Download - LIPID
LAPORAN TETAP BIOKIMIA 1
LIPID
Nama : Septi Andriani
NIM : 06101181320005
Kelompok : 2
Anggota : 1. Dess Kasturi
2. Eka Ranti Bendari
3.Hasanul Kamil Ridho
4.Nurul Hidayah
5.Yuliana
Dosen Pembimbing : Maefa Eka Haryani., S.Pd.M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
I. Percobaan ke : 9
II. Tanggal Percobaan : 20 November 2015
III. Nama Percobaan : Lipid
IV. Tujuan Percobaan :
Menguji kelarutan minyak dan lemak dengan berbagai pelarut
V. Dasar Teori
Lipid (dari bahasa Yunani lipos, lemak) merupakan penyusun tumbuhan atau hewan
yang dicirikan oleh sifat kelarutannya. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
nonpolar seperti kloroform, eter, dan benzena. Penyusun utama lipid adalahtrigliserida, yaitu
ester gliserol dengan tiga asam lemak yang bisa beragam jenisnya (Gordon 1990).
Lipid secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana dan
lipid kompleks. Lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak
sebagai unit penyusunnya adalah triasilgliserol, juga sering disebut lemak, lemak netral,
atau trigliserida. Jenis lipid ini merupakan contoh lipid yang paling sering dijumpai baik pada
manusia, hewan, dan tumbuhan. Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak
penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan dan hewan, tetapi umumnya tidak dijumpai
pada membran. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik nonpolar, karena molekul ini tidak
mengandung muatan listrik atau gugus fungsional dengan polaritas tinggi (Lehninger, 1982).
Panjang rantai asam lemak pada trigliserida yang terdapat secara alami dapat
bervariasi, namun panjang yang paling umum adalah 16, 18, atau 20 atom karbon. Penyusun
lipid lainnya berupa gliserida, monogliserida, asam lemak bebas, lilin (wax), dan juga
kelompok lipid sederhana (yang tidak mengandung komponen asam lemak) seperti derivat
senyawa terpenoid/isoprenoid serta derivat steroida. Lipid sering berupa senyawa kompleks
dengan protein (Lipoprotein) atau karbohidrat (glikolipida) (Anna, 1994).
Asam lemak penyusun lipid ada dua macam, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak
tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh molekulnya mempunyai ikatan rangkap pada rantai
karbonnya. Halogen dapat bereaksi cepat dengan atom C pada rantai yang ikatannya tidak
jenuh (peristiwa adisi). Lipid yang mengandung asam lemak tidak jenuh bersifat cairan pada
suhu kamar, disebut minyak, sedangkan lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat
padat yang sering disebut lemak (Pratt, 1992).
Selama penyimpanan, lemak atau minyak mungkin menjadi tengik. Ketengikan terjadi
karena asam lemak pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi
hidrokarbon, alkanal, atau keton, serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol) dengan BM relatif
rendah dan bersifat volatil dengan aroma yang tidak enak (tengik/rancid). Karena mudah
terhidrolisis dan teroksidasi pada suhu ruang, asam lemak yang dibiarkan terlalu lama akan
turun nilai gizinya. Pengawetan dapat dilakukan dengan menyimpannya pada suhu sejuk dan
kering, serta menghindarkannya dari kontak langsung dengan udara. Dari segi gizinya, asam
lemak mengandung energi tinggi (menghasilkan banyak ATP). Karena itu kebutuhan lemak
dalam pangan diperlukan. Diet rendah lemak dilakukan untuk menurunkan asupan energi dari
makanan. Asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih baik karena lebih reaktif dan
merupakan antioksidan di dalam tubuh (Sudarmadji, 1989).
Lipid adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserolyang
kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik se[erti eter, aseton, kloroform, dan benzene. Lipid tidak memiliki rumus molekul
yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan
struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu Asam lemak,
Lemak dan fosfolipid. Lemak secara kimiadiartikan sebagai ester dari asam lemak dan
gliserol. Rumus umum lemak yaitu: R1, R2, dan R3 adalah rntai hidrokarbin dengan jumlah
atom karbon dari 3 sampai 23, tetapi yang paling umum dijumpai yaitu 15 dan 17
(Salirawati et al,2007).
Suatu lipid didefinisikan sebgai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar sperti suatu hidrokarbon atau
dietil eter. Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti
“triester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada
temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida
pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa
minyak (Fessenden, 1982)
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun
penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak yang mengandung asam-
asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak
hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih
dominan. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis
asam lemak ini dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus
sehingga terbentuk asam lemak jenuh. Dengan reagen Hubi’s Iodyang berupa
larutan iod dalam alkohol dan mengandung sedikit HgCl2, maka kemungkinan hilangnya
warna iod akan berbeda untuk penambahan jenis minyak yang berbeda, karena kandungan
ikatan rangkap setiap jenis minyak memang berbeda. Semakin banyak ikatan rangkap
semakin cepat warna iod hilang, karena berarti seluruh I2telah digunakan untuk memutuskan
ikatan rangkap. Derajat ketiakjenuhan dinyatakan dengan bilangan iodin, yaitu jumah garam
yang dapat diserap oleh 100 gram lemak untuk reaksi penjenuhan. Semakin besar
bilangan iodin semakin tinggi ketidakjenuhannya ( Salirawati et al,2007).
Diantara sekian banyak jenis Minyak, manyak kelapalah yang paling sering
digunakan. Minyak kelapa diperoleh dari ekstraksi terhadap. Minyak kelapa kasar
mengandung komponen bukan minayk seperti fosfatida, gum, sterol (0,06%-0,8%), tokoferol
(0,003%) dan asam lemak nenas kurang dari 5% . Warna pada minyak disebabkan oleh
adanya pigmen-pigmen warna alam karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh. Warna
pada minyak selain disebabkan oleh zat warna karoten juga disebabkan oleh kotoran lain
karena asam-asam lemak dan gliserida murni tidak berwarna. Karoten merupakan
hidrokarbon sangat tidak jenuh dan tiak stabil pada suhu tinggi. Karoten tidak dapat
dihilangkan dengan proses oksidasi, walaupun minyak sampai menjadi tengik, tetapi dapat
diserap oleh beberapa absorben, sehingga minyak tidak berwarna lagi (Ketaren, 1986).
Sifat fisik Minyak kelapa yang terpenting adalah tidak mencair tahap demi tahap
seperti lemak yang lain akan tetapi langsung berubah menjadi cair, hal ini disebabkan karena
titik cair asam lemak penyusunnya bedekatan, asam lemak laurat 44○C, asam lemak miristat
54○C, asam lemak palmitat 63○C. Dengan demikian plastisitasa trigliserida juga terbatas
(Gardjito, 1980).
Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses
ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Contohnya hidrolisis
gliseril tristearat akan menghasilkan gliserol dan asam stearat. Proses hidrolisis yang
menggunakan basa akan menghasilkan gliserol dan sabun. Oleh karena itu sering disebut
reaksi penyabunan (Saponifikasi). Apabila rantai karbon pendek, maka jumlah mol asam
lemak besar, sedangkan jika rantai karbon panjang, jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah
miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak disebut bilangan
penyabunan. Besar kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada panjang pendeknya rantai
karbon. Semakin pendek rantai karbon, semakin kecil bilangan penyabunannya. Jika
digunakan NaOH maka akan dihasilka sabun yang bersifat lebih keras atau biasa disebut
“sabun cuci”, sedangkan jika digunakan KOH maka dihasilkan sabun yang lebih lunak atau
biasa disebut “sabun mandi” (Salirawati et al,2007).
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan dalam minyak
asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar, yaitu 44-52% dalam minyak.
Berdasarkan tingkat ketidak jenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan iod, maka minyak
kelapa dapat dimasukkan kedalam golongan non drying oil, karena bilangan iod minyak
berkisar antara 7,5-10,5. Asam lemak jenuh minyak kelapa kurang lebih 90%. Minyak kelapa
mengandung 84% trigliserida dengan tiga molekul asam lemak jenuh, 12% trigliserida
dengan dua asam lemak jenuh dan 4% trigliserida denganasam lemak jenuh (ketaren,1986).
Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air,
dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform dan eter. Asam
lemak adalah komponen unit pembangun pada hampir semua lipid. Asam lemak adalah asam
organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak
memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hal ini
membuat kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau
berlemak (Lehninger, 1982).
Lipid secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana dan
lipid kompleks. Yang termasuk lipid sederhana antara lain adalah: 1) trigliserida dari lemak
atau minyak seperti ester asam lemak dan gliserol, contohnya adalah lemak babi, minyak
jagung, minyak biji kapas, dan butter, 2) lilin yang merupakan ester asam lemak dari rantai
panjang alkohol, contohnya adalah beeswax, spermaceti, dan carnauba wax, dan 3) sterol
yang didapat dari hidrogenasi parsial atau menyeluruh fenantrena, contohnya adalah
kolesterol dan ergosterol (Encyclopedia, 2008).
Lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit
penyusunnya adalah triasilgliserol, juga sering disebut lemak, lemak netral, atautrigliserida.
Jenis lipid ini merupakan contoh lipid yang paling sering dijumpai baik pada manusia,
hewan, dan tumbuhan. Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak penyimpan atau
depot lemak pada sel tumbuhan dan hewan, tetapi umumnya tidak dijumpai pada
membran. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik nonpolar, karena molekul ini tidak
mengandung muatan listrik atau gugus fungsional dengan polaritas tinggi (Lehninger, 1982).
Triasilgliserol terakumulasi di dalam beberapa area, seperti jaringan adiposa, dalam
tubuh manusia dan biji tanaman, dan triasilgliserol ini mewakili bentuk penyimpanan energi.
Lipid yang lebih kompleks berada dekat dan berhubungan dengan protein dalam membran sel
dan partikel subselular. Jaringan yang lebih aktif mengandung lipid kompleks yang lebih
banyak, contohnya adalah dalam otak, ginjal, paru-paru, dan darah yang mengandung
konsentrasi fosfatida dalam jumlah tinggi pada mamalia (Encyclopedia 2008).
VI. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Tabung Reaksi 1. Larutan NaOH
2. Rak tabung reaksi 2. Larutan eter
3. Beeker gelas 3. Minyak Sayur
4. Pipet tetes 4. Cairan Mentega
5. Gelas ukur 5. Bensin
6. Tissue 6. Akuadest
VII. Prosedur Percobaan
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ambil 1 ml minyak sayur untuk setiap 4 buah tabung reaksi
Tabung pertama 1 ml minyak sayur ditambahkan dengan 1 ml akuadest
Tabung kedua 1 ml minyak sayur ditambahkan dengan 1 ml bensin
Tabung ketiga 1 ml minyak sayur ditambahkan dengan 1 ml eter
Tabung keempat 1 ml minyak sayur ditambahkan dengan 1 ml NaOH
3. Ambil 1 ml mentega yang telah dicairkan untuk setiap 4 buah tabung reaksi
Tabung pertama 1 ml mentega cair ditambahkan dengan 1 ml akuadest
Tabung kedua 1 ml mentega cair ditambahkan dengan 1 ml bensin
Tabung ketiga 1 ml mentega cair ditambahkan dengan 1 ml eter
Tabung keempat 1 ml mentega cair ditambahkan dengan 1 ml NaOH
4. Lakukanlah pengadukan (kocok) agar larutan menjadi homogen
5. Amati perubahan yang terjadi dan catatlah hasil pengamatan
VIII. Data Hasil Pengamatan
Data Pengamatan dengan Minyak Sayur
No Sampel keterangan
1 Minyak sayur 1 ml ditambahkan dengan 1 ml akuadest Bereaksi Negatif
2 Minyak sayur 1 ml ditambahkan dengan 1 ml bensin Bereaksi Positif
3 Minyak sayur 1 ml ditambahkan dengan 1 ml eter Bereaksi Positif
4 Minyak sayur 1 ml ditambahkan dengan 1 ml NaOH Bereaksi Negatif
Data Pengamatan dengan Mentega Cair
1 Cairan mentega 1 ml ditambahkan dengan 1 ml akuadest Bereaksi Negatif
2 Cairan mentega 1 ml ditambahkan dengan 1 ml bensin Bereaksi Positif
3 Cairan mentega 1 ml ditambahkan dengan 1 ml eter Bereaksi Positif
4 Cairan mentega 1 ml ditambahkan dengan 1 ml NaOH Bereaksi Negatif
IX. Persamaan Reaksi
X. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan praktikum tentang lipid yang
bertujuan untuk mengetahui apakah lipid dapat larut dalam berbagai pelarut. Adapun bahan
yang praktikan gunakan adalah minyak sayur, mentega cair, eter, bensin, akuadest dan
NaOH.
Dari hasil praktikum, praktikan mendapatkan hasi bahwa kelarutan dapat
dilihat dari fase larutan yang terbentuk; satu fase menunjukkan bahwa lipid larut, dan dua
fase menunjukkan bahwa lipid tidak larut, di mana fase yang di atas memiliki massa jenis
lebih kecil dari pada fase yang di bawah. Minyak dalam air dan NaOH membentuk emulsi
tidak stabil setelah pengocokan, ditandai dengan kedua jenis cairan yang segera memisah
setelah dikocok kuat. Adapun penyebab sehingga air dan NaOH tidak larut dalam minyak
dan terbentuk emulsi tidak stabil ialah karena air merupakan senyawa yang bersifat polar,
berbeda dengan minyak yang sifatnya nonpolar. Sedangkan minyak dapat larut pada larutan
eter karena sifat kelarutan kedua larutan tersebut sama dengan sifat kelarutan minyak, yakni
nonpolar. Minyak sayur juga larut dalam bensin hal tersebut dikarenkan sifat bensin yang
nonpolar dan tergolong kedalam benzena.
Untuk pengujian dengan mentega cair ternyata praktikan mendapatkan hasil
yang sama seperti pengujian terhadap minyak sayur bedanya pada mentega cair ini memang
larut dalam eter dan bensin tetapi larutnya hanya sebagian karena masih terdapat endapan
didalamnya sehingga pada mentega cair ini masih terjadi emulsi dikarenakan larutannya yang
terlarut hanya sebagian atau tidakk sempurna.
Dari hasil praktikum praktikan kali ini sesuai dengan prinsip uji kelarutan yaitu
berdasarkan kaidah like dissolves like yang mana senyawa polar akan larut dalam pelarut
polar dan sebaliknya (Rukmini dan Raghuram 1991).
XI. Kesimpulan
1. Minyak dan mentega tidak larut dalam air dan NaOH karena lemak bersifat non polar
sedangkan air dan NaOH bersifat polar
2. Minyak dan mentega larut dalam eter dan bensin karena larutan tersebut bersifat
nonpolar
3. Jika minyak dan mentega larut dalam pelarutnya akan terbentuk satu fase lapisan
tetapi jika tidak larut maka akan terbentuk dua fase lapisan
4. Pada mentega terjadi kelarutan tidak sempurna sehingga terdapat endapan
didalamnya.
XII. Daftar Pustaka
Asyfa, Yusnia Nur. 2013. Massa Jenis Larutan. (Online).
http://usedns.blogspot.co.id/2013 /01/massa-jenis-larutan_5074.html?
m=1, Diakses 23 November 2015.
Lehninger.. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Diterjemahkan oleh: Maggy
Thenawijaya Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
XIII. Lampiran