1
PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
MEKARSARI, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK Evie Kemala Dewi1, Nur Agustini2
1Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok,
Jawa Barat – 16424, Email: [email protected] 2Dosen Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Jl. Prof. Dr. Bahder
Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424, Email: [email protected]
Abstrak
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita menjadi baik adalah makanan yang dikonsumsi. Apabila makanan yang dikonsumsi seimbang, maka status gizi balita pun akan baik. Untuk itu, peran ibu sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan makanan pada balita. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah persepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi ibu balita tentang status gizi balita. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan total sampling. Jumlah responden sebanyak 94 orang di Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 57,4% ibu memiliki persepsi yang baik dan sebesar 42,6% ibu memiliki persepsi yang kurang tentang status gizi anaknya. Rekomendasi untuk ibu balita adalah lebih meningkatkan kunjungan ke posyandu agar mendapatkan informasi terkait status gizi balita sehingga akan mengubah persepsi ibu dan diharapkan dapat menurunkan persentase balita yang mengalami gizi lebih, gizi kurang, dan gizi buruk.
Kata kunci: Balita; Persepsi Ibu; Status Gizi
Abstract
One of factors that influence the growth and development of toddlers was food consumed. When the food intake was balanced, the nutritional status of toddlers would be better. Therefore, mother’s role was indispensable in meeting the food needs of toddlers. One of factors that affect the nutritional status of toddlers was perception. This research aims to describe the nutritional status of the mother’s perception of toddlers. The research design used descriptive with total sampling technique. The number of respondents was taken on as many as 94 people in the Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Depok. The results showed 57,4% of mother’s had a good perception and 42,6% mother’s had a poor perception about nutritional status of her toddler. Recommendation for mothers is to improve health center visits in order to obtain information about nutritional status of toddlers that would change the perception of the mother and is expected to reduce the percentage of infants who experienced more nutrition, malnutrition, and poor nutrition.
Keywords: Mother’s Perception; Nutritional Status; Toddlers
Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013
2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi yang baik dapat meningkatkan
pertumbuhan fisik dan perkembangan otak
(Handono, 2010). Menurut Almatsier (2005),
status gizi merupakan kondisi tubuh akibat
dari mengkonsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi oleh tubuh. Apabila kebutuhan
lebih besar dibanding asupan yang masuk
maka disebut status gizi kurang. Sebaliknya,
apabila kebutuhan lebih kecil dibanding
asupan yang masuk maka disebut status gizi
lebih (Faizah & Heryati, 2007).
Hasil RISKESDAS pada tahun 2010
menyatakan bahwa status gizi balita
berdasarkan BB/U, yaitu prevalensi nasional
untuk gizi buruk dan gizi kurang mengalami
penurunan jika dibandingkan tahun 2007
menjadi 17,9% dengan 4,9% gizi buruk dan
13% gizi kurang, sedangkan jika dilihatkan
berdasarkan BB/TB tahun 2012 mengalami
penurunan dari 6,2% menjadi 6%.
Berdasarkan hasil riset tahun 2007 dan 2010
bahwa ternyata balita yang paling banyak
mengalami gizi buruk dan gizi kurang adalah
umur 24-47 bulan.
Banyak faktor yang mempengaruhi status
gizi balita. Menurut UNICEF (1998) dalam
Diana (2006), ada dua faktor yang
berpengaruh terhadap status gizi anak, yaitu
faktor langsung dan faktor tidak langsung.
Faktor langsung adalah asupan makanan yang
tidak seimbang dan penyakit infeksi,
sedangkan faktor tidak langsung adalah tidak
cukupnya persediaan pangan, pelayanan
kesehatan dan lingkungan yang tidak
memadai, sanitasi air bersih yang tidak
memadai, dan pola asuh yang kurang
memadai. Apriadji (1986) dalam Mardiana
(2006) menambahkan bahwa faktor yang
berperan dalam mempengaruhi status gizi
seseorang, yaitu daya beli keluarga, latar
belakang sosial budaya, tingkat pendidikan
dan pengetahuan gizi, jumlah anggota
keluarga, dan kebersihan lingkungan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rinjani
tahun 2006 pada ibu yang memiliki anak
berstatus gizi lebih adalah sebesar 51,7% ibu
memiliki persepsi anaknya gemuk, sedangkan
sebesar 45% ibu yang memiliki anak berstatus
gizi lebih mempunyai persepsi bahwa ukuran
tubuh anak normal. Hal ini membuktikan
bahwa terjadi perbedaan persepsi pada ibu
tentang status gizi anaknya. Jika anak
mempunyai status gizi lebih, menurut Garrow
(2000) dalam Mardayanti (2008) akan
mengganggu aktivitasnya, mengakibatkan
risiko penyakit degeneratif, seperti jantung
koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dll,
sedangkan jika anak mengalami kurang gizi,
maka akan menurunnya daya tahan tubuh
anak, postur tubuh anak menjadi pendek,
perilakunya menjadi tidak tenang, mudah
tersinggung, dan cengeng (Puspitasari, 2012).
Kelurahan Mekarsari merupakan daerah
pemekaran dari kelurahan Tugu. Sebelum
bergabung dengan kota Depok pada tahun
1999, kelurahan Mekarsari masuk dalam
Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013
3
wilayah kota Bogor. Hasil riset di Kelurahan
Mekarsari menunjukkan bahwa tahun 2008,
balita yang mengalami gizi lebih sebesar
1,76%, gizi baik sebesar 96,13%, gizi kurang
sebesar 1,67%, dan gizi buruk sebesar 0,43%.
Tahun 2011, balita yang mengalami gizi lebih
mengalami kenaikan menjadi sebesar 3,77%,
gizi baik mengalami penurunan menjadi
sebesar 94,40%, dan gizi kurang mengalami
kenaikan menjadi sebesar 1,84%. Untuk itu,
peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai “Persepsi Ibu tentang Status Gizi
Balita di Kelurahan Mekarsari, Kecamatan
Cimanggis, Depok.”
B. Rumusan Masalah
Status gizi pada anak sangat dipengaruhi
oleh peran ibu. Ibu harus mempunyai persepsi
yang baik dan pengetahuan yang luas tentang
gizi agar anak dapat tumbuh dengan baik.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana persepsi ibu tentang
status gizi balita di Kelurahan Mekarsari,
Kecamatan Cimanggis, Depok.
C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah persepsi ibu tentang status
gizi anaknya di Kelurahan Mekarsari,
Kecamatan Cimanggis, Depok?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Teridentifikasinya persepsi ibu
tentang status gizi anaknya di
Kelurahan Mekarsari, Kecamatan
Cimanggis, Depok.
2. Tujuan Khusus:
1. Teridentifikasinya persepsi ibu
tentang status gizi anaknya di
Kelurahan Mekarsari, Kecamatan
Cimanggis, Depok.
2. Teridentifikasinya karakteristik
ibu yang meliputi pendidikan,
pekerjaan, jumlah anak, tingkat
sosial ekonomi keluarga
(pendapatan keluarga)
3. Teridentifikasinya gambaran status
gizi balita di Kelurahan Mekarsari,
Kecamatan Cimanggis, Depok
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagi Ibu
Sebagai sumber informasi agar ibu dapat
mengetahui status gizi anaknya dan
sebagai pengetahuan tentang gizi normal
balita.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan dan menambah informasi
bagi pendidikan keperawatan anak,
khususnya bidang nutrisi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai sumber informasi dan referensi
dalam mengembangkan penelitian
selanjutnya.
Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013
4
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif. Deskriptif
yang dimaksud adalah mengetahui gambaran
persepsi ibu tentang status gizi balita, tingkat
pengetahuan ibu tentang status gizi anak, dan
karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan,
penghasilan keluarga, dan jumlah anak).
B. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, yang termasuk
populasi adalah semua ibu yang memiliki
anak balita di Kelurahan Mekarsari,
Kecamatan Cimanggis, Depok. Sampel yang
diambil adalah ibu yang memiliki anak balita
sesuai dengan kriteria inklusi dan tinggal di
Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis,
Depok.
Rumus untuk menghitung ukuran
sampel dari populasi yang diketahui
jumlahnya adalah sebagai berikut (Nursalam,
2008) :
n = N. z2. p. q
d2 (N-1) + z2. p. q
n = 2926. (1,96)2 . 0,5. 0,5
0,12 (2926-1) + (1,96)2 . 0,5. 0,5
n = 93
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
z = nilai standar normal untuk α = 0,05
(1,96)
p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui
dianggap 50%
q = 1 – p (100% - p)
d = tingkat kesalahan yang dipilih
Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan
jumlah sampel sebanyak 93 orang responden.
Untuk menghindari adanya drop out, maka
besar sampel ditambahkan 10% dari total
sampel, yaitu menjadi 103 orang responden.
Namun, ternyata peneliti hanya berhasil
mendapatkan 94 responden dikarenakan ada 9
responden yang datanya tidak lengkap.
Teknik sampling yang digunakan adalah total
sampling.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada
bulan Maret-Mei 2013 di Kelurahan
Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Depok.
Pemilihan tempat penelitian ini dikarenakan
kelurahan Mekarsari merupakan daerah
pemekaran yang masih dalam tahap
perkembangan.
D. Etika Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2003), masalah
etika dalam penelitian keperawatan, yaitu:
1. Informed Consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan merupakan
kesepakatan antara peneliti dan
responden. Lembar persetujuan tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan.
Tujuannya adalah agar responden
mengerti maksud dan tujuan penelitian
serta mengetahui akibatnya.
Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013
5
2. Anonymity (tanpa nama)
Dalam hal ini, peneliti tidak
mencantumkan nama responden agar
menjaga kerahasiaan responden. Namun,
cukup dengan mencantumkan kode nomor
atau inisial nama.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti harus bertanggung jawab atas
data-data yang dikumpulkan. Seluruh
informasi yang diberikan oleh responden
harus dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian saja.
E. Metode Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah kuesioner, timbangan berat badan,
dan alat pengukur tinggi badan (meteran).
Cara pengumpulan data adalah dengan
mengurus surat ijin ke Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia terlebih
dahulu. Lalu, melakukan perijinan ke
KESBANGPOL dan LINMAS. Setelah itu,
peneliti melakukan uji keterbacaan kuesioner.
Kemudian setelah selesai uji keterbacaan dan
tidak ada masalah, peneliti melanjutkan untuk
pengambilan data sekaligus menimbang berat
badan dan tinggi badan balita.
F. Pengolahan dan Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, peneliti
melakukan pengolahan data sebagai berikut:
1. Editing, yaitu proses untuk memeriksa
daftar pertanyaan dan memeriksa kembali
data yang telah dikumpulkan (Purwanto &
Sulistyastuti, 2007). Dalam hal ini,
peneliti telah memeriksa kelengkapan
jawaban dan ditemukan ada 9 lembar
kuesioner yang tidak lengkap datanya
sehingga peneliti hanya mengambil 94
kuesioner dari 103 kuesioner.
2. Coding, yaitu proses untuk
mengklasifikasikan jawaban-jawaban
yang terdapat pada lembar pengumpulan
data (Hastono, 2007). Tujuannya adalah
untuk memudahkan peneliti ketika akan
memasukkan data dan menganalisis data
(Hastono, 2007). Setiap lembar kuesioner
diberi kode 1 sampai 103. Pada variabel
pendidikan, tidak sekolah-SD diberi kode
1, SMP-SMA diberi kode 2, dan Diploma-
perguruan tinggi diberi kode 3. Variabel
pekerjaan diberi kode 0 untuk yang tidak
bekerja dan diberi kode 1 untuk yang
bekerja. Variabel jumlah anak diberi kode
0 untuk yang mempunyai anak 1-2 dan
diberi kode 1 untuk yang mempunyai
anak ≥ 3. Variabel penghasilan diberi
kode 0 untuk penghasilan < UMR Depok
dan diberi kode 1 untuk penghasilan ≥
UMR Depok. Pada variabel persepsi,
sebelumnya peneliti telah memeriksa
secara manual jumlah benarnya sehingga
pada saat dimasukkan ke komputer, data
tersebut diberi kode 0 untuk jawaban tidak
dan kode 1 untuk jawaban ya. Variabel
pengetahuan diberi kode 0 untuk jawaban
salah dan kode 1 untuk jawaban benar.
Variabel status gizi diberi kode 1 untuk
balita sangat kurus, kode 2 untuk balita
Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013
6
kurus, kode 3 untuk balita normal, dan
kode 4 untuk balita gemuk.
3. Entry, yaitu kegiatan memasukkan data
yang telah terkumpul ke dalam komputer
(Hastono, 2007). Setelah semua data
terkumpul, peneliti memasukkan semua
data ke dalam komputer dan
mengolahnya.
4. Cleaning, yaitu kegiatan memeriksa
kembali pada data yang sudah
dimasukkan ke dalam komputer untuk
diperiksa ada kesalahan atau tidak
sehingga dapat diminimalisir (Hastono,
2007). Peneliti memastikan bahwa 9 data
yang tidak lengkap tersebut tidak
dimasukkan.
Selanjutnya adalah menganalisis data.
Analisis yang digunakan oleh peneliti adalah
analisis univariat. Analisis univariat dalam
penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:
1. Karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan,
jumlah anak, dan penghasilan keluarga)
dan tingkat pengetahuan merupakan jenis
data kategorik dan menggunakan uji
proporsi
2. Persepsi merupakan jenis data kategorik
dan menggunakan median.
Cara menghitung proporsi/persentase
(Budiarto, 2002), adalah :
P = f x 100%
n
Keterangan :
P = Persentase
f = Nilai yang diperoleh
n = Frekuensi total keseluruhan
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
analisis univariat yang meliputi gambaran
karakteristik responden, gambaran status gizi
balita, distribusi persepsi ibu, dan distribusi
pengetahuan ibu.
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, Depok, 2013 (n=94) No Karakteristik Ibu Frekuensi Persentase
(%)
1. Pendidikan
1. Tidak sekolah-
SD
2. SMP-SMA
3. Diploma-
Perguruan
Tinggi
5
46
43
5.3
48.9
45.7
2. Pekerjaan
1. Tidak bekerja
2. Bekerja
60
34
63.8
36.2
3. Penghasilan
1. < UMR Depok
2. ≥ UMR Depok
42
52
44.7
55.3
4. Jumlah Anak
1. 1-2 anak
2. ≥ 3 anak
77
17
81.9
18.1
Berdasarkan tabel, pendidikan terakhir
responden rata-rata berada pada tingkat SMP-
SMA, yaitu sebanyak 46 orang (48,9%). Lalu
untuk pekerjaan responden, sebagian besar
tidak bekerja, yaitu sebanyak 60 orang
Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013
7
(63,8%). Rata-rata penghasilan keluarga
responden sudah lebih dari UMR Depok,
yaitu sebanyak 52 orang (55,3%). Sebagian
besar responden memiliki 1-2 anak, yaitu
sebanyak 77 orang (81,9%).
Tabel 2 Distribusi Status Gizi Balita (BB/TB) di Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, Depok, tahun 2013 (n=94) Status Gizi Balita Frekuensi Persentase
(%)
Sangat kurus 0 0
Kurus 14 14.9
Normal 61 64.9
Gemuk 19 20.2
Total 94 100%
Hasil dari tabel 2 menunjukkan bahwa
sebagian besar balita yang ada di Kelurahan
Mekarsari, Cimanggis, Depok tahun 2013
memiliki status gizi yang normal, yaitu
sebanyak 61 anak (64,9%).
Tabel 3 Distribusi Status Gizi Balita (BB/U) di Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, Depok, tahun 2013 (n=94)
Status Gizi
Balita
Frekuensi Persentase
(%)
Gizi Buruk 0 0
Gizi Kurang 8 8.5
Gizi Baik 69 73.4
Gizi Lebih 17 18.1
Total 94 100%
Jika dilihat pada tabel 3, status gizi balita
berdasarkan BB/U sebagian besar anak
mempunyai gizi baik, yaitu sebanyak 69 anak
(73,4%).
Tabel 4 Distribusi Status Gizi Balita (TB/U) di Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, Depok, tahun 2013 (n=94)
Status Gizi
Balita
Frekuensi Persentase (%)
Sangat pendek 0 0
Pendek 7 7.4
Normal 78 83
Tinggi 9 9.6
Total 94 100%
Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi
badan menurut umur pada balita di kelurahan
tersebut adalah normal, yaitu sebanyak 78
anak (83%).
Tabel 5 Distribusi Persepsi Ibu tentang Status Gizi Balita di Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, Depok tahun 2013 (n=94)
Persepsi Frekuensi Persentase (%)
Kurang baik 40 42.6
Baik 54 57.4
Total 94 100.0
Hasil data diatas menunjukkan bahwa
sebagian besar persepsi responden baik, yaitu
sebesar 57,4% dan persepsi responden kurang
sebesar 42,6%.
Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013
8
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Status Gizi di Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, Depok, 2013 (n=94)
Pengetahuan Frekuensi Persentase
(%)
Kurang (< 60%) 11 11.7
Cukup (60%-80%) 74 78.7
Tinggi (> 80%) 9 9.6
Total 94 100.0
Berdasarkan tabel 6 bahwa sebagian besar
pengetahuan responden tentang status gizi
cukup, yaitu sebanyak 74 orang (78,7%).
PEMBAHASAN
Pada bagian ini, peneliti akan membahas
mengenai karakteristik responden (pendidikan
terakhir, pekerjaan, jumlah anak, dan
penghasilan keluarga), persepsi ibu tentang
status gizi anaknya, dan pengetahuan ibu
tentang status gizi. Hasil penelitian tentang
pendidikan menunjukkan bahwa sebanyak 46
orang (48,9%) responden memiliki tingkat
pendidikan sampai jenjang SMP-SMA.
Hal ini memperlihatkan bahwa mayoritas
responden sudah memiliki ilmu dan
pengetahuan yang cukup dalam hal menerima
informasi yang didapatkan sehingga apabila
ibu mendapatkan informasi tentang gizi, maka
ibu dapat berpikir dengan baik. Penelitian
yang dilakukan oleh Munir (2012),
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang, semakin mudah
seseorang menerima informasi yang
didapatkan sehingga dapat menambah
pengetahuan yang dimilikinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat
(2005) menunjukkan bahwa persentase gizi
buruk dan gizi kurang lebih tinggi pada ibu
yang berpendidikan rendah (tidak tamat SD),
yaitu sebesar 13,68% dan 17,48%. Lain
halnya dengan penelitian yang dilakukan
Meikawati dan Hersoelistyorini (2008),
bahwa hasil uji Chi Square ternyata tingkat
pendidikan seseorang tidak menjamin status
gizi anaknya akan baik (p=0,474).
Lalu, hasil penelitan tentang status
pekerjaan menunjukkan sebagian besar
responden tidak bekerja (ibu rumah tangga),
yaitu sebanyak 60 orang (63,8%) dan hanya
34 orang (36,2%) ibu bekerja. Sebaliknya,
penelitian yang dilakukan oleh Ihsan,
Hiswani, & Jemadi (2012), bahwa ibu yang
tidak bekerja ternyata memiliki anak yang
gizi kurang dengan persentase tertinggi, yaitu
sebesar 30,2%, sedangkan ibu yang bekerja
memiliki anak yang gizi baik dengan
persentase sebesar 70,0%, yang artinya
pekerjaan bukan merupakan faktor risiko
terhadap status gizi balita (p=1).
Selanjutnya, hasil penelitian tentang
penghasilan keluarga menunjukkan bahwa
sebagian responden memiliki penghasilan ≥
UMR Depok, yaitu sebanyak 52 orang
(55,3%) dan yang memiliki penghasilan <
UMR Depok, yaitu sebanyak 42 orang
(44,7%). Penelitian yang dilakukan oleh
Husin (2008) yang didapat dari uji Chi
Square menemukan bahwa penghasilan
Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013
9
seseorang mempengaruhi status gizi balita
(p=0,003). Ini dibuktikan bahwa seseorang
yang berpenghasilan tinggi memiliki status
gizi yang baik, yaitu sebesar 84,4%,
sedangkan seseorang yang berpenghasilan
rendah hanya memiliki persentase sebesar
54,1%.
Sementara itu, penelitian yang dilakukan
oleh Meikawati dan Hersoelistyorini (2008)
dengan menggunakan uji Chi Square,
menunjukkan bahwa penghasilan keluarga
tidak berpengaruh dengan status gizi balita
selama keluarga tersebut lebih mengutamakan
untuk memenuhi kebutuhan gizi anak
(p=0,826).
Kemudian dari hasil penelitian tentang
jumlah anak menunjukkan bahwa sebagian
besar responden memiliki 1-2 anak, yaitu
sebanyak 77 orang (81,9%) dan hanya 17
orang (18,1%) responden memiliki ≥ 3 anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Husin (2008),
menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga
yang sedikit (1-2 orang) memiliki status gizi
yang baik, yaitu sebesar 81,8%, sedangkan
jika jumlah anggota keluarga banyak (≥ 3
orang) hanya memiliki 57,9% yang berstatus
gizi baik.
Sementara itu, penelitian yang dilakukan
oleh Ihsan, Hiswani, & Jemadi (2012),
menunjukkan bahwa jika anak dalam
keluarga berjumlah 1-2 anak memiliki status
gizi yang baik, yaitu sebesar 75,8%,
sedangkan anak yang mengalami gizi kurang
terjadi pada keluarga yang memiliki jumlah
anak > 2, yaitu sebesar 32,9% (p=0,370).
Hasil penelitian tentang gambaran status
gizi balita menunjukkan bahwa sebagian
besar anak balita di Kelurahan Mekarsari,
Kecamatan Cimanggis, Depok mempunyai
status gizi yang normal, yaitu sebanyak 61
anak (64,9%). Selain itu, di kelurahan
tersebut juga masih ada balita yang gemuk
sebanyak 19 anak (20,2%) dan balita kurus
sebanyak 14 anak (14,9%). Hasil ini dilihat
berdasarkan perhitungan secara antropometri
(BB/TB).
Masih adanya balita yang gemuk (gizi
lebih) dan balita yang kurus (gizi kurang)
disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-
faktor tersebut berupa faktor primer dan
faktor sekunder. Faktor primer yang
dimaksud berupa salah dalam menyusun
makanan, baik kualitas maupun kuantitasnya,
karena kurangnya ketersediaan pangan,
kemiskinan, ketidaktahuan, dan kebiasaan
makan yang salah, sedangkan faktor sekunder
yang dimaksud adalah semua faktor yang
menyebabkan zat-zat makanan tidak sampai
ke dalam sel-sel tubuh (Khotimah, Siregar, &
Mardiana, 2012).
Pada hasil penelitian tentang persepsi ibu
didapatkan bahwa sebesar 57,4% ibu
memiliki persepsi yang baik dan 42,6% ibu
memiliki persepsi yang kurang baik tentang
status gizi anaknya. Persepsi yang baik
kemungkinan timbul dikarenakan
pengetahuan ibu mengenai status gizi sudah
cukup baik. Selain itu, pendidikan yang telah
didapatkan oleh ibu, yang sebagian besar
sudah lulus SMP-SMA, bahkan sampai
Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013
10
jenjang diploma-perguruan tinggi, turut
mempengaruhi persepsi ibu tentang status gizi
anak. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Potter & Perry (2001)
dalam Hariyani (2009), bahwa faktor yang
mempengaruhi persepsi meliputi pendidikan,
tingkat perkembangan, gender, nilai dan
kepercayaan, latar belakang sosio-kultural,
emosi, status kesehatan, dan peran.
Hasil penelitian tentang pengetahuan
didapatkan bahwa pengetahuan responden
tentang status gizi masuk dalam kategori
cukup, yaitu sebanyak 74 orang (78,7%),
sedangkan sebanyak 11 orang (11,7%) masuk
dalam kategori kurang dan sebanyak 9 orang
(9,6%) memiliki pengetahuan yang tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Khotimah,
Siregar, & Mardiana (2012) yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dan Pola
Makan Balita dengan Status Gizi Balita (12-
59 Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas
Gandus Kecamatan Gandus-Palembang”
bahwa pengetahuan berkaitan dengan status
gizi balita, yaitu sebesar 93,3% ibu
mempempunyai pengetahuan yang baik dan
memiliki anak dengan status gizi yang baik
pula (p=0,000).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pendidikan responden paling banyak
berada pada tingkat SMP-SMA,
sebesar 48,9%
2. Sebagian besar responden tidak
bekerja, hanya sebagai ibu rumah
tangga, yaitu sebesar 63,8%
3. Penghasilan keluarga sebagian besar
sudah ≥ UMR Depok, yaitu sebesar
55,3%
4. Mayoritas responden memiliki jumlah
anak sebanyak 1-2 anak, yaitu sebesar
81,9%
5. Pengetahuan responden masuk dalam
kategori cukup, sebesar 78,7%
6. Sebagian besar responden memiliki
persepsi yang baik tentang status gizi
anaknya, yaitu sebesar 57,4%
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan implikasi bagi:
1. Implikasi bagi Pelayanan
Keperawatan
Hasil penelitian ini memperlihatkan
bahwa persentase ibu yang
mempunyai persepsi yang kurang juga
masih tinggi sehingga perlu adanya
peningkatan pelayanan keperawatan.
Dalam hal ini, perawat sangat
berperan untuk memberikan informasi
terkait status gizi balita kepada
masyarakat, terutama ibu.
2. Implikasi bagi Pendidikan
Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan bahan
pembelajaran, baik bagi pelajar,
mahasiswa, maupun dosen/guru,
terutama saat memberikan penyuluhan
lebih lanjut kepada ibu yang
mempunyai anak balita sehingga dapat
Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013
11
menurunkan persentase anak yang
berstatus gizi lebih atau kurang.
3. Implikasi bagi Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
acuan bagi peneliti selanjutnya terkait
persepsi dan status gizi balita.
Adapun saran yang dapat disampaikan
adalah:
1. Pelayanan Keperawatan
Untuk pelayanan keperawatan yang
ada di kelurahan Mekarsari, baik
Rumah Sakit, klinik, puskesmas,
maupun posyandu, perlu menjelaskan
kembali tentang status gizi sehingga
para ibu mendapatkan pengetahuan
yang lebih luas tentang gizi.
Pengetahuan tersebut perlahan-lahan
akan mengubah persepsi ibu yang
masih kurang tentang status gizi
anaknya.
2. Pendidikan Keperawatan
Dalam bidang pendidikan
keperawatan, khususnya bidang
keperawatan anak, diperlukan adanya
pembahasan mendalam tentang status
gizi sehingga para pelajar ataupun
mahasiswa mempunyai pengetahuan
yang luas. Pengetahuan ini akan
sangat berguna pada saat terjun ke
lapangan untuk memberikan
penyuluhan pada ibu-ibu yang
mempunyai anak balita.
3. Penelitian
Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya
instrumen penelitian berupa kuesioner
perlu diperbanyak lagi. Selain itu,
dalam hal ini peneliti hanya
melakukan uji keterbacaan.
Sebaiknya, untuk peneliti selanjutnya
diharapkan dapat melakukan uji
validitas dan reliabilitas sehingga
hasilnya akan semakin akurat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih dan rasa hormat
kepada:
1. Ibu Nur Agustini, SKp. MSi., selaku
dosen pembimbing saya, yang telah
banyak memberikan arahan,
bimbingan, dukungan, dan motivasi
yang sangat besar sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ayah dan ibu saya Achmad Sulaeman
dan Itjih Minarsih, kedua kakak
kandung saya, yaitu Indra Yudha dan
Ratna Juwita, serta kedua kakak ipar
saya, yaitu Sana Maredeli Sari dan
Yudhi Indrajati, yang telah banyak
memberikan dukungan, baik secara
moral, materi, motivasi, serta
mendoakan demi kelancaran
penyelesaian skripsi ini.
3. Sahabat tercinta Laily Agustiani,
Asma Muthmainah, Najat, Dita Nur
Hidayah, Choirun Nisa Umam,
Raditha Ramadhany, dan Saetia
Listiana, yang telah memberikan
masukan, dukungan, motivasi, serta
meluangkan waktunya untuk
Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013
12
mendengarkan segala keluh kesah
saya.
4. Seluruh teman-teman FIK UI
Angkatan 2009 yang MANDIRI,
sama-sama berjuang menyelesaikan
skripsi ini untuk menuju Balairung
2013.
REFERENSI
Almatsier, S. (2005). Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Budiarto, E. (2002). Biostatistika untuk
Kedokteran dan Kesehatan Masyrakat.
Jakarta: EGC.
Depkes RI. (2011). Laporan Nasional Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2010. Badan
Perencanaan dan Penelitian Kesehatan.
http://www.litbang.depkes.go.id (diunduh
pada tanggal 12 Januari 2013).
Diana, F. M. (2006). Hubungan Pola Asuh
dengan Status Gizi Anak Batita di
Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar
Ambacang Kota Padang Tahun 2004.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 1, No.
1, 24-28. (diunduh pada tanggal 11
November 2012).
Faizah, N., & Heryati, E. (2007). Studi
Korelasional Antara Status Gizi dengan
Prestasi Akademik pada Siswa Sekolah
Dasar Negeri Cilampeni I Kabupaten
Bandung. Laporan penelitian.
Handono, N. P. (2010). Hubungan Tingkat
Pengetahuan pada Nutrisi, Pola Makan,
dan Energi Tingkat Konsumsi dengan
Status Gizi Anak Usia Lima Tahun di
Wilayah Kerja Puskesmas Selogiri
Wonogiri. Jurnal Keperawatan, Vol 1, No.
1, 1-7. (diunduh pada tanggal 11
November 2012).
Hariyani, H. (2009). Hubungan Persepsi Ibu
tentang Komunikasi Fungsional dengan
Perkembangan Bahasa Anak Usia 3 tahun
di Kelurahan Pondok Cina, Depok. FIK
UI, Depok. Laporan penelitian: tidak
dipublikasikan.
Hastono, S. P. (2007). Basic Data Analysis
for Health Research Training. Depok:
Publik Health, Universitas Indonesia.
Hidayat, Z. (2005). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Status Gizi Balita di
Indonesia. Depok: Tesis Pasca Sarjana.
Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Husin, C. R. (2008). Hubungan Pola Asuh
Anak dengan Status Gizi Balita Umur 24-
59 Bulan di Wilayah Terkena Tsunami
Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam Tahun 2008. Medan: Tesis
USU.
Ihsan, M., Hiswani, & Jemadi. (2012).
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan
Status Gizi Anak Balita di Desa Teluk
Rumbia Kecamatan Singkil, Kabupaten
Aceh Singkil, Tahun 2012. Jurnal Gizi,
Kesehatan Reproduksi, dan Epidemiologi,
Vol 2, No. 1. (diunduh pada tanggal 8 Mei
2013).
Khotimah, N. N., Siregar, R., & Mardiana.
(2012). Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu
Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013
13
dan Pola Makan Balita dengan Status Gizi
Balita (12-59 Bulan) di Wilayah Kerja
Puskesmas Gandus Kecamatan Gandus-
Palembang. Jurnal Pembangunan
Manusia, Vol 6, No. 2 tahun 2012.
(diunduh pada tanggal 6 Mei 2013).
Mardayanti, P. (2008). Hubungan Faktor-
Faktor Risiko dengan Status Gizi pada
Siswa Kelas 8 di SLTPN 7 Bogor Tahun
2008. Depok: Skripsi FKM UI.
Mardiana. (2006). Hubungan Perilaku Gizi
Ibu dengan Status Gizi Balita di
Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan
Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2005.
Medan: Skripsi FKM USU.
Meikawati, W., & Hersoelistyorini, W.
(2008). Hubungan Karakteristik Ibu dan
Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga
terhadap Kasus Gizi Buruk pada Balita di
Kelurahan Tandang, Kecamatan
Tembalang. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Vol 1 No 1. (diunduh pada tanggal 1
Desember 2012).
Munir, M. (2012). Hubungan Antara
Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi
Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5
tahun) di Desa Sumurgeneng Wilayah
Kerja Puskesmas Jenu-Tuban. Jurnal
Kesehatan, Vol 3, No. 1. (diunduh pada
tanggal 30 November 2012).
Notoatmodjo, S. (2003). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Puspitasari, D.A. (2012). Perubahan Status
Gizi pada Anak Balita Gizi Kurus yang
mengikuti Pemulihan Gizi Buruk di Klinik
Gizi PTTK dan EK. Depok: Skripsi FKM
UI.
Rinjani, C. (2006). Perilaku Makan dan
Aktivitas Fisik Anak TK Berstatus Gizi
Lebih dan Gizi Baik di Kota Bogor. Bogor:
Skripsi IPB.
Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013