Download - Lapsus Kds

Transcript

3

BAB I

PENDAHULUANKejang bukan suatu penyakit, tetapi gejala dari suatu atau beberapa penyakit, yang merupakan manifestasi dari lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel-sel neuron otak oleh karena terganggu fungsinya. Kejang demam pada anak merupakan kelainan neurologik yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Kejang demam adalah tipe kejang yang paling sering terjadi pada anak. Walaupun telah dijelaskan oleh bangsa Yunani , baru pada abad ini kejang demam dibedakan dengan epilepsy. 1,2

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal daiatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (ekstrakranial : ekstra = di luar, kranium : rongga tengkorak. Ekstrakranial : di luar rongga tengkorak).3Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidak sama, tergantung dari nilai ambang kejang masing-masing. Setiap serangan kejang pada anak harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat apalagi pada kasus kejang yang berlangsung lama dan berulang. Karena keterlambatan dan kesalahan prosedur akan mengakibatkan gejala sisa pada anak atau bahkan menyebabkan kematian.2Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan 5 tahun. Angka kejadia Kejang demam 2-5 anak dari 100 anak berumur 28 hari. Perkembangan terlambat. Anak dengan pengawasan. Kadar natrium rendah. Temperatur yang tinggi.Bila seorang anak mempunyai 2 atau lebih faktor resiko tersebut diatas,maka resiko untuk mendapatkan kejang demam kira- kira 30%6.

Faktor resiko kejang demam berulang

Usia muda kurang dari 12 bulan Riwayat kejang demam Cepat timbulnya kejang setelah demam

Temperatur yang rendah saat timbulnya kejang(< 380C) Riwayat keluarga epilepsi.Rekurensi lebih sering bila serangan pertama terjadi pada bayi berumurkurang dari 1 tahun yaitu sebanyak 50% dan bila terjadi pada usia lebih dari 1tahun resiko rekurensi menjadi 28%6.Faktor resiko menjadi epilepsi

Seluruh jenis epilepsi termasuk absens, tonikklonik umum, dan partial kompleks dapat terlihat pada pasien dengan riwayat kejang demam. National Institute ofNeurologic Disoder and Stroke (NINDS) Perinatal Colaborative project(NCPP) melaporkan tingginya resiko epilepsi seperti berikut:

Perkembangan abnormal sebelum kejang demam pertama. Riwayat keluaga dengan epilepsi. Kejang demam kompleksEnam puluh persen anak dengan kejang demam tidak memiliki satupun dari faktor resiko diatas, 2% akan berkembang epilepsi sebelum usia 7 tahun. Dari 34%anak dengan 1 faktor resiko 3% akan menjadi epilepsi dan jika mempunyai 2 atau 3 faktor resiko maka kejadian epilepsy akan menjadi 13%4.3.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada anak kejang ditujukan selain untuk mencari etiologi kejang juga untuk mencari komplikasi akibat kejang yang lama. Jenispemeriksan laboratorium disesuaikan dengan kebutuhan. Pemeriksaan yang dianjurkan pada kejang yang pertama adalah kadar glukosa darah, elektrolit, hitung jenis dan protrombin time. Pada kejang demam beberapa peneliti menemukan kadar yang normal terhadap pemeriksaan diatas, oleh karenanya tidak diindikasikan pada kejang demam, kecuali bila didapatkan kelainan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Bila dicurigai adanya meningitis bakterialis dilakukan pemeriksaan kultur darah, dan kultur cairan cerebrospinalis.8,92. Pungsi lumbal

Pemeriksaan cairan cerebrospinalis dilakukan untik menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien dengan kejang demam yangpertama. Selain itu pungsi lumbal dapat dipertimbangkan pada pasien dengan kejang disertai penurunan status kesadaran, kaku kuduk, perdarahan kulit, gejala infeksi, paresis, peningkatan sel darah putih, atau tidak adanya faktor pencetus yang jelas. Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas sehinggapungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 12 bulan,dianjurkan pada pasien berumur 12- 18 bulan dan dipertimbangkan pada anakberumur diatas 18 bulan.3. Elektroensefalografi

Saat ini EEG tidak diindikasikan untuk anak-anak dengan kejang demam sederhana, karena hasil studi menunjukan bahwa mayoritas dari anak-anak dengan kejang demam sederhana mempunyai gambaran EEG yang normal. Akan tetapi EEG yang dikerjakan 1 minggu setelah kejang demam dapat abnormal, biasanya berupa perlambatan di bagian posterior. Kira- kira30% penderita yang mengalami perlambatan di posterior akan menghilang 7-10 hari kemudian. Menurut American Academy of Pediatric EEG tidakdianjurkan pada penderita kejang demam sederhana maupun kompleks.104. Neuroimaging

Pemeriksaan ini meliputi CT Scan dan MRI. Kedua pemeriksaan ini diindikasikan pada pasien yang dicurigai terdapat lesi intrakranial berdasarkan adanya riwayat pemeriksaan neurologis yang abnormal. MRI dapat dipertimbangkan pada anak dengan kejang yang sulit diatasi, epilepsi lobus temporalis, perkembangan terlambat tanpa adanya kelainan pada kelainan pada CT Scan dan bila terdapat lesi ekuivokal pada CT Scan.

3.9 DIFERENSIAL DIAGNOSIS

1. Meningitis2. Ensefalitis3. Obat- obatan tertentu seperti difehidramin, anti depresan trisiklik,ametamin, dan kokain.4. Dehidrasi yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air dan elektrolit3.10 KOMPLIKASI

Komplikasi jarang terjadi pada kejang demam sederhana, sedang kejang demam kompleks dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang mungkin dapat terjadi,yaitu:10,111. Kerusakan sel otak

Pada kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan O2 dan energi untuk kebutuhan otot skelet yang akhirnya hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat oleh karena metabolism anaerob, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meninggi disebabkan meningkatnya aktivitas dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian di atas adalah penyebab tejadinya kerusakan neuron otak. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.

2. Epilepsi Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangankejang yang berlangsung lama. Dapat menjadi matang dikemudian hari,sehingga sering terjadi serangan epilepsi spontan dikemudian hari.

3. Penurunan IQ

Ganguan intelek dan gangguan belajar jarang terjadi pada kejang demam sederhana. Ellenberg dan Nelson melaporkan bahwa IQ pada 42 pasien kejan gdemam tidak berbeda bila dibandingkan dengan saudara kandungnya yang tidak menderita kejang demam. IQ lebih rendah ditemukan pada pasien kejang demam yang berlangsung lama dan sebelumnya telah terdapat gangguanperkembangan atau kelainan neurologis. Selain itu resiko retardasi mental padapasien dengan kejang demam yang berulang menjadi 5x lebih besar4,9,11.4. Kelumpuhan

Hemiperesis biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari setengah jam) baik bersifat umum atau fokal. Mula mula kelumpuhan bersifat flasid tetapi setelah 2 minggu spastisitas.

3.11 PENATALAKSANAAN

Pada tatalaksana kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan4:1.Pengobatan pada fase akut2.Mencari dan mengobati penyakit3.Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam1.Pengobatan pada fase akut

Pada sebagian kejang besar kasus kejang demam sering kali kejang berhenti sendiri. Dan untuk mencegah agar kejang tidak berulang kembali sebaiknya diberikanprofilaksis anti konvulsan karena kejang masih dapat kambuh selama anak masih demam. Pada anak yang masih mengalami kejang dilakukan perawatan yang adekuat meliputi: semua pakaian yang ketat dilonggarkan, kemudian penderita dimiringkan agar jangan terjadi aspirasi ludah atau lendir dari mulut, jalan napas harus bebasagar oksigenasi terjamin, bila perlu diberikan tambahan oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, keadaan jantung, tekanan darah, suhu tubuh, pernapasan perlu diikuti dengan seksama. Suhu yang tinggi harus segera diturunkan dengan kompres atau pemberian antipiretik. Kejang harus segera dihentikan untuk mencegah agar tidak terjadi kerusakan pada otak, meninggalkan gejala sisa atau bahkan menyebabkan kematian. Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam.Diazepam dapat diberikan secara intravena atau intratekal. Dosis intravena 0,3-0,5 mg diberikan secara perlahan- lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg, bila kejang berhenti sebelum dosis habis hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang selain itu diazepam tidak boleh diberikan secara intramuskuler karena absorpsinya tidak baik. Bila kejang belum berhenti juga setelah pemberian diazepam ulangan diberikan fenitoin dengan dosis awal 20mg/kgBB/menit atau kurang dari50mg/menit. Dosis selanjutnya diberikan 4-8mg/kgBB/hari (dosis pemeliharaan),12- 24 setelah dosis awal. Jika masih kejang rawat di Ruang Rawat Intensif, berikan fenobarbital dosis 10- 20 mg/kgBB dan pasang ventilator bila perlu.

2. Mencari dan mengobati penyakit

Mencari faktor penyebab sesuai dengan pemeriksaan penunjang yang tersedia. Kejang demam biasanya disebabkan oleh suatu infeksi sehingga pemberian antibiotik yang tepat sangat di perlukan. Efektif menurunkan suhu tubuh sehingga anak tampak lebih tenang, meskipun tidak terbukti dapat mengurangi resiko rekurensi. Antipiretik yang digunakana ntara lain:

Parasetamol atau Asetaminofen 10- 15 mg/kgBB/x dan diberikan sebanyak 4x sehari Ibuprofen 10 mg/kgBB/x diberikan sebanyak 3x sehari Antikonvulsan

Antikonvulsan hanya diberikan pada waktu pasien demam dengan ketentuan orang tua atau pengasuh pasien mengetahui dengan cepat adanya demam pada anak. Dapat diberikan diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB/hari tiap 8 jam saat demam atau diazepam rectal 0,5 mg/kgBB/hari setiap 8 jam bila demam diatas 380C. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia4,9.

3. Profilaksis jangka panjang ( rumat)

Pengobatan rumat adalah pengobatan yang diberikan terus- menerus untukwaktu yang cukup lama. Pengobatan ini diberikan bila terdapat lebih dari sat ukeadaan dibawah ini6:

Kejang demam lebih dari15 menit Adanya defisit neurologist yang jelas baik sebelum demam maupun setelah demam Kejang demam fokal Adanya riwayat epilepsi dalam keluargaDipertimbangkan bila terdapat lal- hal dibawah ini: Kejang demam pertama pada umur dibawah 12 bulan. Kejang berulang dalam waktu 24 jam Kejang demam berulang (lebih dari 4 kali pertahun)Obat rumat yang dapat menurunkan resiko berulangnya demam hanya fenobarbital (3-5mg/kgBB/hari.dibagi dalam 2-3 dosis) dan asam valproat (15-40 mg/kgBB/hari dan dibagi dalam 2 dosis per hari), obat ini diberikan terus menerus selama satu tahun setelah kejang terakhir kemudian dihentikan secarabertahap selama 1-2 bulan. Gangguan prilaku dan kesulitan belajar adalah efeksamping pemakaian fenobarbital setiap harinya, sedangkan pemakaian asam valproat pada usia kurang dari 2 tahun dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hati, sehingga jangan lupa diperiksakan kadar SGOT dan SGPT setelah 2 minggu, satu bulan kemudian setiap 3 bulan2,7.3.12 PROGNOSIS

Dengan penanggulangan yang cepat dan tepat, prognosisnya baik dan tidakmenyebabkan kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar antara 25-50% dan umumnya terjadi pada 6 bulan pertama,11.3.13 PENCEGAHAN

Meskipun belum diketahui dengan pasti efektifitasnya dalam meminimalkan resiko kejang demam namum cukup beralasan bila dilakukan pengawasan danpengontrolan demam, oleh karena kejang diprovokasi oleh demam. Obat yangbiasanya diberikan adalah Asetamonofen atau Ibuprofen yang diberikan sebanyak3-4 kali sehari. Menurunkan demam juga dapat dilakukan dengan kompre smenggunakan air hangat.Walaupun kejang demam tidak terlalu berbahaya tetapi disarankan kepada orang tua untuk membawa anak dengan kejang demam bila:

Keaadan anak tidak cepat membaik, meskipun kejang telah berhenti Kejang berlangsung lebih dari 5 menit Terdapat kejang berulang segera setelah kejang pertama berhenti Anak kesulitan bernapasSelain itu pasien dengan kejang demam dapat pula dirujuk kerumah sakit apabila menunjukkan tanda- tanda9: Kejang demam kompleks Hiperpireksia Kejang demam pertama Usia dibawah 6 bulan Dijumpai kelainan neurologisBAB IVANALISIS KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kebanyakan kejang demam terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang mendadak, dan paling sering terjadi selama hari pertama demam. Biasanya demam yang mencetuskan kejang demam pada disebabkan oleh suatu infeksi pada tubuh anak. Infeksi yang paling sering adalah infeksi saluran atas, otitis media, campak, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Pada pasien ini terjadi infeksi saluran pernapasan atas seperti adanya gejala batuk, pilek sebelum terjadinya kejang. Gejala tersebut dapat dicetuskan dengan keadaan rumah pasien yang jendela kamarnya jarang dibuka, sehingga cahaya tidak dapat masuk dan kamar menjadi lembab dan menyebabkan sirkulasi udara didalam ruangan tidak bagus. Terdapat hubungan antara diagnose dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitarb. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga Pasien anak pertama .Orang tua pasien mempunyai pekerjaan seorang buruh dan ibu rumah tangga. Tidak ada anggota keluarga yang pernah kejang- kejang Tidak terdapat hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluargac. Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini. Dilihat dari usia

Menurut konsesus kejang demam terjadi pada 2-4 % anak berumur 6 bulan 5 tahun.

Dan pada kasus ini didapatkan usia anak 6 bulan dan masih dikaegorikan dalam kejang demam.

Penyebab kejang demam

Pada kasus ini penyebab kejang demamnya tidak di ketahui. Tetapi perlu dilakukan pemeriksaan yaitu perlu di konsulkan pada Sp.THT.

Tinggi suhu badan pada KD

Pada kasus ini KD pada anak ini didapatkan suhu 38C dimana pada mayoritas kasus, KD timbul dalam kurun waktu 24 jam pertama mulainya demam. Dimana pada anak ini 3 hari sebelumnya ada riwayat demam, batuk dan pilek.

Lama KD

Pada kasus ini kejangnya bersifat umum yang berlangsung singkat . Dimana pada kasus ini kejangnya kurang dari 15 menit.

Pada pemeriksaan fisik pada pasien ini tidak ditemukan kelainan defisit neurologis, dimana pada pasien ini normal. Pertumbuhan dan perkembangannya pada anak ini juga normal.

d. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan factor risiko atau etiologi pada pasien ini. Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa kejang dapat timbul apabila suhu tubuh panas Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa faktor resiko kejang ini dapat disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas seperti batuk dan pilek Menyediakan obat penurun panas dan obat kejang dirumah Bila pasien kejang miringkan kepala kesamping agar bila muntah tidak tersedak Longgarkan pakain anak dan jangan diselimuti Jangan memasukkan apapun kedalam mulut pada saat anak kejang Kompres apabila anak demam dan segera bawa kedokter Kendorkan pakaian yang ketat, terutama sekitar leher Bila kejang berikan diazepam per rektal. Jangan diberikan jika kejang telah berhenti.DAFTAR PUSTAKA1. Dwi Wastoro dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. 2011

2. Behrman RE, Kliegman RM, Arvio, Nelson Ilmu Kesehatan anak, volume 3,edisi 15. Jakarta: EGC 2005, hal 2059- 2066.3. Pusponegoro HD, dkk. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia 2006. Hal 1-15.4. Soetomenggolo, Taslim. Kejang demam. Buku Ajar neorologi Anak.Jakarta:Ikatan Dokter Anak Indonesia. 1999, hal 244- 251.5. Dwi Putro Widodo. Kejang demam apa yang perlu diwaspadai. Penanganandemam pada anak secara professional, Departemen Ilmu Kesehatan Anak,Jakarta, RCSM 2005, hal 58-66.6. Kesepakatan UUK Neurologi IDAI, kejang demam, Saaf AnakPERDOSSSI, Jakarta, 2004.7. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga,Jilid kedua. Penerbit MediaAesculapius fakultas kedokteran Universitas Indonesia,2000, hal 434-437.8. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH, 2008.

9. Paduan Pelayanan Kesehatan Medis, Kejang Demam, Departemen IlmuKesehatan Anak, Jakarta:EGC 2005. hal 151- 154.10. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, 1985 hal 847-855.11. Deliana, Melda. Tatalaksana Kejang Demam Pada Anak. Sari Pediatri vol 4. Diunduh dari : http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/4-2-4.pdf

Demam

(kenaikan suhu tubuh 1 C)

Kebutuhan O2 meningkat (20%)

Metabolisme basal meningkat (10-15 %)

perubahan keseimbangan (membran sel neuron)

Difusi melalui membran (ion K+ menjadi ion N+)

Lepas muatan listrik

Kejang

1


Top Related