris : satu keyakinan yang disadari bahwa hanya manajer negara
asing dapat benar-benar memahami kultur dan perilaku dari pasar negara
asing
3. Geosentris : manajemen harus dicari dari suatu dasar yang global dengan
pengandaian bahwa manajer terbaik di dunia bisa ditemukan di mana saja
tempat perusahaan berada
Menyeleksi Manajer Internasionaaal :
1. Adaptabilitas dan fleksibelitas : menyesuaikan diri dengan lingkungan,
memiliki pandangan dan gagasan baru
2. Kekerasan kultural : kemampuan berhasil dalam sebuah kultur asing
3. Orientasi diri : harga diri, kepercayaan diri dan ketenangan mental
4. Orientasi terhadap yang lain : berinteraksi secara efektif dengan orang
asing
5. Kemampuan perspektif : memahami perilaku dan berempati dengan
mereka
6. Kemampuan keluarga : kemampuan pasangan dan anak untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan
Pelatihan dan Pemeliharaan Karyawan Internasional :
1. Penyaringan yang saksama hanya merupakan langkah pertama dalam
memastikan keberhasilan orang yang ditugaskan ke luar negeri
2. Karyawan bisa menuntut pelatihan khusus
9
3. Kebijakan SDM Internasional harus dirumuskan untuk mengkompensasi
para manajer luar negeri untuk memelihara hubungan tenaga kerja yang
sehat
Pengorientasian dan Pelatihan Karyawan untuk Penugasan Internasional :
1. Orientasi dan pelatihan untuk penugasan internasional dapat membantu
karyawan (dan keluarga mereka) menghindari kejutan kultural dan
menyesuaikan diri lebih baik dengan lingkungan baru mereka
2. Pengembangan manajemen internasional untuk mendorong perbaikan
kontrol atas operasi global dengan membangun satu kultur perusahaan
yang disatukan
3. Para manajer hendaknya lebih konsisten tunduk terhadap nilai-nilai,
kebijakan dan sasaran begitu mereka kembali dari luar negeri
Kompensasi Internasional :
1. Satu kesulitan terbesar dalam mengelola kompensasi total pada tingkat
multinasional adalah menetapkan suatu ukuran kompensasi yang konsisten
di antara negara yang sedang membangun kredibilitas
2. Pendekatan paling umum untuk merumuskan upah ekspatriat adalah
menyamakan kekuatan pembelian di semua negara, sebuah teknik yang
dikenal sebagai pendekatan neraca seimbang
Penilaian Kinerja Terhadap Manajer Internasional :
1. Tentukan tingkat kesulitan penugasan
2. Pertimbangkan evaluasi penilaian manajer di tempat daripada manajer
tempat asal
3. Jika manajer tanah air melakukan penilaian aktual tertulis, berikan nasihat
latar belakang selama proses penilaian
10
4. Modifikasikan kriteria kinerja normal yang digunakan bagi posisi khusus
untuk mencocokan posisi luar negeri dan karakteristik dari lokal tersebut
5. Jangan hanya menilai manajer ekspatriat dari segi kriteria yang dapat
dihitung seperti laba
Hubungan Tenaga Kerja Internasional :
1. Sentralisasi : tawar-menawar di tingkat pabrik
2. Struktur serikat buruh : berkonsentrasi pada fungsi jasa dan
administrasi
3. Organisasi majikan : cenderung dilakukan asosiasi majikan
4. Pengakuan serikat buruh : untuk tawar-menawar
5. Keamanan serikat buruh : kesepakatan toko tertutup yang formal
6. Kontrak manajemen tenaga kerja : dokumen yang mengikat secara
sah
7. Muatan dan lingkup tawar-menawar : berfokus pada upah, jam dan
kondisi kerja
8. Menangani keluhan : ditangani mesin yang diakui di luar kontrol
formal serikat buruh
9. Pemogokan : menukik jauh ke dalam pendapatan perusahaan
masing-masing
10. Peran pemerintah : tidak mengatur proses tawar-menawar namun
menghendaki penetapan langsung
11. Partisipasi pekerja : menciptakan sistem pekerja dalam manajemen
langsung
11
12. Kodeterminasi : perwakilan pekerja wajib pada sebuah dewan
direksi perusahaan
Keragaman Kultural
Dualitas kultural menurut Bento dan Ferreira (1992) yang mengadopsi
pernyataan Hofstede (1980) tentang dimensi kultural yang mempengaruhi operasi-
operasi internasional:
persamaan vs ketidaksamaan;
kepastian vs ketidakpastian;
kontrolabilitas vs non-kontrolabilitas;
individualisme vs kolektivisme;
materialistik vs personalitas.
Area-area HR yang menurut Sparrow dan Hiltrop (1997) terpengaruh oleh
budaya nasional:
keputusan mengenai hal yang membentuk manajer efektif;
memberi umpan-balik empat-mata;
kesiapan untuk menerima penugasan-penugasan internasional;
sistem-sistem pembayaran dan konsep-konsep yang berbeda mengenai
keadilan sosial;
pendekatan- terhadap penstrukturan organisasional dan dinamika strategis.
Berpikir Global dan Bertindak Lokal
Menurut Ulrich (1998) guna mencapai keseimbangan, terdapat enam
kapabilitas yang memungkinkan perusahaan untuk mengintegrasikan dan
mengkonsentrasikan aktivitas-aktivitas internasional dan juga memisahkan dan
mengadopsi aktivitas-aktivitas lokal:
1. mampu untuk menentukan aktivitas-aktivitas inti dan aktivitas non-inti;
2. mencapai konsistensi sambil memberikan fleksibilitas;
3. membangun ekuitas merek global sambil menghargai kebiasaan-kebiasaan
lokal;
12
4. memperoleh pengaruh/kontrol (lebih besar lebih baik) sambil
mendapatkan fokus (lebih kecil lebih baik);
5. berbagi pembelajaran dan menciptakan pengetahuan baru;
6. menghasilkan/menstimulasi perspektif global sambil memastikan
akuntabilitas lokal.
Kebijakan-Kebijakan HR Internasional
Mengelola Para Ekspatriat
Kebijakan-kebijakan mengenai manajemen para ekspatriat adalah sebagai
berikut:
Kebijakan-Kebijakan Pen-sumberdaya-an
Kebijakan dibutuhkan pada pemberian pekerjaan pada pekerja lokal-
nasional dan menggunakan para ekspatriat untuk penugasan-penugasan jangka
panjang atau pendek. Keunggulan mempekerjakan para pekerja lokal-nasional
adalah bahwa mereka:
sudah paham dengan pasar lokal, dengan masyarakat lokal, tatanan budaya
dan ekonomi lokal;
berbicara dengan bahasa lokal dan berasimilasi secara kultural;
dapat mengambil perspektif jangka panjang dan berkontribusi untuk
jangka panjang (berbeda dengan para ekspatriat yang mungkin sekali
memiliki perspektif jangka pendek);
tidak memiliki sikap meremehkan (neo-kolonial) yang kadangkala
diadopsi oleh para ekspatriat.
Kebijakan-Kebijakan Rekrutmen dan Seleksi
Kebijakan-kebijakan untuk rekrutmen dan seleksi sebaiknya berkaitan
dengan penetapan kebutuhan-kebutuhan, menyediakan contoh-contoh realistis dan
persiapan untuk penugasan-penugasan luar negeri.
A. Spesifikasi Peranan
13
Spesifikasi-spesifikasi peran sebaiknya memperhatikan perilaku-perilaku
yang dibutuhkan bagi mereka yang bekerja secara internasional. Menurut Leblanc
(2001) sebaiknya:
mengenali keragaman negara-negara manca;
menerima perbedaan antar negara sebagai sebuah kenyataan dan
menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan ini secara efektif;
toleransi dan menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi lokal;
sanggup bekerja jangka panjang dengan keragaman dari konteks-konteks
manca negara;
mendapatkan penerimaan sebagai seorang perwakilan dari perusahaan
manca negaranya;
memperoleh dan menginterpretasikan informasi mengenai konteks-
konteks manca negara (institusi, legislasi, praktek-praktek, kekhususan
pasar, dll);
menginformasikan dan mengkomunikasikan secara efektif dengan
lingkungan manca negara mengenai kebijakan-kebijakan perusahaan asal;
mempertimbangkan lingkungan manca negara ketika menegosiasikan
kontrak-kontrak dan kemitraan-kemitraan;
mengidentifikasi dan menerima penyesuaian terhadap spesifikasi-
spesifikasi-spesifikasi produk dasar guna memenuhi kebutuhan dari pasar
manca negara;
mengembangkan elemen-elemen dari kerangka kerja umum untuk strategi-
strategi, kebijakan-kebijakan dan operasi-operasi;
menerima bahwa praktek-praktek yang akan beroperasi terbaik di
lingkungan luar negeri tidak akan sama dengan praktek-praktek di
perusahaan ‘rumah/asal’.
B. Contoh-contoh Realistis
Contoh yang ada sebaiknya menyediakan informasi mengenai operasi
manca negara, ciri-ciri khusus apapun dari pekerjaan tersebut, apa yang perlu
dilakukan untuk sesuai dengan kondisi-kondisi lokal, kemajuan karir manca
14
negara, kebijakan masuk-ulang / re-entry pada penyelesaian tugas, pembayaran,
dan manfaat-manfaat khusus seperti meninggalkan rumah dan pendidikan anak.
C. Kebijakan Persiapan
Persiapan kebijakan untuk penugasan luar negeri sebaiknya mencakup
provisi/penetapan familiarisasi/kepahaman kultural bagi negara(negara) dimana
para ekspatriat akan bekerja (kadangkala disebut dengan ‘akulturasi’), pendekatan
yang dipilih untuk mengarahkan dan bekerja dalam tim-tim internasional, dan
kebijakan bisnis serta kebijakan HR yang akan diterapkan.
Pelatihan
Langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan untuk mendesain sebuah
program pelatihan bagi para ekspatriat menurut Tarique dan Calligiri (1995):
1. Mengidentifikasi jenis dari penugasan global, misalnya teknis, fungsional,
taktis, pengembangan atau strategis/eksekutif.
2. Melakukan analisis kebutuhan pelatihan lintas-kultural yang menakup
analisis organisasional dan kebutuhan, analisis penugasan dari tugas-tugas
kunci dan analisis individual dari skill/keahlian.
3. Menetapkan tujuan dan ukuran pelatihan – kognitif (misalnya memahami
peranan dari nilai dan norma budaya) dan afektif (memodifikasi persepsi
mengenai budaya dan meningkatkan rasa percaya diri dalam berurusan
dengan perilaku-perilaku individual untuk membentuk perilaku-perilaku
adaptif seperti skill/keahlian interpersonal).
4. Mengembangkan programnya – isinya sebaiknya mencakup orientasi
kultural spesifik dan umum; beragam metode harus digunakan.
5. Mengevaluasi pelatihan yang telah diberikan.
Kebijakan-Kebijakan Asimilasi dan Tinjauan
Kebijakan-kebijakan asimilasi akan disediakan untuk adaptasi dari para
ekspatriat pada pos-pos manca negara dan kemajuan mereka disana akan dipantau
dan ditinjau. Hal ini dapat berlangsung dalam bentuk proses-proses manajemen
kinerja konvensional, tapi informasi tambahan dapat disediakan mengenai potensi
15
dan kemampuan individual untuk menghadapi kondisi-kondisi manca negara.
Dimana sejumlah ekspatriat menggunakannya maka umum bagi seseorang di
kantor pusat untuk memiliki tanggung jawab merawatnya.
Kebijakan-Kebijakan Masuk-ulang/Re-entry
Kebijakan-kebijakan re-entry sebaiknya dirancang untuk meminimalkan
permasalahan-permasalahan yang dapat muncul ketika para ekspatriat kembali ke
perusahaan induk setelah penempatan luar negeri. Mereka ingin dipsatikan bahwa
mereka akan diberi posisi yang tepat sesuai kualifikasi mereka, dan mereka akan
khawatir megenai karir mereka, curiga kalau pengalaman manca negaranya tidak
akan dipertimbangkan. Kebijakan-kebijakan sebaiknya memberikan waktu bagi
para ekspatriat untuk menyesuaikan diri. Provisi/prasyarat dari para mentor atau
para pembimbing adalah hal yang diinginkan.
Kebijakan Upah dan Bonus
Faktor-faktor yang kemungkinan besar berdampak pada desain sistem-
sistem penghargaan / reward sebagaimana yang dinyatakan oleh Bradley et al.
(1999) adalah budaya korporat / perusahaan dari perusahaan multinasional, pasar
tenaga kerja lokal dan ekspatriat, sensitivitas budaya lokal dan faktor-faktor legal
dan institusional. Hal ini mengacu pada pilihan yang harus dilakukan antara
mencari konsistensi internal dengan mengembangkan kebijakan-kebijakan
penghargaan / reward umum guna memfasilitasi pergerakan para karyawan lintas
batas dan mempertahankan ekuitas / keadilan internal, dan merespon pada
tekanan-tekanan untuk patuh terhadap praktek-praktek lokal. Tapi
menggarisbawahi bahwa: “Studi-studi dari perbedaan kultural menunjukkan
bahwa desain sistem reward dan manajemen perlu dikaitkan pada nilai-nilai lokal
untuk meningkatkan kinerja dari operasi-operasi manca negara.” Sebagaimana
yang dinyatakan oleh Sparrow (1999b): “Perbedaan di dalam reward internasional
tidak hanya konsekuensi dari perbedaan budaya, tapi juga perbedaan di dalam
pengaruh-pengaruh internasional, sistem-sistem bisnis nasional dan peranan serta
kompetensi dari para manajer di dalam lingkup HRM.”
16
Kebijakan dari sebagian besar organisasi adalah untuk memastikan bahwa
para ekspatriat tidak menjadi lebih buruk karena mereka telah ditempatkan di luar
negeri. Dalam prakteknya, berbagai upah atau bonus tambahan, seperti bonus
kerja-keras, berarti bahwa mereka biasanya menjadi lebih baik secara finansial
jika mereka tetap tinggal di kampung halaman. Pilihan dasarnya adalah apakah
lebih baik mengadopsi kebijakan berbasis rumah/kampung-halaman atau berbasis-
inang bagi para ekspatriat.
A. Upah berbasis rumah/kampung-halaman (negara asal)
Pendekatan home-based pay / upah berbasis kampung-halaman bertujuan
untuk memastikan bahwa nilai dari upah para ekspatriat adalah sama dengan upah
di negara asalnya. Upah home-based / berbasis kampung-halaman dapat bersifat
spekulatif untuk penugasan-penugasan jangka panjang (yaitu upah / gaji yang
diasumsikan dibayarkan pada para ekspatriat dimana mereka dipekerjakan pada
sebuah pekerjaan yang sebanding dengan perusahaan asal/induk). Untuk
penugasan jangka pendek hal ini dapat bersifat upah / gaji aktual dari individu
tersebut. Spekulasi atau upah home-base digunakan sebagai dasar dimana paket
pembayaran total dibentuk. Hal ini kadangkala disebut dengan pendekatan ‘build-
up’ atau ‘balance-sheet’.
Oleh karena itu upah / gaji para ekspatriat akan kemudian terdiri dari
spekulasi upah/ gaji home-base ditambah dengan penyesuaian biaya hidup.
Sebagai tambahan, mungkin diperlukan untuk menyesuaikan upah-upah untuk
mempertimbangkan rejim pajak negara inang guna mencapai persamaan pajak.
Bergerak kurang dari satu tahun yang dapat meningkat dua kali lipat biaya pajak
membutuhkan perhatian khusus.
Beberapa bonus berikut ini dapat ditambahkan pada upah semacam ini:
premium ‘insentif bekerja luar negeri’;
kerja keras dan lokasi;
tempat tinggal dan utilitas;
fee sekolah;
meninggalkan ‘istirahat dan pemulihan’.
B. Upah bebasis-negara-setempat
17
Pendekatan host-based pay / upah berbasis-negara-setempat menyediakan
bagi para ekspatriat upah dan manfaat seperti hari libur perusahaan dan
mobil/kendaraan perusahaan yang sejajar dengan yang diberikan pada pekerja
lokal-nasional dari negara inang dalam pekerjaan serupa. Metode ini memastikan
ekuitas / persamaan antara para ekspatriat dan para pekerja lokal-nasional negara
setempat. Hal ini diadopsi oleh perusahaan-perusahaan yang menggukana sistem
‘market-rate / peringkat-pasar’, yang memastikan bahwa upah / gaji dari para
ekspatriat sesuai dengan level-level pasar dari upah / gaji di negara setempat.
Perusahaan-perusahaan yang menggunakan pendekatan host-based
umumnya membayar bonus tambahan seperti fee sekolah, akomodasi dan asuransi
medis. Mereka juga mendanai manfaat-manfaat jangka-panjang seperti keamanan
sosial, asuransi jiwa dan pensiun dari rumah/negara-asal.
Metode host-based sudah pasti adil dari sudut pandang pekerja lokal-
nasional, dan hal ini dapat menjadi lebih murah daripada home-based pay. Tapi
dapat menjadi kurang menarik sebagai stimulus bagi para karyawan untuk bekerja
di manca negara, khususnya di lokasi-lokasi yang tidak menyenangkan, dan
menyulitkan untuk mengumpulkan data peringkat pasar secara lokal guna
menyediakan sebuah dasar untuk penetapan level-level upah/gaji.
Daftar Pustaka.
Morgan, CT., dkk (1986) Intoduction to psychology (7th Ed.) Singapore;
McGraw Hill Book Co
Batlett, Ghosal, Birkinshaw, Transnational Management, Fourth Edition,
Mc Graw Hill, International Edition, 2003
Perkins, Hendry C(1974
18
Peter Dowling ( 1998 ), International Human Resource Management:
Managing People in Multinational Context, South-Western College Publisher.
Mark E. Mendenhall, Gary R. Oddou, Mark A. Mendenhall ( 1999), Readings and
Cases in International Human Resources Management (3rd Edition), South-
Western College Publisher.
Milmore,Lewis,Saunders,Thornhill,Morrow.Strategic Human ResourceMilmore,Lewis,Saunders,Thornhill,Morrow.Strategic Human Resource
Management.NY:PrenticeHall,2007.bab 13Management.NY:PrenticeHall,2007.bab 13
Mondy,R Wayne.Mondy,R Wayne.Human Resource ManagementHuman Resource Management 10thEd.New 10thEd.New
Jersey:Pearson, 2008.bab 2Jersey:Pearson, 2008.bab 2
19