Download - natsir mantap
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 1/21
1
Mohammad Natsir: Pemikiran Islam
di Dalam Kehidupan Berbangsa
Latar Belakang
Indonesia yang merdeka pada tahun 1945 adalah sebuah negara yang berbentuk
Kesatuan. Hal itu berdasarkan kesepakatan para founding fathers kita yang telah
berjuang melalui berbagai cara baik diplomatik maupun konfrontasi secara
kekerasan atau fisik. Dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPKI) dibahas berbagai persiapan untuk kemerdekaan Indonesia.
Topik bahasan itu antara lain adalah mengenai bentuk negara, batas negara, dan
dasar negara. Mengenai dua poin bahasan pertama tidak terjadi perdebatan yang
berarti, tetapi untuk bahasan mengenai dasar negara terjadi pembahasan yang alot
dan perdebatan yang sengit.
Perdebatan itu muncul ke permukaan sekitar tahun 1940-an dan terjadi antara
dua tokoh besar saat itu yaitu Soekarno dan Mohammad Natsir. Perdebatan tentangdasar negara berkutat pada dua pemikiran mereka yang bertolak belakang satu sama
lain. Soekarno menganggap bahwa negara harus dipisahkan dari agama. Kelompok
yang mempunyai ide yang sama dengan Soekarno sering disebut Kaum Nasionalis
Sekuler. Pemikiran yang bertolak belakang diperlihatkan oleh Natsir yang
menganggap bahwa persoalan negara tidak dapat dipisahkan dari agama (Islam).
Kelompok yang mempunyai ide yang sama dengan Natsir sering disebut Kaum
Nasionalis Islam atau Nasionalis Religius. Keduanya sebenarnya mempunyai satu
cita-cita yang sama untuk membangun bangsa dan negara Indonesia, Tetapi
keduanya mempunyai pandangan yang berbeda dalam menentukan dasar negara ini.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan nasionalisme? Sangat menarik
sebenarnya membahas mengenai nasionalisme. Nasionalisme adalah suatu gerakan
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 2/21
2
sosial (social force) yang penuh dengan dinamika, penuh dengan gejolak. Sebuah
bentuk kecintaan yang mendalam terhadap bangsa. Menurut Rupert Emerson
nasionalisme adalah komunitas orang-orang yang merasa bahwa mereka bersatu
atas dasar elemen-elemen yang mendalam dari warisan bersama dan bahwa mereka
memiliki takdir bersama menuju masa depan. Disini, meminjam wacana Soekarno,
semangat nasionalisme merupakan semangat kelompok manusia yang hendak
membangun suatu bangsa yang mandiri, dilandasi satu jiwa dan kesetiakawanan
yang besar, mempunyai kehendak untuk bersatu dan terus menerus ditingkatkan
untuk bersatu, dan menciptakan keadilan dan kebersamaan. Hasrat hidup bersama
itu merupakan solidaritas yang agung. Ernest Renan menyebut nasionalisme sebagai
le desire d¶entre ensemble atau kehendak untuk bersatu.1
Nasionalisme ini
membentuk persepsi dan konsepsi identitas sosial kaum pergerakan di selurunegara-negara jajahan sebagai suatu kekuatan politik yang tak bisa dinegasikan oleh
penguasa kolonial. Tujuan nasionalisme ini adalah pembebasan dari penjajahan dan
menciptakan masyarakat/negara yang adil, dimana tidak ada lagi penindasan
manusia oleh manusia. Melihat pernyataan diatas, menguatkan pemahaman saya
bahwa Natsir adalah seorang nasionalis sejati. Meskipun ia mengedepankan konsep
Islam dalam pemikirannya, tetapi tujuan Natsir jelas. Menaikan harkat dan martabat
bangsa indonesia. Melepaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan,
belenggu pembodohan moral.
Seorang Natsir yang memiliki landasan pemikiran Islam ternyata memiliki andil
dalam perjuangan Indonesia. Tanpa memikirkan diri sendiri, apalagi golongannya,
Natsir terus berjuang mulai dari pembentukan negara Indonesia yang utuh sampai
memperjuangkan hak ± hak kaum Muslim di Indonesia. Atas dasar itulah penulis
ingin mengangkat pemikiran Natsir, menelusuri lebih dalam mengenai pemikiran
yang Natsir miliki dan mengapa sampai sekarang jasanya begitu besar di Negara
Kesatuan Republik Indonesia ini.
Meskipun pada saat itu muncul banyak ide ± ide mengenai dasar negera, natsir
tetap berpegang teguh terhadap pemikiran yang ia miliki. Ide-idenya itu dipaparkan
secara komprehensif, tidak hanya dari sudut pandang konseptual tetapi sampai
1 Badri Yatim, S oekarno, Islam, dan Nasionalisme, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1999. Hal 60
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 3/21
3
kepada penerapannya. Pemikiran Natsir yang santun tetapi kokoh membuat konsep
negara bangsa yang ingin ia terapkan menjadi perhatian banyak pihak. Tetapi
sebelum kita mempelajari pemikiran natsir lebih lanjut, ada baiknya penulis
menjelaskan terlebih dahulu latar belakang yang dimiliki oleh natsir sehingga kita
mendapat gambaran mengenai pemikiran yang ia miliki.
Natsir lahir di Minangkabau, Alahan Panjang, Sumatra Barat pada tanggal
17 Juli 1908, dan wafat di Jakarta 5 Februari 1993.
Ayahnya, Sutan Saripado adalah
seorang pegawai pemerintahan di sana, ibunya, Khadijah adalah ibu rumah tangga.
Natsir lahir di keluarga yang memiliki latar belakang islam yang kuat karena
kakeknya adalah seorang ulama. Tempat kelahiran Natsir merupakan tempat
kelahiran pemikir ± pemikir Islam ternama yang menjadi tokoh pejuangkemerdekaan, politik, maupun pendidikan seperti Imam bonjol, Sutan Sjahrir,
Mohammad Hatta, dan masih banyak lagi.2
Ketika kecil, Natsir belajar di H olland Inlandse S chool (HIS) Solok serta di
sekolah agama Islam yang dipimpin oleh para pengikut Haji Rasul. Tahun 1923-
1927 Natsir mendapat beasiswa untuk sekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs
(MULO), dan kemudian melanjutkan ke Algemene Middelbare Schol (AMS)
Bandung hingga tamat pada tahun 1930. Di Bandung, Natsir berinteraksi dengan
para aktivis pergerakan nasional antara lain Syafruddin Prawiranegara, Mohammad
Roem dan Sutan Syahrir.
Sifat kepemimpinan natsir yang keras sudah terlihat sewaktu dia bersekolah di
AMS. Sewaktu di kelas, Natsir menolak pendapat gurunya yang mendukung
penanaman paksa tebu dan gula di pulau Jawa. Karena gurunya merasa tidak terima,
akhirnya Natsir diberi tugas meneliti mengenai kasus tersebut dan dalam waktu 2
minggu ia dapat membuat makalah berdasarkan penelitannya di dokumen ±
dokumen bibliotik Gedung Sate. Presentasinya selama 40 menit membuat seluruh
kelas tercengang dan sunyi senyap akibat kemampuan yang Natsir miliki.3
2Thohir Luth, Natsir Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta, Gema Insani Press, 1999. Hal 21
3 Lihat dalam tulisan Taufiq Ismail dalam 100 Tahun Mohammad Natsir: Berdamai dengan S ejarah,
Jakarta, Republika, 2008. Hal xii
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 4/21
4
Seiring berjalannya waktu, ia diakui sebagai tokoh handal sebagai Pemikir,
Intelektual, Pujangga, dan Negarawan. Ia tidak hanya terampil menuangkan ide dan
gagasannya dalam bentuk tulisan, namun ia juga bertindak secara nyata. Buktinya
selain pernah mengetuai J ong Islamiten Bond (JIB) Bandung, 1928-1932, Natsir
pernah pula aktif di Partai Islam Indonesia (PII) dan PERSIS. Kepribadian Natsir
terbentuk berkat perkenalannya dengan Ahmad Hassan, pria keturunan India asal
Singapura yang kemudian menjadi ahli agama di Organisasi PERSIS. melalui
diskusi dan percakapan seputar persoalan Islam, politik, dan kemerdekaan. Bersama
Hassan, Natsir menyelami dan memahami Islam secara mendalam yang bercorak
reformis dan moderat, jauh dari kecenderungan sikap eksklusif, seperti yang
dikembangkan ulama tradisional.4
Secara pribadi keterlibatan di Persis tentu
menjadi sebuah proses pematangan Natsir secara intelektualitas, keterlibatannyadisini menjadikan dia menjadi seorang yang kritis dan aktif dalam berbagai kegiatan
keislaman sedangkan keaktifan di JIB telah memberikan kematangan secara
keorganisasian dan politik. Di dunia pendidikan, Natsir sempat mendirikan
Pendidikan Islam (Pendis) di Bandung, sebuah bentuk pendidikan Islam modern
yang bernafas agama. Di Pendis ini, Natsir menjadi direktur selama 10 tahun, sejak
1932.
Tahap selanjutnya dalam perkembangan pemikiran Natsir adalah ketika ia
bergabung dengan Masyumi. Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) sendiri
berdiri pada tanggal 17 November 1945 melalui Kongres Nasional Umat Islam di
Yogyakarata. Masyumi ini berbeda dengan Masyumi yang pernah dibentuk oleh
Pemerintahan Jepang pada akhir tahun 1943, Masyumi bentukan Jepang yang sudah
ada sebelumnya hanya terbuka bagi perserikatan-perserikatan yang telah diberi
status hukum oleh pemerintahan militer. Kiai dan ulama yang telah mendapat
persetujuan dari pemeritahan bisa menjadi anggota, ditambah lagi ketika mereka
dibawah kontrol pemerintahan Jepang. Dengan demikian Masyumi bentukan
Jepang tentu saja bertujuan untuk memuluskan kepentingan Jepang, sementara
Masyumi yang dibentuk pasca kemerdekaan adalah organisasi politik yang berdiri
tanpa campur tangan luar dan mendapat sambutan baik dari organisasi pergerakan
4http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2008/11/11/Opini/krn.20081111.147635.id.html
Diakses pada tanggal 20 Desember 2010 pukul 17:26
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 5/21
5
Islam. Semenjak berdirinya inilah Natsir bergabung dan menyalurkan aspirasi ±
aspirasinya sampai ia terpilih menjadi ketua.5
Sejarah mencatat bahwa pasca proklamasi 17 Agustus 1945, saat
kemerdekaan Indonesia baru dinikmati sebentar, banyak terdapat ancaman politik
dan militer pihak asing, Natsir menjadi orang yang berjasa besar dalam menjaga
eksistensi negara Indonesia. Di tengah gempuran militer dan upaya diplomasi
Belanda membangun negara boneka yang diprakarsai oleh Van Mook, Natsir
muncul dan hadir mengarsiteki mosi integral dan menggagalkan negara bentukan
Van Mook. Melalui mosi integral, Natsir berhasil mempersatukan kembali Republik
Indonesia Serikat (RIS) menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
menobatkan Soekarno-Hatta sebagai pemimpin. Sejarah bangsa Indonesia tidak
terlepas dari peran mosi integral yang oleh beberapa pihak dinilai sebagai
proklamasi kedua setelah 17 Agustus 1945. Mosi integral yang diajukan Natsir
dalam menyelamatkan Republik Indonesia dengan jalan konstitusi menjadikan
debut politik amat cemerlang baginya. Dalam mengajukan gagasan mosi integral ini
Natsir tentu melakukan perjuangan yang cukup menguras tenaga, lihat bagaimana
dia harus melakukan pendekatan terhadap oragnisasi politik dan organisasi
masyarakat . PKI sebagai organisasi barisan kiripun tidak luput untuk didekati,
pertemuaan Natsir dengan Sakirman yang mewakili PKI misalnya tetap berjalan
dengan baik. Mosi integral Natsir disampaikan olehnya pada Sidang Dewan
Perwakilan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 3 April 1950. Dari mosi
integral inilah lahir proklamasi kedua yang dibacakan oleh Soekarno pada tanggal
17 Agustus 1950 di Istana Merdeka, 5 tahun sesudah proklamasi yang pertama. Inti
dari mosi integral tersebut adalah untuk kedua kalinya RI memproklamasikan
menjadi sebuah negara kesatuan. Ini berarti RIS dibubarkan dan dibentuk lah
sebuah kabinet baru.6
Sungguh luar biasa pemikiran Natsir mengenai mosi integral
tersebut.
5 Thohir Luth, Natsir Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta, Gema Insani Press, 1999. Hal 43
6 Yudi Latif , Indonesian Muslim intelligentsia and power , Singapura,Institute of Southeast Asian
Studies, 2008. Hal 250
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 6/21
6
Mosi integral yang diajukan Natsir dalam menyelamatkan Republik
Indonesia dengan jalan konstitusi menjadikan debut politik amat cemerlang bagi
karirnya. Dalam mengajukan gagasan mosi integral ini Natsir tentu melakukan
perjuangan yang cukup menguras tenaga. Hal-hal diatas lah yang membuat penulis
semakin tertarik dengan pemikiran Natsir, karena disatu sisi dengan landasan Islam
yang kuat, ia adalah seorang Nasionalis yang mementingkan bangsa dan negara
Indonesia.
Keberhasilan Natsir dalam mewacanakan mosi integral ternyata masih
menyimpan cita-cita yang lebih besar yaitu bagaimana menjadikan Islam sebagai
landasan atau dasar negara , perjuangan in dilakukannya bersama Masyumi. Dalam
pidatonya yang berjudul ³Islam Sebagai Dasar Negara´ Natsir mengatakan bahwa
untuk dasar negara, Indonesia hanya mempunyai dua pilihan yaitu sekulerisme
(Memisahkan agama dengan politik) atau paham keagamaan (Islam sebagai dasar
negara). Sedangkan Pancasila menurut pendapatnya adalah la diniyah. Karena itu
Pancasila dianggap sekuler karena tidak mengakui wahyu sebagai sumber, dapat
dikatakan Pancasila adalah hasil penggalian dari masyarakat.
Sesuai dengan argumentasi yang dikemukakan oleh Natsir, mengajak
masyarakat untuk melihat bahwa Islam sebagai agama anutan mayoritas masyarakat
Indonesia. Tentu dengan posisi mayoritas anutan masyarakat menjadikan Islam
memiliki akar yang kuat dalam masyarakat Indonesia, sebab itu menjadikan alasan
yang kuat menjadikan Islam sebagai dasar negara. Argumentasi lain mengapa
partai-partai Islam memperjuangkan Islam sebagai dasar negara, menurut Natsir
karena ajaran Islam mempunyai sifat-sifat yang sempurna bagi kehidupan negara
dan masyarakat juga menjamin keragaman hidup antara berbagai golongan dalamnegara dengan penuh toleransi.
Kaum minoritas yang ada waktu itu tidak perlu
merasa cemas atau curiga karena dia meyakini bahwa Islam sebagai agama
Mayoritas akan tetap memberikan perlindungan serta jaminan keamanan.7
7 Thohir Luth, Op.Cit., Hal 50
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 7/21
7
Keyakinan yang ditanamkan Natsir dalam dirinya bahwa Islam sajalah yang
membuat kemajuan bangsa Indonesia menuju kehidupan sosial masyarakat yang
damai, adil dan sejahtera. Perjuangan mengaplikasan Islam sebagai dasar negara
tidak semudah perjuangan mosi internal, persoalan dasar negara harus Islam,
Pancasila atau lainnya mengalami perdebatan panjang di konstituante.
Pergelutan Natsir di Dunia Politik dan Pemikirannya
Natsir dikenal sebagai ulama intelektual, dia banyak melahirkan karya-karya
monumental yang meliputi bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan dakwah.
Sebagaimana telah disebutkan dari awal bahwa Natsir hidup dilingkungan Islam
yang berparadigma kritis, hal ini berpengaruh besar pada pembentukan pola
pikirnya. Keterlibatannya di JIB seta Persis menambah keyakinannya bahwa Islam
adalah acuan dari kehidupan, baik itu kehidupan sosial ataupun kehidupan
bernegara. Metodologi berpikir Natsir menekankan pada dua hal yaitu pertama,
keterikatan sepenuhnya Al-Qur¶an dan Al-Sunnah sebagai sumber utama acuan
berpikir. Tulisan Natsir secara keseluruhan memang tidak pernah meninggalkan
keterikatan terhadap Al-Qur¶an dan Al-Sunnah, corak berpikir seperti inilah yang
menunjukkan Natsir sebagai tokoh yang hanya mau diikat oleh Al-Qur¶an dan Al-
Sunnah. Secara otomatis dia menjadi seorang yang merdeka dan terbebas dari
takhyul dan sebagainya.8
Ciri khas berpikirnya yang kedua adalah penalarannya terhadap akal, disini
ia tidak menempatkan akal diatas agama. Tetapi beliau sangat mengedepankan
pentingnya akal dalam kehidupan. Terbukti dengan penolakannya terhadap
pandangan negara sekuler. Natsir mengatakan salah satu tiang ajaran Nabi
Muhammad SAW yang penting adalah penghargaan akal manusia, orang Islam
diwajibkan untuk memakai akal dalam memikirkan ayat-ayat Al-Qur¶an agar
mengerti maksud dan tujuannya. Islam sangat mencela orang yang tidak
menggunakan akal yang telah diberikan Allah SWT, jelas akal sebagai nilai lebih
manusia dibanding mahkluk lainnya. Islam tetap merupakan agama yang
8 M.Natsir, C apita S elekta, Jakarta, Bulan Bintang: 1973. Hal 238-239.
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 8/21
8
menghormati akal manusia. Mewajibakan orang menuntut ilmu, memerdekaan
kebebasan berpikir, melarang penerapan secara literal semua yang diserap, seperti
yang Soekarno sering tuding terhadap kaum pemikir Islam. Tetapi sekali lagi ia
tekankan bahwa tujuan itu semua adalah agar negara yang akan dibangun nanti
sesuai dengan ajaran agama dan dapat tumbuh menjadi negara yang stabil luar dan
dalam.
Disini Islam dipandang sebagai sistem yang mencakup berbagai hal, bukan
hanya ibadah tetapi juga bidang politik, sosial ± budaya, sampai ekonomi. Menurut
beliau , melepaskan segala sesuatu yang telah disebutkan tadi tanpa restu Allah
berarti sama saja menjerumuskan kedalam kemusyrikan. Bagi Natsir, agama Islam
tidak dapat dipisahkan dari negara. Ia menganggap bahwa urusan kenegaraan pada
pokoknya merupakan bagian integral risalah Islam. Dinyatakannya pula bahwakaum muslimin mempunyai falsafah hidup atau ideologi seperti kalangan Kristen,
fasis, atau Komunis. Natsir lalu mengutip Al quran yang dianggap sebagai dasar
ideologi Islam yang artinya, ³Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia melainkan
untuk mengabdi kepada-Ku.´ (51: 56). Bertitik tolak dari dasar ideologi Islam ini,
Natsir berkesimpulan bahwa cita-cita hidup seorang Muslim di dunia ini hanyalah
ingin menjadi hamba Allah agar mencapai kejayaan dunia dan akhirat kelak.9
Menurut Natsir, ketidakfahaman terhadap negara Islam, negara yang
menyatukan agama dan politik, pada dasarnya bersumber dari kekeliruan
memahami gambaran pemerintahan yang akan diterapkan Islam. Bahkan beliau
sempat berpendapat dalam buku C apita S elekta yang ia tulis sebagai berikut,
³Kalau kita terangkan, bahwa agama dan negara harus bersatu, maka terbayang
sudah di mata seorang bodoh duduk di atas singgahsana, dikelilingi oleh
³haremnya´ menonton tari ³dayang-dayang´. Terbayang olehnya yang duduk
mengepalai ³kementerian kerajaan´, beberapa orang tua bangka memegang hoga.
Sebab memang beginilah gambaran pemerintahan Islam yang digambarkan dalam
kitab-kitab Eropa yang mereka baca dan diterangkan oleh guru-guru bangsa barat
selama ini. Sebab umumnya (kecuali amat sedikit) bagi orang Eropa: Chalifah =
Harem; Islam = poligami.´ Disini Natsir ingin membenarkan pandangan yang
9 Ibid. Hal 436
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 9/21
9
selama ini berkembang mengenai pemerintahan Islam, karena menurut Natsir
pemerintahan yang ideal menurut Islam jauh dari pendapat ± pendapat tersebut.
Natsir sangat ingin meluruskan pandangan yang beredar di kalangan umum
mengenai pemerintahan Islam yang ada.
Natsir: Islam dan Demokrasi
Memasuki alam demokrasi, penulis dihadapkan pertanyaan besar. Apakah
demokrasi sejalan dengan Islam? Pertanyaan tersebut terus bergulir karena ada
pandangan segelintir orang yang menganggap Islam tidak sejalan dengan
demokrasi. Entah karena sifat Pluralisme nya yang bersifat toleransi terhadap
agama, ketakutan akan berkembangnya sistem ekonomi yang tidak sesuai dengan
Syari¶at Islam, atau hanya ketakutan semata karena pemikiran mereka mengacu
pada bangsa arab yang di pimpin rezim anti-demokrasi dan anti semua
perkembangan barat. Pemikiran ± pemikiran tersebut dilandaskan ketakutan
terhadap elite, yang tentu saja dipilih berdasarkan sistem demokratis tetapi nantinya
tidak dapat mempertanggung jawabkan amanat. Asumsi bahwa mereka akan
menyalahgunakan kekuasan bahkan memperkaya diri sendiri. Tetapi pemikiran
tersebut menurut penulis dengan sendirinya dibantah karena toh banyak
penyimpangan kekuasaan yang terjadi di sistem pemerintahan negara arab sendiri.
Selain itu banyak pemikiran kaum puritan yang bersikat anti terhadap dunia barat,
mereka beranggapan bahwa demokrasi dan hak ± hak asasi manusia yang dibawa
barat akan merusak tatanan nilai Islam. Mereka ingin menciptakan tatanan
perdaban, sebuah civilization yang mengacu terhadap sejarah ± sejarah Islam dan
tafsiran mereka terhadap kehidupan Nabi. Tetapi mereka lupa bahwa mereka juga
menggunakan dan menikmati teknologi ± teknologi barat seperti sarana komunikasi
dan kendaraan bermotor.10
Dapat disimpulkan disini bahwa tidak sepenuhnya
pengaruh peradaban barat adalah negatif, tergantung bagaimana kita memiliki fitler
10 Ahmad Syafii, Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan, Bandung, Mizan Pustaka,
2009. Hal 154
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 10/21
10
yang kuat dan dapat memilah ± milah mana masukan yang sesuai dengan kaidah
dan nilai ± nilai dasar yang kita miliki.
Bila melihat sejarahnya, pemeluk islam yang menjadi mayoritas di
Indonesia sebenarnya adalah penganut demokrasi. Penganut kebebasan yang sangat
bertanggung jawab. Keterwakilan yang seharusnya menanggung amanat. Menurut
sebagian besar mayoritas pemeluk Islam di Indonesia, dengan adanya sistem
demokrasi partai ± partai Islam dapat lebih mudah memperjuangkan nilai ± nilai
Islam yang ingin mereka tegakan. Pemeluk Islam menginginkan sebuah sistem yang
membebaskan manusia terbebas dari ketidakadilan. Sebuah sistem yang memberi
ruang partisipasi yang tinggi terhadapat masyarakatnya untuk memperjuangkan
nilai ± nilai yang dianut tanpa adanya rasa takut.
11
Jadi apabila ada segelintir pemikir yang mempertanyakan dan memperdebatkan sistem demokrasi yang tidak
sejalan dengan pemikiran Islam rasanya penulis menyarankan untuk tidak terlalu
dirisaukan karena posisi argumennya tidak terlalu kuat dan mengganggu
berjalannya demokrasi itu sendiri. Natsir disini sebagai pemikir Islam yang
memiliki kompetensi sekaligus jiwa nasionalisme yang tinggi, berperan sebagai
tokoh demokratisasi yang berkembang di Indonesia. Demokrasi yang
sesungguhnya, keterwakilan yang tidak otoriter dan mengedepankan kesejahteraan
rakyat luas.
Sebagai seorang negarawan yang berpengetahuan keagamaan luas, Natsir
sebenarnya mengimpikan negeri ini menjadi sebuah negara yang masyarakatnya
hidup dengan rukun, taat beragama, bertoleransi (tasamuh), dan hidup dengan
sejahtera. Demi mewujudkan impiannya tersebut, Natsir mengusung konsep sebuah
negara yang berdasarkan sistem demokrasi konstitusional, yaitu sistem
pemerintahan yang tunduk pada konstitusi, kekuasaan negara berada pada tangan
rakyat, dan pemerintah selaku pemegang kekuasaan dibatasi oleh konstitusi dantidak bisa bertindak sewenang-wenang sehingga tidak melanggar hak-hak asasi
rakyat. Yang penulis tangkap disini adalah Natsir berupaya menciptakan sistem
yang tunduk dengan konstitusi, lalu setelah itu baru ia berjuang menciptakan
11 Ibid. Hal 152 - 153
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 11/21
11
konstitusi yang berlandaskan asas ± asas atau nilai Islam. Bentuk pemerintahan
yang Natsir tawarkan pun berupa konsep Teo-Demokrasi.
Teo-demokrasi adalah demokrasi yang dibimbing oleh wahyu. Dengan
prinsip ini, Natsir ingin mempertegas bahwa kebebasan harus ada batasnya,
sementara demokrasi sekuler menurut Natsir dapat berujung pada berbagai musibah
kemanusiaan. Tanpa intervensi wahyu, manusia bisa terperangkap pada dorongan
nafsu hewani dan anarkistis. pernyataan Natsir ini bukanlah pemahaman buta
melainkan pemahamannya yang mendalam atas teori dan praktek demokrasi
sekaligus melihat dengan jernih keterbatasannya.12
Natsir berupaya menawarkan teo-demokrasi untuk Indonesia karena
kekhawatirannya terhadap perkembangan pengaruh sekularisme di Indonesia yang
dikembangkan oleh Soekarno dan pemikir Nasionalis yang lain. Di masa awal
kemerdekaan, Soekarno ingin membangun Indonesia dengan menganut paham
Ataturkisme dan Kemalisme dengan mengusung pemikiran yang liberal dan
sekuler. Soekarno yakin bahwa harus ada pemisahan antara agama dan negara.
Hal ini ditolak Natsir. Sebab, secara teologis dan sosiologis, menurut Natsir,agama telah menyatu dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan hal ini berbeda
dengan Barat, yang kemerdekaannya terbangun tanpa keterlibatan peran agama,
sehingga tidak peduli akan peran agama dalam sebuah negara. Bagi Natsir,
kemerdekaan Indonesia dibangun dan didapatkan dengan peran agama yang kental.
Pembentukan negara Indonesia berada pada keterikatan terhadap agama. Agama
merupakan realitas hidup yang menjadi bagian dari kehidupan sosial, dan budaya
bahkan agama berperan penting serta menjadi inspirasi dan alat mobilisasi yang luar
biasa dalam melawan penjajahan, dengan mengobarkan semangat jihad. Sehingga,
bagi Natsir, mau tidak mau politik Indonesia harus memberi peran yang sesuai bagi
12 Zaim Saidi, Ilusi Demokrasi: Kritik dan Otokritik Islam , Jakarta, Republika, 2007. Hal 116
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 12/21
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 13/21
13
meletakkan Al-Quran bukan sebagai kitab hukum, melainkan sebagai sumber
hukum abadi. Karena sebagai sumber hukum, Al-Quran bersifat abadi, selalu cocok
untuk setiap zaman, di mana pun dan kapan pun manusia hidup. Prinsip hukum
Islam menurut dia adalah segala sesuatu boleh dilakukan kecuali yang dilarang.
Ijtihad suatu keharusan bagi umat Islam, yakni berijtihad sejauh-jauhnya tetapi
harus selalu memperhatikan yang haq dan yang batil serta yang haram dan halal.15
Situasi dan kondisi negara Indonesia berpijak pada proses pembentukan dan
kehidupan masyarakat secara keseluruhan memang tidak bisa lepas dari agama.
Dengan asumsi ini, sangat tepat jika konsep teo-demokrasi gagasan Natsir ini
dijadikan rujukan untuk membangun demokrasi di Indonesia.
Pemikiran Natsir inilah yang kemudian membawa Natsir pada posisi
bertentangan dengan Soekarno. Paham Natsir ini dianggap sebagai sesuatu yang
berbahaya, Soekarno melawannya dengan mempopulerkan demokrasi terpimpin.
Sebuah ide yang sangat ditentang Natsir pada masa itu. Natsir adalah orang yang
sangat berpegang teguh terhadap konstitusi. Bentuk ± bentuk demokrasi terpimpin
yang mulai dicetuskan sangat bertentangan dengan pemikiran Natsir. Ketegangan
yang timbul semakin diperparah dengan adanya percobaan pembunuhan terhadap
Soekarno pada tanggal 30 November 1957 di Cikini. Karena pada saat itu terlibat
anggota Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), Masyumi dituding terlibat di
balik peristiwa tersebut. Tudingan muncul terhadap Natsir dan kawan ± kawan
sehingga membuat mereka menyingkir karena situasi yang tidak aman ke Sumatera
dan tergabung di dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).16
15 Lihat dalam tulisan Ahmad Muflih dalam Pemikiran dan Perjuangan Mohammad Natsir, Jakarta,
Pustaka Firdaus, 1996.Hal 163 -164
16Lihat dalam tulisan Burhan D. Magenda dalam Natsir di Panggung S ejarah Republik, Jakarta,
Republika, 2008. Hal 12 ± 13
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 14/21
14
Sebenarnya bila melihat lebih jauh, bergabungnya Natsir di dalam PRRI
diakibatkan ketidakpuasan terhadap kepimimpinan Soekarno dan kedekatan
Soekarno dengan kabinet Djuanda. Ditakutkan kabinet tersebut akan semakin kuat
dan akan menyingkirkan lawan lawan politik yang ada. Mereka beranggapan
kedekatan dengan pihak komunis yang dipimpin PKI akan berakibat fatal karena
pihak komunis akan menggunakan cara apapun untuk mencapai kekuasaan.
Ditakutkan bangsa Indonesia akan dihancurkan, padahal masyarakat yang ada pada
saat itu adalah mayoritas Muslim sehingga Natsir dan kawan ± kawan menolak
dengan keras bentuk ± bentuk manuver politik yang membahayakan kesatuan
Nasional pada waktu itu dan mulai bergabung dengan PRRI. Natsir saat itu
tergabung sebagai keanggotaan perjuangan yang pasif. Mengapa pasif? Karena
perlawanan militer yang waktu itu dilakukan lebih sering dijalankan oleh sayap ± sayap militer seperti Simbolon dan Ahmad Husein. Disini dapat dikatakan Natsir
menjadi korban karena Natsir sangat menolak bentuk perlawanan dengan kekerasan
terhadap pemerintah pusat. Beliau sangat percaya dengan nilai kebangsaan dan nilai
demokrasi.17
Ketidakpuasan yang kedua adalah adanya ketimpangan dalam hal ekonomi
dan pembangunan yang berpusat atau terkonsentrasi di pulau Jawa. Pihak Natsir
menuntut sebuah Otonomi Daerah. Sebuah pemerataan pembangunan. Bahkan
Burhan D. Magenda berpendapat bahwa apabila tuntutan mengenai otonomi daerah
saat itu dipenuhi kemungkinan besar akan mencegah terbentuknya Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) dan Organisasi Papua Merdeka. Sungguh pemikiran preventif
yang luar biasa dari seorang Natsir.
Pihak pemerintah membaca situasi ini sebagai suatu kemacetan konstitusi
yang serius, maka pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno dengan sokongan
penuh pihak militer mengeluarkan dekrit untuk kembali ke UUD 1945 dan
sekaligus membubarkan Majelis Konstituante yang dipilih rakyat. Situasi tersebut
tentu menjadikan suatu guncangan tersendiri bagi umat Islam baik secara politis
maupun secara psikologis.
17 Thohir Luth, Op.Cit., Hal 53
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 15/21
15
Dekrit yang dikeluarkan Soekarno membuat dia menggenggan pimpinan
yang memilki kekuasaan secara politis, dimana kekuasaan tersebut tanpa tapal batas
dan sejak itulah setiap usulan mengganti dasar negara dengan Islam selalu
dilemahkan. Soekarno menggunakan kesempatan pada posisi pemegang tampuk
kekuasaan teringgi untuk meminimalisir wacana menghidupkan ideologi Islam.
Pada tanggal 31 Desember 1959 Soekarno menetepkan kebijakan Penetapan
Presiden (Penpres) No. 7/ 1959 yang mengatur kehidupan dan pembubaran partai,
selanjutnya dikeluarkan pula Keputusan Presiden (Kepres) No. 200/ 1960 yang
secara resmi memerintahkan pembubaran Masyumi dan PSI yang diumumkan pada
tanggal 17 Agustus 1960 .18
Periode Orde Baru: Metode Dakwah Politik
Setelah PRRI diberi tawaran amnesti oleh pemerintah pusat akhirnya PRRI
menyerah dan tidak melanjutkan perlawanan dan mulai mengganti metode
perjuangannya. Tetapi sebagai akibat dari perlawanannya Natsir di jatuhi hukuman
dan ditahan di Batu, Malang, sampai akhirnya terjadi pergantian rezim dan pada
rezim Orde Baru Natsir dibebaskan. Meskipun sudah bebas, Natsir masih belum
mendapatkan tempat di pemerintahan Orde Baru karena dianggap pernah
melakukan perlawanan dan merupakan salah satu tokoh yang berjuang keras
menjadikan Islam sebagai dasar negara. Rupanya rezim Orde Baru telah
memasukan nama Natsir kedalam daftar hitam politik (Blacklist), sebuah hal yang
lumrah di era Orde Baru karena pada rezim tersebut para pemikir dan politikus
tidak bebas bergerak, tidak bebas dalam menyuarakan pendapat.
Setelah bubarnya Masyumi dan tidak dapatnya Natsir masuk kembali
kedalam dunia politik membuat Natsir membuka lembaran baru dalam
memperjuangan nilai-nilai Islam yang Rahmatin Alamin, metode perjuangan yang
digunakannya sebagai juru da¶wah. Kesulitan untuk membangun kembali Masyumi
membuat Natsir dan para aktifis yang aktif di Masyumi dulunya membentuk Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia(DDII) pada tanggal 26 Februari 1967, lembaga ini
18 Ahmad Syafii, Islam dan Politik Demokrasi Terpimpin, Jakarta, Gema Insani Press, 1996. Hal 75
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 16/21
16
didirkan atas dasar kesepakatan beberapa alim ulama pada pertemuan halal bi halal
di Jakarta.
Melihat keadaan politik yang sedemikian rupa, akhirnya Natsir mencoba
pendekatan ± pendekatan baru. Natsir mengetahui bahwa perjuangan Islam dengan
menggunakan jalur partai sudah tidak mungkin lagi. Tetapi Natsir yakin perjuangan
Islam tidak boleh berhenti sampai disitu. Karena itu dia yakin bahwa jalan dakwah
yang ia tempuh adalah jalan terbaik dalam memperjuangkan hak dan kepentingan
kaum Muslimin, terutama di Indonesia.
Pada periode pertama yayasan ini dipimpin oleh Natsir sebagai ketua, H.M.
Rasyidi sebagai wakilnya, sekretaris I dan II masing-masing H. Buchari Taman danH. Nawari Duski, serta bendahara H. Hasan, dengan beberapa anggota yaitu: H.
Abdul Malik Ahmad, Prawoto Mangkusasmito, H. Mansur Daud Datuk Palimo
Kayo, Desnan Raliby dan Abdul Hamid.
Bentuk kepengurusan diatas tidak berubah
selama dua puluh tahun lamanya.19
Melalui DDII telah banyak usaha-usaha yang
dilakukan dalam memberikan pemahaman Islam melalui dakwah, sementara itu ada
beberapa usaha ±usaha lain yang dilakukan DDII terbagi beberapa kelompok, yaitu:
1. Memperluas pengertian dakwah dari pengertian hanya sebagai tabliqh, kepada
pengertian yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat sebagai kelanjutan
risalah Nabi Muhammad SAW.
2. DDII memberikan pengertian kepada para jamaahnya bahwa tugas dakwah
merupakan fardhu ain bagi setiap muslim
3. Mengembalikan fungsi mesjid sebagai pusat pembinaan masyarakat seperti di
zaman Rasulullah.
4. Mengingatkan dan meningkatkan mutu dakwah.
5. Meningkatkan usaha pembelaan terhadap umat dan perbaikan aqidahnya.
6. Membangkitkan ukhuwah Islamiyah Al-Alamiyah (persaudaraan Islam
Internasional)
19http://www.dewandakwah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=13&Itemid=27
Diakses pada tanggal 20 Desember 2010 pukul 23:10
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 17/21
17
Oleh karena didirikan para aktifis Masyumi maka DDII tidak lepas dari
kecurigaan ingin menghidupkan kembali Masyumi. Walaupun demikian para
petinggi DDII menekankan doktrin bahwa DDII didirikan atas dasar takwa,
diinginkan agar Islam dapat tersebar keseluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat
sekaligus memurnikan kembali tradisi keislaman yang ternodai oleh nilai-nilai non
Islam. Selama perjalanannya DDII tidak terlepas dari sosok Natsir, prinsip-prinsip
musyawarah dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan penentuan kebijakan
DDII membuat mereka semakin solid dibawah kepemimpinan Natsir.20
Mengutip
dari buku Natsir, Dakwah, dan Pemikirannya mantan perdana menteri jepang
Takeo Fukuda dalam sebuah artikelnya menulis sebagai berikut:
³Lama setelah hiruk ± pikuk dunia politik ditinggalkannya, ayahanda
M.Natsir yagn pernah dua kali dipenjara sebagai tahanan politik tetap sibuk membina bangsanya. Katanya dalam sebuah wawancara, kalau dulu kita
µberdakwah lewat politik¶, tetapi sekarang kita berpolitik lewat dakwah ³. Terlihat
disini bahwa jalan yang Natsir pilih telah mengalami tranformasi dalam
perjuangannya, tentu saja disesuaikan dengan keadaan perpolitikan disaat itu.
Ternyata kegiatan perjuangan yang dilakukan Natsir dan kawan ± kawan berbuah
hasil positf dan disambut oleh masyarakat yang terdapat di Indonesia maupun di
luar negeri karena ide ± idenya yang cemerlang dalam merangkul masyarakat.
Selain memberi dakwah, sikap kritis yang dimiliki Natsir kerap membawa
permasalahan karena mengkritik pemerintahan pada era Orde Baru adalah sebuah
hal yang tabu. Sikapnya tersebut membuat hubungan yang tegang antara pemerintah
Orde Baru dengan Natsir. Pemikiran Natsir mengenai bentuk pemerintahan yang
ideal, koreksi ± koreksinya mengenai permasalahan yang ada, kritik ± kritik
terhadap rezim yang otoriter membuat posisi Natsir seringkali berseberangan
dengan Orde Baru yang sensitif dalam menangani isu Islam, tentu saja karena
ketakutan Orde baru akan bangkitnya kekuatan Islam di Indonesia.
Natsir sendiri tergabung dalam Petisi 50, sebuah gerakan yang isinya
memprotes penggunaan dasar falsafah Pancasila dalam menghadapi lawan ± lawan
politik Soeharto. Petisi tersebut menggugat penguasa Orde Baru yang dianggap
20 Thohir Luth, Op.Cit., Hal 54 - 55
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 18/21
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 19/21
19
Penutup
Natsir adalah sosok yang sangat sederhana semenjak ia kecil hingga akhir
hayatnya sebagai seorang negarawan. Sosok yang sangat tidak mengagung ±
agungkan kekayaan. Selama terlibat di dalam dunia politik, Natsir memang tidak
pernah terpikir untuk µmemperkaya diri¶, apalagi menyalahgunakan kekuasannya.
Penampilan beliau yang sederhana meskipun menjabat posisi yang tinggi dapat
mencerminkan kepribadian beliau yang sangat sederhana, sangat membumi. Karena
menurut beliau kepemimpinan yang dipegang adalah amanat dari orang banyak.
Sebagai amanat tentulah orang yang dipercaya tersebut memiliki kewajiban untuk
menunaikannya. Sampai pernah disuatu kejadian, Raja Feisal dari Arab Saudi
menawarkan sebuah mobil mewah yang dirasa ³pantas´ digunakan seorang Natsir.
tetapi Natsir hanya berkata terima kasih dan menolaknya, karena menurut Natsir
lebih baik bantulah umat Islam yang kekurangan. Menurut Natsir prinsip kejujuran,
tanggung jawab, dan penghormatan terhadap hak orang lain harus dipegang teguh.
Seorang pemimpin tidak perlu malu ± malu mengakui kelemahan dan
kekurangannya, dan harus siap menerima kritik dari orang lain.22
Pikirannya yang sangat luas mengenai konsep negara Indonesia yang ideal
tidak dapat diragukan lagi karena Natsir memperhatikan detail kecil penerapannya.
Meskipun Natsir tumbuh dengan latar belakang Islam yang kuat, tetapi Natsir dapat
dijadikan teladan seluruh bangsa Indonesia karena pemikiran Nasionalisme dan
kontribusinya yang sangat nyata di dalam persatuan negara Indonesia. Sebagai
seorang pendidik Natsir pun telah mencatatkan sejarah yang gemilang. Dakwah
yang dilakukannya berkembang menjadi gerakan kearah yang positif. Tujuan Natsir
disini hanya satu, menaikan harkat dan martabat manusia dengan jalan Allah.
Sebuah catatan menarik melihat perjuangan Natsir menjadi seorang
negarawan karena ia telah melawati berbagai permasalahan mulai dari pendidikan
yang dia alami sampai pergelutannya di dalam sejarah politik Indonesia.
Perjuangannya dalam memperjuangankan Islam pun tidak pernah berhenti sampai
22 Lihat dalam tulisan Yusril Ihza Mahendra dalam Pemikiran dan Perjuangan Mohammad Natsir,
Jakarta, Pustaka Firdaus, 1996. Hal 6 -7
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 20/21
20
akhir hayatnya. Konsepsi kekuasaan yang berdasarkan wahyu terus dipegang karena
menurutnya tidak ada kekuasaan selain berasal dari Tuhan.
Tidak pernah habis perbincangan apabila kita membahas mengenai kiprah
Natsir sebagai seorang tokoh intelektual maupun pemimpin negara. Di balik
sosoknya yang sederhana dan lemah lembut ternyata diyakini Natsir adalah personal
yang memiliki pribadi yang kokoh seperti karang. Walaupun terkesan kompromis
dan akrab dengan banyak orang (bahkan sampai tokoh komunis sekalipun), ternyata
Natsir adalah sosok yang berpendirian teguh dalam memegang prinsip. Kompromi
dengan tujuan mencapai sebuah keputusan yang terbaik tanpa mengorbankan
sedikitpun prinsip ± prinsip yang diyakininya.
Penulis meminta maaf apabila terdapat kekurangan dalam menuliskan
pemikiran Natsir ini karena kurangnya pengetahuan dan sumber bacaan. Tetapi
diharapkan tulisan ini dapat memberi gambaran mengenai pemikiran seorang
Natsir, negarawan yang sangat sederhana. Sebuah sosok kepemimpinan yang patut
ditiru, dimana sekarang ini sangat kekurangan pemimpin yang dapat memegang
amanah orang banyak tanpa perlu mengorbankan kepentingan lainnya.
8/7/2019 natsir mantap
http://slidepdf.com/reader/full/natsir-mantap 21/21
21
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Bacaan:
Abdulgani, Retnowati., S oeharto: the life and legacy of Indonesia's second
president, Singapura, Marshall Cavensdish, 2007.
Hakiem, Lukman., 100 Tahun Mohammad Natsir: Berdamai dengan S ejarah,
Jakarta, Republika, 2008.
Hakiem, Lukman., Natsir di Panggung S ejarah Republik, Jakarta, Republika, 2008.
Harjono, Anwar., Pemikiran dan Perjuangan Mohammad Natsir, Jakarta, Pustaka
Firdaus, 1996
Latif , Yudi., Indonesian Muslim intelligentsia and power , Singapura,Institute of
Southeast Asian Studies, 2008.
Luth, Thohir., Natsir Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta, Gema Insani Press, 1999
Natsir,Mohammad., C apita S elekta, Jakarta, Bulan Bintang: 1973.
Saidi, Zaim., Ilusi Demokrasi: Kritik dan Otokritik Islam, Jakarta, Republika, 2007.
Syafii, Ahmad., Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan, Bandung,
Mizan Pustaka, 2009.
Syafii, Ahmad., Islam dan Politik Demokrasi Terpimpin, Jakarta, Gema Insani
Press, 1996
Yatim, Badri., S oekarno, Islam, dan Nasionalisme, Jakarta, Logos Wacana Ilmu,
1999.
Sumber Internet:
http://www.dewandakwah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=13
&Itemid=27 Diakses pada tanggal 20 Desember 2010 pukul 23:10
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2008/11/11/Opini/krn.20081111.14
7635.id.html Diakses pada tanggal 20 Desember Pukul 20:14