Download - Makalah Audit Delay (Repaired)
| 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat waktu
pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan. Laporan auditan adalah laporan keuangan
yang telah di audit oleh auditor. Nilai dan ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan
faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan
keuangan. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri dan
merupakan unsur penting dalam pengambilan keputusan investasi. Karakteristik kualitatif
merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna.
Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : dapat dipahami, relevan, keandalan, dan
dapat diperbandingkan. Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Informasi memiliki kualitas
relevan kalau dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi,
hasil evaluasi pengguna di masa lalu (IAI 2007 : 5).
Menurut Suwardjono (2002:170), ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa
informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat
perbedaan dalam keputusan. Dengan demikian, informasi yang memiliki prediksi tinggi dapat
menjadi tidak relevan apabila tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Menurut Belkaui (2001)
dalam Arif Wicaksono (2009:3) laporan keuangan merupakan suatu sumber informasi yang
berperan penting dalam pengambilan keputusan dan bertujuan sebagai media bagi perusahaan
untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomis mengenai
kinerja keuangan, perubahan posisi keuangan, arus kas, serta sumber daya yang dimiliki
perusahaan kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut. Bagi
Audit Delay
| 2
yang berkepentingan dengan kondisi keuangan perusahaan, informasi yang akurat dan tepat
waktu sangat penting, karena turut menentukan langkah yang akan diambilnya.
Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mendukung
keberlangsungan suatu perusahaan, utamanya perusahaan yang telah go public. Seiring
pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang go public, makin tinggi pula permintaan
atas audit laporan keuangan yang menjadi sumber informasi bagi investor.
Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan disebut bermanfaat jika disajikan secara
akurat dan tepat waktu, yakni tersedia saat dibutuhkan oleh investor. Menurut Givoly dan
Palmon (1982) dalam Aryati (2005), nilai dari ketepatwaktuan pelaporan keuangan merupakan
faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan tersebut. Sementara Halim (2000)
menyebutkan bahwa ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit
(timeliness) menjadi prasyarat utama bagi peningkatan harga saham perusahaan tersebut. Di sisi
lain, auditing merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu sehingga adakalanya
pengumuman laba dan laporan keuangan tertunda. Ketertundaan laporan keuangan ini dapat
berdampak negatif pada reaksi pasar. Makin lama masa tunda, maka relevansi laporan keuangan
makin diragukan.
Chambers dan Penman (1984) dalam Subekti (2004) menunjukkan bahwa pengumuman
laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns negatif sedangkan pengumuman laba yang
lebih cepat menunjukkan hasil sebaliknya. Hal ini terjadi dikarenakan investor pada umumnya
menganggap keterlambatan pelaporan keuangan merupakan pertanda buruk bagi kondisi
kesehatan perusahaan.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang “Peraturan Pasar Modal” menyatakan bahwa
semua perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan
secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat. Salah satu kewajiban
perusahaan yang sudah go public adalah mempublikasikan laporan keuangan yang telah
disusun dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar
dalam Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Auditor memiliki tanggung jawab yang besar
dan tentunya hal ini membuat auditor untuk bekerja secara lebih profesional. Salah satu kriteria
profesionalisme auditor tampak dalam ketepatan waktu penyampaian laporan auditannya (Imam
Subekti dan Novi Wulandari, 2004 dalam Supriyati, 2007:109). Ketepatan waktu penyusunan
Audit Delay
| 3
atau pelaporan suatu laporan audit atas laporan keuangan perusahaan bisa mempengaruhi pada
nilai laporan keuangan tersebut.
Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari perilaku pasar modal, karena
laporan keuangan auditan yang di dalamnya memuat informasi penting, seperti laba yang
dihasilkan perusahaan bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan
untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor, artinya informasi laba
dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga
saham. Jarak waktu antara akhir periode akuntansi dengan tanggal ditandatanganinya laporan
audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan (Supriyati
Yuliasri Rolinda, 2007:110), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketetapan waktu
pelaporan merupakan catatan pokok laporan yang memadai.
Pemakai informasi tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan dengan
prediksi dan pembuatan keputusannya, tetapi informasi harus bersifat baru. Laporan keuangan
seharusnya disajikan pada interval waktu untuk menjelaskan perubahan yang terjadi dalam
perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan
keputusan.
Standar audit, menurut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), khususnya
standar umum ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan
dan ketelitian. Sebagaimana tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tentang Standar Pekerjaan Lapangan yang mengatur prosedur
dalam penyelesaian pekerjaan lapangan bagi auditor, bahwa auditor perlu memiliki perencanaan
atas aktivitas yang akan dilakukan. Juga perlu pemahaman yang memadai atas struktur
pengendalian internal, diikuti dengan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh
melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar dalam
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Menurut Subekti dan Widiyanti (2004),
pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan standar membutuhkan waktu lebih lama,
sebaliknya makin tidak sesuai dengan standar makin pendek pula waktu yang diperlukan.
Hal ini yang kadang menyebabkan lamanya suatu proses pengauditan dilakukan, sehingga
publikasi laporan keuangan yang diharapkan secepat mungkin menjadi terlambat. Perbedaan
waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan
mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor,
Audit Delay
| 4
kondisi ini sering disebut sebagai Audit Delay. Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian
audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikannya laporan
audit independen (Wiwik Utami, 2006:4).
Audit Delay yang melewati batas waktu ketentuan BAPEPAM, tentu berakibat pada
keterlambatan publikasi laporan keuangan. Keterlambatan publikasi laporan keuangan tersebut
dapat mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan emiten, sehingga memerlukan
waktu yang lebih lama dalam penyelesaian audit. Menurut penelitian Imam Subekti dan
Widiyanti (2004) yang dikutip dari Ardhi Dharma (2008), menyebutkan bahwa pada tahun 2001
rata-rata waktu tunggu pelaporan ke BAPEPAM dari waktu antara tanggal laporan sampai
tanggal opini auditor membutuhkan waktu 98 hari. Pada tahun 2008, BAPEPAM dan Lembaga
Keuangan mengeluarkan lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan
Nomor: KEP-460/BL/2008 tentang kewajiban penyampaian laporan berkala yaitu bahwa
perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit selambat-
lambatnya 90 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
Dalam peraturan Bapepam lain Nomor KEP-310/BL/2008 tentang “Independensi Akuntan
yang Memberikan Jasa di Pasar Modal” menyebutkan ketentuan mengenai Periode Audit dan
Periode Penugasan Profesional. Periode audit adalah periode yang mencakup periode laporan
keuangan yang diaudit atau direview, sedangkan jangka waktu Periode Penugasan profesional
ditandai sejak dimulainya pekerjaan lapangan atau penandatanganan penugasan, mana yang
lebih dahulu. Periode ini berakhir saat disampaikannya pemberitahuan secara tertulis oleh
auditor atau klien kepada BAPEPAM bahwa penugasan telah selesai, mana yang lebih dahulu.
Jika dilihat dari batas waktu 90 hari yang ditetapkan BAPEPAM, terlihat masih banyak
perusahaan publik yang belum patuh terhadap peraturan informasi di Indonesia. Beberapa
faktor yang kemungkinan menyebabkan Audit Delay semakin lama, yaitu: Ukuran Perusahaan,
Opini Auditor, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Solvabilitas, Profitabilitas, Komite Audit, Umur
Perusahaan, jenis industry dan Lamanya perusahaan menjadi klien sebuah kantor akuntan
publik
Audit Delay
| 5
1.2 Rumusan Masalah
berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukan pada latar belakang maka yang menjadi
permasalahan pokok peneliti ini adalah :
1. Apa yang dimaksud Teori Pengambilan Keputusan ?
2. Apa definisi dari Auditing, Standar Auditing dan Laporan Auditing ?
3. Apa yang dimaksud Laporan Keuangan ?
4. Apa yang dimaksud Audit Delay ?
5. Apa saja yang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah
Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan yang diharapkan adalah :
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan Teori Pengambilan Keputusan.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan apa itu Auditing, Standar apa yang digunakan, dan
Laporan Auditing.
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan apa Laporan Keuangan.
4. Untuk mengetahui dan menjelaskan Audit Delay.
5. Untuk mengetahui dan menjelaskan Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Audit Delay.
Audit Delay
| 6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Pengambilan Keputusan
Keputusan dijabarkan oleh Davis (Hasan, 2002) sebagai hasil pemecahan masalah yang
dihadapi dengan tegas. Sebuah keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu
pertanyaan. Masih menurut Davis, keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa
yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan, dan dapat pula berupa tindakan
terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.
Sementara itu, Stoner (Hasan, 2002) memaknai keputusan sebagai pemilihan di antara
alternatif-alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: ada pilihan atas dasar
logika/ pertimbangan, ada beberapa alternatif yang harus dipilih mana yang terbaik, dan ada
tujuan yang hendak dicapai di mana keputusan itu akan makin mendekatkan pada tujuan
tersebut.
Berdasar uraian di atas Hasan (2002) memaknai Teori Pengambilan Keputusan sebagai
teori-teori atau teknik-teknik atau pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam suatu proses
pengambilan keputusan. Mengacu pada tujuan laporan keuangan, ialah memberikan informasi
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan ekonomi, pengambilan keputusan memainkan peran utama dalam teori
akuntansi. Pihak manajemen selalu mempertimbangkan apakah suatu laporan keuangan hendak
disampaikan tepat waktu atau ditunda. Adanya good news dalam laporan keuangan, misalnya,
akan mendorong pihak manajemen menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu
lantaran adanya insentif dari prinsipal.
Ketepatwaktuan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh reaksi positif investor yang dapat
berakibat terhadap kenaikan harga saham. Demikian sebaliknya, laporan keuangan yang
mengandung bad news cenderung ditunda pelaporannya karena pihak manajemen
mengkhawatirkan beberapa dampak buruk yang terjadi, umpamanya reaksi penarikan investasi
oleh investor. Penyampaian informasi laporan keuangan untuk pengambilan keputusan harus
Audit Delay
| 7
mempunyai nilai guna untuk semua pengguna laporan keuangan. Sebagaimana diungkap oleh
Hasan (2002), pengambilan keputusan banyak dipengaruhi ketersediaan informasi yang
diperlukan, di mana informasi tersebut haruslah lengkap dan memenuhi sifat tertentu sehingga
hasilnya berkualitas. Adapun sifat yang musti dipenuhi mencakup akurat, artinya informasi
harus sesuai dengan keadaan sebenarnya; up to date, berarti informasi harus tepat waktu;
komprehensif, yakni informasi harus dapat mewakili; dan relevan, dimaknai berhubungan
dengan masalah yang harus diselesaikan.
Dalam hal penyampaian laporan keuangan kepada pihak eksternal, auditor bertindak sebagai
penjamin informasi yang dikeluarkan perusahaan. Apabila terdapat hal-hal yang mendorong
auditor untuk mengambil keputusan memperinci proses audit, semisal adanya resiko audit yang
tinggi dalam laporan keuangan perusahaan, bisa jadi waktu audit akan lebih lama.
2.2 Auditing (Pengauditan)
A. Definisi Auditing
Menurut Mulyadi (2002:9), pengertian pengauditan dapat diartikan sebagai berikut:
“Suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mencari bukti-bukti dengan cara objektif yang
berkaitan dengan pernyataan-peryataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi untuk menentukan kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan”.
Dalam pelaksanaan audit diperlukan adanya perencanaan audit yang salah satunya barupa
penyusunan anggaran waktu (time budget) yang secara sederhana menetapkan pedoman
mengenai jumlah waktu dari masing-masing bagian audit. Anggaran waktu jika digunakan
secara tepat akan menghasilkan sejumlah manfaat. Anggaran tersebut dapat memberikan
metode yang efisien untuk menjadwal staf, Memberikan pedoman tentang berbagai bidang
audit, memberikan insentif kepada staf audit untuk bekerja efisien, dan sebagai alat untuk
menentukan honor audit. Akan tetapi, anggaran waktu jika tidak digunakan secara tepat dapat
merugikan. Anggaran waktu merupakan suatu pedoman tetapi tidak absolut.
Jika auditor menyimpang dari program audit, misalnya terjadi perubahan kondisi, auditor
mungkin juga terpaksa menyimpang dari anggaran waktu. Auditor tekadang merasa mendapat
tekanan untuk memenuhi anggaran waktu guna menunjukkan efisiensinya sebagai auditor dan
Audit Delay
| 8
membantu mengevaluasi kinerjanya. Namun, begitu saja mengikuti anggaran juga tidak tepat.
Tujuan utama dari audit adalah menyatakan pendapat sesuai dengan standar auditing yang
berlaku umum, bukan untuk memenuhi anggaran waktu. Akibat langsung tidak terrealisasinya
anggaran waktu antara lain terjadinya keterlambatan pelaporan keuangan.
Perlunya laporan keuangan diaudit karena (Asmara, 1996:7 dalam Anggit Wasis Sejati,
2007:29):
1. Adanya perbedaan kepentingan antara pemakai laporan keuangan dengan manajemen
sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap penyusunan laporan keuangan tersebut.
2. Laporan keuangan memegang peranan penting dalam proses pengambilan keputusan oleh
para pemakai laporan keuangan.
3. Kerumitan data
4. Keterbatasan akses pemakai laporan keuangan terhadap catatan-catatan akuntansi
B. Standar Auditing
Standar auditing merupakan ukuran pelaksanaan tindakan yang menjadi pedoman umum
bagi auditor dalam melaksanakan audit (Mulyadi, 2002). IAI (2001) telah menetapkan standar
auditing sebagai berikut:
1. Standar Umum
Standar umum berhubungan dengan kualifikasi seorang auditor dan kualitas pekerjaan
auditor, yaitu :
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus diperhatikan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
Standar pekerjaan lapangan terutama berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan audit
dilapangan, yaitu :
Audit Delay
| 9
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan
Standar pelaporan berhubungan dengan masalah pengkomunikasian hasil-hasil audit, yaitu :
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor.
Dalam prakteknya, pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan standar akan membutuhkan
waktu makin lama. Demikian pula sebaliknya, waktu yang diperlukan akan makin pendek
ketika pelaksanaan audit makin tidak sesuai dengan standar. Pertimbangan bahwa laporan
keuangan harus disampaikan tepat waktu mengakibatkan auditor cenderung mengambil pilihan
mengabaikan standar, sementara di sisi lain adanya tuntutan relevansi informasi mengharuskan
auditor untuk melaksanakan audit sesuai standar.
Audit Delay
| 10
C. Laporan Audit
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan
masyarakat lingkungannya (Mulyadi, 2002:12). Dalam laporan tersebut auditor menyatakan
pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor biasanya
disampaikan dalam bentuk tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit
baku terdiri dari tiga paragraf yaitu: paragraf pengantar (introductory paragraph), paragraf
lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion paragraph). Menurut Haryono Jusup
(2001:57) laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan
kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Didalam menerbitkan suatu laporan audit, auditor harus mematuhi keempat standar pelaporan
dalam standar auditing.
2.3 Laporan Keuangan
Ada beberapa pengertian laporan keuangan menurut para ahli ekonomi:
Pengertian laporan keuangan menurut Mulyadi (2002:61) adalah :
“Suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menerimanya, bila ada, yang
dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/ atau kewajiban
entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu
periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum”.
Pengertian laporan keuangan menurut Haryono Jusup (2001:100) adalah :
“Suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada yang
dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban
suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan atau kewajiban selama periode
waktu tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum”.
Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting
disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa perusahaan,
kualitas menejemen dan lainya. Jadi setiap perusahaan go public diwajibkan untuk
Audit Delay
| 11
mempublikasikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan
dan telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah terdaftar di Badan Pengawasan
Pasar Modal (Bapepam). Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) terdiri dari komponen-komponen yaitu : (a) Neraca, (b) Laporan
Rugi-Laba, (c) Laporan perubahan ekuitas, (d) Laporan arus kas, dan(e) Catatan atas laporan
keuangan.
1. Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah sebuah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada titik waktu tertentu
(Bringham & Houston, 2006:46). Persamaan akuntansi (disebut juga identitas neraca)
merupakan dasar sistem akuntansi. Disisi kiri persamaan ini terkait dengan sumber daya
yang dikendalikan oleh perusahaan, atau aktiva sumber daya yang merupakan investasi
yang diharapkan untuk menghasilkan laba dimasa depan melalui aktiva operasi sisi kanan
persamaan ini yang mengidentifikasi sumber pendanaan. Kewajiban (liability) merupakan
pendanaan dari kreditor dan mewakili kewajiban perusahaan, atau klaim kreditor atas aktiva.
Ekuitas atau ekuitas pemegang saham (shareholders equity) merupakan total dari (1)
pendanaan yang menginvestasikan atau dikontribusi oleh pemilik (modal kontribusi) dan (2)
akuntansi laba yang tidak dibagikan kepada pemilik (laba ditahan) sejak berdirinya
perusahaan.
2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan pengeluaran
perusahaan selama satu periode akuntansi, yang biasanya setiap satu kuartal atau satu tahun
(Bringham & Houston, 2006:50). Laporan laba rugi mengukur kinerja keuangan perusahaan
antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi perusahaan. Laporan laba
rugi menyediakan rincian pendapatan, beban, untung, dan rugi perusahaan untuk suatu
periode waktu.
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang melaporkan dampak dari aktivitas-aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan oleh perusahaan pada arus kas selama satu periode akuntansi
(Bringham & Houston, 2006:59). Tujuan pokok laporan arus kas adalah untuk memberikan
informasi mengenai penerimaanmdan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu.
Audit Delay
| 12
Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik adalah sinyal dari perusahaan yang
menunjukan adanya informasi yang bermanfaat dalam kebutuhan untuk pembuatan keputusan
investor (Made Gede, 2004 dalam Yugo Trianto, 2006). Hal ini berarti apabila penyampaian
laporan keuangan terlambat maka informasi yang didapat akan kehilangan relevansinya dan
secara tidak langsung sebagai sinyal buruk bagi perusahaan. Menurut Ainun Na’im (1988)
tujuan umum laporan keuangan adalah:
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan
kewajiban serta modal suatu perusahaan
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto
suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba
3. Memberikan informasi keuangan yang membantu pemakai laporan dalam menaksir potensi
perusahaan.
Tujuan umum laporan keuangan dalam PSAK 2009 adalah memberikan informasi tentang
posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakannya.
Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban pengelolaa perusahaan oleh manajemen
atas sumberdaya yang dipercayakan kepadanya. Menurut Ghozali dan Chariri (2007),
pengungkapan laporan keuangan berarti bahwa laporan tersebut harus memberikan informasi
dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian,
informasi tersebut haruslah lengkap dan jelas serta dapat menggambarkan secara tepat kejadian-
kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi usaha tersebut.
Konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan adalah pengungkapan yang cukup
(adequate), wajar (fair), dan lengkap (full). Yang paling umum digunakan dari ketiga konsep di
atas adalah pengungkapan yang cukup, mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan
agar laporan keuangan tidak menyesatkan. Sementara itu, wajar menunjukkan tujuan etis agar
dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan
keuangan. Pengungkapan yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang
Audit Delay
| 13
relevan. Mengacu pada konsep relevansi dan reliabilitas, penyajian laporan keuangan menuntut
pemenuhan karakteristik kualitatif dari informasi yang disajikan.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri yang melekat pada informasi keuangan atau
akuntansi sehingga bisa mempunyai nilai tambah. Ciri ini tidak dapat diukur dengan bentuk
kuantitatif. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyebutkan empat karakteristik kualitatif
pokok dalam laporan keuangan (IAI 2004):
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera
dipahami oleh pemakai. Guna mencapai maksud ini, diasumsikan pemakai memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan
untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Informasi disebut relevan ketika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai. Agar
relevan, informasi harus dapat digunakan untuk mengevaluasi masa lalu, masa sekarang, dan
masa mendatang (predictive value), menegaskan atau memperbaiki harapan yang dibuat
sebelumnya (feedback value), juga harus tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan
sebelum mereka kehilangan kesempatan atau untuk mempengaruhi keputusan yang diambil
(timeliness).
3. Keandalan
Informasi disebut andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material,
dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang dapat disajikan secara wajar.
4. Dapat dibandingkan
Identifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan laporan keuangan
perusahaan antar periode hendaknya dapat diperbandingkan oleh pemakai. Dengan demikian
pemakai dapat memperoleh informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut.
Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang
digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian karakteristik ini.
Audit Delay
| 14
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang berkualitas adalah
laporan dengan kandungan informasi dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan
mempunyai daya banding. Karakteristik relevan di sini berarti laporan tersebut mampu
mendeskripsikan kondisi keuangan perusahaan secara tepat waktu.
Suwarjono (2002, dalam Wirakusuma, 2004) menyebutkan bahwa ketepatwaktuan
informasi bermakna informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuan mempengaruhi
keputusan maupun untuk membuat perbedaan dalam suatu keputusan. Termaktub pula dalam
SAK (2004), bahwa penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan akan
berakibat pada hilangnya relevansi laporan keuangan.
Dyer dan McHug (1975) menggunakan tiga kriteria keterlambatan pelaporan keuangan
dalam penelitiannnya:
1. Preliminary lag: Interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan
laporan akhir preliminari oeh bursa.
2. Auditor’s Report lag: Interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal
laporan auditor ditandatangani.
3. Total lag: Interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan
laporan dipublikasikan di bursa.
Audit Delay juga dikenal dengan istilah Audit Report lag.
2.4 Audit Delay
Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan
tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen (Wiwik Utami, 2006:4).
Senada dengan pernyataan Wiwik Utami, Aryati (2005) menyebutkan audit delay sebagai
rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan
lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor independen atas
audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31
Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.
Ketepatwaktuan penerbitan laporan keuangan audit merupakan hal yang sangat penting,
khususnya untuk perusahaan-perusahaan publik yang menggunakan pasar modal sebagai salah
satu sumber pendanaan. Menurut Lawrence dan Briyan (1988) dalam Yugo Trianto (2006:31)
Audit Delay
| 15
Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan
auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan
keuangan audit.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 paragraf 38, suatu
perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya paling lama 4 (empat) bulan setelah
tanggal neraca (SAK, 2007:1.7), Perusahaan yang sudah go public harus menyerahkan laporan
keuangan tahunannya disertai dengan opini auditor kepada Bapepam. Peraturan Bapepam
tersebut diatur dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang publikasi laporan keuangan
tahunan auditan yang bersifat wajib dengan batas waktu 120 hari dari akhir tahun fiskal sampai
tanggal diserahkannya laporan keuangan yang telah diaudit ke BAPEPAM. Namun, Sejak 30
September 2003, peraturan ini diganti dengan peraturan baru dengan Nomor X.K.2 tentang
kewajiban penyampaian laporan keuangan ke Bapepam menjadi 90 hari.
Ketepatwaktuan merupakan kualitas yang berkaitan dengan ketersediaan informasi pada saat
dibutuhkan. Waktu antara tanggal laporan keuangan dan laporan audit (Audit Delay)
mencerminkan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Informasi yang sebenarnya
bernilai tinggi dapat menjadi tidak relevan kalau tidak tersedia pada saat dibutuhan.
Ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum
kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaaan dalam keputusan.
Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar membantu
dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan
keputusan tersebut (Zaki Baridwan, 2001:5).
Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat apakah
laporan keuangan klien sudah menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Maka semakin panjang audit delay semakin lama
auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya.
Beberapa penelitian terdahulu di luar negeri menunjukkan variasi rata-rata audit delay yang
terjadi. Hasil penelitian Ashton dan Elliot (1987) di Kanada menunjukkan lamanya audit delay
sebesar 62.5 hari, Dyer dan Mc Hugh (1975) dan Whittred (1980) di Australia selama 83.5 hari.
Garsombke (dikutip oleh Wasis S., Anggit, 2007) di Amerika Serikat selama 53 hari. Courtis
(1976) dan Gilling (1977) di New Zelland sebesar 62 hari. Carslaw dan Kaplan (1991) di New
Audit Delay
| 16
Zelland pada pengujian di tahun 1987 selama 88 hari sedangkan pada tahun 1988 selama 95
hari.
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
A. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar
kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar
saham, dan lain-lain. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan
perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang
memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan
hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar.
Pada dasarnya Ukuran Perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar
(large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan
perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan (Llangnp1035Masud Machfoedz, 1994).
Kategori Ukuran Perusahaan yaitu:
1. Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10
Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.
2. Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar
termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan
kurang dari Rp 50 Milyar
3. Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200
juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1
Milyar/tahun.
Faktor Ukuran Perusahaan merupakan salah satu faktor yang sering diteliti pada penelitian
sebelumnya. Givoli dan Palmon (1982) dalam Prabandi dan Rustiana (2007:29), dalam
penelitiannya menemukan adanya hubungan antara Ukuran Perusahaan, kompleksitas
perusahaan dan kualitas pengendalian internal dengan Audit Delay. Ukuran Perusahaan
merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan
Audit Delay
| 17
maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat
karena perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem pengendalian
internal perusahaan yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan
laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan.
Sebaliknya, Boynton dan Kell (1996) dalam Halim (2000) menyebutkan audit delay akan
semakin lama apabila ukuran perusahaan yang diaudit semakin besar.
Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan
semakin luas prosedur audit yang harus ditempuh. Namun logikanya saja manajemen
perusahaan berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay
dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas
permodalan, dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung
mengalami tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit lebih awal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan Ukuran Perusahaan dapat
mempengaruhi waktu penyelesaian audit.
B. Opini Auditor
Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan
kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Pendapat auditor sangatlah penting bagi perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang
membutuhkan hasil dari laporan keuangan auditan. Auditor dapat memilih tipe pendapat yang
akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan.
Auditor menyatakan pendapatnya berpijak pada audit yang dilaksanakan berdasarkan
standar auditing dan atas temuan-temuannya. Standar auditing antara lain memuat empat
standar pelaporan. Dalam hal pemberian opini, Standar Pelaporan keempat dalam SPAP (IAI
2001) memaparkan:
“Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam
hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh auditor”.
Audit Delay
| 18
Secara lebih rinci, berbagai tipe pendapat auditor dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion).
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia (IAI, 2001).
Kesesuaian dengan prinsip akuntansi berterima umum ini dipaparkan lebih lanjut oleh
Mulyadi (2002), jika memenuhi kondisi berikut:
a. Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan keuangan.
b. Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah
cukup dijelaskan.
c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan
dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion with
Explanatory Language).
IAI (2001) memuat penjelasan, bahwa keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor
untuk menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam
laporan auditnya. Meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas
laporan keuangan.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion).
Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut, ia akan memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian dalam laporan audit (Mulyadi, 2002):
a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh
informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar jangkauan kekuasaan
klien maupun auditor.
c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyususnan laporan
keuangan tidak diterapkan secara konsisten. Dengan demikian pendapat wajar dengan
pengecualian ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai
Audit Delay
| 19
dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal
yang berhubungan dengan yang dikecualikan (IAI, 2001).
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion).
IAI (2001) menyebutkan, pendapat tidak wajar dimaknai laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Keterangan lebih lanjut
dideskripsikan oleh Mulyadi (2000) bahwasanya laporan keuangan yang diberi pendapat
tidak wajar oleh auditor memuat informasi yang sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga
tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion).
Auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor
memberikan pendapat atas laporan keuangan. Kondisi yang menyebabkan auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Sebagai pemeriksa laporan keuangan auditor akan memberikan opini atas laporan keuangan
yang diauditnya. Opini yang dikeluarkan berdasarkan bukti dan penemuan selama
melaksanakan pekerjaan lapangan. Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan bahwa terdapat
hubungan positif antara opini auditor dengan audit delay. Apabila selama pelaksanaan
pekerjaan lapangan auditor tidak menemukan masalah ataupun bukti yang sangat menyimpang
sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum maka auditor mungkin dapat dengan cepat
menyelesaikan tugasnya dan kemudian mengeluarkan opini audit yang sesuai dengan hasil yang
diperoleh, tetapi jika auditor menemukan penyimpangan karena laporan keuangan tidak sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum kemungkinan auditor akan lebih banyak lagi
mencari penyimpangan serta bukti-bukti lain melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi
dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit yang
akhirnya dapat mempengaruhi penyelesaian waktu audit (Ardhi Dharma Yuana, 2008:15).
Selain itu, perusahaan yang menerima opini selain wajar tanpa pengecualian dianggap sebagai
bad news sehingga penyampaian laporan keuangan akan diperlambat.
Audit Delay
| 20
C. Ukuran Kantor Akuntan Publik
Menurut SK. Menkeu No.43/KMK.017/1997 tertanggal 27 Januari 1997 sebagaimana telah
diubah dengan SK. Menkeu No. 470/KMK.017/1999 tertanggal 4 Oktober 1999 dalam Haryono
Jusup (2001:19), Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah lembaga yang memiliki izin dari
Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalakan pekerjaannya. Jumlah
kantor akuntan publik di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah sejalan dengan
perkembangan perekonomian dan bisnis. Dewasa ini di seluruh Indonesia terdapat 448 kantor
akuntan publik yang dapat digolongkan menjadi kantor akuntan besar, sedang dan kecil. Kantor
akuntan publik yang tergolong besar hanya sedikit jumlahnya dan umumnya bekerjasama
dengan kantor-kantor akuntan besar yang berskala internasional. Sebagian besar terdiri dari
kantor-kantor akuntan publik kecil dengan wilayah operasi yang terbatas (Haryono Jusup,
2001:19).
Struktur Kantor Akuntan Publik, Mengingat pekerjaan audit atas laporan keuangan
menuntut tanggungjawab yang besar, maka pekerjaan profesional kantor akuntan publik
menuntut indenpendensi dan kompetensi yang tinggi pula. Indenpendensi memungkinkan
auditor untuk menarik kesimpulan tanpa bias tentang laporan keuangan yang diauditnya.
Kompentensi memungkinkan auditor untuk melakukan audit secara efisien dan efektif. Adanya
kepercayaan atas indenpendensi dan kompentensi auditor, menyebabkan pemakai bisa
mengandalkan diri pada laporan yang dibuat auditor. kantor akuntan publik demikian banyak
jumlahnya, maka tidaklah mungkin bagi pemakai laporan untuk menilai independensi dan
kompentensi masing-masing kantor akuntan publik.
Carslaw dan Kaplan (1991) menyebutkan tidak adanya hubungan positif yang signifikan
antara audit delay dan kualitas KAP, sementara Gilling (1977) dalam Hossain dan Taylor
(1998) menunjukkan adanya korelasi positif antara kedua hal tersebut. Literatur yang ada
memaparkan bahwa KAP besar, dalam hal ini the big five, cenderung lebih cepat menyelesaikan
tugas audit yang mereka terima bila dibandingkan dengan non big five dikarenakan reputasi
yang harus mereka jaga (Hossain dan Taylor, 1998). Sekiranya tidak, ada kemungkinan mereka
akan kehilangan pekerjaan pengauditan untuk tahun-tahun berikutnya sebab dinilai kurang
kompeten.
Penelitian Wooten yang memaparkan Teori De Angelo (1981 dalam Yuliana dan Ardiati,
2004) menunjukkan bahwa the big five cenderung menyajikan audit yang lebih baik
Audit Delay
| 21
dibandingkan dengan non big five, karena mereka memiliki nama baik yang dipertaruhkan.
Selain itu, KAP besar lebih banyak mengeluarkan pendapat going concern daripada KAP kecil.
Hal ini mengindikasikan bahwa KAP besar lebih menginginkan untuk mengambil sikap yang
tepat dalam mengeluarkan pendapat yang sesuai dan memiliki kemampuan teknis untuk
mendeteksi going concern perusahaan sehingga menarik klien lebih banyak.
Bentuk usaha Kantor Akuntan Publik yang dikenal menurut hukum Indonesia ada dua
macam yaitu (Haryono Jusup, 2001:20) :
a. Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Sendiri. Kantor Akuntan Publik bentuk ini
menggunakan nama akuntan publik yang bersangutan.
b. Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Kerjasama. Kantor Akuntan Publik bentuk ini
menggunakan nama sebanyak-banyaknya tiga nama akuntan publik yang menjadi
rekan/partner dalam Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan.
Usai kasus Enron yang melibatkan KAP Arthur Andersen, the big five menjadi the big four.
Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat firma jasa profesional
dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk
perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Menurut Yuliana dan Aloysia (2004:115)
Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan
Publik non the big four. Kantor Akuntan Publik yang masuk kategori KAP the big four di
Indonesia adalah:
1. KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi Sutanto &
Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.
2. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Sidharta-
Sidharta & Widjaja.
3. KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Prasetio, Sarwoko, & Sanjadja.
4. KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Hans Tuanakotta &
Mustofa, Osman Ramli Satrio &Rekan..
Menurut Supriyati Yuliastri Rolinda (2007:114) Kantor Akuntan Publik internasional atau
yang di kenal dengan the Big Four dianggap dapat melaksanakan auditnya secara efisien dan
memiliki jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya.
Kantor Akuntan Publik yang besar memperoleh insentif yang tinggi untuk menyelesaikan
pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan Kantor Akuntan Publik lainnya. Waktu audit yang
Audit Delay
| 22
lebih cepat adalah cara bagi Kantor Akuntan Publik besar untuk mempertahankan reputasinya,
karena jika tidak menyelesaikan audit dengan cepat maka untuk tahun yang akan datang mereka
akan kehilangan kliennya. Pemilihan kantor akuntan publik yang berkompeten kemungkinan
dapat membantu waktu penyelesaian audit menjadi lebih segera atau tepat waktu. Penyelesaian
waktu audit secara tepat waktu kemungkinan dapat meningkatkan reputasi kantor akuntan
publik dan menjaga kepercayaan klien untuk memakai jasanya kembali untuk waktu yang akan
datang. Dengan demikian besar kecilnya Ukuran Kantor Akuntan Publik kemungkinan dapat
mempengaruhi waktu penyelesaian audit laporan keuangan.
D. Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Maka
tingkat profitabilitas rendah ditengarai berpengaruh terhadap audit delay. Hal tersebut berkaitan
dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar terhadap pengumuman rugi oleh perusahaan.
Penelitian Naim (1998) memperlihatkan bahwa tingkat profitabilitas yang lebih rendah memacu
kemunduran publikasi laporan keuangan. Demikian pula Carslaw dan Kaplan (1991)
memaparkan perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk
mengatur waktu audit yang lebih lama ketimbang biasanya.
Ditemukan oleh Owusu-Ansah (2000), perusahaan yang memiliki hasil gemilang (good
news) akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami
kerugian (bad news). Ungkapan senada dikemukakan dalam penelitian Annisa (2004),
perusahaan dengan hasil yang baik akan melaporkan lebih cepat dari perusahaan yang gagal
operasi atau merugi. Berlawanan dengan pemaparan di atas, Ashton (1987) menyebutkan
profitabilitas bukanlah faktor yang signifikan mempengaruhi audit delay.
Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu perusahaan dalam
penelitian ini adalah return on asset (ROA), rasio yang mengukur efektivitas pemakaian total
sumber daya alam oleh perusahaan. Alasan pemilihan ROA yaitu:
1. Sifatnya yang menyeluruh, dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal,
efisiensi produk, dan efisiensi penjualan.
2. Apabila perusahaan mempunyai data industri, ROA dapat digunakan untuk mengukur rasio
industri sehingga dapat dibandingkan dengan perusahaan lain.
3. ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk yang
dihasilkan oleh perusahaan.
Audit Delay
| 23
4. ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi kinerja masing-masing divisi.
5. ROA dapat digunakan sebagai fungsi kontrol dan fungsi perencanaan.
Menurut Respati (2004), penggunaan ROA sebagai indikator profitabilitas perusahaan
berkaitan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan dipakai dalam penelitian
Dyer dan McHugh (1975) dan Na’im (1998). Dari uraian di atas tampak bahwa tingkat
profiabilitas suatu perusahaan mempengaruhi rentang waktu penyelesaian audit dan
pengumuman laporan keuangan tahunan.
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur tingkat
profitabilitas yaitu Return On Asset Rasio (ROA) yang diproleh dengan persamaan berikut
(Martono dan Agus Harjito, 2005):
ROA = EBIT × 100%
Total Asset
*Keterangan
Return on Asset (ROA) : Rasio Tingkat Profitabilitas
EBIT : Jumlah laba bersih perusahaan setelah pajak
Total Asset : Jumlah asset yang dimiliki perusahaan
Berdasarkan persamaan diatas, maka ROA merupakan perbandingan antara jumlah laba
yang dihasilkan terhadap asset yang digunakan, sehingga menunjukan sejumlah perusahaan
mampu untuk menghasilkan laba dari sumber daya (asset) yang dimiliki. Dengan demikian
kemungkinan Profitabilitas yang diukur dengan Return on Asset dapat mempengaruhi waktu
penyelesaian audit.
E. Solvabilitas
Solvabilitas acapkali disebut leverage ratio. Weston dan Copeland (1995) dalam Respati
(2004) menyatakan bahwa rasio leverage mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah
dibiayai oleh penggunaan hutang. Dengan demikian solvabilitas merupakan kemampuan suatu
perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Solvabilitas juga disebut kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban-
Audit Delay
| 24
kewajibannya baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya. Perusahaan yang
tidak solvabel adalah perusahaan yang utang totalnya lebih besar dibandingkan total asetnya
(Hanafi dan Halim, 1996). Tingginya rasio debt to equity mencerminkan tingginya resiko
keuangan perusahaan. Tingginya resiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa
perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok maupun
bunga. Resiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan
keuangan. Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi
perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen cenderung menunda penyampaian laporan
keuangan berisi berita buruk. (Ukago, 2005).
Pembahasan lebih lanjut dalam menganalisa peranan solvabilitas guna menjelaskan rentang
waktu penyelesaian pelaporan keuangan ke publik, didasari oleh penemuan Jensen dan
Meckling (1976) yang menyatakan bahwa debt holders menghendaki syarat-syarat tertentu
dalam perjanjian kontrak utang untuk membatasi aktivitas manajemen, yang salah satunya
mengharuskan manajemen menyajikan laporan keuangan lebih cepat dan bersifat rutin untuk
waktu tertentu. Hal ini dimaksudkan agar debt holders dapat menilai kinerja finansial
manajemen. Wirakusuma (2004), konsisten dengan penemuan Carslaw dan Kaplan (1991)
memperoleh hubungan yang signifikan antara solvabilitas dengan audit delay perusahaan.
Semakin tinggi rasio utang terhadap total aktiva, semakin lama rentang waktu yang dibutuhkan
untuk penyelesaian audit laporan keuangan tahunan.
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur Solvabilitas
diukur dengan rasio total debt to total asset ratio (TDTA) yang membandingkan jumlah aktiva
(total asset) dengan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun jangka panjang). Perhitungan
solvabilitas dengan rasio total debt to total asset (TDTA) sendiri di hitung dengan rumus:
TDTA = Total Aktiva × 100%
Utang Total
Penelitian Carlaw dan Kaplan (1991) dalam Yugo Trianto (2006), menemukan pengaruh
yang signifikan antara solvabilitas yang diukur dari rasio total debt to total assets (TDTA)
terhadap Audit Delay untuk perusahaan sampelnya tahun 1988. Alasan yang dapat mendukung
hubungan antara debt to assets ratio adalah pertama, bahwa total debt to total assets ratio
mengindikasikan kesehatan dari perusahaan. Proporsi total debt to total assets ratio yang tinggi
Audit Delay
| 25
akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa
ada kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya. Kedua, mengaudit hutang
memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan mengaudit modal. Biasanya
mengaudit utang lebih melibatkan banyak staf dan lebih rumit dibandingkan mengaudit modal.
Dengan demikian solvabilitas yang di ukur dengan total debt to total assets ratio dapat
mempengaruhi waktu penyelesaian audit.
F. Komite Audit
Pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan bagi perusahaan publik untuk mencapai good
corporate governance antara lain Bapepam dengan Surat Edaran No. SE-03/PM/2000
mensyaratkan bahwa setiap perusahaan go publik di Indonesia wajib membentuk komite audit
dengan anggota minimal 3 orang yang diketuai oleh satu orang komisaris independen
perusahaan dan dua orang dari luar perusahaan yang independen terhadap perusahaan. Selain
independen surat edaran tersebut juga mensyaratkan bahwa anggota komite audit harus
menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan.
Sementara bagi perusahaan BUMN/BUMD, sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha
Milik Negara Nomor: 117/M-MBU/2002 menyatakan bahwa: “Komisaris/Dewan Pengawas
harus membentuk komite yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu
Komisaris/Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya, yaitu membantu Komisaris/ Dewan
Pengawas dalam memastikan efektifitas sistem pengendalian intern, efektivitas pelaksanaan
tugas auditor eksternal dan auditor internal” Kalbers & Fogarty (1993) menyebutkan tiga faktor
yang mempengaruhi keberhasilan komite audit dalam menjalankan tugasnya , yaitu:
1. kewenangan formal dan tertulis,
2. kerjasama manajemen, dan
3. kualitas/kompetensi anggota komite audit.
Selain itu, Effendi (2005) juga menambahkan masalah komunikasi dengan komisaris,
direksi, auditor internal dan eksternal serta pihak lain sebagai aspek yang penting dalam
keberhasilan kerja komite audit. Dengan kewenangan, independensi, kompetensi dan
komunikasi melalui pertemuan yang rutin dengan pihak-pihak terkait diharapkan fungsi dan
peran dari komite audit lebih bisa berjalan dengan efektif sehingga laporan keuangan tahunan
dapat selesai tepat waktu dan tidak terlambat dalam menyampaikannya kepada Bapepam.
Dalam peraturan No. IX.I.5 tentang “Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit Delay
| 26
Audit”, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No: Kep-41/PM/2003, komite audit didefinisikan
sebagai komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan
tugas dan fungsinya. Salah satu tugasnya antara lain meningkatkan integritas dan kredibilitas
pelaporan keuangan. menurut Siallagan dan Mahfoedz (2006) Hal ini dilakukan dengan cara:
1. Mengawasi proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal dan penggunaan prinsip
akuntansi berlaku umum;
2. Mengawasi proses audit secara keseluruhan. Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa
komite audit memiliki kontribusi pada pelaporan keuangan, yaitu:
a. berkurangnya pengukuran akuntansi yang tidak tepat,
b. berkurangnya pengungkapan akuntansi yang tidak tepat;
3. berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan tindakan ilegal.
Dengan kontribusi yang diberikan oleh komite audit diharapkan dapat membantu proses
audit yang dilakukan oleh auditor dan akhirnya dapat mempercepat penyelesaian laporan
keuangan auditan.
G. Umur Perusahaan
Idealnya umur perusahaan diukur berdasarkan tanggal pada saat berdirinya perusahaan yang
bersangkutan. Namun, umur perusahaan dalam penelitian ini diukur berdasarkan tanggal first
issue (listed)-nya perusahaan di pasar modal (Owusu dan Ansah, 2000 dalam Catrinasari,
2006:25). Umur perusahaan juga merupakan hal yang dipertimbangkan oleh investor sebelum
menanamkan modalnya. Umur perusahaan mencerminkan perusahaan tetap survive dan
menjadi bukti bahwa perusahaan tersebut mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan
bisnis yang ada dalam perekonomian. Perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung
untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika
diperlukan, karena perusahaan memiliki cukup banyak pengalaman dalam hal tersebut
(Owusu dan Ansah, 2000).
penelitian Petronila menunjukkan bahwa umur perusahaan berpengaruh negative terhadap
audit delay. semakin lama umur perusahaan suatu perusahaan maka jangka waktu pelaporan
auditnya akan semakin cepat demikian pula sebaliknya. namun, owushu-ansah (dalam Petronila,
2007) menemukan bahwa adanya pengaruh positif antara umur perusahaan dengan ketepatan
Audit Delay
| 27
waktu penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaa. Courtis (dalam Petronila, 2007)
menemukan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay
H. Lamanya Perusahaan Menjadi Klien Sebuah KAP
Hasil penelitian Ashton (1987) menemukan bahwa semakin lama menjadi klien KAP,
semakin pendek audit delay. Hal ini dikarenakan KAP tidak perlu lagi memahami karakteristik
perusahaan, sistem pengendalian internal perusahaan, dan sebagainya. Hasil ini berbeda dengan
yang ditemukan Halim (2000) yaitu semakin lama menjadi klien KAP maka semakin lama
audit delay, hal ini kemungkinan disebabkan oleh skala perusahaan yang cenderung meningkat
dari tahun ke tahun kecuali tahun 1997 (karena krisis moneter).
I. Jenis Industri
Jenis industri diklasifikasikan menjadi sektor keuangan dan non-keuangan. Menurut
penelitian sebelumnya Ashton et.al (1987) dan Carslaw (1991) berpendapat perusahaan sektor
keuangan memilki audit delay yang lebih pendek atau berpengaruh negatif terhadap audit delay.
Penelitian yang dilakukan oleh Ashton, Willingham dan Elliot (1987) mengklasifikasikan jenis
industri menjadi dua kelompok yaitu perusahaan manufaktur, dagang, perusahaan minyak dan
gas sebagai sub sampel industri. Sedangkan bank komersial, simpan pinjam, bank penyimpanan
dan perusahaan asuransi sebagai sub sampel perusahaan finansial. Hasil dan penelitiannya
menunjukkan bahwa perusahaan industri mengalami audit delay yang lebih panjang
dibandingkan perusahaan finansial. Audit delay diharapkan untuk lebih singkat pada perusahaan
finansial karena perusahaan dengan jenis tersebut mempunyai sedikit persediaan atau bahkan
tidak sama sekali sehingga waktu audit yang dibutuhkan tidak lama. Selain itu kebanyakan asset
yang dimiliki berbentuk nilai moneter sehingga lebih mudah diukur dibandingkan dengan
perusahaan non finansial, kebanyakan asset yang dimiliki berbentuk fisik seperti persediaan,
aktiva tetap, dan aktiva tidak berwujud.
Jadi, Audit delay berpengaruh terhadap tingkat relevansi informasi dalam laporan keuangan,
dan pada akhirnya berdampak pula pada tingkat kepastian keputusan yang didasarkan pada
informasi tersebut. Hal ini dikarenakan jangka waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi
ketepatwaktuan penyampaian informasi dalam laporan keuangan perusahaan. Panjang
pendeknya jangka waktu tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang telah dibahas diatas.
Audit Delay
| 28
faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dengan variabel bebas berupa ukuran perusahaan,
profitabilitas perusahaan, solvabilitas, kualitas auditor, opini auditor, Umur perusahaan, Jenis
Industrin, Komite Audit, Lamanya Perusahaan menjadi Klian sebuah KAP. Berdasarkan
gambaran tersebut, hubungan antar variabel akan diperlihatkan dalam model berikut:
Audit Delay
Audit Delay
Ukuran Perusahaan
Opini Auditor
Kualitas KAP
Profitabilitas
Solvabilitas
Komite Audit
Umur Perusahaan
Lamanya Perusahaan Menjadi Klien sebuah KAP
Jenis Industri
| 29
Penelitian Terdahulu
Peneliti Variable BebasTahun
PenelitianHasil Penelitian
Ashton dkk.
(1987),
Amerika
Serikat
Kompleksitas perusahaan, kompleksitas
operasional, kompleksitas keuangan,
kompleksitas pelaporan keuangan, jenis
industri, perusahaan publik atau
nonpublik, tahun buku, SPI, EDP,
audit firm tenure, 1982 Jenis opini
qualified, perusahaan industri,
perusahaan nonpublik, tahunbuku selain
31 Desember, SPI dan EDP yang lemah
memperpanjang audit delay.
besarnya laba/rugi, profitabilitas, dan
jenis opini.
1982
Jenis opini
qualified, perusahaan
industri, perusahaan
nonpublik, tahun
buku selain 31
Desember, SPI dan
EDP yang lemah
memperpanjang
audit delay.
Subekti dan
Widiyanti
(2004),
Indonesia
Profitabilitas, ukuran
perusahaan, sektor
industri, opini auditor, KAP Big5
2001
Kelima variable
Independen
berpengaruh
signifikan
terhadap audit
delay.
Wirakusum
a
(2004),
Indonesia
Jenis opini, solvabilitas,
internal auditor, ukuran
perusahaan, profitabilitas, reputasi
auditor, jenis industri.
1999-2001
Jenis opini,
solvabilitas,
internal auditor,
dan ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap rentang
waktu
penyelesaian audit.
Audit Delay
| 30
Haron dkk.
(2006),
Indonesia
Contingent liability,
extraordinary item, reputasi KAP, opini
auditor, ukuran perusahaan, tipe
industri, pengumuman rugi, ratio of
gathering, anak cabang perusahaan
multinasional, good
corporate governance.
2002-2004
Hanya variable opini
auditor, tipe
industri, dan anak
cabang perusahaan
multinasional yang
berpengaruh
terhadap audit
delay.
1. Penelitian yang dilakukan Supriyati Yuliastari Rolinda (2007)
Penelitain ini mengambil judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur dan Finansial di Indonesia). Penelitian ini
dilakukan dengan sampel penelitian perusahaan manufaktur dan finansial yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2005 terhadap 36 sampel perusahaan, penelitian ini
menggunakan variabel independen Ukuran Perusahaan, Debt To Equity Ratio, Profitabilitas,
Ukuran KAP, Jenis Pendapat/Opini, dan Jenis Industri perusahaan. Hasil penelitian berdasarkan
analisis regresi menunjukan bahwa secara signifikan Ukuran KAP dan Jenis Industri
Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay, sedangkan Ukuran Perusahaan, Debt
To Equity Ratio, Tingkat Profitabilitas dan Jenis Pendapat/Opini menunjukan hipotesis yang
diajukan tidak dapat terbukti atau tidak mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay.
2. Penelitian yang dilakukan Yugo Trianto (2006)
Penelitian ini mengambil judul Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay
(Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia) tahun 2004
terhadap 243 sampel perusahaan go public dengan menggunakan 6 variabel yang diteliti yaitu
Ukuran Perusahaan, Jenis Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas dan
Profitabilitas. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa secara simultan semua variabel
independen berpengaruh terhadap Audit Delay. Secara parsial Opini Auditor dan Profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay, sedangkan variabel Ukuran Perusahaan, Jenis
Perusahaan, Ukuran KAP dan Solvabilitas tidak berpengaruh terhadap Audit Delay.
Persamaan penelitian yang sekarang dengan penelitian yang sebelumnya adalah sama-sama
Audit Delay
| 31
menggunakan variabel Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas dan
Profitabilitas.
3. Penelitian yang dilakukan Anggit Wasis Sejati (2007)
Penelitian ini mengambil judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay
Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2003-2005 terhadap 270 perusahaan
dalam satu tahunnya (total 810 perusahaan). Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu
Ukuran Perusahaan, Klasifikasi Industri, dan Laba/rugi Perusahaan. Hasil penelitin
menunjukan bahwa secara simultan variabel Ukuran Perusahaan, Klasifikasi Industri, dan
Laba/rugi Perusahaan berpengaruh positif terhadap Audit Delay, sedangkan secara parsial
hanya Laba/Rugi perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Sistya Rachmawati (2008)
Penelitian ini mengambil judul Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
Terhadap Audit Delay dan Timeliness pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek
Indonesia tahun 2003-2005. Dalam penelitian ini terdapat dua variable dependen yaitu Audit
Delay dan Timeliness dengan lima variabel independen yaitu Profitabilitas, Solvabilitas,
Internal Auditor, Size Perusahaan dan Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Hasil penelitian
menunjukan bahwa Size Perusahaan dan Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh
secara signifikan terhadap Audit Delay sedangkan variabel Profitabilitas, Solvabilitas, dan
Internal Auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay.
5. Penelitian Courtis (1976)
Menunjukkan bahwa variabel yang paling signifikan pengaruhnya terhadap audit delay
adalah tingkat profitabilitas perusahaan. Jika perusahaan menghasilkan tingkat profitabilitas
yang lebih tinggi maka audit delay lebih pendek dibandingkan perusahaan yang memiliki
tingkat profitabilitas yang lebih rendah. Perusahaan tambang dan eksplorasi lebih lambat
pelaporannya daripada kelompok industri tertentu. Sedangkan ukuran perusahaan (total asset),
umur perusahaan, jumlah pemegang saham dan jumlah halamam pelaporan tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Rata-rata audit delay untuk perusahaan-
perusahaan publik di New Zelland adalah 83 hari.
Audit Delay
| 32
6. Givoly dan Palmon (1982)
Melakukan penelitian terhadap lima aspek yang mempengaruhi lama waktu pelaporan
keuangan meliputi tren keterlambatan laporan keuangan, bentuk pengungkapan laporan
keuangan dalam industri, hubungan antara lama waktu pelaporan keuangan dengan isi laporan
keuangan, hubungan antara keterlambatan dengan atribut perusahaan dan hubungan antara
keterlambatan informasi informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa rata-rata keterlambatan yang terjadi antara 41 hari hingga 63 hari. Ketepatan
waktu penerbitan laporan keuangan dikaitkan dengan isi laporan keuangan, sedangkan
keterlambatan penerbitan laporan keuangan dikaitkan dengan berita baik (good news) atau
berita buruk (bad news) dari perusahaan. Berita baik dan buruk erat kaitannya dengan tingkat
profitabilitas perusahaan. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan menerbitkan
laporan keuangan lebih cepat daripada perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah.
7. Ashton dan Elliot (1987)
meneliti hubungan antara audit delay dengan beberapa variabel independen yang terdiri dari
total pendapatan, kompleksitas perusahaan, jenis industri, status perusahaan publik atau
nonpublik, bulan penutupan tahun buku, kualitas sistem pengendalian internal, kompleksitas
operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, campuran relatif antara
waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun, lamanya perusahaan menjadi klien kantor
akuntan publik, besarnya laba atau rugi, tingkat profitabilitas dan jenis opini auditor. Hasilnya
menunjukkan bahwa rata-rata interval waktu antara tanggal penutupan tahun buku dan tanggal
laporan audit adalah 63 hari dengan variabel-variabel yang signifikan berpengaruh
memperpanjang audit delay adalah jenis opini unqualified, jenis perusahaan industri
dibandingkan dengan perusahaan finansial, status perusahaan bukan publik, bulan penutupan
tahun buku selain bulan Desember, dan pekerjaan pemeriksaan relatif memiliki intensitas yang
lebih banyak setelah berakhirnya penutupan tahun buku.
8. Carslaw dan Kaplan (1991)
melakukan penelitian mengenai audit delay pada perusahaan-perusahaan publik di New
Zelland. Variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan, jenis industri, mengumumkan laba
Audit Delay
| 33
atau rugi, adanya extraordinary item, jenis opini akuntan publik, reputasi auditor, tahun buku
perusahaan, kepemilikan perusahaan dan proporsi hutang terhadap asset. Hasil peneltitian
menunjukan bahwa variabel yang signifikan berpengaruh adalah ukuran perusahaan (total asset)
dan pengumuman kerugian oleh perusahaan. Sedangkan rata- rata audit delay di New Zelland
pada tahun 1987 adalah 88 hari sedangkan pada tahun 1988 sebanyak 95 hari.
9. Halim (dikutip oleh Subekti & Novi, 2004)
Melakukan penelitian tentang audit delay di Indonesia dengan menggunakan sampel 287
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1997. Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain total revenue, jenis industri, bulan penutupan tahun
buku, lamanya menjadi klien KAP tertentu, laba atau rugi operasi, tingkat profitabilitas, dan
jenis opini audit. Dari hasil penelitian univariat diperoleh indikasi bahwa audit delay cenderung
lama jika perusahaan menggunakan tahun buku 31 Desember, perusahaan telah lama menjadi
klien KAP tertentu dan mengumumkan kerugian. Hasil penelitian multivariat menunjukan
bahwa ketujuh faktor tersebut secara serentak sangat berpengaruh terhadap audit delay, namun
yang konsisten berpengaruh terhadap audit delay adalah akhir tahun buku dan pengumuman
kerugian. Rata-rata audit delay pada perusahaan–perusahaan di BEI adalah 85 hari.
10. Hanipah (dikutip oleh Subekti & Novi, 2004)
Melakukan penelitian tentang rata-rata audit delay pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 1999. variabel yang digunakan antara lain 28 ukuran perusahaan, jenis
pendapat akuntan publik, tingkat profitabilitas, pelaporan laba atau rugi, dan reputasi auditor.
Hasil penelitian menunjukkan waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan
tahun buku sampai tanggal ditandatanganinya laporan audit untuk perusahaan manufaktur di
BEI adalah 90 hari. Waktu penyelesaian audit cenderung panjang jika ukuran perusahaan
menjadi semakin besar, mendapatkan opini unqualified opinion, memiliki tingkat profitabilitas
rendah dan mengumumkan kerugian.
11. Subekti dan Novi (2004)
Melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay di
Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan objek laporan keuangan auditan yang terjadi di
Audit Delay
| 34
Indonesia pada masa krisis ekonomi. Variabel yang digunakan antara lain tingkat probabilitas,
ukuran perusahaan, jenis industri perusahaan, jenis pendapat akuntan publik, dan ukuran
auditor-Kantor Akuntan Publik. Hasil penelitian menunjukana bahwa variabel dependen audit
delay dipengaruhi oleh kelima variabel independen yaitu tingkat probabilitas, ukuran
perusahaan, jenis industri perusahaan, jenis pendapat akuntan publik, dan ukuran auditor-Kantor
Akuntan Publik
.
12. Wasis S., Anggit (2007)
Melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay di Indonesia.
Penelitian ini mengambil objek penelitian laporan keuangan tahunan perusahaan go public di
Bursa Efek Jakarta tahun 2003 s.d. 2005. Variabel independen yang digunakan antara lain
ukuran perusahaan, klasifikasi industri, dan pengungkapan laba atau rugi perusahaan. Hasil
penelitian 29 menunjukkan bahwa variabel dependen audit delay tidak signifikan dipengaruhi
oleh ukuran perusahaan sedangkan klasifikasi perusahaan serta pengungkapan laba atau rugi
perusahaan signifikan mempengaruhi audit delay.
Audit Delay
| 35
BAB III
PENUTUP
3.1 KesimpulanTujuan umum laporan keuangan dalam PSAK 2009 adalah memberikan informasi tentang
posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakannya.
Audit Delay adalah rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan keuangan tahunan,
diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor
independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu
per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.
Ketepatwaktuan penerbitan laporan keuangan audit merupakan hal yang sangat penting,
Ketepatwaktuan merupakan kualitas yang berkaitan dengan ketersediaan informasi pada saat
dibutuhkan. Waktu antara tanggal laporan keuangan dan laporan audit (Audit Delay)
mencerminkan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Informasi yang sebenarnya
bernilai tinggi dapat menjadi tidak relevan kalau tidak tersedia pada saat dibutuhan.
Ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum
kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi.
3.2 Saran
Audit Delay