Download - sifa makalah TDM.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian TDM
Therapeutic Drug Monitoring (TDM) juga dikenal dengan istilah
Drug Therapy Monitor yang artinya adalah Pengawasan terhadap
kadar atau tingkatan obat didalam darah.
Tujuan dan tugas dari TDM ini sendiri sebenarnya adalah untuk
mengukur kadar atau level obat yang ada di dalam darah, dengan
begitu, maka dosis obat yang efektif dalam darah dapat ditentukan,
sehingga dapat mencegah terjadinya keadaan toksik atau
keracunan obat didalam tubuh.
TDM ini juga seringkali dimanfaat kan untuk mengidentifikasi
pasien atau penderita yang tidak patuh (biasanya untuk pasien
yang dengan alasan apapun berusaha untuk tidak menaati dosis
obat yang telah diberikan oleh dokter dengan tujuan pengobatan)
Karena sangat banyak faktor yang mempengaruhi kadar obat
dalam darah, maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dan dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan TDM ini yaitu
sebagai berikut:
1.Usia pasien
2.Berat badan pasien
3.Rute pemberian obat
4.Absorpsi obat
5.Eksresi obat
6.Dosis yang diberikan
7.Cara Metabolisme obat dalam tubuh
Faktor faktor lain yang juga harus diperhatikan adalah :
1. jika pasien tersebut juga mengkonsumsi obat - obat lain secara
bersamaan.
2. Jija ada penyakit lain yang juga diderita oleh pasien.
3. Serta kepatuhan pasien terhadap peraturan dalam penggunaan
obat sesuai dengan ketentuan dokter.
4. Cara - cara yang digunakan oleh laboratorium untuk melakukan
test atau uji coba untuk obat tersebut.
TDM adalah alat praktis yang dapat membantu dokter
memberikan terapi obat yang efektif dan aman pada pasien yang
memerlukan obat-obatan. Monitoring dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi tingkat konsentrasi obat dalam darah apakah
berada dalam batas atas atau di bawah rentang terapi, atau jika
efek terapi yang diinginkan dari obat ini tidak seperti yang
diharapkan. Jika kasus seperti ini terjadi maka hal tersebut dapat
berbahaya terhadap tubuh sebab toksisitas obat dalam tubuh akan
meningkat, tetapi dengan adanya TDM maka keadaan tersebut
dapat segera diatasi tanpa memakan banyak waktu.
TDM sangat penting bagi pasien yang memiliki penyakit lain
yang mungkin dapat mempengaruhi kadar obat dalam darah, atau
bagi pasien yang menggunakan obat obatan lain secara
bersamaan yang mungkin dapat mempengaruhi kadar obat karena
berinteraksi dengan obat yang sedang diuji. Sebagai contoh, tanpa
pengawasan obat maka dokter tidak dapat mengetahui dengan
pasti bahwa kurangnya respons terhadap antibiotik mencerminkan
resistensi bakteri Atau adalah hasil dari ketidakmampuan untuk
mencapai berbagai terapi konsentrasi antibiotik yang memadai
dalam darah. Dalam kasus infeksi fatal, waktu terapi antibiotik yang
efektif sangat penting bagi keberhasilan. Hal ini juga penting untuk
menghindari toksisitas pada pasien sakit parah. Jadi, jika muncul
gejala toksik dengan dosis standar, TDM dapat digunakan untuk
menentukan perubahan di dalam campuran.
Setelah proses monitoring dalam tubuh selesai maka tahap
selanjutnya yang peru dilakukan adalah melakukan uji test sample
darah pasien , Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan aksi obat
dalam tubuh pada waktu tertentu, sedangkan pemeriksaan juga
dapat dilakukan melalui sampel urin untuk mengetahui kadar obat
yang ada di dalam urin, karena hal tersebut dapat mencerminkan
keberadaan obat untuk beberapa hari yang akan datang
(tergantung pada tingkat ekskresinya). Oleh karena itu, tes darah
adalah prosedur yang menjadi pilihan utama jika ingin melakukan
uji coba untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Namun, untuk
mengetahui penjelasan yang lengkap tentang kadar absorpsi dan
tingkat terapi secara tepat , Adalah penting untuk memberikan
waktu yang cukup antara pemberian obat dan koleksi sampel
darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Ruang Lingkup TDM
Sebenarnya Drugs Therapeutic Monitoring atau pengawasan
terhadap terapi obat erat kaitannya dengan ilmu farmakokinetik,
sebab seperti yang telah kita ketahui pengertian dari
farmakokinetika itu sendiri adalah segala proses yang dilakukan
tubuh terhadap obat berupa absorpsi, distribusi, Metabolisme,
(biotransformasi), dan eksresi. dimana Tubuh kita dapat
dianggap sebagai suatu ruangan besar yang terdiri dari
beberapa kompartemen yang terpisah oleh membran -
membran sel. Sedangkan proses absorpsi distribusi dan eksresi
obat dari dalam tubuh pada hakekatnya berlangsung dengan
mekanisme yang sama, karena proses ini tergantung pada
lintasan obat melalui membran tersebut.
Membran sel terdiri dari suatu lapisan lipoprotein ( lemak dan
protein ) yang mengandung banyak pori - pori kecil, terisi
dengan air. Membran dapat ditembus dengan mudah oleh zat -
zat tertentu, sukar dilalui zat - zat lain, maka disebut semi
permeable. Zat - zat lipofil (suka lemak) yang mudah larut dalam
lemak tanpa muatan listrik umumnya lebih lancar melintasinya
dibandingkan dengan zat - zat hidrofil dengan muatan ( ion).
Adapun mekanisme pengangkutan obat untuk melintasi
membran sel ada dua cara yaitu :
a. Secara pasif , artinya tanpa menggunakan energi.
• Filtrasi , melalui pori - pori kecil dari membran misalnya air dan
zat - zat hidrofil
• Difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari membran sel
contoh ion organik
b. Secara aktif, artinya menggunakan energi.
Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat hidrofil
(makromolekul atau ion) pada enzim pengangkut spesifik.
Setelah melalui membran, obat dilepaskan lagi. Cepatnya
penerusan tidak tergantung pada konsentrasi obat, Contohnya :
Glukosa, asam amino, asam lemak, garam garam, besi, vitamin
b1 , b2 , b12.
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi TDM
A. Absorpsi
Proses absorpsi sangat penting dalam menentukan efek obat.
Pada umumnya obat yang tidak diabsorpsi maka tidak akan
menimbulkan efek, Kecuali antasida dan obat yang bekerja lokal.
Proses absorpsi terjadi di berbagai tempat pemberian obat,
misalnya melalui alat cerna, otot rangka, kulit dan sebagainya.
Absorpsi juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut :
1. Kelarutan obat.
2. Kemampuan difusi melintasi sel membran.
3. Konsentrasi obat.
4. Sirkulasi pada letak absorpsi.
5. Luas permukaan kontak obat.
6. Bentuk sediaan obat.
7. Cara pemakaian obat.
B. Distribusi
Obat setelah diabsorpsi oleh tubuh maka selanjutnya akan
tersebar melalui sirkulasi darah ke seluruh badan dan harus
melalui membran sel agar tercapai tepat pada efek aksi.
Molekul obat yang mudah melintasi membran sel akan
mencapai semua cairan tubuh baik inta maupun ekstra sel.
sedangkan obat yang sulit menembus membran sel maka
penyebarannya umumnya terbatas pada cairan ekstra sel.
kadang - ikadang beberapa obat mengalami kumulatif
selektif pada beberapa jaringan tertentu, karena adanya proses
transpor aktif, pengikatan dengan zat tertentu atau daya larut
yang lebih besar dalam lemak. Kumulasi ini digunakan sebagai
gudang obat (yaitu protein plasma, umumnya albumin, jaringan
ikat dan jaringan lemak). selain itu ada beberapa tempat lain
misalnya tulang, organ tertentu, dan cairan transel yang dapat
berfungsi sebagai gudang untuk beberapa obat tertentu.
Distribusi obat kesusunan saraf pusat dan janin harus
menembus sawar khusus yaitu sawar darah otak dan sawar uri.
Obat yang mudah larut dalam lemak pada umumnya mudah
menembusnya.
C. Metabolisme ( biotransformasi)
Tujuan biotransformasi obat adalah mengubahnya dengan
cara sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk yang mudah
dieksresi oleh ginjal, dalam hal ini menjadikannya lebih hidrofil.
Pada umumnya obat dimetabolisme oleh enzim mikrosom dan
retikulum endoplasma sel hati. Pada proses metabiolisme
molekul obat dapat berubah sifat antara lain menjadi lebih polar,
Metabolit yang lebih polar ini menjadi mudah dieksresi melalui
ginjal. Metabolit obat dapat lebih aktif dari obat asal
(bioaktivasi), tidak atau berkurang aktif (detoksifikasi atau
bioinaktivasi) atau sama aktifitasnya.
Proses metabolisme ini memegang peranan penting dalam
mengakhiri efek obat. Hal - hal yang dapat mempengaruhi
metabolisme adalah sebagai berikut :
1. Fungsi hati, metabolisme dapat berlangsung lebih cepat atau
lebih lambat, sehingga efek obat menjadi lebih lemah atau lebih
kuat dari yang kita harapkan
2. Usia, pada bayi proses metabolisme akan berjalan lebih
lambat
3. Faktor genetik (turunan), ada orang yang memiliki faktor
genetik tertentu yang dapat menimbulkan perbedaan khasiat
obat pada pasien.
4. Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan, hal tersebut
dapat mempercepat metabolisme (inhibisi enzim).
D. Eksresi
Pengeluaran obat maupun metabolitnya dari tubuh terutama
dilakukan oleh ginjal melalui air seni dan dikeluarkan dalam
bentuk metabolit maupun bentuk asalnya. disamping itu ada
pula cara lain yaitu :
1. Kulit, bersama keringat. Misal : paraldehid
2. Paru - paru, dengan pernafasan keluar, terutama berperan
pada anestesi umum, anestesi gas atau anestesi terbang.
3. Hati, melalui saluran empedu, terutama obat untuk infeksi
saluran empedu.
4. Air susu ibu, Misalnya alkohol, obat tidur, nikotin dari rokok
dan alkaloida lain. Harus dioerhatikan karena
dapatmenimbulkan efek farmakologi atau toksik pada bayi.
5. Usus. misalnya sulfa dan preparat besi.
Selain dipengaruhi oleh proses Absorpsi, Distribusi,
Metabolisme, dan Eksresi (ADME) pencapaian efek - efek obat
didalam tubuh juga dipengaruhi oleh Mekanisme Kerja dari obat
tersebut, adapun Mekanisme kerja obat itu sendiri terbagi dalam
beberapa golongan sebagai berikut :
1. Secara fisika, Contohnya anestetik terbang, laksansia dan
diuretik osmotis.
2. Secara Kimia, misalnya antasida lambung dan zat - zat
khelasi ( zat - zat yang dapat mengikat logam berat)
3. Proses metabolisme, misalnya antibiotika mengganggu
pembentukan dinding sel kuman, sintesis protein, dan
metabolisme asam nucleat.
4. Secara kompetisi atau saingan, dalam hal ini dapat
dibedakan menjadi dua macam kompetisi yaitu untuk reseptor
spesifik dan enzym - enzym.
3. Macam- macam theraupetic obat dalam tubuh
Dalam melakukan suatu pengawasan terhadap terapi obat
maka langkah awal yang harus dilakukan adalah kita harus
terlebih dahulu menentukan efek apakah yang ingin kita capai
dari pemberian suatu obat, sehingga kita dapat memilih dengan
tepat obat yang sesuai untuk dapat diberikan kedalam tubuh
agar mencapai efek maksimal dan sesuai dengan yang kita
kehendaki, karena tidak semua obat bersifat betul - betul
menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya hanya
meniadakan atau meringankan gejala - gejalanya saja tanpa
mempengaruhi penyebab penyakit itu sendiri. Oleh karena itu
sebelumnya kita juga harus mengetahui macam - macam efek
terapi yang mungkin akan dicapai oleh obat - obat didalam
tubuh, efek terapi obat itu sendiri dibedakan lagi menjadi tiga
jenis pengobatan yaitu :
1. Terapi kausal, yaitu pengobatan dengan meniadakan atau
memusnahkan penyebab penyakitnya, misalnya sulfonamida,
antibiotika, obat malaria dan sebagainya.
2. Terapi simptomatis, yaitu pengobatan untuk menghilangkan
atau meringankan gejala penyakit, sedangkan penyebabnya
yang lebih mendalam tidak dipengaruhi, misalnya pemberian
analgetik pada rheumatik atau sakit kepala.
3. Terapi subtitusi, yaitu pengobatan dengan cara menggantikan
zat - zat yang seharusnya dibuat oleh organ tubuh yang sakit,
misalnya insulin pada penderita diabetes dan tiroksin pada
penderita hipotiroid.
Selain itu untuk mempermudah dalam pengawasan dan
mengurangi resiko pemakaian suatu obat agar tidak digunakan
terlalu sering saat ini didalam industri farmasi telah
mengembangkan beberapa jenis obat tablet dengan efek jangka
panjang melalui prinsip delayed action atau sustained release,
sehingga dosis yang diperlukan cukup satu atau maksimal dua
kali sehari. Sedangkan untuk injeksi efek obat dapat
diperpanjang dengan prinsip memperlambat resorpsinya
dengan cara sebagai berikut :
1. Menggunakan minyak sebagai zat pelarut untuk zat lipofil,
Misalnya : hormon kelamin, penisilin dan sebagainya.
2. Memperkecil daya larut obat dengan menggabungkannya
dengan zat - zat lipofil.
3. Menggunakan kristal yang lebih kasar
4. Menambah vasokonstriktor ( menciutkan pembuluh), agar
penyebaran obat diperlambat
Setelah mengetahui penggolongan dari efek terapi yang
mungkin akan dicapai didalam tubuh kita juga harus mengetahui
faktor - faktor penting lainnya yang sangat menentukan dalam
pencapaian penyembuhan dari suatu penyakit didalam tubuh,
faktor penting tersebut adalah kepercayaan pasien terhadap
dokter dan terhadap obat yang diminumnya.
Berdasarkan kepercayaan ini maka dibuatlah suatu obat yang
disebut Plasebo yang dalam bahasa latin berarti saya ingin
menyenangkan, dan arti yang sebenarnya adalah suatu sediaan
yang tidak mengandung zat aktif. Tujuan dari placebo itu sendiri
adalah sebagai berikut :
1. Pengobatan sugesti, kadangkala memberikan efek yang
mengagumkan pda pasien yang menderita kecanduan obat -
pbat narkotika dan psikotropika lainnya maupun pada penderita
kanker stadium akhir.
2. Uji klinis, digunakan pada tahap akhir dalam rangkaian
penelitian suatu obat baru yang akan dinilai efek
farmakologisnya.
3. Pelengkap dan penggenap [il KB, bertujuan agar pasien tidak
terlupa menelan pil KB tersebut pada saat menstruasi.
Tujuan sebenarnya dari Drugs Therapeutic Monitoring ini sendiri
adalah untuk mengetahui perjalanan obat didalam tubuh dan
pencapaian pencapaian apa yang akan di lakukan oleh suatu
obat didalam tubuh, sebab setiap obat mengandung unsur
kimiawi yang berbeda - beda maka selain khasiat atau efek
penyembuhan yang akan dicapai suatu obat dalam tubuh maka
ada kemungkinan suatu obat juga akan memberikan efek
samping yang akan berakibat kurang baik bagi tubuh dan dapat
membahayakan kesehatan pasien itu sendiri, adapun efek -
efek obat yang tidak diinginkan dalam tubuh adalah sebagai
berikut :
1. Efek samping, adalah segala pengaruh obat yang tidak
diinginkan pada tujuan terapi yang dimaksud, pada dosis normal
(WHO 1970).
2. Idiosinkrasi, adalah peristiwa dimana suatu obat memberikan
efek yang sama sekali berlainan dengan efek normalnya.
3. Alergi, adalah peristiwa hipersensitif akibat pelepasan
histamin di dalam tubuh atau terjadinya reaksi khusus antara
antigen - antibodi. Gejala - gejala alergi yang terpenting dan
sering terjadi adalah pada kulit yaitu urtikaria (gatal dan bentol -
bentol), kemerah - merahan dan sebagainya. Pada alergi yang
lebih hebat dapat berupa demam, serangan asma, anafilaksis
shock dan lain - lain.
4. Fotosensitasi, adalah kepekaan berlebihan terhadap cahaya
akibat penggunaan obat. Seringkali terjadi pada penggunaan
kosmetik yang tidak cocok.
Setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat
menunjukkan efek toksis. Secara umum, hebatnya reaksi toksis
berhubungan langsung dengan tingginya dosis.dengan
mengurangi dosis, efek dapat dikurangi pula. Salah satu efek
toksis yang terkenal yaitu efek teratogen yaitu obat yang pada
dosis terapeutik untuk ibu, mengakibatkan cacat pada janin.
Yang terkenal adalah kasus Thalidomide.
Selain efek toksis dan efek samping yang telah disebut
diatas, dikenal juga beberapa istilah yang digunakan untuk
menggambarkan peristiwa yang terjadi didalam tubuh sebagai
respon dari pemberian obat - obatan kedalam tubuh yaitu
sebagai berikut :
A. Toleransi
Toleransi adalah peristiwa dimana dosis obat harus
dinaikkan terus menerus untuk mencapai efek terapeutik yang
sama. Macam - macam toleransi yaitu :
a. Toleransi primer (bawaan), terdapat pada sebagian orang
dan binatang tertentu misalnya kelinci sangat toleran dengan
atropin.
b. Toleransi sekunder, yang bisa timbul setelah menggunakan
suatu obat selama beberapa waktu. Organisme menjadi kurang
peka terhadap obat tersebut. Hal ini disebut juga dengan
habituasi atau kebiasaan.
c. Toleransi silang, dapat terjadi antara zat - zat dengan struktur
kimia serupa (fenobarbital dan butobarbital), atau kadang -
kadang antara zat - zat yang berlainan misalnya alkohol dan
barbital.
d. Tachyphylaxis, adalah toleransi yang timbul dengan pesat
sekali bila obat diulangi dalam waktu singkat.
B. Habituasi atau Kebiasaan
Habituasi atau kebiasaan adalah suatu peristiwa dimana
organisme menjadi kurang peka terhadap suatu otertentu yang
disebkan karna terlalu sering mengkonsumsi suatu obat.
Habituasi dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu dengan
induksi enzym, reseptor sekunder, dan penghambatan resorpsi.
Dengan meningkatkan dosis obat secara terus menerus maka
pasien dapat menderita keracunan, karena efek sampingnya
menjadi lebih kuat pula. Habituasi dapat diatasi dengan
menghentikan pemberian obat dan pada umumnya tidak
menimbulkan gejala - gejala penghentian (abstinensi) seperti
halnya pada adiksi.
C. Adiksi atau Ketagihan
Adiksi atau ketagihan berbeda dengan habituasi dalam dua
hal yakni adanya ketergantungan jasmaniah dan rohaniah dan
bila pengobatannya dihentikan maka dapat menimbulkan efek
hebat secara fisik dan mental.
D. Resistensi Bakteri
Resistensi bakteri adalah suatu keadaan dimana bakteri
telah menjadi kebal terhadap obat karena memiliki daya tahan
yang lebih kuat. Resistensi dapat dihindari dengan
menggunakan dosis obat yang lebih tinggi dibanding dengan
dosis minimal dalam waktu pendek dan menggunakan
kombinasi dari dua macam obat atau lebih.
E. Dosis
Dosis yang diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek
yang diinginkan tergantung dari banyak faktor antara lain : usia,
dan berat badan. Takaran pemakaian obat umumnya tercantum
dalam Farmakope. Sebenarnya yang umum dipakai sekarang
adalah dosis lazim (usual dosis).
Anak - anak kecil terutama bayi yang baru lahir
menunjukkan kepekaan yang lebih besar terhadap obat, karena
fungsi hati, ginjal serta enzim - enzimnya belum lengkap
perkembangannya. Demikian juga terjadi pada orang tua diatas
65 tahun.
F. Waktu menelan obat
Bagi kebanyakan obat waktu ditelannya tidak begitu penting,
yaitu sebelum atau sesudah makan. Tetapi ada pula obat
dengan sifat atau maksud pengobatan khusus guna
menghasilkan efek maksimal atau menghindarkan efek samping
tertentu.
Sebenarnya resorpsi obat dari lambung yang kososng
berlangsung paling cepat karena tidak dihalangi oleh isi usus
Contoh :
• Obat - obat yang diharapkan memberikan efek dngan cepat
sebaiknya ditelan sebelum makan misalanya obat - obat
analgetika (kecuali acetosal)
• Obat yang sebaiknya diberikan pada saat lambung kosong
yakni 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan adalah penisilin,
Sefalosporin, Eritromysin, Rovamysin, Linkomisin
• Obat lain yang bersifat merangsang mukosa lambung harus
digunakan pada waktu atau setelah makan, meskipun
resorpsinya menjadi terhambat. misalnya kortikosteroid dan
obat - obat rematik, antidiabetik oral, garam - garam besi, obat
cacing dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Therapeutic Drug Monitoring (TDM) juga dikenal dengan
istilah Drug Therapy Monitor yang artinya adalah
Pengawasan terhadap kadar atau tingkatan obat didalam
darah.
Tujuan dan tugas dari TDM ini sendiri sebenarnya
adalah untuk mengukur kadar atau level obat yang ada
di dalam darah, dengan begitu, maka dosis obat yang
efektif dalam darah dapat ditentukan, sehingga dapat
mencegah terjadinya keadaan toksik atau keracunan
obat didalam tubuh.
TDM mempermudah untuk mengukur kadar atau level
obat yang ada di dalam darah, dengan begitu, maka
dosis obat yang efektif dalam darah dapat ditentukan,
sehingga dapat mencegah terjadinya keadaan toksik
atau keracunan obat di dalam tubuh.
TDM sangat penting bagi pasien yang memiliki penyakit
lain yang mungkin dapat mempengaruhi kadar obat
dalam darah
Mengurangi resiko terjadinya interaksi obat
Mempermudah mendeteksi adanya resistensi bakteri
dalam tubuh manusia.
2. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, mahasiswa
dapat memahami tentang TDM (Theraupetic Drug
Monitoring).
DAFTAR PUSTAKA
Pagana, Kathleen Deska. Mosby's Manual of Diagnostic and
Laboratory Tests. St. Louis: Mosby, Inc., 1998.
American Journal of Health-System Pharmacy.
2006;63(12):1131-1139. © 2006 American Society of
Health-System Pharmacists.
Farmakologi jilid II untuk SMF kelas II cetakan pertama,
Pusdiknakes 2003.
Levy G, Ebling WF, Forrest A. Concentration- or effect-
controlled clinical trials with sparse data. Clin
Pharmacol Ther. 1994;56:1–8.
Campbell M. Community-based therapeutic drug monitoring.
Clin Pharmacokinet. 1995;28:271–274.
Aronson JK, Hardman M. Measuring plasma drug
concentrations. Br Med J. 1992;305:1078–1080.
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan
YME, atas berkat dan rahmat-NYA makalah ini dapat di buat tepat pada
waktunya. Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas “Farmasi Klinik”.
Penulis juga berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi
salah satu sumber literatur atau sumber informasi pengetahuan bagi
pembaca.
Namun, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf jika ada hal-hal
yang kurang berkenan dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk menjadikan ini lebih sempurna. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar,
2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar .....................................................................
........................
Daftar
Isi ..................................................................................
.....................
Bab I Pendahuluan
1. Pengertian
TDM ......................................................................................
Bab II Tinjauan Pustaka
1. Ruang Lingkup
TDM ...............................................................................
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi
TDM ................................................
3. Macam- macam therapeutic obat dalam
tubuh .......................................
Bab III Penutup
1. Kesimpulan .............................................................................
................
2. Saran ......................................................................................
................
Daftar Pustaka
MAKALAH FARMASI KLINIK
“TDM (THERAPEUTIC DRUG MONITORING)”
OLEH :
NAMA : SITI FARIDA SEMAHU
NIM : NH 0512054
KELAS : B
PRGRAM STUDI DIII FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2014