persepsi ibu tentang status gizi balita di kelurahan

13
1 PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN MEKARSARI, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK Evie Kemala Dewi 1 , Nur Agustini 2 1 Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424, Email: [email protected] 2 Dosen Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424, Email: [email protected] Abstrak Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita menjadi baik adalah makanan yang dikonsumsi. Apabila makanan yang dikonsumsi seimbang, maka status gizi balita pun akan baik. Untuk itu, peran ibu sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan makanan pada balita. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah persepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi ibu balita tentang status gizi balita. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan total sampling. Jumlah responden sebanyak 94 orang di Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 57,4% ibu memiliki persepsi yang baik dan sebesar 42,6% ibu memiliki persepsi yang kurang tentang status gizi anaknya. Rekomendasi untuk ibu balita adalah lebih meningkatkan kunjungan ke posyandu agar mendapatkan informasi terkait status gizi balita sehingga akan mengubah persepsi ibu dan diharapkan dapat menurunkan persentase balita yang mengalami gizi lebih, gizi kurang, dan gizi buruk. Kata kunci: Balita; Persepsi Ibu; Status Gizi Abstract One of factors that influence the growth and development of toddlers was food consumed. When the food intake was balanced, the nutritional status of toddlers would be better. Therefore, mother’s role was indispensable in meeting the food needs of toddlers. One of factors that affect the nutritional status of toddlers was perception. This research aims to describe the nutritional status of the mother’s perception of toddlers. The research design used descriptive with total sampling technique. The number of respondents was taken on as many as 94 people in the Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Depok. The results showed 57,4% of mother’s had a good perception and 42,6% mother’s had a poor perception about nutritional status of her toddler. Recommendation for mothers is to improve health center visits in order to obtain information about nutritional status of toddlers that would change the perception of the mother and is expected to reduce the percentage of infants who experienced more nutrition, malnutrition, and poor nutrition. Keywords: Mother’s Perception; Nutritional Status; Toddlers Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

1

PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

MEKARSARI, KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK Evie Kemala Dewi1, Nur Agustini2

1Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok,

Jawa Barat – 16424, Email: [email protected] 2Dosen Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Jl. Prof. Dr. Bahder

Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424, Email: [email protected]

Abstrak

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita menjadi baik adalah makanan yang dikonsumsi. Apabila makanan yang dikonsumsi seimbang, maka status gizi balita pun akan baik. Untuk itu, peran ibu sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan makanan pada balita. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah persepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi ibu balita tentang status gizi balita. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan total sampling. Jumlah responden sebanyak 94 orang di Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 57,4% ibu memiliki persepsi yang baik dan sebesar 42,6% ibu memiliki persepsi yang kurang tentang status gizi anaknya. Rekomendasi untuk ibu balita adalah lebih meningkatkan kunjungan ke posyandu agar mendapatkan informasi terkait status gizi balita sehingga akan mengubah persepsi ibu dan diharapkan dapat menurunkan persentase balita yang mengalami gizi lebih, gizi kurang, dan gizi buruk.

Kata kunci: Balita; Persepsi Ibu; Status Gizi

Abstract

One of factors that influence the growth and development of toddlers was food consumed. When the food intake was balanced, the nutritional status of toddlers would be better. Therefore, mother’s role was indispensable in meeting the food needs of toddlers. One of factors that affect the nutritional status of toddlers was perception. This research aims to describe the nutritional status of the mother’s perception of toddlers. The research design used descriptive with total sampling technique. The number of respondents was taken on as many as 94 people in the Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Depok. The results showed 57,4% of mother’s had a good perception and 42,6% mother’s had a poor perception about nutritional status of her toddler. Recommendation for mothers is to improve health center visits in order to obtain information about nutritional status of toddlers that would change the perception of the mother and is expected to reduce the percentage of infants who experienced more nutrition, malnutrition, and poor nutrition.

Keywords: Mother’s Perception; Nutritional Status; Toddlers

Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013

Page 2: PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status gizi yang baik dapat meningkatkan

pertumbuhan fisik dan perkembangan otak

(Handono, 2010). Menurut Almatsier (2005),

status gizi merupakan kondisi tubuh akibat

dari mengkonsumsi makanan dan penggunaan

zat-zat gizi oleh tubuh. Apabila kebutuhan

lebih besar dibanding asupan yang masuk

maka disebut status gizi kurang. Sebaliknya,

apabila kebutuhan lebih kecil dibanding

asupan yang masuk maka disebut status gizi

lebih (Faizah & Heryati, 2007).

Hasil RISKESDAS pada tahun 2010

menyatakan bahwa status gizi balita

berdasarkan BB/U, yaitu prevalensi nasional

untuk gizi buruk dan gizi kurang mengalami

penurunan jika dibandingkan tahun 2007

menjadi 17,9% dengan 4,9% gizi buruk dan

13% gizi kurang, sedangkan jika dilihatkan

berdasarkan BB/TB tahun 2012 mengalami

penurunan dari 6,2% menjadi 6%.

Berdasarkan hasil riset tahun 2007 dan 2010

bahwa ternyata balita yang paling banyak

mengalami gizi buruk dan gizi kurang adalah

umur 24-47 bulan.

Banyak faktor yang mempengaruhi status

gizi balita. Menurut UNICEF (1998) dalam

Diana (2006), ada dua faktor yang

berpengaruh terhadap status gizi anak, yaitu

faktor langsung dan faktor tidak langsung.

Faktor langsung adalah asupan makanan yang

tidak seimbang dan penyakit infeksi,

sedangkan faktor tidak langsung adalah tidak

cukupnya persediaan pangan, pelayanan

kesehatan dan lingkungan yang tidak

memadai, sanitasi air bersih yang tidak

memadai, dan pola asuh yang kurang

memadai. Apriadji (1986) dalam Mardiana

(2006) menambahkan bahwa faktor yang

berperan dalam mempengaruhi status gizi

seseorang, yaitu daya beli keluarga, latar

belakang sosial budaya, tingkat pendidikan

dan pengetahuan gizi, jumlah anggota

keluarga, dan kebersihan lingkungan.

Penelitian yang dilakukan oleh Rinjani

tahun 2006 pada ibu yang memiliki anak

berstatus gizi lebih adalah sebesar 51,7% ibu

memiliki persepsi anaknya gemuk, sedangkan

sebesar 45% ibu yang memiliki anak berstatus

gizi lebih mempunyai persepsi bahwa ukuran

tubuh anak normal. Hal ini membuktikan

bahwa terjadi perbedaan persepsi pada ibu

tentang status gizi anaknya. Jika anak

mempunyai status gizi lebih, menurut Garrow

(2000) dalam Mardayanti (2008) akan

mengganggu aktivitasnya, mengakibatkan

risiko penyakit degeneratif, seperti jantung

koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dll,

sedangkan jika anak mengalami kurang gizi,

maka akan menurunnya daya tahan tubuh

anak, postur tubuh anak menjadi pendek,

perilakunya menjadi tidak tenang, mudah

tersinggung, dan cengeng (Puspitasari, 2012).

Kelurahan Mekarsari merupakan daerah

pemekaran dari kelurahan Tugu. Sebelum

bergabung dengan kota Depok pada tahun

1999, kelurahan Mekarsari masuk dalam

Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013

Page 3: PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

3

wilayah kota Bogor. Hasil riset di Kelurahan

Mekarsari menunjukkan bahwa tahun 2008,

balita yang mengalami gizi lebih sebesar

1,76%, gizi baik sebesar 96,13%, gizi kurang

sebesar 1,67%, dan gizi buruk sebesar 0,43%.

Tahun 2011, balita yang mengalami gizi lebih

mengalami kenaikan menjadi sebesar 3,77%,

gizi baik mengalami penurunan menjadi

sebesar 94,40%, dan gizi kurang mengalami

kenaikan menjadi sebesar 1,84%. Untuk itu,

peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut

mengenai “Persepsi Ibu tentang Status Gizi

Balita di Kelurahan Mekarsari, Kecamatan

Cimanggis, Depok.”

B. Rumusan Masalah

Status gizi pada anak sangat dipengaruhi

oleh peran ibu. Ibu harus mempunyai persepsi

yang baik dan pengetahuan yang luas tentang

gizi agar anak dapat tumbuh dengan baik.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

mengetahui bagaimana persepsi ibu tentang

status gizi balita di Kelurahan Mekarsari,

Kecamatan Cimanggis, Depok.

C. Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah persepsi ibu tentang status

gizi anaknya di Kelurahan Mekarsari,

Kecamatan Cimanggis, Depok?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum:

Teridentifikasinya persepsi ibu

tentang status gizi anaknya di

Kelurahan Mekarsari, Kecamatan

Cimanggis, Depok.

2. Tujuan Khusus:

1. Teridentifikasinya persepsi ibu

tentang status gizi anaknya di

Kelurahan Mekarsari, Kecamatan

Cimanggis, Depok.

2. Teridentifikasinya karakteristik

ibu yang meliputi pendidikan,

pekerjaan, jumlah anak, tingkat

sosial ekonomi keluarga

(pendapatan keluarga)

3. Teridentifikasinya gambaran status

gizi balita di Kelurahan Mekarsari,

Kecamatan Cimanggis, Depok

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagi Ibu

Sebagai sumber informasi agar ibu dapat

mengetahui status gizi anaknya dan

sebagai pengetahuan tentang gizi normal

balita.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan dan menambah informasi

bagi pendidikan keperawatan anak,

khususnya bidang nutrisi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai sumber informasi dan referensi

dalam mengembangkan penelitian

selanjutnya.

Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013

Page 4: PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

4

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif. Deskriptif

yang dimaksud adalah mengetahui gambaran

persepsi ibu tentang status gizi balita, tingkat

pengetahuan ibu tentang status gizi anak, dan

karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan,

penghasilan keluarga, dan jumlah anak).

B. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, yang termasuk

populasi adalah semua ibu yang memiliki

anak balita di Kelurahan Mekarsari,

Kecamatan Cimanggis, Depok. Sampel yang

diambil adalah ibu yang memiliki anak balita

sesuai dengan kriteria inklusi dan tinggal di

Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis,

Depok.

Rumus untuk menghitung ukuran

sampel dari populasi yang diketahui

jumlahnya adalah sebagai berikut (Nursalam,

2008) :

n = N. z2. p. q

d2 (N-1) + z2. p. q

n = 2926. (1,96)2 . 0,5. 0,5

0,12 (2926-1) + (1,96)2 . 0,5. 0,5

n = 93

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

z = nilai standar normal untuk α = 0,05

(1,96)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui

dianggap 50%

q = 1 – p (100% - p)

d = tingkat kesalahan yang dipilih

Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan

jumlah sampel sebanyak 93 orang responden.

Untuk menghindari adanya drop out, maka

besar sampel ditambahkan 10% dari total

sampel, yaitu menjadi 103 orang responden.

Namun, ternyata peneliti hanya berhasil

mendapatkan 94 responden dikarenakan ada 9

responden yang datanya tidak lengkap.

Teknik sampling yang digunakan adalah total

sampling.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada

bulan Maret-Mei 2013 di Kelurahan

Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Depok.

Pemilihan tempat penelitian ini dikarenakan

kelurahan Mekarsari merupakan daerah

pemekaran yang masih dalam tahap

perkembangan.

D. Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2003), masalah

etika dalam penelitian keperawatan, yaitu:

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan merupakan

kesepakatan antara peneliti dan

responden. Lembar persetujuan tersebut

diberikan sebelum penelitian dilakukan.

Tujuannya adalah agar responden

mengerti maksud dan tujuan penelitian

serta mengetahui akibatnya.

Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013

Page 5: PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

5

2. Anonymity (tanpa nama)

Dalam hal ini, peneliti tidak

mencantumkan nama responden agar

menjaga kerahasiaan responden. Namun,

cukup dengan mencantumkan kode nomor

atau inisial nama.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti harus bertanggung jawab atas

data-data yang dikumpulkan. Seluruh

informasi yang diberikan oleh responden

harus dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian saja.

E. Metode Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam pengumpulan

data adalah kuesioner, timbangan berat badan,

dan alat pengukur tinggi badan (meteran).

Cara pengumpulan data adalah dengan

mengurus surat ijin ke Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia terlebih

dahulu. Lalu, melakukan perijinan ke

KESBANGPOL dan LINMAS. Setelah itu,

peneliti melakukan uji keterbacaan kuesioner.

Kemudian setelah selesai uji keterbacaan dan

tidak ada masalah, peneliti melanjutkan untuk

pengambilan data sekaligus menimbang berat

badan dan tinggi badan balita.

F. Pengolahan dan Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, peneliti

melakukan pengolahan data sebagai berikut:

1. Editing, yaitu proses untuk memeriksa

daftar pertanyaan dan memeriksa kembali

data yang telah dikumpulkan (Purwanto &

Sulistyastuti, 2007). Dalam hal ini,

peneliti telah memeriksa kelengkapan

jawaban dan ditemukan ada 9 lembar

kuesioner yang tidak lengkap datanya

sehingga peneliti hanya mengambil 94

kuesioner dari 103 kuesioner.

2. Coding, yaitu proses untuk

mengklasifikasikan jawaban-jawaban

yang terdapat pada lembar pengumpulan

data (Hastono, 2007). Tujuannya adalah

untuk memudahkan peneliti ketika akan

memasukkan data dan menganalisis data

(Hastono, 2007). Setiap lembar kuesioner

diberi kode 1 sampai 103. Pada variabel

pendidikan, tidak sekolah-SD diberi kode

1, SMP-SMA diberi kode 2, dan Diploma-

perguruan tinggi diberi kode 3. Variabel

pekerjaan diberi kode 0 untuk yang tidak

bekerja dan diberi kode 1 untuk yang

bekerja. Variabel jumlah anak diberi kode

0 untuk yang mempunyai anak 1-2 dan

diberi kode 1 untuk yang mempunyai

anak ≥ 3. Variabel penghasilan diberi

kode 0 untuk penghasilan < UMR Depok

dan diberi kode 1 untuk penghasilan ≥

UMR Depok. Pada variabel persepsi,

sebelumnya peneliti telah memeriksa

secara manual jumlah benarnya sehingga

pada saat dimasukkan ke komputer, data

tersebut diberi kode 0 untuk jawaban tidak

dan kode 1 untuk jawaban ya. Variabel

pengetahuan diberi kode 0 untuk jawaban

salah dan kode 1 untuk jawaban benar.

Variabel status gizi diberi kode 1 untuk

balita sangat kurus, kode 2 untuk balita

Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013

Page 6: PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

6

kurus, kode 3 untuk balita normal, dan

kode 4 untuk balita gemuk.

3. Entry, yaitu kegiatan memasukkan data

yang telah terkumpul ke dalam komputer

(Hastono, 2007). Setelah semua data

terkumpul, peneliti memasukkan semua

data ke dalam komputer dan

mengolahnya.

4. Cleaning, yaitu kegiatan memeriksa

kembali pada data yang sudah

dimasukkan ke dalam komputer untuk

diperiksa ada kesalahan atau tidak

sehingga dapat diminimalisir (Hastono,

2007). Peneliti memastikan bahwa 9 data

yang tidak lengkap tersebut tidak

dimasukkan.

Selanjutnya adalah menganalisis data.

Analisis yang digunakan oleh peneliti adalah

analisis univariat. Analisis univariat dalam

penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

1. Karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan,

jumlah anak, dan penghasilan keluarga)

dan tingkat pengetahuan merupakan jenis

data kategorik dan menggunakan uji

proporsi

2. Persepsi merupakan jenis data kategorik

dan menggunakan median.

Cara menghitung proporsi/persentase

(Budiarto, 2002), adalah :

P = f x 100%

n

Keterangan :

P = Persentase

f = Nilai yang diperoleh

n = Frekuensi total keseluruhan

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk

analisis univariat yang meliputi gambaran

karakteristik responden, gambaran status gizi

balita, distribusi persepsi ibu, dan distribusi

pengetahuan ibu.

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, Depok, 2013 (n=94) No Karakteristik Ibu Frekuensi Persentase

(%)

1. Pendidikan

1. Tidak sekolah-

SD

2. SMP-SMA

3. Diploma-

Perguruan

Tinggi

5

46

43

5.3

48.9

45.7

2. Pekerjaan

1. Tidak bekerja

2. Bekerja

60

34

63.8

36.2

3. Penghasilan

1. < UMR Depok

2. ≥ UMR Depok

42

52

44.7

55.3

4. Jumlah Anak

1. 1-2 anak

2. ≥ 3 anak

77

17

81.9

18.1

Berdasarkan tabel, pendidikan terakhir

responden rata-rata berada pada tingkat SMP-

SMA, yaitu sebanyak 46 orang (48,9%). Lalu

untuk pekerjaan responden, sebagian besar

tidak bekerja, yaitu sebanyak 60 orang

Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013

Page 7: PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

7

(63,8%). Rata-rata penghasilan keluarga

responden sudah lebih dari UMR Depok,

yaitu sebanyak 52 orang (55,3%). Sebagian

besar responden memiliki 1-2 anak, yaitu

sebanyak 77 orang (81,9%).

Tabel 2 Distribusi Status Gizi Balita (BB/TB) di Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, Depok, tahun 2013 (n=94) Status Gizi Balita Frekuensi Persentase

(%)

Sangat kurus 0 0

Kurus 14 14.9

Normal 61 64.9

Gemuk 19 20.2

Total 94 100%

Hasil dari tabel 2 menunjukkan bahwa

sebagian besar balita yang ada di Kelurahan

Mekarsari, Cimanggis, Depok tahun 2013

memiliki status gizi yang normal, yaitu

sebanyak 61 anak (64,9%).

Tabel 3 Distribusi Status Gizi Balita (BB/U) di Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, Depok, tahun 2013 (n=94)

Status Gizi

Balita

Frekuensi Persentase

(%)

Gizi Buruk 0 0

Gizi Kurang 8 8.5

Gizi Baik 69 73.4

Gizi Lebih 17 18.1

Total 94 100%

Jika dilihat pada tabel 3, status gizi balita

berdasarkan BB/U sebagian besar anak

mempunyai gizi baik, yaitu sebanyak 69 anak

(73,4%).

Tabel 4 Distribusi Status Gizi Balita (TB/U) di Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, Depok, tahun 2013 (n=94)

Status Gizi

Balita

Frekuensi Persentase (%)

Sangat pendek 0 0

Pendek 7 7.4

Normal 78 83

Tinggi 9 9.6

Total 94 100%

Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi

badan menurut umur pada balita di kelurahan

tersebut adalah normal, yaitu sebanyak 78

anak (83%).

Tabel 5 Distribusi Persepsi Ibu tentang Status Gizi Balita di Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, Depok tahun 2013 (n=94)

Persepsi Frekuensi Persentase (%)

Kurang baik 40 42.6

Baik 54 57.4

Total 94 100.0

Hasil data diatas menunjukkan bahwa

sebagian besar persepsi responden baik, yaitu

sebesar 57,4% dan persepsi responden kurang

sebesar 42,6%.

Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013

Page 8: PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

8

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Status Gizi di Kelurahan Mekarsari, Cimanggis, Depok, 2013 (n=94)

Pengetahuan Frekuensi Persentase

(%)

Kurang (< 60%) 11 11.7

Cukup (60%-80%) 74 78.7

Tinggi (> 80%) 9 9.6

Total 94 100.0

Berdasarkan tabel 6 bahwa sebagian besar

pengetahuan responden tentang status gizi

cukup, yaitu sebanyak 74 orang (78,7%).

PEMBAHASAN

Pada bagian ini, peneliti akan membahas

mengenai karakteristik responden (pendidikan

terakhir, pekerjaan, jumlah anak, dan

penghasilan keluarga), persepsi ibu tentang

status gizi anaknya, dan pengetahuan ibu

tentang status gizi. Hasil penelitian tentang

pendidikan menunjukkan bahwa sebanyak 46

orang (48,9%) responden memiliki tingkat

pendidikan sampai jenjang SMP-SMA.

Hal ini memperlihatkan bahwa mayoritas

responden sudah memiliki ilmu dan

pengetahuan yang cukup dalam hal menerima

informasi yang didapatkan sehingga apabila

ibu mendapatkan informasi tentang gizi, maka

ibu dapat berpikir dengan baik. Penelitian

yang dilakukan oleh Munir (2012),

menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

pengetahuan seseorang, semakin mudah

seseorang menerima informasi yang

didapatkan sehingga dapat menambah

pengetahuan yang dimilikinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat

(2005) menunjukkan bahwa persentase gizi

buruk dan gizi kurang lebih tinggi pada ibu

yang berpendidikan rendah (tidak tamat SD),

yaitu sebesar 13,68% dan 17,48%. Lain

halnya dengan penelitian yang dilakukan

Meikawati dan Hersoelistyorini (2008),

bahwa hasil uji Chi Square ternyata tingkat

pendidikan seseorang tidak menjamin status

gizi anaknya akan baik (p=0,474).

Lalu, hasil penelitan tentang status

pekerjaan menunjukkan sebagian besar

responden tidak bekerja (ibu rumah tangga),

yaitu sebanyak 60 orang (63,8%) dan hanya

34 orang (36,2%) ibu bekerja. Sebaliknya,

penelitian yang dilakukan oleh Ihsan,

Hiswani, & Jemadi (2012), bahwa ibu yang

tidak bekerja ternyata memiliki anak yang

gizi kurang dengan persentase tertinggi, yaitu

sebesar 30,2%, sedangkan ibu yang bekerja

memiliki anak yang gizi baik dengan

persentase sebesar 70,0%, yang artinya

pekerjaan bukan merupakan faktor risiko

terhadap status gizi balita (p=1).

Selanjutnya, hasil penelitian tentang

penghasilan keluarga menunjukkan bahwa

sebagian responden memiliki penghasilan ≥

UMR Depok, yaitu sebanyak 52 orang

(55,3%) dan yang memiliki penghasilan <

UMR Depok, yaitu sebanyak 42 orang

(44,7%). Penelitian yang dilakukan oleh

Husin (2008) yang didapat dari uji Chi

Square menemukan bahwa penghasilan

Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013

Page 9: PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

9

seseorang mempengaruhi status gizi balita

(p=0,003). Ini dibuktikan bahwa seseorang

yang berpenghasilan tinggi memiliki status

gizi yang baik, yaitu sebesar 84,4%,

sedangkan seseorang yang berpenghasilan

rendah hanya memiliki persentase sebesar

54,1%.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan

oleh Meikawati dan Hersoelistyorini (2008)

dengan menggunakan uji Chi Square,

menunjukkan bahwa penghasilan keluarga

tidak berpengaruh dengan status gizi balita

selama keluarga tersebut lebih mengutamakan

untuk memenuhi kebutuhan gizi anak

(p=0,826).

Kemudian dari hasil penelitian tentang

jumlah anak menunjukkan bahwa sebagian

besar responden memiliki 1-2 anak, yaitu

sebanyak 77 orang (81,9%) dan hanya 17

orang (18,1%) responden memiliki ≥ 3 anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Husin (2008),

menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga

yang sedikit (1-2 orang) memiliki status gizi

yang baik, yaitu sebesar 81,8%, sedangkan

jika jumlah anggota keluarga banyak (≥ 3

orang) hanya memiliki 57,9% yang berstatus

gizi baik.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan

oleh Ihsan, Hiswani, & Jemadi (2012),

menunjukkan bahwa jika anak dalam

keluarga berjumlah 1-2 anak memiliki status

gizi yang baik, yaitu sebesar 75,8%,

sedangkan anak yang mengalami gizi kurang

terjadi pada keluarga yang memiliki jumlah

anak > 2, yaitu sebesar 32,9% (p=0,370).

Hasil penelitian tentang gambaran status

gizi balita menunjukkan bahwa sebagian

besar anak balita di Kelurahan Mekarsari,

Kecamatan Cimanggis, Depok mempunyai

status gizi yang normal, yaitu sebanyak 61

anak (64,9%). Selain itu, di kelurahan

tersebut juga masih ada balita yang gemuk

sebanyak 19 anak (20,2%) dan balita kurus

sebanyak 14 anak (14,9%). Hasil ini dilihat

berdasarkan perhitungan secara antropometri

(BB/TB).

Masih adanya balita yang gemuk (gizi

lebih) dan balita yang kurus (gizi kurang)

disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-

faktor tersebut berupa faktor primer dan

faktor sekunder. Faktor primer yang

dimaksud berupa salah dalam menyusun

makanan, baik kualitas maupun kuantitasnya,

karena kurangnya ketersediaan pangan,

kemiskinan, ketidaktahuan, dan kebiasaan

makan yang salah, sedangkan faktor sekunder

yang dimaksud adalah semua faktor yang

menyebabkan zat-zat makanan tidak sampai

ke dalam sel-sel tubuh (Khotimah, Siregar, &

Mardiana, 2012).

Pada hasil penelitian tentang persepsi ibu

didapatkan bahwa sebesar 57,4% ibu

memiliki persepsi yang baik dan 42,6% ibu

memiliki persepsi yang kurang baik tentang

status gizi anaknya. Persepsi yang baik

kemungkinan timbul dikarenakan

pengetahuan ibu mengenai status gizi sudah

cukup baik. Selain itu, pendidikan yang telah

didapatkan oleh ibu, yang sebagian besar

sudah lulus SMP-SMA, bahkan sampai

Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013

Page 10: PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

10

jenjang diploma-perguruan tinggi, turut

mempengaruhi persepsi ibu tentang status gizi

anak. Hal ini sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Potter & Perry (2001)

dalam Hariyani (2009), bahwa faktor yang

mempengaruhi persepsi meliputi pendidikan,

tingkat perkembangan, gender, nilai dan

kepercayaan, latar belakang sosio-kultural,

emosi, status kesehatan, dan peran.

Hasil penelitian tentang pengetahuan

didapatkan bahwa pengetahuan responden

tentang status gizi masuk dalam kategori

cukup, yaitu sebanyak 74 orang (78,7%),

sedangkan sebanyak 11 orang (11,7%) masuk

dalam kategori kurang dan sebanyak 9 orang

(9,6%) memiliki pengetahuan yang tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Khotimah,

Siregar, & Mardiana (2012) yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dan Pola

Makan Balita dengan Status Gizi Balita (12-

59 Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas

Gandus Kecamatan Gandus-Palembang”

bahwa pengetahuan berkaitan dengan status

gizi balita, yaitu sebesar 93,3% ibu

mempempunyai pengetahuan yang baik dan

memiliki anak dengan status gizi yang baik

pula (p=0,000).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pendidikan responden paling banyak

berada pada tingkat SMP-SMA,

sebesar 48,9%

2. Sebagian besar responden tidak

bekerja, hanya sebagai ibu rumah

tangga, yaitu sebesar 63,8%

3. Penghasilan keluarga sebagian besar

sudah ≥ UMR Depok, yaitu sebesar

55,3%

4. Mayoritas responden memiliki jumlah

anak sebanyak 1-2 anak, yaitu sebesar

81,9%

5. Pengetahuan responden masuk dalam

kategori cukup, sebesar 78,7%

6. Sebagian besar responden memiliki

persepsi yang baik tentang status gizi

anaknya, yaitu sebesar 57,4%

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan implikasi bagi:

1. Implikasi bagi Pelayanan

Keperawatan

Hasil penelitian ini memperlihatkan

bahwa persentase ibu yang

mempunyai persepsi yang kurang juga

masih tinggi sehingga perlu adanya

peningkatan pelayanan keperawatan.

Dalam hal ini, perawat sangat

berperan untuk memberikan informasi

terkait status gizi balita kepada

masyarakat, terutama ibu.

2. Implikasi bagi Pendidikan

Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan bahan

pembelajaran, baik bagi pelajar,

mahasiswa, maupun dosen/guru,

terutama saat memberikan penyuluhan

lebih lanjut kepada ibu yang

mempunyai anak balita sehingga dapat

Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013

Page 11: PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

11

menurunkan persentase anak yang

berstatus gizi lebih atau kurang.

3. Implikasi bagi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan

acuan bagi peneliti selanjutnya terkait

persepsi dan status gizi balita.

Adapun saran yang dapat disampaikan

adalah:

1. Pelayanan Keperawatan

Untuk pelayanan keperawatan yang

ada di kelurahan Mekarsari, baik

Rumah Sakit, klinik, puskesmas,

maupun posyandu, perlu menjelaskan

kembali tentang status gizi sehingga

para ibu mendapatkan pengetahuan

yang lebih luas tentang gizi.

Pengetahuan tersebut perlahan-lahan

akan mengubah persepsi ibu yang

masih kurang tentang status gizi

anaknya.

2. Pendidikan Keperawatan

Dalam bidang pendidikan

keperawatan, khususnya bidang

keperawatan anak, diperlukan adanya

pembahasan mendalam tentang status

gizi sehingga para pelajar ataupun

mahasiswa mempunyai pengetahuan

yang luas. Pengetahuan ini akan

sangat berguna pada saat terjun ke

lapangan untuk memberikan

penyuluhan pada ibu-ibu yang

mempunyai anak balita.

3. Penelitian

Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya

instrumen penelitian berupa kuesioner

perlu diperbanyak lagi. Selain itu,

dalam hal ini peneliti hanya

melakukan uji keterbacaan.

Sebaiknya, untuk peneliti selanjutnya

diharapkan dapat melakukan uji

validitas dan reliabilitas sehingga

hasilnya akan semakin akurat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini saya ingin

mengucapkan terima kasih dan rasa hormat

kepada:

1. Ibu Nur Agustini, SKp. MSi., selaku

dosen pembimbing saya, yang telah

banyak memberikan arahan,

bimbingan, dukungan, dan motivasi

yang sangat besar sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ayah dan ibu saya Achmad Sulaeman

dan Itjih Minarsih, kedua kakak

kandung saya, yaitu Indra Yudha dan

Ratna Juwita, serta kedua kakak ipar

saya, yaitu Sana Maredeli Sari dan

Yudhi Indrajati, yang telah banyak

memberikan dukungan, baik secara

moral, materi, motivasi, serta

mendoakan demi kelancaran

penyelesaian skripsi ini.

3. Sahabat tercinta Laily Agustiani,

Asma Muthmainah, Najat, Dita Nur

Hidayah, Choirun Nisa Umam,

Raditha Ramadhany, dan Saetia

Listiana, yang telah memberikan

masukan, dukungan, motivasi, serta

meluangkan waktunya untuk

Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013

Page 12: PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

12

mendengarkan segala keluh kesah

saya.

4. Seluruh teman-teman FIK UI

Angkatan 2009 yang MANDIRI,

sama-sama berjuang menyelesaikan

skripsi ini untuk menuju Balairung

2013.

REFERENSI

Almatsier, S. (2005). Prinsip Dasar Ilmu

Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Budiarto, E. (2002). Biostatistika untuk

Kedokteran dan Kesehatan Masyrakat.

Jakarta: EGC.

Depkes RI. (2011). Laporan Nasional Riset

Kesehatan Dasar Tahun 2010. Badan

Perencanaan dan Penelitian Kesehatan.

http://www.litbang.depkes.go.id (diunduh

pada tanggal 12 Januari 2013).

Diana, F. M. (2006). Hubungan Pola Asuh

dengan Status Gizi Anak Batita di

Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar

Ambacang Kota Padang Tahun 2004.

Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 1, No.

1, 24-28. (diunduh pada tanggal 11

November 2012).

Faizah, N., & Heryati, E. (2007). Studi

Korelasional Antara Status Gizi dengan

Prestasi Akademik pada Siswa Sekolah

Dasar Negeri Cilampeni I Kabupaten

Bandung. Laporan penelitian.

Handono, N. P. (2010). Hubungan Tingkat

Pengetahuan pada Nutrisi, Pola Makan,

dan Energi Tingkat Konsumsi dengan

Status Gizi Anak Usia Lima Tahun di

Wilayah Kerja Puskesmas Selogiri

Wonogiri. Jurnal Keperawatan, Vol 1, No.

1, 1-7. (diunduh pada tanggal 11

November 2012).

Hariyani, H. (2009). Hubungan Persepsi Ibu

tentang Komunikasi Fungsional dengan

Perkembangan Bahasa Anak Usia 3 tahun

di Kelurahan Pondok Cina, Depok. FIK

UI, Depok. Laporan penelitian: tidak

dipublikasikan.

Hastono, S. P. (2007). Basic Data Analysis

for Health Research Training. Depok:

Publik Health, Universitas Indonesia.

Hidayat, Z. (2005). Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Status Gizi Balita di

Indonesia. Depok: Tesis Pasca Sarjana.

Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian

Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Husin, C. R. (2008). Hubungan Pola Asuh

Anak dengan Status Gizi Balita Umur 24-

59 Bulan di Wilayah Terkena Tsunami

Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh

Darussalam Tahun 2008. Medan: Tesis

USU.

Ihsan, M., Hiswani, & Jemadi. (2012).

Faktor-Faktor yang berhubungan dengan

Status Gizi Anak Balita di Desa Teluk

Rumbia Kecamatan Singkil, Kabupaten

Aceh Singkil, Tahun 2012. Jurnal Gizi,

Kesehatan Reproduksi, dan Epidemiologi,

Vol 2, No. 1. (diunduh pada tanggal 8 Mei

2013).

Khotimah, N. N., Siregar, R., & Mardiana.

(2012). Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu

Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013

Page 13: PERSEPSI IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

13

dan Pola Makan Balita dengan Status Gizi

Balita (12-59 Bulan) di Wilayah Kerja

Puskesmas Gandus Kecamatan Gandus-

Palembang. Jurnal Pembangunan

Manusia, Vol 6, No. 2 tahun 2012.

(diunduh pada tanggal 6 Mei 2013).

Mardayanti, P. (2008). Hubungan Faktor-

Faktor Risiko dengan Status Gizi pada

Siswa Kelas 8 di SLTPN 7 Bogor Tahun

2008. Depok: Skripsi FKM UI.

Mardiana. (2006). Hubungan Perilaku Gizi

Ibu dengan Status Gizi Balita di

Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan

Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2005.

Medan: Skripsi FKM USU.

Meikawati, W., & Hersoelistyorini, W.

(2008). Hubungan Karakteristik Ibu dan

Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga

terhadap Kasus Gizi Buruk pada Balita di

Kelurahan Tandang, Kecamatan

Tembalang. Jurnal Kesehatan Masyarakat,

Vol 1 No 1. (diunduh pada tanggal 1

Desember 2012).

Munir, M. (2012). Hubungan Antara

Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi

Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5

tahun) di Desa Sumurgeneng Wilayah

Kerja Puskesmas Jenu-Tuban. Jurnal

Kesehatan, Vol 3, No. 1. (diunduh pada

tanggal 30 November 2012).

Notoatmodjo, S. (2003). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Puspitasari, D.A. (2012). Perubahan Status

Gizi pada Anak Balita Gizi Kurus yang

mengikuti Pemulihan Gizi Buruk di Klinik

Gizi PTTK dan EK. Depok: Skripsi FKM

UI.

Rinjani, C. (2006). Perilaku Makan dan

Aktivitas Fisik Anak TK Berstatus Gizi

Lebih dan Gizi Baik di Kota Bogor. Bogor:

Skripsi IPB.

Persepsi Ibu..., Evie Kemala Dewi, FIK UI, 2013