Download - jurnal ilmiah

Transcript
Page 1: jurnal ilmiah

PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN DENGAN DAN TANPA PEMODELAN DINDING PENGISI

Abstrak : Rumah susun merupakan salah satu alternatife dalam pemenuhan akan kebutuhan unit rumah pada daerah dengan ketersediaan lahan yang terbatas. Pemodelan dinding sebagai bagian dari struktur penahan beban lateral dikarenakan dapat mengurangi biaya struktur bangunan dibandingkan dengan struktur rangka terbuka dimana dinding tidak diperhitungkan kekuatanya atau dianggap sebagai beban saja. Untuk itu, maka dilakukan pemodelan struktur dengan dan tanpa pemodelan dinding pengisi dalam perencanaan struktur bangunan rumah susun.

Pemodelan struktur dengan dinding pengisi dilakukan dengan metode diagonal strut dengan beban gempa dari arah kiri dan arah kanan struktur gedung. Mutu kuat tekan dinding pengisi (fm) yang digunakan pada pemodelan tersebut adalah 15 Mpa dengan modulus elastisitas (Em) dinding sebesar 7000 Mpa. Pada penulisan ini juga dilakukan analisis tegangan pada dinding dengan menggunakan pendekatan secara empiris sehingga diperoleh hasil perbandingan tegangan dinding dalam 2 macam pendekatan.

Berdasarkan hasil analisis pemodelan struktur dengan SAP2000v11 diperoleh bahwa deformasi yang terjadi pada struktur tanpa dinding pengisi 2 kali lebih besar dibandingkan dengan deformasi struktur dengan dinding pengisi yang dimodel dengan strut diagonal ekivalen ke arah gempa kanan. Tegangan yang terjadi pada dinding pengisi yaitu tegangan geser, tegangan tekan dan tegangan tarik baik yang dianalisis dengan pemodelan struktur maupun dengan pendekatan empiris masih dalam batas – batas kekuatan bahan dinding yakni untuk tegangan geser sebesar 9.85% , tegangan tekan 81.74%, dan tegangan tarik 74.63%.

Berdasarkan analisis tersebut juga diperoleh jika gaya dalam seperti momen, gaya geser, dan gaya aksial pada kolom menghasilkan nilai rata – rata 59% dan balok 55% lebih besar untuk struktur tanpa dinding pengisi jika dibandingkan dengan struktur yang dimodel dengan dinding pengisi. Selain itu diketahui juga bahwa struktur tanpa dinding pengisi memerlukan kebutuhan tulangan lentur kolom 24% dan tulangan lentur balok 51% lebih besar daripada struktur yang domodel dengan dinding pengisi .

Kata kunci : rumah susun, dinding pengisi, strut diagonal ekivalen, SAP 2000v11

1

Page 2: jurnal ilmiah

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang akan terus meningkat dan berkembang seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk terutama di Indonesia. Khususnya di Bali yang setiap tahunnya penduduk pendatang selalu bertambah dan lajunya pertumbuhan penduduk yang sulit ditekan, sehingga kebutuhan untuk pengadaan rumah akan terus ada. Pola perkembangan perumahan yang sifatnya horizontal atau menambah unit – unit perumahan membuat area lahan hijau akan semakin berkurang. Untuk mengatasi hal itu diperlukan pengembangan perumahan yang sifatnya vertikal atau keatas sehingga akan dapat mengurangi pengguanaan lahan – lahan hijau sebagai perumahan. Pemenuhan kebutuhan akan rumah bagi masyarakat tidaklah mudah, terutama mereka yang berpenghasilan rendah atau menengah ke bawah yang cenderung menginginkan perumahan yang sesuai dengan kebutuhan ruang dengan harga yang terjangkau serta aman dari segi strukturnya. Sehingga prasarana pembangunan rumah susun dapat menjadi salah satu alternatif.

Pembangunan rumah susun harus mengacu pada efisiensi pengguanaan material tetapi aman dari segi struktur terutama akibat beban gempa. Pada pembangunan rumah susun biasanya terdapat dinding sebagai pemisah ruangan yang sifatnya permanen. Komponen dari dinding tersebut biasanya terdiri dari kolom dan balok beton bertulang dengan partisi batu bata

atau batako (Smith and Coull, 1991). Karena sering dianggap hanya sebagai elemen pemisah ruangan saja, maka keberadaannya sering diabaikan oleh para engineer sipil dalam menentukan kekuatan dan kekakuan struktur portal bangunan secara aktual. Dinding pengisi tersebut dipasang apabila struktur utama selesai dikerjakan sehingga pelaksanaannya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan finishing bangunan. Oleh sebab itu, dalam perencanaannya dianggap sebagai komponen non-struktur, bahkan keberadaannya tidak menjadi permasalahan dalam pemodelan struktur asalkan intensitas beban yang timbul sudah diantisipasi terlebih dahulu (missal dianggap sebagai beban merata). Meskipun dikategorikan sebagai komonen non-struktur tetapi mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi dengan portal yang ditempatinya terutama bila ada beban horizontal (akibat gempa) yang besar (Dewobroto, 2005). Pada daerah yang bukan merupakan wilayah gempa kuat, dimana pengaruh angin diabaikan, dinding pengisi adalah salah satu struktur yang paling umum digunakan untuk kontruksi yang bertingkat tinggi. Rangka hanya didesain untuk menahan beban gravitasi saja, dan dengan suatu metode desain yang ada, dinding pengisi dianggap cukup memberikan kekakuan lateral dari suatu struktur untuk menahan beban horizontal. Dari kontruksi yang sederhana sampai dengan yang bertingkat tinggi telah memperhitungkan keberadaan dinding pengisi sebagai salah satu struktur yang paling tepat dan

2

Page 3: jurnal ilmiah

ekonomis untuk bangunan tinggi (Smith and Coull, 1991). Dinding pengisi berinteraksi dengan portal pembatas (bounding frame) menjadi satu kesatuan ketika struktur mengalami beban gempa yang kuat. Dengan keberadaan dinding pengisi maka perilaku struktur portal maupun gaya – gaya dalamnya akan berbeda bila dibandingkan dengan struktur portal yang tanpa dinding pengisi. Oleh sebab itu dalam pemodelan struktur, keberadaan dinding pengisi yang bersifat permanen perlu diperhitungkan sebagai komponen struktural yang mampu memberikan kontribusi pada perencanaan.

Tinjauan Pustaka

Dinding Pengisi

Dinding pengisi adalah salah satu elemen bangunan yang membatasi dan melindungi suatu area (Anonimus, 2009). Material yang sering digunakan sebagai dinding pengisi adalah pasangan bata merah maupun pasangan batako. Ditinjau dari tampilan fisik geometri dinding pengisi yang menutup portal akan berfungsi sebagai panel yang bekerja bersamaan dengan struktur sehingga memberi efek kekakuan yang besar. Struktur portal tanpa dinding pengisi yang menerima beban horizontal akan mengalami deformasi lentur. Hal ini berbeda dengan deformasi yang terjadi pada struktur portal dengan dinding pengisi karena keberadaan dinding pengisi pada struktur tersebut

mampu mengurangi deformasi yang terjadi. Pada Gambar 2.1 berikut ditunjukkan struktur portal beton betulang dengan dinding pengisi

Gambar 2.1 Struktur portal dengan dinding pengisi

Sumber: (Smith and Coull, 1991)

Interaksi Dinding Pengisi dengan Portal

Meskipun dikategorikan sebagai komponen non-struktur, tetapi dinding pengisi mempunyai kecenderungan berinteraksi dengan portal yang ditempatinya terutama bila ada beban horizontal (akibat gempa) yang besar. Dinding pengisi memberi sumbangan yang besar terhadap kekakuan dan kekuatan struktur, sehingga perilaku keruntuhannya berbeda dibandingkan dengan portal terbuka. Pada Gambar 2.2 berikut ditunjukkan bagaimana interaksi dinding pengisi dengan portal yang direncanakan mampu menahan gaya geser.

3

Page 4: jurnal ilmiah

a. Interaksi dinding dengan portal b. Interaksi RangkBatang

Gambar 2.2 Prilaku struktur portal dengan dinding Sumber: (Smith and Coull, 1991)

Kegagalan struktur dengan dinding pengisi sering terjadi akibat kegagalan geser pada portal maupun dinding. Terdapat 3 (tiga) mode kehancuran yang teridentifikasi secara jelas karena interaksi antara portal dengan dinding pengisi akibat pembebanan lateral, yaitu (Dewobroto, 2005) :

Corner crushing (CC) ; bagian

sudut hancur, minimal salah satu

ujung diagonal

Diagonal compression (DC) ;

dinding pengisi hancur pada

bagian tengah diagonal

Shear (S) ; keruntuhan geser arah

horizontal pada nat sambungan

dinding

Pemodelan Dinding Pengisi

Dinding pengisi yang disertakan dalam pemodelan struktur dilakukan dengan menggunakan pemodelan strut diagonal ekivalen.

Pemodelan dinding pengisi sebagai ekivalen diagonal strut merupakan pemodelan struktur dengan dinding penngisi yang dianalogikan sebagai batang tekan diagonal yang memberikan penambahan kekuatan pada portal (Demir and Sivri, 2002). Tegangan yang terjadi pada dinding diperoleh berupa tegangan geser dan tegangan tekan berdasarkan gaya aksial strut yang diuraikan kearah horizontal dan arah vertikal.

4

Page 5: jurnal ilmiah

Dinding Pengisi dengan Pemodelan

Strut Diagonal Ekivalen

Pemodelan dinding pengisi dengan metode diagonal tekan ekivalen dimodelkan dengan batang yang dimensinya telah ditentukan terlebih dahulu. Lebar batang tekan sebagai strut diagonal ekivalen pada pemodelan dinotasikan sebagai Wef seperti pada Gambar 2.7 dibawah

Gambar 2.7 Estimasi lebar strut diagonal

Sumber: (Demir and Sivri, 2002)

Demir and Sivri (2002) memberikan pendekatan lebar strut (Wef) yang digunakan dalam pemodelan dinding pengisi adalah sebagai berikut :

W ef=0,175¿ dengan

λh=4√ Emt sin 2θ

4 Ec I c H c

(2.2)

Dimana : H = tinggi kolomHi = tinggi dinding pengisiL = panjang portalEc = modulus elastisitas dinding

pengisiθ = sudut diagonal strutIc = momen inersia kolomt = tebal dinding pengisi

Untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada dinding pengisi yang dimodel dengan strut diagonal ekivalen dilakukan dengan menguraikan gaya aksial yang terjadi pada strut kearah vertikal serta arah horizontal dan membagi masing – masing gaya tersebut dengan luas strut (Das and Murty, 2004). Hasil penguraian gaya aksial strut ke arah vertikal merupakan komponen tegangan tekan pada dinding pengisi, sedangkan hasil penguraian pada arah horizontal digunkan sebagai komponen tegangan geser dinding. Luas strut (Ae) yang disarankan oleh Das and Murty (2004) dirumuskan sebagai berikut :

Ae=W e . t

` We = lebar diagonal strutt = tebal dinding pengisi

Tegangan Dinding Pengisi Dalam Pendekatan Empiris

Konsep perilaku dinding pengisi yang dikembangkan saat ini merupakan perpaduan hasil penelitian, pendekatan analisis serta kecanggihan analisa model elemen hingga yang berkembang (Smith and Coull, 1991). Untuk memahami perilaku portal dengan dinding pengisi diperlukan penelitian lebih lanjut terutama penelitian dengan skala yang sebenarnya sehingga dapat diperoleh pendekatan desain perencanaan struktur portal dengan dinding pengisi.

Tegangan pada dinding pengisi meliputi tegangan geser, tegangan tarik diagonal dan tegangan tekan. Ketiga jenis tegangan menimbulkan kegagalan pada dinding pengisi berupa kegagalan

5

Page 6: jurnal ilmiah

geser, kegagalan tarik diagonal dan kegagalan tekan dimana dari ketiga jenis kegagalan tersebut dinding pengisi harus tetap mampu menahan beban yang terjadi pada struktur portal.

Tegangan Geser Pada Dinding Pengisi

Kegagalan geser yang terjadi pada dinding pengisi berkaitan dengan tegangan geser yang terdapat pada dinding ketika struktur tersebut menerima gaya lateral. Pada analisis model elemen diperoleh bahwa nilai tegangan geser kritis terjadi dibagian tengah dinding pengisi (Smith and Coull, 1991). Nilai tegangan geser secara empiris dapat dirumuskan sebagai berikut :

Tegangan geser τ xy=1,43Q

¿

Dimana :Q = gaya horizontal struktur portalL = panjang dinding pengisi pada

strukturt = ketebalan dinding

Tegangan Tarik Pada Dinding Pengisi

Tegangan tarik diagonal dipengaruhi oleh jenis dinding pengisi yang digunakan. Tegangan ini juga dipengaruhi oleh kekakuan struktur portal karena terjadi dibagian pojok bawah dan tengah dinding pengisi (Smith and Coull, 1991). Keruntuhan tarik diagonal pada dinding pengisi berkaitan dengan tegangan tarik diagonal maksimum yang terjadi pada dinding. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Smith and Coull (1991) tegangan tarik diagonal dapat dirumuskan :

Tegangan tarik diagonal σ d=0,58 Q

¿

(2.5)Dimana :Q = gaya horizontal yang terjadi

yang diberikan oleh struktur portal

L = panjang dinding pengisi pada struktur

t = ketebalan dindingBesarnya kuat tarik diagonal

dinding pengisi belum dapat dipastikan sehingga masih dalam batas pendekatan yang tetap digunakan sebagai pedoman menganalisis tegangan tarik dinding (Smith and Coull, 1991).

Tegangan Tekan Pada Dinding Pengisi

Pada penelitian struktur portal dengan dinding pengisi diperoleh bahwa panjang dinding pengisi yang menekan kolom di tiap tingkatnya bergantung pada kekakuan lentur kolom. Kolom yang lebih kaku menyebabkan tekanan gaya lateral pada kolom semakin luas sehingga tegangan tekan yang terjadi pada dinding menjadi lebih kecil (Smith and Coull, 1991). Pada penelitian diperoleh keruntuhan dinding pengisi pada bagian atas diperkirakan sama dengan panjang keruntuhan pada dinding pengisi di dekat kolom. Tegangan tekan pada dinding pengisi secara empiris dirumuskan :

Tegangan diagonal tekan

σ y=(0,8

hL−0,2)Q

¿

Q = gaya horizontal yang terjadi yang diberikan oleh struktur portal

6

Page 7: jurnal ilmiah

L = panjang dinding pengisi pada struktur

Gambar 2.8 Panjang interaksi dinding terhadap tekanan kolomSumber: (Smith and Coull, 1991

h = tinggi dinding pengisi pada struktur

t = ketebalan dinding

Pendekatan panjang keruntuhan dinding yang menekan kolom portal yang dinotasikan sebagai α dapat dianalogikan sebagai teori “beam on elastic foundation”. Pada gambar 2.8 diberikan pendekatan daerah tekan pada dinding pengisi yang terjadi pada pojok atas dinding.

Panjang keruntuhan dinding pengisi yang menekan kolom oleh Smith and Coull (1991) dirumuskan sebagai berikut :

∝= π2 λ dengan, (2.7)

λ=4√ Em t4 EIh

(2.8)

Dimana :Em = modulus elastisitas dinding

pengisiE = modulus elastisitas kolomI = inersia kolomh = dinding pengisit = tebal dinding pengisi

Parameter λ merupakan kekakuan dinding pengisi relatif terhadap kekakuan

lentur kolom yaitu semakin besar kekakuan kolom maka nilai λ akan semakin kecil sehingga dinding pengisi yang menekan kolom akan semakin panjang.

METODE

Pemodelan dan Perencanaan Struktur

Perencanaan struktur rumah susun pada tugas akhir ini menggunakan struktur beton bertulang. Pada perencanaan rumah susun ini yang ditinjau hanya portal yang mengalami deformasi terbesar untuk membandingkan hasil analisis pada pemodelan struktur dengan dan tanpa dinding pengisi. Untuk pemodelan struktur akan dibuat 3 model struktur dengan menggunakan software SAP 2000v11. Pemodelan struktur tersebut berupa pemodelan struktur tanpa dinding pengisi, pemodelan struktur dengan dinding pengisi menggunakan strut diagonal ekivalen dengan arah pembebanan gempa ke kanan dan dinding pengisi menggunakan strut diagonal ekivalen dengan arah

7

Page 8: jurnal ilmiah

pembebanan gempa ke kiri . Adapun denah penempatan dinding pengisi yang

bersifat permanen disajikan pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Denah penempatan dinding pengisi

Dalam perencanaan rumah susun ini langkah – langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :1. Estimasi Dimensi

Untuk menentukan dimensi struktur terlebih dahulu dilakukan estimasi dimensi. Perkiraan dimensi balok induk dalam perencanaan dimana balok pada bagian ujungnya ditumpu bebas, diperkirakan tinggi balok untuk portal arah Y adalah 1/10L sampai 1/15L. L yang dipakai adalah panjang bentang balok terpanjang yaitu 4.5 m. Maka dipakai 1/15L = 1/15*450 cm = 45 cm. Dan untuk pemilihan lebar balok biasanya diambil antara 1/12h sampai dengan 2/3h, maka diambil 2/3h = 2/3*45 cm = 30 cm. Sedangkan untuk portal arah X digunakan dimensi balok 25/30 cm. Dan untuk dimensi kolom disyaratkan memakai dimensi tidak

kurang dari 30cm untuk struktur yang direncanakan daktail penuh.

2. Pemodelan Struktur dengan SAP 2000v11

Adapun langkah – langkah pemodelan struktur rumah susun tersebut adalah sebagai berikut :

Menentukan Grid

Mendefinisikan Element Property

Pemodelan Struktur

Memasukkan karakteristik material

Mashing Area dan Devide Frame

Menentukkan Pembebanan

Menentukkan kombinasi beban dan

parameter desain

3. Kontrol Persyaratan Tulangan

8

Page 9: jurnal ilmiah

Setelah struktur selesai dimodel, maka dilakukan kontrol terhadap angka tulangan dengan ρmin< ρ < ρmax

yang didapat dari SAP 2000v11.

Jumlah tulangan atas dan bawah tidak boleh kurang dari 1,4bwd/fy dan rasio tulangan ρ tidak boleh melebihi 0,025, jika hasilnya tidak memenuhi maka dilakukan estimasi dimensi ulang.

Analisis Dan Perencanaan Struktur

Analisis dan perencanaan struktur portal dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :1. Analisis Struktur

Analisis struktur dilakukan menggunakan SAP 2000v11 dengan meninjau perilaku struktur serta momen dan gaya geser yang dihasilkan oleh beban kombinasi yang bekerja pada elemen struktur tersebut. Pada pemodelan struktur dengan dinding pengisi akan dilakukan analisis terhadap tegangan yang terjadi pada dinding pengisi berdasarkan analisa SAP 2000v11 dan dengan pendekatan empiris.

2. Perencanaan Penulangan

Perencanaan penulangan dilakukan berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dari perhitungan SAP 2000v11 yaitu berupa luas tulangan lentur dan geser dengan mengambil luas tulangan paling besar. Sedangkan output luas tulangan geser/sengkang adalah Av/s dengan unit mm2/mm atau unit panjang lain yang dipilih, sehingga jarak dan diameter sengkang dihitung tersendiri dan sengkang minimum ditetapkan sesuai SNI-03-2847-2002

untuk desain struktur beton bertulang.

3. Membandingkan Hasil Analisis dan

Perencanaan

Setelah analisis dan perencanaan untuk ketiga jenis model selesai, selanjutnya dilakukan perbandingan hasil analisis dan perencanaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Hasil Pemodelan Struktur

Analisis terhadap hasil pemodelan dilakukan dengan membandingkan deformasi, momen dan gaya geser yang terjadi pada portal masing – masing struktur. Selain itu dilakukan analisis tegangan dinding pada struktur yang dimodel dengan dinding pengisi dan akan dibandingkan dengan hasil tegangan berdasarkan pendekatan empiris. Berkaitan dengan perencanaan struktur maka akan dilakukan perbandingan terhadap kebutuhan tulangan kolom dan balok pada portal dengan dan tanpa dinding pengisi.

Luas Tulangan Struktur Portal

Berdasarkan analisa SAP 2000v11 pada masing – masing pemodelan struktur diperoleh luas tulangan yang diperlukan pada struktur portal. Pada struktur Model IIA dan Model IIB yang akan dibandingkan terhadap Model I adalah yang mendapatkan hasil tulangan yang terbesar diantara kedua Model tersebut. Berikut ini disajikan kebutuhan luas tulangan kolom dan balok pada struktur portal dari setiap model.

Luas Tulangan Kolom

Analisis perhitungan luas tulangan pada kolom didasarkan pada hasil analisis program SAP 2000 pada struktur daktail.

9

Page 10: jurnal ilmiah

Tabel 4.3 Luas tulangan lentur kolom struktur

Lantai keModel I ( OF) Model IIA (SD - ER) Model IIB (SD - EL)

Dim (mm) Luas (mm2) Dim (mm) Luas (mm2) Dim (mm) Luas (mm2)

1 K650/650 13671 K550/550 11129 K500/550 5284

2 K550/550 8848 K450/500 6294 K450/500 3000

3 K500/500 6476 K400/450 5227 K400/450 3567

4 K400/450 4427 K400/450 3697 K400/450 3483

5 K350/400 3204 K300/300 1581 K300/300 1535

Tabel 4.4 Luas tulangan geser kolom struktur

Lantai ke

Model I ( OF) Model IIA (SD - ER) Model IIB (SD - EL)Dim (mm) Luas (mm2/mm) Dim (mm) Luas (mm2/mm) Dim (mm) Luas (mm2/mm)

1 K650/650 2.254 K550/550 0.929 K550/550 0.845

2 K550/550 2.074 K450/500 0.444 K450/500 0.742

3 K500/500 1.836 K400/450 0.421 K400/450 0.561

4 K400/450 1.370 K400/450 0.375 K400/450 0.375

5 K350/400 0.855 K300/300 0.297 K300/300 0.250

Pada tabel 4.3 diperoleh bahwa struktur yang dimodel tanpa dinding pengisi memerlukan dimensi lebih besar dibandingkan struktur yang dimodel dengan dinding pengisi, dimana luas tulangan untuk dimensi K650/650 sebesar 13671 mm2. Sedangkan pada Model IIA dan Model IIB dimana dinding pengisi dimodel sebagai strut diagonal ekivalen memerlukan dimensi yang lebih kecil dengan luas tulangan yang lebih sedikit yaitu K550/550 dengan luas tulangan masing – masing sebesar 11129 mm2 dan 5284 mm2.

Untuk menahan geser yang terjadi maka diperlukan tulangan transversal pada kolom maupun balok

struktur. Kebutuhan tulangan transversal kolom diperoleh berdasarkan analisa SAP 2000v11. Luas tulangan transversal

yang diperlukan pada kolom diberikan pada tabel 4.4 diatas. Pada

tabel 4.4 diperoleh bahwa struktur Model I memerlukan luas tulangan geser sebesar 2,254 mm2/mm sedangkan pada struktur Model IIA dan Model IIB masing – masing memerlukan tulangan geser sebesar 0,929 mm2/mm dan 0,845 mm2/mm yang kemudian harus dicek terhadap syarat tulangan geser minimum dengan rumus :

Av=13

bws

fy (SNI 03-2847-2002)

10

Page 11: jurnal ilmiah

Untuk penulangan geser minimum kolom 650/650

Avmin

S=1

3bw s

fy =

253 x 320 = 0,026

mmPada tabel 4.22 penulangan geser

untuk Kolom 650/650 didapat 2,254

mm2/mm, maka digunakan tulangan sengkang Ø10 – 65 maka :

2 x14

π x (10)2

65 = 2,416

mm2

mm > 2,254

mm2/mm

Luas Tulangan Balok

Analisis luas tulangan balok didasarkan pada hasil analisis program SAP 2000v11 pada struktur daktail. Berikut disajikan rekapitulasi luas

tulangan longitudinal pada balok di daerah tumpuan maupun di daerah lapangan.

Tabel 4.5 Luas tulangan lentur balok portal arah X

ModelTulanga

n

Luas Tulangan Lentur Balok (mm2)

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5Tump

.Lap

.Tump

.Lap

.Tump

.Lap

.Tump

.Lap

.Tump

.Lap

.

Model I ( OF)atas 823 41 1000 58 915 43 849 60 620 89

bawah 718 166 897 186 818 170 765 185 592 149

Model IIA (SD - ER)

atas 394 41 337 37 316 34 276 30 217 19

bawah 217 132 217 124 206 121 180 120 119 76

Model IIB (SD - EL)

atas 378 37 288 33 271 33 222 31 217 21

bawah 217 119 188 116 177 117 145 116 127 69

Tabel 4.6 Luas tulangan lentur balok struktur portal arah Y

Model Tulangan

Luas Tulangan Lentur Balok (mm2)Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5

Tump. Lap.

Tump. Lap. Tump.

Lap. Tump. Lap.

Tump. Lap.

Model I ( OF)atas 1497 705 1492 744 1103 574 604 478 372 63bawah 1280 810 1242 842 880 667 478 478 177 135

Model IIA (SD - ER)

atas 785 449 784 401 738 277 486 224 351 56bawah 576 478 478 445 357 339 379 475 172 131

Model IIB (SD - EL)

atas 478 473 478 279 478 198 478 213 353 58bawah 462 501 322 434,65 242 338 351 310 217 135

Tabel 4.7 Luas tulangan geser balok struktur portal arah X

11

Page 12: jurnal ilmiah

Model

Luas Tulangan Geser Balok (mm2/mm)Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5

Tump. Lap.

Tump. Lap.

Tump. Lap.

Tump. Lap.

Tump. Lap.

Model I ( OF) 1.1940.38

3 1.0900.47

9 1.3170.45

9 1.1560.43

0 0.6440.28

1Model IIA (SD - ER) 0.821

0.221 0.684

0.208 0.608

0.208 0.532

0.208 0.247

0.208

Model IIB (SD - EL) 0.8260.24

2 0.7450.21

8 0.7110.20

8 0.6640.20

8 0.4300.20

8

Tabel 4.8 Luas tulangan geser balok struktur portal arah Y

Model

Luas Tulangan Geser Balok (mm2/mm)Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5

Tump. Lap.

Tump. Lap.

Tump. Lap.

Tump. Lap.

Tump. Lap.

Model I ( OF) 1.4060.29

2 1.4300.29

2 1.8160.29

2 0.9660.29

2 0.3230.11

8Model IIA (SD - ER) 1.116

0.292 0.738

0.292 0.377

0.218 0.441

0.292 0.208

0.000

Model IIB (SD - EL) 1.2350.29

2 0.7870.29

2 0.4470.00

0 0.3870.29

2 0.2080.00

0

Berdasarkan hasil analisis SAP 2000v11 pada tabel 4.5 dan table 4.7 diperoleh bahwa pada balok Model I luas tulangan longitudinal yang dibutuhkan paling besar diantara model struktur lainnya. Hasil tersebut diperoleh berdasarkan perbandingan tulangan serat atas pada tumpuan balok yaitu 1497 mm2. Luas tulangan longitudinal serat atas pada Model I tersebut 2 kali lebih besar jika dibandingkan dengan luas tulangan pada Model IIA dan struktur Model IIB.

Dari hasil perbandingan luas tulangan yang didapat pada Model IIA (SD-ER) dan Model IIB (SD-EL) yang akan dipakai sebagai perbandingan

dengan Model I (OF) adalah struktur Model IIA (SD-ER) karena menghasilkan luas tulangan yang lebih besar daripada struktur Model IIB (SD-EL), jadi struktur dengan dinding pengisi direncanakan dengan arah beban gempa dari kanan portal x.

Deformasi Struktur

Pada analisis portal yang dimodel dengan dan tanpa adanya dinding pengisi menggunakan program SAP 2000v11 diperoleh perbandingan deformasi yang terjadi pada masing-masing struktur di tiap tingkat akibat kombinasi pembebanan yang diberikan dengan mengambil salah satu portal sebagai

12

Page 13: jurnal ilmiah

acuan perbandingan. Pada tabel 4.9 berikut disajikan besar deformasi yang terjadi pada portal 5-5 masing-masing struktur pada kombinasi pembebanan D+L+E dengan beban gempa 30% pada

arah tegak lurus dinding dan 100% pada arah sejajar dinding .

Tabel 4.9 simpangan arah x kombinasi beban D + L + E

ModelDeformasi arah x (mm)

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai AtapModel I (OF) 2.866 8.625 14.969 21.591 28.868Model IIA (SD-ER) 2.160 5.307 8.715 12.000 14.886

Tabel 4.10 analisis Δs akibat gempa arah x pada portal 4-4 Model I

Lantai hx (m)Δs(mm

)

Drift Δs antar

tingkat (mm)

Syarat drift Δs (mm)

keterangan

5 15 28.868 7.277 10.588 memenuhi4 12 21.591 6.621 10.588 memenuhi3 9 14.969 6.345 10.588 memenuhi2 6 8.625 5.758 10.588 memenuhi1 3 2.866 2.866 10.588 memenuhi

Dasar 0 0 0 10.588 memenuhi

Tabel 4.11 analisis Δs akibat gempa arah x pada portal 4-4 Model IIA

13

Page 14: jurnal ilmiah

Lantai hx (m)Δs(mm

)

Drift Δs antar

tingkat (mm)

Syarat drift Δs (mm)

keterangan

5 15 14.886 2.886 10.588 memenuhi4 12 12.000 3.286 10.588 memenuhi3 9 8.715 3.408 10.588 memenuhi2 6 5.307 3.147 10.588 memenuhi1 3 2.160 2.160 10.588 memenuhi

Dasar 0 0 0 10.588 memenuhi

Menurut pasal 8.1.2 (SNI 03-1726-2002), untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung dalam segala hal simpangan antar tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak boleh lebih melampai dari :

h1-h5 = 3000 mm 0,03

R x hi =

0,038,5

x

3000 = 10,588.Berdasarkan hasil analisis

diperoleh jika syarat drift antar tingkat yang diijinkan adalah sebesar 10,588 mm sehingga simpangan yang terjadi pada struktur Model I, Model IIA, dan Model IIB masih memenuhi persyaratan kinerja batas layan.

Pada analisis struktur Model I diperoleh simpangan maksimum arah sejajar portal X untuk kombinasi pembebanan D+L+E sebesar 28.868 mm pada lantai atas, sedangkan pada Model IIA diperoleh simpangan maksimum sebesar 14.886 mm yang berarti deformasi yang terjadi pada struktur Model I 2 kali lebih besar daripada struktur portal dengan dinding pengisi pada struktur Model IIA.

Pada gambar 4.6 berikut disajikan grafik perbandingan deformasi struktur pada masing – masing

pemodelan akibat kombinasi pembebanan D+L+E.

0 5 10 15 20 25 30 350

1

2

3

4

5

6

M-I

M-IIA

Deformasi (mm)

Tin

gkat

Gambar 4.6 Grafik deformasi struktur Kinerja batas ultimit struktur

gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan antar tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam kondisi struktur gedung, yaitu untuk membatasi tejadinya keruntuhan struktur yang dapat membahayakan jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya antar

14

Page 15: jurnal ilmiah

gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (dilatasi) (SNI 03-1726-2002). Simpangan (Δm) dan simpangan antar tingkat (drift ultimit) ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut akibat pengaruh gempa nominal (Δs) dikalikan dengan suatu faktor pengali ξ. Untuk struktur gedung beraturan besarnya nilai faktor pengali dapat dihitung sebagai berikut :

ξ = 0,7Rξ = 0,7 (8,50)

ξ = 5,95Berdasarkan SNI-031726-2002,

untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, simpangan antar tingkat struktur gedung tidak boleh melampaui 0,02 kali tinggi tingkat bersangkutan. Maka untuk lantai 1 sampai dengan lantai 5 ;

h1-5 = 3000 mm Drift ultimit = 0,02 x hi = 0,02 x 3000 = 60 mm.

Tabel 4.12 Analisis Δm akibat gempa arah x pada Model I

Lantai hx (m)Δs(mm

)ξ Δm(mm

)Drift

ultimit (mm)

Syarat drift

ultimit (mm)

keterangan

5 15 28.868 5.95 172 43 60 memenuhi4 12 21.591 5.95 128 39 60 memenuhi3 9 14.969 5.95 89 38 60 memenuhi2 6 8.625 5.95 51 34 60 memenuhi1 3 2.866 5.95 17 17 60 memenuhi

Dasar 0 0.000 5.95 0 0 60 memenuhi

Tabel 4.13 Analisis Δm akibat gempa arah x pada Model IIA

Lantai hx (m)Δs(mm

)ξ Δm(mm

)Drift

ultimit (mm)

Syarat drift

ultimit (mm)

keterangan

15

Page 16: jurnal ilmiah

5 15 14.886 5.95 89 17 60 memenuhi4 12 12.000 5.95 71 20 60 memenuhi3 9 8.715 5.95 52 20 60 memenuhi2 6 5.307 5.95 32 19 60 memenuhi1 3 2.160 5.95 13 13 60 memenuhi

Dasar 0 0.000 5.95 0 0 60 memenuhi

Berdasarkan hasil analisis diperoleh jika syarat drift antar tingkat yang diijinkan adalah sebesar 60 mm sehingga simpangan yang terjadi pada struktur Model I, Model IIA dan Model IIB memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit.

Tegangan pada Dinding Pengisi

Pada pemodelan struktur dengan dinding pengisi, tegangan yang terjadi pada dinding perlu diperhatikan dan dibandingkan terhadap teori yang ada. Jenis tegangan yang terjadi pada dinding adalah tegangan geser, tegangan tarik dan tegangan tekan. Pada pemodelan dinding pengisi sebagai strut diagonal ekivalen, tegangan pada dinding diperoleh dengan menguraikan

gaya aksial yang terjadi pada batang strut diagonal menjadi gaya vertikal dan horizontal dan membagi gaya tersebut dengan luas batang strut diagonal (Das and Murty, 2004). Gaya vertikal merupakan komponen untuk memperoleh tegangan tekan pada dinding sedangkan gaya horizontal digunakan untuk memperoleh tegangan geser yang terjadi pada dinding pengisi.

Gaya aksial yang ditinjau pada model struktur adalah gaya aksial terbesar pada salah satu portal. Adapun gaya aksial yang diperoleh pada batang strut diagonal yang digunakan dalam menentukan tegangan geser dan tegangan tekan dinding disajikan pada tabel 4.14 berikut.

Tabel 4.14 Gaya aksial batang diagonal strut

Model Gaya Aksial Strut (N)

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai AtasModel IIA (SD - ER) 248749 296325 247738 185020 96742.08

Tabel 4.19 perbandingan tegangan geser dinding Model IIA dan Metode empiris

Model Tegangan Geser Dinding Pengisi (N/mm2)

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai AtasModel II ( Empiris) 1.346 1.188 0.988 0.688 0.312Model IIA (SD - ER) 1.759 2.328 1.946 1.453 0.855

16

Page 17: jurnal ilmiah

Tabel 4.20 Perbandingan tegangan tekan dinding Model IIA dan Metode empiris

Model Gaya Aksial Strut (N)

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai AtasModel II ( Empiris) 0.715 0.601 0.500 0.340 0.150Model IIA (SD - ER) 1.759 2.328 1.946 1.453 0.855

Sedangkan untuk Tegangan tarik maksimum pada dinding pengisi diperoleh σd = 0,546 N/mm2 dan harus lebih kecil dari kuat tarik dinding pengisi (fx) yang diijinkan. Kuat tarik dinding pengisi (fx) adalah :

f x=√151,8

≤ 2,152 N/mm2

Maka σd < fx

0,546 N/mm2 < 2,152 N/mm2

Tegangan tarik yang terjadi pada dinding pengisi memenuhi persyaratan kuat tarik maksimum dinding pengisi.

Keruntuhan Tekan Pada Dinding

Pada penelitian portal dengan dinding pengisi pengaruh gaya tekan pada sudut portal memberikan efek runtuh pada dinding di sudut portal (Smith and Coull, 1991). Panjang keruntuhan dinding tersebut dinotasikan sebagai α. Secara empiris panjang keruntuhan pada dinding dirumuskan sebagai berikut :

α = π

2 λ dengan λ = 4√ Em t

4 Elh

Gambar 4.7 Keruntuhan Dinding Akibat Tekan

Maka diperoleh panjang keruntuhan maksimum pada dinding

struktur Model IIA disebabkan akibat tekanan portal adalah 1,507 m.

Perbandingan Momen, Gaya Geser, dan Gaya Aksial Pada Portal

Berdasarkan analisa SAP 2000v11 pada masing – masing pemodelan struktur diperoleh nilai momen, gaya aksial, dan gaya geser pada balok dan kolom. Momen, gaya aksial, dan gaya geser yang ditinjau adalah akibat kombinasi pembebanan yang menghasilkan nilai momen, gaya geser, dan gaya aksial paling besar. Adapun momen pada

17

Page 18: jurnal ilmiah

kolom portal untuk masing-masing struktur disajikan pada tabel 4.22.

Pada struktur Model I diperoleh momen pada kolom lantai 1 sebesar 494222 Nm sedangkan pada Model IIA sebesar 121834 Nm. Momen pada struktur Model I tersebut 4 kali lebih besar dibandingkan dengan momen pada kolom struktur Model IIA yang dimodel sebagai strut diagonal ekivalen.

Selain perbandingan terhadap momen juga dilakukan perbandingan perbandingan gaya geser dan aksial yang terjadi. Adapun gaya geser dan gaya aksial kolom pada masing-masing struktur disajikan pada tabel 4.23 dan tabel 4.24 .

Berdasarkan tabel 4.23 diketahui jika gaya geser yang terjadi pada kolom Model I 3 kali lebih besar daripada gaya geser yang terjadi pada kolom Model IIA. Sedangkan berdasarkan tabel 4.24 diketahui jika gaya aksial yang terjadi pada kolom Model I 1,5 kali lebih besar dari gaya aksial yang terjadi pada kolom Model IIA yaitu dengan rasio sebesar 33 %.

Berdasarkan tabel 4.25 untuk portal arah X diketahui jika momen maksimum yang terjadi pada balok Model I 2 kali lebih besar daripada

momen maksimum yang terjadi pada balok Model IIA. Dan berdasarkan tabel 4.26 diketahui jika gaya geser maksimum yang terjadi pada balok Model I 2 kali lebih besar daripada gaya geser maksimum yang terjadi pada balok Model IIA.

Untuk portal arah Y berdasarkan tabel 4.27 diketahui jika momen maksimum yang terjadi pada balok Model I 2,5 kali lebih besar daripada momen maksimum yang terjadi pada balok Model IIA. Dan berdasarkan tabel 4.28 diketahui jika gaya geser maksimum yang terjadi pada balok Model I 2 kali lebih besar daripada gaya geser maksimum yang terjadi pada balok Model IIA.

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh maka momen dan gaya geser yang terjadi pada kolom dan balok struktur portal dengan dinding pengisi menghasilkan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan momen dan gaya geser yang terjadi pada struktur portal tanpa dinding pengisi. Hal ini disebabkan karena kekakuan pada struktur portal dengan dinding pengisi lebih besar dibandingkan kekakuan pada struktur portal tanpa dinding pengisi.

Tabel 4.22 Momen Kolom

Model Momen (Nm)

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai AtasModel I ( OF) 494222 240494 177345 110237 86666Model IIA (SD - ER) 121834 47770 40595 23983 5235

Tabel 4.23 Gaya geser kolom

18

Page 19: jurnal ilmiah

Model Geser (N)

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai AtasModel I ( OF) 319313 243668 193538 116766 57282Model IIA (SD - ER) 100887 51477 44014 25413 3441

Tabel 4.24 Gaya Aksial kolom

Model Aksial (N)

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai AtasModel I ( OF) 2399954 1764715 1081943 522738 78893Model IIA (SD - ER) 1605035 1060454 629265 298417 64486

Tabel 4.25 Momen yang terjadi pada balok portal arah X

Model

Momen (Nm)Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5

Tump. Lap. Tump. Lap. Tump. Lap.Tump

. Lap. Tump. Lap.Model I ( OF) 60863 9248 72300 8878 67409 6961 63134 5475 46040 4795Model IIA (SD - ER) 28887 2403 29969 3741 24083 3474 21458 3578 6717 1372

Tabel 4.26 Gaya geser yang terjadi pada portal arah X

ModelGeser (Nm)

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5Tump. Lap. Tump. Lap. Tump. Lap. Tump. Lap. Tump. Lap.

Model I ( OF) 67882 20890 79079 22254 74831 17534 71866 16864 50444 12912Model IIA (SD - ER) 34974 11956 35440 9373 300000 6892 27480 6034 9057 2573

Tabel 4.27 Momen yang terjadi pada balok portal arah Y

Model

Momen (Nm)Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5

Tump. Lap. Tump. Lap. Tump. Lap.Tump

. Lap. Tump. Lap.

Model I ( OF) 159565 103819 156973 10247911953

8 83779 53056 27793 11946 7007Model IIA (SD - ER) 62653 49579 45959 38676 35312 29834 24297 20890 5774 3386

19

Page 20: jurnal ilmiah

Tabel 4.28 Gaya geser yang terjadi pada portal arah Y

ModelGeser (Nm)

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5Tump. Lap. Tump. Lap. Tump. Lap. Tump. Lap. Tump. Lap.

Model I ( OF) 221782 3960221433

2 41154 168571 33687 60024 48730 20091 6134Model IIA (SD - ER) 95180 17779 72778 13329 56497 12682 35332 26385 10437 2322

Kontrol Gedung Terhadap Bahaya Guling

Gambar 4.8 Titik guling pada pondasi struktur gedung

Dalam perencanaan gedung tinggi perlu diperhitungkan terhadap bahaya guling supaya gedung yang dibangun tidak terjadi guling saat terjadi gempa. Lokasi dari gaya resultante dapat

dihitung dengan mengambil momen pada sembarang titik pada dasar dinding seperti titik 0 (Gambar 4.8)

Sehingga :Rv .eo + ∑ Mo =0 atau

Tahanan dasar terhadap geserMomenterhadap Tumit ( penyebab guling)

≥ 1.5

Maka dapat dihitung sebagai berikut :Tahanan terhadap geser adalah merupakan jumlah dari semua gaya

20

Page 21: jurnal ilmiah

vertikal yang bekerja yang dalam hal ini adalah berat dari struktur gedungTabel 4.29 Total gaya vertikal pada struktur gedung

Lantai ke- Berat (kg)Atap 174,8134 254,9153 258,3712 269,3871 287,099Dasar 175,609Total ( Σ V) 1420193.850

Dan momen penyebab guling adalah akibat dari gaya gempa yang dihitung dengan statik ekivalen adalah sebagai berikut :Tabel 4.30 Gaya momen penyebab guling

Lantai Zi Fi (kg) M (Kgm)

(m)

Atap 1511770.109 176551.638

Lantai 4 1213730.680 164768.165

Lantai 3 910437.625 93938.627

Lantai 2 6 7255.098 43530.591Lantai 1 3 3866.058 11598.174Lantai Dasar 0 0.000 0.000Jumlah ( Σ Mo) 490387.195

Sehingga F (guling) = 1420193.850490387.195

≥ 1.5

= 2.9 ≥ 1.5Karena rasio antara gaya vertikal dan momen penyebab guling ≥ 1.5 maka gedung rumah susun ini aman terhadap bahaya guling.

Perencanaan Fondasi

21

Page 22: jurnal ilmiah

Pada perencanaan fondasi data yang digunakan adalah berdasarkan gaya aksial terbesar yang diperoleh dari masing – masing Model. Pada analisis dengan SAP 2000v11 gaya aksial terbesar dengan kombinasi beban

1D+1L+1E yang diperoleh adalah pada Model I dimana gaya aksial dan momen yang diperoleh berdasarkan analisis SAP 2000v11 pada Model I masing – masing adalah sebesar 2399954 N dan 494222 Nm.

Gambar 4.15 Detail fondasi

22

Page 23: jurnal ilmiah

Gambar 4.16 Potongan I-I

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap model struktur dengan dan tanpa dinding pengisi dapat dijabarkan kesimpulannya sebagai berikut :1. Deformasi struktur tanpa dinding

pengisi 2 kali lebih besar dibandingkan deformasi struktur portal dengan dinding pengisi yang dimodel dengan strut diagonal ekivalen.

2. Tegangan yang terjadi pada dinding pengisi yaitu tegangan geser, tegangan tekan dan tegangan tarik baik yang dianalisis dengan pemodelan struktur maupun dengan pendekatan empiris masih dalam

batas – batas kekuatan bahan dinding yakni untuk tegangan geser sebesar 9.85% , tegangan tekan 81.74%, dan tegangan tarik 74.63%.

3. Analisis struktur dengan dinding pengisi yang dimodel dengan dinding sebagai strut diagonal ekivalen menghasilkan nilai momen, gaya geser dan gaya aksial yang lebih kecil dibandingkan struktur portal tanpa dinding pengisi.

4. Pada kolom struktur portal tanpa dinding pengisi diperlukan luas tulangan lentur sebesar 13671 mm2

dengan dimensi kolom K650/650 sedangkan kebutuhan tulangan longitudinal pada kolom struktur portal dengan dinding pengisi sebesar 11129 mm2 dengan dimensi kolom K550/550 sehingga kebutuhan

23

Page 24: jurnal ilmiah

tulangan longitudinal kolom portal tanpa dinding pengisi 1,2 kali lebih besar dibandingkan struktur portal tanpa dinding pengisi.

5. Perbandingan kebutuhan tulangan untuk portal arah x dan portal arah y ;

a. Untuk portal arah y : Pada balok struktur Model I (OF) diperlukan luas tulangan tarik maksimum sebesar 1497 mm2 sedangkan pada balok Model IIA (SD-ER) diperlukan luas tulangan tarik sebesar 785 mm2 yaitu 2 kali lebih besar dibandingkan struktur Model I (OF). Dan untuk tulangan lapangan balok struktur Model I (OF) diperlukan luas tulangan sebesar 842 mm2, sedangkan luas tulangan lapangan pada balok struktur Model IIA (SD-ER) diperlukan sebesar 478 mm2 sehingga kebutuhan tulangan balok struktur Model I (OF) 1,8 kali lebih besar dibandingkan luas tulangan yang diperlukan pada balok Model IIA (SD-ER).

b. Untuk portal arah x : Pada balok struktur Model I (OF) diperlukan luas tulangan tarik maksimum sebesar 1000 mm2 sedangkan pada balok striktur Model IIA (SD-ER) diperlukan luas tulangan tarik sebesar 897 mm2

yaitu 1,2 kali lebih besar dibandingkan portal tanpa dinding pengisi. Dan untuk tulangan lapangan balok struktur Model I (OF) diperlukan luas tulangan sebesar 185,59 mm2, sedangkan luas tulangan lapangan pada balok struktur

Model IIA (SD-ER) diperlukan sebesar 131,67 mm2 sehingga kebutuhan tulangan balok struktur Model I (OF) 1,4 kali lebih besar dibandingkan luas tulangan yang diperlukan pada balok Model IIA (SD-ER).

6. Dari kedua Model yaitu Model I (OF), Model IIA (SD-ER) didapatkan gaya aksial yang terbesar yaitu pada Model I (OF) sebesar 2399954 N, sehingga untuk perencanaan pondasi digunakan data struktur pada Model I (OF).

Saran – saran

Adapun saran – saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :1. Belum adanya pedoman perencanaan

sebagai suatu acuan dalam menganalisis dan merencanakan struktur portal dengan dinding pengisi sehingga perlu dibuat untuk di Indonesia.

2. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disarankan untuk memodelkan dinding pengisi dalam perencanaan gedung karena terbukti dinding pengisi lebih efektif dan efisien serta memenuhi kondisi aktualnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

Anonimus. 1989. Peraturan Bata Merah SNI 15-0686-1989, Badan Standarisasi Nasional.

24

Page 25: jurnal ilmiah

Anonimus. 2005. Buku Saku Pedoman KP dan TA, Tata Laksana Dan Panduan Penulisan, Program Sarjana Kurikulum 2004, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Bali

Anonimus. 2009. Dinding. http://www.wilkipedia.org/ensiklopedia/pdf. Diakses tanggal 30/12/2011.

Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2002.

Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002.

Bowles, Joseph E. 1997. Analisis Dan Desain Pondasi. Jakarta, Erlangga.

Das. D and Murty C.V.R. 2004. Brick Masonry Infills in Seismic Design of RC Framed Bulidings : Part 1 – Cost Implications. Diakses tanggal 31/12/2011.

Dewobroto. W. 2004. Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP 200 Edisi Baru, Alex Media Komputindo, Jakarta

Dewobroto. W. 2005. Analisa Inelastis Portal-Dinding Pengisi dengan “Ekuivalent Diagonal Strut”.http://www.sipil-uph.tripod.com. Diakses tanggal 11/12/2011.

Dorji, Jigme.2009. Seismic Performance of Brick Infilled RC Frame Structures in Low and Medium Rise Building in Bhutan. A Thesis Submitted for The Degree of Master Enginering. Centre for Built

Environment and Enginering Research Queensland University of Tecnology. Diakses Tanggal 17/01/2011

Parwata, I Gede Agus. 2010. Perencanaan Struktur Portal Gedung Dengan Dan Tanpa Dinding Pengisi (Kasus : Apartemen Grand Svasti Nusa Dua). (Tugas Akhir Yang Tidak Dipublikasikan, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana)

Purnama Yasa, Ngakan Made. 2011. Analisis Struktur Portal dengan dan Tanpa Dinding Pengisi Akibat Beban Gempa. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana.

Redana, I Wayan. 2009. Teknik Pondasi. Denpasar, Udayana University Press.

Sivri.M and Demir.F. Earthquake Response of Masonry Infilled Frame. Accessed on 06/01/2012.

Sivri.M, Korkmaz and Demir.F. Earthquake assessment of R/C Structures with Masonry Infill Walls. Accessed on 17/01/2012.

Sudika, I Gusti Made. Analisis Perilaku Struktur Portal dengan Dinding Pengisi Terhadap Beban Lateral Dengan Menggunakan Elemen Shell. Diakses tanggal 17/01/2012

Smith, B.S and Coull, A. 1991. Tall Buliding Structures Analysis and Design. Wiley Inter Science Publication. USA.

Vaseva, E. 2009. Seismic Analysis of Infilled R/C Frame with Implementation of a Masonry Panel Models. Accessed on 02/01/2012.

25

Page 26: jurnal ilmiah

26


Top Related