KEANEKARAGAMAN JENIS ARTHROPODA TANAH DI HUTAN KAMPUS
KEBUN KARET DAN SEMAK BELUKAR
LAPORAN PRAKTIKUM
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Ir. Wilyus, M.Si
DISUSUN OLEH:
Feby Ayu Riatma
NIM.D1D011040
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS JAMBI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman organisme yang
menunjukkan keseluruhan variasi dari gen, jenis dan ekosistem pada suatu wilayah.
Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk,
penampilan, komposisi jumlah, serta sifat – sifat yang terlihat dari tingkat terkecil yakni
gen sampai dengan tingkat terbesar yaitu ekosistem.
Keanekaragaman yang paling mudah untuk dikenali salah satunya adalah
keanekaragaman tingkat jenis baik itu flora maupun fauna. Keanekaragaman ini salah
satunya dapat dipengaruhi oleh tipe dari lingkungan. Dari jenis Fauna atau hewan yang
lingkungan hidupnya di tanah memiliki ukuran yang beranekaragam oleh karena itu
terdapat penggolongan yaitu mikrofauna, mesofauna dan makrofauna. Adapun untuk
contoh fauna tanah tipe makrofauna adalah golongan dari Filum Arthropoda Fauna
tanah, termasuk berperan penting dalam meningkatkan kesuburan tanah dan
penghancuran serasah serta sisa-sisa bahan organik.
Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia hewan dan mencakup
serangga, laba – laba, lipan, kalajengking dan lain – lain. Arthroppoda dapat ditemukan
diberbagai lingkungan hidup seperti di laut, di air tawar, darat dan udara. Kata
Artropoda berasal dari bahasa Yunani ἄρθρον árthron, "ruas, buku, atau segmen", dan
πούς (podos), "kaki", yang jika disatukan berarti "kaki berbuku-buku”. arakteristik
yang membedakan artropoda dengan filum yang lain yaitu: tubuh bersegmen, segmen
biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen
berpasangan, simetri bilateral, serta eksoskeleton mengandung kitin.
Jumlah dan jenis Arthropoda akan berbeda – beda sesuai dengan lingkungan
hidup dari Arthropoda itu sendiri. Oleh karena itu praktikum mengenai
Keanekaragaman Arthropoda pada berbagai tipe Hutan perlu dilakukan untuk
mengetahui berbagai jenis Arthropoda sebagai fauna tanah yang terdapat pada masing –
masing area.
1.2 Rumusan Masalah
Keanekaragaman hayati seperti Arthropoda memiliki variasi yang berbeda –
beda baik dari gen, jumlah, dan bentuk Arthropoda itu sendiri, dimana hal ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah perbedaan lingkungan hidup dari
Arthropoda. Arthropoda tanah dapat ditemui di berbagai tipe hutan yang dapat dijadikan
sebagai faktor penentu kesehatan (keseimbangan ekosistem).
Berdasarkan hal di atas, maka dapat di identifikasi permasalahan diantaranya,
yaitu:
1. Bagaimana keragaman, kesamaan antar komunitas, dan kekayaan jenis
Arthropoda tanah untuk masing – masing tipe habitat (hutan kampus, kebun
Karet, dan semak belukar) ?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil dari perhitungan
indeks keragaman, kesamaan antar komunitas, dan kekayaan jenis Arthropoda
tanah untuk masing – masing tipe habitat (hutan kampus, kebun Karet, dan
semak belukar) ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum mengenai Keanekaragaman
Arthropoda pada Berbagai Tipe Hutan adalah untuk mengetahui jenis Arthropoda yang
terdapat pada masing – masing area sekaligus mengetahui keragaman yang paling stabil
di antara tiga habitat yang berbeda (hutan kampus, kebun Karet, dan semak belukar)
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Definisi dan Karakteristik Umum Arthropoda
Filum Arthropoda (Yunani. Arthros, sendi + podos, kaki) terdiri dari 750.000
dari 1.000.000 spesies hewan yang telah diketahui. Arthropoda mencakup Kelas
Crustacea (udang, kepiting, remis); Kelas Insecta (serangga); Kelas Arachnida (laba-
laba, kalajengking, kutu), Kelas Chilopoda (lipan); Kelas Diplopoda (luing).
Tubuh bersegmen secara eksternal dalam berbagai macam tingkatan, embelan
bersendi yang mana keduanya terspesialisasi dengan berbagai macam cara dalam hal
bentuk dan fungsi pada berbagai Arthropoda untuk menyesuaikan hidup mereka. Semua
permukaan luar ditutupi oleh eksoskeleton organik. Karakteristik umum Arthropoda
adalah sebagai berikut memiliki bentuk tubuh yang simetris bilateral, dimana tubuh
terdiri dari kepala, toraks, dan abdomen yang terpisah, Sistem saraf, mata, dan organ
indra yang lain biasanya berukuran besar, menyediakan respons cepat terhadap
stimulus. Embelan satu pasang atau bahkan tidak ada. Otot banyak dan bervariasi yang
terdiri atas otot lurik bereaksi dengan cepat. Sistem sirkulasi terbuka (lakunar), jantung
dorsal dengan arteri (tanpa vena), selom tereduksi. Respirasi bervariasi dengan insang,
trakea, paru – paru buku atau permukaan tubuh. Eksresi dengan kelenjar koksa atau
kelenjar hijau dengan 2 sampai lebih tubulus Malpighi pada usus. Sistem saraf otak
anterior dihubungkan ke tali saraf ventral yang berpasangan dan ganglia dengan saraf di
setiap somit tubuh atau ganglia yang terkonsentrasi secara anterior. Kelamin umumnya
terpisah, fertilisasi sebagian besar terjadi secara internal atau partogenensis pada
golongan Crustacea dan serangga. Eksoskeleton mengandung kitin, mengeras, berganti
kulit pada selang waktu tertentu, dan dengan eksoskeleton yang berat tersebut membuat
Arthropoda tidak ada yang berukuran sangat besar. Banyak Arthropoda hidup
berkelompok dan memiliki organisasi sosial sesuai pembagian kerja atau kasta.
2.2 Pembagian Kelas dari Filum Arthropoda
1. Kelas Crustacea
Crustacea merupakan Classis dari Arthropoda yang hidupnya terutama
menempati perairan baik air tawar maupun air laut. Bernafas dengan menggunakan
insang. Tubuhnya terbagi menjadi : kepala (cephalo), dada (thorax) dan perut
(abdomen) atau kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalothorax.
Kepala biasanya terdiri dari empat segmen yang bersatu, pada bagian kepala itu terdapat
dua pasang antenna, satu pasang mandibular (rahang pertama) dan dua pasang maxilla
(rahang kedua). Bagian dada mempunyai embelan dengan jumlah yang berbeda - beda
yang diantaranya ada yang berfungsi sebagai alat gerak. Segmen bagian perut umumnya
sempit dan lebih mudah digerakan dibandingkan dengan bagian kepala dan dada dan
mempunyai embelan.
2. Kelas Insecta
Classis Insecta ini merupakan Athropoda yang tubuhnya terbagi atas: kepala,
dada, dan perut. Kepala mempunyia 1 pasang antenna dan dada dengan 3 pasang kaki
biasanya terdapat 1 atau 2 pasang sayap pada tingkat dewasa. Insecta merupakan hewan
yang paling besar jumlahnya dibandingkan dengan hewan-hewan yang lain. Mereka
dapat hidup hampir disemua tempat baik didarat maupun diair. Pernapasan dilakukan
dengan menggunakan tabung udara yang disebut trakea. Peredaran darahnya terbuka
karena tidak terdapat pembuluh-pembuluh balik dan kapiler. Oksigen terutama diangkut
oleh cabang-cabang trakea ke hampir seluruh bagian sel di dalam tubuhnya. Serangga
adalah makhluk yang berdarah dingin. Bila suhu lingkungan menurun, maka suhu tubuh
mereka juga akan menurun dan proses fisiologisnya menjadi lamban. Beberapa
serangga dapat hidup pada suhu yang rendah dan beberapa lagi mampu hidup pada suhu
tinggi. Serangga dapat tahan terhadap suhu rendah sebab mereka menyimpan etilen
glikol di dalam jaringan-jaringan mereka.
3. Kelas Arachnida
Tubuh golongan ini terdiri dari dua bagian yaitu : Cephalothorax, dan perut,
terdapat 6 pasang embelan pada cephalothorax, antena tidak ada. Pasangan embelan
yang pertama ialah : kelisere (chelicerae) yang berfungsi untuk merobek dan
melumpuhkan mangsanya. Kelenjar racun terdapat didalam kelisera, tetapi ada beberapa
species yang
kelenjar racunya terletak pada cephalothorax. Pasangan embelan yang kedua adalah
Pedipalpus yang digunakan untuk memegang makanan. Pasangan embelan selanjutnya
adalah merupakan empat pasang kaki jalan. Pada bagian perut tidak terdapat embelan.
Mempunyai mata sederhana biasanya 8 buah yang terletak di bagian kepala. Pernapasan
selain mempunyai trakea juga mempunyai paru-paru buku, terletak dibagian ventral
perut sebelah depan. Sistem peredaran darah terdiri dari : jantung, arteri vena dan
sejumlah sinus. Jantung terletak pada pericardium, kebagian depan diteruskan oleh aorta
yang bercabang-cabang kedalam jaringan-jaringan dibagian cephalothorax, kebagian
belakang oleh arteri caudal, juga terdapat tiga pasang arteri perut. Pada Ekskresi alat
yang digunakan berupa saluran Malpighi.
4. Kelas Chilopoda
Chilopoda disebut juga centipede, tubuhnya pipih dan bersegmensegmen.
Jumlah segmen tersebut tidak sama tergantung pada jenis spesiesnya yaitu berkisar
antara 15-17 segmen. Tiap segmen tersebut mempunyai sepasang kaki kecuali dua
segmen terakhir dan sebuah segmen dibelakang kepala. Pada segmen yang dibelakang
kepala tersebut terdapat 10 sepasang cakar beracun yang disebut maxilleped, digunakan
untuk membunuh mangsanya. Antena panjang terdiri dari 12 segmen atau lebih.
5. Kelas Diplopoda
Diplopoda disebut juga millipede. Tubuhnya bulat panjang dan terdiri dari 25-
100 segmen atau lebih tergantung jenis spesiesnya. Setiap segmen tampaknya
mempunyai dua pasang embelan. Sesungguhnya segmen tersebut tersususn rapat
sehingga kelihatan seperti satu segmen dan setiap segmen hanyalah mempunyai
sepasangm embelan. Mulut mempunyai sepasang mandibular (rahang) dan sepasang
maksila. Pada kepala terdapat sepasang antena yang pendek dimana pada antenna
tersebut terdapat rambut-rambut yang berfungsi sebagai indra pencium dan sederetan
kelenjar bau yang mengeluarkan suatu cairan yang tidak enak baunya sebagai alat
pertahanan. Hewan ini bergerak tidak begitu cepat dibandingkan dengan Chillopoda,
beberapa diantaranya ada yang dapat menggulungkan dirinya. Hidup pada tempat-
tempat yang gelap, tempat tempat yang lembab dan makananya berupa tumbuhan yang
telah menjadi busuk atau kadang-kadang tumbuhan yang masih hidup.
Berikut ini adalah Tabel Karakteristik Kelompok Arthropoda
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangbiakan Arthropoda
Menurut Jumar (2000) dalam Nurmahaningsih (2014), faktor-faktor yang berpengaruh
dalam kehidupan dan perkembangbiakan Arthopoda adalah sebagai berikut:
1. Faktor Dalam (Internal)
a. Kemampuan berkembang biak
Kemampuan berkembang biak arthropoda dipengaruhi oleh kepiridian dan fakunditas
serta waktu perkembangan (kecepatan berkembangbiak).
b. Perbandingan kelamin
Merupakan perbandingan antara jumlah individu jantan dan betina yang diturunkan oleh
arthropoda. Perbandingan ini merupakan faktor penting dalam menentukan cepatnya
kenaikan populasi.
c. Sifat mempertahankan diri
Untuk mempertahankan hidup, arthropoda memiliki alat atau kemampuan untuk
mempertahankan dan melindungi dirinya dari serangan musuh.
d. Siklus hidup
Siklus hidup merupakan suatu rangkaian berbagai stadium yang terjadi selama
pertumbuhannya, sejak dari telur sampai menjadi imago (dewasa).
e. Umur imago
Pada umumnya memiliki umur imago yang pendek. Ada yang beberapa hari, akan tetapi
ada juga yang sampai beberapa bulan.
2. Faktor luar (Eksternal)
a. Faktor fisis
1) Suhu
2) Kelembaban dari hujan
3) Cahaya
4) Angin
b. Faktor makanan
c. Faktor hayati
d. Faktor edafik
e. Faktor klimatik
f. Faktor biotik
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan di tiga lokasi berbeda yakni Hutan Kampus Universitas
Jambi, Kebun Karet (milik warga), dan Semak Belukar. Pemasangan perangkap dimulai
dari Hari Selasa, 21 Oktober 2014 dan dibongkar sekaligus diidentifikasi pada hari
Jum’at, 24 Oktober 2014.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan Praktikum ini adalah
Parang tajam, gunting, beberapa buah paku ukuran 2 inch, korek api, gelas plastik 9
buah, botol selai, deterjen secukupnya, air sebagai pelarut secukupnya, kertas karton
(kardus bekas) secukupnya dan beberapa ranting kayu sebagai penyangga perangkap.
3.3 Prosedur Kerja
a. Melubangi bagian pinggir botol sebagai tempat perangkap menggunakan korek
api, kegunaan lubang kecil ini adalah agar air yang tersimpan dalam gelas
perangkap dapat keluar ketika penuh oleh hujan.
b. Memasukkan satu sendok makan deterjen bubuk ke dalam setengah gelas
perangkap air kemudian diaduk sampai tercampur rata
c. Membuat lubang menggunakan parang pada tiap titik dibangun perangkap,
dengan mengusahakan bibir gelas perangkap sejajar dengan permukaan tanah
oleh karena itu lubang yang akan dibuat harus lebih dari panjang gelas. Setelah
itu membuat sedikit cekungan kiri kanan gelas menghindari saat terjadinya
hujan.
d. Memasang pasak dari ranting – ranting yang cukup kuat, kemudian meletakkan
kardus bekas sebagai atap bagi gelas perangkap kemudian dipaku agar tidak
lepas (mampu bertahan selama beberapa hari).
e. Mengeluarkan, menghitung serangga yang terjebak dalam perangkap setelah 3
hari dipasang kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi serangga –
serangga tersebut.
f. Data – data hasil identifikasi diolah menggunakan rumus yang telah ditetapkan
untuk mengetahui keragaman Arthropoda pada masing – masing lokasi.
3.4 Analisis Data
Data yang telah didapat dianalisis lebih lanjut menggunakan formula sebagai
berikut:
1. Indeks Keragaman Shannon-Wiener
H '=−∑i=1
S
( Pi )¿¿
Keterangan:
Pi : ∑ ni/N
H : Indeks Keragaman Shannon-Wiener
Pi : Jumlah individu suatu spesies/jumlah total seluruh spesies
ni : Jumlah individu spesies ke-i
N : Jumlah total individu
2. Indeks Kemerataan Jenis
J '= H '
H ' Maksimum =
H 'ln S
Keterangan:
J’ : Indeks Kemerataan Jenis
H’ : Indeks Keragaman Shannon-Wiener
S : Jumlah spesies yang ditemukan di suatu area
3. Indeks Dominansi Simpson
D=∑i=1
n
(Pi)2
Keterangan:
D : Indeks Dominasi Simpson
Pi : Jumlah individu suatu spesies/jumlah total seluruh spesies (ni/N)
4. Indeks Kekayaan Jenis Margallef
R 1=S−1ln N
Keterangan:
R1 : Indeks Kekayaan Jenis Margallef
S : Jumlah spesies yang ditemukan di suatu area
N : Jumlah total individu
5. Indeks Kesamaan antar Komunitas
Iss= 2 CA+B
x 100 %
Keterangan:
Iss : Indeks Kesamaan antar Komunitas
C : Jumlah nilai yang sama dan nilai terendah ( < ) dari jenis-jenis yang
terdapat dalam tiga lokasi yang dibandingkan
A : Jumlah jenis Arthropoda tanah di daerah 1
B : Jumlah jenis Arthropoda tanah di daerah 2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Indeks Keragaman Shannon – Wiener Wilayah Hutan Kampus
No.
NAMA SPESIES NAMA LOKAL
ni KR (%)
Pi In pi Pi Ln pi
1 Aedes,sp Nyamuk 1 3,85 0,038 -3,26 -0,1252 Oecophylla longinoda Semut
rangrang4 15,38 0,153 -1,87 -0,287
3 Camponotus caryae Semut hitam 1 3,85 0,038 -3,26 -0,1264 Gryllus bimaculatus Jangkrik 2 7,69 0,076 -2,56 -0,1975 Semut kecil 17 65,38 0,653 -0,42 -0,2776 Serangga kecil 1 3,85 0,038 -3,26 -0,125
Jumlah individu 26 100 -1,139
H '=−∑I=1
s
( pi∈Pi )
= - (-1,139)
= 1,139
J '= H 'ln S
=1,1391,791
= 0,635
D = ∑ ¿¿ pi=ni/N
= 0,4599
R 1=S−1ln N
=6−1ln 26
= 1,535
4.1.2 Indeks Keragaman Shannon – Wiener Wilayah Kebun Karet
NO NAMA SPESIES NAMA LOKAL
ni KR (%)
Pi In pi Pi Ln pi
1 Periplaneta sp kecoak 1 1,8181 0,0182 -4,007 -0,073
2 Semut kecil - 21 38,181 0,3818 -0,963 -0,368
3 Camponotus caryae Semut hitam 12 21,818 0,2182 -1,522 -0,332
4 Gryllus bimaculatus Jangkrik 15 27,272 0,2727 -1,299 -0,354
5 Mr. Y 5 9,0909 0,0909 -2,398 -0,218
6 Mr. x 1 1,8181 0,0182 -4,007 -0,073
Jumlah individu 55 100 -1,418
H '=−∑I=1
s
( pi∈Pi )
= - (-1,418)
= 1,418
J '= H 'ln S
=1,4181,791
= 0,791
D = ∑ ¿¿ pi=ni/N
= 0,2767
R 1=S−1ln N
=6−1ln 55
= 1,248
4.1.3 Indeks Keragaman Shannon-Wiener Wilayah Semak Belukar
No NAMA SPESIES NAMA LOKAL
ni KR (%)
Pi ln pi Pi ln pi
1 Periplaneta sp kecoak 2 10 0,1 -2,303 -0,2302 Semut kecil - 4 20 0,2 -1,609 -0,3223 Camponotus caryae Semut hitam 3 15 0,15 -1,897 -0,285
4 Gryllus bimaculatus Jangkrik 2 10 0,1 -2,303 -0,230
5 Araneus diadematus Laba-laba 1 5 0,05 -2,996 -0,150
6 Onicus asellus Kutu kayu 3 15 0,15 -1,897 -0,2857 Serangga kecil - 5 25 0,25 -1,386 -0,347Jumlah individu 20 100 -1,848
H '=−∑I=1
s
( pi∈Pi )
= - (-1,848) = 1,848
J '= H 'ln S
=1, 8481, 945
=
= 0,950
D = ∑ ¿¿ pi=ni/N
= 0,17
R 1=S−1ln N
=7−1ln 20
= 2,003
Tabel Perbandingan Tiap Indeks untuk Masing – masing Lokasi
Jenis IndeksTipe Hutan (Habitat)
Hutan Kampus Kebun Karet
Semak Belukar
Keragaman (H’) 1,139 1,4181,848
Kemerataan (J) 0,635 0,7910,950
Dominansi (D)0,4599
0,27670,17
Kekayaan jenis (R1)1,535
1,2482,003
4.1.4 Indeks Kesamaan antar Komunitas
4.1.4.1 Indeks Kesamaan antar Hutan Kampus dan Kebun Karet
Hutan Kampus Kebun Karet CSemut kecil 17 21 17Camponotus caryae 1 12 1Gryllus bimaculatus 2 15 2Total 20 48 20
Iss= 2 CA+B
x 100 %
Iss = 2 x 2020+48
x 100 % = 58,82 %
4.1.4.2 Indeks Kesamaan antar Hutan Kampus dan Semak Belukar
Hutan Kampus Semak Belukar CSemut kecil 17 4 4Camponotus caryae 1 3 1Gryllus bimaculatus 2 2 2Total 20 9 7
Is s= 2CA+B
x100%
Iss = 2 x720+9
x 100 % = 48,27 %
4.1.4.3 Indeks Kesamaan antar Kebun Karet dan Semak Belukar
Kebun Karet Semak Belukar CSemut kecil 21 4 4Camponotus caryae 12 3 3Gryllus bimaculatus 15 2 2Total 48 9 9
Iss= 2 CA+B
x 100 %
Iss = 2 x 948+9
x 100 % = 36,73 %
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah diutarakan di atas, dapat diketahui bahwa setiap
lokasi memiliki keanekaragaman Arthropoda tanah yang berbeda – beda meskipun
terdapat kesamaan untuk jenis Arthropoda tertentu. Kondisi topografi masing masing
lokasi tidak terdapat perbedaan yang cukup siginifikan dimana ketika pemasangan
perangkap sebagai sampel sama – sama berada pada kondisi yang datar.
Lokasi hutan kampus merupakan tegakan beranekaragam pohon (tegakan tidak
seumur) dimana pohon besar dan kecil dapat ditemui mulai memasuki hutan kampus
namun jumlah atau kerapatan vegetasi tentunya berbeda dibagian awal, bagian tengah
dan akhir hutan. Pada hutan kampus terdapat serasah – serasah yang menumpuk
meskipun dalam penyebaran yang tidak cukup merata karena sebagian tampak serasah
tebal sedangkan bagian yang lain tidak. Berdasarkan tabel hasil, diketahui pada Hutan
Kampus selama tiga hari pemasangan perangkap hanya terdapat enam jenis Arthropoda
tanah yaitu Nyamuk Aedes,sp ; Semut rangrang (Oecophylla longinoda), Semut hitam
(Camponotus caryae), Jangkrik (Gryllus bimaculatus), Semut kecil dan Serangga kecil
yang belum teridentifikasi karena keterbatasan informasi.Jumlah total Arthropoda yang
ditemui di Hutan kampus adalah 26 buah. Lokasi selanjutnya adalah Kebun karet milik
warga yang cukup terawat dengan baik. Pada kebun karet tersebut hanya terdapat
rerumputan sebagai Groundcover dan penyebaran rumput tersebut tidak merata. Serasah
yang dihasilkan oleh Karet tidak sebanyak serasah yang ditemui di hutan kampus.
Arthropoda yang ditemui di Kebun karet terdiri dari 6 spesies (2 diantaranya tidak
teridentifikasi), yakni Kecoa (Periplaneta sp), Semut hitam (Camponotus caryae),
Jangkrik (Gryllus bimaculatus), Semut Kecil, 2 serangga yang tidak teridentifikasi
diberi label dengan istilah Mr.Y dan Mr.X. Jumlah total seluruh individu yang
ditemukan di Kebun Karet jauh lebih banyak dibandingkan Hutan kampus yaitu 55
buah. Lokasi terakhir pemasangan perangkap adalah Semak belukar, yang didominasi
oleh Alang – alang (Imperata cilindrica) berbagai ukuran, Senduduk (Melastoma,sp),
Rumput teki (Cyperus rotundus), dan lain sebagainya. Arthropoda yang ditemui di
lokasi ini sebanyak tujuh jenis dimana jumlah ini sedikit melebihi daripada Arthropoda
yang ditemui di dua lokasi sebelumnya, diantarannya adalah Kecoa (Periplaneta sp),
Semut hitam (Camponotus caryae), Jangkrik (Gryllus bimaculatus), Semut Kecil, Laba
– laba (Araneus diadematus), Kutu kayu (Onicus asellus) dan Serangga kecil. Jumlah
total individu Arthropoda yang ditemui di Semak Belukar adalah 20 buah.
Indeks keragaman, Indeks kemerataan, Indeks Dominansi, Indeks Kekayaan
Jenis dan Indeks kesamaan antar Komunitas merupakan formula yang disusun untuk
menentukan keanekaragaman Arthropoda pada tiga habitat (tipe hutan) yang berbeda.
Lokasi hutan Kampus memiliki indeks keragaman Shannon-Wiener sebesar 1,139,
lokasi kedua yaitu Kebun Karet memiliki indeks keragaman sebesar 1,418 dan lokasi
ketiga Semak Belukar memiliki indeks keragaman sebesar 1, 848. Nilai yang berkisar
sedemikian rupa tersebut termasuk dalam kriteria Keragaman Sedang karena tidak ada
nilai keragaman setiap lokasi kurang dari 1 sehingga dapat dikatakan bahwa ekosistem
masing – masing lokasi mempunyai kestabilan yang sedang. Indeks kemerataan untuk
lokasi pertama (Hutan kampus) sebesar 0,635, indeks kemerataan lokasi kedua (Kebun
karet) sebesar 0,791 dan indeks kemerataan lokasi ketiga (Semak belukar) adalah
sebesar 0,950. Indeks kemerataan terbesar dimiliki oleh Lokasi Semak Belukar, yaitu
0,950 dimana nilai tersebut mendekati 1 yang artinya kemerataan penyebaran setiap
Arthropoda lebih baik dibandingkan kedua lokasi lainnya, hal ini kemudian akan
berhubungan dengan indeks Dominansi. Indeks Dominansi Simpson digunakan
mengetahui pemusatan dan penyebaran jenis-jenis Arthropoda yang dominan. Apabila
ada salah satu spesies yang dominan maka dapat dinyatakan bahwa penyebaran antar
spesies di suatu habitat tidak merata dimana ada banyak faktor yang mempengaruhi hal
tersebut. Indeks dominansi tertinggi terdapat pada lokasi Hutan kampus dengan nilai
0,4599 kemudian dilanjutkan tertinggi kedua adalah Kebun karet yaitu 0,2767 dan
indeks dominansi terendah dimiliki oleh Semak belukar yakni 0,17. Indeks Kekayaan
jenis Margallef merupakan indeks yang menunjukkan kekayaan jenis suatu komunitas,
dimana besarnya nilai ini dipengaruhi oleh banyaknya jenis dan jumlah individu pada
areal tersebut. Indeks kekayaan jenis pada Lokasi hutan kampus bernilai sebesar 1,535
yang merupakan nilai kekayaan jenis terbaik kedua setelah lokasi Semak Belukar yaitu
2, 003 sedangkan indeks kekayaan jenis paling rendah terdapat pada lokasi Kebun Karet
yaitu 1.248. Akan tetapi jika dimasukkan ke dalam kriteria Margallef, ketiga lokasi
pengamatan memiliki indeks kekayaan jenis yang tergolong rendah karena R1 kurang
dari 3,5 sedangkan untuk mencapai kekayaan jenis yang tinggi R1 harus melebihi 5,0.
Komposisi Arthropoda dapat dilihat melalui persentase dari Kerapatan relatif
(%KR). Kerapatan relatif masing – masing lokasi berbeda – beda sehingga dapat
dikelompokkan menjadi kerapatan tinggi, kerapatan sedang dan kerapatan rendah.
Lokasi pertama (hutan Kampus) KR tertinggi dimiliki oleh spesies Semut kecil sebesar
65,38% , kerapatan sedang dimiliki oleh spesies Semut rangrang dan Jangkrik masing-
masing 15,38% dan 7,69% sedanga kerapatan terendah terdapat pada Semut hitam,
Nyamuk dan Serangga kecil. Lokasi kedua (Kebun Karet) , spesies dengan kerapatan
tertinggi adalah Semut kecil sebesar 38,18% dan Jangkrik 27,27% , spesies dengan
kerapatan sedang adalah Semut hitam 21,81% dan kerapatan terendah dimiliki oleh
spesies Kecoa, Mr.Y dan Mr.X. Kerapatan tertinggi pada Lokasi ketiga (Semak
Belukar) adalah pada spesies Serangga kecil sebesar 25 % dan Semut kecil 20%, untuk
kerapatan sedang terdapat spesies Semut hitam, Kutu Kayu masing – masing 15% dan
Kecoa, Jangkrik masing – masing 10% sedangkan kerapatan kecil terdapat pada spesies
Laba-laba 5%.
Indeks kesamaan antar Komunitas merupakan suatu koefisien untuk mengetahui
kesamaan jenis Arthropoda tanah di antara dua daerah yang berbeda. Praktikum
dilakukan di tiga lokasi yang berbeda oleh karena itu untuk mencari indeks kesamaan
maka Hutan kampus dibandingkan dengan Kebun Karet; Hutan kampus dibandingkan
dengan Semak Belukar dan terakhir Kebun Karet dibandingkan dengan Semak Belukar.
Antara hutan Kampus dan Kebun Karet, spesies dominan dan sama yang ditemui adalah
Semut kecil, Jangkrik dan Semut hitam dimana antara kedua lokasi tersebut indeks
kesamaan bernilai sebesar 58,82%. Antara hutan kampus dan Semak belukar, spesies
Arthropoda yang dominan dan sama adalah sama dengan sebelumnya yaitu Semut kecil,
Semut hitam dan Jangkrik dengan nilai 48,27%. Perbandingan antara Kebun Karet dan
Semak belukar adalah 36,73% dimana spesies yang dominan dan sama adalah tetap
Semut kecil, Semut hitam dan Jangkrik. Nilai koefisien kesamaan antar komunitas
berkisar antara 0 – 100% dimana semakin mendekati nilai 100% keadaan habitat
mempunyai kesamaan yang tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah dituliskan di atas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Jumlah spesies yang paling banyak ditemui dari tiga lokasi pengamatan
adalah Semak belukar (7 spesies), sedangkan Hutan Kampus dan Kebun
Karet hanya ditemui 6 spesies.
b. Jumlah individu terbanyak dari setiap spesies adalah Kebun Karet (55
individu), Hutan Kampus (26 individu) dan Semak Belukar (20 individu).
c. Semak belukar merupakan lokasi yang memiliki keragaman yang tinggi,
ditambah dengan kemerataan yang paling tinggi (mendekati 1) dan memiliki
dominansi yang rendah yaitu 0,17 sehingga dapat dikatakan bahwa spesies
yang di dalam semak belukar menyebar merata dan hanya sedikit sekali
spesies yang berkembang dengan dominan. Semak belukar mempunyai
kekeyaan jenis yang paling tinggi dibandingkan dua lokasi lainnya meskipun
masih termasuk ke dalam kriteria kekayaan jenis tergolong rendah (R1 <
3,50).
d. Spesies yang dominan dan sama yang ditemukan dari tiga lokasi pengamatan
adalah Semut kecil, Semut hitam dan Jangkrik serta antara Hutan Kampus
dan Kebun Karet memiliki kesamaan komunitas yang lebih dekat yakni
sebesar 58,82 %.
5.2 Saran
Dalam praktikum (pengamatan) dilakukan secara benar agar tidak terjadi bias
yang besar pada data yang telah diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Achrom, Mochamad. 2004. Tesis: Keanekaragaman Arthropoda Pada Ekosisitem
Hutan Pinus Dan Hutan Eucalyptus Di Aek Manuli Simalungun. Medan. USU
Nurmahaningsih. 2014. Skripsi: Komposisi Dan Keanekaragaman Jenis Arthropoda
Tanah Lantai Hutan Cagar Alam Ulolanang Kecubung Kabupaten Batang.
Semarang.IKIP PGRI.
Subekti, Niken. 2012. Keanekaragaman Jenis Serangga di Hutan Tinjomoyo Kota
Semarang, Jawa Tengah. Semarang. FMIPA Universitas Negeri Semarang
http://biologicallytested.wordpress.com/ (Diakses tanggal 01 November 22.30 WIB)
LAMPIRAN
(gelas perangkap) (paku)
(Deterjen) (parang)
(Kardus penutup)
(Air)
(Fit Fall Trap yang siap pakai)
(Proses pengeluaran Arthropoda sekaligus pengidentifikasian)
(Salah satu contoh Arthropoda yang dikeluarkan dari perangkap)